MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL JIP.SM BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

2 JIP.SM KATA PENGANTAR Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi. Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (Competence Based Training) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaannya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut, maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual yang mengacu pada SKKNI Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor KEP.342/MEN/X/2007. Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif. Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja. Jakarta, Nopember 2013 DIREKTUR STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN KUNJUNG MASEHAT, S.H., M.M. NIP Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 1 dari 109

3 JIP.SM DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) B. Unit Kompetensi Prasyarat C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) BAB II URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Pengertian-Pengertian E. Diagram Alir Unit Kompetensi F. Materi Pelatihan Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat di Putar dengan Proses Las Busur Manual Menyiapkan Fasilitas Pengelasan a. Macam-Macam dan Fungsi Alat Pelindung Diri,Consummable Material dan Peralatan Pengelasan b. Cara Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri,Consummable Material dan Peralatan Pengelasan c. SOP Penerapan APD/PPE d. Spesifikasi APD/PPE e. Cara Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri/PPE untuk Diterapkan Berdasarkan SOP f. Pengertian Tuntutan Pekerjaan atau WPS g. Cara Menyiapkan Jenis Dan Ukuran Bahan Elektroda Las Sesuai Dengan Tuntutan Pekerjaan Atau WPS h. Cara Menyiapkan Peralatan Utama Dan Pendukung Berdasarkan Tuntutan Pekerjaan Atau WPS Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 2 dari 109

4 JIP.SM Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar a. Macam Dan Karakteristik Mesin Las Dan Teknik Pengelasan Sesuai Dengan Kebutuhan Pengelasan b. Cara Mengatur Besarnya Arus Listrik Diatur Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Elektroda Las Yang Digunakan Atau WPS Yang Ditentukan c. Membuat Las Cantum (Tack Weld) Sesuai Dengan Ukuran Dan Jumlah Bahan Yang Dilas d. Cara Mendemontrasikan Pengelasan Pipa Pada Pelat Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Sesuai Dengan Teknik Pengelasan Yang Berlaku (SOP) Dengan Menerapkan K e. Cara Mendemontrasikan Pengelasan Pipa Sambungan Tumpul Kampuh V Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Sesuai Dengan Teknik Pengelasan Yang Berlaku (SOP) Dengan Menerapkan K Melaksanakan Pemeriksaan Hasil Pengelasan Secara Visual a. Macam Dan Fungsi Alat Uji Dan Alat Ukur Hasil Pengelasan Diidentifikasi, Disiapkan Dan Diperiksa Fungsi Dan Validitasnya - 73 b. Cara Mengidentifikasi, Menyiapkan Dan Memeriksa Fungsi Dan Validitas Alat Uji Dan Alat Ukur Hasil Pengelasan c. Cara Memeriksa Seluruh Hasil Pengelasan Secara Visual Dan Membandingkan Dengan Standar Baku d. Cara Menyimpulkan Dan Menafsirkan Hasil Pemeriksaan Visual - 86 e. Cara Melakukan Perbaikan Hasil Las (Bila Diperlukan) Sesuai SOP Melaporkan Hasil Pengelasan a. Cara Memahami Instrumen Pengamatan Proses Dan Pengukuran Hasil Las (WPQR) b. Cara Menginput Data Hasil Pengamatan Dan Pengukuran Dalam Instrumen Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 3 dari 109

5 JIP.SM c. Cara Menyerahkan Laporan Hasil Pengamatan Dan Pengukuran Kepada Yang Berhak Sesuai Dengan SOP BAB III SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 104 A. Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Pustaka Buku Referensi B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 4 dari 109

6 JIP.SM BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) 1. Kode Unit : JIP.SM Judul Unit : Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar dengan Proses Las Busur Manual 3. Deskripsi Unit : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam pengelasan pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual (SMAW) pada Jasa Industri Pengelasan. Elemen Kompetensi 1. Menyiapkan fasilitas pengelasan 2. Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar Kriteria Unjuk Kerja 1.1 Alat Pelindung Diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan diidentifikasi. 1.2 Alat Pelindung Diri/PPE diidentifikasi dan diterapkan berdasarkan SOP 1.3 Jenis dan ukuran bahan dan elektroda las disiapkan sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS. 1.4 Peralatan utama dan pendukung disiapkan berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS. 2.1 Karakteristik mesin las dan teknik pengelasan dipahami sesuai dengan kebutuhan pengelasan. 2.2 Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan. 2.3 Las cantum (tack weld dibuat dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 5 dari 109

7 JIP.SM Elemen Kompetensi 3. Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual 4. Melaporkan hasil pengelasan. Kriteria Unjuk Kerja 2.4 Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 3.1 Alat uji dan alat ukur hasil pengelasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya. 3.2 Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku. 3.3 Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan. 3.4 Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP. 4.1 Instrumen pengamatan proses dan pengukuran hasil las (WPQR) dipahami. 4.2 Data hasil pengamatan dan pengukuran diinput dalam instrumen. 4.3 Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai dengan SOP. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 6 dari 109

8 JIP.SM Batasan Variabel a. Konteks Variabel : Unit ini berisikan pengetahuan, sikap kerja serta keterampilan dalam mengelas sambungan tumpul (butt) dilas satu sisi (single V-butt) pada pipa posisi miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual (SMAW) yang relevan dengan Jasa Industri Pengelasan. b. Perlengkapan untuk mengelas pelat pipa posisi miring tidak dapat diputar : 1) Buku sumber/modul/sop/wps sebagai referensi 2) Lembar kerja pengoperasian mesin 3) Unit mesin las listrik, minimal kapasitas 300 Amper (duty cycle 100% pada 140A) 4) Bahan las (consummable material) 5) Alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja las 6) Alat-alat bantu pengelasan, a.l : meja kerja dan tonggak/standar serta klem benda kerja (jika perlu) 7) Alat-alat pengujian hasil las c. Tugas yang dilakukan dalam mengelas pipa posisi miring tidak dapat diputar : 1) Mempersiapkan fasilitas pengelasan (mesin dan APD). 2) Mempersiapkan bahan las (benda kerja dan elektroda yang bervariasi) 3) Melakukan pengelasan sambungan tumpul (butt) pada bahan pipa posisi miring tidak dapat diputar. 4) Memeriksa hasil las secara visual 5) Melaporkan hasil las d. Peraturan/ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Manual penggunaan alat-alat tangan dan mesin las. 2) Standar Operasional Prosedur (SOP) dan/atau WPS 3) Peraturan/ketentuan dari lembaga/tempat kerja/perusahaan yang berkenaan tentang prosedur penggunaan mesin-mesin las, bahan las dan fasilitas pendukung lainnya. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 7 dari 109

9 JIP.SM Panduan Penilaian a. Konteks Penilaian : Unit ini boleh dilakukan dalam pekerjaan. - Kompetensi tertutupi pada unit ini dengan demonstrasikan oleh pekerjaan individu sendiri. - Penilaian sangat tergantung dari sikap individu sendiri dalam lingkungan kerjaannya. - Hasil yang dikumpulkan melalui identifikasi teman (kolega) akan memberikan keterangan kopentensi yang tepat. - Fakta-fakta yang pernah dikumpulkan pada ojt berhubungan dengan unit ini. Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : Unit JIP.SM : Mengelas pipa posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar dengan proses las busur manual (SMAW) b. Kondisi Penilaian: 1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penyiapan, pelaksanaan, pengamatan proses dan pemeriksaan hasil pengelasan pipa posisi miring tidak dapat diputar serta pelaporan hasil kerja. 2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara : portofolio, lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, pemeriksaan hasil kegiatan (project work) dan simulasi di workshop dan/atau ditempat kerja. 3) Penilaian/pengujian hasil pengelasan pada unit ini dilakukan secara pengamatan (visual) dan destructive test/dt; untuk sambungan tumpul (butt) digunakan guided bend test (root bend test, face band test dan side bend test) dan/atau NDT (X-Ray) maupun pengujian relevan lainnya yang mengacu pada kriteria yang berlaku secara nasional atau internasional. c. Pengetahuan yang dibutuhkan: 1) Prosedur persiapan sambungan 2) Prosedur pengelasan pipa posisi miring tidak dapat diputar Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 8 dari 109

10 JIP.SM ) Prosedur pemeriksaan hasil las secara visual dan pelaporannya d. Keterampilan yang dibutuhkan: 1) Mengatur (setting) mesin las busur manual sesuai SOP atau WPS. 2) Menyiapkan bahan las sesuai SOP atau WPS. 3) Melakukan pengelasan sambungan pipa posisi miring tidak dapat diputar sesuai lembar kerja/ SOP/ WPS. 4) Melakukan pemeriksaan secara visual pada hasil las mengacu pada standar baku (nasional/internasional). 5) Membuat laporan (mengisi cek lis) pemeriksaan hasil las. e. Aspek kritis: Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : 1) Pemilihan dan penggunaan elektroda 2) Persiapan sambungan las 3) Pengaturan besar arus (Amper) pada tiap jalur (layer) 4) Prosedur pengelasan pipa posisi miring tidak dapat diputar 5) Gerakan/ayunan (weaving) elektroda f. Catatan Khusus Selama penilaian sesorang akan: - mendemonstrasikan cara kerja yang aman selama bekerja. -bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaannya sendiri; - merencanakan tugas-tugas dalam berbagai situasi dan mengulang tugas yang diberikan dengan tepat; - mengerjakan tugas menurut prosedur standar operasi, - mengerjakan tugas secara spesifik, menggunakan teknik yang tepat, praktik proses dan prosedur kerja. g. Pedoman Penilaian 1) Sesuaikan pelindung dan sepatu bengkel yang telah rusak dan dalam kondisi yang diperbaiki Semua pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dengan benar dan aman sesuai dengan prosedur bengkel. 2) Perbaiki dan sesuiakan penggunaan pakaian kerja dan praktek keselamatan kerja yang dirawat. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 9 dari 109

11 JIP.SM ) Semua WPS dituntut untuk digunakan dan dirangkaikan pada operasi setelah diikuti dengan benar berdasarkan dengan lembar kerja dan tempat praktek beserta prosedur. 4) Penuhi informasi dari WPS dengan terpahami dan digunakan dengan tepat. Masing-masing tingkatan pada rangkaian operasi yang ada dijelaskan dengan benar. 5) Perbaiki peralatan pendamping las dan pilih operasi mesin las dengan seksama. Semua peralatan dipilih secara benar pada saat digunakan. 6) Pilih elektroda yang sesuai untuk pengelasan. 7) Persiapkan Bahan las dan alat pendukung sambungan pengelasan 8) Rancanakan sambungan lasan dengan tepat. 9) Pengaturan mesin dengan tepat. 10) Lakukan proses pengelasan sesuai WPS. 11) Prosedur akhir pengelasan dan pembersihan hasil las. 12) Periksa hasil lasan apakah terdapat cacat las atau tidak. 13) Lakukan proses repair (jika diperlukan) 14) Laporkan hasil pengelasan. 15) Operator menjamin kebersihan bengkel setelah selesai pengelasan. 16) Perlakuan alat dan bahan serta penyimpanan yang tepat. h. KOMPETENSI KUNCI NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa data/informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 2 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 10 dari 109

12 JIP.SM B. Unit Kompetensi Prasyarat Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual ini peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut : 1. Melaksanakan rutinitas pengelasan dengan proses las busur manual 2. Mengelas pelat posisi dibawah tangan dengan proses las busur manual 3. Mengelas pelat posisi horisontal dengan proses las busur manual 4. Mengelas pelat posisi vertikal dengan proses las busur manual 5. Mengelas pelat posisi di atas kepala dengan proses las busur manual 6. Mengelas pipa posisi sumbu mendatar dapat diputar dengan proses las busur manual. 7. Mengelas pipa posisi sumbu tegak dapat diputar dengan proses las busur manual. 8. Mengelas pipa posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar dengan proses las busur manual (SMAW) Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Halaman: 11 dari 109

13 C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1. Judul Unit Kompetensi : Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar dengan Proses Las Busur Manual 2. Kode Unit Kompetensi : JIP.SM Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam pengelasan pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual (SMAW) pada Jasa Industri Pengelasan. 4. Perkiraan Waktu Pelatihan : Menit 5. Tabel Silabus Unit Kompetensi : ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 1. Menyiapkan fasilitas pengelasan 1.1 Alat Pelindung Diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan diidentifikasi. Dapat menjelaskan macammacam dan fungsi alat pelindung diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi alat pelindung diri, consumable materials, dan peralatan pengelasan Macam- macam dan fungsi alat pelindung diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan Cara mengidentifikasi alat pelindung diri, consumable material, dan peralatan pengelasan Mengidentifikasi alat-alat pelindung diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan Cermat Teliti Taat asas 2 4 Halaman: 12 dari 109

14 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan Mampu mengidentifikasi alat pelindung diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan Harus bersikap cermat, teliti, dan taat asas 1.2 Alat Pelindung Diri/PPE diidentifikasi dan diterapkan berdasarkan SOP. Dapat menjelaskan SOP penerapan APD / PPE Dapat menjelaskan spesifikasi APD/PPE Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi alat pelindung diri/ppe untuk diterapkan berdasarkan SOP Mampu mengidentifikasi alat pelindung diri/ppe untuk diterapkan berdasarkan SOP Harus bersikap cermat, teliti, dan memperhatikan SOP SOP penerapan APD/PPE Spesifikasi APD/PPE Cara mengidentifikasi alat pelindung diri/ppe untuk diterapkan berdasarkan SOP Mengidentifikasi alat pelindung diri/ppe untuk diterapkan berdasarkan SOP Cermat Teliti Memperhatikan SOP 1.3 Jenis dan ukuran bahan dan elektroda las disiapkan sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS. Dapat menjelaskan pengertian tuntutan pekerjaan atau WPS Dapat menjelaskan cara menyiapkan jenis dan ukuran bahan dan elektroda las sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS Pengertian tuntutan pekerjaan atau WPS Cara menyiapkan jenis dan ukuran bahan dan elektroda las sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS Menyiapkan jenis dan ukuran bahan dan elektroda las sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS Cermat Teliti Taat asas Halaman: 13 dari 109

15 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan Mampu menyiapkan jenis dan ukuran bahan dan elektroda sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS Harus cermat, teliti, dan taat asas 1.4 Peralatan utama dan pendukung disiapkan berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS. Dapat menjelaskan cara menyiapkan peralatan utama dan pendukung berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS Mampu menyiapkan peralatan utama dan alat pendukung berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara menyiapkan peralatan utama dan pendukung berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS Menyiapkan peralatan utama dan alat pendukung berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS Cermat Teliti Taat asas Asesmen 2. Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar 2.1 Karakteristik mesin las dan teknik pengelasan dipahami sesuai dengan kebutuhan pengelasan Dapat menjelaskan macam dan karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan Macam dan karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan - - Halaman: 14 dari 109

16 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 2.2 Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan. Dapat menjelaskan cara mengatur besarnya arus listrik berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan Mampu mengatur besarnya arus listrik berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara mengatur besarnya arus listrik berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan Mengatur besarnya arus listrik berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan Cermat Teliti Taat asas Las cantum (tack weld) dibuat dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. Dapat menjelaskan cara membuat las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah bahan yang dilas Mampu membuat las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah bahan yang dilas Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara membuat las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah bahan yang dilas Membuat las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah bahan yang dilas Cermat Teliti Taat asas Halaman: 15 dari 109

17 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 2.4 Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Dapat menjelaskan cara mendemonstrasikan pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Mampu mendemonstrasikan pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu mendatar dapat diputar sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Harus cermat, teliti, dan taat prosedur Cara mendemonstrasikan pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Mendemonstrasi kan pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Cermat Teliti Taat prosedur Halaman: 16 dari 109

18 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 2.5 Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Dapat menjelaskan cara mendemonstrasikan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Mampu mendemonstrasikan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Harus cermat, teliti, dan taat prosedur Cara mendemonstrasikan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Mendemonstrasi kan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar didemonstrasika n sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Cermat Teliti Taat prosedur Asesmen 3. Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual 3.1 Alat uji dan alat ukur hasil pengelasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya. Dapat menjelaskan macam dan fungsi alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Dapat menjelaskan cara mengidentifikasi, menyiapkan, dan memeriksa fungsi dan validitas alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Macam dan fungsi alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Cara mengidentifikasi, menyiapkan dan memeriksa fungsi dan validitas alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Mengidentifikas, menyiapkan dan memeriksa fungsi dan validitas alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Cermat Teliti Taat asas 2 6 Halaman: 17 dari 109

19 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan Mampu mengidentifikasi, menyiapkan dan memeriksa fungsi dan validitas alat uji dan alat ukur hasil pengelasan Harus cermat, teliti, dan taat asas 3.2 Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku. Dapat menjelaskan cara memeriksa seluruh hasil pengelasan secara visual dan membandingkan dengan standar baku Mampu memeriksa seluruh hasil pengelasan secara visual dan membandingkan dengan standar baku Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara memeriksa seluruh hasil pengelasan secara visual dan membandingkan dengan standar baku Memeriksa seluruh hasil pengelasan secara visual dan membandingka n dengan standar baku Cermat Teliti Taat asas 3.3 Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan. Dapat menjelaskan cara menyimpulkan dan menafsirkan hasil pemeriksaan visual Mampu menyimpulkan dan menafsirkan hasil pemeriksaan visual Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara menyimpulkan dan menafsirkan hasil pemeriksaan visual Menyimpulkan dan menafsirkan hasil pemeriksaan visual Cermat Teliti Taat asas Halaman: 18 dari 109

20 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 3.4 Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP. Dapat menjelaskan cara melakukan perbaikan hasil las (bila diperlukan) sesuai SOP Mampu melakukan perbaikan hasil las (bila diperlukan) sesuai SOP Harus cermat, teliti, taat prosedur Cara melakukan perbaikan hasil las (bila diperlukan) sesuai SOP Melakukan perbaikan hasil las (bila diperlukan) sesuai SOP Cermat Teliti Taat prosedur Asesmen 4. Melaporkan hasil pengelasan. 4.1 Instrumen pengamatan proses dan pengukuran hasil las (WPQR) dipahami. Dapat menjelaskan instrumen pengamatan proses dan pengukuran hasil las (WPQR) Instrumen pengamatan proses dan pengukuran hasil las (WPQR) Data hasil pengamatan dan pengukuran diinput dalam instrumen. Dapat menjelaskan cara menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen Mampu menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen Harus cermat, teliti, dan taat asas Cara menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen Menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. Cermat Teliti Taat asas Halaman: 19 dari 109

21 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN Pengetahuan Keterampilan Sikap Kerja Perkiraan Waktu Pelatihan (Jampel) Pengeta huan Keterampilan 4.3 Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai dengan SOP. Dapat menjelaskan cara menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Mampu menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Harus cermat, teliti, dan taat prosedur Cara menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Cermat Teliti Taat prosedur Asesmen Halaman: 20 dari 109

22 BAB II MENGELAS PIPA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL A. Latar Belakang Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar (6G) dengan proses las busur manual merupakan salah satu dari beberapa proses pengelasan dan posisi pengelasan. Pengelasan pipa pada posisi sumbu miring 45 tidak dapat diputar, baik 6F maupun 6G merupakan posisi yang paling sulit pada pengelasan pipa, karena disamping posisi tersebut mencakup : posisi di bawah tangan (flat), tegak (vertikal) dan posisi di atas kepala (overhead), juga karena posisi 6F dan 6G tersebut berada pada posisi miring. Pengelasan menggunakan proses las SMAW atau disebut dengan pengelasan busur listrik. Proses pengelasan SMAW merupakan proses pengelasan menggunakan busur listrik yang mengalir sebagai pemanas dalam kawat las (Electrode) dan terak (Fluxs) sebagai pelindungnya. Oleh karena itu pengelasan yang dilakukan secara benar dan sesuai prosedur merupakan salah satu hal terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ ekonomis. Pada Buku Informasi ini akan dipaparkan tentang Pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja dimana berisi Informasi tentang : 1. Menyiapkan fasilitas pengelasan 2. Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar 3. Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual 4. Melaporkan hasil pengelasan. Dengan disusunnya Modul Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual ini diharapkan akan dapat membantu Pelatih dalam menjelaskan dan menerapkan pengelasan sesuai dengan kompetensi yang dikehendaki. Halaman: 21 dari 109

23 B. Tujuan Modul Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual ini bertujuan : 1) Agar peserta mampu untuk melakukan pengelasan sesuai dengan SOP. Dimana Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar (6G) dengan Proses Las SMAW. 2) Memberikan pemahaman dan menerapkannya dalam proses pengelasan. 3) Agar peserta mampu melakukan pemeriksaan hasil pengelasan C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Modul Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar (6G) dengan proses las busur manual/smaw ini terdiri dari : Menyiapkan fasilitas pengelasan; Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar; Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual; Melaporkan hasil pengelasan. D. Pengertian-Pengertian 1. Logam Logam adalah mineral yang tidak tembus pandang dan dapat menghantarkan aliran panas atau aliran listrik 2. Besi Besi adalah logam yang keras, yang dihasilkan dari proses pengolahan biji besi pada dapur tinggi 3. Baja Baja adalah Logam yang keras dan kuat, yang dihasilkan dari proses pengolahan lanjut logam besi melalui dapur Siemens Martin, Bessemer, Open Heart atau dapur listrik 4. Logam Ferrous Logam Ferrous adalah Logam yang terbuat dari unsur dasar besi (Fe) dan Carbon (C) 5. Logam Non Ferrous Logam Non Ferrous adalah Logam yang terbuat dari unsur dasar bukan besi (Fe) dan Carbon (C). Halaman: 22 dari 109

24 6. Baja Karbon Rendah Baja Karbon Rendah adalah Baja yang mempunyai kandungan karbon sebesar 0,1 % sampai dengan 0,3 % 7. Baja Karbon Sedang Baja Karbon sedang adalah Baja yang mempunyai kandungan karbon sebesar 0,3 % sampai dengan 0,6 % 8. Baja Karbon Tinggi Baja Karbon Tinggi adalah Logam yang mempunyai kandungan karbon 0,7 % sampai dengan 1,3 % 9. Baja Campuran Baja Campuran adalah Logam baja yang telah mengalami proses penambahan unsur unsur paduan 10. Baja Tahan Karat Baja tahan karat adalah Logam baja yang mempunyai sifat tahan terhadap karat. 11. Unsur Paduan Unsur paduan Adalah unsur unsur kimia yang ditambahkan pada logam untuk memperbaiki sifat sifat logam tersebut 12. Heat Threatment Heat threatment adalah Proses pemanasan dan pendinginan pada logam untuk mendapatkan sifat sifat tertentu 13. Hardening Hardening adalah Proses pemanasan logam yang bertujuan untuk menambah sifat kekerasan logam 14. Tempering Tempering adalah Proses pemanasan logam yang bertujuan untuk mengurangi sifat kekerasan 15. Annealing Annealing adalah Proses pemanasan dan pendinginan logam yang bertujuan untuk melunakkan kekerasan logam Halaman: 23 dari 109

25 E. Diagram Alir Unit Kompetensi Mulai Alat Pelindung Diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan diidentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) diidentifikasi dan diterapkan berdasarkan SOP Karakteristik mesin las dan teknik pengelasan dipahami sesuai dengan kebutuhan pengelasan Peralatan utama dan pendukung disiapkan berdasarkan tuntutan WPS Jenis dan ukuran bahan dan elektroda las disiapkan sesuai dengan tuntutan WPS Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS Las cantum (tack weld) dibuat dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku Alat uji dan alat ukur hasil pengelasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu miring tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP Format pengamatan proses dan pengukuran hasil las disiapkan Selesai Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai Data hasil pengamatan dan pengukuran dicatat dalam format = Automatic Operation = Preparation = Connector = Manual Operation Halaman: 24 dari 109

26 F. Materi Pelatihan Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat di Putar dengan Proses Las Busur Manual 1. Menyiapkan Fasilitas Pengelasan Pengetahuan yang diperlukan dalam Menyiapkan fasilitas pengelasan. a. Macam-Macam dan Fungsi Alat Pelindung Diri, Consummable Material dan Peralatan Pengelasan. Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu peralatan yang berhubungan dengan keselamatan manusia (Karyawan) yang harus dipakai dalam melaksanakan pekerjaan di mana Karyawan bekerja. Banyak kalanya seseorang mengabaikan penggunaan dari APD, karena dirasa akan mengganggu kebebasan gerak kita. Namun penggunaan APD jangan diabaikan, karena akan berakibat fatal bila mengabaikan penggunaan APD. 1) Macam-Macam dan Fungsi Alat Pelindung Diri a) Welding Mask/Helm Las berfungsi untuk melindungi mata dari radiasi sinar las Gambar 1. Helm Las dan perlengkapannya b) Welding Apron / Protector Clothes berfungsi untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari percikanpercikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja serta pancaran sinar las. Halaman: 25 dari 109

27 Gambar 2. Apron Gambar 3. Protector Clothes c) Hand Gloves (Sarung Tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan percikan pada saat pemotongan bendabenda panas. Gambar 4. Sarung Tangan Las d) Safety Glasses berfungsi untuk melindungi mata pada saat membersihkan kampuh las serta terak hasil dari pemotongan yang menggunakan palu terak maupun mesin gerinda. Halaman: 26 dari 109

28 Gambar 5. Safety Glasses e) Safety Shoes berfungsi untuk melindungi kaki welder dari bendabenda panas yang ada dilantai atau melindungi kaki welder dari kejatuhan benda-benda keras dan berat Gambar 6. Safety Shoes f) Ear Protector berfungsi untuk melindungi telinga dari bahaya kebisingan Gambar 7. Ear Protector g) Masker berfungsi untuk melindungi diri dari debu,asap dan gas yang ditimbulkan oleh proses pengelasan Halaman: 27 dari 109

29 Gambar 8. Masker. 2) Consummable Material Material yang digunakan untuk pengelasan ini adalah Pipa. Adapun jenis pembuatan pipa secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : (a) Jenis pipa tanpa sambungan (pembuatan pipa tanpa sambungan pengelasan) (b) Jenis pipa dengan sambungan (pembuatan pipa dengan pengelasan) Bahan-bahan pipa yg dimaksud di sini adalah struktur bahan baru pipa tersebut yg dapat dibagi secara umum sebagai berikut: (a) Carbon steel (b) Carbon Moly (c) Galvanees (d) Ferro Nikel (e) Stainless Steel Pipa mempunyai banyak ukuran, mulai dari yang terkecil dengan ukuran diameter 1/2 inch sampai ukuran yang sangat besar dengan diameter 72 inch atau kira-kira 1.8 meter. Ada 2 (dua) jenis metode yang digunakan untuk menamai ukuran pipa : (a) NPS (Nominal Pipe Size) adalah ukuran Standard Amerika Utara, dengan ukurannya berdasarkan inch. (b) DN (Diameter Nominal) adalah penunjukkan ukuran eropa dengan ukurannya berdasarkan milimeter Halaman: 28 dari 109

30 Gambar 9. Penunjukkan Diameter Pipa Selain penamaannya dengan NPS atau DN, maka ada pasangan yg selalu tidak ketinggalan ketika disebutkan ukuran pipa yaitu schedule (sch). Schedule adalah suatu penunjukkan ukuran ketebalan dinding pipa atau dengan kata lain Thickness. Perbedaan antara NPS dengan OD dimulai dari pipa ukuran NPS 1/4 sampai dengan ukuran NPS 12. Sedangkan untuk pipa dengan NPS diatas 12 (inch), maka NPS yang ditunjukkan sesuai dengan OD dari pipa tersebut. Ada salah satu perbedaan yang lain lagi yang biasa kita lihat di tabel daftar pipa yaitu huruf S setelah nomor schedule. Seperti contoh 5S, hal ini menunjukkan bahwa schedule tersebut untuk material khusus Stainless steel, sedang schedule tanpa huruf S adalah untuk pipa dengan material selain stainless steel. Macam-macam ukuran pipa yang sering digunakan dalam industri : (a) Large Bore Pipe : yaitu pipa dengan ukuran lebih besar dari 2 Inch (b) Small Bore Pipe : yaitu pipa dengan ukuran 2 inch ke bawah (c) Tubing : yaitu pipa yang mempunyai ukuran sampai 4 inch, tetapi mempunyai ukuran ketebalan dinding pipa yang lebih kecil jika dibandingkan dengan small bore dan large bore. Schedule (ketebalan pipa) Pipa diproduksi dalam berbagai macam ketebalan yang sudah distandardkan. Setiap ketebalan tertentu pada pipa diberi penamaan Halaman: 29 dari 109

31 dalam bentuk schedule number, bukan dalam bentuk ukuran pipa yang sebenarnya. Pada awalnya ketebalan pipa hanya ada 3 kelompok yaitu: (a) Standard (b) Extra Strong (XS) (c) Double Extra strong (XXS) Saat ini penamaan sudah diganti dengan memberikan schedule number tertentu, yang dimulai dari 5 dan 5S, kemudian diikuti dengan 10 dan 10S, seterusnya dalam kelipatan 10 sampai schedule 40 (20, 30, 40) dan selanjutnya mempunyai kelipatan 20 yaitu 60, 80, 100, 120, 140, 160. Pada umumnya, besarnya ketebalan pipa yang mempunyai schedule 40 dengan schedule STD adalah sama untuk pipa ukuran 1/8 sampai dengan ukuran pipa 10 inch. Halaman: 30 dari 109

32 Tabel 1. Tabel Schedule Pipa 3) Peralatan Pengelasan (a) Meja Las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las. Halaman: 31 dari 109

33 Gambar 10. Meja Las (b) Tang Panas digunakan untuk mengambil atau memegang benda kerja hasil lasan yang masih panas Gambar 11. Tang panas (c) Chipping Hammer digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. Dalam menggunakan chipping hammer ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Chipping hammer sebelum digunakan di cek ketajamannya dan kondisinya, apabila sudah tumpul maka harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu terak pada tempatnya secara rapi. Gambar 12. Chipping Hammer (d) Gerinda Tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk Halaman: 32 dari 109

34 membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi. Gambar 13. Gerinda Tangan (e) Palu Konde standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya. Gambar 14. Palu Konde (f) Sikat Baja berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.terak dibersihkan agar tidak cacat slag inclusion pada saat dilakukan pengujian NDT Halaman: 33 dari 109

35 Gambar 15. Sikat Baja (g) Kikir digunakan sebagai alat bantu proses terutama material berbentuk grove persiapan pengelasan ujung Gambar 16. Kikir tangkai panjang kikir (h) Penjepit Benda kerja digunakan sebagai alat bantu pencegah terjadinya distorsi atau perubahan bentuk akibat panas. Gambar 17. Penjepit Benda Kerja b. Cara Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri, Consummable Material Dan Peralatan Pengelasan 1) Cara Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri a) Mengidentifikasi proses pengelasan yang dilakukan b) Mengidentifikasi bahaya yang ditimbulkan oleh proses pengelasan Halaman: 34 dari 109

36 c) Memilih APD yang sesuai dengan jenis bahaya yang timbul pada proses pengelasan d) Menyiapkan APD yang akan digunakan sesuai dengan SOP 2) Cara Mengidentifikasi Consummabble Material dan peralatan pengelasan a) Mengidentifikasi proses pengelasan yang dilakukan b) Mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan (1) Persiapan bahan dan peralatan pengelasan Secara umum peralatan yang diperlukan untuk pengelasan pipa dan pengelasan pelat adalah sama, namun untuk posisi 6F dan 6G diperlukan alat bantu untuk menjaga agar posisi pipa yang dilas cukup kuat dan kokoh pada keadaan miring 45, yakni berupa dudukan atau klem yang dapat diatur secara fleksibel. Tapi pada pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan memberi penyangga, penguat atau dengan memberi las catat pada bagian yang aman dan tidak merusak benda kerja. Adapun persiapan bahan las (pipa) pada prinsipnya tidak berbeda untuk tiap posisi pengelasan, baik persiapan sambungan sudut (fillet) maupun untuk sambungan tumpul (butt) kecuali WPS untuk pekerjaan tertentu menghendaki lain. (2) Pembuatan/ Persiapan Kampuh Las Pembuatan/persiapan kampuh las dapat dilakukan dengan beberapa metode, tergantung bentuk sambungan dan kampuh las yang akan dikerjakan. Metode yang biasa dilakukan dalam membuat kampuh las, khususnya untuk sambungan tumpul dilakukan dengan mesin bubut atau alat pemotong gas (brander potong) atau pemotong gas lingkaran (Circular Cutting Machine). Untuk membuat kampuh V dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Potong sisi pipa dengan sudut (bevel) antara Halaman: 35 dari 109

37 Gambar 18. Pembuatan Bevel (b) Buat "root face" selebar 1-3 mm secara merata dengan menggunakan mesin bubut atau gerinda dan/atau kikir rata. Kesamaan tebal/lebar permukaan "root face" akan berpengeruh terhadap kualitas hasil penetrasi pada akar (root). Gambar 19. Pembuatan Root face 1-3 mm (c) Persiapan sambungan tumpul pada pipa dengan ketebalan berbeda dilakukan berdasarkan kondisi konstruksi yang akan Halaman: 36 dari 109

38 dibuat, di mana posisi penampang pipa sangat menentukan bentuk persiapan yang akan dilakukan. Jika bagian luar pipa diperlukan rata, maka bagian dalam pipa yang lebih tebal dipotong/dibuang sampai penampang ujung kampuh sama dengan penampang pipa yang lebih tipis. Demikian juga sebaliknya, jika bagian dalam pipa diperlukan rata, maka bagian luar pipa yang lebih tebal dibuang/ dipotong sampai penampang ujung kampuh sama dengan penampang pipa yang lebih tipis. Namun, bila dikehendaki garis tengah penampang pipa yang sama/lurus, maka penampang pipa yang lebih tebal dibuang seimbang. Gambar 20. Pembuatan kampuh dengan perbedaan ketebalan Bagian luar yang rata (dibuang bagian dalam) Bagian dalam yang rata (dibuang bagian luar) Dibuang seimbang c. Sop Penerapan APD/PPE 1) Pilih APD yang sesuai dengan karakteristik bahaya yang timbul ketika melakukan proses pengelasan 2) Memeriksa fungsi APD yang akan digunakan apakah masih baik atau tidak 3) APD/PPE harus memenuhi standar keselamatan kerja 4) Jika sudah digunakan simpan kembali ke tempatnya 5) Lakukan pengecekan secara berkesinambungan setiap saat ketika hendak digunakan atau lama tidak di pakai Halaman: 37 dari 109

39 d. Spesifikasi APD/PPE 1) Helm las dengan tingkat kegelapan kaca yang sesuai dengan besarnya arus pengelasan yang digunakan 2) Sarung tangan dari kulit untuk melindungi radiasi dan panas 3) Apron terbuat dari kulit 4) Sepatu safety dengan ujung depan sepatu yang mampu untuk melindungi kaki dari tertimpa benda berat 5) Ear protector yang standar untuk mengatasi bahaya kebisingan 6) Masker dengan spesifikasi standar untuk mengatasi asap dan debu las e. Cara Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri/PPE Untuk Diterapkan Berdasarkan SOP Alat pelindung diri yang akan digunakan harus terlebih dahulu diperiksa apakah masih layak atau tidak, kemudian disesuaikan dengan karateristik bahaya yang bisa ditimbulkan oleh setiap proses pengelasan yang dilakukan f. Pengertian Tuntutan Pekerjaan Atau WPS WPS (Welding Procedure Specification)/spesifikasi prosedur las adalah prosedur las tertulis yang terkualifikasi yang disusun sebagai petunjuk bagi para pelaksana las ( welder maupun welding operator ) untuk melaksanakan pengelasan produksi sesuai dengan persyaratan ASME IX. WPS mengandung variable penting dan tidak penting, dan apabila diperlukan juga variable penting tambahan. WPS harus mengacupada PQR. Pihak kontraktor ataupun manufaktur dapat memasukkan keterangan apasaja yang dapat memudahkan welder /operator dalam melaksanakan tugasnya. Perubahan dapat dilaksanakan pada variable tidak penting untuk menyesuaikan dengan persyaratan produksi tanpa requalifikasi WPS, dan juika diperlukan juga variable penting tambahan untuk setiap proses las. Perubahan pada variable penting akan memerlukan rekalifikasi WPS tersebut. PQR baru atau tambahan mungkin diperlukan untuk mendukung perubahan tersebut. PQR adalah rekaman dari seluruh data yang digunakan untuk menguji kupon uji Halaman: 38 dari 109

40 las. PQR mencatat semua variable yangdiberlakukan dalam pengelasan uji termasuk hasil pengujian tersebut. Variabel penting untuk SMAW adalah : 1) Ketebalan Max. untuk kualifikasi, 8. 2) Tebal yang terkualifikasi 3) Tebal maksimun satu lajur tunggal 4) P.No. yang terkualifikasi 5) P No. 5, 9, dan 10 6) F No. yang terkualifikasi 7) A No. yang terkualifikasi 8) Penurunan suhu pemanasan awal maksimum sebesar 100º 9) Suhu PWHT yang terkualifikasi 10) Limit suhu yang terkualifikasi g. Cara Menyiapkan Jenis Dan Ukuran Bahan Elektroda Las Sesuai Dengan Tuntutan Pekerjaan Atau WPS. 1) Pemilihan jenis elektroda, logam pengisi Desain yang tepat, material yang baik dan teknik yang baik adalah tiga faktor untuk menjamin pengelasan yang bagus. Bila salah satu dari faktor ini tidak ada, hasil yang memuaskan tidak dapat dicapai. Untuk melaksanakan pengelasan dengan kualitas yang dipersyaratkan adalah penting untuk dimengerti sifat-sifat dari tiap-tiap material las (elektrode las, kawat, fluks). Pemilihan logam pengisi las berupa elektroda las / filler metal electrode sebagai logam pengisi dalam proses pengelasan sangat berpengaruh dalam menentukan mutu hasil pengelasan, begitu juga fluks dan gas sebagai pelindung (shielding). Berkaitan dengan sifat mekanis logam las yang dikehendaki maka apabila salah dalam pemilihan akan menyebabkan kegagalan pengelasan. Pemilihan logam pengisi banyak ditentukan oleh keterkaitannya dengan: a) Jenis proses las yang akan digunakan. b) Jenis material yang akan di las. c) Desain sambungan las. Halaman: 39 dari 109

41 d) Perlakuan panas (preheat, post heat) Agar dapat memilih elektroda / filler metal yang tepat sesuai dengan standar / code, dan dapat menghasilkan sambungan las yang dapat diterima sesuai dengan persyaratan standar / code maka logam pengisi yang dipilih sesuai dengan sifat logam induknya. Fungsi, jenis, klasifikasi, karakteristik dan pengujian dari elektroda / filler metal pada proses pengelasan SMAW, GMAW, FCAW, GTAW dan SAW harus mendapatkan jaminan dari perusahaan pembuat logam pengisi tersebut dalam bentuk sertifikat atau data spesifikasi teknik. 2) Klasifikasi dan kodefikasi elektroda Menurut Klasifikasi sistem Amerika ( A W S ) Misal : A W S A 5.1, ASTM 233 untuk Mild Steel A W S A 5.5, ASTM 316 untuk Low Alloy Steel Halaman: 40 dari 109

42 Klasifikasi dan kodefikasi elektroda menurut AWS Elektroda Kuat tarik minimal dalam 1000 psi_ E XX X X Jenis coating, arus, polaritas E 60 XX : E 70 XX : E XX 10 : E XX 11 : E XX 12 : E XX 13 : E XX 14 : E XX 15 : Posisi pengelasan_ Kuat tarik logam las psi Kuat tarik logam las psi Semua posisi, DC EP, Selulosa, penetrasi dalam Semua posisi, AC, DC EP, Selulosa Semua posisi, AC, DC EN, Rutile Semua posisi, AC, DC, Rutile Semua posisi, AC, DC, Iron Powder Rutile Semua posisi, DC EP, Basic Hydrogen Rendah E XX 16 : Semua posisi, AC, DC EP, Basic Hydrogen Rendah + garam potasium E XX 18 : Semua posisi, AC, DC EP, Basic Hidrogen Rendah + 30% Serbuk besi E XX 20 : Posisi F,H, AC, DC EN, Mineral + oksida besi / E XX 24 : E XX 27 : Silikat Posisi F,H, AC, DC, Typical Mineral, Rutile, Serbuk besi Posisi F,H, AC, DC EN, Mineral + Serbuk besi E XX 28 : Posisi F,H, AC, DC EP, Hydrogen Rendah, Basic + E XX 30 : E XX 48 : 50% Serbuk besi Posisi F only, Mineral + Serbuk besi / Silikat Khusus Vertikal turun, AC, DC EP, Kalium Hydrogen Rendah, Serbuk besi Halaman: 41 dari 109

43 Spesifikasi Elektroda 3) Pemilihan Elektroda Pemilihan elektroda berdasarkan : Material (base metal) composition Posisi pengelasan Bentuk desain sambungan Arus las, AC atau DC polaritas EP / EN Persyaratan penetrasi, Heat Input Biaya operasional, deposition rate Juru las (welder qualification) untuk spesial proses Halaman: 42 dari 109

44 4) Pengaruh Kebasahan dan kandungan H2 Apabila elektroda mengandung Hydrogen (H 2 ) akan merugikan hasil las, humidity lebih besar dari 50% pada temperatur kamar akan mengakibatkan cold cracking (retak dingin) hasil las 5) Penyimpanan Elektroda Las Penyimpanan elektroda untuk mendapatkan hasil las yang baik adalah : a) Disimpan ditempat kering, terutama untuk low hydrogen basic elektrode b) Pengepakan dari pabrik sebagai proteksi untuk menghindari pengaruh humidity harus baik c) Elektroda yang mempunyai humidity 50% diharuskan disimpan di oven (sesuai dengan rekomendasi pabrik) d) Elektroda hydrogen rendah sangat kritis dan sangat mudah menyerap kelembaban e) Jika container/pack dibuka, hanya untuk digunakan periode 8 jam, apabila masih ada sisa harus disimpan di oven dengan temperatur C selama 2 jam f) Jika container dibuka, elektroda basic harus disimpan pada oven dengan temperatur C selama minimum 4 jam g) Ruang penyimpanan elektroda basic harus dikontrol dengan humidity 50% h) Electrode selulosa tidak harus selalu di oven (rebaking), karena mempunyai level kelembaban 3 7%, sehingga tidak mempunyai efek dalam proses las 6) Pengeringan Elektroda Bersalut Ketika dalam pembuatan, setiap elektrode bersalut dikeringkan pada temperatur tinggi untuk menghilangkan kandungan air dari fluks. Temperatur pengeringan dipilih secara hati-hati sehingga unjuk kerja fluks tidak memburuk oleh panas. Walaupun air kaca dalam kondisi kering Halaman: 43 dari 109

45 dapat menyerap kandungan air, elektrode bersalut bisa menjadi lembab sebelum digunakan, tergantung dengan temperatur penyimpanan, kelembaban dan waktu pada kondisi pengepakan. Untuk menjaga terjadinya cacat las, elektrode yang lembab harus dibersihkan sebelum dipakai. Temperatur pengeringan ulang berbeda untuk masing-masing tipe elektrode. Jika temperatur pengeringan ulang yang dispesifikasikan untuk elektrode hidrogen rendah digunakan untuk pengeringan ulang elektrode tipe umum lainnya, unjuk kerja fluks akan menurun. Untuk persyaratan penanganan spesifik dan temperatur pengeringan merujuk ke "Pelaksanaan Pengelasan". Prosedur Penyimpanan dan Pengendalian Material Las, adalah sebagai berikut : a) Kawat las bukan tipe LOW HYDROGEN (1) Sebelum digunakan harus dimasukkan pada lemari pemanas (oven) dengan suhu o C selama 1 jam kecuali bila pembungkus elektroda belum rusak dapat digunakan langsung untuk mengelas atau sesuai petunjuk pabrik elektroda tersebut. (2) Simpanlah kembali kedalam lemari pemanas (oven) bila kawat las lebih dari 8 jam di udara terbuka. (3) Jangan menggunakan kawat las yang rusak atau basah (karena air hujan atau sebab lain). (4) Catat dan periksa suhu pada lemari pemanas (oven) setiap hari sekurang kurangnya 1-2 kali b) Kawat las tipe LOW HYDROGEN (1) Keringkan pada suhu o C selama kurang lebih 1 jam kedalam lemari pemanas sebelum digunakan atau sesuai petunjuk pabrik elektroda yang digunakan. (2) Simpanlah kedalam Portable Heating (termos pemanas kecil yang dapat dibawa kemana saja) agar terjaga kekeringannya selama proses pemakaian. Halaman: 44 dari 109

46 (3) Bila lebih dari 4 jam di udara terbuka, kawat las harus dimasukkan kembali kedalam lemari pemanas atau 8 jam bila berada di Portable Heating. (4) Lemari pemanas maupun Portable Heating harus tersedia di lapangan. (5) Jangan digunakan lagi kawat las yang rusak atau basah (karena hujan atau sebab lain). (6) Catat dan periksa setiap hari suhu pada lemari pemanas, sekurang kurangnya 1-2 kali. 7) Elektrode Bersalut Seperti yang terlihat pada Gambar elektroda diatas, logam pengisi las berupa elektroda terbungkus fluk untuk proses las SMAW terdiri dari bagian: a) Kawat inti (core wire rod) yang berfungsi sebagai logam pengisi Kawat inti yang berfungsi sebagai logam pengisi ini terbuat dari bahan logam yang disesuaikan dengan logam induk yang akan di las, bisa mild steel, low carbon steel, alloy steel dll. Yang mempunyai ukuran diameter antara 1,2 6 mm dengan panjang antara mm. Komposisi kimia dari kawat inti ini cukup berpengaruh terhadap sifat mekanis dari logam las yang terbentuk, dan yang paling berpengaruh terhadap sifat mekanik logam las ini adalah material dari coating (pembungkus) yaitu fluksnya. Material kawat inti bervariasi dengan tipe dari salutan elektrodenya, seperti yang terpampang pada tabel berikut Halaman: 45 dari 109

47 Tabel2. Tipe Elektroda Bersalut Tipe elektroda bersalut Elektroda untuk baja lunak Elektroda untuk baja kuat tarik tinggi Elektrode untuk baja temperatur rendah dan baja campuran rendah Elektrode untuk baja tahan karat Elektrode untuk nikel dan Baja campuran Ni Elektrode untuk tembaga dan campuran tembaga Elektrode las pengerasan permukaan Material kawat inti Baja lunak Baja lunak Baja lunak atau baja campuran rendah Baja tahan karat Ni atau campuran Ni Cu atau campuran Cu Baja lunak atau baja campuran Keterangan Campuran ditambahkan dari fluks Sama dengan diatas Untuk kawat inti baja lunak campuran ditambahkan dari fluks Untuk kawat inti baja lunak campuran ditambahkan dari fluks b) Coating (pembungkus) berupa fluk berfungsi sebagai pelindung pada proses pengelasan dan pada saat penyimpanan Diameter fluks Panjang elektrode Inti terbuka Diameter inti Fluks pelapis Kawat Inti Dalam proses pengelasan, pembungkus elektroda ini akan terbakar dan membentuk terak (slag) cair yang kemudian membeku sehingga melindungi logam las dari pengaruh atmosfir atau mencegah terhadap kontaminasi dari udara sekitarnya. Jika pengelasan busur dilakukan dengan elektrode telanjang, elektrode akan menempel pada logam induk, menghalangi penyalaan busur atau menyebabkan busur mati. Hal ini menghasilkan rigi yang tidak teratur dan lubang-lubang cacing. Halaman: 46 dari 109

48 Fluks terdiri dari biji alam, serbuk dan oksida perekat, karbonat, silikat, zat organik dan berbagai zat bubuk lainnya kecuali untuk logam, dicampurkan pada perbandingan yang spesifik. Campuran ini ditempelkan /disalutkan ke kawat inti dengan menggunakan air kaca sebagai perekat dan dikeringkan. Fungsi utama dari salutan fluks adalah sebagai berikut: (1) Fluks memfasilitasi penyalaan busur dan meningkatkan intensitas dan stabilitas busur (2) Fluks menimbulkan gas untuk melindungi busur, fluks akan terurai dan menimbulkan gas (CO2, CO, H, dan sebagainya) yang mengelilingi busur. Hal ini menjaga bentuk butiran logam dan cairan teroksidasi atau nitrasi yang disebabkan oleh kontak dengan atmosfer (3) Slag / terak melindungi logam las dan membantu pembentukan rigi, selama pengelasan, fluks mencair menjadi terak yang melindungi cairan dan rigi las dengan cara menutupinya. Dengan berbagai kekentalan (viskositas) dari terak, memungkinkan untuk melaksanakan pengelasan dalam berbagai posisi dan memperbaiki bentuk dari rigi las. (4) Fluks menghaluskan kembali logam las dengan deoksidasi, bila pengelasan dilaksanakan pada udara terbuka, logam las tidak bisa terhindar dari oksidasi walau penimbul gas dan pembentuk terak digunakan. Elemen deoksidasi seperti Mn dan Si telah ditambahkan pada fluks, melindungi pembentukan lubang cacing dan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan dari logam las. (5) Fluks perlu ditambahi elemen campuran ke logam deposit, elemen campuran yang tepat yang ditambahkan dari fluks untuk endapan logam akan meningkatkan ketahanan terhadap korosi, panas dan abrasi. (6) Serbuk besi dalam fluks meningkatkan laju pengendapan dan efisiensi pengoperasian, laju pengendapan dapat ditingkatkan dengan arus las yang tinggi atau diameter elektrode las yang besar. Halaman: 47 dari 109

49 Metode yang lain adalah menambahkan serbuk besi ke salutan fluks pada elektrode las. Contoh khususnya adalah elektroda oksida serbuk besi. (7) Fungsi isolasi, fluks memberikan isolasi listrik yang baik. Dalam hal elektrode las dengan kurang hati-hati disentuhkan ke permukaan las selama pengelasan, fluks mencegah geretan busur yang tidak terduga, dengan demikian mencegah kerusakan las dan juga kecelakaan terhadap manusia. Tabel Komponen Utama Fluks dan Fungsinya Komponen Fungsi Menstabilkan busur Pembetukan terak Pengurangan (De-oksidasi) Oksidasi Penyalaan gas Penambahan elemen paduan Penguatan fluks Daya ikat fluks Selulosa Tanah liat Talek Titanium oksida Ilmenite Oksida besi Kalsium Karbonat Ferro Mangan Ferro Silikon Mangan Dioksida Pasir Kuarsa Potasium Silikat Sodium Silikat Keterangan : = Fungsi Utama = Fungsi Kedua Elektrode bersalut diklasifikasikan secara garis besar dengan komponen utama dari fluks. Kecuali untuk elektrode hidrogen rendah, seluruh elektrode bersalut diberi nama sesudah komponen utama dari fluks. Tabel Komponen Utama Fluks dan Fungsinya memberikan perbandingan campuran khusus dari fluks pada beberapa elektrode bersalut khusus untuk baja lunak. Oleh karena komposisi fluks mempengaruhi sifat mekanis dari logam las, mampu operasi las, Halaman: 48 dari 109

50 mampu las dan lain-lain, adalah perlu untuk menggunakan perbandingan campuran yang tepat, membawa ke nilai kekuatan las yang disyaratkan. Contoh perbandingan komposisi campuran fluks dari elektroda bersalut untuk baja lunak: D4301 (Elektroda Ilmenite) Ilmenite 35 Karbonat 6 Karbon Ferro Mangan Medium 15 Mangan Dioksida 5 Pasir Kuarsa 10 Potasium Feldspar 16 Kanji 5 Talek 8 D4303 (Elektroda Lime Titania) Rutile 34 Dolomit 32 Pasir Kuarsa 10 Feldspar 10 Mika 6 Ferro Mangan 10 Kanji 4 D4311 (Elektroda Selulosa Tinggi) Selulosa 21 Oksida Titanium 11 Asbestos 11 Karbon Ferro Mangan Medium 8 Talek 10 D4311 (Elektroda Selulosa Tinggi) Rutile 45 Karbon Ferro Mangan Medium 13 Kanji 2 Talek 12 Selulosa 5 Feldspar Karbonat 20 4 D4316 (Elektroda Hidrogen Rendah) Karbonat 50 Fluorite 20 Ferro Silikon 10 Karbon Ferro Mangan Medium 2 Serbuk Besi 10 Mika 7 D4327 (Elektroda Oksida Serbuk Besi) Selulosa 3 Talek 10 Karbon Ferro Mangan Medium 16 Potasium Feldspar 10 Pasir Kuarsa 20 Biji Besi 30 Serbuk Besi 50 Karakteristik pembungkus (coating) : (1) Menambah konduktivitas (conductivity) pada panjang busur (2) Menghasilkan gas ( H2, O2, H2O, CO, CO2, N2 ), asap metalik, asap organik (3) Menyebabkan slag sebagai proteksi, isolasi melawan panas, reaksi metalurgi penghasil komposisi yang pasti, berpengaruh pada kristalisasi Halaman: 49 dari 109

51 Persyaratan Electrode Coating (1) Persyaratan teknologi pengelasan : (a) Karakteristik striking dan restriking baik (b) Kemampuan menutup jarak baik (c) Posisi mampu las (d) Stabilitas busur (e) Elastisitas Coating, resistansi (f) Kemungkinan menimbulkan pembakaran kecil (2) Ekonomi : (a) Tingkatan endapan tinggi (b) Daya pembentukan kembali tinggi (c) Percikan yang terbentuk rendah (d) Penghilangan terak/slag mudah (e) Kapasitas melebihi batas (f) Kecepatan pengelasan tinggi (g) Panjang endapan rigi las besar (h) Kemampuan untuk upset baik (i) Permukaan rigi las baik (3) Metalurgi : (a) Sifat-sifat mekanik sangat baik (b) Tidak menimbulkan keropos ketika mengelas (c) Tidak sensitif terhadap debu, kotoran, minyak pada permukaan logam induk (d) Daya tahan terhadap retak panas dan retak dingin (e) Coating tidak sensitif terhadap kelembaban h. Cara Menyiapkan Peralatan Utama Dan Pendukung Berdasarkan Tuntutan Pekerjaan Atau WPS 1) Persiapan Mesin Las Persiapan mesin las sangat menunjang terhadap pengelasan, oleh sebab itu mesin las harus disiapkan sedemikian rupa agar proses pengelasan berlangsung dengan baik. Halaman: 50 dari 109

52 Gambar 21. Mesin Las Busur Listrik Pengangkat Skala Amper meter Skala Penunjuk Handel arus Penjepit elektroda Elektroda las Material dasar Plat magnet Kabel ground Power supply 200V Saklar mesin Tombol power Kabel power Ground mesin Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan mesin las busur listrik arus bolak balik meliputi : a) Pemeriksaan sirkuit utama Pemeriksaan sirkuit utama mesin las seperti ditunjukkan pada gambar 24. dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Yakinkan bahwa saklar tenaga dalam keadaan mati (off) (2) Periksa sambungan kabel las bila ada yang lepas (3) Periksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi sambungan dalam keadaan aman (4) Periksa bahwa kabel ground dalam keadaan tertanam Gambar 22. Sirkuit utama Halaman: 51 dari 109

53 b) Kabel Tenaga Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam menginstall harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal dan tidak panas. Gambar 23. Kabel Las c) Pemeriksaan sirkuit bantu Pemeriksaan sirkuit bantu dan pemasangan elektrode las seperti ditunjuk pada gambar 24 dan gambar 25 dengan pemeriksaan sebagai berikut : (1) Periksa sambungan kabel las yang terlepas. (2) Periksa isolasi sambungan kabel. (3) Sambungkan kabel ground dengan meja kerja pada posisi yang aman dari gerakan (4) Periksa kebenaran penyambungan kabel (5) Masukan elektrode kedalam penjepit pada kemiringan yang benar Hati-hati jangan sampai mengarahkan ujung tangkai las dari penjepitnya Halaman: 52 dari 109

54 Gambar 24. Sambungan kabel dan Pemasangan elektroda Gambar 25. Pemegang Elektroda dan Penjepit Massa d) Persiapan tang ampere Sebelum mesin las dipergunakan dengan sebenarnya terlebih dahulu perlu menyiapkan tang amper, gambar III. 5 dan lakukan: (1) Putar dial pengatur pada posisi yang optimal. (2) Lewatkan kabelnya dengan aman ditengah-tengah penjepitnya. Halaman: 53 dari 109

55 Gambar 26. Penyiapan tang ampere e) Pengaturan arus (1) Hidupkan Saklar tenaga. (2) Hidupkan Saklar mesin las (On). (3) Putar tuas pengatur amper untuk pengaturan ampere yang benar atau sesuai yang dikehendaki. (4) Lakukan sentuhan antara elektrode dengan material dasar untuk mengetahui pengisian aliran arus listrik yang terjadi. (5) Periksa optimalisasi arus dengan menggunakan tang amper. (6) Matikan saklar mesin las (Off) Gambar 27. Pengaturan arus Mesin Las Busur Listrik Skala penunjuk Tuas Pemutar Halaman: 54 dari 109

56 Gambar 28. Pemeriksaan arus Mesin Las Busur Listrik f) Peralatan Pendukung Pengelasan Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain. Selalu periksa terlebih dahulu peralatan-peralatan kerja yang akan digunakan seperti : (1) Meja Las, adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang dipersyaratkan. (2) Tang Panas, digunakan untuk mengambil atau memegang benda kerja hasil lasan yang masih panas. (3) Chipping Hammer, digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las. (4) Gerinda Tangan berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa penyiapan kampuh las. (5) Palu Konde standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau meniadakan distorsi. Halaman: 55 dari 109

57 (6) Sikat Baja berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las. (7) Kikir digunakan sebagai alat bantu proses persiapan pengelasan terutama material berbentuk grove. (8) Penjepit Benda kerja digunakan sebagai alat bantu pencegah terjadinya distorsi atau perubahan bentuk akibat panas. Keterampilan yang dilakukan dalam menyiapkan fasilitas pengelasan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi alat-alat pelindung diri, consummable materials, dan peralatan pengelasan b. Mengidentifikasi alat pelindung diri/ppe untuk diterapkan berdasarkan SOP c. Menyiapkan jenis dan ukuran bahan dan elektroda las sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau WPS d. Menyiapkan peralatan utama dan alat pendukung berdasarkan tuntutan pekerjaan atau WPS Sikap kerja yang harus dilakukan sewaktu menyiapkan fasilitas pengelasan, yaitu: Harus bersikap secara: a. Cermat b. Teliti c. Taat asas d. Memperhatikan SOP 2. Melaksanakan Pengelasan Pipa pada Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar sebagai berikut: Halaman: 56 dari 109

58 a. Macam Dan Karakteristik Mesin Las Dan Teknik Pengelasan Sesuai Dengan Kebutuhan Pengelasan Mesin las listrik manual memiliki beberapa karakteristik yang berbeda. Karakteristik mesin bergantung dari polaritas yang dipakai. Mesin las ada 2 tipe, yaitu mesin las AC dan DC. Mesin las AC bukan berarti energi masuk ke mesin dengan menggunakan listrik PLN, dan mesin las DC bukan berarti energi masukan dari generator atau baterai. Namun bergantung keluaran (output) mesin dengan karakteristik AC atau DC. 1) Mesin Las AC. Mesin las AC, memiliki karakteristik output yang berubah (diagram sinus). Gambar 29. Bentuk gelombang sinus arus bolak-balik satu-fase Gambar 30. Kurva gelombang sinus arus AC pada siklus 60 Hz. Halaman: 57 dari 109

59 Dari gambar di atas, dapat disimpulkan pada saat pengelasan arus dan voltase pengelasan tidak stabil (naik-turun) dengan tempo yang cepat. Pada penggunaan mesin las AC, akan didapatkan hasil pengelasan seperti pada gambar berikut: Gambar 31. Penetrasi mesin las AC Keuntungan mesin las busur arus konstan arus bolak-balik (AC), : a) Hasil las yang dibuat dengan mesin las busur AC memiliki penembusan yang lemah. b) Diameter elektroda besar dapat digunakan pada arus AC yang tinggi untuk memperbesar laju endapan bahan tambah dan mempercepat kecepatan pengelasan. c) Pada umumnya mesin las busur AC lebih murah dibandingkan dengan mesin las busur DC pada mutu, output arus, klasifikasi NEMA, dan duty cycle yang sama. Kerugian mesin las busur AC adalah bahwa tidak semua elektroda SMAW dapat digunakan dengan arus AC. Pemilihan mesin las busur ditentukan atas dasar jenis las yang dibuat dan nilai ekonomis. Biasanya mesin las AC digunakan untuk pengelasan Aluminium. 2) Mesin Las DC. Mesin las DC memiliki 2 karakterisitik polaritas yang berbeda. Sehingga kita dapat merubah polaritas mesin sesuai kebutuhan pekerjaan lasan, yaitu : Halaman: 58 dari 109

60 a) Polaritas lurus (DCSP/DCEN) Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif (+) mesin las dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan dengan kabel elektroda. Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja. Sehingga akan didapatkan hasil penembusan yang dalam. Polaritas ini cocok digunakan untuk pengelasan penembusan (root). Gambar 32. Penetrasi DCSP (DCEN) b) Polaritas terbalik (DCRP/DCEP) Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las dihubungkan dengan benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda. Polaritas ini cocok untuk pengelasan pengisian (fill) dan capping. Gambar 33. Penetrasi DCRP (DCEP) Halaman: 59 dari 109

61 b. Cara Mengatur Besarnya Arus Listrik Berdasarkan Jenis Dan Ukuran Elektroda Las Yang Digunakan Atau WPS Yang Ditentukan. Besarnya arus pengelasan bergantung dari ukuran elektroda yang dipakai. Semakin besar elektroda yang dipakai berarti semakin besar pula arus pengelasan. Penggunaan arus pengelasan dapat dilihat pada tabel di bungkus elektroda termasuk penggunaan posisi pengelasan dan polaritas yang dipakai. Karena setiap produk elektroda berbeda komposisi salutannya, namun pada dasarnya penggunaan arus pengelasan adalah sama. Secara umum besarnya arus pengelasan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Penggunaan Arus Pengelasan DIAMETER ELEKTRODA BESAR ARUS 1/16 Inchi 1,5 mm Amper 5/64 Inchi 2,0 mm Amper 3/32 Inchi 2,5 mm Amper 1/8 Inchi 3,2 mm Amper 5/32 Inchi 4,0 mm Amper 3/16 Inchi 4,8 mm Amper 1/4 Inchi 6,4 mm Amp c. Cara Membuat Las Cantum (Tack Weld) Dibuat Dengan Ukuran Dan Jumlah Sesuai Dengan Ukuran Bahan Yang Dilas Dalam pengelasan, benda yang akan dilas harus dipegang terlebih dahulu agar tidak berubah setting atau desainnya. Bukan berarti harus dipegang dengan tangan, namun dengan menggunakan las yaitu dengan las cantum (las ikat/tack weld). Las catat (tack weld) diperlukan untuk mencegah terjadinya perubahan bentuk dan ukuran yang telah ditetapkan, dengan demikian las catat harus cukup kuat menahan perubahan bentuk dan ukuran bila sisi lain dari bahan tersebut sedang dilas. Jumlah las catat pada pengelasan pipa 6 s.d. 8 dianjurkan empat buah (ada yang Halaman: 60 dari 109

62 merekomendasikan tiga buah). Perlu diketahui panjang las catat maksimal 10 mm. Urutan pembuatan las catat adalah sebagai berikut : 1) Buat las catat pada bagian atas 2) Diputar 180 dan set kembali kerataan root gap, kemudian di las catat dengan kuat. 3) Putar 90 dan dilas catat dengan kuat 4) Putar 180 dan dilas catat dengan kuat Gambar 34. Urutan las catat pada pipa Dalam las catat, ada 2 jenis las catat yang disarankan, yaitu: 1) Las Catat tembus Las catat tembus adalah teknik las catat yang lebih disarankan, karena memiliki kekuatan yang lebih besar. Namun dalam las catat memiliki kelemahan, yaitu: a) Las catat harus benar-benar tembus sesuai dengan tembusan lasan. b) Las catat yang gagal harus digerinda sampai habis, sehingga akan merusak kampuh las dan root face. c) Memiliki start-stop las yang lebih banyak. Halaman: 61 dari 109

63 Gambar 35. Las catat tembus Las catat tembus, tidak perlu dibuang saat pengelasan dengan desain yang sesuai dengan tembusan pengelasan yang direncanakan. Namun pada kedua ujung las catat tembus harus digerinda agar dalam pengelasan tembusan dapat tersambung dengan rigi yang sama. Gambar 39. Penggerindaan las catat root Las Catat digerinda 2) Las catat tidak tembus Las catat tidak tembus, pada prinsipnya sama fungsinya dengan las catat tembus. Namun las catat ini dilakukan pada bagian kampuh las dan tidak mengenai root face. Karena las catat tidak tembus harus dibuang/ dihilangkan saat akan dilas. Sehingga dalam penggerindaan/ penghilangan las catat tidak merusak root face dan gap. Namun las catat ini kurang kuat Halaman: 62 dari 109

64 karena desainnya tidak panjang dan tumpuan las catat semakin lebar. Las catat dibuat sedemikian rupa, agar saat penggerindaan/penghilangan las catat tidak merusak root face dan gap. Gambar 40. Las Catat Tidak tembus Las Catat Pada pengerjaan di lapangan, terutama pada pembuatan tangki yang besar, maka untuk membuat las catat dan root, diperlukan persiapan yang lebih rumit, di mana dibutuhkan alat-alat bantu (klem) agar peletakan dan gap benar-benar rata dan sama. Berikut adalah salah satu contoh penerapan penggunaan klem untuk memposisikan pelat-pelat tangki yang akan dibuat, termasuk untuk mengatur root gap. Gambar 38. Penggunaan Klem untuk seting pipa besar Halaman: 63 dari 109

65 d. Cara Mendemontrasikan Pengelasan Pipa Pada Pelat Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Sesuai Dengan Teknik Pengelasan Yang Berlaku (SOP) Dengan Menerapkan K3. Pengetahuan yang diperlukan dalam Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar. Pengelasan pipa pada posisi sumbu miring 45 tidak dapat diputar, baik 6F maupun 6G merupakan posisi yang paling sulit pada pengelasan pipa, karena disamping posisi tersebut mencakup : posisi di bawah tangan (flat), tegak (vertikal) dan posisi di atas kepala (overhead), juga karena posisi 6F dan 6G tersebut berada pada posisi miring. Oleh karena itu pengelasan yang dilakukan secara benar dan sesuai prosedur merupakan salah satu hal terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ ekonomis. Gambar 39. Gambar Las 6G Pipa Karena posisi pengelasan 6G pipa sangat tidak mudah dilakukan, maka perlu persiapan dan perencanaan yang tepat sebelum melakukan pengelasan. Berikut adalah seting benda kerja persiapan las 6G pipa. Gambar 40. Seting Persiapan Las 6G pipa Halaman: 64 dari 109

66 Penempatan pipa/benda kerja pada pengelasan posisi 6G adalah posisi di mana pipa ditempatkan pada posisi sumbu sudut 45 0 serta tidak dapat diputar (posisi tetap) dengan penyimpangan sudut tidak lebih dari 5 0. Gambar 41. Penempatan las 6G LAS Kancing 1) Urutan Pengelasan 6G Perencanaan pengelasan 6G sangat berpengaruh terhadap hasil lasan. Oleh sebab itu urutan pengelasan harus selalu diperhatikan. a) Arah pengelasan Arah pengelasan (elektroda) pada proses las busur manual pada posisi 6G terdiri dari: arah naik dan arah turun, dimana penerapan kedua arah pengelasan tersebut harus mengacu pada tuntutan pekerjaannya atau WPS. Secara umum untuk pengelasan root dengan menggunakan elektroda cellulose diterapkan pengelasan arah turun dan jika menggunakan elektroda low hydrogen adalah arah naik, sedangkan untuk pengisian Halaman: 65 dari 109

67 (fill) dan pengelasan akhir (capping) diterapkan arah naik, kecuali WPS pekerjaan tersebut menentukan arah turun. Ketentuan-ketentuan arah pengelasan pipa pada posisi 6G relatif sama dengan pengelasan pada posisi 5G, dimana jika mulai dari arah atas, maka dimulai dari posisi jam atau jam (sudut 30 dari titik puncak) melintas posisi jam dan berakhir pada posisi jam sampai jam atau pada posisi jam Sedangkan jika pengelasan dilakukan dimulai dari bawah, maka setengah jalur pengisian pertama pada posisi jam atau jam Perlu diperhatikan, jangan melakukan proses star-stop di posisi jam dan jam 12.00, karena di posisi tersebut lebih susah dilakukan proses penyambungan. Gambar 42. Arah Pengelasan Turun dan Naik b) Tembusan (root) Proses tembusan dilakukan dengan menggunakan elektroda rutil atau selulosa dengan menggunakan polaritas lurus (DCSP/DCEN) karena dibutuhkan penetrasi dalam dengan lebar pengelasan yang relative lebih sempit. Proses ini bisa dilakukan dengan gerakan zig-zag, tarikan atau stringer. Tergantung kemampuan dan kebiasaan welder dalam proses pengelasan penembusan. Langkah penembusan : (1) Atur polaritas mesin DCSP/DCEN (2) Setting arus pengelasan amper (atau lihat tabel elektroda) Halaman: 66 dari 109

68 (3) Lakukan pengelasan penembusan, dimulai dari jam 5.30 atau 6.30 kearah atas sampai jam atau (untuk penggunaan elektroda low Hidrogen, untuk penggunaan elektroda Rutile kebalikan dari Low Hidrogen atau arah turun) (4) Kemudian sisi sebaliknya sampai akhir penembusan pengelasan sebelumnya. Gambar 43. Las Penembusan c) Pengisian (fill) Proses pengisian adalah proses berikutnya setelah proses penemebusan. Dimana proses ini akan menentukan hasil akhir atau pengelasan selajutnya (capping). Proses pengisian biasanya diakukan dengan menggunakan elektroda low hydrogen (misal saja E7018) dengan polaritas terbalik (DCRP/DCEP). Hal ini untuk mendapatkan hasil lasan yang lebih lebar dengan penetrasi dangkal. Perlu diperhatikan untuk melakukan pengisian diusahakan kebalikan dari proses penembusan. Sebagai contoh proses penembusan dimulai jam 05.30, maka proses pengisian dimulai jam Hal ini bertujuan agar tidak ada proses star-stop dari proses penembusan dan proses pengisian yang bertumpuk (pada posisi yang sama). Karena pada proses star-stop biasanya kualitas sambungan kurang berpadu (fusi), Halaman: 67 dari 109

69 sehingga pada star-stop dibagian penembusan akan terkover fusi yang sempurna oleh proses pengisian. Proses pengisian dapat dilakukan beberapa layer (tergantung ketebalan bahan las. Proses ini menggunakan ayunan (weaving) dengan lajur mengikuti gerakan rata-rata air. Dimaksudkan agar lasan tidak cenderung lebih penuh pada bagian bawah karena gravitasi. Langkah pengisian : (1) Atur polaritas mesin DCRP/DCEP (2) Setting arus pengelasan amper (atau lihat tabel elektroda) (3) Lakukan pengelasan penembusan, dimulai dari jam 5.30 atau 6.30 kearah atas sampai jam atau (bergantung dari proses penembusan) (4) Kemudian sisi sebaliknya sampai akhir pengisian pengelasan sebelumnya. (5) Dapat dilakukan beberapa layer hingga kampuh terisi hampir penuh (biasanya menyisakan 1 1,5 mm untuk proses capping) Gambar 44. Arah Pengisian dan Ayunan Elektroda Ket : - Ayunan menggunakan rata-rata air (biasanya zig-zag) - Pengisian menyisakan 1 1,5 mm untuk proses capping Halaman: 68 dari 109

70 Gambar 45. Pengisian d) Penutup (capping) Proses capping adalah bagian akhir dari proses pengelasan. Prosedur pengelasan capping pada dasarnya sama dengan proses pengisian. Hanya saja dilakukan dengan menggunakan arus pengelasan yang lebih kecil dibanding dengan pengisian. Karena perlakuan pengelasan sebelumnya memicu terjadinya undercut karena benda sudah panas akibat penembusan dan pengisian. Juru las biasanya sedikit menunggu untuk proses capping agar benda sudah mulai mendingin. Seperti pada saat pengisian, awal pengelasan dilakukan menghindari tumpukan star-stop di tempat yang sama. Oleh karena itu, proses pengisian diawali sama dengan proses penembusan. Yang diharapkan setiap sambungan akan berpadu dengan sempurna. Gambar 46. Capping Halaman: 69 dari 109

71 e. Cara Mendemontrasikan Pengelasan Pipa Sambungan Tumpul Kampuh V Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Sesuai Dengan Teknik Pengelasan Yang Berlaku (SOP) Dengan Menerapkan K3 1) Prosedur pengelasan 6F Pada pengelasan sambungan sudut atau pipa-flens posisi 6F umumnya dilakukan arah naik. Untuk pengelasan jalur pertama diterapkan bentuk gerakan/ ayunan segi tiga (miring sesuai dengan kelengkungan pipa) atau zig-zag miring (whip action), sedang pada jalur-jalur berikutnya sangat tergantung pada bentuk jalur pertama. Jika hasil dari pengelasan jalur pertama cukup lebar dan rata, maka dapat diterapkan bentuk ayunan zig-zag (straight weave) atau ½ C (curved weave) dengan menahan sedikit lebih lama pada sisi atas, tapi jika hasil jalur pertama masih cukup sempit (membentuk sudut), maka ayunannya masih tetap seperti jalur pertama (segi tiga) atau dapat diterapkan bentuk kotak (box weave). Gambar 47. Sambungan pipa dan plat (6F) Terutama jika melakukan pengelasan jalur pertama (root pass) menggunakan elektroda cellulose biasanya diterapkan arah turun dengan menerapkan ayunan bentuk zig-zag miring (whip action) atau hanya ditarik saja (tanpa diayun), dan ayunan segi tiga atau ½ lingkaran jika menggunakan elektroda low hydrogen (arah naik). Sedangkan untuk pengelasan pengisian dan akhir (fill dan capping) dapat diterapkan ayunan yang sama dengan pengelasan sambungan sudut (fillet). Halaman: 70 dari 109

72 Gambar 48. Bentuk Ayunan Elektroda Namun dalam gerakan atau ayunan elektroda tidak diharuskan seperti pada gambar di atas. Terkadang setiap welder memiliki trik tersendiri atau ayunan elektroda yang dirasa lebih menguntungkan bagi welder untuk melakukan pengelasan. 2) Urutan Pengelasan Urutan pengelasan sambungan sudut pada pipa atau pipa-flens adalah relatif sama dengan urutan pengelasan sambungan sudut posisi tegak pada pengelasan pelat dan pengelasan sambungan tumpul (kampuh V) pada pipa adalah relatif sama dengan pengelasan sambungan tumpul pada pelat pada posisi tegak. Gambar 49. Urutan pengelasan 6F Halaman: 71 dari 109

73 Gambar 53. Gerakan (ayunan) elektroda pengelasan 6F Gambar 51. Hasil akhir pengelasan 6F Keterampilan yang dilakukan dalam teknik pengelasan 6F yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Adalah sebagai berikut: a. Mengatur besarnya arus listrik berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yan digunakan b. Membuat las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah bahan yang dilas c. Mendemontrasikan pengelasan pipa pada posisi sumbu miring tidak dapat diputar sesuai dengan teknik yang berlaku (SOP) d. Mendemotrasikan pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi miring tidak dapat diputar Halaman: 72 dari 109

74 Sikap Kerja yang harus dilakukan dalam teknik pengelasan 6F yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Adalah sebagai berikut: a. Taat terhadap prosedur. 3. Melaksanakan Pemeriksaan Hasil Pengelasan secara Visual Pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual sebagai berikut: a. Macam Dan Fungsi Alat Uji Dan Alat Ukur Hasil Pengelasan. Untuk memeriksa hasil pengelasan setelah selesai proses pengelasan dapat menggunakan alat sebagai berikut : 1) Welding gauge a) HI-LO Welding Gage Penggunaan Welding gauge ini cukup sederhana baik untuk mengukur ketidak sejajaran material bagian dalam maupun tinggi hasil las adapun caranya adalah: Untuk mengukur ketida ksejajaran pipa sebelum dilas: (1) Masukan ekor dari Welding gauge ke celah pipa yang akan di las dan putar 90 derajat. (2) Tarik kedua ujungnya menggunakan jari tangan sampai ekor dari Welding gauge menyentuh dinding pipa bagian luar (3) Kencangkan sekrup pengunci dan keluarkan Welding gauge tersebut untuk mempermudah pembacaannya. (4) Lalu baca hasil pengukurannya. Untuk lebih jelasnya terlihat seperti gambar 55. dibawah ini: Gambar 52. Mengukur ketidak sejajaran pipa sebelum dilas Halaman: 73 dari 109

75 Selain itu, dapat digunakan untuk mengukur tinggi hasil las: (1) bersihkan hasil las yag akan diukur dan pastikan sudah tidak panas, hal ini untuk menjaga alat ukur agar tetap normal. (2) Letakan Welding gauge pada hasil las dengan cara berpotongan dengan jalur las (3) Tempelkan kaki las yang satu ke hasil las dan kaki yang lain ke material yang tidak di las (4) Kencangkan sekrup pengunci (5) Baca hasil pengukurannya Gambar 56. Mengukur tinggi hasil las b) Economy Single Purpose HI-LO Mengukur ketidak kesejajaran material sebelum di las. Langkahlangkah untuk Mengukur ketidak kesejajaran material sebelum di las sama dengan pembacaan HI-LO Welding gauge Memeriksa celah akar sebelum pengelasan: (1) Kendurkan sekrup pengunci dan masukan Unlock the retaining screw and insert the gage interior alignment stops between the two pieces of pipe to be fitted. (2) Masukan kaki Welding gauge yang berbentuk tirus memanjang kedalam celah akar dan pastikan kaki kaki Welding gauge menyentuk dinding dari celah pada material yang akan dilas (3) Kencangkan penguncinya dan angkat welding gauge. (4) Welding gauge siap untuk dibaca. Halaman: 74 dari 109

76 Gambar 54. Memeriksa celah akar sebelum pengelasan c) Adjustable fillet weld gauge Cara menggunakan adjustable fillet weld gauge Mengukur kaki las (1) Kendurkan pengunci dari welding gauge (2) Atur kaki Welding gauge keatas atau kebawah mengukuti alur yang ada sampai menyentuh kaki las bagian atas. (3) Kunci kembali penguncinya lalu baca hasil pengukuranya. Gambar 55. Mengukur kaki las (4) Apabila kaki las ukuranya berbeda maka dapat menggunakan bantuan mistar yang ada di bagian bawah Welding gauge yaitu dengan cara menggesernya sampai menyentuh kaki las bagian bawah, seperti terlihat pada gambar. dibawah, lalu baca perbedaan ukuran kaki lasnya. Halaman: 75 dari 109

77 Gambar 56. Mengukur perbedaan kaki las Mengukur throat (1) Kendurkan pengunci welding gauge (2) Sentuhkan sisi Welding gauge terhadap permukaan benda kerja yang sudah dilas fillet (3) Sentuhkan ekor Welding gauge ke permukaan hasil las, lihat gambar dibawah ini Gambar 57. Mengukur throat (4) Kencangkan kembali penguncinya dan Welding gauge siap untuk dibaca. d) Bridge Cam Gauge Welding gauge ini dapat digunakan untuk mengukur ketidak sejajaran benda kerja baik sebelum maupun sesudah dilakukan pengelasan seperti terlihat pada gambar dibawah ini Halaman: 76 dari 109

78 Gambar 58. Mengukur ketidak sejajaran benda kerja Selain itu dapat juga untuk mengukur sudut bevel pada benda kerja sebelum dilas. Gambar 59. Mengukur sudut Bevel Gambar 60. Mengukur Undercutt Selain itu dapat juga mengukur lebar kaki las pada pengelasan fillet seperti terlihat pada gambar dibawah ini Halaman: 77 dari 109

79 Gambar 61. Mengukur lebar kaki las Dan dapat juga mengukur throat pada pengelasan fillet seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 62. Mengukur throat pada pengelasan fillet Dan yang tidak kalah penting Welding gauge tipe ini juga dapat mengukur ketinggian manik-manik las seperti terlihat pada gambar dibawah ini Gambar 63. Mengukur ketinggian manik-manik las Halaman: 78 dari 109

80 e) V-WAC Welding gauge Welding gauge ini dapat digunakan untuk mengukur undercutt pada hasil las seperti terlihat pada gambar dibawah ini Gambar 64. Mengukur undercutt selain itu dapat juga memeriksa panjang porosity dari hasil pengelasan seperti terlihat pada gambar dibawah ini Gambar 65. Mengukur panjang porosity selain itu dapat juga mengukur besarnya klaster porosity dari hasil pengelasan seperti terlihat pada gambar dibawah ini Gambar 66. Mengukur besarnya klaster porosity Halaman: 79 dari 109

81 Welding gauge tipe ini juga dapat mengukur ketinggian manik-manik las seperti terlihat pada gambar dibawah ini Gambar 67. Mengukur ketinggian manik-manik las f) Automatic weld size weld gage Welding gauge tipe ini dapat digunakan untuk mengukur ukuran kaki las dari las fillet adapun caranya adalah: (1) Kendurkan pengunci welding gauge (2) Letakan Welding gauge pada dinding las fillet sampai menyentuh ujung kaki las (3) Geser ekor Welding gauge sampai menyentuh dinding yang satunya (4) Kencangkan baut penguncinya (5) Welding gauge siap untuk dibaca hasil pengukuranya Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 68. Mengukur ukuran kaki las Halaman: 80 dari 109

82 Mengukur kecembungan dan kecekungan dari las fillet. Caranya adalah: (1) Kendurkan baut pengunci welding gauge (2) Letakan Welding gauge diantara sudut fillet yang sudah di las dan pastikan kedua ujungnya menempel pada dinding benda kerja (3) Geser ekor Welding gauge lalu kencangkan baut penguncinya (4) Welding gauge siap untuk dibaca (5) Ukuran maksimum dari kecembungan atau kecekungan yang diijinkan tidak melebihi ukuran yang tertera pada selding gauge. Lihat gambar dibawah ini Gambar 69. Mengukur kecembungan dan kecekungan las fillet Mengukur manik-manik las Caranya adalah: (1) Kendurkan baut pengunci welding gauge (2) Letakan welding gauge diantara manik-manik ;las yang akan diukur (3) Geser ekor Welding gauge lalu kencangkan baut penguncinya (4) Welding gauge siap untuk dibaca Gambar 70. Mengukur manik-manik las Halaman: 81 dari 109

83 b. Cara Mengidentifikasi, Menyiapkan Dan Memeriksa Fungsi Dan Validitas Alat Uji Dan Alat Ukur Hasil Pengelasan Cara Mengidentifikasi, Menyiapkan Dan Memeriksa Fungsi Dan Validitas Alat Uji Dan Alat Ukur Hasil Pengelasan adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan hasil pengelasan 2) Membersihkan hasil pengelasan sebelum di uji atau diukur 3) Menyiapkan Alat uji dan alat ukur 4) Memeriksa alat uji dan alat ukur c. Cara Memeriksa Seluruh Hasil Pengelasan Secara Visual Dan Membandingkan Dengan Standar Baku Hasil pengelasan pada umumnya sangat bergantung pada keterampilan juru las. Kerusakan hasil las baik di permukaan maupun di bagian dalam sulit dideteksi dengan metode pengujian sederhana. Selain itu karena struktur yang dilas merupakan bagian integral dari seluruh badan material las maka retakan yang timbul akan menyebar luas dengan cepat bahkan mungkin bisa menyebabkan kecelakaan yang serius. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pengujian dan pemeriksaan daerah-daerah las sangatlah penting. Tujuan dilakukannya pengujian adalah untuk menentukan kualitas produkproduk atau spesimen-spesimen tertentu, sedangkan tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah hasil pengujian itu relatif dapat diterima menurut standar-standar kualitas tertentu atau tidak dengan kata lain tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin kualitas dan memberikan kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Untuk program pengendalian prosedur pengelasan, pengujian dan pemeriksaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan dilakukan yaitu sebelum, selama atau setelah pengelasan. Halaman: 82 dari 109

84 Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan meliputi: pemeriksaan peralatan las, material pengelasan yang akan digunakan; pengujian verifikasi prosedur pengelasan yang harus sesuai dengan prosedur pengelasan yang memadai; dan pengujian kualifikasi juru las sesuai dengan ketrampilan juru las. Pemeriksaan untuk verifikasi pemenuhan standar pengelasan meliputi pemeriksaan kemiringan baja yang dilas, dan pemeriksaan galur-galur las pada setiap sambungan. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan meliputi: pemeriksaan tingkat kekeringan dan kondisi penyimpanan elektrode pengelasan; pemeriksaan las ikat; pemeriksaan kondisi-kondisi pengelasan terpending (arus listrik, tegangan listrik, kecepatan proses pengelasan, urutan proses pengelasan, dsb.); pemeriksaan kondisi-kondisi sebelum dilakukan pemanasan; dan pemeriksaan status sumbing-belakang. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah proses pengelasan meliputi: pemeriksaan temperatur pemanasan dan tingkat pendinginan sesudah proses pemanasan dan pelurusan; pemeriksaan visual pada ketelitian ukuran; dan pemeriksaan pada bagian dalam dan permukaan hasil las yang rusak. 1) Inspeksi Visual Inspeksi visual mencakup pemeriksaan rakitan las terhadap kemulusan pengerjaan (Workmanship) dan keseluruhan dimensi. Lasan diperiksa untuk meyakinkan bahwa lokasi dan ukurannya sesuai Inspeksi Visual dengan yang dispesifikasikan pada gambar rekayasa dan penampakannya sesuai dengan spesifkasi. Gambar rekayasa pada umumnya menunjukkan dimensi rakitan las dan dimensi serta lokasi dari setiap lasan. Akseptabilitas dari rakitan las Halaman: 83 dari 109

85 berdasarkan pemenuhan setiap lasan menurut gambar yang dapat ditentukan oleh inspektur pada waktu inspeksi visual Mutu dari lasan banyak ditunjukkan oleh tampak permukaan. Bila persiapan sambungan lasan adalah baik dan juru-lasnya mampu (berkualifikasi), akan mendapatkan lasan yang mulus dan memenuhi spesifikasi. Inspeksi visual adalah mudah dilakukan cepat dan murah serta tidak memperlakukan peralatan khusus selain kaca pembesar, "Gage", skala mistar ingsut (Calipers), mikrometer, borescope dan cermin dokter gigi. Inspeksi visual dilakukan sebelum, pada waktu dan setelah pengelasan. Beberapa hal yang harus dilakukan inspeksi adalah sebagai berikut: a) Inspeksi Sebelum Pengelasan Inspeksi dimulai dengan pemeriksaan bahan sebelum fabrikasi "Seams" dan "Laps" atau ketidaksempurnaan permukaan lainnya dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual. Laminasi dapat dilihat pada sisi potongan. Dimensi pelat dan pipa dapat ditentukan dengan pengukuran. Setelah bagian - bagian yang akan dilas dirakit, inspektur harus memperhatikan celah akar las yang salah, persiapan sisi-sisi yang akan dilas yang tidak sesuai dan persiapan sambungan lainnya yang akan mempengaruhi mutu sambungan las. Inspektur harus mengecek kondisi-kondisi berikut ini untuk pemenuhan spesifikasi yang digunakan : (1) Persiapan pinggiran yang akan dilas (sudut bevel, sudut galur, muka akar) dimensi dan penyelesaiannya. (2) Ukuran strip, cincin atau logam pengisi penahan balik (3) Kesetangkupan (alignment) dan penyetelan (fit-up) dari bagian -bagian yang akan dilas Halaman: 84 dari 109

86 (4) Pembersihan (harus tidak terdapat kotoran-kotoran seperti lemakminyak, cat dan lain-lain pada sisi yang akan dilas dan sekitarnya). Inspeksi yang teliti sebelum pengelasan dapat meniadakan atau mengurangi kondisi yang mengakibatkan lasan mengandung diskontinuitas. b) Inspeksi Pada Waktu Pengelasan Inspeksi visual mengecek rincian pekerjaan pada waktu jalannya pengelasan, rincian pekerjaan pengelasan yang harus dicek adalah sebagai berikut: 1. Proses las 2. Logam pengisi 3. Fluks atau gas pelindung 4. Suhu pemanasan awal (preheat) dan suhu antar jalur (interpass) 5. Pembersihan 6. Pemahatan penggerindaan atau penakukan (gouging) 7. Persiapan sambungan untuk pengelasan sisi kebalikannya 8. Pengendalian distorsi 9. Suhu dan waktu perlakuan panas pasca las. Inspektur harus paham dengan semua persoalan yang menyangkut spesifikasi prosedur las berkualifikasi. Harus mengecek dengan teliti, khususnya pada tingkat - tingkat awal dari produksi dan harus memverifikasi pemenuhan semua rincian dari prosedur. Lapisan pertama atau jalur akar (rootpass) adalah yang paling penting untuk mencapai kemulusan final jalur akar akan cepat membeku oleh karena konfigurasi dari sambungan volume logam dasar yang relatif besar dibandingkan dengan logam lasan jalur akar, pelat yang dingin dan kemungkinan busur tidak dapat mencapai akar. Jalur akar cenderung akan menjebak terak atau gas yang pada Halaman: 85 dari 109

87 waktu pengelasan jalur-jalur selanjutnya tidak akan hilang. Pula logam yang mencair pada waktu pengelasan jalur akar ini peka terhadap keretakan. Retakan ini dapat menjalar ke lapisan - lapisan selanjutnya. Oleh karena itu inspeksi dari jalur akar ini harus betul - betul teliti. Pada lasan jalur berganda (double groove welds), terak dari jalur akar pada satu sisi pelat akan menetes melalui celah akar dan membentuk deposit terak pada sisi kebalikannya. Oleh karena itu, sebelum pengelasan sisi kebalikannya harus dilakukan pemahatan, penggerindaan atau penakukan balik (back gouging). c) Inspeksi Setelah Pengelasan Inspeksi visual setelah pengelasan adalah berguna untuk verifikasi produk yang selesai : 1) Pemenuhan persyaratan gambar 2) Tampak rakitan las 3) Adanya diskontinuitas struktural 4) Tanda tanda oleh karena kesalahan penanganan d. Cara Menyimpulkan Dan Menafsirkan Hasil Pemeriksaan Visual 1) Evaluasi hasil pengelasan dapat dilakukan dengan cara : (a) Pemeriksaan hasil las (1) Visual Test (VT) (2) Non Destructive Test (NDT) Radiography Test (RT) Penetrant Test (PT) Ultrasonic Test (UT) Particle Magnetic (MT) Eddy Current (b) Pengujian hasil lasan (1) Uji tarik / Tensile test (2) Uji lengkung / Bending test Halaman: 86 dari 109

88 (3) Macro etsa (4) Uji kekerasan / Hardness test (5) Uji Patah / Fracture test (6) Uji Pukul Charphy / Impact test Catatan : Evaluasi hasil lasan dengan cara pemeriksaan dan pengujian harus meng acu pada RULE CLASS, ASME atau standar lain yang ditentukan. 2) Jenis jenis cacat las. a) Crack adanya keretakan las akibat dari tegangan bahan. Penyebab cacat crak adalah : (1) Arus yang terlalu tinggi (2) Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi (3) Posisi elektroda saat pengelasan yang tidak tepat (4) Ayunan elektroda saat pengelasan tidak teratur Gambar 71. Cacat Crack Halaman: 87 dari 109

89 b) Slag adanya terak las yang terperangkap di dalam endapan las, akibat pembersihan yang tidak sempurna pada waktu pengelasan. Penyebab terjadinya incluksi slag adalah sebagai berikut: (1) Kecepatan gerak electrode yang tidak tepat (2) Sudut electrode yang kurang tepat (3) Sudut bevel kekecilan (4) Ampere las terlalu kecil (5) Busur las terlalu jauh Gambar 72. Gambar cacat Slag c) Porosity terdapat pori pori di dalam las atau pada permukaan las. Penyebab porositas adalah sebagai berikut: (1) Nyala busur terlalu panjang (2) Arus terlalu rendah (3) Kecepatan las terlalu tinggi. (4) Kondisi pada saat pengelasan tidak mendukung, misalnya : basah, lembab, berkarat, berminyak (5) Terjadinya pendinginan las yang cepat (6) Terciptanya gas hidrogn akibat panas las Halaman: 88 dari 109

90 Gambar 73. Cacat Las Porosity d) Undercut takik takik las yang terjadi ke arah memanjang las diantara bahan dasar dengan tepi las. Penyebab cacat undercut adalah: (1) Arus yang terlalu tinggi (2) Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi (3) Posisi elektroda saat pengelasan yang tidak tepat (4) Ayunan elektroda saat pengelasan tidak teratur Gambar 74. Cacat Las Undercut e) Incomplete fusion Tidak sempurnanya peleburan las antara logam las dengan bahan dasar sehingga terjadi ruang kosong. Penyebab: (1) Penetrasi kurang sempurna (2) Kecepatan las terlalu tinggi (3) Panas busur tidak mencairkan logam Halaman: 89 dari 109

91 (4) Jarak gap terlalu rapat (5) Elektroda yang terlalu tinggi (6) Sudut elektroda salah Gambar 75.Cacat Las Incomplete fusion f) excessive reinforcement Adalah jalur las terlalu menonjol. Penyebab : (1) Suhu metal rendah (2) Arus capping rendah (3) speed capping rendah (4) suhu lingkungan dingin (5) busur terlalu pendek Gambar 76.Cacat Las Excessive Reinforcement Cara mengatasinya adalah sebagai berikut: Menggerinda atau gouging permukaan capping lalu dilas ulang dengan kecepata las dan arus yang sesuai Halaman: 90 dari 109

92 e. Cara Melakukan Perbaikan Hasil Las (Bila Diperlukan) Sesuai SOP 1) Cara menanggulangi cacat crack adalah sebagai berikut: a) Menyetel arus yang tepat. b) Mengurangi kecepatan mengelas. c) Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat. d) Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur. e) Diadakan analisa kegagalan untuk mngetahui penyebab retak secara akurat f) Jika retak berada didalam jalur las, digaoging, dikampuh ulang, distel dan dilas sesuai WPS repair. g) Jika retak keluar kampuh, maka seluruh material (base metal) diganti baru. 2) Cara menanggulangi cacat slag adalah sebagai berikut: a) Naikan kecepatan sehingga slag tidak mengalir keakar las b) Usahakan sudut yang tepat pada arah las c) Perbaiki sudut bevel atau gunakan kawat kecil d) Perbesar ampere las e) Sesuaikan jarak busur las pada materil ( 1x Diameter Kawat ) f) untuk service normal atau severe cyclic jika mlebihi batasan yang diijinkan, digou ging hingga defect hilang, baru dikampuh dan distel ulang, kemudian dilas sesuai wps repair. 3) Cara menanggulangi cacat Porosity adalah sebagai berikut: a) Memperpendek busur las b) Arus disesuaikan dengan prosedur yang ditentukan c) Pergunakan elektroda low hidrogen d) Mengurangi kelembaban dengan memberikan pre heat e) Meningkatkan kebersihan material dengan cara disikat atau digerinda terlebih dahulu f) Hindari pendinginan terlalu cepat g) Digrinda atau digouging sampai cacat las hilang, kemudian dilas kembali sesuai WPS repair Halaman: 91 dari 109

93 4) Cara menanggulangi cacat undercut adalah sebagai berikut: a) membersihkannya dengan wire brush (sikat kawat dan mengisinya dengan stringer (pengelasan lajur tunggal tanpa digoyang) sesuai wps repair Menyetel arus yang tepat b) Mengurangi kecepatan mengelas. c) Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat. d) Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur. 5) Cara menanggulangi cacat incomplete fusion adalah sebagai berikut: a) gouging sampai ke akar di lokasi cacat dan dilas ulang sesuai wps repair. b) Memperbaiki sudut electrode c) Permukaan kampuh harus benar d) Welding gap harus cukup e) Kecepatan pengelasan harus 6) excessive reinforcement (jalur las terlalu menonjol) diatasi dengan cara diadakan pengujian ndt baik dengan rt maupun ut (straight atau angle probe) jika hasilnya membuktikan bahwa kecurigaan benar, maka seluruh jalur yang yang bermasalah dibongkar dan dikampuh, distel dan di las sesuai wps asli. jika hasil uji ndt menunjukkan kondisi internal jalur las baik, maka jalur menonjol cukup digerinda hingga uniform dan sesuai standar Keterampilan yang dilakukan dalam melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi, menyiapkan dan memeriksa fungsi dan validitas alat uji dan alat ukur hasil pengelasan b. Memeriksa seluruh hasil pengelasan secara visual dan membandingkan dengan standar baku c. Menyimpulkan dan menafsirkan hasil pemeriksaan visual d. Melakukan perbaikan hasil las (bila diperlukan) sesuai SOP Halaman: 92 dari 109

94 Sikap kerja yang harus dilakukan sewaktu melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual, yaitu: Harus bersikap secara: a. Cermat b. Teliti c. Taat asas/taat prosedur 4. Melaporkan Hasil Pengelasan Pengetahuan yang diperlukan dalam melaporkan hasil pengelasan sebagai berikut: a. Cara Mamahami Instrumen Pengamatan Proses Dan Pengukuran Hasil Las (WPQR) Setiap Proses pengelasan dan hasil pengelasan harus diamati dan periksa. Hasil pengelasan kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran hasil las dalam lembar WPQR. Dalam lembar PQR ini berisi persyaratan standar pekerjaan seperti : 1) Jenis proses pengelasan 2) Tipe sambungan 3) Karakterisitik kelistrikan (polaritas) 4) Jenis material 5) Jenis bahan tambah (elektroda) 6) Pelindung yang digunakan 7) Proses pemanasan awal/akhir (PWHT) 8) Parameter pengelasan Berikut ini adalah contoh WPQR Halaman: 93 dari 109

95 Halaman: 94 dari 109

96 Dalam lembar PQR terdapat hasil test pengelasan yang dilakukan seperti uji visual dan uji tarik. Halaman: 95 dari 109

97 b. Cara Menginput Data Hasil Pengamatan Dan Pengukuran Dalam Instrumen Data hasil pengamatan dan pengukuran kemudian dimasukan kedalam instrument Halaman: 96 dari 109

98 c. Cara Menyerahkan Laporan Hasil Pengamatan Dan Pengukuran Kepada Yang Berhak Sesuai Dengan SOP. Setiap hasil pengelasan harus diperiksa baik dari segi proses maupun dari segi hasil lasnya, hal ini tentunya untuk memastikan bahwa proses pengelasan sudah berjalan dengan benar, disamping itu juga untuk memastikan apakah kualitas hasil las sudah sesuai dengan standar yang Halaman: 97 dari 109

99 digunakan. Semua data hasil pengamatan proses dan pemeriksaan hasil las diinput kedalam lembar isian yang sudah disediakan, setelah diinput datanya lembar isian tersebut di berikan kepada instruktur atau pengawas. Pada proses pengelasan terdapat beberapa standar yang bisa dijadikan kriteria apakah hasil lasan sudah bisa diterima sesuai standar. Salah satu Halaman: 98 dari 109

100 standar yang dipakai adalah EN : 1992, dari standar ini terdapat berbagai macam kriteria penerimaan hasil pengelasan yang masuk dalam batas toleransi penerimaa Halaman: 99 dari 109

101 Halaman: 100 dari 109

102 Halaman: 101 dari 109

103 (1) Dari standar EN : 1992 dapat dijadikan acuan untuk membuat tabel kriteria penerimaan hasil las/penilaian sebagai berikut NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN YA TIDAK 1 Apakah bebas dari penyalaan diluar daerah lasan? 2 Apakah lebar manik las seragam dan teratur (toleransi 2 mm)? 3 Apakah benda kerja yang dilas bersih dari terak dan spatter? 4 Apakah permukaan capping pada saat stopstart mulus? 5 Apakah penetrasi penuh pada saat stop-start? 6 Apakah permukaan lasan bebas dari porosity? 7 Apakah pada permukaan lasan terjadi porosity yang tidak melebihi batas toleransi? 8 Apakah permukaan lasan bebas dari terak? 9 Apakah permukaan lasan terjadi terak yang tidak melebihi batas toleransi? 10 Apakah permukaan lasan bebas dari Under cut? 11 Apakah permukaan lasan terjadi under cut, dengan batas kedalaman dibawah 0,5 mm? 12 Apakah permukaan lasan bebas dari overlap? 13 Apakah sambungan lasan bebas dari penetrasi yang tidak sempurna? 14 Apakah sambungan lasan terjadi penetrasi yang tidak sempurna dan tidak melebihi toleransi? 15 Apakah sambungan bebas dari kelebihan penetrasi (lebih besar dari 2 mm)? Halaman: 102 dari 109

104 NO ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN YA TIDAK 16 Apakah tinggi permukaan lasan (reinforcement) tidak lebih lebih dari 2.5 mm? 17 Apakah sambungan las bebas dari kekurangan penetrasi suck back (batas kedalaman dibawah 0.5 mm)? 18 Apakah groove weld kampuh las terisi penuh? 19 Apakah diakhir pengelasan terjadi arc creater? 20 Apakah sambungan las bebas dari ketidak rataan (misalignment) (lebih dari 1mm) Keterampilan yang dilakukan dalam melaporkan hasil pengelasan adalah sebagai berikut: a. Menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen b. Menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Sikap kerja yang harus dilakukan sewaktu melaporkan hasil pengelasan yaitu: Harus bersikap secara: a. Cermat b. Teliti c. Taat asas d. Taat prosedur Halaman: 103 dari 109

105 BAB III SUMBER-SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI A. Sumber-Sumber Perpustakaan 1. Daftar Pustaka a) Senji Ohyabu dan Yoshikazu Kubokawa, Politeknik Pusat Chiba, Welding Textbook, Lembaga Pelatihan Luar Negeri (OVTA ), Chiba Japan 1990 b) Katsuhiko Yasuda, Lembaga Pelatihan Kejuruan, Instruction Manual Welding Techniques, 1-1 Hibino, Chiba 260 Japan 1985 c) Takuo Araki, Pusat Pelatihan Kejuruan Lanjut Narita, Workshop Manual Welding, 1-1, Hibino, Chiba 260 Japan 1985 d) Hery Sunaryo, Ir. Teknologi Pengelasan Kapal. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Buku Referensi a) Harsono Wiryosumarto, Prof. Dr. Ir Dan Toshie Okumura Prof. Dr. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta 2000 B. Daftar Peralatan/Mesin 1. Daftar peralatan/mesin dan bahan No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan 1. Mesin las SMAW dengan perlengkapannya 2. Mesin gerinda tangan 3. Tang penjepit 4. Welding Gaude 5. Hammer 6. Tang Amper 7. Alat pelindung diri (APD) Halaman: 104 dari 109

106 No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan 8. Kap las dengan kaca las 9. Mistar baja 10. Sikat baja 11. Palu tetek 2. Daftar Bahan No. Nama Bahan Keterangan 1. Pipa diameter 6 inchi Schedule 40 panjang 125 mm 2. Batu gerinda 100x16x3 3. Batu gerinda 100x16x6 4. Elektrode AWS E 7016 dia 2,6 mm 5. Elektrode AWS E 7018 dia 3,2 mm 6. Steel marker Halaman: 105 dari 109

107 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL JIP.SM BUKU KERJA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

108 JIP.SM DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup BAB II TUGAS TEORI DAN PRAKTIK A. Menyiapkan fasilitas pengelasan Tugas Teori Tugas Praktik B. Melaksanakan pengelasan pipa pada posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar Tugas Teori Tugas Praktik Tugas Praktik C. Melaksanakan pemeriksanaan hasil pengelasan secara visual Tugas Teori Tugas Praktik D. Melaporkan hasil pengelasan Tugas Teori Tugas Praktik BAB III DAFTAR UNJUK KERJA BAB IV CEK LIST TUGAS Kunci Jawaban Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 1 dari 40

109 JIP.SM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelatihan berbasis kompetensi mengharuskan proses pelatihan memenuhi unit kompetensi secara utuh yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Dalam buku informasi Mengelas pipa posisi sumbu mendatar dapat diputar dengan proses las busur manual telah disampaikan informasi apa saja yang diperlukan sebagai pengetahuan yang harus dimiliki untuk melakukan praktik/keterampilan akan unit kompetensi tersebut. Setelah memperoleh pengetahuan dilanjutkan dengan latihan-latihan guna mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki tersebut. Untuk itu diperlukan buku kerja Mengelas pipa posisi sumbu mendatar dapat diputar dengan proses las busur manual ini sebagai media praktik dan sekaligus mengaplikasikan sikap kerja yang telah ditetapkan karena sikap kerja melekat pada keterampilan. B. Tujuan Adapun tujuan dibuatnya buku kerja ini adalah: 1. Prinsip pelatihan berbasis kompetensi dapat dilakukan sesuai dengan konsep yang telah digariskan, yaitu pelatihan ditempuh elemen kompetensi per elemen kompetensi, baik secara teori maupun praktik; 2. Prinsip praktik dapat dilakukan setelah dinyatakan kompeten teorinya dapat dilakukan secara jelas dan tegas. 3. Pengukuran unjuk kerja dapat dilakukan dengan jelas dan pasti. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup buku kerja ini meliputi pengerjaan tugas-tugas teori dan praktik per elemen kompetensi dan atau kriteria unjuk kerja berdasarkan SKKNI Jasa Industri Pengelasan. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 2 dari 40

110 JIP.SM BAB II TUGAS TEORI DAN PRAKTIK A. Menyiapkan Fasilitas Pengelasan 1. Tugas Teori a. Perintah Tugas : Jawablah soal di bawah ini pada kertas yang telah disediakan b. Waktu Penyelesain Tugas : 60 menit c. Soal Tugas : 1. Sebutkan 6 (enam) alat pelindung diri yang harus dikenakan dalam proses pengelasan! Jelaskan secara singkat arti kodefikasi elektroda bersalut! Jelaskan arti simbol E Jelaskan Prosedur Penyimpanan Kawat las tipe bukan LOW HYDROGEN Sebutkan 3 peralatan Alat utama las pada las SMAW Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 3 dari 40

111 JIP.SM Lembar Evaluasi Tugas Teori Menyiapkan Fasilitas Pengelasan Semua kesalahan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum ditandatangani. No. Benar Salah Apakah semua pertanyaan Tugas Teori Menyiapkan Fasilitas Pengelasan Menentukan persyaratan kerja dijawab dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 4 dari 40

112 JIP.SM Tugas Praktik. a. Nama Tugas : Menyiapkan Fasilitas Pengelasan b. Waktu Penyelesaian: 60 menit Tugas c. Tujuan Pelatihan : Setelah menyelesaikan tugas menentukan persyaratan kerja peserta mampu: 1) Mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mengatur (setting) mesin las busur manual sesuai SOP atau WPS 4) Menyiapkan bahan las sesuai SOP atau WPS d. Daftar Alat/Mesin dan Bahan : NO. NAMA BARANG SPESIFIKASI KETERANGAN A. ALAT 1. Mesin las SMAW 350 A,Duty cycle 60% 2. Apron Terbuat dari kulit 3. Pelindung lengan Terbuat dari kulit 4. Topeng las Helm otomatis 5. Kacamata pengaman Standar bening 6. Sarung tangan Terbuat dari kuit 7. Safety shoes Standar 8. Masker Standar 9. Palu terak Panjang 25 cm 10. Sikat kawat Panjang 6 in 11. Tang Panjang 4 in B. BAHAN 1. Pelat besi 300x100x10 2. Elektroda E 6013, E 7018 Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 5 dari 40

113 JIP.SM e. Indikator Unjuk Kerja (IUK): 1) Mampu mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Mampu menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mampu mengatur (setting) mesin las busur manual sesuai SOP atau WPS 4) Mampu menyiapkan bahan las sesuai SOP atau WPS f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan praktik kerja ini adalah : 1) Selalu mengenakan alat pelindung diri seperti baju kerja, kacamata pengaman, sarung tangan dan safety shoes g. Standar Kinerja 1) Teridentifikasinya spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat mesin las untuk las SMAW dan benda kerja 2) Waktu standar yang diperlukan adalah 60 menit. h. Instruksi Kerja 1) Kenakan alat-alat pelindung diri 2) Terapkan prosedur keselamatan kerja 3) Atur (setting) mesin las busur manual (polaritas dan amper) sesuai SOP atau WPS 4) Pilih elektroda yang akan digunakan 5) Pilih alat bantu las yang digunakan i. Langkah kerja. 1) Mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mengatur (setting) mesin las busur manual (polaritas dan amper) sesuai SOP atau WPS 4) Memilih elektroda yang akan digunakan 5) Memilih alat bantu las yang digunakan Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 6 dari 40

114 JIP.SM j. Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas I NO DAFTAR TUGAS/INSTRUKSI POIN YANG DICEK Mengenakan alat-alat pelindung diri Menerapkan prosedur keselamatan kerja Mengatur (setting) mesin las busur manual (polaritas dan amper) sesuai SOP atau WPS Memilih elektroda yang akan digunakan Memilih alat bantu las yang digunakan Kelengkapan APD Ketepatan setting amper dan polaritas Ketepatan pemilihan elektroda Ketepatan pemilihan alat bantu PENCAPAIAN PENILAIAN YA TIDAK K BK Apakah semua instruksi kerja tugas praktik menyiapkan fasilitas pengelasan dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 7 dari 40

115 JIP.SM B. MELAKSANAKAN PENGELASAN PIPA PADA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR 1. Tugas Teori. a. Perintah Tugas : Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada setiap soal di bawah ini pada kertasyang disediakan. b. Waktu Penyelesain Tugas : 45 menit c. Soal Tugas : 1. Ada 8 macam mesin las listrik yang kita temui di dalam dunia industri. Sebutkan? Sebutkan 3 Faktor apa saja yang harus diperhatikan ketika memasang kabel las agar memiliki efisiensi yang tinggi? Apakah keuntungannya apabila kita menggunakan mesin las AC? Apa yang perlu kita perhatikan pada waktu memilih mesin las yang akan digunakan? Sebutkan 2 jenis dan jelaskan polaritas yang digunakan pada saat pengelasan posisi 6G! Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 8 dari 40

116 JIP.SM Lembar Evaluasi Tugas Teori Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Semua kesalahan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum ditandatangani. No. Benar Salah Apakah semua pertanyaan Tugas Teori Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar dijawab dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 9 dari 40

117 JIP.SM Tugas Praktik 1. a. Nama Tugas : Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada pelat Pada Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar. b. Waktu Penyelesain : 120 menit Tugas c. Tujuan Pelatihan : Setelah menyelesaikan tugas menentukan persyaratan kerja peserta mampu: 1) Mengidentifikasi karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja 2) Menentukan Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS 3) Melakukan Las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. 4) Melakukan Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 10 dari 40

118 JIP.SM d. Daftar Alat/Mesin dan Bahan : NO. NAMA BARANG SPESIFIKASI KETERANGAN A. ALAT 1. Mesin Las SMAW (DC) 350 A,Duty cycle 60% 2. Baju kerja Terbuat dari kulit 3. Kacamata pengaman Standar bening 4. Sarung tangan Standar 5. Safety shoes Terbuat dari kulit 6. Apron/Jaket Las Terbuat dari kuit 7. Kedok Las Helm otomatis 8. Oven Elektroda Kapasitas 5 kg 9. Palu Terak Panjang 25 cm 10. Gerinda tangan Daya 450 watt 11. Sikat Kawat Panjang 4 in B. BAHAN 1. Pipa Schedule Elektroda E 6013, E Pelat 300x100x10 e. Indikator Unjuk Kerja (IUK): 1) Mampu mengidentifikasi karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja 2) Mampu menentukan Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS 3) Mampu melakukan Las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. 4) Mampu melakukan Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 11 dari 40

119 JIP.SM f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan praktik kerja ini adalah : 1) Selalu mengenakan alat pelindung diri seperti baju kerja, kacamata pengaman, sarung tangan, safety shoes dan lain-lain. 2) Jangan melangkah melalui daerah yang tidak boleh dilewati 3) Jangan menggunakan mesin yang belum diijinkan pemakaiannya g. Standar Kinerja 1) Teridentifikasinya spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat untuk persiapan pengelasan 2) Waktu standar yang diperlukan adalah 120 menit. h. Instruksi Kerja 1) Kenakan alat-alat pelindung diri 2) Terapkan prosedur keselamatan kerja 3) Identifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis dan Ukuran elektroda 5) Memilih bahan dan ukuran bahan i. Langkah kerja. 1) Mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis dan Ukuran elektroda 5) Melakukan las cantum pipa pada pelat sesuai ketentuan 6) Menempatkan Benda Kerja sesuai ketentuan 7) Merubah polaritas DCRP untuk proses penembusan 8) Lakukan pengelasan penembusan sesuai WPS 9) Rubah polaritas menjadi DCSP untuk pengelasan pengisian dan capping 10) Lakukan pengelasan pengisian dan capping 11) Lakukan pembersihan lasan dengan alat yang sesuai Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 12 dari 40

120 JIP.SM j. Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas I NO DAFTAR TUGAS/INSTRUKSI POIN YANG DICEK Mengenakan alat-alat pelindung diri Menerapkan prosedur keselamatan kerja Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) Menentukan jenis dan ukuran elektroda Memilih bahan dan ukuran bahan Kelengkapan APD Ketepatan hasil identifikasi Ketepatan elektroda Ketepatan pemilihan alat PENCAPAIAN PENILAIAN YA TIDAK K BK Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada pelat Pada Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 13 dari 40

121 JIP.SM Tugas Praktik 2. a. Nama Tugas : Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar. b. Waktu Penyelesain : 150 menit Tugas c. Tujuan Pelatihan : Setelah menyelesaikan tugas menentukan persyaratan kerja peserta mampu: 1) Mengidentifikasi karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja 2) Menentukan Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS 3) Melakukan Las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. 4) Melakukan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 14 dari 40

122 JIP.SM d. Daftar Alat/Mesin dan Bahan : NO. NAMA BARANG SPESIFIKASI KETERANGAN A. ALAT 1. Mesin Las SMAW (DC) 350 A,Duty cycle 60% 2. Baju kerja Terbuat dari kulit 3. Kacamata pengaman Standar bening 4. Sarung tangan Standar 5. Safety shoes standar 6. Apron/Jaket Las Terbuat dari kuit 7. Kedok Las Helm otomatis 8. Oven Elektroda Kapasitas 5 kg 9. Palu Terak Panjang 25 cm 10. Gerinda tangan Daya 450 watt 11. Sikat Kawat Panjang 4 in B. BAHAN 1. Pipa Schedule Elektroda E 6013, E 7018 e. Indikator Unjuk Kerja (IUK): 1) Mengidentifikasi karakteristik mesin las dan teknik pengelasan sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja 2) Menentukan Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS 3) Melakukan Las cantum (tack weld) sesuai dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. 4) Melakukan Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3 Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 15 dari 40

123 JIP.SM f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan praktik kerja ini adalah : 1) Selalu mengenakan alat pelindung diri seperti baju kerja, kacamata pengaman, sarung tangan, safety shoes dan lain-lain. 2) Jangan melangkah melalui daerah yang tidak boleh dilewati 3) Jangan menggunakan mesin yang belum diijinkan pemakaiannya g. Standar Kinerja 1) Teridentifikasinya spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat untuk persiapan pengelasan 2) Waktu standar yang diperlukan adalah 150 menit. h. Instruksi Kerja 1) Kenakan alat-alat pelindung diri 2) Terapkan prosedur keselamatan kerja 3) Identifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis dan Ukuran elektroda 5) Memilih bahan dan ukuran bahan i. Langkah kerja. 1) Mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis dan Ukuran elektroda 5) Melakukan las cantum pada pipa kampuh V sesuai ketentuan 6) Menempatkan Benda Kerja sesuai ketentuan 7) Merubah polaritas DCRP untuk proses penembusan 8) Lakukan pengelasan penembusan sesuai WPS 9) Rubah polaritas menjadi DCSP untuk pengelasan pengisian dan capping 10) Lakukan pengelasan pengisian dan capping 11) Lakukan pembersihan lasan dengan alat yang sesuai Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 16 dari 40

124 JIP.SM j. Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas I NO DAFTAR TUGAS/INSTRUKSI POIN YANG DICEK Mengenakan alat-alat pelindung diri Menerapkan prosedur keselamatan kerja Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) Menentukan jenis dan ukuran elektroda Memilih bahan dan ukuran bahan Kelengkapan APD Ketepatan hasil identifikasi Ketepatan elektroda Ketepatan pemilihan alat PENCAPAIAN PENILAIAN YA TIDAK K BK Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 17 dari 40

125 JIP.SM C. MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN HASIL PENGELASAN SECARA VISUAL 1. Tugas Teori a. Perintah Tugas : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. b. Waktu Penyelesain Tugas : 45 menit c. Soal Tugas : 1. Sebutkan 5 macam Welding gauge yang anda ketahui! Sebutkan fungsi dari V-WAC Welding gauge! Sebutkan fungsi dari Automatic weld size weld gage! Jelaskan 2 cara penggunaan Automatic weld size weld gage untuk mengukur ukuran kaki las dari las fillet Sebutkan 3 macam pemeriksaan visual yang termasuk jenis pemeriksaan Non Destructive Test (NDT)! Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 18 dari 40

126 JIP.SM Sebutkan 3 macam pengujian hasil lasan! Jelaskan rincian pekerjaan Inspeksi Pengelasan yang harus dicek pada waktu sebelum jalannya pengelasan! Sebutkan 4 jenis cacat fisual yang terjadi pada hasil lasan! Sebutkan 3 sebab terjadinya undercut! Jelaskan 2 cara menanggulangi cacat slag! Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 19 dari 40

127 JIP.SM Lembar Evaluasi Tugas Teori Melaksanakan Pemeriksaan Hasil Pengelasan Secara Visual Semua kesalahan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum ditandatangani. No. Benar Salah Apakah semua pertanyaan Tugas Teori Melaksanakan Pemeriksaan Hasil Pengelasan Secara Visual dijawab dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 20 dari 40

128 JIP.SM Tugas praktik. a. Nama Tugas : Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual b. Waktu Penyelesain : 60 menit Tugas c. Tujuan Pelatihan : Setelah menyelesaikan tugas Melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual peserta mampu: 1) Mengidentifikasi jenis jenis cacat permukaan pada hasil lasan setelah proses pengelasan. 2) Menentukan apakah cacat yang terdapat pada hasil lasan masuk toleransi penerimaan atau tidak 3) Menentukan apakah cacat yang terjadi bisa diperbaiki. 4) Menafsirkan apakah hasil lasan dapat diterima atau tidak. d. Daftar Alat/Mesin dan Bahan : NO. NAMA BARANG SPESIFIKASI KETERANGAN A. ALAT 1. Sikat Kawat Panjang 4 in 2. Welding Gauge Hi lo welding gauge 3. Lampu Senter B. BAHAN 1. Hasil Las Pipa Schedule 50 e. Indikator Unjuk Kerja (IUK): 1) Mampu mengidentifikasi jenis jenis cacat permukaan pada hasil lasan setelah proses pengelasan. 2) Mampu menentukan apakah cacat yang terdapat pada hasil lasan masuk toleransi penerimaan atau tidak 3) Mampu menentukan apakah cacat yang terjadi bisa diperbaiki. 4) Mampu menafsirkan apakah hasil lasan dapat diterima atau tidak. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 21 dari 40

129 JIP.SM f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan praktik kerja ini adalah : 1) Selalu mengenakan alat pelindung diri seperti baju kerja, kacamata pengaman, sarung tangan, safety shoes dan lain-lain. 2) Jangan melangkah melalui daerah yang tidak boleh dilewati 3) Jangan menggunakan mesin yang belum diijinkan pemakaiannya g. Standar Kinerja 1) Teridentifikasinya spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat untuk persiapan pengelasan 2) Waktu standar yang diperlukan adalah 150 menit. h. Instruksi Kerja 1) Kenakan alat-alat pelindung diri 2) Terapkan prosedur keselamatan kerja 3) Identifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis cacat 5) Mengukur cacat dengan welding gauge i. Langkah kerja. 1) Mengenakan alat-alat pelindung diri 2) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 3) Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 4) Menentukan jenis jenis cacat 5) Melakukan pengukuran kedalaman cacat 6) Melakukan pengukuran panjang cacat 7) Melakukan pengukuran tinggi hasi lasan. 8) Melakukan pengukuran tinggi hasi penetrasi. 9) Melakukan pengukuran keesejajaran hasil lasan 10) Lakukan pembersihan lasan dengan alat yang sesuai Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 22 dari 40

130 JIP.SM No j. Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas I ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN ya tidak 1 Apakah bebas dari penyalaan diluar daerah lasan? 2 Apakah lebar manik las seragam dan teratur (toleransi 2 mm)? 3 Apakah benda kerja yang dilas bersih dari terak dan spatter? 4 Apakah permukaan capping pada saat stop-start mulus? 5 Apakah penetrasi penuh pada saat stop-start? 6 Apakah permukaan lasan bebas dari porosity? 7 Apakah pada permukaan lasan terjadi porosity yang tidak melebihi batas toleransi? 8 Apakah permukaan lasan bebas dari terak? 9 Apakah permukaan lasan terjadi terak yang tidak melebihi batas toleransi? 10 Apakah permukaan lasan bebas dari Under cut? 11 Apakah permukaan lasan terjadi under cut, dengan batas kedalaman dibawah 0,5 mm? 12 Apakah permukaan lasan bebas dari overlap? 13 Apakah sambungan lasan bebas dari penetrasi yang tidak sempurna? 14 Apakah sambungan lasan terjadi penetrasi yang tidak sempurna dan tidak melebihi toleransi? 15 Apakah sambungan bebas dari kelebihan penetrasi (lebih besar dari 2 mm)? 16 Apakah tinggi permukaan lasan (reinforcement) tidak lebih lebih dari 2.5 mm? 17 Apakah sambungan las bebas dari kekurangan penetrasi suck back (batas kedalaman dibawah 0.5 mm)? 18 Apakah groove weld kampuh las terisi penuh? 19 Apakah diakhir pengelasan terjadi arc creater? 20 Apakah sambungan las bebas dari ketidak rataan (misalignment) (lebih dari 1mm) Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 23 dari 40

131 JIP.SM Apakah semua instruksi kerja tugas praktik melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 24 dari 40

132 JIP.SM D. MELAPORKAN HASIL PENGELASAN 1. Tugas Teori a. Perintah Tugas : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. b. Waktu Penyelesain Tugas : 10 menit c. Soal Tugas : 1. Dalam lembar PQR berisi 8 persyaratan standar pekerjaan, sebutkan? Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 25 dari 40

133 JIP.SM Lembar Evaluasi Tugas Teori Melaporkan Hasil Pengelasan Kesalahan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum ditandatangani. No. Benar Salah 1. Apakah pertanyaan Tugas Teori Melaporkan Hasil Pengelasan dijawab dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 26 dari 40

134 JIP.SM Tugas praktik. a. Nama Tugas : Melaporkan hasil pengelasan b. Waktu Penyelesain : 60 menit Tugas c. Tujuan Pelatihan : Setelah menyelesaikan tugas Melaporkan hasil pengelasan peserta mampu: 1) Menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. 2) Menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP d. Daftar Alat/Mesin dan Bahan : NO. NAMA BARANG SPESIFIKASI KETERANGAN A. ALAT 1. Pensil 2. Bolpoint 3. Penghapus 4. Welding Gouge B. BAHAN 1. Lembar WPQR e. Indikator Unjuk Kerja (IUK): 1) Mampu Menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. 2) Mampu Menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP. f. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan praktik kerja ini adalah : 1) Selalu cermat dan teliti dalam menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 27 dari 40

135 JIP.SM ) Harus taat asas dan sesuai SOP dalam Menginput data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. g. Standar Kinerja 1) Teridentifikasinya spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat untuk membuat laporan hasil pengelasan 2) Teridentifikasinya spesifikasi data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. 3) Waktu standar yang diperlukan adalah 60 menit. h. Instruksi Kerja 1) Identifikasi spesifikasi dan persyaratan kerja, terpilihnya alat-alat untuk membuat laporan hasil pengelasan 2) Identifikasi input data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen. i. Langkah kerja. 1) Menerapkan prosedur keselamatan kerja 2) Mengidentifikasi spesifikasi dan persayaratan kerja dari gambar kerja (WPS) 3) Menentukan alat-alat untuk membuat laporan hasil pengelasan 4) Melakukan input data hasil pengamatan dan pengukuran dalam instrumen 5) Menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 28 dari 40

136 JIP.SM No j. Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas ASPEK PENILAIAN HASIL PENILAIAN ya tidak 1 Apakah menerapkan prosedur keselamatan kerja? 2 Apakah alat-alat untuk membuat laporan tersedia dengan tepat? 3 Apakah input data dilakukan sesuai SOP? 4 Apakahlaporan dibuat sesuai SOP? 5 Apakah dalam menyerahkan laporan hasil pengamatan dan pengukuran kepada yang berhak sesuai dengan SOP? Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Melaporkan hasil pengelasan dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 29 dari 40

137 JIP.SM BAB III TUGAS UNJUK KERJA A. CHECK LIST TUGAS UNJUK KERJA 1. Tugas Unjuk Kerja I a. Mengenakan alat-alat pelindung diri b. Menerapkan prosedur keselamatan kerja c. Pemilihan dan penggunaan lektroda d. Pengaturan besar amper e. Memilih alat bantu las 2. Tugas Unjuk Kerja II a. Karakteristik mesin las dan teknik pengelasan dipahami sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja b. Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan. c. Las cantum (tack weld) dibuat dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. d. Pengelasan pipa pada pelat posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 30 dari 40

138 JIP.SM Tugas Unjuk Kerja III a. Karakteristik mesin las dan teknik pengelasan dipahami sesuai dengan kebutuhan pengelasan Menerapkan prosedur keselamatan kerja b. Besarnya arus listrik diatur berdasarkan jenis dan ukuran elektroda las yang digunakan atau WPS yang ditentukan. c. Las cantum (tack weld) dibuat dengan ukuran dan jumlah sesuai dengan ukuran bahan yang dilas. d. Pengelasan pipa sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar didemonstrasikan sesuai dengan teknik pengelasan yang berlaku (SOP), dengan menerapkan K3. 4. Tugas Unjuk Kerja IV a. Alat uji dan alat ukur hasil pengelasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya. b. Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku. c. Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan. d. Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP. 5. Tugas Unjuk Kerja V a. Instrumen pengamatan proses dan pengukuran hasil las (WPQR) dipahami. b. Data hasil pengamatan dan pengukuran diinput dalam instrumen. c. Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai dengan SOP. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 31 dari 40

139 JIP.SM BAB IV CEK LIST TUGAS NO. TUGAS UNJUK KERJA PENILAIAN K BK TGL 1. Tugas Unjuk Kerja I 2. Tugas Unjuk Kerja II 3. Tugas Unjuk Kerja III 4. Tugas Unjuk Kerja IV 5. Tugas Unjuk Kerja V Apakah semua tugas unjuk kerja Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses las Busur Manual dilaksanakan dengan benar dan dalam waktu yang telah ditentukan? YA TIDAK NAMA TANDA TANGAN PESERTA PENILAI Catatan Penilai : Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 32 dari 40

140 JIP.SM KUNCI JAWABAN BUKU KERJA A. Tugas Teori menyiapkan fasilitas pengelasan 1. Enam alat pelindung diri yang harus dikenakan dalam proses pengelasan! a. Safety Shoes, b. Protector Clothes ( Ketelpak) c. Sarung Tangan/Gloves (Sarung tangan kulit panjang) d. Safety Glasses (Kaca mata brander, Kaca mata gerinda, Kaca mata las hitam) e. Masker dan Respirator f. Ear Protector (Ear plug) 2. Arti kodefikasi elektroda bersalut! Elektroda Kuat tarik minimal x1.000 psi_ E XX X X Jenis coating :...polaritas :... Posisi pengelasan : 3. Arti simbol E 6013 Elektroda_ Kuat tarik minimal psi E Jenis coating : Rutile, arus polaritas : AC, DC Posisi pengelasan : Semua posisi Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 33 dari 40

141 JIP.SM Prosedur Penyimpanan Kawat las tipe bukan LOW HYDROGEN a. Keringkan pada suhu o C selama kurang lebih 1 jam kedalam lemari pemanas sebelum digunakan atau sesuai petunjuk pabrik elektroda yang digunakan. b. Simpanlah kedalam Portable Heating (termos pemanas kecil yang dapat dibawa kemana saja) agar terjaga kekeringannya selama proses pemakaian. c. Bila lebih dari 4 jam di udara terbuka, kawat las harus dimasukkan kembali kedalam lemari pemanas atau 8 jam bila berada di Portable Heating. d. Lemari pemanas maupun Portable Heating harus tersedia di lapangan. e. Jangan digunakan lagi kawat las yang rusak atau basah (karena hujan atau sebab lain). f. Catat dan periksa setiap hari suhu pada lemari pemanas, sekurang kurangnya 1-2 kali. 5. Tiga Peralatan utama las pada las SMAW a. Kabel tenaga b. Trafo las c. Kabel massa dan kabel elektroda Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 34 dari 40

142 JIP.SM B. Melaksanakan Pengelasan Pipa Pada Posisi Sumbu Mendatar Tidak Dapat Diputar 1. Delapan (8) macam mesin las listrik yang kita temui di dalam dunia industri. a. Carbon Arc Welding (GAW) b. Shielded Metal - Arc Welding (SMAW) c. Flux Core Arc Welding ( FCAW) d. Gas Metal Arc Welding (GMAW) e. Gas Tungsten Arc welding (GTAW) f. Submerged Arc Welding (SAW) g. Plasma Arc Welding (PAW) h. Stud Welding (SW) 2. Faktor yang harus diperhatikan ketika memasang kabel las agar memiliki efisiensi yang tinggi? a. Mempunyai kontak yang baik b. Bersih dari kotoran c. Hati-hati jangan sampai rusak isolasinya d. Cukup erat/ kencang pemasangannya e. Panjang kabel sependek mungkin (sesuaikan dengan kondisi tempat kerja) 3. Keuntungan menggunakan mesin las AC? a. Tidak ada magnetic blow (arc blow) b. Busur api las lebih stabil c. Kualitas hasil pengelasan lebih bagus d. Mudah menghandelnya e. Penembusan cukup baik f. Pengelasan bisa lebih cepat, karena ampere bisa lebih tinggi dan bisa menggunakan elektrode yang diameternya lebih besar Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 35 dari 40

143 JIP.SM Apa yang perlu kita perhatikan pada waktu memilih mesin las yang akan digunakan? a. Kondisi mesin las dalam keadaan baik b. Tipe mesin las (AC atau DC) c. Kapasitas mesin harus sesuai dengan kebutuhan d. Arus Stabil (telah dikalibrasi) e. Kondisi arus listrik yang tersedia ditempat kerja f. Pilih yang lebih nyaman dan ekonomis 5. Penjelasan polaritas yang digunakan pada saat pengelasan Caping pada posisi 6G! PRINSIP KERJA MESIN LAS DCRP Apabila elektron mengalir dari terminal negatif (katoda) mesin las menuju ke benda kerja. Dalam hal ini elektron kembali ke terminal positif (anoda) mesin las dari elektrode. Pada polaritas ini panas 2/3 terdapat pada elektroda, 1/3 pada benda kerja, sehingga sifat penembusan melebar, cocok digunakan untuk pengelasan fill dan caping Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 36 dari 40

144 JIP.SM C. Tugas Teori Melaksanakan Pemeriksaan Hasil Pengelasan Secara Visual 1. Macam-macam Welding gauge a. HI-LO Welding Gage b. Economy Single Purpose HI-LO c. Adjustable fillet weld gauge d. Bridge Cam Gauge e. V-WAC Welding gauge 2. Fungsi dari V-WAC Welding gauge! Welding gauge ini dapat digunakan untuk mengukur undercutt pada hasil las, Mengukur undercutt memeriksa panjang porosity dari hasil pengelasan Mengukur panjang porosity Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 37 dari 40

145 JIP.SM mengukur besarnya klaster porosity dari hasil pengelasan Mengukur besarnya klaster porosity mengukur ketinggian manik-manik las mengukur ketinggian manik-manik las 3. Fungsi dari Automatic weld size weld gage! Welding gauge tipe ini dapat digunakan untuk mengukur ukuran kaki las dari las fillet Mengukur kecembungan dan kecekungan dari las fillet Mengukur manik-manik las 4. Cara penggunaan Automatic weld size weld gage untuk mengukur ukuran kaki las dari las fillet mengukur ukuran kaki las dari las fillet adapun caranya adalah: Kendurkan pengunci welding gauge Letakan Welding gauge pada dinding las fillet sampai menyentuh ujung kaki las Geser ekor Welding gauge sampai menyentuh dinding yang satunya Kencangkan baut penguncinya Welding gauge siap untuk dibaca hasil pengukuranya Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 38 dari 40

146 JIP.SM Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar mengukur ukuran kaki las 5. Macam-macam pemeriksaan visual yang termasuk jenis pemeriksaan Non Destructive Test (NDT)! Radiography Test (RT) Penetrant Test (PT) Ultrasonic Test (UT) Particle Magnetic (MT) Eddy Current 6. Macam-macam pemeriksaan hasil lasan! (1) Visual Test (VT) (2) Non Destructive Test (NDT) Radiography Test (RT) Penetrant Test (PT) Ultrasonic Test (UT) Particle Magnetic (MT) Eddy Current Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 39 dari 40

147 JIP.SM Rincian pekerjaan Inspeksi Pengelasan yang harus dicek pada waktu sebelum jalannya pengelasan! Persiapan pinggiran yang akan dilas (sudut bevel, sudut galur, muka akar) dimensi dan penyelesaiannya. Ukuran strip, cincin atau logam pengisi penahan balik Kesetangkupan (alignment) dan penyetelan (fit-up) dari bagian -bagian yang akan dilas Pembersihan (harus tidak terdapat kotoran-kotoran seperti lemak minyak 8. Jenis-jenis cacat visual yang terjadi pada hasil lasan! Crak : adanya keretakan las akibat dari tegangan bahan Slag : adanya terak las yang terperangkap di dalam endapan las, Porosity : terdapat pori pori di dalam las atau pada permukaan las Undercut : takik takik las yang terjadi ke arah memanjang las diantara bahan dasar dengan tepi las Incomplete fusion : tidak sempurnanya peleburan las antara logam las dengan bahan dasar sehingga terjadi ruang kosong excessive reinforcement : jalur las terlalu menonjol 9. Penyebab terjadinya undercut! Arus yang terlalu tinggi Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi Posisi elektroda saat pengelasan yang tidak tepat Ayunan elektroda saat pengelasan tidak teratur 10. Cara menanggulangi cacat slag! Naikan kecepatan sehingga slag tidak mengalir keakar las Usahakan sudut yang tepat pada arah las Perbaiki sudut bevel atau gunakan kawat kecil Perbesar ampere las Sesuaikan jarak busur las pada materil ( 1x Diameter Kawat ) untuk service normal atau severe cyclic jika mlebihi batasan yang diijinkan, digou ging hingga defect hilang, baru dikampuh dan distel ulang, kemudian dilas sesuaiwps repair. Judul Modul: Mengelas pipa posisi sumbu miring tidak dapat diputar dengan proses las busur manual Buku Kerja Versi: 2013 Halaman: 40 dari 40

148 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL JIP.SM BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

149 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Metoda Penilaian BAB II PENILAIAN TEORI... 4 A. Lembar Penilaian Pengetahuan BAB III PENILAIAN PRAKTIK A. Lembar Penilaian Keterampilan BAB IV PENILAIAN SIKAP KERJA A. Lembar Penilaian Sikap Kerja Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 1 dari 21

150 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku penilaian untuk unit kompetensi mengelas pipa posisi sumbu mendatar tidak dapat diputar dengan proses las busur manual dibuat sebagai konsekuensi logis dalam pelatihan berbasis kompetensi yang telah menempuh tahapan penerimaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja melalui buku informasi dan buku kerja. Setelah latihan-latihan (exercise) dilakukan berdasarkan buku kerja maka untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimilikinya perlu dilakukan uji komprehensif secara utuh per unit kompetensi dan materi uji komprehensif itu ada dalam buku penilaian ini. B. Tujuan Adapun tujuan dibuatnya buku penilaian ini, yaitu untuk menguji kompetensi peserta pelatihan setelah selesai menempuh buku informasi dan buku kerja secara komprehensif dan berdasarkan hasil uji inilah peserta akan dinyatakan kompeten atau belum kompeten terhadap unit kompetensi Merumuskan Permasalahan Pelatihan di Daerah. C. Metoda Penilaian 1. Metoda Penilaian Pengetahuan a. Tes Tertulis Untuk menilai pengetahuan yang telah disampaikan selama proses pelatihan terlebih dahulu dilakukan tes tertulis melalui pemberian materi tes dalam bentuk tertulis yang dijawab secara tertulis juga. Untuk menilai pengetahuan dalam proses pelatihan materi tes disampaikan lebih dominan dalam bentuk obyektif tes, dalam hal ini jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, dan pilihan ganda. Tes essay bisa diberikan selama tes essay tersebut tes essay tertutup, tidak essay terbuka, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi faktor subyektif penilai. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 2 dari 21

151 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM b. Wawancara Tes wawancara dilakukan untuk menggali atau memastikan hasil tes tertulis sejauh itu diperlukan. Tes wawancara ini dilakukan secara perseorangan antara penilai dengan peserta uji/peserta pelatihan. Penilai sebaiknya lebih dari satu orang. 2. Metoda Penilaian Keterampilan a. Tes Simulasi Tes simulasi ini digunakan untuk menilai keterampilan dengan menggunakan media bukan yang sebenarnya, misalnya menggunakan tempat kerja tiruan (bukan tempat kerja yang sebenarnya), obyek pekerjaan disediakan atau hasil rekayasa sendiri, bukan obyek kerja yang sebenarnya. b. Aktivitas Praktik Penilaian dilakukan secara sebenarnya, di tempat kerja sebenarnya dengan menggunakan obyek kerja sebenarnya. 3. Metoda Penilaian Sikap Kerja a. Observasi Untuk melakukan penilaian sikap kerja digunakan metoda observasi terstruktur, artinya pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar penilaian yang sudah disiapkan sehigga pengamatan yang dilakukan mengikuti petunjuk penilaian yang dituntut oleh lembar penilaian tersebut. Pengamatan dilakukan pada waktu peserta uji/peserta pelatihan melakukan keterampilan kompetensi yang dinilai karena sikap kerja melekat pada keterampilan tersebut. Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 3 dari 21

152 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Lembar Penilaian Pengetahuan: BAB II PENILAIAN TEORI Unit kompetensi : Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Pelatihan : waktu : 90 menit PETUNJUK UMUM Jawablah materi tes ini pada lembar jawaban/kertas yang sudah disediakan. Modul terkait dengan unit kompetensi agar disimpan. Bacalah materi tes secara cermat dan teliti. A. Menjodohkan. Jodohkan kalimat di bawah ini dengan cara mencari jawabannya pada kolom sebelah kanan dan tuliskan jawabannya saja pada kertas yang tersedia No Pernyataan Jawaban 1. Pada waktu kita melakukan pengelasan disarankan agar a) psi (43 menggunakan kaca yang mempunyai kegelapan yang sesuai, yaitu apabila makin besar berarti kaca tersebut makin gelap kg/mm 2 ) b) Society c) Ampere 2. Sering kita mendengar bahwa didalam bengkel las sering terjadi kebakaran. Kebakaran ini bisa terjadi karena ada tiga unsur yaitu : api, bahan bakar dan 3...adalah alat pernafasan yang sering digunakan d) nomornya e) Iron powder f) Lembab g) Standard h) oxygen oleh tukang las apabila mengelas logam yang i) psi (56 mengeluarkan gas racun dan tempat pengelasan yang kg/mm 2 ) kurang baik ventilasinya j) Rendah 4. Dalam klasifikasi elektrode kita kenal Standard AWS. Dimana AWS adalah singkatan dari American Welding k) Open circuit l) respirator Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 4 dari 21

153 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Mesin las yang dalam keadaan hidup tetapi tidak digunakan untuk mengelas, sering disebut sebagai 6. Elektrode baja karbon meskipun memiliki diameter yang berbeda-beda tetapi mempunyai tegangan tarik yang sama yaitu sekitar. 7. Diameter elektrode yang besar apabila digunakan untuk mengelas dengan ampere yang.., maka akan terjadi kesulitan dalam menyalakan busur api listrik. 8. Sering kita jumpai bahwa disamping (sisi-sisi) rigi-rigi terdapat banyak percikan. Hal ini kemungkinan karena..yang digunakan terlalu tinggi. 9. Elektrode yang dalam keadaan. dan kita gunakan untuk mengelas, kemungkinan akan menimbulkan cacat las. 10. Elektrode yang mengandung unsur paling tepat digunakan untuk mengelas lapisan penutupan (rigi-rigi terakhir) posisi las dibawah tangan. B. Pilihan Ganda Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan cara memilih pilihan jawaban yang tepat dan menuliskan huruf a/b/c/d yang sesuai dengan pilihan tersebut. 1. Bisa terjadi ledakan apabila adanya 3 unsur yang biasa disebut segitiga ledakan. Tiga unsur ini adalah : a. gas, nyala api dan angin b. hampa udara, api dan tegangan tinggi c. bahan bakar, api dan nitrogen d. bahan bakar, api dan oxygen Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 5 dari 21

154 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Salutan elektrode yang mengandung unsur cellulose misalnya E 6013, mempunyai sifat a. penembusan dalam b. penembusan dangkal c. penembusan menengah d. bagus untuk mengelas plat tipis 3. Pada elektroda E 7016 diameter 2,6mm berapa arus yang disarankan menurur AWS A.51-91: a Ampere b Ampere c Ampere d Ampere 4. Dengan menggunakan mesin las DCSP, panas yang terjadi : a. 1/3 pada elektrode dan 2/3 pada benda kerja b. 1/3 pada benda kerja dan 2/3 pada elektrode c. 1/2 pada benda kerja dan 1/2 lagi pada elektrode d. sebagian pada benda kerja, sebagian pada elektrode dan sisanya tersimpan pada benda tersebut 5. Porositi merupakan salah satu cacat yang sering dijumpai dalam pengelasan, alat yang dapat digunakan untuk mengukur apakah besarnya porositi diijinkan atau tidak adalah: a. Bridge Cam Gauge b. Hi-Lo Welding gauge c. V-WAC Welding gauge d. Automatic weld size weld gage Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 6 dari 21

155 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Pada gambar berikut adalah salah satu jenis cacat pengelasan yang disebut : a. porosity c. Crack b. Incomplete Penetration d. Undercut 7. Cacat las yang tidak tampak dilihat dengan mata telanjang (visual) adalah slag inclusion. Slag inclusion ini terjadi karena : a. sudut pengelasan kurang tepat b. adanya kontaminasi dalam cairan las c. kurang bersih dalam membersihkan terak d. salutan elektrode ada yang rusak 8. Didalam memeriksa cacat las, kita mengenal dua macam test yaitu Destructive Test dan Non-Destructive test. Berikut ini merupakan jenis-jenis Non-Destructive test, kecuali : a. Ultrasonic inspection b. Makro Etsa c. Penetrant Test (PT) d. Magnetic particle inspection 9. Yang mengakibatkan terjadinya cacat undercut adalah : a. permukaan benda yang dilas, dalam keadaan kotor b. salah dalam pembuatan kampuh las c. arus las terlalu tinggi d. salah penggunaan jenis electrode Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 7 dari 21

156 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Dalam lembar isian PQR berisi persyaratan standar pekerjaan seperti (kecuali) : a. Jenis proses pengelasan b. Tipe sambungan c. Karakterisitik kelistrikan (polaritas) d. Merk Mesin las C. Essay Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini. 1. Sebutkan 6 (enam) perlengkapan keselamatan personil las dan umum di dalam pengelasan! Ada 3 (tiga) macam mesin las listrik yang kita temui di dalam dunia industri. Sebutkan? Untuk memudahkan pemahaman kita tentang proses pengelasan SMAW, gambarkan dan jelaskan bagaimana prinsip terjadinya proses pengelasan? Jelaskan mengapa pada polaritas terbalik terjadi penembusan melebar tetapi dangkal? Berapa range besarnya arus pengelasan yang sesuai apabila kita akan mengelas dengan elektroda 3,2mm! Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 8 dari 21

157 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Sebutkan Urutan pembuatan las catat pada proses las 6G! Apakah yang akan terjadi bila kita mengelas dengan elektroda yang lembab atau salutannya rusak? Kita mengenal bahwa elektrode terdiri dari kawat dan salutan. Apa fungsi salutan elektrode dalam proses pengelasan SMAW? Bagaimanakah penanganan elektrode supaya selalu dalam keadaan baik? Sebutkan 4 faktor yang menyebabkan terjadinya crack pada pengelasan? Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 9 dari 21

158 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM CEK LIS PENILAIAN PENGETAHUAN NO. KUK NO. SOAL KUNCI JAWABAN JAWABAN PESERTA K BK KETERANG AN Isian 1.d Nomornya 2.h Oxygen. 3.l Respirator 4.b Society 5.k Open Circuit 6.a psi (43 kg/mm 2 ) 7.j Rendah 8.c Ampere 9.f Lembab 10.e Iron Powder PG 1 D 2 B 3 C 4 B 5 C 6 A 7 C 8 B 9 C 10 D Essay Tameng las (welding mask) 2. Apron 3. Sarung tangan (glove) 4. Tutup sepatu (leg sleeve) 5. Tutup lengan (hand sleeve) 6. Baju lengan panjang dan berkerah, baju daru katun. 7. Sepatu keselamatan 8. Pet (tutup kepala) 9. Sabuk pengaman (safety belt) 10. Masker (respirator) Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 10 dari 21

159 Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja JIP.SM Mesin Las AC, Mesin Las DC Mesin Las ACDC 3. Las Listrik adalah suatu metode penyambungan dua benda dengan cara mencairkan dua sisi logam menjadi satu. Dua sisi logam yang akan disatukan, dipanaskan sampai temperatur cukup tinggi (+ 6000o F)sehingga sisi-sisi logam tersebut mencair dan membeku bersama-sama. Busur las adalah sumber panas dalam proses pengelasan. Busur las ini ditimbulkan diantara ujung elektrode dan benda yang dilas. Busur las terjadi di dalam gas ion. Ini ditimbulkan apabila arus dikontakkan antara elektrode dan benda kerja. Kontak (korsluiting) ini dinamakan BUSUR dan menimbulkan pelepasan listrik yang diperlukan untuk pencairan dengan LAS LISTRIK. 4. Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las dihubungkan dengan benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda. Polaritas ini cocok untuk pengelasan pengisian (fill) dan capping Amper Judul Modul: Mengelas Pipa Posisi Sumbu Miring Tidak Dapat Diputar Dengan Proses Las Busur Manual Buku Penilaian Versi: 2013 Halaman: 11 dari 21

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU TEGAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. SAMBUNGAN TUMPUL KAMPUH V POSISI DI BAWAH TANGAN ( 1G ) TUJUAN : Setelah

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LOGAM MESIN SUB SEKTOR PENGELASAN MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester V DAFTAR ISI No. JST/MES/MES345/00 Revisi : 0 Tgl. : 5 September 0 Hal dari NOMOR DOKUMEN No. JST/MES/MES345/0 No. JST/MES/MES345/0 URAIAN MENYAMBUNG PIPA LURUS DENGAN LAS MIG MENYAMBUNG PIPA

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA SMK NEGERI 3 PURBALINGGA JL.LETNAN SUDANI -

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA (OVERHEAD) DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL BUKU INFORMASI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

WELDING. LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT DIY TAHUN 2014 JOGJAKARTA LKS PENGELASAN LOGAM

WELDING. LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT DIY TAHUN 2014 JOGJAKARTA LKS PENGELASAN LOGAM LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT DIY JOGJAKARTA Hal 1 dari 8 LEMBAR INFORMASI Bidang Lomba WELDING I. Pendahuluan Diknik Mesin FT Hal 2 dari 8 Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

proses welding ( pengelasan )

proses welding ( pengelasan ) proses welding ( pengelasan ) Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono & Thoshie (2000:1), mendefinisikan bahwa las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang

Lebih terperinci

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah dilakukan dan berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita dapat mengevaluasinya secara

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kompetensi Kejuruan Program Keahlian : Otomotif Perbaikan Kendaraan Ringan Kelas / Semester : XI / II Standar Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Pengelasan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar. Skema pengelasan TIG(tungsten inert gas) [1] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Las TIG (TUNGSTEN INERT GAS) Las gas tungsten (las TIG) adalah proses pengelasan dimana busur nyala listrik ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda takterumpan) dengan benda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 Hery Sunaryo TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Paket Pembelajaran dan Penilaian

Paket Pembelajaran dan Penilaian Indonesia Australia Partnership for Skills Development Paket Pembelajaran dan Penilaian Kode Unit : BSDC-0707 LAS BUSUR MANUAL-IA (Shielded Metal Arc Welding-IA) ( Mei 2002 ) Daftar Isi BAB 1 PENGANTAR...1

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA H

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA H MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MENERAPKAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT STANDARDISASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Tempat pembuatan spesimen : kampus Universitas Muhammadiyah. 3. Waktu pelaksanaan : 7 Februari 17 Mei 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Tempat pembuatan spesimen : kampus Universitas Muhammadiyah. 3. Waktu pelaksanaan : 7 Februari 17 Mei 2017 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengambilan data laboratorium bahan teknik departemen teknik mesin sekolah vokasi dan

Lebih terperinci

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G Laporan Praktik Pengelasan Lanjut A. Tujuan Praktik Pengelasan Lanjut Mahasiswa mampu melaksanakan pengelasan dengan las SMAW, berbagai posisi pengelasan. B. Deskripsi Praktik Pengelasan Lanjut Membuat

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 PENGELASAN (WELDING)

NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 PENGELASAN (WELDING) NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 BIDANG LOMBA : PENGELASAN (WELDING) PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DINAS PENDIDIKAN BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan baja AISI 045, proses pembuatan spesimen uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing : LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan Dosen Pembimbing : Bintang Ihwan Moehady, Ir, MSc. Disusun oleh : Via Siti Masluhah 101411030 Yuniar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 82 F/7.5.1.P/T/WKS4/17 12 Juli 2010 SMK NEGERI 2 PENGASIH PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH Jalan

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan spesimen uji tarik dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9 JST/TSP/01 00 10-01-08 1 dari 9 A. Kompetensi Mahasiswa mampu mengelas dengan mesin las las listrik pada berbagai posisi dan bentuk las yang merupakan dasar untuk pekerjaan struktur dan nonstruktur teknik

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW Dhian Fajar Juniarto 1,*), Minto Basuki 2), Aris Wacana Putra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhir Akhmad Faizal 2011310005 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR M

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR M MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPROSES BUKU BESAR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d.

SOAL TES. Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d. Lampiran 1. Instrumen Penelitian 69 SOAL TES Mata pelajaran Kelas Alokasi waktu : Fabrikasi Las Gas : X : 30 menit Pilihlah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan tanda silang (X)

Lebih terperinci

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial : PENGELASAN I. Teknologi Pengelasan Pengelasan : Proses penyambungan dua buah (atau Lebih) logam sejenis maupun tidak sejenis dng mencairkan (memanaskan) logam tsb di atas atau di bawah titik leburnya,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK Semester II PENCAIRAN LOGAM INDUK 300 menit JST/MES/MES315/01 Revisi : 01 Tgl: 21 Juni 2010 Hal : 1 dari 3 1. KOMPETENSI Mahasiswa mampu membuat jalur lasan dengan ketentuan a. Menggunakan

Lebih terperinci

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN Oleh : MUH. NURHIDAYAT 5201412071 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG A. Las TIG ( Tungsten Inert Gas) 1. Pengertian

Lebih terperinci

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS

KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis *) ABSTRAK Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses penambalan retak-retak,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : Menetapkan : a. bahwa dengan kemajuan tehnik dan teknologi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP. Kompetensi Dasar : Sambungan las yang memenuhi standar nasional ISO

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP. Kompetensi Dasar : Sambungan las yang memenuhi standar nasional ISO RPP Las busur manual RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Nama sekolah : SMK Negeri 6 Malang Mata Pelajaran : Pekerjaan las Kelas / Semester : XI / I Kompetensi : Mengelas dengan proses las busur metal

Lebih terperinci

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( ) Oleh: Agung Mustofa (6207030006) Muhammad Hisyam (6207030022) JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Penggunaan

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL

MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL KODE MODUL M5.17A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LAS MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL MENGELAS BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur III- 1 BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW 3.1 Pendahuluan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur listrik electrode terumpan, yang menggunakan busur listrik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai

Lebih terperinci

ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN )

ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN ) ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN ) ANGGOTA KELOMPOK 4 ELEMEN MESIN ( LAS & SOLDER ) LAS SOLDER ELEMEN MESIN ( LAS & SOLDER ) PENGERTIAN KLASIFIKASI PROSES REAKSI KIMIA PROSES

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MENGELAS PELAT POSISI VERTICAL (3F, 3G) DENGAN PROSES LAS FCAW BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER Oleh Mujib Ridwan Nrp 6208030014 Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena suhu

Lebih terperinci

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

SUBMARGED ARC WELDING (SAW) SUBMARGED ARC WELDING Pengertian (SAW) Submerged Arc Welding (SAW) merupakan salah satu jenis pengelasan busur listrik dengan memanaskan serta mencairkan benda kerja dan elektroda oleh busur listrik yang

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MENGELAS PELAT POSISI HORIZONTAL (2F, 2G) DENGAN PROSES LAS FCAW BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

LAB LAS. Pengelasan SMAW

LAB LAS. Pengelasan SMAW 1. Tujuan Mahasiswa memahami prinsip kerja dari las SMAW (Shileded Metal Arc Welding) dan fungsi bagian-bagian dari perlatan las SMAW serta keselamatan kerja las SMAW, sehingga mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Pengelasan Kode Soal : 1227 Alokasi Waktu :

Lebih terperinci

PEtUNJUK teknis MAatERi WELDiNG KONtES. the 1 St iwaataani AaPi/iWS WELDiNG CONtESt in indonesiaa Supported by: BBPLK SERANG

PEtUNJUK teknis MAatERi WELDiNG KONtES. the 1 St iwaataani AaPi/iWS WELDiNG CONtESt in indonesiaa Supported by: BBPLK SERANG INDONESIAN WELDING SOCIETY PEtUNJUK teknis MAatERi WELDiNG KONtES the 1 St iwaataani AaPi/iWS WELDiNG CONtESt in indonesiaa - 2016 Supported by: KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MODIFIKASI RIAS PENGANTIN MUSLIM MENGHITUNG SECARA SEDERHANA BIAYA MRP MUSLIM MRP.MS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MODIFIKASI RIAS PENGANTIN MUSLIM MENGHITUNG SECARA SEDERHANA BIAYA MRP MUSLIM MRP.MS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG MODIFIKASI RIAS PENGANTIN MUSLIM MENGHITUNG SECARA SEDERHANA BIAYA MRP MUSLIM BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Joining Methods YUSRON SUGIARTO Joining Methods YUSRON SUGIARTO Sambungan lipat Sambungan pelat dengan lipatan ini sangat baik digunakan untuk konstruksi sambungan pelat yang berbentuk lurus dan melingkar. Ketebalan pelat yang baik disambung

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L GIVING EFFECT TO HEAT THE BEGINNING OF THE NATURE OF WELDING TIG PHYSICAL AND MECHANICAL

Lebih terperinci

WORK INSTRUCTIONS WELDING COMPETITION UGM 2016

WORK INSTRUCTIONS WELDING COMPETITION UGM 2016 WORK INSTRUCTIONS WELDING COMPETITION UGM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA Sekretariat : Jl. Yacaranda, Sekip Unit IV, Yogyakarta Phone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi pengelasan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat area sambungan ini sangat critical,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi) BAB V ELEKTRODA (filler atau bahan isi) 5.1. Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : HENDRA ADHI NAGARA NIM : D.200.01.0173 NIRM : 01.6.106.03030.50173

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Diagram Alur Penelitian Mulai Studi literatur Identifikasi masalah Persiapan spesimen uji Pemilihan material spesimen ( baja SS-400 ) Pemotongan dan pembuatan kampuh las Proses

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH Yafet Bontong Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

II-1 BAB II DASAR TEORI

II-1 BAB II DASAR TEORI II-1 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pipa Spiral dan Proses Pembuatannya Pipa adalah istilah untuk mendiskripsikan suatu benda silinder yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil proses kimia seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi, I - 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi, perawatan dan perbaikan konstruksi baja. Pengelasan atau welding merupakan bidang keahlian

Lebih terperinci

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104

PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 Oleh : Ikhsan Kholis* ) ABSTRAK Kualifikasi prosedur pengelasan (Welding Procedure Specifiction/WPS) disiapkan

Lebih terperinci

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IMBARKO NIM. 050401073

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) Energi Tenaga Kerja Indonesia Kompeten

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI (LSP) Energi Tenaga Kerja Indonesia Kompeten LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI Tenaga erja Indonesia ompeten FR-APL-0. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIASI OMPETENSI Bagian : Rincian Data Pemohon Sertifikasi Pada bagian ini, cantumkan data pribadi, data pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. KONSEP PEMBUATAN ALAT Membuat suatu produk atau alat memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja 1. Identifikasi Ukuran Identifikasi ukuran komponen merupakan langkah untuk menentukan ukuran dalam pembuatan casing mesin pemoles. Berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di : 1. STM 2 Mei Bandar Lampung sebagai tempat pembuatan kampuh las dan pembentukan spesimen. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Tugas Akhir Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl Oleh : Wishnu Wardhana 4305 100 024 Dosen Pembimbing: Murdjito, M.Sc.

Lebih terperinci