BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan. Tanda pasti kehamilan ditentukan melalui:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan. Tanda pasti kehamilan ditentukan melalui:"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan implantasi atau nidasi. Kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional jika dihitung dari fertilisasi sampai bayi lahir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama mulai 0-12 minggu, trimester kedua minggu, dan trimester ketiga minggu (Saifuddin, 2014). b. Tanda Pasti Kehamilan Tanda pasti kehamilan ditentukan melalui: 1) Terdapat gerakan janin didalam rahim 2) Terlihat/teraba gerakan dan bagian-bagian janin 3) Denyut jantung janin didengar menggunakan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat doppler, dilihat dengan ulltrasonografi (Manuaba, 2010). c. Diagnosis Kehamilan 1) Uji Hormonal Kehamilan Korionik gonadotropin (HCG) diproduksi oleh sel-sel sinsisiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini diekresikan 6

2 7 melalui urine. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat dideteksi sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan hari. Pada usia hari merupakan puncak produksi hormon hcg kemudian menurun hingga akhir kehamilan dan menetap setelai usia kehamiloan hari. 2) Perubahan Anatomik dan Fisiologik pada Kehamilan Perubahan anatomik yang paling terlihat pada ibu hamil adalah pembesaran uterus. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi miometrium dan hipertrofi kelenjar serviks disertai dengan peningkatan vaskularisasi menyebabkan perubahan pada ibu hamil meliputi: tanda Chadwick dan tanda Goodell (Saifuddin, 2014). d. Diagnosis Banding Pembesaran perut tidak selalu menjadi tanda pasti kehamilan, perlu didiagnosis banding meliputi: hamil palsu atau pseudosiesis, tumor kandungan atau mioma uteri, kista ovarium, hematometra, kandung kemih yang penuh (Manuaba, 2010). e. Standar Asuhan Kebidanan 1) Kunjungan antenatal care (ANC) minimal 4 kali selama kehamilan yaitu: a) Minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum minggu ke 16)

3 8 b) Minimal 2 kali pada trimester kedua (antara minggu ke 24-28) c) Minimal 2 kali pada trimester ketiga (antara minggu ke dan antara minggu ke 36-38) 2) Tanda Bahaya Kehamilan a) Perdarahan pervaginam b) Sakit kepala hebat c) Gangguan penglihatan d) Bengkak pada wajah atau tangan e) Nyeri abdomen f) Janin tidak bergerak seperti biasa (Saifuddin, 2014). 2. Preeklamsia Preeklamsia merupakan peningkatan tekanan darah yang muncul setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditandai dengan hasil pemeriksaan laboratorium terdapat protein urine serta penambahan berat badan yang cepat karena tubuh mengalami edema atau pembengkakan (Feryanto, 2011). Menurut Mochtar (2013) Preeklamsia diklasifikasi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. 3. Preeklamsia Berat a. Diagnosis Preeklamsia Berat 1) Tekanan darah 160/110 mmhg 2) Proteinuria 2 gram/liter setiap 24 jam atau +2 dalam pemeriksaan kualitatif

4 9 3) Oliguria (jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam) 4) Adanya gangguan penglihatan, serebral dan rasa nyeri pada epigastrium 5) Terdapat edema paru dan sianosis (Edwin, 2013 dan EMS, 2012) b. Etiologi Beberapa keadaan yang menyebabkan sindrom preeklamsia berat ditandai dengan kerusakan endotel, pembuluh darah, vasospasme, transudasi plasma, serta komplikasi iskemik dan trombotik. Preeklamsia tidak hanya 1 penyakit melainkan hasil akhir berbagai faktor pada ibu, plasenta dan janin, meliputi: 1) Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh darah uterus 2) Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif jaringan maternal, plasenta, dan fetal 3) Perubahan kardiovaskular atau inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal 4) Faktor-faktor genetik (Hanretty, 2014) Walaupun penyebab preeklamsia berat belum diketahui, kelainan ini cenderung terjadi pada kelompok tertentu, meliputi: 1) Primigravida 2) Peningkatan risiko sesuai dengan peningkatan usia

5 10 3) Riwayat keluarga dengan hipertensi atau preeklamsia berat 4) Adanya hipertensi sebelumnya terutama penyakit ginjal atau penyakit jaringan ikat 5) Kehamilan ganda 6) Diabetes gestasional 7) Mola hidatidosa 8) Sensitisasi rhesus yang parah (Cunningham, 2010 dan Fraser, 2009). c. Patofisiologi Gabungan kompleks antara abnormalitas genetik, faktor imunologis dan faktor plasenta merupakan penyebab perubahan yang terjadi pada preeklamsia berat. Perubahan awal implantasi plasenta di uterus merupakan faktor predisposisi yang kuat terjadinya penyakit sistemik. Pada preeklamsia berat, terjadi kelainan invasi sel trofoblas yaitu arteri spiralis mempertahankan tonus dan berdilatasi hanya 40 % dari yang biasanya pada kehamilan normal dan invasi ini terhenti pada minggu ke Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta dan hipoksia janin. Akibat implantasi plasenta yang buruk atau penurunan kondisi janin, terjadi disfungsi endotelial secara menyeluruh, akibatnya terjadi gangguan multi-organ dan gejala preeklamsia seperti kenaikan tekanan darah, proteinuria, sakit kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrik (Bothamley dan Boyle, 2012).

6 11 Billington dan Stevenson (2010) juga menjelaskan terjadinya preeklamsia berat disebabkan karena suatu kondisi iskemia relatif akibat implantasi plasenta yang buruk, plasenta yang besar atau abnormal dan faktor lain yang menurunkan perfusi plasenta. Respon sistemik maternal dipengaruhi oleh faktor genetik, perilaku atau lingkungan juga memicu terjadinya preeklamsia berat. Faktor plasenta dan maternal tersebut mengakibatkan disfungsi endotel yang merupakan reaksi radang intravaskular maternal. Disfungsi sel endotel umum dapat digunakan sebagai dasar diagnosis preeklamsia antara lain hipertensi, proteinuria, edema, koagulopati, gangguan fungsi ginjal dan disfungsi hati.

7 12 Gangguan plasenta 1. Implantasi plasenta yang buruk 2. Plasenta abnormal Kelainan invasi sel trofoblas Respon sistemik maternal 1. Faktor genetik 2. Faktor imunologis Penurunan perfusi plasenta Iskemia relatif Komplikasi janin: Hambatan pertumbuhan, penurunan cairan, penurunan aliran darah arteri umbilikalis Disfungsi endotelial Vasokontriksi arteriola pada organ tubuh mayor Preeklamsia Berat Gambar 2.1 Patofisiologi Preeklamsia Berat Sumber: (Bothamley, 2012 dan Billington, 2010) d. Faktor Risiko Faktor risiko preeklamsia berat, meliputi: 1) Nulipara dan multipara 2) Penyakit yang menyertai kehamilan misalnya diabetes melitus 3) Obesitas 4) Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil kembar

8 13 5) Usia lebih dari 35 tahun (Cunningham, 2012 dan Manuaba, 2010). e. Keluhan Subyektif Preeklamsia berat diikuti gejala subjektif antara lain: 1) Nyeri epigastrium kuadran kanan atas Vasokonstriksi dasar vaskular hepatik menyebabkan hipoksia dan edema sel hati. Edema sel hati pada preeklamsia berat menyebabkan nyeri epigastrik dan terjadinya perdarahan intrakapsular. 2) Gangguan penglihatan Keluhan ini terjadi akibat vasospasme, iskemia, dan edema retina. Berbagai gangguan meliputi pandangan kabur, skotomata hingga kebutaan parsial atau total. 3) Sakit kepala frontal Sakit kepala ini akibat hipertensi disertai dengan disfungsi endotelial serebral sehingga meningkatkan permeabilitas barier darah otak yang mengakibatkan edema serebral. (Mochtar, 2013; Gant, 2011 dan Fraser, 2009). f. Gambaran Klinik 1) Peningkatan berat badan yang berlebihan Peningkatan berat badan yang mendadak dan berlebihan disebabkan oleh retensi cairan yang abnormal dan biasanya muncul sebelum tanda-tanda edema terlihat. Pada preeklamsia

9 14 berat dapat menjadi ekstrem dan sering terjadi penambahan berat badan 5 kg setiap minggu. 2) Edema Edema yang tiba-tiba muncul, menyebar dan parah merupakan tanda preeklamsia berat sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Edema ini sering ditemukan pada wajah dan ekstremitas. 3) Hipertensi Vasospasme arteriol merupakan kelainan mendasar pada preeklamsia berat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. 4) Proteinuria Adanya proteinuria 2 gram/liter setiap 24 jam atau +2 dalam pemeriksaan kualitatif merupakan diagnosis preeklamsia berat. (Gant, 2011; Fraser, 2009; dan Mochtar, 2013) g. Pencegahan Untuk mencegah terjadinya preeklamsia dapat diberikan nasihat yaitu: 1) Diet makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin rendah lemak dan rendah garam 2) Cukup istirahat sesuai pertambahan usia kehamilan dan bekerja sesuai dengan kemampuan 3) Pengawasan antenatal meliputi pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya, tinggi fundus uteri, kenaikan berat badan atau

10 15 edema, protein urin, fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksan retina mata. Penilaian kondisi janin yaitu gerakan janin, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban dan ultrasonografi 4) Aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium Dari 4 cara diatas belum ada yang terbukti untuk menurunkan kejadian preeklamsia sehingga satu-satunya cara untuk mencegah preeklamsia yaitu deteksi dini dan penatalaksanaan yang baik (Edwin, 2013 dan Manuaba, 2010). h. Komplikasi Iskemia regio uteroplasenter Bahan trofoblas masuk sirkulasi Spasme arteriol: Organ rusak/oksigen kurang, perdarahan, nekrosis, edema. Gambaran klinis: Hipertensi, edema, proteinuria, oliguria, paru-sianosis, kejang-koma, nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri epigastrium, kesadaran menurun. Morbiditas dan mortalitas maternal: payah jantung, payah ginjal, sindroma HELLP, pembuluh darah otak pecah menyebabkan perdarahan dan kematian Iskemia bertambah berat Komplikasi pada janin: IUGR, solutio plasenta, premauritas, sindroma distress napas, kematian janin intrauterine dan neonatal perdarahan intraventrikular, Gambar 2.2 Alur Komplikasi Preeklamsia Berat Sumber: (Saifuddin, 2014 dan Manuaba, 2010)

11 16 i. Prognosis Preeklamsia berat dan komplikasinya dapat mengalami perbaikan setelah kehamilan diakhiri dengan syarat penderita tidak terlambat dalam penanganan dan pemberian terapi. Diuresis terjadi 12 jam pasca persalinan dan tekanan darah kembali normal merupakan prognosis yang baik. Prognosis janin tergantung pada usia gestasi dan masalah yang berhubungan dengan prematuritas (Saifuddin, 2014). j. Penatalaksanaan dan Pengobatan Penatalaksanaan dan pengobatan preeklamsia berat ada 2 antara lain: 1) Perawatan Konservatif Perawatan konservatif dilakukan dengan indikasi usia kehamilan < 37 minggu tanpa gejala impending eklamsia dan keadaan janin baik, maka kehamilan tidak diakhiri. Perawatan konservatif meliputi: a) Observasi tanda-tanda vital terutama tekanan darah secara ketat setiap 4 jam. (Cunningham, 2013) b) Observasi keseimbangan cairan Keseimbangan cairan harus diobservasi secara ketat agar tidak menjadi faktor penyebab edema paru dan oliguria. Pemantauan keseimbangan cairan harus mencakup input cairan, meliputi: intravena, oral, produk darah dan semua obat yang diberikan dan output cairan, meliputi: urine dan feses. Menghitung IWL

12 17 (Insensible Water Loss) yaitu jumlah cairan keluar yang tidak disadari dan sulit dihitung seperti jumlah keringat dan uap hawa nafas. Cara mengukur keseimbangan cairan: input (cairan masuk) output (cairan keluar). Untuk rumus hitung IWL yaitu 15cc/kg/BB/hari. Pemberian cairan elektrolit dapat menggunakan Infus 5% ringer Dekstrose < 125 cc/jam atau infus Dekstrose yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer laktat ( cc/jam) 500 cc. (Billington, 2010 dan Tanto, 2014). c) Pemberian O 2 3 liter per menit diberikan untuk memenuhi kebutuhan oksigen d) Diet makanan rendah garam, rendah lemak dan tinggi protein e) Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap, profil pembekuan, urea, elektrolit, kreatinin dan tes fungsi hati termasuk kadar albumin. Sampel darah sebaiknya diambil jam. f) Pemantauan dan evaluasi janin dengan CTG serta USG untuk mengetahui denyut jantung janin dan gerakan janin. (Fraser, 2009) g) Terapi medikamentosa, meliputi: (1) Antikonvulsan (MgSO 4 ) diberikan untuk mencegah kejang, cara kerjanya menghambat kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi

13 18 neuromuscular. Transmisi tersebut membutuhkan kalsium pada sinaps. MgSO 4 akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan atau kejang tidak terjadi. MgSO 4 dosis awal 4 gram pada bokong kanan dan 4 gram pada bokong kiri. Pemberian MgSO 4 dihentikan jika dalam 24 jam ibu mengalami tanda-tanda preeklamsia ringan. Kehamilan harus diterminasi jika tidak ada perbaikan setelah 24 jam pemberian antikejang (Saifuddin, 2014 dan Tanto, 2014). (2) Antihipertensi diberikan nifedipine secara oral merupakan jenis M Blocker kanal kalsium yang efektif digunakan pada kehamilan, sublingual tidak direkomendasikan karena tidak mempercepat efek maksimal. Antihipertensi yang paling umum digunakan meliputi: Nifedipine dosis mg per oral setiap 6 8 jam atau metildopa dosis 500 mg per oral 3 x 1 dapat juga diberikan Labetalol dosis mg bolus intravena dapat diulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg. (Edwin, 2013 dan Gunawan, 2007). 2) Perawatan Aktif Indikasi perawatan aktif, meliputi: a) Umur kehamilan ibu 37 minggu b) Adanya gejala impending eklamsia

14 19 c) Kegagalan terapi yaitu keadaan klinik dan laboratorik memburuk d) Diduga terjadi solutio plasenta e) Terjadi ketuban pecah dini dan perdarahan f) Oligohidramnion g) Adanya tanda-tanda IUFD dan IUGR h) NST (Non Stressed Test) non reaktif dengan profil biofisik abnormal i) Adanya gejala sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated, Liver Enzime, Low Platelets count) terutama menurunnya trombosit dengan cepat (Saifuddin, 2014 dan Nugroho, 2012) Observasi, evaluasi dan pengobatan hipertensi pada perawatan aktif sama seperti perawatan konservatif tetapi harus dilakukan terminasi kehamilan, meliputi: a) Tirah baring ke kiri b) Pemberian antikejang (MgSO 4 ) secara intravena: (1) Loading dose (Dosis awal) 4 gram MgSO 4 (40 % dalam 10 ml ringer laktat atau dektrose 5 %) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat. (2) Maintenance dose (Dosis jaga) 1 2 gram per jam dengan tetesan IV lambat dimulai setelah dosis awal sampai 24 jam setelah persalinan.

15 20 (Saifuddin, 2014 dan Edwin, 2013) Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum MgSO 4 diberikan, diantaranya: (1) Harus tersedia antidotum MgSO 4 yaitu kalsium glukonas 10 %(1 gram dalam 10 cc) secara IV selama 3 menit. (2) Reflek patella (+) kuat (3) Respirasi > 16 kali/menit, tidak ada tanda distress napas (4) Output urine > 30 ml per jam (Fraser, 2009) Obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang meliputi: (1) Diazepam 10 mg IV selama 2 menit (2) Fenobarbital 3 x 30 mg (3) Fenitoin sodium diberikan dosis 15 mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit (Manuaba, 2010 dan EMS, 2012) c) Terminasi kehamilan berdasarkan keadaan obstetrik: (1) Cara terminasi kehamilan jika belum inpartu Induksi persalinan dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose dapat dilakukan dengan melihat kematangan serviks dan keadaan janin baik. Jika dalam 12 jam setelah induksi belum masuk fase aktif harus dilakukan sectio caesarea (Edwin, 2013 dan EMS, 2012) (2) Cara terminasi kehamilan jika sudah inpartu

16 21 Pemantauan persalinan dengan partograf bila terdapat kemajuan dan tidak ada komplikasi janin maupun ibu dapat dilakukan persalinan pervaginam dengan memperpendek kala II melalui ekstraksi vacum atau ekstraksi forseps. Sectio caesarea dilakukan dengan indikasi serviks masih tertutup dan lancip biasanya pada primigravida, kepala janin masih tinggi atau ada indikasi obstetrik lainnya (Mochtar, 2013). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Langkah 1: Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap a. Data Subyektif 1) Biodata atau identitas yang perlu dikaji meliputi umur. Pada saat hamil usia ibu lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko preeklamsia berat (Norma dan Dwi, 2013). 2) Keluhan utama ditunjukan pada data utama yang mengarah pada gejala yang berhubungan dengan preeklamsia berat yaitu nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan, pusing dan nyeri ulu hati (Varney, 2007). b. Data Kebidanan 1) Riwayat perkawinan pada ibu multipara yang mempunyai pasangan seks baru dapat meningkatkan risiko preeklamsia berat (Varney, 2007).

17 22 2) Riwayat hamil sekarang yaitu ibu hamil dengan preeklamsia berat terjadi pada trimester 2-3 dengan usia kehamilan > 20 minggu (Varney, 2007). 3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu pada primigravida dan multigravida. Riwayat kehamilan kembar, kehamilan dengan diabetes, penyakit ginjal kronis, riwayat hipertensi kronis, riwayat preeklamsia sebelumnya dapat meningkatkan risiko preeklamsia berat (Varney, 2007). c. Data Kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu ibu mengeluh sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur dan edema pada ekstremitas meningkatkan risiko preeklamsia berat (Norma dan Dwi, 2013). 2) Riwayat kesehatan yang lalu misalnya ibu pernah menderita penyakit hipertensi kronis, penyakit gagal ginjal kronis, diabetes melitus sebelum kehamilan dan riwayat preeklamsia sebelumnya meningkatkan risiko preeklamsia berat (Varney, 2007). 3) Riwayat kesehatan keluarga pada ibu yang mempunyai riwayat preeklamsia atau eklamsia dalam keluarga akan meningkatkan terjadinya preeklamsia berat (Varney, 2007). d. Data Psikologi Ibu dengan preeklamsia berat merasa khawatir dengan keadaannya dan keadaan bayinya jika lahir cacat atau meninggal dunia (Bothamley dan Boyle, 2012).

18 23 e. Data Objektif 1) Pemeriksaan umum terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 160 mmhg dan diastolik 110 mmhg setelah 20 minggu kehamilan kemungkinan adanya preeklamsia berat (Varney, 2007). Pemeriksaan umum juga bertujuan untuk mengetahui berat badan ibu sebelum hamil dan berat badan ibu saat ini. Kenaikan berat badan normal pada trimester II sampai trimester III yaitu 0,5 kg (Sulistyawati, 2009). Apabila kenaikan berat badan 5 kg setiap minggunya perlu waspada akan timbul preeklamsia berat (Gant dan Cunningham, 2011) 2) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dilakukan untuk mengetahui adanya oedema. Pemeriksaan fisik ini dapat menunjukkan masalah serius jika oedema muncul pada muka, ektremitas dan tidak hilang setelah istirahat (Sulistyawati, 2009). Auskultasi dikaji untuk monitoring denyut jantung janin (DJJ) sehingga diketahui kesejahteraan janin (Indriyani, 2013). Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya refleks patella pada ibu hamil karena hasil positif dari refleks patela merupakan salah satu syarat dalam pemberian terapi MgSO 4, hilangnya refleks tendon merupakan salah satu tanda keracunan MgSO 4 (Billington, 2010 dan Saifuddin, 2014) f. Pemeriksaan Penunjang Dalam pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan preeklamsia berat dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan

19 24 proteinuria serta pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan trombosit. Selain itu dilakukan pemeriksaan fungsi hati SGOT/ SGPT (Serum Glutamic Oxalacetic Transminase / Serum Glutamic Pyruvic Transminase) dan pemeriksaan fungsi ginjal untuk mengetahui serum kreatinin dan serum asam urat (Varney, 2007). 2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar a. Diagnosis Kebidanan Pada studi kasus ini diagnosis yang dapat ditegakkan adalah Ny M G 4 P 2 A 1 umur 44 tahun hamil minggu dengan Preeklamsia Berat. Diagnosis dapat ditegakkan dari data-data yang diperoleh saat pengumpulan data. b. Masalah Masalah yang muncul pada ibu hamil dengan preeklampsia berat berkaitan dengan kekhawatiran ibu tentang kondisi dan kehamilannya (Norma dan Dwi, 2013). c. Kebutuhan Kebutuhan ibu hamil dengan preeklamsia berat berdasarkan penjelasan Varney (2007), meliputi bedrest total dan dukungan psikologis pada ibu. 3. Langkah III: Identifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial atau Diagnosis Potensial dan Antisipasi Penanganan Pada ibu hamil dengan preeklamsia berat diagnosis potensial dapat terjadi eklamsia dan perdarahan (Manuaba, 2010 dan Billington, 2010).

20 25 Antisipasi yang dilakukan oleh bidan antara lain bedrest total, observasi secara ketat tekanan darah setiap 4 jam dan memantau keseimbangan cairan (Cunningham, 2013 dan Fraser, 2009). 4. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tindakan segera yang dilakukan untuk mengantisipasi komplikasi pada preeklamsia berat yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk menentukan terapi dan tindakan, meliputi: a. Cairan elektrolit ringer laktat 500 cc atau dekstrose 5 % b. Observasi keseimbangan cairan c. Pemberian O 2 3 liter per menit (Saifuddin, 2014 dan Nugroho, 2012) d. Antikejang 1) MgSO 4 a) Loading dose (Dosis awal) 4 gram MgSO 4 (40 % dalam 10 ml ringer laktat atau dektrose 5 %) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat atau 4 gram IM pada bokong kanan dan bokong kiri. b) Maintenance dose (Dosis jaga) 1 2 gram per jam dengan tetesan IV lambat dimulai setelah dosis awal sampai 24 jam setelah persalinan. 2) Diazepam 10 mg IV selama 2 menit 3) Fenobarbital 3 x 30 mg

21 26 4) Fenitoin sodium diberikan dosis 15 mg/kg berat badan dengan pemberian intravena 50 mg/menit (Edwin, 2013 dan Manuaba, 2010) e. Antihipertensi 1) Nifedipine dosis mg per oral setiap 6 8 jam 2) Metildopa dosis 500 mg per oral 3 x 1 3) Labetalol atau Atenolol dosis mg bolus intravena dapat diulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg. (Saifuddin, 2014 dan Edwin 2013). 5. Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh a. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan. b. Informasikan pada ibu dan keluarga tentang preeklamsia berat dan cara mengatasinya. c. Tempatkan ibu di ruang perawatan khusus. (Varney, 2007) d. Observasi keadaan umum vital sign ibu, denyut jantung janin setiap 4 jam dan keseimbangan cairan (input dan output). e. Posisikan ibu miring kiri. f. Motivasi ibu untuk tetap tenang. g. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi dan tindakan. h. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diet makanan yaitu cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. (Cunningham, 2013; Manuaba, 2010)

22 27 6. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Implementasi pada kasus ini bertujuan untuk mengatasi diagnosis kebidanan menghilangkan gejala preeklamsia berat yaitu sesuai dengan perencanaan (Cunningham, 2013; Manuaba, 2010 dan Varney, 2007) 7. Langkah VII : Evaluasi Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan ibu hamil dengan preeklamsia berat adalah tekanan darah menurun, pemeriksaan laboratorium mengindikasikan perbaikan penyakit, dan janin dalam keadaan baik (Varney, 2007). C. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Klien 7 langkah Varney dapat disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan). SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau perkembangan keadaan klien. S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney. Diharapkan ibu sudah tidak cemas, tidak gelisah, tidak nyeri kepala dan ulu hati, penglihatan sudah normal. O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik. Diharapkan keadaan umum ibu baik, sadar,

23 28 tekanan darah normal, hasil laboratorium ibu menunjukkan tanda-tanda perbaikan atau dalam keadaan baik. A : Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis yaitu Ny M G 4 P 2 A 1 Umur 44 Tahun Hamil Minggu dengan riwayat Preeklamsia Berat. P : Plan Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan yaitu : 1) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu terutama tekanan darah tiap 4 jam (Cunningham, 2013). Hasil : Diharapkan keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam keadaan normal dan kenaikan berat badan dalam batas normal. 2) Mencatat intake dan output cairan setiap hari (Saifuddin, 2014 dan Billington, 2010). Hasil : Diharapkan intake dan output cairan yang ada didalam tubuh seimbang sebagai indikasi perbaikan penyakit. 3) Memantau detak jantung janin ibu (Saifuddin, 2014). Hasil : Diharapkan detak jantung janin ibu dalam keadaan normal, sehingga tidak terjadi fetal distress pada janin. 4) Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan proteinuria (Saifuddin, 2014). Hasil: Diharapkan dalam pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil yang normal dan proteinuria hasilnya negatif.

24 29 5) Memberikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan berdasarkan kolaborasi dengan dokter (Edwin, 2013). Hasil: Diharapkan dengan pemberian obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah ibu. (Kepmenkes RI no:938/menkes/skvii/2007).

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT. Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny F GI P 00000 TRIMESTER III INPARTU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT Siti Aisyah* dan Sinta Lailiyah** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trombosit Darah manusia terdiri atas unsur-unsur padat berupa eritrosit, leukosit dan trombosit, yang tersuspensi dalam media cair yang disebut plasma. Plasma itu sendiri terdiri

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung yang terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

Lebih terperinci

PENANGANAN TERKINI PREEKLAMSIA EFENDI LUKAS DIVISI FETOMATERNAL, DEPARTEMEN OBGYN FK UNHAS / RS DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PENANGANAN TERKINI PREEKLAMSIA EFENDI LUKAS DIVISI FETOMATERNAL, DEPARTEMEN OBGYN FK UNHAS / RS DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PENANGANAN TERKINI PREEKLAMSIA EFENDI LUKAS DIVISI FETOMATERNAL, DEPARTEMEN OBGYN FK UNHAS / RS DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN ACOG 2013 Preeklamsia - eklamsia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Nifas ditandai oleh banyak. perubahan fisiologis (Cunningham, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Nifas ditandai oleh banyak. perubahan fisiologis (Cunningham, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI MEDIS 1. Nifas Normal Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Preeklampsi 1. Pengertian Preeklampsia sejak dahulu didefinisikan sebagai trias yang terdiri dari hipertensi, proteinuria, dan edema pada wanita hamil. Eklampsia adalah kejang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengkajian dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data melalui wawancara dan observasi parsipatif. Data subyektif khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Persalinan a. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir (Sofian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengemukakan bahwa, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Preeklamsia sangat berhubungan dengan 5-7% morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal di seluruh dunia. Preeklamsia juga merupakan penyebab 15-20% mortalitas

Lebih terperinci

dr. Hydrawati Sari, SpOG

dr. Hydrawati Sari, SpOG dr. Hydrawati Sari, SpOG Hipertensi Gestasional Hipertensi Kronik Preeklamsia - eklamsia Preeklamsia Superimposed TD > 140/90mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu Proteinuria: 300mg/24 jam atau 1+dipstick

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai keracunan dalam kehamilan. Banyak orang yang kurang memahami mengapa dapat terjadi keracunan saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN PREEKLAMPSIA RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI

PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN PREEKLAMPSIA RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN PREEKLAMPSIA RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: SAN CAHYO RINI K 100 060 036 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Nifas Normal a. Pengertian Masa Nifas Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Intiyaswati. membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein didalam urine

Disusun oleh : Intiyaswati. membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein didalam urine SINOPSIS RENCANA TESIS EFEKTIFITAS METODE ROLL OVER TEST (ROT) DAN METODE PEMERIKSAAN PROTEIN URINE CELUP TERHADAP DETEKSI DINI PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMILTRIMESTER II DAN III DI BKIA RS.WILLIAM BOOTH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan, tekanan darah mencapai nilai 140/90

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1. Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Menurut Saifuddin (2001), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Preeklamsia merupakan salah satu kontributor utama morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Etiopatogenesis pasti sampai saat ini belum jelas dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi ASEAN dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Preeklamsia a) Definisi Preeklamsia Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

Lebih terperinci

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin * E-mail:Emmahelvina@ymail.com ISSN: 20863454 Dede

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama bulan September hingga Oktober, sebanyak 256 populasi pasien rawat inap yang mendapatkan induksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Preeklampsia Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISS N KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISS N KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI PENELITIAN KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI Yeyen Putriana*, Risneni* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Penyebab kematian ibu akibat hamil,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10% dan 3-4%

BAB I PENDAHULUAN. ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10% dan 3-4% BAB I PENDAHULUAN Preeklamsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia 1. Preeklampsia juga merupakan penyebab kedua setelah perdarahan dan sebagai penyebab

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, angka kehamilan dunia semakin meningkat. Pada tahun 1995 terjadi 209,5 juta kehamilan di dunia, yang kemudian meningkat menjadi 210,9 juta pada 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan konseling asuhan kebidanan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu yang signifikan yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup.

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY R G IV P I A II UMUR 39 DI RSUD KARANGANYAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY R G IV P I A II UMUR 39 DI RSUD KARANGANYAR 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY R G IV P I A II UMUR 39 TAHUN HAMIL 32 +4 MINGGU DENGAN PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD KARANGANYAR A. Hasil Tanggal masuk : 27 Februari 2013

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 Siti Aisyah* Ifa Fatmawati** *Dosen Program Studi Diploma III kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa :

BAB V PENUTUP. kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK minggu. dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan bahwa : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis dalam asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. G umur 30 tahun G 3 P 2 A 0 UK 35 +1 minggu dengan letak sungsang, penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium

BAB I PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Keberadaan bidan menjadi tolak ukur kesehatan di masyarakat. Hal inilah

BAB IV PEMBAHASAN. Keberadaan bidan menjadi tolak ukur kesehatan di masyarakat. Hal inilah BAB IV PEMBAHASAN Keberadaan bidan menjadi tolak ukur kesehatan di masyarakat. Hal inilah yang menjadikan bidan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini pelayanan

Lebih terperinci

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun

Lebih terperinci

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST SOAL OPTION SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST 1. Ny. F usia 29 tahun G2P1A0 bersalin di tempat Bidan Nina dengan lama persalinan Kala I dan II selama 20 jam, Kala I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). 12 minggu pasca persalinan.

BAB II TINJAUAN TEORI. normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). 12 minggu pasca persalinan. BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Hipertensi pada kehamilan Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan darah 140/90 mmhg (Prawirohardjo, 2008). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita di negara berkembang berisiko meninggal sekitar 23 kali lebih tinggi dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

11/15/2010. kejang/konvulsikonvulsi dan Koma)

11/15/2010. kejang/konvulsikonvulsi dan Koma) Hiperemesis gravidarum Komplikasi akibat langsung kehamilan Mual muntah berlebihan mengganggu pekerjaan KU Buruk (ok Dehidrasi) Penyebab blm pasti(2/1000 kehamilan) Sering pada primigrav,mola,gemeli ok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, melalui jalan lahir atau melalui jalan buatan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Persalinan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S KEHAMILAN TRIMESTER II DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL. Eka Sarofah Ningsih* ABSTRAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S KEHAMILAN TRIMESTER II DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL. Eka Sarofah Ningsih* ABSTRAK ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S KEHAMILAN TRIMESTER II DENGAN HIPERTENSI GESTASIONAL Eka Sarofah Ningsih* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Kehamilan adalah masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Preeklampsi dan Eklampsi Preeklampsi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2005 sampai Mei

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIKEJANG DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PREEKLAMPSIA BERAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIKEJANG DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PREEKLAMPSIA BERAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIKEJANG DAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PREEKLAMPSIA BERAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: ENDAH SRI NUGRAHENI

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 Sumiyati* Yuanita Hartiningsih** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb

Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal. Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb Prinsip Umum Kegawadaruratan Maternal Neonatal Sendy Firza Novilia T, S.S.T.Keb ANGKA KEMATIAN IBU DI KAB. WONOSOBO ANGKA KEMATIAN BAYI Th. 2012 (12.98/1.000 KH) 15.35 15.84 13.47 13.67 12.98 13.1 TARGET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka. Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka. Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per 100.000 kelahiran hidup. Loas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) melahirkan tidak dapat menurun seperti yang diharapkan. Menurut BKKBN pada bulan Juli 2005, AKI masih berkisar 307

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Kejadian ini diketahui berperan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu masalah krusial di dunia. Sampai saat ini AKI melahirkan belum dapat turun seperti yang diharapkan. Dengan dibuatnya rancangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian ini di dapatkan sebanyak 18 responden (60%) ibu bersalin dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi berumur 20-35 tahun. Penelitian

Lebih terperinci

Hipertensi Dalam Kehamilan

Hipertensi Dalam Kehamilan Hipertensi Dalam Kehamilan Setiap bentuk hipertensi yang muncul dalam kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada Tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun sebesar tiga seperempatnya dalam kurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

dr Agus Suhartono,SpOG (K) Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang

dr Agus Suhartono,SpOG (K) Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang dr Agus Suhartono,SpOG (K) Bagian Kebidanan dan Kandungan RSUD Kota Malang DEFINISI Hipertensi : TDSistolik 140 mmhg TDDiastolik 90 mmhg Pada 2x pemeriksaan berjarak 1 jam/ lebih Hipertensi kronik Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahunnya, terjadi peningkatan angka kehamilan secara signifikan. Pada tahun 2012 sekitar 18,8 juta kehamilan terjadi di Asia Tenggara. 1 Tingginya angka kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Asuhan pada masa nifas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSI

LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSI LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMSI Pengertian Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan edema. Umumnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis

BAB IV PEMBAHASAN. yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengankesenjangan yang ada di lahan praktek di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus di Indonesia. AKI di Indonesia masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu atau 42 hari (Hadijono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas berlangsung kira- kira 6 minggu atau 42 hari (Hadijono BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian Merupakan masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan

BAB IV PEMBAHASAN. Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan BAB IV PEMBAHASAN Pembuatan karya tulis ilmiah ini di buat dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney dan asuhan kebidan SOAP, dari bab pembahasan ini membahas kesenjangan yang di temukan saat

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : MAGDALENA AMALO NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : MAGDALENA AMALO NPM : STUDI KASUS PADA PASIEN Ny S 38 TAHUN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM IUFD DENGAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUANG DAHLIA II RSUD GAMBIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Pada Kehamilan 2.1.1 Pengertian Preeklampsia Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan

Lebih terperinci

PERDARAHAN ANTEPARTUM

PERDARAHAN ANTEPARTUM PERDARAHAN ANTEPARTUM Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu PLASENTA PREVIA Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia Berat Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. 1 Menurut Cunningham (2005) kriteria minimum untuk mendiagnosis

Lebih terperinci