PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN NUR RAHMAAN COLORADO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN NUR RAHMAAN COLORADO"

Transkripsi

1 PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN NUR RAHMAAN COLORADO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN NUR RAHMAAN COLORADO. Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SETIA HADI dan DEWI REZALINI ANWAR. Pertumbuhan kota yang pesat tanpa diikuti dengan perencanaan dan penataan ruang kota yang benar akan mengakibatkan penurunan kualitas kota. Kondisi sungai pada kota ini seperti sungai pada kota-kota besar lainnya di Indonesia dimanfaatkan secara optimal, sehingga sungai masih berada di belakang rumah atau bangunan sehingga sungai masih dianggap sebagai tempat yang kotor dan secara lanskap tidak memiliki nilai manfaat lingkungan bagi masyarakat. Pemanfaatan ruang terbuka pada daerah sepanjang sungai atau dikenal daerah sempadan sungai masih belum optimal, padahal ruang terbuka ini dapat menjadi area pendukung ekosistem sungai dan area rekreasi kota sehingga dapat menjadi ruang publik yang fungsional bagi masyarakat kota. Penelitian ini bertujuan menyusun konsep perancangan dan membuat rancangan Taman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin yang berdaya guna, bernilai indah dan lestari tanpa menghilangkan karakteristik lokal Banjar yang ada serta dapat mengakomodasi kebutuhan rekreasi masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pemerintah kota dan menjadi bahan refrensi taman tepian sungai pada tempat lain di Kota Banjarmasin serta sebagai wawasan bagi arsitek lanskap dalam merancang taman tepian sungai. Penelitian ini dilakukan di tepian Sungai Martapura, JL. P. Tendean, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010 dan penyusunan skripsi hingga Mei 2011 meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis serta perancangan. Batasan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk gambar teknis berupa Site plan, rancangan detail beberapa bagian tapak, detail potongan, detail penanaman, detail perkerasan, detail fasilitas dan gambar ilustrasi, seperti gambar tampak dan gambar perspektif. Tapak memiliki luas sekitar m 2 dengan bentuk linier mengikuti sungai sepanjang Jalan Piere Tendean ataupun menyusuri Sungai Martapura sepanjang ± 1,8 km dari Jembatan Merdeka sampai dengan Jembatan Pasar Lama. Kondisi tapak saat ini sebagian telah dibebaskan oleh pemerintah kota dan sebagian lagi masih digunakan sebagai permukiman dan warung makan yang pada tahap berikutnya akan segera dilakukan pembebasan lahan. Tapak memiliki potensi view sungai sebagai borrowing sceenery pada tapak, lokasi tapak yang berada pada pusat kota dapat menjadi tempat rekreasi kota. Kendala pada tapak sendiri antara lain masih terdapat puing, sisa-sisa perlengkapan rumah dan bongkahan kayu. Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan kembali karakteristik lokal Kota Banjarmasin yang alami yaitu dengan penggunaan pola alami/organik dan pemilihan material tanaman sebagai identitas taman dan kehidupan masyarakat dengan semboyan kayuh baimbai (mengayuh bersama-sama) sebagai aktivitas pengguna yang ingin dimunculkan pada taman yaitu interaksi. Konsep desain

3 dalam penelitian ini mengambil bentukan dari ripple water/riak air. Inspirasi dari riak air ini ditranformasikan kedalam konsep tata ruang, dimana akan dihasilkan ruang-ruang lingkaran pada tapak. Sehingga dihasilkan bentukan-bentukan baru yang digunakan sebagai pola sirkulasi pada tapak. Adapun pembagian ruang yang ada yakni, (1) ruang penerimaan (2) ruang rekreasi aktif (3) ruang rekreasi pasif dan (4) ruang penyangga. Sirkulasi pada tapak akan dibagi menjadi dua, yakni sirkulasi primer/utama dan sekunder. Jalur sirkulasi utama ialah diperuntukan untuk mengakomodasi pejalan kaki sedangkan jalur sekunder diperuntukkan untuk mengakomodasipejalan kaki dan pengguna sepeda. Untuk mengakomodasi keduanya dapat dikembangkan jalur sirkulasi/path way campuran maupun terpisah. Sedangkan vegetasi yang akan dikembangkan dalam taman ini adalah vegetasi yang memiliki fungsi ekologis dan arsitektural serta aktivitas yang akan dikembangkan pada taman adalah rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Taman tepian sungai ini dirancang pada luas m 2 dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi aktif dan pasif. Untuk mengakomodasi segala kebutuhan aktivitas pengunjung, taman ini akan dibuat fasilitas-fasilitas penunjang taman. Pada ruang rekreasi pasif terdapat plasa dengan shelter sebagai tempat makan/food corner dimana pengunjung dapat melakukan aktivitas makan dan minum sambil menikmati pemandangan sungai. Selain itu terdapat pula plasa yang diletakkan sculpture berupa art work sebagai aksen taman yang dapat dinikmati pengunjung yang berjalan ataupun dudukduduk di sekitar plasa, keberadaan sculpture pada taman juga dapat memperkuat karakteristik taman. Tempat pertunjukan atau amphiteater juga terdapat pada ruang ini yang berfungsi sebagai tempat pengunjung menikmati suasana sungai atau pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati pertujukan atau festival yang digelar di Sungai Martapura. Ruang ini memiliki proporsi lebih dominan dari ruang rekreasi aktif, ini disebabkan fokus utama yang diinginkan pada taman ini ialah aktivitas rekreasi pasif. Sementara itu, pada ruang rekreasi aktif terdapat lawn tempat bermain anak-anak dan juga berkumpul keluarga. Lawn ini dibentuk bervariasi seperti berbukit-bukit sehingga memberikan rangsangan untuk anak-anak bermain. Selain itu untuk mengakomodasi pengunjung yang berolahraga lari dibuat jogging track. Jogging track ini dibuat satu kesatuan dengan jalur jalan setapak (pathway). Ini dikarenakan aktivitas lari atau jogging tidak dilakukan maksimal satu hari penuh, hanya pada saat-saat tertentu. Pada ruang ini juga terdapat jalur untuk sepeda, ini dikarenakan karakter tapak yang linier serta panjang memungkinkan pengunjung menikmati atau mendapat pengalaman dari tapak melalui sepeda. Jalur sepeda yang dibuat pada taman ialah tipe multi mode yaitu jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi satu jalur. Pintu masuk ke taman terletak di tengah taman dengan plasa utama sebagai tempat penerima sekaligus interpretasi awal taman. Pada plasa ini juga diletakkan sebuah sculpture model artwork sebagai landmark taman. Selain itu pintu masuk taman juga dapat diakses melalui dermaga, ini untuk mengakomodasi pengunjung yang ingin masuk ke taman melalui jalur sungai. Kata Kunci : Ruang Terbuka, Perancangan Taman Tepian Sungai, Rekreasi

4 Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Nur Rahmaan Colorado A

6 PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN NUR RAHMAAN COLORADO A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

7 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP Departemen : Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan : Nur Rahmaan Colorado : A : Arsitektur Lanskap Dosen Pembimbing I Disetujui, Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Setia Hadi, MS NIP Dewi Rezalini A., SP, M.A.Des NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir Siti Nurisjah, MSLA. NIP Tanggal lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Denver, Colorado pada tanggal 31 Mei 1988, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dalam keluarga Sutadi Sastrowihardjo dan Ike Indriati. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Islam PB Sudirman Jakarta Timur pada tahun 2000, pendidikan menengah diselesaikan di SLTP Islam PB Sudirman Jakarta Timur pada tahun 2003 dan SMU N 99 Jakarta Timur pada tahun Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 di masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan masuk Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) IPB dan pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap. Penulis juga pernah mengikuti beberapa sayembara desain dan perencanaan lanskap diantaranya Perencanaan Lanskap Ex-Minning Bangka- Belitung, Desain Lanskap Awi Panglipuran Kota Baru Parahiyangan Bandung, Desain Taman Topi Bogor dan Desain Jalur Hijau Jl RE Martadinata-Sudirman Solo.

9 KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, nikmat, rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan baik. Penelitian dengan judul Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua mamah, bapak dan tak lupa mas tatas, mas virdi dan hanif atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing skripsi pertama dan Dewi Rezalini Anwar, SP, M.A.Des selaku pembimbing skripsi kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan serta atas perhatian dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap. 4. Akhmad Arifin Hadi, SP, M.Arch selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan sarannya. 5. Seluruh dosen beserta staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan 6. Keluarga besar Bpk. Supriyadi A. Dahlan di Banjarmasin atas bantuan dan dukungan selama penulis berada di Kota Banjarmasin. 7. Pimpinan beserta seluruh staf Bappeda dan Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase Kota Banjarmasin atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan bantuan data dalam penyusunan tugas akhir ini. 8. Teman satu bimbingan Kukuh, Sisi, Ika dan Intan, atas bantuan dan dukunganya. 9. Keluarga Tenk-Tonk Landscape 43, semoga kita selalu bersama.

10 10. Keluarga besar Landscape IPB, teman-teman 46, 45, 44, 42, 41, 40 dan senior. 11. Bang Ariev Landscape 40, atas segala bantuan dan ilmunya. 12. Teman-teman kepengurusan HIMASKAP Teman-teman TPB sincea Keluarga Kost Hikari. 15. Pihak-pihak yang selama ini membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penulisan ini. Bogor, Juni 2011 Nur Rahmaan Colorado

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Tujuan... 2 I.3. Manfaat... 2 I.4. Kerangka Pikir... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perancangan Taman... 4 II.2. Rekreasi... 7 II.3. Urban Waterfront... 8 II.4. Perancangan Waterfront Park II.5. Riverfront Park III. METODOLOGI III.1. Tempat dan Waktu Penelitian III.2. Tahapan Penelitian III.3. Batasan Penelitian III.4. Alat dan Bahan IV. HASIL INVENTARISASI IV.1. Kondisi Umum Kota Banjarmasin IV.1.1. Kondisi Fisik IV Administratif dan Geografis IV Tata Ruang dan Tata Guna Lahan IV Utilitas dan Fasilitas IV.1.2. Kondisi Biofisik... 24

12 IV Morfologi IV Geologi IV Tanah IV Iklim IV Hidrologi IV Pasang Surut IV.1.3. Kondisi Sosial dan Budaya IV Ekonomi Sosial IV Budaya IV Kependudukan IV.2. Kondisi Tapak IV.2.1. Kondisi Fisik IV Lokasi dan Batas Tapak IV Tata Guna Lahan Sekitar IV Aksesibilitas dan Sirkulasi IV Visibilitas dan Akustik IV.2.2. Kondisi Biofisik IV Topografi dan Kemiringan IV Tanah IV Vegetasi dan /satwa IV Iklim Mikro IV.2.3. Kondisi Sosial dan Budaya IV Potensi Pengunjung V. ANALISIS DAN SINTESIS TAPAK V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V Lokasi, Luas dan Batas V Aksesibilitas dan Sirkulasi V Visibilitas dan Akustik V.1.2. Kondisi Biofisik V Topografi dan Kemiringan... 46

13 V Tanah V Vegetasi dan Satwa V Iklim Mikro V.1.3. Kondisi Sosial V.3.1. Potensi Pengunjung V.2. Sintesis VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN VI.1. Konsep Desain VI.2. Pengembangan Konsep VI.2.1. Konsep Ruang VI.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas VI.2.3. Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas VI.2.4. Konsep Vegetasi VI.2.5. Konsep Visibilitas VI.3. Block Plan VII. PERANCANGAN VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura VII.2. Detail Peruntukan Ruang VII.2.1. Rencana Ruang Penerimaan VII.2.2. Rencana Ruang Rekreasi Aktif VII.2.3. Rencana Ruang Rekreasi Pasif VII.2.4. Rencana Ruang Penyangga VII.3. Detail Desain VII.3.1. Sirkulasi VII Sirkulasi Primer/Utama VII Sirkulasi Sekunder VII.3.2. Board walk/dek VII.3.3. Fasilitas Taman VII Amphiteater VII Bollard... 89

14 VII Railing dan Dermaga VII Rak Sepeda VII Retaining Wall VII Tempat Duduk VII Tempat Parkir VII.3.4. Elemen Estetik VII.3.5. Pencahayaan VII.3.6. Planting Plan VII Vegetasi untuk Fungsi Ekologis VII Vegetasi untuk Fungsi Arsitektural VIII PENUTUP VIII.1. Simpulan VIII.2. Saran DAFTAR PUSTAKA

15 DAFTAR TABEL Teks Halaman 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tata Guna Lahan Kota Banjarmasin Pertumbuhan PDRB Kota Banjarmasin Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Jumlah Penduduk Banjarmasin menurut Jenis Kelamin Analisis Sifat Fisik Tanah Hasil Analisis / Sintesis Konsep Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Peruntukan Ruang Taman Tepian Sungai Daftar Karakteristik Tanaman yang digunakan pada Taman

16 DAFTAR GAMBAR Teks Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian Contoh Suasana di Dermaga Peta Orientasi Lokasi Penelitian Bagan Proses Perancangan Taman Tepian Sungai Peta Administrasi Kota Banjarmasin Peta Struktur Ruang Kota Banjarmasin Lokasi Penelitian Kondisi Tapak dari Jembatan Mereka dan Jembatan Ps. Lama Kondisi Umum Tapak Akses Jalan Menuju Tapak Moda Transportasi Perahu Mesin (Klotok) dan Perahu Jukung Beberapa Jenis Vegetasi pada Tapak Peta Sebaran Vegetasi pada Tapak Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di Sungai Martapura Kegiatan yang dilakukan Pengunjung pada Tapak Analisis Fisik Tapak Analisis Sirkulasi Analisis View dan Akustik Ilustrasi Kendala Perbedaan Level Ketinggian Permukaan Analisis Hidrologi Keefektifan Vegetasi dalam Menjerap Radiasi Sinar Matahari Pohon dan Semak sebagai Peredam Bising dan Penjerap Polusi Debu Analisis Iklim Mikro Tapak Ilustrasi Konsep Desain Konsep Tata Ruang Image Kegiatan Olahraga di Tepian Sungai Image Aktivitas Duduk-Duduk Menikmati Pemandangan, dsb Beberapa Contoh Fasilitas Penunjang Rekreasi di Riverfront Park Konsep Pembagian Jalur Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda... 60

17 30. Konsep Tata Sirkulasi Konsep Vegetasi Ilustrasi Konsep Borrowing Scenery Block Plan Site Plan Site Plan (Segmen 1) Potongan Tampak (Segmen 1) Site Plan (Segmen 2) Potongan Tampak (Segmen 2) Site Plan (Segmen 3) Potongan Tampak (Segmen 3) Sketsa Perspektif Keseluruhan (Mata Burung) Sketsa Perspektif pada Area Main Entrance Sketsa Perspektif pada Lawn dan Sitting Area Sketsa Perspektif pada Lawn Berundak Sketsa Perspektif pada Boardwalk & Dek Sketsa Perspektif pada Dermaga Sketsa Perspektif pada Area Foodcourt & Dermaga Contoh Jenis Pavement Image Bike Marker Image Board walk atau Titian Material Bollard, Rak Sepeda & Gabion Wall Gambar Tampak A dan B Detail Multimode dan Boardwalk Image Rak Sepeda Contoh Penggunaan Bronjong atau Gabion Wall Contoh Metal Artwork Material Dermaga & Plasa Gambar Tampak F, G dan H Detail Tangga, Shelter dan Amphiteater Detail Artwork & Sculpture Tampak C, D dan E... 98

18 62. Material Boardwalk, Multimode Way & Pathway Detail Bollards, Rak Sepeda dan Gabion Wall Detail Area Parkir Contoh Tipe-Tipe Pencahayaan Pencahayaan Planting Plan (Pohon) Planting Plan (Shrubs & Cover) Detail Penanaman Pohon Detail Penanaman Semak dan Groundcover

19 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisoner Penelitian

20 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banjarmasin adalah ibukota propinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk jiwa (BPS, 2008) dan luas wilayah 97 km 2 atau 0,26 % dari luas wilayah Kalimantan Selatan. Kota ini memiliki ciri khas sebagai kota sungai kerena sebagian besar wilayahnya dialiri oleh sungai-sungai besar dan kecil. Banjarmasin memiliki 103 sungai. Sungai-sungai yang ada di Banjarmasin ini dipengaruhi pasang surut air laut dan pada saat pasang wilayah daratan berada 0,16 m di bawah permukaan air laut. Sungai Barito merupakan sungai terbesar sekaligus sebagai sungai utama sungai-sungai yang melewati Kota Banjarmasin. Wilayah Kota yang dilalui banyak sungai ini memberikan ciri khas tersendiri bagi kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi, perdagangan dan pariwisata. Salah satu anak Sungai Barito yaitu Sungai Martapura merupakan anak sungai yang membelah kota dan mengalir melewati pusat kota. Bagi masyarakat kota, sungai ini memiliki arti penting sebagai ruang kehidupan masyarakat seperti halnya sungai-sungai lainnya yaitu sebagai sarana transportasi, pusat aktivitas perdagangan, pariwisata serta MCK. Pertumbuhan kota yang pesat tanpa diikuti dengan perencanaan dan penataan ruang kota yang benar akan mengakibatkan penurunan kualitas kota. Kondisi sungai pada kota ini seperti sungai pada kota-kota besar lainnya di Indonesia dimanfaatkan secara optimal, sehingga sungai masih berada di belakang rumah atau bangunan sehingga sungai masih dianggap sebagai tempat yang kotor dan secara lanskap tidak memiliki nilai manfaat lingkungan bagi masyarakat. Sungai yang merupakan elemen lanskap kota memiliki potensi meningkatkan kualitas kenyamanan dan keindahan kota serta menambah nilai ekonomis akan jasa lingkungan dari sungai itu sendiri. Pemanfaatan ruang terbuka pada daerah sepanjang sungai atau dikenal daerah sempadan sungai masih belum optimal, padahal ruang terbuka ini dapat menjadi area pendukung ekosistem sungai dan area rekreasi kota sehingga dapat menjadi ruang publik yang fungsional bagi masyarakat kota.

21 2 Salah satu hal yang dapat dilakukan guna memanfaatkan ruang terbuka tersebut adalah dengan merancang suatu taman di tepian sungai (siring). Perancangan taman tepian sungai ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tepian Sungai Martapura sekaligus kualitas Kota Banjarmasin dan menyediakan tempat rekreatif yang nyaman bagi masyarakat Kota Banjarmasin untuk menghilangkan lelah beraktivitas ataupun hanya melakukan kegiatan santai seperti duduk-duduk melihat keindahan sungai Martapura. Taman ini dirancang menghadap sungai dan sungai menjadi elemen utama taman, serta dapat merepresentasi kawasan disekitarnya. I.2 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menyusun konsep perancangan taman tepian sungai yang fungsional serta memiliki kualitas estetika yang baik 2. Merancang taman tepian sungai Sungai Martapura Kota Banjarmasin menjadi kawasan yang berdaya guna, bernilai indah dan lestari tanpa menghilangkan karakteristik lokal Banjar yang ada serta dapat mengakomodasi kebutuhan rekreasi masyarakat Kota Banjarmasin. I.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kota Banjarmasin dalam merancang tepian Sungai Martapura, Kota Banjarmasin 2. Menjadi wawasan bagi arsitek lanskap dalam merancang taman tepian sungai yang fungsional dan estetik 3. Menjadi bahan referensi taman tepian sungai pada tempat lain di Banjarmasin I.4 Kerangka Pikir Kota Banjarmasin merupakan kota sungai, yang sebagian besar wilayahnya dialiri oleh sungai-sungai besar dan kecil. Sungai Martapura ialah anak Sungai Barito yang mengalir melewati pusat kota. Daerah sempadan atau

22 3 tepian Sungai Martapura berpotensi dikembangkan menjadi Riverfront Park yang dapat meningkatkan nilai ekologis dan estetika Kota Banjarmasin, serta menjadi area rekreasi masyarakat kota. Oleh karenanya perlu dilakukan perancangan taman tepian sungai yang berbasis Waterfront Area. Kota Banjarmasin 103 Sungai Kota Sungai Sungai Martapura Sungai yang Membelah Kota Tepian Sungai Martapura Riverfront Area Sungai Menjadi Halaman Belakang Bangunan Degradasi Sungai Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka/Publik sebagai Tempat Rekreasi Kota PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI Taman Tepian Sungai Martapura Ruang Terbuka yang Rekreatif Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

23 4 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perancangan Taman Menurut Booth (1983), kegiatan perancangan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia, dimana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yang berfokus pada penggabungan manusia dengan aktivitas di ruang luar. Sedangkan Simonds (1983), mengemukakan bahwa perancangan adalah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta aspek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan. Perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume ruang. Selanjutnya Simonds dan Starke (1986) menjelaskan bahwa desain ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada fisik, psikologis dan fisiologis manusia. Fisik berkaitan erat dengan hubungan ukuran skala manusia dan bentuk lingkungan. Kebutuhan fisiologis manusia dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, udara, air dan hal-hal yang memberikan kenyamanan. Pengaruh fisiologis tergantung pada pengorganisasian ruang, misalnya gerakan, keriangan, keberanian, ketegasan, keheningan dan perenungan. Sedangkan menurut Laurie (1986), perancangan pertamanan merupakan suatu proses melalui mana kualitas-kualitas khusus dicurahkan pada ruang-ruang dragmatis rencana tapaknya dan merupakan tingkatan lain atas mana arsitektur pertamanan dapat dibahas ataupun dikritik. Taman merupakan ruang-ruang dengan penggunaan yang terbatas dan bentukan yang fleksibel, dikembangkan dengan sedikit konstruksi, digunakan untuk relaksasi sampai menikmati pemandangan, merenung, meditasi, tidur, bermimpi, bercinta, bersosialisasi yang tidak ramai dan permainan bebas. Ruang ini mempunyai intensitas terbatas dan tidak spesifik (Eckbo, 1964). Material perancangan taman menurut Crowe (1981) yaitu land form, plant material, water, sculpture forms, garden boundaries dan ground pattern. Land form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi setiap lanskap. Material tanaman atau plant material merupakan salah satu media untuk

24 5 berkreasi dalam merancang suatu taman, selain itu juga dapat memperbaiki iklim mikro. Elemen air berguna menciptakan keseimbangan lingkungan serta memberikan kesejukan. Sculpture form adalah salah satu bentuk seni, biasanya berupa suatu patung atau pahatan yang terbuat dari batu dan berfungsi untuk menghias taman dan sculpture ini telah ada sejak zaman Romawi. Garden boundaries salah satu elemen penting dalam suatu taman yang berfungsi untuk membatasi area taman dengan area sekitarnya, biasanya berupa pagar yang terbuat dari kayu, beton, besi atau berupa ha-ha wall atau dengan elemen air. Ground pattern adalah pola yang diterapkan untuk penutup tanah, berupa material tanaman seperti rumput atau yang terbuat dari perkerasan yaitu pola paving. II.1.1. Elemen Taman Dalam lanskap terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari bentuk alam seperti topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin, suhu, curah hujan yang relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan yang disebut elemen minor adalah elemen yang masih dapat dimodifikasi atau diubah oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang dilakukan secara garis besar dapat menimbulkan beberapa efek, diantaranya melestarikan, merusak, mengubah dan memberi penekanan. Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi soft materials dan hard materials. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan, sehingga semua elemen yang banyak bervariasi dapat menjadi satu kesatuan yang harmonis (Simonds, 2006). II.1.2. Elemen Desain Menurut Hakim (2006), persepsi visual tentang ruang dan massa terdiri dari empat unsur utama (elemen desain), yaitu garis, bentuk, warna dan tekstur. Karakteristik dari tiap unsur dapat diintegrasikan ke dalam komposisi visual, walaupun satu atau lebih unsur-unsur dapat mendominasi. Kemudian, Simonds (1983) menambahkan perancangan ditekankan pada penggunaan volume dan ruang. Setiap volume dan ruang memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna

25 6 dan kualitas lain. Semuanya dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai dengan baik. Booth (1983) menyatakan bahwa elemen-elemen desain harus dikordinasikan untuk memunculkan aspek-aspek positif dari masing-masing elemen, sementara secara bersamaan mengurangi kualitas-kualitas lemahnya. Setiap elemen-elemen disain saling mempengaruhi. II.1.2. Prinsip Desain Reid (1993) menyatakan bahwa perancangan lanskap suatu kawasan harus mengikuti prinsip-prinsip desain. Penerapan prinsip-prinsip desain di dalam perancangan berguna untuk menghasilkan karya lanskap yang fungsional, estetik dan berkelanjutan. Menurut Ingels (2003), ada enam prinsip desain yang digunakan dalam seni murni maupun aplikasi pada abad ini, keenam prinsip desain tersebut adalah: 1. Balance (Keseimbangan) Keseimbangan adalah sesuatu yang baik untuk dilihat. Secara fisik kita merasakan ketidaknyamanan saat kita tidak seimbang. Ada tiga tipe keseimbangan yaitu simetrik, asimetrik dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah keseimbangan yang ada pada taman-taman formal, satu sisi merupakan pencerminan dari sisi lainnya. Keseimbangan asimetrik adalah keseimbangan yang informal, komposisi satu sisi dengan sisi lainnya sama, hanya saja berbeda dalam penggunaan materialnya. Sedangkan keseimbangan proksimal memiliki kesamaan dengan keseimbangan asimetrik, hanya saja pendistribusiannya lebih jauh dan dalam. 2. Focal point Focal point adalah prinsip desain yang memiliki posisi penglihatan yang kuat dan dominan dalam suatu komposisi lanskap. Focal point dapat dibentuk dari tanaman, perkerasan, elemen arsitektural, warna, tekstur atau kombinasi dari semuanya.

26 7 3. Simplicity (Kesederhanaan) Sama seperti prinsip desain keseimbangan, kesederhanaan akan membuat perasaan yang lebih nyaman dalam suatu lanskap. Kompleksitas tidak selalu menjadi lawan dari kesederhanaan tergantung bagaimana desain lanskap itu difokuskan. 4. Ritme Saat dimana pengulangan dengan standar interval yang berpola tertentu maka ritme akan terbentuk. Dalam desain lanskap, interval biasanya terukur dalam suatu ruang suatu interval tertentu dan terpola secara terukur dalam pola ruang. 5. Proporsi Proporsi difokuskan dengan hubungan ukuran antar pola-pola dalam suatu lanskap. Proporsi termasuk bentukan hubungan vertical dan horizontal yang ada dalam spasial. 6. Unity Unity adalah penyatuan dari bagian-bagian yang terpisah yang berperan untuk mengkreasikan keseluruhan dari desain. II.2. Rekreasi Menurut Gold (1980), rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungan dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat. Rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Rekreasi aktif dimana kegiatan rekreasi lebih didominasi pada manfaat fisik daripada mental. sedangkan untuk rekreasi pasif adalah rekreasi yang lebih berorientasi manfaat mental daripada fisik. Aktivitas rekreasi terjadi pada beberapa tingkatan umur manusia, aktivitas rekreasi juga merupakan kegiatan yang ditentukan oleh waktu, kondisi, sikap manusia dan lingkungan.

27 8 II.3. Urban Waterfront II.3.1. Definisi dan Fungsi Waterfront Waterfront merupakan penerapan konsep tepian air (laut, sungai, danau, muara) sebagai halaman depan, dimana tepian air tersebut dipandang sebagai bagian lingkungan yang harus dipelihara, bukan halaman belakang yang dipandang sebagai tempat pembuangan (Nugroho, 2000). Waterfront sungai atau kanal di dalam kota disamping berfungsi sebagai kawasan saluran utama pengendali banjir dan saluran pembuangan limbah air kotor bagi penduduknya, juga memiliki fungsi sebagai ruang publik yang dapat menampung kegiatan interaksi sosial masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat rekreasi budaya (Anonim, 2010). Sedangkan Simonds (2006) menambahkan, lakeshore dan waterfront menjadi fokus dari perkembangan publik, pusat perhatian dan kebanggaan banyak kota. Fungsi dari waterfront kota merupakan keterkaitan antara kebutuhan dan karakteristik sebuah kota dan memiliki rentetan perkembangan yang sama. Pada awal perkembangan kota, waterfront memiliki fungsi basis perdagangan, perkapalan/transportasi, pemancingan dan pertahanan. Rekreasi sering dianggap sebagai kebutuhan tambahan dan seringkali waterfront dianggap dengan sendirinya menyediakan ruang terbuka dan rekreasi yang cukup untuk penduduk kota (Anonim, 2010). II.3.2. Pengklasifikasian Waterfront Berdasarkan tipe proyeknya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Konservasi, penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini dan menjaganya agar tetap dinikmati oleh masyarakat. 2. Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau membangun kembali fasilitas-fasilitas yang ada. 3. Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.

28 9 Sedangkan berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Mixed-used waterfront adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit dan / atau tempat-tempat kebudayaan. 2. Recreational waterfront adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan dan fasilitas untuk kapal persiar. 3. Residential waterfront adalah perumahan, apartemen dan resort yang dibangun di pinggir perairan. 4. Working waterfront adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat dan fungsi-fungsi pelabuhan (Anonim, 2010) II.3.3. Karakter Visual Waterfront Waterfront sering dikatakan memiliki kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tersebut dicapai melalui bentuk, tekstur dan fitur spesial waterfront, berupa permukaan air yang luas. Walaupun ada beberapa latar yang standar untuk sebuah waterfront, tetapi setiap latar pasti memiliki karakter visual berbeda. Hal ini ditentukan oleh bermacam-macam elemen fisik yang membentuk sebuah waterfront dan respon sang pengamat terhadap elemen-elemen tersebut (Anonim, 2010). 1. Bentuk Secara konseptual, lanskap terbuat dari pinggiran dan ruang. Pinggiran memberikan bentuk pada apa yang dilihat mata manusia dengan memberikan batas spasial. Dalam hal ini, dapat dianggap tidak ada pembatas yang lebih jelas daripada perbatasan antara pertemuan air dan daratan. 2. Tekstur Waterfront biasanya memiliki tekstur visual yang kaya. Hal ini diproduksi oleh variasi permukaan material yang digunakan untuk

29 10 membangun fasilitas-fasilitas di waterfront, dan keadaan cuaca yang menyebabkan perubahan tekstur sehingga perbedaan banguna baru dan lama menjadi terlihat. Material-material seperti kayu, granit dan bata memiliki tekstur yang lebih kaya dan kasar daripada besi dan kaca. 3. Vegetasi Vegetasi juga dapat menjadi sebuah fitur dalam mempengaruhi karakter visual sebuah waterfront. Secara umum, tumbuhan-tumbuhan memperhalus tampilan visual. 4. Focal Point Kualitas visual sebuah waterfront juga dapat ditingkatkan dengan kehadiran elemen khas yang hanya bisa ditemukan di sepanjang pinggiran air. Elemen-elemen seperti kapal-kapal fery, marina, fasilitas perbaikan kapal dan fasilitas penunjang kegiatan perairan lainnya, dapat menstimulasi ketertarikan pengunjung karena kejarangan pemandangan yang ditemukan di kota. elemen-elemen ini seringkali dijadikan sebagai focal point dari karakter visual sebuah waterfront. Sedangkan dari segi aktivitasnya, Munandar (2009) menjelaskan bahwa dalam perancangan waterfront development terdapat aktivitas sosial (budaya) yang menjadi elemen penting dan tidak dimiliki oleh kawasan lain, seperti floating market, festival perahu, laying-layang dan gondola. II.4. Perancangan Waterfront Park Wren (1983) dan Toree (1989) menambahkan, perancangan tepian air mempunyai dua aspek penting yang mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan. Aspek-aspek dasar perancangan konsep waterfront development adalah: 1. Faktor Geografis, merupakan faktor yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta pola penggunaanya. Termasuk di dalam hal ini adalah kondisi perairan, yaitu dari segi jenis (laut, sungai, dst), dimensi, konfigurasi, pasang-surut, serta

30 11 kualitas airnya. Sehingga untuk aspek ini dapat kelompokan sebagai berikut: a. Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta kepemilikannya. b. Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperature, angin dan curah hujan. 2. Konteks perkotaan (Urban context) adalah faktor-faktor yang nantinya akan memberikan ciri khas tersendiri bagi kota yang bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan dengan bagian kota terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah: a. Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan waterfront atau sekedar merasa memiliki kawasan tersebut sebagai sarana publik b. Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan arah pengembangannya, misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan adaptif serta bagian tradisi yang perlu dilestarikan. c. Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta pengaturan sirkulasi di dalamnya. d. Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan satu kawasan waterfront dengan lainnya. Sedangkan menurut Munandar (2009), dalam pengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan penekanan dengan memberikan solusi desain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang oleh pengunjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam perancangan waterfront development adalah: a. Pesisir Kawasan tanah atau pesisir yang landai atau datar dan langsung berbatasan dengan air. Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan.

31 12 b. Promenade/Esplanade Perkerasan di kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara (sepeda atau kendara tidak bermotor lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan. Bila permukaan perkerasan hanya sedikit di atas permukiman air disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh lebih tinggi dari permukaan seperti balkon, disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut tangga pemandian atau baptismal steps. c. Dermaga Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di atas air untuk menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada masa kini dermaga dapat diolah sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan tepian air dan diperluas fungsinya antara lain sebagai tempat berjemur. d. Jembatan Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal. Jembatan adalah elemen yang sangat popular guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau high-tech, sehingga sering tampil sebagai sebuah sculpture. Banyak jembatan yang kemudian menjdi Lengaran (Landmark) bagi kawasanya, misalnya Golden Gate di San Fransisco atau Tower Bridge di London. e. Pulau buatan/bangunan air Bangunan atau pulau yang dibuat atau dibangun di atas air sekitar daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daratan, bisa juga dihubungkan dengan jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan. f. Ruang terbuka (urban space) Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan kawasan tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urban space di kawasan tepian air adalah Piazza de La Signoria yang dihubungkan dengan ponte Veccnio, di Firenze serta Piazza San Marco dengan Grand Canal, di Venezia.

32 13 g. Aktivitas Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk meramaikan atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan perairan. Floating market misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah daya tarik suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh paduan aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara berkala, misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang. Gambar 2. Contoh Suasana di Dermaga (Sumber : Time Saver Standard for Landscape Arcitecture) II.5. Riverfront Park II.5.1. Lanskap Riparian Lanskap tepi sungai mengkaji sistem ekologi daerah sungai dan dataran banjir dari perspektif ekologi lanskap. Pola tata ruang khusus vegetasi tepi sungai dilihat sebagai akibat dari, dan kontrol pada proses-proses ekologi, geomorfologi dan hidrologi yang beroperasi di sepanjang sungai. Lanskap tepi sungai juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan sumber daya air dan penggunaan lahan terkait Wilayah tepi sungai adalah lingkungan unik karena posisi mereka dalam lanskap, yaitu daerah ecotones dimana area peralihan antara zona terestrial dan perairan serta koridors seluruh area. Lingkungan riparian melayani fungsi beragam dan memiliki nilai yang berbeda tergantung pada pengaturan fisik, biologis dan budaya. Perbedaan nilai sering menyebabkan kerusakan beberapa nilai untuk kepentingan lain

33 14 II.5.2. Pedoman Desain Area Tepi Sungai Menurut Mclaren (2000), pedoman desain terdiri dari empat bagian, antara lain: a. General, pedoman ini mencakup masalah-masalah berskala besar atau unsur-unsur yang umum dan untuk dimasukkan dalam pengembangan semua, seperti arah sinar matahari, angin, temperature, view, karakter, public safety dan akses, pelayanan dan tempat parkir. b. Site features and infrastructure, pedoman ini mencakup pengembangan tapak baik untuk keperluan publik maupun private seperti shelter dan struktur lain bukan bangunan, contohnya gerbang/pintu masuk, jalan, pusat pertemuan/node, signage/papan informasi, shelter, pemecah angin, vegetasi, pencahayaan, tempat duduk, site furniture, river edge conditions, bollards dan bumper rails, dll. c. Building. pedoman yang mengatur bangunan atau struktur dimaksudkan untuk digunakan atau hunian pada properti publik atau private. seperti orientasi, karakter, setbacks, masa bangunan, dsb. d. Daerah pusat masyarakat, pedoman catatan ketentuan untuk area lebih intens digunakan masyarakat.

34 15 III. METODOLOGI III.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura ini terletak di Kelurahan Gedang dan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 2). Kegiatan penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010 dan penyusunan skripsi hingga Mei Peta Kalimantan Selatan Peta Banjarmasin Tanpa Skala Tanpa Skala Lokasi Penelitian Tanpa skala Tanpa Skala Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Penelitian (Sumber : google.com dan Foto Citra Geo Eye, 2009) III.2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu persiapan, pengumpulan data, pengolahan data (konsep, analisis dan sintesis) dan kegiatan perancangan. Dimana pada tahapan persiapan dan pengumpulan data dilakukan dengan turun lapang ke lokasi selanjutnya untuk tahapan pengolahan data dan

35 16 perancangan dilakukan di studio (Bogor). Bagan proses penelitian ini terlihat pada gambar 4. Konsep Perancangan Persiapan Pengumpulan data Analisis dan Sintesis Perancangan Usulan dan perijinan Data Fisik Data Biofisik Potensi dan Kendala Site Plan & Detail Desain Data Sosial Gambar 4. Bagan Proses Perancangan Taman Tepian Sungai III.2.1. Persiapan Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian sebagai usulan untuk melakukan perancangan taman tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi penelitian dan menyusun rencana kegiatan. Pada tahap ini juga dilakukan pengurusan perijinan untuk melakukan penelitian. III.2.2. Pengumpulan Data Merupakan tahap pengumpulan data yang diperlukan berupa data, fisik, biofisik dan sosial, sebagian besar kegiatan pengumpulan data ini dilakukan dengan cara inventarisasi tapak secara langsung. 1. Data fisik, meliputi lokasi, batas dan luas tapak serta data tekni seperti, data mengenai teknis kontruksi baik hard materials maupun soft materials. Data ini diperoleh dari survei/data primer dan studi pustaka dari berbagai sumber/data sekunder. 2. Data biofisik, meliputi data hidrologi, iklim, tanah, serta topografi. Data ini diperoleh dari data sekunder dan juga melalui survei langsung pada

36 17 tapak unutk melihat kesesuaian antara data sekunder dengan kondisi eksisting yang sebenarnya. 3. Data sosial, meliputi data demografi Kota Banjarmasin yang diperoleh dari sumber terkait, kemudian melihat dan mengetahui pola tingkah laku dan keinginan dari masyarakat kota mengenai kawasan lokasi penelitian dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisoner kepada pengunjung tapak. Format dan bentuk kuisoner dapat dilihat pada lampiran. Jenis, Bentuk, Sumber Data dan Cara pengambilan data dijelaskan pada tabel 1. III.2.3. Analisis dan Sintesis Data yang diperoleh kemudian dianalisis ke dalam sub-sub bagian, yaitu analisis fisik, biofisik tapak dan analisis sosial. Analisis fisik dan biofisik tapak dilakukan meliputi fisik tapak atau sumberdaya tapak, yaitu potensi serta kendala yang ada pada tapak. Sedangkan untuk analisis sosial melakukan analisis meliputi identitas dan preferensi dari pengunjung tapak termasuk di dalamnya persepsi mengenai rancangan tapak untuk menjadi bahan pertimbangan dalam proses analisis dan tahapan-tahapan selanjutnya. Analisis ini dilakukan secara deskriptif spasial maupun tabular. III.2.4. Konsep Perancangan Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep dasar dan konsep perancangan taman tepian sungai yang kemudian dikembangkan berdasarkan hasil analisis/sintesis potensi dan kendala yang telah dilakukan sebelumnya. Pengembangan konsep ini meliputi konsep ruang, sirkulasi, vegetasi/tata hijau serta aktivitas dan fasilitas. III.2.5. Perancangan Lanskap Pada tahap ini dilakukan proses perancangan dimulai dengan pembuatan block plan, yaitu penggambaran keseluruhan konsep yang telah dibuat diintegrasikan dengan kebutuhan ruang sehingga menghasilkan ruang-ruang

37 18 fungsional serta aktivitas dan fasilitas pada taman tepian sungai ini. Hasil block plan ini kemudian diterjemahkan ke dalam gambar rancangan akhir. Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Kelompok Data Fisik Luas Batas Bangunan Jenis Data Bentuk Sumber Primer, sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Tapak, Bapedda Banjarmasin Tapak, Bapedda Banjarmasin Tapak, Bapedda Banjarmasin Cara Pengambilan Survei, studi pustaka Survei, studi pustaka Survei, studi pustaka Aksesibilitas & Sirkulasi Primer Tapak Survei Visibilitas & Akustik Primer Tapak Survei Biofisik Kemiringan Sekunder Bappeda Banjarmasin Detail kontruksi elemenelemen hard materials dan soft materials Sekunder Dinas Pekerjaan Umum, Bapedda Banjarmasin Tanah Sekunder Bapedda Banjarmasin Studi pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Vegetasi & Satwa Primer Tapak Survei Hidrologi Sekunder Dinas Sungai Studi pustaka Angin Sekunder St.Klimatologi Studi pustaka Banjarmasin Suhu Sekunder St.Klimatologi Banjarmasin Studi pustaka Pengunjung, aktivitas, Primer Kuesioner Survei tipe pengunjung Sosial & Budaya Preferensi/keinginan Primer Kuesioner Survei pengunjung Kebiasaan masyarakat Primer Kuesioner Survei Sejarah Kawasan Primer Kuesioner Bappeda Banjarmasin Survei III.3. Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk gambar teknis berupa Site plan, rancangan detail beberapa bagian tapak, detail potongan, detail

38 19 penanaman, detail perkerasan, detail fasilitas dan gambar ilustrasi, seperti gambar tampak dan gambar perspektif. III.4. Alat dan Bahan Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi : 1. Global Positioning System (GPS), yang digunakan untuk menentukan bentuk, serta posisi titik koordinat dari lokasi penelitian. 2. Meteran, yang digunakan untuk mengukur dimensi panjang dan lebar tapak. 3. Komputer dengan software AutoCAD 2007, Google SketchUp 7 dan Adobe Photoshop CS3 yang digunakan untuk membuat gambar/grafis, serta Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

39 20 IV. HASIL INVENTARISASI IV.1. Kondisi Umum Kota Banjarmasin IV.1.1. Kondisi Fisik IV Administrasi dan Geografis Kota Banjarmasin secara geografis berada pada posisi 3º LS 3º LS dan pada 114º BT 114º BT. Secara administratif, wilayah Kota Banjarmasin memiliki batas wilayah sebagai berikut : Utara : Kabupaten Barito Kuala Selatan : Kabupaten Banjar Timur : Kabupaten Banjar Barat : Sungai Barito (Kabupaten Barito Kuala) Kota ini memiliki luas wilayah mencapai ±9700 Ha atau 0,26% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dan terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu Banjarmasin Utara, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Timur dan Banjarmasin Barat (Gambar 5). Gambar 5. Peta Administrasi Kota Banjarmasin (Sumber : RTRW Kota Banjarmasin, 2009)

40 21 Kota Banjarmasin banyak dialiri oleh sungai-sungai besar dan cabangcabangnya yang mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan, sehingga dikenal sebagai Kota Seribu Sungai. Hampir semua sungai bermuara di Sungai Barito dan Sungai Martapura yang kondisi aliran dipengaruhi pasang surut laut. Pola aliran sungainya dikategorikan sebagai pola aliran mendaun (dendritic drainage patern), pola ini dicirikan aliran sungai cabang mengalir ke sungai utama. IV Tata Ruang Wilayah dan Tata Guna Lahan Secara alamiah Kota Banjarmasin tumbuh secara konsentris dengan pola lalu lintas berbentuk sarang laba-laba. Dengan pola ruang seperti ini beban pusat kota akan semakin bertambah berat dan pada gilirannya akan membawa dampak terhadap penurunan fungsi pelayanan secara umum pada berbagai sektor. Apalagi perkembangan pemanfaatan ruang di sepanjang jalan ini memiliki pola aglomeratif yang mendekati pusat kota sehingga berdampak pada ketergantungan terhadap pusat kota yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari intensitas dan ekstenfikasi lahan yang ada di kawasan pinggiran atau perbatasan kota yang masih rendah dan munculnya penggunaan lahan campuran (mixed use), seperti Rumah Kantor (Rukan) dan Rumah Toko (Ruko) pada pusat-pusat pelayanan kota karena tipe penggunaan ini sangat efektif dan efesien dari segi aliran barang bagi kegiatan perdagangan dan perekonomian. Secara teoritis struktur Kota Banjarmasin dikembangkan dengan konsep polisentris dengan mengkombinasikan pola konsentris dalam sektoral karena wilayah pelayanan yang luas. Ini berarti perkembangan kota diarahkan pada pembentukan pusat-pusat kegiatan baru di pinggir kota dengan orientasi regional sehingga beban pusat kota akan berkurang dan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang produktif. Tata guna lahan Kota Banjarmasin dibagi ke dalam beberapa jenis penggunaan seperti, fasilitas sosial dan umum, permukiman, industri, perdagangan / jasa, sawah, ruang terbuka hijau dan sisanya berupa tanah terbuka. Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk persawahan memiliki luasan terbesar.

41 22 Tabel 2. Tata Guna Lahan Kota Banjarmasin No. Penggunaan Tanah Luas (Ha) (%) 1. Fasilitas Sosial dan Umum 72,23 0,90 2. Permukiman Kepadatan Tinggi 1006,06 12,54 3. Permukiman Kepadatan Sedang 2334,97 29,12 4. Permukiman Kepadatan Rendah 316,02 3,94 5. Industri 77,10 0,96 6. Perdagangan / Jasa 107,08 1,33 7. Sawah 4049,87 50,51 8. Ruang Terbuka Hijau 38,04 0,47 9. Tanah Terbuka 15,72 0,19 Jumlah 8017, Sumber: RTRW Kota Banjarmasin 2009 IV Utilitas dan Fasilitas Kondisi Banjarmasin yang merupakan kota di atas rawa mengakibatkan pembangunan jaringan listrik bawah tanah akan membawa resiko dan biaya cukup tinggi. Oleh karena itu pemasangan jaringan listrik tetap di atas tanah dengan tiang berkabel. Pemasangan sistem jaringan listrik (tegangan rendah) mengikuti jaringan jalan akan memberikan kemudahan dalam pemeliharaan, biaya yang rendah serta pelayanan yang efektif. Pengembangan jaringan listrik diarahkan ke kawasan permukiman baru seperti HKSN di utara, Sungai Andai di seberang Sungai Andai (timur laut), Besirih (selatan), dan lain-lain, sebagaimana rencana pengembangan sistem jaringan jalan kota (RTRW Kota Banjarmasin, 2009). Untuk mendorong pusat pertumbuhan kota maka diperlukan adanya sistem jaringan jalan yang mendukung ke arah tersebut. Sejalan dengan rencana pengembangan jalan lingkar Metropolitan maka untuk Kota Banjarmasin perlu dikembangkan jalan lingkar yang mengelilingi kota. Sementara itu sistem jaringan jalan dalam kota perlu dikembangkan dengan pendekatan grid iron (papan catur) pada beberapa kawasan dan menyambungkan sistem jaringan jalan yang berbentuk sarang laba-laba. Dengan demikian diharapkan lalu lintas dalam kota dapat mengalir, terutama pada jam-jam sibuk (peak hour).

42 23 Sebagai Kota Sungai sebagian besar masyarakat Kota Banjarmasin telah memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi utama. Akan tetapi saat ini tidak lagi menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Beberapa sungai yang direncanakan untuk tetap dan dikembangkan sebagai jalur transportasi air antara lain, Sungai Barito, Martapura, Alalak dan beberapa sungai kecil lainnya. Kondisi sungai tersebut saat ini telah mengalami degradasi sehingga diperlukan revitalisasi sungai untuk dapat mengakomodasi sistem transportasi sungai. Sistem transportasi darat dan sungai perlu dikoneksikan secara efektif dan fungsional sehingga terbangun sistem lalu lintas dua moda (intermoda), antara moda darat dan moda sungai (Gambar 6). Hal ini menjadi bagian dari pencapaian visi penataan ruang Kota Banjarmasin yang berbasis sungai (RTRW Kota Banjarmasin, 2009). Gambar 6. Peta Struktur Ruang Kota Banjarmasin (Sumber: RTRW Kota Banjarmasin, 2009)

43 24 IV.1.2. Kondisi Biofisik IV Morfologi Kota Banjarmasin terletak sekitar 50 km dari muara Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura, sehingga secara umum bentuk fisik Kota Banjarmasin didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Daerah ini terletak di bawah permukaan air laut rata-rata 0,16 m (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng 0% - 2%. Letak dataran yang sebagian besar berada di bawah permukaan air menyebabkan sebagian besar wilayah Kota Banjarmasin merupakan rawa tergenang yang dapat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. IV Geologi Sebagian besar formasi batuan dan tanah di wilayah Kota Banjarmasin adalah jenis Alluvium (Qa) yang dibentuk oleh kerikil, pasir, lempung dan lumpur. Adapun kondisi dan struktur geologi di Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut : a. Formasi Berai (tomb); terbentuk dari batu gamping putih berlapis dengan ketebalan cm b. Formasi Dahor (Tqd); terbentuk oleh pasir kuarsa, konglomerat dan batu lempeng dengan susunan lignit dengan ketebalan 2-10 cm c. Formasi Karamalan (KaK); dibentuk oleh persilingan batu lanau dan batu lempung dengan ketebalan berkisar cm d. Formasi Pudak (Kap); dibentuk oleh lava yang ditambah perselingan antara bleksi/konglomerat dan batuan pasir dengan olistolit berupa batu gampigng, basal, batuan malihan dan ultramafik. e. Formasi Tanjung (Tet); dibentuk oleh batu pasir kuarsa berlapis ( cm) dengan sisipan batu lempung kelabu yang memiliki ketebalan cm pada bagian atas, serta batubara hitam mengkilap dengan ketebalan cm pada bagian bawah. f. Alluvium (Qa); dibentuk oleh kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur g. Formasi Pitanak (Kvep); disusun dan dibentuk oleh lava yang terdiri atas struktur bantal berasosiasi dengan breksi dan konglomerat

44 25 h. Kelompok batuan Ultramafik (Mub); disusun oleh harzborgit, piroksenit dan serpentit IV Tanah Secara umum jenis tanah yang dominan di Banjarmasin adalah aluvial dengan dominasi struktur lempung dan sebagian berupa tanah Organosol Glei Humus pada daerah rawa/gambut khususnya. Jenis tanah aluvial merupakan ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang baik, memiliki tingkat kandungan hara yang tinggi dan banyak tergantung pada bahan induknya. Namun dominasi jenis tanah ini terdapat pada lahan datar sehingga kendala yang sering terjadi adalah tanah ini akan tergenang oleh air pada musim hujan. Tanah aluvial ini tergolong aluvial humik karena terdapat material humus di dalamnya mempunyai bahan organik ±12 kg/m 3 sedalam kurang dari satu meter dari permukaan. Jadi kandungan bahan organiknya yang ada di dalamnya cukup tinggi sehingga tergolong subur. Selain itu tanah ini memiliki tingkat keasaman yang relatif tinggi, tingkat salinitas yang rendah dan kandungan pospor yang rendah. Tanah tipe ini cukup sesuai untuk diaplikasikan dalam bidang lanskap contohnya berkebun dan taman (Philip, 1932). Tipe tanah aluvial ini tergolong pada derajat kesesuaian tanah sedang untuk berkebun sesuai dengan sifat kimia dan fisiknya. Sifat tanah yang berlempung dengan pasir berliat menandakan bahwa drainase sedang. Tanah tipe ini juga dapat dibangun dengan bangunan non permanen ataupun semi permanen. IV Iklim Secara klimatologi, Kota Banjarmasin beriklim tropis dengan klasifikasi tipe iklim A dengan nilai Q=14,29% (rasio jumlah rata-rata bulan kering dengan bulan basah). Temperatur udara bulanan di wilayah ini rata-rata 28ºC - 38ºC dengan sedikit variasi musiman, dimana suhu udara maksimum 33ºC dan suhu udara minimum 22ºC. curah hujan rata-rata mencapai mm mm dengan fluktuasi tahunan berkisar antara mm mm. Angin yang bertiup dari benua Australia merupakan angin kering, yang berakibat terjadinya

45 26 musim kemarau sementara itu angin Musim Barat dari Benua Asia menyebabkan musim hujan yang sering terjadi pada bulan November sampai bulan April. Penyinaran matahari tahunan rata-rata pada saat musim hujan 2,8 jam/hari dan di musim kemarau 6,5 jam/hari. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata tersebar jatuh pada bulan Januari yaitu ± 74% - 91% dan terkecil pada bulan September yaitu ± 52%. Evaporasi dari permukaan air bebas karena penyinaran matahari dan pengaruh angin, rata-rata harian sebesar 3,4 mm/hari di musim hujan dan 4,1 mm/hari di musim kemarau. Evaporasi maksimum pernah terjadi sebesar 11,4 mm/hari dan minimum 0,2 mm/hari. IV Hidrologi Secara hidrologi (terutama air permukaan), Kota Banjarmasin dikelilingi oleh sungai-sungai beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Sungai-sungai tersebut mengalir membentuk pola aliran mendaun (dendritik drainage patern) yang mana air mengalir dari sungai cabang ke sungai utama. Sungai utama dan besar adalah Sungai Barito dan beberapa cabang utama seperti Sungai Martapura, Sungai Alalak dan Sungai Kuin. Muka air Sungai Barito dan Sungai Martapura dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa, sehingga mempengaruhi drainase kotadan apabila air laut pasang maka sebagian wilayah kota digenangi air. Rendahnya permukaan lahan (0,16 m di bawah permukaan air laut) menyebabkan air sungai menjadi payau dan asin pada musim kemarau karena terjadi instrusi air laut. IV Pasang Surut Secara umum, tipe pasang surut yang ada di Kalimantan Selatan adalah tipe diurnal, yaitu dalam 24 jam terjadi gelombang pasang 1 kali pasang dan 1 kali surut. Lama pasang rata-rata 5-6 jam dalam satu hari dan selama waktu pasang, air di Sungai Barito dan Sungai Martapura tidak dapat keluar karena terbendung oleh naiknya muka air laut. Kondisi ini tetap aman selama tidak ada penambahan air oleh curah hujan tinggi. Air yang terakumulasi akan menyebar ke daerah-daerah resapan seperti rawa dan tersimpan hingga muka air sungai surut. Kondisi kritis terjadi pada saat muka air pasang tertinggi bersamaan dengan curah hujan

46 27 maksimum. Aliran air yang terbendung di bagian hilir sungai yang menyebabkan debit air sungai naik dan menyebar pada daerah-daerah resapan, debit air akan terus naik ketika mendapat tambahan dari air hujan. Apabila kondisi daerah resapan tidak mampu lagi menampung air, maka air akan bertambah naik dan meluap ke daerah permukiman dan jalan. Pada umumnya ketinggian permukaan air sungai di Banjarmasin mengacu pada pasang surut air di muara (ambang luar) Sungai Barito, ini dikarenakan semua sungai yang ada di Banjarmasin dipengaruhi pasokan air dari muara Sungai Barito. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Dinas Ad-Pel Kota Banjarmasin, muka air tertinggi pada ambang luar Sungai Barito setiap hari terjadi secara relatif. Kondisi ini juga mempengaruhi jadwal keluar masuknya kapal ke pelabuhan. Kemiringan sungai di Banjarmasin sangat landai, karena kondisi topografi yang relatif datar dengan arus lamban, serta banyaknya hambatan berupa tumbuhan air dan tumbuhan rawa di sekitar sungai, sampah-sampah, endapan lumpur yang besar dan banyaknya rumah-rumah penduduk yang dibangun di pinggir sungai. Ketika kondisi surut arus mengarah ke bagian hilir dan sebaliknya ketika pasang arus kembali ke bagian hulu. Kecepatan arus ketika pasang berkisar antara 0,28 0,373 m/det (rata-rata 0,343 m/det), sedangkan pada saat surut antara 0,321 0,395 m/det (rata-rata 0,363 m/det) [Dokumen AMDAL Pembangunan Kawasan Wisata dan Rekreasi Banjarmasin Park, 2003 dalam RTRW Kota Banjarmasin, 2009]. IV.1.3. Kondisi Sosial dan Budaya IV Ekonomi Sosial Struktur perekonomian kota Banjarmasin selama tahun 2008 telah didominasi sektor perdagangan, restoran dan perhotelan mencapai 23,24% yang menggeser sektor industri pengolahan kemudian selanjutnya menyusul sektor pengangkutan dan komunikasi (21,33%), sektor industri pengolahan (18,55%) yang sampai tahun 2005 merupakan sektor tertinggi dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Banjarmasin.

47 28 Tabel 3. Pertumbuhan PDRB Kota Banjarmasin No Lapangan Usaha Tahun Pertanian 0,88 0,88 0,83 2 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 23,70 20,94 18,55 4 Listrik dan Air Minum 1,46 1,47 1,34 5 Bangunan dan Konstruksi 9,09 10,14 10,07 6 Perdagangan, Restoran dan Perhotelan 18,80 20,05 23,24 7 Pengankutan dan Komunikasi 22,17 22,04 21,33 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS, Banjarmasin dalam Angka 2008 IV Budaya Banjarmasin dihuni oleh berbagai macam suku dan didominasi oleh suku Banjar yang merupakan suku asli kota ini. Selain itu juga didiami oleh para pendatang yang berasal dari daerah belakang (Hulu Sungai) dan dari luar provinsi seperti Kalimantan Tengah, Jawa, Sulawesi dan Sumatera (Soenarto et al., 1985). Secara umum budaya masyarakat Banjar tidak jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya yang mempunyai garis patriliniar. Kondisi alam yang berawa-rawa dan mengandung gambut menyababkan rumah-rumah di kota ini berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu, selain itu pula rumah-rumah banyak berada di sepanjang aliran sungai karena pada mulanya sungai merupakan sara utama transportasi. Lebih dari 90% masyarakat Banjar beragama Islam dan selain itu beragama Kristen, Budha serta Hindu yang kebanyakan merupakan pendatang (Hayati, 2004). Budaya masyarakat banjar mempunyai keterikatan erat dengan air. Hal ini dikarenakan Kota Banjarmasin yang pada mulanya berbentuk muara sungai dan sungai merupakan aksesibilitas utama pada saat itu. Keterikatan ini ditunjukan dengan banyaknya nama kampung dan ungkapan sehari0hari yang dekat dengan istilah air. Namaun pada saat ini keterikatan tersebut sudah mengalami degradasi seiring dengan perubahan orientasi hidup masyarakat yang terus bergeser ke arah darat.

48 29 IV Kependudukan Berdasarkan data tahun 2008 penduduk kota Banjarmasin jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar jiwa dan jiwa penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk dalam lima tahun terakhir sebesar 6,87 % atau rata-rata pertumbuhan penduduk 1,37% pertahun. Berdasarkan wilayah kecamatan, kepadatan penduduk terbesar terdapat pada kecamatan Banjarmasin Barat yang mencapai jiwa/km. Tabel 4. Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Penduduk Kepadatan (jiwa/km²) Banjarmasin Utara 15, Banjarmasin Timur 11, Banjarmasin Tengah 11, Banjarmasin Barat 13, Banjarmasin Selatan 20, Total 72, Sumber : BPS, Banjarmasin dalam Angka 2008 Tabel 5. Jumlah Penduduk Banjarmasin menurut Jenis Kelamin Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Banjarmasin Utara Banjarmasin Timur Banjarmasin Tengah Banjarmasin Barat Banjarmasin Selatan Total Sumber : BPS, Banjarmasin dalam Angka 2008

49 30 IV.2. Kondisi Tapak IV.2.1. Kondisi Fisik IV Lokasi, Luas dan Batas Tapak Lokasi penelitian ini berada pada daerah administratif dua kelurahan yaitu Kelurahan Gedang dan Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Tengah, tepatnya berada disepanjang Jalan Piere Tendean, di tepian Sungai Martapura. (Gambar 7) Gambar 7. Lokasi Penelitian, View Mata Burung (Sumber : Dok. Dinas Sungai & Drainase Kota Banjarmasin) Secara geografis tapak berada pada 3º18 43,83 LS - 3º19 13,12 LS dan 114º35 37,45 BT - 114º35 39,32 BT. Tapak ini berbatasan oleh beberapa kawasan. Batas sebelah utara adalah Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jembatan Pasar Lama, batas sebelah timur adalah Kelurahan Gedang, batas sebelah barat adalah Sungai Martapura dan Siring Sudirman dan batas sebelah selatan Jalan Vetreran dan Jembatan Merdeka. Tapak memiliki luas sekitar m 2 dengan bentuk linier mengikuti sepanjang Jalan Piere Tendean ataupun menyusuri Sungai Martapura sepanjang ± 1,8 km dari Jembatan Merdeka sampai dengan Jembatan Pasar Lama. Kondisi tapak saat ini sebagian telah dibebaskan oleh pemerintah kota sebagian dari kawasan ini telah dibangun konstruksi siring beton yaitu sepanjang 550 m dan sebagian lagi masih digunakan sebagai rumah tinggal penduduk, toko kayu dan warung makan yang pada tahap berikutnya akan segera dilakukan pembebasan lahan. Pada area bekas permukiman yang baru dilakukan pembebasan masih terdapat puing, sisa-sisa perlengkapan rumah dan bongkahan kayu disekitarnya. Pada tapak terdapat bangunan tua yang hingga saat ini belum dapat diketahui bangunan tersebut termasuk kedalam benda bersejarah atau benda cagar

50 31 budaya. menurut informasi yang didapat dari hasil wawancara terhadap pejabat setempat bangunan tersebut bukanlah benda bersejarah ataupun benda cagar budaya. Bangunan tersisa yang terdapat pada tapak seperti pada umumnya bangunan permukiman di pinggir sungai yang ada kawasan lain di Banjarmasin, dimana bangunan didirikan di sepanjang sempadan sungai dan mengokupasi badan sungai hingga ± meter dari daratan/sempadan sungai. Gambar 8 merupakan kondisi tapak dilihat dari jembatan pasar lama dan jembatan merdeka. Peta Orientasi A A B Tanpa skala B A B Gambar 8. Kondisi Tapak dilihat dari (A) Jembatan Pasar Lama dan (B) Jembatan Merdeka (Sumber : Dok. Dinas Sungai & Drainase, Dok. Pribadi dan Geo Eye, 2009) VI Tata Guna Lahan Sekitar Tapak berada pada Jalan Piere Tendean yang merupakan salah satu jalan utama penghubung Jalan Provinsi yaitu Jalan A.Yani. Kawasan sekitar Jalan Piere Tendean ini didominasi oleh permukiman dan rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan). Karena letaknya yang berada dekat dengan pusat kota sebagian besar penggunaan lahan di kawasan ini adalah penggunaan campuran (mixed use), perkantoran, perdagangan, fasilitas umum seperti tempat ibadah, sekolah, kantor

51

52 33 pemadam kebakaran dan lainnya. Pola penggunaan lahan pada tapak setelah pembebasan lahan oleh pemerintah kota, sebagian besar telah menjadi lahan terbuka dan sisanya masih merupakan permukiman penduduk, pertokoan dan warung makan (Gambar 9). Sejarah perkembangan kawasan permukiman pada sekitar tapak sangat dipengaruhi perkembangan masyarakat etnis cina yang ada pada sekitar tapak. Sehingga dahulu kawasan ini terkenal sebagai Pecinan. Seiring dengan perkembangan kota, saat ini kawasan pecinan telah bergeser dan hanya dapat ditemui di sebelah timur tapak dimana kawasan ini juga telah mengalami perubahan yang sangat pesat dari segi budaya dan arsitektur bangunan asli. VI Aksesibilitas dan Sirkulasi Lokasi tapak yang berada pada jalan utama dan di pusat kota serta ditepian Sungai Martapura merupakan potensi dalam hal aksesibilitas. Untuk menuju ke dalam tapak dapat menggunakan dua jenis transportasi, yaitu transportasi darat dan transportasi sungai. 1. Transportasi Darat Untuk transportasi darat dapat diakses melalui beberapa jalur jalan yaitu melalui Jalan Piere Tendean yang berada di sebelah timur tapak, melalui Jembatan Merdeka jika pengunjung yang datang berasal dari Jalan Lambung Mangkurat atau Jalan Sudirman dan melalui Jembatan Pasar Lama bagi pengunjung yang datang dari Jalan Pasar Lama maupun Jalan Perintis Kemerdekaan. Adapun jenis moda transportasi yang bisa digunakan ialah kendaraan roda dua, seperti motor, sepeda kemudian kendaraan roda empat, seperti mobil pribadi dan angkutan umum (Gambar 10). Selain itu becak juga sering melintas di sekitar tapak.

53 34 Gambar 10. Akses Jalan Menuju Tapak 2. Transportasi Sungai Untuk transportasi melalui sungai dapat diakses dari dua arah yaitu dari utara maupun selatan Sungai Martapura. Adapun moda transportasi yang bisa digunakan adalah dengan perahu klotok (perahu motor) maupun perahu jukung (perahu dayung). Perahu-perahu ini biasa melintasi kawasan Sungai Martapura dengan berbagai kepentingan seperti berjualan, pariwisata, maupun sebagai alat trasnportasi sehari-hari bagi masyarakat Banjarmasin. Namun saat ini jumlah perahu jukung yang ada telah berkurang ini dikarenakan perahu klotok lebih dipilih oleh mayoritas masyarakat dikarenakan perahu ini lebih cepat dibanding perahu jukung (Gambar 11). Adapun harga sewa untuk tiap jenis perahu tentu berbeda, untuk jenis perahu klotok harga rata-rata yang ditawarkan pengusaha berkisar Rp ,00 Rp ,00 untuk sekali jalan dengan hitungan per paket jalan mengelilingi Sungai Martapura hingga Sungai Barito. Sedangkan untuk jenis perahu jukung harga yang ditawarkan pengusaha rata-rata berkisar Rp 5000,00 Rp ,00 sekali jalan dengan jarak yang lebih dekat. Gambar 11. Moda Transportasi Perahu Mesin (Klotok) dan Perahu Jukung

54 35 VI Visibilitas dan Akustik Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapang melalui survei didapat data visual di sekitar tapak yang berpotensi sebagai good view dan bad view. Adapun view utama dari lokasi penelitian ini yang dapat dilihat dan dinikmati yaitu pemandangan Sungai Martapura. Untuk good view di dalam tapak terdapat di sebelah barat tapak yakni Sungai Martapura, Siring Sudirman dan kawasan Ruang Terbuka Hijau Masjid Sabilal Muhtadin. Selain itu pada tapak juga dapat terdengar suara kicauan burung walet yang merupakan potensi akustik (suara). Pemandangan yang kurang baik (bad view) terdapat pada area bekas Banjarmasin Park yang terletak di tengah tapak. Di area ini sebagian besar tanamannya tumbuh tidak terawat sehingga menimbulkan kesan semak belukar. Kemudian untuk bad view sekaligus sumber bising ke tapak terdapat pada sebelah timur tapak yakni Jalan Piere Tendean yang sering dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Pada area ini juga terdapat zona rawan bahaya karena terjadi pertemuan jalur kendaraan. Untuk bad view lainnya ialah kawasan mixed used seperti ruko dan rukan serta area bekas pembebasan lahan yang masih tersisa puing-puing dan bongkahan kayu serta material bangunan lainnya. VI.2.2. Kondisi Biofisik VI Topografi dan Kemiringan Secara umum kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama, sejalan dengan itu berdasarkan data yang bersumber dari data Bappeda Kota Banjarmasin, hampir sebagian besar wilayah Kota Banjarmasin relatif datar dengan kemiringan 0% 2 % dan wilayah daratannya berada 0,16 m di bawah permukaan laut saat pasang. Dengan kondisi topografi dan kemiringan tersebut hampir seluruh area tapak potensial untuk dikembangkan. Menurut Nurisjah (2004), umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk peletakan sarana penunjangnya. Topografi dan kemiringan lahan sangat mempengaruhi sirkulasi air dan sistem drainase pada tapak, karena topografi akan menentukan bagaimana aliran

55 36 air mengalir melewati tapak dan air limpasan (berlebih) dikeluarkan dari dalam tapak. Pada saat air surut air hujan yang turun mengalir ke arah sungai namun air akan tertahan apabila air sungai pasang. VI Tanah Berdasarkan data sekunder yang telah didapat kondisi tanah secara umum di wilayah Kecamatan Banjarmain Tengah ialah aluvial yang memiliki ciri-ciri khusus yaitu kandungan bahan organiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur tanahnya pejal dan memiliki sifat struktur yang keras pada kondisi kering dan teguh pada kondisi lembab. Secara umum tanah ini memiliki kesuburan yang cukup namun karena sering terendam oleh air sungai dan hujan menyebabkan tanah ini kurang baik jika langsung digunakan sebagai media tanam. VI Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang ada di tapak didominasi oleh tanaman introduksi bekas pembangunan taman Banjarmasin Park antara lain, Angsana (Pterocarpus indicus), Pohon Flamboyan (Delonix regia), Palem Raja (Roystonia regia), Batavia (Jatropha pandorifolia), Dadap Merah (Erithriyna cristagalii), Ketapang (Terminilia catappa), Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Rumput gajah mini (Axonopus compresus). Adapun vegetasi lain yang terdapat pada tapak ialah tanaman yang telah ada sebelum pembangunan Banjarmasin Park seperti, Pohon Beringin (Ficus benjamina), Pohon Mangga (Mangifera indica), Seruni Rambat (Widelia biflora) dan Alang-Alang (Imperata cylindrica) (Gambar12). Kondisi vegetasi yang ada cukup baik namun karena tidak terawat kesan semak belukar sangat terlihat pada tapak. Hal ini dapat dilihat jelas di kawasan bekas Banjarmasin Park yang berada di tengah tapak. Padahal tanaman yang ada membutuhkan perawatan yang cukup intensif karena merupakan tanaman introduksi dari luar kawasan Kota Banjarmasin (Gambar 13).

56 37 Gambar 12. Beberapa Jenis Vegetasi pada Tapak Pada waktu tertentu dapat dilihat burung elang terbang melintas di sekitar tapak. Burung ini terbang pada waktu pagi dan sore hari, sesekali pada waktu siang dan mereka terbang dari arah barat untuk mencari ikan di sungai. Selain burung elang, burung walet juga terlihat terbang melintas sepanjang sungai. Ketika pagi dan sore hari pada tapak dapat terdengar suara sekumpulan burung walet dan ini dapat menjadi elemen akustik yang dapat menambah nilai dari tapak. Sedangkan pada tapak hanya ditemukan serangga-serangga kecil seperti kupukupu dan kumbang. Gambar 13. Peta Sebaran Vegetasi pada Tapak

57 38 VI Iklim Mikro Secara umum kondisi iklim mikro tapak terasa panas. Pada pagi hari sebagian area tapak mendapat semi naungan dari bangunan yang ada di sebelah timur tapak. Namun pada siang dan sore hari hampir semua area tapak tersinari matahari ini dikarenakan tapak terekspose matahari dan tidak adanya naungan pada tapak yang sebagian besar area terbuka. Area tapak yang mendapat naungan hanya pada area bekas Banjarmasin Park yang ternaungi oleh vegetasi. Selain itu arah angin pada sekitar tapak dapat diklasifikasi menjadi dua bagian yaitu angin yang berasal dari koridor sungai maupun angin yang berasal dari koridor jalan. Angin yang berasal dari koridor sungai bertiup dari arah selatan menuju tapak sedangkan angin yang berasal dari koridor jalan bertiup dari arah timur menuju tapak. IV.2.3. Kondisi Sosial dan Budaya IV Potensi Pengunjung Berdasarkan penggunaan lahan di sekitar tapak sebagian besar adalah permukiman dan beberapa bagian yang lain merupakan kawasan perdagangan, perkantoran dan sekolah. Dengan demikian potensi pengguna tapak berasal dari masyarakat atau penduduk sekitar, anak sekolahan, karyawan kantor dan tentunya masyarakat kota. Gambar 14. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung di Sungai Martapura

58 39 Keberadaan tapak yang berbatasan langsung dengan Sungai Martapura merupakan potensi eksisting tapak yang secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi pengunjung untuk datang melalui dua jalur transportasi yakni jalur sungai dan darat (Gambar 14). Saat ini pengunjung yang datang hanya melalui jalur darat, ini dikarenakan belum adanya fasilitas yang mendukung pengunjung yang menggunakan moda transportasi sungai. Padahal pada waktu tertentu banyak masyarakat yang sengaja menggunakan moda transportasi sungai secara masal melewati tapak (Sungai Martapura) untuk pergi dan pulang berwisata di Kawasan wisata Pasar Terapung dan Sungai Barito. Hal ini dapat merupakan potensi tapak dapat sebagai tempat singgah selepas pengunjung pulang dari Kawasan Pasar Terapung. Jenis aktivitas yang dilakukan pengunjung pada tapak dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. Kegiatan yang dilakukan Pengunjung pada Tapak Dari kondisi eksisting pengguna tapak saat ini, dapat diambil kesimpulan dari segi aktivitas, waktu dan ruang. Masyarakat yang tergolong dewasa umumnya menggunakan ruang yang teduh atau ternaungi oleh pohon atau bangunan. Aktivitas yang dilakukan antara lain, bersantai, berkumpul bersama, beristirahat serta melihat pemandangan. Jenis aktivitas ini tergolong aktivitas rekreasi pasif. Selain itu masyarakat menggunakan ruang terbuka ini untuk melakukan rekreasi aktif seperti, memancing, berenang, mandi dan bersepeda.

59 40 Untuk pengguna anak-anak umumnya hanya berlari-lari, jalan-jalan bersama orang tua, berenang dan sebagainya. Khusus untuk pengguna anak-anak perlu diakomodasikan suatu ruang tersendiri agar lebih aman dan nyaman. Umumnya intensitas tertinggi pengunjung datang pada sore hari, karena suhu udara disekitar tapak cukup nyaman. Pengunjung yang datang dominan berasal dari lingkungan sekitar tapak dan masyarakat Kota Banjarmasin, bahkan ada beberapa pengunjung berasal dari luar Kota Banjarmasin yang sengaja datang untuk hanya sekedar menikmati pemandangan dan suasana Sungai Martapura.

60 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan lahan sekitar tapak yang merupakan kawasan perdagangan, perkantoran, sekolah dan sarana peribadatan. Kawasan tepian sungai berpotensi sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk beristirahat, berolahraga dan berekreasi. Kondisi tapak yang berada pada pusat kota ini juga akan memungkinkan pengguna untuk lebih mudah dalam mengunjungi taman, sehingga dapat berguna secara efektif untuk memenuhi kebutuhan ruang rekreatif bagi masyarakat kota. Selain itu juga taman ini dapat menambah nilai estetika Kota Banjarmasin. Pada tapak masih terdapat sisa-sisa puing dan bongkahan kayu yang mengganggu dan dapat menjadi bad view pada tapak. Untuk bagian utara tapak masih terdapat permukiman yang mengokupasi badan sungai dan juga menjadi kendala pada tapak. Gambar 16 merpakan gambar analisis fisik tapak. V Aksesibilitas dan Sirkulasi Potensi letak tapak yang beradi di pusat kota dan tepian sungai sehingga tapak dapat diakses melalui jalur darat maupun sungai. Oleh karena itu potensi ini perlu dimanfaatkan dalam pengembangan tapak nantinya. Untuk jalur darat, tapak dapat diakses melalui jalan-jalan primer karena letaknya di pusat kota. Kondisi jalan sekitar tapak cukup baik dan memadai sehingga memudahkan pengunjung untuk mengunjungi tapak. Sedangkan untuk jalur sungai, tapak dapat diakses dengan mudah karena letaknya yang berada di tepian Sungai Martapura. Tidak adanya entrance pada tapak yang jelas khususnya untuk jalur sungai menjadi kendala tersendiri bagi tapak. Pada jalur darat diperlukan main entrance sebagai pintu masuk utama dan berfungsi sebagai welcome area tapak nantinya selain itu secondary entrance juga diperlukan. Untuk mengakomodasi pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor pada tapak perlu dikembangkan area

61 42 parkir. Sedangkan untuk jalur sungai pada tapak perlu dikembangkan dermaga yang berfungsi sebagai pintu masuk ke dalam tapak. Dermaga ini juga berfungsi sebagai tempat naik-turun pengunjung dan tempat parkir perahu. Gambar 17 merupakan gambar analisis sirkulasi tapak. V Visibilitas dan Akustik Pada tapak, sungai merupakan good view yang menjadi objek pandang utama bagi tapak dan dapat dimanfaatkan sebagai borrowing scenery. Selain itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di sebelah barat tapak juga menjadi potensi view sebagai penambah nilai estetika tapak. Potensi-potensi ini dapat dimaksimalkan dengan cara antara lain tidak membatasi atau menutup pandangan/view, membingkai view dengan elemen lanskap, memberikan aksen untuk menonjolkan view Kendala atau bad view yang ada pada tapak antara lain masih terdapat sisa-sisa puing dan bongkahan kayu yang mengganggu serta masih adanya permukiman pada tapak dan sekitar tapak. selain itu karena letak tapak yang barada bersebelahan dengan jalan berpotensi menyebabkan bising dan polusi pada tapak sehingga diperlukan penanaman vegetasi pembatas dan pereduksi. Gambar 18 merupakan gambar analisis visibilitas dan akustik tapak.

62

63

64

65 46 V.1.2 Kondisi Biofisik V Topografi dan Kemiringan Dengan kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama hampir seluruh area tapak potensial untuk dikembangkan. Menurut Nurisjah (2004), umumnya lahan yang mempunyai topografi dan kemiringan lahan yang relatif datar akan memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan dan rekreatif manusia dan juga untuk peletakan sarana penunjangnya. Secara umum, tapak memiliki kemiringan yang relatif datar untuk itu diperlukan modifikasi untuk memecah kemonotonan pada tapak. Namun di bagian selatan tapak lokasi didapatkan adanya pemasangan beton siring tanggul membuat perbedaan level ketinggian permukaan tanah dan beton yang cukup tinggi sebesar ± 100 cm-150 cm, seperti pada gambar 19. Sehingga dalam pengembangan tapak nantinya diperlukan grading yaitu dengan mengurug beberapa bagian area tapak sehingga didapat kondisi yang maksimal untuk dibangun taman tepian sungai. ± 1.5 m ± 0 m SUNGAI SIRING SEMPADAN SUNGAI JALAN P.TENDEAN BANGUNAN Tanpa Skala Gambar 19. Ilustrasi Kendala Perbedaan Level Ketinggian Permukaan Pada waktu pasang air sungai sebagian besar tapak berada dibawah permukaan air/terendam. Oleh karena itu pengembangan retaining wall sangat diperlukan pada tapak, selain sebagai penahan erosi tanah juga penahan air pasang agar tidak masuk merendam permukaan tapak. Dengan kondisi tersebut diperlukan juga sistem drainase yang baik. Pengembangan sistem drainase ini dapat dilakukan baik secara alami maupun buatan. Perbaikan secara alami ialah dengan penggemburan atau pencampuran bahan organik pada tanah agar tanah

66 47 bersifat lebih porus, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke tanah dan tidak langsung terbuang ke sungai. Untuk sistem drainase buatan dibuat dengan menggunakan pipa-pipa yang diletakan dalam tanah yang akan mengalirkan air dari dalam tapak ke sungai dan sistem drainase kota yang ada di tepi jalan. Pengembangan sistem drainase ini sebaiknya dirancang dengan baik sehingga air yang dibuang telah melewati penjernihan (penyaringan) sehingga tidak mencemari tanah dan sungai. Gambar 20 merupakan gambar analisis topografi, kemiringan dan hidrologi tapak. V Tanah Tanah yang tedapat pada tapak memiliki tingkat kandungan hara yang tinggi dan banyak tergantung pada bahan induknya. Namun untuk dikembangkan sebagai media tanam, tanah harus diperlakukan secara khusus terlebih dahulu dengan menambahkan bahan organik sehingga tanah menjadi lebih gembur dan porus sehingga tidak saja baik untuk tanaman tetapi juga untuk sistem drainase dan udara di dalam tanah. Tabel 6. Analisis Sifat Fisik Tanah Peruntukan Keterangan Deskripsi Konstruksi / Bangunan Tanah berstruktur Tanah jenis ini baik untuk kokoh/keras pengembangan bangunan / Media tanam dan tanaman Tanah berbahan organik tinggi konstruksi Kondisi tanah yang keras haruslah diberi penambahan bahan organik agar tanah lebih gembur dan porus sehingga baik untuk ditanami tanaman. Tanah yang porus memiliki sirkulasi udara dan air yang baik, tanah juga mampu menyerap air secara maksimal sehingga dapat membantu dalam pemenuhan hara dan mineral tanaman. Akar tanaman juga dapat berfungsi sebagi pencegah erosi.

67

68 49 V Vegetasi dan Satwa Kondisi vegetasi yang ada pada tapak yang tidak terawat sehingga menimbulkan kesan semak belukar, khususnya pada area bekas Banjarmasin Park. Oleh karena itu perlu dilakukan rencana penanaman ulang dan pembersihan tanaman pengganggu. Kemudian kondisi tapak yang panas membutuhkan penanaman vegetasi memperbaiki iklim mikro khususnya mereduksi radiasi sinar matahari yang masuk ke tapak (Gambar 21). Selain untuk memperbaiki iklim mikro, vegetasi yang ditanam juga harus mempertimbangkan fungsi yang ingin dicapai oleh tapak. Pemilihan vegetasi pada tapak harus didasarkan pada fungsi-fungsi arsitektural, seperti peneduh, penaung, pembatas dan estetik. Letak tapak yang berada di pinggir jalan memiliki kendala bising dan polusi debu, oleh karena itu perlu dilakukan penanaman vegetasi sebagai penjerap bising dan polusi, seperti pada gambar 22. (c) Pohon berdaun jarum (b) Pohon berdaun lebat (a) Pohon berdaun jarang Gambar 21. Keefektifan Vegetasi dalam Menjerap Radiasi Sinar Matahari (Sumber: Brooks, 1988) Penanaman vegetasi untuk membuat ruang pada tapak juga perlu diperhatikan. Seperti yang ditulis dalam Time Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal dan tanaman yang digunakan sebaiknya bersifat minim perawatan atau low maintenance untuk mempermudah perawatan. Adanya satwa burung seperti elang laut dan walet yang terbang melintas di sekitar tapak merupakan elemen akustik yang dapat menambah nilai estetik dari

69 50 tapak. Hal ini nantinya juga dapat dijadikan objek pemandangan tersendiri bagi pengunjung. Sumber Bising & Polusi Tanaman Screening/Border Pedestrian Gambar 22. Pohon dan Semak sebagai Peredam Bising dan Penjerap Polusi Debu (Sumber : Harris dan Dines, 1998) V Iklim Mikro Angin yang berasal dari koridor sungai dan jalan merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai elemen modifikasi iklim mikro pada tapak. Namun angin yang berasal dari koridor jalan juga berpotensi membawa debu dan udara polusi. Tingginya intensitas penyinaran sinar matahari di dalam tapak mempengaruhi kenyamanan terutama karena pada kondisi tapak yang terkena pancaran sinar sepanjang hari di semua wilayah tapak sehingga menjadi lebih panas (kurang nyaman). Oleh karena itu diperlukan perancangan yang matang khususnya dalam pemilihan dan pemakaian elemen lanskap yang dapat meminimalkan pancaran sinar matahari guna memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi pengguna tapak. Modifikasi iklim mikro tapak salah satunya dapat dilakukan dengan pemilihan dan pemakaian vegetasi yang tepat. Menurut Grey dan Deneke (1978), salah satu fungsi vegetasi ialah sebagai kontrol radiasi sinar matahari. Pohon berdaun lebat sangat efektif untuk perlindungan terhadap radiasi sinar matahari. Gambar 23 merupakan gambar analisis iklim mikro pada tapak.

70 51 V.1.3. Kondisi Sosial V Potensi Pengunjung Pengunjung berasal dari sekitar tapak, masyarakat Kota Banjarmasin dan masyarakat luar kota dan biasanya melakukan aktivitas rekreasi dan olahraga. Penggunaan tapak cukup tinggi pada waktu tertentu seperti pada malam minggu dan hari libur. Oleh karena itu diperlukan penambahan ruang, waktu dan juga penambahan fasilitas untuk mengakomodasi aktivitas pengunjung. Fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak nantinya harus dapat mendukung aktivitas pengunjung sehingga diharapkan pemanfaatan tapak dapat lebih optimal.

71

72 53 V.2 Sintesis Hasil analisis potensi dan kendala dari tiap aspek secara lebih rinci dapat dilihat pada gambar 24 dan tabel 7. Potensi yang ada akan dikembangkan sedangkan kendala yang ada dicari solusi atau pemecahannya. Berdasarkan hasil analisis ini, dihasilkan sintesis yang digunakan sebagai dasar untuk merancang taman tepian sungai sebagai ruang terbuka yang rekreatif. Tabel 7. Hasil Analisis / Sintesis No Kondisi 1 Lokasi dan Batas Tapak 2 Aksesibilitas & Sirkulasi Eksisting Potensi Kendala Berada di pusat kota Masih ada Tepian sungai permukiman di Sekitar tapak tapak merupakan area Banyak terdapat perkantoran, sisa-sisa puing perdagangan, Pasang surut permukiman dan sekolah Dapat diakses dari Tidak ada pintu darat & sungai masuk utama Jalur jalan Tidak ada darmaga kendaraan darat baik perahu Tidak ada tempat parkir Hasil Analisis Perlu ruang terbuka Pemanfaatan area rekreasi kota Perancangan taman tepian sungai Dibuat pintu utama ke tapak Pembuatan dermaga Tata sirkulasi pada tapak 3 Visibilitas View utama yang menghadap langsung Sungai Martapura Letak tapak yang bersebelahan dengan jalan berpotensi menyebabkan bising dan bad view. Pengembangan aktivitas rekreasi viewing/menikma ti pemandangan dan suasana sungai (Riverfront park) Penanaman pohon pembatas/screeni ng 4 Topografi, kemiringan & drainase Topografi tapak datar Kemiringan 0-2% Masalah drainase pada saat hujan Pada saat pasang daratan berada 0,16 m dibawah permukaan laut Secara visual tapak yang datar akan menimbulkan kemotonan Perlu dibuat sistem drainase yang sesuai Tapak mudah dikembangkan Rekayasa tapak dengan grading untuk memecah kemonotonan tapak

73 54 5 Tanah Aluvial ; struktur pejal, keras bila kering dan teguh pada basah Unsur hara tinggi Sering terendam air jika pasang 6 Vegetasi Pada tapak hanya terdapat beberapa vegetasi Pada beberapa bagian tapak masih terasa panas Terdapat vegetasi liar yang menggangu Menambahkan bahan organik tinggi pada media tanam Penanaman vegetasi perlu dilakukan sesuai dengan fungsinya Pembersihan vegetasi pengganggu 7 Iklim Curah hujan 278,71 mm per bulan Sumber hembusan angin berasal dari koridor sungai dan koridor jalan 8 Pengguna tapak Penggunaan tapak yang cukup tinggi pada ruang & waktu tertentu Suhu udara ratarata 25ºC - 38ºC Kelembaban 74% - 91% Penyinaran sinar matahari hampir sepanjang hari Tidak ada fasilitas memadai Penambahan vegetasi/tanama n penaung Pemanfaatan hembusan angin untuk mengurangi kelembaban Membuat bangunan seperti gazebo dan shelter Pengembangan ruang & waktu aktivitas Pemanfaatan aktivitas rekreasi aktif dan pasif Penambahan fasilitas gazebo, tempat duduk, pedestrian line, food corner, area bermain anak, dll Penanaman pohon penaung

74 VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan yang dapat dinikmati dari tapak. Sebagai wilayah tepian sungai, Sungai Martapura tidak harus menjadi bagian dalam perancangan tapak tetapi dapat menjadi elemen yang dipinjam (borrowing screenery) yang berfungsi sebagai objek atraksi utama pada tapak. Perancangan Taman Tepian Sungai Martapura ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan kembali karakteristik lokal Kota Banjarmasin yang alami yaitu dengan penggunaan pola alami/organik dan pemilihan material tanaman sebagai identitas taman dan kehidupan masyarakat dengan semboyan kayuh baimbai (mengayuh bersama-sama) sebagai aktivitas pengguna yang ingin dimunculkan pada taman yaitu interaksi. Konsep desain dalam penelitian ini mengambil bentukan dari ripple water/riak air. Konsep ini diambil karena dalam perancangan taman tepian sungai ini air menjadi elemen utama dari taman. Selain itu, kondisi wilayah Banjarmasin yang sebagian besar dilalui sungai-sungai sehingga secara sosial, budaya dan juga ekonomi masyarakat Kota Banjarmasin memiliki hubungan yang sangat erat dengan air (sungai) dalam kehidupan mereka. Sejak dulu sungai bagi masyarakat Kota Banjarmasin sudah menjadi sarana sosial, budaya dan ekonomi, namun saat ini sudah mulai pudar. Oleh karena itu pada perancangan ini diharapkan nilai-nilai itu dapat dimunculkan kembali.adapun bentukan yang diambil untuk digunakan pada perancangan ini ialah bentukan lingkaran hasil dari riak air. Inspirasi dari riak air ini ditranformasikan kedalam konsep tata ruang, dimana akan dihasilkan ruang-ruang lingkaran pada tapak. Sehingga dihasilkan bentukan-bentukan baru yang digunakan sebagai pola sirkulasi pada tapak. Meskipun konsep alami ingin dimunculkan kembali, sebagai Ibukota Propinsi nilai urban yang modern tetap dimasukkan ke dalam desain taman ini. Penggunaan desain modern seperti desain yang tidak biasa/konvensional atau kontemporer dapat diterapkan pada beberapa elemen taman, sehingga dapat

75 56 memeberi kesan menarik. Selain itu dapat juga dikembangkan elemen-elemen dengan skala non-human sebagai aksen, seperti sculpture, artwork dan sebagainya. Secara umum pengembangan desain pada elemen-elemen yang ada di dalam tapak nantinya merupakan penjabaran filosofi desain yang didapat dari penurunan konsep dasar perancangan taman ini yakni memunculkan karakteristik lokal. Gambar Konsep (Sumber : google.com) Transformasi bentuk riak air pada tapak Abstraksi Konsep Desain pada Tapak Gambar 24. Ilustrasi Konsep Desain VI.2. Pengembangan Konsep Konsep dasar taman tepian sungai dikembangkan dalam bentuk penataan yang meliputi ruang, sirkulasi, vegetasi serta aktivitas dan fasilitas rekreasi.

76 57 VI.2.1. Konsep Ruang Konsep ruang dimaksudkan untuk menata dan mengalokasikan penggunaan ruang sesuai fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak sebagai sarana rekreatif bagi masyarakat. Adapun pembagian ruang yang ada yakni, (1) ruang penerimaan (2) ruang rekreasi aktif (3) ruang rekreasi pasif dan (4) ruang penyangga. 1. Ruang Penerimaan Ruang penerimaan diperuntukan sebagai area penyambutan bagi pengunjung sebelum masuk ke dalam tapak. Pada area ini untuk pengguna yang melewati jalur darat akan direncanakan plaza sedangkan untuk jalur sungai akan direncanakan dermaga. Fungsi plaza dan dermaga ini ialah sebagai node pertemuan sebelum pengguna memasuki taman lebih jauh dan sebagai tempat interpretasi awal taman. 2. Ruang Rekreasi Aktif Ruang rekreasi aktif adalah ruang yang akan dikembangkan untuk mengakomodasi segala aktivitas rekreasi aktif pengguna dengan segala fasilitas pendukungnya, seperti sepeda, jelajah sungai, memancing, jogging, dll. 3. Ruang Rekreasi Pasif Ruang rekreasi pasif adalah ruang yang diperuntukan secara maksimal untuk aktivitas rekreasi pasif dan dikembangkan segala fasilitas pendukungnya. Ruang rekreasi pasif ini lebih bertujuan mendekatkan pengguna pada alam. Pada ruang ini direncanakan area pelayanan yang terdapat fasilitas untuk melayani kebutuhan pengguna seperti plaza pusat kuliner, shelter atau gazebo dll. 4. Ruang Penyangga Ruang Penyangga diperuntukan sebagai penyangga kedua zona diatas dan konservasi taman agar taman dapat tetap lestari dan berkelanjutan. Pada zona ini akan dikembangkan sebagai area vegetasi yang memliki fungsi arsitektural dan ekologis. Fungsi arsitektural diantaranya sebagai peneduh, pengarah, pembentuk ruang dan estetika, sedangkan fungsi ekologis antara lain sebagai pelindung tanah dan air,

77 58 pencegah erosi, penghasil O2 serta mereduksi polusi dan radiasi matahari. Gambar 25. Konsep Tata Ruang Tabel 8. Konsep Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Ruang Aktivitas Fasilitas 1. Ruang Penerimaan Interpretasi, Parkir, Istirahat Sculpture, Plaza, Dermaga, Tempat parkir 2. Ruang Rekreasi Aktif Bersepeda, Selusur sungai, jogging, Boardwalk, jalur multimode, pathway memancing 3. Ruang Rekreasi Pasif Duduk-duduk, Foto Hunting, Menikmati Pemandangan Sungai Amphiteater, Tempat duduk, Lawn, Shelter, Food corner 4. Ruang Penyangga Pengamatan, Interpretasi, Bermain Lawn, Mounded,Vegetasi VI.2.2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas Aktivitas rekreasi yang dikembangkan ialah rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi aktif dimana kegiatan rekreasi lebih didominasi pada manfaat fisik daripada mental. Sebagai contoh kegiatan rekreasi aktif adalah memancing,

78 59 bersepeda, bermain di area Children Playground, berolahraga dll (Gambar 26). Sedangkan untuk rekreasi pasif adalah rekreasi yang lebih berorientasi manfaat mental daripada fisik. Sebagai contoh kegiatan rekreasi pasif adalah duduk-duduk, mengobrol, melihat pemandangan, bird watching, beristirahat dan sebagainya (Gambar 27). Gambar 26. Image Kegiatan Olahraga di Tepian Sungai (Sumber: google.com, Adventurestocks.com dan blogamericanfeast.com) Gambar 27. Image Aktivitas Duduk-Duduk Menikmati Pemandangan, photo Hunting dan Makan-makan (Sumber gambar: google.com, blogshahsrambblings.com, greenplanphiladelphia)

79 60 Fasilitas yang dikembangkan pada taman tepian sungai ini adalah fasilitas yang mendukung aktivitas yang dikembangkan. Pada setiap ruang tentunya memiliki aktivitas dan fasilitas yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan keperluan masing-masing ruang. Fungsi fasilitas di sini juga sebagai pembatas dari kuantitas pengunjung sehingga sesuai dengan daya dukung taman (Gambar 28). Gambar 28. Beberapa Contoh Fasilitas Penunjang Rekreasi di Riverfront Park, (Sumber gambar: republic.com, ohioswallow.com, ehsmith.co.uk, rampost.co.uk dan travelpod.com) VI.2.3 Konsep Sirkulasi dan Aksesibilitas Sirkulasi yang dikembangkan pada tapak ialah sirkulasi yang memberikan kenyamanan pada pengguna. Oleh karena itu sirkulasi yang direncanakan harus dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna. Bentuk atau pola sirkulasi didapat dari penurunan konsep desain riak air sehingga diharapkan taman memiliki kesatuan dan harmoni. Gambar 29. Konsep Pembagian Jalur Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda (Sumber: Harris dan Dines, 1998)

80 61 Sirkulasi pada tapak akan dibagi menjadi dua, yakni sirkulasi primer/utama dan sekunder. Jalur sirkulasi utama ialah diperuntukan untuk mengakomodasi pejalan kaki sedangkan jalur sekunder diperuntukkan untuk mengakomodasipejalan kaki dan pengguna sepeda. Untuk mengakomodasi keduanya dapat dikembangkan jalur sirkulasi/path way campuran maupun terpisah. Standar jalur sirkulasi menurut Harris & Dines (1998) yakni, jalur multi mode berdimensi lebih kurang 3 meter. Selain jalur sepeda tentu perlu diperhatikan tempat parkir sepeda yang harus disediakan pada tapak (Gambar 29). Gambar 30. Konsep Tata Sirkulasi VI.2.4 Konsep Vegetasi Vegetasi yang akan dikembangkan dalam taman ini adalah vegetasi yang memiliki fungsi ekologis dan arsitektural. Secara ekologis vegetasi yang digunakan ialah vegetasi yang berfungsi sebagai pelindung tanah dan air, pencegah erosi, penghasil O 2 serta megurangi polusi udara. Sedangkan secara arsitektural vegetasi yang digunakan berfungsi sebagai peneduh, pengarah, pembentuk ruang dan meningkatkan kualitas tapak.

81 62 Vegetasi yang akan digunakan dalam perancangan taman tepian sungai ini ialah vegetasi lokal dan introduksi (non-lokal). Tentunya untuk vegetasi non-lokal merupakan vegetasi yang telah beradaptasi dengan iklim dan tanah Kota Banjarmasin serta vegetasi lokal. Penggunaan vegetasi non-lokal ini digunakan untuk memberikan fungsi arsitektural pada taman sedangkan untuk vegetasi lokal sendiri digunakan tidak hanya sebagai fungsi ekologis tetapi juga sebagai pendukung identitas kota. Letak tapak yang berada di tepian sungai pemilihan vegetasi nantinya diharapkan tidak menutupi pandangan ke sungai. Fungsi Manfaat Jenis Ekologi Arsitektural Perlindungan tanah dan air, mencegah erosi, mengurangi polusi udara, menghasilkan O2, dan lain-lain Peneduh, Pengarah, Pembentuk ruang, Pelindung, estetika Vegetasi Non Lokal Vegetasi Lokal Gambar 31. Konsep Vegetasi V.2.5. Konsep Visibilitas Konsep visibilitas (visual) yang akan dikembangkan dalam tapak ialah mengintegrasikan Sungai Martapura sebagai elemen yang tak terpisahkan dengan tapak. Namun tidak menjadikan sungai sebagai elemen yang diberdayakan secara fisik tetapi peminjaman elemen Sungai Martapura sebagai borrowing screenery untuk menambah kualitas visual dari tapak dan aktivitas yang terjadi di atas sungai tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk dinikmati pengunjung tapak khususnya dalam kegiatan rekreasi yang bersifat pasif.

82 63 Sungai Martapura Borrowing screenery Keterangan: Batas Tapak dan Desain Tapak yang dirancang Arah Pandang Titik Pandang Gambar 32. Ilustrasi Konsep Borrowing Screenery V.3. Block Plan Konsep tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas dan fasilitas yang telah dijabarkan akan digambarkan dalam bentuk block plan. Block plan tersebut dapat dilihat pada gambar 34. Ruang penerimaan yang akan dikembangkan pada taman terdiri dari empat entrance pada jalur sungai dan lima entrance pada jalur darat dengan entrance utama berada di bagian tengah tapak. Pada ruang penerimaan ini akan direncanakan plasa untuk pengguna yang melalui darat dan dermaga untuk pengguna yang melalui sungai. Kedua elemen tersebut berfungsi juga sebagai area transisi menuju ruang selanjutnya yaitu ruang rekreasi aktif dan pasif. Proporsi ruang rekreasi aktif dan rekreasi pasif memiliki besar yang berbeda, ruang rekreasi pasif lebih banyak dibanding rekreasi aktif. Hal ini dikarenakan rekreasi pasif memiliki kebutuhan aktivitas yang lebih banyak dan dominan pada tapak. Kemudian terdapat pula ruang penyangga dimana ruang ini direncanakan sebagai area hijau dan penyangga tapak agar dapat berkelanjutan dan memberikan kenyamanan dan keindahan pada taman.

83

84 65 BAB VII PERANCANGAN VII.1. Desain Taman Tepian Sungai Martapura Taman tepian sungai ini dirancang pada luas m 2 dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi aktif dan pasif. Untuk mengakomodasi segala kebutuhan aktivitas pengunjung, taman ini akan dibuat fasilitas-fasilitas penunjang taman. Pada ruang rekreasi pasif terdapat plasa dengan shelter sebagai tempat makan/food corner dimana pengunjung dapat melakukan aktivitas makan dan minum sambil menikmati pemandangan sungai. Pada area ini tidak dikembangkan bangunan yang permanen/tetap, oleh karena itu penjual makanan yang ada hanya diperbolehkan membangun tenda-tenda makanan. Selain itu terdapat pula mini plasa yang diletakkan sculpture berupa art work sebagai aksen taman yang dapat dinikmati pengunjung yang berjalan ataupun duduk-duduk di sekitar plasa, keberadaan sculpture pada taman juga dapat memperkuat karakteristik taman. Tempat pertunjukan atau amphiteater juga terdapat pada ruang ini yang berfungsi sebagai tempat pengunjung menikmati suasana sungai atau pada saat-saat tertentu pengunjung dapat menikmati pertujukan atau festival yang digelar di Sungai Martapura. Ruang ini memiliki proporsi lebih dominan dari ruang rekreasi aktif, ini disebabkan fokus utama yang diinginkan pada taman ini ialah aktivitas rekreasi pasif. Sementara itu, pada ruang rekreasi aktif terdapat lawn tempat bermain anak-anak dan juga berkumpul keluarga. Lawn ini dibentuk bervariasi seperti berbukit-bukit sehingga memberikan rangsangan untuk anak-anak bermain. Selain itu untuk mengakomodasi pengunjung yang berolahraga lari dibuat jogging track. Jogging track ini dibuat satu kesatuan dengan jalur jalan setapak (pathway). Ini dikarenakan aktivitas lari atau jogging tidak dilakukan maksimal satu hari penuh, hanya pada saat-saat tertentu. Pada ruang ini juga terdapat jalur untuk sepeda, ini dikarenakan karakter tapak yang linier serta panjang memungkinkan pengunjung menikmati atau mendapat pengalaman dari tapak melalui sepeda. Jalur sepeda yang dibuat pada taman ialah tipe multi mode yaitu jalur sepeda dan pejalan kaki menjadi satu jalur.

85 66 Pintu masuk ke taman terletak di tengah taman dengan plasa utama sebagai tempat penerima sekaligus interpretasi awal taman. Pada plasa ini juga diletakkan sebuah sculpture model artwork sebagai landmark taman. Selain itu pintu masuk taman juga dapat diakses melalui dermaga, ini untuk mengakomodasi pengunjung yang ingin masuk ke taman melalui jalur sungai. Site plan perancangan taman ini dapat dilihat pada gambar 35. Sedangkan gambar 36, 38 dan 40 merupakan gambar perbesaran site plan. VII.2. Detail Peruntukan Ruang Berdasarkan konsep tata ruang yang telah dibuat, pada tapak dibagi menjadi empat yaitu ruang penerimaan, rekreasi aktif, rekreasi pasif dan penyangga. Pada tabel 8 akan dijelaskan jenis ruang, aktivitas, fungsi dan fasilitas serta persentase kebutuhan ruang dari masing-masing zona. VII.2.1. Rencana Ruang Penerimaan Ruang penerimaan dimaksudkan sebagai ruang penghubung taman dan ruang luar. Ruang ini mempunyai total luas sebesar 2054 m 2 atau 8 % dari total luas taman. Fasilitas yang ada di ruang ini antara lain, plasa penerimaan, dermaga dan lawn dengan artwork. VII.2.2. Rencana Ruang Rekreasi Aktif Ruang rekreasi aktif memiliki proporsi luas sebesar 2557 m 2 atau sekitar 10 % dari luas taman yang direncanakan. Ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi seluruh kegiatan rekreasi aktif pengguna pada tapak seperti bermain, bersepeda, selusur sungai dan olahraga. Untuk mengakomodasi aktivitas tersebut akan dikembangkan fasilitas pendukung seperti mounded lawn, mini plasa, boarwalks dan jalur sepeda (multi-mode). VII.2.3. Rencana Ruang Rekreasi Pasif Sementara itu, untuk ruang rekreasi pasif memiliki proporsi luas sebesar 9304 m 2 atau sekitar 38 % dari luas taman. Ruang ini berfungsi untuk mengakomodasi segala aktivitas rekreasi pasif seperti duduk-duduk, melihat-lihat,

86 67 foto-foto, makan dan minum serta merenung. Fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini antara lain, tempat duduk, natural sitting area, amphiteater, foodcourt, dan plasa. Natural sitting area ini merupakan tempat duduk dengan menggunakan gundukan rumput (mound) sebagai setingan alami. Gambar 37, 39 dan 41 merupakan gambar potongan tampak taman dan gambar 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan 48 meupakan gambar perspektif. VII.2.4. Rencana Ruang Penyangga Kemudian untuk ruang penyangga memiliki proporsi luas sisanya yakni sebesar m 2 atau 44 % dari luas taman. Pada ruang ini akan dikembangkan ruang ekologis/hijau yang berfungsi sebagai penyangga taman agar dapat berkelanjutan dan memberikan kenyamanan dan keindahan pada taman. Tabel 9. Peruntukan Ruang Taman Tepian Sungai No Zona 1 Rekreasi Aktif 10 % Luas (m 2 Aktivitas Fasilitas Dimensi ) 2557 Aktivitas Jogging track, Lampu taman: rekreasi aktif Jalur sepeda, T=3 meter seperti tempat duduk, Lampu : memancing, lampu taman, Ukuran dan olahraga, tempat sampah jumlah bermain, disesuaikan bersepeda, kebutuhan jogging ditapak (dijelaskan pada sub bab pencahayaan) Tempat duduk: T=0,4 meter, L=0,45 meter, P=0,6 meter Jalur Sepeda/multimode: P=disesuaikan, L=4m, T=0.05m dan bahan disesuaikan kebutuhan

87 68 2 Rekreasi Pasif 38 % 9304 Duduk-duduk, merenung, melihat pemandangan, melihat festival sungai, makanmakan, dll Tempat duduk, amphiteater, lampu, kafe, shelter, tempat sampah dan pedestrian Shelter: Ukuran dan bahan dijelaskan pada sub bab detail desain Amphiteater : Ukuran dijelaskan pada sub bab detail desain Foodcourt: Luas=425 m 2 Tempat duduk: T=0,4 meter, L=0,45 meter, P=0,6 meter 3 Penerimaan 8% 2054 Plaza, lampu taman, tempat sampah, bolard, dek dermaga dan tempat parkir Bolard: T=0.75 m, D=0.1 m Dek dermaga: Ukuran dan jumlah dijelaskan pada sub bab detail desain Tempat parkir: Ukuran dijelaskan pada sub bab detail desain 4 Penyangga 44 % Vegetasi, Lampu Vegetasi: Ukuran, jenis dan jumlah dijelaskan pada sub bab Planting plan Lampu: Ukuran dan jumlah disesuaikan kebutuhan ditapak (dijelaskan pada sub bab pencahayaan)

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101 83 VII.3 Detail Desain VII.3.1 Sirkulasi Sirkulasi yang dirancang pada taman terdiri atas sirkulasi primer/utama dan sekunder. Sirkulasi primer diperuntukkan sebagai jalur pejalan kaki. Sedangkan sirkulasi sekunder ialah jalur yang diperuntukan sebagai jalur sepeda dan pejalan kaki (multi mode). Bentuk sirkulasi diturunkan dari konsep desain. Sirkulasi yang dirancang pada tapak ini diperuntukan untuk memberi kenyamanan dan memberi pengalaman / kesan lebih pengguna pada tapak, sehingga pengguna merasa lebih nyaman dan tidak bosan. Jenis pavment yang digunakan pada tapak dapat dilihat pada gambar 49. Gambar 48. Contoh Jenis Pavement (Sumber : Google.com) VII Sirkulasi Primer/Utama Sirkulasi ini dibuat untuk mengakomodasi pejalan kaki semaksimal mungkin pada tapak. Jalur pejalan kaki taman berada di dalam tapak dengan lebar lebih kurang 3 meter untuk jalur pejalan kaki saja. Oleh karena itu diharapkan pada jalur pejalan kaki dapat mengakomodasi tiga orang pejalan kaki secara bersama dengan perhitungan tiap satu orang membutuhkan lebar pedestrian sebesar 80 cm. Pada pagi dan sore hari jalur ini juga dapat dimanfaatkan sebagai jogging track namun tetap dapat dilalui pejalan kaki, dengan perhitungan orang lari membutuhkan lebar dari pedestrian sebesar 90 cm tiap satu orang. Sehigga jalur ini dapat mengakomodasi masing-masing dua orang lari dan pejalan kaki secara bersamaan. Setiap jalur sirkulasi ini dihubungkan oleh node atau plaza kecil yang berfungsi sebagai tempat transisi pejalan kaki maupun orang yang berolahraga lari untuk beristirahat sejenak. Penggunaan tempat duduk atau bangku dalam jalur ini juga diperlukan sebagai tempat istirahat bagi pengguna / pengunjung.

102 84 Perkerasan yang digunakan untuk jalur sirkulasi ini berupa concrete pavement dengan warna cool gray dengan motif organik dari lengkungan riak air.. Sedangkan pada entrance dibuat pavement yang berbeda karena sebagai penanda sekaligus pembeda area tapak dan luar tapak dan jenis pavement yang digunakan ialah jenis concrete-block warna kuning pale. VII Sirkulasi Sekunder Sirkulasi multi-mode ini merupakan perpaduan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda. Karena dua sirkulasi ini digabung maka perlu diperhatikan penanda atau batas agar tetap menjaga kenyamanan dan keamanan pengguna. Ukuran sirkulasi ini sesuai dengan acuan standar ialah 3 meter (Harris & Dines, 1998), namun untuk mengingat kebutuhan ruang sirkulasi pada tapak yang besar maka pada perancangan ini dibuat menjadi 4 m. Ini berdasarkan perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1,5 m dan lebar untuk dua orang pejalan kaki minimal 1,5 m dengan demikian jalur ini pada taman jalur sirkulasi multi-mode ini dapat digunakan maksimal empat orang pejalan kaki dan dua sepeda berdampingan secara bersamaan. Untuk pavement yang digunakan pada sirkulasi ini sengaja dibuat berbeda dari sirkulasi pejalan kaki, baik bahan maupun warna. Pada sirkulasi ini digunakan bahan concrete dengan permukaan agak kasar untuk mencegah slip pada ban sepeda. Sedangkan untuk warna digunakan warna cerah yaitu kuning pale untuk memberikan kontras dan pembeda. Sebagai pembatas antara jalur sirkulasi dengan area lain digunakan sekumpulan semak sebagai buffer. Selain itu pada sirkulasi ini perlu juga dilengkapi marker atau tanda masing-masing jalur sirkulasi, baik sepeda maupun orang/pejalan kaki. Gambar 50 ialah gambar refrensi untuk penanda pada jalur sepeda.

103 85 Gambar 49. Image Bike Marker (Sumber : Google.com dan Shutterstock.com ) VII.3.2. Board walk/dek Jalur ini dikembangkan untuk memfasilitasi aktivitas pengunjung yang akan melintas/menyusur sungai. Board walk ini berfungsi sebagai dek atau titian layaknya terdapat pada rumah tepi sungai di Banjarmasin dan menggunakan bahan lokal yang tahan air (awet) yakni kayu galam, sehingga dapat memunculkan karakteristik lokal Kota Banjarmasin. Board walk ini juga dilengkapi dengan rail yang berfungsi sebagai pegangan tangan dan juga keamanan pengunjung. Gambar 51 ialah gambar refrensi untuk boardwalk dan gambar 52, 53 dan 54 ialah gambar detail material boardwalk, jalur multimode dan pathway. Gambar 50. Image Board walk atau Dek (Sumber : Google.com)

104

105

106

107 89 VII.3.3 Fasilitas Taman VII Amphiteater Amphiteater merupakan area terbuka yang biasanya digunakan untuk olahraga, konser, pertunjukan teater dan sebagainya. Pada taman ini amphiteater dimaksudkan sebagai area untuk melihat pemandangan ke sungai dan juga melihat suatu pertunjukan yang biasa diselenggarakan di Sungai Martapura pada acaraacara tertentu, seperti jukung festival dan permainan olahraga perahu motor/jetski. Selain itu amphiteater ini juga dapat dijadikan sebagai pusat interaksi masyarakat Kota Banjarmasin. Amphiteater pada taman dirancang berbatasan langsung dengan sungai, hal ini dimaksudkan agar pengguna lebih dapat dekat dengan sungai. Bentuk dari amphiteater ini mengikuti bentukan pola yang telah diturunkan dari konsep desain yang ada. untuk memberikan efek shade dan naunngan pada amphiteater ini dikembangkan shelter dengan bentuk menyesuaikan pola dari amphiteater tersebut. Shelter ini menggunakan bahan utama kain Canvas PVC putih dan rangkanya berupa tiang cetak dari baja. Selain berupa pekerasan yang digunakan sebagai tempat duduk-duduk pengguna, struktur amphiteater ini juga berfungsi sebagai dinding penahan dari erosi tanah. VII Bollard Elemen ini digunakan untuk menghindari kendaraan bermotor masuk ke taman. Bollard diletakkan pada welcome area dan tiap pintu masuk taman. Welcome area taman ini terletak pada bagian tengah taman sedangkan untuk pintu masuk, terdapat 4 akses masuk dan keluar yang masing-masing berbatasan langsung dengan Jalan Piere Tendean. Bollard yang digunakan memiliki tinggi 75 cm dengan diameter 10 cm dan diletakkan dengan jarak 60 cm satu sama lain. Pada sirkulasi multi mode, bollard tetap perlu digunakan agar tidak ada penyalahgunaan jalur yang sering terjadi motor masuk ke dalam jalur sirkulasi.

108 90 VII Railing dan Dermaga Railing merupakan pagar pembatas yang dikembangkan sebagai pegangan tangan pada area boardwalk dan juga diperuntukan sebagai pembatas antara taman dan sungai sehingga pengguna merasa lebih aman. Penggunaan railing ini diletakkan disepanjang jalur sirkulasi yang berbatasan langsung dengan tepian sungai. Railing yang digunakan pada jalur sirkulasi yang melintas sungai dan dek dermaga menggunakan material kayu agar menyatu dengan board walk. Dermaga dibuat sebagai area penerimaan bagi pengguna yang memilih moda transportasi sungai menuju ke dalam taman. Bentuk dermaga ini ialah lingkaran penuh dengan menggunakan material papan kayu galam. Ukuran luas tergantung dengan kebutuhan pada tapak dengan perhitungan setiap satu orang membutuhkan kebutuhan ruang sebesar 20 m 2. VII Rak Sepeda Parkir untuk sepeda dibuat di dalam taman yang berbentuk rak sepeda sederhana yang berada didekat main entrance dan side entrance terutama di node pertemuan antara jalur pejalan kaki dan multi mode. Rak sepeda ini masingmasing lokasi parkir sepeda dapat mengakomodasi sekitar unit sepeda. Tempat parkir ini dibuat untuk dapat mengakomodasi pengguna yang membawa sepeda maupun yang ingin menggunakan sepedanya ke dalam tapak maupun ingin hanya berjalan di tapak. Gambar refrensi rak sepeda dapat dilihat pada gambar 55. Gambar 54. Image Rak Sepeda (Sumber : Google.com) VII Retaining Wall Retaining wall pada taman tepian sungai sangat diperlukan sebagai penahan erosi tanah. Namun tidak hanya itu, dihararapkan juga dinding retaining

109 91 ini dapat menambah nilai keindahan taman. Oleh karena itu pada perancangan ini digunakan jenis retaining wall dari bahan batu bronjol atau gabion wall. Dinding retaining ini memiliki beberapa kelebihan seperti dapat mengurangi arus laju air sungai karena dengan material batu dinding memiliki permukaan yang lebih kasar serta memiliki celah sehingga memberi ruang bagi air dapat masuk ke dalam material tanah dan tersimpan di dalamnya. Air yang masuk ini kemudian menjadi sumber mineral bagi tanaman yang ditanam pada taman. Dengan begitu struktur tanah akan lebih tahan terhadap erosi. Selain itu, pada selang beberapa waktu penggunaan bronjong secara alami dapat merangsang pertumbuhan rumput liar seperti terlihat pada gambar 56. Gambar 55. Contoh Penggunaan Bronjong atau Gabion Wall (Sumber : Google.com) Penggunaan bronjong pada taman menggunakan ukuran rangka 0,9 1 m 2 dengan variasi batu didalamnya berukuran 50 mm 300 mm, ini merupakan ukuran cetakan yang ada pada pasaran. Untuk memperkuat kesan alami pada bronjong dapat juga dimodifikasi dengan menggunakan tanaman penutup tanah seperti rumput Vetiver (Vetiveria zizanoides). Rumput ini dipilih karena memiliki ketahanan pada kondisi kritis. Selain itu dengan penambahan elemen tanaman dapat memperlunak kesan kaku dari dinding. Untuk menjaga keawatan dari retaining wall ini perlu dilakukan pemantauan secara rutin ini disebabkan rawannya pencurian material yang ada pada struktur ini baik dari kawat besi maupun batu. Oleh karena itu pengawasan sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

110 92 VII Tempat Duduk Tempat duduk dibutuhkan pengguna baik individu maupun kelompok yaitu sebagai tempat istirahat sementara, duduk-duduk melihat pemandangan, berkumpul, dan sebagainya. Ukuran tempat duduk dibuat agar memberikan kenyamanan kepada pengguna yaitu tinggi cm, lebar cm dan panjang dudukan 60 cm, ada sandaran belakang dan sandaran tangan (Harris dan Dines, 1998). VII Tempat Parkir Parkir ini difungsikan untuk kendaraan bermotor yang direncanakan pada pada ruang penerimaan baik roda empat/mobil maupun roda dua/motor dengan besar 780 m 2 untuk mobil dan 96 m 2 untuk motor. Sehingga parkir ini hanya dapat mengakomodasi 32 mobil dan 60 motor dengan perhitungan kebutuhan ruang masing-masing untuk mobil sebesar 24 m 2 dan motor sebesar 1,6 m 2. Detail tempat parkir dapat dilihat pada gambar VII.3.4. Elemen Estetik Sculpture atau landmark merupakan elemen estetik taman yang berfungsi sebagai identitas taman dan juga sebagai aksen atau point of interest pada taman yang dapat menambah nilai estetika taman. Sculpture yang digunakan pada taman ini ialah berupa artwork yang memiliki filosofi untuk menguatkan konsep dasar perancangan taman tepian sungai dan karakteristik lokal taman. Sculpture akan dikembangkan pada beberapa spot penting di taman antara lain, seperti pada area penerimaan terdapat artwork dari logam dengan bentuk hasil pengembangan dari tetesan air dan bentuk orang renang yang dikembangkan dari pola lingkaran diletakkan pada plasa dekat area foodcourt. Contoh jenis metal artwork dapat dilihat pada gambar 57.

111 93 Gambar 56. Contoh Metal Artwork (Sumber : Google.com dan Flikr.com ) Model artwork dengan bahan metal/logam ini telah banyak dibuat oleh pengrajin seni patung/sculpture, seperti karya Nyoman Nuarte yang telah banyak dipakai di Jakarta dan kota besar lainnya. Kemudian pada area selatan tapak dikembangkan sculpture dengan bahan light box, elemen ini sengaja dikembangkan untuk memberi sentuhan pecinan. Ide pengembangan sculpture ini terinspirasi dari bentukan dupa yang terdiri dari jejeran batang. Dupa ini sering digunakan masyarakat tionghoa dalam beribadah di dalam Klenteng, dimana pada bagian selatan tapak terdapat Klenteng. Selain sebagai aksen sculpture ini juga berfungsi sebagai lampu taman pada malam hari, sehingga dapat menjadi elemen arstistik yang menarik. Gambar detail material pada dermaga dan plasa dijelaskan pada gambar 58 sedangkan gambar 59, 60, 61, 62, 63, 64 dan 65 merupakan gambar detail untuk hardscape taman ini.

112

113

114

115

116

117

118

119

120 102 VII.3.5. Pencahayaan Pencahayaan sangat dibutuhkan agar dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna pada malam hari. Pencahayaan pada taman juga harus dioptimalkan pada taman yang memiliki aktivitas pada malam hari. Selain untuk keindahan, penerangan pada malam hari juga berfungsi sebagai pencegah kemungkinan penyalahgunaan taman sebagai kegiatan vandalisme dan kejahatan. Pada taman tepian sungai ini digunakan tiga macam pencahayaan, yaitu street light, path light dan spotlight. Street light diletakan dibeberapa titik di area penerimaan, amphiteater dan plasa atau node pertemuan sirkulasi. Contoh tipe-tipe penyinaran menurut Harris dan Dines (1998) dijelaskan pada gambar 66. Ketinggian lampu lebih kurang 10 meter dan berguna sebagai penerang utama. Sedangkan untuk beberapa spot juga diletakkan lampu taman dengan ketinggian 3 meter. Pada jalur sirkulasi taman juga dibutuhkan penerangan dan jenis lampu yang digunakan pada area ini adalah jenis path light dengan ketinggian 60 cm. lampu ini hanya menereangi jalur sirkulasi dengan tinggi atau jarak penyinaran tidak sampai menyilaukan pandangan, sehingga tetap memberikan kenyamanan pengguna pada malam hari. Sedangkan spotlight digunakan sebagai lampu sorot untuk elemen-elemen tertentu yang ingin ditonjolkan seperti sculpture dan pohon atau tanaman. Tipe penyinaran ini digunakan untuk menyinari sculpture yang berada di taman agar dapat memberikan penekanan aksen pada elemen-elemen tersebut di malam hari. Gambar 67 merupakan gambar rencana pencahayaan pada taman. Gambar 65. Contoh Tipe-Tipe Pencahayaan (Sumber : Harris dan Dines, 1998)

121

122 104 VII.3.6. Planting Plan Secara umum vegetasi yang akan direncanakan pada tapak merupakan vegetasi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan Kota Banjarmasin. Kemudian berdasarkan konsep tata hijau yang telah dikembangkan serta hasil analisis tapak, vegetasi yang digunakan pada perancangan taman ini dibagi menjadi dua yakni vegetasi untuk fungsi ekologis dan vegetasi untuk arsitektural, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Gambar 68 merupakan gambar planting plan pada perancangan taman tepian Sungai Martapura sedangkan untuk detail penanaman dapat dilihat pada gambar 69 dan 70. VII Vegetasi untuk Fungsi Ekologis Vegetasi ini dioptimalkan sebagai penahan erosi tanah, ini dikarenakan letak taman yang berada pada tepian sungai rawan terjadi erosi. Vegetasi yang digunakan ialah vegetasi yang memiliki kemampuan menutupi permukaan tanah serta perakaran yang kuat seperti rumput paetan (Axonopus compressus), seruni rambat (Widelia biflora), akar wangi (Vetiveria zizanoides), rambai (Baccaurea motleyana), Palem merah (Cyrtostachis rendra) dan kelapa (Cocos nucifera). Sebagian besar tanaman ini merupakan tanaman lokal, selain berfungsi ekologis penggunaan tanaman lokal juga memperkuat karakter lokal dari taman. VII Vegetasi untuk Fungsi Arsitektural Vegetasi berfungsi arsitektural digunakan sebagai pendukung ruang rekreasi pada taman serta untuk memaksimalkan aktivitas pengguna. Vegetasi ini terdiri atas pohon, semak dan groundcover. Untuk pohon, tanaman yang digunakan berfungsi sebagai penaung dan pengarah. Tanaman yang digunakan antara lain, Palem Pinang (Areca catechu), Palem Sadeng (Livistonia rotundifolia), Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea) dan Dadap Merah (Erythrina cristagali). Sementara itu untuk semak, tanaman yang digunakan yang memiliki warna bunga dan daun yang mencolok seperti warna merah dan kuning, seperti Soka (Ixora sp.), Batavia (Jatropha panduriforia), Palem Merah (Cyrtosthacis rendra), Bunga Merak (Caesalpinia pulchirema), Bunga Kanna (Canna sp.), Pisang Hias (Heliconia sp.) serta Talas-talasan (Colocasia ordorata).

123

124

125 109 Kemudian untuk ground cover tanaman yang digunakan seperti Bakung (Crinum asiaticum) dan Pandan (Pandanus amaryllifolius). Karakteristik penggunaan tanaman pada taman dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 10. Daftar Karakteristik Tanaman yang digunakan pada Taman No Nama Tanaman Penaung Penahan Erosi Fungsi Estetika Pembatas Identitas Pereduksi polusi Images 1 Areca catechu (Pinang) 2 Arundinaria pumila (Bambu Jepang) 3 Axonopus compressus (Rumput Paetan) 4 Barringtonia asiatica (Keben) 5 Baccaurea motleyana (Pohon Rambai) 6 Bauhinia purpurea (Bunga Kupu-kupu) 7 Canna sp. (Bunga Kana) 8 Carex morowii (Kucai) 9 Casuarina equistofollia (Cemara laut)

126 Cocos nucifera (Pohon Kelapa) 11 Colocasia ordorata (Talas-talasan) 12 Costus sp. (Pacing) 13 Crinum sp. (Bakung) 14 Cyrtostachis rendra (Palem merah) 15 Ficus lyrata (Biola cantik) 16 Heliconia sp (Pisang hias) 17 Gluta ringhas (Jingah) 18 Livistonia rotundifolia (Palem Sadeng) Ophiopogon sp (Kucai mini) Pandanus amaryllifolius (Pandan) 21 Pterocarpus indicus (Angsana) 22 Rhapis excelsa (Palem wregu)

127 Roystonia regia (Palem Raja) 24 Terminalia catappa (Pohon Ketapang) 25 Veitchia merilii (Palem putri) 26 Vetiveria zizanoides (Akar wangi) 27 Widelia biflora (Seruni rambat)

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perancangan Taman

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perancangan Taman 4 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perancangan Taman Menurut Booth (1983), kegiatan perancangan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia, dimana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana kuno

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS 41 V. ANALISIS DAN SINTESIS V.1. Analisis V.1.1. Kondisi Fisik V.1.1.1. Lokasi, Luas dan Batas Tapak Tapak berada di pusat kota dan merupakan bagian dari kawasan tepian Sungai Martapura dengan penggunaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Marsh (2005) perencanaan lanskap perkotaan merupakan cakupan besar yang fokus terhadap seluruh area metropolitan. Kebanyakan aktivitas dalam merencana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008.

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A44050670 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A34204047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang letaknya berada di pesisir utara Pulau Jawa. Kota ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sisi utara.

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara Ingerid Lidia Moniaga (1), Octavianus H.A. Rogi (2), Amanda Sutarni Sembel (3) (1) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan

Lebih terperinci

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tapak secara geografis terletak di 3 o 16 32-3 o 22 43 Lintang Selatan dan 114 o 3 02 114 o 35 24 Bujur Timur administratif termasuk ke dalam Kelurahan Kertak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011). 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Kediri memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lokasi yang strategis. Terletak di jalur lintas wisata regional kota Blitar, Tulungagung dan Trenggalek, juga

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997). Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci