BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Teguh Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identitas kota merupakan salah satu unsur penting yang dapat menggambarkan jati diri dari suatu kota. Namun globalisasi turut memberikan dampak pada perkembangan kota terutama pada identitas, yang dapat dirasakan pada lingkungan fisik kota, sosial, budaya dan ekonomi. Fenomena demikian tentu secara perlahan akan menghilangkan jati diri suatu kota yang telah lama terbentuk, misalnya yang berasal dari sejarah. Kota memiliki karakter yang menunjukkan ciri khas sehingga dapat membedakan suatu kota dengan kota lain. Karakter tersebut kemudian dikenal sebagai identitas kota, yang dapat memudahkan kota untuk dikenali dan diingat. Menurut Lynch (1960), identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial ekonomi masyarakat itu sendiri. Dengan identitas pula ciri khas yang dimiliki dapat membentuk kepekaan setiap orang terhadap suatu tempat (sense of place). Arah perkembangan kota belum tentu dapat menyelamatkan karakter yang telah membentuk identitas kota. Hal ini dikarenakan perkembangan kota memberi dampak yang besar, berupa perubahan secara bentuk fisik kota hingga gaya hidup masyarakat sehingga karakter yang menjadi identitas kota tidak dapat dipertahankan. Saat ini terdapat beberapa kota yang telah berusaha menjaga dan meningkatkan identitas dengan menjadikan visi pembangunan, sehingga memunculkan program-program pembangunan yang berupaya mendukung keberlanjutan identitas kota. Adapun kota yang telah menjadikan identitas sebagai branding dari kota diantaranya Kota Surabaya, Bali, Yogyakarta sedangkan sebagian besar kota-kota di Indonesia masih sedikit memberi perhatian lebih pada identitas kota. 1
2 Salah satu kota yang turut merasakan dampak dari perkembangan kota yaitu Kota Meulaboh yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Pertumbuhan Kota Meulaboh telah dihiasi oleh sejarah perjuangan salah satu pahlawan nasional yaitu Teuku Umar dan keluarga serta para pejuang tanah air lainnya saat melawan Belanda. Tidak hanya sebagai saksi perjuangan Teuku Umar dalam mempertahankan tanah air dari tangan Belanda, Kota Meulaboh juga menjadi tempat lahir dan gugurnya pahlawan Teuku Umar serta dimakamkan pada salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat. Hal tersebut menjadikan Kota Meulaboh dikenal dengan sebutan Bumi Teuku umar. Identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar ditandai dengan berbagai peninggalan sejarah dan situs-situs yang dibangun untuk mengenang jasa pahlawan. Salah satu situs sejarah yaitu Monumen Kupiah Meukeutop, berbentuk seperti topi yang biasanya digunakan oleh Teuku Umar. Kupiah Meukeutop telah menjadi simbol yang dapat menggambarkan Teuku Umar hingga saat ini. Namun Monumen Kupiah Meukeutop yang dibangun sebagai penanda lokasi gugurnya pahlawan Teuku Umar, kini dalam keadaan yang tidak terawat dan tidak terkelola sehingga situs ini tidak memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Ketidakpedulian tersebut juga membuat Kawasan Kupiah Meukeutop nyaris tidak berkembang dan terbengkalai. Padahal bentuk Monumen Kupiah Meuketop telah menjadi wajah dari identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar. Oleh karena itu, penyediaan kawasan rekreasi sebagai upaya peningkatan identitas kota merupakan salah satu alternatif yang diambil untuk meningkatkan daya tarik kawasan sehingga dapat mempertahankan identitas. Konsep kawasan rekreasi berbasis edukasi akan mengedepankan edukasi sejarah perjuangan para pahlawan dan edukasi sejarah kebencanaan sehingga dapat memberi ingatan, pembelajaran dan pengetahuan kepada masyarakat terhadap apa yang telah terjadi dimasa lalu. Dengan demikian, sejarah yang tumbuh di Kota Meulaboh dapat diingat, dicintai dan dilestarikan oleh semua kalangan masyarakat lokal dan juga memberikan pengetahuan 2
3 bagi pengunjung dari luar daerah secara menarik. Penguatan identitas kota diharapkan dapat memunculkan brand Bumi Teuku Umar hingga dapat dikenali secara luas dan memicu pengembangan rekreasi dan pariwisata sejarah. 1.2 Permasalahan Identitas kota sangat penting untuk dipertahankan agar tidak menghilangkan karakter dan sejarah yang dimiliki suatu kota. Melalui identitas, Kota Meulaboh akan lebih dikenal dengan unsur yang khas dan unik yang tidak ditemui didaerah lain. Namun setelah melihat kondisi saat ini, identitas Kota Meulaboh memiliki permasalahan yang ditunjukkan dari identitas fisik yang cenderung tidak memberikan daya tarik akibat tidak adanya upaya pemeliharaan dan kurangnya kegiatan disekitarnya. Oleh karena itu, indikasi penurunan identitas kota Meulaboh menjadi permasalahan utama yang ditemukan. Selain itu, ditemukan beberapa permasalahan identitas kota yang terdapat pada Kawasan Kupiah Meukeutop. Gambar 1.1 Permasalahan Kawasan Perencanaan Sumber : Analisis Penulis (2015) 3
4 Adapun kelompok masalah yang diambil sebagai permasalahan utama pada Kawasan Kupiah Meukeutop diantaranya : a. Penurunan kualitas visual lingkungan b. Rendahnya aktivitas pada kawasan c. Rendahnya makna dan transfer pengetahuan sejarah Ketiga permasalahan diatas merupakan komponen utama pembentuk identitas kota sehingga menjadi prioritas masalah yang harus ditangani agar terbentuknya keberlanjutan identitas kota. 1.3 Tujuan Perencanaan Tujuan utama perencanaan yang dilakukan adalah merumuskan rencana kawasan rekreasi sejarah yang dapat mengedukasi masyarakat sebagai upaya mendukung dan mempertahankan identitas kota dalam bentuk fisik, visual dan kegiatan pada Kawasan Kupiah Meukeutop. Dengan demikian dapat memberikan daya tarik pada identitas Kota Meulaboh serta menjadi peluang pengembangan rekreasi dan pariwisata. Adapun rincian tujuan perencanaan yang dimaksud, meliputi : a. Mengidentifikasi kondisi eksisting identitas Kota Meulaboh sebagai Bumi Teuku Umar. b. Mewujudkan penataan ruang pada kawasan Monumen Kupiah Meukeutop dengan penguatan karakter identitas kota sesuai dengan fungsi yang tepat. c. Merencanakan identitas fisik yang menjadi inti dari ruang rekreasi berupa atribut fisik yang mengandung nilai sejarah sebagai rekreasi historis dan landmark kawasan d. Merencanakan identitas non fisik, berupa kegiatan sosial, ekonomi sebagai pendukung aktivitas masyarakat dikawasan rencana e. Merencanakan sarana dan prasarana penunjang kawasan untuk meningkatkan pelayanan rekreasi dan peningkatan aksesibilitas f. Meningkatkan kualitas visual lingkungan agar dapat memberikan daya tarik 4
5 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup digunakan untuk pembatasan lingkup perencanaan agar tidak terjadi perluasan perencanaan. Adapun ruang lingkup yang dimaksud terdiri dari lokasi, fokus, periode dan produk perencanaan, dengan uraian sebagai berikut : Lokasi Perencanaan Perencanaan kawasan berada di kawasan keberadaan Monumen Kupiah Meukeutop. Setelah melakukan delineasi, kawasan tersebut kemudian disebut dengan Kawasan Kupiah Meukeutop yang menjadi kawasan perencanaan. Terletak dibagian pesisir Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan. Pantai dan monumen akan diintegrasikan untuk mewujudkan peningkatan daya tarik sebagai kawasan rekreasi historis dan rekreasi alam. Secara administratif, kawasan perencanaan berbatasan : a. Sebelah Utara : Desa Suak Ribee b. Sebelah Barat : Samudera Hindia c. Sebelah Timur : Desa Ujong Baroh d. Sebelah Selatan : Samudera Hindia = Lokasi Kawasan Perencanaan Gambar 1.2 Orientasi Kawasan Perencanaan terhadap Kota Meulaboh Sumber : Bappeda Kab. Aceh Barat (2010) 5
6 Lokasi perencanaan berada diantara perbatasan Desa Ujong Kalak dan Desa Kuta Padang, dekat dengan pusat Kota Meulaboh. Batasan kawasan perencanaan dilakukan berdasarkan batasannya dengan tepi air yaitu sungai dan laut. Sedangkan ketertarikan terhadap lokasi dikarenakan kawasan memiliki potensi dari situs sejarah yang dimiliki dan berada di tepian pantai dengan panorama yang indah. Namun kawasan masih sepi kunjungan dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk aktivitas sehari-hari masyarakat. = Lokasi Monumen = Batas Lokasi Perencanaan Gambar 1.3 Kawasan Kupiah Meukeutop Sumber : Google Earth (2015), survei lapangan (2015) 6
7 1.4.2 Fokus Perencanaan Fokus pada perencanaan ini adalah peningkatan identitas kota melalui tiga komponen utama yaitu lingkungan fisik, aktivitas serta menciptakan makna kawasan. Ketiga komponen tersebut merupakan permasalahan utama yang akan diselesaikan melalui perencanaan beberapa elemen, diantaranya guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, sirkulasi, fasilitas dan utilitas, tata kualitas lingkungan serta aktivitas. Selain itu, Kawasan Kupiah Meukeutop menjadi fokus perencanaan karena memiliki nilai historis dan terdapatnya situs sejarah Teuku Umar serta lokasi yang strategis berada didekat pusat Kota Meulaboh Periode Perencanaan Waktu yang diperlukan dalam perencanaan diperkirakan kurang lebih 7(tujuh) bulan, dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2015 yang dimulai dengan tahap perencanaan dan tahap implementasi sesuai tahun penganggaran. Sedangkan waktu implementasi rencana diperkirakan dalam jangka waktu 20 tahun Produk Perencanaan Proses perencanaan akan menghasilkan suatu keluaran atau capaian. Adapun produk perencanaan kawasan rekreasi edukasi, diantaranya : a. Analisis Permasalahan dan Potensi Merupakan analisis secara rinci kondisi eksisting kawasan dengan penilaian terhadap kriteria yang ditetapkan. Dengan demikian terlihat adanya ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dan teori yang berkembang. Analisis ini sangat penting dalam proses perencanaan yang menentukan arahan pengembangan kawasan pada tahap perencanaan. b. Konsep Pengembangan Kawasan Merupakan arahan rencana terhadap Kawasan Kupiah Meukeutop yang memiliki tujuan sesuai dengan konsep pengembangan yang digunakan. Pada bagian ini terdapat visi dan misi pengembangan Kawasan Kupiah Meukeutop 7
8 yang disertai dua alternatif rencana yang berbeda. Selain itu juga menghasilkan peta masterplan yang berasal alternatif rencana terpilih. c. Konsep Desain Merupakan rencana fisik terhadap elemen rencana yang telah ditetapkan diantaranya guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, sirkulasi, fasilitas dan utilitas, tata kualitas lingkungan serta aktivitas. d. Peta Tematik Berupa peta hasil analisis maupun rencana Kawasan Kupiah Meukeutop dengan skala 1 : Sedangkan pendetailan spot-spot rencana dilakukan dengan skala 1 : 100. e. Desain 3D Berupa gambar-gambar hasil rencana fisik Kawasan Kupiah Meukeutop yang ditunjukkan pada Bab IV (rencana) yang menggambarkan detail rencana kawasan secara visual dalam bentuk tiga dimensi. 1.5 Penelitian dan Perencanaan Terkait Dalam merumuskan perencanaan, penulis memperoleh berbagai informasi dari penelitian terkait yang dapat mendukung analisis dan perencanaan. Terdapat beberapa penelitian mengenai identitas kota, namun belum terdapat mengenai perencanaan. Berikut adalah beberapa penelitian yang mendukung, diantaranya : a. Pemanfaatan Kawasan Tepi Pantai Untuk Rekreasi Dalam Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City, tahun 2005 Oleh : M. Tahir Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan ruang kawasan tepi pantai dengan identifikasi kondisi eksisting menggunakan analisis SWOT. Adanya permasalahan belum optimalnya pemanfaatan potensi kawasan pesisir Kota Tanjungpinang terutama kawasan tepi pantai sebagai kawasan rekreasi pantai memberikan ketertarikan penulis untuk mengkaji masalah dan potensi menemukan 8
9 strategi yang tepat untuk pemanfaatan ruang kawasan tepi pantai Kota Tanjungpinang. b. Pengaruh Waktu Terhadap Identitas dan Image Kawasan, tahun 2008 Oleh : Tito Alfani Penelitian ini memberi gambaran mengenai peran waktu dalam membentuk identitas dan image suatu kawasan dan bagaimana elemen-elemen fisik dan non fisik dalam suatu kawasan dapat berubah karena pengaruh waktu. Selain itu juga melihat hubungan antara identitas dan image serta peran dari image sebagai suatu interpretasi dari seseorang maupun masyarakat. Adapun metode yang digunakan yaitu deduktif kualitatif dengan studi literatur dan membandingkan teori dengan apa yang terjadi. Penelitian ini berbeda fokus dengan perencanaan yang dilakukan, namun memiliki tinjauan beberapa tinjauan teori yang sama seperti identitas kota dan hubungannya dengan citra serta dapat mengetahui bagaimana waktu dapat mempengaruhi identitas. c. Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat, tahun 2011 Oleh : Jenny Ernawati Penelitian ini mengkaji konsep place identity dan dengan fokus menggali faktor apa saja yang menjadi dasar evaluasi masyarakat terhadap place identity di perkotaan. Melalui prinsip-prinsip identitas yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dirumuskan lima aspek identitas tempat yang menjadi dasar evaluasi yang dilakukan masyarakat, diantaranya continuity, attachment, familiarity, commitment, dan external evaluation. Adapun hasil yang temukan berupa faktor yang paling mendasari evaluasi masyarakat terhadap identitas tempat. Penelitian dilakukan di Kota Malang mencakup lima kecamatan yang merupakan kota bersejarah bekas hunian peninggalan kolonial yang kaya akan artefak dan bangunan bersejarah dengan sampel seluruh masyarakat di Kota Malang. Dengan metode deskriptif penelitian dilakukan melalui survei yang kemudian diolah. Penelitian ini mendukung perencanaan dalam menentukan aspek identitas tempat 9
10 yang digunakan sebagai kriteria perencanaan, namun tetap dilakukan adaptasi dengan kondisi empiris wilayah perencanaan. d. Identifikasi Citra Kota Cimahi Sebagai Kawasan Militer Berdasarkan Persepsi Masyarakat, tahun 2011 Oleh : Rahadiyan Eka Putera Penelitian ini dilakukan di Kota Cimahi dengan lokasi sampel yang dipilih yaitu di Kecamatan Cimahi Tengah dikarenakan sebagian besar sarana dan prasarana kegiatan militer terdapat di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi citra Kota Cimahi berdasarkan persepsi masyarakat kaitannya penetapan Kota Cimahi sebagai Kawasan Militer pada tahun 2010 oleh pemerintah. Selain itu penulis juga mengidentifikasi terlebih dahulu elemen pembentuk citra Kota Cimahi sebagai kawasan militer. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk mengukur persepsi masyarakat terhadap elemenelemen pembentuk citra Kota Cimahi. Penelitian ini mendukung perencanaan dalam hal melihat hubungan identitas dan citra kota. Namun fokus penelitian sangat berbeda dan berbeda pula metode yang digunakan. e. Pembentukan Identitas Kota Solo oleh Pemerintah Kota Solo, tahun 2012 Oleh : Elizabeth Widiati Pertiwi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Pemkot Solo dalam pembentukan city branding sebagai kota festival yang dimulai dengan membahas pembentukan identitas kota Solo sebagai Kota Festival terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan mendalam pada subjek penelitian yaitu Pemerintah Kota Solo, strategi dan program pemerintah mengenai city branding. City branding menjadi fokus penelitian ini. Terdapat perbedaan antara penelitian dan perencanaan yang dilakukan penulis terutama pada fokus yang digunakan. 10
11 f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Kudus Mengenai Identitas Kota Kabupaten Kudus Sebagai Kota Kretek, tahun 2013 Oleh : Tities Okta Vianingrum Kristianty Penelitian ini membahas tentang identitas kota di Kabupaten Kudus yang memiliki sejarah dan budaya kretek hingga menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Kudus. Fokus dari penelitian yakni faktor-faktor fisik yang dapat dilihat langsung hingga membentuk persepsi masyarakat Kudus. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Adapun hasil yang diharapkan yaitu adanya persepsi masyarakat Kudus mengenai identitas kota Kudus yang mampu mencerminkan kreativitas dan kekuatan warga Kudus sebagai peracik rokok kretek yang digemari dan diakui secara nasional bahkan internasional. Penelitian ini memiliki landasan teori identitas kota yang merupakan persamaan dengan perencanaan yang dilakukan. Namun elemen pembentukan identitas yang digunakan berbeda karena pada penelitian berfokus pada persepsi masyarakat terhadap identitas fisik yang terlihat sedangkan perencanaan akan merumuskan identitas fisik dan identitas non fisik. g. Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep Recreational Riverfront, tahun 2015 Oleh : Nasril Azmi Perencanaan ini dilatarbelakangi dari potensi kawasan yang dapat memicu pengembangan pariwisata dan dapat mengakomodasi minat rekreasi masyarakat. Kurangnya sarana dan prasarana bagi kegiatan rekreasi serta permasalahan pada sirkulasi menjadi fokus permasalahan kawasan sehingga diperlukan upaya perencanaan kawasan pariwisata dengan menggunakan konsep Recreational Riverfront. Dalam perencanaan yang penulis lakukan, juga menggunakan konsep recreational waterfront sehingga dapat diketahui cara analisis hingga merumuskan rencana kawasan rekreasi. Namun berbeda fokus, karena penulis mengutamakan nilai identitas kota dalam merencanakan kawasan rekreasi. 11
12 Tabel 1.1 Daftar Penelitian dan Perencanaan yang Terkait No Judul Peneliti Lokasi Keterangan 1 Pemanfaatan Kawasan M. Tahir Kawasan Tepi Tesis Tepi Pantai Untuk Laut Kota Universitas Rekreasi Dalam Tanjungpinang Diponegoro Mendukung Kota Tanjungpinang Sebagai Waterfront City (2005) 2 Pengaruh Waktu Tito Lebayoran dan Skripsi Terhadap Identitas dan Image Kawasan (2008) Alfani Menteng Jakarta Universitas Indonesia 3 Faktor-Faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat (2011) Jenny Ernawati Kota Malang Jurnal Universitas Bawijaya 4 Identifikasi Citra Kota Cimahi Sebagai Kawasan Militer Berdasarkan Persepsi Masyarakat (2011) 5 Pembentukan Identitas Kota Solo oleh Pemerintah Kota Solo (2012) Rahadiyan Eka Putera Elizabeth Widiati Pertiwi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah, Cimahi Selatan Kota Solo Skripsi UNIKOM Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana 6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Kudus Mengenai Identitas Kota Kabupaten Kudus Sebagai Kota Kretek (2013) 7 Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep Recreational Riverfront (2015) Sumber : Analisis Penulis (2015) Tities Okta V. Nasril Azmi Kabupaten Kudus Kawasan Pesisir Meuraxa Kota Banda Aceh Skripsi Universitas Atmajaya Yogyakarta Skripsi Universitas Gadjah Mada 12
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi sektor yang sangat berkembang di Indonesia. Sektor pariwisata dianggap mampu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata kini menjadi sektor yang sangat berkembang di Indonesia. Sektor pariwisata dianggap mampu untuk mengembangkan potensi yang ada di setiap daerah karena setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN Diajukan oleh
Lebih terperinciSTUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:
STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR Oleh : HALIMAH OKTORINA L2D000429 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencana kota harus memperhatikan upaya-upaya untuk membentuk citra kota dalam melakukan perencanaan dan penataan kota. Dalam hal ini, Shirvani (1985) mengungkapkan
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak
Lebih terperinciHILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pintu gerbang suatu wilayah merupakan bagian yang penting bagi sebuah wilayah. Kawasan pintu gerbang merupakan cerminan yang langsung terlihat oleh pendatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wisata di Aceh saat ini sangatlah besar, dan banyak yang belum dimanfaatkan sebagai objek wisata disetiap daerah. Hampir semua kabupaten di Aceh memiliki keunggulan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:
BAB III MTOD PRANCANGAN 3.1. Pencarian Ide Perancangan Dalam perancangan, proses dan tahapan kajian yang digunakan dalam perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut: a. Fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis
Lebih terperinciKONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI
KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI 1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI PARANGTRITIS
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( L P 3 A ) HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: Nama : Lina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon adalah kota strategis yang terletak diujung timur pantai utara Jawa Barat, faktor tersebut membuat kota ini berkembang menjadi sebuah kota yang maju. Kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, memiliki implikasi yang sangat luas dan menyeluruh dalam kebijaksanaan dan pengelolaan daerah. Wilayah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan
Lebih terperinci2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH
2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sumber daya alam laut di Indonesia memiliki kualitas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam laut di Indonesia memiliki kualitas dan keindahan alami yang berpotensi menjadi tujuan wisata. Sayangnya potensi wisata ini belum ditangani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk
Lebih terperinciPERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR
PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : YUNIKE ELVIRA SARI L2D 002 444 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui
Lebih terperinciREKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015, sektor pariwisata di Indonesia dinilai sebagai yang paling siap untuk menghadapi gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah dengan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Temajuk merupakan sebuah desa dengan luas wilayah kurang lebih 2.300 ha dan jumlah penduduk sebanyak 1.820 jiwa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar
Lebih terperinciKAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
Lebih terperinciPenetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat
C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu tempat wisata yang terkenal mampu mendatangkan keuntungan yang besar bagi negara yang memilikinya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
Lebih terperinciPERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR
PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : ISNURANI ANASTAZIAH L2D 001 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciPENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN PENYUSUNAN RENCANA INVESTASI Setelah ditetapkan lokasi yang akan dibuatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH DI KABUPATEN TEGAL
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI PURWAHAMBA INDAH DI KABUPATEN TEGAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam
BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi sangat berpengaruh terhadap tolak ukur maju atau tidaknya keberadaan suatu daerah. Pengaruh tesebut akan muncul dan terlihat melalui sebuah kompetisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Kediri memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis. Terletak di jalur lintas wisata regional kota Blitar, Tulungagung dan Trenggalek, juga
Lebih terperinciPenataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciEkowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surakarta merupakan salah satu kota pariwisata yang menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Surakarta ini mengusung
Lebih terperinciPerencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat
Perencanaan Pembangunan Kelembagaan Riset Kelautan dan Perikanan di Pangandaran PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penataan tepi pant ai kini menjadi suatu hal yang diutamakan dalam pengembangan potensi wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia
Lebih terperinciKONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus
30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan tempat di mana berbagai kalangan dengan berbagai macam latar belakang berkumpul untuk melakukan interaksi sosial, mulai dari masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wisata di Aceh saat ini sangatlah besar, dan banyak yang belum dimanfaatkan sebagai objek wisata di setiap daerah. Hampir semua kabupaten di Aceh memiliki keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, tingkat kebutuhan manusia akan wisata kian berkembang dan menjadi lebih mudah orang-orang melakukan perjalanan. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kondisi perekonomian nasional mendorong orientasi pembangunan Kota DKI Jakarta kearah barang dan jasa. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK Sungai Kapuas merupakan sebuah fenomena alam yang sudah menjadi ikon bagi kota Pontianak dimana kawasan tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan membahas mengenai pendahuluan. Adapun aspek yang dibahas meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian yang akan digunakan seperti data primer,
Lebih terperinciREDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO
Lebih terperinci