KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM BAHASA BANJAR DAN CARA PANDANG MASYARAKAT PENUTURNYA (SEBUAH KAJIAN ETNOLOGI AWAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM BAHASA BANJAR DAN CARA PANDANG MASYARAKAT PENUTURNYA (SEBUAH KAJIAN ETNOLOGI AWAL)"

Transkripsi

1 KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM BAHASA BANJAR DAN CARA PANDANG MASYARAKAT PENUTURNYA (SEBUAH KAJIAN ETNOLOGI AWAL) Siti Jamzaroh Balai Bahasa Banjarmasin LATAR BELAKANG Bahasa merupakan salah satu budaya yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia. Melalui bahasa nilai-nilai norma, etika, sosial, sikap dan cara pandang masyarakatnya dapat diungkapkan. Kajian etnolinguistik tidak terlepas dari hipothesis Sapir-Whorf. Hipothesis Sapir- Whorf (Sapir-Whorf Hipothesis) antara lain: (1) linguistic relativity, hipothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut; (2) linguistics determinans, hipothesis yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara individu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa. Jadi pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui aspek formal bahasa, yakni tatabahasa dan leksikon. Tatabahasa dan leksikon bahasa menjadi penentu representasi konseptual yang ada dalam pengguna bahasa tersebut (Widhiarso, hal 2-3 ). Penalaran konsep ruang dan waktu merupakan salah satu dari beberapa konsep kebahasaan yang dapat mengungkapkan pola pikir masyarakat etnis tertentu. Latar belakang ekologi hidup etnis yang berbeda tentu akan memperlihatkan konsep ruang dan waktu yang berbeda pula. Masyarakat Banjar merupakan masyarakat tutur asli Banjar yang mendiami seluruh wilayah geografis di seluruh wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Selatan. Daud (1997: 38) menyatakan bahwa daerah pemukiman para imigran Melayu, inti nenek moyang orang Banjar, yang mula-mula adalah lembah-lembah sungai Martapura, sungai Negara, dan sungai-sungai lain yang semuanya merupakan cabang-cabang sungai Negara. Yang terpenting adalah sungai-sungai Tabalung: Balangan, (Batang) Alai, Labuhan Amas, Amandit, dan Tapin. Selanjutnya, Daud juga menambahkan bahwa pemusatan penduduk yang besar dahulu juga terletak di tepi-tepi sungai tersebut, yaitu di tebing-tebing sungai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang umumnya berupa rawa-rawa. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Banjar dalam memahami konsep ruang dan waktu tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kajian difokuskan pada leksikon dan rangka wacana. Cara pandang merupakan salah satu cermin kearifan lokal yang akan sangat bermanfaat karena dengan data kebahasaan yang ada dapat ditelaah tentang banyak hal mengenai pola pikir, pandangan dunia masyarakat. Keseluruhan nilai-nilai tersebut akan terjalin dan terajut dalam teks kearifan lokal. KERANGKA TEORI Dalam tulisan ini akan dibahas dua hal, yakni konsep ruang dan waktu atau kewaktuan. Oleh karena itu, kerangka teori yang digunakan terkait kedua hal tersebut. Konsep Ruang Konsep ruang menurut Aristoteles adalah konsep tempat yang dipikirkan sebagai lokasi absolut (dalam sebuah tempat dalam sebuah kosmis) dari suatu hal (atau batas suatu figur). Hal-hal yang cenderung mencari tempat-tempat alamiahnya di alam semesta (Bagus, 2000:963). Tempat alamiah yang dimaksud adalah arah mata angin.

2 Effendi (1996: 22) menjelaskan bahwa konsep ruang dapat dilihat sebagai (a) letak sesuatu, baik bersifat mutlak maupun relatif, dan (b) arah sesuatu, baik yang menyatakan asal, tujuan maupun jarak sesuatu dalam hubungan dengan suatu peristiwa (keadaan, kejadian, atau perbuatan). Sejalan dengan hal tersebut, Mahsun (2005) menyatakan bahwa konsep ruang yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan nomina ruang. Nomina ruang adalah nomina yang menyatakan tempat segala sesuatu yang ada. Namun demikian, pembatasan nomina ruang tetap dilakukan, yakni yang berhubungan dengan pemarkah arah, tempat, letak atau asal segala. Dalam hal ini nomina ruang yang diawali dengan preposisi. Konsep Waktu Plato memandang waktu adalah gambaran keadaan yang sempurna yang bergerak. Dengan ini Plato mengartikan waktu sebagai tiruan tidak sempurna dari alam bentuk-bentuk ideal sempurna yang tidak berwaktu dan tidak berubah. (Bagus, 2000: 1174). Dalam pengertian ini, kewaktuan dikonsepkan dan dipahami sesuai dengan pola pikir seseorang dalam memahami perubahan gejala alam yang di sekitarnya sebagai pemarkah waktu. Chung (1985:99) menyebutkan bahwa kala waktu menunjukkan waktu tertentu terjadinya sebuah peristiwa dengan mengacu pada titik tertentu pada dimensi waktu yang disebut dengan lokus kala waktu. Lokus kala waktu yang dipilih biasanya mengacu pada waktu terjadinya tindak tutur. Comrie (1976:2-3) menyatakan bahwa kala waktu yang paling umum ditemukan dalam bahasa-bahasa dunia adalah kala kini, kala lampau dan kala akan datang. Apabila waktu terjadinya sebuah peristiwa sebelum lokusi kala waktu, maka terwujudlah kala waktu lampau; apabila waktu terjadinya sebuah peristiwa temasuk dalam lokusi kala waktu maka terwujudlah kala waktu kini; dan kala akan datang digunakan apabila sebuah peristiwa terjadi setelah lokusi kala waktu. Aspek adalah cara pandang yang berbedabeda dalam pengamatan konstituensi internal sebuah situasi. Samsuri (1993: 252) menambahkan bahwa bahasa-bahasa bukan fleksi seperti halnya bahasa Indonesia tidak mempergunakan perubahan morfologi untuk menyatakan aspek, melainkan memakai partikel-partikel yang menunjukkan keadaan, peristiwa, atau kejadian. Lyons (1977: ) dalam (Mahsun, 2005) dia membagi pengelompokkan waktu bersifat dinamis (deiktis) dan statis (nondeiktis). Bersifat dinamis karena unsur bahasa yang digunakan untuk menyatakan waktu dengan makna temporal jelas jika dihubungkan dengan suatu acuan. Acuan diganti makna semantisnya berubah. Bersifat nondeiktis karena perubahan peristiwa dalam waktu disebabkan oleh pusat deiktis yang berubah tempatnya dalam jarak waktu. Artinya, jarak antara pusat deiktis dengan peristiwa berubah sesuai dengan pusat deiktis dalam waktu. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik rekam, observasi, studi pustaka, sedangkan teknik kajiannnya yang digunakan adalah teknik pelesapan dan penyulihan. Teknik pelesapan digunakan untuk mengetahui sifat kehadiran kedua leksikon, dna teknik penyulihan digunakan untuk mengetahui kesinoniman keduanya. Data berupa data primer berupa hasil wawancara dengan informan asli penutur dialek Banjar Hulu, data sekunder berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dari penulis sendiri. PEMBAHASAN Pemukiman masyarakat Banjar banyak terdapat di lembah-lembah sungai, khususnya sungai Martapura (wilayah dialek Banjar Kuala) dan sungai Negara dan anak-anak cabangnya (wilayah dialek Banjar Hulu) Pada masa lalu, aliran sungai merupakan jalur transportasi utama di semua wilayah Kalimantan Selatan, mengingat topografi wilayah ini yang lebih banyak rawa-rawa daripada dataran tanah yang padat. Kondisi ekologi ini membawa pengaruh pada penalaran konsep ruang dan waktu pada masyarakat Banjar. Konsep Ruang Masyarakat tradisional Banjar mengenal konsep ruang yang bersifat relatif. Artinya, arah, letak, dan asal yang ditunjuk seseorang di suatu tempat tidak akan sama dengan letak yang ditunjuk di tempat yang lain.

3 Penanda nomina ruang secara sintaksis dalam bahasa Banjar, dan juga bahasa-bahasa daerah lain di nusantara adalah preposisi. Beberapa preposisi dalam bahasa Banjar memiliki kesamaan dengan preposisi dalam bahasa Indonesia. Preposisi tersebut antara lain: a) ka ke b) di di c) datang di /matan di dari (jauh) d) pada dari (dekat) Preposisi tersebut diikuti nomina ruang membentuk keterangan penjelas tempat atau ruang. Preposisi ka merupakan preposisi yang menandai makna arah yang dituju, dan preposisi di menandai makna tempat yang dituju ; frase preposisional datang di/ matan di menandai makna arah datang (jauh), dan preposisi pada menandai makna arah datang (dekat). a. Arah Konsep ruang terkait dengan arah mata angin adalah nomina ruang dalam bahasa Banjar berhubungan dengan kondisi geografis tempat bermukim masyarakat Banjar. Kondisi geografis wilayah ini yang lebih banyak berupa tanah rawa dan aliran-aliran sungai menyulitkan masyarakat Banjar tradisional untuk mempersepsikan arah mata angin. Konsep arah mata angin digantikan dengan leksikon hilir/kuala, hulu, matahari hidup, matahari pajah (kata pajah digunakan untuk benda mati, dan mati digunakan benda hidup), atas, bawah, dalam dan luar. Data berikut ini ditemukan di wilayah Nagara, Kab. Hulu Sungai Selatan.. (1) Rumah ini ampah matahari hidup Rumah ini menghadap (ke) timur (2). Jalan kipit ini manuju ampah matahari pajah. Jalan sempit ini menuju arah (ke) barat (3) Inya naik jukung manuju ampah ka hilir Dia naik perahu menuju arah hilir sungai (4) Acil datang ampah ka hulu. Dia datang (dari) arah hulu Penggunaan frase matahari hidup pada kalimat (1) Rumah ini ampah matahari hidup dalam berkomunikasi sehari-hari lebih mudah dipahami oleh masyarakat setempat dibandingkan dengan arah timur yang lebih abstrak. Demikian pula dengan frase matahari pajah pada kalimat (2) Jalan kipit ini manuju ampah matahari pajah yang berarti arah barat. Kata hidup dikontraskan dengan pajah mati sebagai penanda arah yang berlawanan. Pada kedua kalimat tersebut preposisi ka terinplisit dalam percakapan tersebut. (Bahasa Jawa: kata pajah mati untuk nomina insani, mati untuk nomina non-insani) Penggunaan frase ka hilir pada kalimat (3) inya naik jukung ampah ka hilir menunjukkan bahwa arah yang dimaksud adalah arah ke mana arah air sungai itu mengalir; demikian pula frase ka hulu pada kalimat (4) Acil hanyar datang di hulu yang menunjukkan arah ke mana arah sungai itu berasal/berhulu. Namun demikian arah ka hilir dan ka hilir bersifat deiktis, artinya tidak selalu menunjukkan arah ke utara atau ke selatan yang sama dalam setiap percakapan. Karena, pada kenyataannya arah aliran sungai selalu berkelokkelok.. Hal ini berbeda dengan masyarakat perkotaan yang jauh dari sungai. Kata hilir mengarah pada suatu tempat yang sudah maju, dan kata hulu mengarah pada tempat yang lebih sepi, udik atau kurang maju. Misalnya: (5) Kai itu bajajalanan ampah ka hilir Kakek nitu berjalan-jalan arah ke kota (tempat yang lebih ramai) (6) Inya datang ampah ka hulu. Dia datang (dari) arah ke desa/kampung (tempat yang lebih sepi) Konsep lain yang dikenal masyarakat Banjar yang temasuk dalam nomina ruang adalah konsep ka darat dan ka laut. Konsep ka darat dan ka laut merupakan konsep arah

4 dalam masyarakat nelayan. Kata darat berarti pantai dan laut berarti laut, atau air di mana perahu atau jukung berlayar. Kata darat mengandung makna (i) bagian permukaan bumi yang padat ; tanah yang tidak digenangi air (sebagai lawan dari laut atau air); (ii) tanah atau bumi; (iii) tanah yang tinggi sebagai lawan dari tanah yang rendah pantai, biasanya berpayapaya atau sebagai lawan dari tanah persawahan dan rawa-rawa (KBBI, 2002:237). Masyarakat tradisional Banjar juga menggunakan konsep darat dan laut dalam berkomunikasi, meskipun sedang tidak berada di pantai. Berikut ini kalimat yang mengandung konsep darat dan laut. (7) Mulai tangah ari hintadi, Abah Aban tulak ka darat. Sejak siang tadi, Abah Aban berangkat ke pehumaan. (8) Baisukan tadi, inya hanyar haja tulak ka laut. Pagi tadi, dia baru saja pergi ke jalan raya. b) Letak Pengungkapan konsep ruang yang berhubungan dengan letak sesuatu tempat dalam bahasa Banjar juga ditandai dengan penggunaan preposisi ka dan di. Jadi, preposisi ka dan di memiliki dua fungsi utama, yakni penanda arah dan tempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut ini. (9) Wayah tangah ari tadi, inya ada di warung Acil Rukayah Tadi siang, dia ada di warung Acil Rukayah. (10) Damini aku mahadangi ikam di rumah ikam Sekarang ini, saya menunggu kamu di rumahmu. (11) Burung punai itu bainggap di atas batang rambutan. Burung punai itu hinggap di atas pohon rambutan. (12) Sarkawi maandak parang di bawah pangguringan. Sarkawi meletakkan parang di bawah tempat tidur. (13) Jamban andaknya di balakang rumah. Jamban letaknya di belakang rumah Pada data (9) (13) preposisi di pada frase di warung Acil Rukayah, di rumah ikan, di atas batang rambutan, di bawah panggurungan dan di balakang rumah menunjuk pada satu titik tempat, disebut juga konsep nomina ruang tanpa dimensi (Effendi, 1993: ) Data (14)-(15) di bawah ini, preposisi di pada frase di lamari dan di (dalam) rumah menandai konsep nomina ruang tiga dimensi. (14) Baisukan tadi Acil Dahlia maandak ipuk di lamari. Tadi pagi, Acil Dahlia meletakkan dompet di lemari. (15) Inya mangiau anaknya mulai di (dalam) rumah Dia memanggil anaknya dari dalam rumah. Preposisi ka dan di dalam bahasa Banjar dapat juga diikuti oleh pronomina aku, inya, ikam, dll. Dalam situasi ini, preposisi ka dan di membentuk frase preposisional. (16) Ayuha ikam badahulu pada di aku, kawin ha lawan di inya Silakan kamu lebih dahulu dari aku, menikahlah dengan dia (17) Kanapa bukah ka aku? Mengapa lari ke (arah) aku? c) Asal Dalam konsep asal ini, nomina ruang didahului dengan frase datang di/ matan di atau pada yang digunakan sebagai pengganti preposisi dari. Berikut ini kalimat yang menggunakan frase datang di/ matan di (18) Nininya hanyar haja datang di Makah Neneknya baru (tiba) dari Makah.

5 (19) Datang di mana, Pian? Dari mana, Saudara. (20) Inya turun pada rumah. Dia turun dari rumah (21) Rumahnya kada talalu jauh pada balai adat nitu. Rumahnya tidak terlalu jauh dari balai adat nitu. Preposisi datang di/matan di pada kalimat (18), dan (19) digunakan menandai makna arah datang (jauh). Hal ini berbeda dengan penggunaan pada yang juga bermakna dari pada kalimat (20) dan (21) yang menandai makna arah datang (dekat) saja. Jadi ada perbedaan makna pada dalam bahasa Indonesia dengan pada dalam bahasa Banjar, yakni dalam bahasa Indonesia, preposisi pada menandai konsep ruang dalam dua dimensi (Effendi, 1993: 22). Untuk menjelaskan perbedaan penggunaan preposisi datang di/ matan di dengan pada dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut. (22a) Nininya hanyar haja matan di Makkah. (22b) *Nininya hanyar haja pada Makkah. (23a) Matan di mana, Pian? (23b) *Pada di mana, Pian? (24a) *Inya turun datang di rumah. (24b) * Inya turun matan di rumah. (25a)*Rumahnya kada talalu jauh datang di balai adat nitu. (25b)*Rumahnya kada talalu jauh matan di balai adat nitu. Konsep Waktu Bahasa Banjar, seperti halnya bahasa-bahasa lainnya di nusantara, bukan termasuk bahasa fleksi sehingga bahasa ini tidak mengenal tense atau sistem kala. Oleh karena itu, sebagai penanda waktu, bahasa Banjar menggunakan leksikon yang menandai waktu lalu, waktu kini dan waktu yang akan datang. Dalam rangka wacana, pengungkapan waktu antara lain waktu lampau (sudah ), kini (lagi, rahat/ parahatan sedang ), dan yang akan datang (handak akan ) yang digunakan penanda aspek. Sebagai keterangan waktu, digunakan kata samalam kemarin tadi tadi, bahari, mulai di sejak ; waktu kini damini atau wayah ini sekarang ; waktu akan datang: handak akan, kaina nanti Waktu Lampau Waktu Kini Waktu Akan datang pemarkah sudah rahatan, lagi sedang handak akan keterangan samalam kemarin wayah ini sekarang kaina nanti waktu tadi yang lalu damini sekarang isuk besok bahari dulu sekali Titik waktu atau titik lokusi kala waktu dapat dipandang sebagai titik dalam suatu jangka atau periode tertentu dan pada waktu itulah terjadi suatu peristiwa. Titik waktu mengacu pada waktu kini, waktu lampau dan waktu mendatang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut. 1) Waktu Lampau Pengungkapan konsep waktu lampau ditandai dengan adanya kata sudah sebagai pemarkah waktu, dan penanda keterangan waktu leksikon samalam kemarin, tadi. yang lalu, bahari dulu/dahulu (26) Sabran sudah siap mahadang di palatar. Sabran sudah siap menunggu di halaman. (27) Ari sudah parak tangah malam. Hari sudah dekat/mendekati tengah malam. Penanda keterangan waktu ditandai dengan kata samalam, tadi merupakan kata-kata yang mirip seperti halnya kata semalam dan tadi dalam bahasa Indonesia tetapi maknanya

6 berbeda. Dalam bahasa Indonesia, makna semalam satu malam, dan tadi baru saja. Dalam penggunaannya, kedua kata itu pun melampau batas waktu yang biasanya seperti halnya dalam bahasa Indonesia. Sedangkan kata bahari berbeda sekali maknanya dalam bahasa Indonesia. Kata bahari dalam bahasa Indonesia bermakna lautan. (28) Inya umpat mambaiki rumah mamarinanya samalam. Dia ikut memperbaiki rumah pamannya kemarin, (29) Samalam mamarinaku datang di Jawa. Kemarin pamanku tiba dari Jawa. (30) Ahad tadi kami basunatan. Ahad yang lalu, kami punya hajat sunatan. (31) Malam tadi nini Ijah mati. Tadi malam nenek Ijah meninggal. (32) Wayah bahari, urang tulak ka Banjar naik jukung haja. Jaman dulu, orang-orang pergi ke Banjar naik perahu saja. Konstruksi frase ahad tadi dan malam tadi berbeda dengan konstruksi frase tadi malam dan tadi minggu dalam bahasa Indonesia. Konstruksi frase dalam bahasa Indonesia lebih banyak berurutan DM sedangkan konstruksi frase ahad tadi dan malam tadi berstruktur MD. Kata tadi dalam kalimat ahad tadi dan malam tadi tidak merujuk pada perputaran waktu dalam 1 hari, yakni selama 24 jam tetapi tidak terbatas. 2) Waktu Kini Pengungkapan waktu kini ditandai dengan leksikon hanyar bar,u rahat atau parahatan sedang sebagai pemarkah verba; dan kata damini (Hulu Sungai) atau wayahini (Banjarmasin) sekarang sebagai keterangan waktu. (33) Damini urang manggawi pahumaan Hari ini orang-orang mengerjakan ladang. (34) Kami rahat manjamur iwak. Kami sedang menjemur ikan. (35) Kai Kajal turun ka pahumaan. Kakek Kajal (sedang) pergi ke ladang. 3) Waktu Akan datang Pengungkapan konsep waktu yang akan datang ditandai dengan adanya kata handak sebagai pemarkah verba, dan penanda keterangan waktu leksikon isuk besok, dan kaina nanti. (37) Iwak haruan itu handak dimasak habang. Ikan haruan itu akan dimasak bumbu merah. (38) Mama handak manyanga iwak saluang. Ibu akan menggoreng ikan saluang. (39) Ahad kaina kami handak bamalam di sini. Minggu nanti kami akan menginap di sini. 4) Gabungan Waktu Lampau-Kini, dan Waktu Lampau Yang Akan Datang Dalam penggunaannya, sering kali ditemui adanya gabungan pemarkah waktu, yakni waktu lampau-waktu kini, waktu kini- waktu akan datang. (40) Mulai isuk tadi, inya hanyar handak maulah gawiannya nang samalam. Sejak pagi tadi, dia baru saja handak mengerjakan pekerjaannya yang kemarin. (41) Abah hanyar handak manukar sapida. Ayah baru akan membeli sepeda. (42) Hanyar haja bulikan ee sudah handak tulakan pulang. Baru saja pulang ee sidin sudah akan pergi lagi.

7 Konsep Ruang Dan Waktu Dan Cara Pandang Masyarakat Banjar Pada bagian awal makalah ini, telah disampaikan bahwa ada hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara bahasa dan pikiran. Bahasa dalam hal ini leksikon maupun struktur bahasa merupakan bentuk representasi dari penalaran seseorang. Konsep Ruang Konsep hulu dan hilir (kuala) ini tidak hanya memiliki keterkaitan dengan konsep arah mata angin saja, pembagian penutur bahasa Banjar, yakni dialek Banjar Hulu, dan dialek Banjar Kuala (Hilir). Pembagian dialek ini membawa konsekuensi besar pada penuturnya, yakni penutur bahasa dialek Banjar Hulu dianggap lebih udik atau terbelakang dari penutur dialek Banjar Kuala. Pemahaman ini muncul karena pengertian hulu dianggap lebih terasing, lebih dulu, lebih kuno dibandingkan hilir/kuala. Kuala atau hilir merupakan pertemuan arus sungai dengan air laut yang berarti bahwa kuala merupakan suatu tempat bertemunya masyarakat dari lain daerah di provinsi ini. Konsep Waktu Konsep waktu terkait dengan hari, minggu, bulan, dan tahun. Dalam hal penanggalan, masyarakat Banjar banyak mengadopsi konsep Islam yang masuk bersamaan masuknya agama Islam di wilayah ini. Pengaruh Islam tersebut tampak pada nama-nama hari dan bulan. Misalny (1) penamaan hari dalam seminggu yang dimulai dari hari Sabtu, misalnhya ahad, sanayan/isnin, salasa, arba, kamis, jumahat, dan saptu, berbeda dengan penanggalan nasional yang dimulai pada hari senin. Masyarakat tradisional Banjar tidak mengenal minggu sebagai konsep bilangan 7 hari, baik waktu lampau maupun waktu mendatang. Kalau kosa kata ini ada, dikarenakan proses adopsi dari bahasa Indonesia. Untuk penyebutan bilangan hari pada waktu lampau, digunakan kata bahari dulu/ dahulu, samalam kemarin, dan tadi tadi dan penyebutan bilangan hari pada waktu akan datang penutur Banjar menggunakan kata handak pada verba dan isuk besuk atau kaina nanti sebagai keterangan waktu. jadi untuk menyebut hari selasa seminggu lagi, digunakan frase salasa kaina, selasa yang lalu digunakan frase salasa tadi. Dalam penanggalan dalam satu bulan, masyarakat tradisional Banjar menyebut bulan naik (<tgl 14), bulan turun atau kincir bulan (<tgl 15), hidup bulan (minggu pertama), dan lumus bulan (minggu terakhir). Konsep waktu itu, ada konsep waktu yang dikaitkan dengan mata pencaharian petani. Istilah musim dalam pertanian antara lain: musim bahuma (bulan-bulan saat bekerja di ladang), musim batanam (saat petani menanam padi), musim mangatam (saat petani mengetam padi), musim maiwak (saat nelayan sibuk mencari ikan), musim karing (saat danau dan baruh tidak berair), musim buah, musim jagung, musim panas dan kapat matahari (saat peralihan musim bulan Oktober-Nopember), musim iwak mangkih manau (saat ikan mangkih sungai berkeliaran di sungai-sungai), dan kapat matahari. Setelah 40 hari kapat matahari terjadi musim mangsa (di Kampung Dalam Pagar, Martapura) saat hama pengganggu tanaman bermunculan (Daud, 1997: 368). DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-Putra, Heiddi Shri Sungai dan Air Ciliwung :Sebuah Kajian Etnoekologi. Prisma, 1: Bagus, Lorens Kamus Filsafat. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Daud, Alfani Islam dan Masyarakat Banjar. Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Effendi, S Keterangan Tempat dan Waktu dalam Bahasa Indonesia. Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

8 Fernandez, Inyo, Yos Kategori dan Ekspresi Linguistik dalam Bahasa Jawa sebagai Cermin Kearifan Lokal Penuturnya: Kajian Etnolinguistik Masyarakat Petani dan Nelayan. UMS Library. Gunawan, Restu, 2008, Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan dan Karya Sastra, Makalah disampaikan dalam Kongres Bahasa, Tanggal Oktober 2008, di Jalarta Jamzaroh, Siti Inovasi Internal dan Eksternal Bahasa Banjar Hulu. Tesis. Yoyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada , Ciri-ciri Arkhais dalam Dialek Banjar Hulu. Makalah. Prosiding Ilmiah Seminar Austronesia V, Fakultas Sastra Universitas Udayana, tangal Juli. Mahsun, Konsep Ruang dalam Bahasa Mbojo. Linguistik Indonesia. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Februari 2005, ISSBN , Tahun ke 23, Nomor , Manusia Sumbawa: Tinjauan Awal.http//: Samsuri, Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Budaya. Wisnumurti, Oka Mengelola Nilai Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama.(Suatu tinjauan Empiris-Sosiologis).

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan

1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan. Kegiatan di Musim Kemarau dan Musim Hujan Tema 3 : Perubahan di Alam Nama : Hari,tgl : No. peserta : Kelas : III (Tiga) Paraf Guru Paraf Orang tua Petunjuk Umum : 1. Terlebih dahulu baca Basmalah kemudian tulis nama dan nomor pada kolom yang disediakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. A.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK KELAS I

SILABUS TEMATIK KELAS I SILABUS TEMATIK KELAS I Tema 5 Subtema 1 : Pengalamanku : Pengalaman Masa Kecil Mata PPKn 3.1 3.2 3.4 4.1 Mengenal simbol-simbol sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila Mengenal tata tertib

Lebih terperinci

Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa terikat.

Berdasarkan distribusi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas klausa bebas dan klausa terikat. TATA KALIMAT (SINTAKSIS) 4.1 Klausa 4.1.1 Pengertian dan Ciri Klausa Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat (P) baik disertai subjek (S), objek (O), dan keterangan (ket) atau tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan

Lebih terperinci

KATA ULANG DALAM VALENSI SINTAKSIS BAHASA BANJAR (WORD REDUPLICATION IN SYNTACTICAL VALENCE OF BANJARESE LANGUAGE)

KATA ULANG DALAM VALENSI SINTAKSIS BAHASA BANJAR (WORD REDUPLICATION IN SYNTACTICAL VALENCE OF BANJARESE LANGUAGE) KATA ULANG DALAM VALENSI SINTAKSIS BAHASA BANJAR (WORD REDUPLICATION IN SYNTACTICAL VALENCE OF BANJARESE LANGUAGE) Rahmi Nike Rosahin MA. Raudhatul Yatama Kertak Hanyar, Jl. A. Yani KM. 10 RT. 02 No. 9

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin. Ida Komalasari dan Dana Aswadi

Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin. Ida Komalasari dan Dana Aswadi 157 Interferensi Kosakata Bahasa Banjar dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Mahasiswa STKIP PGRI Banjarmasin Ida Komalasari dan Dana Aswadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin 418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , ,

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , , LUAS PANEN, HASIL PER HEKTAR DAN PRODUKSI PADI SAWAH PER KABUPATEN AREA HARVESTED, YIELD RATE AND PRODUCTION OF WET LAND PADDY BY DISTRICT District Panen Ha Produksi Panen Ha Panen Ha Panen Ha 1. Tanah

Lebih terperinci

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis)

FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) FRASA NOMINAL DALAM BAHASA BANJAR SAMARINDA (Suatu Kajian Konseptual Morfo-Sintaksis) Diyah Permana (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak Kajian tentang Frasa Nominal dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

Bagaimana kondisi cuaca di pantai? Cuaca di pantai sangat dingin di siang hari. Cuaca di pantai mendung di malam hari.

Bagaimana kondisi cuaca di pantai? Cuaca di pantai sangat dingin di siang hari. Cuaca di pantai mendung di malam hari. 1. SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 8. TEMA 8 Daerah Tempat TinggalkuLatihan Soal 8.1 Aku tinggal di daerah pantai. Setiap hari aku dibangunkan oleh suara ombak. Angin bertiup setiap hari dengan cukup

Lebih terperinci

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5 4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN BIMA ARIA TEJA 09/283029/SA/14961 JURUSAN SASTRA NUSANTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

Cerah Berawan. Senin... Selasa... Rabu... Kamis... Jumat... Sabtu...

Cerah Berawan. Senin... Selasa... Rabu... Kamis... Jumat... Sabtu... Kegiatan Semester 2 Pada setiap awal semester, kamu akan mendapat kegiatan semester. Di Semester 2 Kelas 3 ini, kamu akan mempelajari salah satu materi mengenai cuaca. Cuaca memengaruhi berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian linguistik mengenai lingkungan masih kurang memadai, padahal bahasa lingkungan itu luas. Lingkungan bahasa adalah dimensi lingkungan yakni segi ragawi, fisik,

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. A. Gambaran Umum Lokasi Desa Tatah Pemangkih kec. Kertak Hanyar

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. A. Gambaran Umum Lokasi Desa Tatah Pemangkih kec. Kertak Hanyar BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi Desa Tatah Pemangkih kec. Kertak Hanyar Pada masa dulu Desa Pemangkih Laut merupakan wilayah Desa Tatah Pemangkih dan penduduknya tidak banyak,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di Negeri Gugung meliputi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat tumbuh di daerah tropis. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

Lebih terperinci

Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah

Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Bab 2 Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah dan Sekolah Denah Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Mempelajari tentang Denah Lingkungan Sekolah

Lebih terperinci

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in

Lebih terperinci

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH Bab 2 Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah Denah Lingkungan Sekolah Mempelajari tentang Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan

Lebih terperinci

pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1

pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1 pelajaran 1 keluarga setiap anak pasti punya ayah ibu kakek nenek dan saudara semua itu disebut keluarga tahukah kamu anggota keluargamu keluarga 1 menulis kapital bertanya melengkapi cerita memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR JAHDIAH: REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR... REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR (POLITENESS REALIZATION OF COMMISSIVE SPEECH ACT OF PROMISING IN BANJAR LANGUAGE) Jahdiah

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia dengan bentangan wilayahnya yang luas mengandung banyak budaya dan adat istiadat yang beragam, hal ini terlihat dalam bentuk kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk

Lebih terperinci

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu. Tarsin (70) kelelahan. Matanya menatap lesu. Memegang ember berisi lhem, atau sisa tetes getah karet alam, ia duduk di bawah pohon karet di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara XIX di Sedandang, Pageruyung,

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi.

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang telah dilaksanakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sisobambowo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan. - sebelah Utara : Desa Iraono Geba

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sisobambowo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan. - sebelah Utara : Desa Iraono Geba BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN II.1.Lokasi dan Letak Desa Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias berada satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

MAKALAH RINGKAS BAHASA JAWA ORANG SAMIN

MAKALAH RINGKAS BAHASA JAWA ORANG SAMIN MAKALAH RINGKAS BAHASA JAWA ORANG SAMIN DI KABUPATEN BLORA Oleh: Wakit Abdullah Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret A. PENDAHULUAN Kajian terhadap kategori dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN KELAS 3A BAHASA INDONESIA SD NEGERI 5 CISEUREUH NAMA : HARI :. TANGGAL :

ULANGAN HARIAN KELAS 3A BAHASA INDONESIA SD NEGERI 5 CISEUREUH NAMA : HARI :. TANGGAL : ULANGAN HARIAN KELAS 3A BAHASA INDONESIA SD NEGERI 5 CISEUREUH NAMA : HARI :. TANGGAL : A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Pergilah ke puskesmas. Temuilah kepala puskesmas. Jelaskan maksud kedatanganmu.

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus KTSP & K-13 Kelas X geografi PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian geografi dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER SDN BALEWANGI 01 TP Indikator/ Materi Soal

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER SDN BALEWANGI 01 TP Indikator/ Materi Soal KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER SDN BALEWANGI 01 TP. 2013-2014 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Bentuk Bobot STI Kelas / Semester : V / I Pilhan Ganda 15 1 15 Isian 10 2 20 soal/ waktu : 30/90 menit

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN. Lampiran 1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

SURAT KETERANGAN. Lampiran 1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Lampiran 1 SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Eko Prasetyowati, S.Pd.SD NIP : 196709131992112002 Unit Kerja : SD Negeri Wonobodro 02 Jabatan : Kepala Sekolah Menerangkan bahwa Nama

Lebih terperinci

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42,

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42, LUAS PANEN, HASIL PER HEKTAR DAN PRODUKSI PADI SAWAH PER KABUPATEN AREA HARVESTED, YIELD RATE AND PRODUCTION OF WET LAND PADDY BY DISTRICT District Panen Ha Produksi Panen Ha Panen Ha Panen Ha 1. Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan, kecuali dari Allah, Zat yang tidak akan menyia-nyiakan pahala orang

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan, kecuali dari Allah, Zat yang tidak akan menyia-nyiakan pahala orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah memberikan kepada manusia berbagai kemampuan dan prasarana yang memungkinkan melaksanakan tugasnya. Karena itu manusia wajib beramal dan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci