BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan pada era modern ini. Dua

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan sistem informasi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan pada era modern ini. Dua hal tersebut seperti layaknya kebutuhan primer pada kehidupan manusia. Teknologi informasi dan sistem informasi tidak hanya digunakan manusia untuk kepentingan individu, melainkan juga untuk kepentingan bisnis. Perkembangan Teknologi informasi dan sistem informasi yang pesat telah menjadikannya sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan organisasi. Teknologi informasi adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi (Darmawan, 2009), sedangkan sistem informasi adalah kombinasi teratur dari individu, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O brien, 2006). Sistem informasi yang didukung dengan teknologi informasi dan dirancang secara efektif dapat memberikan nilai tambah bagi sebuah organisasi. Sebagian besar sistem informasi saat ini dikuasai oleh teknologi informasi berbasis komputer yang menggunakan teknologi perangkat 1

2 keras, teknologi perangkat lunak, teknologi jaringan telekomunikasi dan teknologi manajemen sumber daya data yang terdapat dalam komputer (O brien, 2006). O Brien dalam bukunya yang berjudul Introduction To Information System menyatakan bahwa terdapat tiga peran penting sistem informasi dalam sebuah organisasi, yaitu dapat mendukung proses dan operasi bisnis, mendukung pengambilan keputusan, dan mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif. Para pelaku bisnis menyadari bahwa teknologi informasi memiliki peran yang sangat vital di dalam perkembangan dunia bisnis kini, oleh karena itu banyak organisasi yang mencurahkan proporsi dana yang tidak sedikit demi mengembangkan dan mencapai keberhasilan sistem informasinya. Hal ini pula yang terjadi pada industri penerbangan. Industri penerbangan adalah salah satu industri yang telah menjadi urat nadi globalisasi karena kemampuannya menimbulkan dampak ekonomi serta memiliki peran dalam memfasilitasi pariwisata dan perdagangan dunia. Industri penerbangan merupakan industri yang mengedepankan efisiensi, efektivitas, ketetapan, kenyamanan dan keselamatan dalam memberikan jasanya kepada para penumpang pesawat terbang. Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan dalam kelima aspek tersebut serta memenangkan persaingan dalam industri penerbangan adalah melakukan pengembangan dalam sistem informasi. Hingga saat ini, popularitas maskapai penerbangan bertarif rendah semakin meningkat. Hal ini yang mendukung para pejalan dan pelaku 2

3 bisnis semakin mobile, seperti yang telah diungkapkan Stanford-Smith et al. (2002) orang-orang belum pernah se-mobile ini sebelumnya dan terlihat adanya hubungan yang dekat antara pola komunikasi dan perilaku perjalanan. Keduanya meningkat secara paralel. Indonesia sendiri merupakan pasar yang memiliki potensi yang dapat diperhitungkan dalam industri penerbangan jika kita melihat jumlah penduduk Indonesia sebesar juta jiwa pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik,2010) yang tersebar di pulau (indonesia.go.id, 2011). Misalnya pada Hari Raya Idul Fitri, Kementrian Perhubungan Republik Indonesia mencatat pada tahun 2008, 19% dari seluruh jumlah penumpang pada Hari Raya Idul Fitri menggunakan angkatan udara dengan mencapai angka 2,8 juta orang. Tahun 2009 meningkat menjadi 25% dengan jumlah penumpang mencapai hingga 3,4 juta orang dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 27% dengan jumlah penumpang mencapai hingga 4 juta orang. Dan mengingat semakin populernya penerbangan yang memiliki tarif rendah maka diperkirakan pula pengguna angkatan udara akan terus meningkat. Menurut Giovanni Bisignani, Direktur Utama dan Chief Executive Office The International Air Transport (IATA) dalam siarannya tanggal 4 Agustus 2010, industri penerbangan Indonesia mendapatkan prioritas untuk dikembangkan di masa depan dengan melihat kondisi penduduk dan geografis Indonesia dan pertumbuhan angka penumpang dan barang yang menggunakan jasa penerbangan di Asia Pasifik. Kebijakan pemerintah 3

4 dalam aspek keselamatan, infrastruktur dan lingkungan diperlukan untuk mendukung prioritas pengembangan. Sementara industri perjalanan dan penerbangan berkembang pesat, di saat yang sama pula pengguna internet berkembang pesat pula. Pada tahun 2009, jumlah pengguna internet di Indonesia menduduki peringkat kelima di ASIA dengan jumlah pengguna 96 juta orang, setelah Cina 384 juta pengguna, Jepang dengan 96 juta pengguna, India dengan 81 juta pengguna dan Korea Utara dengan 37.5 pengguna (Internet World stats, 2009). Kemajuan teknologi internet serta peningkatan jumlah pengguna internet mendorong organisasi untuk melakukan bisnis dengan lebih cepat dan masif, sesuai dengan perkembangan teknologi tersebut, yang akhirnya memicu pasar menjadi semakin kompetitif dan secara ekstrem mampu mengubah cara konsumen dalam membeli barang dan jasa. Maret 2006 dimulailah penggunaan sistem baru dalam melayani pembelian kursi dalam dunia penerbangan, inovasi baru ini disebut sebagai Electronic Ticket (E-Ticket) atau tiket elektronik. Maskapai pertama yang menerapkan sistem ini adalah maskapai penerbangan Garuda, dan saat ini, maskapai penerbangan lain yang sudah menerapkan sistem ini yaitu Air asia, Lion air, Mandala Airlines, dan Batavia Air (Hardianto, 2008). Penggunaan tiket elektronik mampu memberikan banyak manfaat bagi perusahaan dan pengguna jasa penerbangan. Perusahaan menggunakan elektronik tiket guna memotong biaya pemasaran, yang akan 4

5 mempengaruhi harga produk mereka, sehingga mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif serta menekan biaya pelayanan mereka sehingga akan berdampak pula pada dapat ditekannya harga tiket yang ditawarkan bagi para calon penumpang. Keuntungan lain dengan adanya tiket elektronik bagi pengguna adalah tiket elektronik dapat digunakan sebagai kupon hotel atau tiket hiburan tertentu. Levinson (2004) dalam bukunya Guerrila Travel Tactics merumuskan tiga kelebihan utama dalam penggunaan fasilitas E-ticketing dibandingkan dengan membeli tiket pada agen perjalanan. Pertama, banyak situs web yang menawarkan web-only fares harga khusus pembelian tiket di web yang tidak tersedia pada sistem agen perjalanan. Kedua, konsumen tidak dikenakan biaya Web Service lebih dari $10, sementara agen perjalanan biasanya mengenakan biaya servis sedikitnya $25 per tiket. Ketiga, fasilitas e-ticketing siap melayani konsumen 24 jam sehari selama 7 hari seminggu, termasuk di hari libur. IATA mengganti semua tiket kertas menjadi tiket elektronik pada tahun 2007 sebagai tindakan untuk mengatasi pesatnya pertumbuhan E- ticketing (David, 2004). Dalam Annual General Meeting tahun 2004, IATA memiliki target 40% implementasi E-ticketing pada akhir tahun 2005, 70% pada tahun 2006, dan 100% pada Mei Dan target target tersebut tercapai pada November 2005, Oktober 2006 dan Mei Sedangkan penerapannya di Indonesia, IATA menempatkan Indonesia di urutan kedua di Asia Pasifik dalam hal penetrasi tiket 5

6 elektronik. Laporan Statistik IATA menajukkan penetrasi elektronik tiket di Indonesia pada Maret 2007 sebesar 82%. Posisi pertama ditempati oleh Selandia Baru dengan pencapaian penetrasi sebesar 82,86%. Australia menempati urutan ketiga dengan pencapaian penetrasi sebesar 81,28%. Angka angka yang ditunjukkan cukup terbilang lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata penetrasi penggunaan tiket elektronik berbagai penerbangan maskapai di Asia Pasifik yang hanya sebesar 67% (Hardianto, 2008). Jumlah pengguna tiket elektronik tidak lepas dari peranan teknologi internet yang kita tahu bahwa pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin maju pesat. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh jumlah pengguna internet di Indonesia dari tahun naik sebesar 1400%, dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat, karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang tergolong besar dan perkembangan teknologi internet yang pesat pula. Penggunaan sistem baru dapat menimbulkan masalah keberterimaan individu terhadap penggunaan sistem tersebut. Keberhasilan sistem tersebut, tergantung pada manusia dan bukan pada teknologi informasi tersebut (Compeau dan Higgins, 1995). Meskipun banyak manfaat yang telah disediakan dengan adanya elektronik tiket, masih banyak konsumen yang masih membeli pada agen perjalanan. Oleh karena itu penelitian ini didasari masalah tersebut serta untuk mengetahui tingkat keberterimaan pengguna terhadap sistem baru dengan 6

7 mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk menggunakan sistem tersebut. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis (1986, dalam Davis, Bargozzi, dan Warshaw, 1989) yang dikembangkan oleh Hong et al. (2002) pada penelitian yang berjudul Determinants of User Acceptance of Digital Libraries: An Empirical Examination of Individual Differences and System Characteristics dan Pavlou (2003) pada penelitian yang berjudul Consumer Acceptance of Electronic Commerce: Integrating Trust and Risk with the Technology Acceptance Model. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan faktor-faktor yang terdapat di dalam penelitian yang dilakukan oleh Hong et al. (2002) dan Pavlou (2003) yang dimodifikasi agar sesuai dengan karakteristik penelitian. Tiket elektronik merupakan teknologi yang berbasiskan internet yang secara konteks berbeda dengan aplikasi perangkat lunak yang berdiri sendiri. Pengguna dapat bertransaksi dengan menggunakan sistem tiket elektronik setiap saat. Keunikan karakteristik yang dimiliki sistem elektronik membuat penelitian ini menarik untuk dilakukan. TAM dipilih sebagai kerangka teori penelitian untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna untuk menggunakan sistem tiket elektronik karena TAM dianggap sebagai kerangka teori yang 7

8 efektif, sederhana, dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis teknologi informasi (Hong et al., 2002). Penulis sendiri memilih untuk mengkhususkan untuk meneliti tentang tingkat akseptabilitas e-ticketing yang disediakan oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia Rumusan Masalah Masalah yang diteliti dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Apakah niat konsumen untuk bertransaksi mempunyai pengaruh positif atas akseptasi konsumen tiket elektronik? b. Apakah Niat konsumen untuk bertransaksi on-line mempunyai hubungan positif atas kepercayaan terhadap e-commerce? c. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Usefulness konsumen dalam bertransaksi dapat berpengaruh positif dengan akseptasi dalam tiket elektronik? d. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Ease of Use konsumen dalam bertransaksi dapat berpengaruh positif dengan akseptasi dalam tiket elektronik? e. Apakah perceived usefulness mempunyai pengaruh positif dengan perceived ease of use? 8

9 f. Apakah hubungan negatif antara niat dan Perceived Risk konsumen dalam bertransaksi dapat berpengaruh positif dengan akseptasi dalam tiket elektronik? g. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Enjoyment konsumen dalam bertransaksi dapat berpengaruh positif dengan akseptasi dalam tiket elektronik? h. Apakah Perceived Enjoyment mempunyai hubungan positif dengan kemudahan penggunaan yang dirasakan? i. Apakah kepercayaan konsumen mempunyai hubungan positif dengan kegunaan yang diperoleh? j. Apakah kepercayaan konsumen mempunyai hubungan positif dengan kemudahan penggunaan yang dirasakan? k. Apakah risiko yang dirasakan konsumen mempunyai hubungan negatif dengan kepercayaan dalam e-commerce? l. Apakah ada pengaruh positif antara banyaknya informasi yang dimiliki konsumen tentang tiket elektronik dengan akseptasi konsumen dalam tiket elektronik? m. Apakah ada pengaruh positif antara keamanan dan privasi dengan akseptasi konsumen tiket elektronik? n. Apakah ada pengaruh positif antara kualitas koneksi Internet dengan akseptasi konsumen tiket elektronik? 9

10 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor mengenai keberterimaan pengguna terhadap sistem tiket elektronik pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Serta, untuk menemukan bukti empiris mengenai adanya pengaruh perceived usefulness, perceived ease of use, perceived enjoyment, perceived risk, trust, banyak informasi yang dipunyai konsumen tentang e-ticketing, keamanan dan privasi, dan kualitas koneksi Internet terhadap akseptasi konsumen e-ticketing maskapai penerbangan Garuda Indonesia Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagai maskapai penerbangan Garuda Indonesia: sebagai bahan pertimbangan apakah dengan adanya sistem tiket elektronik dapat diterima oleh pengguna serta dapat digunakan sebagai dasar evaluasi dan memperbaiki kinerja sistem tersebut. 2. Bagi pengguna: Sebagai bahan pertimbangan apakah dengan adanya sistem tiket elektronik dapat menjadi alternatif pilihan layanan dalam menggunakan jasa penerbangan dan memberikan kemudahan kepada pengguna. 3. Bagi akademisi: Dapat dijadikan sebagai sumber referensi baru guna kepentingan belajar mengajar, sebagai landasan teori yang 10

11 dapat mendukung pembuatan hipotesis dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi peneliti: Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori yang sudah di berikan selama masa perkuliahan Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dan mengidentifikasi faktor-faktor keberterimaan pengguna terhadap sistem tiket elektronik Garuda Indonesia. Lingkup penelitian dibatasi hanya untuk pengguna terhadap sistem tiket elektronik pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia Sistematika Penulisan Bagian utama skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, analisis data dan penutup. BAB I: Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, permasalahanpermasalahan yang tercakup pada penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian, batasan dalam penelitian dan sistematika penyajian laporan penelitian. BAB II: Landasan Teori Bab ini menguraikan mengenai teori yang melandasi penelitian antara lain definisi sistem informasi, definisi dan perkembangan sistem tiket elektronik, Theory Acceptance Model (TAM), Theory of Reasoned 11

12 Action (TRA), beberapa penelitian terdahulu yang relevan, pengembangan hipotesis, dan kerangka pemikiran hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang identifikasi objek penelitian, penetapan populasi dan sampel penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, pengukuran instrumen, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB VI Analisis Data Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan data, karakteristik responden, statistik deskriptif, hasil uji instrumen, hasil uji kesesuaian model, hasil uji hipotesis, pembahasan dan temuan penelitian. BAB V Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, dan saran dari peneliti. 12