BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 38 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Model Bisnis Proses Saat ini Pengumpulan data yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan bagi manajemen dilakukan secara manual dari berbagai pihak baik di pusat maupun di daerah. Karena pelaporan/pengumpulan data dilakukan secara manual, terutama data yang berasal dari daerah sering terjadi keterlambatan pelaporan. Hal ini mengakibatkan proses pengambilan keputusan oleh manajemen menjadi terlambat. Selanjutnya untuk proses analisis data dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut secara manual dan langsung. Proses analisis tidak dapat ditentukan standar waktu lama pengolahan karena juga berhubungan dengan pelaporan data daerah dan pengumpulan data dari sumber-sumber data di pusat. Bentuk pelaporan kepada pihak manajemen dalam format yang sudah standar. Namun apabila pihak manajemen memerlukan bentuk analisis yang lain maka bagian pengolah data perlu membuat bentuk/sajian baru. Pengumpulan data Analisis Data Pengambilan Keputusan Gambar 4.1 Bisnis Proses Global di BKP 38

2 Permasalahan Sistem Informasi saat ini Permasalahan yang terjadi dari bisnis proses saat ini adalah keterlambatan waktu pengumpulan data. Selanjutnya proses analisis dilaksanakan secara manual, sehingga tidak ada standar lamanya waktu pengolahan dan analisis data. Hal ini mengakibatkan pihak manajemen sangat tergantung dengan pengolah/penganalisis data. Sedangkan kebutuhan saat ini yang diperlukan oleh Badan Bimas Ketahanan Pangan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Dari segi proses pengumpulan data, permasalahan tersebut dapat dieliminir dengan menggunakan data warehouse melalui database yang ada di Departemen Pertanian. Pengumpulan dan entri data dalam database dapat dilakukan melalui 2 (dua) metode yaitu metode online dan metode manual. Yang dimaksud dengan metode online adalah pengumpulan data secara online dapat ditransfer dari database ke data warehouse. Artinya data yang diperlukan dalam data warehouse tidak perlu lagi dilakukan entri data ke database oleh pemilik data warehouse. Hal ini karena data yang diperlukan dari sumber informasi sudah terkoneksi dengan database yang selanjutnya ditransfer ke data warehouse. Data yang sudah dapat dilakukan pengumpulannya secara online berasal dari sumber-sumber informasi di Departemen Pertanian. Data-data tersebut meliputi datadata yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta Pusat Data dan Informasi Pertanian. Sedangkan yang dimaksud dengan metode pengumpulan data manual adalah pengumpulan data yang dilakukan pemilik database yang melakukan entry data

3 40 tersebut. Hal ini dikarenakan data dari sumber informasi belum terkoneksi dengan sistem data warehouse yang dimiliki oleh pemilik data warehouse. Data yang masih dikumpulkan secara manual berasal dari pihak-pihak yang datanya belum secara online terkoneksi dengan database Departemen Pertanian. Data tersebut berasal dari instansi di luar Departemen Pertanian seperti Badan Pusat Statistik dan instansi lainnya di daerah. Selanjutnya untuk proses analisis data dibuat secara otomatis dengan menggunakan data warehouse tersebut melalui Sistem Informasi Eksekutif. Sistem informasi eksekutif ini dapat melakukan proses analisis mengenai kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah berdasarkan data yang tersedia dalam data warehouse. Dengan adanya sistem ini maka pihak manajemen tidak lagi bergantung pada bagian pengolah/penganalisis data karena dapat secara langsung melihat hasil pengolahan dari sistem informasi eksekutif. Selain itu bagian manajemen dapat melihat kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah kapan saja Kebutuhan Informasi Eksekutif Guna mengetahui kebutuhan informasi mengenai CSF dalam analisis ketahanan pangan maka dilakukan wawancara dengan eksekutif dan bagian pengelola data serta bagian analisis data ketahanan pangan yang merupakan staf struktural pada Badan Bimas Ketahanan Pangan. Berdasarkan informasi tersebut diperoleh dimensidimensi dan indikator-indikator dalam analisis ketahanan pangan yang merupakan variabel yang digunakan dalam analisis ketahanan pangan.

4 41 Solusi untuk mempermudah pembuatan sistem informasi Eksekutif Kerawanan Pangan maka dari setiap informasi kritis CSF ditentukan jumlah dimensi dan jumlah variabel-variabel data yang dibutuhkan. Setelah selesai penentuan dimensi dan masing-masing variabel kemudian dilakukan perancangan EIS. Dimensi-dimensi dan indikator serta komoditas yang tercakup dalam analisis ketahanan pangan disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.1 CSF Untuk Setiap Dimensi Ketahanan Pangan No. Dimensi Indikator Keterangan 1. Ketersediaan Pangan - Ketersediaan Pangan - Konsumsi Normatif Pangan Komoditi : 1. Beras 2. Jagung 2. Akses Pangan - Penduduk Miskin - Rumah Tangga Tidak Akses Listrik - Jalan yang Dapat Diakses Roda 4 Wilayah : - Nasional - Kecamatan 3. Penyerapan Pangan - Angka Kematian Bayi - Harapan Hidup Anak Usia 1 Tahun - Anak-anak Kekurangan Gizi - Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih - Letak Puskesmas - Wanita buta Huruf Periode : - Tahunan

5 Ketersediaan Pangan Ketersediaan pangan merupakan salah satu aspek utama dalam menentukan ketahanan pangan suatu daerah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersedian pangan meliputi produksi padi dan jagung (serealia) sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat serta konsumsi normatif rata-rata untuk memenuhi kebutuhan kalori. Untuk itu diperlukan data produksi beras bersih, produksi jagung bersih untuk konsumsi manusia, dan konsumsi normatif masyarakat Akses Pangan Akses pangan menunjukkan kemampuan distribusi pangan terhadap suatu daerah. Indikator yang termasuk pada dimensi akses pangan adalah jumlah penduduk miskin, penduduk tidak akses listrik dan jalan yang dapat diakses roda empat. Indikator penduduk miskin menggambarkan ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan cukup pangan. Fasilitas listrik dapat membuka peluang akses pekerjaan. Akses jalan roda empat akan mampu mendukung kondisi ekonomi masyarakat Penyerapan Pangan Penyerapan pangan menggambarkan tingkat konsumsi yang meliputi infrastruktur kesehatan dan akibat yang ditimbulkan dilihat dari aspek nutrisi dan kesehatan. Untuk itu maka diperlukan data tingkat kematian bayi, angka

6 43 harapan hidup, jumlah anak kekurangan gizi, rumah tangga akses air bersih dan letak Puskesmas serta wanita yang buta huruf. 4.4 Analisis Sistem Informasi Eksekutif Dari analisis kebutuhan informasi yang selanjutnya didapatkan variabel dimensi dan indikator kerawanan pangan diperlukan suatu analisis alur penentuan tingkat kerawanan pangan. Melalui wawancara terhadap pegawai struktural di Badan Bimas Ketahanan Pangan didapatkan alur penghitungan tingkat kerawanan pangan. Kondisi kerawanan pangan di suatu wilayah ditentukan oleh kondisi 3 (tiga) dimensi, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan dan penyerapan pangan. Dimensi ketersediaan pangan ditentukan oleh indikator ketersediaan dan konsumsi normal dari padi dan jagung (serelia). Sedangkan untuk dimensi akses pangan ditentukan oleh indikator jumlah penduduk miskin dan indikator infrastruktur (variabel rumah tangga tidak mendapat akses listrik dan persentase jalan yang dapat diakses roda empat). Sedangkan dimensi penyerapan pangan ditentukan oleh nilai indikator Outcome Nutrisi (ditentukan oleh variabel tingkat kematian bayi, harapan hidup usia 1 tahun, dan persentase anak yang kekurangan gizi), indikator infrastruktur kesehatan (variabel jumlah rumah tangga yang mendapatkan akses air bersih dan jumlah penduduk yang jarak ke puskesmas terdekat lebih dari 5 kilometer) serta indikator jumlah wanita yang buta huruf. Alur penghitungan kerawanan pangan tersebut sebagai berikut :

7 44 TABEL PRODUKSI PADI - Produksi Padi : kg (P) (Rata-rata 3 th terakhir) P Produksi Padi Bersih (Pnet) = P x (1-(s+f+w)) s = f = 0.02 w = Pnet Produksi Beras Bersih (Rnet) = Pnet x c c = Rnet Diolah Per Propinsi Indeks Ketersediaan Pangan Kab. (IAV) : = (KP kab - KP min) (KP max KP min KONVERSI PADI - Pulau (Jawa/ Luar Jawa) - Bibit (s) - Pakan (f) - Tercecer (w) - Konversi Padi ke Beras (c) S, f, w c Ketersediaan Pangan (Pfood) = Rnet + Mnet TABEL PRODUKSI JAGUNG - Produksi Jagung : kg (M) (Rata-rata 3 th terakhir) M Produksi Jagung Bersih (Mnet) = M x cn cn = 0.60 Mnet Pfood KP KONSUMSI JAGUNG - Pulau (Jawa/ Luar Jawa) - Persen Konsumsi Jagung (cn) cn Ketersediaan Pangan (F) = Pfood / (tpop x 365) F Konsumsi Pangan Normatif (KP) = Cnorm / F Cnorm = 0.3 TABEL POPULASI - Populasi Penduduk (tpop) tpop KONSUMSI NORMATIF - Pulau (Jawa/ Luar Jawa) - Konsumsi Normatif (Cnorm) Cnorm Gambar 4.2 Penghitungan Indeks Ketersediaan Pangan

8 45 TABEL PENDUDUK MISKIN - Persen Penduduk Miskin (%PM) %PM Indeks Penduduk Miskin (IPBL) : = (%PM kab - %PM min) (%PM max %PM min) IPBL Diolah Per Propinsi Indeks Akses Pangan Kab. (IFLA) : = 1/2 (IPBL + IRI) TABEL TDK AKSES LISTRIK - Persen RT tdk akses (%RTL) %RTL Indeks Tidak Akses Listrik (IEC) : = (%RTL kab - %RTL min) (%RTL max %RTL min) IEC IRI Indeks Infrastruktur (IRI) : = ½ (IEC + IIR4) TABEL JALAN - Persen Jln Akses Roda 4 (%R4) %R4 Invers Akses Roda 4 (IR4) = 1/%R4 IR4 Indeks InversAkses Roda 4 (IW4) = (IR4 kab - IR4 min) (IR4 max IR4 min) IW4 Gambar 4.3 Penghitungan Indeks Akses Terhadap Pangan

9 46 TABEL KEMATIAN BAYI - Angka Kematian Bayi (MB) MB Indeks Kematian Bayi (IMR) : = (MB kab - MB min) (MB max MB min) IMR TABEL HARAPAN HIDUP 1 TH - Harapan Hidup Usia 1 Th (HH) HH Invers Hrpan Hidup (IHH) = 1/HH IHH Indeks Inv. Harapan Hidup (ILEX) = (IR4 kab - IR4 min) (IR4 max IR4 min) ILEX Indeks Outcome Nutrisi Kesehatan (IHNO) = 1/3 (IMR + ILEX + INUT) IHNO TABEL ANAK KURANG GIZI - Persen Anak Kurang Gizi (%KG) %KG Indeks Anak Kurang Gizi (INUT) = (%KG kab - %KG min) (%KG max %KG min) INUT TABEL PENDUDUK AKSES AIR - Persen P.duduk Akses Air (%AA) %AA Invers Akses Air (IAA) = 1/%AA IAA Indeks Inv. Akses Air (IWAT) : = (%AA kab - %AA min) (%AA max %AA min) IWAT TABEL PUSKESMAS > 5 KM - % Pddk > 5 Km Puskesmas (%Pk) %Pk Indeks Pukesmas (IPUS) : = (%Pk kab - %Pk min) (%Pk max %Pk min) Indeks Infrastruktur Kesehatan (IHI) = 1/3 (IWAT + IPUS) IPUS IHI TABEL WANITA BUTA HURUF - % Wanita Buta Huruf (%WB) %WB Indeks Wanita Buta Huruf (IFI) : = (%WB kab - %WB min) (%WB max %WB min) IFI Diolah Per Propinsi Indeks Penyerapan Pangan Kab. (IFU) : = 1/3 (IHNO + IHI + IFI) Gambar 4.4 Penghitungan Indeks Penyerapan Pangan

10 47 Indeks Ketersediaan Pangan (IAV) : = (KP kab - KP min) (KP max KP min IAV Indeks Akses Pangan Kab. (IFLA) : = 1/2 (IPBL + IRI) IFLA Indeks Komposit Kerawanan Pangan (ICFI) = 1/3 (IAV + IFLA + IFU) Indeks Penyerapan Pangan Kab. (IFU) : = 1/3 (IHNO + IHI + IFI) IFU Range Indeks : > 0.80 Sangat Rawan Pangan < 0.80 Rawan Pangan < 0.64 Agak rawan Pangan < 0.48 Cukup Tahan Pangan < 0.32 Tahan Pangan < 0.16 Sangat Tahan Pangan Range indeks ini juga berlaku untuk penilaian dimensi dan indikator. Gambar 4.5 Penghitungan Indeks Komposit Ketahanan Pangan

11 48 Peta Kerawanan Nasional dan Tabel ICFI Kabupaten Pilih Peta Kabupaten Peta Kabupaten dan Tabel Dimensi IAV, IFLA, IFU Kabupaten Tersebut Pilih Dimensi Indeks Indikator dari Dimensi yang dipilih Jika Pilih Nasional MENU UTAMA KERAWANAN PANGAN: - NASIONAL - PER PROPINSI Jika Pilih Per Propinsi Daftar List Nama Propinsi Pilih Nama Propinsi Peta Kerawanan Propinsi dan Tabel ICFI Kabupaten Pilih Peta Kabupaten Peta Kabupaten dan Tabel Dimensi IAV, IFLA, IFU Kabupaten Tersebut Pilih Dimensi Indeks Indikator dari Dimensi yang dipilih Gambar 4.6 Menu Output

12 Rancangan Input Data input sistem informasi Eksekutif Kerawanan Pangan bersumber pada kebutuhan informasi kritis CSF. Informasi tersebut selanjutnya dijabarkan sebagai dasar perancangan input sistem informasi Eksekutif Kerawanan Pangan. Mengingat bahwa sistem ini menggunakan data dari data warehouse maka entry data dilakukan dalam database yang lain. Melalui data warehouse maka data yang tersimpan dalam database dapat langsung diekstrak ke dalam data warehouse. Selanjutnya dari data warehouse tersebut data diolah dalam sistem ketahanan pangan ini Rancangan EIS Proses pengolahan data dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah. Dari beberapa variabel dengan cakupan wilayah yang berbeda-beda dilakukan penilaian untuk indikator-indikator tertentu. Penilaian untuk setiap indikator dapat berupa rasio maupun persentase tergantung dari setiap indikator yang diukur. Untuk setiap indikator-indikator pada dimensi yang sama dilakukan penghitungan skor untuk dimensi tersebut. Total nilai skor untuk setiap dimensi antara 0 sampai dengan 1. Hasil rata-rata dari penghitungan ketiga dimensi menghasilkan kesimpulan mengenai kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah.

13 50 Tingkatan untuk kondisi ketahanan pangan atau prioritas kerawanan pangan di suatu wilayah dapat dilihat dari indeks berikut : Batasan Indeks : Prioritas 1 = > 0.80 Sangat Rawan Pangan Proritas 2 = < 0.80 Rawan Pangan Prioritas 3 = < 0.64 Agak rawan Pangan Prioritas 4 = < 0.48 Cukup Tahan Pangan Prioritas 5 = < 0.32 Tahan Pangan Prioritas 6 = < 0.16 Sangat Tahan Pangan Prioritas menunjukkan tingkat kerawanan pangan yang menjadikan prioritas dalam menuju ketahanan pangan di suatu wilayah. Semakin besar prioritas menunjukkan ketahanan pangan di suatu wilayah semakin tahan pangan atau semakin menurunnya tingkat kerawanan pangan. Variabel : Komoditi, Tingkat Wilayah, Periode, dan Variabel Lainnya Indikator-indikator Ketersediaan Pangan Indikator-indikator Akses Pangan dan Sumber Nafkah Indikator-indikator Pemanfaatan/ Penyerapan Pangan Dimensi Ketersediaan Pangan Dimensi Akses Pangan dan Sumber Nafkah Dimensi Pemanfaatan/ Penyerapan Pangan KETAHANAN PANGAN Gambar 4.7 Proses Analisis Data Ketahanan Pangan

14 51 Rancangan EIS dalam sistem informasi Eksekutif Kerawanan Pangan ini menggunakan spesifikasi teknis sebagai berikut : a. Engine : - Basisdata Engine : MS SQL Server 2000 Enterprise - Data warehouse Engine : MS SQL 2000 Analitical Server b. Arsitektur Aplikasi : - Web dengan menggunakan ASP, Microsoft IIS, Microsoft OWC - Excel dengan Microsoft Excel XP Rancangan Output Setiap data yang masuk dalam EIS diubah dalam bentuk laporan dan analisis periodik sesuai dengan kebutuhan eksekutif yang bersangkutan. Laporan yang dihasilkan mudah dibaca dan dipahami oleh eksekutif untuk melakukan pengambilan keputusan/ kebijakan mengenai ketahanan pangan. Bentuk laporan dan analisis dapat berupa gambar, peta, grafik, tabel dan lainnya. Setiap output dibuat file-filenya agar data tersebut dapat disimpan dan digunakan sewaktu-waktu oleh eksekutif. Laporan juga dapat menampilkan penyebab-penyebab dari kondisi ketahanan pangan. Dalam hal ini dapat dilihat skor untuk setiap dimensi dan indikator yang ada. Hal ini diperlukan untuk memberikan informasi yang lebih rinci kepada eksekutif.

15 52 Analisis Ketahanan Pangan Dimensi 1 - Indikator - Variabel Dimensi 2 - Indikator - Variabel Dimensi 3 - Indikator - Variabel Gambar 4.8 Drill Down Output Kemampuan drill down ini akan sangat membantu dalam mengambil atau memilah data sampai pada data rinci sesuai dengan informasi yang dibutuhkan dari keseluruhan data yang ada dalam sistem informasi eksekutif ini. Hal ini mengingat bahwa EIS harus mampu memberikan kecepatan akses terhadap informasi yang tepat waktu dan pengaksesan data secara langsung untuk menghasilkan laporan bagi pihak manajemen namun mampu memberikan informasi yang jelas. 4.5 Prototype Sistem Informasi Eksekutif Kerawanan Pangan Prototype sistem informasi eksekutif ini sesuai dengan hasil analisis sistem sebelumnya dimana output dibuat drill-down untuk lebih mempermudah mengetahui informasi secara lebih rinci. Untuk lebih jelasnya mengenai tampilan sistem informasi eksekutif dapat dilihat pada gambar berikut ini :

16 53 Gambar 4.9 Menu Login Gambar 4.10 Menu Cakupan Informasi Menu Login (Gambar 4.9) digunakan sebelum akses ke sistem informasi eksekutif kerawanan pangan. Menu ini bertujuan sebagai pengaman terhadap penggunaan sistem informasi eksekutif ini dari user yang tidak terdaftar sebagai eksekutif pengguna sistem. Menu cakupan digunakan untuk melihat cakupan kondisi kerawanan pangan serta indikator-indikatornya yang terjadi pada suatu cakupan wilayah tertentu. Dalam menu ini ditampilkan pilihan untuk cakupan propinsi dan kabupaten. Selanjutnya ditampilkan Menu Kerawanan Pangan Nasional setelah memilih langkah lanjut dalam sistem ini.

17 54 Menu Kerawanan Pangan Nasional yang tersaji pada Gambar 4.11 menampilkan kondisi kerawanan pangan. Untuk melihat kondisi kerawanan pangan nasional maka pada pilihan combo box propinsi, pilih semua propinsi. Selanjutnya pilih indeks yang akan dilihat. Indeks terdiri dari 3 indeks penyusun ketahanan pangan serta indeks komposit. Sedangkan untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan di sutu propinsi yang terdiri dari beberapa kabupaten, pilih propinsi yang dimaksudkan dari pilihan propinsi pada combo box. Selanjutnya pilihkan indeks yang akan dilihat. Gambar 4.11 Menu Ketahanan Pangan Nasional

18 55 Setelah dipilih propinsi maka muncul kondisi kerawanan pangan di seluruh kabupaten yang ada dalam propinsi tersebut. Selain itu selanjutnya dapat diketahui kondisi dimensi-dimensi pembentuk indeks kerawanan pangan dengan meng-klik kabupaten yang hendak diketahui kondisi dimensi-dimensi pembentuk kerawanan pangan (Gambar 4.12). Gambar 4.12 Menu Ketahanan Pangan Propinsi Drill-down bertujuan untuk memberikan informasi yang lebih detail serta mudah dipahami oleh eksekutif. Tampilan output yang berupa grafik lebih mempermudah eksekutif dalam mengetahui kondisi kerawanan pangan di suatu wilayah. Menu dill down per indeks penyusun kerawanan pangan dapat dilihat pada Gambar 4.13.

19 56 Gambar 4.13 Menu Drill Down Per Nilai Indeks Untuk lebih melengkapi data dan informasi bagi eksekutif dalam pengambilan kebijakan, maka drill down tidak berhenti sampai nilai indeks. Bahkan drill down dilakukan sampai pada informasi mengenai data pada level terkecil, yaitu data parameter penyusun suatu indeks.

20 57 Jumlah Penduduk Produksi Padi Produksi Jagung Gambar 4.14 Menu Drill Down Grafik Per Indikator Gambar 4.15 Menu Drill Down Tabel Per Indikator Rancangan output sistem informasi eksekutif ini dibuat dengan fasilitas drill down dari cakupan data global sampai dengan data rinci. Fasilitas drill down digunakan agar eksekutif mampu mendapatkan informasi secara detail sehingga dapat membantu eksekutif dalam pengambilan kebijakan yang lebih tepat.

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam penyelesaian tesis, dimana dalam kerangka pikir ini dimulai dari mengidentifkasikan isu pokok

Lebih terperinci

SKPG TAHUNAN. S i s t e m K e w a s p a d a a n P a n g a n d a n G i z i,

SKPG TAHUNAN. S i s t e m K e w a s p a d a a n P a n g a n d a n G i z i, SKPG TAHUNAN S i s t e m K e w a s p a d a a n P a n g a n d a n G i z i, 2 0 1 3 20 III. PENGENALAN SUMBER DATA DAN TABEL ISIAN SKPG TAHUNAN Analisis SKPG tahunan dilakukan dalam rangka mengetahui situasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PENGGALIAN DATA UNTUK PEMETAAN Rosihan Asmara, SE, MP Email :rosihan@brawijaya.ac.id UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Peta Kerawanan Pangan Peta kerawanan pangan pada tingkat provinsi merupakan alat-bantu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data cross section yaitu data yang terdiri dari satu objek namun memerlukan sub-objek lainnya

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUALA CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUALA CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU ANALISIS KETAHANAN PANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUALA CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU Rommy Karmiliyanto, Ahmad Rifai, dan Susy Edwina Fakultas Pertanian Universitas Riau

Lebih terperinci

Daftar Isi. A. Pendahuluan B. Operasional Sistem Halaman Login Menu Dashboard Menu Data Kemiskinan... 3

Daftar Isi. A. Pendahuluan B. Operasional Sistem Halaman Login Menu Dashboard Menu Data Kemiskinan... 3 Daftar Isi A. Pendahuluan... 1 B. Operasional Sistem... 1 Halaman Login... 1 Menu Dashboard... 2 Menu Data Kemiskinan... 3 Sub Menu Kemiskinan dan Ketenagakerjaan... 3 Sub Menu Kesehatan... 4 Sub Menu

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU

KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU Tibrani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau E-mail: tibrani@agr.uir.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN APLIKASI PELAPORAN DATA

BUKU PANDUAN APLIKASI PELAPORAN DATA BUKU PANDUAN APLIKASI PELAPORAN DATA DIREKTORAT PERBENIHAN HORTIKULTURA Kementerian Pertanian 2013 Rev 1.0 Daftar Isi i. Daftar Isi.. 1 ii. Pengantar. 2 1. Persyaratan operasional aplikasi 3 2. Cara Akses

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Implementasi dan Analisis

Bab 4 Hasil Implementasi dan Analisis Bab 4 Hasil Implementasi dan Analisis 4.1 Pengantar Pada bagian keempat ini akan dibahas implementasi dari perancangan skenario perbandingan yang sudah dibuat pada bagian sebelumnya, yaitu implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Hasil IV.1.1. Halaman Form Login Adapun tampilan form login dapat dilihat pada gambar IV.1.: Gambar IV.1. Halaman Form Login Form login berfungsi untuk melakukan

Lebih terperinci

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan Determinant of Food Security and Vulnerability on Sub Optimal Area in South Sumatera Riswani 1 *)

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan 71 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan perancangan aplikasi perhitungan gaji karyawan pada Koperasi Udara Jawa meliputi tahap implementasi, uji

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH)

ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH) AGRISE Volume XV No. 3 Bulan Agustus 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan dari Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan institusi pendidikan secara pesat akhir-akhir ini membawa persaingan yang cukup ketat, sehingga membuat institusi tersebut berusaha untuk memperbaiki sarana

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN P R O S I D I N G 103 TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN Rini Mutisari 1*, Rosihan Asmara 1, Fahriyah 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Sumberdaya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DATA WAREHOUSE 4.1 Arsitektur Data Warehouse Pelaksanaan rancangan data warehouse dimulai dengan menjalankan pencarian data yang berhubungan dengan pembuatan laporan bagi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program merupakan implementasi dari hasil analisis, diharapkan dengan adanya implementasi ini dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan tahap implementasi dan pengujian sistem, dilakukan setelah tahap analisis dan perancangan selesai dilakukan. Untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan dari suatu sistem informasi. Hasil akhir dari analisis sistem

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan dari suatu sistem informasi. Hasil akhir dari analisis sistem BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis yang Berjalan Analisis sistem merupakan proses memilah-milah suatu permasalahan menjadi elemen-elemen yang lebih kecil untuk dipelajari guna mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun pembuatan aplikasi perhitungan penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Program Adapun hasil dan pembahasan sistem akuntanasi piutang pada PT. Pertamina UPMS 1 Medan adalah seperti berikut : IV.1.1 Tampilan Input 1. Login Adapun hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 91 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari perancangan sistem informasi akutansi dana subsidi keterampilan program peningkatan mutu pada SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penjualan Roti Menggunakan Web-Services pada Yulia Bakery dibutuhkan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penjualan Roti Menggunakan Web-Services pada Yulia Bakery dibutuhkan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Penjualan Roti Menggunakan Web-Services pada Yulia Bakery dibutuhkan perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat berkembang, sehingga dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Rancangan Layar Pergantian Karyawan Per Tahun

Rancangan Layar Pergantian Karyawan Per Tahun 129 4.7.25 Rancangan Layar Pergantian Karyawan Per Tahun Gambar 4.50 Rancangan Layar Pergantian Karyawan Per Tahun Layar Pergantian Karyawan per Tahun menampilkan informasi pergantian karyawan satu tahun

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun sistem informasi ini ada beberapa spesifikasi perangkat lunak dan perangkat keras yang dibutuhkan sebagai berikut 4.1.1

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya, sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services) BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi Program Sistem Informasi Seleksi Pengangkatan Pegawai Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services) ini dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI. Implementasi pada penelitian tugas akhir ini berupa aplikasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI. Implementasi pada penelitian tugas akhir ini berupa aplikasi 64 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV EVALUASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Implementasi pada penelitian tugas akhir ini berupa aplikasi pemrograman yang menerapkan query fuzzy untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV. Hasil IV.1. Tampilan Hasil 1. Halaman Home Halaman home merupakan tampilan aplikasi saat pertama dijalankan. Bentuk halaman home dapat dilihat pada gambar IV.1 Gambar IV.1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tampilan hasil perancangan Sistem Informasi Penentuan Siswa Berprestasi pada SMA Swa Bina Karya dengan tujuan agar para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Tampilan Hasil Hasil tampilan program aplikasi sistem informasi laporan pendapatan rawat jalan yang dirancang dapat dilihat pada gambar berikut ini: IV.1.1. Tampilan Input

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah. pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan.

BAB I PENDAHULUAN. Instansi umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah. pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Biaya Operasional merupakan biaya yang memiliki peran besar dalam mempengaruhi keberhasilan instansi mencapai tujuan, yaitu memperoleh laba. Instansi umumnya akan

Lebih terperinci

Better Prepared And Ready to Help

Better Prepared And Ready to Help Mengukur dan Memahami Kerawanan Pangan di Indonesia: Pengalaman WFP Emergency Retno Sri Handini Preparedness VAM Officer Mission Nepal Yogyakarta, 10 Desember 2015 Outline 1. Program WFP di Indonesia 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat dalam segala bidang. Banyak perusahaan besar atau instansi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat dalam segala bidang. Banyak perusahaan besar atau instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi informasi mengalami kemajuan yang pesat dalam segala bidang. Banyak perusahaan besar atau instansi menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 24 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study.penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yang bersumber dari data riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pertanian sebagai instansi pemerintah dengan visi. pembangunan pertanian di era pasca reformasi ini adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pertanian sebagai instansi pemerintah dengan visi. pembangunan pertanian di era pasca reformasi ini adalah terwujudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen Pertanian sebagai instansi pemerintah dengan visi pembangunan pertanian di era pasca reformasi ini adalah terwujudnya pertanian tangguh untuk kemantapan

Lebih terperinci

KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN BERDASARKAN INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT

KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN BERDASARKAN INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN BERDASARKAN INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT Sebagaimana disebutkan di dalam Bab 1, bahwa kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis secara komposit ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 61 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari perancangan sistem informasi akuntansi penjualan es balok pada PT. Cita Sumatera Agung. IV.1.1. Tampilan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi. Memory RAM 256 Mb atau lebih tinggi. Minimal Hardisk 8 Gb atau lebih

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Processor Intel Pentium IV atau lebih tinggi. Memory RAM 256 Mb atau lebih tinggi. Minimal Hardisk 8 Gb atau lebih BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Dukungan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk perancangan aplikasi VB 6.0 dan ArcView. Processor Intel Pentium IV atau lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 50 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Hasil rancangan sistem informasi geografis lokasi kantor cabang pembantu pembayaran listrik yang penulis buat sudah selesai dimana tampilan terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas, maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah-langkah Penelitian Seperti telah disebutkan bahwa tujuan penelitian adalah untuk merancang model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menghasilkan informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan administrasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menghasilkan informasi-informasi yang sesuai dengan kebutuhan administrasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi dan evaluasi adalah tahap mengimplementasikan analisis dan perancangan yang telah dibuat agar dapat melakukan proses rekam medis dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa perangkat lunak dan perancangan atau desain perangkat lunak. 3.1 ANALISA SISTEM Analisa aplikasi ini meliputi 3 (tiga)

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA 7 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. User Interface Aplikasi Data Warehouse JMDC. Gambar L1. User Interface Login

LAMPIRAN. User Interface Aplikasi Data Warehouse JMDC. Gambar L1. User Interface Login L1 LAMPIRAN User Interface Aplikasi Data Warehouse JMDC Gambar L1 User Interface Login L2 Gambar L2 User Interface Total Pelaksanaan Diklat Pivot L3 Gambar L3 User Interface Total Pelaksanaan Diklat Per-Tahun

Lebih terperinci

Manual Penggunaan Aplikasi Web Keluarga Sehat - Kementerian Kesehatan

Manual Penggunaan Aplikasi Web Keluarga Sehat - Kementerian Kesehatan ... i MANUAL PENGGUNAAN APLIKASI KELUARGA SEHAT (VERSI WEB) KEMENTERIAN KESEHATAN 2016 1 DAFTAR ISI BAGIAN I - PENDAHULUAN... 3 1.1. Roadmap Pengembangan Aplikasi Web Keluarga Sehat (KS)... 3 1.2. Aktor

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Implementasi adalah sebuah tahap dimana analisa dan rancangan yang sudah dibuat sebelumnya dijalankan. Pada tahap ini perangkat keras dan perangkat lunak

Lebih terperinci

3.5 Arsitektur Data Warehouse Data Source Data Warehouse Surveilans Terpadu Penyakit (STP) kabupatenbantul

3.5 Arsitektur Data Warehouse Data Source Data Warehouse Surveilans Terpadu Penyakit (STP) kabupatenbantul DAFTAR ISI aman Judul... i aman Pengesahan... ii aman Pernyataan... iii aman Persembahan dan Motto... iv Kata Pengantar... v Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... x Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Sosiometri Berbasis Web

Sosiometri Berbasis Web Sosiometri Berbasis Web Pengantar Untuk mempermudah pembuatan sosiometri dan sosiogram, telah tersedia program Sosiometri Berbasis Web. Program ini bisa diakses melalui alamat : sosiometri.shidec.com Bagi

Lebih terperinci

USER MANUAL SISTEM INFORMASI PEMBINAAN GEDUNG DAN BAGUNAN

USER MANUAL SISTEM INFORMASI PEMBINAAN GEDUNG DAN BAGUNAN USER MANUAL SISTEM INFORMASI PEMBINAAN GEDUNG DAN BAGUNAN MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) Modul Tata Cara pemeriksaan Kesesuaian substansi Perda BG pada http://103.12.84.126/simbg/ Halaman 1 A. Mengakses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari pembuatan Sistem Informasi Geografis Lokasi Yang Terkena Dampak Bencana Gunung Sinabung Berbasis Web

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Bayi adalah anak dari manusia atau hewan yang masih berusia sangat muda. Ketika bayi sudah mulai berjalan, disebut dengan balita. Umumnya istilah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dari sistem. Terdiri dari 2 subbab, yaitu: implementasi, dan evaluasi.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dari sistem. Terdiri dari 2 subbab, yaitu: implementasi, dan evaluasi. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi ini berisi tentang implementasi dan evaluasi dari sistem. Terdiri dari 2 subbab, yaitu: implementasi, dan evaluasi. 4.1 Implementasi Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berupa data data hasil wawancara, observasi, analisis masalah.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berupa data data hasil wawancara, observasi, analisis masalah. 25 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis sistem Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembuatan aplikasi dimulai dari tahap perencanaan yang membahas mengenai proses pengumpulan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Lokasi Loket Bus di Kota Medan dapat dilihat sebagai berikut : IV.1.1. Hasil

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Uraian Hasil Metode Gabungan AHP dan TOPSIS Dalam penyelesaian permasalahan dengan metode AHP dan TOPSIS ada beberapa langkah-langkah pemecahannya, yaitu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 HALAMAN JUDUL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut:

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah sebagai berikut: BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi minimum hardware yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi dari Sistem Informasi Geografi(SIG) ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 56 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Hasil rancangan sistem informasi geografis letak akademi kebidanan di Kota Medan yang penulis buat sudah selesai dimana tampilan terdiri dari 2 sbagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Sistem Untuk pengembangan sistem, penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Selain untuk proses pembuatan, SDLC juga

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. IMPLEMENTASI Setelah ada nya tahap desain mengenai Sistem Informasi Monitorig Pembayaran Dan Pengambilan Produk Kartu Perdana Bundling ini maka diperlukan sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini akan dijelaskan tentang tampilan hasil dari perancangan Sistem Pendukung Keputusan Siswa Berprestasi Dengan Metode WP (Weighted Product) dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Adapun yang akan dibahas pada bab ini yaitu mengenai hasil dari pembahasan Sistem Informasi Geografis Letak Persebaran Outlet Blackberry TAM wilayah kota Medan, yang telah dibuat

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 18/PRT/M/2011 Tanggal : 7 Desember 2011 PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA 1 PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 5.1. Pengujian Pengujian merupakan bagian yang terpenting dalam siklus pembangunan perangkat lunak. Pengujian dilakukan untuk untuk memeriksa kekompakan antara komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan koordinasi penyusunan rencana kegiatan perjalanan dinas. Kegiatan perjalanan dinas dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Fitur Sinkronisasi PDDIKTI. Daftar Isi

Buku Petunjuk Fitur Sinkronisasi PDDIKTI. Daftar Isi Daftar Isi Daftar Isi... i I. Pendahuluan... 1 II. Sinkronisasi Online... 1 1. Langkah-langkah sinkronisasi online... 1 III. Sinkronisasi Offline... 3 1. Langkah-langkah sinkronisasi offline... 3 Halaman

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS Software User Manual Sistem Informasi gtjurnal Panduan Bagi Pengguna Portal Jurnal UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS Daftar Isi Daftar Isi... 2 1. Pendahuluan... 3 1.1 Identifikasi... 3 1.2 Gambaran Sistem...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, pada pasal 1 ayat 17, menyebutkan ketahanan pangan

Lebih terperinci

Aplikasi SI Kemiskinan Daerah V.1. USER MANUAL APLIKASI SI Kemiskinan Daerah V.1 BAPPEDA JAKARTA

Aplikasi SI Kemiskinan Daerah V.1. USER MANUAL APLIKASI SI Kemiskinan Daerah V.1 BAPPEDA JAKARTA USER MANUAL APLIKASI SI Kemiskinan Daerah V.1 BAPPEDA JAKARTA 1 Sistem Informasi Kemiskinan dibangun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan dalam penanggulangan kemiskinan secara

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Pemberian Bonus Berdasarkan Kinerja Karyawan ini masih dilakukan secara manual dan tidak efisiensi baik dari segi waktu maupun biaya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 51 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Spesifikasi Rancangan Pada sub bab spesifikasi rancangan ini akan dibahas mengenai spesifikasi perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras. IV.1.1. Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Hardware Spesifikasi hardware minimum yang diperlukan untuk menjalankan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : a. Processor

Lebih terperinci

Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi. Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi

Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi. Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi 202 4.12.34 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi 203 4.12.35 Layar Print Laporan Analisis ABC Berdasarkan Pemakaian Gambar 4.71 Layar Print

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penentuan Distor Capasity Wilsu Cab. Lubuk Pakam Rayon Perbaungan Berbasis Web memiliki fungsi sebagai berikut : pegawai

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. minimal pengguna harus mempersiapkan spesifikasi sebagai berikut:

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. minimal pengguna harus mempersiapkan spesifikasi sebagai berikut: BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Instalasi Program Pada tahap ini dijelaskan mengenai implementasi dari perangkat keras dan lunak yang harus dipersiapkan oleh pengguna. Untuk perangkat keras, minimal

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Impelentasi Implementasi sistem ini menggambarkan penerapan dan kebutuhan sistem untuk menjalankan program dimana aplikasi ini merupakan aplikasi administrasi gudang.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Instalasi Program dan Pengaturan Sistem

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Instalasi Program dan Pengaturan Sistem BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Sistem Implementasi program merupakan hasil implementasi dari analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Diharapkan dengan adanya implementasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini adalah tampilan hasil perancangan Sistem Informasi Akutansi Penjualan Konsinyasi pada PT. Metro Makmur Nusantara adalah sebagai berikut:. 1. Tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Dalam mengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Dalam mengelola perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Biaya produksi adalah sejumlah biaya pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Dalam mengelola perusahaan diperlukan adanya suatu

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dalam membangun, pemerintah dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk hard copy maupun bertanya kepada beberapa orang sekitar. Dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk hard copy maupun bertanya kepada beberapa orang sekitar. Dimana ini BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia pencarian suatu lokasi tempat hiburan khususnya karaoke selama ini masih dilakukan secara manual yaitu dengan cara melihat peta yang berbentuk hard copy

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari sistem terdiri dari kebutuhan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. dari sistem terdiri dari kebutuhan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Tahap implementasi merupakan tahap penerapan dari hasil analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sebelum melakukan tahap implementasi,

Lebih terperinci

I. BAB I PERSYARATAN PRODUK

I. BAB I PERSYARATAN PRODUK I. BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan I.1.1 Tujuan Merancang suatu website yang dapat menyimpan, menampilkan dan mengolah informasi tamu hotel, kamar yang telah dipesan, dan kamar yang masih kosong

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu kegiatan utama bagi pemerintah daerah disamping pelayanan dan operasional internal birokrasi. Dalam membangun, pemerintah dituntut

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. dapat mencatat debit tertinggi sungai. Aplikasi yang ada pada Balai Besar

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. dapat mencatat debit tertinggi sungai. Aplikasi yang ada pada Balai Besar BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Membuat Prosedur Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Brantas ini belum memiliki aplikasi yang dapat mencatat debit tertinggi sungai. Aplikasi yang ada pada Balai Besar Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi yaitu pengolahan data yang bisa dilakukan secara tepat,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi yaitu pengolahan data yang bisa dilakukan secara tepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini semakin berkembang dengan pesat, sehingga menyebabkan segala aspek kehidupan manusia selalu dihubungkan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. adalah penginstalan perangkat lunak SQL server terlebih dahulu lalu mengkopi sistem

BAB 5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. adalah penginstalan perangkat lunak SQL server terlebih dahulu lalu mengkopi sistem BAB 5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 5.1. Implementasi Sistem Untuk dapat menjalankan sistem ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penginstalan perangkat lunak SQL server terlebih dahulu lalu mengkopi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan yang kami lakukan pada kerja praktek di PT. Malayandi Tour & Travel hanya mengenai karyawan tetap saja.

BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan yang kami lakukan pada kerja praktek di PT. Malayandi Tour & Travel hanya mengenai karyawan tetap saja. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem adalah proses penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya yang bertujuan untuk mengidentifkasi dan mengevaluasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 37 IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 4.1 Jalan Jalan merupakan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain atau satu pusat perekonomian ke pusat perekonomian lainnya. Ketersediaan

Lebih terperinci