KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi tahun ajaran 2012/2013 yang dinilai berdasarkan penerapan unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi dikategorikan baik dengan persentase 79,46%. Rinciannya pada unsur-unsur pembangun naskah drama (1) pemilihan tema berpredikat sangat baik dengan 87,5% (2) mengemas dan menuliskan amanat berpredikat cukup dengan 67,5% (3) penggunaan alur berpredikat baik dengan 75% (4) menggambarkan tokoh dan penokohan berpredikat sangat baik dengan 85% (5) mendeskripsikan latar berpredikat cukup dengan 72,5% (6) menuliskan konflik dan masalah berpredikat baik dengan 78,12% (7) menuliskan cakapan berpredikat cukup dengan 73,75%. Pada sistematika penulisan naskah drama (1) menulis judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal berpredikat sangat baik dengan 90% (2) penulisan dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua ( : ) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik berpredikat sangat baik dengan 86,25% (3) penulisan keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung berpredikat cukup dengan 74,4% (4) penulisan keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung) berpredikat baik dengan 76,87%.

2 I. PENDAHULUAN Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran dalam kategori ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mata pelajaran ini diajarkan di sekolah secara berkesinambungan, baik di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Materi pembelajaran sastra yang diajarakan di jenjang pendidikan menengah pertama antara lain drama, puisi dan prosa. Ketiga materi itu melibatkan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis) (Anonim, 2006). Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan reseptif (mendengarkan dan membaca) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis). Menulis naskah drama juga merupakan pembelajaran bahasa yang dapat meningkatkan kemampuan produktif. Drama diciptakan pengarang untuk menyampaikan pesan moral, selain untuk menghibur pementasan drama juga merupakan alat pendidikaan, dengan pementasan drama juga dapat menyampaikan nilai-nilai yang memuat keyakinan, dan sangat bermanfaat bagi para penikmatnya. Drama adalah salah satu karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan secara umum. Melihat besarnya peranan karya sastra, sudah seharusnya siswa dibekali kemampuan menulis, dalam hal ini adalah menulis naskah drama. Pelajaran menulis naskah drama mengharapkan siswa dapat mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Kegiatan ini sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis naskah drama merupakan salah satu bentuk kegiatan menulis kreatif. Ketika menulis kreatif diperlukan imajinasi dan kratifitas mengolah data. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi.

3 II. KAJIAN PUATAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib, karena dengan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih terampil. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis keempat aspek itu saling berkaitan. 2.2 Pembelajaran Menulis Naskah Drama di SMP Menulis naskah drama merupakan salah satu keterampilan menulis yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa, salah satu upaya membawa sastra Indonesia dalam perkembangannya, dapat memberikan informasi kepada orang lain, serta dengan menulis naskah drama siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan mempunyai imajinasi yang tinggi. 2.3 MENULIS Menulis merupakan salah satu kegiatan, proses atau hasil. Semi (2007:14) menjelaskan bahwa menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan kedalam lambang-lambang bahasa. Menulis adalah usaha-usaha untuk berkomunikasi yang mempunyai aturan main serta kebiasaan sendiri, menulis merupakan komunikasi secara tidak langsung Langkah-langkah Menulis langkah-langkah menulis secara garis besar terdiri atas tujuh langkah: 1. Pemilihan dan Penetapan Topik Memilih dan mementukan topik merupakan suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di dalam memilih dan menetapkan topik ini diperlukan pula adanya keterampilan dan kesungguhan. Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan didalam tulisan. Masalah atau gagasaiperoln itu dapat digali melalui empat sumber yaitu (1) pengalaman; (2) pengamatan; (3) imajinasi; (pendapat atau keyakinan). 2. Pengumpulan Informasi Pengumpulan informasi ini dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan itu adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula topik atau pokok bahasan dengan tujuan tulisan. 3. Penetapan Tujuan Menetapkan tujuan tulisan sangat penting sebelum memulai menulis karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan penyajian tulisan. Tujuan ini pada dasarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis disaat pemilihan dan penetapan topik

4 dilakukan, namun tujuan itu harus lebih disadari pada saat tulisan itu mulai dirancang dengan sungguh-sunnguh. 4. Perancangan Tulisan Merancang tulisan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-topik kecil kedalam suatu kelompok yang lebih besar, dan memilih suatu sistem notasi dan sistem panyajian yang dianggap paling baik. 5. Penulisan Kerangka tulisan yang telah disiapkan mulai dekambangkan. Di saat penulisan itu dilakukan perlu selalu diingat tujuan tulisan. 6. Penyuntingan atau Revisi Penyuntingan dilakukan agar tulisan menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahn yang tidak perlu. Di dalam penyuntingan dilakukan kegiatan menghilangkan yang tidak perlu, menambah sesuatu yang perlu ditambah, melakukan perbaikan kalimat dan ejaan, kosakata yang kurang tepat diganti dengan yang lebih tepat. 7. Penulisan Naskah Jadi Setelah penyuntingan tentu saja harus ditulis kembali agar mejadi tulisan yang selesai, rapi dan bersih, dalam pengetikan terakhir ini diperhatikan kembali masalah ejaan dan tanda baca Langkah-Langkah Mengatasi Kesulitan Menulis Djuharie (2010: ) menyatakan beberapa langkah mengatasi kesulitan menulis: 1. Mulailah menulis sejak sekarang jangan membiarkan diri ketika muncul keinginan atau gagasan yang ingin dituangkan kedalam tulisan. Cara lain dapat melatih diri dengan menuliskan semua kegiatan yang akan dikerjakan atau yang telah dikerjakan oleh diri sendiri. 2. Menentukan sasaran atau batas waktu penulisan. Dengan cara ini dibiasakan dan dipaksakan menulis dengan target tertentu, sehingga penulisan tidak memakan waktu yang sangat lama dan gagasan tertunda-tunda untuk waktu yang lama pula dan pada akhirnya terlupakan 3. Menghilangkan sikap merasa puas dan membuat tulisan dengan asal jadi. Rasa puas yang terlalu dini akan berakibat pada kualitas tulisan yang kurang baik. Sebaliknya, setiap tulisan yang pernah ditulis dibaca ulang dan dievaluasi baik dari isi maupun dari penggunaan bahasanya. 4. Meyakinkan diri mampu melakukan menulis seperti yang dilakukan orang lain. 5. Jangan mudah putus asa jika ada yang mengkritik. 6. Menghidari rasa takut salah 7. Memahami mekanisme penulisan sebagai suatu proses kratif. Pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku atau tulisan yang berhubungan dengan tehnik menulis. 2.4 Drama Drama adalah peniruan gerak yang memanfaatkan aktifitas nyata yang penuh artistik yang dipentaskan. Drama tergolong karya sastra yang ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama sangat besar manfaatnya bagi penonton, karena drama menyajikan konflik-konflik yang ada disekitar kita yang dapat dijadikan cermin dan pelajaran bagi kehidupan kita. 2.5 Menulis Naskah Drama Endraswara (2011:37) mengemukakan bahwa: Naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1) part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya sebagian saja,

5 berupa garis besar cerita. Naskah semacam ini biasanya diperuntukkan bagi pemain yang sudah mahir, (2) full text, adalah teks drama dengan penggarapan komplet, meliputi dialog, monolog, karakter, iringan dan sebagainya. Bagi pemain yang masih berlatih, teks semacam ini patut dijadikan pegangan. Untuk menciptakan naskah drama yang berobot Kusmawan (2011:36) menyatakan: 1. Menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif. 2. Memiliki konflik dengan surprise (kejutan-kejutan), kaya suspense (ketegangan) sehingga memikat untuk dibaca atau dipentaskan. 3. Menghadirkan tokoh sebagai penentu gerak alur cerita. 4. Memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan. 5. Menghadirkan simbol-simbol bahasa dan bunyi. 6. Menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan Kriteria Naskah Drama yang Baik Kosasih (2012: ) menjelaskan unsur-unsur pembangun naskah drama, yaitu: (1) Tema, (2) amanat, (3) alur, (4) tokoh dan penokohan, (5) latar, (6) konflik, (7) cakapan. Menurut Husnul (2010:36) sistematika penulisan naskah drama juga perlu diperhatikan karena sistematika penulisannya yang membedakan naskah drama dengan karya fiksi lain Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama 1. Tema Husnul (2010:30) menyatakan bahwa tema merupakan rumusan intisari cerita sebagai landasan ideal atau landasan untuk menarik kesimpulan dalam menentukan arah cerita. Tema merupakan pokok pikiran atau gagasan utama dalam karya sastra. Tema tidak dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya, unsur yang digunakan pengarang untuk menyalurkan tema biasanya melalui alur, tokoh cerita dan perkataan yang digunakan pengarang. Tema yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut : Mengangkat tema general yang memang kerap terjadi dikehidupan Tema harus terpapar secara jelas dalam cerita agar dimengerti oleh pembaca atau calon actor dan sutradara. Terfokus pada satu tema saja agar tidak membingungkan pembaca Tema yang dipilih juga mengandung amanat yang bersifat mendidik. ( diakses 16 mei 2013).

6 2. Amanat Dalam karya sastra pengarang pasti menyampaikan sebuah amanat. menurut Kosasih (2012:40) amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang didaksis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanamkan secara tidak langsung kedalam benak para penontonnya. Amanat yang baik seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut: Amanat yang ingin disampaikan haruslah jelas dan ada dalam keseluruhan isi drama, baik secara tersurat maupun tersirat. Amanat haruslah mengandung ajaran moral didaktis bagi pembaca. ( diakses 16 mei 2013). 3 Alur Alur sering juga disebut Plot. Menurut Kosasih (2012: 34) alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Keterkaitan peristiwa diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebabakibat). Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menggambarkan alur: Memilih alur harus konsisten apakah akan menggunakan alur maju, alur mundur atau alur maju mundur, Alur peristiwa itu harus terjadi secara kebetulan dengan alasan yang masuk akal sehingga dapat dipahami kehadirannya. Jika menggunakan alur maju, buatlah pembaca penasaran dengan apa yang akan terjadi kedepannya, jika menggunakan alur mundur buatlah pembaca penasaran dengan apa yang melatarbelakangi atau apa yang menjadi penyebabnya dan jika menggunakan alur maju mundur, pandai-pandailah mengatur bagian masa lalu dengan masa sekarang sehingga pembaca dapat membedakannya dan tidak menjadi bingung. ( diakses 16 mei 2013). 4 Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra yang memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

7 ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam cerita sama seperti manusia dalam kehidupan sehari-hari, memiliki watak atau biasa disebut penokohan. Menurut Kosasih (2012:36) penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh-tokoh. Penokohan dalam drama mengacu pada watak atau sifat, pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Husnul (2010:31) watak tokoh dibedakan menjadi tiga macam yaitu tokoh protagonis (baik), antagonis (jahat) dan tritagonis (penengah). Watak tokoh dapat diketahui melalui nada suara, ungkapan yang digunakan, gerak-gerik. Kriteria penggambaran tokoh dan penokohan yang baik: Harus pandai memilih nama tokoh, menggambarkan usia tokoh secara jelas, menuliskan deskripsi tokoh secukupnya, dan menuliskan hubungan antara tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya secara jelas. Menggambarkan karakter tokoh secara jelas, tidak hanya lewat cakapan saja namun bisa digambarkan melalui gerak dan mimik. ( diakses 16 mei 2013). 5. Latar atau setting Latar adalah lingkungan tempat untuk mengekspresikan tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Latar pada umumnya menyangkut tiga unsur tempat, waktu dan suasana/ budaya. Kosasih (2012:136) membagi macam-macam latar yaitu: Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian didalam naskah drama, seperti dimedan perang. Latar waktu, penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama seperti pagi hari pada tanggal 17 agustus Latar suasana/ budaya, penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa dalam drama seperti kebiasaan hidup, adat istiadat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggambarkan latar: Latar tempat latar waktu dan latar suasana harus tergambar secara jelas Melalui penggambaran latar pengarang mampu membuat pembaca mengimajinasikan apa yang diinginkannya. ( diakses 16 mei 2013).

8 6. Konflik atau Masalah Menurut Husnul (2010:27) konflik adalah persoalan yng dialami seorang tokoh yang ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi seseorang (sesuatu) merintangin atau mencegah keberhasilan tokoh pertama tadi. Konflik terjadi apabila pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalah pahaman dalam perjuangannya untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini (Kosasih, 2012:136). Konflik atau masalah sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut: Konflik atau masalah yang diangkat haruslah dapat diterima secara logika. Konflik tergambar jelas dan terangkai dengan baik dalam cerita sehingga diakhir cerita pembaca dapat mengerti konflik apa yang diangkat pengarang. ( diakses 16 mei 2013). 7 Cakapan Dalam drama ada dua cakapan yaitu dialog dan monolog. Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih sedangkan monolog adalah ketika seorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Cakapan harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Cakapan haruslah digunakan untuk mencerminkan apa yang terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan diatas pentas. Cakapan yang dituliskan lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang terbuang begitu saja. Cakapan harus jelas dan tepat sasaran Sistematika Penulisan naskah drama Dalam menulis naskah drama haruslah memperhatikan sistematika penulisan naskah drama supaya lebih enak dibaca. Husnul (2010:36) menyatakan hal-hal yang terdapat dalam naskah drama dan membedakannya dengan karya fiksi lain adalah bentuk naskah drama, Pembentukan naskah drama tersebut sebaiknya mengikuti sistematika penulisan naskah drama seperti berikut ini:

9 1 Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal 2 Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua ( : ) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik. 3 Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung 4 Ada keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung). III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penganalisisan deskriptif kuantitatif ini bermaksud mendeskripsikan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi berdasarkan unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama secara objektif. 3.2 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Menurut Arikunto (2006:177) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik ambil keseluruhan dari subjek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi berjumlah 16 orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. 3.3 Data dan Sumber Data Data Data penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dilihat dari unsur-unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama Sumber data Sumber data penelitian ini adalah naskah drama yang ditulis siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi yang menjadi subjek penelitian berjumlah 16 orang. Pengambilan nilai dilakukan oleh 2 orang penilai yaitu guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi dan peneliti sendiri. 3.4 Tehnik Pengumpulan Data Dalam Pengumpulan data dilakukan dengan tes berupa menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan unsur unsur pembangun naskah drama yaitu tema,

10 amanat, konflik, cakapan, alur, latar, tokoh dan penokohan dan sistematika penulisan naskah drama. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah berupa tes unjuk kerja yaitu tes kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan memperhatikan unsurunsur naskah drama Validitas Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menuntut adanya kesesuaian isi antara kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk mengukurnya. Kesesuaian isi juga mencakup bahan tes yang harus mencerminkan cakupan bahan dan kemampuan yang dijadikan sasaran pokok tes. Dikatakan memenuhi validitas isi apabila terdapat kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan penjelasan diatas instrumen penelitian ini memehuhi validitas isi, karena adanya kesesuaian bahan tes dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP pada kelas VIII semester 1 pada standar kompetensi 8 yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama, dengan kompetensi dasar 8.2 yaitu menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. 3.6 Tehnik Analisa Data Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menghitung persentase dari penilaian kemampuan menulis naskah drama. Mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai hal sebagai berikut: 1. Dengan mengunakan pedoman penilaian untuk mengukur kemampuan siswa. Pedoman penilaian tersebut dilakukan dengan penilaian acuan patokan. Skor penilaian perseorangan diambil dari penjumlahan ketujuh criteria penilaian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dibagi dua karena penilaian diambil oleh dua orang penilai, yakni guru Bahasa Indonesia (P1) dan peneliti (P2), dengan menggunakan rumus Djiwandono (1996: 102) sebagai berikut: Jumlah =

11 Keterangan: P1: penilai 1 (guru), P2: Penilai 2 (peneliti) 2. Untuk data kelas yaitu penjumlahan dari kemampuan siswa dibagi banyaknya siswa. 3. Memberi nilai terhadap kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, rentang nilai untuk mengukur kemampuan siswa. Tabel 3.5 Interval Penilaian Interval penilaian tingkat penguasaan KETERANGAN Skala % - 100% Baik Sekali 5 75% - 84% Baik 4 60% - 74% Cukup 3 40% - 59% Kurang Baik 2 0% - 39% Tidak Baik 1 Nurgiantoro (1987:363) Penilaian tersebut didapat dengan menggunakan rumusan yang digunakan untuk menghitung nilai rata-rata (mean) menurut Nurgiantoro (1987:327) adalah: X = Keterangan: X = Nilai rata-rata, x = Jumlah seluruh nilai, N = Banyaknya subjek Mencari interval penilaian tingkat penguasaan dengan menggunakan rumusan indeks penilaian menurut Nurgiantoro (1987: 379) yaitu: i = x 100 Keterangan : i : Interval penilaian tingkat penguasaan X : Nilai rata-rata Skor Maks : Jumlah skor maksimal atau skala maksimal 4. Untuk nilai individu dan nilai rata-rata siswa, menggabungkan keseluruhan nilai dari masing-masing unsur yang telah dinilai. 5. Selanjutnya mecari nilai individu siswa dan nilai rata-rata siswa dengan rumus: X = Keterangan : X = Nilai rata-rata individu siswa

12 X1+x2+x3+.xn = Nilai unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama N = jumlah maksimal unsur pembangun naskah drama dan sistematika penulisan naskah drama IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur tema) dari unsur tema diperoleh indeks penilaian 87,5. Indeks tersebut berada pada kategori interval % dengan kategori sangat baik. 4.2 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur amanat) dari unsur amanat diperoleh indeks penilaian 67,5. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.3 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur alur) dari unsur alur diperoleh indeks penilaian 75. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik. 4.4 Hasil Penelitian Unsur-unsur pembangun naskah drama (unsur tokoh dan penokohan) dari unsur tokoh dan penokohan diperoleh indeks penilaian 85. Indeks tersebut berada pada interval % dengan kategori sangat baik. 4.5 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur latar) dari unsur latar diperoleh indeks penilaian 72,5. Indeks tersebut berada pada kategori interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.5 Hasil Penelitian Unsur-unsur pembangun naskah drama ( konflik atau masalah)

13 dari unsur konflik atau masalah diperoleh indeks penilaian 78,12. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik 4.6 Hasil Penelitian Unsur-unsur Pembangun Naskah Drama (unsur cakapan) dari unsur cakapan diperoleh indeks penilaian 73,75. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup. 4.7 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan naskah drama (Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal) dari sistematika penulisan naskah (Judul dan pengarang diletakkan dibagian paling awal) drama diperoleh indeks penilaian 90. Indeks tersebut berada pada interval % dengan kategori sangat baik. 4.8 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua (:) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik) dari sistematika penulisan naskah drama (Dialog diawali dengan penulisan nama tokoh (Tokoh-tokoh drama huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital) memakai tanda titik dua (:) dan kalimat dialog yang ditulis didalam tanda petik) diperoleh indeks penilaian 86,25. indeks tersebut berada pada kategori interval % dengan kategori sangat baik. 4.9 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung) dari sistematika penulisan naskah drama (Keterangan perilaku tokoh ditulis miring dan diletakkan didalam kurung) diperoleh indeks penilaian 74,4. Indeks tersebut berada pada interval 60-74% dengan kategori cukup.

14 4.10 Hasil Penelitian Sistematika Penulisan Naskah Drama (Ada keterangan babak, keterangan suasana panggung awal babak (latar), penutup adegan atau babak ditandai dengan pergantian setting panggung (keterangan suasana panggung ditulis didalam kurung) dalam dari sistematika penulisan naskah drama diperoleh indeks penilaian 76,87. Indeks tersebut berada pada interval 75-84% dengan kategori baik. V. PENUTUP 5.1 Simpulan Kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi ditinjau dari unsur-unsur pembangun naskah drama adalah 77,05. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi ditinjau dari sistematika penulisan naskah drama siswa memperoleh nilai 81,88. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi tahun pelajarn 2013/2014 memperoleh nilai 79, 46. Indeks penilaian tersebut masuk dalam interval 75-84% dengan kategori baik. Selain itu jika ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi yaitu 70 nilai 79,46 berkriteria tuntas. 5.2 Saran Dari hasil penelitian, penulis mengemukakan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Saran-saran antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia di SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi perlu meningkatkan pengajaran menulis naskah drama pada unsur-unsur pembangun naskah drama terutama unsur amanat, latar dan cakapan serta sistematika penulisan naskah drama agar kemampuan siswa menulis naskah drama di kelas VIII SMP Dharma Bhakti 6 Kota Jambi lebih baik lagi dimasa yang akan dating.

15 2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti penulisan naskah drama dapat memanfaatkan skripsi ini sebagai bahan rujukan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2006a. Panduan pengembangan silabus Bahasa Indonesia Tingkat SMP/ KBK. Jakarta Depdiknas. 2006b. Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta Djiwandono, M.S Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB Endraswara, S Metode Pembelajaran Drama Apresiasi, Ekspresi dan Pengkajian. Yogyakarta: CAPS tanggal 16 mei diakses Husnul, A Mengenal dan Mengidentifikasi Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, A dan Ihsan Nuugraha. 2010a. Menulis Kreatif Naskah Drama. Jakarta: PT Wadah Ilmu Husnul, Ade dan Ihsan Nuugraha. 2010b. Mengenal dan Memahami Isi Cerita. Jakarta: CV Citraunggul Laksana Kosasih, E Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Kusmawan, I Seni Bermain Drama. Jakarta: Ghina Walafafa Nurgiantoro, Burhan Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Semi, M, Atar Anatomi Sastra. Padang: FPBS IKIP Padang Semi, M, Atar Keterampilan Menulis. Padang: FPBS IKIP Padang

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA Oleh: SRF FAZILAH TOYIBAH RRA1B109065 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI.

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI. ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: Fitriyani RRA1B109059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWAKELAS VIII B SMP NEGERI 1 TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWAKELAS VIII B SMP NEGERI 1 TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWAKELAS VIII B SMP NEGERI 1 TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh Luke Ulandari A1B110039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014 ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh: Febriyeni A1B110019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kemampuan menulis teks pidato siswa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 0 KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Romauli Sinurat (romaulisinurat94@gmail.com) Atika Wasilah, S.Pd., M.Pd. Penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MUSTOFA Universitas Negeri Malang E-Mail: Mustofagresik@gmail.com Pembimbing: (I) Dr. Heri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076 Kemampuan Siswa menentuan Tokoh, Karekter Tokoh, dan Latar Cerpen Pada Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi Oleh Susi Fitria A1B1O0076 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo TRANSFORMASI CERPEN DI ATAS SAJADAH CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MENJADI NASKAH DRAMA PANGGUNG DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI KELAS X SMA Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 10 KOTA JAMBI ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 10 KOTA JAMBI ABSTRAK KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SISWA KELAS VIII 1 SMP NEGERI 10 KOTA JAMBI Oleh : Zul Arva Lenny ABSTRAK Lenny, Zul Arva. 2013. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII 1 SMP Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Pembelajaran sastra sangat penting bagi siswa, karena dengan pembelajaran sastra mampu menghasilkan siswa mengenal dirinya dan budaya

I. PENDAHULUAN Pembelajaran sastra sangat penting bagi siswa, karena dengan pembelajaran sastra mampu menghasilkan siswa mengenal dirinya dan budaya Kemampuan Siswa Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Terbitan Depdiknas Oleh siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Kota Jambi Oleh M.Darul Quthni Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh KHAIRUNISA RRA1B109045

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh KHAIRUNISA RRA1B109045 KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX F SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh KHAIRUNISA RRA1B109045 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan menulis cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bagi manusia sangat penting karena dengan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dijadikan sebagai alat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penenitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas tentang kemampuan menulis naskah drama memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP Oleh: Ella 1, Harris Effendi Thahar 2, Afnita 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke-

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke- Kemampuan menulis laporan pengamatan Siswa Kelas IX A di SMP Negeri 11 Muaro Jambi Oleh Arini, Dewi, Pembimbing I Drs. Larlen, M.Pd dan Pembimbin II Drs. Imam Suwardi Wibowo, M.Pd. ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menenengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013. KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013. ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Ispurwaningrum Nim 080320717088 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Novel Populer Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ARTIKEL ILMIAH

Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Novel Populer Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ARTIKEL ILMIAH Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Novel Populer Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI PUISI MELALUI KEGIATAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Noken 2(1)

Jurnal Noken 2(1) KEMAMPUAN MENGUBAH NASKAH PERCAKAPAN DRAMA KE DALAM BENTUK NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I BONTOLEMPANGAN KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA Rosmida 1, Rais Dera P Rawi 2 1 Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran berbahasa di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memperlancar dan mempermudah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang guru yang berhasil akan selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan Kurikulum 2013. Penerapan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu E-Journal Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTs NURUL KHAIRIYAH SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTs NURUL KHAIRIYAH SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 0 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTs NURUL KHAIRIYAH SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh: Rizky Fadhilah Sari (Rizky.fadhilah1992@gmail.com) Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd ABSTRAK

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Isthifa Kemal 1 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji masalah yaitu 1) bagaimana peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah banyak dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas, ada yang meneliti tentang pemanfaatan media pembelajaran, penerapan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Herman dan Nur Indah FKIP Universitas Jambi ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses pembelajaran, terutama pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH KADUNGORA KABUPATEN GARUT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN BERDASARKAN KTSP TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu 1021.0447

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO SKRIPSI OLEH : HAYATUL BESTI A1B109029

KEMAMPUAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO SKRIPSI OLEH : HAYATUL BESTI A1B109029 KEMAMPUAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Jambi untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Seni OLEH

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci