ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI"

Transkripsi

1 ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 9

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pola Aktivitas, Tingkat Kelelahan dan Status Anemia serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 9 Wiwik Widayati NRP. A555

3 ABSTRACT WIWIK WIDAYATI. Analysis of Activity Pattern, Fatigue Level, and Anemia Status and The Effect on Study Achievement of Student. Under direction of SITI MADANIJAH and IKEU TANZIHA This research aim to analyze activity pattern, fatigue level, and the anemia status and also the effect on study achievement of student. This research use the cross-sectional study design, where 9 students in MTsN Malang selected for sample (using random sampling technique). Data were analyzed with anova test experiment and Rank Spearman corelation experiment using SPSS 5.. The result shows that the biggest time allocation of acceleration class student, preeminent class student and also regular class student are used to sleep, result of test statistic significantly correlate with study achievement (p = 8). Student fatigue level of the students from those three classes mostly categorized as tired, the result of test statistic show that it significant correlate (p = ) with food consumption behavior. Prevalence of anemia status is,%, which this anemia status not significant correlate (p = ) with study achievement. The study achievement of the three groups, as indicated by the school report card, result of anova test different significant (p = ) of three classes. In general, result of this research show factors having an effect on study achievement are study activity, sleep activity, and Hb level. Keyword: activity, fatigue, anemia, study achievement.

4 RINGKASAN WIWIK WIDAYATI. Analisis Pola Aktivitas, Tingkat Kelelahan, dan Status Anemia serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan IKEU TANZIHA. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya bersifat klasikal, kelemahan sistem ini tidak terakomodasikannya kebutuhan individual siswa yang pada dasarnya tidak sama baik intelegensi, bakat dan minatnya. Penyelenggaraan kelas akselerasi (percepatan belajar) dianggap salah satu alternatif bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Namun, penyelenggaraan kelas akselerasi yang sudah diujicobakan beberapa tahun terakhir ini masih mengandung pro dan kontra dari banyak kalangan. Terkait dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana keragaan pola aktivitas, tingkat kelelahan dan status anemia serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik siswa akselerasi, unggulan dan reguler; menganalisis pola aktivitas dan tingkat kelelahan siswa akselerasi, unggulan dan reguler; menganalisis perilaku konsumsi pangan dan status anemia siswa; menganalisis tingkat stres siswa; menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan siswa; serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional study, di MTsN Malang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan terdapatnya program akselerasi, unggulan dan reguler serta kesediaan bekerjasama dalam penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 8. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas dua (akselerasi) dan siswa kelas tiga (unggulan dan reguler). Pengambilan contoh secara acak (random sampling). Besarnya contoh didasarkan pada alokasi proporsional dari tiga kelompok yaitu orang untuk kelas akselerasi; orang kelas unggulan; dan 5 orang kelas reguler. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang saku dan pengetahuan gizi), karakteristik keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan jumlah anggota keluarga), pola aktivitas, perilaku konsumsi, status gizi (berat badan, tinggi badan), status anemia (kadar hemoglobin), status kesehatan, tingkat kelelahan, tingkat stres, tingkat kepuasan, motivasi serta lingkungan keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan kuesioner. Konsumsi pangan diperoleh dengan metode recall x 4 jam yaitu pada hari libur dan hari sekolah. Pola aktivitas diperoleh dari pencatatan recall x 4 jam pada hari libur dan hari sekolah. Berat badan dan tinggi badan contoh diperoleh dengan pengukuran langsung, alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan injak dengan tingkat ketelitian, kg, sedangkan tinggi badan menggunakan alat ukur microtoise dengan ketelitian, cm. Kadar Hb diukur dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin dengan mengambil darah contoh sebanyak, ml yang dilakukan oleh petugas

5 profesional dari laboratorium SIMA Kota Malang. Data sekunder diperoleh dari data sekolah meliputi karakteristik sekolah, sarana dan prasarana. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia dengan menggunakan Program SPSS versi 5. for windows. Kontrol kualitas data yang dilakukan yaitu uji reliabilitas untuk alat ukur tingkat kelelahan, tingkat stres, tingkat kepuasan, motivasi dan lingkungan keluarga dengan metode Cronbach s Alpha. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji Korelasi Pearson. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan siswa dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa digunakan analisa regresi linier berganda. Analisis terhadap pola aktivitas menunjukkan alokasi waktu terbesar contoh pada kelas akselerasi, unggulan dan reguler digunakan untuk tidur yaitu 8,5 jam sehari. Selanjutnya aktivitas contoh pada ketiga kelas yang juga memakan waktu yang cukup banyak adalah untuk kegiatan sekolah yaitu 7, jam, sedangkan alokasi waktu terkecil digunakan untuk aktivitas olah raga yaitu, jam dari keseluruhan aktivitas. Hasil uji anova menunjukkan aktivitas belajar, bermain dan tidur berbeda nyata pada ketiga kelas. Hasil uji statistik menunjukkan pola aktivitas tidak berhubungan dengan tingkat kelelahan. Analisis tingkat kelelahan menunjukkan pada umumnya sebagian besar contoh pada ketiga kelas (8,7%) merasa lelah. Hasil uji anova tidak berbeda nyata pada ketiga kelas, sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tingkat kelelahan berhubungan negatif dengan perilaku konsumsi pangan. Status anemia contoh dinilai dari hasil pengukuran hemoglobin (Hb) dalam darah. Kadar Hb contoh berkisar antara,7-7,5 g/dl, dengan rata-rata kadar Hb 4,±, g/dl. Analisis status anemia menunjukkan proporsi anemia contoh sebesar,%. Hasil uji anova menunjukkan status anemia pada ketiga kelas tidak berbeda nyata, sedangkan hasil uji statistik menunjukkan status anemia tidak berhubungan dengan prestasi belajar. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan adalah umur, perilaku konsumsi pangan dan tingkat stres, dengan besar pengaruhnya 4,4%. Analisis statistik terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa aktivitas belajar, aktivitas tidur dan kadar Hb berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, adapun besar pengaruhnya adalah 4,5%. Kata kunci : aktivitas, kelelahan, anemia, prestasi belajar.

6 @ Hak cipta milik IPB, tahun 9 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 9

8 Judul Tesis Nama NRP : Analisis Pola Aktivitas, Tingkat Kelelahan dan Status Anemia serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa : Wiwik Widayati : A555 Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Siti Madanijah, M.S Ketua Dr. Ir. Ikeu Tanziha, M.S Anggota Diketahui Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Hadi Riyadi, M.S Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian : Januari 9 Tanggal Lulus :

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.

10 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Analisis Pola aktivitas, Tingkat Kelelahan dan Status Anemia serta Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Siswa. Pengambilan judul ini dilatarbelakangi masih adanya pendapat yang pro dan kontra terhadap pelaksanaan program akselerasi pada beberapa tahun terakhir ini. Selama mempersiapkan dan melakukan penelitian sampai akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini, saya mendapat bimbingan banyak yang tidak ternilai harganya dari pembimbing saya : Dr.Ir. Siti Madanijah, MS (ketua komisi) dan Dr.Ir. Ikeu Tanziha, MS (anggota). Kebijaksanaan, kesabaran, dan ketelatenan beliau sangat berguna dan merupakan pelajaran yang tak ternilai dan sangat berharga bagi saya. Penyelesaian tesis ini juga tidak terlepas dari masukan, saran, dan koreksi dari Prof.Dr.Ir. Ali Khomsan, MS yang bertindak sebagai penguji luar komisi pembimbing pada saat ujian tesis. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua Program Studi, Pengajar dan Pegawai Administrasi Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB yang telah memberi perhatian, memberi ilmu yang berharga, dan memberikan pelayanan administrasi akademik kepada saya selama kuliah di IPB. Ibu Dra. Binti Maqsudah, MPd selaku Kepala Sekolah MTsN Malang, atas diperkenankannya saya melakukan penelitian di sana. Bapak Moch. Solehudin, SPd selaku guru Bahasa Arab, atas kerelaannya memberikan jam pelajarannya pada saya untuk penelitian ini. Bapak Drs. Moh. Taufik, MPd selaku pembina UKS MTsN Malang yang telah memperkenankan saya menggunakan Ruang UKS untuk pengisian kuesioner dan pengambilan darah selama penelitian ini. Ibu Ana Fikrotuz Zakiyah, SPd kakak sekaligus guru Biologi yang telah banyak sekali membantu saya selama penelitian ini dari awal sampai akhir serta yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya. Ibu Eli Cholidah, SAg guru UKS yang sudah banyak membantu selama penelitian. Siswa kelas 8 H (Akselerasi), siswa kelas 9 H (Unggulan) dan siswa kelas reguler dari A sampai G

11 yang terpilih menjadi sampel penelitian saya, atas kesediaannya bekerja sama selama penelitian ini sehingga penelitian ini bisa selesai dengan baik. Bapak dan ibu saya, H. Rodhi dan Hj. Suwanah yang penuh kasih sayang dan perhatian serta doa-doanya yang tulus. Suami saya tercinta, Andri Khairul Anam, Amd dan anak saya tercinta Ridho Shohib Arroyyan, atas doa dan cinta kasih serta pengertian dan perhatiannya dan juga atas dorongan semangat yang selalu dipompakan setiap saat. Mas Suroso dan Adik Fauzi atas perhatian, dukungan dan doanya. Ibu Hj. Anwar selaku ibu mertua saya, serta ipar-ipar saya (Mbak Nana & Mas Jamal; Mbak Is & Mas Zein, Mbak Wilda & Mas Anang, serta Mbak Irna & Mas Bidin), yang telah memberikan perhatian dan dorongan untuk menyelesaikan studi saya. Keponakan-keponakan saya (Fatkhur, Ghofur, Zila, Jawwad, Ijaz, Silmi, Farin, Izzat, Qorin, Hilya, Ahda, Fira, Rima, Ira, serta Rahma dan Izzah) yang sholeh/sholihah dan selalu menghibur saya. Teman-teman saya pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga : Ibu Enok Sobariah, Ely Walimah, Nita Rahmiwati, Ibu Nur Rahmi Amma, Ibu Sri Darningsih, Ibu Asih, Ni Ketut Sutiari, Merynda Indriyani, Febrina Sulistyawati, Nur Riska Tajoedin, Guspri Devi Artanti, Cica Yulia, Nunung Cipta Dainy, Nita Yulianis, Arfiati, mbak Nur, Ibu Maya Kandina, Fahmi Abdul Hamid dan Rusman Efendi, serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Teman-teman di Wisma Vamdi yang senantiasa mendorong dan mendoakan penulis sehingga bisa menyelesaikan tesis ini. Serta teman-teman liqo atas doa dan dorongannya untuk menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik Bapak/Ibu/Saudara/i semuanya. Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat. Bogor, Januari 9 Penulis

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mojokerto, tanggal April 98 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. Rodhi dan Ibu Hj. Suwanah. Penulis menikah dengan Andri Khairul Anam, Amd dan dikaruniai seorang putra bernama Ridho Shohib Arroyyan. Tahun 995 penulis tamat MI Al Hidayah Trowulan, Mojokerto, kemudian melanjutkan ke MTsN Sooko, Mojokerto dan tamat tahun 997. Selanjutnya penulis diterima di SMUN Sooko, Mojokerto dan tamat tahun. Setelah tamat SMU, penulis melanjutkan studi di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang dan tamat tahun 5. Pada tahun sampai 5 penulis bekerja sebagai asisten di laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Tahun 5 penulis berkesempatan untuk melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMK).

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN... Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... 4 Hipotesis... 4 Manfaat Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Prestasi Belajar... 5 Determinan Prestasi Belajar... 6 Karakteristik Remaja... 7 Karakteristik Keluarga... 8 Konsumsi Pangan... Status Gizi... Status Kesehatan... Hubungan Anemia Gizi Besi dengan Prestasi Belajar... Pola Aktivitas... 5 Kelelahan... 6 Determinan Tingkat Kelelahan... 7 Stres... 9 Sumber stres... Tingkat stres... Stres di Bidang Akademis pada Siswa Berbakat... Motivasi... Kepuasan... 4 KERANGKA PEMIKIRAN... 5 METODE... 7 Desain, Tempat dan Waktu... 7 Teknik Penarikan Contoh... 7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 8 Pengolahan dan Analisis Data... 9 Definisi Operasional... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN... 9 Keadaan Umum Sekolah... 9 Karakteristik Keluarga... 4 Pendidikan... 4 Pekerjaan... 4

14 Pendapatan... 4 Besar Keluarga... 4 Karakteristik Contoh... 4 Umur dan Jenis Kelamin... 4 Uang Saku Pengetahuan Gizi Perilaku Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan Analisis Konsumsi... 5 Konsumsi Energi dan Zat Gizi... 5 Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pola Aktivitas Status Gizi Status Gizi Antropometri Status Anemia... 6 Status Kesehatan... 6 Tingkat Kelelahan Tingkat Stres Tingkat Kepuasan... 7 Motivasi... 7 Lingkungan Keluarga Prestasi Belajar... 8 Nilai Pelajaran IPA... 8 Nilai Pelajaran IPS... 8 Nilai Pelajaran Bahasa Nilai pelajaran Agama Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelelahan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN... 99

15 DAFTAR TABEL Halaman Jenis dan cara pengumpulan data... 9 Kategori pengetahuan gizi menurut skor pengetahuan gizi... Klasifikasi status gizi menurut indeks massa tubuh (IMT)... 4 Skala pengukuran variabel-variabel penelitian Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Sebaran contoh berdasarkan kategori kemiskinan Sebaran contoh berdasarkan kategori besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pertanyaan pengetahuan gizi Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Sebaran contoh berdasarkan jenis suplemen yang dikonsumsi seminggu terakhir Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku konsumsi pangan Rata-rata konsumsi, kecukupan gizi yang dianjurkan dan tingkat konsumsi energi dan zat gizi contoh Rata-rata penggunaan waktu contoh untuk berbagai aktivitas Berat badan dan IMT contoh Sebaran contoh berdasarkan kategori status gizi antropometri... 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori status anemia... 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori status kesehatan... 6 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kelelahan Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan tingkat kelelahan Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat stres Sebaran contoh berdasarkan gejala stres Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kepuasan Sebaran contoh berdasarkan tingkat kepuasan... 7

16 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori motivasi belajar Sebaran contoh berdasarkan motivasi belajar Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkungan keluarga Sebaran contoh berdasarkan sarana belajar di rumah Sebaran contoh berdasarkan peran orangtua mendorong motivasi belajar anak... 8 Sebaran contoh berdasarkan peran orangtua dalam membimbing kegiatan belajar anak Sebaran contoh berdasarkan kategori nilai pelajaran IPA Sebaran contoh berdasarkan kategori nilai pelajaran IPS Sebaran contoh berdasarkan kategori nilai pelajaran Bahasa Sebaran contoh berdasarkan kategori nilai pelajaran Agama Sebaran contoh berdasarkan kategori nilai... 85

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Skor Jenis Penyakit berdasarkan Tingkat Keparahannya terhadap Anak Kuesioner Tingkat Kelelahan... Kuesioner Tingkat Stres... 4 Kuesioner Tingkat Kepuasan... 5 Kuesioner Motivasi Belajar...

18 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia dan memperluas serta meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, remaja yang merupakan generasi penerus bangsa harus mendapatkan perhatian khusus. Hal ini terlihat dari kebijakan khusus tentang remaja yang salah satunya adalah peningkatan minat belajar dan pembinaan remaja. Kebijakan pemerintah tersebut kemudian dirumuskan dengan mengadakan peningkatan pendidikan bagi remaja. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memberikan bantuan pada anak untuk memperoleh pengalaman pendidikan yang diperlukan. Disamping itu, sekolah merupakan wadah pengembangan diri anak didik dalam sistem pendidikan agar kedewasaan intelektual maupun kepribadian mereka berkembang (Suryosubroto, 988). Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya bersifat klasikal, artinya semua siswa di dalam kelas diperlakukan sama. Kelemahan sistem ini adalah tidak terakomodasikannya kebutuhan individual siswa yang pada dasarnya tidak sama baik intelegensi, bakat dan minatnya. Siswa yang lebih cepat dari yang lain tidak terlayani secara baik sehingga potensi yang dimiliki tidak tersalur atau berkembang secara optimal (Rachman & Latifah ). Widyastono (4) mengelompokkan kecerdasan dan kemampun siswa dalam tiga strata: anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas ratarata, rata-rata, dan di bawah rata-rata. Siswa di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa umumnya. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa-siswa lainnya. Siswa yang berkemampuan luar biasa tersebut memerlukan penanganan dan program khusus agar berkembang secara optimal. Sehingga diperlukan program khusus yang lebih cepat atau lebih luas dari program reguler. Lebih cepat dapat diartikan bahwa siswa akan dapat menyelesaikan program reguler

19 dalam waktu yang lebih singkat (akselerasi). Lebih luas dapat diartikan bahwa siswa akan memperoleh kemampuan yang lebih banyak dan dalam dibandingkan dengan siswa program reguler (Rachman & Latifah ). Penyelenggaraan kelas akselerasi (percepatan belajar) dianggap salah satu alternatif bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata. Ini dilakukan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada kelas klasikal yang bersifat massal. Melalui program ini memungkinkan siswa dapat menyelesaikan waktu belajar lebih cepat dari yang ditetapkan (Widyastono 4). Penyelenggaraan kelas akselerasi yang sudah diujicobakan beberapa tahun terakhir ini masih mengandung pro dan kontra. Mujiran (4) menjelaskan ada beberapa kelemahan yang mengiringi penyelenggaraan kelas akselerasi itu. Pertama, stigmatisasi pada diri siswa yang ada di kelas reguler. Kedua, timbulnya budaya inferior, muncul kelas eksklusif, arogansi, dan elitisme pada diri siswasiswa kelas akselerasi. Masing-masing siswa membentuk group reference mereka sendiri-sendiri. Ketiga, terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah. Dengan alokasi waktu yang jauh lebih pendek maka siswa dituntut harus belajar keras. Keempat, siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek afektif. Padatnya materi yang harus mereka terima, banyaknya pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan, ditunjang kemampuan intelektual yang mereka miliki dan teman-teman sekelas yang rata-rata pandai, membuat iklim kerja sama mereka menjadi terbatas. Tugas-tugas itu bisa mereka selesaikan sendiri. Lebih lanjut, Mujiran (4) menjelaskan bahwa penyelenggaraan kelas akselerasi memiliki kelebihan yaitu sangat menguntungkan dari sisi waktu, siswa yang bakat intelektualnya tinggi dibantu secara khusus, sehingga mereka mendapatkan bantuan pengajaran lebih sesuai bakatnya. Mereka akan dapat cepat lulus, diperkirakan setahun lebih awal dibanding siswa biasa. Jadi, keuntungannya terletak pada akselerasi pengajaran. Sekolah Menengah Pertama merupakan lembaga pendidikan formal yang dimasuki siswa setelah lulus dari Sekolah Dasar. Pada masa SMP ini siswa sedang memasuki masa remaja awal dengan kisaran umur 5 tahun. Pada masa ini remaja mempunyai kecenderungan membentuk kelompok dan melakukan

20 kegiatan kelompok dengan teman-teman sebaya yang dekat dengannya. Adanya peer group ini dapat mempengaruhi aktivitas remaja baik yang bersifat positif maupun negatif, termasuk dalam hal prestasi belajarnya (Hurlock 997). Prestasi belajar merupakan salah satu ukuran dari tingkat intelegensi seseorang. Hanum (99) menyatakan prestasi belajar anak dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu antara lain faktor dari dalam diri anak sendiri (intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan keadaan gizi), dan faktor luar diri anak (sosio kultural, sosio ekonomi keluarga, kurikulum, cara guru mengajar dan fasilitas fisik seperti buku-buku pelajaran). Selain itu prestasi belajar juga dipengaruhi oleh dua kelompok variabel, yaitu lingkungan sekolah seperti jumlah bacaan dan jenis kelamin, serta lingkungan di rumah yang meliputi keadaan sosial ekonomi orang tua, besar keluarga dan besarnya perhatian orang tua pada sekolah anak-anaknya. Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, peneliti merasa tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang pola aktifitas, tingkat kelelahan, status anemia, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini, terkait dengan penyelenggaraan kelas akselerasi (percepatan belajar) yang masih mengandung pro dan kontra dari banyak kalangan sehingga dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :. Bagaimana hubungan pola aktivitas terhadap tingkat kelelahan siswa akselerasi dan siswa program lainnya?. Bagaimana status anemia siswa serta hubungannya dengan prestasi belajar?. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa?

21 4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola aktivitas, tingkat kelelahan dan status anemia serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik siswa akselerasi, unggulan dan reguler.. Menganalisis pola aktivitas dan tingkat kelelahan siswa akselerasi, unggulan dan reguler.. Menganalisis perilaku konsumsi pangan dan status anemia siswa akselerasi, unggulan dan reguler. 4. Menganalisis tingkat stres siswa akselerasi, unggulan dan reguler. 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelelahan siswa 6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hipotesis. Diduga tingkat kelelahan dipengaruhi oleh perilaku konsumsi pangan, pola aktivitas, status gizi, status anemia, status kesehatan dan tingkat stres.. Diduga prestasi belajar dipengaruhi oleh pola aktivitas, tingkat kelelahan, tingkat kepuasan, motivasi, dan lingkungan keluarga. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi tentang pola aktivitas, tingkat kelelahan, status anemia, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selanjutnya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua, pendidik serta pengambil kebijakan dalam upaya membimbing dan meningkatkan keberhasilan belajar siswa.

22 5 TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Belajar Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pada dirinya, berupa tambahan pengetahuan atau kemahiran. Seorang siswa dikatakan sukses di sekolah apabila ia secara relatif konstan dapat menyelesaikan pendidikan di sekolah tanpa mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar yang dapat mempengaruhi nilai prestasinya di sekolah. Siswa disini selalu mencapai nilai-nilai yang baik setiap ulangan maupun ujian (Darmokusumo 97). Lebih lanjut Winkel (996) menyatakan kecerdasan seseorang akan mempengaruhi kemampuan belajar. Kemampuan belajar merupakan kemampuan untuk berhasil dalam studi di jenjang pendidikan tertentu. Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kecerdasan kognitif atau yang sering disebut IQ secara umum diketahui sebagai prediktor utama keberhasilan siswa di sekolah (Atkinson et al. ). Hasil belajar tergantung pada banyak faktor dan tidak semua faktor mempunyai pengaruh yang sama. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain keadaan gizi adalah hereditas, keadaan sosial ekonomi keluarga, faktor lingkungan, stimulus, fasilitas belajar dan daya tahan tubuh (Yulian 994). Disamping itu, Winkel (996) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah motivasi berprestasi, intelegensi, keadaan sosial ekonomi serta keadaan fisik dan psikis. Faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi seorang anak antara lain faktor keturunan, faktor prenatal yaitu berhubungan dengan faktor gizi dan penyakit yang diderita ibu hamil, kesulitan dalam proses kelahiran yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan seorang anak serta keadaan sosial ekonomi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh penyakit atau cedera otak, serta ketunaan pada alat indra yang mengganggu penerimaan rangsang (sensory input) dari lingkungan sehingga pemrosesan informasi tidak dapat berjalan dengan baik (Atmodiwirjo 99).

23 6 Banyak siswa yang terhambat perkembangan kecerdasannya karena kurangnya asupan gizi yang berkualitas. Gizi kurang pada anak dapat mempengaruhi perkembangan mental dan kecerdasan anak. Menurut Stuart dalam Judarwanto (4) kekurangan zat gizi berupa vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya mempengaruhi metabolisme di otak, sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan syaraf. Hal itu mengakibatkan terganggunya pertumbuhan sel-sel otak baru atau melinasi sel otak terutama usia di bawah tahun sehingga sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak (Judarwanto 4). Lebih lanjut, Judarwanto (4) menyatakan kurang gizi pada fase cepat tumbuh otak (di bawah usia 8 bulan) akan bersifat irreversible (tidak dapat pulih) dan kecerdasan anak tersebut tidak bisa lagi berkembang secara optimal. Kurang energi dan protein pada masa anak-anak akan menurunkan IQ yang menyebabkan kemampuan geometrik rendah dan anak tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal. Menurut penelitian Arnelia et al. (995) rata-rata nilai IQ anak yang pernah menderita gizi buruk sewaktu balita lebih rendah.7 point dibandingkan dengan anak yang tidak pernah menderita KEP. Namun IQ yang tinggi tidak selalu menjadi jaminan untuk meraih prestasi di sekolah, tapi harus dibarengi dengan upaya mengasah ketrampilan, kerajinan, ketekunan dan kemampuan berfikir. Determinan Prestasi Belajar Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi kebiasan orang belajar juga berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan; sedangkan faktor ekstern contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat (Rahmawati 8). Setiap anak mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami

24 7 berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar; dan dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada di bawah semestinya (Rahmawati 8). Husin (98) menjelaskan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri anak sendiri (intelegensi, motivasi, minat, sikap dan keadaan gizi); dan faktor dari luar anak (sosiokultural, sosial ekonomi, kurikulum, cara guru mengajar dan faktor fisik seperti buku pelajaran). Hasil penelitian Hanum (99) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah hubungan siswa dengan orang tua dan status gizi. Dari kedua faktor tersebut yang lebih besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar adalah status gizi. Sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (6) yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi dengan prestasi belajar. Thoha (6) menyatakan prestasi belajar dipengaruhi oleh oleh aktivitas tidur, aktivitas belajar, pola konsumsi pangan, konsumsi asam folat dan konsumsi protein. Karakteristik Remaja Remaja adalah seseorang yang sedang mengalami perkembangan yang pesat menuju kedewasaan dan berusia antara sampai 9 tahun (Achir 99). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan dewasa yaitu berumur antara sampai tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya secara pasti. O Dea (996) mengemukakan bahwa pada masa pubertas remaja mengalami pertumbuhan yang pesat dalam hal tinggi badan, berat badan, lemak tubuh dan otot serta penyempurnaan berbagai sistem organ. Pada anak laki-laki pertumbuhan otot lebih menonjol sedangkan pada perempuan deposit lemak lebih banyak (Husaini 989).

25 8 Remaja berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada masa ini, pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan oleh orang lain (penyedia makanan di rumah) ataupun dirinya sendiri. Selanjutnya bila terjadi defisiensi zat gizi, akan dapat terlihat pada keadaan fisik, status kesehatan dan status gizi (Sediaoetama 99). Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada remaja menyebabkan mereka memberi perhatian yang besar terhadap penampilan dirinya. Remaja mengharapkan gambaran tubuh yang ideal (body image), sehingga penyimpangan atau cacat anggota tubuh sangat merisaukan perasaannya terutama pada remaja putri (Monks et al.99). salah satu upaya remaja untuk mencapai body image tersebut adalah menurunkan berat badan dengan mengubah kebiasaan makan. Perubahan kebiasaan makan yang tidak tepat memungkinkan terjadinya anorexia nervosa dan bulimia sebagai masalah kesehatan remaja (Heald et al. 998). Karakteristik Keluarga Faktor keluarga adalah faktor yang paling penting dalam proses tumbuh kembang anak sebagai individu. Salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami kemerosotan prestasi yaitu keluarga dengan banyak anggota keluarga. Kondisi ini diperberat dengan tingkat sosial ekonomi keluarga sehingga orang tua tidak mampu menyediakan hunian yang memadai. Kegaduhan yang timbul oleh anggota keluarga dalam suatu rumah menyebabkan anak-anak yang akan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sekolah atau mengulang pelajaran di rumah sulit memusatkan konsentrasi belajar. Terlebih lagi jika anak tidak memiliki kamar terpisah dan tidak ada sarana pendukung sederhana apapun, seperti meja kecil untuk baca tulis (Puar 998). Soekirman (997) menyatakan bahwa keluarga dengan anak sedikit (kurang dari tiga) akan lebih menunjukkan perilaku mandiri dibandingkan dngan keluarga dengan jumlah anak yang banyak (keluarga besar). Namun menurut Sukadji (988), orang tua dengan anak tunggal cenderung over protektif, sehingga membuat anak menjadi pusat perhatian dalam keluarga, dan anak-anak seperti ini jarang mendapatkan kesempatan untuk belajar sharing (menikmati maupun menanggung penderitaan bersama orang lain).

26 9 Tingkat pendidikan orangtua dapat mempengaruhi usaha meningkatkan prestasi belajar anak, semakin tinggi pengetahuan orang tua, maka akan semakin banyak pula pengetahuan orangtua yang diberikan kepada anaknya (Nasution dan Nasution 986). Suatu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa adanya pengaruh keadaan keluarga yang terdiri dari pendapatan, jenis pekerjaan dan pendidikan orangtua disamping faktor kemampuan anak dan kualitas sekolah terhadap keberhasilan anak belajar. Nio (985) dalam Hanum (99) menyatakan bahwa membiasakan anak untuk belajar di rumah merupakan salah satu faktor yang penting. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam membimbing anak dalam belajar yaitu kesabaran dan bijaksana. Ada beberapa kegiatan bimbingan belajar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar anak antara lain : menyediakan fasilitas belajar (alat tulis, buku-buku pelajaran dan tempat untuk belajar), mengawasi kegiatan belajar anak, mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah, mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar dan menolong anak mengatasi kesulitannya dalam belajar. Orangtua sebaiknya memberikan perhatian pada pendidikan anaknya. Perhatian dapat berupa bimbingan kepada anak dalam hal belajar, sehingga anak akan senang menerimanya dan akan menganggap belajar sebagai kewajiban sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut juga dijelaskan bahwa orangtua berkewajiban untuk memberikan semangat dan dorongan kepada anak dalam meningkatkan kegiatan belajar secara efektif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal (Nasution dan Nasution 986). Orangtua yang bisa merangsang perkembangan kecerdasan anak adalah orangtua yang menyadari perannya, orangtua yang bisa mengasihi dan tahu serta mengerti bagaimana cara memenuhi kebutuhan anak, kemudian merangsang perkembangannya. Terbentuknya konsep diri dan motivasi anak untuk berprestasi tidak terlepas reaksi dari lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan orangtua. Orangtua yang selalu memberi dorongan pada saat yang tepat akan menimbulkan konsep diri yang positif untuk berprestasi.

27 Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah, baik tunggal maupun beragam, yang dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dan pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 99). Sedangkan perilaku konsumsi pangan dapat dirumuskan sebagai cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu, keluarga atau masyarakat di dalam pemilihan makanannya yang dilandasi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan tersebut (Susanto 997). Pangan dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau, faktor sosial dan alasan kesehatan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi adalah rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi dan pendidikan (Riyadi 996). Pada dasarnya ada tiga fungsi makanan bagi anak, yaitu menyediakan tenaga (fuel) untuk aktifitas muskular, menyediakan unsur dan senyawa kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh anak dan pemeliharaan jaringan yang rusak, serta memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada anak (Villavieja, et al. 987). Lebih lanjut Villavieja et al (987) menyatakan bahwa ada lima faktor yang harus dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak sekolah, yaitu energi, protein, vitamin larut lemak, vitamin larut air dan mineral. Kebutuhan energi anak sekolah ditentukan oleh usia, metabolisme basal dan aktifitas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan konsumsi makanan anak sekolah, yaitu selera, ukuran tubuh, dan keperluan psikologis. Jenis aktivitasnya sangat beragam, mulai dari aktifitas dalam kelas, olah raga sampai aktifitas sosial, sehingga relatif sedikit waktu yang tersisa untuk istirahat. Anak-anak membutuhkan zat gizi yang bagus agar terpenuhi kebutuhannya untuk pertumbuhan dan perkembangannya serta ketahanannya terhadap infeksi (Villavieja et al. 987). Makanan bagi anak sekolah tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan zat gizi, tetapi juga harus memperhatikan dalam hal palatabilitas, mengenyangkan serta nilai emosi dan sosialnya. Anak-anak harus dibimbing dalam memilih

28 makanan agar mendapatkan zat gizi yang memadai. Selain itu, usia sekolah merupakan masa yang penting untuk pembentukan perilaku dan kebiasaan makan. Dengan demikian, selain harus memenuhi nilai gizinya, makanan anak sekolah sebaiknya mempertimbangkan variasi agar dapat memenuhi seleranya (Villavieja et al. 987). Hasil penelitian Kustiyah (5) menunjukkan faktor selera merupakan faktor terbesar yang digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan menu, selanjutnya diikuti dengan pertimbangan harga/biaya, ketersediaan bahan di warung dan yang paling sedikit pertimbangannya adalah aspek gizi. Hasil penelitian Thoha (6) menunjukkan adanya hubungan positif yang nyata antara kebiasaan makan dengan nilai IPK. Dimana contoh dengan frekuensi makan tiga kali sehari, dan yang terbiasa sarapan pagi mempunyai nilai IPK lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang mempunyai frekuensi makan satu atau dua kali sehari dan yang tidak sarapan. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Status gizi merupakan suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Harper, et al. 986). Pada dasarnya, keadaan gizi ditentukan oleh konsumsi makanan dan kemampuan tubuh menggunakan zat-zat gizi. Konsumsi makanan ditentukan oleh produksi pangan, daya beli dan kebiasaan makan, sementara kemampuan menggunakan zat gizi ditentukan oleh keadaan kesehatan (Khumaidi 994). Pada masa remaja kebutuhan akan zat gizi mencapai maksimum. Kebutuhan zat gizi yang tinggi ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang cepat. Jika kebutuhan zat gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tubuh (Williams 98). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung melalui pengukuran antropometri dan penilaian biokimia. Indikator yang digunakan tergantung pada

29 waktu, biaya, tenaga dan tingkat ketelitian penelitian yang diharapkan serta banyaknya orang yang akan dinilai status gizinya (Riyadi ). Menurut Blackburn dan Thornton dalam Thuluvath dan Triger (994), pengukuran antropometri adalah indikator yang reliabel terhadap pengukuran status gizi. Salah satu indikator yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah indikator Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur. Menurut Riyadi (), indikator IMT menurut umur merupakan indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan juga sejalan dengan indikator yang sudah direkomendasikan untuk orang dewasa serta data referensi yang bermutu tinggi tentang indikator ini sudah tersedia. Status gizi remaja diukur dengan menilai indeks massa tubuh (IMT) dengan mengukur bobot tubuh (berat badan) dalam satuan kilogram debagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam satuan meter. Kemudian status gizi remaja dikelompokkan menjadi lima, yaitu kurus sekali (IMT < 7.), kurus (IMT ), normal (IMT ), gemuk (IMT 5. 7.) dan obesitas (IMT >7.) (Depkes 996). Hasil penelitian Hanum (99) menunjukkan status gizi berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (6) yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi dengan prestasi belajar siswa. Artinya semakin baik status gizi contoh maka prestasi belajar yang diperoleh akan semakin tinggi. Prestasi yang semakin meningkat dapat terjadi karena dengan status gizi yang baik maka anak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam mengikuti pelajaran sehingga semua yang dipelajari dapat diterima dengan baik. Siswa yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkapnya terhadap pelajaran dan kemampuan belajarnya akan lebih rendah (Grossman 997 dalam Kusumaningrum 6). Status Kesehatan Status gizi merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Status gizi yang buruk atau kurang dapat menimbulkan hal-hal seperti meningkatnya frekuensi terserang penyakit infeksi, pertumbuhan fisik dan mental

30 yang terganggu, kegiatan fisik menurun dan produktivitas kerja orang dewasa rendah (Muhilal, et al. 4). Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang sakit akibat penyakit atau akibat kelelahan tidak dapat belajar dengan efektif dan hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar (Soemanto 99). Suryabrata (995) mengemukakan bahwa keadaan kesehatan jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya kesehatan jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Sedangkan beberapa penyakit yang kronis juga sangat mengganggu aktivitas belajar seperti pilek, influensza, sakit gigi dan lain-lain. Keadaan ini akan mempengaruhi proses belajar, yang lebih lanjut akan mengurangi minat dan motivasi belajar di sekolah. Status gizi dan kesehatan anak sekolah penting artinya sebagai gambaran keadaan gizi anak secara keseluruhan (Puar 998). Hasil penelitian Maryam () menunjukkan status gizi dan kesehatan dapat meningkatkan prestasi beajar. Sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (6) yang menunjukkan status kesehatan berhubungan dengan prestasi belajar. Dimana semakin baik status kesehatan maka prestasi belajar juga semakin baik. Hubungan Anemia Gizi Besi dengan Prestasi Belajar Anemia gizi besi merupakan suatu keadaan dimana sel-sel darah merah tidak mampu membawa oksigen yang diperlukan dalam pembentukan energi. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yaitu kurang dari g/dl (INACG 985) dan berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin (Soekirman ). Dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam hemoglobin pada selsel darah merah, dan bernama mioglobin apabila berada dalam sel-sel otot. Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sedangkan mioglobin

31 4 berperan untuk mengangkut dan menyimpan oksigen untuk sel-sel otot (Soekirman ). Sebagian besar terjadinya anemia di Indonesia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah tidak cukupnya zat-zat gizi terutama yang diserap dari makanan sehari-hari guna pembentukan sel darah merah sehingga terjadi keseimbangan negatif antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh selain itu, zat-zat penyerta yang dapat meningkatkan daya serap seperti protein dan vitamin C juga tidak cukup jumlahnya. Husaini (989) menyatakan bahwa ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya anemia, yaitu kehilangan darah karena pendarahan, kerusakan sel darah merah dan produksi sel darah merah yang tidak mencukupi. Anemia besi dapat memperlambat perkembangan dan gangguan perilaku seperti aktivitas motorik, interaksi sosial dan perhatian (Idjradinata & Pollit 99). Anak sekolah yang mengalami anemia akan mempengaruhi aktivitas belajar dan selanjutnya akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar (Chwaye et al. 997). Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami anemia ketika bayi akan memiliki kemampuan kognitif dan prestasi sekolah yang rendah, serta mesalah perilaku ketika memasuki masa pertengahan kanak-kanak (Grantham- Mc Gregor & Ani ). Hasil penelitian Pollit () menunjukkan bahwa defisiensi zat besi dapat mempengaruhi pemusatan perhatian (atensi), kecerdasan (IQ) dan prestasi belajar anak di sekolah. Dengan pemberian zat besi, nilai kognitif tersebut akan naik secara nyata. Hasil penelitian terhadap anak balita dan anak sekolah disimpulkan bahwa penderita anemia gizi besi akan mengalami gangguan intelektual, seperti kemampuan verbal, mengingat, konsentrasi, berfikir analog dan sistematis serta prestasi belajar yang rendah. Sedangkan hasil studi intervensi yang dilakukan oleh Rush (984) menunjukkan bahwa suplementasi gizi dapat meningkatkan aktivitas dan waktu untuk memperhatikan. Namun demikian, suplementasi tersebut hanya sedikit pengaruhnya jika tanpa dibarengi dengan stimulasi kognitif. Penemuan tersebut mengindikasikan bahwa defisit perilaku yang berkaitan dengan malnutrisi bukan merupakan akibat dari kekurangan protein atau energi semata, tetapi

32 5 merupakan konsekuensi dari kombinasi terganggunya ketersediaan gizi, sosial, intelektual, dan emosional. Pola Aktivitas Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat dilihat dari cara remaja mengalokasikan waktunya selama 4 jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan berulang (Polii ). Menurut Soekirman (999) aktivitas harian anak dikategorikan atas 8 aktivitas utama yaitu : ) belajar selama jam sekolah, ) belajar diluar jam sekolah, ) menonton TV, 4) bermain, 5) olahraga, 6) membantu pekerjaan orang tua, 7) tidur siang, 8) tidur malam. Sehubungan dengan aktivitas remaja, waktu adalah salah satu sumberdaya yang pemanfaatannya perlu dikelola agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan dengan tepat. Hal ini mengingat konsep waktu adalah sumberdaya yang tidak dapat digantikan, bersifat terbatas serta dimiliki oleh semua individu dalam jumlah yang sama yaitu 4 jam dalam sehari (Guharja et al. 99). Soekanto (99) menyatakan bahwa penggunaan waktu individu selama satuan waktu tertentu berbeda-beda antara satu individu dengan yang lainnya. Model konseptual alokasi waktu remaja meliputi kegiatan pribadi, kegiatan sekolah, kegiatan perjalanan dan kegiatan waktu luang. Kegiatan pribadi remaja termasuk melakukan aktivitas agama. Aktivitas rutin yang dilakukan oleh remaja adalah kegiatan di sekolah. Sekolah sebagai lembaga yang berpengaruh kepada remaja diharapkan dapat mencerdaskan daya pikir dan menambah pengetahuan umum serta ketrampilan khusus kepada para muridnya. Sekolah dapat memberikan kepuasan hati dan pegangan hidup kepada remaja apabila ada seorang atau beberapa orang guru yang dapat memikat rasa hormatnya atau apabila anak itu merasa bangga karena unggul hasil studinya dibandingkan dengan rekan-rekannya. Apabila terjadi sebaliknya, maka sekolahpun tidak dapat memberikan landasan buat jalan hidupnya. Bersekolah dalam keadaan demikian hanyalah menjadi kegiatan rutin

33 6 yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat karena merupakan suatu bagian dalam proses kehidupan masyarakat modern (Sumardjan 99). Aktivitas fisik yang dilakukan anak akan membantu pertumbuhannya. Pencapaian prestasi sekolah anak sangat berhubungan dengan perkembangan fisik dan aktivitasnya. Anak yang mendapat kesempatan untuk melatif fisiknya akan lebih memiliki kemampuan dalam aspek mental intelektual dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan kesempatan untuk melatih fisiknya (Friedman & Clark 987 dalam Agustina ). Hasil penelitian Kusumaningrum (6) menunjukkan jumlah aktivitas berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Dimana semakin tinggi aktivitas siswa maka semakin baik nilai pelajaran yang diperoleh. Hal ini diduga karena aktivitas yang dipilih anak banyak yang menunjang kemampuan akademiknya. Selain itu hasil penelitian Thoha (6) menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan aktivitas tidur mempengaruhi prestasi belajar. Semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk belajar, maka prestasi belajarnya akan semakin baik. Kelelahan Menurut Fitrihana (8) kelelahan didefinisikan sebagai respon total terhadap stres psikososial yang dialami dalam satu periode waktu tertentu dan cenderung menurunkan motivasi dan prestasi kerja. Gustiana (8) mendefinisikan kelelahan sebagai sebuah kondisi klinis yang merupakan rangkaian rangkaian beberapa gejala kelelahan yang sifatnya menetap. Kelelahan merupakan fenomena kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh timbulnya rasa lelah, motivasi menurun, dan aktivitas menurun. Saat ini anak bersekolah dengan waktu sekolah yang lebih panjang dan setelah itu, anak masih harus mengikuti berbagai macam kegiatan les untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan di sekolahnya. Suhaenah (4) dalam Dermawan (6) berpendapat bahwa dengan memperpadat kegiatan anak justru dapat membawa hasil yang bertolak belakang dengan harapan orang tua semula, yaitu prestasi yang tinggi. Stainback dan Stainback (999) dalam

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Belajar

TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Belajar 5 TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Belajar Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pada dirinya, berupa tambahan pengetahuan atau kemahiran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian. Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan untuk mengetahui status gizi, perilaku konsumsi, dan persepsi remaja putri SMU dan SMK dikaitkan dengan kesiapan reproduksi adalah cross

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab ghidzdzi dan sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah diadaptasi menjadi bahasa Indonesia. Gizi artinya sesuatu yang berhubungan dengan makanan. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang terletak di jalan Bandung No. Malang. MTsN berdiri di atas areal tanah seluas m dengan luas bangunan m. Berdasarkan letak

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

Dilahirkan Pada Tanggal 16 November 1980 Di Jakarta Tanggal Lulus : September 2007 Menyetujui, Mengetahui,

Dilahirkan Pada Tanggal 16 November 1980 Di Jakarta Tanggal Lulus : September 2007 Menyetujui, Mengetahui, DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH STATUS GIZI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI BEBERAPA KELURAHAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH

OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH STATUS GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN PERSEPSI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRl SMU DAN SMK Dl KOTA BOGOR DlKAlTKAN DENGAN KESIAPAN REPRODUKSI OLEH : CHOIRUL ANNA NUR AFIFAH PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini lebih dititikberatkan pada pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Salah satu agenda pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR.

PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR. PENYELENGGARAAN MAKANAN, TINGKAT KECUKUPAN DAN STATUS GIZI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR Temu Salmawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

ISSN Vol 2, Oktober 2012

ISSN Vol 2, Oktober 2012 ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

ILMU GIZI MASYARAKAT

ILMU GIZI MASYARAKAT ILMU GIZI MASYARAKAT Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Hadi Riyadi Staf Pengajar: Ahmad Sulaiman Hadi Riyadi Rimbawan Ali Khomsan Hardinsyah Siti Madanijah Amini Nasoetion * Hidayat Syarief Soekirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Remaja TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu berumur antara 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi 321 GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012 Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Nonce N. Legi HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG Nonce Nova

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci