46 Media Bina Ilmiah ISSN No

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "46 Media Bina Ilmiah ISSN No"

Transkripsi

1 46 Media Bina Ilmiah ISSN No KONSEP ALUN-ALUN UTARA SURAKARTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen Yayasan pada Universitas Nusa Tenggara Barat Intisari: Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep alun-alun utara Surakarta berdasarkan persepsi masyarakat tentang elemen setting yang dianalisis dan diintepretasikan dalam simbol arsitektur. Persepsi masyarakat dikelompokkan dalam dua tema persepsi yang berbeda yaitu 1). Alun-alun utara sebagai ruang milik Keraton Surakarta dan, 2). Alun-alun utara sebagai ruang milik Kota Solo. Subjek penelitian ini adalah masyarakat pengguna kawasan yang diambil sebagai purposive sampling yang terdiri dari 26 orang dibagi menjadu dua kelompok yaitu 13 orang mewakili kelompok asli dan 13 orang mewakili kelompok pengunjung dalam spektrum kelompok usia yang berbeda untuk mendapatkan variasi persepsi yang ada. Metode pengumpulan datanya menggunakan place center map untuk memahami setting dan mental mapping untuk memahami persepsi masyarakat. Penelitian menggunakan metode deduktif, kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini, terdapat tiga kriteria dasar mengenai konsep alun-alun utara Surakarta yaitu, 1). Alun-alun utara Surakarta memiliki konsep kawasan yang mencakup tiga atau trifungsi (triple mixed used area), 2). Alun-alun utara memiliki dualisme wajah kawasan yang saling bertentangan dan, 3). Alun-alun utara merupakan lapangan pusat kota (central square) dengan tingkat kebebasan (democraticity) rendah karena adanya batasan tertentu (restriction) dari pihak keraton tentang akses dan penggunaan alun-alun utara di waktu-waktu tertentu. Kata-kata Kunci: Konsep, Persepsi, Alun-alun PENDAHULUAN Kota Surakarta memiliki potensi peninggalan sejarah yang sangat menonjol berupa artefak bangunan dan kawasan Keraton yang sangat mempengaruhi pola perancangan kotanya. Alun-alun Utara Keraton Surakarta dahulu merupakan kesatuan dari komplek bangunan keraton dan memiliki makna simbolis dan sakral dalam bentukan fisik. Sebagai wadah kegiatan yang bersifat publik, kegiatan alunalun masih selalu berkaitan erat dengan Keraton Surakarta seperti untuk latihan perang prajurit keraton, kegiatan pepe masyarakat dalam upaya meminta keadilan kepada raja, kegiatan ritual sekaten dan ritual budaya lainnya, rapat koordinasi raja dengan para bupati di pagelaran, sampai pada kegiatan rekreasi para putri raja. Saat ini alun-alun sebagai ruang publik kota berfungsi sebagai wadah berbagai kegiatan masyarakat, baik itu kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Kegiatan ekonomi mendominasi kawasan ini. Hal ini merupakan indikasi telah terjadi pergeseran fungsi yang berdampak pada pergeseran fisik kawasan alun-alun utara Surakarta. Menurut Hariyono (2007: 19), aspek sosial (urban) dan fisik kota (city) merupakan dua hal yang saling mempengaruhi dan tidak dapat saling mengabaikan. Ruang kota perlu mendapatkan perhatian dan sense of belonging dari masyarakatnya, pada pembentukan fisik ruang kota perlu proses yang tidak menimbulkan konflik sehingga masyarakat mampu menumbuhkan perasaan memiliki dan hubungan yang harmonis dengan ruang kota tersebut. Kawasan Alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta seharusnya merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Adanya bangunan-bangunan bersejarah, kegiatan tradisi dan nilai-nilai sejarah religius-kultural telah menjadikan kawasan keraton sebagai acuan utama kebudayaan sekaligus sebagai konsep sentral pengembangan tata ruang kotanya. Dalam studi pemanfaatan potensi keraton Kasunanan Surakarta oleh PPPPN-UGM pada Tahun 1989 dinyatakan bahwa kesentralan Keraton Kasunanan Surakarta terhadap Kota Surakarta secara keseluruhan bukan hanya tercermin melalui wadah fisiknya saja tetapi juga jiwa sosial-budaya, yang berarti memiliki aspek religiositas, aspek pribadi berjati diri adiluhung yang berarti pula mampu beradaptasi terhadap perkembangan masyarakat, hirarkis sekaligus manunggal dengan rakyat. Alun-alun utara secara filosofis memiliki makna yang sangat berbeda dengan alun-alun selatan. Alun-alun selatan lebih bersifat privat karena secara fisik tertutup oleh dinding-dinding masif dan bermakna sebagai tempat kontemplasi raja dan berhubungan secara spiritual dengan pantai laut

2 ISSN No Media Bina Ilmiah 47 selatan. Secara fungsi alun-alun selatan sering Menjabarkan persepsi masyarakat tentang elemen digunakan sebagai tempat awal pemakaman saat setting alun-alun utara Surakarta dan merumuskan keluarga keraton sedang berkabung, tempat prajurit konsep alun-alun utara Surakarta berdasar persepsi keraton latihan kanuragan dan kandang binatang masyarakat yang dituangkan dalam bentuk simbol piaraan keraton seperti gadjah, badak dan kerbau. arsitektur Alun-alun utara lebih bersifat publik karena terbuka untuk akses masyarakat luas. Dahulu secara fisik ALUN-ALUN UTARA SEBAGAI MILIK KERATON alun-alun utara ini berupa hamparan pasir luas yang DAN MILIK KOTA SOLO menyatu dengan bangunan keraton. Hamparan pasir Dari hasil penelitian lapangan dihasilkan bahwa ini memiliki makna simbolis bahwa rakyat yang terdapat dua kelompok kategori mengenai persepsi akan menghadap raja harus mensucikan diri dengan masyarakat tentang alun-alun utara surakarta yaitu mencuci kakinya di pasir alun-alun utara. aggapan bahwa alun-alun utara adalah ruang milik Pada penelitian sebelumnya mengenai kawasan keraton dan anggapan bahwa alun-alun utara adalah alun-alun utara Keraton Kasunanan Surakarta ruang milik Kota Solo yang menciptakan persepsi (Didik, 2002) didapatkan hasil bahwa telah terjadi yang berbeda dan seringkali bertolak belakang disintegrasi ruang yang diakibatkan oleh faktor walaupun persepsi tersebut dapat muncul secara perubahan setting fisik akibat kegiatan ekonomi bersamaan. yang terjadi di kawasan ini. Kondisi disintegrasi ini ditegaskan lagi dengan lemahnya linkage visual a. Alun-alun Utara sebagai ruang milik ruang alun-alun itu sendiri dengan bagian pinggir Keraton Surakarta alun-alun. Faktor lain adalah tidak terjaganya image Alun-alun utara sebagai ruang milik Keraton kawasan sebagai tempat sakral untuk melakukan Surakarta didasari pada anggapan bahwa alun-alun kegiatan-kegiatan besar. Yang menarik untuk utara tidak dapat dipisahkan dari keraton. ditelaah lebih lanjut adalah bagaimana hal itu bisa terjadi, separah apakah kondisi yang ada dan apakah kondisi yang ada sekarang masih mungkin untuk diperbaiki? Menurut Bambowo (1987: 98), pandangan masyarakat mengenai ruang publik sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, status sosial dan perannya dalam masyarakat. Ketiga faktor ini menunjukkan adanya pelapisan sosial dalam masyarakat. Kelas dalam masyarakat inilah yang menimbulkan perbedaan wawasan tentang suatu hal, termasuk fungsi estetika dan fungsi sosial sebuah ruang publik kota. Pemahaman akan pandangan masyarakat pengguna ruang ini akan memberikan dasar berpikir dan merancang bagi para penentu kebijakan dan arsitek/ planolog tentang perancangan ruang kota yang berpihak pada warga/ masyarakat Gambar 1. Alun-alun utara sebagai ruang milik kota. keraton Dari uraian tentang latar belakang diatas, peneliti menfokuskan pada pemahaman konsep alunalun Sebagai ruang milik Keraton Surakarta batasan utara Surakarta berdasarkan persepsi alun-alun sangat jelas terutama dengan adanya masyarakat pengguna tentang elemen setting yang elemen pagar keliling alun-alun yang mempertegas diintepretasikan dalam simbol arsitektur. Dengan teritori ruang milik keraton. Selain sebatas lapangan memahami persepsi masyarakat pengguna alun-alun berpagar saja, alun-alun utara dapat dilihat sebagai ini diharapkan mampu memahami konsep kawasan sebuah kawasan yang secara teritori dibatasi oleh yang terbangun oleh persepsi masyarakat tersebut beberapa elemen fisik yang menyimbolkan bahwa dan memprediksikan arah perkembangan kawasan. area tersebut adalah milik Keraton Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data Elemen-elemen penanda tersebut adalah: dan gambaran yang jelas tentang konsep kawasan 1. Pagar keliling alun-alun utara alun-alun utara Surakarta yang dibangun 2. Bunderan Gladag berdasarkan persepsi masyarakat penggunanya 3. Gapura mengenai elemen setting kawasan yang dituangkan a. Gapura Pamurakan (orang sering menyebut dalam bentuk simbolisasi arsitektur, penelitian ini Gapura Gladhag) Gapura ini merupakan bertujuan: entry point utama dari arah utara.

3 48 Media Bina Ilmiah ISSN No b. Gapura Batangan merupakan entry point dari arah Timur. c. Gapura Slompretan atau orang sering mengenalnya sebagai Gapura Klewer, merupakan entry point dari arah Barat. 4. Beringin kembar 5. Masjid Ageng 6. Pagelaran 7. Jalan Supit urang Keterkaitan Fungsi dengan Keraton 1. Fungsi Wisata Fungsi wisata sangat kental di kawasan ini dengan adanya artefak bangunan keraton pada titik 1) sebagai peninggalan bersejarah. Seluruh kegiatan wisata di kawasan ini berpusat di komplek keraton, dengan alun-alun dimanfaatkan sebagai halaman masuk dan tempat parkir bus wisata, tepatnya dijalan tengah alun-alun di titik (5). Namun keberadaan fasilitas lain sebagai penunjang kegiatan wisata tidak sedikit perannya dalam menghidupkan kegiatan wisata di kawasan ini. Seperti Pasar klewer di titik (2) dan fasilitas belanja wisata lain seperti di PGS- BTC, kios kacamata souvenir dan Pasar Cinderamata di di titik (3) merupakan fasilitas belanja wisata yang memiliki magnet bagi pengunjung. Tak kalah penting adanya Masjid Ageng di titik (4) sebagai salah satu artefak milik keraton juga merupakan tujuan wisata sebagian besar pengunjung sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat istirahat dan membersihkan diri (Mandi,Cuci,Kakus) bagi pengunjung dari luar kota. Dari semua fasilitas wisata yang ada, komplek keraton merupakan pusat kegiatan/ fungsi wisata di kawasan ini. Gambar 2. Elemen penanda batas teritori Sebelum masuk ke belokan Jalan Supit Urang, pengunjung disambut oleh pengalaman visual berupa bangunan milik keraton yaitu Kantor Boendho Lumaksoe yang berada di kanan jalan sedangkan disisi kiri jalan adalah tembok tinggi miliki keraton (tembok njero beteng). Selanjutnya pengalaman visual pengunjung adalah tembok keraton di kiri kanan sepanjang Jalan Supit Urang yang akhirnya mengarah ke alun-alun. Pengalaman visual sepanjang Jalan Supit Urang memperkuat persepsi pengunjung tentang kawasan keraton. Keuntungan dari Jalan Supit Urang ini adalah karena tidak memungkinkannya dibangun elemen atau objek bangunan lain disepanjang jalan ini, sehingga persepsi mengenai keraton dari sisi ini diprediksikan akan tetap terjaga. Keberadaan jalan ini penting untuk menjaga persepsi tentang keraton, apalagi kognisi masyarakat tentang Jalan Supit Urang sangat kuat. Kognisi yang kuat ini juga karena bentuk fisik dan sirkulasi jalan yang khas. Posisi alun-alun menurut anggapan masyarakat, ada dua yaitu berada di bagian depan dan berada di bagian belakang keraton. Kedua anggapan ini menunjukkan bahwa alun-alun adalah ruang milik keraton karena dianggap sebagai halaman depan atau halaman belakang keraton. Gambar 3. Fungsi wisata 2. Fungsi Budaya Beberapa elemen di kawasan ini merupakan hal yang berhubungan dengan pelestarian budaya karena merupakan bagian yang tidak dapat terpisah dari budaya Keraton Surakarta. Sebagai pusat budaya jawa di titik (1) Keraton Surakarta sangat mempengaruhi budaya masyarakat sekitarnya. Masih banyaknya ritual dan mitos yang dilakukan masyarakat merupakan bukti bahwa Keraton Surakarta membawa fungsi budaya di kawasan ini. Pada titik (2) mitos tentang kekuatan dinamisme yang ada pada pohon beringin merupakan wujud pengaruh budaya Hindu yang merupakan cikal bakal kerajaan Jawa.

4 ISSN No Media Bina Ilmiah 49 memiliki makna filosofis khusus, 3). Bangunan Pagelaran dan Masjid Ageng sebagai simbol keberadaan keraton di kawasan alun-alun utara. 2) Kawasan Wisata Simbol arsitektur yang memperkuat identitas kawasan wisata adalah 1). Bangunan Pagelaran dan Sitinggil sebagai entry point menuju komplek keraton sebagai artefak objek wisata, 2). Kegiatan ritual budaya sekaten yang identik dengan alun-alun utara merupakan objek wisata tahunan, 3). Keberadaan bangunan penunjang wisata seperti pasar souvenir dan batik. Gambar 4. Fungsi budaya Pada titik (3) kios kacamata dan souvenir, merupakan pusat penjualan dan pembuatan souvenir yang kebanyakan produknya berupa barang-barang untuk adat jawa seperti keris, akik, blangkon, payung dan asesoris adat jawa lainnya. Pada titik (4) Pasar Klewer merupakan pusat tekstil yang awalnya berupa batik tulis dan tekstil batik yang merupakan hasil budaya Jawa yaitu budaya batik keraton. Sedangkan di titik (5) budaya keraton berpengaruh terhadap kehidupan religi dan budaya di Masjid Ageng yang terbukti dengan adanya tabuhan gamelan setiap ritual sekaten. Beberapa kegiatan di alun-alun utara yang terkait erat dengan Keraton Surakarta terutama adalah Sekaten dan beberapa ritual budaya lainnya. Kegiatan lain yang berhubungan dengan keraton adalah perdagangan utama yang ada di sekitar alunalun (Pasar Klewer dan area perdagangan lain) menggunakan batik sebagai komoditas utama dimana batik adalah hasil budaya keraton. Dalam hal ini keraton memberikan aura kekhasan komoditas perdagangan yang disekitar alun-alun utara. Inti dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah pelestarian budaya (konservasi) baik dalam bentuk menjaga keberadaan artefak komplek keraton, melestarikan ritual budaya dan melestarikan hasil karya budaya keraton yaitu batik. Identitas kawasan terbentuk dari elemen setting penyusun kawasan dan kegiatan-kegiatan yang ada didalam kawasan. Dari dua hal itu, identitas yang berhubungan dengan alun-alun sebagai ruang milik keraton adalah Kawasan Keraton dan Kawasan Wisata. 1) Kawasan Keraton Simbol-simbol arsitektur yang memperkuat identitas sebagai kawasan keraton adalah; 1). Gapura-gapura (Pamurakan, Batangan, Slompretan) sebagai pembatas teritori kawasan) mengandung makna sebagai titik-titik masuk ke dalam kawasan keraton., 2). Beringin kembar sebagai point of interest alun-alun utara yang Suasana kawasan disebutkan rapi dan teratur karena masyarakat melihat bagian komplek Pagelaran dan sepanjang Jalan Supit Urang yang lengang dan terawat, bagian dalam lapangan alunalun yang terlindungi oleh pagar keliling serta bagian dalam komplek Masjid Ageng yang terhindar dari hiruk-pikuk kegiatan ekonomi. b. Alun-alun Utara sebagai ruang milik Kota Solo Alun-alun utara sebagai ruang milik Kota Solo,didasari oleh anggapan bahwa alun-alun merupakan salah satu ruang terbuka kota yang boleh diakses oleh masyarakat dan dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat umum. Sebagai ruang terbuka kota, teritori alun-alun utara adalah sebatas lapangan alun-alun dan memandang pagar keliling lapangan sebagai alat pengaman untuk mendapatkan kenyamanan dalam menggunakan ruang terbuka tersebut karena alunalun dikelilingi oleh jalan raya yang cukup padat. Namun tujuan untuk melindungi alun-alun dari masuknya PKL sebenarnya merupakan tujuan utama yang menyebabkan berkurangnya akses ke dalam alun-alun sehingga fungsinya sebagai ruang terbuka menjadi berkurang. Gambar 5. Alun-alun sebagai ruang milik Kota Solo

5 50 Media Bina Ilmiah ISSN No Apabila dilihat sebagai sebuah kawasan, maka beberapa fasilitas perdagangan yang dibangun setelah masa kerajaan mendominasi dan mempengaruhi kegiatan di kawasan ini. Elemen penanda teritori kawasan yang memperkuat anggapan bahwa alun-alun merupakan ruang terbuka milik kota adalah: barang Jawa seperti blangkon, keris, sanggul dan selop. Pengunjung yang datang untuk kegiatan perdagangan di kawasan ini berasal dari dalam dan luar kota. Pengunjung yang datang dari luar kota biasanya bertujuan untuk kulakan atau mengirim barang dagangan ke Pasar Klewer. Perdagangan di kawasan ini sudah bertaraf nasional bahkan sebagian barang dikirim keluar negeri. Gambar 6. Elemen penanda batas teritori Keterangan : 1. Pasar Klewer 2. Patung Slamet Riyadi 3. Beteng Trade Center (BTC)/ Pusat Grosir Solo (PGS) 4. Kios Kacamata 5. Kantor Polisi 6. Pedagang Kaki Lima (PKL) Posisi alun-alun utara lebih dekat dengan pusat pemerintahan kota daripada alun-alun selatan. Kondisi fisik ruang yang lebih terbuka membuat alunmudah alun utara lebih akrab dengan masyarakat dan udah diakses. Anggapan bahwa posisi alun-alun utara adalah bagian depan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; 1). Kegiatan kawasan lebih ramai dibanding alun-alun selatan, 2). Sifat ruang salun-alun utara yang lebih terbuka sehingga lebih mudah diakses dan dikenal oleh masyarakat dan 3). Kedekatan dengan pusat pemerintahan Kota Solo membuat alun-alun utara menjadi bagian depan komplek kawasan keraton terutama untuk tujuan wisata. Keterkaitan Fungsi dengan Kota Solo 1. Fungsi ekonomi perdagangan Kegiatan perdagangan di kawasan ini berawal dari kegiatan perdagangan di Pasar Klewer di titik (1). Namun sebenarnya kegiatan perdagangan ini tidak lepas dari tradisi dan budaya Jawa yang berasal dari keraton, karena barang perdagangan inti adalah kerajinan batik baik dalam bentuk tekstil, batik tulis maupun konveksi (pakaian jadi) dan kerajinan Gambar 7. Posisi alun-alun terhadap kota Sedangkan titik lain area perdagangan seperti di depan Masjid Ageng, Pasar Cinderamata PGS, BTC dan kios kacamata memiliki kaitan dengan Pasar Klewer. Pada gambar dibahwa ini menunjukkan titik (2) dan (4) berhubungan dengan Pasar Klewer karena barang dagangan berasal dari Pasar Klewer atau serupa. Terdapat pula dagangan yang mendukung kegiatan perdagangan di Pasar Klewer seperti manekin, plastik, pengepakan, karung plastik dan penjual makanan. Gambar 8. Fungsi perdagangan Pada titik (3) barang dagangan juga mirip dengan yang di Pasar Klewer. Sedangkan pada titik (4) walaupun dagangan kacamata tidak berhubungan

6 ISSN No Media Bina Ilmiah 51 langsung dengn Pasar Kliwon, tapi souvenir etnik adat jawa ang diproduksi di area itu juga berhubungan dengan Pasar Klewer. Dapat dilihat dari uraian diatas bagaimana pola hubungan yang terjadi akibat kegiatan perdagangan di kawasan ini selalu berawal atau berkaitan dengan Pasar Klewer. 2. Fungsi Sosial Sebagai pusat pemerintahan tradisional di masa lalu, keraton masih memiliki sisa-sisa kejayaan dan pengaruh sosial terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini jelas terlihat bahwa bagian dari komplek keraton seperti alun-alun (titik 2) dan Masjid Ageng (titik 3) merupakan ruang yang dipergunakan sebagai wadah kegiatan sosial yang cukup banyak seperti olahraga, silaturahmi, panggung gembira, sekaten, ritual budaya dan agama. Sedangkan di titik (4) adalah area yang dipergunakan PKL untuk mendirikan kios dagangan, walaupun dilihat dari sudut pandang keindahan dianggap sebagai sumber kesumpekan dan keruwetan kawasan ini, namun dari sisi sosial pihak keraton mengijinkan mereka berdagang dengan pertimbangan kemanusiaan. Pada beberapa kegiatan, pihak keraton melarang mereka berdagang dengan alasan demi kesopanan dan kelayakan. a) Kawasan perdagangan Simbol arsitektur yang membentuk identitas kawasan perdagangan adalah; 1). Pasar Klewer, 2). PGS, 3). BTC, 4). Kios kacamata, 5). Pasar cinderaata, 6). PKL dan 7). Terminal bayangan. Seluruh simbol arsitektur tersebut mencerminkan kegiatan perdagangan dan fasilitas perbelanjaan grosir dan eceran. b) Kawasan olahraga Simbol arsitektur yang membentuk identitas kawasan perdagangan adalah; 1). Lapangan alunalun itu sendiri dan, 2). Trotoar yang lebih digunakan sebagai jogging track karena berada didalam pagar keliling. Alun-alun utara sebagai ruang milik kota yang dibentuk oleh elemen penanda baru, kegiatan pengembangan dan ruang terbuka dengan posisi yang berdekatan dengan pusat pemerintahan, suasana yang ditangkap tentang kawasan ini adalah sumpek dan semrawut. KONSEP ALUN-ALUN UTARA SURAKARTA a. Kawasan publik trifungsi (triple mixed used area) Dari pembahasan sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa area alun-alun utara dapat dilihat sebagai dua anggapan yaitu: 1. Alun-alun utara sebagai sebuah kawasan Pada wujud ini, alun-alun utara sebagai sebuah kawasan terpadu yang terdiri dari beberapa fasilitas dengan fungsi yang beragam yaitu; 1). Sebagai ruang sosial (kegiatan keagamaan, olahraga, eventevent umum), 2). Sebagai ruang penampung kegiatan perdagangan (sekaten sering dianggap sebagai sebuah kegiatan perdagangan temporer juga), 3). Sebagai ruang penampung kegiatan wisata (baik wisata keraton maupun wisata belanja), 4). Sebagai ruang penampung kegiatan budaya (pelestarian, ritual dan ibadah). Gambar 9. Fungsi sosial Kegiatan yang mencerminkan bahwa alun-alun utara adalah ruang milik kota (ruang terbuka kota) adalah kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial ekonomi seperti perdagangan, olahraga, kegiatan agama di Masjid Ageng dan event-event umum yang menggunakan fasilitas alun-alun utara dan Pagelaran. Kegiatan yang terjadi di kawasan yang dianggap sebagai ruang milik kota adalah kegiatan pengembangan yang bersifat aktif, tumbuh, mengikuti perkembangan jaman dan dinamis. Identitas yang terbentuk dari anggapan sebagai ruang milik kota adalah identitas kawasan perdagangan dan olahraga. Fungsi ekonomi Fungsi budaya Fungsi sosial Gambar 10. Kawasan trifungsi dengan pembagian zonasi

7 52 Media Bina Ilmiah ISSN No Alun-alun utara sebagai sebuah ruang (sebatas lapangan) Pada wujud ini, alun-alun utara sebagai ruang terbuka memiliki fungsi yang beragam yaitu: 1). Sebagai halaman Keraton Surakarta, 2). Sebagai area ritual budaya sekaten, 3). Sebagai lapangan parkir kegiatan wisata, 4). Sebagai lapangan olaraga. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa alun-alun memiliki konsep kawasan publik kota yang memiliki tiga fungsi campuran yaitu fungsi sosial, fungsi ekonomi, dan fungsi budaya. Komponen yang ada pada kawasan alun-alun utara masih sama seperti yang tertuang dalam konsep catur tunggal, namun sedikit perbedaan pada komponen pasar yang tumbuh menyebar melingkupi area lapangan alun-alun utara itu sendiri sehingga terdapat perubahan komposisi. Fungsi ekonomi Fungsi sosial Fungsi budaya Gambar 11. Ruang trifungsi dengan sistem shifting b. Dualisme wajah kawasan Kawasan alun-alun utara ini menjadi unik dan berbeda dengan kawasan lainnya karena ada dua pihak yang berwenang mengatur di kawasan ini yaitu pihak pemerintah Kota Solo dan pihak Keraton Surakarta. Hal ini mengakibatkan beberapa kebijakan, anggapan masyarakat dan kegiatan yang muncul karenanya terhadap kawasan dapat berbeda dan berjalan bersamaan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kawasan alun-alun utara memiliki dualisme wajah kawasan dengan beberapa hal yang mendukung pernyataan ini yaitu: 1. Kawasan sebagai ruang terbuka kota dan sebagai halaman keraton diterima oleh masyarakat secara bersamaan. Masyarakat menganggap alun-alun utara adalah ruang publik kota (terutama pada lapangan alun-alun dianggap sebagai ruang terbuka kota) sehingga mereka berhak mengakses dengan bebas ke dalam area ini. Namun disisi lain masyarakat juga menganggap bahwa alun-alun utara sebagai satu kesatuan dengan komplek keraton sehingga ada beberapa hal yang masyarakat harus patuhi kebijakan pihak keraton misalnya; tidak sembarang orang boleh masuk ke area beringin kembar, tidak semua kegiatan publik dapat dilaksanakan di alun-alun ini, semua harus atas ijin keraton dan pihak pemerintah kota pun harus mendapat persetujuan keraton dalam melakukan penataan kawasan kota ini sepanjang berhubungan langsung dengan area keraton seperti lapangan alun-alun utara. 2. Kegiatan konservasi dan pengembangan berjalan bersamaan Kegiatan kawasan yang telah dijelaskan yang meliputi tiga fungsi campuran, ketiga-tiganya mengandung muatan kegiatan konservasi dan pengembangan. Uraian tentang hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 1. Tiga fungsi dalam dualisme sifat kegiatan Fungsi Sosial Ekonomi Budaya Kegiatan Konservasi Pengembangan Pelestarian Penerimaan pihak nilai-nilai Jawa keraton terhadap dan kebijakan kegiatan sosial sosial keraton Pelestarian batik dan souvenir kebudayaan Jawa Ritual Budaya Peninggalan Budaya Perdagangan batik dan souvenir kebudayaan Jawa Wisata budaya 3. Adanya elemen-elemen penanda kawasan yang berbeda yaitu elemen lama (dibuat oleh pihak keraton) dan elemen baru (dibuat oleh pihak peerintah Kota) yang saling berdampingan posisi dan membentuk komposisi ruang kawasan baru. 4. Posisi alun-alun utara terhadap keraton yaitu sebagai halaman depan dan halaman belakang sebagai posisi yang bertentangan namun masing-masing anggapan memiliki alasan logis yaitu; 1). Yang menyatakan bagian belakang memahami bahwa keraton (dalem Prabasuyasa) menghadap ke selatan sehingga utara adalah bagian belakang dan, 2). Yang menyatakan bagian depan menganggap bahwa alun-alun utara lebih besar, lebih terbuka dan lebih ramai. Bagian depan keraton juga dinyatakan dengan alasan adanya Gapura pamurakan dan Bunderan Gladag. 5. Suasana rapi dan suasana tidak rapi (saling bertentangan) dapat dipahami dan ditangkap secara bersamaan oleh masyarakat

8 ISSN No Media Bina Ilmiah 53 c. Alun-alun utara sebagai lapangan pusat kota (central square) dengan tingkat kebebasan rendah (democraticity) akibat adanya batasan dari pihak keraton. Menurut Stephen Carr (1992), tipologi ruang publik alun-alun utara Surakarta termasuk tipe ruang publik lapangan pusat kota (central square) karena alun-alun utara Surakarta sebagai bagian dari pengembangan sejarah yang berlokasi di pusat kota dan mampu mempengaruhi tatanan dan perancangan kota pada area sekitarnya. Dalam uraiannya dinyatakan bahwa alun-alun utara sebagai sebuah ruang publik memiliki tingkat kebebasan (democraticity) yang rendah akibat adanya batasanbatasan tertentu yang dibuat oleh pihak keraton. Batasan-batasan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Adanya pagar keliling memberikan batasan yang jelas tentang teritori ruang alun-alun utara. Beberapa ruang terbuka kota juga memiliki pagar keliling, namun perbedaannya adalah bahwa pagar keliling di alun-alun utara memiliki makna teritori oleh pihak keraton. 2. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kawasan ini harus atas persetujuan keraton karena beberapa area merupakan lahan milik keraton sehingga walaupun terlihat kawasan ini adalah kawasan kota namun sebenarnya sebagian besar adalah ruang privat keraton. Namun karena keraton adalah pusat pemerintahan masa lalu maka masyarakat diperbolehkan menggunakan area ini sebagai ruang publik dengan batasan jenis kegiatan yang dilakukan tidak boleh melanggar atau bertentangan dengan budaya Jawa (keraton). 3. Pihak yang melakukan kegiatan perdagangan dikelola oleh pemerintah namun atas ijin keraton sehingga kepatuhan mereka terhadap kebijakan keraton merupakan syarat utama diperolehkannya berdagang di area ini terutama yang berada di Pasar cinderamata, kios kacamata dan PKL. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Konsep kawasan alun-alun utara Surakarta berdasarkan persepsi masyarakat dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat tentang elemen setting dikategorikan dalam dua kelompok yaitu; 1). Alun-alun sebagai ruang milik Keraton Surakarta dan, 2). Alun-alun sebagai ruang milik kota Surakarta. Dari kedua kategori tersebut elemen setting alun-alun utara dilihat melalui aspek ruang, fungsi dan citra. Simbol arsitektur dari persepsi masyarakat pengguna tentang elemen setting kawasan meliputi dua kategori elemen yaitu elemen fixed dan non fixed diklasifikasikan dalam beberapa kategori simbol arsitektur. 2. Konsep yang terbangun atas dasar persepsi masyarakat tentang Alun-alun utara Surakarta adalah: a) Alun-alun utara Surakarta adalah kawasan dengan trifungsi (triple mixed used area) yang meliputi fungsi sosial, fungsi ekonomi dan fungsi budaya yang saling berkaitan. Ketiga fungsi ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu: 1) Alun-alun sebagai sebuah kawasan trifungsi dengan sistem pembagian zonasi yang saling bersinggungan. 2) Alun-alun sebagai sebuah ruang trifungsi dengan sistem shifting atau pergantian waktu penggunaan ruang. b) Alun-alun utara Surakarta memiliki dualisme wajah kawasan yang saling bertentangan yang dapat diterima oleh masyarakat secara bersamaan. Dualisme ini meliputi; 1). Kawasan sebagai ruang terbuka kota dan sebagai halaman keraton diterima oleh masyarakat secara bersamaan, 2). Kegiatan konservasi dan pengembangan berjalan bersamaan, 3). Adanya elemenelemen penanda kawasan yang berbeda yaitu elemen lama (dibuat oleh pihak keraton) dan elemen baru (dibuat oleh pihak peerintah Kota) yang saling berdampingan posisi dan membentuk komposisi ruang kawasan baru, 4). Posisi alun-alun utara terhadap keraton yaitu sebagai halaman depan dan halaman belakang sebagai posisi yang bertentangan dan, 5). Suasana rapi dan suasana tidak rapi dapat dipahami dan ditangkap secara bersamaan c) Alun-alun utara sebagai lapangan pusat kota (central square) dengan tingkat kebebasan rendah (democraticity) akibat adanya batasan dari pihak keraton. Alun-alun utara Surakarta termasuk tipe ruang publik lapangan pusat kota (central square) karena alun-alun utara Surakarta sebagai bagian dari pengembangan sejarah yang berlokasi di pusat kota dan mampu mempengaruhi tatanan dan perancangan kota pada area sekitarnya. Alun-alun utara sebagai sebuah ruang publik memiliki tingkat kebebasan (democraticity) yang rendah akibat adanya batasan-batasan tertentu yang dibuat oleh pihak keraton yaitu; 1). Akses yang terbatas dengan adanya pagar keliling, 2). Kegiatankegiatan yang akan dilakukan di kawasan

9 54 Media Bina Ilmiah ISSN No ini harus atas persetujuan keraton dan, 3). Pihak yang melakukan kegiatan perdagangan dikelola oleh pemerintah namun atas ijin keraton sehingga kepatuhan mereka terhadap kebijakan keraton merupakan syarat utama. DAFTAR PUSTAKA Bambowo, Laiya, 1983, Solidaritas Keluarga dalam Salah Satu Desa di Nias Indonesia, Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Carr Stephen-Mark Francis-Leanne G. Rivlin- Andrew M. Stone, 1992, Public Space, Cambride University Press, USA. Didik Nopianto A. Nugradi dan Eko Budi Santoso, 2002, Disintegrasi Ruang Kawasan Alunalun Utara Keraton Surakarta, Pasca Sarjana universitas Diponegoro, Semarang. Darmawan, Edy Ir. M.Eng, 2006, Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, Jakarta Lang Jon, 1994, Urban Design The American Experience, VNR, New York. Jenks Charles, Burnt Richard, Broadbent Geoffrey, 1980, Sign, symbol and architecture, john wiley & Sons, New York PPPPN-UGM, 1989, Studi Pemanfaatan Potensi Keraton Kasunanan Surakarta, Ditjen Pariwisata Bagian Proyek Studi Pengembangan Wisata. Qomarun & Budi Prayitno, 2007, Morfologi Kota Solo ( ), Dimensi Teknik Arsitektur Vol.35. Rapoport Amos, 1977, Human Aspect of Urban Form, Pergamon Press. Suharnan, 2005, Psikologi Kognitif, Penerbit Srikandi, Surabaya Hariyono, Paulus, Drs. MT, 2007, Sosiologi Kota Untuk Arsitek, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN Bab VI KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan Karakter suatu tempat berkaitan dengan adanya identitas, dimana didalamnya terdapat tiga aspek yang meliputi : aspek fisik, aspek fungsi dan aspek makna tempat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*) IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG Elong Pribadi**) dan Suning*) Abstrak Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 "Sunday Morning" di Kawasan Lembah UGM Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan yang cukup luas. Sebagai salah satu ruang terbuka hijau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter bentuk fisik suatu tempat perlu dikenali melalui elemen dasar lingkungan, bentuk ruang, dan kualitas nilai suatu tempat. Pemahaman makna tentang nilai, keunikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk memberikan definisi/pengertian dari judul yang dimaksud Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus maka perlu dijelaskan dari masing-masing

Lebih terperinci

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi

Lebih terperinci

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENATAAN KAWASAN ALUN-ALUN BANJARNEGARA SEBAGAI KAWASAN FESTIVAL YANG REKREATIF A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PENATAAN KAWASAN ALUN-ALUN BANJARNEGARA SEBAGAI KAWASAN FESTIVAL YANG REKREATIF A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arsitektur signage dikenal sebagai alat komunikasi dan telah digunakan sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG 124 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG Wiwik Dwi Susanti Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT i MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Diterbitkan Oleh: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 2014 ii MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MARTINA PUNGKASARI L2D 304 157 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai identitas Kota Bandung ini adalah dengan merancang identitas yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri. PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Oleh: Yunandini Galih Prastyani L2D303307 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IV.1 Urban Design IV.1.1 Demolisi Bangunan Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Upaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ruang bersama/ ruang komunal/ ruang publik menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk beraktivitas secara personal maupun berkelompok. Ruang publik dapat berupa ruang

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAN KAWASAN KORIDOR JALAN GATOT SUBROTO SURAKARTA Sebagai kawasan wisata belanja yang bercitra budaya Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D

PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh : APIT KURNIAWAN L2D PENGARUH REVITALISASI TERHADAP KAWASAN ALUN-ALUN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : APIT KURNIAWAN L2D 099 404 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada

dipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang to 1.1.1 Umum Berbagai langkah kebijaksanaan pemerintah daerah Surakarta telah dilakukan dalam mengembangkan tempat kepariwisataan terhadap daerahdaerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata. BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Perancangan Peningkatan devisa negara adalah hal yang penting untuk keberlangsungan pembangunan negara, sehingga pemasukan devisa seharusnya ditingkatkan.

Lebih terperinci

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN POLA RUANG AKTIVITAS DEMONSTRASI DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : NURUL FATIMAH Y.M. L2D 002 422 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai 2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan BAB 6 PENUTUP Pada bab ini disampaikan kesimpulan hasil studi pengembangan konsep revitalisasi tata lingkungan tradisional Baluwarti, saran untuk kepentingan program revitalisasi kawasan Baluwarti, dan

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-18 Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang Gracia Etna Criestensia dan Hari Purnomo Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang Adhi Widyarthara

Lebih terperinci

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Pentingnya Peran Pantai Baron sebagai Tujuan Wisata Pantai Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa potensi bahari yang sangat menjanjikan antara lain Pantai Baron,

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari berbagai analisa dan uraian yang terkait dengan dinamika ruang publik eksklusif dan inklusif di permukiman masyarakat menengah ke bawah, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

Pengaruh keberadaan Beteng Trade Centre ( BTC )dan Pusat Grosir Solo ( PGS ) terhadap mobilitas perdagangan pasar batik klewer

Pengaruh keberadaan Beteng Trade Centre ( BTC )dan Pusat Grosir Solo ( PGS ) terhadap mobilitas perdagangan pasar batik klewer Pengaruh keberadaan Beteng Trade Centre ( BTC )dan Pusat Grosir Solo ( PGS ) terhadap mobilitas perdagangan pasar batik klewer Oleh : Susetiyoko K 7402155 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggi

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional sejak jaman dulu memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi rakyat, selain itu juga berfungsi sebagai tempat bermuaranya produk-produk rakyat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch. a. Path (jalur)

BAB VI KESIMPULAN. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch. a. Path (jalur) BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan hasil temuan terhadap studi Citra Kota Maumere di Nusa Tenggara Timur, dapat disimpulkan sebagai berikut : V.1. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Alasan Pemilihan Judul Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya, sangat kuat memegang tradisi pesantren yang hampir di setiap kecamatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang What attracts people most it would appear, is other people, kalimat ini dikutip dari William H. Whyte (1985). Salah satu indikasi suksesnya ruang publik adalah banyak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR Oleh : HALIMAH OKTORINA L2D000429 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No. 1 (2014), 316-320 316 Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru Anthony Oetomo dan Ir. St. Kuntjoro Santoso, M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl.

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vandalisme Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN BETENG TRADE CENTER (BTC) DAN PUSAT GROSIR SOLO (PGS) TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN PASAR BATIK KLEWER

ANALISIS KEBERADAAN BETENG TRADE CENTER (BTC) DAN PUSAT GROSIR SOLO (PGS) TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN PASAR BATIK KLEWER ANALISIS KEBERADAAN BETENG TRADE CENTER (BTC) DAN PUSAT GROSIR SOLO (PGS) TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN PASAR BATIK KLEWER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org) Bab 1 Pendahuluan - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Masyarakat perkotaan sebagai pelaku utama kegiatan di dalam sebuah kota, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor menjanjikan bagi pendapatan devisa negara. Melalui pariwisata keragaman potensi di setiap daerah dapat disorot untuk dipromosikan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN Fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa memiliki dimensi dan fungsi ganda. Seni pertunjukan Jawa selain sebagai ekspresi estetik manusia, tidak jarang menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci