Pengertian Drama. * Pengertian khusus: Drama adalah suatu pertunjukan yang serius tentang hal-hal yang dianggap penting.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengertian Drama. * Pengertian khusus: Drama adalah suatu pertunjukan yang serius tentang hal-hal yang dianggap penting."

Transkripsi

1

2 * Pengertian khusus: Drama adalah suatu pertunjukan yang serius tentang hal-hal yang dianggap penting. Pengertian umum: Drama adalah setiap karya yang dibuat untuk dipentaskan di atas panggung oleh para aktor. Pengertian Drama Pendapat Elizabeth Lutters (2004:35): Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memerlihatkan secara verbal adanya dialog atau percakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Dalam bahasa Belanda: Drama adalah toneel yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah sandiwara Dalam bahasa Yunani: Drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, dan sebagainya. Drama juga berari hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.

3 Jenis Jenis drama a. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk Tengah Malam yang ending-nya bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama tragedi. b. Drama Komedi 1. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten. 2. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang culun digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan.

4 3. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya adalah Wong Cilik. 4. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya. C. Drama Misteri 1. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton. 2. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus. 3. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib.

5 D. Drama Laga/ Action 1. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan. 2. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini. E. Melodrama Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat.

6 Justru dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya. Contoh sinetron jenis ini antara lain Bidadari, Menggapai Bintang, dan Chanda. f. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh film yang bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain November 1828, G-30-S/PKI, Soerabaya 45, Janur Kuning, atau Serangan Fajar. Sementara kisah yang menceritakan sejarah tapi lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet Njak Dhien, Wali Songo, dan R.A. Kartini.

7 Unsur-Unsur Intrinsik Drama a. Tema Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau, dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya (Lutters, 2006:41). Tema drama harus disesuaikan dengan penonton. Jika drama ditujukan kepada pelajar, maka tema ceritanya juga harus sarat dengan pendidikan. Jangan sampai tema yang disajikan justru menjerumuskan pelajar sebagai penonton pada hal-hal yang tidak edukatif. b. Alur Cerita (Plot) Plot atau alur adalah pola dasar dari kejadian-kejadian yang membangun aksi yang penting dalam sebuah drama. Plot drama harus dibangun mulai dari awal, lalu terdapat kemajuan-kemajuan, dan penyelesaian masalah yang diberikan kepada penonton. Plot menjelaskan bagaimana sebuah kejadian memengaruhi kejadian yang lain dan mengapa orang-orang yang ada di dalamnya berlaku seperti itu (Suban, 2009: 79). Somad dkk. ( 2008:149) menjabarkan alur menjadi beberapa bagian berikut. 1. Eksposisi/ introduksi merupakan pergerakan terhadap konflik melalui dialogdialog pelaku. 2. Intrik merupakan persentuhan konflik atau keadaan mulai tegang. 3. Klimaks merupakan pergumulan konflik atau ketegangan yang telah mencapai puncaknya dalam cerita. 4. Antiklimaks merupakan konflik mulai menurun atau masalah dapat diselesaikan. 5. Konklusi merupakan akhir peristiwa atau penentuan terhadap nasib pelaku utama.

8 c. Latar Cerita (Setting) Lutters (2006: 56) menjelaskan bahwa setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini ingin ditempatkan atau diwadahi. Setting dibagi menjadi dua, yaitu media/ tempat dan budaya. d. Penokohan Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelaku utama. Lutters ( 2006: 81) membagi tokoh/ peran menurut sifatnya dalam tiga hal berikut. 1. Peran Protagonis Peran protagonis adalah peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi penontonnya. Peran protagonis ini biasanya menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang menentukan gerak adegan. 2. Peran Antagonis Peran antagonis adalah kebalikan dari peran protagonis. Peran ini adalah peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita. Peran ini biasanya cenderung menjadi tokoh yang menyakiti tokoh protagonis. Dia adalah tokoh yang jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti penonton. 3. Peran Tritagonis Peran tritagonis adalah peran pendamping, baik untuk peran protagonis maupun antagonis. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi juga bisa menjadi penengah atau perantara tokoh sentral. Posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya. Peran ini termasuk peran pembantu utama. Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita.

9 Suban (2009:68) membagi karakter menjadi tiga bagian menurut kedudukannya dalam cerita. 1. Karakter Utama (Main Character) Karakter utama adalah karakter yang mengambil perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa.. Karakter ini juga paling banyak aksinya dalam cerita. 2. Karakter Pendukung (Secondary Character) Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kangan karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu karakter utama. Misalnya sebagai orang keparcayaan karakter utama. Contohnya, sebagai sopir atau bodyguard. 3. Karakter Figuran (Incedental Character) Karakter ini duperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita. Mereka serin disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya bersifat informatif. Biasanya mereka digunakan dalam adegan-adegan kolosal dan keramaian. Atau jika tidak kolosal, biasanya mereka memegang profesi di dalam pelayanan umum, misalnya sopir taksi, pembantu, atau petugas di pom bensin. e. Amanat Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis cerita kepada penonton atau penikmat drama. Jika drama ditujukan kepada pelajar, maka seiring dengan temanya, drama harus memberikan amanat yang bersifat edukatif. Selain itu, cerita dalam drama harus dapat menambah pengetahuan yang positif bagi siswa.

10 Akting a. Pengertian Akting Akting adalah segala kegiatan, gerak, atau perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku. Akting meliputi mimik, pantomim, dialog, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan adegan aktor atau pemain drama. b. Tujuan Akting Tujuan akting adalah to be a character, yaitu mengekspresikan suatu perwatakan yang khas dari seorang tokoh. c. Teknik Akting Teknik akting terbaik ialah yang paling efektif dan yang berhasil mengekspresikan intent (maksud/ ide) penulis, intent adegan, dan intent karakter. Untuk dapat berakting dengan baik, ada 10 teknik yang perlu diperhatikan. - Metode tindak lahir Aktor harus mengetahui lebih dulu motivnya berakting (dasar dan tujuan). - Kemampuan mengandaikan Bila seseorang menjadi tokoh tertentu, maka ia harus memikirkan apa dan bagaimana yang harus ia lakukan? - Kemampuan imajinasi Menggambarkan / membayangkan sesuatu yang tidak ada.

11 Aktor dan Aktris yang baik Secara singkat dapat dikatakan bahwa aktor yang baik ialah apabila: a. berakting wajar, releks, fleksibel b. menjiwai/ menghayati perannya c. aktingnya mempunyai motivasi d. terampil dan kreatif e. mengesankan atau dapat menyakinkan penonton f. tidak merasa kalau sedang disorot publik/penonton/kamera Catatan: Pengertian wajar dalam hal ini meliputi : a. sikap/gerak atau perbuatan tidak canggung tidak kau, tidak over acting tidak dibuat-buat b. dialog mengena sesuai dengan tuntutan dari naskah dan tidak dibuat-buat c. vokal jelas atau ucapan artikulasi jelas d. penggambaran watak atau karakter tepat e. ekspresi wajar dan menyakinkan f. dapat memanfaatkan segala properti dan situasi pentas dengan baik.

12 Maka untuk menjadi aktor yang baik dipersiapkan : a. latihan-latihan yang kontinyu, tertib, dan disiplin b. pengetahuan yang bersifat teoritis, meliputi : - ilmu teater - ilmu jiwa - kepercayaan sesuatu agama yang diyakini - apresiasi terhadap seni sastra, suara/musik, tari, dan sebagainya - kemampuan/ketrampilan berbahasa dengan baik - sejarah budaya, sosiologi, antropologi, ethionologi.

13 - Konsentrasi Seorang aktor harus memusatkan perhatian dan pikirannya pada peran yang ia bawakan. - Emosional memori Seorang aktor hendaknya mengingat-ingat atau mengenang kembali pengalaman atau kejadian-kejadian yang pernah dialami sendiri yang kira-kira serupa dengan adegan yang dimainkannya. - Kesatuan Antar aktor yang satu dengan yang lain harus ada kerjasama yang bersifat kolektif. - Harmoni Setiap aktor harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan peran/ perwatakan yang dibawakan (menghayati/ menjiwai setiap elemen yang berkaitan dengannya). - Tempo irama Tiap akting harus ada iramanya. Artinya, akting tidak boleh tergesa-gesa juga tidak boleh dilambat-lambatkan. - Super objektif Tiap aktor harus tahu siapa yang sedang memegang peranan penting dalam suatu adegan yang sedang berlangsung. - Kebenaran dan keyakinan Setiap aktor harus yakin akan peran yang dibawakan.

14 Blocking Blocking adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar. a. Seimbang Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai Komposisi Pentas. b. Utuh Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

15 c. Bervariasi Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah. d. Memiliki titik pusat Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan di mana sebenarnya letak titik perhatian. e. Wajar Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.

16 Dialog & Mimik a. Pengertian Dialog Dialog adalah percakapan antar pemain dalam drama. b. Fungsi Dialog - Dialog menampakkan karakter dan memerkaya plot. - Dialog menciptakan konflik. - Dialog menghubungkan fakta-fakta. - Dialog menyamarkan kejadian-kejadian yang akan datang. - Dialog menghubungkan adegan-adegan dan gambar-gambar sekaligus. Mimik atau ekspresi wajah sangat membantu penonton dalam memahami maksud aktor. Selain itu, mimik juga menunjukkan kemampuan actor dalam beradegan. Maka, sudah seharusnya mimik disesuaikan dengan dialog yang dibaca. Misalkan, seorang tukang becak baru pulang dari bekerja. Badannya sangat lelah dan ingin istirahat. Namun, setelah sampai rumah ternyata kedua anaknya bertengkar hingga salah satunya menangis. Ketika akan menyuruh istrinya untuk membuatkan ia minum dan mengurus anak-anaknya yang sedang bertengkar, ternyata istrinya juga sedang terburu-buru karena ada arisan di tetangga sebelah. Lalu, bagaimana menurutmu mimik yang tepat bagi tukang becak tersebut? Apakah ia harus menunjukkan raut muka yang ceria, biasa-biasa saja, atau muram?

17 Gesture, movement, dan guide Gestur adalah gerak-gerak besar yang dilakukan aktor selama berakting secara sadar. Maksudnya ialah gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/ otak kita untuk melakukan sesuatu, misalnya menulis, mengambil gelas, jongkok, dan sebagainya. Misalnya, peran direktur dengan tukang becak. Direktur sering duduk tegap dan berbicara formal serta berjabat tangan bila bertemu kliennya. Sedangkan tukang becak lebih terlihat sering berjalan santai dengan bahasa yang informal. Ketika menemui pelanggannya, biasanya tukang becak tidak pernah berjabat tangan. Movement adalah gerak perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung-gulung, melompat, dan sebagainya. Guide adalah cara jalan. Cara berjalan di sini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk. Setiap yang pemain lakukan harus memunyai arti, motif, dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan diyakini benar-benar oleh seorang pemain mengenai maksud dan makna gerakan yang dilakukannya.

18 Orang-orang yang terlibat dalam drama A. Staf Produksi Staf produksi bertugas mengelola dan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pihak pemain, dan penilaian terhadap pementasan tersebut. 1. Produser Produser adalah staf produksi yang pertama kali dalam struktur perencanaan pementasan teater. Tugas: 1. mengurus produksi secara keseluruhan 2. memilih karyawan 3. menentukan anggaran belanja 4. membuat Program kerja. 2. Sutradara Sutradara adalah pemimpin tertinggi dalam pelaksanaan pementasan drama, pemilihan naskah, penunjukan pemain, dan pengadaan latihan. 3. Stage Manager Stage manager adalah staf produksi yang mempunyai tugas membantu sutradara dalam mengkoordinasi seluruh pelaksanaan tugas-tugas teater atau drama.

19 B. Staf Artistik Pementasan perlu adanya sentuhan seni agar pementasan tersebut agar menjadi lebih baik, termasuk dekorasi, tata lampu, kostum, tata rias, dan tata suara. 1. Desainer Dekorasi Tugas: mengatur dekorasi sesuai dengan tuntutan naskah. 2. Desainer Tata Busana ( Kostum ) Tugas: memilih kostum yang cocok untuk para aktor. 3. Desainer Tata Lampu Tugas: menyesuaikan cahaya lampu dengan situasi dalam setiap adegan drama. 4. Desainer Tata Rias Seorang desainer tata rias harus memahami peran dan watak yang akan dibawakan oleh tokoh. Namun, dalam hal ini seorang desainer tata rias tidak boleh berlebihan dalam menerapkan riasan aktor. Hendaknya para aktor dirias dengan riasan yang wajar. 5. Desainer Tata Suara Tugas: - memberikan ilustrasi yang memperindah - memberikan latar belakang - memberikan warna psikologis - memberikan tekanan kepada nada dasar drama - membantu dalam penonjolan lakon - memberikan tekanan pada keadaan yang mendesak - memberikan selingan.

20 Cara memulai pementasan drama A. Tahap Persiapan 1. memilih teks drama ( naskah ) 2. memilih sutradara 3. memilih pembantu sutradara (asisten, dekorasi, rias, busana, lampu dan musik) 4. memilih pemain (casting) B. Tahap Latihan 1. pemanasan (pernapasan, konsentrasi, dan latihan vokal) 2. inti - latihan membaca (membaca naskah drama dengan nyaring) - latihan blocking (latihan gerak dan pengelompokan pelaku) - latihan karya (latihan memadukan gerak dan dengan dialog) - latihan pelican (latihan secara menyeluruh) - latihan umum (latihan menyeluruh yang dipadukan dengan dekorasi dan tata musik) C. Tahap Pementasan Tahap ini adalah tahap yang dinanti-nantikan setiap pemain. Pemain tentu saja ingin melihat hasil dari latihan-latihan yang dilakukan sebelumnya. Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam pementasan ini, yaitu faktor penonton. Karena sebaik apapun latihan yang dilakukan, jika penontonya tidak tertib, pertunjukannya tiadak akan suskes. Penonton yang baik adalah salah satu penentu kesuksesan dalam pementasan.

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang berhubungan dengan karya sastra drama pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang antara lain sebagai berikut. 1) Rahmi Samalu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13 DOKUMEN NEGARA 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13 Paket 3 P... DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT 2017 MAPEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Drama Pendek a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Menulis Kreatif Naskah Drama Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar : Indikator: Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Membedakan dua jenis drama Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Konflik Teks Drama dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together dalam Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

MODUL SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH KEJURUN SENI TEATER

MODUL SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH KEJURUN SENI TEATER Noor Aidawati, M. Pd MODUL SENI BUDAYA SEKOLAH MENENGAH KEJURUN SENI TEATER Modul ini berisi tentang latar belakang munculnya istilah teater sampai dengan penyebaran teater ke seluruh dunia. Teater di

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Written by Checked by Approved by valid date Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D. Mata Kuliah : Pementasan Drama Semester : 5 Kode : 132K5401 Sks : 2 Program Studi : Bahasa Indonesia/ID5A

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Metode Role Playing 2.1.1 Pengertian Metode Role Playing Pada dasarnya pembelajaran harus sebisa mungkin terwujud dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang 89 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Sekolah : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang Kelas : V Semester : 2 Alokasi Waktu : 6 x pertemuan (12x35 menit) A. Standar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. relatif tepat. Kata dasar dari kemampuan adalah mampu. Mampu dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. relatif tepat. Kata dasar dari kemampuan adalah mampu. Mampu dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kemampuan Seseorang dikatakan terampil apabila kegiatan yang dilakukan ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang tinggi dan relatif tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Banyak sumber mengatakan bahwa teater berasal dari bahasa Yunani

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Banyak sumber mengatakan bahwa teater berasal dari bahasa Yunani BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Teater Banyak sumber mengatakan bahwa teater berasal dari bahasa Yunani theatron yang artinya tempat pertunjukan. Pengertian tersebut berasal dari sejarah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Wina Dwi Puspitasari 1) winadwi49@ymail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Belajar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berati kita melihat kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

A. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Naskah Drama Satu Babak Pada Siswa Kelas XI SMA Dalam Kurikulum 2013

A. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Naskah Drama Satu Babak Pada Siswa Kelas XI SMA Dalam Kurikulum 2013 10 BAB II KAJIAN TEORETIS PEMBELAJARAN MEMPRODUKSI TEKS NASKAH DRAMA 1 BABAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM BISU(SILENT FILM) PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 LEMBANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Kedudukan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku,

II. LANDASAN TEORI. Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Hakikat Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan 1.1 Menemukan pokok-pokok isi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara 1. Bagian babak yang berisi gambaran suatu adegan disebut?. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5 adegan babak kramagung skenario Kunci Jawaban : A Adegan : bagian babak yang berisi

Lebih terperinci

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13

MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13 DOKUMEN NEGARA 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 MAPEL SENI BUDAYA TEATER K13 Paket 4 P... DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT 2017 SENI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya, Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd. TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA HANYA SATU KALI KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA Ilham Aulia 09020134206 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas BAB IV KOMPOSISI PENTAS STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian komposisi Menjelaskan Aspek-aspek motif Komposisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater MENDIDIK : Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater Volume 3, No. 2, Oktober 2017: Page 109-119 P-ISSN: (Studi 2443-1435 Pengembangan E-ISSN: 2528-4290

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah sebuah kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang merupakan kisah

Lebih terperinci

BAB II SENI PERTUNJUKAN TEATER SECARA UMUM. Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau

BAB II SENI PERTUNJUKAN TEATER SECARA UMUM. Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau BAB II SENI PERTUNJUKAN TEATER SECARA UMUM 2.1 Teater Sebagai Seni Pertunjukan Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu biasanya melibatkan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Treatment Cerita

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Treatment Cerita BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Treatment Cerita 1. Sore hari di sebuah rumah 2. Seorang Ibu bersama seorang kakek tua memasuki rumah (pindahan) 3. Nyamuk mengintai dari jauh 4. Si Ibu beres beres rumah baru 5.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama sebagai salah satu bagian dari pembelajaran sastra memiliki peranan penting dalam membentuk watak peserta didik yang berkarakter. Peranan penting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

DASAR-DASAR APRESIASI DRAMA

DASAR-DASAR APRESIASI DRAMA DASAR-DASAR APRESIASI DRAMA Disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd Guru Sastra Indonesia SMA Stella Duce 2 Yogyakarta BEBERAPA PENGERTIAN 1. Kalau Anda membuka kamus Webster s New World Dictionary (1989)

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial selalu berbahasa. Bahasa senantiasa digunakan manusia dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Menurut Sanjaya (141:2008) bahan ajar adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai

Lebih terperinci