IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Alam a. Lokasi Daerah Penelitian Kabupaten Pati terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Pati terletak antara 100 0, ,15 Bujur Timur dan 6 0,25 7 0,00 Lintang Selatan. Jarak ibukota Kabupaten Pati ke ibukota Provinsi Jawa Tengah berjarak 75 km. Kabupaten Pati merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara m di atas permukaan air laut. Topografi wilayah Kabupaten Pati sebagian besar berada di dataran dan sebagian kecil ada wilayah pesisir pantai dan wilayah pegunungan dengan curah hujan yang sangat bervariasi antara wilayah Kecamatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Pati sebagai berikut : Sebelah Timur : Kabupaten Rembang dan Laut Jawa Sebelah Barat : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara Timur Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora Secara administratif Kabupaten Pati dibagi menjadi 21 kecamatan. Jarak kecamatan ke ibukota kabupaten terjauh adalah Kecamatan Sukolilo dengan jarak 36 km, dan terdekat adalah Kecamatan Margorejo yang berjarak 4 km. Jarak terjauh antar ibukota kecamatan adalah 69 km dan terdekat 2 km. Ketinggian tempat tertinggi adalah Kecamatan Tlogowungu setinggi 624 meter di atas permukaan laut, dan terendah adalah Kecamatan Tayu 1 meter di atas permukaan laut. 48

2 49 b. Iklim Sebagaimana keadaan di Indonesia, Kabupaten Pati beriklim tropis dengan dua musim dalam setahun yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Pati antara Celcius dengan Rata-rata curah hujan per tahun sebanyak 192 mm dengan 60 hari hujan selama setahun. Pada tahun 2013, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari setinggi 436,71 mm dan terendah bulan Agustus setinggi 21,21 mm. Kecamatan dengan curah hujan tertinggi adalah Kecamatan Sukolilo. Kabupaten Pati secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Dengan curah hujan yang cukup tinggi dan tanah yang subur, sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Pati. c. Penggunaan Lahan Luas wilayah Kabupaten Pati adalah hektar, yang terdiri dari hektar lahan sawah, hektar lahan bukan sawah, dan lahan bukan pertanian. Jika dilihat menurut kecamatan, kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Sukolilo dengan luas ha. Kecamatan terluas kedua adalah Kecamatan Pucakwangi kemudian disusul Kecamatan Winong. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Wedarijaksa dengan luas ha. Jenis tanah di Kabupaten Pati terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah bagian utara dan daerah bagian selatan. Jenis tanah di daerah bagian utara meliputi tanah red yellow, latosol, alluvial, hidromer, dan regosol. Sedangkan di bagian selatan terdiri dari tanah aluvial, hidromer, dan gromosol. Kelapa kopyor cocok di tanam di Kabupaten Pati bagian utara dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan Pati bagian utara memiliki jenis tanah yang cocok untuk dikembangkan kelapa kopyor dimana Kabuapten Pati sebelah utara berbatasan dengan pesisir pantai.

3 50 2. Keadaan Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk adalah orang-orang yang tinggal di dalam suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses demografi yang meliputi kelahiran, kematian dan migrasi. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pati Tahun 2015 No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Laki-laki ,45 2 Perempuan ,55 Jumlah ,00 Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2015 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan sebesar jiwa. Jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan dapat dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit, maka dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Pati relatif kekurangan tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar untuk pekerjaan berat, dan sangat cocok untuk bekerja pada sektor pertanian. Sehingga tenaga kerja laki-laki berperan ganda yaitu dalam usahatani maupun diluar usahatani, khususnya usahatani kelapa kopyor. Berdasarkan Tabel 9 mengenai komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk menghitung angka sex ratio di Kabupaten Pati. Sex Ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, dengan rumus sebagai berikut :

4 51 Penduduk laki laki SR x100 Penduduk perempuan SR X = 0,94 X 100 = 94 Berdasarkan sex ratio diatas sebesar 94, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 94 penduduk laki-laki. Maka dapat disesuaikan di lapang bahwa di Kabupaten Pati tenaga kerja laki-laki relatif lebih sedikit daripada tenaga kerja perempuan, kebanyakan penggunaan tenaga kerja adalah laki-laki. Sehingga usahatani kelapa kopyor yang lebih banyak tenaga kerja laki-laki untuk semua kegiatan usahatani dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Tenaga kerja perempuan hanya bagian pemasaran saja yang tidak menguras banyak tenaga. b. Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk di Kabupaten Pati menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia tahun. Penduduk usia non produktif adalah penduduk yang belum mampu dan yang telah tidak mampu melakukan kegiatan produksi dengan optimal, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk yang dapat dan berpotensi untuk melakukan kegiatan produksi dengan optimal.

5 52 Penduduk dengan jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia produktif, karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang harus mereka tanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Pati berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur Kabupaten Pati Tahun 2015 Kelompok Umur Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah Total Sumber: BPS Kabupaten Pati, Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia non produktif dan usia produktif Kabupaten Pati dari tahun ke tahun berfluktuaktif. Besarnya jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2015 sebanyak jiwa. Sedangkan jumlah penduduk usia non produktif pada tahun 2015 yaitu sebanyak jiwa. Penduduk usia produktif biasanya akan menanggung beban tanggungjawab dari pemenuhan kebutuhan dari penduduk usia non produktif dalam keluarga. Besarnya beban

6 53 tanggungan yang harus dipikul penduduk usia produktif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ABT = ABT X = 46,70 Rasio beban tanggungan pada tahun 2015 sebesar 46,70 berarti bahwa tiap 100 orang kelompok penduduk produktif harus menanggung 47 orang pada usia yang tidak produktif. Hal ini berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di wilayah tersebut sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan perekonomian di Kabupaten Pati.Semakin tinggi persentase rasio beban tanggungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.sedangkan persentase rasio beban tanggungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya.

7 54 3. Keadaan Pertanian Kondisi pertanian memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam suatu wilayah. Kondisi pertanian yang baik di suatu wilayah dapat menggambarkan bahwa lahan pertanian tersedia cukup luas, teknologi yang digunakan tepat guna, ketersediaan modal yang cukup dan sumberdaya manusia yang handal. Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Pati lahan sawah dan lahan bukan sawah dengan rincian dalam tabel berikut. Tabel 11. Data Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian Menurut Penggunaan di kabupaten Pati 2015 No Penggunaan Tanah Luas (hektar) I. Lahan Sawah 1 Irigasi 2. Tadah hujan 3. Pasang Surut 4. Rawa lebak II. Lahan Bukan Sawah 1. Tegal 2. Ladang 3. Perkebunan 4. Hutan Rakyat 5. Padang Rumput 6. Sementara tidak diusahakan 7 Lainnya (tambak,kolam,empang,pekarangan) III Lahan Bukan Pertanian (Jalan, pemukiman, dll) Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2015 Berdasarkan Tabel luas lahan keseluruhan di wilayah Kabupaten Pati yang terdiri dari luas lahan sawah sekitar hektar, luas lahan bukan sawah sekitar hektar dan luas lahan bukan pertanian hektar, Maka dapat disimpulkan bahwa di wilayah Kabupaten Pati lahan sawah lebih luas, salah satunya untuk irigasi dengan luas Ha. Pekarangan di Kabupaten Pati sebagian besar digunakan untuk budidaya tanaman diantaranya buah, sayuran dan kelapa kopyor.

8 55 Hal tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan. B. Sistem Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Pembangunan pertanian merupakan salah satu aktivitas membangun dan mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dapat menggerakkan perekonomian Kabupaten Pati. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang tersedia secara optimal. Salah satu kegiatan yang dapat menggerakkan perekonomian Kabupaten Pati adalah kegiatan agribisnis kelapa kopyor. Budidaya kelapa kopyor sudah dilakukan hampir 40 tahun lalu oleh masyarakat di Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Tayu dan Kecamatan Dukuhseti yaitu ditunjukkan dengan adanya pohon kelapa kopyor yang sudah berusia hampir 40an tahun dan bahkan ada yang sudah diperbarui, ini menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis kelapa kopyor sudah berlangsung cukup lama akan tetapi belum mendapat perhatian lebih dari petani sendiri maupun pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Subsistem yang terkait dengan pengembangan agribisnis kelapa kopyor sendiri mencakup 4 subsistem, yaitu : (1) Subsistem sarana produksi, (2) Subsistem usahatani (3) Subsistem pengolahan dan pemasaran, (4) Subsistem Jasa (organisasi) yang mana dari masing -masing subsistem memiliki peran masing-masing yang berdampak pada pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 1. Subsistem Sarana Produksi Subsistem sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk (Hermawan,2008).

9 56 Petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati mudah dalam mengakses sarana produksi untuk menjalankan kegiatan usahanya. Pemilik toko saprodi dalam menjalankan usahanya dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga kerja dari luar maupun dari dalam dikarenakan dalam mereka masih sanggup dalam menjual dan mengurusi jual beli saprodi. Toko saprodi hampir tersebar di masing-masing kecamatan. Sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani kelapa kopyor seperti pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian seperti sekop, sabit, cangkul sprayer, dan keranjang bambu sudah tersedia semua di toko saprodi masing-masing kecamatan. Jenis pupuk dan pestisida yang biasanya digunakan dalam menjalankan usahatani kelapa kopyor adalah pupuk kandang dan pupuk NPK, harga untuk kedua jenis pupuk ini Rp 500,00 dan Rp 2400,00 per kg sedangkan pestisida yang dijual adalah furadan yang berguna untuk membunuh serangga dalam bentuk larva seperti penggerek daun dan perusak daun, harga untuk furadan sendiri dijual sebesar Rp ,00 per botol, feromonas adalah senyawa kimia yang dapat mengeluarkan aroma khusus sedemikian sehingga dapat mengundang kumbang dewasa untuk terbang mendekati sumber aroma yang ada disekitar perangkap, feromonas sendiri dijual dengan harga Rp ,00 per bungkus. Sarana produksi yang disediakan oleh penyedia sarana produksi jumlahnya cukup dan memadai serta kualitasnya selalu terjaga dengan baik,sehingga apabila petani membutuhkan sarana produksi sewaktu waktu maka ketersediannya selalu ada. Hubungan antara petani dan penyedia sarana produksi sangat baik yaitu sama sama saling membutuhkan dalam melakukan usahanya. Penyedia sarana produksi memiliki modal sendiri sehingga tidak bergantung pada pinjaman modal dari pemerintah ataupun perbankan, ini dikarenakan penyedia sarana produksi tidak ingin repot dalam mengurus birokrasi yang rumit dan harus kepikiran untuk mengembalikan modal yang dipinjam dengan mengangsur tiap bulannya.

10 57 2. Subsistem Usahatani a. Kegiatan Usahatani Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2001). Kelapa kopyor merupakan salah satu tanaman yang cocok dikembangkan di Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Tayu, dan Kecamatan Margoyoso dikarenakan memiliki tanah yang cocok dan secara agroklimat kelapa kopyor cocok untuk dikembangkan, akan tetapi karena keterbatasan lahan banyak petani yang hanya menanam kelapa kopyor di sekitar pekarangan rumah secara polikultur yaitu dengan adanya tanaman lain seperti kelapa sayur, jarak tanam yang digunakan kebanyakan 6mx6m dari idealnya 8mx8m, jarak tanam yang relatif sempit ini dikarenakan petani berusaha memaksimalkan lahan pekarangan yang dimilikinya, walaupun jarak tanam relative sempit akan tetapi diimbangi dengan kesuburan tanah yang baik maka akan berdampak bagus untuk pertumbuhan kelapa kopyor. Tahap-tahap dalam budidaya kelapa kopyor pada umumnya terdiri dari lima tahap kegiatan. Tahap-tahap dalam budidaya kelapa kopyor adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Lahan Lahan bekas pertanian. Tidak perlu pembukaan lahan lagi, dan dapat langsung dilakukan tindakan-tindakan pembuatan lubang tanam, minimal sebesar 40X40X40 cm, galian tanah bagian atas dan bagian bawah dipisahkan. 2) Pembibitan Pembibitan dalam persemaian. Pembibitan kelapa dalam persemaian biasanya dilakukan pada musim penghujan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemberian air. Caranya adalah

11 58 tanah yang akan digunakan untuk persemaian dicangkul dulu sedalam 30 Cm - 40 Cm. Setelah bedengan siap maka bibit kelapa kopyor terpilih ditanam di bedengan tersebut dengan arah mendatar. 3) Penanaman Jarak penanaman kelapa tergantung kepada tingkat kesuburan tanah yang akan ditanami. Jarak tanam pohon kelapa kopyor yang biasanya digunakan adalah 9 m x 9 m atau 10 m x 10 m. Akan tetapi petani memilih jarak tanam 6 m x 6 m dikarenakan hanya ditanam disekitar pekarangan rumah yang tidak terlalu luas. Jarak tanam yang biasa digunakan oleh petani dalam penanaman kelapa biasanya berbentuk segitiga samasisi, empat persegi panjang dan bujursangkar. 4) Pemeliharaan Pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa. Dosis pemupukan kelapa kopyor sangat tergantung pada umur tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi rerumputan di sekitar pohon kelapa sehingga pohon kelapa tidak berebut unsur hara dengan rerumputan. 5) Panen Pemanenan pohon kelapa yang masih muda dilakukan dengan galah yang ujungnya diberi pisau atau arit sebagai pengait buah kelapa. Pemanenan buah kelapa yang masih muda harus lebih berhati-hati karena jika buah kelapa jatuh akan dapat pecah sehingga tidak laku terjual. Pemetikan buah kelapa yang masih muda dan buah kelapa yang akan digunakan untuk bibit sebaiknya tidak dijatuhkan secara langsung ke tanah tetapi harus diturunkan dengan tali yang dikaitkan pada janjangnya.

12 59 b. Analisis Usahatani Kelapa Kopyor Kelapa kopyor dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : kelapa dalam, kelapa genjah, dan kelapa hibrida. Masing-masing jenis memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu sama lain, dimana kelapa dalam memiliki hasil buah yang lebih besar dibandingkan dengan kelapa genjah maupun kelapa hibrida, tinggi pohonnya sendiri lebih tinggi sekitar meter akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum dapat di panen yaitu sekitar 8-9 tahun setelah tanam, sedangkan untuk kelapa genjah memiliki keunikan tersendiri yaitu, memiliki tinggi pohon yang tindak terlalu tinggi sekitar 7-8 meter, waktu panen yang relatife singkat sekitar 4-5 tahun setelah tanam sedangkan untuk kelapa hibrida sendiri di dapat dari perkawinan silang antara dua jenis kelapa dalam (unggul) karena apabila yang disilangkan itu bukan merupakan kelapa jenis unggul maka dapat diperkirakan akan menghasilkan sifat kelapa hibrida yang tidak lebih baik dari induknya, di Kabupaten Pati sendiri lebih banyak ditemukan kelapa kopyor tipe genjah. Penanaman sendiri dilakukan secara konvensional yaitu dengan menyediakan bahan dan alat yang dibutukan untuk menanam kelapa kopyor, pertama yang harus disiapkan adalah bibit kelapa kopyor, bibit ini sendiri dapat dibeli dengan harga Rp satu butirnya, kemudian alat yang dibutuhkan seperti sabit, cangkul, sperayer, dan keranjang bambu, untuk harganya sendiri sabit dijual dengan harga Rp / unit, cangkul dijual dengan harga Rp / unit tergantung jenis dan kualitas bahan, sedangkan untuk sprayer dan keranjang bambu dijual dengan harga Rp dan Rp per unit. Pada lahan 1 hektar yang akan ditanami kelapa kopyor dengan jarak tanam, 9 x 9 meter, membutuhkan jumlah bibit sekitar 125 bibit, dengan jumlah minimal 5 sabit dan 5 cangkul serta 2 sprayer dan 10 keranjang bambu untuk membawa bibit kelapa kopyor yang akan ditanam dibantu dengan tenaga kerja dari luar

13 60 sejumlah 10 orang untuk membantu dalam penanaman dan persiapan lahan dimana dalam 1 hari kerja, mereka dibayar sekitar Rp /HKP. Selama masa tanam hingga panen diperlukan beberapa perawatan dan pengendalian hama, bila tanaman kurang air maka segera di siram agar tidak mati, untuk perawatan sendiri mudah dilakukan yaitu dengan memberi pupuk NPK dan pupuk kandang, setiap satu pohon kelapa kopyor membutuhkan 3 kg pupuk NPK dan pupuk kandang, pupuk kandang sendiri dijual Rp 500/kg sedangkan pupuk NPK dijual Rp 2400/kg. untuk pengendalian sendiri cukup dengan menggunakan pestisida furadan sejumlah 5 botol, dan membuat perangkap hama kumbang badak dengan diberi tambahan feromonas sebanyak 2 bungkus. Pada tahun pertama hingga tahun ketiga setelah masa tanam, petani belum mendapatkan hasil dari pohon kelapa kopyor yang ditanamnya dan mengeluarkan biaya pada tahun pertama sekitar Rp untuk membayar tenaga kerja dan membeli bibit,peralatan dan membayar pajak tanah yang dibayar 1 tahun sekali sebesar Rp Rp , pada tahun kedua dan ketiga biaya yang dikeluarkan oleh petani mengeluarkan biaya untuk perawatan, pemupukan, pengendalian hama kumbang badak, dan membayar pajak tanah, biaya yang dikeluarkan antara Rp Rp , tanaman kelapa dapat diambil hasilnya setelah berumur 4 tahun setelah ditanam, setelah tahun ke 4 dan kelapa kopyor siap untuk di panen setiap 2 minggu sekali, dalam satu pohon kelapa belum tentu menghasilkan kelapa kopyor semua akan tetapi juga menghasilkan kelapa biasa, setiap 1 pohon kelapa rata-rata menghasilkan 3-5 butir kelapa kopyor dan 8-10 kelapa biasa, ratarata setiap tahun jumlah kelapa kopyor yang dihasilkan sekitar butir kelapa kopyor/tahun dengan harga jual setiap butirnya sebesar Rp /butir, petani menjual semua produksi kelapa kopyornya maka dalam satu tahun petani yang memiliki lahan sebesar 1 hektar dan memiliki 125 pohon, dalam setahun dapat

14 61 menghasilakan Rp ,00 Rp /tahun, sehingga usahatani kelapa kopyor dapat memberikan keuntungan bagi petani kelapa kopyor setelah tahun ke 4, produktivitas kelapa kopyor masih akan sama hingga usia pohon tahun ke 15, setelah itu produktivitas kelapa kopyor akan berkurang hingga usia 25 tahun, sehingga diperlukan penanaman pohon baru untuk mengganti pohon yang sudah berkurang produktivitasnya. 3. Subsistem pengolahan dan pemasaran Hasil pengolahan kelapa kopyor di Kabupaten Pati, masih sebatas usaha pengolahan kelapa kopyor menjadi es kelapa kopyor. Hal ini dikarenakan agroindustri makanan yang sudah melakukan usaha pengolahan kelapa kopyor masih sebatas menjadikan es kelapa kopyor saja, belum ada pengolahan lain yang dilakukan oleh agroindustri makanan untuk menambah nilai tambah dari produk kelapa kopyor yang dimiliki. Pengusaha restoran menjadikan es kelapa kopyor sebagai sarana untuk menarik konsumen yang berorientasi untuk mencari keuntungan dikarenakan kelapa kopyor memiliki rasa yang unik dibandingkan dengan kelapa biasa walaupun harganya sendiri hampir 10x lipat lebih mahal dibandingkan kelapa biasa, 1 butir kelapa kopyor seharga Rp ,00 dapat dibuat es kelapa kopyor menjadi 7-8 gelas dengan harga per gelas Rp16.000,00. Semestinya produk kelapa kopyor dapat dimanfaatkan menjadi produk turunan yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dijual berupa buah segar saja atau dibuat es kelapa kopyor dikarenakan kelapa kopyor memiliki rasa yang gurih. Oleh karena rasa dan karakteristiknya yang unik, kelapa ini disukai konsumen baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan, seperti es krim, koktail, dan kue kelapa (BALITKA, 2010). Pemasaran kelapa kopyor yang dilakukan oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati tepatnya di Kecamatan Dukuhseti,

15 62 Kecamatan Tayu, dan Kecamatan Margoyoso adalah menjual kelapa kopyor langsung ke pedagang pengepul. Selain itu ada juga petani yang menjual ke tukang totok (tukang panjat kelapa) setelah itu baru dijual ke pedagang pengepul, jadi petani tidak menjual kelapa kopyor langsung ke pasar. Untuk harga sendiri petani akan mendapat lebih banyak keuntungan jika langsung menjualnya ke pedagang pengepul akan tetapi banyak petani yang lebih memilih memakai jasa tukang totok dikarenakan petani tidak mau repot untuk memanjat pohon kelapa yang tingginya hampir 10m, tukang totok mengenakan tarif sebesar Rp 5.000,00 per butir kelapa kopyor yang diambil oleh tukang totok dari petani, jadi harga kelapa kopyor di tingkat petani satu butir sekitar Rp ,00 sampai di tukang totok sebesar Rp saat dijual ke pedagang pengepul, setelah itu pedagang pengepul mengirim pesanan kelapa kopyor ke restaurant-restaurant atau toko yang ada di kota-kota besar lewat jalur cargo atau lewat jasa paket barang bisanya pengiriman dilakukan 1 minggu 3x atau tergantung permintaan, untuk biaya pengiriman sendiri dibayar oleh pihak pemesan barang tersebut, harga sekitar Rp per butir dimasukkan dalam 1 dus besar berjumlah sekitar 25 butir per dus, setelah itu pembeli bisaanya ada yang langsung menjual ke restaurant untuk dijual dalam bentuk olahan kelapa kopyor kepada konsumen atau dijual lagi kepada konsumen lain, jangkauan pemasarannya sendiri sudah mencapai kota-kota besar seperti Semarang, Bandung, Surabaya dan Jakarta. Bahkan ada yang sampai keluar pulau seperti NTT dan Sulawesi.

16 63 4. Subsistem jasa (organisasi) Subsistem jasa (organisasi) memiliki peran penting dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Pemerintah sendiri memiliki peranan penting dalam mengembangkan agribisnis kelapa kopyor, besarnya pengaruh dapat dilihat dari adanya kebijakan pemerintah yang dibuat untuk mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Tabel 12. Peranan instansi dalam pengembangan kelapa kopyor di Kabupaten Pati No Instansi Peranan 1. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati 2. BAPPEDA Kabupaten Pati 3. Asosiasi Petani Kelapa di Kabupaten Pati 4. Balai Penyuluh Kecamatan Sumber : Analisis Data Primer Mengadakan sosialisasi dan pelatihan pengembangan kelapa kopyor kepada petani Membantu mempromosikan kelapa kopyor dengan mengadakan pameran umkm Menampung aspirasi petani dan harapan dari petani kelapa di Kabupaten Pati Memberikan penyuluhan kepada para petani setiap 1 bulan sekali C. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Komoditas kelapa kopyor merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki beberapa keunggulan seperti nilai jual tinggi, budidaya yang mudah akan tetapi memiliki resiko kegagalan yang tinggi. Kelapa kopyor diharapkan mampu untuk meningkatkan pendapatan petani karena kelapa kopyor mayoritas ditanam secara polikultur di pekarangan rumah. Kelapa kopyor mudah sekali terserang hama kumbang badak yang dapat membuat produksi kelapa kopyor berkurang bahkan dapat mematikan tanaman kelapa kopyor jika tidak cepat untuk dilakukan upaya pengendalian hama. Kelapa kopyor memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dengan harga jual yang tinggi dan upaya dalam

17 64 mengembangkan inovasi dalam pengolahan kelapa kopyor yang dapat menaikkan nilai tambah yang akan bermanfaat bagi petani. Penentuan faktor-faktor dan perumusan strategi dilakukan dengan teknik wawancara kepada informan. Informan tersebut diantaranya pihak dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Kabupaten Pati, Penyuluh dan Pedagang pengepul untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal pada komoditas kelapa kopyor dari sudut padang masing-masing informan, sehingga berdasarkan hasil wawancara terhadap berberapa informan maka dapat dianalisis faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung dan menghamabat proses budidaya kelapa kopyor, antara lain : 1. Analisis Faktor Internal Perumusan strategi dimulai dengan menganalisis faktor internal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam mengembangkan kelapa kopyor di Kabupaten Pati sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan. a. Subsistem Sarana Produksi 1) Sumber daya manusia Usahatani kelapa kopyor memerlukan sarana produksi guna menunjang kegiatan budidaya kelapa kopyor. Penyedia sarana produksi sangat berpengaruh penting dalam keberjalanan usahatani kelapa kopyor. Ketrampilan dalam menyediakan sarana produksi yang dimiliki oleh penyedia sarana produksi sangat baik yang mana mereka dapat membedakan dan menjelaskan apa saja keunggulan pupuk, pestisda, dan lain-lain yang dibutuhkan oleh petani kelapa kopyor sangat membantu keberjalanan usahatani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 2) Produksi Produk yang dijual oleh penyedia sarana produksi kepada petani kelapa kopyor sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan

18 65 oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati, jumlah dan kontinuitas produksi selalu terjaga sehingga petani tidak akan kesulitan untuk menemukan produk yang mereka cari. 3) Pemasaran Pemasaran yang pendek menjadi suatu keunggulan bagi penyedia sarana produksi di Kabupaten Pati, dimana rantai pemasaran yang pendek membuat harga sarana produksi yang dibutuhkan tidak mahal dan dapat dijangkau oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 4) Keuangan Kemampuan permodalan menjadi sangat penting untuk maju tidaknya sebuah usaha, usaha penyediaan sarana produksi membutuhkan dana yang cukup besar oleh karena itu bantuan modal dari pemerintah akan sangat membantu keberjalanan usaha penyedia sarana produksi agar dapat bersaing dengan toko penyedia sarana produksi dari daerah lain yang memiliki modal yang lebih banyak. b. Subsistem Usahatani 1) Sumber Daya Manusia Menurut Hanafie (2010) manajemen sumber daya manusia mencakup semua energi, ketrampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial, yang dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat. Usahatani kelapa kopyor di Kabupaten pati umumnya dikelola oleh petani sendiri dengan bantuan tenaga kerja luar pada saat penanaman saja dikarenkan memerlukan tenaga yang banyak, sedangkan dalam proses perawatan dan pengendalian hama petani memilih melakukannya sendiri, kondisi sumber daya manusia yang dimiliki petani jika dilihat dari tingkat pendidikan masih rendah, namun petani menggunakan

19 66 pengalaman usahatani yang sudah lebih dari 20 tahun dalam membudidayakan kelapa kopyor. Petani kelapa kopyor di kabupaten pati kurang dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki yaitu kurang tertarik dalam mempelajari hal-hal baru mengenai pengembangan kelapa kopyor lewat teknologi kultur jaringan, pelatihan mengenai penanggulangan hama yang baik dan benar sehingga diharapkan bisa menaikkan produksi maupun nilai tambah dari kelapa kopyor. 2) Produksi Produksi kelapa kopyor yang ada di Kabupaten Pati sudah berlangsung sejak 40an tahun yang lalu, petani memperoleh bantuan bibit dari pemerintah sejumlah 3 bibit yang siap untuk ditanam. Proses budidaya kelapa kopyor sangat mudah dilakukan dari menanam hingga panen, dan tidak perlu perawatan yang rumit, akan tetapi meliki resiko yang tinggi yaitu petani tidak bisa menjamin bibit yang akan mereka tanam nantinya saat akan dipanen berbuah kopyor. Tanaman kelapa kopyor juga mudah sekali terserang hama kumbang badak. Proses pemanenan kelapa kopyor dapat dilakukan minimal 4 tahun setelah penanaman yang mana pohon kelapa sudah siap untuk dipanen, panen sendiri dilakukan oleh petani setiap 2 minggu sekalai. Panen dilakukan dengan cara mengambil kelapa kopyor langsung yaitu dengan memanjat pohon kelapa dan mengambil buah dengan dipetik, sebelum dipetik petani terlebih dahulu menotok maupun menggoyang buah kelapa untuk membedakan buah yang kopyor dan buah yang tidak kopyor. 3) Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan mendistribusikan hasil produksi kelapa kopyor dari petani di Kabupaten Pati ke tangan

20 67 konsumen. Dalam proses pemasaran ini, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Produk yang dihasilkan oleh petani kelapa kopyor adalah buah kelapa kopyor segar yang dijual dengan harga Rp untuk ukuran kecil, Rp untuk ukuran sedang dan Rp untuk ukuran besar, buah kelapa kopyor kemudian dijual ke tukang totok kemudian dijual ke pedagang pengepul setelah itu dikirim ke pedagang pengepul kota setelah itu pedagang pengepul kota menjual ke restaurant dan konsumen. 4) Keuangan Keuangan merupakan aspek penting dalam melakukan kegiatan usaha. Sehingga sebagian besar sumber modal yang diperoleh oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati adalah perseorangan atau modal sendiri. Mereka merasa tidak nyaman apabila meminjam modal pada lembaga keuangan seperti bank dikarenkan proses yang rumit dan harus membayar bunga setiap bulannya. Meskipun demikian, sebenarnya petani kelapa kopyor masih membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. jika hanya mengandalkan dari hasil kelapa kopyor di pekarangan rumah saja maka usaha yang dimiliki oleh petani akan sulit untuk berkembang. Sehingga mereka berharap mendapatkan bantuan modal dari Pemerintah Kabupaten Pati untuk mengembangkan usahanya. c. Subsistem pengolahan dan pemasaran 1) Sumberdaya Manusia Ketrampilan usaha yang dimiliki oleh pengolah dan pedagang pengepul di Kabupaten Pati baik, dimana mereka memiliki kemampuan mengolah dan memasarkan produk kelapa kopyor kepada konsumen, dengan memaksimalkan potensi yang

21 68 mereka miliki dalam berusaha dalam bidang jual beli kelapa kopyor. 2) Produksi Kualitas produk yang dijual oleh industri pengolahan dan pedagang pengepul selalu terjaga kualitasnya dikarenakan sangat penting untuk menjaga kualitas dari produk yang akan dijual, semakin baik kualitas produk yang dijual, konsumen akan percaya dan semakin yakin dengan produk yang akan mereka beli. 3) Pemasaran Rantai pemasaran yang cukup panjang menjadi sebuah kekurangan yang dimiliki, sehingga harga jual dari produk kelapa kopyor ke konsumen menjadi sangat tinggi dibandingkan mereka membeli secara langsung di tingkat petani, oleh karena itu dibutuhkan suatu trobosan agar rantai pemasaran tidak terlalu panjang dan dapat menekan biaya yang ada. 4) Keuangan Kemampuan permodalan yang dimiliki oleh industri pengolahan dan pedagang pengepul sangatlah baik, dimana mereka mampu mengembangkan usahanya tanpa meminjam modal dari pihak luar, dengan modal yang dimiliki mereka sendiri, masih mampu bertahan pada kondi saat ini. d. Subsistem Jasa (organisasi) 1) Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Pati tepatnya sumberdaya manusia dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati serta BAPPEDA Kabupaten Pati mengetahui tentang seluk beluk budidaya kelapa kopyor dikarenakan mereka memiliki bidang yang mengurus tentang komoditas kelapa kopyor.

22 69 2) Produksi Ketersediaan prasarana menjadi salah satu kendala bagi Pemerintah yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati serta BAPPEDA Kabupaten Pati untuk mengenalkan kepada daerah lain dan mengembangkan komoditas kelapa kopyor menjadi lebih baik lagi dan bernilai ekonomis yang lebih tinggi. 3) Keuangan Keterbatasan dana yang dimiliki oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati menjadi salah satu kekurangan dalam memberikan bantuan kepada petani kelapa kopyor, untuk sekarang ini mereka hanya dapat membantu pembagian bibit kelapa kopyor kepada beberapa petani saja, tidak secara keseluruhan dikarenakan dana yang dimiliki terbatas dari pemerintah pusat. 2. Analisis Faktor Eksternal a.subsistem Sarana Produksi 1) Konsumen Permintaan konsumen akan sarana produksi setiap tahun semakin meningkat ini dikarenakan semakin banyaknya petani yang ikut dalam berusahtani kelapa kopyor dan semakin seringnya hama kumbang badak menyerang yang membuat petani lebih banyak membeli feromonas untuk mengatasinya, feromonas sendiri bisa didapatkan di toko sarana produksi. 2) Faktor Alam Penjualan sarana produksi tidak terlalu bergantung dengan kondisi alam dimana penjualan akan tetap seperti biasanya, jika tidak terjadi bencana alam yang sangat berpengaruh dalam budidaya kelapa kopyor dan akan berpengaruh dalam penggunaan sarana produksi.

23 70 3) Sosial Budaya Penjualan sarana produksi tidak mempengaruhi atau melenceng dari norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga dalam keberjalanan usaha tersebut tidak ada masalah yang merugikan masyarakat, sehingga petani merasa terbantu dengan adanya toko saprodi yang mereka butuhkan dalam proses budidaya kelapa kopyor. 4) Persaingan Harga Persaingan harga antara toko saprodi di Kabupaten Pati pastilah ada, sehingga penyedia saprodi berusaha menjual saprodi yang mereka miliki tidak terlalu tinggi dari harga pasar sehingga petani tidak berpindah ke toko saprodi lain yang harganya lebih murah. 5) Kebijakan Pemerintah Belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur harga dasar sarana produksi membuat perbedaan harga saprodi ditentukan sendiri oleh para penyedia saprodi sehingga harga saprodi antar toko berbeda beda, tidak adanya bantuan bagi penyedia saprodi berupa modal dari pemerintah juga menjadi sebuah kekurangan. 6) Teknologi Kemampuan penyedia sarana produksi dalam menjual produk yang mereka punyai hanya sebatas menjual di toko saja dikarenakan mereka belum menguasai internet yang dapat digunakan untuk menjual produk yang mereka miliki secara online yang dapat memperluas area penjualan produk yang mereka miliki, sehingga kedepannya diharapkan adanya pengenalan internet kepada penyedia sarana produksi oleh Dinas terkait.

24 71 b. Subsistem Usahatani 1) Konsumen Konsumen merupakan hal yang penting dalam mengkaji faktor eksternal dari usaha kelapa kopyor dikarenakan semakin tingginya minat konsumen dalam mengkonsumsi kelapa kopyor dapat menambah permintaan akan kelapa kopyor sehingga dapat menambah pendapatan dari petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Jumlah permintaan akan kelapa koyor sendiri dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah permintaan akan buah kelapa kopyor. 2) Faktor alam Salah satu faktor yang mempengaruhi proses hidup suatu komoditas saat ditanam adalah kondisi alam. Alam yang menentukan ketersediaan unsur yang dibutuhkan tanaman dan kelangsungan hidup tanaman. Faktor alam merupakan hal yang penting dikarenakan Kabupaten Pati sangat cocok untuk usaha budidaya kelapa kopyor dilihat dari segi agroklimat yang mendukung untuk kelapa kopyor dapat tumbuh dengan baik, akan tetapi akhir-akhir ini iklim yang terus berubah-ubah yaitu semakin panjangnya musim kemarau membuat produksi kelapa kopyor semakin berkurang daripada biasanya. 3) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya yang mendukung adalah adanya hubungan yang harmonis antara petani dengan masyarakat sekitar. Hubungan kerjasama yang baik terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan antara satu sama lainnya, sehingga masyarakat sekitar mendukung dalam pembudidayaan kelapa kopyor, dengan semakin banyaknya masyarakat yang peduli dan mau ikut dalam usaha budidaya kelapa kopyor diharapkan kedepannya kelapa kopyor di Kabupaten Pati semakin berkembang.

25 72 4) Persaingan Harga Kondisi persaingan harga dalam usaha budidaya kelapa kopyor antara petani dengan petani daerah lain hampir tidak ada dikarenkan petani masih kekurangan dalam memenuhi permintaan kelapa kopyor dari luar daerah sehingga tidak ada persaingan yang terjadi, untuk di Jawa Tengah sendiri usaha budidaya kelapa kopyor terbesar berasal dari Kabupaten Pati, daerah lain masih belum banyak yang ikut mengusahakan sehingga harga jual kelapa kopyor sendiri tidak bersaing dengan harga yang ada di luar daerah. Harga kelapa kopyor yang tinggi membuat persaingan dengan produk pertanian lainnya semakin tinggi dikarenakan masyarakat lebih memilih membeli buah yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga kelapa kopyor seperti harga kelapa hijau yang hanya Rp 3.000/butir dibandingkan kelapa kopyor yang harganya mencapai Rp /butir. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah memiliki peranan penting dalam membuat suatu kebijakan dalam mengembangkan usaha kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Oleh karena itu Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Pati melakukan koordinasi dalam memberikan bantuan kepada petani, melakukan pendampingan dan pengawasan serta memberikan pelatihan-pelatihan bagi petani guna meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Pemerintah juga berkewajiban memberikan bantauan berupa sarana dan prasarana bagi petani kelapa kopyor seperti pembagian bibit gratis, bantuan susbsidi pupuk dan pengenalan produk kelapa kopyor kedaerah lain untuk menarik investor

26 73 supaya mau menanamkan modal yang dapat berguna dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten pati. 6) Teknologi Teknologi merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kelapa kopyor, sehingga akan diketahui peluang maupun ancaman dengan adanya suatu teknologi yang dapat membantu petani dalam mengembangkan usahanya, tanpa adanya teknologi usaha budidaya kelapa kopyor tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Aspek teknologi yang ditinjau dari penelitian ini adalah belum adanya suatu usaha dalam mengolah produk kelapa kopyor menjadi suatu olahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, banyak petani yang tidak mengetahui internet juga menjadi salah satu penyebab kurangnya informasi mengenai cara pengolahan yang baik. Teknologi pemuliaan tanaman yang mahal juga menjadi hambatan petani dalam mengakses dan mengoprasikan alat tersebut. c. Subsistem Pengolahan dan Pemasaran 1) Konsumen Semakin banyak permintaan akan buah kelapa kopyor membuat suatu peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh pemasar dalam menjual kelapa kopyor hingga keluar daerah maupun keluar pulau, sehingga diharpkan pasar kelapa kopyor menjadi semakin luas, dan dapat meningkatkan pendapatan petani maupun pedagang pengepul. Bukan hanya permintaan akan buah segar saja, peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah dengan melakukanya dengan berbagai macam pengolahan yang memiliki nilai tambah dibandingkan dengan menjual kelapa kopyor saja, di Kabupaten Pati sendiri baru dijumpai es kelapa kopyor saja, diharpkan

27 74 kedepannya ada perluasan produk menjadi bentuk yang bermacam-macam sehingga dapat menarik konsumen. 2) Faktor Alam Permintaan akan buah kelapa kopyor akan berbeda di saat musim penghujan dan musim kemarau, dimana pada saat musim penghujan permintaan akan kelapa kopyor lebih sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau, dimana pada saat musim kemarau konsumen lebih banyak membutuhkan kesegaran kelapa kopyor dibandingkan saat musim pengujan. 3) Sosial Budaya Kondisi social budaya yang mendukung menjadi suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pedagang pengepul maupun industri pengolahan, dimana pemerintah maupun masyarakat sekitar mendukung dalam pengembangan kelapa kopyor yang dapat berguna bagi kesejahteraan masyarakat dan lebih dikenal oleh masyarakat daerah lain. 4) Persaingan Harga Persaingan harga sendiri belum begitu terjadi antara pedagang pengepul satu dengan pedagang pengepul lain dikarenakan mereka memiliki pasar sendiri dalam menjual kelapa kopyor yang mereka miliki, untuk di Kabupaten Pati sendiri olahan es kelapa kopyor masih jarang ditemukan sehingga membuat persaingan harga belum terjadi, akan tetapi ada persaingan dengan produk olahan lain yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan olahan produk kelapa kopyor. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah daerah mendukung dalam pengembangan kelapa kopyor menjadi suatu produk olahan yang baru dikarenakan saat ini kelapa kopyor menjadi salah satu produk unggulan lokal yang sedang dikembangkan oleh pemerintah

28 75 daerah Kabupaten Pati sehingga pemerintah sedang berusaha mencari bantuan dari investor untuk mau bersama-sama mengembangkan kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 6) Teknologi Teknologi yang digunakan dalam mengolah maupun memasarkan kelapa kopyor masih sederhana, dimana mereka belum memasarkan produk yang mereka punyai secara online lewat internet, jika dapat dimanfaatkan dengan baik maka itu menjadi sebuah peluang dalam mengembangkan produk yang dimiliki. d. Subsistem Jasa (organisasi) 1) Konsumen Konsumen menjadi salah satu komponen yang sangat penting bagi pemerintah, dimana mereka berusaha untuk memeritahukan maupun mempromosikan kelapa kopyor kepada konsumen di Kabupaten Pati maupun luar Kabupaten Pati sehingga Masyarakat akan tertarik untuk mencoba mengkonsumsi kelapa kopyor dan dapat berpeluang untuk memperluas penjualan dari kelapa kopyor. 2) Faktor Alam Pemerintah membantu setiap petani kelapa kopyor jika ada suatu masalah alam maupun masalah serangan hama kumbang badak yang tidak terkendalikan dengan mengadakan sosialisasi dan pemberian bantuan berupa bibit dan pupuk bagi setiap petani, akan tetapi dalam keberjalnnya dirasa kurang begitu efektif dikarenakan belum semua petani yang merasakan bantuan dari pemerintah daerah. 3) Sosial Budaya Adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah dengan adanya pemuatan SK Bupati Pati yang menetapkan komoditas kelapa kopyor menjadi salah satu produk unggulan

29 76 local, membuat pemerintah daerah semakin semangat dalam mempromosikan maupun mengembangkan kelapa kopyor kedepannya. 4) Persaingan Harga Pemerintah belum bisa mengatur atau mengendalikan persaingan harga kelapa kopyor yang terjadi di pasar diakarenakan dalam menentukan harga dasar sendiri, penjual dan pembeli lah yang mengatur harganya itu sendiri, sehingga peran pemerintah dirasa kurang dalam mengatasi persaingan harga yang dapat merugikan petani. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah daerah memeberikan bantuan berupa bibit dan pelatihan kepada para petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati, diharapkan petani kelapa kopyor bisa mendapat bantuan yang diharpkan dapat mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini, dan ditemukan cara penyelesaiana masalah yang terbaik. 6) Teknologi Pemerintah daerah Kabupaten Pati dan Asosisasi Petani Kelapa Kabupaten Pati (APKI) sedang berusaha untuk mencari bantuan investor untuk mengadakan bantuan teknologi pemuliaan tanaman yaitu teknologi dalam mennetukan bibit yang nantinya saat ditanam akan menghasilakan buah kelapa kopyor, yang bermanfaat bagi petani kelapa kopyor agar tidak mengalami kerugian.

30 77 D. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation) 1. Faktor-Faktor Internal Utama a. Kekuatan 1) Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun Pengalaman budidaya kelapa kopyor oleh petani sudah dilakukan hampir 20 tahun lamanya. Petani berusaha untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang mereka miliki untuk menambah penghasilan dengan menanam kelapa kopyor. Semakin lama petani melakukan budidaya kelapa kopyor semakin membuat mereka terlatih dan trampil dalam usaha membudidayakan kelapa kopyor. Pengalaman petani dalam budidaya kelapa kopyor menjadi kekuatan karena petani mempertahankan budidaya kelapa kopyor dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang tidak begitu luas dengan baik dan berusaha membagikan informasi dan pengalaman mengenai usaha budidaya kelapa kopyor yang mereka miliki kepada siapa saja yang membutuhkannya. 2) Budidaya Mudah Budidaya kelapa kopyor secara umum cukup mudah untuk dilakukan bila dibandingkan dengan tanaman tahunan lain seperti karet dan coklat yang membutuhkan perhatian yang cukup serius dalam budidayanya, kemudahan tersebut seperti pemupukan dilakukan 6 bulan sekali setelah penanaman kelapa kopyor, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam merawat dan pengolahan pasca panen.

31 78 3) Kontinuitas Produksi Kelapa kopyor biasanya ditanam pada awal musim penghujan yaitu sekitar awal bulan oktober dikarenakan hujan yang turun dapat memberikan mineral yang dibutuhkan bagi tanaman. Lama pohon kelapa dapat menghasilkan buah kelapa kopyor adalah 4 tahun sejak masa penanaman dan buah tersebut siap untuk dipanen, panen sendiri dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengambil buah yang ada pada pohon kelapa untuk selanjutnya dijual oleh petani ke pedagang pengepul. 4) Produk kelapa kopyor unik dibandingkan kelapa biasa Tanaman kelapa kopyor memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai komoditas spesifik daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif dibanding kelapa normal. Selain itu, buah kopyor juga berpotensi sebagai komoditas ekspor (Sudarsono, 2011). Kelapa kopyor yang unik membuat petani dan pemerintah kabupaten pati berusaha untuk menambah produksi dan tetap menjaga kualitas agar memiliki citra yang baik di masyarakat sehingga semakin banyak masyarakat daerah lain yang ikut tertarik dalam mengkonsumsi atau membeli kelapa kopyor yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Pati. Semakin luas kelapa kopyor dikenal orang maka semakin banyak juga keuntungan yang akan diperoleh oleh petani kelapa kopyor. 5) Petani mampu mencukupi modal sendiri Sebagian besar petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati mengandalakan modal sendiri untuk melaksanakan usaha budidaya kelapa kopyor tersebut. Petani mulai beralih menggunakan pupuk organik dibandingkan membeli pupuk kimia di toko saprodi yang harganya selalu naik, yang akan memberatkan keuangan petani, petani sudah cukup puas

32 79 menjalankan usahanya sekarang tanpa berpikiran untuk meminjam uang di bank untuk memperluas usahanya diakrenakan prosesnya yang rumit. b. Kelemahan 1) Petani kurang memaksimalkan potensi yang ada Potensi sumberdaya manusia yang dimiliki oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati seperti kemaun untuk menerima informasi dari luar, mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas, menerapkan inovasi baru masih sangat rendah padahal petani sebenarnya sudah mudah dalam mengakses informasi baru yang ada akan tetapi mereka masih ragu dalam menerapkannya pada usaha budidaya kelapa kopyor, jika potensi tersebut dapat dimanfaaatkan dengan baik maka diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan yang akan berguna bagi mereka suatu saat nanti. 2) Resiko kegagalan tinggi Usaha budidaya kelapa kopyor memiliki resiko yang tinggi dikarenakan, proses budidaya yang masih sederhana dimana petani tidak dapat menjamin bibit yang ditanam pada saat akan dipanen nanti akan berbuah kopyor atau tidak, sehingga petani akan memilih untuk menebang pohon tersebut dan menggantinya dengan tanaman baru yang diharapkan nantinya akan berbuah kopyor. 3) Mudah terserang hama Hama merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pengembangan kelapa kopyor karena dapat menyebakan kerusakan yang serius. Beberapa teknik pengendalian sudah dikembangkan untuk mengatasi serangan hama tersebut di lapangan tetapi Oryctes rhinoceros masih terlalu mengandalkan penggunaan insektisida kimia sintetik. Hal ini sangat

33 80 merugikan lingkungan hidup, membahayakan kesehatan manusia dan dapat meningkatkan biaya produksi. Pada tanaman muda yang berumur 2 tahun atau kurang, kumbang merusak titik tumbuh dan tanaman akan mati. Suatu populasi kumbang dalam tahap makan sebanyak 5 ekor per ha dapat mematikan setengah dari tanaman yang baru ditanam (Balitka, 2010). 4) Rantai pemasaran panjang Rantai pemasaran merupakan suatu proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Rantai pemasran yang digunakan oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati dalam menjual produknya adalah petani menjual produknya ke tukang totok, tukang totok menjualnya kembali kepada pedangang pengepul, selanjutnya pedagang pengepul yang memasarkan kelapa kopyor kepada konsumen melalui jasa paket atau jasa cargo di beberapa daerah seperti Jakarta,Bandung dan Surabaya sesuai dengan permintaan yang ada. Pedagang pengepul juga menjualnya di restoran-restoran yang ada untuk dijual lagi kepada konsumen dalam bentuk olahan kelapa kopyor. Panjangnya rantai pemasaran yang terjadi membuat harga yang ada di tingkat produsen dan saat berada di tingkat konsumen bisa selisih hampir 100% dikarenakan ada tambahan-tambahan biaya yang terjadi saat proses pemasaran terjadi. 5) Promosi kurang Promosi adalah kegiatan memberikan informasi kepada konsumen, mempengaruhi dan menghimbau khalayak ramai (Rangkuti, 2009). Petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati tidak pernah melakukan promosi terhadap kelapa kopyor yang mereka produksi kepada konsumen dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana akan tetapi promosi dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang melimpah selayaknya bisa dikembangkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu produk pertanian hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani. Hal ini dikarenakan cabai merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 17 BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Kuliah Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Karangtaji Rt 02 Rw 04 Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI AGRISTA : Vol. 4 No.2Juni 2016 : Hal. 73-84 ISSN 2302-1713 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA KOPYOR DI KABUPATEN PATI Risky Setiawan 1, Sapja Anantanyu 2, Emi Widiyanti 3 Study Program of Agribusiness,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci