MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA (OVERHEAD) DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

2 KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan pelatihan kerja yang efektif dan efesien dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja diperlukan suatu sistem pelatihan yang sama. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional yang mengamanatkan bahwa pelatihan kerja berbasis kompetensi. Dalam rangka menerapkan pelatihan berbasis kompetensi tersebut diperlukan adanya standar kompetensi kerja sebagai acuan yang diuraikan lebih rinci ke dalam program, kurikulum dan silabus serta modul pelatihan. Untuk memenuhi salah satu komponen dalam proses pelatihan tersebut maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi Mengelas Pelat Posisi Diatas Kepala Dengan Proses Las Busur Manual yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor KEP.342/MEN/X/2007. Modul pelatihan berbasis kompetensi ini, terdiri dari 3 buku yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, dimana buku yang satu dengan yang lainnya saling mengisi dan melengkapi, sehingga dapat digunakan untuk membantu pelatih dan peserta pelatihan untuk saling berinteraksi. Demikian modul pelatihan berbasis kompetensi ini kami susun, semoga bermanfaat untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja. Jakarta, Nopember 2009 DIREKTUR STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PROGRAM PELATIHAN Drs. Djoko Mulyanto, MM NIP Halaman: 1 dari 54

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) B. Unit Kompetensi Prasyarat C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) BAB II URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Pengertian-Pengertian BAB III MATERI PELATIHAN MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA/ OVERHEAD DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL A. Diagram Alir Unit Kompetensi B. Penjelasan Mengelas pelat posisi di atas kepala/ overhead dengan proses las busur manual Membuat perencanaan/ persiapan sambungan las Mengidentifikasi prosedur dan teknik pengelasan pada posisi di atas kepala Melaksanakan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) Melaksanakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan BAB IV SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI 52 A. Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Pustaka Buku Referensi B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 2 dari 54

4 BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) KODE UNIT : JUDUL UNIT : Mengelas pelat posisi di atas kepala / overhead dengan proses las busur manual DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam pengelasan pelat posisi di atas kepala (overhead) dengan proses las busur manual (SMAW) pada Jasa Industri Pengelasan. Elemen Kompetensi 1. Membuat perencanaan/ persiapan sambungan las 2. Mengidentifikasi prosedur dan teknik pengelasan pada posisi di atas kepala 3. Melaksanakan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) Kriteria Unjuk Kerja 1.1 Metode persiapan pengelasan diidentifikasi dan direncanakan sesuai referensi. 1.2 Persiapan sambungan las dilakukan menggunakan alat-alat yang relevan dan sesuai dengan SOP. 2.1 Teknik penempatan bahan dan posisi elektroda pada pengelasan posisi tegak difahami. 2.2 Perlengkapan untuk melakukan dan alat bantu untuk pengelasan di atas kepala diidentifikasi dan disiapkan sesuai SOP. 2.3 Urutan, arah dan gerakan elektroda dipahami 3.1 Bahan-bahan las disiapkan sesuai gambar kerja atau WPS yang ditentukan dan ditempatkan sesuai dengan posisi pengelasan yang ditentukan. 3.2 Pengelasan dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis elektroda yang tepat (a.l : rutile, low hydrogen) pada posisi di atas kepala dengan memperhatikan SOP/ WPS yang ditentukan serta aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. 3.3 Benda hasil las dibersihkan sesuai SOP. Halaman: 3 dari 54

5 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 4. Melaksanakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan 4.1 Alat uji dan alat ukur hasil pengelasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya. 4.2 Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku. 4.3 Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan. 4.4 Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP. 4.5 Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai dengan SOP BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel : Unit ini berisikan pengetahuan, sikap kerja serta keterampilan dalam mengelas sambungan sudut (fillet) jalur bertumpuk (multi layer) dan sambungan tumpul (butt) dilas satu sisi (single V-butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) dengan proses las busur manual (SMAW) yang relevan dengan Jasa Industri Pengelasan. 2. Perlengkapan untuk mengelas pelat posisi di atas kepala : 2.1 Buku sumber/modul/sop/wps sebagai referensi 2.2 Lembar kerja pengoperasian mesin 2.3 Unit mesin las, minimal kapasitas 300 Amper (duty cycle 100% pada 140 A) 2.4 Bahan las (consummable material) 2.5 Alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja las 2.6 Alat-alat bantu pengelasan, a.l : meja kerja dan tonggak/standar serta klem benda kerja (jika perlu) 2.7 Alat-alat pengujian hasil las Halaman: 4 dari 54

6 3. Tugas yang dilakukan dalam mengelas pelat posisi di atas kepala: 3.1 Mempersiapkan mesin las. 3.2 Mempersiapkan bahan las (benda kerja dan elektroda yang bervariasi) 3.3 Melakukan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada bahan pelat posisi di atas kepala (overhead). 3.4 Memeriksa hasil las secara visual 3.5 Melaporkan hasil las 4. Peraturan/ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu : 4.1 Manual penggunaan alat-alat tangan dan mesin las. 4.2 Standar Operasional Prosedur (SOP) dan/atau WPS 4.3 Peraturan/ketentuan dari lembaga/tempat kerja/perusahaan yang berkenaan tentang prosedur penggunaan mesin-mesin las, bahan las dan fasilitas pendukung lainnya. PANDUAN PENILAIAN 1. Penjelasan Prosedur Penilaian: Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang terkait : 0Unit JIP.SM : Mengelas pelat posisi tegak/verticaldengan proses las busur manual. 2. Kondisi Penilaian: 2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan penyiapan, pelaksanaan, pengamatan proses dan pemeriksaan hasil pengelasan pelat posisi di atas kepala serta pelaporan hasil kerja Penilaian dapat dilakukan dengan cara : portofolio, lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, pemeriksaan hasil kegiatan (project work) dan simulasi di workshop dan/atau ditempat kerja. Halaman: 5 dari 54

7 2.3. Penilaian/pengujian hasil pengelasan pada unit ini dilakukan secara pengamatan (visual) dan destructive test/dt; untuk sambungan sudut (fillet) adalah fracture test atau makro etsa, sedangkan untuk sambungan tumpul (butt) digunakan guided bend test (root bend test, face band test dan side bend test) dan/atau NDT (X-Ray) maupun pengujian relevan lainnya yang mengacu pada kriteria yang berlaku secara nasional atau internasional. 3. Pengetahuan yang dibutuhkan: 3.1 Prosedur persiapan sambungan 3.2 Prosedur pengelasan pelat posisi di atas kepala 3.3 Prosedur pemeriksaan hasil las secara visual dan pelaporannya 4. Keterampilan yang dibutuhkan: 4.1 Mengatur (setting) mesin las busur manual sesuai SOP atau WPS. 4.2 Menyiapkan bahan las sesuai SOP atau WPS. 4.3 Melakukan pengelasan sambungan sudut dan tumpul pada pelat posisi atas kepala (over head) sesuai lembar kerja/ SOP/ WPS, yang meliputi : Pengelasan sambungan sudut (fillet) jalur bertumpuk (multi layer) pada pelat posisi di atas kepala (4F/PD) Pengelasan sambungan tumpul (butt) dilas satu sisi (single V-butt) pada pelat posisi di atas kepala (4G/PE) 4.4 Melakukan pemeriksaan secara visual pada hasil las mengacu pada standar baku (nasional/internasional). 4.5 Membuat laporan (mengisi cek lis) pemeriksaan hasil las. 5. Aspek kritis: Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja untuk diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini, sebagai berikut : 5.1 Pemilihan dan penggunaan elektroda 5.2 Persiapan sambungan las 5.3 Pengaturan besar arus (Amper) pada tiap jalur (layer) 5.4 Prosedur pengelasan di atas kepala 5.5 Gerakan/ayunan (weaving) elektroda Halaman: 6 dari 54

8 KOMPETENSI KUNCI NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT TINGKAT 1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa data/informasi 2 2. Mengkomunikasikan ide-ide dan menginformasikan 2 3. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan berkelompok 2 5. Menggunakan ide serta tehnik matematika 1 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 B. UNIT KOMPETENSI PRASYARAT Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Mengelas Pelat Posisi Di Atas Kepala/ Overhead Dengan Proses Las Busur Manual ini peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut : 1. Melaksanakan rutinitas pengelasan dengan proses las busur manual 2. Mengelas pelat posisi dibawah tangan dengan proses las busur manual 3. Mengelas pelat posisi horisontal dengan proses las busur manual 4. Mengelas pelat posisi vertikal dengan proses las busur manual Halaman: 7 dari 54

9 C. SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) Judul Unit Kompetensi : Mengelas pelat posisi di atas kepala/ overhead dengan proses las busur manual Kode Unit Kompetensi : Deskripsi Unit Kompetensi Perkiraan Waktu Pelatihan : Tabel Silabus Unit Kompetensi : : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam pengelasan pelat posisi di atas kepala (overhead) dengan proses las busur manual (SMAW) pada Jasa Industri Pengelasan. ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- KETERAM- HUAN PILAN 1. Membuat perencanaan/ persiapan sambungan las 1.1 Metode persiapan pengelasan diidentifikasi dan direncanakan sesuai referensi. 1.2 Persiapan sambungan las dilakukan menggunakan alatalat yang relevan dan sesuai dengan SOP - Dapat mengenal geometri sambungan las - Mampu melakukan pengerjaan bevel sesuai gambar kerja dan tebal plat - Harus melakukan penghematan penggunaan material - Geometri sambungan las - Melakukan pengerjaan bevel sesuai gambar kerja dan tebal plat - Melakukan penghematan penggunaan material 2. Mengidentifikasi prosedur dan teknik 2.1 Teknik penempatan bahan dan posisi elektroda pada Halaman: 8 dari 54

10 ELEMEN KOMPETENSI pengelasan pada posisi di atas kepala KRITERIA UNJUK KERJA pengelasan posisi tegak difahami. 2.2 Perlengkapan untuk melakukan dan alat bantu untuk pengelasan di atas kepala diidentifikasi dan disiapkan sesuai SOP. 2.3 Urutan, arah dan gerakan elektroda difahami INDIKATOR UNJUK KERJA MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- KETERAM- HUAN PILAN 3 Melaksana-kan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) 3.1 Bahan-bahan las disiapkan sesuai gambar kerja atau WPS yang ditentukan dan ditempatkan sesuai dengan posisi pengelasan yang ditentukan. - Dapat menjelaskan identifikasi bahan las - Dapat menjelaskan posisi pengelasan - Dapat menjelasan prosedur pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi diatas kepala (4F, 4G) - Dapat menjelaskan klasifikasi dan kodefikasi bahan pengisi las dan fluk pelindung - Mampu klasifikasi dan kodefikasi bahan pengisi las dan fluk pelindung - Mampu melakukan - Identifikasi bahan las - Posisi pengelasan - Prosedur pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi diatas kepala (4F, 4G) - Klasifikasi dan kode-fikasi bahan pengisi las dan fluk pelindung - Melakukan pengelasan sambungan sudut dan tumpul pada pelat posisi diatas kepala sesuai prosedur WPS - Pemilihan bahan pengisi las dan fluk pelindungn ya - Menampilkan pengelasan SMAW dengan benar Halaman: 9 dari 54

11 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA pengelasan sambungan sudut dan tumpul pada pelat posisi diatas kepala sesuai prosedur WPS MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- KETERAM- HUAN PILAN 3.2 Pengelasan dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis elektroda yang tepat - Harus memilih bahan pengisi las dan fluk pelindungnya - Harus Menampilkan pengelasan SMAW dengan benar - Klasifikasi dan kodefikasi bahan pengisi las dan fluk pelindung - (a.l : rutile, low hydrogen) pada posisi di atas kepala dengan memperhatikan SOP/WPS yang ditentukan serta aturan ke-selamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. 3.3 Benda hasil las dibersihkan sesuai SOP. Halaman: 10 dari 54

12 ELEMEN KOMPETENSI 4. Melaksa-nakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan KRITERIA UNJUK KERJA 4.1 Alat uji dan alat ukur hasil peng-elasan diidentifikasi, disiapkan dan diperiksa fungsi dan validitasnya. 4.2 Seluruh hasil pengelasan diperiksa secara visual, dan dibandingkan dengan standar baku. 4.3 Hasil pemeriksaan visual disimpulkan dan ditafsirkan. 4.4 Perbaikan hasil las (bila diperlukan) dilakukan sesuai SOP. 4.5 Laporan hasil pengamatan dan pengukuran diserahkan kepada yang berhak sesuai dengan SOP INDIKATOR UNJUK KERJA - Dapat menjelaskan metode pemeriksaan hasil las secara visual. - Dapat menjelaskan penggunaan alat ukur hasil las - Dapat menjelaskan pengujian cacat permukaan dengan penetrant - Dapat mengenal macam cacat las permukaan - Dapat menjelaska Standar keberterimaan - Mampu melakukan pengamatan untuk melihat tampilan las - Mampu menggunakan alat ukur las (welding gauge, taper gauge, ruler) - Mampu menggunakan liquid penetrant dan mengidentifikasi cacat - Harus menunjukkan teknik pemeriksaan visual hasil las (tempat dan bentuk cacat) secara teliti. - Harus menunjukkan penggunaan alat ukur las secara hati-hati. MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA - Metode pemeriksaan hasil las secara visual. - Penggunaan alat ukur hasil las - Pengujian cacat permukaan dengan penetrant - Macam cacat las permukaan - Standar keberterima-an - Melakukan pengamatan untuk melihat tampilan las - Menggunakan - alat ukur las (welding gauge, taper gauge, ruler) Menggunakan liquid penetrant dan mengidentifika si cacat - Menunjukkan teknik pemeriksaan visual hasil las (tempat dan bentuk cacat) secara teliti. - Menunjukkan penggunaan alat ukur las secara hati-hati. - Menunjukkan aplikasi liquid PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- KETERAM- HUAN PILAN Halaman: 11 dari 54

13 ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA INDIKATOR UNJUK KERJA - Harus menunjukkan aplikasi liquid MATERI PELATIHAN PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP KERJA PERKIRAAN WAKTU PELATIHAN PENGETA- KETERAM- HUAN PILAN Halaman: 12 dari 54

14 BAB II URAIAN SINGKAT MATERI PELATIHAN MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA/OVERHEAD DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL A. Latar Belakang Mengelas pelat posisi di atas kepala/overhead (4F, 4G) dengan proses las busur manual merupakan salah satu dari beberapa proses pengelasan dan posisi pengelasan dimana pengelasan posisi ini merupakan posisi pengelasan yang umum disebut posisi overhead dari sambungan sudut 4 F ( fillet joint ) dan sambungan tumpul 4G ( Butt joint ) dilakukan untuk membentuk suatu konstruksi dan merupakan posisi pengelasan yang dilakukan dengan posisi benda kerja diatas kepala juru las, pengelasan menggunakan proses las SMAW atau disebut dengan pengelasan busur listrik. Proses pengelasan SMAW merupakan proses pengelasan menggunakan busur listrik yang mengalir sebagai pemanas dalam kawat las ( Electrode ) dan terak ( Fluxs ) sebagai pelindungnya. Pada Buku Informasi ini akan dipaparkan tentang Pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja dimana berisi Informasi tentang : 1. Membuat perencanaan/persiapan sambungan las 2. Mengidentifikasi prosedur dan teknik pengelasan pada posisi di atas kepala 3. Melaksanakan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) 4. Melaksanakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan Dengan disusunnya Modul Mengelas pelat posisi di atas kepala/ overhead (4F, 4G) dengan proses las busur manual ini diharapkan akan dapat membantu Pelatih dalam menjelaskan dan menerapkan pengelasan sesuai dengan kompetensi yang dikehendaki. B. Tujuan Modul Mengelas pelat posisi di atas kepala/overhead (4F, 4G) dengan proses las busur manual ini bertujuan agar peserta mampu untuk melakukan pengelasan sesuai dengan SOP. Dimana Mengelas Pelat Posisi overhead (4F, 4G) dengan Proses Las SMAW dalam Modul ini adalah untuk memberikan pemahaman dan menerapkannya dalam proses pengelasan, disamping itu juga bertujuan agar peserta mampu melakukan pemeriksaan hasil pengelasan C. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari Modul Mengelas pelat posisi di atas kepala/overhead (4F, 4G) dengan proses las busur manual/smaw ini terdiri dari : Membuat perencanaan/persiapan sambungan las, Mengidentifikasi prosedur dan teknik Halaman: 13 dari 54

15 pengelasan pada posisi di atas kepala, Melaksanakan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead), melaksanakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan D. Pengertian-Pengertian Logam Besi Baja Logam Ferrous Logam Non Ferrous Baja Carbon Rendah Baja Carbon Sedang Baja Carbon Tinggi Baja campuran Baja Tahan Karat Unsur Paduan Heat Treatment Hardening Tempering Annealing Klasifikasi baja = Adalah mineral yang tidak tembus pandang dan dapat menghantarkan aliran panas atau aliran listrik = Logam yang keras, yang dihasilkan dari proses pengolahan biji besi pada dapur tinggi = Logam yang keras dan kuat, yang dihasilkan dari proses pengolahan lanjut logam besi melalui dapur Siemens Martin, Bessemer, Open Heart atau dapur listrik = Logam yang terbuat dari unsur dasar besi (Fe) dan Carbon (C) = Logam yang terbuat dari unsur dasar bukan besi (Fe) dan Carbon (C) = Baja yang mempunyai kandungan karbon sebesar 0,1 % sampai dengan 0,3 % = Baja yang mempunyai kandungan karbon sebesar 0,3 % sampai dengan 0,6 % = Logam yang mempunyai kandungan karbon 0,7 % sampai dengan 1,3 % = Logam baja yang telah mengalami proses penambahan unsur unsur paduan = Logam baja yang mempunyai sifat tahan terhadap karat = Adalah unsur unsur kimia yang ditambahkan pada logam untuk memperbaiki sifat sifat logam tersebut = Proses pemanasan dan pendinginan pada logam untuk mendapatkan sifat sifat tertentu = Proses pemanasan logam yang bertujuan untuk menambah sifat kekerasan logam = Proses pemanasan logam yang bertujuan untuk mengurangi sifat kekerasan = Proses pemanasan dan pendinginan logam yang bertujuan untuk melunakkan kekerasan logam = Penggolongan logam baja berdasarkan komposisi unsur paduan Halaman: 14 dari 54

16 BAB III MATERI PELATIHAN MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA/OVERHEAD DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL A. Diagram Alir Unit Kompetensi Mengidentifikasi desain sambungan las Mengidentifikasi penumpu las Persiapan pengelasan Mengenali urutan pengelasan Mengenali metoda pencegahan deformasi Mengidentifikasi deformasi las Menyiapkan mesin las : - Memeriksa sirkit bantu - Mengautur Ampere Mengidentifikasi prosedur dan teknik pengelasan Memeriksa hasil las secara visual Halaman: 15 dari 54

17 B. Penjelasan Mengelas pelat posisi di atas kepala/overhead dengan proses las busur manual 1. Membuat perencanaan/persiapan sambungan las a) Pengetahuan 1) Disain Sambungan Las Disaat pembuatan produk-produk dilakukan dengan teknik penyambungan dengan pengelasan, penting untuk merencanakan material pengelasan dan sambungan-sambungan las secara hati-hati agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dengan menampilkan fungsi-fungsi disain akan dibutuhkan biaya yang pantas. Disaat merancang sebuah sambungan las, maka ditentukan rencana-rencana tersebut didalam format gambar agar mudah dibaca dan dikerjakan. Gejala retak-retak pada struktur las dapat disebabkan karena material, prosedur pengelasan dan disain yang kurang baik, dsb. Dari penyebab-penyebab tersebut, disain yang kurang baik menyebabkan hampir 50% keretakan pada hasil pengelasan. Disain yang kurang baik yang menyebabkan retak dapat disebabkan perhitungan kekuatan yang salah (perhitungan penentuan muatan dan tegangan), disain struktur yang tidak tepat (jenis sambungan yang tidak tepat, garis bentuk yang terputus, dan material yang tidak tepat) dsb. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam disain dan yang harus diperhatikan ketika merancang sambungan. Pertimbangan-pertimbangan dalam perancangan (a) Perencanaan struktur (penggunaan, kondisi, efisiensi ekonomis, periode kerja pengelasan) (b) Perhitungan tegangan, dan karakteristik tegangan dari tiap-tiap bagian (perencanaan dasar) Perhitungan struktur Gambar disain Prosedur pengelasan (c) Penentuan bentuk tertentu dari tiap-tiap bagian, dan daerah geometris las beserta ukurannya (kondisi pekerjaan) (d) Pemilihan material (e) Kondisi-kondisi dan metode pengelasan (f) Perlakuan pasca pengelasan dan metode-metode pemeriksaan Halaman: 16 dari 54

18 Yang harus diperhatikan ketika merancang/mendisain sambungan las : (a) Agar diantisipasi bahwa tegangan sisa dapat mempercepat retak dan rapuh, pilihlah material yang memiliki sifat mampu las dan kekuatan takik yang baik, gunakan disain yang mudah untuk dilas dan lakukan pengurangan tegangan (b) Untuk menghasilkan sambungan dengan deformasi kecil dan tegangan sisa minimum, kurangi jumlah titik las dan jumlah endapan sebanyak mungkin (c) Minimalkan bending momen pada tiap-tiap daerah las (d) Hindari disain sambungan las dimana terjadi konsentrasi garis las, berdekatan satu sama lain atau berpotongan satu sama lain (e) Untuk mencegah konsentrasi tegangan, hindari struktur yang terpotong/terputus, perubahan tajam pada bentuk-bentuk tertentu, dan takik-takik (f) Pilihlah metode pemeriksaan dan kriteria cacat las yang dapat diterima, karena cacat las menyebabkan konsentrasi tegangan Gambar 1.1 Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan bending momen Gambar 1.2 Sambungan las tumpul antara dua logam yang berbeda ketebalan Halaman: 17 dari 54

19 2) Sambungan Las Gambar 1.3 Sambungan las yang baik atau buruk berdasarkan konsentrasi garis las Pembuatan struktur las meliputi proses pemotongan material sesuai ukuran, melengkungkannya, dan menyambungnya satu sama lain. Tiap-tiap daerah yang disambung disebut "sambungan". Terdapat beberapa variasi sambungan las sebagai pilihan berdasarkan ketebalan dan kualitas material, metode pengelasan, bentuk struktur dsb. Berdasarkan bentuknya, sambungan las diklasifikasikan antara lain sambungan tumpul, sambungan dengan penguat tunggal, sambungan dengan penguat ganda, sambungan tumpang, sambungan T, sambungan sudut, sambungan tepi, sambungan kampuh melebar dan sambungan bentuk silang, seperti ditunjukkan pada gambar 1.4 Sambungansambungan kampuh las dapat juga diklasifikasikan berdasarkan metode pengelasan, antara lain las tumpul, las sudut, las tepi, las lubang, dan las buildup, seperti ditunjukkan pada gambar 1.5. Gambar 1.4 Sambungan Las Halaman: 18 dari 54

20 Gambar 1.5 Sambungan kampuh las Pengelasan sudut digunakan untuk mengelas sudut dari sambungan T atau sambungan tumpang. Las sudut pada sambungan T membutuhkan persiapan kampuh alur tunggal atau alur ganda jika diperlukan penetrasi yang lengkap. Las sudut dapat diklasifikasikan menurut bentuk las, antara lain las terputus-putus, las menerus, las rantai dan las berselang-seling, seperti ditunjukkan pada gambar III.6 dibawah ini. Gambar 1.6 Macam-macam las sudut 3) Penumpu Las Penumpu las digunakan untuk menahan logam-logam yang disambung agar memperoleh hasil pengelasan dengan ukuran yang presisi. Desain penumpu las harus sedemikian rupa sehingga logam-logam yang disambung dapat dipasang dan dilepaskan dengan mudah. Penumpu-penumpu las diklasifikasikan kedalam penumpu las ikat, penumpu untuk mencegah terjadinya tegangan, dan penumpu-penumpu khusus. Penumpu las dimana logam-logam yang disambung dapat diputar ke posisi yang diinginkan untuk memudahkan pengelasan dinamakan "posisioner". Penumpu las harus dipilih untuk memberikan hasil terbaik sesuai yang diharapkan dalam operasional pengelasan Halaman: 19 dari 54

21 Penumpu las memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : (a) Menambah ketepatan ukuran dan keseragaman hasil akhir dari produk-produk pengelasan (b) Mendapatkan operasional pengelasan terbaik untuk digunakan pada posisi datar, dan selain itu untuk memastikan adanya efisiensi kerja yang tinggi dan dapat diandalkan. (c) Menekan tegangan pengelasan pada lembar kerja dengan menahannya pada permukaan plat, atau pencegahan deformasi pada lembar kerja dengan memberikan tegangan yang berlawanan. (d) Memperbesar volume pekerjaan dan juga pengurangan biaya Bagaimanapun, untuk volume pekerjaan yang kecil dari beberapa produk, atau untuk pekerjaan dimana ketepatan ukuran tidak diperlukan, pembuatan penumpu malah menyebabkan bertambahnya biaya keseluruhan dari pekerjaan. Efektivitas biaya dalam penggunaan penumpu las sebelumnya harus dipelajari secara hati-hati di tingkat lanjut. Sebagai tambahan, jika daya tahan dari penumpu las berlebihan, dapat terjadi retakan atau tegangan sisa yang besar. Disain penumpu harus memperhitungkan deformasi yang bekerja selama pengelasan dan penyusutan pasca pengelasan serta tegangan sisa, dan lembar kerja yang ditumpu/ditahan harus dapat melepaskan gaya-gaya yang menyimpang. Gambar III.7 menunjukkan contoh-contoh dari beberapa jenis penumpu las. Logam induk (lembar kerja) Daerah las Penahan belakang Logam induk (lembar kerja) (a) Tumpuan penahan Kolom pemutar (b) Penumpu putar 4) Persiapan Pengelasan Gambar 1.7 Contoh-contoh penumpu las Untuk menjamin pengelasan dengan kualitas tinggi, pemeriksaan dalam segala hal seperti ditunjukkan pada gambar II.65 tidak dapat diabaikan. Pelaksanaan pengelasan terdiri dari banyak proses, termasuk persiapan, operasional pengelasan dan perlakuan pasca pengelasan. Meskipun Halaman: 20 dari 54

22 persiapan cenderung diabaikan, hal ini sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Jika persiapan dilakukan secara tepat, pengelasan akan mencapai tingkat sukses 90%. Persiapan-persiapan berikut ini harus dilakukan sebelum pengelasan. (a) Gambar-gambar pengelasan, perintah-perintah pengelasan dan lain - lain. Sebagai langkah pertama dari perencanaan pelaksanaan pengelasan,sangatlah diperlukan untuk memeriksa gambar-gambar pengelasan dan menuliskan perintah-perintah pengelasan secara seksama. (b) (c) Jika terdapat beberapa pertanyaan, hal tersebut harus didiskusikan diantara pihak-pihak yang terkait, untuk menegaskan bahwa setiap operasional pengelasan dapat dilakukan tanpa masalah. Kualifikasi dan ketrampilan dari para insinyur dan teknisi juga harus diperiksa. Metode pengelasan, perlengkapan las dan perlengkapan terkait, serta perlengkapan-perlengkapan pelindung. Perlu untuk memeriksa catu daya dan catatan pemeliharaan dari perlengkapan pengelasan dan perlengkapan lainnya, catatan perlengkapan terkait seperti pemanas dan pemindah posisi, dan pijakan serta kondisi tempat kerja untuk memastikan bahwa operasional pengelasan dapat dilakukan dengan aman. Perlu untuk memeriksa metode-metode kontrol Kontrol terhadap baja dan material pengelasan, serta pencegahan terhadap penyerapan kelembaban. penanganan baja dan elektrode las, seperti kesesuaian elektrode las terhadap bajanya. Elektrode terbungkus dan fluks memerlukan pemeriksaan secara hati-hati dan teliti atas penanganan, pengeringan dan kondisi penyimpanan, untuk mencegah penyerapan kelembaban. Elektrode terbungkus harus dikeringkan didalam kondisi-kondisi berikut ini sebelum digunakan. Elektrode jenis hidrogen rendah Elektrode selain jenis hidrogen rendah 300 ~ C 1 sampai 2 jam 80 ~ C 30 menti sampai 1 jam Elektrode terbungkus harus digunakan dalam waktu tertentu setelah pengeringan. Jika elektrode yang telah dikeringkan dibiarkan lama berada di udara terbuka, elektrode tersebut harus dikeringkan kembali sebelum digunakan. Halaman: 21 dari 54

23 (d) Kondisi pengelasan Perlu untuk memeriksa las ikat dan kondisi-kondisi penyambungan benda kerja, seperti posisi pengelasan, pemanasan awal dan kondisi pasca pemanasan, arus las, metode penggunaan elektrode, kecepatan pengelasan, urut-urutan pengelasan, suhu antar lajur pengelasan, jumlah lapisan rigi-rigi las dan lain-lain, untuk melihat jika hal-hal tersebut telah sesuai. (e) Geometri kampuh Perlu untuk memeriksa bentuk sambungan dan geometri kampuh las, dan memeriksa bahwa permukaan kampuh bersih, bebas minyak, lemak, kotoran dan kelembaban. 5) Deformasi Las Struktur las yang mengalami deformasi tidak dapat diterima dari sudut pandang ketepatan ukuran dan estetika. Tegangan sisa yang besar pada struktur las dapat menyebabkan kerusakan struktur selama penggunaan. Jika seluruh struktur dipanaskan dan didinginkan secara merata, struktur tersebut akan memuai dan menyusut secara merata, tanpa deformasi atau tegangan termal. Bagaimanapun, disaat mengelas sebuah struktur, daerah las memuai dan menyusut secara terbatas seperti bila dipanaskan dan didinginkan secara cepat. Apabila daerah las ditahan dengan logam induk disekelilingnya, tegangan sisa dan deformasi akan timbul kedua-duanya. Jika struktur yang dilas terbuat dari logam tipis, daerah las melengkung. Jika struktur yang dilas terbuat dari pelat tebal dan ditahan dengan struktur logam disekelilingnya, deformasi pada daerah las akan sangat kecil dan tegangan sisa timbul di sekelilingnya. Dengan demikian, deformasi dan tegangan sisa memiliki hubungan saling berlawanan satu sama lain; jika yang satu dikurangi, yang lain akan bertambah. Tegangan sisa pada struktur yang berkaitan dengan panjang deformasi menyebabkan ketidaksesuaian ukuran, yang menghasilkan retak dan memicu retak rapuh dan karat. (a) Macam-macam bentuk deformasi pengelasan Deformasi las adalah regangan yang terjadi pada bagian logam atau struktur sebagai hasil pengelasan, dan disebut juga "Regangan Pengelasan". Deformasi las secara menyeluruh dikategorikan dalam type menyusut (shrink) dan type melengkung (bending). Sebenarnya deformasi las pada struktur yang dilas adalah kompleks. Halaman: 22 dari 54

24 Gambar 1.8 Macam macam bentuk deformasi las (b) Metode pencegahan deformasi las Deformasi las dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, seperti metode pengelasan, masukan panas, ketebalan plat, bentuk sambungan, sudut penahan, urut-urutan pengelasan, dan urut-urutan pengerjaan. Deformasi las dapat dicegah dengan mengontrol faktor-faktor tersebut. Dalam hal ini, tindakan-tindakan pencegahan deformasi berikut ini harus diambil saat pelaksanaan pengelasan. (1) Minimalkan masukan panas total pada tiap-tiap daerah pengelasan (2) Bentuk kampuh bersudut kecil dengan bukaan akar kecil juga minimalkan jumlah logam las (3) Hindari sambungan yang terkonsentrasi untuk mencegah konsentrasi masukan panas pengelasan (4) Gunakan tumpuan penahan Halaman: 23 dari 54

25 (5) Ubahlah urut-urutan pengelasan untuk memastikan penyusutan secara simetris dan untuk menghindari konsentrasi masukan panas (6) Gunakan metode pengaturan penyimpangan (Lihat gambar II.67) Sebelum pengelasan Setelah pengelasan Gambar 1.9 Metode pengaturan penyimpangan (c) Metode perbaikan deformasi pengelasan Deformasi pengelasan dapat diperbaiki dengan metode tekanan mekanis atau metode termal. Terdapat dua jenis metode termal : Metode pelurusan termal dan metode pemanasan/pendinginan setempat. Metode tekanan mekanis dilakukan pada plat tipis. Logam yang mengalami deformasi diluruskan secara langsung dengan menggunakan palu atau roller. Metode pelurusan termal meluruskan benda kerja dengan memberikan tekanan pada benda kerja melalui pemanasan pada suatu rentang suhu tertentu. Metode pemanasan/pendinginan setempat meluruskan benda kerja dengan memanfaatkan pemuaian dan penyusutan panas dari plat baja. Metode ini lebih jauh diklasifikasikan kedalam pemanasan lurus dan pemanasan titik, dan juga disebut "Moxa cautery 6) Urutan pengelasan Untuk struktur las dengan sambungan las majemuk, perlu untuk ditentukan perintah bagaimana pengelasan harus dilakukan. Perintah ini disebut "Urutan pengelasan". Urutan pengelasan yang tidak sesuai menyebabkan deformasi dan tegangan sisa. Tentukan Urutan pengelasan dengan memperhatikan hal-hal berikut : (a) (b) (c) Urutan pengelasan harus mengikuti penyusutan bebas, sebagai contoh dari pusat ke ujung yang bebas Pelaksanaan pengelasan harus dimulai dari sambungan dengan tingkat penyusutan yang lebih tinggi atau dengan jumlah lapisan logam yang lebih besar. Pengelasan tidak boleh memotong daerah-daerah yang telah dilas. Untuk daerah las yang berpotongan, misalnya, suatu penyelesaian pengelasan diluar daerah las, kampuh las dari daerah las yang satu harus dibentuk kembali sebelum pengelasan pada daerah las lainnya. Halaman: 24 dari 54

26 Urutan pengerjaan adalah perintah dimana logam las diperuntukkan pada satu garis las. Urutan pengerjaan tersebut diberikan sepanjang garis las atau melewati lapisan-lapisan las majemuk pada satu garis las (Lihat gambar 1.9) Urutan pengerjaan sepanjang garis las : maju, mundur, simetris, lompat Urutan pengerjaan memotong lapisan las : blok, bertingkat Pe n u m p u ka n p e n u h Pengelasan maju Pengelasan mundur Blok Urut-urutan simetris Pengelasan melompat Bertingkat (a) Urut-urutan pengerjaan sepanjang garis las (b) Urut-urutan pengerjaan melintas lapisan-lapisan las Gambar 1.10 Urutan pengerjaan 7) Las Ikat Las ikat digunakan untuk membuat las sementara pada benda kerja, dimana secara sementara menahan benda kerja agar tidak bergeser sebelum pengelasan utama dilakukan. Las ikat meliputi peletakan rigi-rigi las pendek dan dengan masukan panas rendah. Cacat-cacat las, seperti kurang penembusan, lubang cacing, retak dan terak terperangkap, lebih sering terjadi pada las ikat daripada pengelasan utama. Dikarenakan tujuan tersebut (sebagai penahan sementara), las ikat sering tidak dikerjakan dengan serius. Bagaimanapun, las ikat memerlukan tingkat ketrampilan yang sama dengan pengelasan utama. Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengelasan ikat adalah sebagai berikut: (a) Las ikat tidak boleh dibuat pada ujung, sudut atau bagian penguatan penting dimana terjadi konsentrasi tegangan, seperti ditunjukkan pada gambar (b) Secara umum rigi-rigi las ikat harus pendek seperti titik pada lembaran yang dilas, dan dengan panjang sekitar 35 mm pada plat atau batangan logam. Untuk baja kuat tarik tinggi (high tensile steel) atau plat khusus dengan kemampuan kekerasan yang tinggi, rigi-rigi las ikat tidak boleh lebih pendek dari 50 mm. Halaman: 25 dari 54

27 (c) (d) (e) (f) Seperti pada pengelasan utama, las ikat juga harus menggunakan material las yang sesuai dengan material logam induk. Las ikat pada batangan logam atau baja khusus dan las ikat pada suhu udara dingin memerlukan pemanasan awal. Temperatur pemanasan awal harus 20 o C sampai 30 o C lebih tinggi daripada suhu pemanasan awal pada pengelasan utama. Jika ditemui retak pada las ikat, atau jika bagian dengan penguatan penting harus dilas ikat, logam las ikat harus dibuang sebelum pengelasan utama. Las ikat harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat las, seperti terak yang terperangkap. Buruk Baik Buruk Ba ik Gambar 1.11 Daerah las ikat yang benar b) Keterampilan 1) Persiapan Mesin Las Pengangkat Skala Amper meter Skala Penunjuk Handel arus Penjepit elektroda Elektroda las Material dasar Plat magnet Kabel ground Power supply 200V Saklar mesin Tombol power Kabel power Ground mesin Gambar 1.12 Mesin Las Busur Listrik Halaman: 26 dari 54

28 Tahapan-tahapan persiapan yang perlu dilakukan dan hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan mesin las busur listrik arus bolak balik meliputi : (a) Pemeriksaan sirkuit utama. Pemeriksaan sirkuit utama mesin las seperti ditunjukkan pada gambar 1.13 dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Yakinkan bahwa saklar tenaga dalam keadaan mati (off ) (2) Periksa sambungan kabel las bila ada yang lepas (3) Periksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi sambungan dalam keadaan aman (4) Periksa bahwa kabel ground dalam keadaan tertanam Gambar 1.13 Sirkuit utama (b) Pemeriksaan sirkuit bantu Pemeriksaan sirkuit bantu dan pemasangan elektrode las seperti ditunjukan pada gambar 1.14 dan gambar 1.15 dengan pemeriksaan sebagai berikut : (1) Periksa sambungan kabel las yang terlepas. (2) Periksa isolasi sambungan kabel. (3) Sambungkan kabel ground dengan meja kerja pada posisi yang aman dari gerakan (4) Periksa kebenaran penyambungan kabel. (5) Masukan elektrode kedalam penjepit pada kemiringan yang benar Hati-hati jangan sampai mengarahkan ujung tangkai las dari penjepitnya Halaman: 27 dari 54

29 Gambar 1.14 Sambungan kabel Gambar 1.15 Pemasangan elektrode (c) Persiapan tang ampere Sebelum mesin las dipergunakan dengan sebenarnya terlebih dahulu perlu menyiapkan tang amper, gambar III. 5 dan lakukan : (1) Putar dial pengatur pada posisi yang optimal. (2) Lewatkan kabelnya dengan aman ditengah-tengah penjepitnya. Gambar 1.16 Penyiapan tang ampere (d) Pengaturan arus (1) Hidupkan Saklar tenaga. (2) Hidupkan Saklar mesin las (On). (3) Putar tuas pengatur amper untuk pengaturan ampere yang benar atau sesuai yang dikehendaki. (4) Lakukan sentuhan antara elektrode dengan material dasar untuk mengetahui pengisian aliran arus listrik yang terjadi. (5) Periksa optimalisasi arus dengan menggunakan tang amper. (6) Matikan saklar mesin las ( Off ) Halaman: 28 dari 54

30 Pengaturan arus dan pemeriksaan pengisian arus seperti pada gambar 1.17 dan gambar Skala penunjuk Tuas Pemutar Gambar 1.17 Pengaturan arus Mesin Las Busur Listrik Gambar 1.18 Pemeriksaan arus Mesin Las Busur Listrik c) Sikap kerja Sikap kerja yang ditunjukan dalam menangani persiapan pengelasan selain sikap kerja terhadap bahan yang akan dikerjakan diperhatikan pula sikap kerja dalam penangannan mesin lasnya, berupa : 1) Penanganan mesin las Ketika memasang mesin las, hindari lokasi bagian yang bocor, air, lembab atau berdebu. Bila pemasangan didalam ruang, yakinkan bahwa ruang yang diijinkan sekitar 30 cm dari jendela dan dinding untuk menghindari gangguan ventilasi karena efek pendinginan. Bila mesin las busur AC digunakan, pastikan bahwa rektifier didinginkan dengan menggunakan kipas pendingin. Bila dua buah mesin dioperasikan berdampingan, ruang diantara mesin - mesin tersebut yang diijinkan adalah 30 cm. (a) Pengkabelan sisi output dan pengarderan Pembumian atau arder perlu dilakukan untuk pengoperasian peralatan listrik dengan aman, dan harus dilakukan dengan tepat. Tidak hanya kasus mesin yang harus dibumikan, tetapi material yang dilas dan penumpu las juga harus dibumikan untuk melindungi operator dari sengatan listrik. Pembumian atau arder perlu dilakukan untuk pengoperasian peralatan listrik dengan aman, dan harus dilakukan dengan tepat. Tidak hanya kasus mesin yang harus dibumikan, tetapi material yang dilas dan penumpu las juga harus dibumikan untuk melindungi operator dari sengatan listrik. Halaman: 29 dari 54

31 (b) Pemeriksaan dan pemeliharaan mesin las busur Mesin las busur listrik dan peralatan disekelilingnya mempunyai banyak bagian yang perlu mendapatkan perhatian. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian menolong untuk memperpanjang umur peralatan dan membuat mesin menghasilkan kapasitas maksimum. Secara struktur dibedakan antara mesin las busur AC dan mesin las busur DC, metode inspeksinya bervariasi. Berbagai pekerjaan dijelaskan dibawah. (1) Periksa apakah tombol sumber listrik dan tombol inspeksi berfungsi dengan benar dan apakah terjadi getaran atau suara berisik pada bagian yang bergerak, bagian penggerak dan kipas pendingin. (2) Lumasi daerah yang berputar dari tuas pengatur arus dan permukaan gesek untuk menghindari keausan. (3) Jika terkumpul debu didalam, fungsi pendinginan dan kapasitas isolasi dari kumparan transformer akan menurun. Bersihkan kumparan dengan meniup debu dengan udara kompresi. Ukur tahanan isolasi dan tahanan pembumian dari kumparan secara reguler/tetap dan dinyatakan bahwa pengukurannya memuaskan. (4) Periksa sisi kabel input dan output, apakah bungkusnya mengelupas, penyambungannya kendor dan kondisi isolasinya. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian adalah penting untuk keamanan dan pengoperasian yang efisien dari mesin las busur. Mengikuti rincian instruksi dari petunjuk operasional Tabel II.5 memperlihatkan sebuah contoh pemeriksaan mesin las busur. Adalah penting untuk menegaskan sebelum mulai pemeriksaan, apakah sumber dayanya sudah hidup. Catat bahwa test tekanan atau pengukuran tahanan isolasi dari mesin las sehubungan dengan berbagai bagian elektronik, misalnya IC tidak boleh dilaksanakan dengan sembrono, kalau tidak pelindung kondensor bisa rusak. d) Standar Prosedur Operasional Verifikasi Mesin Las 1) Tujuan Sebagai acuan/petunjuk bagi pelaksana untuk melakukan pengujian mesin las dan even elektroda sehingga dapat diketahui performansi atau unjuk kerja dari mesin las tersebut. Halaman: 30 dari 54

32 2) Dokumen Terkait / Pendukung. Standard operasional berjudul Verifikasi Mesin Las. 3) Ruang Lingkup Digunakan pada pengujian arus listrik mesin las tipe SMAW (Shield Metal Arc Welding) dan tipe lainnya. 4) Prosedur (a) Urutan Pelaksanaan (1) Periksa kondisi mesin las yang akan diuji. (2) Gunakan tang ampere untuk mendeteksi arus listrik yang timbul pada kabel keluaran / output sejauh 1500 mm dari holder. (3) Catat nilai penunjukan arus listriknya pada range yang berbeda. (b) Standard Keberterimaan. R a n g e T o l e r a n s i < 500 Ampere + 20 Ampere > 500 Ampere + 40 Ampere Reff : Calibration Control Procedure dari POWER SYSTEM, nomor 21.02, revisi C, tanggal 10 Desember (c) Dokumen Hasil Pengujian. Hasil pengujian mesin las dituangkan pada lembar Verification Report dan atau Verification Certificate sesuai standard prosedur operasional nomor QA Halaman: 31 dari 54

33 (d) Label / Sticker Identifikasi. (1) Mesin las yang telah diuji dan dinyatakan memenuhi persyaratan diberi label/sticker seperti halaman berikut, serta diterbitkan hasil pengujian. (2) Pengisian label/stiker : * KODEFIKASI, diisi dengan kode pemilik dan nomer urut mesin (sequen) yang dimiliki. * DIVERIFIKASI TGL, diisi dengan tanggal pelaksanaan verifikasi/pengujian. * RE-VERIFIKASI TGL, diisi dengan tanggal verifikasi/pengujian berikutnya yang ditetapkan berdasarkan kondisi/keadaan mesin. * DIVISI QUALITY ASSURANCE, diisi tanda tangan dan nama terang verifikator digunakan pada pengujian arus listrik mesin las tipe SMAW dan tipe lainnya. 2. Mengidentifikasi Prosedur Dan Teknik Pengelasan Pada Posisi Di Atas Kepala a) Pengetahuan 1) Persiapan Pengelasan Untuk menjamin pengelasan dengan kualitas tinggi, pemeriksaan dalam segala hal seperti ditunjukkan pada gambar II.65 tidak dapat diabaikan. Pelaksanaan pengelasan terdiri dari banyak proses, termasuk persiapan, operasional pengelasan dan perlakuan pasca pengelasan. Meskipun persiapan cenderung diabaikan, hal ini sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Jika persiapan dilakukan secara tepat, pengelasan akan mencapai tingkat sukses 90%. Persiapan-persiapan berikut ini harus dilakukan sebelum pengelasan. Halaman: 32 dari 54

34 (a). Gambar-gambar pengelasan, perintah-perintah pengelasan dan lain - lain. Sebagai langkah pertama dari perencanaan pelaksanaan pengelasan,sangatlah diperlukan untuk memeriksa gambar-gambar pengelasan dan menuliskan perintah-perintah pengelasan secara seksama. Jika terdapat beberapa pertanyaan, hal tersebut harus didiskusikan diantara pihak-pihak yang terkait, untuk menegaskan bahwa setiap operasional pengelasan dapat dilakukan tanpa masalah. Kualifikasi dan keterampilan dari para insinyur dan teknisi juga harus diperiksa. (b). Metode pengelasan, perlengkapan las dan perlengkapan terkait, serta perlengkapan-perlengkapan pelindung. Perlu untuk memeriksa catu daya dan catatan pemeliharaan dari perlengkapan pengelasan dan perlengkapan lainnya, catatan perlengkapan terkait seperti pemanas dan pemindah posisi, dan pijakan serta kondisi tempat kerja untuk memastikan bahwa operasional pengelasan dapat dilakukan dengan aman. Perlu untuk memeriksa metode-metode kontrol dan (c). Kontrol terhadap baja dan material pengelasan, serta pencegahan terhadap penyerapan kelembaban. penanganan baja dan elektrode las, seperti kesesuaian elektrode las terhadap bajanya. Elektrode terbungkus dan fluks memerlukan pemeriksaan secara hati-hati dan teliti atas penanganan, pengeringan dan kondisi penyimpanan, untuk mencegah penyerapan kelembaban. Elektrode terbungkus harus dikeringkan didalam kondisi-kondisi berikut ini sebelum digunakan (d). Kondisi pengelasan Perlu untuk memeriksa las ikat dan kondisi-kondisi penyambungan benda kerja, seperti posisi pengelasan, pemanasan awal dan kondisi pasca pemanasan, arus las, metode penggunaan elektrode, kecepatan pengelasan, urut-urutan pengelasan, suhu antar lajur pengelasan, jumlah lapisan rigi-rigi las dan lain-lain, untuk melihat jika hal-hal tersebut telah sesuai. (e). Geometri kampuh Perlu untuk memeriksa bentuk sambungan dan geometri kampuh las, dan memeriksa bahwa permukaan kampuh bersih, bebas minyak, lemak, kotoran dan kelembaban b) Keterampilan 1) Persiapan untuk pengelasan (a) Sambungkan kabel pada mesin las Sambunglah kabel las seluruhnya (sesuai kebutuhan) dan sambungan jangan sampai kelihatan. Halaman: 33 dari 54

35 (b) (c) (d) (e) (f) Bentangkan / tarik kabel ke lokasi kerja Jangan sampai kusut / tertekuk dibagian tengahnya. Putar switch mesin las Hidupkan mesin las (switch on). Aturlah arusnya Lakukan pengaturan arus sesuai dengan material dasar pengelasan, kaki las, diameter elektrode dan posisi pengelasan. Bersihkan bagian yang dilas Hilangkan / bersihkan air, minyak, cat, dan debu dari bagian yang dilas Hilangkan / bersihkan air, minyak, cat, dan debu dari bagian yang dilas Sambungan jangan sampai kelihatan. Periksalah stang las (holder) dengan urutan item (1) (6) sebelum digunakan. Jika pada holder terdapat kerusakan atau cacat, perbaiki sebelum menggunakannya. 2) Pengelasan (a) Atur kawat las pada stang las Peganglah stang las dengan tangan kanan pada pegangannya dan tekan pir dengan ibu jari. (b) Pengaturan kemiringan (sudut) kawat las Peganglah kawat las dengan tangan kiri dan atur Sesuai dengan posisi pengelasan Gambar 2.1 Arah pengelasan (c) Pegang pelindung muka kap las (1) Peganglah pelindung muka / kap las dengan Halaman: 34 dari 54

36 (2) Menggunakan tangan kiri. (d) Mulai penyalaan awal Sentuhkan dengan ring ujung kawat las pada benda kerja atau kampuh las sehingga tidak akan menimbulkan pijar las dan gerakan perlahan ujung kawat las pada arah yang dikehendaki dan pertahankan sudutnya. Atur kembali arus jika perlu dengan melihat kondisi pengelasan / hasil pengelasan (welding bead). 3) Gangguan pada pengelasan Gambar 2.2 Mulai penyalaan awal (a) Lepas kawat las dari penjepitnya Letakkan stang las pada tempat yang aman, dan jika gangguan memakan waktu yang lama, cabutlah stang las tersebut Pukul dengan hati-hati bila menggunakan palu chipping agar base metal dan hasil pengelasan tidak rusak. Periksalah apakah terdapat kerusakan, seperti takik las / undercut, overcup, lubang, dan kaki las, tampak permukaan. 4) Akhir pengelasan (a) Lepaskan sambungan antara kabel dan stang las (b) Buanglah kerak las Pukul dengan hati-hati bila menggunakan palu chipping agar base metal dan hasil pengelasan tidak rusak. (c) Pemeriksaan kondisi pengelasan Periksalah apakah terdapat kerusakan, seperti takik las / undercut, overcup, lubang, dan kaki las, tampak permukaan. (d) Putar switch OFF Lakukan dengan cepat. Halaman: 35 dari 54

37 (e) Lepaskan kabel las Simpanlah kabel ditempat yang telah ditentukan (f) Bersihkan hasil pengelasan dan sekitarnya Tempatkan sisa elektrode pada tempat yang disediakan (g) Simpan sisa kawat las c) Sikap kerja 1) Penanganan mesin las Gambar 2.3 Akhir pengelasan Ketika memasang mesin las, hindari lokasi bagian yang bocor, air, lembab atau berdebu. Bila pemasangan didalam ruang, yakinkan bahwa ruang yang diijinkan sekitar 30 cm dari jendela dan dinding untuk menghindari gangguan ventilasi karena efek pendinginan. Bila mesin las busur AC digunakan, pastikan bahwa rektifier didinginkan dengan menggunakan kipas pendingin. Bila dua buah mesin dioperasikan berdampingan, ruang diantara mesin - mesin tersebut yang diijinkan adalah 30 cm. (a) Pengkabelan sisi output dan pengarderan Pembumian atau arder perlu dilakukan untuk pengoperasian peralatan listrik dengan aman, dan harus dilakukan dengan tepat. Tidak hanya kasus mesin yang harus dibumikan, tetapi material yang dilas dan penumpu las juga harus dibumikan untuk melindungi operator dari sengatan listrik. Pembumian atau arder perlu dilakukan untuk pengoperasian peralatan listrik dengan aman, dan harus dilakukan dengan tepat. Tidak hanya kasus mesin yang harus dibumikan, tetapi material yang dilas dan penumpu las juga harus dibumikan untuk melindungi operator dari sengatan listrik. Halaman: 36 dari 54

38 (b) Pemeriksaan dan pemeliharaan mesin las busur Mesin las busur listrik dan peralatan disekelilingnya mempunyai banyak bagian yang perlu mendapatkan perhatian. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian menolong untuk memperpanjang umur peralatan dan membuat mesin menghasilkan kapasitas maksimum. Secara struktur dibedakan antara mesin las busur AC dan mesin las busur DC, metode inspeksinya bervariasi. Berbagai pekerjaan dijelaskan dibawah. (1) Periksa apakah tombol sumber listrik dan tombol inspeksi berfungsi dengan benar dan apakah terjadi getaran atau suara berisik pada bagian yang bergerak, bagian penggerak dan kipas pendingin. (2) Lumasi daerah yang berputar dari tuas pengatur arus dan permukaan gesek untuk menghindari keausan. (3) Jika terkumpul debu didalam, fungsi pendinginan dan kapasitas isolasi dari kumparan transformer akan menurun. Bersihkan kumparan dengan meniup debu dengan udara kompresi. Ukur tahanan isolasi dan tahanan pembumian dari kumparan secara reguler/tetap dan dinyatakan bahwa pengukurannya memuaskan. (4). Periksa sisi kabel input dan output, apakah bungkusnya mengelupas, penyambungannya kendor dan kondisi isolasinya. Pemeriksaan dan pemeliharaan harian adalah penting untuk keamanan dan pengoperasian yang efisien dari mesin las busur. Mengikuti rincian instruksi dari petunjuk operasional Tabel II.5 memperlihatkan sebuah contoh pemeriksaan mesin las busur. Adalah penting untuk menegaskan sebelum mulai pemeriksaan, apakah sumber dayanya sudah hidup. Catat bahwa test tekanan atau pengukuran tahanan isolasi dari mesin las sehubungan dengan berbagai bagian elektronik, misalnya IC tidak boleh dilaksanakan dengan sembrono, kalau tidak pelindung kondensor bisa rusak. 3. Melaksanakan pengelasan sambungan sudut (fillet) dan tumpul (butt) pada pelat posisi di atas kepala (overhead) a) Keterampilan 1) Pengelasan sambungan sudut pada pelat posisi diatas kepala 2) Pengelasan sambungan tumpul pada pelat posisi diatas kepala 3) Perbaikan pengelasan (a) Persiapan (1) Siapkan alat-alat kerja sesuai yang dibutuhkan untuk pekerjaan perbaikan pengelasan. Halaman: 37 dari 54

39 Contoh : Lihat tabel kolom peralatan. (2) Siapkan kawat las yang sesuai dengan benda yang akan diperbaiki dan masukkan dalan termos open. (3) Gunakan blander pemanas bila pekerjaan tersebut memerlukan pemanasan awal dan pemanasan akhir. (4) Gunakan alat pengukur panas bila diperlukan, contoh temperatur chock atau digital temperatur (b) (c) Alat pelindung diri (1) Siapkan alat-alat pelindung diri, yang sesuai dengan pekerjaan perbaikan pengelasan (repair welding). Contoh : Lihat tabel kolom peralatan. (2) Gunakan sabuk pengaman apabila pekerjaan perbaikan tersebut diatas ketinggian tertentu Pelaksanaan perbaikan cacat pada daerah dalam (internal defect) Untuk menentukan lokasi cacat las sesuai dengan hasil X-Ray, terlebih dahulu bersihkan permukaan benda kerja dan ditandai sesuai cacat pengelasan. Sesuai yang ditempatkan pada gambar film radio graphy (X-Ray). Contoh : Tabel dibawah : (a) Cara memperbaiki cacat tersebut diatas : - Gauging pada daerah cacat sampai bertemu. - Bersihkan dengan sikat baja sampai dengan tampak batas cacat. - Gerinda lokasi cacat dan percikan bekas gauging sampai bersih. - Laksanakan perbaikan pengelasan dengan sempurna. (b) Apabila cacat tersebut tampak oleh kita, misalkan cacat undercut dan lubang permukaan seperti tampak pada gambar tersebut dibawah ini : Halaman: 38 dari 54

40 (c) (1) Cacat undercut. (2) Cacat retak permukaan. (3) Cacat lubang permukaan. Pelaksanaan perbaikan cacat bagian luar (visual defect) (1) Cara perbaikan : Cacat undercut. Bersihkan kotoran yang menempel. Cacat retak. Hilangkan dengan gauging / gerinda hingga sumber retak habis. Laksanakan pengelasan perbaikan. Cacat lubang. Hilangkan dengan gauging / gerinda dan lebihkan 20 mm dari sisi kanan dan kiri. Lakukan pengelasan. (d) Perlakuan panas terhadap benda kerja (best metal) (1) Berikan pemanasan awal pada benda kerja bila diperlukan untuk menghindarkan retak atau tegangan sisa, dan ukurlah temperatur dengan alat ukur panas. Contoh : Chok temp (kapur ukur panas). Digital temp (angka digital). Jarum meter temp (jarum penunjuk temperatur). (2) Adapun besarnya pemanasan awal adalah sebagai berikut : Untuk baja karbon dengan kandungan carbon ekuifalen 0,45 % - 0,60 % maka diperlukan pemanasan awal 400 derajat F 700 derajat F atau 200 derajat C 300 derajat C. (e) Penyesuaian kawat las (1) Pakailah kawat las (electrode) yang sesuai dengan material yang akan diperbaiki. Halaman: 39 dari 54

41 Contoh : Jenis kawat las (electrode) low hydrogen (kadar air rendah). AWS. E atau E JIS. D atau D Diperlukan pengopenan kurang lebih 300 derajat C selama 1 jam. Bersihkan material yang selesai diperbaiki agar kelihatan bersih dan teliti kekurangan kekurangannya. Bersihkan material yang selesai diperbaiki agar kelihatan bersih dan teliti kekurangan kekurangannya. (f) Selesai perbaikan pengelasan Bersihkan material yang selesai diperbaiki agar kelihatan bersih dan teliti kekurangan kekurangannya. Contoh : Kerak yang masih menempel, spatter yang masig ada dll. Kumpulkan peralatan peralatan, jangan sampai tertinggal dan kembalikan ke tempat yang telah ditentukan. Periksa mesin mesin yang masih hidup dan bila sudah tidak dipergunakan maka segera dimatikan. Selesai. b) Sikap kerja Melaksanakan Pengelasan Proses Las SMAW posisi diatas kepala (4F, 4G) memerlukan beberapa langkah penanganan / tindakan pencegahan yang harus diperhatikan antara lain : Bersikap hati-hati, cermat, teliti dan mematuhi peraturan yang ada merupakan tindakan pencegahan untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah selama proses pengelasan berlangsung. Komponen-komponen mesin las dan komponen yang lain perlu diperiksa secara rutin sehingga sistem operasional mesin dapat bekerja secara optimal. Jangan menghidupkan mesin dengan kawat las terpasang pada holder dan menempel pada plat yang tersambung aliran listrik, hal ini dapat menyebabkan kontak langsung dengan pelat yang akan dilas maupun meja kerja dan akan mengakibatkan penyalaan yang tidak diinginkan bila kawat las (elektrode) tersinggung dengan plat. Bila pada saat menservis mesin las, perlu diperhatikan bahwa rangkaian komponen yang ada didalam mesin mengandung tegangan listrik sehingga perlu dihindarkan bersinggungan secara langsung dengan tubuh kita, oleh sebab itu perlu menggunakan alat pelindung diri dan alat pengaman yang lainnya serta bekerja dengan hati hati agar aman dari sengatan aliran listrik Halaman: 40 dari 54

42 c) Standar prosedur operasional Menghindari Kecelakaan Kerja 1) Maksud & Tujuan (a) (b) Menghindari kecelakaan kerja akibat kelalaian terhadap aturan waktu pengelasan Agar peralatan las bisa didayagunakan seefisien dan seefektif mungkin 2) Dokumen Terkait / Pendukung (a) (b) (c) Standard berjudul Penyuluhan keselamatan kerja. Standard berjudul Petunjuk pemakaian alat pelindung diri. Standard / prosedur pengelasan 3) Ruang Lingkup Persyaratan ini diberlakukan untuk setiap personil yang melaksanakan pengelasan 4) Prosedur (a) Sebelum pengelasan dimulai, periksalah daerah kerja, untuk memastikan bahwa percikan api atau lelehan besi tidak akan menjatuhi seseorang atau benda yang mudah terbakar (b) Kerangka dari mesin las harus berarde (c) Tempat-tempat alat pemadam kebakaran harus diketahui secara pasti dan terjangkau dengan mudah bila dibutuhkan (d) Pakailah alat pelindung yang diwajibkan bagi tukang las adalah kedok / kap las, respirator / masker, sarung tangan kulti panjang, selubung tangan, apron / jaket las, celana las, stiwel, sepatu keska, ketel pak, helm dan sabuk pengaman (untuk pekerjaan ketinggian). (e) Pengelasan dalam ruang terbatas/tertutup seperti di tankitanki boleh dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari petugas gas free. (f) Bila menggunakan las listrik harus memperhatikan beberapa ketentuan dibawah ini : (1) Letakkan kabel ditempat yang kering dan bebas dari oli atau jenis minyak lainnya serta air (2) Kabel harus terisolasi dengan baik, terutama untuk sambungan atau pencabangan. Tidak diperkenankan menggunakan kabel yang rusak dan terdapat sambungan atau pencabangan pada jarak ± 3 meter dengan sambungan/pencabangan lainnya (3) Stang las yang digunakan harus laik pakai (terisolasi sempurna) dan sesuai dengan kapasitas Halaman: 41 dari 54

43 (4) Menghubungkan kabel las harus dengan permukaan kontak yang bersih, terikat dan dilindungi dengan sempurna terhadap bahaya sentuh (5) Sewaktu tidak mengelas, stang las harus dimatikan dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan terjadinya sentuhan (6) Mesin las harus dimatikan saat istirahat 4. Melaksanakan pemeriksaan (evaluasi) hasil pengelasan secara visual dan melaporkan hasil pengelasan a) Pengetahuan Hasil pengelasan pada umumnya sangat bergantung pada keterampilan juru las. Kerusakan hasil las baik di permukaan maupun di bagian dalam sulit dideteksi dengan metode pengujian sederhana. Selain itu karena struktur yang dilas merupakan bagian integral dari seluruh badan material las maka retakan yang timbul akan menyebar luas dengan cepat bahkan mungkin bisa menyebabkan kecelakaan yang serius. Untuk mencegah kecelakaan tersebut pengujian dan pemeriksaan daerah-daerah las sangatlah penting Tujuan dilakukannya pengujian adalah untuk menentukan kualitas produk-produk atau spesimen-spesimen tertentu, sedangkan tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah hasil pengujian itu relatif dapat diterima menurut standar-standar kualitas tertentu atau tidak dengan kata lain tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin kualitas dan memberikan kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Untuk program pengendalian prosedur pengelasan, pengujian dan pemeriksaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan dilakukan yaitu sebelum, selama atau setelah pengelasan. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan meliputi: pemeriksaan peralatan las, material pengelasan yang akan digunakan; pengujian verifikasi prosedur pengelasan yang harus sesuai dengan prosedur pengelasan yang memadai; dan pengujian kualifikasi juru las sesuai dengan ketrampilan juru las. Pemeriksaan untuk verifikasi pemenuhan standar pengelasan meliputi pemeriksaan kemiringan baja yang dilas, dan pemeriksaan galur-galur las pada setiap sambungan. Halaman: 42 dari 54

44 Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan meliputi: pemeriksaan tingkat kekeringan dan kondisi penyimpanan elektrode pengelasan; pemeriksaan las ikat; pemeriksaan kondisikondisi pengelasan terpending (arus listrik, tegangan listrik, kecepatan proses pengelasan, urutan proses pengelasan, dsb.); pemeriksaan kondisi-kondisi sebelum dilakukan pemanasan; dan pemeriksaan status sumbing-belakang. Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah proses pengelasan meliputi: pemeriksaan temperatur pemanasan dan tingkat pendinginan sesudah proses pemanasan dan pelurusan; pemeriksaan visual pada ketelitian ukuran; dan pemeriksaan pada bagian dalam dan permukaan hasil las yang rusak. 1) Inspeksi Visual Inspeksi visual mencakup pemeriksaan rakitan las terhadap kemulusan pengerjaan (Workmanship) dan keseluruhan dimensi. Lasan diperiksa untuk meyakinkan bahwa lokasi dan ukurannya sesuai Inspeksi Visual dengan yang dispesifikasikan pada gambar rekayasa dan penampakannya sesuai dengan spesifkasi. Gambar rekayasa pada umumnya menunjukkan dimensi rakitan las dan dimensi serta lokasi dari setiap lasan. Akseptabilitas dari rakitan las berdasarkan pemenuhan setiap lasan menurut gambar yang dapat ditentukan oleh inspektur pada waktu inspeksi visual Mutu dari lasan banyak ditunjukkan oleh tampak permukaan. Bila persiapan sambungan lasan adalah baik dan juru-lasnya mampu (berkualifikasi), akan mendapatkan lasan yang mulus dan memenuhi spesifikasi. Inspeksi visual adalah mudah dilakukan cepat dan murah serta tidak memperlakukan peralatan khusus selain kaca pembesar, "Gage", skala mistar ingsut (Calipers), mikrometer, borescope dan cermin dokter gigi. Inspeksi visual dilakukan sebelum, pada waktu dan setelah pengelasan. (a) Inspeksi Sebelum Pengelasan Inspeksi dimulai dengan pemeriksaan bahan sebelum fabrikasi "Seams" dan "Laps" atau ketidaksempurnaan permukaan lainnya dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual. Laminasi dapat dilihat pada sisi potongan. Dimensi pelat dan pipa dapat ditentukan dengan pengukuran. Setelah bagian - bagian yang akan dilas dirakit, inspektur harus memperhatikan celah akar las yang salah, persiapan sisi-sisi yang akan dilas yang tidak sesuai dan persiapan sambungan lainnya yang akan mempengaruhi mutu dari sambungan las. Halaman: 43 dari 54

45 Inspektur harus mengecek kondisi-kondisi berikut ini untuk pemenuhan spesifikasi yang digunakan : (1) Persiapan pinggiran yang akan dilas (sudut bevel, sudut galur, muka akar) dimensi dan penyelesaiannya. (2) Ukuran strip, cincin atau logam pengisi penahan balik (3) Kesetangkupan (alignment) dan penyetelan (fit-up) dari bagian-bagian yang akan dilas. (4) Pembersihan (harus tidak terdapat kotoran-kotoran seperti lemak, minyak, cat dan lain-lain pada sisi yang akan dilas dan sekitarnya). Inspeksi yang teliti sebelum pengelasan dapat meniadakan atau mengurangi kondisi yang mengakibatkan lasan mengandung diskontinuitas. (b) Inspeksi Pada Waktu Pengelasan Inspeksi visual mengecek rincian pekerjaan pada waktu jalannya pengelasan, rincian pekerjaan pengelasan yang harus dicek adalah : (1) Proses las (2) Logam pengisi (3) Fluks atau gas pelindung (4) Suhu pemanasan awal (preheat) dan suhu antar jalur (interpass) (5) Pembersihan (6) Pemahatan penggerindaan atau penakukan (gouging) (7) Persiapan sambungan untuk pengelasan sisi kebalikannya (8) Pengendalian distorsi (9) Suhu dan waktu perlakuan panas pasca las. Inspektur harus paham dengan semua persoalan yang menyangkut spesifikasi prosedur las berkualifikasi. Harus mengecek dengan teliti, khususnya pada tingkat - tingkat awal dari produksi dan harus memverifikasi pemenuhan semua rincian dari prosedur. Lapisan pertama atau jalur akar (rootpass) adalah yang paling penting untuk mencapai kemulusan final jalur akar akan cepat membeku oleh karena konfigurasi dari sambungan volume logam dasar yang relatif besar dibandingkan dengan logam lasan jalur akar, pelat yang dingin dan kemungkinan busur tidak dapat mencapai akar. Jalur akar cenderung akan menjebak terak atau gas yang pada waktu pengelasan jalur-jalur selanjutnya tidak akan Halaman: 44 dari 54

46 hilang. Pula logam yang mencair pada waktu pengelasan jalur akar ini peka terhadap keretakan. Retakan ini dapat menjalar ke lapisan-lapisan selanjutnya. Oleh karena itu inspeksi dari jalur akar ini harus betul-betul teliti. Pada lasan jalur berganda (double groove welds), terak dari jalur akar pada satu sisi pelat akan menetes melalui celah akar dan membentuk deposit terak pada sisi kebalikannya. Oleh karena itu, sebelum pengelasan sisi kebalikannya harus dilakukan pemahatan, penggerindaan atau penakukan balik (back gouging). (c) Inspeksi Setelah Pengelasan Inspeksi visual setelah pengelasan adalah berguna untuk verifikasi produk yang selesai : (1) Pemenuhan persyaratan gambar (2) Tampak rakitan las (3) Adanya diskontinuitas struktural (4) Tanda tanda oleh karena kesalahan penanganan (markah Inspeksi yang terlalu dalam atau pengerindaan vang berlebihan dan sebagainya. 2) Evaluasi hasil pengelasan (a) Evaluasi hasil pengelasan dapat dilakukan dengan cara : (1) Pemeriksaan hasil las Visual Test (VT) Non Destructive Test (NDT) - Radiography Test (RT) - Penetrant Test (PT) - Ultrasonic Test (UT) - Particle Magnetic (MT) - Eddy Current (2) Pengujian hasil lasan Uji tarik / Tensile test Uji lengkung / Bending test Macro etsa Uji kekerasan / Hardness test Uji Patah / Fracture test Uji Pukul Charphy / Impact test Halaman: 45 dari 54

47 Catatan : - Evaluasi hasil lasan dengan cara pemeriksaan dan pengujian harus mengacu pada RULE CLASS, ASME atau standar lain yang ditentukan. 3) Jenis jenis cacat las. Tabel 5.1 Jenis jenis cacat las NO JENIS CACAT URAIAN GAMBAR (a) Crack adanya keretakan las akibat dari tegangan bahan (b) Slag adanya terak las yang terperangkap di dalam endapan las, akibat pembersihan yang tidak sempurna pada waktu pengelasan (c) Porosity terdapat pori pori di dalam las atau pada permukaan las (d) Undercut takik takik las yang terjadi ke arah memanjang las diantara bahan dasar dengan tepi las (e) Incomplete fusion tidak sempurnanya peleburan las antara logam las dengan bahan dasar sehingga terjadi ruang kosong Halaman: 46 dari 54

48 (f) Melt through terjadi lubang pada permukaan las, tetapi tidaksampai menembus. Ciri ciri : Tinggi lasnya berlebihan, tidak selalu terjadi pada root pass. Biasanya disertai oxidasi crystal. Tidak terdapat lubang tembus seperti pada Burn Through. (g) Burn through ada lubang yang tembus pada pengelasan (h) Oxidation adanya perubahan warna di sekitar tepian las. Ciri ciri oksidasi yang ringan berwarna pelangi. Ciri ciri oksidasi yang berat berwarna hitam pekat (i) Arc Strikes rusaknya bahan dasar pada tepian pengelasan akibat tersentuhnya elektroda pada waktu memulai pengelasan (j) Base metal burn bahan dasar termakan kena goresan busur listrik dengan tidak beraturan Halaman: 47 dari 54

49 (k) Incomplete weld pengelasan yang belum penuh atau belum sempurna (l) (m) Convexity Concavity kecembungan, suatu contoh, untuk pipa berdiameter lebih kecil dari 2 convexity maximum 1 / 6 kecekungan, untuk pipa berdiameter lebih kecil dari 2 concavity maximum 1 / 32 (n) Incomplete melt bagian belakang dari penembusan las ada yang tidak lebur (o) Slag on the top side ada terak las pada permukaan las (p) (q) Oxidation crystalized Discolorati on ada permukaan yang membentuk kristal dan dibarengi dengan warna pelangi atau hitam pekat ada perubahan warna antara las I dan II (r) Weld bead to sharp manik manik las yang berbentuk tajam Halaman: 48 dari 54

50 (s) Incomplet e penetratio n penembusan yang tidak sempurna (t) Weld thickness less than tebal las yang kurang dari tebal las. b) Keterampilan Ketrampilan melakukan pemeriksaan secara visual dari hasil pengelasan banyak ditentukan oleh kecakapan pemeriksa yang biasanya dilakukan oleh Inspektur las. Untuk dapat melakukan pekerjaan pemeriksaan diperlukan beberapa persyaratan dimana untuk menjadi inspektur las diperlukan kualifikasi kualifikasi sebagai berikut : 1) Kondisi Fisik Untuk dapat melakukan tugasnya, kondisi fisik seorang Inspektur harus baik. Pekerjaan Inspeksi Las termasuk inspeksi sebelum pengelasan (persiapan), pada saat pengelasan dan setelah pengelasan. Sering seorang Inspektur harus naik ke atas suatu konstruksi yang tinggi atau masuk ke dalam ketel-uap atau bejana tekan untuk melakukan inspeksi. Kondisi inspeksi sering dalam keadaan sulit. Ingat bahwa posisi pekerjaan adalah untuk memudahkan seorang Juru Las atau Operator Las, bukan Inspektur las. 2) Daya Penglihatan Daya Penglihatan adalah penting. Seorang Inspektur Las harus mampu memeriksa sambungan sambungan las secara visual dan mampu memeriksa hasil radiografik atau uji tak merusak lain (NDT). Apabila seorang Inspektur berkacamata, maka pada waktu melakukan inspeksi kacamatanya harus dipakai. 3) Sikap Halaman: 49 dari 54

51 Sikap dari seorang Inspektur adalah penting, dapat menentukan apakah seorang Inspektur berhasil atau gagal untuk melakukan tugasnya. Keberhasilan seorang Inspektur tergantung dari kerjasama dengan petugas-petugas dari bagian - bagian yang berhubungan dengan pekerjaan las yang diperiksa, harus bisa bergaul, jangan angkuh tapi berwibawa. Dalam mendiskusikan sesuatu pekerjaan seorang Inspektur harus toleran terhadap pendapat orang lain, tidak boleh memihak, tetapi harus konsekuen atas keputusannya. Ikuti dengan seksama prosedur inspeksi yang ditetapkan, tidak boleh terpengaruh oleh debat - debat yang menekan. Ingatlah bahwa dalam dokumen kontrak telah tercantum syarat - syarat yang ditentukan termasuk tugas, kewenangan dan pertanggung jawaban seorang Inspektur. Seorang Inspektur Las harus jujur, tangkas, teliti, kritis, tegas dan kreatif. 4) Pengetahuan Las Seorang Inspektur Las harus memiliki cukup pengetahuan mengenai proses - proses pengelasan, mengetahui kesalahan - kesalahan atau cacat - cacat las dan tempat - tempat yang sering terdapat cacat - cacat las. Apa yang menyebabkan terjadinya cacat - cacat las dan bagaimana cara mencegahnya dan membetulkannya (reparasi). Harus mengetahui spesifikasi prosedur pengelasan dan harus mengetahui kelemahan - kelemahan karakteristik dari Juru Las atau Operator Las 5) Pengetahuan Gambar Teknik, Spesifikasi dan Prosedur Pengelasan Sebagai seorang Inspektur harus dapat membaca gambar teknik terutama gambar konstruksi las termasuk simbol - simbol las, simbol simbol uji tak merusak. Harus dapat menginterprestasi dengan benar suatu spesifikasi dan prosedur pengelasan. 6) Pengetahuan Cara - Cara Uji Untuk menentukan apakah suatu pekerjaan las dapat memenuhi syarat menurut Standar tertentu, diperlukan berbagai cara uji. Setiap cara uji ada limitasinya. Seorang Inspektur harus mengetahui cara - cara uji dan harus dapat mengevaluasi hasil - hasil uji berdasarkan standar yang ditentukan. 7) Rekaman (Records) Inspektur harus memelihara rekaman dengan baik. Dia harus dapat menulis laporan yang ringkas dan mudah dimengerti. Laporan Halaman: 50 dari 54

52 harus cukup lengkap sehingga alasan pengambilan keputusan adalah jelas meskipun setelah beberapa lama kemudian. Rekaman tidak hanya mencakup semua hasil inspeksi dan tes, tapi juga prosedur las, kualifikasi prosedur las dan pengendalian bahan - bahan pengelasan. Rekaman yang baik melindungi reputasi sebagai Inspektur membantu dalam hal penulisan laporan yang ringkas dan lengkap. 8) Pengalaman Las Pengalaman las untuk seorang Inspektur Las bukan suatu persyaratan yang penting, akan tetapi seorang Inspektur Las yang mempunyai pengalaman sebagai Juru Las atau Operator Las sangat menguntungkan, oleh karena akan lebih mudah memberi saran - saran untuk mencegah atau membetulkan kesalahan kesalahan las. 9) Pendidikan Dasar pendidikan atau latihan khusus dalam bidang keteknikan dan metalurgi akan sangat membantu meningkatkan mutu seorang Inspektur Las. Kebanyakan Inspektur mendapatkan pengetahuannya dari pengalaman dan belajar sendiri. Lebih banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman seorang Inspektur akan lebih trampil membuat keputusan. c) Sikap kerja Melaksanakan pengelasan pelat posisi di bawah tangan / flat dengan proses las busur manual memerlukan beberapa langkah penanganan / tindakan pencegahan yang harus diperhatikan antara lain : Bersikap hati-hati, cermat, teliti dan mematuhi peraturan yang ada merupakan tindakan pencegahan untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah selama proses pengelasan berlangsung. Komponen-komponen mesin las dan komponen yang lain perlu diperiksa secara rutin sehingga sistem operasional mesin dapat bekerja secara optimal. Jangan menghidupkan mesin dengan kawat las terpasang pada holder dan menempel pada plat yang tersambung aliran listrik, hal ini dapat menyebabkan kontak langsung dengan pelat yang akan dilas maupun meja kerja dan akan mengakibatkan penyalaan yang tidak diinginkan bila kawat las (elektrode) tersinggung dengan plat. Bila pada saat menservis mesin las, perlu diperhatikan bahwa rangkaian komponen yang ada didalam mesin mengandung tegangan listrik sehingga perlu dihindarkan bersinggungan secara langsung dengan tubuh kita, oleh sebab itu perlu menggunakan alat pelindung diri dan alat pengaman yang lainnya serta bekerja dengan hati hati agar aman dari sengatan aliran listrik. Halaman: 51 dari 54

53 BAB IV SUMBER-SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI A. Sumber-Sumber Perpustakaan 1. Daftar Pustaka a. Senji Ohyabu dan Yoshikazu Kubokawa, Politeknik Pusat Chiba, Welding Textbook, Lembaga Pelatihan Luar Negeri (OVTA), Chiba Jepang 1990 b. Katsuhiko Yasuda, Lembaga Pelatihan Kejuruan, Instruction Manual Welding Techniques, 1-1 Hibino, Chiba 260 Jepang 1985 c. Takuo Araki, Pusat Pelatihan Kejuruan Lanjut Narita, Workshop Manual Welding, 1-1, Hibino, Chiba 260 Jepang 1985 d. Hery Sunaryo, Ir. Teknologi Pengelasan Kapal. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Buku Referensi Harsono Wiryosumarto, Prof. Dr. Ir dan Toshie Okumura Prof. Dr. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta 2000 B. Daftar Peralatan/Mesin Dan Bahan Daftar Peralatan/Mesin No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan 1. Mesin las SMAW dengan perlengkapannya 2. Mesin gerinda tangan 3. Tang penjepit 4. Welding Gaude 5. Hammer 6. Tang Amper 7. Alat pelindung diri (APD) 8. Kap las dengan kaca las 9. Mistar baja 10. Sikat baja 11. Palu tetek Halaman: 52 dari 54

54 Daftar Bahan No. Nama Bahan Keterangan 1. Plat 12 x 200 x 150 m 2. Plat 12 x 300 x 150 mm 3. Batu gerinda 100x16x3 4. Batu gerinda 100x16x6 5. Elektrode AWS E 6013 dia 3,2 mm 6. Steel marker 7. Halaman: 53 dari 54

55 TIM PENYUSUN No. Nama Institusi Keterangan 1. Hery Sunaryo PT. PAL Indonesia 2. Zainuddin PT. PAL Indonesia 3. Triyogo PT. PAL Indonesia 4. Eko Murmantono PT. PAL Indonesia 5. Yedi Suparno PT. PAL Indonesia 6. M. Zaed Yuliadi PT. PAL Indonesia 7. Nur Syamsul PT. PAL Indonesia 8. Eko Rahayu H. PT. PAL Indonesia 9. Sukini PT. PAL Indonesia 10. Irani Mulyawati PT. PAL Indonesia Halaman: 54 dari 54

56 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PELAT POSISI DI ATAS KEPALA OVERHEAD DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MENGELAS PELAT POSISI HORIZONTAL (2F, 2G) DENGAN PROSES LAS FCAW BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MENGELAS PELAT POSISI VERTICAL (3F, 3G) DENGAN PROSES LAS GMAW BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR LOGAM MESIN SUB SEKTOR PENGELASAN MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) BUKU KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XII PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. SAMBUNGAN TUMPUL KAMPUH V POSISI DI BAWAH TANGAN ( 1G ) TUJUAN : Setelah

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU MIRING TIDAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL JIP.SM02.016.01 BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I LAS BUSUR LISTRIK BAB I LAS BUSUR LISTRIK A. Prinsip Kerja Las Busur Listrik Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk memanaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G Laporan Praktik Pengelasan Lanjut A. Tujuan Praktik Pengelasan Lanjut Mahasiswa mampu melaksanakan pengelasan dengan las SMAW, berbagai posisi pengelasan. B. Deskripsi Praktik Pengelasan Lanjut Membuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS BUSUR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT XI PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA SMK NEGERI 3 PURBALINGGA JL.LETNAN SUDANI -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur adalah untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK Syaripuddin Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : syaripuddin_andre@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018 STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018 Ferry Budhi Susetyo, Ja far Amirudin, Very Yudianto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PENGELASAN

BAB III TEKNIK PENGELASAN BAB III TEKNIK PENGELASAN III.1 TEKNIK PENGELASAN BUSUR LISTRIK III.1.1. Penanganan Mesin Las Busur Listrik Arus Bolak-balik III.1.1.1. Persiapan Mesin Las Pengangkat Skala Amper meter Skala Penunjuk Handel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhir Akhmad Faizal 2011310005 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Pengelasan Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur III- 1 BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW 3.1 Pendahuluan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur listrik electrode terumpan, yang menggunakan busur listrik

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan dari semua alat-alat yang terbuat dari logam, baik sebagai proses penambalan retak-retak,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester V DAFTAR ISI No. JST/MES/MES345/00 Revisi : 0 Tgl. : 5 September 0 Hal dari NOMOR DOKUMEN No. JST/MES/MES345/0 No. JST/MES/MES345/0 URAIAN MENYAMBUNG PIPA LURUS DENGAN LAS MIG MENYAMBUNG PIPA

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF TUGAS AKHIR Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF Disusun : DIDIT KURNIAWAN NIM : D.200.03.0169 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan, karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 Hery Sunaryo TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB-BIDANG PENGELASAN SMAW MENGELAS PIPA POSISI SUMBU TEGAK DAPAT DIPUTAR DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL BUKU INFORMASI KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design, I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pengelasan merupakan proses penyambungan dua potong logam dengan pemanasan sampai keadaan plastis atau cair, dengan atau tanpa tekanan. Perlu diketahui bahwa ada

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Pengelasan Kode Soal : 1227 Alokasi Waktu :

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam industri, teknologi konstruksi merupakan salah satu teknologi yang memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan manusia. Perkembangannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,

Lebih terperinci

LAB LAS. Pengelasan SMAW

LAB LAS. Pengelasan SMAW 1. Tujuan Mahasiswa memahami prinsip kerja dari las SMAW (Shileded Metal Arc Welding) dan fungsi bagian-bagian dari perlatan las SMAW serta keselamatan kerja las SMAW, sehingga mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 Hery Sunaryo TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada

Lebih terperinci

MACAM-MACAM CACAT LAS

MACAM-MACAM CACAT LAS MACAM-MACAM CACAT LAS Oleh : Arip Wibowo (109511414319) A. Undercut atau pengerukan Penyebab cacat undercut adalah : a. Arus yang terlalu tinggi b. Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi c. Posisi elektroda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SUB SEKTOR INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SUB BIDANG PENGELASAN NON SMAW MENGELAS PELAT POSISI VERTICAL (3F, 3G) DENGAN PROSES LAS FCAW BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LATIHAN LAS LISTRIK (MEMBUAT RIGI-RIGI LAS) NO REVISI TANGGAL HALAMAN JST/TSP/ dari 9 JST/TSP/01 00 10-01-08 1 dari 9 A. Kompetensi Mahasiswa mampu mengelas dengan mesin las las listrik pada berbagai posisi dan bentuk las yang merupakan dasar untuk pekerjaan struktur dan nonstruktur teknik

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH Yafet Bontong Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada waktu ini teknik las telah banyak dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang (cast iron), besi dan baja. Luasnya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

MENGELAS TINGKAT LANJUT

MENGELAS TINGKAT LANJUT KODE MODUL M5.20A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LAS MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS GAS TUNGSTEN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang * ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL

MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL KODE MODUL M5.17A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LAS MENGELAS DENGAN PROSES LAS GAS METAL MENGELAS BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKA

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Pengaruh Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustafa No. 23. Bandung 4124 Yusril@itenas.ac.id,

Lebih terperinci

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA SMK NEGERI 3 PURBALINGGA JL.LETNAN SUDANI

Lebih terperinci

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing :

LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan. Dosen Pembimbing : LAS LISTRIK LAPORAN PRAKTIKUM Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Teknik Pelayanan dan Perawatan Dosen Pembimbing : Bintang Ihwan Moehady, Ir, MSc. Disusun oleh : Via Siti Masluhah 101411030 Yuniar

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. No : PER. 02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Menimbang : Menetapkan : a. bahwa dengan kemajuan tehnik dan teknologi

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. * RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan baja AISI 045, proses pembuatan spesimen uji

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 PENGELASAN (WELDING)

NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 PENGELASAN (WELDING) NASKAH SOAL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 BIDANG LOMBA : PENGELASAN (WELDING) PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DINAS PENDIDIKAN BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan spesimen uji tarik dilakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. Fenoria Putri Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414,

Lebih terperinci

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW) Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW) Pengesetan mesin las dan elektroda Tujuan : Setelah mempelajari topik ini, siswa dapat : Memahami cara mengeset mesin dan peralatan lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, banyak sekali alat-alat yang terbuat dari bahan plat baik plat fero maupun nonfero seperti talang air, cover pintu, tong sampah, kompor minyak, tutup

Lebih terperinci

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah dilakukan dan berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita dapat mengevaluasinya secara

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi

Lebih terperinci

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik 1. Mesin Las 2. Kabel Las 3. Pemegang Elektroda 4. Elektroda (Electrode) 5. Bahan Tambah (Fluks) Mesin Las Mesin las busur nyala listrik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi) BAB V ELEKTRODA (filler atau bahan isi) 5.1. Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Diagram Alur Penelitian Mulai Studi literatur Identifikasi masalah Persiapan spesimen uji Pemilihan material spesimen ( baja SS-400 ) Pemotongan dan pembuatan kampuh las Proses

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik IMBARKO NIM. 050401073

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA Pudin Saragih 1 Abstrak. Kekuatan sambungan las sangat sulit ditentukan secara perhitungan teoritis meskipun berbagai

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN PENELITIAN Baja karbon rendah lembaran berlapis seng berstandar AISI 1010 dengan sertifikat pabrik (mill certificate) di Lampiran 1. 17 Gambar 3.1. Baja lembaran SPCC

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG WELDING REPAIR / PERBAIKAN LAS UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH APLIKASI LAS

MAKALAH TENTANG WELDING REPAIR / PERBAIKAN LAS UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH APLIKASI LAS MAKALAH TENTANG WELDING REPAIR / PERBAIKAN LAS UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH APLIKASI LAS DISUSUN OLEH : FRIZAL WIDYA SUBAGIYO 361536603002 ALVEN ANDI WARDANA 361536603008 PROGRAM STUDI TEKNIK PENGELASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi pengelasan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat area sambungan ini sangat critical,

Lebih terperinci

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Joining Methods YUSRON SUGIARTO Joining Methods YUSRON SUGIARTO Sambungan lipat Sambungan pelat dengan lipatan ini sangat baik digunakan untuk konstruksi sambungan pelat yang berbentuk lurus dan melingkar. Ketebalan pelat yang baik disambung

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L GIVING EFFECT TO HEAT THE BEGINNING OF THE NATURE OF WELDING TIG PHYSICAL AND MECHANICAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poros merupakan salah satu komponen yang lazim terpasang dalam suatu mekanisme mesin, seperti mesin giling, mesin perontok, mesin pengaduk, mesin crusher, dan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini penggunaan baja semakin meningkat sebagai bahan industri. Hal ini sebagian ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang paling penting adalah karena sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB VI PROSES PENGELASAN

BAB VI PROSES PENGELASAN BAB VI PROSES PENGELASAN A. Pendahuluan. Pengelasan adalah penyambungan dua buah logam sejenis maupun tidak sejenis dengan mencairkan (memanaskan) logam tersebut di atas atau di bawah titik leburnya disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fabrikasi Logam setelah melakukan praktek di workshop. Pembuatan laporan ini bersifat wajib

Lebih terperinci

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja ataupun konstruksi sebuah mesin, dimana nilai kekakuan yang tinggi dari suatu material yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Las Pertemuan 9, 10 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER Oleh Mujib Ridwan Nrp 6208030014 Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

Lebih terperinci

Paket Pembelajaran dan Penilaian

Paket Pembelajaran dan Penilaian Indonesia Australia Partnership for Skills Development Paket Pembelajaran dan Penilaian Kode Unit : BSDC-0707 LAS BUSUR MANUAL-IA (Shielded Metal Arc Welding-IA) ( Mei 2002 ) Daftar Isi BAB 1 PENGANTAR...1

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan

Lebih terperinci