PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE"

Transkripsi

1 1 PROFIL KAWASAN FOOD ESTATE Dalam rangka pemerataan Pengembangan di Indonesia, pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 120 tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang kemudian disempurnakan beberapa kali hingga terakhir menjadi Keputusan Presiden Nomor 173 Tahun Sebagai tindak lanjut dari keluarnya Keppres tersebut, dipandang perlu untuk mengam bil langkah-langkah dan kebijakan konkrit untuk dapat memacu pertumbuhan KTI melalui penanganan sebuah kawasan andalan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 1996 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden nomor 9 Tahun 1998 tentang pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Dengan berkembanganya nuansa otonomi daerah, Keputusan Presiden tersebut disempurnakan lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) telah menyusun konsep percepatan pengembangan Kawasan Merauke Trans Papua (MIFEE). Dalam rangka percepatan pengembangan kawasan tersebut, perlu disusun rencana pengembangan (development plan) kawasan inkubasi yang mengutamakan ketahanan pangan meliputi rencana jalan akses antar pusat kawasan, penyiapan infrastruktur pendukung kawasan, serta penyiapan rencana pengembangan pusat-pusat pertumbuhan. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyusun konsep percepatan pengembangan kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, dibutuhkan kegiatan untuk menindaklanjutinya dengan penyusunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Kegiatan rencana pembangunan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tersebut diharapkan dapat memberi arahan pembangunan dan perwujudan struktur ruang di kawasan tersebut yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi ekonomi kawasan tersebut. Selain itu Kegiatan Inkubasi Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendukung percepatan pengembangan Kawasan tersebuttersebut secara terpadu antara infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sektor lain, dan program pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing kawasan. KEPENDUDUKAN Kawasan Food Estate Merauke sebagai salah satu upaya untuk mendukung percepatan pencapaian ketahanan pangan nasional melalui pengembangan infrastruktur kawasan secara terpadu Jumlah penduduk Kabupaten Merauke terus meningkat dari ditiap tahunnya. Pada tahun 2013, penduduk Kabupaten Merauke berjumlah jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar ke seluruh Kabupaten Merauke. Sebaran penduduk tidak merata di Kabupaten Merauke, dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada Distrik Merauke ( jiwa) sedangkan yang terrendah pada Distrik Kaptel (1.825 jiwa). Selain itu, kepadatan peduduk tertinggi terjadi pada Distrik Merauke dengan 65,02 jiwa/km 2 diikuti oleh Distrik Semangga dan Distrik Malind dengan masing-masing kepadatannya adalah 41,81 jiwa/km 2 dan 19,11 jiwa/km 2. 1

2 Sedangkan kepadatan penduduk terrendah terjadi pada Distrik Ngguti dengan kepadatan 0.55 jiwa/km 2. Sektor Bangunan yang kontribusinya mengalami laju pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya ternyata masih belum memberikan pengaruh yang dominan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke. Peranan Sektor Pertanian dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke tetap menjadi yang paling dominan, yaitu mencapai angka 3,11%. Peranan Sektor terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Lapangn Usaha Dsitribusi PDRB ADHK 2012 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Share to Economic Growth Pertanian 42,33 7,35 3,11 EKONOMI Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke paling rendah terjadi pada tahun 2011, sedangkan pada tahun 2013 merupakan puncak pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 sebesar 10,24%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merauke pada tahun 2013 tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor bangunan dengan peningkatan pertumbuhan yang signifikan, yaitu mencapai 22,73%. Kondisi PDRB ADHK Sejak tahun 2012 hingga tahun 2013sektor pertanian tetap konsisten memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pembentukan PDRB ADHK Kabupaten Merauke. Pada tahun 2013 sektor pertanian menjadi sektor yang cukup dominan, dimana kontribusinya mencapai 41%. Pertambangan dan Penggalian 1,75 8,59 0,15 Industri Pengolahan 3,15 5,46 0,17 Listrik dan Air Bersih 0,46 10,04 0,05 Bangunan 8,75 22,73 1,99 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,83 10,55 1,14 Pengangkutan dan Komunikasi 11,57 10,85 1,26 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,21 13,54 0,57 Jasa-jasa 16,96 10,67 1,81 PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan lahan di Kabupaten Merauke masih didominasi oleh semak belukar rawa dengan luas sebesar Ha, hutan lahan kering 2

3 sekunder seluas Ha, dan hutan lahan kering primer seluas Ha. Adapun penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas Ha. Keadaan ini memberikan potensi yang besar dalam pengembangan Kabupaten Merauke untuk ke depannya melalui pengembangan pertanian maupun pengembangan lahan terbangun dalam mendukung sector pertanian tersebut. Penggunaan Lahan Tahun 2012 Dominasi penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten merauke adalah semak belukar / rawa dengan luas sebesar Ha, kemudian terdapat hutan lahan kering sekunder dengan luas Ha, dan hutan lahan kering primer sebesar Ha. Sedangkan Penggunaan lahan terbangun berupa permukiman hanya seluas Ha. Secara luasan lahan Potensial untuk pengembangan pertanian maupun pengembangan infrastruktur guna mendukung sektor pertanian dan industri pengolahannya. Kabupaten Merauke memiliki daya dukung lingkungan yang cukup tinggi untuk kawasan budidaya yaitu sebesar 45% dengan Luas ,44 Ha. Sedangkan untuk kawasan lindung sendiri sebsar 55% dengan luas ,40 Ha. Luasan daya dukung lingkungan untuk kawasan budidaya yang tinggi ini dapat menjadi potensi pengembangan kawsan sentra produksi pangan nasional dan pengembangan infrastruktur pendukungnya. 3

4 DAYA TAMPUNG PENDUDUK Daya tampung penduduk kabupaten Merauke sebesar jiwa, sedangkan sampai dengan tahun 2025 proyeksi penduduk kabupaten merauke mencapai sebesar jiwa. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah penduduk hasil proyeksi pada tahun 2025 tidak melampaui angka daya tampung lahan Kabupaten Merauke, dan hal ini dapat mendukung program pengembangan dan pembangunan untuk kawasan sentra produksi pangan nasional. PENDUDUK TAHUN 2013 (jiwa) WILAYAH SUNGAI PROYEKSI PENDUDUK TAHUN 2025 (jiwa) DAYA TAMPUNG LAHAN (jiwa) Wilayah Kabupaten Merauke memiliki potensi sumber air baku berupa air permukaan yang terdiri dari: DAS (Daerah Aliran sungai) Kumbe, Maro, Bian, Digul, dan Buraka. Sungai-sungai tersebut tergolong sungai tadah hujan dataran rendah (lowland rainfed rivers) yang artinya bersumber dari air hujan atau rawa di daer ah sekitarnya yang mermuara ke laut Arafura. Selain itu terdapat pula cekungan-cekungan rawa yang cukup luas tersebar dengan bentuk menjari. Sebagian rawa tersebut pada musim kemarau surut airnya, kecuali rawa besar seperti rawa biru yang terdapat di sebelah timur kota Merauke selalu berair sepanjang tahun. INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR Daerah irigasi Kabupaten Merauke merupakan bagian dari daerah irigasi Provinsi Papua yang diatur dalam Kepmen PU 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi, yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun luas total areal rencana persawahan dan realisasi pelayanan irigasi di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Jumlah Distrik Jumlah DI Luas Rencana (Ha) Luas Areal Yang Sudah Ada Jaringan Irigasi (Utama) Sudah Berfungsi (Ha) Sudah Sawah Belum Optimal (Ha) Alih Fungsi ( Ha ) Belum Sawah ( Ha ) Luas Areal Yang Belum Ada Jaringan Irigasi (Utama) Sudah Sawah (Ha) Belum Sawah (Ha) Selain adanya potensi pengembangan daerah irigasi, pada Kabupaten Merauke juga memiliki potensi rawa yang dapat dikembangkan untuk 4

5 dapat dimanfaatkan khususnya bagi pengembangan pertanian tanaman pangan. Kondisi rawa yang banyak terdapat di Kabupaten Merauke No Nama Jembatan Panjang (m) 1 Jemb. Tanah Miring IV - I 6,50 2 Jemb. Tanah Miring IV - II 6,00 3 Jemb. Tanah Miring IV - III 7,00 4 Jemb. Tanah Miring VII - I 7,00 5 Jemb. Tanah Miring VII - II 8,00 6 Jemb. Tanah Miring VII - III 7,00 merupakan rawa pasang surut dan rawa lebak. Potensi pengembangan rawa pasang surut di Distrik Okaba dimana memiliki luas wilayah rawa pasang surut terbesar seluas Ha yang mana baru dimanfaatkan sebesar 296 Ha. Beberapa distrik lain seperti Kurik, Tanah Miring, dan Semangga juga memiliki potensi pengembangan rawa pasang surut yang merupakan bagian dari kawasan food estate Merauke. Dalam pengembangan kawasan food estate Merauke, maka terdapat potensi pengembangan rawa lebak yang berada di Kimaan, Salor, Jagebob, Muing, dan Semayam. Dari beberapa lokasi tersebut, rawa lebak yang baru dikembangkan berada di Kimaan untuk tanaman pangan seluas 443 Ha. kualitas baik terdapat beberapa ruas jaringan jalan yang belum beraspal dan masih ada beberapa ruas yang belum terhubung menjadi satu kesatuan jaringan yang utuh. Selain itu, terdapat jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar kelurahan/kampung di dalam distrik di Kabupaten Merauke. Jembatan merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan langsung dengan sistem jaringan jalan sebagai penghubung wilayah/kawasan. Terdapat banyak sungai di Kabupaten Merauke sehingga terdapat jembatan yang menghubungkan jaringan jalan. Adapun jembatan yang terbangun di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada tabel. INFRASTRUKTUR BINA MARGA Jaringan jalan Kabupaten Merauke terdiri atas jaringan jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Jalan nasional di Kabupaten Merauke berstatus jalan kolektor primer yang juga disebut sebagai Jalan Trans Papua yang menghubungkan Merauke Kota hingga ke perbatasan Kabupaten Merauke dengan Kabupaten Boven Digoel. Selanjutnya jalan provinsi yang berupa jaringan kolektor sekunder yang menghubungkan antar distrik di Kabupaten Merauke. Namun, dari belum seluruh jaringan jalan terbangun dengan 5

6 Pemanfaatan Dermaga di sungai-sungai besar di Kabupaten Merauke menjadi hal yang harus diperhatikan. Adapun dermaga yang akan dikembangkan di Kabupate Merauke adalah sebagai berikut. 1. Dermaga Kumbe I di Distrik Malind 2. Dermaga Kumbe II di Distrik Semangga 3. Dermaga Bian I di Distrik Malind 4. Dermaga Bian II di Distrik Okaba 5. Dermaga Sungai Buraka di Distrik Tubang INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA DAN PERUMAHAN Infrastruktur Cipta Karya dan Perumahan terdiri dari air bersih, air baku, drainase, persampahan dan perumahan. Air Bersih Air di Kabupaten Merauke berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum untuk Kabupaten Merauke meliputi 5 (lima) sistem dan melayani 9 distrik dan 1 kawasan pusat KTM, yang terdiri dari Sistem Salor, Sistem Muting, Sistem Merauke, Sistem Jagebob dan Sistem Kimaam, serta 1 (satu) sistem khusus Kawasan Pusat KTM. Total kebutuhan air minum rata-rata pada tahun 2011 adalah sebesar 52 l/det, kemudian pada tahun 2015 kebutuhan air minum meningkat menjadi 294 l/det, pada tahun 2020 kebutuhan air minum mengalami peningkatan menjadi 372 l.det, dan pada tahun 2025 total kebutuhan air minum menjadi 460 l/det. Kehilangan air diproyeksikan sebesar 30%, dan faktor harian maksimum sebesar 10%. Berdasarkan Kondisi Alami yang dimiliki Kabupaten Merauke maka dapat dikatakan: Rawa Biru, bisa melayanai Distrik Merauke dan Distrik Naukenjerai Sungai Maro, bisa melayanai Distrik Jagebob, Distrik Sota, Distrik Elikobel, Distrik Naukenjerai, Distrik Merauke dan Distrik Tanah Miring Sungai Kombe, bisa melayanai Distrik Tanah Miring, Distrik Malind dan Distrik Semangga Sungai Bian, bisa melayanai Distrik Muting, Distrik Ulilin dan Distrik Kaptel Sungai Digul, hanya bisa melayani sebagian kecil Distrik Engguti Rawa Tabakar, bisa melayani Distrik Kimaam Potensi sumber air permukaan Kabupaten Merauke, yaitu DAS Kumbe, Maro, Bian, Digul dan Buraka Rawa biru Sanitasi Untuk Distrik Okaba, Distrik Tubang, Distrik Ngguti, Distrik Waan, Distrik Ilwayab dan Distrik Tabonji akan dilayani sistem penangkap air hujan, sumur-sumur dangkal dan pembuatan penampung air. tendon-tondon Pada kondisi eksisting, pelayanan sanitasi di kabupaten Merauke belum berlangsung secara optimal. Dalam sektor persampahan, hingga tahun 2013 layanan sampah yang terangkut ke TPA baru terlayani 30-40% wilayah perkotaan. Sedangkan dalam sektor air limbah domestik sampai dengan tahun 2013 persentase kepemilikan jamban pribadi di Kabupaten Merauke sebesar 54%, kepemilikan tangki septick 52% untuk wilayah perkotaan dan pedesaan, sedangkan kepemilikan tangki septick yang aman di Kabupaten Merauke sebesar 90.6% namun belum memenuhi standar SNI ( sumber EHRA Kabupaten Merauke 2013). 6

7 Persampahan Karakteristik persampahan di Kabupaten Merauke sebagian besar terdiri dari sampah yang dapat dibakar dengan menggunakan incenerator dengan komposisi sampah organik sebesar 75,73%, kertas 10,13%, plastik 8,14%, kayu 0,83%, kain 0,57%, karet 0,36% dan lain-lain 2,11%. Sementara sampah yang tidak dapat dibakar terdiri dari logam dan kaca sebesar 2,3%. Permukiman Perkotaan Wilayah permukiman perkotaan dapat dilihat seperti di Kota Merauke, atau di Ibukota Distrik seperti Okaba, Harapan Makmur (Kurik) Kumaaf (Ulilin). Sedangkan permukiman transmigrasi dapat ditemui di wilayahwilayah bekas transmigrasi lama, yang sekarang sudah dipermanenkan menjadi desa. Permukiman penduduk asli kadang tersebar diantara permukiman penduduk transmigrasi (contohnya di Tanah Miring dan Kurik), atau terdapat di perkampungan-perkampungan penduduk asli sendiri (contohnya Kweel, Erambu, Torai dll). Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke dikembangan dalam tiga tahapan. Tahap 1 meliputi 10 distrik, tahap 2 meliputi 2 distrik dan tahap 3 meliputi 3 distrik. Penentuan lokasi pada tahap 1 berdasarkan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus di Salor. Di sebelah tenggara rencana lahan sawah tahap 1 ini juga terdapat pelabuhan Kumbe sebagai pusat kegiatan distribusi hasil pangan yang dibawa dari pusat industri pengolahan pangan KEK Salor. Penetapan lokasi rencana lahan sawah tahap 2 ditentukan dengan Tahap Dsitrik Luas (Ha) 1 Jagebob ,11 Tanah Miring Kurik Sota Malind Semangga Ulilin Elikobel Muting Animha 2 Ngguti ,39 Tubang 3 Okaba ,51 Ngguti Kaptel Jumlah Jagebob ,01 pertimbangan adanya rencana pembangunan Pelabuhan Wanam yang terletak disebelah barat rencana lahan sawah danberfungsi sebagai titik kegiatan distribusi hasil produksi pangan. Penetapan lokasi rencana lahan sawah tahap 3 ditentukan dengan pertimbangan adanya dua pelabuhan yang terletak di area rencana lahan sawah tahap 3, yaitu Pelabuhan Kimaam di sebelah barat yang dilalui oleh alur pelayaran provinsi dan Pelabuhan Bian di sebelah timur yang dilalui oleh alur pelayaran kabupaten untuk mendukung berlangsungnya kegiatan distribusi hasil produksi pangan di Kabupaten Merauke. 7

8 7. Jalan Nakias-Wanam di Distrik Ilwayab RENCANA STRUKTUR RUANG Jaringan Jalan Jalan Kolektor Primer : menghubungkan kawasan utara, tengah dan selatan kabupaten Merauke bagian timur 1. Jalan Trans Papua (Sota Ulilin) 2. Jalan Merauke Sota Jalan Kolektor Sekunder 1. Jalan Meruke-Kuprik diwilayah Distrik Semangga 2. Jalan Tanah Miring-Simpang Salor diwilayah Distrik Kurik 3. Jalan Wapeko-senergi-Kilali diwilayah Distrik Kurik 4. Jalan Kaliaki-Jembatan Bian diwilayah Distrik Kurik 5. Jalan Jembetan Bian-Kwemsid diwilayah Distrik Kaptel 6. Jalan Kwemsid-Ngguti-Nekias diwilayah Distrik Ngguti Listrik Pengembangan pembangkit listrik tenaga diesel di Distrik Merauke, Kimaam, Kurik, Malind, Okaba, Ulilin, Elikobel, Jagebob, Muting dan Sota Jembatan 1. Rencana pembangunan jembatan Bian panjang 480 meter di Distrik Kaptel 2. Rencana pembangunan jembatan Netto panjang 120 meter di Distrik Kurik Persampahan Sistem jaringan persampahan kabupaten Merauke menggunakan system sanitary landfill di Bokem distrik Merauke 8

9 RENCANA POLA RUANG Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Pertanian 1. holtokultura dan perkebunan Animha dan Ngguti 2. Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura Ilwayab, Kimaam, Kurik, Malind dan Okaba 3. Kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan Jagebob, Ulilin, Kaptel dan Muting 4. Kawasan pertanian tanaman holtikultura Elikobel, Semangga, dan Waan. 4. Kawasan industri pengolahan hasil peternakan di Distrik Ngguti dan Kurik 5. Kawasan industri pengolahan hasil perkebunan di Distrik Merauke, Ngguti, Ilwayab dan Muting; Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung Ilwayab, Kimaam, Tabonji, Kurik, Tubang, Okaba dan Kaptel 2. kawasan resapan air Animha, Elikobel, Jagebob, Kaptel, Kurik, Muting, Ngguti, Okaba, Sota, Tanah Miring, Tubang dan Ulili 3. kawasan rawan banjir Sota, Semangga, Kimaam, dan Muting, serta adanya kawasan abrasi pantai di sepanjang pesisir pantai Kab. Merauke KEPENDUDUKAN Kawasan Budidaya Industri 1. Kawasan Industri penunjang di Dsitrik Merauke 2. Kawasan industri hasil pertanian di Distrik Kurik, Muting dan Tanah Miring; 3. Kawasan industri hasil perikanan di Distrik Ilwayab Berdasarkan proyeksi penduduk, pada tahun 2025 jumlah penduduk Kabupaten Merauke mencapai jiwa. Pertumbuhan penduduk yang sama setiap tahun mengakibatkan tidak terjadi perubahan yang 9

10 signifikan pada masing-masing distrik. Jumlah penduduk paling tinggi tetap berada di Kecamatan Merauke yang diproyeksikan mencapai jiwa atau sebesar 44,76% dari seluruh penduduk Kabupaten Merauke pada tahun Dari proyeksi jumlah penduduk diketahui kepadatan penduduk paling tinggi terjadi di Kecamatan Merauke (87 jiwa per Km 2 ), kemudian Kecamatan Semangga (56 jiwa per Km 2 ) dan Kecamatan Malind (26 jiwa per Km 2 ). Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan terhadap infrastruktur wilayah. Oleh karena itu, dalam Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan infrastruktur pertanian, melainkan kebutuhan infrastruktur dalam permukiman penduduk sebagai satu sistem yang dapat mendukung Pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. Proyeksi Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke, Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan guna mendukung kegiatan pertanian, maupun kegiatan lainnya yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Skill menjadi indikator penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian. Pada umumnya kemampuan bercocok tanam dimiliki secara turun temurun dan dibentuk oleh kebiasan masyarakat. Oleh karena itu, proyeksi tenaga kerja disektor pertanian dibutuhkan guna melihat ketersediaan SDM dalam pengembangan Kawasan Food Estate Merauke. EKONOMI Pengembangan Kawasan Food Estate dengan komoditas unggulan padi. Komoditas potensial meliputi komoditas tanaman pangan sedangkan komoditas tanaman pertanian pendukung terdiri dari tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan. Food Estate Merauke menitik beratkan pada pengembangan tanaman padi sebagai produk Unggulan. Potensi lahan pertanian di Kabupaten Merauke memungkinkan untuk dikembangkan jenis tanaman lain, baik tanaman perkebunan maupun holtikultura. PERTANIAN Simpul produksi pertanian dan perkebunan ditentukan berdasarkan luas lahan yang potensial untuk pengembangan komoditas. Tahap 1, meliputi Distrik Jagebob, Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Simpul produksi pada tahap satu berlokasi di Distrik Kurik dengan titik lokasi di ibukota Distrik Kurik. Komoditas tanamanan pangan berupa Padi sebagai komoditas utama, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang Tanah. Komoditas pendukung berupa tanaman perkebunan adalah tebu, sawit, karet dan sagu. Sedangkan holtikultura adalah mangga, rambutan dan durian. 10

11 Tahap 2, meliputi Distrik Ngguti dan Animha. Simpul produksi pada tahap dua berlokasi di Distrik Ngguti. Komoditas tanaman pangan berupa padi sebagai komoditas utama. kacang tanah, jagung, kedele, dan ubi kayu sebagai komoditas tanaman pangan pendukung. Tanaman holtikultura pendukung berupa manga dan rambutan, sedangkan tanaman perkebunan pendukung berupa tebu, sawit dan sagu. Tahap 3, meliputi Distrik Okaba, Ngguti dan Kaptel dan Tubang. Simpul produksi pada tahap tiga berlokasi di Okaba dan Tubang. Komoditas tanaman pangan Padi sebagai komoditas utama. jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah sebagai komoditas tanaman pangan pendukung padi. Tanaman holtikultura pendukung berupa rambutan dan mangga, serta tanaman perkebunan pendukung adalah sawit, sagu dan tebu. PERMUKIMAN Persebaran lokasi permukiman megikuti lokasi pembukaan lahan sawah baru dan pusat distrik. Luas lahan sawah yang dibuka mempengaruhi penentuan lokasi permukiman. Lahan sawah yang lebih luas memiliki peluang lebih besar menjadi pusat permukiman. Pembukaan lahan sawah baru merupakan tarikan pergerakan yang menimbulkan adanya kegiatan baru, sehingga ditetapkan rencana permukiman secara terpusat. Selain permukiman di area pembukaan lahan sawah baru, pusat permukiman juga diarahkan ditempat yang berpotensi menimbulkan aktivitas tinggi, yaitu ibu kota distrik. Pusat distrik tentunya menjadi tarikan yang berasal dari kegiatan perdagangan, pemerintahan dan kegiatan lainnya. 11

12 3 STARTEGI PENGEMBANGAN Tanah Miring, Kurik, Sota, Malind, Semangga, Ulilin, Elikobel, Muting dan Animha. Tahap 2 terdiri dari Distrik Ngguti dan Tubang. Tahap 3 terdiri dari Okaba, Ngguti dan Kaptel VISI DAN MISI VISI Mewujudkan Kawasan Food Estate sebagai Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional yang berkelanjutan dengan dukungan infrastruktur yang terpadu MISI 1. Mengembangkan lahan sawah tekno sebagai simpul produksi berbasis komoditas unggulan 2. Mengembangkan infrastruktur yang terpadu antar simpul-simpul produksi dan Kawasan Sentra Produksi Pangan dengan wilayah sekitarnya 3. Mengembangkan sistem mekanisasi pertanian dengan pendekatan partisipatif dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat lokal 4. Membuka pintu investasi guna meningkatkan nilai perekonomian kawasan 5. Mengembangkan kawasan prioritas sebagai pusat utama produksi pangan SKENARIO PENGEMBANGAN Skenario pengembangan Kawasan Food Estate Merauke dibagi menjadi 3 tahap. Pertama adalah kawasana prioritas terdiri dari Distrik Jagebob, JANGKA PENDEK Kawasan Perkotaan JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG PERSIAPAN PENGEMBANGAN PEMANTAPAN Persiapan lahan sawah maupun penyediaan dan Tersedianya lahan pertanian dan berkembangnya sentra produksi pertanian di kawasan Kawasan Food Estate Merauke menjadi Kawasan Sentra Pangan Nasional didukung dengan Skenario Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Skenario Pengembangan Kawasan Investasi 1. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 2. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan perkotaan terhadap wilayah yang lebih luas 3. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan serta dengan kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan lainnya 4. Mengembangkan kawasan perkotaan dengan konsep agropolitan 12

13 Kawasan Pedesaaan 1. Mengembangkan kawasan pedesaan sebagai pusat produksi pangan 2. Mengembangkan kawasan permukiman pedesaan yang layak dan sehat melalui dukungan infrastruktur yang terpadu 3. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan pedesaan terhadap wilayah yang lebih luas 4. Meningkatkan konektivitas dan jaringan transportasi antar kawasan pedesaan 5. Mengembangkan kawasan perdesaan sebagai sentra produksi komoditas unggulan guna mendukung kawasan perkotaan Skenario Pengembangan Kawasan Invetasi Industri dan Kawasan Strategis Lainnya 1. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pada KTM Salor 2. Menetapkan kawasan-kawasan potensial (kawasan sentra produksi pertanian) sebagai kawasan investasi industry pertanian 3. Meningkatkan konektivitas dan pengembangan jaringan transportasi antar kawasan 4. Mengembangkan agroindustry yang ramah lingkungan 3. Urgensi Potensi dan Masalah 4. Kelayakan Fisik (Daya Dukung dan Daya Tampung) 5. Kelayakan Ekonomi 6. Kesepakatan Pemda, Masyarakat, dan Swasta No. Penilaian Kawasan Prioritas Kriteria Kawasan Prioritas Kawasan Tahap 1 Kawasan Tahap 2 Kawasan Tahap 3 1. Signifikansi perwujudan tata ruang Signifikansi perwujudan Grand Design MIFEE tahun 2010 dan usulan masterplan Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional Merauke tahun 2015) 3. Urgensi dan Masalah Kelayakan fisik Kelayakan ekonomi Intensitas kebutuhan pengembangan infrastruktur Kesepakatan pemerintah, swasta, dan masyarakat TOTAL PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS Kawasan Prioritas merupakan Kawasan yang didahulukan pengembagannya sesuai dengan Rencana Pengembangan Tahap I KSPPN Pengembangan Kawasan Prioritas akan mengintegrasikan kawasan inkubasi, KEK (masih dalam rencana), dan kawasan cetak sawah baru ha Kriteria Penentuan Kawasan Prioritas 1. Signifikansi Perwujudan Tata Ruang 2. Signifikansi Perwujudan Grand Design MIFEE tahun 2010 dan Masterplan KSPPN Merauke 13

14 KAWASAN INKUBASI Kawasan Inkubasi ditetapkan sebagai kawasan yang akan utamakan dalam pengembangan. Kawasan ini Termasuk dalam bagian Kawasan Prioritas pengembangan FE Merauke (termasuk dalam wil. Tahap I KSPPN). Kawasan Inkubasi disiapkan menjadi kawasan utama sentra produksi pangan atau disebut sebagai pengungkit pertumbuhan kawasan yang terintegrasi dengan Plaza Agro Cerdas dan KEK (masih dalam penyusunan). Kawasan Inkubasi memiliki fungsi untuk, meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat; mengurangi kemiskinan, membuka daerah terisolasi mengurangi kesenjangan pertumbuhan antardaerah, antarsektor serta antarkota dan desa, atau antarlingkungan/ kawasan; menjadi motor pertumbuhan wilayah dan katalisator antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. menciptakan pertambahan nilai (value creation) melalui skenario pemanfaatan ruang yang efektif PLAZA AGRO CERDAS Berdasarkan kajian kawasan pengembangan inkubasi food estate Marauke, kawasan Plaza Agro Cerdas dirancang dengan konsep perencanaan di Kawasan Ekonomi Khusus Kawasan Pengembangan Inkubasi Food Estate Marauke adalah: 14

15 1. Mengembangkan lokasi Plaza Agro Cerdas sebagai pusat etalase produk pangan dari seluruh KSPPN yang terintegrasi dengan kawasan sekitarnya 2. Menciptakan ruang sebagai pusat pembibitan dan penyemaian tanaman pangan 3. Menciptakan ruang sebagai pusat pendidikan dan pelatihan pekerja 4. Menciptakan ruang sebagai pusat penelitian dan pengembangan KSPPN 5. Mengembangkan agrowisata Bird Eye View Plaza Agro Cerdas Konsep tata letak pada rancangan lebih ditekankan pada bentuk yang mengekspresikan desain Plaza Agro Cerdas sebagai sarana produk pangan, penelitian, dan agrowisata dalam pola tata ruangnya, memiliki peran sentral dalam mengembangkan aktivitas masyarakat sekitar baik dalam kegiatan pertanian (produk pangan), sosial, pendidikan, dan perekonomian. Kehadiran zona kawasan Plaza Agro Cerdas yang di desain sebagai pusat etalase produk pangan, pusat pembibitan/persemaian tanaman, pusat pendidikan dan penelitian, juga berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kabupaten Marauke dan sekitarnya kemudian menumbuhkan spontanitas hadirnya fasilitas komersial dan fasilitas lainnya dalam kawasan Plaza Agro Cerdas Marauke. Site Plan Plaza Agro Cerdas Program ruang Plaza Agro Cerdas terdiri dari gerbang, parkir kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, kantor pengelola, galeri, pusat pendidikan (training center), pusat penelitian, taman, pembibitan, menara pandang, sirkulasi dan pedestrian serta infrastruktur hijau. Adapun luas masing-masing fasilitas tersebut sebagai berikut. No Fasilitas Luas (M 2 ) 1 Gerbang 120,00 2 Parkir Kendaraan 4.725,00 3 Kantor Pengelola dan Galeri 432,00 4 Training Center 449,44 5 Pusat penelitian 449,44 6 Taman 200,00 7 Pembibitan 5.400,00 8 Menara Pandang 24,00 9 Sirkulasi dan Pedestrian 2.380,00 10 Infrastruktur Hijau 6.548,05 Total ,53 15

16 PLAZA PUSAT PELATIHAN PUSAT PEMBIBITAN & PERSEMAIAN 16

17 17

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE DINAS PEKERJAN D UMUM JL. ERMASU NO 1 MERAUKE PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN MERAUKE 1 PENDAHULUAN Kabupaten Merauke dengan luas

Lebih terperinci

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari

Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari 1 Terdiri dari 7 Pusat Ekonomi: Timika Jayapura Marauke Sofifi Ambon Sorong Manokwari Kegiatan Ekonomi Utama: Pertanian Pangan - MIFEE Tembaga Nikel Minyak dan Gas Bumi Perikanan » Dalam rangka mengantisipasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE

PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE VISI PEMBANGUNAN DAERAH Visi pembangunan daerah yang hendak dicapai dalam periode Tahun 2016 2021 yaitu : Terwujudnya Merauke sebagai Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Perbatasan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR. Merauke, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Merauke. Drs. P A R D J A N, M.Si. NIP KATA PENGANTAR Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab dalam menyediakan data statistik dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk sesuai dengan UU No 16 Tahun 1997. Laporan Hasil Sensus Penduduk

Lebih terperinci

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t

O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a l P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r t Kebijakan Food Estate dan Implikasinya Bagi Masyarakat Lokal dan Pembangunan Wilayah di Indonesia O L E H : D r. I r. S u m a r j o G a t o t I r i a n t o, M. S., D. A. A D i r e k t u r J e n d e r a

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si

Seuntai Kata. Jayapura, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke. Drs. Pardjan, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE Tanila Tahiya 1, Papia J. C Franklin², &Esli D Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di masa Orde Baru yang sentralistik mengakibatkan terjadinya disparitas kemajuan dan pembangunan di Indonesia. Sebagian daerah di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016

PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016 PROGRAM BALAI WILAYAH SUNGAI PAPUA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DI PAPUA TAHUN 2016 KEGIATAN FORUM SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SE PROVINSI PAPUA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA (Tahun Anggaran 2013)

arg arg pt. aditya ridho gumilang pt. aditya ridho gumilang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA (Tahun Anggaran 2013) STUDI SISTRANAS PADA TATARAN TRANSPORTASI LOKAL DI WILAYAH PROVINSI PAPUA DALAM MENDUKUNG PRIORITAS PEMBANGUNAN SENTRA PRODUKSI DI KORIDOR EKONOMI MALUKU PAPUA (KABUPATEN MERAUKE) (Tahun Anggaran 2013)

Lebih terperinci

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG

BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG BAB V KELAYAKAN KAWASAN DISTRIK AIMAS KABUPATEN SORONG Pada bagian terakhir dalam tugas akhir ini akan dikemukakan kelayakan kawasan dari hasil studi berdasarkan hasil analisis studi kelayakan kawasan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE Anton Topan topan.anton@yahoo.co.id Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Perkembangan pembangunan di kota Merauke ini tidak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

Perusahaan yang sudah, atau sedang, memperoleh lahan di Merauke

Perusahaan yang sudah, atau sedang, memperoleh lahan di Merauke Annex A: Perusahaan yang sudah, atau sedang, memperoleh lahan di Merauke PERKEBUNAN SAWIT No. Nama Perusahaan Status Ijin dan Luas Areal 1. PT. Papua Agro Lestari (Daewoo International Corporation Group)

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA Strategi dan Program Prioritas Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Mahulu

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA SASIUN METEOROLOGI MOPAH MERAUKE Jl. PGT Bandar Udara Mopah Merauke Telp.(0971)321774 stamet.merauke@bmkg.go.id ANALISA CUACA TERKAIT HUJAN LEBAT DI MERAUKE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANGKA BELITUNG KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kondisi tanah dan keterbatasan lahan Kota Pangkal Pinang kurang memungkinkan daerah ini mengembangkan kegiatan pertanian. Dari

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan produksi pertanian komoditas unggulan di Kabupaten Bekasi, pembangunan pertanian berskala ekonomi harus dilakukan melalui perencanaan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja merupakan tekad atau janji rencana kinerja yang akan dicapai berdasarkan sasaran, tujuan dan kegiatan yang telah ditetapkan, baik dalam tahap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo

Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo Rilis PUPR #2 7 Juni 2017 SP.BIRKOM/VI/2017/301 Infrastruktur PUPR Mendukung Pengembangan Industri Pengolahan Pangan di Gorontalo Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendukung

Lebih terperinci