BAB II KAJIAN PUSTAKA. relatif tepat. Kata dasar dari kemampuan adalah mampu. Mampu dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. relatif tepat. Kata dasar dari kemampuan adalah mampu. Mampu dalam"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kemampuan Seseorang dikatakan terampil apabila kegiatan yang dilakukan ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang tinggi dan relatif tepat. Kata dasar dari kemampuan adalah mampu. Mampu dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2003:273) artinya kuasa, sanggup melakukan sesuatu; berada, kaya. Sedangkan kata Kemampuan dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011:296) artinya kesanggupan, kecapakan, kekuatan; kekayaan. Ruang lingkup kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat dan sebagainya. Akan tetapi, kemampuan dalam arti sempit lebih ditunjukkan oleh perbutan. Lebih lanjut, menurut Gibson kemampuan diartikan sebagai suatu yang dapat dipelajari, yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu dengan baik, yang bersifat intelektual atau mental maupun fisik (dalam Syarifuddin, 2012:72). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu proses perbuatan yang dapat dipelajari dengan meningkatkan usaha yang didasari oleh kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu potensi yang dimilikinya. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Donald yang menyatakan bahwa kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan 1

2 terhadap adanya tujuan (dalam Sadirman. 2007:73). Dari pengertian yang dikemukakan di atas mengandung tiga elemen penting yaitu: 1)kemampuan diawali dengan adaya perubahan energi pada setiap individu seseorang; 2)kemampuan ditandai dengan munculnya rasa atau feeling afeksi seseorang; 3)kemampuan dirangsang karena adanya tujuan. Dengan ketiga elemen tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan itu sebagai sesuatu yang kompleks. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan adalah sebuah kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk melakukan dan mengerjakan tugastugas atau pekerjaan yang diberikan. Kemampuan merupakan perilaku yang diperoleh melalui tahap-tahap belajar tertentu. Dikaitkan dengan kemampuan memerankan tokoh, maka seorang siswa yang mampu mempelajari dan sanggup memerankan tokoh yang dilakoni dalam memerankan tokoh drama dianggap memiliki kemampuan untuk memainkan tokoh tersebut sesuai dengan indikator pencapaian Pengertian Drama Pada dasarnya, definisi drama adalah bagian dari karya sastra yang diperankan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita drama tersebut dan hal yang paling menonjol dari sebuah drama adalah didalamnya terdapat dialog ataupun percakapan. Berikut adalah definisi ataupun pengertian drama menurut pendapat para ahli. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (2011:102) drama artinya cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukkan teater. 2

3 Mangunrejo (2009: 41) mengatakan drama berasal dari bahasa Yunani, draomai, artinya bertindak/ berlaku/ berbuat/ beraksi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sastra drama adalah sebuah karya sastra berupa rangkaian yang mencipta atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Pendapat ini dapat memberikan gambaran bahwa karya drama adalah sebuah sastra yang pada akhirnya bisa dipentaskan di atas panggung. Pendapat ini didukung oleh Rastuty, Eti, dkk, yang mengatakan bahwa drama adalah dialog yang dipentaskan (2004:77). Wahyudi, dkk. (2006: 95) mengatakan bahwa selain didominasi oleh percakapan yang langsung itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh. Lebih lanjut, karya drama juga akan mempertontonkan hal tentang penokohan terhadap sebuah karakter baik itu antagonis maupun protagonis dalam sebuah pementasan. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa drama adalah sebuah karya seni atau karya sastra yang dapat diperankan di atas pangggung maupun tidak, dan apabila dipentaskan di atas panggung, maka drama dapat menggambarkan lokasi suasana ataupun tokoh yang diperankan dalam drama tersebut. Dengan kata lain, drama akan lebih menarik jika bisa dipentaskan di atas panggung. Hal ini sejalan dengan pendapat Prasetya dan Indradi (2009: 85) yang mengatakan bahwa sebuah drama akan semakin lengkap apabila sudah dipentaskan. 3

4 Menurut Wahyudi, dkk (2006: 95) terlepas dari apakah sebuah karya drama itu nantinya dipentaskan atau hanya sekedar dibaca saja, pada intinya yang disebut dengan drama adalah sebuah genre sastra yang menampilkan fisiknya memperlihatkan secara verbal dialog atau percakapan diantara tokoh-tokoh yang ada. Dengan demikian, drama adalah sebuah karya sastra yang pada bentuk fisiknya adalah terdapat dialog didalamnya. Dengan kata lain, drama juga terjadi karena ada unsur dialog didalamnya. Lebih lanjut, karya sastra drama bisa lebih menarik dan lebih memiliki makna serta bernilai estetika apabila dipentaskan diatas panggung. Menurut Siswanto (2008: 165) berdasarkan masanya, kita mengenal adanya drama tradisional dan drama modern? Lebih lanjut menurut Siswanto (2008: 165) dramatisasi adalah puisi, novel, cerita pendek, atau karya sastra lain yang disajikan dalam bentuk drama. Ahli lain seperti Rohayati, dkk (2010: 289) mengatakan karya drama adalah merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur intrinsik satu kesatuan karya itu membentuk kesatuan (totalitas). Menurut Nuraeni (2010: 168) mengatakan bahwa drama adalah karangan yang diperagakan dan menggambarkan kehidupan seseorang. Drama juga disebut sandiwara. Ahli lain seperti Darma, Rosdiyanto dan Sahrun dalam Intisari Bahasa Indosia tahun 2007 mengatakan bahwa drama merupakan bentuk dialog. Drama dapat pula diartikan sebagai karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan. Karena ditujukan untuk pementasan, drama sering pula disebut sebagai seni pertunjukkan atau teater. 4

5 Dalam pengertian khusus, para ahli Wood dan Attfield mengatakan bahwa drama anak-anak adalah proses lakuan anak sebagai tokoh dalam berperan, mencontoh, meniru gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman pertama dan yang lalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog guna menghadirkan peristiwa dan rangkaian cerita tertentu (dalam Rosdiana, 2007:8.11). Dari beberapa pengertian drama yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa drama merupakan dialog yang harus dipentaskan yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang mendukung drama, seperti tokoh, latar, alur, tema dan amanat. Dalam drama diperlukan penghayatan, ekspresi yang sesuai dengan tokoh yang diperankan, lafal yang jelas dan intonasi yang tepat Jenis-Jenis Drama Rosdiana (2007,8.6) menjelaskan bahwa jenis drama anak-anak dapat ditentukan dari berbagai tinjauan aspek, yaitu jumlah pelaku, kuantitas waktu pementasan, alur peristiwa yang menyedihkan dan berakhir dengan kebahagiaan, kehidupan rakyat biasa atau pada umumnya, media pementasan, keaslian penciptaan teks drama, sikap terhadap naskah, dan cara penyajian drama anakanak. 1) Berdasarkan Penyajian Lakon Berdasarkan penyajian lakon, maka sedikitnya drama dibedakan menjadi depalan jenis, yaitu tragedy, opera, melodrama, farce, tablo dan sendratari. 5

6 a. Tragedy Tragedy duka cita adalah drama yang penuh kesedihan. Masalahnya, pelaku utama dari awal sampai akhir pertunjukan selalu sia-sia (gagal dalam memperjuangkan nasib yang jelek). Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang medalam karena maut menjemput tokoh utama. b. Komedi Komedi atau suka cerita adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton. Sebagian orang mengatakan bahwa komedi adalah drama gelak. Meskipun demikian komedi sama sekali bukan lawak. Komedi tetap menuntut nilai-nilai drama. Gelak tawa penonton dibangkitkan melalui kata-kata. c. Tragekomedi Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedy dan komedi. Isi lakonnya mengandung kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang mengembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gembira silih berganti. Kadang kadang penonton larut dalam kesedihan, kadang-kadang tertawa terbahak-bahak sebagai wujud rasa geli dan gembira. d. Opera Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama music pengiringnya. Drama jenis ini mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sebgai sarana. Opera yang pendeknya dalah operet. 6

7 e. Melodrama Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi dan musik. Tentu saja cara mengucapkannya harus sesuai dengan pengiringnya. Bahkan pemain kadang-kadang tidak berbicara apa-apa. Pengungkapan perasaanya dingungkapkan dengan ekspresi wajah dan gerakgerik tubuh yang diiringi musik. f. Farce Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Ceritanya, berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan. Yang ditonjolkan dalam drama ini adalah kelucuan yang mengundang gelak tawa agar penonton merasa senang. g. Tablo Tablo adalah drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan. Jalan cerita dapat diketahui melalui gerakan-gerakan tersebut. Bunyi bunyian pengiring (bukan music) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan pemain. Jadi, yang ditonjolkan dalam drama jenis ini adalah acting para pemainnya. h. Sendratari Sendratari adalah gabungan dari seni tari drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwanya diwujudkan dalam bentuk tari. Yang diiringi music. Tidak ada dialog. Hanya teradang dibantu 7

8 dengan narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan. 2) Berdasarkan Sarana Berdasarkan sarana atau alat yang digunakan untuk disampaikan kepada penikmat (penonton, pemirsa atau pendengar), drama dapat dibedakan menjadi enam jenis yakni, drama panggung, drama radio drama televisi, drama film, drama wayang dan drama boneka. a. Drama Pangggung Drama panggung dimainkan oleh para actor dipanggung pertunjukan. Penonton berada disekitar panggung pertunjukan. Penonton berada disekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan cara dapat melihat perbuatan aktor, mendengarkan dialog bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh. b. Drama Radion Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat. Berbeda dengan drama panggung yang bisa ditonton saat dimainkan, drama radio dapat disiarkan langsung dan dapat direkam dulu lalu disiarkan pada waktu yang dikehendaki. c. Drama televisi Drama televisi dapat dilihat dan didengar meskipun hanya gambar. Hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya, drama televisi tak dapat diraba drama telveisi dapat ditayangkan secara langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata acara televisi. 8

9 d. Drama Film Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunaan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop dan penonton berduyung-duyung pergi ke bioskop. e. Drama Wayang Ciri khas tontonan drama adalah cerita dan dialog. Karena itu, tontonan apapun yang yang mengandung cerita disebut drama, termasuk tontonan wayang kulit (jawa) atau wayang golek (sunda). Para tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oleh dalang. f. Drama Boneka Drama boneka sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. 3) Berdasarkan Ada atau Tidaknya Naskah Berdasarkan ada atau tidaknya naskah yang digunakan, drama dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu drama tradisional dan drama modern. a. Drama Tradisional Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah, kalau toh ada naskah itu hanya berupa kerangka cerita dan catatan yangberkaitan dengan permainan drama. Watak tokoh, dialog, dan gerakgeriknya diserahkan sepenuhnya kepada pemain. b. Drama Modern Drama modern menggunakan naskah. Naskah yang berisi dialog dan perbuatan para pemain harus benar-benar diterapkan. Artinya, pemain 9

10 menghafalkan dialog dan berbuat atau melakukan gerak-gerik seperti yang tertulis dalam drama. Lebih lanjut menurut Nuraeni (2010: 168) menurut isinya, drama dibedakan menjadi: a. Drama komedi, yaitu drama yang menggambarkan hal-hal yang lucu, baik ceritanya maupun tingkah laku para tokohnya. b. Drama tragedy, yaitu drama yang menggambarkan nasib buruk atau sedih para pelaku. Dengan demikian, secara garis besar dapat dikatakan bahwa pada dasarnya drama dapat dibedakan pada beberapa jenis drama seperti drama menurut isinya, drama berdasarkan lakon, drama berdasarkan sarana, dan drama berdasarkan ada atau tidaknya naskah. Selain itu, jenis-jenis drama yang ada perlu ditunjang oleh unsur-unsur drama Unsur-unsur Drama Berikut adalah Unsur unsur drama menurut Untoro dkk (2010: 427) adalah sebagai berikut: 1) Penokohan Penokohan/ karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/ kepribadian pelakui utama. 2) Dialog Dua tuntutan yang harus dipenuhi dalam percakapan adalah a) Dialog harus turut menunjang gerak laku 10

11 b) Dialog yang diucapkan diatas pentas lebih tajam dan tertib dari ajaran sehari-hari. 3) Alur Plot/jalan cira adalah rangkaian kejadian yang dialami oleh para pelaku, biasanyaterdiri atas eksposisi, intrik, klimaks, antiklimaks dan konklusi. 4) Latar Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu serta suasana dalam naskah drama. Unsur-unsur drama lain seperti yang dijelaskan Darma, Rusdiyanto, dan Sahrum (2007:224), meliputi : 1. Alur,meerupakan rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Dalam drama alur trbagi atas babak dan adegan. 2. Penokohan, merupakan penggambaran watak tertentu dari setiap tokohnya. 3. Latar, adalah keterangan mengenai ruang dan waktu. 4. Bahasa, merupakan media komunikasi antartokoh. Selain itu, bahasa juga menggambarkan watak tokoh, latar, ataupun pristiwa yang sedang terjadi. 5. Perlengkapan, merupakan faktor pendukung dalam pementasan drama seperti kostum, pencahayaan, dan tata suara. Lebih lanjut, menurut Untoro (2011: 130) unsur-unsur naskah drama adalah sebagai berikut: 1) Prolog, adalah kata pembukaan pada awal suatu drama 2) Babak adalah suatu bagian dari suatu drama 3) Adegan adalah bagian babak dalam suatu drama 11

12 4) Dialog adalah percakapan dua atau lebih tokoh dalam drama 5) Monolog adalah percapakan seorang pelaku dengan dirinya sendiri 6) Epilog adalah bagian pentup dari suatu drama 7) Mimic adalah ekspresi muka pelaku untuk menggambarka emosi. Sebagaimana bentuk sastra yang lain, drama juga mempunyai unsur-unsur pembangun. Menurut Supriyadi (2006: 70) unsur-unsur pembangun drama yakni diuraikan sebagai berikut: 1. Tema dan Amanat Tema adalah ide pokok atau pokok persoalan yang menjadi inti suatu cerita drama. Tema dapat dikatakan sebagai pondasi atau ruhnya cerita. Sedangkan, Amanat dalam drama sebagaimana proses dan puisi, merupakan pesan yang akan disampaikan pengarang atau penulis drama kepada penonton/pembaca. 2. Alur atau Plot Alur atau plot drama adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara sistematis untuk membangun suatu cerita drama. 3. Latar atau Setting Latar atau setting adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Latar/setting dalam drama biasanya dibuat pengarang selogis mungkin sesuai dengan jenis drama. 4. Tokoh dan Penokohan Tokoh drama adalah orang, binatang, tumbuh-tumbuhan yang digunakan penulis/pengarang untuk menyampaikan ide atau amanat cerita.penokohan 12

13 dalam drama seperti halnya prosa fiksi adalah dengan dialog atau analitik dan dramatik. 5. Dialog Dialog adalah percakapan para tokoh dalam drama. Dialog mutlak harus ada terutama dalam drama/teater. 6. Penonton Penonton adalah orang atau sekelompok orang yang menikmati pertunjukkan drama, baik drama radio, televisi, film maupun panggung. 7. Sutradara Sutradara adalah orang yang menggarap naskah drama menjadi suatu pertunjukkan atau orang yang merancang dan memimpin suatu pertunjukan, baik di radio, televisi, film, dan panggung. Ahli lain seperti Kusmayadi (2007: 107) juga memberikan pendapat tentang unsur-unsur drama sebagai berikut: 1. Tokoh, adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Berdasarkan perannya terhadap jenis cerita, tokoh bisa di bedakan menjadi tiga bagian yakni : a) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua tokoh protaginis utama dibantu oleh tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita tersebut b) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figure pembantu yang ikut menentang cerita. 13

14 c) Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu. Baik untuk tokoh protagonis maupun tokoh antagonis 2. Dialog, bentuk karya drama ditulis dalam bentuk dialog. Percakapan atau dialog harus memenuhi dua syarat berikut: a) Dialog harus dapat menunjang gerak laku tokohnya. Dialog harus dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi diluar panggung selama cerita berlangsung, juga mengungkapkan pikiran serta perasaan para tokoh yang berperan diatas pentas. b) Dialog yang diucapkan diatas pentas harus lebih tajam dan tertib daripada ajaran sehari-hari, tidak ada kata yang terbuang begitu saja. Para tokoh harus bercerita jelas dan tepat sasaran. Dialog harus disampaikan secara wajar dan ilmiah. 3. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan kerah klimaks dan penyelesaian. jenis jenis alur yaitu: a) Alur maju, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling awal sampai peristiwa terakhir. b) Alur mundur, yaitu penceritaan rangkaian peristiwa dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik pada rangkaian carita yang paling awal. c) Latar, adalah keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu yang digunakan dalam naskah drama. 14

15 Unsur-unsur yang mendukung pementasan drama, antara lain: 1. Babak, yaitu bagian dari suatu lakon (cerita) 2. Prolog, yaitu pendahulun dari suatu lakon 3. Monolog, yaitu percakapan tokoh dengan dirinya sendiri 4. Epilog, yaitu kata penutup dari sebuah pementasan 5. Mimik, yaitu ekspresi air muka tokoh atau pemain yang menggambarkan perasaanya 6. Adegan, yaitu bagian dari suatu babak 7. Dialog, yaitu percakapan antara tokoh atau pemain 8. Pantomim, yaitu gerakan anggota tubuh pemain untuk menggambarkan emosinya. Menurut Rastuty, dkk, dalam buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Sekolah Dasar (2004:76-77) menjelaskan Hal-hal yang perlu diperhatikan saat akan memerankan tokoh drama yaitu; 1. Intonasi Kalimat demi kalimat dibaca dengan intonasi (lagu kalimat) yang sesuai 2. Jedah Pemenggalan frasa atau klausa harus tepat. Hal itu bertujuan agar tidak menimbulkan makna ganda. Selain itu, agar dapat dipahami oleh pendengar. 3. Lafal Kata-kata harus dilafalkan dengan tepat dan jelas. Jika tidak jelas, akan mengurangi pemahaman terhadap isi drama. kalimat-kalimat dalam kurung tidak perlu dibaca. Kalimat tersebut merupakan petunjuk laku. 15

16 4. Volume Suara Keras lemahnya suara disesuaikan dengan banyaknya pendengar dan luasnya tempat. Jangan sampai suara terlalu keras atau terlalu lemah. 5. Mimik dan Gerak Kalimat-kalimat yang diucapkan saat bermain peran disertai dengan mimik dan gerak-gerik tubuh yang sesuai dengan isi percakapan dan watak tokoh. Berdasarkan paparan di atas tentang unsur-unsur drama, pementasan drama akan lebih optimal jika dalam pementasan drama dapat ditunjang dengan unsur-unsur drama seperti yang telah dijelaskan. Sangatlah penting bagi siswa dengan unsur-unsur drama, drama yang dipentaskan bisa terlihat nyata atau hidup Tujuan Pemeranan Tokoh Drama Tujuan itu salah satunya sesuai dengan jenis belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Humalik tahun 2005, sebagai berikut: 1. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya, adalah untuk mengembangkan keterampilanketerampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif. 2. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka 3. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang pran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan 16

17 prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan. 4. Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan brikutnya. (dalam Selain yang dikemukakan oleh Humalik, adapun beberapa tujuan dari pemeranan tokoh drama melalui metode bermain peran yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain tahun 2002, yaitu : a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain b. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. c. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. (dalam Selanjutnya lebih spesifik dikemukakan oleh Shaftel bahwa memerankan tokoh drama dengan menggunakan strategi bermain peran memiliki tujuan diantaranya, sebagai berikut: 1. Untuk membantu siswa memahami penyebab dari tingkah laku 2. Untuk meningkatkan rasa sensitifitas terhadap sesama 3. Untuk mengurangi perasaan tegang 4. Untuk mendiagnosa kebutuhan anak-anak 5. Untuk mengangkat konsep tentang diri anak 6. Untuk mengekplorasi peran 17

18 7. Untuk mengajarkan perilaku pemecahan masalah 8. Untuk mengajarkan perasaan, berpikir, dan bertindak Dengan berdasar pada tujuan, dapat dipahami bahwa kegiatan memerankan tokoh drama dapat membangun rasa percaya diri siswa, mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan siswa bisa lebih baik dalam berkomunikasi. Selain itu, yang menjadi tujuan utama dari memerankan tokoh drama adalah kompetensi berbicara siswa Langkah-Langkah Memerankan Drama Memerankan drama melalui bermain peran adalah merupakan serangkaian perasaan, kata-kata dan tindakan-tindakan terpola dan unik yang telah merupakan kebiasaan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk berhubungan dengan situasi dan benda-benda. Menurut Wahab (2007: ) bermain peran yang dilaksanakan dalam pengajaran perlu dilalui beberapa fase dan kegiatan sebagai berikut: 1. Persiapan a. Persiapan untuk bermain peran b. Memilih peran c. Mempersiapkan penonton d. Persiapan para pemain 2. Pelaksanaan a. Upayakan agar singkat b. Spontanitas 18

19 3. Tindak lanjut a. Diskusi b. Melakukan bermain peran kembali Lebih lanjut, Rastuty, dkk, (2004:77) menjelaskan langkah-langkah dalam mementaskan drama adalah sebagai berikut : 1. Menentukan pemain yang akan memerankan tokoh 2. Memahami watak tokoh yang akan diperankan 3. Belajar mengucapkan dialog disertai dengan mimik dan gerak-gerik tubuh yang sesuai dengan mimik dan isi percakapan dan watak tokoh. (kalimat-kalimat yang berada dalam kurung tidak perlu dibaca karena kalimat tersebut merupakan petunjuk laku). 4. Berlatih berulang-ulang sampai betul-betul dapat memerankan tokoh dengan baik. 5. Mementaskan atau memerankan teks drama di atas panggung. Pada saat mementaskan teks dapat menggunakan perlengkapan panggung dan kostum yang sesuai agar drama yang diperankan lebih hidup. Dengan memperhatikan langkah-langkah memerankankan drama di atas, diharapkan dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan kemampuan memerankan tokoh drama. Langkah-langkah tersebut merupakan panduan atau acuan bagi guru dan siswa agar memperoleh hasil yang maksimal dalam memerankan tokoh drama. 19

20 2.1.7 Teknik Memerankan Drama Dalam memerankan drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (dalam Faisal, dkk. 2010) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam memerankan drama. Teknik tersebut diuraikan sebagai berikut. 1) Teknik Muncul Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu drama atau babak, atau adegan. Pemunculan tersebut akan memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. 2) Teknik Memberi Isi Pada teknik ini lebih menekankan pada pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dan dinamik. 3) Teknik Pengembangan Pada teknik pengembangan ini dibagi lagi ke dalam dua teknik yang intinya menyangkut penggunaan pengucapan dan jasmaniah. 4) Teknik Timing Teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap. Misalnya bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala sambil berkata aku lupa, maaf! atau bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti aku lupa, maaf! lalu menepuk kepala. 5) Teknik Penonjolan Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. 20

21 Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjolkan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan Hakikat Memerankan Tokoh Drama Memerankan drama berarti mengaktualisasikan segala hal yang terdapat di dalam naskah drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi/mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain. Pada saat melakukan dialog ataupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal, intonasi, nada atau tekanan dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan.(dalam drama). Lebih lanjut dijelaskan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memerankan drama adalah sebagai berikut: 1) Membaca dan Memahami Teks Drama Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami teks drama.teks drama adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya (kostum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks drama, yang diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks drama dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan. Dalam teks 21

22 drama yang perlu dipahami ialah pesan-pesan dan nilai-nilai yang dibawakan oleh pemain. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain akan terlibat dalam konflik atau pertentangan. Jadi, yang perlu dibaca dan pahami ialah rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan konflik-konflik yang menyertainya. 2) Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan Sebelum memerankan sebuah drama, kita perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melalui (1) narasi pengarang; (2) dialog-dialog dalam teks drama; (3) komentar atau ucapan tokoh lain terhadap tokoh tertentu; dan (4) latar yang mengungkapkan watak tokoh. Melalui menghayati yang sungguh-sungguh, kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan, bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku. Selain dari hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam memerankan tokoh drama perlu memperhatikan tekanan-tekanan yang biasa digunakan dalam melisankan naskah drama.tekanan-tekanan tersebut diuraikan sebagai berikut : a) tekanan dinamik, yaitu tekanan yang diberikan terhadap kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang lain. Misalnya, Engkau boleh 22

23 pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan! (kata yang dicetak miring menunjukkan penekanan dalam ucapan). b) tekanan tempo, yaitu tekanan pada kata atau kelompok kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang mendapat tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya, Engkau boleh pergi. Tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai jaminan! Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian yang dimaksud. c) tekanan nada, yaitu nada lagu yang diucapkan secara berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang mengucapkannya. Misalnya, Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan! bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan keseriusan atau ancaman jika diucapkan secara tegas mantap. Akan tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah. lebih khusus, memerankan tokoh adalah salah satu materi yang ada dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi drama, pada materi ini diharapkan siswa mampu untuk memerankan sebuah tokoh dalam drama. menurut Nuraeni (2010: 186) drama adalah karangan yang diperagakan dan menggambarkan kehidupan seseorang. Sehingganya, diharapkan melalui pembelajaran ini siswa diharapkan mampu menjiwai dalam memerankan tokoh. Disisi lain, dengan memerankan tokoh, diharapkan siswa akan mampu bersosialisasi dimasyarakat. Menurut Efendy (2009: 109) mengatakan bahwa memainkan suatu peran 23

24 bertujuan untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas terhadap perilaku baru. Lebih lanjut, menurut Surya (2010: 121) mangatakan bahwa untuk melakonkan tokoh tertentu, tentu anak harus menjiwai sikap dan perilaku tokoh yang dimainkannya tersebut dengan baik. Dengan melihat pendapat ini, dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya bermain peran akan memberikan pengalaman baru dan mendapatkan pandangan baru terhadap suatu tokoh atau perilaku, hal ini hanya dapat terjadi apabila anak mampu menjiwai tokoh yang diperankannya. Dengan memerankan tokoh drama ini pula kemampuan siswa dapat dikembangkan seperti kemampuan siswa dalam berkomunikasi, dan kemampuan siswa dalam mengaktualisasikan diri ke dalamsituasi yang dihadapi, serta dapat menggali potensi atau bakat yang ada pada siswa Pembelajaran Memerankan Tokoh Drama Di SD Drama merupakan sebuah penampilan lakon yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat pembelajaran drama. Tiga kompetensi pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor harus bisa dicapai dalam pembelajaran drama. Secara kognitif, mengenalkan dan memberikan kemampuan dasar tentang materi drama sangatlah penting. Oleh karena itu, struktur drama baik intrinsiknya maupun ekstrinsiknya dalam konteks teks drama menjadi relevan untuk dikembangkan dalam pembelajaran drama di sekolah. Dari ranah afektif, maka kemampuan dasar dalam materi memerankan tokoh drama dapat diarahkan untuk menunjang munculnya seperangkat kompetensi afektif siswa terkait dengan respon positifnya terhadap 24

25 pembentukan karakter, sikap, emotif sebagai efek dari proses analisis drama di sekolah. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa secara afektif pembelajaran drama di sekolah dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan karakter siswa. Ketika siswa memerankan tokoh drama, secara otomatis akan melibatkan ranah psikomotor. Kompetensi dalam capaian psikomotor berupa olah tubuh, dan olah gerak. Di sisi yang lain dapat mendorong kemampuan siswa di dalam pengembangan interaksi sosialnya. Materi ini memberikan dampak yang positif, seperti dapat melatih siswa dalam menumbuhkan keberanian, kemampuan interaksi. Maka dapat dikatakan, bahwa pembelajaran drama yang diajarkan di sekolah, terutama pada tingkat dasar sangatlah mulia. Pembelajaran memerankan tokoh drama di sekolah dasar dapat memberikan peluang secara strategis kepada siswa untuk berkenalan dan mengenal manusia yang sangat boleh jadi perwatakannya jauh lebih hebat dibanding dengan dirinya sendiri. Dampak positif lainnya, siswa cenderung menjadi betah bergaul dengan orang lain tanpa memandang status sosial, saling menghormati atau menghargai terhadap pendapat orang lain, sabar mendengarkan pembicaraan orang lain, memupuk rasa toleransi, berani menentang hal-hal yang tidak baik, dan percaya akan kemampuan yang dimiliki dirinya sendiri. 2.2 Penelitian yang Relevan Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan menjadi acuan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa DII PGSD Universitas Negeri Gorontalo tahun 2008 dengan judul 25

26 Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Metode Bermain Peran. Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui metode bermain peran di kelas III SDN 32 Kota Gorontalo?. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas 3 dapat dilakukan melalui bermain peran. Penerapan bermain peran dalam peningkatan berbicara anak merupakan tahap yang sangat penting. Anak-anak mendapat kesempatan untuk memperbaiki cara belajar yang baik. Penelitian kualitatif deskriptif selanjutnya dilakukan oleh Dirman Emet tahun 2011 di Universitas Lombok Barat yangberjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Bermain Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Panimbung, Lombok Barat, Tahun 2010/2011. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara melalui bermain peran bagi siswa kelas V SDN 2 Panimbung Lombok Barat?. Pada penelitian tersebut dijelaskan hambatan yang dialami siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya bermain peran (drama) adalah kurangnya semangat mereka dalam bermain peran akibat metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik bagi siswa. Salah satu strategi digunakan dalam bermain peran (drama) adalah strategi cooperatif learning. Metode bermain peran dapat digunakan untuk menciptakan suasana pembelajaran inovatif. Kompetensi yang dikembangkan melalui metode ini antara lain kompetensi bekerjasama, berkomunikasi, tanggung jawab, dan toleransi. Dengan adanya penelitian untuk meningkatkan kemampuan 26

27 keterampilan berbicara menggunakan teknik bermain peran ini, diharapkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Penimbung Lombok Barat lebih meningkat. Kesimpulannya, melalui bermain peran sangat membantu dalam peningkatan keterampilan berbicara, khususnya dalam memerankan tokoh. ( Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu bahwa penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sedangkan penelitian ini lebih menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama. 27

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Menulis Kreatif Naskah Drama Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar : Indikator: Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Membedakan dua jenis drama Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Drama Pendek a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Metode Role Playing 2.1.1 Pengertian Metode Role Playing Pada dasarnya pembelajaran harus sebisa mungkin terwujud dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang berhubungan dengan karya sastra drama pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang antara lain sebagai berikut. 1) Rahmi Samalu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Konflik Teks Drama dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together dalam Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014 69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1 Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Alokasi waktu : 2 x 35 Menit Pertemuan : 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MELALUI

PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MELALUI 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KUDUR KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2010/2O11 SKRIPSI Oleh: SISWANTO X1207051

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mendeskripsikan Perilaku Manusia Melalui Dialog Naskah Drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan 1.1 Menemukan pokok-pokok isi

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 271 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh 1 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh Hadijah Mohamad Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

2 Naskah drama dan lirik lagu menawarkan suatu kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Lirik lagu yang dipilih oleh guru bisa berupa lagu yang terkenal dan lagu favorit siswa sehingga siswa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan KELAS XI SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan wawancara 1.1 Menemukan pokok-pokok isi sambutan/ khotbah yang didengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Puji Supadmi* ABSTRAK : Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah drama adalah kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya

Lebih terperinci

Sumaryanto. Bentuk Drama

Sumaryanto. Bentuk Drama Sumaryanto Memahami Karya Sastra Bentuk Drama i Memahami Karya Sastra Bentuk Drama Oleh : Sumaryanto Editor : Sulistiono Lay out : Ferry Andriyan August Perwajahan & Ilustrator: Ferry Andriyan August Sampul

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : VI (Enam) / 2 (dua) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasian dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 06 SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN NAGRAK LEMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yudi Eka Suprapriyadi, M.Pd 1 Arip Ariyanto Purnomo,

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5. Pembahasan Teks : Orang yang mengatur jalannya pertunjukan drama disebut sutradara 1. Bagian babak yang berisi gambaran suatu adegan disebut?. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 5. DRAMALatihan Soal 5.5 adegan babak kramagung skenario Kunci Jawaban : A Adegan : bagian babak yang berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, karya sastra memberikan manfaat kepada pengarang dan pembaca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kreativitas manusia yang dijadikan sebagai sarana berekspresi yang di dalamnya mengandung unsur kehidupan dan keindahan. Selain itu,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci