Perilaku Konsumen dalam Berbelanja Online Studi Kasus : Produk Fashion

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perilaku Konsumen dalam Berbelanja Online Studi Kasus : Produk Fashion"

Transkripsi

1 Perilaku Konsumen dalam Berbelanja Online Studi Kasus : Produk Fashion Dhitami Astialinda, Yeshika Alversia 1. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia dhitamia@gmail.com Abstrak Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, kini hampir semua aktivitas dapat dilakukan dengan Internet, tidak terkecuali aktivitas berbelanja. Penelitian ini membahas tentang perilaku konsumen dalam berbelanja produk fashion secara online menggunakan Theory Reasoned Action (TRA) dengan melihat bagaimana variabel relative advantage, result demonstrability, compatibility, ease of use, visibility, dan perceived risk mempengaruhi sikap terhadap berbelanja produk fashion secara online. Selanjutnya juga bagaimana variabel attitude, dan subjective norms mempengaruhi intensi untuk terus melanjutkan penggunaan Internet untuk berbelanja produk fashion. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa attitude dan offline subjective norms merupakan faktor yang berpengaruh terhadap intensi untuk terus melanjutkan pembelian produk fashion secara online. Ditambah juga, result demonstrability dan perceived risk berpengaruh terhadap sikap dalam berbelanja produk fashion secara online. Kata Kunci : Perilaku konsumen, Internet purchasing, Theory of Reasoned Action (TRA). Consumer Behavior on Online Purchasing Behavior Case Study : Fashion Product Abstract Along with the rapid advances in technology, now almost all of the activities can be done with the Internet, including shopping activity. This study discusses consumer behavior on purchasing fashion products in the Internet using the Theory of Reasoned Action (TRA) to see how these variables; relative advantage, result demonstrability, compatibility, ease of use, visibility, and perceived risk affect attitudes toward online shopping fashion products. Furthermore, also how attitude, and subjective norms influence the intention to continue to use the Internet to purchase fashion products. Processing of the data in this study using structural equation modeling (SEM). Findings show that consumers' attitude towards purchasing on the Internet is an influential factor on intentions to continue Internet purchasing. Additionally, result demonstrability and perceived risk are influential factors on attitudes towards this behavior. Keywords : Consumer behavior, Internet purchasing, Theory of Reasoned Action (TRA). 1. Pendahuluan Menduduki peringkat ke-empat sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, Indonesia relatif sedikit memiliki jumlah pengguna Internet yaitu hanya dibawah 30% dari total populasi atau 72,7 juta orang pada tahun 2013 (emarketer.com, 2013). Hal ini tidak jauh

2 berbeda dengan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), melalui penelitian mereka yang mengemukakan bahwa sekitar 80 juta orang telah menjadi pengguna Internet dan angka ini diprediksi terus naik hingga mencapai 100 juta orang hingga Walau secara presentasi angka yang ditampilkan relatif kecil, namun secara jumlah, angka ini merupakan angka yang signifikan dan dapat menjadi sasaran bagi para pemasar. Meningkatnya jumlah pengguna Internet di Indonesia tentu didasari pada kenaikan aktivitas yang dilakukan para pengguna Internet itu sendiri. Berdasarkan data yang didapat dari APJII, tiga aktivitas yang paling sering dilakukan pengguna Internet di Indonesia adalah untuk kepentingan bersosial media, pencarian informasi, dan pencarian berita terkini. Adapun Aktivitas jual-beli di Internet atau e-commerce kini dilakukan oleh sekitar 11% dari total pengguna Internet Indonesia (disebut dengan pebelanja online) dan diprediksi terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun kedepan (emarketer.com, 2013). Fenomena tersebut membuat pasar e-commerce Indonesia sangat potensial di mata para pelaku usaha. Dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia termasuk dalam jajaran negara yang memiliki penetrasi rendah, namun jika dibandingkan secara regional dengan negara-negara di Asia Pasifik, Indonesia menempati posisi teratas dalam hal angka pertumbuhan e-commerce sektor B2C. Untuk membantu menggambarkan tingkat pertumbuhan e-commerce sektor B2C, lihat gambar di bawah ini Indonesia China India Asia Pacific Gambar 1.1 Pertumbuhan e-commerce sektor B2C (dalam %)

3 Dalam lingkup Asia Pasifik sendiri Indonesia menduduki peringkat teratas dalam hal peningkatan jumlah pengguna Internet. Pertumbuhan penjualan sektor B2C e-commerce di Indonesia menempati angka pertumbuhan tertinggi se-asia Pasifik pada tahun 2011 dan 2013 (emarketer.com, 2013). Pada tahun 2011, pertumbuhan penjualan dari sektor B2C ecommerce mencapai 104,5%, lebih tinggi dibandingkan Cina (103,7%) dan India (47,2%). Angka ini belum termasuk penjualan sektor C2C e-commerce Indonesia dimana pada angka pertumbuhan penjualan Cina, sektor C2C e-commerce telah dimasukkan dalam perhitungan. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut dinilai belum optimal jika dilihat dari rendahnya tingkat penetrasi pembeli digital Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari total pengguna Internet di Indonesia, jumlah orang yang pernah melakukan pembelian online di Indonesia tercatat hanya sebesar 6% di tahun 2011, 7,8% di tahun 2012, dan 9,5% di tahun 2013 (emarketer.com, 2013). Dari sekian banyak produk yang dibeli, produk fashion menempati posisi tertinggi dalam penujualan produk secara online. Dari sekian banyak produk yang dapat dibeli secara online, produk fashion menempati posisi teratas, menurut penulis hal ini dikarenakan sebagai kebutuhan sandang, pakaian masih akan menjadi produk yang banyak diburu konsumen. Belum lagi sifat manusia yang selalu ingin tampil lebih baik, lebih modis, dan mengikuti perkembangan dunia fashion. Hal ini senada dengan Khairina (2014) dalam penelitian juga mendapatkan temuan bahwa website yang paling banyak dikunjungi adalah web yang menawarkan produk fashion. Dalam melihat sebuah keputusan pembelian konsumen banyak teori yang dapat digunakan salah satunya ialah Theory of Reason Action (TRA), yang menjelaskan bahwa intensi seseorang untuk melakukan sebuah tindakan dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor sosial (Ramayah, et al., 2009). Melalui teori ini kita dapat melihat pengaruh dari attitude dan norma subjektif terhadap intensi konsumen dalam memutuskan melanjutkan pembelian produk fashion secara online. Aplikasi TRA dalam konteks peneltian ini membutuhkan identifikasi atau faktorfaktor yang memengaruhi perilaku seseorang atau intensi dalam menggunakan Internet untuk berbelanja. Penelitian ini mengadopsi perceived characteristics of innovating scale (PCI) Moore and Bensabat (1991). Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya ialah relative advantage, compatibility, ease of use, visibility, result demonstrability, dan perceived risk. Namun secara keseluruhan, penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Andrew

4 dan Bianchi (2013) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dalam niatan untuk melanjutkan melakukan pembelian produk fashion secara online. 2. Tinjauan Teoritis Dalam melihat sebuah keputusan pembelian konsumen banyak teori yang dapat digunakan salah satunya ialah Theory of Reason Action (TRA), yang menjelaskan bahwa intensi seseorang untuk melakukan sebuah tindakan dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor sosial (Ramayah, et al., 2009). Melalui teori ini kita dapat melihat pengaruh dari attitude dan norma subjektif terhadap intensi konsumen dalam memutuskan melanjutkan pembelian produk fashion secara online. Aplikasi TRA dalam konteks peneltian ini membutuhkan identifikasi atau faktorfaktor yang memengaruhi perilaku seseorang atau intensi dalam menggunakan Internet untuk berbelanja. Penelitian ini mengadopsi perceived characteristics of innovating scale (PCI) Moore and Bensabat (1991). Faktor-faktor yang termasuk di dalamnya ialah relative advantage, compatibility, ease of use, visibility, result demonstrability, dan perceived risk. Namun secara keseluruhan, penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Andrew dan Bianchi (2013) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dalam niatan untuk melanjutkan melakukan pembelian produk fashion secara online. Gambar 1. Model Penelitian Sumber: Andrews dan Bianchi (2013)

5 2.1 Pengaruh Attitude terhadap Intention Menurut Fishbein dan Ajzein (1975), sikap (attitude) adalah ukuran sejauh mana seorang individu membuat evaluasi positif atau negatif terhadap sebuah perilaku yang dihadapinya. Sikap menentukan kecenderungan seseorang terhadap sebuah perilaku (Allport, 1935). Beberapa penelitian membuktikan bahwa sikap adalah prediktor penting dari intensi penggunaan Internet untuk melakukan pembelian (Doolin, et al., 2005; Hernandez, Jimenez, & Martin, 2010). Selain itu, individu yang memiliki pengalaman langsung terhadap sebuah fenomena akan mementuk sikap yang positif dan sikap tersebut lebih mudah diakses kembali dalam ingatan (Fazio dan Zanna, 1981). Sehingga, hubungan positif antara sikap dan intensi dapat terjadi. Dalam penelitian ini, sikap merupakan ukuran sejauh mana seorang individu memberikan penilaian positif atau negatif mengenai niatan untuk melanjutkan pembelian secara online (setelah melakukan pembelian pertama) (Andrews dan Bianchi, 2013). Dari literatur yang diatas, sehingga hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut: H1: Attitude towards shopping fashion product online secara signifikan berpengaruh positif terhadap intention pengguna Internet untuk meneruskan penggunaan Internet untuk berbelanja produk fashion. 2.2 Pengaruh Relative Advantage terhadap Attitude Dalam TRA, sikap seseorang didasari oleh penilaiannya pada perilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Andrews et al. (2007) dalam penelitiannya menyebutkan, skala perceived characteristics of innovation (PCI) dapat menjelaskan penilaian seseorang yang mendasari sikap terhadap pembelian secara online. Relative advantage adalah salah satu atribut skala PCI yang menjelaskan seberapa besar seseorang melihat bahwa membeli secara online lebih baik dari membeli dengan cara lain (Andrews et al., 2007). Dalam beberapa penelitian, relative advantage ditemukan menjadi prediktor kuat attitude towards performing behavior (Andrews dan Bianchi, 2013; Chen et al., 2002; Jim Baek Jim, 2012). Selain itu, dalam penelitian adopsi inovasi, relative advantage juga ditemukan menjadi faktor penting (Karahanna et al, 1999; Plouffe et al., 2001), dan meningkatkan sikap konsumen terhadap pembelian di Internet (Forsythe et al., 2006). Dari literatur yang diatas, sehingga muncullah hipotesis sebagai berikut: H2: Relative advantage secara signifikan berpengaruh positif terhadap attitude towards shopping fashion product online.

6 2.3 Pengaruh Result Demonstrability terhadap Attitud Result Demonstrability adalah sejauh mana manfaat dari pembelian secara online dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Andrews dan Bianchi, 2013). Sebuah penelitian menunjukkan, result demonstrability merupakan faktor penting yang dapat memprediksi penggunaan seterusnya (continued use) (Agarwal dan Prasard, 1997). Andrews et al. (2007) menemukan bahwa result demonstrability adalah faktor yang paling mempengaruhi wanita yang membeli dan tidak membeli secara online ketika membandingkan antara kemungkinan perilaku tersebut. Dari literatur yang diatas, sehingga hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut: H3: Result Demonstrability secara signifikan berpengaruh positif terhadap attitude towards shopping fashion product online. 2.4 Pengaruh Compatibility terhadap Attitude Compatibility adalah sejauh mana penggunaan Internet untuk melakukanpembelian dipandang konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pola pembelian, dan pengalaman terdahulu (Andrews dan Bianchi, 2013). Dalam konsep adopsi teknologi baru, compatibility merupakan faktor penting yang memprediksi penggunaan teknologi baru bagi first-time users (Agarwal dan Prasad, 1997), pengguna, dan calon pengguna (Plouffe et al., 2001). Compatibility merupakan ukuran kesesuaian gaya hidup, kebiasaan, situasi, dan kondisi konsumen terhadap suatu inovasi (Andrews dan Bianchi, 2013). Dalam konteks Indonesia, 68,3% pengguna Internet di Indonesia adalah subscriber, artinya pengguna Internet cenderung menggunakan Internet secara berlangganan dengan pola yang menetap untuk pengeluaran Internet tiap bulannya (APJII, 2012). Kebutuhan akan Internet di Indonesia mulai menjadi gaya hidup (APJII, 2012). Sehingga dalam konteks Indonesia, dapat terlihat pengaruh positif compatibility terhadap attitude towards shopping online. Dari literatur yang diatas, sehingga muncullah hipotesis sebagai berikut: H4: Compatibility secara signifikan berpengaruh positif terhadap attitude towards shopping fashion product online. 2.5 Pengaruh Ease of Use terhadap Attitude Ease of use adalah sejauh mana seseorang memandang pembelian secara online mudah dilakukan (Andrews dan Bianchi, 2013). Umumnya, variabel ini memiliki pengaruh

7 yang tidak signifikan terhadap sikap (attitude) apabila sampel populasi sudah familiar dengan lingkungan online (Hernandez et al., 2010). Di negara-negara berkembang dimana difusi Internet tidak setinggi di negara-negara maju, terdapat hambatan fisik (infrastruktur) dan ekonomi terhadap pengadopsian e-commerce (Gong, 2009; Maldifassi dan Canessa, 2010; Wresch, 2003). Sehingga,walaupun tingkat penetrasi Internet di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain yakni ±30%, dalam penelitian ini dilihat apakah pengalaman berbelanja online yang telah dilakukan oleh pengguna Internet Indonesia dianggap mudah untuk dilakukan. Pengaruh positif ease of use terhadap attitude towards shopping online ingin dilihat melalui hipotesis kelima ini, maka hipotesis yang muncul adalah: H5: Ease of use secara signifikan berpengaruh positif terhadap attitude towards shopping fashion product online. 2.6 Pengaruh Visibility terhadap Attitude Visibility adalah sejauh mana seseorang memandang pembelian secara online dapat diamati oleh orang lain (Andrews dan Bianchi, 2013). Walaupun berbelanja online bukanlah kegiatan yang secara mudah dapat dilihat orang lain (Van Slyke et al., 2010), visibility dapat menjadi faktor penting yang memprediksi intensi pembelian secara online di Indonesia. Hal ini karena budaya Indonesia yang medium-kolektivis dimana orang Indonesia memiliki nilai kebersamaan yang kuat (House et al., 2004 dalam Irawanto, Ramsey, dan Ryan, 2011), dapat disaksikannya aktivitas berbelanja online oleh sesama pengguna Internet dapat dianggap hal yang penting. Untuk itu, hipotesis keenam diajukan untuk melihat apakah faktor visibility mempengaruhi sikap pebelanja online di Indonesia terhadap kegiatan berbelanja online. Dari literatur diatas, maka hipotesis yang terbentuk adalah: H6: Visibility secara signifikan berpengaruh positif terhadap attitude towards shopping fashion product online. 2.7 Pengaruh Perceived Risk terhadap Attitude Perceived Risk adalah sejauh mana pembelian secara online dipandang sebagai kegiatan yang berisiko dalam hal penipuan kartu kredit, kerahasiaan informasi pribadi, dan ketidakpastian lain tentang lingkungan Internet (Andrews dan Bianchi, 2013). Forsythe et al. (2006) dalam sebuah penelitiannya menemukan bahwa perceived risk berdampak negatif pada

8 pandangan konsumen tentang pembelian secara online. Selain itu, Forsythe et al. (2006) juga menemukan bahwa semakin sering seorang responden melakukan pembelian secara online, maka semakin sedikit ia melihat adanya risiko dalam berbelanja online. Di Indonesia, sebanyak 70% pembayaran belanja secara online digunakan dengan metode bank transfer (APJII, 2012). Hal ini menunjukkan karakter risk-avoidance pebelanja online Indonesia sebagai dampak dari regulasi keamanan transaksi e-commerce yang belum matang (APJII, 2012; Accenture, 2012). Dengan demikian, pengaruh negatif dari faktor perceived risk terhadap attitude towards shopping online diajukan pada hipotesis ketujuh penelitian ini. H7: Perceived risk secara signifikan berpengaruh negatif terhadap attitude towards shopping fashion product online. 2.8 Pengaruh Offline Subjective Norms terhadap Intention Konsisten dengan TRA, subjective norms merupakan faktor lain yang mempengaruhi intensi berperilaku (behavioral intention) seorang individu. Subjective norms didasari oleh persepsi individu mengenai referensi dari lingkungan yang penting baginya untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Pada umumnya, komponen dalam subjective norms menjelaskan pemberi referensi penting bagi seorang individu dalam jaringan komunikasi secara tatap muka (offline communication network), seperti teman dan keluarga (Andrews dan Bianchi, 2013). Masyarakat Indonesia memiliki budaya kebersamaan (collectivism) yang cukup tinggi (House et al., 2004), sehingga pengaruh berupa pemberian masuk dan dorongan dari lingkungan keluarga dan teman sebagai pihak yang menjadi pemberi masukan seseorang diduga dapat mempengaruhi intensi berperilaku orang. Dalam penelitian ini, offline subjective norms dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pebelanja online Indonesia terhadap intensi menggunakan Internet untuk berbelanja (berbelanja online). Untuk itu, hipotesis kedelapan diajukan untuk melihat pengaruh positif dari offline subjective norms terhadap intention to continue using Internet for shopping fashion product. H8: Offline subjective norms secara signifikan berpengaruh positif terhadap intention pengguna Internet untuk meneruskan penggunaan Internet untuk berbelanja produk fashion.

9 2.9 Pengaruh Online Subjective Norms terhadap Intention Online subjective norms berhubungan dengan orang-orang yang menjadi pemberi referensi seorang individu yang berasal dari jaringan komunikasi online (Andrews dan Bianchi, 2013). Fitzgerald (2004) menemukan bahwa pemberi rujukan di memberikan pengaruh negatif dan diskusi grup memberikan pengaruh positif dalam meneruskan pembelian online (continue purchasing online). Popularitas situs jejaring sosial seperti social media yang meningkat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir merupakan fenomena yang mengubah pemahaman pelaku bisnis terhadap konsumen Indonesia. Situs jejaring sosial memberikan peluang bagi para pelaku bisnis untuk terlibat dan berinteraksi dengan konsumen potensial, mendorong kedekatan dengan konsumen, dan membangun hubungan dengan konsumen potensial (Mersey, Malthouse, dan Calder, 2010). Seiring dengan meningkatnya penggunaan Internet sebagai salurankomunikasi antarpersonal, hal tersebut diduga menjadi pengaruh signifikan dalam pengadopsian e-commerce oleh konsumen (Gong, 2009). Sehingga, dalam penelitian ini diajukan hipotesis kesembilan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh positif dari online subjective norms terhadap intention to continue using Internet for shopping fashion product. H9: Online subjective norms secara signifikan berpengaruh positif terhadap intention pengguna Internet untuk meneruskan penggunaan Internet untuk berbelanja produk fashion. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Structural EquationMmodeling (SEM) yaitu prosedur untuk mengestimasi serangkaian hubungan dependen dari suatu konsep atau konstruk yang direpresentasikan oleh berbagai variabel terukur dan digabungkan menjadi suatu model yang terintegrasi (Malhotra, 2010). Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan menyebarkan kuesioner kepada responden berusia diatas 15 tahun yang pernah melakukan pembelian produk fashion secara online dalam tiga bulan terakhir. Dari penyebaran yang dilakukan, peneliti berhasil mengumpulkan data 202 dari 211 kuesioner yang disebar. Dalam pertanyaan, skala digunakan untuk mengukur dan mengetahui sikap responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner. Penelitian ini menggunakan skala Likert dan Semantik Diferensial dengan 7 (tujuh) tingkatan dari angka 1 (satu) mewakili sangat tidak

10 setuju hingga angka 7 (tujuh) mewakili sangat setuju. Selanjutnya dalam pengolahan data, peneliti menggunakan SPSS 16 untuk menguji reliabilitas dan validitas kuesioner pre-test, serta menggunakan AMOS 22 untuk model pengukuran, model struktural, Confirmatory Factor Analysis (CFA), dan Average Variance Extracted (AVE). 4. Hasil Peneltian 4.1 Hasil Model Pengukuran Structural Equation Modeling (SEM) pada AMOS 22 digunakan untk menguji model yng diajukan dan hipotesis yang diuji. Analisis SEM menunjukkan model yang baik dengan angka IFI = 0,93, TLI = 0,92, CFI = 0,93, dan RMSEA = 0, Hasil Uji Hipotesis Menurut Rigdon dan Ferguson (1991), dan Doll, Xia, Torkzadeh (1994) dalam Wijanto (2008), suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik, jika: a) nilai t muatan faktornya (loading factors) lebih besar dari nilai kritis (> 1,96) dan b) muatan faktor standarnya (standardized loading factors) > 0,70. Sementara Igbaria (1997) menyatakan bahwa muatan faktor standar > 0.50 adalah very significant. Untuk mengukur reliabilitas dalam SEM, terdapat dua ukuran yaitu composite reliability measure (ukuran reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ukuran ekstrak varian). Hair et al (2006) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabilitas yang baik adalah jika nilai Construct Reliability (CR)-nya > 0,70, dan nilai Variance Extracted (VE)-nya > 0,50 Tabel 1 Model Pegukuran dan hasil CFA Konstruk Relative Advantage CR = 0,768 AVE = 0,584 Result Demonstrability CR = 0,826 AVE = 0,613 Compatibility CR = 0,900 AVE = 0,692 Indikator Std. Estimate Saya yakin dengan menggunakan Internet aktivitas berbelanja saya menjadi lebih efektif. 0,736 Saya merasa lebih nyaman berbelanja produk fashion jika menggunakan Internet. 0,842 Dengan menggunakan Internet, untuk berbelanja produk fashion, memberikan saya kontrol yang lebih besar terhadap waktu berbelanja saya. 0,583 Saya dapat menjelaskan dengan mudah kepada orang lain mengapa saya mau berbelanja produk fashion menggunakan Internet. 0,805 Saya dapat merasakan dengan jelas manfaat menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. 0,827 Saya dapat mengkomunikasikan hal positif dan negatif dari menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion kepada orang lain. 0,713 Menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion, kompatibel dengan hampir semua aspek kebiasaan berbelanja saya saat ini. 0,766 Menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion sesuai dengan gaya 0,832

11 Ease of Use CR = 0,896 AVE = 0,685 Visibility CR = 0,865 AVE = 0,686 Perceived Risk CR = 0,862 AVE = 0,678 Offline Subjective Norms CR = 0,691 AVE = 0,427 Online Subjective Norms CR = 0,888 AVE = 0,671 Intentention CR = 0,973 AVE = 0,923 Attitude CR = 0,845 AVE = 0,584 hidup saya saat ini. Menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion sesuai dengan cara belanja yang saya sukai. Secara keseluruhan, menggunakan Internet untuk berbelanja kompatibel dengan kondisi saya saat ini. Dengan menggunakan Internet untuk berbelanja, saya dapat memiliki produk fashion yang saya inginkan dengan mudah. Saya dapat mengingat dengan mudah cara menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Saya yakin menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion sering kali tidak praktis. Bagi saya, menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion adalah hal yang sulit dilakukan. Saya belum pernah melihat secara langsung orang lain yang menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Saya dapat dengan mudah mengamati secara langsung ketika orang yang saya kenal menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Saya pernah melihat apa yang orang lain kerjakan saat ia menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Saya merasa aman menyelesaikan transaksi pembayaran untuk pembelian produk fashion yang dilakukan menggunakan Internet. Saya merasa aman memberikan informasi pribadi saya secara detil jika diminta oleh organisasi online. Menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion berkaitan erat dengan ketidakpastian. Anggota keluarga saya mendorong saya untuk menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Teman-teman saya mendorong saya untuk menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Pasangan (Suami/Istri/Pacar) saya mendorong saya untuk menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Teman-teman, kolega, dan orang-orang yang berhubungan dengan saya melalui mendorong saya untuk menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Teman-teman, kolega, dan orang-orang yang berhubungan dengan saya melalui berpendapat sebaiknya saya menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Teman-teman, kolega, dan orang-orang yang berhubungan dengan saya melalui Social Media mendorong saya untuk menggunakan Internet untuk berbelanja fashion. Teman-teman, kolega, dan orang-orang yang berhubungan dengan saya melalui Social Media berpendapat sebaiknya saya menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion. Saya berencana untuk terus menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion dalam enam bulan kedepan. Besar kemungkinan saya akan terus menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion dalam enam bulan ke depan. Saya berniat untuk terus menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion dalam enam bulan ke depan. Secara umum, menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion: Buruk>< baik Secara umum, menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion: Tidak berguna >< berguna Secara umum, menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion: Mahal >< Tidak Mahal Secara umum, menggunakan Internet untuk berbelanja produk fashion: Tidak efektif >< Efektif 0,855 0,869 0,741 0,893 0,770 0,894 0,890 0,925 0,640 0,904 0,672 0,881 0,670 0,639 0,653 0,939 0,950 0,651 0,690 0,954 0,971 0,957 0,831 0,881 0,550 0,753

12 Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Model Struktural Estimate S.E. C.R. P Label A <--- V,010,093,103,918 par_25 A <--- PR -,129,078-1,648,099 par_26 A <--- RA,209,379,551,581 par_29 A <--- C -,129,184 -,703,482 par_30 A <--- RD,908,366 2,479,013 par_31 A <--- EU -,161,161 -,999,318 par_32 I <--- OF 2,359,588 4,015 *** par_27 I <--- ON -1,413,492-2,874,004 par_28 I <--- A,357,106 3,370 *** par_33 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat empat (4) hubungan yang signifikan antar variabel dan lima (5) hubungan yang tidak signifikan antar variabel. Variabel laten attitude towards shopping online dan offline subjective norms memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel intention to continue purchasing online yang dilihat dari t-value masing-masing hubungan 1,645 yaitu 3,370 dan 4,015. Sementara itu, variabel laten online subjective norms tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel intention to continue purchasing online karena memiliki t-value < 1,645, yaitu -2,874. Result demonstrability memberikan pengaruh signifikan terhadap attitude towards shopping online yang dilihat dari t-value > 1,645, yaitu 2,479. Perceived risk juga secara signifikan berpengaruh negatif terhadap attitude towards online shopping yang memiliki nilai t-value < - 1,645, yaitu 1,648. Sementara itu, relative advantage, compatibility, ease of use, dan visibility tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap attitude towards shopping online yang terlihat dari masing-masing t-value < 1,645, yaitu 0,551; -0,703; -1,034; dan 0, Kesimpulan Sikap konsumen terhadap berbelanja online memiliki pengaruh positif terhadap intensi untuk meneruskan penggunaan Internet untuk berbelanja. Dengan kata lain, konsumen yang

13 merupakan pengguna Internet memiliki kecenderungan yang positif terhadap berbelanja online dan berencana untuk melakukannya dalam waktu 6 bulan kedepan. Lingkungan sosial offline yang terdiri dari keluarga, pertemanan, dan pasangan memiliki pengaruh positif terhadap intensi untuk meneruskan penggunaan Internet untuk berbelanja produk fashion, sedangkan lingkungan sosial online tidak berpengaruh secara signifikan. Konsumen lebih menerima masukan untuk berbelanja atau tidak berbelanja produk fashion secara online dari orang-orang yang ditemuinya secara langsung dalam kehidupannya, dibandingkan dengan orang-orang yang berkomunikasi dengannya di dunia maya. Secara umum sikap konsumen terhadap berbelanja produk fashion secara online dipengaruhi result demonstrability, dan perceived risk. 6. Saran 6.1 Implikasi Manajerial Implikasi untuk pemasar apabila ingin membentuk sikap yang baik terhadap pembelian produk fashion secara online sehingga dapat meningkatkan intensi untuk terus melanjutkan pembelian produk fashion secara online, maka pemasar harus meningkatkan result demonstrability, dan mengurangi perceived risk. Maka, saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini kepada pemasar adalah: 1. Result Demonstrability ditingkatkan dan dapat dilakukan dengan berbagi macam strategi pemasaran, salah satunya metode word of mouth. Karena indikator result demonstrability itu sendiri adalah dapat menjelaskan kepada orang lain mengenai pengalamannya menggunakan Internet untuk melakukan pembelian produk fashion, maka tujuan akan tercapai ketika konsumen membagikan pengalaman berbelanjanya kepada calon konsumen lain. 2. Masih mengenai result demonstrability, indikator di dalamnya juga mengukur manfaat nyata yang dirasakan konsumen. Perusahaan e-commerce dapat melakukan campaign Time = Money, Save your time, save your money dengan harapan timbul pemikiran konsumen yang merasa bahwa dengan melakukan pembelian produk fashion secara online memberikan manfaat yang nyata seperti efisiensi terhadap pengalokasian waktu. 3. Dalam penelitian ini terbukti bahwa perceived risk berpengaruh negatif terhadap attitude. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara memfasilitasi dan membangun sistem kemanan yang kokoh khususnya menganai penyimpanan informasi pribadi konsumen dan juga sistem pembayaran. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pilihan

14 cara pembayaran yang dianggap konsumen lebih aman untuk dilakukan. Misalnya dengan memberikan opsi bayar di tempat yang kini telah banyak diadopsi oleh perusahaan e- commerce di Indonesia. 4. Lingkungan offline atau orang-orang terdekat konsumen juga menjadi faktor yang sebaiknya diamati, khususnya lingkungan teman. Artinya, peer-to-peer communication konsumen sangat penting sebagai sumber referensi konsumen dalam berperilaku. 6.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan sehingga memerlukan perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. Berikut merupakan saran peneliti yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam melakukan penelitian selanjutnya: 1. Dikarenakan penyebaran kuesioner banyak dilakukan di lingkungan kampus, secara demografis, responden cukup terkonsentrasi di rentang usia muda dan di wilayah Jabodetabek sehingga tidak bisa menangkap gambaran yang lebih umum mengenai perilaku konsumen dalam berbelanja produk fashion. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan area demografis agar mendapat gambaran yang lebih umum menganai topik penelitian ini. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dianalisis perilaku konsumen dalam pembelian online karakter produk lain seperti elektronik, buku, atau produk jasa seperti pemesanan tiket untuk mengatahui apakah ada kesamaan variabel yang signifikan. 3. Penelitian ini hanya berfokus pada individu yang pernah melakukan pembelian produk fashion secara online, tidak pada visitor atau non-pembeli yang juga cukup penting untuk diteliti (Forsythe et al., 2006). Maka peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep penelitian ini dengan tambahan individu yang tahu namun belum pernah membeli produk secara online.

15 DAFTAR REFERENSI Andrew, L. & Bianchi, C. (2013). Consumer Internet Purchasing Behavior in Chile. Journal of Business Research, 66, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (2012). The Profle of Indonesia s Internet Users. Emarketer Inc. (2013). Indonesia Online: A digital economy emerges, Fueled by Cheap Mobile Handsets. Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An introduction to theory and research. Reading, MA: Addison-Wesley. Forsythe, S., Liu, C., Shannon, D., & Gardner, L. C. (2006). Development of Scale to Measured Perceived Benefits and Risk of Online Shopping. Journal of Interactive Marketing, 20 (2), Fitzgerald, L. (2004). The Influence of Social Communication Network on Intention to Purchase on the Web. International Journal of Internet Marketig and Advertising, 1(2), Hair et al., (2006). Multivariate Data Analysis (6th ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc. Igbaria, M., Zinatelli, N., Cragg, P., & A.L.M. Cavaye. (1997). Personal Computing Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation Model. MIS Quarterly, 21(3), Karahana, E., Straub, D. W., & Chervany, N. L. (1999). Information consumer catalog shopping: Findings from an exploratory study and directions for future research. Internet Research, 8(4), 32 Kisfaludy, M. (2008). Fashion and Inovation. Acta Polytechnica Hungarica, 5,3. Kotler & Armstrong (2006). Principles of Marketing. New Jersey: Pearson Maldifassi, J. O., & Canessa, E, C. (2010). Information technology in Chile: How perceptions and use are related to age, gender, and social class. Journal of Business Research, 31 (3),

16 Malhotra, Naresh K. (2010). Marketing Research an applied orientation (6th ed). New Jersey: Pearson Education. McKinsey& Company. (2013). The Evolving of Indonesia Consumer. Moore, G. C., & Bensabat, I. (1991). Developmet of an instrument to measre the perceived characteristics of adopting an information technology innovation. Information System Research, 2, Rogers, E. (1995). Diffusion of Inovation (4th ed.). New York: Free Press. Wijanto, S. H. (2008). Structural Equation Modelling dengan LISREL 8.8: Konsep dan Tutorial Graha Ilmu

17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi nasional saat ini ditandai dengan tiga tren utama (APJII, 2013). Pertama, tergesernya fitur telepon genggam atau ponsel dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang

BAB I PENDAHULUAN. muka. Fenomena ini yang kemudian dapat dilihat dalam bisnis e-commerce yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi belakangan ini banyak menyinggung tentang e-commerce dengan berorientasi pada Business-to-Customer (B2C). Saat ini banyak orang yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, penggunaan internet menjadi salah satu aktivitas penting dalam mendukung kehidupan manusia di seluruh dunia. Berdasarkan data dari internetworldstats.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penggunaan internet sekarang ini menjadi sebuah alat penyediaan informasi serta pembelian produk. Kemajuan dalam teknologi internet ini memungkinkan konsumen

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Jika melihat hasil pengolahan data yang ada pada bab 4, web banner online store blibli.com cukup baik. Responden menyadari dan mengenali akan kehadiran web

Lebih terperinci

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Internet Service Provider dalam Layanan Fixed Broadband

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Internet Service Provider dalam Layanan Fixed Broadband Petunjuk Sitasi: Ardi, R., Muslim, E., & Annisamatin, N. (2017). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Internet Service Provider dalam Layanan Fixed Broadband. Prosiding SNTI dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan teknologi internet yang begitu pesat memunculkan inovasiinovasi dalam kehidupan masyarakat. Salah satu inovasi yang lahir dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, internet telah menjadi suatu kebutuhan atas ketersediaan informasi. Perkembangan internet salah satunya diukur dari semakin meningkatnya pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Internet World Statst (2016), jumlah orang yang menggunakan internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi melambat dari pengguna

Lebih terperinci

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking

Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking Judul : Penerapan Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 untuk Menjelaskan Minat dan Penggunaan Mobile Banking di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Dewi Mas Yogi Pertiwi NIM : 1306305008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan internet sudah hampir diperlakukan sebagai salah satu kebutuhan sehari-hari. Beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya yang terdapat pada bidang

Lebih terperinci

Data Anaysis. 6ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Data Anaysis. 6ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. yang dapat dimanfaatkan secara praktis. Pemerintah disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM Agribisnis dalam memaksimalkan manfaat teknologi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir terjadi perubahan yang drastis di dalam bisnis khususnya e-business, perkembangan tersebut diantaranya perkembangan komunikasi dan proses

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Belanja Online Belanja online (online shopping) adalah proses dimana konsumen secara langsung membeli barang-barang, jasa dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama internet dan mobile technology sudah sangat pesat pada saat ini. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penilitian yang menjadi acuan adalah hasil penelitian Chahal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penilitian yang menjadi acuan adalah hasil penelitian Chahal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang akan dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian ini. 2.1.1 Chahal et al (2014) Dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL SEBAGAI DASAR USULAN PERBAIKAN FASILITAS PADA LAYANAN MOBILE INTERNET

PENGGUNAAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL SEBAGAI DASAR USULAN PERBAIKAN FASILITAS PADA LAYANAN MOBILE INTERNET PENGGUNAAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL SEBAGAI DASAR USULAN PERBAIKAN FASILITAS PADA LAYANAN MOBILE INTERNET Ali Sadiyoko 1, Ceicalia Tesavrita 2, Irfan Suhandi 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sistem perdagangan dan transaksi di dunia. Salah satu perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang

Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983) menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori difusi inovasi yang dikembangkan Everett M Rogers dikenal luas sebagai teori yang membahas keputusan inovasi. Melalui buku Diffusion of Innovation (DOI), Rogers

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teori mengenai mengenai The Unified Theory of Acceptance and Use Of Technology (UTAUT), perumusan hipotesis penelitian, dan model penelitian.

Lebih terperinci

BAB Latar Belakang

BAB Latar Belakang BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... i. Halaman Judul... ii. Pernyataan Bebas Plagiarisme... iii. Halaman Pengesahan Skripsi... iv

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... i. Halaman Judul... ii. Pernyataan Bebas Plagiarisme... iii. Halaman Pengesahan Skripsi... iv DAFTAR ISI Halaman Sampul....... i Halaman Judul...... ii Pernyataan Bebas Plagiarisme..... iii Halaman Pengesahan Skripsi...... iv Berita Acara Ujian Skripsi.... v Halamanan Motto.... vi Halaman Persembahan......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu alat komunikasi yang utama dan merupakan sarana elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas seperti komunikasi, pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internet adalah jaringan seluruh dunia dari kom puter-komputer dengan data

BAB I PENDAHULUAN. Internet adalah jaringan seluruh dunia dari kom puter-komputer dengan data BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Internet adalah jaringan seluruh dunia dari kom puter-komputer dengan data dalam jumlah besar yang dapat diakses secara langsung dari komputer rumah (Lewis, 1997).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan pada era modern ini. Dua

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan pada era modern ini. Dua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan sistem informasi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan pada era modern ini. Dua hal tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi

BAB III METODE PENELITIAN. minat perilaku nasabah dalam penggunaan layanan menggunakan model integrasi BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian dengan suatu landasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di Indonesia yang semakin pesat telah banyak membuat bisnis baru bermunculan dalam berbagai bidang yang menarik perhatian masyarakat. Salah

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU TERHADAP KEYAKINAN MANFAAT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI

PENGARUH FAKTOR INDIVIDU TERHADAP KEYAKINAN MANFAAT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI PENGARUH FAKTOR INDIVIDU TERHADAP KEYAKINAN MANFAAT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI Agung Utama, Arif Wibowo, & Nurhadi Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia agungutama@uny.ac.id Abstract: Pengaruh

Lebih terperinci

1 Analisis sikap..., Ayu Puspitasari P., FE UI, 2009 Universitas Indonesia

1 Analisis sikap..., Ayu Puspitasari P., FE UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pergeseran perekonomian dari perekonomian tradisonal ke perekonomian baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan konsumen dan pelaku bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hlm Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2009, hlm 111. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan teknologi informasi salah satunya adalah pengguna atau pemakai. Pengguna merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI...xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis daring (online) semakin pesat seiring dengan bertambahnya pengguna internet. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet

Lebih terperinci

PENGARUH KEMUDAHAN PENGGUNAAN DAN MANFAAT YANG DIRASAKAN TERHADAP SIKAP DAN NIAT PEMBELIAN ONLINE (STUDI PADA PEMBELIAN BATIK DI JAWA TIMUR)

PENGARUH KEMUDAHAN PENGGUNAAN DAN MANFAAT YANG DIRASAKAN TERHADAP SIKAP DAN NIAT PEMBELIAN ONLINE (STUDI PADA PEMBELIAN BATIK DI JAWA TIMUR) Jurnal MAKSIPRENEUR, Vol. I, No. 2, 2012, hal. 17-32 PENGARUH KEMUDAHAN PENGGUNAAN DAN MANFAAT YANG DIRASAKAN TERHADAP SIKAP DAN NIAT PEMBELIAN ONLINE (STUDI PADA PEMBELIAN BATIK DI JAWA TIMUR) R. Andi

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi, dan internet menyebabkan mulai munculnya aplikasi bisnis yang berbasis internet. Internet menawarkan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang deskripsi responden, pengujian instrumen penelitian, pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan terhadap data

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE

TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE i ii iii PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sesungguhnya menyatakan bahwa tesis dengan judul:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian Jasa BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Dasar pemikiran pemasaran sebagaimana yang dikemukakan Kotler (2010:174), dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Responden dalam penelitian ini yaitu sales engineer PT.Omron Electronics yang berada di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Medan. Pola pencarian responden dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan

BAB I PENDAHULUAN. baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perekonomian dari perekonomian tradisonal ke perekonomian baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan konsumen dan pelaku bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat seiring kemajuan teknologi. 3,42 3,25 3,07 2,89 2,69. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat seiring kemajuan teknologi. 3,42 3,25 3,07 2,89 2,69. Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Later Belakang Internet diperkenalkan pada tahun 1969 di Amerika Serikat dan sampai saat ini jumlah penggunanya terus meningkat. Internet dapat digunakan sebagai alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, para pelaku bisnis di dunia dihadapkan pada perubahan lingkungan yang serba cepat dan dinamis. Organisasi membutuhkan teknologi informasi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia teknologi dan internet telah membuka banyak peluang bagi dunia bisnis. Jumlah pengguna internet yang terus meningkat setiap tahunnya, menunjukkanbahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Zalora.co.id Zalora Indonesia merupakan bagian dari Zalora group yang didirikan pada akhir 2011 oleh Rocket Internet GmbH, yang mencakup grup retail fashion

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Halaman Judul... ii Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... iii Halaman Persetujuan... iv Halaman Berita Acara Ujian.. v Halaman Motto... vi Halaman Persembahan... vii Kata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Technology Acceptance Model (TAM) TAM adalah teori sistem informasi yang memodelkan penerimaan dan penggunaan teknologi. TAM yang dikemukakan oleh Davis (Davis, 1989) merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang selama ini ada di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I. Pendahuluan. yang selama ini ada di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Indonesia semakin terbuka terhadap kedatangan wisatawan termasuk wisatawan asing. Hal ini memberikan dampak langsung pada industri perhotelan yang selama ini ada di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi yang cukup pesat telah menjadikan teknologi sebagai bagian dari sarana pendukung berbagai

Lebih terperinci

Fitri Imandari Endang Siti Astuti Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABSTRAK

Fitri Imandari Endang Siti Astuti Muhammad Saifi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ABSTRAK PENGARUH PERSEPSI KEMANFAATAN DAN PERSEPSI KEMUDAHAN TERHADAP MINAT BERPERILAKU DALAM PENGGUNAAN E-LEARNING (Studi Pada Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya) Fitri Imandari Endang Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang perekonomiannya. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang perekonomiannya. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan pondasi dari setiap negara, salah satunya adalah negara Indonesia. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang perekonomiannya. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN LAZADA INDONESIA METODE PENELITIAN. Disusun oleh: SALMA NABELLA PUTRI

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN LAZADA INDONESIA METODE PENELITIAN. Disusun oleh: SALMA NABELLA PUTRI PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN LAZADA INDONESIA METODE PENELITIAN Disusun oleh: SALMA NABELLA PUTRI 1401142097 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Periklanan Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian 3 BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian mengenai aplikasi hybrid learning Brilian yang diterapkan oleh Stikom Surabaya pada tahun ajaran 2014/2015. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) Eki Saputra 1, Misfariyan 2 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains

Lebih terperinci

ABSTRAK INTEGRASI TAM DAN ECM DALAM MENJELASKAN NIAT MEMBELI KEMBALI PRODUK FASHION SECARA ONLINE DI KOTA DENPASAR

ABSTRAK INTEGRASI TAM DAN ECM DALAM MENJELASKAN NIAT MEMBELI KEMBALI PRODUK FASHION SECARA ONLINE DI KOTA DENPASAR ABSTRAK INTEGRASI TAM DAN ECM DALAM MENJELASKAN NIAT MEMBELI KEMBALI PRODUK FASHION SECARA ONLINE DI KOTA DENPASAR Kemajuan teknologi Internet saat ini banyak dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis, ini

Lebih terperinci

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Penerimaan Teknologi Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di dunia ini telah menggunakan teknologi internet. Menurut kamus online Cambridge.org, internet adalah suatu sistem komputer yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit

BAB I PENDAHULUAN. Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004). Menurut Indrajit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat, maka manusia di tuntut untuk mengikuti perkembangan dari dunia itu sendiri, kadang manusia pun tidak memandang waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari dua Sub Bab yaitu Sub Bab 2.1 Landasan Teori yang memaparkan teori teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan Sub Bab 2.2 Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen (Mursyid, 2006:26). Marketing

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen (Mursyid, 2006:26). Marketing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran (marketing) adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Atau dapat dikatakan pula bahwa pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu dalam jurnal yang berkaitan dengan inovasi teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu dalam jurnal yang berkaitan dengan inovasi teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan landasan teori yang digunakan sebagai pendukung teori yang akan dibahas. Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan beberapa uraian singkat penilitian terdahulu mengenai technology acceptance model dan situs jejaring sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, internet sudah menjadi salah satu bagian penting dari hidup kita. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan berhubungan dengan internet karena

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA HIDUP, PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE TERHADAP INTENTION TO ADOPT PADA PRODUK APPLE DI SURABAYA

PENGARUH GAYA HIDUP, PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE TERHADAP INTENTION TO ADOPT PADA PRODUK APPLE DI SURABAYA PENGARUH GAYA HIDUP, PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE TERHADAP INTENTION TO ADOPT PADA PRODUK APPLE DI SURABAYA Oleh : RYAN WIFALIN 3103010202 JURUSAN MANAGEMEN FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE

PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE Yeti Diah Wiyanti & Wisnu Untoro Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia Email: yetidiahwiyanti@gmail.com Abstrak: Prediktor

Lebih terperinci

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA OLEH : SHEILA SEMIARDI 3103010127 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI DAN DIFUSI INOVASI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR

PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI DAN DIFUSI INOVASI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR TESIS PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI DAN DIFUSI INOVASI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR ANDI KRISMAWAN No. Mhs. : 125001755/PS/MM PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi. Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2013), jumlah pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tren perkembangan teknologi digital di Indonesia telah membawa dampak positif bagi pertumbuhan e-commerce. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. langsung kepada responden yang mengisi kuesioner pada aplikasi google form di 30 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitiannya adalah mahasiswa program studi akuntansi Universitas Islam Indonesia. Kuesioner

Lebih terperinci

24 melalui aplikasi OLX.co.id. Sugiyono (2013) menyarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5-10 kali jumlah indikator yang diestimasi. Jum

24 melalui aplikasi OLX.co.id. Sugiyono (2013) menyarankan bahwa ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5-10 kali jumlah indikator yang diestimasi. Jum BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek penelitian difokuskan pada masyarakat Yogyakarta yang pernah melakukan transaksi atau berbelanja secara online melalui OLX.co.id. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi internet dan handphone terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan internet sudah hampir diperlakukan sebagai salah satu kebutuhan sehari hari.

Lebih terperinci

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN EVALUASI PENERIMAAN JEJARING SOSIAL GOOGLE+ PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Fitriana Destiawati 1), Tri Yani Akhirina 2), Abdul Mufti 3) 1), 2), 3) Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERCEIVED VALUE DAN SATISFACTION TERHADAP LOYALTY PADA LAZADA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERCEIVED VALUE DAN SATISFACTION TERHADAP LOYALTY PADA LAZADA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERCEIVED VALUE DAN SATISFACTION TERHADAP LOYALTY PADA LAZADA OLEH: ERLINA 3103013182 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SURABAYA 2017 PENGARUH

Lebih terperinci

KARYA AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi DIAT NURHIDAYAT

KARYA AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi DIAT NURHIDAYAT PENGEMBANGAN MODEL PENERIMAAN USER TERHADAP TEKNOLOGI JARINGAN INTERNET NIRKABEL (HOTSPOT) PADA INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI STUDI KASUS DI UNIVERSITAS XYZ KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga produktifitas dari setiap individu, maka media internet sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjaga produktifitas dari setiap individu, maka media internet sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, seiring meningkatnya produktifitas dari setiap individu, menyebabkan berkurangnya waktu untuk melakukan aktifitas yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Techinasia, (2014) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber: Techinasia, (2014) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk berbelanja, belanja sendiri tidak harus dilakukan ketika berada

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1429

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1429 ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1429 ANTESEDEN KEPERCAYAAN PENGGUNA PADA PENAWARAN E-COMMERCE DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP NIAT BELI (STUDI PENGGUNA E- COMMERCE

Lebih terperinci

Jenis Pekerjaan 39 Pengeluaran Rata Rata Responden Per Bulan 39 Kunjungan Ke Coffee shop Lain 40 Waktu Berkunjung Rata Rata 40 Belanja Rata Rata 41

Jenis Pekerjaan 39 Pengeluaran Rata Rata Responden Per Bulan 39 Kunjungan Ke Coffee shop Lain 40 Waktu Berkunjung Rata Rata 40 Belanja Rata Rata 41 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global ini perkembangan internet telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan internet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global ini perkembangan internet telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan internet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global ini perkembangan internet telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan internet ini diikuti dengan banyak bermunculan toko-toko on-line

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus bersaing untuk menghadapi perkembangan teknologi. Di era perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) mobile banking. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) mobile banking. Berdasarkan Technology Acceptance Model (TAM), 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik yang sama : 2.1.1 Bong-Keun Jeong & Tom E Yoon (2013) Penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut segala informasi dapat diakses secara cepat dan

PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menuntut segala informasi dapat diakses secara cepat dan PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Era globalisasi telah menuntut segala informasi dapat diakses secara cepat dan praktis. Munculnya sebuah teknologi baru, khususnya di bidang teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memfasilitasi transaksi pembelian antarsemua jenis aktor:

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memfasilitasi transaksi pembelian antarsemua jenis aktor: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya internet telah menciptakan peluang bagi perusahaan untuk tetap kompetitif dalam melayani pelanggan dengan nyaman, cepat, dan murah dalam melakukan pembelian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau value. (Pengertian Komunitas Menurut Para Ahli, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau value. (Pengertian Komunitas Menurut Para Ahli, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berjalannya waktu semakin beragam pula kebutuhan manusia. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang berusaha memenuhi kebutuhan manusia yang sangat beragam. Dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam Penelitian ini, peneliti juga menyertakan beberapa uraian singkatmengenai penelitian terdahulu mengenai penerimaan belanja online.tabel 2.1 menunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan pada bisnis ritel terus berkembang dan semakin ketat, dimana pada kondisi seperti ini mengharuskan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan berbelanja merupakan salah satu kegiatan aktivitas masyarakat sejak dahulu hingga saat ini. Pada awal mulanya berbelanja dilakukan dengan sistem barter atau

Lebih terperinci