BAB I PENDAHULUAN. Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat tumbuh di daerah tropis. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Ada tiga teori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori yang pertama memperkirakan tanaman kelapa adalah tanaman yang tumbuh di Amerika, teori yang kedua beranggapan bahwa tanaman kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dan teori yang ketiga beranggapan bahwa tanaman kelapa tumbuh dan berasal dari suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin daerah Pasifik Barat 1. Kelapa adalah tanaman serbaguna. Seluruh bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh kepulauan nusantara. Kelapa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Hal ini terbukti dengan adanya tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat juga tumbuh di sungai dan lain-lain 2. Bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan 1 Setyamidjaja, Djoehana, Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius, 1982, hal Suhardiman, P., 1999, Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya, hal

2 tanaman kelapa cukup baik dan menguntungkan serta dapat menghasilkan buah dengan kualitas yang baik. Perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu perkebunan inti rakyat (PIR) yang dikelola oleh perusahaan inti, perkebunan rakyat dan perkebunan besar (plantation). Perkebunan inti rakyat merupakan bentuk usaha pertanian dengan skala kecil, tidak padat modal, tenaga kerja dikelola oleh sekelompok keluarga, serta penggunaan lahan pertanian yang terbatas, sementara perkebunan besar (plantation) merupakan bentuk usaha pertanian dengan skala besar dan kompleks, modal yang besar, areal pertanian luas, memiliki manajemen organisasi yang baik, jumlah tenaga kerja besar, dan sudah menggunakan teknologi yang modern seperti PT Riau Sakti United Plantations yang berada di Pulau Burung. Pulau Burung merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Memiliki struktur topografi berupa dataran rendah dan pesisir pantai dengan tekstur tanah gambut dan endapan sungai serta rawa-rawa serta berada pada ketinggian sekitar 1 sampai 4 meter di atas permukaan air laut. Sebagian besar daerah ini sebelum menjadi perkebunan kelapa hibrida pada tahun 1985 merupakan wilayah hutan dan rawa-rawa yang mana di tepian sungai dan muara parit-parit banyak terdapat tumbuhan seperti pohon nipah dan pohon bakau dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Adapun mayoritas penduduk yang mendiami wilayah ini adalah suku Melayu yang merupakan suku asli di Propinsi Riau dan juga terdapat beberapa suku pendatang yang merantau dari luar daerah yang kemudian bermukim dan akhirnya menetap di Wilayah Pulau Burung. Di antara beberapa suku perantau tersebut adalah suku Jawa, Minang, Batak, Bugis, Banjar Kalimantan, dan beberapa suku lainnya yang kemudian berasimilasi dengan kebudayaan setempat 3. Penduduk Melayu yang merupakan suku asli Pulau Burung menyambut baik kedatangan para pendatang tersebut, karena mereka 3 Wawancara, H. Muhawam S.E., Pulau Burung, pada 26 Nopember

3 beranggapan bahwa para pendatang tersebut akan membawa perubahan pada kehidupan di wilayah mereka. Keberagaman suku dan budaya di Pulau Burung berlangsung dengan damai dan jarang terjadi pertentangan antara satu suku dengan suku yang lainnya. Secara historis, masuknya perusahaan perkebunan kelapa hibrida di Wilayah Pulau Burung berawal sekitar tahun 1985, yang diprakarsai oleh sebuah perusahaan swasta yaitu PT Riau Sakti United Plantations yang berada di bawah naungan PT PULAU SAMBU. Perusahaan ini bergerak dibidang pengelolaan perkebunan dan pengembangan produksi hasil-hasil perkebunan seperti tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit yang menggunakan media lahan gambut dengan kondisi lahan basah berpori. Dengan melihat kondisi alam yang mendukung untuk perkebunan kelapa hibrida yang memerlukan banyak persediaan air, pihak perkebunan kemudian melihat efisiensi dan kompetensi lahan di daerah Pulau Burung untuk dikembangankan sebagai lahan perkebunan kelapa hibrida yang produktif. Kelapa hibrida memiliki perbedaan dengan kelapa yang tumbuh dengan sendirinya atau sering disebut kelapa kampung ataupun kelapa dalam. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari bentuk fisik kelapa itu sendiri, seperti batang, daun, buah, sampai pada pola perawatannya. Secara singkat kelapa hibrida merupakan kelapa hasil persilangan antara kelapa dalam (tall) dengan kelapa genjah (dwarf). Sederhananya, kelapa hibrida memerlukan perawatan yang lebih intens daripada tanaman kelapa dalam. Tanaman kelapa sendiri termasuk dalam jenis tanaman perdagangan (commercial crops), karena hasil dari olahan kelapa seperti minyak kelapa, santan kelapa, hingga arang dapat diekspor hingga ke mancanegara. Pada awalnya bibit-bibit kelapa hibrida yang pertama kali ditanam dan diusahakan oleh PT Riau Sakti United Plantations pada tahun 1986 didatangkan langsung dari PTPN X 16

4 Lampung 4. Bibit-bibit kelapa hibrida tersebut dibeli oleh PT Riau Sakti United Plantations untuk kemudian diusahakan dan dikembangkan sendiri oleh mereka. Perusahaan perkebunan kelapa hibrida ini pada awalnya hanya memproduksi buah kelapa hibrida saja yang kemudian dipasarkan ke luar daerah di antaranya ke daerah Kalimantan dan Sulawesi dan juga ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Inggris, Jerman, hingga Amerika Serikat, dan dalam perkembangannya kemudian menghasilkan kopra, santan kelapa, minyak goreng, nanas kaleng, dan beberapa produk lainnya yang dikelola sendiri oleh pabrik yang juga berada di bawah naungan perusahaan yang sama. Dengan dibukanya perkebunan ini pada tahun 1985, Wilayah Pulau Burung yang pada awalnya hanya dihuni oleh penduduk dalam jumlah yang sedikit perlahan berkembang dengan ditandai oleh semakin ramai para perantau dari berbagai suku dan daerah yang datang ke Pulau Burung untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak sehingga kondisi demografi di Pulau Burung semakin padat dan ramai. Dengan semakin berkembangnya perusahaan perkebunan tersebut, tentu saja memerlukan lahan tanam yang cukup luas untuk produksi yang semakin besar, demikian pula halnya dengan kuantitas serta kualitas tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah lahan tersebut semakin bertambah pula. Sebagian besar atau hampir keseluruhan wilayah dari Pulau Burung saat ini merupakan daerah perkebunan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Di mana perkebunan tersebut ada yang milik perusahaan dan ada yang diusahakan oleh masyarakat (plasma). Sebelum masuknya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations tahun 1985, Wilayah Pulau Burung merupakan daerah yang ditutupi hutan, rawa-rawa dan lahan gambut dan berpenduduk sedikit. Dengan kondisi alam yang demikian pihak perkebunan pada 1. 4 Data Departemen Research and Advisory PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan tahun 2000, hal. 17

5 awalnya mengalami kesulitan untuk melakukan pembukaan lahan tanam. Tahun 1985 merupakan awal dari pendirian perkebunan kelapa hibrida di daerah ini. Proses awal dari pembukaan lahan ini dimulai dengan mendatangkan ahli-ahli topografi untuk membantu memetakan daerah tanam bibit-bibit kelapa hibrida. Penggarapan lahan dilakukan oleh para kontraktor yang diberikan wewenang oleh pihak perkebunan, adapun pada proses penggarapan lahan ini dikerjakan dengan menggunakan bantuan alat berat seperti excavator dan bulldozzer. Lahan yang berupa hutan tersebut ditebang dan dilakukan land clearing serta sisa-sisa penebangan kemudian dibakar hingga lahan benar-benar bersih dan siap untuk proses selanjutnya. Karena merupakan daerah rawa-rawa, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah proses kanalisasi atau pembuatan kanal 5. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan genangan air pada lahan yang akan ditanam bibit kelapa, selain itu, fungsi kanal di sini merupakan jalur transportasi yang kemudian digunakan untuk mengangkut hasil produksi kelapa hibrida tersebut. Pada tahun 1986 mulai dilakukan penanaman bibit-bibit kelapa hibrida setelah semua lahan selesai dan masuk pada tahap siap tanam. Adapun luas daerah tanam yang pertama kali berhasil ditanami bibit kelapa hibrida adalah 112 ha dan jumlah pohon kelapa hibrida yang berhasil ditanam sekitar batang pohon (1986) 6. Keberhasilan pertama tersebut kemudian berdampak pada masuknya para transmigran dari Pulau Jawa pada tahun Transmigran ini didatangkan langsung oleh pihak perkebunan. Mereka kemudian bermukim di tempat yang disebut sebagai Kampung Produksi 8. Para transmigran ini kemudian dipekerjakan menjadi buruh perkebunan. 5 Kanal merupakan sungai buatan yang berfungsi sebagai jalur transportasi pengangkutan hasil produksi kelapa hibrida di Wilayah Pulau Burung. 6 Data Departemen Plantation Administration PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan tahun 2000, hal 1. 7 Wawancara, Bu Rum, Pulau Burung, tanggal 19 Nopember Kampung Produksi merupakan wilayah perkebunan yang dihuni oleh penduduk yang bekerja sebagai karyawan atau tenaga kerja PT Riau Sakti United Plantations. 18

6 Perubahan demi perubahan mulai tampak di Desa Pulau Burung setelah berdirinya perkebunan kelapa hibrida (PT Riau Sakti United Plantations). Perkembangan perkebunan yang semakin pesat mendorong bertambahnya kepadatan penduduk Desa Pulau Burung, yang semula hanya dihuni oleh penduduk lokal, namun sejak berdirinya perkebunan di wilayah ini mendorong penduduk baik dari daerah sekitar Pulau Burung maupun dari luar daerah untuk bermigrasi ke Pulau Burung demi mencari penghidupan yang layak. Dengan berdirinya perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung, kondisi demografi di Pulau Burung menjadi ramai padat dan mulai tumbuh menjadi salah satu daerah produsen kelapa hibrida yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi di Kabupaten Indragiri Hilir yang sebelumnya daerah ini hanya daerah pelosok dengan jumlah penduduk yang sedikit dan sangat terisolir dari daerah-daerah di sekitarnya. Keberadaan perkebunan ini pada intinya menjadi penopang kehidupan sebagian besar penduduk yang tinggal di Pulau Burung dan daerah di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan perekonomian di Pulau Burung yang semakin membaik, ditandai dengan munculnya pertokoan sebagai sarana distribusi kebutuhan masyarakat yang tinggal di Pulau Burung. Keberadaan pertokoan ini juga sebagai pengganti peran dari pasar seperti pada umumnya yang menyediakan kebutuhan hidup masyarakat. Adapun kegiatan pasar seperti pada umumnya di Pulau Burung dapat dijumpai pada saat penerimaan upah atau gajian para karyawan. Selain itu, keberadaan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung juga mendorong perubahan fungsi admnistratif pemerintahan di Pulau Burung. Perkembangan penduduk serta semakin padatnya pemukiman penduduk mendorong perubahan sistem administrasi yang pada awalnya Desa Pulau Burung merupakan sebuah desa yang cukup luas dan merupakan bagian dari Kecamatan Kateman menjadi sebuah kecamatan yang berdiri sendiri dan menjadi Kecamatan Pulau Burung pada 26 Mei Wawancara, Zaini, Pulau Burung, tanggal 31 Nopember

7 Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi yang semakin baik di suatu wilayah, daerah, maupun kawasan tertentu akan diikuti oleh perubahan-perubahan yang mendasar pada aspekaspek kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah atapun kawasan tersebut. Kebutuhan penduduk dalam beberapa aspek secara perlahan mulai terpenuhi dengan dibangunnya sekolahsekolah baik sekolah negeri maupun swasta yang diperuntukkan bagi anak-anak karyawan perkebunan maupun untuk umum, puskesmas dan balai-balai pengobatan, tempat-tempat ibadah dan beberapa sarana prasarana penunjang kebutuhan masyarakat lainnya seperti pasar, sarana transportasi, dan jaringan komunikasi dibangun dan diperuntukkan untuk masyarakat yang bermukim di Pulau Burung. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengkaji mengenai peranan perusahaan perkebunan kelapa hibrida yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan wilayah di Pulau Burung. Adapun alasan pemilihan judul tersebut adalah ingin memaparkan perkembangan serta pengaruh perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations terhadap perkembangan wilayah Pulau Burung. Pulau Burung pada awalnya adalah wilayah yang dihuni oleh masyarakat melayu yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pola kehidupan mereka masih sangat sederhana dan bersifat tradisional. Mereka masih bercocok tanam dengan sistem berladang. Adapun pada sistem ini penduduk yang akan bercocok tanam maupun berladang akan merambah atau membuka lahan yang baru yang kemudian digunakan sebagai lahan perkebunan dan perladangan mereka. Makanan utama dari penduduk pada saat itu adalah sagu. Setelah berdirinya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations di Desa Pulau Burung telah membawa banyak perubahan pada kehidupan masyarakat yang merupakan penduduk asli maupun penduduk yang bermigrasi dari luar Pulau Burung yang kemudian menetap dan menjadi pekerja di perkebunan tersebut. Keberadaan perkebunan kelapa 20

8 hibrida ini mengakibatkan petumbuhan penduduk di Desa Pulau burung semakin meningkat. Masuknya perkebunan kelapa yang ada di Desa Pulau Burung merupakan penopang perekonomian dan kehidupan masyarakat. Naik turunnya harga kelapa hibrida di pasaran serta melambungnya nilai jual harga kelapa sawit tidak terlalu membawa dampak yang cukup signifikan dalam perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Wilayah Pulau Burung. Tahun 1985 merupakan tahun berdirinya perkebunan kelapa hibrida PT Riau Sakti United Plantations di Wilayah Pulau Burung. Pendirian PT Riau Sakti United Plantations ini pada akhirnya menjadi tonggak penggerak kehidupan ekonomi masyarakat di Pulau Burung, hal ini ditandai dengan masuknya modal dan tenaga kerja dari luar daerah ke wilayah ini. Penulisan ini diakhiri pada tahun 2001 karena pada periode tahun 2001 perubahan-perubahan yang positif dari keberadaan perusahaan perkebunan kelapa hibrida tersebut dapat dilihat dampaknya terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pulau Burung yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada perkebunan kelapa tersebut. Hal ini ditandai dengan kemajuan infrastruktur dibidang kesehatan, pendidikan, sosial-ekonomi, dan transportasi. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sehat sebagai akibat dari migrasi di Desa Pulau Burung mendorong perubahan fungsi administratif dari yang sebelumnya Pulau Burung merupakan sebuah desa beralih menjadi sebuah kecamatan pada tahun Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan awal dari setiap proses kerja ilmiah. Tanpa adanya masalah tidak akan ada suatu proses penelitian ilmiah. Oleh karena itu, berdasarkan argumentasi yang dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini memfokuskan kepada beberapa hal, yaitu: 21

9 1. Apa latar belakang berdirinya perusahaan PT Riau Sakti United Plantations di Desa Pulau Burung? 2. Bagaimana perkembangan perusahaan PT Riau Sakti United Plantations di Desa Pulau Burung sejak berdiri pada tahun 1985? 3. Bagaimanakah pengaruh perusahaan PT Riau Sakti United Plantations terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pulau Burung ( )? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan maka tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Mengetahui latar belakang berdirinya perusahaan perkebunan kelapa hibrida di Desa Pulau Burung. 2. Mengetahui perkembangan perusahaan perkebunan kelapa hibrida yang ada di Desa Pulau Burung sejak Mengetahui pengaruh perusahaan perkebunan kelapa hibrida terhadap kehidupan masyarakat di Desa Pulau Burung ( ). Adapun manfaat dari penulisan yang dilakukan adalah: 1. Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai sejarah lokal. 2. Dapat dijadikan sumber untuk mendeskripsikan kondisi dan perkembangan sebuah perusahaan di sebuah daerah. 3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan. 22

10 1.4 Tinjauan Pustaka Dalam suatu penelitian tinjauan pustaka sangatlah penting dan diperlukan sebagai bahan referensi penulis dalam melakukan penulisan tersebut dan dapat berfungsi sebagai pendukung penelitian sehingga hasil akhir dari penulisan tersebut tidak keluar dari rumusan-rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi ataupun hubungan antara literatur yang akan digunakan haruslah menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian. Adapun buku-buku yang dipakai peneliti sebagai bahan acuan pendukung penelitian kajian ini adalah, Djoehana Setyamidjaja dalam bukunya Bertanam Kelapa (1991), buku ini menjelaskan tentang budidaya tanaman kelapa yang di dalamnya dijelaskan mengenai sejarah perkembangan tanaman kelapa di Indonesia, sifat-sifat botani dan jenis-jenis varietas dari tanaman kelapa, syarat tumbuh yang baik untuk tanaman kelapa sampai pada perawatan tanaman kelapa yang baik. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah yang terbuka dengan tekstur tanah yang baik dan kandungan ph asam yang cukup. Setyamidjaja dalam tulisannya tersebut menjelaskan tentang budidaya tanaman kelapa hibrida yang baik dengan sistem perawatan yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan tanaman kelapa hibrida. Dengan memperhatikan sistem pengelolaan dan perawatan yang benar, diharapkan pertumbuhan dan produksi buah kelapa akan semakin baik. Jadi, jelas buku ini dapat menjadi acuan penulis yang mengkaji tentang perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung. L. Suhardiyono dalam bukunya Tanaman Kelapa (1988), buku ini menerangkan secara rinci tentang tanaman kelapa hibrida mulai dari asal-usul masuknya kelapa hibrida ke Indonesia yang kemudian menjadi salah satu komoditas ekspor andalan pada tahun , ekologi tanaman kelapa hibrida, fungsi dan bentuk organ dari tanaman kelapa hibrida, pembukaan lahan 10 Suhardiyono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Yogyakarta: Kanisius, hal

11 yang baik untuk persiapan tanam, sampai pada masa panen dan hasil produksi yang bisa dimanfaatkan dari tanaman kelapa. Secara spesifik, pembukaan lahan tanaman kelapa hibrida dapat dilakukan 1 tahun sebelum masa tanam atau paling lambat 6 bulan sebelum masa tanam 11. Diperlukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan pembukaan lahan. Tahapan selanjutnya adalah pembibitan yang bertujuan untuk menghasilkan hasil produksi yang baik. Tanaman kelapa hibrida yang telah siap tanam sebaiknya ditanam di areal terbuka yang mendapat penyinaran matahari yang cukup, hal ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan tanaman kelapa hibrida. Adapun hasil-hasil produksi dari tanaman kelapa yang lazim dikenal oleh masyarakat seperti kopra, minyak kelapa, kelapa parut kering, santan, sabut kelapa, tempurung kelapa, nira kelapa, hingga air kelapa dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa buku ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian dari kajian yang dibahas dan dapat digunakan sebagai acuan maupun refrensi dalam penulisan selanjutnya tentang perkembangan dan pengaruh perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung. P. Suhardiman dalam bukunya Bertanam Kelapa (1999), buku ini menjelaskan tentang seluk-beluk kelapa hibrida, mulai dari definisi hibrida, morfologi kelapa secara umum, jenisjenis persilangan kelapa, cara mengawin-silangkan kelapa hibrida yang baik, cara membibitkan, menanam, merawat serta mengendalikan hama penyakit yang sering menyerang kelapa hibrida, sampai kepada cara mengolah hasilnya. Buku ini berisi tentang gambaran umum kelapa hibrida yang dibutuhkan oleh penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan mengenai perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung. Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo dalam bukunya Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi (1991), buku ini mengkaji tentang sejarah dan perkembangan 11 Ibid, hal

12 perkebunan di Indonesia sejak tahun 1200 M hingga masa kolonial dan setelah masa kemerdekaan Indonesia. Keberadaan perkebunan pada suatu wilayah tentu saja akan menimbulkan lingkungan yang baru. Keberadaan komunitas perkebunan melahirkan lingkungan yang berbeda dari aspek lokasi, tata ruang, ekologi, maupun organisasi sosial dan ekonomi. Keberadaan perkebunan pada wilayah tersebut tentu saja membawa perubahan yang baru dalam kehidupan masyarakat sebelumnya. Jadi, buku ini akan membantu dalam rencana penelitian mengenai Perkembangan dan Pengaruh Perkebunan Kelapa di Desa Pulau Burung. Keberadaan perkebunan kelapa di Desa Pulau Burung membawa perubahan yang signifikan pada kehidupan masyarakat yang tinggal dan berdiam di wilayah perkebunan tersebut. 1.5 Metode Penelitian Metode sejarah merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk memastikan dan menganalisis serta mengungkapkan fakta-fakta mengenai masa lampau. Sistematika dalam sebuah penulisan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan terangkum di dalam sebuah metode penelitian sejarah yang membantu setiap penelitian dalam tujuan untuk merekonstruksi ataupun melakukan reka ulang terhadap kejadian-kejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Seorang peneliti, dalam melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu mengadakan sejumlah pengamatan untuk membuktikan akan anggapan-anggapan dasar yang berdasarkan pada kenyataan yang ada di lokasi penelitian. Di dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkah-langkah yang akan terlebih dahulu dilakukan oleh penulis sebelum merampungkan tulisan yang akan dibuat. Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 25

13 1. Heuristik, yaitu metode pengumpulan data atau sumber melalui studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang akan berkaitan dengan penelitian (pengumpulan buku, majalah, artikel, majalah, maupun surat kabar), melakukan pengamatan lapangan (field research), ataupun studi wawancara kepada narasumber yang dapat membantu penelitian dan berkaitan dengan judul penelitian yang akan diteliti. Dalam peneitian mengenai kajian yang dibahas, peneliti mengumpulkan sumber-sumber pendukung penelitian dari buku-buku yang terkait dengan judul penelitian baik yang ada di Perpustakaan Daerah Pulau Burung, Perpustakaan, dan dari Kantor PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan serta dari PT Riau Sakti United Plantations-Industry. Selain buku, data-data yang diperoleh juga berupa dokumen dan laporan-laporan dari Kantor Camat Pulau Burung dan dari Kantor Desa Pulau Burung maupun dokumen-dokumen yang diperoleh dari beberapa departemen di PT Riau Sakti United Plantations. Dalam metode wawancara peneliti menggunakan interview guide sebagai pedoman dalam melakukan wawancara kepada narasumber yang merupakan informan dalam memberikan sumbersumber penelitian yang dikaji. Penyebaran kuesioner dilakukan selain melakukan wawancara langsung dengan narasumber. 2. Kritik sumber, merupakan sebuah usaha yang akan dilakukan peneliti untuk menyeleksi sumber atau bahan-bahan yang akan dikumpulkan. Setelah sumber-sumber dikumpulkan kemudian diverifikasi melalui kritik, baik kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern digunakan untuk mengetahui tentang kebenaran sumber yang diperoleh, sedangkan kritik intern digunakan untuk menilai kelayakan sumber yang akan digunakan dalam penulisan. 3. Interpretasi, pada tahapan ini peneliti akan mencoba menafsirkan sumber-sumber maupun laporan yang telah terkumpul dan telah diverifikasi agar menjadi sebuah fakta yang teruji 26

14 kebenarannya. Dalam menganalisa sumber yang diperoleh diperlukan analisa yang lebih bersifat objektif dan ilmiah terhadap objek yang akan diteliti. Di sini peneliti telah memiliki konsep, ide dan gambaran kerangka acuan untuk menulis, yang selanjutnya akan dituliskan dalam tulisan sejarah yakni pada tahap keempat. 4. Historiografi, setelah semua sumber-sumber yang diperoleh selesai diuji kebenaran dan kelayakannya, tahap selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti adalah merampungkan dari hasil laporan yang telah diperoleh menjadi sebuah tulisan untuk dituangkan secara sistematis dan kronologis. Dalam melakukan penulisan sejarah aspek kronologis memang perlu diperhatikan agar menghasilkan sebuah tulisan yang bernilai sejarah yang ilmiah dan objektif. Dengan demikian diharapkan penulisan mengenai PT Riau Sakti United Plantations Dalam Perkembangannya dan Pengaruhnya Terhadap perkembangan wilayah di Pulau Burung yang mencakup beberapa aspek kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya dapat dipaparkan secara jelas, rinci, logis, objektif, dan mudah dipahami. 27

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan

Lebih terperinci

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan jangka panjang ke dua (PJP II) dan tahun terakhir pelaksanaan Repelita VI. Selama kurun waktu Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan

PENDAHULUAN. hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan PENDAHULUAN Latar Belakang Dari masa ke masa kebutuhan manusia selalu meningkat. Itulah sebabnya manusia dituntut untuk selalu berusaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Propinsi Riau memiliki potensi rawa pantai yang paling luas dibandingkan propinsi lainnya. Wilayah rawa pantai di propinsi Riau mencakup luasan sebesar 3.214.360 Ha. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004). PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI Hasan Basri Agus Gubernur Provinsi Jambi PENDAHULUAN Provinsi Jambi dibagi dalam tiga zona kawasan yaitu: 1) Zona Timur, yang merupakan Kawasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tempat tinggal. Jauh sebelum Kuala Enok hanya

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. tempat tinggal. Jauh sebelum Kuala Enok hanya 18 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kelurahan Kuala Enok Sebelum tahun 1907 Kuala Enok belum menjadi tempat pemukiman atau tempat tinggal. Jauh sebelum Kuala Enok hanya merupakan tempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

KELAPA. (Cocos nucifera L.) KELAPA (Cocos nucifera L.) Produksi tanaman kelapa selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, juga diekspor sebagai sumber devisa negara. Tenaga kerja yang diserap pada agribisnis kelapa tidak sedikit,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KELAPA DAN TANTANGANNYA

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KELAPA DAN TANTANGANNYA PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KELAPA DAN TANTANGANNYA Indragiri Hilir, Riau Daftar Isi: A. Latar Belakang Singkat PT. Pulau Sambu (SAMBU GROUP) B. Latar Belakang Tentang

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 20 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Kondisi Umum Desa Desa Simpang Nungki adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Desa ini berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai

I. PENDAHULUAN. menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sektor pertanian tidak hanya sebagai penyedia lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5. IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 0 45 sampai 2 0 45 lintang selatan dan antara 101 0 10

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN. A. Profile Singkat Pulau Kijang Kecamatan Reteh

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN. A. Profile Singkat Pulau Kijang Kecamatan Reteh 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN A. Profile Singkat Pulau Kijang Kecamatan Reteh Letak geografis Kabupaten Indragiri Hilir terletak antara 104 10' BT - 102 32' BT dan 0 36' LU - 1 07' LU

Lebih terperinci

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan No. Kelas 1 Hutan lahan kering primer dataran rendah 2 Hutan lahan kering primer pegunungan rendah 3 Hutan lahan kering sekunder dataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN 1967-1999 SKRIPSI OLEH : SUMARNI I1A113018 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017 ABSTRAK Sumarni, 2017.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Pulau Pahawang Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS Inflasi adalah kecenderungan (trend) atau gerakan naiknya tingkat harga umum yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa Tengah mempunyai potensi yang tidak kalah pentingnya dengan daerah-daerah lain di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Suak Temenggung merupakan bagian dari Kecamatan Pakaitan,

BAB I PENDAHULUAN. Desa Suak Temenggung merupakan bagian dari Kecamatan Pakaitan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa Suak Temenggung merupakan bagian dari Kecamatan Pakaitan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Desa Suak Temenggung pada awalnya sudah dihuni oleh suku

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang bisa diandalkan sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman perkebunan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROFIL KECAMATAN BANDAR KHALIFAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Sejarah Singkat Kecamatan. Kecamatan Bandar Khalifah sebelum merdeka adalah merupakan bagian dari Kerajaan Padang. Pada masa kekuasaan Raja

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

Lahan Gambut Indonesia

Lahan Gambut Indonesia KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT UNTUK MENDUKUNG FUNGSI BUDIDAYA DAN LINDUNG Guru Besar Ekonomi Pedesaan http://almasdi.staff.unri.ac.id LPPM Universitas Riau Lahan Gambut Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas ±.702

Lebih terperinci

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Oleh : Septyan Adi Pramana, SP Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai 4.1.1. Letak Geografis Kecamatan Labuhan Maringgai merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( ) BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI (1985-2000) 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya untuk mencapai taraf kesempurnaannya manusia hidup dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci