arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA (Tahun Anggaran 2013)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA (Tahun Anggaran 2013)"

Transkripsi

1 STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL DI WILAYAH PROVINSI PAPUA DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA PRODUKSI DI KORIDOR EKONOMI MALUKU PAPUA (KABUPATEN MERAUKE) (Tahun Anggaran 2013) KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN KEMENTERIAN PENELITIAN DAN PERHUBUNGAN PENGEMBANGAN REPUBLIK PERHUBUNGAN INDONESIA Jl. Merdeka Timur No. 5 - Jakarta Telp (021) , Fax (021) , BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN Jl. Merdeka Timur No. 5 - Jakarta Telp (021) , Fax (021) , arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang Perencanaan. Teknik. Manajemen Jl. Tebet Barat VB No Jakarta Selatan Perencanaan. Teknik. Manajemen Jl. Raya Setu Cipayung No. 29 Jakarta Timur 13880, Telp (021) Jl. Tebet Barat VB No Jakarta Selatan Jl. Raya Setu Cipayung No. 29 Jakarta Timur 13880, Telp (021)

2 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa. Executive Summary ini merupakan ringkasan laporan dalam Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal Di Wilayah Provinsi Papua Dalam Mendukung Prioritas Permbangunan Sentra Produksi Di Koridor Ekonomi Maluku-Papua. Substansi dari laporan ini adalah Pendahuluan, Hasil Pengumpulan Data, Analisis Kondisi Lokasi Kegiatan serta Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi. Demikian Executive Summary ini disusun, saran dan kritik terhadap laporan ini sangat bermanfaat untuk memantapkan pada tahap selanjutnya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Oktober 2013 PT. ADITYA RIDHO GUMILANG Direktur KATA PENGATAR i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... IV DAFTAR GAMBAR... VII BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup Studi Ruang Lingkup Kegiatan Ruang Lingkup Wilayah Hasil Yang Diharapkan Sistematika Pembahasan BAB 2 HASIL PENGUMPULAN DATA Pengembangan MP3EI Koridor Maluku - Papua Kebijakan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Provinsi Papua Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke Kondisi Geografis Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah Sosial Kependudukan Pusat-Pusat Kegiatan Pola Pemanfaatan Ruang Aktivitas Perekonomian Kondisi Pola Pergerakan Pergerakan Penumang Pergerakan Barang Kondisi Pelayanan Transportasi Jaringan Prasarana Jaringan Pelayanan BAB 3 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN Analisis Sistem Kegiatan Analisis Permintaan Pergerakan Pergerakan Penumpang DAFTAR ISI ii

4 3.2.2 Pergerakan Barang Analisis Pembebanan Analisis Penilaian Kinerja BAB 4 ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI Penetapan Visi dan Misi Tujuan Kebijakan Strategi Program dan Kegiatan DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Arahan Komoditi Per Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP) di Kawasan MIFEE Tabel 2-2 Arah Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi Papua Tabel 2-3 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Sungai di Provinsi Papua Tabel 2-4 Arahan Pengembangan Transportasi Danau di Provinsi Papua Tabel 2-5 Luas Wilayah Kabupaten Merauke menurut Distrik Tahun Tabel 2-6 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-8 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-9 Penggunaan Lahan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-10 PDRB Kabupaten Merauke Menurut Kelompok Sektor Tahun (Juta Rupiah) Tabel 2-11 Bangkitan dan Tarikan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-12 Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-13 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-14 Distribusi Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-15 Panjang Jalan di Kabupaten Merauke Tahun (km) Tabel 2-16 Panjang Jembatan Manurut Jenisnya di Kabupaten Merauke (km) Tabel 2-17 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-18 Kondisi Angkutan Penyeberangan dan Sungai di Kabupaten Merauke Tahun DAFTAR TABEL iv

6 Tabel 2-19 Jumlah Dermaga dan Fasilitas Penunjang Angkutan Sungai dan Penyeberangan Kabupaten Merauke Tabel 2-20 Jumlah Belang di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-21 Jumlah Pembangunan Tambatan Perahu di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-22 Jumlah Pelabuhan Menurut Status (Umum dan Khusus) di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-23 kondisi Fasilitas Pelabuhan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-24 Bandar Udara di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-25 Data Pelayanan Transportasi Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-26 Data Naik Turun Penumpang dan Barang melalui Pelayanan Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-27 Data Naik Turun Kendaraan melalui Pelayanan Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-28 Lintas Dan Sarana Angkutan Sungai Dan Penyeberangan Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-29 Rute Dan Frekwensi Pelayaran Kapal Penumpang PT. PELNI Yang Menyinggahi Pelabuhan Di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-30 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran di Pelabuhan yang Diusahakan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-31 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran di Pelabuhan yang Diusahakan di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-32 Bongkar Muat Barang Angkutan Antarpulau dan Luar Negeri di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-33 Bongkar Muat Angkutan Dalam Negeri di Kabupaten Merauke Tahun Tabel 2-34 Jumlah Pesawat dan Penumpang Datang dan Berangkat Melalui Bandar Udara Mopah Merauke, Tahun Tabel 2-35 Jumlah Bagasi dan Kargo Melalui Bandar Udara Mopah Merauke, Tahun Tabel 2-36 Jumlah Pesawat Yang Datang dan Berangkat dari Bandar Udara Mopah menurut Bandar Udara Asal/Tujuan Tahun Tabel 2-37 Jumlah Penumpang Yang Datang dan Berangkat dari Bandar Udara Mopah menurut Bandar Udara Asal/Tujuan Tahun DAFTAR TABEL v

7 Tabel 3-1 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2022 dan Tahun Tabel 3-2 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-3 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-4 Proyeksi Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun 2022 dan Tahun Tabel 3-5 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-6 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-7 Kapasitas Dasar Pada Jalan 2 Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) Tabel 3-8 Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCw) Tabel 3-9 Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah (FC sp) Tabel 3-10 Faktor Penyesuaian Hambatan jalan (FC sf) Tabel 3-11 Kondisi Kapasitas Jalan di Kabupaten Merauke Tabel 3-12 VCR Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-13 VCR Kabupaten Merauke Tahun Tabel 3-14 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Darat di Kabupaten Merauke Tabel 3-15 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Laut di Kabupaten Merauke Tabel 3-16 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan SDP di Kabupaten Merauke Tabel 3-17 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Udara di Kabupaten Merauke Tabel 4-1 Program dan Kegiatan Pengembangan Transportasi di Kabupaten Merauke. 4-5 DAFTAR TABEL vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Peta Arahan KSPP Pada Grand Design MIFEE Gambar 2-2 Arahan Pengembangan Pelayanan Transportasi Laut Niaga Berjadwal di Provinsi Papua Gambar 2-3 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Perintis Gambar 2-4 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Niaga Gambar 2-5 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Merauke Gambar 2-6 Peta Pusat Kegiatan Kabupaten Merauke Gambar 2-7 Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Merauke Gambar 2-8 Peta Desireline Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 2-9 Peta Desireline Barang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 2-10 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Merauke Gambar 2-11 Peta Ruas Jalan Kabupaten Merauke Gambar 2-12 Pengadaan Belang di Kabupaten Merauke Tahun Gambar 2-13 Pembangunan Tambatan Perahu di Kabupaten Merauke Tahun Gambar 2-14 Peta Sarana Transportasi Kabupaten Merauke Gambar 2-15 Lintasan Pelayanan Transportasi Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Gambar 3-1 Peta Analisis Sistem Kegiatan Kabupaten Merauke Gambar 3-2 Peta Desire Line Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 3-3 Peta Desire Line Penumpang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 3-4 Peta Desire Line Barang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 3-5 Peta Desire Line Barang Kabupaten Merauke Tahun Gambar 3-6 Penilaian Kinerja Angkutan Darat di Kabupaten Merauke Gambar 3-7 Penilaian Kinerja Angkutan Laut di Kabupaten Merauke Gambar 3-8 Penilaian Kinerja Angkutan SDP di Kabupaten Merauke Gambar 3-9 Penilaian Kinerja Angkutan Udara di Kabupaten Merauke DAFTAR GAMBAR vii

9 Gambar 4-1 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Darat di Kabupaten Merauke Gambar 4-2 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Laut di Kabupaten Merauke Gambar 4-3 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Udara di Kabupaten Merauke Gambar 4-4 Peta Rencana Prasarana Transportasi Darat di Kabupaten Merauke Gambar 4-5 Peta Rencana Prasarana Transportasi Laut di Kabupaten Merauke Gambar 4-6 Peta Rencana Prasarana Transportasi Udara di Kabupaten Merauke DAFTAR GAMBAR viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan melengkapi dokumen perencanaan. Saat ini sudah diidentifikasi lokasi kawasan Perhatian Investasi (KPI) oleh KP3EI terkait dengan wilayah kabupaten/kota. Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonomi nasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasional Indonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama). Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). PENDAHULUAN 1-1

11 Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu. Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusat perekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional. Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya merupakan suatu Konsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yang mengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapai tujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutan memperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baik langsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baik pada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok). Di sisi lain, sebagai unsur pendorong dalam pengembangan transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis. Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalam Mendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional, Propinsi dan Lokal Kabupaten / Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah propinsi (Tatrawil) telah disusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti dengan penyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayah Kabupaten / Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikian diperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yang dapatberperan dalam mendukung perekonomian wilayah (MP3EI) dan mendorong pertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, provinsi hingga nasional/internasional. Terkait dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) , Undang-Undang UU No.26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, dan Undang-undang di Bidang Transportasi, UU No. 23 Tahun 2007, Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang angkutan udara dan UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta KM No. 49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional. Dalam PENDAHULUAN 1-2

12 kaitan hal tersebut Sistranas diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) ditetapkan oleh pemerintah, Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) ditetapkan oleh pemerintah propinsi, dan Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK) ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Keterkaitan ke tiga tataran tersebut tidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya akan menjadi acuan bagi semua pihak terkait dalam penyelenggaraan transportasi untuk perwujudan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran lokal, wilayah maupun nasional. Penyusunan Tatralok dilakukan dalam upaya peningkatan pelayanan transportasi baik jaringan pelayanan maupun jaringan prasarana transportasi, serta peningkatan keterpaduan antar dan intramoda transportasi, disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijakan tata ruang dan lingkungan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Maksud dari studi ini adalah menyusun, mengevaluasi dan meninjau ulang Tataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi wilayah, sebagai pedoman pengaturan dan pembangunan transportasi wilayah Tujuan Tujuannya dari studi ini adalah agar rencana dan program pengembangan transportasi di wilayah lokal kabupaten/kota, yang efektif dan efisien sesuai dengan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan rencana pengembanganan jaringan pada Tatranas dan Tatrawil. 1.3 Ruang Lingkup Studi Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan dari Studi sistranas pada tataran transportasi lokal di wilayah provinsi papua dalam mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Maluku Papua diantaranya: 1) Identifikasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi lokal; PENDAHULUAN 1-3

13 2) Evaluasi pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi secara terpadu; 3) Analisis permintaan transportasi lokal terkait dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten / kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI dan Tatrawil, Tatranas; 4) Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi wilayah kabupaten / kota; 5) Merumuskan alternatif pengembangan jaringan transportasi; 6) Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan transportasi lokal dalam kurun waktu dan 2030; 7) Merumuskan kebijakan pelayanan jaringan transportasi lokal; 8) Menyusun rancangan peraturan Bupati / Walikota tentang Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok); 9) Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten / Kota untuk mendapatkan masukan alternatif pengembangan jaringan transportasi lokal; 10) Menyelenggarakan seminar penyempurnaan laporan akhir dan legalitas Tatralok di Ibu Kota Propinsi. Dimana Kegiatan penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan Tataran Transportasi Lokal kabupaten/kota terkait untuk mendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Maluku - Papua Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan studi ini dilaksanakan di Kabupaten Merauke. 1.4 Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari studi ini adalah tersusunnya naskah akademis pengembangan jaringan transportasi kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang Sistranas pada Tatralok. 1.5 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam laporan antara Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal Di Wilayah Provinsi Papua Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Di Koridor Ekonomi Maluku Papua diantaranya : PENDAHULUAN 1-4

14 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini berisikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup baik ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan, hasil yang diharapkan serta sistematika pembahasan. BAB 2 HASIL PENGUMPULAN DATA Pada Bagian ini dibahas mengenai kajian kebijakan pengembangan, kondisi sosial ekonomi wilayah, kondisi pola pergerakan dan kondisi pelayanan transportasi. BAB 3 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN Pada Bagian ini dibahas mengenai analisis sistem kegiatan, analisis permintaan pergerakan dan analisis penilaian kinerja BAB 4 ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI Pada bagian ini membahas mengenai analisis SWOT, penetapan visi dan misi, tujuan, kebijakan, strategi serta program dan kegiatan pengembangan Tatralok di Kabupaten Merauke. PENDAHULUAN 1-5

15 BAB 2 HASIL PENGUMPULAN DATA 2.1 Pengembangan MP3EI Koridor Maluku - Papua Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Sesuai dengan tema pembangunannya, Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku merupakan pusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional. Secara umum, Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku. Maluku memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun di sisi lain terdapat beberapa masalah yang harus menjadi perhatian dalam upaya mendorong perekonomian di koridor ini, antara lain: 1. Laju pertumbuhan PDRB di Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku dari tahun , tergolong relatif tinggi, yakni sebesar 7 persen, namun besaran PDRB tersebut relatif kecil dibanding dengan koridor lainnya; 2. Investasi yang rendah di Papua disebabkan oleh tingginya risiko berusaha dan tingkat kepastian usaha yang rendah; 3. Produktivitas sektor pertanian belum optimal yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan sarana pengairan; 4. Keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi; HASIL PENGUMPULAN DATA 2-1

16 5. Jumlah penduduk yang sangat rendah dengan mobilitas tinggi memberikan tantangan khusus dalam pembuatan program pembangunan di Papua. Kepadatan populasi Papua adalah 12,6 jiwa/km 2, jauh lebih rendah dari rata-rata kepadatan populasi nasional (124 jiwa/km 2 ). Strategi pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku difokuskan pada 5 kegiatan Ekonomi utama, yaitu Pertanian Pangan - MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate), Tembaga, Nikel, Migas, dan Perikanan. Dalam rangka mengantisipasi krisis pangan dan energi, maka Kawasan Merauke telah ditetapkan sebagai lumbung pangan dan energi di Kawasan Timur Indonesia dengan pertimbangan kawasan ini memiliki potensi lahan datar dan subur. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam bentuk pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate). MIFEE merupakan kegiatan usaha budidaya tanaman skala luas yang dilakukan dengan konsep pertanian sebagai sistem industrial yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, serta organisasi dan manajemen modern. Pengembangan MIFEE dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Lokasi sebaran KSPP Sebagai prioritas pengembangan MIFEE jangka pendek ( ) maka dikembangkan klaster I sampai IV, seluas Ha. Empat Klaster Sentra Produksi Pertanian yang dikembangkan yaitu: Greater Merauke, Kali Kumb, Yeinan, dan Bian di Kabupaten Merauke. Untuk jangka menengah (kurun waktu ) diarahkan pada terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta perikanan darat di Klaster Okaba, Ilwayab, Tubang, dan Tabonji. Untuk jangka panjang (kurun waktu ) diarahkan terbangunnya kawasan sentra produksi pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan serta perikanan di Klaster Nakias dan Selil. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-2

17 Gambar 2-1 Peta Arahan KSPP Pada Grand Design MIFEE Tabel 2-1 Arahan Komoditi Per Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP) di Kawasan MIFEE Sumber : MP3EI HASIL PENGUMPULAN DATA 2-3

18 Pembangunan Koridor Ekonomi Koridor Papua Kepulauan Maluku masih difokuskan pada pengembangan di masing-masing pusat ekonomi. Namun demikian, pembangunan konektivitas untuk beberapa pusat ekonomi tertentu, yaitu ruas Sofifi Sorong dan Sofifi Ambon Sorong Manokwari Teluk Bintuni, dan Timika sudah perlu ditingkatkan untuk mendukung pembangunan ekonomi selanjutnya. Sebagai pusat ekonomi, di Ambon perlu diupayakan kegiatan hilir industri perikanan yang berorientasi ekspor sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan melalui penciptaan pertambahan nilai industri. Pusat ekonomi di Sofifi perlu disinergikan dengan potensi Pulau Halmahera sebagai pusat kegiatan pertambangan nikel dan industri pengolahannya (smelter). Pusat ekonomi di Timika, perlu dikembangkan kegiatan pelayanan dan jasa pelayanan wilayah seperti pendidikan dan pertanian yang dapat berkembang lebih lama dari pertambangan yang saat ini menjadi basis perekonomian Timika. Pengembangan pusat ekonomi Meurake akan difokuskan pada pembangunan infrastruktur konektivitas dan infrastruktur pendukung agar MIFEE dapat segera produksi dan memperluas pasarnya. Struktur tata ruang Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku sampai dengan 2015 akan terfokus kepada penyiapan konektivitas dari Sofifi Ambon Sorong Manokwari Timika. Merauke dengan MIFEE-nya yang pada saat ini sudah berkembang, perlu ditunjang dengan penyiapan infrastruktur berskala internasional dengan dibangunnya pelabuhan udara dan laut disekitar Merauke. Konektivitas darat dari Timika Jayapura Merauke mulai dikembangkan setelah pusat-pusat ekonomi di setiap simpul koridor berkembang dengan baik. Ini dilakukan untuk mengimbangi besarnya investasi yang harus dikeluarkan dalam membangun konduktivitas Timika Jayapura Merauke ini. Pengembangan Kawasan Mamberamo sudah harus dimulai dari saat ini, karena Sungai Mamberamo menyimpan potensi bangkitan listrik yang sangat besar sehingga akan sangat menunjang kebutuhan listrik seluruh kegiatan di Papua bahkan Indonesia. Mengingat biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan kawasan ini sangat besar sehingga mungkin diperlukan pelibatan sumber dana asing, maka pemerintah dapat memulai feasibility study pengembangan kawasan, sehingga dapat mempermudah memasarkan kawasan untuk menjaring investor. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-4

19 2.2 Kebijakan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) Provinsi Papua Arah pengembangan jaringan transportasi di Provinsi Papua diarahkan untuk meningkatkan kualitas jaringan prasarana dalam mewujudkan keterpaduan pelayanan antar sistem transportasi. A. Transportasi Darat 1) Jalan Rencana pengembangan jaringan jalan di Provinsi Papua diarahkan pada jaringan jalan strategis. Jaringan jalan strategis di Provinsi Papua terdiri 11 ruas yaitu: Nabire-Wagete-Enarotali. Timika-Mapurujaya-Pomako. Serui-Menawi-Saubeba. Jayapura-Wamena-Mulia. Jayapura-Sarmi. Jayapura-Hamadi-Holtekamp-Batas Negara Papua New Guinea. Merauke-Waropko. Ring Road Jayapura-Sentani. Depapre-Bongrang. Wamena-Habema-Nduga-Kenyem-Yoguru. Timika-Fotowaiburu-Enarotali. Ruas jalan strategis tersebut juga didukung dengan pengembangan jaringan jalan pendukung, yakni Sarmi-Nabire, Waropko-Oksibil-Muaranawa, Wagete- Sugapa-Ilaga-Mulia, dan Ilaga-Jita. 2) Terminal Terminal di Provinsi Papua diarahan untuk peningkatan terminal. Adapun pengembangan tersebut adalah : Tipe A : Nabire, Merauke dan Entrop Tipe B : Skow, Sentani, Keerom, Oyehe, Sarmi, Wamena, Mulia, Asiki, Timika, Darfuar, Oksibil, Botawa dan Elelin. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-5

20 Tabel 2-2 Arah Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi Papua Sumber : Tatrawil Provinsi Papua, Tahun ) Kereta Api Transportasi jaringan jalan rel di Provinsi Papua saat ini belum tersedia, namun dilihat potensi moda ini lebih baik daripada moda transportasi darat lainnya dari sisi kapasitas angkut lebih banyak untuk barang maupun penumpang, jarak tempuh yang cukup jauh, dengan biaya transportasi relatif lebih murah, dan tingkat polusi yang rendah. Berdasarkan RIPNAS Kereta Api di Pulau Papua dengan pengembangana jaringan layanan diprioritas pada Manokwari-Nabire untuk Namun, jika dilihat dari kondisi wilayah yang layak dikembangkan berada di utara, barat, dan selatan Provinsi Papua. Arahan pengembangan jaringan pelayanan transportasi kereta api di Provinsi Papua yaitu Jayapura-Sarmi-Nabire, Nabire-Manokwari-Sorong, Nabire-Timika, dan Merauke- Asiki. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-6

21 B. Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan 1) Transportasi Sungai Jaringan pelayanan transportasi sungai antar kabupaten di Provinsi Papua saat ini melayani lintas kabupaten di Sungai Mamberamo, Digul, Timika, Aswets, Pomats, Siret, dan Bets. Tabel 2-3 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Sungai di Provinsi Papua Sumber : Tatrawil Provinsi Papua, Tahun ) Transportasi Danau Jaringan pelayanan angkutan danau saat ini di Provinsi Papua terdapat di Danau Sentani. Danau lain yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Danau Paniai, Danau Tigi, dan Danau Tege. 3) Transportasi Penyeberangan Jaringan pelayanan lintas penyeberangan antar kabupaten di Provinsi Papua saat ini melayani Mokmer (Biak)-Kabuena-Waren-Samabusa (Nabire) (pp) dan Mokmer (Biak)-Numfor (pp). Lintas penyeberangan antar kabupaten di Provinsi Papua yang berpotensi untuk dikembangkan adalah: Mokmer (Biak)-Saubeba (pp) Kabuena-Waren (pp) Kabuena-Samabusa (Nabire) (pp) HASIL PENGUMPULAN DATA 2-7

22 Tabel 2-4 Arahan Pengembangan Transportasi Danau di Provinsi Papua Sumber : Tatrawil Provinsi Papua, Tahun 2012 C. Transportasi Laut Pengembangan pelabuhan yang berpotensi sebagai pelabuhan nasional adalah di Holmafen, Nabire, Agats, dan Bade. Sedangkan pelabuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pelabuhan regional adalah Pelabuhan Korido, Bagusa, Wasior, Serui, dan Asiki. Sedangkan angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan di dalam negeri dan lintas batas, baik dengan trayek tetap dan teratur maupun trayek tidak tetap dan tidak teratur. D. Transportasi Udara Arahan pengembangan bandar udara di wilayah Provinsi Papua diarahkan untuk: Membuka isolasi daerah, pengembangan wilayah perbatasan, dan penanganan bencana; Meningkatkan kegiatan perekonomian (sebagai pintu gerbang jalur distribusi barang dan jasa); Menarik dan meningkatkan minat investasi; Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda transportasi; Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan dan mengikat keutuhan wilayah NKRI. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-8

23 Gambar 2-2 Arahan Pengembangan Pelayanan Transportasi Laut Niaga Berjadwal di Provinsi Papua Gambar 2-3 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Perintis HASIL PENGUMPULAN DATA 2-9

24 Gambar 2-4 Arahan Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Niaga E. Transportasi Antarmoda Pelayanan keterpaduan antarmoda transportasi di wilayah Provinsi Papua belum ada. Oleh karena itu pengembangan transportasi antarmoda di Provinsi Papua diarahkan pada keterpaduan: Pelabuhan Pomako Mimika (kapal) Agats Dermaga Logpon jalan raya Bandara Dekai (pesawat) Bandara Wamena atau Bandara Oksibil. Pelabuhan Pomako Mimika (kapal) Agats Sawaema jalan raya Yuguru Habema Wamena. Pagai (kapal) Papasena jalan raya Burmeso Kasonaweja (kapal) Bagusa Teba. Mulia jalan raya Pawi Mamberamo Hulu (kapal). Bandara Merauke Sungai Digul (pesawat amphibi) jalan raya ke Asiki (Boven Digul). HASIL PENGUMPULAN DATA 2-10

25 2.3 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke Berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Merauke, dalam pengembangan pusat-pusat kegiatan, dibagi menjadi : PkNp, yaitu Merauke PKSN, yaitu Merauke PKW, yaitu Muting PKL, meliputi : Wanam di Distrik Ilwayab, Okaba di Distrik Okaba, Harapan Makmur di Distrik Kurik. PPK, meliputi : Kimaam di Distrik Kimaam, Kumaaf di Distrik Ulilin, Kaptel di Distrik Kaptel dan Kumbe di Distrik Malind. PPL, meliputi : Bupul di DIstrik Elikobel, Sota di Distrik Sota, Onggaya di Distrik Naukenjerai, Semayam Indah di Distrik Tanah Miring, Muram Sari di Distrik Semangga, Kartini di Distrik Jagebob, Wayau di Distrik Animha, Po Epe di Distrik Ngguti, Yowied di Distrik Tubang, Waan di Distrik Waan, dan Tabonji di Distrik Tabonji. 2.4 Kondisi Geografis Sebelum pemekaran Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah Km 2 (29% dari luas wilayah Provinsi Papua). Setelah pemekaran Kabupaten Merauke memiliki luas ,63 km2 atau 14,67 persen dari luas wilayah Provinsi Papua dan merupakan kabupaten terluas di Provinsi Papua. Kabupaten Merauke terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik. Distrik Waan merupakan distrik terluas, yaitu mencapai 5.416,84 km2. Sementara itu Distrik Semangga merupakan distrik dengan luas wilayah terkecil, hanya mencapai 326,95 km2 atau hanya 0,01 persen dari total luas Kabupaten Merauke. Luas perairan Kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 km2. Kabupaten Merauke terletak paling timur wilayah nusantara dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Arafura HASIL PENGUMPULAN DATA 2-11

26 Gambar 2-5 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-12

27 Tabel 2-5 Luas Wilayah Kabupaten Merauke menurut Distrik Tahun 2011 No Distrik Luas (km 2 ) Luas Perairan (km2) 1 Kimaam 4.630,30 769,88 2 Tabonji 2.868,06 666,99 3 Waan 5.416, ,74 4 Ilwayab 1.999,08 501,75 5 Okaba 1.560,50 376,45 6 Tubang 2.781,18 286,22 7 Ngguti 3.554,62-8 Kaptel 2.384,05-9 Kurik 977,05-10 Animha 1.465,60-11 Malind 490,60 306,20 12 Merauke 1.445,63 188,93 13 Naukenjerai 905,86 517,48 14 Semangga 326,95 92,70 15 Tanah Miring 1.516,67-16 Jagebob 1.364,96-17 Sota 2.842,21-18 Muting 3.501,67-19 Elikobel 1.666,23-20 Ulilin 5.092,57 - Jumlah , ,71 Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun Kondisi Sosial Ekonomi Wilayah Sosial Kependudukan A. Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Merauke tahun 2011, tercatat sebanyak orang atau bertambah 3,77 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Distrik Merauke dengan sebanyak orang. Sedangkan Distrik Kaptel merupakan distrik dengan jumlah penduduk terkecil yaitu orang. Dengan luas wilayah ,63 km2 berarti kepadatan penduduk Kabupaten Merauke hanya 4,34 jiwa/km2. Tabel 2-6 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Distrik Luas (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (Jiwa/km2) 1 Kimaam 4.630, ,25 2 Tabonji 2.868, ,59 3 Waan 5.416, ,95 4 Ilwayab 1.999, ,65 5 Okaba 1.560, ,10 6 Tubang 2.781, ,78 7 Ngguti 3.554, ,52 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-13

28 No Distrik Luas (km2) Penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk (Jiwa/km2) 8 Kaptel 2.384, ,74 9 Kurik 977, ,78 10 Animha 1.465, ,09 11 Malind 490, ,93 12 Merauke 1.445, ,60 13 Naukenjerai 905, ,78 14 Semangga 326, ,87 15 Tanah Miring 1.516, ,63 16 Jagebob 1.364, ,12 17 Sota 2.842, ,67 18 Muting 3.501, ,44 19 Elikobel 1.666, ,26 20 Ulilin 5.092, ,80 Jumlah , ,34 Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 B. Struktur Penduduk Struktur penduduk Kabupaten Merauke meliputi : 1. Struktur Penduduk Menurut Kelamin Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2011 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki mencapai Jiwa dan perempuan mencapai Jiwa, dengan rasio jenis kelamin 111,51. Data tersebut dapat disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kabupaten Merauke Tahun 2011 Jumlah Penduduk (Jiwa) Rasio No. Nama Distrik Jenis Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin 1 Kimaam ,72 2 Tabonji ,90 3 Waan ,10 4 Ilwayab ,16 5 Okaba ,80 6 Tubang ,08 7 Ngguti ,20 8 Kaptel ,37 9 Kurik ,46 10 Animha ,13 11 Malind ,33 12 Merauke ,66 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-14

29 Jumlah Penduduk (Jiwa) Rasio No. Nama Distrik Jenis Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin 13 Naukenjerai ,31 14 Semangga ,69 15 Tanah Miring ,62 16 Jagebob ,32 17 Sota ,50 18 Muting ,51 19 Elikobel ,21 20 Ulilin ,91 Jumlah ,51 Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun Struktur Penduduk Menurut Umur Penduduk Kabupaten Merauke didominasi oleh kelompok penduduk usia muda (0-14 tahun). Sementara itu kelompok penduduk usia tua (65 tahun keatas) mempunyai proporsi yang sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian penduduk usia lanjut sangat tinggi. Komposisi penduduk seperti ini menyebabkan rasio ketergantungan di Kabupaten Merauke cukup tinggi, yaitu mencapai 56,91. Tabel 2-8 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke Tahun 2011 Kelompok Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2012 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-15

30 2.5.2 Pusat-Pusat Kegiatan Pusat kegiatan di Kabupaten Merauke terletak di Distrik Merauke dan Distrik Semangga. Di Distrik Merauke lebih kepada pusat kegiatan perekonomian, karena hampir seluruh kegiatan perekonomian di Kabupaten Merauke terpusat di Distrik Merauke. Pusat kegiatan perkantoran pun terletak di distrik merauke, karena berada tepat di pusat kota kabupaten merauke. Di Distrik Sota lebih didominasi oleh kegiatan pariwisata, karena di distrik tersebut tepat berbatasan dengan Negara tetangga Papua Nugini, dimana di distrik tersebut dibuat tugu kembar dan titik 0 indonesia yang dimana dibangun sebuah tempat khusus untuk dijadikan tempat pariwisata dan berkumpulnya masyarakat Kabupaten Merauke yang ingin berlibur di akhir pekan. Di Distrik Malind dan Kurik lebih didominasi oleh permukiman dan kegiatan-kegiatan yang beskala lokal kecamatan. Di distrik semangga didominasi oleh kegiatan perkebunan, karena di sepanjang distrik tersebut masih banyak penduduk yang yang mempunyai kebun yang cukup luas dan dikelola oleh perusahaan-perusahaan perkebunan. Pusat kegiatan perekonomian di Kabupaten Merauke terkonsentrasi di distrik merauke yang dimana sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang dan wiraswasta, dan ditunjang oleh jaringan jalan yang cukup baik sehingga memudahkan aksesbilitas masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitasnya. Berdasarkan struktur ruang, Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Merauke diantaranya: 1. PKSN yaitu Merauke Pusat pelayanan administrasi/pemerintahan pusat pertahanan keamanan pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial regional pusat koleksi hasil SDA Pusat koleksi dan distribusi industri regional Pusat perhubungan/transportasi regional 2. PKW yaitu Muting Pusat pelayanan administrasi/pemerintahan pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial pusat koleksi hasil SDA HASIL PENGUMPULAN DATA 2-16

31 Pusat koleksi dan distribusi industri regional Pusat perhubungan/transportasi regional 3. PKL yaitu Wanam di Distrik Ilwayab, Okaba di Distrik Okaba, dan Harapan makmur di Distrik Kurik Pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial pusat koleksi hasil SDA pusat pengembangan kawasan agropolitan pusat perhubungan/transportasi 4. PPK yaitu : Kimaam di Distrik Kimaan, Kumaaf di Distrik Ulilin, Kaptel di Distrik Kaptel, Kumbe di Distrik Malind. Pusat perdagangan pusat koleksi hasil SDA pusat perhubungan/transportasi 5. PPL yaitu : Bupul di Distrik Elikobel Sota di Distrik Sota Onggaya di Distrik Naukenjerai Semayam Indah di Distrk Tanah Miring Muram Sari di Distrik Distrik Semangga Kartini di Distrik Jagebob Wayau di Distrik Animha Po Epe di Distrik Ngguti Yowied di Distrik Tubang Waan di Distrik Waan Tabonji di Distrik Tabonji PPL berfungsi sebagai Pusat perdagangan, pusat koleksi hasil SDA dan pusat perhubungan/transportasi. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-17

32 Gambar 2-6 Peta Pusat Kegiatan Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-18

33 2.5.3 Pola Pemanfaatan Ruang Pada tahun 2007, tutupan lahan masih didominasi oleh Savanna seluas 1,103 juta Ha atau sekitar 23,7 % dari total luas lahan Kabupaten Merauke. tutuupan yang lain yang turut mendominasi pada tahun 2007 ini di Kabupaten Merauke adalah Semak/Belukar Rawa seluas 699 ribu Ha atau sekitar 15% diikuti oleh tutupan Lahan Hutan Lahan Kering Primer dan Sekunder masing masing sekitar 500 ribu Ha dan 544 ribu Ha (10,7% dan 11,71%). Tutupan Lahan yang lain yaitu Rawa seluas 534 ribu Ha (11,5%) serta Hutan Rawa Primer dan Sekunder keduanya berjumlah 434 ribu Ha atau sekitar 9,4% dari luas Kabupaten Merauke. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2-9 Penggunaan Lahan di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase 1 Hutan Lahan Kering Primer % 2 Hutan Lahan Kering Sekunder , % 3 Hutan Mangrove Primer ,1 6.07% 4 Hutan Mangrove Sekunder ,7 0.35% 5 Hutan Rawa Primer ,4 3.84% 6 Hutan Rawa Sekunder ,6 5.51% 7 Perkebunan ,7 0.35% 8 Permukiman ,2 0.81% 9 Pertanian Lahan Kering ,7 0.37% 10 Pertanian Lahan Kering Bercampur dgn Semak ,9 1.22% 11 Rawa , % 12 Savana , % 13 Sawah ,5 0.63% 14 Semak/Belukar ,3 6.04% 15 Semak/Belukar Rawa , % 16 Tanah Terbuka ,9 1.25% 17 Tidak ada data (awan) 513,2 0.01% 18 Tubuh Air ,2 0.81% Jumlah % Sumber : RTRW Kabupaten Merauke Aktivitas Perekonomian Sektor perdagangan di Kawasan Perkotaan Merauke umumnya lebih banyak didominasi oleh perdagangan skala lokal kota dan regional kabupaten. Untuk perdagangan ekspor, komoditi yang banyak dijual berasal dari sektor kelautan dan perikanan, sehingga kegiatan ekonomi terkonsentrasi di daerah pelabuhan, baik perusahaan eksportir-importirnya, pergudangan, jasa pendukungnya, dan lain-lain. Industri besar, home industry maupun pergudangan industri di Kawasan Perkotaan Merauke berada di Kelurahan Karang Indah. Selain itu, aglomerasi berbagai fasilitas tersebut dengan Pelabuhan Samudera memberikan peluang kawasan tersebut menjadi lokasi industri terpadu. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-19

34 Untuk sektor jasa, pengangkutan dan komunikasi, secara regional banyak didominasi oleh pendapatan dari kegiatan kepelabuhanan dan kebandaraan, baik dari pajak penumpang maupun barang. Sedangkan untuk internal kota, dari kegiatan trayek angkutan kota dan angkutan Kelurahan, biro-biro travel, dan pangkalan-pangkalan mobil. Jasa-jasa kegiatan yang identik dengan representasi ekonomi perkotaan yang saat ini sudah berjalan di Kawasan Perkotaan Merauke, antara lain jasa service kendaraan, pelayanan internet, telepon seluler, perawatan tubuh, jasa keuangan dan perbankan, dan lain-lain. Tahun 2011, nilai tambah atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor primer telah mencapai 1,64 triliun rupiah. Nilai ini lebih tinggi 4,72 persen disbanding tahun Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai tambah pada sektor pertanian. Sejak tahun 2010, dominasi kelompok sektor primer dalam perekonomian Kabupaten Merauke sudah mulai bergeser. Sementara itu, nilai tambah kelompok sektor sekunder pada tahun 2011 sebesar 624,10 milyar rupiah meningkat 19,04 persen dari tahun Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh subsektor bangunan yang memberi andil sangat besar yang mengalami peningkatan sebesar 20,97 persen pada tahun 2011 akibat maraknya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat di Kabupaten Merauke. Tahun 2011, kelompok sektor tersier meningkat 16,53 persen dibandingkan tahun 2010 hingga nilai tambah yang dicapai pada tahun 2011 sebesar 1,82 triliun rupiah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memegang peranan penting pada nilai kelompok sektor ini yang meningkat hingga sebesar 22,36 persen dibandingkan tahun Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2-10 PDRB Kabupaten Merauke Menurut Kelompok Sektor Tahun (Juta Rupiah) No Kelompok Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektor Nilai (Juta Rupiah) Pertumbuhan Nilai (Juta Rupiah) Pertumbuhan (%) (%) 1 Primer , ,00 4, , ,57 1,04 2 Sekunder , ,41 19, , ,04 11,31 3 Tersier , ,85 16, , ,24 10,08 Jumlah , ,27 11, , ,84 6,00 Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2012 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-20

35 Gambar 2-7 Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-21

36 2.6 Kondisi Pola Pergerakan Pergerakan Penumang A. Besar Pergerakan Kondisi bangkitan dan tarikan pergerakan orang merupakan identifikasi pergerakan perjalanan orang dari antar zona internal masing-masing kecamatan di Kabupaten Merauke. Pelayanan transportasi di Kabupaten Merauke terdiri dari 20 zona pergerakan yang terdiri dari tiap kecamatan di Kabupaten Merauke. Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa bangkitan internal yang terjadi di Kabupaten Merauke pada tahun 2013 sebesar jiwa/hari, sedangkan untuk tarikan pergerakannya sebesar jiwa/hari. Adapun zona merauke merupakan zona dengan bangkitan dan tarikan yang paling tinggi di Kabupaten Merauke dengan nilai jiwa/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2-11 Bangkitan dan Tarikan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2013 Tahun 2012 an Bergerakan (orang/har) No Zona Penduduk Bangkitan Tarikan 1 Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin TOTAL B. Asal Tujuan Pergerakan Setelah bangkitan dan tarikan di Kabupaten Merauke teridentifikasi selanjutnya melihat distribusi pergerakan yang terjadi pada tiap zona kecamatan. Dari hasil pengisian distribusi HASIL PENGUMPULAN DATA 2-22

37 pergerakan ini, pergerakan dari zona Merauke ke Zona Kurik merupakan pergerakan yang paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu jiwa/hari, sedangkan pergerakan Zona Kimaan menuju Naukenjara menjadi pergerakan terkecil dengan 1 jiwa/hari. Untuk lebih detail pergerakan antar zona kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2-12 Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2013 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke NaukenjeraSemangga Tanah MirinJagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjera Semangga Tanah Mirin Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd Pergerakan Barang A. Besaran Pergerakan Kondisi bangkitan dan tarikan pergerakan barang merupakan identifikasi pergerakan perjalanan orang dari antar zona internal masing-masing kecamatan di Kabupaten Merauke. Pelayanan transportasi di Kabupaten Merauke terdiri dari 20 zona pergerakan yang terdiri dari tiap kecamatan di Kabupaten Merauke. Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa bangkitan internal yang terjadi di Kabupaten Merauke pada tahun 2013 sebesar ton/tahun, sedangkan untuk tarikan memiliki besaran yang sama. Adapun zona merauke merupakan zona dengan bangkitan dan tarikan yang paling tinggi di Kabupaten Merauke dengan nilai ton/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-23

38 Gambar 2-8 Peta Desireline Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-24

39 Tabel 2-13 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun 2013 Bangkitan Dan Tarikan (Ton/Tahun) No Zona Bangkitan Tarikan 1 Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin Jumlah B. Asal Tujuan Pergerakan Setelah bangkitan dan tarikan di Kabupaten Merauke teridentifikasi selanjutnya melihat distribusi pergerakan yang terjadi pada tiap zona kecamatan. Dari hasil pengisian distribusi pergerakan ini, pergerakan dari zona Merauke ke Semangga merupakan pergerakan yang paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu ton/tahun, sedangkan pergerakan Zona Naukenjerai menuju Kimaan menjadi pergerakan terkecil dengan 137 ton/tahun. Untuk lebih detail pergerakan antar zona kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-25

40 Tabel 2-14 Distribusi Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun 2013 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke NaukenjeraSemangga Tanah MirinJagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd Kondisi Pelayanan Transportasi Jaringan Prasarana A. Jaringan Prasarana Transportasi Jalan Tahun 2011, panjang Jalan keseluruhan di Kabupaten Merauke yang dibangun oleh pemerintah adalah km, terdiri dari km Jalan Negara, km Jalan Propinsi dan km merupakan Jalan Kabupaten. Panjang jalan yang telah diaspal hanya mencapai km atau 51,49 persen, panjang sisanya masih berupa jalan tanah. Menurut kondisi jalan, panjang jalan dengan kondisi baik hanya sekitar km (18,85 persen), kondisi sedang km (29,21 persen). Sementara itu, panjang jalan rusak dan rusak berat mencapai km (40,23 persen) dan km (11,71 persen). Lebih jelasnya dpat dilihat pada tabel dibawah ini. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-26

41 Gambar 2-9 Peta Desireline Barang Kabupaten Merauke Tahun 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-27

42 Tabel 2-15 Panjang Jalan di Kabupaten Merauke Tahun (km) NO Jenis Jalan Pemerintah Yang Berwenang Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jumlah Jenis Permukaan Diaspal Kerikil Tanah Lainnya Jumlah Kondisi Jalan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2012 Kondisi jalan di wilayah Kabupaten Merauke sebagian besar berada pada kondisi yang memprihatinkan. Prasarana jalan di wilayah perkotaan memang dikategorikan baik di beberapa tempat contohnya di Kota Merauke, ke arah Distrik Semangga, Distrik Ranah Miring dan ke Distrik Kurik. Perkerasan sebagian besar jalan tersebut diatas sudah berupa aspal. Jalan dengan perkerasan aspal dilengkapi jaringan drainase di beberapa tempat (contoh: Distrik Semangga, Tanah Miring dan Jagebob) dengan perkerasan drainase dari tanah. Sedangkan perkerasan jalan pada wilayah pedesaan sebagian besar berupa tanah merah. Perkerasan jalan dari tanah membuat aksesibilitas warga secara eksternal terhambat terutama ketika hujan turun. Pergerakan eksternal yang dimaksud adalah pergerakan penduduk Antar Distrik, atau bahkan antar wilayah. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-28

43 Fenomena tersebut terjadi pada jalan yang menghubungkan distrik di bagian timur Kabupaten Merauke (Jalan Lintas Timur Papua). Di beberapa tempat yang dinamakan penduduk Kuda Mati, kondisi jalan akan sangat parah apabila hujan turun. Kondisi jalan lincir dan berlumpur yang menyebabkan jalan tersebut hanya bisa dilewati oleh mobil doble gardan (4WD). Jika musim hujan hujan datang, transportasi akan terhambat. Misalnya truk pembawa bahan makanan yang biasa beroperasi dari Merauke ke Ulilin yang ditunjukkan oleh foto di bawah ini, hanya bisa menunggu untuk kembali berjalan ketika kondisi jalan mulai membaik (kering). Jembatan Jembatan di Kabuapten merauke terdiri dari beberapa jenis, yaitu Jembatan Beton, Baja dan Kayu. Jembatan terbesar yang ada sekarang ini adalah Jembatan Maro. Untuk jembatan sungai-sungai kecil lainnya biasanya terbuat dari kayu. Beberapa jembatan berada dalam kondisi rusak, seperti jembatan yang berada di Jalan Sota-Elikobel. Beberapa jembatan kayu yang terletak di jalan lintas timur juga berada dala kondisi kritis, walaupun masih bisa dipakai. Berikut adalah data kondisi jembatan di Kabupaten Merauke. Tabel 2-16 Panjang Jembatan Manurut Jenisnya di Kabupaten Merauke (km) No Jenis Jembatan Beton 859,00 859,00 859,00 2 Baja 1.182, , ,00 3 Kayu 2.652, , ,00 4 Lainnya Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2012 Kondisi Jembatan di Distik Sota (Jl. Lintas Irian) HASIL PENGUMPULAN DATA 2-29

44 Gambar 2-10 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-30

45 Gambar 2-11 Peta Ruas Jalan Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-31

46 Jumlah kendaraan di Kabupaten Merauke pada tahun 2011 berjumlah kendaraan yang terdiri dari sedan, jeep, bus, pick up, minibus, station wagon, truk tangki, sepeda motor, scooter, dsb. Jumlah kendaraan yang paling banyak yaitu sepeda motor sebanyak kendaraan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2-17 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Merauke Tahun No Jenis Kendaraan Sedan Jeep Bus biasa Truck Pick UpTruck Station Wagon Minibus Truk Tangki Double Cabin Scooter Sepeda Motor Pemadam Kebakaran Ambulance Mobil Jenasah Lainnya Jumlah Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka Tahun 2012 B. Jaringan Prasarana Transportasi SDP Angkutan jasa penyeberangan sungai terdapat di dua muara sungai, yaitu Muara Kumbe di Desa Kumbe II dan Muara Bian di Kampung Hid. Angkutan ini biasanya menyeberangkan penumpang dan sepeda motor dengan perahu berkapasitas 5-6 motor. Angkutan ini tidak mempunyai frekuensi penyeberangan yang tetap, tergantung pada jumlah kendaraan yang akan menyeberang. Angkutan penyeberangan ini diakomodir oleh ASDP Kabupaten Merauke, dan dijalankan oleh masyarakat setempat. Tabel dibawah ini menjelaskan secara detail kondisi prasarana transportasi Sungai dan penyeberangan di Kabupaten Merauke. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-32

47 Tabel 2-18 Kondisi Angkutan Penyeberangan dan Sungai di Kabupaten Merauke Tahun 2012 No 1 Nama Penyeberangan Kumbe I - Kumbe II Lokasi Alur Sungai Jarak Kampung Distrik Sungai (M') Kumbe Malind Sungai Kumb 500 Fasilitas Dermaga Kayu Kumbe I dan Kumbe II Ruang Tunggu Kumbe II Jumlah Armada Keterangan 22 Unit Beroperasi rutin 2 Bian I - Bian II Domande dan Sanggase Malind dan Okaba Sungai Bian 2000 Dermaga Kayu Bian I dan Bian II 18 Unit Beroperasi rutin 3 Buraka Yowied Tubang Sungai Buraka 500 Belum ada 2 Unit Beroperasi/Belum dikelola 4 Bibikem - Kimaam Bibikem dan Kimaam Ilwayab dan Kimaam Selat Mariana Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke Tahun belum ada Belum dikelola/ musiman Tabel 2-19 Jumlah Dermaga dan Fasilitas Penunjang Angkutan Sungai dan Penyeberangan Kabupaten Merauke 2012 No. Lokasi P(M) Dermaga L(M) Luas (M2) P(M) Trestle L(M) Luas (M2) Konstruksi Ruang Tunggu (M2) Pos Pelaya nan (M2) Keterang an Dermaga Sungai Kelapa Lima. Kumbe I Kayu Kayu Dermaga rusak berat Ruang Tunggu rusak berat 3. Kumbe II Jembatan rusak berat 4. Bian I Ruang Tunggu rusak berat 5. Bian II Jembatan rusak berat Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke Tahun 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-33

48 Kondisi Dermaga Kelapa Lima Tabel 2-20 Jumlah Belang di Kabupaten Merauke Tahun No Distrik Kampung Jumlah Belang (unit) Waan Waan Kawe Kaptel Kaptel Kaniskobat Animha Baad Wayau Naukenjerai Kondo Kimaam Komolom Sabudom Muting Waan Pahas HASIL PENGUMPULAN DATA 2-34

49 No Distrik Kampung Jumlah Belang (unit) Tubang Penyeberangan Buraka 8 Ngguti Yomob Tabonji Yeraha Ilwayab Uli-Uli Bibikem Sumber : Kabupaten Merauke, Tahun 2013 Tabel 2-21 Jumlah Pembangunan Tambatan Perahu di Kabupaten Merauke Tahun No Distrik Kampung Pembangunan Tambatan Perahu (m2) Ilwayab Wanam 96 m2 - - Padua 104 m Tabonji Tabonji 96 m2 - - Yeraha m2 3 Kaptel Kaptel 96 m Tubang Woboyo 96 m2 - - Wamal - 82 m2 - Welbuti - 82 m2-5 Kimaam Komolom - 90 m2-6 Ngguti Yawiwu di - 96 m2 - Yomob 7 Wan Konorau m2 Sumber : Kabupaten Merauke, Tahun 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-35

50 Gambar 2-12 Pengadaan Belang di Kabupaten Merauke Tahun HASIL PENGUMPULAN DATA 2-36

51 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-37

52 Gambar 2-13 Pembangunan Tambatan Perahu di Kabupaten Merauk Tahun C. Jaringan Prasarana Transportasi Laut Produktivitas angkutan laut tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan kapal tercatat sebanyak kali atau lebih tinggi13,35 persen dibanding tahun 2010.Jumlah penumpang pada tahun 2011 tercatat penumpang tiba dan penumpang berangkat. Angkutan jasa penyeberangan sungai terdapat di dua muara sungai, yaitu Muara Kumbe di Desa Kumbe II dan Muara Bian di Kampung Hid. Angkutan ini biasanya menyeberangkan penumpang dan sepeda motor dengan perahu berkapasitas 5-6 motor. Angkutan ini tidak mempunyai frekuensi penyeberangan yang tetap, tergantung pada jumlah kendaraan yang akan menyeberang. Angkutan penyeberangan ini diakomodir oleh ASDP Kabupaten Merauke, dan dijalankan oleh masyarakat setempat. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-38

53 Tabel 2-22 Jumlah Pelabuhan Menurut Status (Umum dan Khusus) di Kabupaten Merauke Tahun 2012 No. Pelabuhan Umum (Nama Pelabuhan) Pelabuhan Khusus (Nama Pelabuhan) Pemilik / Pengelola 1 Pelabuhan Merauke - PT. PELINDO IV Pertamina PT. PERTAMINA Kimaam - Kanpel Bade Okaba - Kanpel Bade Kimaam - Kanpel Bade Kumbe - Kanpel Bade Bian - Kanpel Bade Bulaka - Kanpel Bade Muting - Kanpel Bade Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Papua 2013 Tabel 2-23 kondisi Fasilitas Pelabuhan di Kabupaten Merauke Tahun 2012 No Pelabuhan 1 Merauke - Kab. Merauke Dermaga (M 2 ) Dermaga II : 84 m x 15 m Ked. Kolam Pelabuhan Ked. Alur Pelayaran Terminal Penumpang (M2) Gedung Operasional Lapangan Penumpukan (p x l) = m 2 (M 2 ) (M 2 ) Dermaga I : m 15 m 20 x 12 m 74 m x 12 m (240 m2) 7 m Kantor : 150 m2 Gudang : 640 m2 Kontainer : 70 m x 35 m (2.450 m2) 2 Kimaam - Kab. Merauke 70 m x 8 m 8-9 m 10 m Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Papua 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-39

54 Kondisi Pelabuhan Kelas IV Merauke D. Jaringan Prasarana Transportasi Udara Kota Merauke merupakan kota asal dan tujuan maupun transit dari ke wilayah kabupaten yang dihubungkan dengan jalan darat, laut/sungai, dan udara. Apabila menggunakan angkutan udara, maka Kabupaten Merauke dapat diakses melalui Bandar udara Mopah. Bandar Udara ini merupakan pusat sirkulasi ke daerah-daerah pedalaman di wilayah selatan Papua maupun ke daerah luar di Kabupaten Merauke. Bandara Mopah Merauke adalah simpul transportasi udara dengan skala pelayanan sekunder dengan wilayah pelayanan Kabupaten. Tahun 2011 tercatat pesawat datang dan pesawat berangkat dengan jumlah penumpang sebanyak orang datang dan orang berangkat. Jumlah barang bagasi yang dibongkar mencapai ton dan barang dimuat tercatat ton. Berikut adalah data prasarana bandara yang ada di Kabupaten Merauke. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-40

55 Tabel 2-24 Bandar Udara di Kabupaten Merauke Tahun 2012 No. Nama Bandar Udara Penggunaan Hierarki 1 Mopah/Merauke Internasional Regional Pengumpul Skala Sekunder (I/3) 2 Okaba/Merauke Domestik Pengumpan 3 Kimaam/Merauke Domestik Pengumpan Mindiptanah/Merauke Domestik Pengumpan Tanah Merah Domestik Pengumpan Sumber : KM No 11 Tahun Jaringan Pelayanan A. Jaringan Pelayanan Transportasi Jalan Sesuai dengan arah kebijakan pembangunan LLAJ Kementerian Perhubungan, ada beberapa poin penting dalam pelayanan transportasi jalan ialah (1) Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan muatan lebih secara komprehensif dan melibatkan berbagai instansi terkait; (2) Meningkatkan keselamatan lalu-lintas jalan secara komprehensif dan terpadu; (3) Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu; (4) Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kepada masyarakat melalui penyediaan pelayanan angkutan perintis; (5) Meningkatkan Kinerja peraturan dan kelembagaan melalui, penataan sistem transportasi jalan, menyukseskan peraturan pelaksanaan dari Undang undang No.22 tahun 2009 tentang LLAJ, peningkatan pembinaan teknis transportasi di daerah, meningkatkan peran serta, investasi swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan transportasi jalan; (6) Meningkatkan kompetensi dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan; (7) Mendukung Pengembangan transportasi yang berkelanjutan. B. Jaringan Pelayanan Transportasi SDP Sesuai dengan arah kebijkan pembangunan LLASDP Kementerian Perhubungan, ada beberapa poin penting dalam pelayanan transportasi SDP ialah (1) Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana serta pengelolaan angkutan ASDP; (2) Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan lintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan antar moda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau dan antar pulau; (3) Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP; (4) Mendorong peran serta pemda dan swasta dalam penyelenggaraan ASDP. Adapun sasaran pembangunan dalam pelayanan tranportasi SDP adalah (1) Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana serta pengelolaan angkutan ASDP; (2) Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan lintas yang telah jenuh dan HASIL PENGUMPULAN DATA 2-41

56 memperbaiki tatanan pelayanan antar moda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau dan antar pulau; (3) Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP; (4) Mendorong peran serta pemda dan swasta dalam penyelenggaraan ASDP. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-42

57 Gambar 2-14 Peta Sarana Transportasi Kabupaten Merauke HASIL PENGUMPULAN DATA 2-43

58 Tabel 2-25 Data Pelayanan Transportasi Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun 2012 No. Nama Belang Trayek Ukuran Belang (M) Panjang Lebar Dalam 1 PMT. KRISNA Kumbe I - Kumbe Ii 9,50 2,70 0,85 2 PMT. DAWI Kumbe I - Kumbe Ii 9,30 2,35 0,77 3 PMT. SIMPORA I Kumbe I - Kumbe Ii 9,50 2,40 0,73 4 PMT. TATA USAHA IV Kumbe I - Kumbe Ii 10,40 2,80 0,73 5 PMT. SUNGAI KUMBE Kumbe I - Kumbe Ii 11,00 2,75 0,78 6 PMT. SIMPORA II Kumbe I - Kumbe Ii 9,60 2,48 0,73 7 PMT. TATA USAHA III Kumbe I - Kumbe Ii 9,55 3,75 0,73 8 PMT. VITA Kumbe I - Kumbe Ii 10,83 2,83 0,70 9 PMT. LELEMUKU Kumbe I - Kumbe Ii 9,83 3,48 0,77 10 PMT. ARMET Kumbe I - Kumbe Ii 11,50 2,80 0,75 11 PMT. DIAS Kumbe I - Kumbe Ii 10,30 2,80 0,70 12 PMT. SANGKURIANG I Kumbe I - Kumbe Ii 11,40 2,65 0,78 13 PMT. KISS MAWAR Kumbe I - Kumbe Ii 9,73 2,73 0,76 14 PMT. USAHA BAKTI Kumbe I - Kumbe Ii 11,40 3,13 0,77 15 PMT. LORENS Kumbe I - Kumbe Ii 10,50 2,72 0,70 16 PMT. ST. PETRUS Kumbe I - Kumbe Ii 11,90 2,50 0,85 17 PMT. MIFTAHUL KHAIR Kumbe I - Kumbe Ii 9,50 2,40 0,73 18 PMT. ORA ET LABORA Kumbe I - Kumbe Ii 10,30 2,80 0,70 19 PMT. AVE MARIA Kumbe I - Kumbe Ii 10,84 2,31 0,75 20 PMT. KUMBUHAN Kumbe I - Kumbe Ii 11,13 2,75 0,68 21 PMT. TRANS JAYA Kumbe I - Kumbe Ii 9,50 3,70 0,70 22 PMT. TANJUNG KELAPA Kumbe I - Kumbe Ii 10,84 2,31 0,75 23 PMT. SANGKURIANG II Bian I - Bian Ii 8,00 2,59 0,80 24 PMT. SINAR KALUKU Bian I - Bian Ii 10,05 2,60 0,76 25 PMT. SAFARI Bian I - Bian Ii 9,56 2,54 0,72 26 PMT. RIZKY Bian I - Bian Ii 11,85 2,75 0,91 27 PMT. INGGUN Bian I - Bian Ii 9,02 2,47 0,72 28 PMT. RITA Bian I - Bian Ii 9,25 2,70 0,95 29 PMT. SULTAN JAYA 01 Bian I - Bian Ii 10,20 2,58 0,83 30 PMT. MUTIARA INDAH Bian I - Bian Ii 9,98 2,60 0,86 31 PMT. WALIN Bian I - Bian Ii 10,31 2,62 0,79 32 PMT. RATU BIAN I Bian I - Bian Ii 9,81 2,22 0,76 33 PMT. TRIKORA Bian I - Bian Ii 9,57 2,58 0,75 34 PMT. RATU BIAN II Bian I - Bian Ii 8,00 2,59 0,80 35 PMT. WAPECO Bian I - Bian Ii 9,90 2,52 0,72 36 PMT. ANUGERAH Bian I - Bian Ii 10,24 2,63 0,75 37 PMT. MBIAN PALL Bian I - Bian Ii 10,39 2,60 0,90 38 PMT. SULTAN JAYA 02 Bian Dan Sekitarnya 10,28 2,58 0,78 39 PMT. KUYAKE Bian Dan Sekitarnya 9,03 2,34 0,68 40 PMT. OKABA I Bian I - Bian Ii 9,58 2,25 0,84 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke 2013 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-44

59 Tabel 2-26 Data Naik Turun Penumpang dan Barang melalui Pelayanan Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun 2012 Penumpang (Orang) Barang (Ton/M 3 ) No. Lintasan Naik Turun Bongkar Muat Merauke Tanah Merah Merauke Agats Merauke dan sekitarnya Kumbe I Kumbe II Bian I Bian II Neto , , , ,99 153,094 90, , , , ,99 153,094 90,179 J U M L A H , ,896 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke 2013 No Tabel 2-27 Data Naik Turun Kendaraan melalui Pelayanan Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke Tahun 2012 Kendaraan (Unit) Lintasan Naik Turun Keterangan Roda 2 Roda 4 Roda 2 Roda Merauke Tanah Merah Merauke Agats Merauke dan sekitarnya Kumbe I Kumbe II Bian I Bian II Neto BBM.9.204,633 TON J U M L A H Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke 2013 Tabel 2-28 Lintas Dan Sarana Angkutan Sungai Dan Penyeberangan Kabupaten Merauke Tahun 2012 No. Lintas / Trayek Jarak (Mil) Waktu Tempuh (Jam/ Menit) Jumlah (Buah) Kapal Jenis Pemilik ABK (Org) Kapasitas Kapal Kendaraan PNP Roda Roda (Org) 4 2 (Unit) (Unit) BRG (T/M3) Merauke Jam 1 KMP Tanah Merah Merauke Jam 1 KMP Agats Merauke Sekitarnya Kumbe I Kumbe II Bian I Bian II 1,4 4,5 15 Menit 1 Jam Belang Belang Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke 2013 ASDP ASDP - Perorangan Perorangan ,39 2,39 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-45

60 Gambar 2-15 Lintasan Pelayanan Transportasi Sungai dan Penyeberangan di Kabupaten Merauke C. Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Untuk menjangkau daerah pedalaman dari Merauke yang berjauhan, selain transportasi udara juga dipakai transportasi laut. Akses transportasi laut dilayani oleh pelabuhan Merauke. Pelanuhan Merauke juga melayani rute-rute perintis. Sampai saat ini sekurangnya ada 4 rute perintis yang aktif dilayani oleh Pelabuhan Merauke. Selain rute perintis, kapalkapal penumpang yang dikelola oleh PT PELNI juga aktif, dengan tujuan Surabaya. Rute laut perintis yang dilayani Pelabuhan Merauke adalah : Rute 43 : Merauke Bade Agats Pomako-Dobo- Tual- Kaimana -Fak fak Kokas Babo Bintuni Sorong PP HASIL PENGUMPULAN DATA 2-46

61 Rute 46 : Merauke Wanam Bayun Atsi Eci Agats Akat Yamas - Sawaerma PP Rute 47 : Merauke Wanam Bade Agats Pomako Dobo Tual Kaimana Fak Fak Gorom Geser Bula Kesui Bandaneira Ambon PP Tabel 2-29 Rute Dan Frekwensi Pelayaran Kapal Penumpang PT. PELNI Yang No 1 Menyinggahi Pelabuhan Di Kabupaten Merauke Tahun 2012 Nama Kapal Jumlah Seat KM. TATAMAILAU 900 Rute / Trayek Merauke - Agats - Timika - Kaimana - Fak Fak - Sorong - Bitung PP Merauke - Agats - Timika - Dobo - Tual - Banda - Ambon - Bitung PP Frekwensi 27 Voyage/Tahun Jumlah Seat Per Tahun (3 X 5) seat 2 KM. KELIMUTU 900 Merauke - Agats - Timika - Dobo - Tual - Saumlaki - Ambon - Wanci - Bau Bau - Makassar - Benoa - 13 Voyage/Tahun Surabaya PP Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke seat Pada awalnya terdapat 9 rute perintis yang dilayani oleh Pelabuhan Merauke. Dalam perkembangannya kemudian rute-rute tersebut banyak yang ditutup karena sepi penumpang, sehingga hanya 3 rute tersebut diatas yang masih aktif. Untuk menjangkau daerah pedalaman yang tidak dilalui oleh rute yang aktif tersebut, biasanya ada kapal-kapal sewaan yang mau dibayar untuk mencapai daerah tersebut, tentunya dengan ongkos yang mahal. Produktivitas angkutan laut tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan kapal tercatat sebanyak kali atau lebih tinggi13,35 persen dibanding tahun Jumlah penumpang pada tahun 2011 tercatat penumpang tiba dan penumpang berangkat. HASIL PENGUMPULAN DATA 2-47

62 Tabel 2-30 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran di Pelabuhan yang Diusahakan di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Bulan Pelayaran Luar Negeri Pelayaran Dalam Negeri Unit GRT DWT LOA Unit GRT DWT LOA 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Sumber: Kabupaten Merauke Dalam ANgka, Tahun 2012 Tabel 2-31 Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran di Pelabuhan yang Diusahakan di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Bulan Kunjungan Kapasitas Penumpang Tiba Berangkat Jumlah 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ,103 Jumlah Sumber: Kabupaten Merauke Dalam ANgka, Tahun 2012 Tabel 2-32 Bongkar Muat Barang Angkutan Antarpulau dan Luar Negeri di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton) Antarpulau Antarnegara Antarpulau Antarnegara 1 Januari , ,300-2 Februari , ,054-3 Maret , , ,000 4 April , ,400-5 Mei , ,500-6 Juni , ,325-7 Juli , ,076-8 Agustus , ,935 - HASIL PENGUMPULAN DATA 2-48

63 No Bulan Bongkar (Ton) Muat (Ton) Antarpulau Antarnegara Antarpulau Antarnegara 9 September 9.811, , Oktober , , November , , Desember , ,115 - Jumlah , , ,000 Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 Tabel 2-33 Bongkar Muat Angkutan Dalam Negeri di Kabupaten Merauke Tahun 2011 No Bulan Antarpulau Perintis Rakyat Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat 1 Januari , , , ,550 2 Februari , , ,754 31, ,610 3 Maret , , , ,230 11, ,705 4 April , , ,696 13, ,745 5 Mei , , , , ,045 6 Juni , , ,125 6, ,870 7 Juli , ,170 50,00 202,200 1, ,645 8 Agustus 9.546, ,222 5, ,540 32, ,850 9 September , , , ,229 5, , Oktober , ,168 3, ,335 33, , November , ,831 3, ,411 68, , Desember , ,050 3, ,925 20, ,606 Jumlah , , , , , ,625 Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 D. Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Kota Merauke merupakan kota asal dan tujuan maupun transit dari ke wilayah kabupaten yang dihubungkan dengan jalan darat, laut/sungai, dan udara. Apabila menggunakan angkutan udara, maka Kabupaten Merauke dapat diakses melalui Bandar udara Mopah. Bandar Udara ini merupakan pusat sirkulasi ke daerah-daerah pedalaman di wilayah selatan Papua maupun ke daerah luar di Kabupaten Merauke. Bandara Mopah Merauke adalah simpul transportasi udara dengan skala pelayanan sekunder dengan wilayah pelayanan Kabupaten. Selain rute utama Merauke Jakarta yang dilayani oleh Merpati Airlines, berkat kerjasama Pemerintah Kabupaten Merauke dengan maskapai penerbangan tersebut rute-rute perintis ke daerah pedalaman juga telah dibuka. Saat ini kota-kota yang dilayani penerbangan perintis adalah Tanah Merah, Bade, Okaba, Kepi Kamur, Kimaam, Senggo, Mindiptana, Ewer dan Wanam. Kemudian ada rute-rute baru yang sedang dijajaki kemungkinan untuk dibuka seperti ke Desa Yowied (Distrik Tubang, studi kelayakan tahun 2008). HASIL PENGUMPULAN DATA 2-49

64 Untuk pelayanan wilayah Kabupaten Merauke, pesawat perintis Twin Otter melayani daerah Distrik Okaba (Okaba), Distrik Kimaam (Kimaam) dan Distrik Ilwayab (Wanam). Untuk penerbangan ke Kimaam frekuensinya 1 kali seminggu (setiap Jum at), dengan biaya tiket kira-kira sekitar Rp 100 ribu. Sedangkan untuk penerbangan ke Okaba frekuensinya 2 kali seminggu setiap hari Kamis dan Sabtu. Biaya tiket untuk penerbangan ini cukup murah yaitu sekitar Rp 60 ribu. Khusus untuk penerbangan ke Wanam, biaya tiket cukup mahal yaitu sekitar Rp 600 ribu. Penerbangan reguler ke Wanam frekuensinya 3 kali seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Akan tetapi karena sedikitnya penumpang yang ke bepergian Wanam, rute tersebut tidak akan dilayani sampai penumpang yang ada sudah cukup terkumpul. Pembelian tiket masing masing rute dilayani di loket Merpati Airlines, dimana pemesanan tiketnya harus sesuai dengan jadwal penerbangan masing-masing rute. Untuk kembali lagi ke Bandara Mopah, tiket dapat langsung dipesan di bandara di tempattempat tersebut (Bandara Wanam, Bandara Kimaam, Bandara Okaba Untuk angkutan udara pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 tercatat pesawat datang dan pesawat berangkat dengan jumlah penumpang sebanyak orang datang dan orang berangkat. Jumlah barang bagasi yang dibongkar mencapai ton dan barang dimuat tercatat ton. Tabel 2-34 Jumlah Pesawat dan Penumpang Datang dan Berangkat Melalui Bandar Udara Mopah Merauke, Tahun No Tahun Pesawat Penumpang Datang Berangkat Datang Berangkat Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 Tabel 2-35 Jumlah Bagasi dan Kargo Melalui Bandar Udara Mopah Merauke, Tahun No Tahun Bagasi Kargo Bongkar Muat Bongkar Muat Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-50

65 Tabel 2-36 Jumlah Pesawat Yang Datang dan Berangkat dari Bandar Udara Mopah menurut Bandar Udara Asal/Tujuan Tahun 2011 No Bandara Asal/Tujuan Desember Berangkat Datang 1 Merauke Jayapura Merauke Kepi Merauke Tanah Merah Merauke Kimaam Merauke Wanam Merauke Mindiptana Merauke Okaba Merauke Ewer Merauke Bade Merauke Wamena Merauke Timika Merauke Kamur Merauke Senggo Merauke Asiki Merauke Eci Merauke Ujung Pandang Merauke - Lainnya 11 9 Jumlah Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 Tabel 2-37 Jumlah Penumpang Yang Datang dan Berangkat dari Bandar Udara Mopah menurut Bandar Udara Asal/Tujuan Tahun 2011 No Bandara Asal/Tujuan Desember Berangkat Datang 1 Merauke Jayapura Merauke Kepi Merauke Tanah Merah Merauke Kimaam Merauke Wanam Merauke Mindiptana Merauke Okaba Merauke Ewer Merauke Bade Merauke Wamena Merauke Timika Merauke Kamur Merauke Senggo Merauke Asiki Merauke Eci Merauke Ujung Pandang Merauke - Lainnya Jumlah Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, Tahun 2012 HASIL PENGUMPULAN DATA 2-51

66 BAB 3 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3.1 Analisis Sistem Kegiatan Setiap guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerekan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosisal, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan tersebut. Berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Merauke, dapat dilihat bahwa Distrik Merauke, Semanga dan Tanah Miring merupakan pusat perkotaan dari Kabupaten Merauke dimana terdapat pusat pemerintahan, pusat permukiman perkotaan, serta memiliki Bandara yang terdapat di Distrik Merauke. Selain itu, pengembangan permukiman perkotaan dikembangkan pula di Distrik Wanam, Wapeko dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Salor. Sedangkan untuk pengembangan kawasan industri terdapat di Distrik Kurik, Muting, Tanah Miring, Ilwayab, Ngguti, Kurik, dan Merauke. Selain itu, pengembangan kawasan penggalian terdapat di Distrik Okaba dan Distrik Malind. Berdasarkan rencana struktur ruang, pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Merauke diantaranya: 1. PKSN yaitu Merauke Pusat pelayanan administrasi/pemerintahan pusat pertahanan keamanan pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial regional pusat koleksi hasil SDA Pusat koleksi dan distribusi industri regional ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-1

67 Pusat perhubungan/transportasi regional 2. PKW yaitu Muting Pusat pelayanan administrasi/pemerintahan pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial pusat koleksi hasil SDA Pusat koleksi dan distribusi industri regional Pusat perhubungan/transportasi regional 3. PKL yaitu Wanam di Distrik Ilwayab, Okaba di Distrik Okaba, dan Harapan makmur di Distrik Kurik Pusat perdagangan regional pusat pelayanan umum dan sosial pusat koleksi hasil SDA pusat pengembangan kawasan agropolitan pusat perhubungan/transportasi 4. PPK yaitu : Kimaam di Distrik Kimaan, Kumaaf di Distrik Ulilin, Kaptel di Distrik Kaptel, Kumbe di Distrik Malind. Pusat perdagangan pusat koleksi hasil SDA pusat perhubungan/transportasi 5. PPL yaitu : Bupul di Distrik Elikobel Sota di Distrik Sota Onggaya di Distrik Naukenjerai Semayam Indah di Distrk Tanah Miring Muram Sari di Distrik Distrik Semangga Kartini di Distrik Jagebob Wayau di Distrik Animha Po Epe di Distrik Ngguti Yowied di Distrik Tubang Waan di Distrik Waan Tabonji di Distrik Tabonji PPL berfungsi sebagai Pusat perdagangan, pusat koleksi hasil SDA dan pusat perhubungan/transportasi. ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-2

68 Untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam melakukan pergerakan untuk mencapai pusat-pusat kegiatan tersebut dibutuhkan jaringan transportasi baik jaringan maupun sarana. Dimana antar kecamatan di Kabupaten Merauke sudah dilalui oleh jaringan jalan dengan fungsi arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer K1, kolektor sekunder K1, local primer, selain itu antar kecamatan di Kabupaten Merauke dapat dilalui oleh sungai dan udara. Sedangkan alat transportasi di Kabupaten Merauke, sebagian kecamatan belum terlayani oleh angkutan umum, melainkan dilayani oleh angkutan penyeberangan berupa perahu dan angkutan udara berupa pesawat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 3.2 Analisis Permintaan Pergerakan Pergerakan Penumpang A. Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Variabel tak bebas (dependent variable) yang digunakan dalam analisis Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Kabupaten Merauke hampir sama dengan wilayah lainnya. Variabel tak bebas terebut adalah sebagai berikut: X1 = Penduduk x2 = Jumlah Kendaraan x3 = Panjang Jalan x4 = Jumlah Fasilitas pendidikan x5 = Produksi Tanaman Pangan X6 = Produksi Buah buahan X7 = Produksi Perkebunan x8 = Jumlah Bangunan X9 = Luas Areal Perkebunan X10 = Populasi Ternak ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-3

69 Gambar 3-1 Peta Analisis Sistem Kegiatan Kabupaten Merauke ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-4

70 Sedangkan variabel tak bebas (Y) adalah jumlah pergerakan kendaraan tiap kecamatam yang dihasilkan dari perhitungan volume lalu lintas di beberapa titik. Pemodelan bangkitan dan tarikan pergerakan dengan menggunakan metode analisis stepwise yaitu variabel yang tidak berpengaruh cukup signifikan terhadap pergerakan tidak digunakan. Hasil dari pengolahaan statistik didapat ringkasan statistik sebagai berikut RINGKASAN STATISTIK BANGKITAN PERGERAKAN PENUMPANG KABUPATEN MERAUKE Regression Statistics Multiple R 0, R Square 0, Adjusted R Square 0, Standard Error 248,793 Observations 11 ANOVA df SS MS F Significance F Regression , , Residual , ,97 Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 2, ,5881 0, , , , , ,0737 x1 0, , , , , , , , x2 0, , , , , , , , x3 0, , , , , , , , RINGKASAN STATISTIK TARIKAN PERGERAKAN PENUMPANG KABUPATEN MERAUKE Regression Statistics Multiple R 0, R Square 0, Adjusted R Square 0, Standard Error 341,7099 Observations 11 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-5

71 ANOVA df SS MS F Significance F Regression ,1 7, , Residual , ,7 Total Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 1, ,8283 0, , , , , ,3553 x1 0, , , , , , , , x2 0, , , , , , , , x3 0, , , , , , , , Dari ringkasan tersebut dapat dilihat bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pergerakan di Kabupaten Merauke adalah variabel penduduk (x1), variabel jumlah Kendaraan (x1), dan Variabel Panjang jalan (x4). Dengan variabel penduduk tersebut dapat dibentuk persamaan untuk bangkitan dan tarikan pergerakan sebagai berikut: 1. Y Bangkitan = 2,98 + 0,0049 x1 + 0,027 x2 + 0,007 x3 2. Y Tarikan= 1,28 + 0,0046 x1 + 0,038 x2 + 0,0037 x3 Dengan menggunakan persamaan tersebut maka dapat diprediksi jumlah pergerakan (bangkitan dan tarikan) di Kabupaten Merauke pada masa yang akan datang. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan yang paling besar berada di Distrik Merauke. Besarnya pergerakan ini dikarenakan distrik Merauke merupakan Ibukota Kabupaten Merauke, sehingga berbagai kegiatan terpusat di distrik tersebut. ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-6

72 Tabel 3-1 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2022 dan Tahun 2032 Jumlah Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (orang/har) Penduduk Tahun 2012 Tahun 2022 Tahun 2032 No Zona Tahun 2012 Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan 1 Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin TOTAL B. Analisis Distribusi Pergerakan Pendekatan dalam menganalisis distribusi pergerakan di Kabupaten Merauke menggunakan metode graviti dengan mempertimbangkan faktor aksesibilitas. Prediksi distribusi pergerakan di wilayah ini juga mempertimbangkan bahwa faktor aksesibilitas akan meningkat pada masa yang akan datang, sehingga jumlah pergerakan orang antar zona akan semakin meningkat. Tabel analisis distribusi menjelaskan bahwa pergerakan yang paling tinggi terdapat dari zona Merauke ke Malind. Tabel 3-2 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2022 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah MiringJagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjera Semangga Tanah Mirin Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-7

73 Tabel 3-3 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2032 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd Pergerakan Barang A. Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Dengan metode proyeksi bangkitan dan tarikan barang maka dapat diprediksi jumlah pergerakan (bangkitan dan tarikan) barang di Kabupaten Merauke pada masa yang akan datang. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini jumlah bangkitan dan tarikan pergerakan yang paling besar berada di Abepura. Besarnya pergerakan ini dikarenakan distrik Merauke merupakan central bisnis yang dikembangkan di Kabupaten Merauke, sehingga berbagai kegiatan terpusat di distrik tersebut. Tabel 3-4 Proyeksi Pergerakan Barang Kabupaten Merauke Tahun 2022 dan Tahun 2032 Bangkitan Dan Tarikan (Ton/Tahun) Tahun 2012 Tahun 2022 Tahun 2032 No Zona Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan 1 Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin Jumlah ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-8

74 Gambar 3-2 Peta Desire Line Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2022 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-9

75 Gambar 3-3 Peta Desire Line Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2032 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-10

76 B. Analisis Distribusi Pergerakan Pendekatan dalam menganalisis distribusi pergerakan di Kota Jayapura menggunakan metode graviti dengan mempertimbangkan faktor aksesibilitas. Prediksi distribusi pergerakan di wilayah ini juga mempertimbangkan bahwa faktor aksesibilitas akan meningkat pada masa yang akan datang, sehingga jumlah pergerakan barang antar zona akan semakin meningkat. Untuk hasil analisis distribusi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3-5 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2022 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke NaukenjeraSemangga Tanah MiringJagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjera Semangga Tanah Mirin Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd Tabel 3-6 Proyeksi Distribusi Pergerakan Penumpang Kabupaten Merauke Tahun 2032 O-D Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjerai Semangga Tanah Miring Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Oi Kimaan Tabonji Waan Ilwayab okaba Tubang Ngguti Kaptel Kurik Animba Malind Merauke Naukenjera Semangga Tanah Mirin Jagebob Sota Muting Elikobel Ulilin S Dd ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-11

77 Gambar 3-4 Peta Desire Line Barang Kabupaten Merauke Tahun 2022 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-12

78 Gambar 3-5 Peta Desire Line Barang Kabupaten Merauke Tahun 2032 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-13

79 3.2.3 Analisis Pembebanan Kapasitas jalan pada saat kondisi eksisting dihitung berdasarkan kapasitas dasar (kondisi geometrik jalan tanpa ada pengaruh), faktor penyesuaian jalan, faktor pemisahan arah dan hambatan samping. Pedoman dalam perhitungan kapasitas jalan pada lokasi perencanaan ini menggunakan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) untuk jalan diluar perkotaan. Petunjuk perhitungan kapasitas jalan berdasarkan Manual kapasitas jalan indonesia tahun 1997 untuk jalan luasr perkotaan adalah sebagai berikut: 1) Kapasitas Dasar (C o) Kapasitas suatu segmen jalan pada kondisi tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (geometri, pola arus lalu lintas dan faktor lingkungannya). Besarnya nilai kapasitas dasar yang digunakan pada studi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3-7 Kapasitas Dasar Pada Jalan 2 Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) Tipe Jalan/ Tipe Alinyemen Kapasitas Dasar Total Kedua Arah (smp/jam/lajur) Dua Lajur Tak Terbagi - Datar Bukit Gunung 2900 Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), ) Faktor penyesuaian lebar jalan (FCw) Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu lintas. Besarnya nilai FCw berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3-8 Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCw) Tipe Jalan Empat Lajur Terbagi Enam Lajur Terbagi Empat Lajur Tak Terbagi Dua Lajur Tak Terbagi Lebar Efektif Jalur Lalu-Lintas (meter) Faktor penyesuaian lebar jalan (Fcw) Per Lajur 3,00 0,91 3,25 0,96 3,50 1,00 3,75 1,03 Per Lajur 3,00 0,91 3,25 0,96 3,50 1,00 3,75 1,03 Total Kedua Arah 5 0,69 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-14

80 Lebar Efektif Jalur Faktor penyesuaian Tipe Jalan Lalu-Lintas (meter) lebar jalan (Fcw) 6 0,91 7 1,00 8 1,08 9 1, , ,27 Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), ) Faktor penyesuaian pemisahan arah (untuk jalan tak terbagi) (FCsp) Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah (hanya untuk jalan dua arah tak terbagi). Besarnya nilai FCsp berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3-9 Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah (FC sp) Pemisahan Arah SP %-% Dua Lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 FCsp Empat Lajur 4/2 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90 Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), ) Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan (Fsf) Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi dari lebar bahu jalan. Besarnya nilai hambatan samping berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tipe jalan Tabel 3-10 Faktor Penyesuaian Hambatan jalan (FC sf) Kelas Hambatan Samping Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan (Fsf) Lebar Bahu Efektif < 0,5 1,0 1,5 > 2,00 4/2 D VL 0,99 1,00 1,01 1,03 L 0,96 0,97 0,99 1,01 M 0,93 0,95 0,96 0,99 H 0,90 0,92 0,95 0,97 VH 0,88 0,90 0,93 0,96 2/2 UD 4/2 UD Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 VL 0,97 0,99 1,00 1,02 L 0,93 0,95 0,97 1,00 M 0,88 0,91 0,94 0,98 H 0,84 0,87 0,91 0,95 VH 0,80 0,83 0,88 0,93 ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-15

81 Besarnya kapasitas jalan di Kabupaten Merauke hampir sebagian besar mempunyai besaran antara smp/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Nama Ruas Jalan Tabel 3-11 Kondisi Kapasitas Jalan di Kabupaten Merauke Kapasitas Dasar (smp/jam Faktor Penyesuaian Untuk Kapasitas Kapasitas Jalan (smp/jam) Ruas Lebar Jalan Pemisahan Hambatan FCw Arah (FCsp) Samping (FCsf) Wetau - Kalilam , Wanil - Wanggambi , Kumbe - Kuprik ,91 0, Kalilam - Wanggambi , Muramsari - Kumbe , Kalilam - Wanggambi , Wanil - Kalwa , Galib - Wangin ,91 0, Arah Perbatasan , Dadnafmiraaf - Yauke , Berotike - Kombre , Berotike - Suru , Klakang - Okaba , Yauke - Berotika , Berotike - Yauke , Wapang - Wudiu , Welo - Dadnafmiraaf , Sumber: MKJI, 1997 dan Analisis Konsultan 2013 Pengamatan volume lalu lintas dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kendaraan yang lewat dalam satuan waktu. Waktu pengamatan dilakukan pada saat pagi, siang, dan sore untuk mengetahui volume tertinggi (puncak) terjadi pada waktu tertentu. pada kegiatan ini satuan waktu yang digunakan dalam pengamatan salama satu jam pengamatan. Kondisi volume lalu lintas terbesar yang dinyatakan dalam smp/jam sebagian besar terjadi pada waktu pengamatan pagi dan siang. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas kegiatan yang dilakukan pada lokasi tersebut terjadi pada waktu pagi dan siang. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi volume di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini : ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-16

82 Nama Ruas Jalan Tabel 3-12 VCR Kabupaten Merauke Tahun 2013 Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Welan - Kalilam ,07 Welan - Kalilam ,07 Kalilam - Wanggambi ,07 Wanggambi - Awira ,10 Kalilam - Wanggambi ,07 Wanil - Wanggambi ,07 Wanggambi - Awira ,11 Kalwa - Waigam ,08 Wanil - Wanggambi ,08 Wanil - Kalwa ,07 Wanil - Kalwa ,08 Kimaam - Kalwa ,07 Kimaam - Kalwa ,08 Kalwa - Waigam ,07 Wialangku - Awehima ,02 Wialangku - Awehima ,02 Wialangku - Awehima ,02 Wialangku - Awehima ,02 Wialangku - Awehima ,02 Distrik Ilyawab ,02 Opomiok - Saradol ,01 Distrik Ilyawab - Distrik Kimaam ,01 Distrik Ilyawab ,01 Distrik Ilyawab - Distrik Kimaam ,02 Wialangku - Awehima ,02 Wialangku - Saradol ,02 Kipon - Wialangku ,01 Wialangku - Saradol ,01 Opomiok - Saradol ,02 Kipon - Wialangku ,01 Bohokele - Opomiok ,01 Bohokele - Opomiok ,01 Bohokele - Saradol ,01 Bohokele - Saradol ,01 Distrik Tubang ,01 Distrik Tubang ,01 Walati - Widieng ,02 Widieng - Balaumiet ,01 Walati - Widieng ,01 Kalakang - Walati ,02 Kalakang - Walati ,01 Distrik Okaba ,06 Kalakang - Walati ,04 Distrik Okaba ,06 Klakang - Okaba ,06 Kalakang - Walati ,06 Kalakang - Walati ,04 Kalakang - Walati ,06 Klakang - Balaumiet ,02 Widieng - Balaumiet ,02 Klakang - Balaumiet ,01 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-17

83 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Galib - Kaibeab ,05 Kaibeab - Abnakieki ,10 Abnakieki - Marabe ,05 Kaibeab - Abnakieki ,06 Kaibeab - Abnakieki ,06 Kaibeab - Imahui ,06 Kaibeab - Abnakieki ,01 Kaibeab - Imahui ,15 Kaibeab - Marabe ,05 Abnakieki - Marabe ,07 Kaibeab - Marabe ,08 Wangin - Marabe ,10 Wangin - Marabe ,15 Galib - Kaibeab ,08 Galib - Wangin ,13 Klakang - Okaba ,06 Distrik Tubang - Distrik Okabe ,06 Okaba - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,06 Klakang - Okaba ,06 Okaba - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Wapang ,06 Wudiu - Sanggar ,06 Okaba - Wapang ,06 Wapang - Wudiu ,09 Wapang - Wudiu ,16 Wapang - Wudiu ,08 Galib - Wapang ,08 Wapang - Wudiu ,16 Okaba - Sanggar ,11 Galib - Wapang ,07 Galib - Sanggar ,09 Okaba - Sanggar ,09 Wudiu - Sanggar ,06 Okaba - Sanggar ,14 Okaba - Sanggar ,15 Okaba - Sanggar ,15 Garau Kabera - Sanggar ,25 Garau Kabera - Sanggar ,29 Garau Kabera - Sanggar ,38 Gaieenu - Sanggar ,17 Damund - Gaieenu ,06 Gaieenu - Sanggar ,13 Galib - Gaieenu ,11 Damund - Gaieenu ,05 Galib - Damund ,06 Garau Kabera - Sanggar ,35 Karote - Kasekase ,18 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-18

84 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Garau Kabera - Muramsari ,21 Galib - Wangin ,25 Galib - Sanggar ,13 Galib - Sanggar ,03 Galib - Sanggar ,17 Galib - Damund ,13 Galib - Damund ,17 Galib - Damund ,05 Galib - Gaieenu ,08 Galib - Damund ,05 Galib - Damund ,06 Karote - Kasekase ,20 Kasekase - Jaruar ,18 Garau Kabera - Muramsari ,26 Muramsari - Kumbe ,40 Jaruar - Muramsari ,08 Kasekase - Jaruar ,15 Jaruar - Muramsari ,08 Kasekase - Jaruar ,02 Kasekase - Senegi ,21 Kasekase - Jaruar ,02 Kasekase - Senegi ,23 Detti - Senegi ,15 Detti - Senegi ,13 Detti - Senegi ,16 Kumbe - Kurik ,12 Detti - Senegi ,05 Detti - Waruti ,18 Manirka - Papis ,16 Welo - Dadnafmiraaf ,05 Canobivak - Erambu ,07 Detti - Waruti ,12 Detti - Waruti ,14 Detti - Senegi ,14 Detti - Waruti ,16 Detti - Senegi ,06 Kumbe - Oraure ,01 Kumbe - Kuprik ,52 Kumbe - Oraure ,01 Kumbe - Kuprik ,48 Muramsari - Kumbe ,43 Kumbe - Kurik ,10 Kumbe - Kuprik ,49 Kumbe - Kuprik ,52 Kumbe - Katiu ,25 Kumbe - Kuprik ,24 Kumbe - Kuprik ,25 Kuprik - Katiu ,05 Kuprik - Yamuh ,19 Kumbe - Katiu ,26 Kuprik - Katiu ,05 Kumbe - Katiu ,29 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-19

85 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Kumbe - Katiu ,31 Katiu - Arir Bobe ,27 Katiu - Merauke ,04 Kuprik - Yamuh ,21 Kuprik - Yamuh ,18 Kuprik - Mandibaku ,03 Kuprik - Mandibaku ,04 Miedufkouniet - Wademiet ,14 Miedufkouniet - Wademiet ,15 Miedufkouniet - Wademiet ,14 Papis - Jogebob ,11 Detti - Waruti ,00 Manirka - Papis ,14 Erambu - Papis ,21 Papis - Jogebob ,08 Distrik Jogebob ,05 Muting - Papis ,05 Welo - Dadnafmiraaf ,05 Muting - Papis ,06 Welo - Dadnafmiraaf ,07 Muting - Papis ,09 Erambu - Papis ,22 Muting - Papis ,09 Erambu - Papis ,11 Arir Bobe - Yauke ,14 Yamuh - Yauke ,06 Arir Bobe - Yauke ,07 Arir Bobe - Yauke ,14 Berotike - Yauke ,58 Dadnafmiraaf - Yauke ,48 Distrik Jogebob ,05 Distrik Jogebob ,04 Arir Bobe - Yauke ,08 Arir Bobe - Yauke ,07 Miedufkouniet - Wademiet ,16 Arir Bobe - Yauke ,08 Miedufkouniet - Wademiet ,05 Arir Bobe - Yauke ,06 Miedufkouniet - Wademiet ,05 Yamuh - Yauke ,04 Yamuh - Yauke ,04 Kuprik - Yamuh ,18 Yamuh - Yauke ,04 Arir Bobe - Yauke ,07 Arir Bobe - Yauke ,25 Katiu - Arir Bobe ,28 Arir Bobe - Berotike ,76 Arir Bobe - Yauke ,26 Merauke - Arir Bobe ,27 Merauke - Arir Bobe ,27 Merauke - Arir Bobe ,05 Katiu - Merauke ,05 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-20

86 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Merauke - Arir Bobe ,05 Kombre ,01 Kombre ,01 Kombre ,01 Berotike - Muya ,04 Kombre ,01 Berotike - Muya ,01 Berotike - Muya ,04 Berotike - Kombre ,01 Berotike - Kombre ,05 Berotike - Kombre ,05 Berotike - Kombre ,05 Arir Bobe - Berotike ,78 Berotike - Kombre ,05 Berotike - Kombre ,85 Yamuh - Yauke ,08 Distrik Jogebob ,04 Yamuh - Yauke ,06 Berotike - Kombre ,87 Berotike - Kombre ,73 Berotike - Kombre ,73 Yauke - Berotika ,30 Berotike - Suru ,43 Berotike - Yauke ,59 Berotike - Suru ,42 Berotike - Yauke ,17 Yauke - Berotika ,31 Berotike - Yauke ,17 Dadnafmiraaf - Yauke ,47 Welo - Dadnafmiraaf ,48 Welo - Dadnafmiraaf ,47 Erambu - Sota ,24 Welo - Dadnafmiraaf ,24 Welo - Dadnafmiraaf ,08 Erambu - Papis ,05 Erambu - Papis ,12 Welo - Dadnafmiraaf ,24 Erambu - Sota ,24 Erambu - Papis ,05 Canobivak - Erambu ,05 Sumber: Analisis Konsultan 2013 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-21

87 Nama Ruas Jalan Tabel 3-13 VCR Kabupaten Merauke Tahun 2032 Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Wetau - Kalilam ,03 Welan - Kalilam ,18 Wetau - Kalilam ,02 Welan - Kalilam ,16 Kalilam - Wanggambi ,21 Wanggambi - Awira ,27 Kalilam - Wanggambi ,18 Wanil - Wanggambi ,20 Wanggambi - Awira ,32 Kalwa - Waigam ,22 Wanil - Wanggambi ,21 Wanil - Kalwa ,20 Wanil - Kalwa ,22 Kimaam - Kalwa ,20 Kimaam - Kalwa ,22 Kalwa - Waigam ,20 Wialangku - Awehima ,05 Wialangku - Awehima ,05 Wialangku - Awehima ,05 Wialangku - Awehima ,05 Wialangku - Awehima ,05 Distrik Ilyawab ,04 Opomiok - Saradol ,04 Distrik Ilyawab - Distrik Kimaam ,04 Distrik Ilyawab ,04 Distrik Ilyawab - Distrik Kimaam ,04 Wialangku - Awehima ,05 Wialangku - Saradol ,04 Kipon - Wialangku ,02 Wialangku - Saradol ,04 Opomiok - Saradol ,04 Kipon - Wialangku ,02 Bohokele - Opomiok ,02 Bohokele - Opomiok ,02 Bohokele - Saradol ,02 Bohokele - Saradol ,02 Distrik Tubang ,02 Distrik Tubang ,02 Walati - Widieng ,04 Widieng - Balaumiet ,04 Walati - Widieng ,04 Kalakang - Walati ,04 Kalakang - Walati ,04 Distrik Okaba ,08 Kalakang - Walati ,04 Distrik Okaba ,08 Klakang - Okaba ,08 Kalakang - Walati ,08 Kalakang - Walati ,04 Kalakang - Walati ,08 Klakang - Balaumiet ,04 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-22

88 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Widieng - Balaumiet ,04 Klakang - Balaumiet ,04 Galib - Kaibeab ,08 Kaibeab - Abnakieki ,16 Abnakieki - Marabe ,10 Kaibeab - Abnakieki ,11 Kaibeab - Abnakieki ,10 Kaibeab - Imahui ,11 Kaibeab - Abnakieki ,02 Kaibeab - Imahui ,29 Kaibeab - Marabe ,09 Abnakieki - Marabe ,12 Kaibeab - Marabe ,18 Wangin - Marabe ,19 Wangin - Marabe ,30 Galib - Kaibeab ,13 Galib - Wangin ,23 Klakang - Okaba ,08 Distrik Tubang - Distrik Okabe ,08 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Sanggar ,08 Klakang - Okaba ,08 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Sanggar ,08 Okaba - Sanggar ,16 Okaba - Wapang ,11 Wudiu - Sanggar ,09 Okaba - Wapang ,10 Wapang - Wudiu ,18 Wapang - Wudiu ,30 Wapang - Wudiu ,17 Galib - Wapang ,15 Wapang - Wudiu ,32 Okaba - Sanggar ,21 Galib - Wapang ,12 Galib - Sanggar ,16 Okaba - Sanggar ,16 Wudiu - Sanggar ,10 Okaba - Sanggar ,25 Okaba - Sanggar ,27 Okaba - Sanggar ,27 Garau Kabera - Sanggar ,46 Garau Kabera - Sanggar ,53 Garau Kabera - Sanggar ,68 Gaieenu - Sanggar ,31 Damund - Gaieenu ,08 Gaieenu - Sanggar ,23 Galib - Gaieenu ,22 Damund - Gaieenu ,07 Galib - Damund ,08 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-23

89 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Garau Kabera - Sanggar ,64 Karote - Kasekase ,31 Garau Kabera - Muramsari ,36 Galib - Wangin ,46 Galib - Sanggar ,23 Galib - Sanggar ,08 Galib - Sanggar ,31 Galib - Damund ,23 Galib - Damund ,31 Galib - Damund ,07 Galib - Gaieenu ,16 Galib - Damund ,07 Galib - Damund ,08 Karote - Kasekase ,36 Kasekase - Jaruar ,31 Garau Kabera - Muramsari ,47 Muramsari - Kumbe ,71 Jaruar - Muramsari ,13 Kasekase - Jaruar ,27 Jaruar - Muramsari ,13 Kasekase - Jaruar ,05 Kasekase - Senegi ,36 Kasekase - Jaruar ,06 Kasekase - Senegi ,39 Detti - Senegi ,26 Detti - Senegi ,21 Detti - Senegi ,28 Kumbe - Kurik ,20 Detti - Senegi ,08 Detti - Waruti ,33 Manirka - Papis ,29 Welo - Dadnafmiraaf ,08 Canobivak - Erambu ,10 Detti - Waruti ,22 Detti - Waruti ,25 Detti - Waruti ,00 Detti - Senegi ,24 Detti - Waruti ,29 Detti - Senegi ,10 Kumbe - Oraure ,03 Kumbe - Kuprik ,92 Kumbe - Oraure ,03 Kumbe - Kuprik ,84 Muramsari - Kumbe ,77 Kumbe - Kurik ,15 Kumbe - Kuprik ,86 Kumbe - Kuprik ,90 Kumbe - Katiu ,43 Kumbe - Kuprik ,41 Kumbe - Kuprik ,43 Kuprik - Katiu ,08 Kuprik - Yamuh ,34 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-24

90 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Kumbe - Katiu ,47 Kuprik - Katiu ,08 Kumbe - Katiu ,51 Kumbe - Katiu ,56 Katiu - Arir Bobe ,46 Katiu - Merauke ,04 Kuprik - Yamuh ,35 Kuprik - Yamuh ,32 Kuprik - Mandibaku ,03 Kuprik - Mandibaku ,05 Miedufkouniet - Wademiet ,24 Miedufkouniet - Wademiet ,26 Miedufkouniet - Wademiet ,25 Papis - Jogebob ,20 Detti - Waruti ,01 Manirka - Papis ,25 Erambu - Papis ,37 Papis - Jogebob ,15 Distrik Jogebob ,09 Muting - Papis ,11 Welo - Dadnafmiraaf ,07 Muting - Papis ,11 Welo - Dadnafmiraaf ,13 Muting - Papis ,16 Erambu - Papis ,40 Muting - Papis ,15 Erambu - Papis ,20 Arir Bobe - Yauke ,24 Yamuh - Yauke ,10 Arir Bobe - Yauke ,14 Arir Bobe - Yauke ,24 Dadnafmiraaf - Yauke ,84 Distrik Jogebob ,09 Distrik Jogebob ,05 Arir Bobe - Yauke ,14 Arir Bobe - Yauke ,14 Miedufkouniet - Wademiet ,26 Arir Bobe - Yauke ,14 Miedufkouniet - Wademiet ,07 Arir Bobe - Yauke ,12 Miedufkouniet - Wademiet ,07 Yamuh - Yauke ,07 Yamuh - Yauke ,05 Kuprik - Yamuh ,32 Yamuh - Yauke ,05 Arir Bobe - Yauke ,13 Arir Bobe - Yauke ,44 Katiu - Arir Bobe ,49 Arir Bobe - Berotike ,34 Arir Bobe - Yauke ,45 Merauke - Arir Bobe ,48 Merauke - Arir Bobe ,50 VCR ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-25

91 Nama Ruas Jalan Total flow penumpang (smp/jam) Total flow barang (smp/jam) Total Volume (smp/jam) Kapasitas (smp/jam) Merauke - Arir Bobe ,07 Katiu - Merauke ,07 Merauke - Arir Bobe ,05 Kombre ,04 Kombre ,04 Kombre ,04 Berotike - Muya ,05 Kombre ,04 Berotike - Muya ,04 Berotike - Muya ,10 Berotike - Kombre ,04 Berotike - Kombre ,09 Berotike - Kombre ,13 Berotike - Kombre ,09 Berotike - Kombre ,13 Yamuh - Yauke ,13 Distrik Jogebob ,05 Yamuh - Yauke ,09 Yauke - Berotika ,51 Berotike - Suru ,74 Berotike - Suru ,72 Berotike - Yauke ,29 Yauke - Berotika ,52 Berotike - Yauke ,28 Dadnafmiraaf - Yauke ,83 Welo - Dadnafmiraaf ,84 Welo - Dadnafmiraaf ,83 Erambu - Sota ,41 Welo - Dadnafmiraaf ,43 Welo - Dadnafmiraaf ,13 Erambu - Papis ,09 Erambu - Papis ,21 Welo - Dadnafmiraaf ,42 Erambu - Sota ,40 Erambu - Papis ,09 Canobivak - Erambu ,08 Sumber: Analisis Konsultan 2013 VCR 3.3 Analisis Penilaian Kinerja Dalam menganalisis penilaian kinerja terdapat jenis moda transportasi ini menggunakan beberapa indikator untuk mengetahui seberapa besar kinerja masing-masing moda transportasi. ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-26

92 1. Angkutan Darat Penilaian kinerja transportasi memiliki 8 indikator yaitu tarif, aksesibilitas, kapasitas, aman, lancar dan cepat, terpadu, tepat waktu, dan selamat. Setiap 8 indikator penilaian kinerja transportasi memiliki bobot yang berbeda yang bergantung pada tingkat kinerja eksisiting masing-masing moda transportasi. Untuk angkutan darat, Indikator tarif dan aksesibilitas merupakan indikator dengan bobot paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu 25 %. Aksesibilitas, selamat, tepat waktu, dan terpadu merupakan bobot terkecil yaitu 5 %, nilai bobot ini didasarkan pada hasil observasi penilaian kinerja moda transportasi darat di Kabupaten Merauke. Tabel 3-14 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Darat di Kabupaten Merauke No Indikator Bobot Skoring Bobot x Skoring Total 1 Tarif 25 % 4 (0,25 X 4) 1 2 Aksesibilitas 25% 2 (0,25 X 2) 0,5 3 Kapasitas 15% 2 (0,15 X 2) 0,3 4 Aman 10% 3 (0,3 X 3) 0,9 5 Lancar dan Cepat 10% 2 (0,1 X 2) 0,2 6 Terpadu 5% 3 (0,05 X 3) 0,15 7 Tepat Waktu 5% 2 (0,05 X 2) 0,1 8 Selamat 5% 3 (0,2 X 3) 0,6 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013 Keterangan Skoring : 1. Kurang sekali 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik Tepat Waktu Selamat Tarif 1 0 Aksesibilitas Kapasitas Terpadu Aman Lancar dan Cepat Gambar 3-6 Penilaian Kinerja Angkutan Darat di Kabupaten Merauke ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-27

93 Setelah masing-masing indikator memiliki nilai bobot, penentuan nilai skoring juga harus dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir penilian kinerja transportasi. Range nilai dari penilian kinerja ini adalah 0 hingga 1, indikator tarif merupakan indikator dengan penilaian tertinggi yaitu sebesar 1 untuk angkutan darat di Kabupaten Merauke. Terpadu dan selamat memiliki nilai kinerja yang sama yaitu 0,15, sedangkan tepat waktu menjadi indikator dengan nilai pembobotan 0,1. Setiap nilai kinerja ini dihasilkan dari perkalian bobot dan skoring. Dari hasil penilian kinerja ini dapat disimpulkan bahwa kinerja transportasi darat di Kabupaten Merauke sangat tergantung sekali dengan komponen tarif, sehingga jika terjadinya perubahan tarif maka akan sangat mempengaruhi kinerja transportasi darat di Kabupaten Merauke. Sedangkan komponen tepat waktu merupakan komponen dengan kinerja paling kecil. 2. Angkutan Laut Penilaian kinerja transportasi memiliki 8 indikator yaitu tarif, aksesibilitas, kapasitas, aman, lancar dan cepat, terpadu, tepat waktu, dan selamat. Setiap 8 indikator penilaian kinerja transportasi memiliki bobot yang berbeda yang bergantung pada tingkat kinerja eksisiting masing-masing moda transportasi. Untuk angkutan laut, Indikator tarif dan aksesibilitas merupakan indikator dengan bobot paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu 20 %. Sedangkan indikator selamat memiliki bobot terkecil yaitu 5 %, nilai bobot ini didasarkan pada hasil observasi penilaian kinerja moda transportasi laut di Kabupaten Merauke. Tabel 3-15 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Laut di Kabupaten Merauke No Indikator Bobot Skoring Bobot x Skoring Total 1 Tarif 20 % 4 0,2 x 4 0,8 2 Aksesibilitas 20% 3 0,2 x 3 0,6 3 Kapasitas 15% 4 0,15 x 4 0,6 4 Aman 30% 3 0,3 x 3 0,9 5 Lancar dan Cepat 10% 3 0,1 x 3 0,3 6 Terpadu 10% 3 0,1 x 3 0,3 7 Tepat Waktu 10% 3 0,1 x 3 0,3 8 Selamat 5% 3 0,15 x 5 0,75 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013 Keterangan Skoring : 1. Kurang sekali 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-28

94 Tepat Waktu Selamat Tarif 1 0 Aksesibilitas Kapasitas Terpadu Aman Lancar dan Cepat Gambar 3-7 Penilaian Kinerja Angkutan Laut di Kabupaten Merauke Setelah masing-masing indikator memiliki nilai bobot, penentuan nilai skoring juga harus dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir penilian kinerja transportasi. Range nilai dari penilian kinerja ini adalah 0 hingga 1, indikator tarif merupakan indikator dengan penilaian tertinggi yaitu sebesar 0,8 untuk angkutan laut di Kabupaten Merauke. Aman, lancar dan cepat, terpadu, dan tepat waktu memiliki nilai kinerja yang sama yaitu 0,3, sedangkan indikator selamat memiliki nilai pembobotan paling kecil yaitu 0,15. Setiap nilai kinerja ini dihasilkan dari perkalian bobot dan skoring. Dari hasil penilian kinerja ini dapat disimpulkan bahwa kinerja transportasi laut di Kabupaten Merauke sangat tergantung sekali dengan komponen tarif, sehingga jika terjadinya perubahan tarif maka akan sangat mempengaruhi kinerja transportasi laut di Kabupaten Merauke. Sedangkan komponen selamat merupakan komponen dengan kinerja paling kecil. 3. Angkutan SDP Penilaian kinerja transportasi memiliki 8 indikator yaitu tarif, aksesibilitas, kapasitas, aman, lancar dan cepat, terpadu, tepat waktu, dan selamat. Setiap 8 indikator penilaian kinerja transportasi memiliki bobot yang berbeda yang bergantung pada tingkat kinerja eksisiting masing-masing moda transportasi. Untuk angkutan penyeberangan, Indikator tarif dan aksesibilitas merupakan indikator dengan bobot paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu 20 %. Sedangkan indikator selamat memiliki bobot terkecil yaitu 5 %, nilai bobot ini didasarkan pada hasil observasi penilaian kinerja moda transportasi penyeberangan di Kabupaten Merauke. ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-29

95 Tabel 3-16 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan SDP di Kabupaten Merauke No Indikator Bobot Skoring Bobot x Skoring Total 1 Tarif 20 % 4 0,2 x 4 0,8 2 Aksesibilitas 10% 3 0,1 x 4 0,4 3 Kapasitas 15% 4 0,15 x 5 0,75 4 Aman 10% 3 0,1 x 3 0,6 5 Lancar dan Cepat 10% 3 0,1 x 3 0,3 6 Terpadu 10% 3 0,1 x 3 0,3 7 Tepat Waktu 10% 3 0,1 x 3 0,3 8 Selamat 15% 3 0,15 x 5 0,75 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013 Keterangan Skoring : 1. Kurang sekali 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik Tarif 0.8 Tepat Waktu Selamat Aksesibilitas Kapasitas Terpadu Aman Lancar dan Cepat Gambar 3-8 Penilaian Kinerja Angkutan SDP di Kabupaten Merauke Setelah masing-masing indikator memiliki nilai bobot, penentuan nilai skoring juga harus dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir penilian kinerja transportasi. Range nilai dari penilian kinerja ini adalah 0 hingga 1, indikator tarif merupakan indikator dengan penilaian tertinggi yaitu sebesar 0,8 untuk angkutan penyeberangan di Kabupaten Merauke. Aman, lancar dan cepat, terpadu, dan tepat waktu memiliki nilai kinerja yang sama yaitu 0,3, sedangkan indikator selamat memiliki nilai pembobotan paling kecil yaitu 0,15. Setiap nilai kinerja ini dihasilkan dari perkalian bobot dan skoring. Dari hasil penilian kinerja ini dapat disimpulkan bahwa kinerja transportasi penyeberangan di Kabupaten Merauke sangat tergantung sekali dengan komponen ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-30

96 tarif, sehingga jika terjadinya perubahan tarif maka akan sangat mempengaruhi kinerja transportasi penyeberangan di Kabupaten Merauke. Sedangkan komponen selamat merupakan komponen dengan kinerja paling kecil. 4. Angkutan Udara Penilaian kinerja transportasi memiliki 8 indikator yaitu tarif, aksesibilitas, kapasitas, aman, lancar dan cepat, terpadu, tepat waktu, dan selamat. Setiap 8 indikator penilaian kinerja transportasi memiliki bobot yang berbeda yang bergantung pada tingkat kinerja eksisiting masing-masing moda transportasi. Untuk angkutan udara, Indikator tarif dan aksesibilitas merupakan indikator dengan bobot paling tinggi di Kabupaten Merauke yaitu masing-masing 25 %. Sedangkan indikator selamat, terpadu, dan tepat waktu memiliki bobot terkecil yaitu 5 %, nilai bobot ini didasarkan pada hasil observasi penilaian kinerja moda transportasi udara di Kabupaten Merauke. Tabel 3-17 Analisis Penilaian Kinerja Angkutan Udara di Kabupaten Merauke Indikator Bobot Skoring Bobot x Skoring Total 1 Tarif 25 % 4 0,25 x Aksesibilitas 15% 4 0,15 x 4 0,6 3 Kapasitas 15% 5 0,15 x 5 0,75 4 Aman 10% 3 0,1 x 5 0,5 5 Lancar dan Cepat 10% 4 0,1 x 4 0,4 6 Terpadu 5% 4 0,05 x 4 0,2 7 Tepat Waktu 5% 3 0,05 x 3 0,15 8 Selamat 15% 3 0,15 x 5 0,75 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2013 Keterangan Skoring : 1. Kurang sekali 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-31

97 Tepat Waktu Selamat Tarif 1 0 Aksesibilitas Kapasitas Terpadu Aman Lancar dan Cepat Gambar 3-9 Penilaian Kinerja Angkutan Udara di Kabupaten Merauke Setelah masing-masing indikator memiliki nilai bobot, penentuan nilai skoring juga harus dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir penilian kinerja transportasi. Range nilai dari penilian kinerja ini adalah 0 hingga 1, indikator tarif dan aksesibilitas merupakan indikator dengan penilaian tertinggi yaitu sebesar 1 untuk angkutan udara di Kabupaten Merauke. Selamat dan tepat waktu memiliki nilai kinerja yang sama yaitu 0,15 yang sekaligus menjadi indikator dengan nilai terkecil. Setiap nilai kinerja ini dihasilkan dari perkalian bobot dan skoring. Dari hasil penilian kinerja ini dapat disimpulkan bahwa kinerja transportasi udara di Kabupaten Merauke sangat tergantung sekali dengan komponen tarif dan aksesibilitas, sehingga jika terjadinya perubahan tarif dan aksesibilitas maka akan sangat mempengaruhi kinerja transportasi udara di Kabupaten Merauke. Sedangkan komponen selamat merupakan komponen dengan kinerja paling kecil. ANALISIS KONDISI LOKASI KEGIATAN 3-32

98 BAB 4 ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4.1 Penetapan Visi dan Misi Visi Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Merauke di tetapkan untuk menunjang visi pembangunan Kabupaten Merauke yakni Terwujudnya Sistem Transportasi Dalam Mendukung Pelayanan Transportasi Yang Berkualitas Dan Terjangkau Serta Berwawasan Lingkungan Dalam Mendukung Sentra Produksi. 1) Pelayanan, yaitu untuk melayani wilayah pedalaman, daerah terpencil, perbatasan, kawasan tumbuh cepat atau pusat-pusat pengembangan 2) Berkualitas, yang dimaksud dengan berkualitas adalah sistem transportasi yang ada ditingkatkan pelayanannya minimal mengikuti aturan yang berlaku. Transportasi yang berkualitas akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat pengguna lalulintas dan masyarakat sekitarnya. Terkait pelayanan transportasi tidak terlepas dari sarana dan prasarana angkutan umum yang ada. Prasarana transportasi yang mantap akan menjadikan pengguna aman untuk berkendara demikian halnya dengan sarana yang memenuhi persyaratan teknis. 3) Terjangkau, yang dimaksud dengan terjangkau jasa transportasi yang disediakan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat memungkinkan masyarakat lebih memilih menggunakan angkutan umum massal dibanding dengan moda transportasi lainnya. 4) Berwawasan Lingkungan, yang dimaksud dengan berwawasan lingkungan adalah sistem transportasi yang ramah lingkungan dan mengurangi tingkat polusi yang ada di dalam Kabupaten Merauke. ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-1

99 Sedangkan Misi Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut; 1. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi 2. Meningkatnya kualitas SDM yang mengelola transportasi 3. Mengembangkan dan mempercepat pembangunan prasarana dan sarana transportasi. 4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan jasa transportasi 5. Mewujudkan pengembangan transportasi yang ramah lingkungan 4.2 Tujuan Tujuan Tataran Transportasi Lokal di Kabupaten Merauke adalah Mewujudkan Pelayanan Transportasi Yang Berkualitas Dan Terjangkau Serta Berwawasan Lingkungan dalam mendukung pengembangan Gerbang Pangan Nasional 4.3 Kebijakan Secara umum kebijakan Transportasi merupakan langkah-langkah makro yang diperlukan dalam memperbaiki sistem jaringan transportasi Kabupaten. Kebijakan disusun sebagai arahan dari langkah-langkah strategis yang perlu diambil dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan tranportasi di lokal kabupaten sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, kebijakan umum sesuai dengan faktor internal dan eksternal transportasi Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut; 1. Pengembangan keterpaduan konektivitas transportasi lokal 2. Pengembangan dan Peningkatan Jaringan Pelayanan Transportasi 3. Pengembangan Sumber Daya Transportasi 4. Pengembangan SDM dan Manajemen Transportasi Kebijakan lainnya untuk peningkatan pelayanan jaringan prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut: Meningkatkan dan mempercepat pembangunan prasarana dan sarana Transportasi, meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan jasa transportasi dan meningkatkan kualitas SDM bidang transportasi. Mewujudkan penyelenggaraan Transportasi yang mampu menjangkau seluruh pelosok Lokal Kabupaten Merauke serta Mendukung perwujudan pengembangan Lokal yang berwawasan lingkungan dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan (sustainable development) ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-2

100 Mengembangkan sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas Lokal dalam rangka mendukung kelancaran fungsi-fungsi ekonomi (pembangunan sektor strategis antara lain pertambangan, perindustrian, pertanian, perikanan, perdagangan dan pariwisata), social budaya dan pemerintahan. Meningkatkan kualitas pelayanan sistem transportasi untuk angkutan barang maupun penumpang dengan meningkatkan kelancaran dan keandalan pelayanan transportasi serta keterpaduan antar moda transportasi, baik transportasi internal maupun external, terutama penyediaan simpul-simpul jaringan transportasi yang baik untuk mendukung perpindahan moda 4.4 Strategi Strategi dalam penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut: 1. Strategi Untuk Implementasi Kebijakan 1 adalah. Pembangunan jaringan prasarana transportasi dalam memenuhi aksesibilitas antar distrik dan kampong Meningkatkan kapasitas dan jaringan prasarana transportasi dalam mendukung kebutuhan sentra pangan Meningkatkan keselamatan transportasi Meningkatkan pelayanan transportasi Meningkatkan perencanaan dan studi transportasi 2. Strategi Untuk Implementasi Kebijakan 2 adalah. Mengembangkan jaringan pelayanan transportasi antar dan intra wilayah Mengembangkan keterpaduan antar dan intra moda transportasi 3. Strategi Untuk Implementasi Kebijakan 3 adalah. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam mendukung sistem tranportasi di wilayah kabupaten Sinergi alokasi sumber dana pemerintah dalam mengembangkan sistem transportasi yang baik Meningkatkan sumber pendanaan APBD untuk transportasi ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-3

101 4. Strategi Untuk Implementasi Kebijakan 4 adalah. Meningkatkan SDM transportasi Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan antar Lokal Mengembangkan manajemen IT transportasi 4.5 Program dan Kegiatan Program pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten Merauke dilaksanakan dalam rangka mengembangkan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi nasional dan Lokal di Kabupaten Merauke, yang terbagi dalam beberapa tahapan (milestone), yaitu pada jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang. Oleh karena itu program dan kegiatan transportasi di Kabupaten Merauke diantaranya : 1. Program peningkatan SDM dalam bidang transportasi 2. Program pengembangan dan peningkatan jaringan jalan dan jembatan 3. Program pengembangan dan pembangunan sarana prasarana transportasi baik darat, laut, asdp dan udara 4. Program peningkatan pelayanan angkutan baik darat, asdp, laut dan udara 5. Program pengembangan fasilitas lalu lintas dan angkutan jalan 6. Program pengembangan kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan transportasi. 7. Program pengembangan infrastruktur dalam mendukung Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Penjelasan secara lengkap tentang program dan kegiatan transportasi di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel berikut ini. ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-4

102 Tabel 4-1 Program dan Kegiatan Pengembangan Transportasi di Kabupaten Merauke No Program Indikasi Kegiatan 1 Program peningkatan SDM dalam bidang transportasi Pelatihan penerapan konsep TOD (transport oriented development) Pelatihan perencanaan jaringan jalan strategis perkotaan Pelatihan perencanaan jaringan trayek angkutan umum perkotaan Pelatihan manajemen dan rekayasa lalu lintas perkotaan Pelatihan manajemen angkutan umum di perkotaan Pelatihan manajemen angkutan barang di perkotaan Tahun Penanggung Jawab Kemenhub, Dinas Perhubungan Provinsi dan Kabupaten Sumber Dana APBN, APBD Prov dan Kab 2 Program pengembangan dan peningkatan jaringan jalan dan jembatan Peningkatan dan pengembangan Trans Papua melitputi Bagian Timur Barat Lintas Tengah Nabire - Weghete Enarotali, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Timika Mapurujaya dan Pomako, Bagian Timur Barat lintas Tengah Serui - Manawi Saubeba, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Jayapura - Wamena Mulai, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Jayapura Sarmi, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Jayapura - Hamadi - Holtekamp - Batas PNG, Bagian Utara - Selatan Lintas Timur Merauke Waropko, Bagian Timur Barat Lintas Timur Ring Road Jayapura Sentani, Bagian Timur Barat Lintas Timur Depapre Bongrang, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Wamena - Habema - Nduga - Kenyem Yoguru, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Timika - Fotawaiburu Enarotali, Bagian Timur Barat Lintas Utara Sarmi Nabire, Kemen-PU APBN ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-5

103 No Program Indikasi Kegiatan Tahun Penanggung Jawab Sumber Dana Bagian Utara Selatan Lintas Timur Waropka - Oksibil Muaranawa, dan Bagian Timur Barat Lintas Tengah Waghete - Sugapa - Ilaga - Mulia Peningkatan ruas jalan Nabire-Wagete- Kemen-PU APBN Enarotali, Timika-Mapurujaya-Pomako, Serui- Menawi-Saubeba, Jayapura-Wamena-Mulia, Jayapura-Sarmi, Jayapura-Hamadi- Holetekamp-Batas PNG, Merauke-Waropko, Ring Road Jayapura-Sentani, Depapre- Bongrang, Wamena-Hamema-Nduga-Kenyem- Yoguru, Timika-Potowaiburu-Enarotali, Sarmi- Nabire, Waropko-Oksibil-Muaranawa, Wagete- Sugapa-Ilaga-Mulia, dan Ilaga-Jita Pembangunan ruas jalan Bagian Timur Barat Kemen-PU APBN Lintas Tengah Nabire - Weghete Enarotali, Bagian Timur Barat lintas Tengah Serui - Manawi Saubeba, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Jayapura - Wamena Mulia, Bagian Timur Barat Lintas Tengah Jayapura - Hamadi - Holtekamp - Batas PNG, Bagian Utara - Selatan Lintas Timur Merauke Waropko, Bagian Timur Barat Lintas Utara Sarmi Nabire, Bagian Utara Selatan Lintas Timur Waropka - Oksibil Muaranawa, dan Bagian Timur Barat Lintas Tengah Waghete - Sugapa - Ilaga Mulia Pengembangan jalan Ring Road Kota Merauke Dinas Pekerjaan APBD Prov dan Kab Umum Prov dan Kab Jaringan jalan kolektor primer K1 : Ruas jalan Merauke-km 40 Dinas APBD Prov Ruas jalan km 40-Sota Pekerjaan dan Kab ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-6

104 No Program Indikasi Kegiatan Tahun Penanggung Jawab Ruas jalan Sota-Erambu-Bupul Umum Prov Ruas jalan Bupul-Muting dan Kab Ruas jalan Muting-Getentiri Ruas jalan Raya mandala dalam Kota Merauke Ruas jalan Ahmad Yani dalam Kota Merauke Jaringan jalan kolektor K1 : Ruas jalan Kuprik-jagebob-Erambu Dinas Ruas jalan Merauke-Kumbe-Bian-Okaba Pekerjaan Ruas jalan Merauke-Kepi Umum Kabupaten Jaringan jalan lokal primer : Ruas jalan Brawijaya Ruas jalan TMP Ruas jalan Trikora Ruas jalan Garuda Ruas jalan Lepsoseri Ruas jalan Arafuru Ruas jalan Emasu Ruas jalan Biak Ruas jalan Misi Ruas jalan Paulus Nafi Ruas jalan Aliarkam Ruas jalan Kamizaun Ruas jalan Pembangunan Ruas jalan Leproseri-Kambapi-Ndalir Ruas jalan Ndalir-Tomer-Tomerau-Kondo Ruas jalan Tanah Miring SP VII-SP VIII Ruas jalan Tanah Miring SP VIII-Simpang Salor Ruas jalan Tanah Miring SP II-SP VII Sumber Dana APBD Kab ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-7

105 No Program Indikasi Kegiatan Ruas jalan Tanah Miring SP V-SP IX Ruas jalan Tanah Miring SP IV-SP V Ruas jalan Tugu-Tanah Miring SP II-SP VIII Ruas jalan Simpang Tambat-Tambat Ruas jalan Simpang Semayam-Semayam Ruas jalan Semangga II-Semangga III Ruas jalan Semangga I-Semangga II Ruas jalan Semangga III-Semangga IV Ruas jalan SImpang Semangga-Semangga III Ruas jalan Waninggap Nanggo-Muram Sari Ruas jalan Sidomulio-Semangga I Ruas jalan Kumbe-Salor III Ruas jalan Wapeko-Baad-Senegi-Tamulik Ruas jalan Tamulik II-Kwensid Ruas jalan Okaba-Dufmira-Wambi Ruas jalan Nakias-Wanaam Ruas jalan Kimaam-Sabudom Ruas jalan Sabudom-Padua Ruas jalan Padua-Tabonji Ruas jalan Paduo-Kimaam Ruas jalan Tabonji-Suam Ruas jalan Suam-Iromoro Ruas jlan Iromoro-Yeraha Ruas jalan SP Muting-Muting Distrik Ruas jalan SP Kwel-Kwel Ruas jalan SP Tanas-Tanas Ruas jalan Bupul I-Muting IV Ruas jalan Bupul VIII-Bupul XIII Ruas jalan SKPD-Muting I Ruas jalan SP Tanas-Tanas Tahun Penanggung Jawab Sumber Dana ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-8

106 No Program Indikasi Kegiatan Tahun Penanggung Jawab Ruas jalan Muting-Dermaga Ruas jalan Simpang Alfasera-Alfasera Ruas jalan Alfasera-Kaisa Ruas jalan SP Yanggandur-Yanggandur Ruas jalan Yanggandur-Rawabiru Ruas jalan Kurik-Kurik VI Ruas jalan Salor I Ruas jalan Salor II Ruas jalan Kurik IV-Salor III Ruas jalan Kampung Wner-Kimaam- Sabudom Ruas jalan Kampung Waan-Sibenda Ruas jalan Kampung Sibenda-Kawe Ruas jalan Kampung Sibenda-Woner Ruas jalan Brawijaya Jaringan jalan lokal sekunder Pembangunan jembatan : Jembatan Bian dengan panjang 480 m di Dinas Distrik Kaptel Pekerjaan Jembatan Netto dengan panjang 120 m di Umum Prov Distrik Kurik. dan Kab. Jembatan Sungai Hewa (OkabaJembatan Ruas Buraka-Wanam (Jbt. Teppo, Cs) Jembatan Koloy (Okaba) Jembatan Weu (Okaba) Sumber Dana APBN, APBD Prov dan Kab 3 Program pengembangan dan pembangunan sarana prasarana transportasi A. Sarana dan prasarana transportasi darat, yaitu : Pengembangan Terminal tipe A Kemenhub dan Dinas Perhubungan Provinsi APBN, APBD Prov ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-9

107 No Program Indikasi Kegiatan Pengembangan dan pembangunan terminal tipe C Tahun Penanggung Jawab Dinas Perhubungan Prov dan Kab Pembangunan halte bis Dinas Perhubungan Kab B. Sarana dan prasarana transportasi ASDP, yaitu : Pembangunan Dermaga : Dermaga Kumbe I di Distrik Malind Dinas Dermaga Kumbe II di Distrik Semangga Perhubungan Dermaga Bian I di Distrik Malind Provinsi, Dermaga Bian II di Distrik Okaba Kabupaten Dermaga Sungai Buraka di Distrik Tubang Pembangunan Belang-Belang Dinas Pembangunan Tambatan Perahu Perhubungan Kab dan ASDP C. Sarana dan prasarana transportasi laut yaitu : Pelabuhan Pengumpul yaitu Pelabuhan Merauke Kemenhub, Dinas Perhubungan Provinsi Pelabuhan Pengumpan : Pelabuhan Kimaam di Distrik Kimaam Dinas Pelabuhan Kelapa Lima di Distrik Merauke Perhubungan Pelabuhan Subindo di Distrik Merauke Provinsi dan Pelabuhan Wogikel di Distrik Ilwayab Kab Pelabuhan Peti Kemas di Distrik Kaptel Pelabuhan Moi di Distrik Waan Pelabuhan Bian I Pelabuhan Bian II Sumber Dana APBD Prov dan Kab APBD Kab APBD Prov dan Kab APBD dan ASDP APBN APBD Prov APBD Prov dan Kab ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-10

108 No Program Indikasi Kegiatan Tahun Penanggung Jawab Sumber Dana 4 Program peningkatan pelayanan baik darat, asdp, laut dan udara D. Sarana dan prasarana transportasi udara, yaitu : Peningkatan dan perluasan bandara udara Mopah Kementerian Perhubungan Pembangunan dan pengembangan bandar udara Kamur Bandar udara pengumpan, meliputi : Bandar udara Okaba di Distrik Okaba Bandar udara Muting di Ditrik Muting Bandar udara Waan di Distrik Waan Bandar udara Kimaam di Distrik Kimaam A. Transportasi Darat Pengembangan AKDP Kab. Merauke dan sekitarnya meliputi pelayanan Merauke, Boven Digoel, dan Mappi Pengembangan AKDP Lintas perbatasan Jayapura-Skow-Vanimo, Merauke-Sota-Daru Dishub Kabupaten Pengembangan dan peningkatan rute angkutan B. Transportasi ASDP Trayek Angkutan Sungai : Pengembangan trayek Merauke-Kimaam- Bade-Getentiri Pengembangan trayek Merauke-Atsy- Senggo-Asgon-Agats Lintas Penyeberangan Sabuk Selatan : Pengembangan dan peningkatan pelayanan lintas Merauke-Tanah Merah (pp) Pengembangan dan peningkatan pelayanan lintas Merauke-Atsy (pp) Dinas Perhubungan Kab dan ASDP Dinas Perhubungan Kab dan ASDP APBN APBD Kabupaten APBD Kab dan ASDP APBD Kab dan ASDP ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-11

109 No Program Indikasi Kegiatan Tahun Penanggung Jawab Sumber Dana C. Transportasi Laut Merauke-Kimaam-Bayun-Atsy-Sagoni-Eci- Kanami-Jinak-Binam-Senggo pp Senggo-Binam-Jinak-Kanami-Eci-Segoni-Atsy- Bayun-Kimaam-Merauke pp Merauke-Wanam-Asiki-Getentri-Ampera-Tanah Merah pp Tanah Merah-Ampera-Getentri-Asiki-Wanam- Merauke Merauke-Wanam-Bayun-Atsy-Eci-Agats-Akat- Yamas-Sawaerma pp Sawaerma-Yamas-Akat-Agats-Eci-Atsy-Bayun- Wanam-Merauke Merauke-Wanam-Bayun-Atsy-Eci-Jinak-Binam- Suator-Senggo pp D. Transportasi Udara Peningkatan dan Pengembangan Penerbangan Berjadwal Bandara Wamena, Sentani, Merauke, Timika, Oksibil, Nabire, Biak dan Dekai Kemenhub, Dinas Perhubungan Kemenhub, Dinas Perhubungan APBN, APBD Prov APBN, APBD 5 Program pengembangan fasilitas lalulintas dan angkutan jalan Pemeliharaan dan pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas dan marka jalan Pemeliharaan dan pengadaan fasilitas perlengkapan jalan lainnya seperti pagar pengaman, APILL, dll. Dinas Perhubungan Kab APBD Kab 6 Program pengembangan kerjasama dengan pihak lain dalam Penyusunan MOU antara Pemerintah-PEMDA Penyusunan MOU antara Pemerintah-swasta Penyusunan MOU antara PEMDA-swasta ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-12

110 No Program Indikasi Kegiatan pengembangan transportasi Tahun Penanggung Jawab Sumber Dana 7 Program pengembangan infrastruktur dalam mendukung Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP). Peningkatan dan perluasan bandar udara Peningkatan dan perluasan pelabuhan peti kemas Pembangunan jaringan jalan trans papua Pembangunan jaringan pendukung sistem telematika Koridor Ekonomi Papua Pembangunan PLTP Merauke Pembangunan tambatan perahu dan belangbelang Pembangunan backbone broadband dengan menggunakan kabel laut serat optik pada jalur Ambon Jayapura, Sorong Merauke, Fak-fak Saumlaki; ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-13

111 Gambar 4-1 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Darat di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-14

112 Gambar 4-2 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Laut di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-15

113 Gambar 4-3 Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Udara di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-16

114 Gambar 4-4 Peta Rencana Prasarana Transportasi Darat di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-17

115 Gambar 4-5 Peta Rencana Prasarana Transportasi Laut di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-18

116 Gambar 4-6 Peta Rencana Prasarana Transportasi Udara di Kabupaten Merauke ARAHAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI 4-19

117 DAFTAR PUSTAKA 1) Ofyar Z. Tamin, 2003, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB. 2) BinaMarga, D. J. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum 3) Undang-Undang No. 38/2004 tentang Jalan. 4) Undang-Undang No. 26/2007 Tentang Penataan Ruang. 5) Undang-Undang No. 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 6) Undang-Undang No. 1/2009 Tentang Penerbangan. 7) Undang-Undang No. 17/2008 Tentang Pelayaran. 8) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2012, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia , Jakarta. 9) Peraturan Daerah Kabupaten Merauke No. 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke Tahun , Merauke. 10) Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya, BSTP Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan 11) Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan, Tahun 2001, Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan. 12) Bappeda Provinsi Papua, 2010, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Tahun , Laporan Akhir, Papua. 13) Bappeda Provinsi Papua, 2012, Studi Tinjau Ulang Tatrawil Propinsi Papua Dalam Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi di Koridor VI Papua-Kepulauan Maluku, Eksekutif Summary, Papua. 14) Dinas Perhubungan Provinsi Papua, 2013, Data Transportasi, Papua. 15) BPS, 2012, Kabupaten Merauke Dalam Angka, Merauke. 16) Dinas Perhubungan Kabupaten Merauke, 2013, Data Transportasi, Merauke. DAFTAR PUSTAKA i

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari 1 Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari Kegiatan Ekonomi Utama: Pertanian Pangan - MIFEE Tembaga Nikel Minyak dan Gas Bumi Perikanan » Dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP KATA PENGANTAR Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab dalam menyediakan data statistik dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk sesuai dengan UU No 16 Tahun 1997. Laporan Hasil Sensus Penduduk

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DRAFT LAPORAN AKHIR KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL(TATRALOK) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil inventarisasi kebijakan, fakta lapang dan analisis kinerja serta prioritas pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat di Kawasan Timur Indonesia,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE VISI PEMBANGUNAN DAERAH Visi pembangunan daerah yang hendak dicapai dalam periode Tahun 2016 2021 yaitu : Terwujudnya Merauke sebagai Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Perbatasan

Lebih terperinci

FINAL REPORT KOTA TERNATE

FINAL REPORT KOTA TERNATE Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Utara dalam KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran

Lebih terperinci

PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE

PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE 1 PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE Dalam rangka pemerataan Pengembangan di Indonesia, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 120 tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI)

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan.

Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur makro, dengan membagi Provinsi Papua menjadi 6(enam) kawasan pertumbuhan. Mengingat kondisi geografis Provinsi Papua, maka konsep pembangunannya melalui sistem cluster. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, November 2013 Tim Penyusun PT. GRAHASINDO CIPTA PRATAMA

KATA PENGANTAR. Surabaya, November 2013 Tim Penyusun PT. GRAHASINDO CIPTA PRATAMA KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir Studi Sistranas pada Tataran Transportasi

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2013 PT. GIRI AWAS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2013 PT. GIRI AWAS KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara Dalam Rangka Mendukung Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRATALOK) DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DALAM RANGKA MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA TAHUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA TAHUN GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t Kebijakan Food Estate dan Implikasinya Bagi Masyarakat Lokal dan Pembangunan Wilayah di Indonesia O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

EXECUTIVE SUMMARY KABUPATEN TUAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRALOK) DI WILAYAH PROVINSI MALUKU DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di masa Orde Baru yang sentralistik mengakibatkan terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KAB. HALMAHERA TENGAH

EXECUTIVE SUMMARY KAB. HALMAHERA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary Report) ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di Wilayah Propinsi Maluku Utara

Lebih terperinci

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi sedang, dan studi kecil yang dibiayai dengan anggaran pembangunan.

Lebih terperinci

PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016

PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016 PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016 KEGIATAN FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE DINAS PEKERJAN D UMUM JL. ERMASU NO 1 MERAUKE PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE 1 PENDAHULUAN Kabupaten Merauke dengan luas

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE Tanila Tahiya 1, Papia J. C Franklin², &Esli D Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi

Lebih terperinci

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant

PT. GIRI AWAS Engineering Consultant KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRATALOK) DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DALAM RANGKA MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PADA TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI PAPUA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA) UU 45/1999, PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 45 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 159 - G. Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku 1. Overview Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku terdiri dari Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE Jl. PGT Bandar Udara Mopah Merauke Telp.(0971)321774 stamet.merauke@bmkg.go.id ANALISA CUACA TERKAIT HUJAN LEBAT DI MERAUKE

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Kuliah ke 12 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN

INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN INFRASTRUKTUR SEBAGAI PILAR PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG EFISIEN Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Guru Besar Ilmu Ekonomi, Fakultas FEM IPB Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan, IPB Heni Hasanah,

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN

EXECUTIVE SUMMARY KOTA TIDORE KEPULAUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB. Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat 32 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTB 4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi NTB terdiri atas dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau-pulau kecil. Dari 280 pulau yang ada, terdapat

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI 4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Nagekeo terletak di antara 8 0 26 00 8 0 64 40 Lintang Selatan dan 121 0 6 20 121 0 32 00 Bujur Timur. Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia dalam membentuk jaringan prasarana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci