PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
|
|
- Veronika Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengantar PENGEMBANGAN KURIKULUM DI PERGURUAN TINGGI Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Dampak globalisasi bersifat multidimensional; hal ini juga terasa dalam bidang pendidikan terutama pendidikan tinggi yang secara langsung berinteraksi dengan komunitas internasional. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya perubahan peran institusi pendidikan tinggi. Peran sebagai institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan maka pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif. 1 Secara umum, kurikulum merupakan gambaran gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Saat ini definisi kurikulum makin berkembang, termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana di sekolah atau institusi pendidikan. Pondasi kurikulum meliputi kemasan tata nilai (values) dan kepercayaan (beliefs) tentang apa yang harus diketahui mahasiswa dan bagaimana caranya mahasiswa dapat memperoleh dan / atau menguasai pengetahuan tadi. Di samping itu, kurikulum harus dikemas dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam institusi pendidikan, harus terbuka untuk kritik, dan harus mudah untuk ditransformasikan dalam praktik. 2,3 Harden (2001) memerikan kurikulum secara lengkap, sebagai berikut : The curriculum is a sophisticated blend of educational strategies, course content, learning outcomes, educational experiences, assessment, the educational environment and the individual students learning style, personal time table and program of work. 4 Acuan utama pengembangan kurikulum pendidikan tinggi Undang-udang Republik Indonesia Nomor 20 Thaun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur kurikulum pendidikan sebagaimana tercantum pada Bab X pasal 36, pasal 37, dan pasal 38. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 36 ayat 1), kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (pasal 36 ayat 2). Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum dengan prinsip diversifikasi adalah suatu pengembangan yang memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah. 5 Dipresentasikan pada lokakarya kurikulum Universitas Negeri Semarang, September 2006, direvisi tanggal 2 Februari
2 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003, Pasal 1 butir 19). Sementara itu, KEPUTUSAN MENDIKNAS nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar Mahasiswa menjabarkan kurikulum pendidikan tinggi sebagai berikut: seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Sementara itu, KEPMENDIKNAS NO.045/U/2002 menambah rambu-rambu penyusunan kurikulum inti sebagaimana diaturdalam KEPMENDIKNAS no.232/u/2000. Keputusan tersebut dikenal sebagai tonggak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK). 5,6,7 Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terdapat penjelasan tentang kerangka dasar kurikulum dan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Yang dimaksud dengan kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan (butir 14).Sementara itu yang dimaksud dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pasal 9 ayat 1 menyebutkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh pergurun tinggi yang bersangkutan untuk setiap program studi; ayat 2 menyebutkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat matakuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Ayat 3 menyebutkan adanya kewajiban untuk memuat matakuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta matakuliah statistika dan / matematika. Ayat 4 menegaskan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing. 8 Pasal 9 ini mengisyaratkan adanya kewenangan satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi yang ada. Konsep pengembangan kurikulum Institusi pendidikan tinggi ditantang untuk mengubah kurikulum secara total. Penekanan pengembangan kurikulum tidak lagi terbatas pada content atau pengetahuan melainkan juga meliputi pengembangan pembelajaran, kemampuan kreatif, serta penggunaan informasi baru dan teknologi komunikasi. Dengan demikian setiap institusi pendidikan tinggi yang akan mengembangkan kurikulum harus memperhatikan azas kompetensi, manfaat, kelenturan (fleksibilitas), dan continuous improvement. Komponen dalam pengembangan kurikulum meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) perencanaan strategis, (b) persiapan secara menyeluruh, (c) identifikasi tujuan pembaharuan, pengukuran kinerja, sasaran dan langkah-langkah, (d) analisis kurikulum yang ada / masih digunakan, (e) perancangan kurikulum baru, dan (f) implementasi & evaluasi, yang untuk seterusnya merupakan suatu siklus continuous improvement. 3 Pengembangan kurikulum seyogyanya mengikuti alur proses inovatif yang bercirikan hal-hal sebagai berikut: (a) interaktif atau non-linear, (b) iteratif atau berulang secara spiral / helix yang juga dikenal sebagai feed-back loops, (c) penyaringan dan 2
3 pelurusan, (d) beberapa paradoks yang perlu dipertimbangkan, meliputi i) keperluan jangka panjang vs jangka pendek, ii) pengabaian kompetensi vs penekanan kompetensi, iii) individual (collective creativity versus strategic alignment), iv) keefektivan versus efisiensi, serta v) kelambanan versus kecepatan. 9,10 Pengembangan kurikulum pada hakekatnya terjadi sepanjang masa. Namun demikian, dalam praktik dikenal adanya peninjauan dan revisi kurikulum secara berkala, pada umumnya antara 4-5 tahun sekali. Apabila dikaitkan dengan hakekat continuous improvement maka pengembangan kurikulum perlu dirancang melalui program monitoring & evaluation sejalan dengan dilaksanakannya kurikulum.dengan demikian apabila pengembangan kurikulum (baca: revisi kurikulum) dilakukan setiap 4-5 tahun sekali maka proses pengembangan tidak akan mengalami hambatan yang berarti karena sudah ada perencanaan dan data yang mendukungnya. Perancangan kurikulum Kurikulum setidaknya mempunyai empat elemen pokok, yaitu content, teaching and learning strategies, assessment processes, dan evaluation processes. Proses untuk menetapkan dan mengorganisasikan elemen-elemen tadi ke dalam suatu pola yang logis dikenal sebagai rancangan kurikulum. Perancang kurikulum terlebih dahulu mencoba untuk membuat urutan atau rasionalitas proses perancangan kurikulum dengan menggunakan advocating models. Ada 2 jenis model utama, ialah prescriptive model dan descriptive model dengan penjelasan sebagai berikut: 11 Model preskriptif: objectives model Tujuan pendidikan apa yang ingin dicapai oleh institusi? Pengalaman belajar-mengajar apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan tadi? Bagaimana dengan penataan pengalaman pembelajaran secara efektif? Bagaimana cara menetapkan bahwa tujuan pendidikan telah tercapai? Pernyataan tentang cara mencapai tujuan pendidikan diken al sebagai objectives Objectives harus ditulis dengan arti bahwa terjadi perilaku pembelajar yang dapat diukur secara mudah Jenis objectives: acceptable verbs dan unacceptable verbs Objectives diawali dengan kata-kata students will be able to. Model preskriptif: outcomes-based education Premis: kurikulum harus ditentukan oleh outcomes yang harus dicapai mahasiswa, dengan demikian disebut sebagai outcomes based education; ini mirip dengan objectives model. Dengan demikian perancangan kurikulum bergerak ke belakang : dari outcomes menuju elemen-elemen lainnya (isi, pengalaman pembelajaran, student assessment, evaluasi) Model deskriptif Malcolm Skillbeck menekankan pentingnya situasi atau konteks dalam rancangan kurikulum ( analisis situasi pernyataan maksud program / content program / 3
4 learning & teaching program / assessment organisasi & implementasi monitoring & evaluasi analisis situasi.dst). Perancang kurikulum menganalisis situasi secara menyeluruh, utuh, dan sistematik, dengan perhatian pada dampak terhadp apa yang dikerjakan dalam kurikulum Analisis situasi meliputi faktor eksternal dan internal Faktor eksternal meliputi harapan / perubahan masyarakat, harapan stakeholders, nilai dan asumsi komunitas, disiplin subyek, system pendukung, dan sumber daya Faktor internal meliputi mahasiswa, dosen, staf pendukung, struktur dan etos institusi, sumber daya yang ada, masalah dan tatacara pemecahannya dalam kurikulum yang ada Tingkatan kurikulum Pada saat menyelesaikan langkah-langkah perancangan kurikulum maka perancang kurikulum hendaknya menyadari dan memperhatikan tingkatan kurikulum. Hal ini akan sangat berarti apabila perancang kurikulum akan membangun KBK. Secara sederhana tingkatan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 1). 2 Kurikulum yang dirancang Apa yang dikehendaki oleh perancang kurikulum Kurikulum yang diajarkan Apa yang dikelola oleh administrator Apa yang diajarkan oleh dosen Kurikulum yang dipelajari Apa yang dipelajari mahasiswa Gambar 1. Tingkatan kurikulum Peta kurikulum Dalam setiap pengembangan kurikulum perlu dibuat peta kurikulum secara utuh dan menyeluruh. Fungsi peta kurikulum adalah sebagai berikut. 4 Menggambarkan hubungan antarelemen dalam kurikulum Menggambarkan kurikulum secara jelas dan ringkas Memperlihatkan struktur organisasi kurikulum secara sistematik Menyiapkan dasar untuk computer databases Titik awal peta kurikulum bervariasi, bergantung pada audience 4
5 Peta kurikulum untuk mahasiswa mempunyai fokus yang berbeda dengan peta kurikulum untuk dosen, administrator, dan badan akreditasi; namun demikian petapeta tadi mempunyai tujuan umum yang memperlihatkan ruang lingkup, kompleksitas, dan kohesi kurikulum Proses pengembangan kurikulum Proses pengembangan kurikulum dapat dikategorisasikan ke dalam 5 (lima) langkah yaitu (1) needs assessment, (2) the planning session, (3) content development, (4) pilot delivery & revision, (5) the completed curriculum package. Apabila situasinya ideal, maka perancangan dan pengembangan kurikulum memerlukan waktu antara bulan. Situasi ini memberi kesempatan kepada penyusun kurikulum untuk menyelenggaraan perencanaan, menindaklanjuti perencanaan, membangun rancangan program, revisi berdasarkan uji-coba rancangan, dan membuat kemasan terakhir agar rancangan kurikulum dapat dioperasikan. 12 Sementara itu, proses pengembangan kurikulum menurut Ralph Tyler berbeda dengan apa yang tersebut di atas, melalui langkah-langkah pembahasan sebagai berikut: (1) philosophy of education, (2) goals & aims, (3) general instructional objectives, (4) specific instructional objectives & outcomes, (5) task analysis & content selection, (6) learning activities. 13 Seleksi bahan ajar termasuk di dalam proses pengembangan kurikulum yang disebut sebagai content development. Seleksi bahan ajar didasarkan atas hal-hal sebagai berikut: kriteria (relevansi, tingkat kepentingan, prioritas), wawasan ( jumlah, kedalaman cakupan, konsentrasi), dan urutan (hierarki, tingkat perkembangan kompleksitas atau kesulitan). Pendekatan terhadap bahan ajar dapat bersifat tekstual, eksperimental, perkembangan, psikososial, dan eksperiensial. Berdasarkan kebutuhan pembelajar maka bahan ajar dapat dibedakan ke dalam pengembangan kognitif, pengembangan linguistik, pengembangan psikososial, pengembangan moral / afektif, dan fokus vokasional. 10 Langkah-langkah pengembangan kurikulum Langkah-langkah berikut didasari oleh pemikiran Taba (1962) yang kemudian menjadi pemikiran klasik dan dijadikan landasan setiap upaya inovasi dan / pengembangan kurikulum. 10 Identifikasi kebutuhan Penetapan learning outcomes Kesepakatan isi Penataan isi Keputusan tentang strategi pendidikan Keputusan tentang strategi pembelajaran Persiapan student assessment Sosialisasi kurikulum kepada pengajar dan mahasiswa Perbaikan lingkungan pendidikan / pembelajaran yang sesuai Manajemen kurikulum 5
6 Kurikulum terpadu dan KBK Pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu ( integrated curriculum ) dan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Sebenarnyalah bahwa kurikulum terpadu merupakan bagian tak terpisahkan dari inovasi pembelajaran yang mengajak dan mendorong para mahasiswa untuk belajar dan berdiskusi secara kontekstual, mempelajari fenomena yang telah tersedia secara alamiah - baik yang terjadi sesuai dengan evolusi alam maupun yang terkait dengan hasil peradaban manusia - tidak lagi bersifat tekstual. Apabila di bagian hulu tersedia berbagai konsep ilmiah maka di bagian hilir terhampar bebagai fenomena yang dalam skala kecil berbentuk berbagai macam modul, dan modul-modul alamiah inilah yang akan ditiru oleh - atau menjadi sumber inspirasi bagi - para penyusun kurikulum terpadu agar para mahasiswa dapat belajar secara kontekstual, menyenangkan, efektif, efisien, bermakna, serta mampu menghubungkan konsep ilmiah yang relevan dengan kejadian-kejadian yang dapat dideteksi oleh panca-indera. Kemampuan ini sangat penting dalam konteks pengaplikasian dan pengembangan pengetahuan mereka kelak di dunia kerja. Secara ringkas, kurikulum terpadu dapat dikatakan sebagai suatu refleksi kehidupan itu sendiri. 1 Manfaat atau keuntungan kurikulum terpadu sudah diakui oleh para teoriwan dan pakar filosofi pendidikan. Di dalam kurikulum terpadu dikenal adanya hubungan antardisiplin (horisontal dan vertikal) yang dapat dipelajari oleh para mahasiswa secara terpisah (untuk mendalami karakteristik masing-masing disiplin ilmu) dan sekaligus dipelajari secara kontekstual ( untuk memahami keterpaduan berbagai disiplin yang ada sebagai fenomena yang menarik dan bermakna). Kurikulum terpadu dapat disusun dari standar dan prinsip umum sampai dengan isi dan nilai-nilai praktis yang spesifik, dari tingkat dasar sampai dengan tingkat lanjut dan kompleks, dan dari tingkat prasyarat sampai dengan tingkat yang menunjukkan hubungan jejaring ilmu. 14 Pengembangan kurikulum terpadu memerlukan alasan yang logis dan kuat, disertai tujuan yang jelas, obyektif, terukur, memperhatikan rancangan implementasi (method of delivery) yang jelas serta mudah dipantau dan dikendalikan, serta memperhatikan sistem evaluasi untuk mengukur keberhasilan mahasiswa yang sesuai dengan proses pembelajarannya. Secara keseluruhan, pengembangan kurikulum terpadu harus memperlihatkan aspek jaminan mutu serta continuous improvement. 15 Komponen dalam pengembangan kurikulum PBL (Gambar 2). Komponen dalam pengembangan kurikulum PBL bersifat lintas sektoral. Hal ini menggambarkan keterpaduan kurikulum PBL yang bersifat kontekstual, baik dalam aspek pembelajaran maupun aspek fenomena yang dipelajari oleh para mahasiswa. Salah satu ciri dari keterpaduan kurikulum PBL adalah adanya apsek profesional pada semester pertama; dengan demikian para mahasiswa sejak awal telah dipaparkan / dikenalkan kepada permasalahan profesi yang kelak akan dijalaninya. 3,16 6
7 Keterkaitan praktik dalam dunia kerja Keterkaitan pengetahuan berbasis antardisiplin Simulated learning stimulus Real world situation Enquiry process Response to situation Justified from related learning Keterkaitan pengetahuan / ketrampilan berdasarkan pengalaman Keterkaitan pengembangan ketrampilan Keterkaitan nilai & perilaku profesional Gambar 2. Hubungan antarkomponen dalam pengembangan kurikulum PBL Kurikulum berbasis kompetensi Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. 6 Komponen kompetensi meliputi (a) kompetensi utama, ialah kemampuan seseorang untuk menampilkan kinerja yang memadai pada suatu kondisi pekerjaan yang memuaskan, (b) kompetensi pendukung, ialah kemampuan seseorang yang dapat mendukung kompetensi utama, dan (c) kompetensi lain, ialah kemampuan seseorang yang berbeda dengan kompetensi utama dan kompetensi pendukung, namun membantu meningkatkan kualitas hidup. 17 Memperhatikan batasan dan penjelasan tentang kompetensi sebagaimana tersebut di atas maka penyusun kompetensi perlu bersikap arif dalam memahami makna kurikulum nasional (inti) dan kurikulum fakultas / lokal. Pengembangan KBK harus mengacu pada visi dan misi institusi, memerlukan perumusan kompetensi yang rasional dan rinci, serta memperhatikan keberhasilan pribadi peserta didik maupun masyarakat, dan akumulasinya di Indonesia berwujud sebagai keberhasilan bangsa. Namun demikian, kompetensi juga dirumuskan dari karakteristik program studi penyelenggara pendidikan yang mengacu pada wawasan nasional, kualitas internasional, kelenturan (fleksibilitas), kepribadian baik, kepekaan kebutuhan masyarakat, student-centered learning, dan lifelong learning. Kompetensi bidang ilmu yang bersifat universal tidak akan terlepas dari kompetensi yang bersifat lokal atau khas perguruan tinggi. Dengan demikian penetapan tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi program studi bukan dengan jalan mencotoh apalagi melalui proses copy-paste dari institusi lain, melainkan ditetapkan 7
8 berdasar visi dan misi yang dimiliki setiap program studi. Penyusun kurikulum harus mencermati referensi secara luas, tetapi tidak melakukan adopsi secara gegabah, dan harus melakukan upaya pencarian dan penemuan jatidiri yang selaras atau sesuai dengan karakteristik spesifik program studi. Kurikulum berbasis kompetensi dapat disusun melalui berbagai macam cara atau alternatif. Cara apapun yang dipilih maka penyusun KBK harus melibatkan para dosen yang akan menjadi pelaku utama dalam proses pembelajaran. Di samping itu, stakeholders perlu diikutsertakan karena dari merekalah institusi memperoleh feedback yang sangat berguna. Kebersamaan para dosen menjadi faktor utama, dan kebersamaan ini akan berkembang menjadi suatu pembelajaran yang kemudian memunculkan rasa memiliki serta mendorong terjadinya collective intelligence. Terbangunnya collective intelligence akan meminimalisasi munculnya resistensi dari beberapa dosen, yaitu sikap mempertahankan kurikulum yang ada atau menentang terhadap upaya pengembangan kurikulum. Tantangan dalam pengembangan kurikulum Berbagai kendala yang sekiranya dapat menghambat proses pengembangan harus ditanggapi secara positif dan sekaligus ditransformasi menjadi tantangan untuk dicarikan solusinya. Ketetapan tentang perlunya pengembangan kurikulum harus tercantum secara eksplisit di dalam rencana strategis institusi yang kemudian dijabarkan dalam rencana operasional tahunan. Adanya ketetapan institusional akan menggerakkan penanggung jawab / Pengurus Perguruan Tinggi untuk melaksanakannya secara konsekuen dan konsisten disertai komitmen yang tinggi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri yang harus dijawab secara positif oleh Pengurus Perguruan Tinggi, betapa pun beratnya tanggung jawab yang diemban. Suatu program pengembangan kurikulum memerlukan dukungan dana yang cukup, mulai dari awal program pengembangan sampai dengan evaluasi kurikulum baru yang akan dilaksanakan oleh institusi pendidikan. Dengan demikian penyusun kurikulum harus memahami makna siklus continuous improvement, agar segmen dana dapat diprakirakan dan direncanakan secara rasional. Monitoring & evaluation merupakan aktivitas yang memerlukan kesungguhan, kesabaran, ketekunan, kejujuran dan fleksibilitas tanpa kehilangan ketegasan sikap. Kegiatan ini merupakan kunci continuous improvement. Ringkasan Pengembangan kurikulum di perguruan tinggi memerlukan perencanaan yang strategis dan menyeluruh, dengan mengacu pada undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur penyelenggaraan pendidikan tinggi. Penyusun kurikulum perlu memperhatikan wawasan nasional, kualitas internasional, kekhasan / potensi lokal, dan collective intelligence di antara para dosen. Secara teknis, penyusun kurikulum dengan dukungan pimpinan satuan pendidikan / program studi memerlukan pemahaman tentang perancangan kurikulum 8
9 serta konsep, proses, dan langkah-langkah pengembangan kurikulum agar penyusun kurikulum dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Kurikulum terpadu dan KBK sudah menjadi keniscayaan bagi perguruan tinggi. Kurikulum terpadu merupakan refleksi fenomena atau refleksi kehidupan dan bagian tak terpisahkan dari inovasi pembelajaran yang mengajak dan mendorong para mahasiswa untuk belajar dan berdiskusi secara kontekstual, mempelajari fenomena yang telah tersedia secara alamiah. Dengan mengacu pada visi dan misi institusi, KBK dapat disusun melalui berbagai macam cara atau alternatif, dengan melibatkan para dosen dan stakeholders. Daftar pustaka 1. Harsono, Yohannes HC. Kurikulum Terpadu. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Aditya Media Yogyakarta, Prideaux D. ABC of learning and teaching in medicine: Curriculum design. BMJ 2003;326: Harsono. Pengantar Problem-based Learning. Edisi kedua, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Harden RM. Curriculum mapping: a tool for transparent and authentic teaching and learning. Med Teach 2000;23(2): Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pendidikan Naisonal nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.Jakarta Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta Tanner D, Tanner LN. Curriculum development: theory into practice; New York, Merril Bligh J, Prideaux D, Parsell G. PRISMS: new educational strategies for medical education. Med Educ 2001;35: Caffarella RS. Planning Programs for Adult Learners. 2 nd ed. Jossey-Bass, San Fransisco, CA, University of Rochester Medical Center. Curriculum development principles and guidelines. URL Madeus GF, Stufflebeam DL. Educational evaluation: The works of Ralph Tyler. Boston MA; Kluwer Academic Press; Harden RM. Planning a curriculum. In JA Dent & RM Harden (eds): A Practical Guide for Medical Teachers; Churchill Livingstone, Edinburgh 2001; pp Shoemaker B. Integrative education: a curriculum for twenty-first century. Oregon School Study Council,
10 16. PROBLARC. PBL-curriculum design. Newcastle University, Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan DITJEN DIKTI DEPDIKNAS. Tanya jawab seputar kurikulum berbasis kompetensi di Perguruan Tinggi. Jakarta,
Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02. Manual Mutu Kurikulum 2
Manual Mutu Kurikulum Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.02 Manual Mutu Kurikulum 2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 4 1.2 Tujuan 5 1.3 Landasan Normatif 6 BAB 2 PENGERTIAN
Lebih terperinciSTANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
SM SPMI Hal : 1/12 1 Judul STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 01 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/12 2 Lembar Pengendalian STANDAR
Lebih terperinciSISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKMI BATURAJA
STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKMI BATURAJA 2015 Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Lebih terperinciMENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL
MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL I ndonesia merupakan salah satu Negara yanga mempunyai jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia, baik negeri maupun swasta. Jenis program studi maupun
Lebih terperinciSTANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 06 SEMARANG 2O16 Standar Isi Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Lebih terperinciSTANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04.
STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04. 03 01 SEMARANG 2011 SPMI-UNDIP Standar Isi Sistem Penjaminan Mutu Internal
Lebih terperinciSTANDAR 2 STANDAR ISI
STANDAR 2 STANDAR ISI Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi terdiri dari: 1. Standar kerangka
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 74/KEP/UDN-01/VII/2007. tentang STANDAR KURIKULUM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 74/KEP/UDN-01/VII/2007 tentang STANDAR KURIKULUM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : 1. bahwa untuk penyelenggaraan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI DASAR UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG PENDIDIKAN NASIONAL DIGARISKAN, ANTARA LAIN: PASAL 24 AYAT (2): PERGURUAN TINGGI MEMILIKI OTONOMI
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
PEMBELAJARAN BERBASIS KONSEP Pendekatan konstruktivisme Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada J.A. Comenius (1592-1670): Permulaan pembelajaran harus dimulai dengan memperhatikan
Lebih terperinciSTANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR ISI PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 01 UNGARAN Standar Isi Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari
Lebih terperinciB A D A N P E N J A M I N A N M U T U
STANDAR ISI Universitas Respati Yogyakarta Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : 0274-488 781 ; 489-780 Fax : 0274-489780 Standar Isi Universitas Respati Yogyakarta Page 0 B A D
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 581/P/SK/HT/2010 TENTANG PANDUAN UMUM PENYUSUNAN KURIKULUM 2010 PROGRAM STUDI JENJANG SARJANA DI UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran berbasis pengajar (teacher-centered
Lebih terperinciKURIKULUM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS YANG BERBASIS KOMPETENSI ABSTRAK
1 KURIKULUM PROGRAM STUDI AGRIBISNIS YANG BERBASIS KOMPETENSI Kusmantoro Edy, S. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ABSTRAK Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mempunyai
Lebih terperinciPenyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning. Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada
Penyusunan RPKPS dengan strategi student-centered learning Harsono Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada Lima Pilar Utama RPKPS: 1. Materi lebih didekatkan pada persoalan nyata 2. Integrasi
Lebih terperinciP e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)
P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING Harsono Bagian Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Belajar: Melibatkan ketrampilan dan perilaku Bukan sekedar menerima informasi dari
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Zulharman Staf pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Disampaikan Oleh: Badru Zaman, M.Pd (PG-PAUD UPI) A. KONSEP KURIKULUM Pengembangan kurikulum merupakan salah satu bagian penting dalam proses pendidikan.
Lebih terperinciManual Mutu Akademik
Manual Mutu Akademik MM 01 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Manual Mutu Akademik ini berisi tentang kebijakan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 22/P/SK/HT/2006
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 22/P/SK/HT/2006 TENTANG PANDUAN PENYUSUNAN KURIKULUM 2006 PROGRAM STUDI JENJANG SARJANA DI UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang
Lebih terperinciPROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT Zulharman Staf Pengajar FK Unri Mahasiswa S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM PENDAHULUAN Para mahasiswa
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)
ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciRASIONAL. 1. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. 2. Tuntutan penyediaan SDM bermutu yang
RASIONAL 1. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. 2. Tuntutan penyediaan SDM bermutu yang mampu menghadapi dan mengantisipasi berbagai dampak perubahan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciKONSEP DASAR KURIKULUM 2004
1 KONSEP DASAR KURIKULUM 2004 Oleh: Bambang Subali UNY Makalah disampaikan pada Kegiatan Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004 di Madrasah Aliayah Bidang Ilmu Sosial dan Bahasa di PPPG Matematika
Lebih terperincipolicy? pedoman? metoda? model belajar? ?...?...?
policy? pedoman? metoda? model belajar??...?...? POKOK MASALAHNYA ADALAH ADANYA PERUBAHAN : MENGUSIK KETENTRAMAN SAAT INI TERUSIK KARENA MUNGKIN : KURIKULUM YANG BERJALAN SAAT INI DIANGGAP SUDAH BAIK,
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 90012008 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. POB/STK-PP/03 Disiapkan oleh Tanda Tangan
Lebih terperinciSKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes
SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi
Lebih terperinciManual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO
Manual Mutu FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO Revisi : 1 Tanggal : 10 Desember 2010 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Gugus Jaminan Mutu FP Disetujui oleh : Dekan FP Kode DAFTAR
Lebih terperinciMASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.
MASALAH & TANTANGAN 1. Tingkat pendidikan masyarakat relatif masih rendah. 2. Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya terakomodasi dalam pembangunan pendidikan. 3. Kesenjangan tingkat pendidikan.
Lebih terperinciDokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK
Dokumen Akademik DOKUMEN AKADEMIK Landasan yang bersifat normatif-ideologis yang wajib dimiliki oleh setiap institusi penyelenggara kegiatan akademik. Kantor Jaminan Mutu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciManual Mutu Pengabdian
Manual Mutu Pengabdian MM 03 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Kehidupan dan perkembangan akademik di Perguruan
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESAIN KURIKULUM Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2006 DESAIN KURIKULUM Arti; curriculum design is the outcome of a process by which the purposes of education are
Lebih terperinciStandard Operating Procedure REKONSTRUKSI KURIKULUM
Standard Operating Procedure REKONSTRUKSI KURIKULUM Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang LEMBAR IDENTIFIKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Rekonstruksi Kurikulum UN10/F06/03/HK.01.02.a/04JUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur
Lebih terperinciINSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
No. Dok: LPM.04 No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018 Hal : 1/ 13 INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL No. Dok: LPM.04 No. Rev : 0 Berlaku: Januari 2018 Hal : 2/ 13 BAB I VISI dan MISI A. Visi ISTA Visi Institut
Lebih terperinciManual Mutu Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Manual Mutu Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya MM.GJM-FK-UB.01 Revisi : - Tanggal : 27 November 2007 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan Bidang Akademik Disetujui oleh : Dekan FK Unibraw
Lebih terperinciManual Mutu Akademik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Manual Mutu Akademik FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Revisi : 1 Tanggal : 31 Maret 2015 Dikaji ulang oleh : Pembantu Dekan I Dikendalikan : Unit Penjaminan Mutu Fakultas Pertanian Disetujui
Lebih terperinciIMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **)
IMPLIKASI PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI BAGI SEKOLAH/MADRASAH, SISWA, DAN ORANG TUA) *) Oleh: Anik Ghufron **) Dalam Oxford Advanced Learner s Dictionary dinyatakan bahwa implikasi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciKerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Penetapan Bahan Kajian dan Mata Kuliah dari Capaian Pembelajaran (CP) Disusun dari Beberapa Sumber.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Penetapan Bahan Kajian dan Mata Kuliah dari Capaian Pembelajaran (CP) Disusun dari Beberapa Sumber Oleh: Noor Endah Mochtar 1 2 ALASAN EKSTERNAL Tantangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI S1 AKUNTANSI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PRODI S1 AKUNTANSI Oleh : MF. ARROZI ADHIKARA Latar Belakang Perubahan kurikulum selain sebagai kegiatan rutin yang wajib dilakukan memiliki fungsi penting. Pertama, perubahan kurikulum
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR REKONSTRUKSI KURIKULUM
MANUAL PROSEDUR REKONSTRUKSI KURIKULUM JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 MANUAL PROSEDUR REKONSTRUKSI KURIKULUM JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN
MANUAL PROSEDUR AKADEMIK SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN 2013-2017 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI JL. RAYA TANJUNG BARAT NO. 11 PS. MINGGU JAKARTA SELATAN TELP. 021 781 7823, 781 5142 FAX. -21 781 5144
Lebih terperinciKeywords: Competency Based Curriculum, Small Group Discussion, Cognitive
PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) dengan SMALL GROUP DISCUSSION (SGD) UNTUK MENGUKUR KOGNITIF PADA MAHASISWA Dian Nur Adkhana Sari STIKES Surya Global Dian.adkhana@gmail.com ABSTRAK Kurikulum
Lebih terperinci)= sayalari ocurrere= menjadilari
ocurro( )= sayalari ocurrere= menjadilari The sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school. (Finch & Crunkilton) Seperangkat rencana dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciKurikulum Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta
Kurikulum 2010-2014 Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Model Penyusunan Kurikulum Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 73/KEP/UDN-01/VII/2007. tentang STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 73/KEP/UDN-01/VII/2007 tentang STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : 1. bahwa proses
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PARAGRAPH BASED WRITING MENGGUNAKAN CIRCLE THE SAGE BERBASIS CRITICAL THINKING Testiana Deni Wijayatiningsih, Akhmad Fathurrahman, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciMANUAL MUTU AKADEMIK UB MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MM.PJM-UB.01 Manual Mutu Akademik Universitas Brawijaya MM.PJM-UB.01 Revisi : Ke-1 Tanggal : 26 April 2007 Dikaji ulang oleh : Pembantu Rektor I Disetujui oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa,
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciKonsep dan Penyusunan Evaluasi Diri. Kegiatan Nurturing PHK Berbasis Institusi Februari 2008
Konsep dan Penyusunan Evaluasi Diri Kegiatan Nurturing PHK Berbasis Institusi 2008 16-17 17 Februari 2008 Pendahuluan Sejarah pengembangan kebijakan PHK DirJen DikTi: < 1995 : berbasis investasi (SUDR,
Lebih terperinciManual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG. Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved
Manual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved Manual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG MMA.UPM-FE-UNISMA.01 Revisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,
I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang
Lebih terperinciKERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.
KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU 2016-2020 SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 Page1 Kerangka Kerja SPM 2016-2020 Page 1 Kerangka Kerja Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Unpad 2016-2020
Lebih terperinciSTANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SPMI-STMM SM 03
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL
MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2010 All Rights Reserved MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Lebih terperinciPEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN
Lebih terperinciA. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA
UNIVERSITAS GADJAH MADA NASKAH AKADEMIK PEMBELAJARAN DI UGM Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) JUNI 2008 Daftar Isi Daftar Isi... ii Kata Pengantar... iii I.... 4 II. Latar Belakang... 4 III. Landasan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
Lebih terperinciKompetensi Apoteker Indonesia adalah :
9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu jalur formal, non formal dan informal (Depdiknas, 2003). Salah satu pelajaran
Lebih terperinciSchool of Communication Inspiring Creative Innovation. Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran
Penempatan School of Communication Pegawai & Business Desain Kurikulum dan Materi Pembelajaran Pengertian Kurikulum Kurikulum dapat dimaknai sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
Lebih terperinciKONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI
PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Lebih terperinciLandasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas
PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang
Lebih terperinciSTANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 11 SEMARANG 2O16 Standar Pengelolaan Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya
Lebih terperinciUNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No. : STD/SPMI-UIB/01.03 Tanggal : 1 September Revisi : 2 Halaman : 1 dari 7 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi
Lebih terperinciDESAIN KURIKULUM. Farida Nurhasanah
DESAIN KURIKULUM Farida Nurhasanah Pengembangan Kurikulum Disain Kurikulum Pengertian Arti; curriculum design is the outcome of a process by which the purposes of education are linked to the selection
Lebih terperinciSPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS
SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPS PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SF 1 1 Revisi : IV Tanggal : 18 Agustus 2012 Dikaji ulang oleh : Pembantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar melibatkan keterampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang sesungguhnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN STMIK PRABUMULIH... 4 2.1 Visi STMIK
Lebih terperinciLandas an Politis. Landas an Psikolo
LANDASAN PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL DI INDONESIA Landas an Filosofi Landas an Politis Landas an Psikolo Tuntutan Masyara kat Landasan Filosofis Esensial Sekolah harus mengajarkan disiplin ilmu ; sekolah
Lebih terperinciVisi Universitas Almuslim: Visi Universitas Almuslim adalah menjadi universitas unggul, professional, dan islami
2 A. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Visi Universitas Almuslim: Visi Universitas Almuslim adalah menjadi universitas unggul, professional, dan islami Misi Universitas Almuslim: 1. Meningkatkan mutu pendidikan
Lebih terperinci