ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI PADA SISWA SMAN 1 JATISARI KARAWANG (JAWA BARAT) WILLI GUMILANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI PADA SISWA SMAN 1 JATISARI KARAWANG (JAWA BARAT) WILLI GUMILANG"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI PADA SISWA SMAN 1 JATISARI KARAWANG (JAWA BARAT) WILLI GUMILANG DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Sarapan, dan Status Gizi pada Siswa SMAN 1 Jatisari Karawang (Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Willi Gumilang NIM I

3 ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI PADA SISWA SMAN 1 JATISARI KARAWANG (JAWA BARAT) (Analyze Nutritional Knowledge, Breakfast Habits, and Nutritional Status Among Jatisari 1 High School Karawang West Java) Willi Gumilang 1, Ikeu Ekayanti 2 1 Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, gumilangwilli@yahoo.co.id 2 Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, ABSTRACT The aim of this study was to analyze nutritional knowledge, breakfast habits, and nutritional status among Jatisari 1 High School Karawang West Java. Results of Mann-Whitney test there were significant differences (p <0.05) between the family size, nutritional knowledge, energy intake, protein intake, iron (Fe) intake, adequacy level of energy, adequacy level of iron (Fe), and the adequacy level of vitamin C subject (male and female). Spearman rank correlation showed significantly correlation (p<0.05) between parent s income and pocket money. However there was no significant correlation (p>0.05) between pocket money, nutritional knowledge, parent s education, parent s occupation, parent s income, family size and breakfast frequency. There was no significant correlation (p>0.05) between nutritional knowledge, breakfast frequency, nutrient intake and nutritional status. Keywords: nutritional knowledge, breakfast habits, nutritional status ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, dan status gizi pada siswa SMAN 1 Jatisari Karawang Jawa Barat. Hasil uji beda Mann-Whitney terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara besar keluarga, pengetahuan gizi, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi (Fe), tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan zat besi (Fe), dan tingkat kecukupan vitamin C subjek (laki-laki dan perempuan). Hasil uji korelasi Spearman menunjukan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pendapatan orangtua dengan uang saku subjek. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara uang saku, pengetahuan gizi, pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua, besar keluarga dengan frekuensi sarapan dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan gizi, frekuensi sarapan, asupan zat gizi dengan status gizi. Kata kunci: pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi.

4 2 ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI PADA SISWA SMAN 1 JATISARI KARAWANG (JAWA BARAT) WILLI GUMILANG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

5 3

6 4 Judul Skripsi : Analisis Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Sarapan, dan Status Gizi pada Siswa SMAN 1 Jatisari Karawang (Jawa Barat) Nama : Willi Gumilang NIM : I Disetujui oleh Dr Ir Ikeu Ekayanti M.kes Pembimbing Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Disetujui :

7 5

8 6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dari penyusunan tugas akhir Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini bertujuan menganalisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, dan status gizi pada siswa SMAN 1 Jatisari Karawang (Jawa Barat). Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr Ir Ikeu Ekayanti, M.Kes. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah bersedia membimbing dan memberikan arahan penulis selama penyusunan. 2. Prof Drh M Rizal Martua Damanik, MrepSc, PHD, selaku dosen pemandu seminar sekaligus penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukannya demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 3. Rusi Nurligar dan Wawan Hermawan, S.Pd selaku orangtua penulis yang senantiasa memberikan dukungan moril dan do anya yang tulus kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Keluarga besar H. Suyoga Firman (kakek) dan Hj. Tuti Nuramah (nenek), tanteku tercinta Hj. Tati Nurbingah dan Wulan Rupigar beserta saudaraku Intan Solihat Megasari, Indah Widi Hanifa Sri Dinar, Irgi Aulia Abi, Topik Basrianto, Ega Agung Nugraha, Adi Wiguna, Galih Nurlambang yang senantiasa tidak hentinya memanjatkan do a untuk penulis agar diberikan kemudahan selama penyusunan. 5. Yuni wulansari beserta keluarga selaku tunangan penulis yang selalu sabar mendampingi dan selalu menyertakan do a dan dukungannya pada setiap langkah penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Andika Mohamad, Nurisnani Putri Mandarini, Luhur Nugroho, Irwan Setiadi, Hernawan Prasetyo, dan Iqbar Mahendra selaku sahabat yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis selama penyusunan. 7. Dwi Rama Nugraha, Mochamad Nizar Khoerudin, M.Q Aliyyan Wijaya, dan Ichsan Trisutrisno yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Bogor, Juli 2015 Willi Gumilang

9 DAFTAR ISI 7 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 7 Desain, Lokasi, dan Waktu 7 Teknik Penarikan Subjek 7 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 8 Prosedur Analisis Data 10 Definisi Operasional 13 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 14 Karakteristik Subjek 15 Usia 15 Uang Saku 15 Suku 16 Karakteristik Ekonomi Keluarga 16 Besar Keluarga 16 Pendidikan Orangtua 17 Pekerjaan Orangtua 17 Pendapatan Orangtua 18 Pengetahuan Gizi 19 Sarapan 20 Frekuensi Sarapan 21 Waktu Sarapan 22 Tempat Sarapan 22 Kebiasaan Sarapan Bersama 23 Alasan Tidak Sarapan 23 Jenis Sarapan 24 Asupan dan Kontribusi Makanan Sarapan 25 Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi 27 Asupan Energi 28 Asupan Protein 28 Asupan Zat Besi (Fe) 28 Asupan Vitamin A 29 Asupan Vitamin C 29 Tingkat Kecukupan Energi 30 Tingkat Kecukupan Protein 31 Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) 31 vi vi vi

10 8 Tingkat Kecukupan Vitamin A 32 Tingkat Kecukupan Vitamin C 32 Status Gizi 33 Hubungan Antar Variabel 34 Pendapatan Orangtua dengan Uang Saku 34 Uang Saku dengan Frekuensi Sarapan 34 Pendidikan Orangtua dengan Frekuensi Sarapan 34 Pekerjaan dan Pendapatan Orangtua dengan Frekuensi Sarapan 35 Besar Keluarga dengan Frekuensi Sarapan 36 Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi dan Frekuensi Sarapan 36 Frekuensi Sarapan dengan Status Gizi 37 Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi 38 SIMPULAN DAN SARAN 38 Simpulan 38 Saran 39 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 44 RIWAYAT HIDUP 50

11 DAFTAR TABEL 9 1. Pengkategorian variabel penelitian 8 2. Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin, usia, dan suku Sebaran subjek berdasarkan besar keluarga Sebaran subjek berdasarkan pendidikan orangtua Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan orangtua Sebaran subjek berdasarkan pendapatan orangtua Sebaran subjek berdasarkan jenis pertanyaan pengetahuan gizi Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan sarapan Sebaran subjek berdasarkan alasan tidak sarapan Sebaran subjek berdasarkan jenis sarapan Sebaran subjek berdasarkan rata-rata sumbangan energi dan zat gizi makanan sarapan terhadap asupan den kecukupan subjek Sebaran subjek berdasarkan rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi Sebaran subjek berdasarkan kategori TKE dan zat gizi Sebaran subjek berdasarkan status gizi 33 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran analisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi pada siswa 6 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian Dokumentasi Penelitian 49

12

13 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki sifat tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang baik disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumberdaya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif sangat dibutuhkan dan perlu dipersiapkan oleh bangsa itu sendiri untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan nasional yang mampu bersaing dengan sumberdaya manusia (SDM) dari negara lain. SDM yang berkualitas akan terlihat ketika ada pada fase pertumbuhan salah satunya adalah fase remaja. Remaja adalah salah satu periode dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh (10-21 tahun), juga suatu proses pematangan fisik dan perkembangan dari anakanak sampai dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Indrawagita 2009). Menurut Amelia (2008) untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, banyak faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan lain-lain. Unsur gizi dan kesehatan remaja merupakan salah satu dari beberapa indikator yang menjadi perhatian khusus, karena pada masa remaja diperlukan derajat kesehatan yang tinggi agar terhindar dari permasalahan gizi dan kesehatan yang menghambat remaja untuk mengukir prestasi dan produktif di masa depan. Arisman (2004) menyatakan bahwa ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas. Untuk menghindarkan remaja dari kesalahan kebiasaan makan yang dapat berakibat pada kesehatan dan gizinya, maka dilakukan pembagian waktu makan. Khomsan (2002) menyatakan bahwa pembagian waktu makan utama dalam sehari meliputi makan pagi (sarapan), siang, dan malam. Sarapan adalah suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut, mengingat tubuh tidak mendapatkan makanan selama sekitar 10 jam sejak malam hari, serta melakukan sarapan dapat menyumbang 25% dari kebutuhan total energi harian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardinsyah et al (2012) bahwa dari segi jumlah zat gizi sarapan akan menyumbang sekitar seperempat dari asupan zat gizi harian. Hal ini mempertimbangkan bahwa selain dari sarapan asupan zat gizi harian juga diperoleh dari makan siang (lunch), makan malam (dinner) dan snack yang dilakukan diantara waktu makan. Sarapan bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan membentuk kebiasaan makan sehat. Penelitian longitudinal selama 20 tahun pada anak di Australia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan lingkar pinggang, kadar total kolesterol darah, dan kadar kolesterol jahat atau LDL (Smith et al. 2010). Penelitian yang dipublikasikan oleh Nutrition Journal tahun 2006 yang dilakukan pada sejumlah siswa SMA di Norwegia membuktikan bahwa kelompok siswa yang diberi intervensi sarapan memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi menunjukkan adanya peningkatan perilaku sosial serta perhatian yang lebih baik terhadap mata pelajaran yang diberikan oleh para guru. Sedangkan

14 2 frekuensi asupan makan siang pada kelompok kontrol khususnya laki-laki, mengalami peningkatan karena melewatkan sarapan (Anne et al. 2006). Sunarti dkk (2006) menyatakan sarapan juga memiliki manfaat yang lain yaitu pada anak sekolah yang tidak pernah makan pagi akan mengalami kondisi menurunnya kadar gula darah sehingga pasokan energi kurang untuk kerja otak. Tubuh memecah simpanan glikogen untuk mempertahankan kadar gula normal. Apabila cadangan glikogen habis, tubuh akan kesulitan memasok energi dari gula darah ke otak yang akhirnya mengakibatkan badan gemetar, cepat lelah, sulit berkonsentrasi dan gairah belajar menurun. Affenito et al. (2005) menunjukkan dalam hasil penelitiannya bahwa kebiasaan sarapan pada usia remaja cenderung menurun dengan bertambahnya usia. Persentase remaja perempuan yang memiliki kebiasaan sarapan menurun dari 77% pada usia 9 tahun menjadi kurang dari 32% pada usia 19 tahun. Hasil studi di Indonesia yang dilakukan di enam kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar) yaitu sekitar 14-25% remaja yang tidak sarapan (Mudjianto et al 1994). Disamping begitu pentingnya sarapan bagi remaja agar terhindar dari kelebihan berat badan yang dapat berdampak pada kesehatan, kebiasaan sarapan yang teratur dan konsisten diperlukan pada masa remaja dan perilaku tersebut akan bertahan lama apabila ditunjang oleh pengetahuan gizi. Pengetahuan tentang gizi pada remaja merupakan hal yang berpengaruh terhadap status gizinya dan harus menjadi perhatian, menurut Khomsan (2000) pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan. Selain dari pengetahuan gizi, pengetahuan tentang sarapan juga perlu diperhatikan dan diberi pemahaman pada remaja agar terhindar dari dampak yang telah terjadi seperti menurunnya konsentrasi belajar hingga terjadinya kegemukan yang memicu peningkatan resiko penyakit degeneratif. Berdasarkan pertimbangan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan dan status gizi pada siswa sekolah menengah atas (SMA) yang termasuk dalam kategori usia remaja. Telah banyak studi yang menjelaskan bahwa kebiasaan melewatkan sarapan justru memiliki risiko terhadap kelebihan berat badan. Sementara itu kelebihan berat badan dikalangan remaja biasanya berlanjut hingga masa dewasa dan lansia sehingga dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, hal ini yang perlu dicegah dan diantisipasi. Penelitian ini dirasa sangat penting dan melalui penelitian ini diharapkan akan mempunyai peranan penting dalam perbaikan serta peningkatan program kesehatan dan gizi sehingga dapat bermanfaat untuk mendukung peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia.

15 Perumusan Masalah 3 Berbagai hasil penelitian mengenai sarapan yang dilakukan pada tahun 2002 hingga 2011 di Indonesia menunjukkan kisaran % anak sekolah di berbagai kota besar tidak sarapan dengan berbagai faktor penyebab (Hardinsyah, Muhammad Aries, 2012). Di Indonesia, menurut Khomsan (2005) alasan banyaknya anak yang tidak biasa sarapan sebelum berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia pangan untuk disantap, pangan tidak menarik, jenis pangan yang disediakan monoton (membosankan), tidak cukup waktu (waktu terbatas) karena harus berangkat pagi. Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu bekerja, dan waktu yang amat terbatas dipagi hari karena harus segera meninggalkan rumah. Bagi orangtua, khususnya ibu, masalah utama untuk membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan (59%), sulit mengajak anak untuk sarapan (19%), sulit meminta anak menghabiskan sarapan (10%), dan kuatir anak telat sekolah (6%) (Hardinsyah et al. 2012). Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, dan status gizi pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Jatisari Karawang. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik individu (jenis kelamin,usia, uang saku dan suku), karakteristik keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga) 2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan (frekuensi, waktu, tempat, kebiasaan sarapan bersama, alasan tidak sarapan, jenis menu sarapan), konsumsi pangan, dan status gizi 3. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan frekuensi sarapan 4. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan frekuensi sarapan dan status gizi 5. Menganalisis hubungan frekuensi sarapan, asupan zat gizi, dan status gizi Manfaat Penelitian Beberapa kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi orangtua diharapkan dapat memberikan informasi/gambaran dan manfaat dari sarapan. Sehingga diharapkan dapat membangun kebiasaan sarapan putra-putrinya secara teratur. 2. Bagi remaja penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya sarapan yang ditunjang oleh pengetahuan gizi dapat menghindarkan mereka dari permasalahan gizi dan kesehatan. 3. Bagi perusahaan bidang foodservice, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis makanan sarapan yang sehat dan berkualitas sehingga memberikan peluang bisnis terkait penyediaan makanan sarapan untuk anak sekolah. 4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dan menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang, terutama dalam bidang gizi untuk remaja.

16 4 KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan seseorang dari anak menjadi dewasa melalui beberapa fase, salah satunya adalah fase remaja. Pada fase ini fisik maupun psikologis seseorang terus berkembang. Perubahan ini juga didukung oleh lingkungan tempatnya berada seperti keluarga dan teman sebaya. Pada aspek lingkungan dan teman sebaya remaja berpengaruh dalam memutuskan makanan apa yang akan dikonsumsi dan frekuensinya yang akan berpengaruh pada keadaan gizinya hal ini didukung oleh pernyataan Sediaoetama (2006) bahwa remaja dalam fase pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Asupan zat gizi yang diperoleh remaja tentu diharapkan tidak berlebih ataupun kurang, hal ini dapat terlihat dari kebiasaan makan mereka. Kebiasaan makan remaja sekarang yang cenderung mengikuti trend modern seperti makan makanan tinggi lemak berupa makanan cepat saji dan jarangnya makan pagi atau yang kita sebut sarapan. Sedangkan telah banyak ditemukan study yang menemukan bahwa makan pagi atau sarapan dapat mencegah terjadinya berat badan berlebih sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit tertentu. Smith et al (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sarapan bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan membentuk kebiasaan makan sehat. Penelitian longitudinal yang dilakukan selama 20 tahun pada anak di Australia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan lingkar pinggang, kadar total kolesterol darah, dan kadar kolesterol jahat atau LDL. Hal ini diduga tidak lepas dari semakin berkembangnya teknologi pangan yang menyebabkan banyaknya variasi berbagai makanan tinggi lemak seperti fast food dan junk food sehingga tidak sedikit remaja mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Semakin berkembangnya teknologi media cetak maupun elektronik juga diduga dapat menjadi sebagai media promosi bagi makanan yang tidak sehat tersebut sehingga mengakibatkan remaja cenderung untuk mengabaikan sarapan dan lebih memilih makanan yang sering dijumpai dikalangan usia mereka. Tentunya ini dapat menjadi ancaman bagi remaja terkait status gizinya yang dapat berlebih/overweight hingga obesitas dan dapat berdampak pada status kesehatannya yang rawan terkena penyakit diakibatkan kebiasaannya mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Kebiasaan makan remaja yang seperti ini tentu akan bepengaruh pada pertumbuhan fisiknya. Kebiasaan makan yang buruk serta kurangnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan masalah gizi pada remaja. Menurut beberapa kajian frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari termasuk makan pagi atau yang biasa disebut sarapan. Sarapan adalah kegiatan makan yang dilakukan pagi hari sebelum melakukan aktivitas hal ini berdasarkan pernyataan Khomsan (2002) Seseorang sebaiknya makan utama beberapa kali dalam sehari. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila hanya dari satu atau dua kali makan sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Hal inilah yang menyebabkan makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk makan pagi. Salah satu manfaat yang diperoleh dari kebiasaan sarapan antara lain menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah sehingga dapat berkonsentrasi lebih baik pada saat menerima pelajaran di sekolah, serta mengurangi kemungkinan makan siang dan makan malam lebih banyak yang dapat

17 5 meningkatkan resiko kelebihan berat badan pada remaja. Cueto S & Chinen M (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa anak sekolah yang sarapan meraih skor tes memori, tes penyelesaian masalah dan prestasi belajar yang lebih baik dibanding anak yang tidak sarapan. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kebiasaan sarapan adalah karakteristik individu, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, dan status gizi. Kebiasaan sarapan remaja yang diteliti meliputi frekuensi, waktu, tempat, kebiasaan sarapan bersama, alasan tidak sarapan, dan jenis makanan sarapan. Bagi remaja, sarapan berperan penting dalam meningkatkan konsentrasi belajar. Selain itu, diduga terbiasa sarapan juga dapat mempertahankan status gizinya yang normal dengan mengurangi kemungkinan konsumsi makanan yang tidak sehat ketika di sekolah. Berdasarkan beberapa kajian penelitian, pekerjaan orangtua khususnya pekerjaan seorang ibu mempengaruhi frekuensi sarapan anaknya. Diduga faktor kesibukan ibu khususnya yang bekerja mengakibatkan ibu tidak sempat membuat sarapan untuk anaknya. Besar keluarga juga dapat mempengaruhi konsumsi seorang anak, dimana semakin besar keluarga maka semakin kecil terpenuhinya kebutuhan seorang individu. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga maka perhatian pada anak akan terbagi sehingga kehangatan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah anak (Hastuti 2006). Pada penelitian ini pengaruh perkembangan teknologi pangan, pengaruh info pangan dan teman sebaya terhadap kebiasaan sarapan, dan pengaruh status gizi terhadap status kesehatan remaja tidak diteliti.

18 6 Karakteristik Individu : - Jenis kelamin - Usia - Uang saku - Suku Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga : - Besar Keluarga - Pendidikan ayah dan ibu - Pekerjaan ayah dan ibu - Pendapatan ayah dan ibu Teman Sebaya Perkembangan Teknologi Pangan Kebiasaan Sarapan : - Frekuensi - Waktu - Tempat - Kebiasaan sarapan bersama - Alasan tidak sarapan - Jenis sarapan Info Pangan : - Media Cetak - Media Elektronik Pengetahuan Gizi Asupan Zat Gizi : Tingkat kecukupan Gizi Konsumsi Pangan Status Gizi Status Kesehatan Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi pada siswa Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis : Hubungan antar variabel yang dianalisis

19 METODE 7 Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2015 yang berlokasi di Karawang Jawa Barat. Penelitian sudah dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jatisari Karawang Jawa barat. Penentuan sekolah ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan SMA Negeri 1 jatisari merupakan salah satu sekolah yang terletak di daerah pedesaan dengan karakteristik sosial ekonomi keluarga yang beragam, diduga kondisi tersebut dapat menjadi salah satu faktor pendorong/faktor penguat (reinforcing factors) sehingga dapat memberikan gambaran yang beragam tentang perilaku/kebiasaan sarapan putra-putrinya. Teknik Penarikan Subjek Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Jatisari. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jumlah siswa di SMA tersebut adalah kelas X sebanyak 486 siswa, kelas XI sebanyak 437 siswa dan kelas XII sebanyak 464 siswa. Total populasi SMA Negeri Jatisari berjumlah 1387 orang. Penarikan subjek dihitung menggunakan rumus jumlah sampel untuk estimasi proporsi dengan derajat penyimpangan 10 % (Lemeshow et al 1997). Z 1-a/2. P (1-P) n = d 2 Keterangan n = Besar sampel Z 1-a/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1.96) P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0.50) d 2 = derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10% (0.10) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Hardinsyah (2012), di Indonesia sekitar 20%-40% anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk sarapan. Namun, belum didapatkan hasil studi untuk proporsi remaja Indonesia yang terbiasa sarapan. Jadi, proporsi untuk remaja Indonesia yang terbiasa sarapan yaitu ditetapkan 50% (0.50). Dibutuhkan paling sedikit 96 siswa, yang dipilih secara acak dari populasi. Namun untuk menghindari hal yang tidak diinginkan maka dilakukan penambahan sebanyak +10% dari sampel yang dibutuhkan menjadi 108 siswa yang terdiri dari 54 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. Apabila nilai yang diketahui dimasukan ke dalam rumus maka diperoleh hasil sebagai berikut. n = (1.96) 2 x 0.5 x 0.5 = 96 (0.1) 2

20 8 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara langsung dan self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh subjek setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data sekunder didapat dari pihak sekolah berupa gambaran umum sekolah dan data siswa, sementara itu data primer meliputi 1. Data karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, uang saku, dan suku diisi oleh subjek dan didampingi oleh peneliti. Sementara itu data tinggi badan dan berat badan diperoleh melalui pengukuran langsung sehingga didapatkan data status gizi subjek. 2. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua yang diisi oleh subjek dan didampingi oleh peneliti. 3. Data pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan bersama, dan alasan tidak sarapan subjek diperoleh dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh subjek dan didampingi oleh peneliti. 4. Data kebiasaan sarapan meliputi frekuensi, waktu, tempat, dan jenis sarapan diperoleh dengan menggunakan kuesioner food record selama 1 minggu. Data frekuensi sarapan digambarkan dengan frekuensi sarapan subjek dalam satu minggu yang diisi oleh subjek. 5. Data asupan zat gizi dan konsumsi pangan subjek diperoleh menggunakan kuesioner food record selama 1 minggu. Tabel 1 Pengkategorian variabel penelitian No Variabel Kategori dan kelompok Sumber 1 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Ketentuan Peneliti 2 Uang saku/minggu 1. Rendah (< Rp.70000) Kusumaningsih 2. Sedang (Rp ) (2007) 3 Suku Sunda 3. Tinggi (> Rp ) Jawa Batak Betawi Lampung Lainnya 4 Besar Keluarga 1. Kecil (< 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) 3. Besar (> 7 orang) 5 Pendidikan Orangtua 1. Tidak sekolah 2. SD/sederajat 3. SMP/sederajat 4. SMA/sederajat 5. Perguruan tinggi Ketentuan Peneliti Hurlock (1998) Ketentuan Peneliti

21 Tabel 1 Pengkategorian variabel penelitian (lanjutan) No Variabel Kategori dan kelompok Sumber 6 Pekerjaan Orangtua 1. Tidak bekerja 2. PNS/TNI/POLRI 3. Wiraswasta 4. Buruh/Karyawan 5. Jasa 6. Lainnya 9 Ketentuan Peneliti 7 Pendapatan Orangtua 1. Rendah (< Rp ) Kusumaningsih 2. Sedang (Rp ) (2007) 3. Tinggi (> Rp ) 8 Pengetahuan Gizi 1. Rendah (<60%) 2. Sedang (60-80%) Khomsan (2000) 3. Baik (> 80%) 9 Kebiasaan sarapan a. Frekuensi 1. Tidak teratur (< 4 kali/minggu) 2. Teratur (> 4 kali/minggu) Yang et al. (2006) b. Waktu Ketentuan Peneliti c. Tempat 1. Rumah 2. Perjalanan 3. Sekolah 4. Kosan d. Kebiasaan sarapan bersama 1. Diri sendiri 2. Anggota keluarga (sebagian) 3. Anggota keluarga (seluruh) 4. Teman e. Alasan tidak sarapan 1. Tidak sempat 2. Tidak merasa lapar 3. Tidak terbiasa sarapan 4. Tidak setiap hari sarapan tersedia f. Jenis sarapan 1. Makanan pokok 2. Makanan pokok dan hewani 3. Makanan pokok dan nabati 4. Makanan pokok, hewani, dan nabati 5. Makanan pokok,hewani, dan sayuran 6. Makanan pokok, nabati, dan sayuran 7. Makanan jajanan 8. Buah 9. Susu 10. Roti + Susu 11. Teh manis Ketentuan Peneliti Khan (2005) Khomsan (2005) Ketentuan Peneliti 10 Status Gizi (IMT/U) 1. Sangat kurus (Z score < -3.0) WHO (2007) 2. Kurus (Z score >-3.0 s/d < -2.0) 3. Normal (Z score >-2.0 s/d < 1.0) 4. Gemuk (Z score > 1.0 s/d < 2.0) 5. Obesitas (Z score > 2.0) 11 Asupan zat gizi a. Energi dan Protein 1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG) 5. Kelebihan (> 120% AKG) Depkes (1996) b. Vitamin dan Mineral 1. Defisit (< 77% AKG) Gibson (2005) 2. Cukup (> 77% AKG)

22 10 Prosedur Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan program SPSS versi 16.0 for windows. Prosedur yang dilakukan antara lain adalah pemeriksaan data, klasifikasi data, tabulasi data, menghitung jumlah atau frekuensi data, perhitungan sesuai dengan statistik deskriptif yang sesuai (persen, ratarata, dan SD), memvisualisasikan data (Tabel), dan menafsirkan data sesuai pertanyaan atau permasalahan penelitian. Pada akhirnya semua jawaban permasalahan penelitian akan dibahas dan dijawab dalam satu kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian. Pengolahan data primer maupun sekunder yang telah dikumpulkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Data yang dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu. Data dicek dan diperiksa untuk memastikan semua variabel sudah diisi lengkap. 2. Coding Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode pada setiap variabel yang telah terkumpul untuk memudahkan dalam pengolahan selanjutnya. Coding digunakan untuk mempermudah analisis dengan melakukan perubahan data yang berbentuk huruf menjadi angka. a. Untuk variabel karakteristik individu (jenis kelamin, usia, uang saku, suku) dilakukan pengkodingan untuk jenis kelamin 1=laki-laki dan 2=perempuan. untuk usia yaitu 1=15th, 2=16th, 3=17th, 4=18th, 5=19th. Uang saku dilakukan pengkodingan yaitu 1=rendah, jika uang saku <Rp.70000/minggu, 2=sedang, jika uang saku Rp , 3=tinggi, jika uang saku >Rp Sementara itu untuk suku yaitu 1=Sunda, 2=Jawa, 3=Batak, 4=Betawi, 5=Lampung, 6=Lainnya. b. Untuk variabel karakteristik sosial ekonomi keluarga yaitu meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, dilakukan pengkodingan. Untuk besar keluarga 1=Kecil (<4 orang), 2=Sedang (5-7 orang), 3=Besar (>7 orang). Untuk pendidikan orangtua 1=Tidak sekolah, 2=SD/sederajat, 3=SMP/sederajat, 4=SMA/sederajat, 5=Perguruan tinggi. Pekerjaan orangtua 1=Tidak bekerja, 2=PNS/TNI/POLRI, 3=Wiraswasta, 4=Buruh/karyawan, 5=Jasa, 6=Lainnya. Untuk pendapatan orangtua 1=Rendah <Rp , 2= Sedang Rp , 3=>Rp c. Pengetahuan gizi dengan koding 1=Kurang, jika nilai <60, 2=Sedang, jika nilai 60-80, 3=Baik, jika nilai >80 d. Konsumsi pangan dapat diukur melalui tingkat kecukupannya. Untuk energi, 1=Defisit berat (<70%), 2=Defisit sedang (70-79%), 3=Defisit ringan (80-89%), 4=Normal (90-119), 5=Kelebihan (>120%). Untuk tingkat kecukupan protein 1=Defisit berat (<70%), 2=Defisit sedang (70-79%), 3=Defisit ringan (80-89%), 4=Normal (90-119), 5=Kelebihan (>120%). Sementara itu untuk tingkat kecukupan vitamin dan mineral 1=Defisit (<77%) dan 2=Cukup (>77%). e. Sarapan dapat diukur melalui frekuensinya. 1= tidak teratur (frekuensi sarapan <4 kali/minggu), 2= teratur (frekuensi sarapan >4 kali/minggu). 3. Entry Memasukkan data dengan menggunakan komputer. Untuk pertanyaanpertanyaan pada kuesioner yang telah diisi berdasarkan kode-kode yang telah ada oleh responden dimasukkan kedalam Microsoft Excel 2013.

23 11 4. Cleaning Pengecekkan kembali, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada data tersebut, baik dalam pengkodean maupun dalam kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian data telah siap dianalisis. 5. Analisis Memasukan data yang telah di entry pada Microsoft Excel 2013 kedalam uji analisis hubungan dan uji beda pada program SPSS versi 16.0 for windows untuk menentukan keterhubungan antar variabel dan perbedaan antar subjek. Tahapan pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 dan program SPSS versi 16.0 for windows. Data primer terdiri dari karakteristik individu (jenis kelamin, usia, uang saku, suku), karakteristik sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua). Kebiasaan sarapan (frekuensi, waktu, tempat, kebiasaan sarapan bersama, alasan tidak sarapan, jenis sarapan), Uang saku dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu <Rp 70000/minggu,Rp Rp /minggu, dan Rp /minggu (Kusumaningsih 2007). Data frekuensi sarapan dikategorikan menjadi teratur dan tidak teratur (Yang et al. 2006). Data waktu sarapan diperoleh melalui food record dan di kelompokan yaitu pukul , , , dan Sarapan yang dianjurkan adalah mengandung zat gizi 15-30% zat gizi, yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi. (Hardinsyah dan Aries 2012). Data tempat sarapan diperoleh melalui food record yaitu rumah, perjalanan, sekolah, dan kosan. Data kebiasaan sarapan bersama dan alasan tidak sarapan diperoleh melalui kuesioner, untuk kebiasaan sarapan bersama dikelompokan berdasarkan Khan (2005) yaitu diri sendiri, anggota keluarga (sebagian), anggota keluarga (seluruh), dan teman. Sedangkan untuk alasan tidak sarapan dikelompokan menjadi 4 yaitu tidak sempat, tidak merasa lapar, tidak terbiasa sarapan, dan tidak setiap hari sarapan tersedia. Data jenis sarapan diperoleh melalui food record dan dikelompokkan menjadi 11 jenis makanan yaitu makanan pokok, makanan pokok+lauk hewani, makanan pokok+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+sayuran, makanan pokok+lauk nabati+sayuran, makanan jajanan, buah, susu, roti+susu, dan teh manis. Data pengetahuan subjek tentang gizi dan sarapan diukur dengan penilaian masing-masing pertanyaan akan diberi skor 1 jika subjek menjawab benar dan skor 0 jika subjek menjawab salah. Selanjutnya total nilai pengetahuan tentang gizi dan sarapan subjek dikategorikan menjadi pengetahuan kurang yaitu jika skor <60%, pengetahuan sedang jika skor 60% - 80% dan pengetahuan baik jika skor >80% (Khomsan 2000). Data asupan zat gizi berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram atau URT diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel Jumlah makanan dalam bentuk gram atau URT kemudian dikonversi menjadi energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

24 12 Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah et al 2002) adalah sebagai berikut. Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan : Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (% BDD) Untuk menemukan Angka Kecukupan Gizi digunakan rumus sebagai berikut. AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan : AKGI = Angka kecukupan zat gizi yang dicari Ba = Berat badan aktual sehat (kg) Bs = Berat badan standar AKG = Angka kecukupan energi dan zat gizi (AKG 2013) Mineral dan vitamin dihitung langsung dengan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan cara membandingkan jumlah asupan zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi (Hardinsyah et al 2002) dapat dirumuskan sebagai berikut. TKG = (K/AKGI) x 100% Keterangan : TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi AKGI = Angka kecukupan zat gizi yang dicari Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes (1996), yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG), dan lebih ( 120% AKG). Sedangkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral (Fe, vitamin A, dan Vitamin C) berdasarkan Gibson (2005) yaitu defisit (<77%AKG) dan cukup (>77%AKG). Analisis statistik yang dilakukan yaitu uji korelasi menggunakan uji Spearman. Uji Spearman digunakan untuk menganalisis variabel uang saku dengan pendapatan orangtua dan frekuensi sarapan, menganalisis variabel pengetahuan gizi dengan frekuensi sarapan dan status gizi, menganalisis variabel asupan zat gizi dengan status gizi subjek, kemudian menganalisis variabel pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, besar keluarga, pengetahuan gizi dengan frekuensi sarapan.uji beda Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara usia, uang saku, suku, besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, pengetahuan gizi, asupan zat gizi makanan sarapan, asupan zat gizi dari makanan, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi antara subjek laki-laki dan subjek perempuan.

25 Definisi Operasional 13 Subjek adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII yang masih aktif di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jatisari Kabupaten Karawang. Karakteristik Individu adalah kondisi subjek yang meliputi jenis kelamin, usia, uang saku, dan suku. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga adalah kondisi keluarga subjek yang digambarkan melalui beberapa komponen, yaitu besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Besar Keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu kartu keluarga. Pendapatan Orangtua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan. Uang Saku adalah jumlah uang dalam rupiah yang dikeluarkan subjek untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan selama satu minggu. Usia adalah usia subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Pengetahuan Gizi adalah Kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan mengenai pengetahuan gizi tentang sarapan Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan IMT yang dibedakan menjadi kurus, normal, gizi lebih, obes, dan sangat obes (WHO 2007). Kebiasaan Sarapan adalah kegiatan konsumsi pangan yang dilakukan rutin pada pagi hari hingga pukul WIB yang digambarkan melalui frekuensi sarapan, waktu dan lokasi sarapan, ketersediaan sarapan, kebiasaan sarapan bersama, dan jenis sarapan. Frekuensi Sarapan adalah frekuensi subjek dalam mengkonsumsi makanan di pagi hari selama satu minggu yang terdiri dari kategori sarapan tidak teratur (<4 kali/minggu) dan sarapan teratur (>4 kali/minggu). Waktu Sarapan adalah waktu pada saat subjek melakukan kegiatan sarapan yang dikategorikan menjadi empat, yaitu , , , WIB. Tempat Sarapan adalah lokasi dimana subjek biasa melakukan kegiatan sarapan, yaitu rumah, perjalanan, sekolah, dan kossan. Kebiasaan Sarapan Bersama adalah sarapan subjek selama seminggu dilakukan bersama ibu, anggota keluarga sebagian, anggota keluarga seluruhnya, dan diri sendiri Jenis Sarapan adalah susunan komposisi pangan (makanan dan minuman) yang dikonsumsi subjek pada waktu sarapan yang terdiri dari 11 kelompok, yaitu makanan pokok, makanan pokok+lauk hewani, makanan pokok+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+sayuran, makanan pokok+lauk nabati+sayuran, makanan jajanan, buah, susu, roti+susu, dan teh manis. Kontribusi Energi dan Zat gizi Sarapan adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi dan zat gizi sarapan dengan asupan total dan kecukupan gizi sehari, yang dinyatakan dalam bentuk persen.

26 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jatisari memiliki lokasi yang terletak di Jalan Raya Pantura Jatisari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. SMA Negeri 1 Jatisari Karawang diresmikan secara Yuridis dengan SK Mendikbud RI Nomor.0216/01/1992 yang menetapkan dibukanya SMA baru, maka terhitung mulai tanggal 5 Mei 1992 SMA Negeri 1 Jatisari berdiri. Dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 30.I adalah Sekolah Menengah Atas yang berdiri di atas lahan seluas ± M2, Luas Bangunan m 2, yang berada dalam kepemimpinan Drs. A. Mugni sebagai kepala sekolah pertama di sekolah tersebut. Pada tahun 2003 memasuki fase baru yaitu dari 8 kelas pada 2014 kelas berkembang menjadi 31 kelas. Ini sebagai bukti bahwa tuntutan dari masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya menyebabkan sinergi luar biasa dari lingkungan sekitar. Jumlah seluruh siswa pada sekolah ini sebanyak 1387 siswa dan 52 orang tenaga pengajar. Jumlah siswa di SMA tersebut adalah kelas X sebanyak 486 siswa, kelas XI sebanyak 437 siswa dan kelas XII sebanyak 464 siswa. Terdiri dari lima kelas yaitu kelas X (1,2,3,4,5,7,8,9,10), XI IPA (1,2,3,4,5,6), XI IPS (1,2,3,4), XII IPA (1,2,3,4,5,6), dan XII IPS (1,2,3,4,5). Keadaan sarana yang dibutuhkan dalam suatu lembaga pendidikan bukan saja hal yang berkaitan langsung dengan dengan proses belajar mengajar akan tetapi sarana lain juga diperlukan, guna menyalurkan bakat dan minat siswa SMA Negeri 1 Jatisari Karawang sebagai penunjang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Jatisari Karawang adalah ruangan kelas (19 ruang), Lab IPA (2 ruang), Lab komputer (1 ruang), Perpustakaan (1 ruang), UKS (1 ruang), Koperasi (1 ruang), Ruang BP/BK (1 ruang), R. Kepala Sekolah (1 ruang), Ruang Guru (1 ruang), R. Tata Usaha (1 ruang), Ruang Osis (2 ruang), Kamar Mandi/WC Guru (3 ruang), Kamar Mandi/WC Siswa (7 ruang), Gudang (1 ruang), Ruang ibadah (1 ruang), Tempat tinggal Penjaga Sekolah (4 ruang), dan Lain-lain (2 ruang). Proses belajar mengajar yang ada di SMA Negeri 1 Jatisari Karawang mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional/DIKNAS baik program harian, bulanan dan tahunan. Sehingga program pembelajarannya tersusun rapi dan terencana. Adapun kurikulum yang dilaksanakan sebagai pedoman pembelajaran di SMA Negeri 1 Jatisari Karawang adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaraan (KTSP). Pelaksanaan belajar mengajar yang berlangsung di SMA Negeri 1 Jatisari Karawang dimulai dari jam sampai Materi yang diberikan selalu berorientasi kepada tujuan pengajaran yang sudah digariskan dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP), baik yang bersifat pemahaman maupun materi-materi yang berbentuk penguasaan yang di dalamnya tidak dapat diketahui wujud ataupun bentuk materinya melainkan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Jatisari Karawang adalah tatap muka, ceramah, dan penugasan.

27 Karakteristik Individu 15 Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 108 orang yang terdiri dari 54 lakilaki dan 54 perempuan. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, usia, uang saku, dan suku. Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin, usia, uang saku, dan suku dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin, usia, uang saku, dan suku Karakteristik Subjek Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Usia (tahun) Total Rata + SD P Uang saku Rendah Sedang Tinggi Total , Rata + SD P Suku Sunda Jawa Batak Betawi Lampung Lainnya Total P Usia Usia remaja merupakan masa transisi dari usia anak-anak menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2004), remaja dibagi menjadi dua yaitu remaja awal (13 sampai 17 tahun) dan remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Berdasarkan Tabel 2, Usia subjek dalam penelitian ini berada pada rentang 15 hingga 19 tahun, termasuk rentang antara usia remaja awal dan remaja akhir. Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar subjek laki-laki (42.6%) dan perempuan (38.9%) berada pada usia 16 tahun. Pada subjek laki-laki dan perempuan terdapat beberapa subjek yang berusia 19 tahun. Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara usia subjek laki-laki dan subjek perempuan. Uang saku Uang saku merupakan uang yang diterima subjek setiap hari yang diberikan oleh orangtua untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan subjek saat di sekolah. Pemberian uang saku biasanya berbeda-beda, hal ini tergantung dari besar kecilnya pendapatan orangtua. Uang saku subjek dibagi berdasarkan Kusumaningsih (2007) terdiri dari 3 kategori yaitu Rendah (<Rp ), Sedang (Rp ), dan Tinggi (>Rp ) perminggu. Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar subjek laki-laki (57.4%)

28 16 dan subjek perempuan (66.7%) memiliki uang saku yang berada pada kisaran sedang (Rp ) perminggu. Subjek laki-laki terlihat memiliki uang saku yang lebih rendah (9.3%) dibandingkan subjek perempuan. Mardayanti (2008) menyatakan bahwa semakin besar uang saku yang diterima tidak mempengaruhi konsumsi energi dan tingkat gizi, karena alasan uang saku yang dikeluarkan bukan sebagian besar untuk membeli makanan, tetapi untuk transportasi, membeli buku, membeli hadiah, dan pakaian. Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara uang saku subjek laki-laki dan subjek perempuan. Suku Suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain tanpa terkecuali dalam memilih dan mengolah makanan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan yang di produksi, cara pengolahannya, penyaluran, hingga penyediaannya (Sukandar 2007). Suku yang biasa dikenal masyarakat pada umumnya yaitu suku Sunda, Jawa, Batak, Betawi, Lampung, dan Lainnya. Berdasarkan Tabel 2 hampir seluruh subjek laki-laki (94.4%) berasal dari suku sunda, dan hanya (5,6%) berasal dari suku jawa. Sedangkan hampir seluruh subjek perempuan (98.1%) berasal dari suku sunda dan hanya (1.85%) berasal dari suku jawa. Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara suku subjek laki-laki dan subjek perempuan. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga merupakan sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang sama dan tinggal dalam satu rumah (World Bank 2006). Besar keluarga menurut Hurlock (1998) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang). Sebaran subjek berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Kecil Sedang Besar Total Rata-rata + SD P Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui secara keseluruhan baik subjek laki-laki maupun subjek perempuan sebagian besar (49%) memiliki keluarga kecil (<4 orang). Subjek laki-laki yang memiliki keluarga kecil lebih banyak (61.1%) dibandingkan dengan subjek perempuan (37%). Sementara itu untuk kategori keluarga besar (>7 orang) antara subjek laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan (11.1%). Banyaknya jumlah anggota keluarga dapat berpengaruh pada distribusi pangan keluarga dan akhirnya mempengaruhi status gizi anggota keluarga World Bank (2006). Berdasarkan uji Mann- Whitney terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada besaran keluarga subjek laki-laki dan perempuan. Hal ini dikarenakan kebanyakan subjek

29 17 laki-laki memiliki keluarga kecil dan hanya sedikit yang memiliki keluarga sedang dan besar. Sama halnya dengan subjek laki-laki, subjek perempuan juga kebanyakan memiliki keluarga kecil, namun ditemukan memiliki keluarga sedang yang lebih banyak dibandingkan subjek laki-laki. Hal ini yang diduga menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara besar keluarga subjek laki-laki dan perempuan. Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi demi memenuhi kebutuhan gizinya (Isnani 2011). Pendidikan orangtua dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan tinggi. Sebaran subjek berdasarkan pendidikan orangtua disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan pendidikan orangtua Ayah Ibu Pendidikan orangtua Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % Tidak Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi Total P Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui secara keseluruhan baik subjek laki-laki maupun subjek perempuan sebagian besar tingkat pendidikan ayah mencapai pendidikan SMA. Tingkat pendidikan ayah yang mencapai SMA pada subjek laki-laki lebih banyak (44.4%) dibandingkan subjek perempuan (31.5%). Sementara itu, dapat diketahui secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan sebagian besar tingkat pendidikan ibu hanya mencapai pendidikan SD. Tingkat pendidikan ibu yang mencapai SD pada subjek laki-laki lebih banyak (44.4%) dibandingkan subjek perempuan (19%). Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pendidikan ayah dan ibu subjek laki-laki dan perempuan. Menurut Hardinsyah (2000) orang yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang baik daripada mereka yang berpendidikan rendah. Rahmawati (2006) juga menerangkan bahwa tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Pekerjaan Orangtua Jenis pekerjaan berhubungan erat dengan pendapatan yang diterima. Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1989). Pekerjaan orangtua dibagi menjadi 6 kelompok yaitu, Tidak bekerja, Pegawai Negeri Sipil (PNS)/TNI/POLRI, Wiraswasta, Buruh/Karyawan,

30 18 Jasa, dan Lainnya. Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan orangtua disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan pekerjaan orangtua Ayah Ibu Pekerjaan orangtua Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % Tidak bekerja PNS/TNI/POLRI Wiraswasta Buruh/Karyawan Jasa Lainnya Total P Berdasarkan Tabel 5 secara keseluruhan, ayah subjek laki-laki maupun subjek perempuan sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta. Ayah yang bekerja sebagai wiraswasta pada subjek perempuan (51.9%) lebih banyak dibandingkan pada subjek lakilaki (38.9%). Sementara itu, terlihat secara keseluruhan ibu subjek laki-laki maupun subjek perempuan sebagian besar tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Ibu yang tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga pada subjek perempuan lebih banyak (66.7%) dibandingkan dengan subjek laki-laki (59.3%). Berdasarkan hasil uji Mann- Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu subjek laki-laki dan perempuan. Menurut Fikawati dan Syafiq (2007), pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini karena pekerjaan akan menentukan pendapatan yang dihasilkan. Pendapatan ini akan digunakan salah satunya untuk membeli makanan. Tingkat pendidikan ayah berpengaruh terhadap jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka peluang untuk memperoleh pekerjaan akan semakin besar. Pendapatan Orangtua Pendapatan orangtua merupakan merupakan penghasilan yang didapatkan orangtua perbulan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik pangan maupun non pangan. Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu rendah jika pendapatan perbulan <Rp , sedang jika pendapatan perbulan Rp , dan tinggi jika pendapatan > Rp Sebaran subjek berdasarkan pendapatan orangtua disajikan pada Tabel 6. Pendapatan orangtua Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan pendapatan orangtua Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata rata + SD ± ± ± P 0.616

31 Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar pendapatan orangtua subjek berada dalam kategori sedang (Rp /bulan). Pendapatan kategori sedang pada orangtua subjek perempuan lebih tinggi (57.4%) dibandingkan dengan subjek laki-laki (55.6%). Prabandari (2010) menyatakan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku diterima. Hal ini sesuai dengan (Tabel 2) yang menunjukkan uang saku subjek perempuan lebih tinggi dibandingkan subjek laki-laki. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara pendapatan orangtua subjek laki-laki dan perempuan. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi (Amelia 2008). Variabel pengetahuan gizi subjek diukur dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner pengetahuan gizi yang terdiri atas 20 pertanyaan mengenai pengetahuan gizi umum dan sarapan. Sebaran subjek berdasarkan jenis pertanyaan pengetahuan gizi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan jenis pertanyaan pengetahuan gizi No Pertanyaan Laki-laki Perempuan n % n % 1 Fungsi zat gizi untuk tubuh Kebiasaan makan beraneka ragam Tubuh yang terpenuhi zat gizi Jenis-jenis zat gizi Bahan pangan sumber protein Bahan pangan sumber karbohidrat Bahan pangan sumber vitamin D Zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh Dampak konsumsi makanan yang tidak seimbang Kesadaran untuk mencuci tangan Penyebab keracunan makanan Sebutan untuk anak yang KEK dan KEP Jenis bahan pangan kaya vitamin A Pengertian sarapan Manfaat dari sarapan Waktu yang baik untuk sarapan Menu sarapan yang sehat dan bergizi Dampak tidak sarapan Subjek makanan yang baik untuk sarapan Konsumsi buah dan sayur untuk sarapan Berdasarkan Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh subjek laki-laki (94.4%) dan seluruh subjek perempuan (100%) telah menjawab dengan benar pertanyaan mengenai waktu yang baik untuk sarapan. Sedangkan lebih banyak subjek laki-laki (96.3%) yang menjawab dengan benar pertanyaan mengenai dampak tidak sarapan dibandingkan dengan subjek perempuan (83.3%). Sementara itu banyak dari subjek lakilaki (1.9%) maupun subjek perempuan (3.7%) yang masih belum mengetahui manfaaat dari sarapan. 19

32 20 Khomsan (2000) mengkategorikan tingkat pengetahuan gizi menjadi 3 bagian, yaitu tingkat pengetahuan rendah (<60%), sedang (60-80%) dan tinggi(80%). Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi antara laki-laki dan perempuan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi Anak Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Kurang (<60 %) Sedang (60 80%) Baik (>80) Total Rata-rata + SD P Berdasarkan Tabel 8 tingkat pengetahuan gizi subjek laki-laki dan perempuan secara keseluruhan berada pada kategori kurang (57.41%). Subjek laki-laki berada pada kategori kurang (70.4%) lebih banyak dibandingkan subjek perempuan (44.4%). Sementara itu tingkat pengetahuan gizi pada subjek perempuan sebagian besar berada pada kategori sedang (53.7%) dan hanya sebagian kecil subjek laki-laki dan perempuan (1.8%) yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik (>80%). Berdasarkan uji Mann-Whitney terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi subjek laki-laki dan subjek perempuan. Hal ini diduga pengetahuan gizi contoh perempuan lebih baik dibandingkan contoh laki-laki dan dapat diamati bahwa contoh perempuan lebih banyak menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan. Pengetahuan gizi diyakini sebagai salah satu variabel yang dapat berhubungan dengan konsumsi dan kebiasaan makan. Kelompok remaja yang tidak memiliki pengetahuan gizi yang cukup, akan memiliki konsep ilmu gizi yang sedikit juga (Hendrayati et al 2010). Sama halnya dengan yang dinyatakan oleh Khomsan et al (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, diharapkan keadaan gizinya juga baik. Sarapan Menurut Hardinsyah (2012) sarapan merupakan makan di awal hari biasanya dilakukan di pagi hari berupa makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari menyediakan energi dan zat gizi agar perasaan, berpikir, dan bekerja atau stamina yang lebih baik. Sarapan adalah suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut, mengingat tubuh tidak mendapatkan makanan selama sekitar 10 jam sejak malam hari. Sebaran sarapan subjek meliputi frekuensi, waktu, tempat, dan kebiasaan sarapan bersama dapat dilihat pada Tabel 9.

33 Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan sarapan Kebiasaan sarapan Laki - laki Perempuan Total n % n % n % Frekuensi Tidak teratur (< 4 kali/minggu) Teratur (> 4 kali/minggu) Total Rata-rata + SD P Waktu Total Rata-rata + SD P Tempat Rumah Perjalanan Sekolah Kosan Total P Kebiasaan sarapan bersama Diri sendiri Anggota keluarga (sebagian) Anggota keluarga (seluruh) Teman Total P Frekuensi Sarapan Menurut Yang et al. (2006) frekuensi sarapan dikatakan teratur apabila 4 kali dan dikatakan tidak teratur jika hanya sarapan sebanyak 3 kali selama hari sekolah. Data frekuensi sarapan mahasiswa pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan food record yang diisi oleh subjek selama satu minggu. Data frekuensi sarapan yang diperoleh berkisar antara satu sampai tujuh kali. Berdasarkan Tabel 9 seluruh subjek laki-laki maupun perempuan (88%) teratur untuk melakukan sarapan. Subjek laki-laki yang sarapannya teratur lebih banyak (87%) dibandingkan subjek perempuan (75.9%). Roberts dan Williams dalam Waluya (2007) yang menyatakan bahwa remaja khususnya remaja putri biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badan dengan cara tidak makan pagi. Wan et al (2004) menambahkan bahwa ketakutan akan menjadi gemuk menyebabkan remaja melewatkan waktu makan dan perilaku ini dianggap sebagai langkah awal untuk menurunkan berat badan. Hasil penelitian Dubois et al. (2008) menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan yang tidak teratur dalam seminggu (<7 hari) dapat dihubungkan dengan rendahnya kualitas makan dan asupan energi. Terdapat berbagai alasan subjek ketika tidak sarapan (Tabel 11). Berdasarkan hasil uji 21

34 22 beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Waktu Sarapan Sarapan yang baik adalah bila selalu dilakukan pada waktu pagi hari bukan menjelang makan siang, dan tidak perlu dibedakan antara saat hari kerja/sekolah dan hari libur. Mempertimbangkan hasil kajian kontribusi berbagai zat gizi sarapan terhadap asupan zat gizi harian, di Indonesia lebih tepat bila kontribusi zat gizi sarapan adalah % asupan gizi. Oleh karena target asupan gizi harian yang ideal adalah memenuhi kebutuhan gizi (100% AKG) maka sarapan yang dianjurkan adalah mengandung zat gizi 15-30% zat gizi, yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi. (Hardinsyah dan Aries 2012). Waktu sarapan dikategorikan menjadi 4, yaitu pukul , , , dan Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui secara keseluruhan baik subjek laki-laki maupun subjek perempuan (75%) melakukan sarapan pada pukul WIB. Subjek laki-laki yang melakukan sarapan pada waktu tersebut lebih banyak (81.5%) dibandingkan dengan subjek perempuan (68.5%). Sementara itu waktu yang paling jarang digunakan untuk sarapan adalah pukul WIB. Terlihat hanya (1.9%) subjek laki-laki dan (3.7%) subjek perempuan yang melakukan sarapan pada waktu tersebut. Diduga subjek yang melakukan sarapan pada waktu tersebut ketika hari libur. Perlu diketahui waktu belajar disekolah dimulai pada pukul WIB. Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara waktu sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Yang et al. (2006) menambahkan bahwa sarapan teratur didefinisikan sebagai konsumsi meal sebelum jam pagi. Hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari subjek laki-laki maupun subjek perempuan yang terbiasa melakukan sarapan telah memilih waktu yang ideal untuk sarapan dan waktu sarapan yang paling banyak dipilih yaitu pukul WIB yang artinya kebanyakan subjek terbiasa melakukan sarapan di rumah sebelum berangkat sekolah. Sementara itu yang tidak sempat ataupun tidak terbiasa sarapan di rumah, diduga melakukan sarapan diperjalanan dan di sekolah. Smith et al. (2010) menemukan bahwa subjek yang tidak sarapan lebih suka mengundur waktu makan pagi dan biasanya memulai waktu makan yaitu pada waktu makan siang ( ) dan waktu makan malam ( ). Tempat Sarapan Lokasi subjek biasa melakukan sarapan dikategorikan menjadi empat, yaitu di rumah, diperjalanan, di sekolah, dan di kosan. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (88%) memiliki tempat favorit untuk sarapan yaitu di rumah. Subjek laki-laki yang melakukan sarapan di rumah lebih banyak (88.9%) dibandingkan dengan subjek perempuan (87%). Sementara itu, hanya sebagian kecil dari subjek laki-laki maupun perempuan yang terbiasa melakukan sarapan di perjalanan dan di sekolah (1.9% dan 10.2%). Sementara itu tidak ditemukan subjek laki-laki maupun perempuan yang melakukan sarapan di kosan, karena diduga seluruh subjek masih tinggal bersama orangtua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2010) tempat siswa melakukan sarapan biasanya berhubungan dengan jarak antara rumah siswa dan lokasi sekolah. Jarak rumah dan sekolah yang tidak terlalu jauh memungkinkan siswa untuk sarapan di rumah. Sedangkan jarak rumah ke sekolah yang jauh membuat siswa lebih

35 23 sering melakukan sarapan di perjalanan ataupun di sekolah. Hasil studi di Australia mengungkapkan bahwa beberapa anak sekolah yang memiliki kebiasaan sarapan diperjalanan atau di sekolah umumnya mengkonsumsi pangan sarapan dengan jumlah kandungan gizi yang rendah dibandingkan anak sarapan di rumah (Khan 2005). Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tempat sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Kebiasaan sarapan bersama Kebiasaan sarapan bersama dapat dijadikan salah satu faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku dalam wujud sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini dapat berasal dari keluarga, guru, atau teman sebaya (Hermina et al. 2009). Kebiasaan sarapan bersama dikategorikan menjadi 4 yaitu diri sendiri, bersama anggota keluarga (sebagian), bersama anggota keluarga (seluruh), dan teman (Khan 2005). Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui secara keseluruhan subjek (50.9%) melakukan sarapan bersama anggota keluarga (sebagian). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek terbiasa untuk sarapan di rumah. Kebiasaan sarapan bersama anggota keluarga (sebagian) dari subjek laki-laki lebih tinggi (53.7%) dibandingkan subjek perempuan (48.1%). Hanya sebesar (12%) dari seluruh subjek melakukan sarapan bersama teman sebaya. Hasil studi Pearson et al. (2009), sarapan bersama keluarga berkolerasi besar dalam konsumsi sarapan pada remaja. Menurut Khan (2005) menambahkan bahwa sarapan dengan seluruh keluarga mendorong remaja untuk secara teratur sarapan. Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara kebiasaan sarapan bersama subjek laki-laki dan perempuan. Alasan Tidak Sarapan Menurut Khomsan (2005), alasan tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau terburuburu, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan cepat turun. Berdasarkan banyaknya alasan tidak sarapan yang dikemukakan tersebut maka alasan tidak sarapan dibagi menjadi 4 yaitu tidak sempat, tidak merasa lapar, tidak terbiasa sarapan, dan tidak setiap hari sarapan tersedia. Sebaran subjek berdasarkan alasan ketika tidak sarapan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan alasan tidak sarapan Alasan tidak sarapan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Tidak sempat Tidak merasa lapar Tidak terbiasa sarapan Tidak setiap hari sarapan tersedia Total P Alasan tidak sarapan subjek diperoleh berdasarkan pilihan yang terdapat dalam kuesioner. Berdasarkan Tabel 10 secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (38.9%) menyatakan tidak sempat sebagai alasan tidak sarapan yang paling banyak dipilih. Subjek perempuan yang beralasan tidak sempat sarapan lebih banyak

36 24 (46.3%) dibandingkan subjek laki-laki (31.5%). Sementara itu (29.6%) subjek laki-laki dan (20.4%) subjek perempuan beralasan tidak merasa lapar untuk sarapan di pagi hari. Sedangkan hanya sedikit subjek laki-laki (9.3%) dan subjek perempuan (16.7%) mengaku tidak terbiasa sarapan. Penelitian Rampersaud et al. (2005) mengungkapkan alasan terbanyak subjek penelitiannya tidak sarapan adalah tidak sempat atau tidak memiliki waktu karena terburu-buru sekolah, serta diet penurunan berat badan. Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara alasan tidak sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Jenis sarapan Jenis sarapan pada penelitian ini dikategorikan menjadi 11 kelompok, yaitu makanan pokok, makanan pokok+lauk hewani, makanan pokok+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+lauk nabati, makanan pokok+lauk hewani+sayuran, makanan pokok+lauk nabati+sayuran, makanan jajanan, buah, susu, roti+susu, dan teh manis. Jenis makanan sarapan yang sering dikonsumsi subjek diperoleh dari kuesioner food record selama 7 hari. sebaran subjek berdasarkan jenis sarapan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan jenis sarapan Jenis sarapan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % Makanan pokok Makanan pokok dan hewani Makanan pokok dan nabati Makanan pokok, hewani, dan nabati Makanan pokok,hewani, dan sayuran Makanan pokok, nabati, dan sayuran Makanan jajanan Buah Susu Roti + Susu Teh manis Total P Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (39.8%) mengonsumsi makanan pokok dan hewani sebagai makanan sarapan. Subjek perempuan yang mengonsumsi makanan tersebut lebih banyak (42.6%) dibandingkan dengan subjek laki-laki (37%). Sementara itu ditemukan subjek laki-laki (5.6%) dan subjek perempuan (14.8%) yang mengonsumsi makanan jajanan sebagai makanan sarapan. Makanan jajanan yang dimaksud pada penelitian ini adalah makanan camilan, terdiri dari dua jenis yaitu makanan camilan basah seperti pisang goreng dan makanan camilan kering seperti produk ekstruksi (Nuraida et al. 2009). Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara jenis makanan sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Makanan sarapan jenis makanan pokok dan lauk hewani merupakan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh subjek saat sarapan yaitu terdiri dari nasi putih dengan lauk hewani (telur dan ayam), nasi uduk, dan nasi goreng. Hal ini menunjukkan bahwa makanan sarapan yang dikonsumsi subjek terlihat tidak beragam dan cenderung memiliki menu sarapan yang sama pada setiap harinya. Sementara itu ditemukan hanya sedikit subjek yang mengonsumsi sayuran pada makanan sarapan. Hardinsyah (2012)

37 25 menyatakan sarapan sehat mengandung energi cukup (15-25% dari kebutuhan energi per hari), serat makanan cukup, rendah lemak, tidak ada lemak trans, rendah glukosa dan karbohidrat sederhana (Indeks glikemik tingi), minuman (air putih, susu, teh atau kopi). Sarapan sebaiknya tidak mengonsumsi satu jenis zat gizi (single nutrient) melainkan dengan mengombinasikan makanan dengan aneka ragam zat gizi (Florence et al. 2008).). Asupan dan Kontribusi Makanan Sarapan Sarapan atau makan dan minum pagi adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun. pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012). Menurut Khomsan (2005), sarapan harus memenuhi 25% dari kecukupan harian. Sementara Pereira et al. (2011) mendefinisikan sarapan harus memenuhi 20-35% angka kecukupan energi. Terakhir, penelitian Hardinsyah dan Aries (2012) menyatakan sarapan yang baik bagi orang Indonesia dilakukan antara bangun pagi hingga pukul 9 pagi dan mengandung 15-30% zat gizi. Berikut rata- rata sumbangan energi dan zat gizi makanan sarapan terhadap asupan dan kecukupan subjek disajikan pada Tabel 1. Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata sumbangan energi dan zat gizi makanan sarapan terhadap asupan dan kecukupan subjek Energi Laki-laki Perempuan P Protein Fe Asupan kontribusi sarapan (kkal/hari) Kontribusi terhadap asupan total (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Asupan kontribusi sarapan (g/hari) Kontribusi terhadap asupan total (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Asupan kontribusi sarapan (mg/hari) Kontribusi terhadap asupan total (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Vitamin A Asupan kontribusi sarapan (RE/hari) Kontribusi terhadap asupan total (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Vitamin C Asupan kontribusi sarapan (mg/hari) Kontribusi terhadap asupan total (%) Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) Berdasarkan Tabel 12 Rata-rata asupan energi dari makanan sarapan subjek lakilaki ( kkal/hari) lebih tinggi dibandingkan dengan subjek perempuan ( kkal/hari). Rata-rata asupan protein dari makanan sarapan subjek laki-laki (7.8+3 g/hari) sedikit lebih tinggi daripada subjek perempuan ( g/hari). Rata-rata asupan zat besi (Fe) dari makanan sarapan subjek laki-laki ( mg/hari) sedikit lebih tinggi dari subjek perempuan ( mg/hari). Sedangkan untuk rata-rata asupan vitamin A dari makanan sarapan subjek perempuan ( RE/hari) terlihat lebih tinggi daripada subjek laki-laki ( RE/hari) dan rata-rata asupan vitamin C dari makanan

38 26 sarapan subjek perempuan ( mg/hari) juga ditemukan sedikit lebih tinggi daripada subjek laki-laki ( mg/hari). Sebagian besar makanan sarapan pada subjek laki-laki memberikan kontribusi energi (17.8%), protein (16.8%), zat besi (Fe) (15.2%), vitamin A (6.6%), dan vitamin C (3%) terhadap asupan total. Sedangkan pada subjek perempuan makanan sarapan dapat memberikan kontribusi energi (19%), protein (17.47%), Fe (14.95%), vitamin A (10.48%), dan vitamin C (5.29%) terhadap asupan total. Makanan sarapan yang banyak mengandung energi adalah nasi putih, mie instan, bubur ayam, nasi uduk, nasi goreng, dan ketupat tahu. Sumber protein sekaligus zat besi (Fe) yang diperoleh dari makanan sarapan yaitu ayam, hati ayam, telur, ikan, oncom, dan tempe. Sumber vitamin A yang diperoleh dari makanan sarapan seperti ayam, hati ayam, telur, susu, keju, semangka, sawi, kacang panjang, wortel, bayam, dan kangkung. Sedangkan sumber vitamin C yang diperoleh dari makanan sarapan seperti semangka, pisang, ubi jalar goreng, bayam, wortel, mie instan, sawi, ketimun, kembang kol, dan kacang panjang. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, secara keseluruhan terlihat rata-rata asupan energi dan zat gizi dari makanan sarapan subjek laki-laki maupun subjek perempuan kontribusinya masih rendah terhadap asupan total. Hasil ini belum sesuai dengan Khomsan (2005) yang menyatakan sarapan sebaiknya menyumbangkan energi sekitar 25% dari asupan energi harian. Sarapan yang dikonsumsi oleh subjek laki-laki memberikan kontribusi energi (11.8%), protein (11.7%), Fe (15.6%), vitamin A (3.6%), dan vitamin C (0.8%) terhadap kecukupan gizi. Sementara itu pada subjek perempuan kontribusi energi (15%), protein (13%), Fe (8.26%), vitamin A (5.7%), dan vitamin C (1.68%) terhadap kecukupan gizi. Rata rata kontribusi terhadap kecukupan energi, protein, vitamin A, dan vitamin C pada subjek perempuan lebih tinggi daripada subjek laki-laki. Sedangkan untuk kontribusi zat besi (Fe) terhadap kecukupan gizi subjek laki-laki lebih cenderung lebih tinggi dan telah memenuhi minimal kecukupan gizi sarapan dibandingkan subjek perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata kontribusi energi dan zat gizi dari makanan sarapan terhadap kecukupan termasuk dalam kualitas rendah yaitu kurang dari 15% AKG. Namun pada subjek perempuan terlihat bahwa ratarata kontribusi energi dari makanan sarapan sudah memenuhi 15% AKG. Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 44.6% anak usia sekolah dasar mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah, yaitu dengan asupan energi sarapan kurang dari 15% kebutuhan harian (Hardinsyah dan Aries 2012). Rendahnya kontribusi energi, protein, Fe, vitamin A, dan vitamin C terhadap kecukupan subjek disebabkan oleh konsumsi pangan sumber zat gizi tersebut pada pagi hari cenderung memilih porsi yang lebih kecil dan kurang beragam dibandingkan pada makan siang dan malam. Hal ini juga diduga berkaitan masih rendahnya pengetahuan subjek terkait manfaat sarapan dan menu sarapan yang sehat dan bergizi (Tabel 7) menyebabkan kesadaran subjek untuk sarapan dengan menu lengkap dan beragam yang mendukung untuk meningkatkan kualitas sarapannya juga masih rendah dan cenderung kurang memperdulikan nilai gizi dari sarapan tersebut tidak lepas dikarenakan subjek juga lebih memilih makanan sarapan yang praktis dan cepat untuk dihidangkan di pagi hari. Terlihat dari jenis sarapan yang paling banyak di konsumsi oleh subjek adalah makanan pokok dan lauk hewani (Tabel 11). Sarapan telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mencegah terjadinya kegemukan dan dapat meningkatkan produktivitas SDM di masa depan. Matthys et al (2006) menyatakan bahwa melewatkan sarapan dapat menyebabkan lapar di pagi hari dan cenderung lebih banyak mengkonsumsi jajanan, sementara jajanan

39 27 yang dikonsumsi memiliki kandungan gula dan lemak yang tinggi dan rendah vitamin dan mineral. Reddan et al. (2002) menambahkan bahwa sarapan dipercaya dapat meningkatkan energi dan kemampuan anak sekolah untuk memperhatikan guru di sekolah. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara asupan energi, asupan protein, dan asupan vitamin A dari makanan sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Hal ini diduga karena makanan yang dikonsumsi saat sarapan oleh kedua kelompok subjek relatif memiliki kesamaan sehingga data terlihat homogen. Sementara itu hasil uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara asupan Fe dan asupan vitamin C dari makanan sarapan subjek laki-laki dan perempuan. Hal ini diduga karena makanan sarapan sumber zat besi (Fe) antara subjek laki-laki dan perempuan berbeda dari porsinya sedangkan untuk jenis makanannya terlihat memiliki kesamaan. Sementara itu asupan vitamin C dari makanan sarapan subjek laki-laki dan perempuan terlihat memiliki perbedaan, hal ini diduga asupan vitamin C subjek dari makanan sarapan memiliki nilai yang beragam serta ditemukan asupan vitamin C subjek yang bernilai nol. Hal ini menunjukkan masih rendahnya konsumsi pangan sumber vitamin C dalam makanan sarapan. Konsumsi pangan dan Kecukupan gizi Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Kusharto dan Sa adiyah 2006). Den Hartog et al. (2006) menyatakan kebiasaan makan sebagai cara individu atau sekelompok orang yang dipengaruhi oleh sosial dan budaya, tekanan ekonomi, pilihan dalam mengkonsumsi, dan menggunakan pangan yang tersedia. Konsumsi pangan pada penelitian ini membandingkan antara konsumsi pangan subjek laki-laki dan subjek perempuan yang meliputi data asupan energi, protein, zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C. Sebaran subjek berdasarkan rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan rata-rata asupan, angka kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi. Rata-rata Laki-laki Perempuan P Energi Asupan (kkal) AKE (kkal) TKE (%) Protein Asupan (g) AKP (g) TKP (%) Fe Asupan (mg) AK Fe (mg) TK Fe (%) Vitamin A Asupan (RE) AK Vit A(RE) TK Vit A (%) Vitamin C Asupan (mg) AK Vit C (mg) TK Vit C (%)

40 28 Asupan Energi Energi merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh (Mahan dan Escott-Stump 2008). Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan secara keseluruhan rata-rata asupan energi subjek laki-laki ( kkal/hari) lebih tinggi daripada subjek perempuan ( kkal/hari). Rata-rata asupan energi yang dianjurkan dalam AKG yaitu 2643 kkal/hari untuk subjek laki-laki dan 2127 kkal/hari untuk subjek perempuan. Asupan subjek laki-laki hanya memenuhi 66.3% AKE yang dianjurkan. Sedangkan asupan subjek perempuan hanya memenuhi 71.6% AKE yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara asupan energi subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), subjek laki-laki diduga cenderung mengonsumsi makanan dengan porsi yang lebih besar daripada subjek perempuan dan terlihat lebih sering mengonsumsi makanan tinggi energi seperti gorengan dan nasi putih dengan mie instan pada setiap waktu makan walaupun pangan sumber energi yang dikonsumsi masih belum memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Asupan Protein Protein adalah salah satu sumber energi bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati. Selain itu, protein juga berfungsi dalam mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon (Sediaoetama 2006). Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan secara keseluruhan rata-rata asupan protein subjek laki-laki ( g/hari) lebih tinggi daripada subjek perempuan ( g/hari). Rata-rata asupan protein yang dianjurkan dalam AKP yaitu 67 g/hari untuk subjek laki-laki dan 61.5 g/hari untuk subjek perempuan. Asupan subjek laki-laki hanya memenuhi 70.5% AKP yang dianjurkan. Sedangkan asupan subjek perempuan hanya memenuhi 72.3% AKP yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara asupan protein subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), diduga konsumsi pangan sumber protein antara subjek laki-laki dan perempuan berbeda dari porsi maupun jenis makanannya sehingga terdapat keberagaman data. Dibutuhkan peningkatan konsumsi bahan makanan hewani dan nabati sumber protein yang baik seperti telur, daging, ikan, kerang, dan kacang-kacangan. Menurut Hardinsyah et al. (2012) pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, seafood dan hasil olahannya. Pangan sumber protein nabati meliputi kedelai, kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, susu kedelai. Secara umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati. Pangan sumber protein yang dikonsumsi subjek antara lain tahu, tempe, telur, ayam, ikan, hati ayam, dan daging sapi. Asupan Zat besi (Fe) Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang essensial bagi tubuh. Zat besi terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb) (Sediaoetama 2006). Hasil Tabel 13 menunjukkan secara keseluruhan rata-rata asupan zat besi (Fe) subjek laki-laki ( mg/hari) lebih tinggi daripada subjek perempuan ( mg/hari). Rata-rata asupan zat besi (Fe) yang dianjurkan dalam AKG yaitu 15.6 mg/hari untuk subjek laki-laki dan 26 mg/hari untuk subjek perempuan. Asupan subjek laki-laki terlihat sudah memenuhi 103% angka kecukupan zat besi (Fe) yang dianjurkan. Sedangkan asupan subjek perempuan hanya memenuhi 55.2% angka kecukupan zat besi (Fe) yang dianjurkan.

41 29 Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara asupan zat besi (Fe) subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), Diduga konsumsi pangan sumber zat besi (Fe) subjek sama halnya dengan konsumsi pangan sumber protein yang menunjukkan adanya perbedaan dari porsi maupun jenisnya. Pangan sumber zat besi (Fe) yang dikonsumsi subjek antara lain tahu, tempe, bayam, kangkung, kacang panjang, ayam, telur, ikan, hati ayam, dan daging sapi. Asupan Vitamin A Vitamin A termasuk kedalam vitamin larut lemak yang berfungsi dalam proses penglihatan, metabolisme umum, dan proses reproduksi (Sediaoetama 2006). Fungsi vitamin A di antaranya dalam penglihatan normal pada cahaya terang, diferensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan jantung (Almatsier 2006). Rata-rata asupan vitamin A (Tabel 13) menunjukkan subjek laki-laki ( RE/hari) sedikit lebih tinggi daripada subjek perempuan ( RE/hari). Rata-rata asupan vitamin A yang dianjurkan dalam AKG yaitu 600 RE/hari untuk subjek laki-laki dan 598 RE/hari untuk subjek perempuan. Asupan subjek laki-laki hanya memenuhi 54.7% angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan. Sedangkan asupan subjek perempuan hanya memenuhi 54.4% angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara asupan vitamin A subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), diduga adanya kesamaan asupan vitamin A antara subjek laki-laki dan perempuan hal ini berkaitan dengan pangan sumber vitamin A yang dikonsumsi oleh kedua kelompok subjek yang rata-rata memiliki kesamaan dalam setiap waktu makan. Pangan sumber vitamin A yang dikonsumsi subjek antara lain wortel, sawi, bayam, ayam, telur, ikan, dan daging sapi. Asupan Vitamin C Vitamin C termasuk kedalam vitamin larut air yang berfungsi dalam mekanisme imunitas dalam rangka daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin (Sediaoetama 2006). Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas (Almatsier 2006). Rata-rata asupan vitamin C (Tabel 13) menunjukkan subjek laki-laki ( mg/hari) dan subjek perempuan ( mg/hari). Rata-rata asupan vitamin C yang dianjurkan dalam AKG yaitu 87.5 mg/hari untuk subjek laki-laki dan 72 mg/hari untuk subjek perempuan. Asupan subjek laki-laki hanya memenuhi 26% angka kecukupan vitamin C yang dianjurkan. Sedangkan asupan subjek perempuan hanya memenuhi 31.6% angka kecukupan vitamin C yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara asupan vitamin C subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), konsumsi pangan sumber vitamin C pada subjek masih jarang dan terlihat dari rendahnya konsumsi buah dan sayur dalam setiap waktu makan subjek. Pangan sumber vitamin C yang dikonsumsi subjek antara lain jeruk, pepaya, semangka, pisang, ketimun, sawi, kembang kol, kangkung, sukun, bayam, kacang-kacangan (tahu dan tempe). Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, dapat dilihat tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek laki-laki dan subjek perempuan belum mencukupi kecukupan gizi sehari walaupun secara rata-rata asupan energi dan zat gizi subjek laki-laki terlihat lebih tinggi daripada subjek perempuan kecuali untuk asupan zat besi (Fe) subjek laki-laki yang menunjukkan telah memenuhi kecukupan sehari. Diduga hasil ini juga berkaitan

42 30 dengan masih rendahnya kualitas sarapan pada subjek. Dugaan ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Matthys et al (2006) bahwa subjek yang diberi perlakuan konsumsi sarapan yang berkualitas memiliki asupan yang lebih baik daripada subjek yang diberi perlakukan sarapan dengan kualitas yang kurang. Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Kategori tingkat kecukupan Laki-laki Perempuan Total n % n % n % P Energi Defisit Berat (<70%) Defisit Sedang (70-79%) Defisit Ringan (80-89%) Normal ( %) Kelebihan (>120) Total Protein Defisit Berat (<70%) Defisit Sedang (70-79%) Defisit Ringan (80-89%) Normal ( %) Kelebihan (>120) Total Fe Defisit (<77%) Cukup (>77%) Total Vitamin A Defisit (<77%) Cukup (>77%) Total Vitamin C Defisit (<77%) Cukup (>77%) Total Tingkat Kecukupan Energi Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (55.6%) memiliki tingkat kecukupan energi termasuk dalam kategori defisit berat. Subjek laki-laki yang yang memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori defisit berat lebih banyak (64.8%) dibandingkan dengan subjek perempuan (46.3%). Terdapat 18.5% subjek laki-laki dan 40.7% subjek perempuan termasuk dalam kategori defisit sedang. Terdapat 13% subjek laki-laki dan 5.5% subjek perempuan termasuk dalam kategori defisit ringan. Hanya sebagian kecil dari subjek lakilaki (3.7%) dan subjek perempuan (7.4%) berada pada kategori normal. Sementara itu tidak ditemukan subjek yang memiliki tingkat kecukupan pada kategori kelebihan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan energi subjek laki-laki dan perempuan. Data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), dapat diamati bahwa konsumsi subjek laki-laki dan perempuan terhadap pangan sumber energi terlihat berbeda dan subjek perempuan asupannya lebih rendah dari subjek laki-laki. Hal ini diduga berkaitan dengan

43 31 berbedanya porsi makan kedua kelompok subjek. Namun berdasarkan tingkat kecukupannya, subjek perempuan terlihat lebih baik dibandingkan subjek laki-laki. Hal ini dikarenakan angka kecukupan subjek laki-laki yang lebih tinggi daripada subjek perempuan. Sementara itu diketahui bahwa kategori tingkat kecukupan subjek perempuan lebih sedikit berada dalam kategori defisit berat daripada subjek laki-laki. Hal ini yang diduga menyebabkan tingkat kecukupan energi antar subjek memiliki perbedaan yang signifikan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier 2009). Mariana (2002) menambahkan bahwa kekurangan energi yang berlangsung lama pada pelajar akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Apabila kecukupan energi pelajar dapat terpenuhi, maka pemanfaatan zat gizi lain akan optimal. Soekirman (2000) menambahkan bahwa energi dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Selain itu, energi juga diperlukan untuk fungsi lain seperti mencerna, mengolah, dan menyerap makanan dalam alat pencernaan. Ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi menyebabkan perubahan komponen tubuh terutama lemak, yang selanjutnya menentukan perubahan berat badan. (IOM 2005). Tingkat Kecukupan Protein Hasil Tabel 14 memperlihatkan bahwa tingkat kecukupan protein secara keseluruhan subjek laki-laki dan perempuan (47.2%) termasuk dalam kategori defisit berat. Subjek laki-laki yang berada pada kategori defisit berat lebih banyak (51.8%) dibandingkan subjek perempuan (42.5%). Terdapat 18.5% subjek laki-laki dan 29.6% subjek perempuan berada pada kategori defisit sedang serta 22.2% subjek laki-laki dan 16.6% subjek perempuan berada pada kategori defisit ringan. Hanya sebagian kecil dari subjek laki-laki (7.4%) dan subjek perempuan (11.1%) berada pada kategori normal. Sementara itu tidak ditemukan dari kedua kelompok subjek berada dalam kategori kelebihan. Berdasarkan data yang diperoleh dari food record (7x24 jam), rendahnya TKP subjek diduga karena kuantitas pangan sumber protein yang dikonsumsi masih rendah. Selain itu, diduga rendahnya TKP disebabkan oleh sikap subjek yang underestimate dalam melaporkan makanannya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Mahan dan Escott- Stump (2008) bahwa 10-45% responden cenderung merendahkan makanan yang dilaporkan. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Winarno 1992). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat kecukupan protein subjek laki-laki dan perempuan. Almatsier (2009) menyatakan salah satu fungsi protein sebagai pembentukan antibodi dan mengangkut zat-zat gizi. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini berkurang sehingga seseorang yang mengalami kekurangan protein lebih rentan terhadap bahan-bahan racun dan obat-obatan. Selain itu, menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zatzat gizi. Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) Hasil Tabel 14 menunjukkan tingkat kecukupan zat besi (Fe) sebagian besar subjek laki-laki (90.7%) termasuk dalam kategori cukup dibandingkan dengan subjek

44 32 perempuan (5.6%). Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan zat besi (Fe) subjek lakilaki dan perempuan. Berdasarkan angka kecukupan zat besi (Fe), subjek laki-laki kecukupannya lebih rendah dibandingkan subjek perempuan. Sementara itu data yang diperoleh dari food record (7x24 jam) rata-rata asupan zat besi (Fe) subjek laki-laki dan perempuan tidak terlalu berbeda jauh, namun rata-rata asupan zat besi (Fe) subjek lakilaki terlihat sedikit lebih tinggi dibandingkan subjek perempuan dan kebanyakan telah memenuhi kecukupan sehari. Hal ini yang diduga menyebabkan tingkat kecukupan zat besi (Fe) antar subjek memiliki perbedaan yang signifikan. Sementara itu perlu adanya peningkatan konsumsi pangan sumber zat besi (Fe) bagi subjek perempuan karena dikhawatirkan apabila kebiasaan makan mereka berlanjut seperti hasil penelitian maka kemungkinan besar akan menderita anemia yang menyebabkan subjek perempuan akan sulit produktif saat sekolah karena konsentrasi belajar terganggu akibat gejala anemia seperti pusing, mual, dsb. Perlu diketahui bahwa kebutuhan zat besi (Fe) perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini disebabkan salah satunya adalah karena perempuan mengalami menstruasi. Saat menstruasi, perempuan akan banyak kehilangan zat besi (Fe) dari tubuhnya karena zat besi (Fe) terbuang bersama darah yang keluar dari menstruasi. Zat besi merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan sel darah merah. Fungsi utama dari zat besi adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (Almatsier 2006). Defisiensi besi akan menimbulkan penurunan kadar hemoglobin darah atau anemia gizi besi (Poedjiadi 2006). Suhardjo dan kusharto (1988) menambahkan kekurangan zat besi dapat menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Hal ini berhubungan erat dengan menurunnya fungsi enzim pembentuk antibodi. Tingkat Kecukupan Vitamin A Secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (90.7%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A termasuk dalam kategori defisit (Tabel 14). Subjek lakilaki yang yang memiliki tingkat kecukupan vitamin A dalam kategori defisit lebih banyak (92.6%) dibandingkan dengan subjek perempuan (88.9%). Berdasarkan hasil uji Mann- Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat kecukupan vitamin A subjek laki-laki dan perempuan. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, dan rendahnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Selain itu, defisiensi vitamin A juga dapat menghambat mobilisasi zat besi dan menurunkan respon imun sehingga dapat menyebabkan anemia dan infeksi selanjutnya meningkatkan morbiditas (Gibson 2005). Tingkat Kecukupan Vitamin C Berdasarkan Tabel 14 secara keseluruhan subjek laki-laki maupun subjek perempuan (99.1%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C termasuk dalam kategori defisit. Semua subjek laki-laki (100%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C dalam kategori defisit. Sedangkan untuk subjek perempuan lebih sedikit (98.1%) yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang termasuk dalam kategori defisit. Sementara itu ditemukan 1.9% subjek perempuan yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat kecukupan vitamin C subjek laki-laki dan perempuan. Data asupan vitamin C yang diperoleh dari food record (7x24 jam) dapat diamati bahwa antar subjek rata-rata memiliki kesamaan yaitu masih rendahnya konsumsi pangan sumber vitamin C sehingga tingkat kecukupan antar subjek rata-rata berada

45 33 dalam kategori defsit. Diduga angka kecukupan vitamin C antar subjek yang berbeda menyebabkan tingkat kecukupannya berbeda dan terlihat beragam. Sementara itu diduga jarangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran dalam setiap waktu makan menyebabkan rendahnya asupan vitamin C terhadap kecukupan sehari. Kekurangan vitamin C menyebabkan timbulnya penyakit skorbut yang ditandai dengan gusi bengkak dan berdarah, rasa sakit dan kaku pada sendi-sendi, tulang rapuh, pendarahan lapisan di bawah kulit, dan kelemahan otot-otot (Suhardjo & Kusharto 1988). Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi subjek rata-rata berada dalam kategori defisit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya diduga karena keterbatasan metode. Metode food record yang digunakan untuk mendapat data konsumsi masih menggunakan estimated food record yaitu estimasi berdasarkan ukuran rumah tangga, sehingga masih terdapat beberapa ketidaktepatan, seperti bias subjek dan bias pada saat interview. Bias tersebut diantaranya adalah adanya subjek yang menyampaikan konsumsi makanannya secara kurang atau berlebihan (underport atau overport). Bias interview yakni kesalahan dari enumerator sendiri saat menginterpretasikan jumlah konsumsi pangannya dan daya ingat subjek yang terbatas saat dilakukan wawancara terhadap konsumsi pangannya, sehingga subjek tidak menyebutkan secara keseluruhan pangan yang dikonsumsinya (Gibson 2005). Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut bisa diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka akan dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan konsumsi pangan (Riyadi 2006). Pengukuran IMT pada remaja sangat berhubungan dengan usianya, karena dengan perubahan usia terjadi perubahan komposisi dan densitas tubuh. Sebaran status gizi subjek dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan status gizi Status Gizi (IMT/U) Laki-laki Perempuan Total n % n % N % Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total Rata-rata + SD P Indikator status gizi berdasarkan IMT/U pada subjek laki-laki dan perempuan umumnya digunakan untuk mengetahui keadaan status gizi subjek saat ini. Berdasarkan Tabel 15 sebagian besar subjek laki-laki (83.3%) dan perempuan (81.5%) memiliki status gizi normal. Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara status gizi subjek laki-laki dan perempuan. Namun terlihat pada subjek laki-laki sebesar (1.9%) dan subjek perempuan sebesar (3.7%) memiliki status gizi yang sangat kurus. Terlihat adanya subjek laki-laki yang

46 34 memiliki status gizi yang gemuk (7.4%), sedangkan hanya (1.9%) dari subjek perempuan yang memiliki status gizi yang gemuk. Hasil ini menunjukkan bahwa status gizi subjek perempuan terlihat lebih kurus dibandingkan subjek laki-laki. Menurut Almatsier (2001) bahwa status gizi normal disebabkan oleh pola makan yang teratur dan asupan gizinya seimbang dan sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh. selain itu, salah satu faktor yang berhubungan langsung dengan status gizi yaitu faktor genetik atau keturunan (Almatsier 2002). Hubungan Antar Variabel Pendapatan Orangtua dengan Uang Saku Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.043, r= 0.195) antara pendapatan orangtua dengan uang saku subjek, hal ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik terdapat kecenderungan semakin besar pendapatan orangtua maka uang saku per hari yang didapatkan juga semakin besar. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan rata-rata pendapatan orangtua subjek berada pada kategori sedang yaitu dalam kisaran (Rp /bulan) dan tidak sedikit juga orangtua subjek yang berpendapatan tinggi (Rp. > /bulan) (Tabel 6). Sehingga dapat memungkinkan orangtua subjek memberikan uang saku sesuai dengan kebutuhan dan keperluan anaknya ketika di sekolah. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Amelia (2008) salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya uang saku yang diterima anak adalah besarnya pendapatan orangtua dan sejalan dengan pernyataan Parabandari (2010) bahwa semakin besar pendapatan kelurga maka semakin besar uang saku yang diterima. Uang Saku dengan Frekuensi Sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.740, r= 0.032) antara uang saku subjek dengan frekuensi sarapan, hal ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara uang saku yang diterima subjek terhadap frekuensi sarapan. Pengalokasian uang saku yang diterima subjek diduga digunakan untuk keperluan yang lain bukan untuk sarapan, melainkan untuk transportasi berangkat ke sekolah hingga pulang dari sekolah serta makan siang di sekolah ketika jam istirahat. Dugaan ini juga diperkuat berdasarkan hasil penelitian kebanyakan subjek melakukan sarapan di rumah (Tabel 9). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Endromo dalam Erison (2014) yang menyatakan bahwa pemberian uang jajan terhadap remaja mempunyai hubungan dengan frekuensi makan, sarapan pagi, dan kesukaan jajan karena bisa menjadi pemicu subjek untuk lebih memilih membeli jajanan daripada mengonsumsi sarapan pagi. Hal ini dikarenakan membeli jajan berupa makanan cepat saji lebih mudah, apalagi bila didukung dengan semakin besarnya uang jajan yang diperoleh maka semakin besar kemungkinan subjek untuk membeli atau mengonsumsi makanan cepat saji dan harga makanan cepat saji dipasaran cenderung tinggi. Pendidikan orangtua dengan Frekuensi Sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah (p= 0.879, r= 0.015) dan ibu (p= 0.082, r= 0.168) dengan frekuensi sarapan subjek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ayah dan ibu terhadap frekuensi sarapan subjek. Khomsan et al (2009) menyatakan bahwa seorang ibu dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan mempraktikkan pola makan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan gizi.

47 35 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikan, kebanyakan ibu dari subjek hanya mencapai pendidikan SD (Tabel 4) sehingga diduga masih rendahnya kesadaran tentang pentingnya sarapan bagi subjek. Dugaan ini sejalan dengan pernyataan Sumarwan (2004) yang menerangkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pekerjaan yang memungkinkan seseorang memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap suatu hal, subjeknya dengan menerapkan kebiasaan sarapan pagi. Atmarita (2004) menambahkan bahwa pendidikan formal yang lebih tinggi pada ibu membuat pengetahuan gizi dan pola pengasuhan seorang ibu akan bertambah baik. Namun dalam penelitian ini tingkat pendidikan orangtua khususnya ibu subjek terlihat tidak memiliki pengaruh besar terhadap frekuensi sarapan. Karena hasil penelitian menunjukkan kebanyakan subjek telah melakukan sarapan secara teratur. Diduga frekuensi sarapan subjek yang kebanyakan dilakukan secara teratur tersebut merupakan kebiasaan mereka sehari-hari ataupun dilakukan hanya pada saat akan diteliti dan bukan didasarkan oleh peran orangtua dalam menerapkan pola makan yang sehat yaitu dengan cara membiasakan sarapan pagi. Pekerjaan dan Pendapatan orangtua dengan Frekuensi sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ayah (p= 0.215, r= 0.120) dan ibu (p= 0.738, r= 0.033) dengan frekuensi sarapan subjek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orangtua terhadap frekuensi sarapan subjek. Hasil Uji korelasi Spearman antara pendapatan orangtua dengan frekuensi sarapan subjek juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.252, r= 0.111). Hasil penelitian Hermina et al (2009) menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah dan ibu serta penghasilan orangtua terhadap kebiasaan sarapan remaja putri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaw, Mary E. (1998) pada sampel anak Australia menemukan bahwa melewatkan sarapan terkait dengan jenis kelamin dan bukan karena penghasilan orangtuanya. Perempuan sering melewatkan sarapan lebih dari tiga kali dibandingkan pria dan bukan dipengaruhi oleh posisi sosial ekonominya. Pernyataan tersebut didukung oleh Khomsan (2003) yang menjelaskan bahwa persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya memiliki hubungan dengan perilaku makannya, subjek yang memiliki ketakutan terhadap keadaan bentuk tubuh yang tidak normal kerap kali melakukan diet yang salah, seperti halnya subjek beranggapan bahwa tidak melakukan sarapan akan membuat keadaan bentuk tubuh normal karena tidak menerima asupan makanan. Berdasarkan penelitian juga memperlihatkan bahwa frekuensi sarapan laki-laki lebih teratur dibandingkan dengan frekuensi sarapan subjek perempuan. Diduga bahwa subjek perempuan menjaga bentuk tubuhnya dengan cara melakukan diet yang salah yaitu dengan cara tidak melakukan sarapan. Hasil penelitian tidak sejalan dengan pernyataan Soekirman (1991). bahwa berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan pekerjaan orangtua bukan merupakan faktor utama dalam menentukan frekuensi sarapan anaknya tetapi diduga lebih memiliki kaitan terhadap kecukupan makanan dalam sehari.

48 36 Besar Keluarga dengan Frekuensi Sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.194, r= ) antara besar keluarga dengan frekuensi sarapan subjek. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara besar keluarga terhadap frekuensi sarapan subjek. Hal ini diduga bahwa kebiasaan sarapan antar anggota keluarga tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan subjek memiliki keluarga dengan kategori kecil dan sedang (Tabel 3). Sehingga memungkinkan antar anggota keluarga memiliki pola konsumsi yang berbeda. Diduga antar anggota keluarga memiliki kecenderungan berbeda kebiasaan sarapannya sehingga tidak memiliki pengaruh besar terhadap frekuensi sarapan subjek. Namun hal ini belum dapat menentukan bahwa antar anggota keluarga berbeda pola konsumsi dalam seharinya. Erwin dan Karmini (2012) menyatakan bahwa jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. Banyaknya anggota keluarga, maka pola konsumsinya semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga belum tentu mempunyai selera yang sama. Jumlah anggota keluarga berkaitan dengan pendapatan rumah tangga yang akhirnya akan mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga tersebut. Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi dan Frekuensi Sarapan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi subjek (p= 0.052, r= ). Sama halnya dengan uji korelasi Spearman yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan frekuensi sarapan (p= 0.490, r= ). Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui sebagian besar subjek belum banyak mengetahui tentang gizi dan sarapan, akan tetapi tidak sedikit juga subjek yang telah mengetahuinya (Tabel 8). Pengetahuan gizi bukan faktor yang secara langsung berhubungan dengan status gizi, karena status gizi diduga lebih berhubungan langsung dengan kebiasaan makan dan infeksi. Sehingga status gizi diduga lebih memiliki keterkaitan dengan kebiasaan makan subjek dalam sehari yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Rohayati (2009) menyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan lingkungan terdekat dapat memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kebiasaan sarapan maupun kebiasaan makan anak atau remaja. Menurut Amelia (2008) pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi remaja untuk memperoleh pengetahuan gizi dari berbagai sumber seperti sekolah, media cetak, maupun media elektronik. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Secara keseluruhan terlihat kebanyakan dari subjek sudah mengonsumsi sarapan secara teratur, diduga frekuensi sarapan subjek yang kebanyakan dilakukan secara teratur tersebut merupakan kebiasaan mereka sehari-hari ataupun dilakukan hanya pada saat akan diteliti, secara tidak langsung bukan didasarkan oleh pengetahuan gizi. Dengan kebiasaan sarapan yang tidak dilandasi pengetahuan tentang gizi serta frekuensi sarapan secara teratur diduga hanya dilakukan pada saat akan diteliti, maka dapat memungkinkan perilaku sarapan teratur subjek hanya dilakukan sesaat dan tidak akan bertahan lama. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pernyataan Khomsan (2000) bahwa pengetahuan gizi yang dimiliki seseorang belum berarti bahwa orang tersebut berkeinginan untuk mengubah perilaku dan kebiasaan makannya.

49 37 Frekuensi Sarapan dengan Status Gizi Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.607, r= 0.050) antara kebiasaan sarapan dengan status gizi subjek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara statistik, subjek yang memiliki kebiasaan sarapan yang teratur belum tentu memiliki status gizi yang baik atau normal. Berdasarkan hasil penelitian ini diduga frekuensi sarapan subjek yang kebanyakan telah dilakukan secara teratur tidak berhubungan dengan status gizinya dikarenakan masih banyak faktor lain yang dapat berhubungan secara langsung terhadap status gizi seseorang. Status gizi diduga bukan dipengaruhi secara langsung oleh frekuensi sarapan karena frekuensi sarapan yang teratur belum tentu kualitasnya baik. Sementara itu sarapan hanya mewakili 1 kali waktu makan, sedangkan dalam sehari frekuensi makan dilakukan sebanyak 3 kali waktu makan. Dugaan ini didasarkan pada pernyataan Riyadi (2001) bahwa status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung seperti intake makanan dan status kesehatan. Kedua faktor tersebut saling tergantung satu sama lainnya. Melakukan sarapan secara teratur belum tentu meningkatkan status gizi seseorang karena makanan sarapan hanya mengandung 25% dari kebutuhan total energi harian apabila mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mariza et al. (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. Intan (2008) menambahkan bahwa kemungkinan hal ini terjadi karena hubungan antara kebiasaan sarapan tidak hanya ditentukan dari frekuensi sarapan saja, namun juga dipengaruhi oleh jenis dan porsi makanan yang dikonsumsi saat sarapan. Hasil penelitian Timlin et al. (2008) menyebutkan bahwa hanya terdapat sedikit hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi, berdasarkan hasil analisis prospektif yang dilakukan frekuensi sarapan berbanding terbalik dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Kebiasaan tidak sarapan sudah terbukti memiliki efek negatif terhadap kesehatan seseorang. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Gleason et al. (2009) secara tidak langsung sarapan dapat menekan resiko terjadinya status gizi obes. Smith et al. (2010) menyatakan bahwa subjek yang tidak sarapan memiliki rata rata lingkar pinggang, IMT, insulin puasa, konsentrasi LDL yang lebih tinggi daripada subjek yang sarapan. Yang et al. (2006) menambahkan bahwa remaja dengan kebiasaan sarapan teratur memiliki risiko lebih rendah mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan odds ratio pada remaja dengan sarapan tidak teratur (51%) lebih besar daripada yang sarapan teratur. Penelitian Silvia (2007) menunjukkan bahwa subjek yang memiliki kebiasaan sarapan tidak teratur dapat meningkatkan risiko obesitas 3 kali lebih tinggi daripada subjek yang memiliki sarapan teratur. Selain itu, subjek dengan kebiasaan sarapan tidak teratur meningkatkan risiko IMT abnormal 2 kali lebih tinggi daripada subjek dengan kebiasaan sarapan teratur. Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p= 0.656, r= ), asupan protein (p= 0.196, r= ), asupan zat besi (Fe) (p= 0.553, r= ), asupan vitamin A (p= 0.745, r= ), asupan vitamin C (p= 0.242, r= ) dengan status gizi subjek. Berdasarkan asupan zat gizi secara keseluruhan yang tidak berhubungan dengan status gizi subjek, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriana (2011) Asupan zat gizi tidak mencerminkan keseluruhan gambaran status gizi saat ini secara langsung sebab status gizi merupakan akibat dari konsumsi sebelumnya dan asupan zat gizi hanya gambaran bukti sementara dari tingkat kecukupan seseorang serta merupakan konsumsi pada saat diteliti. Riyadi (2006) menambahkan bahwa status gizi disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor langsung maupun tidak langsung. Faktor langsung adalah konsumsi makanan

50 38 dan keadaan kesehatan sedangkan faktor tidak langsung adalah faktor pertanian, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Dengan demikian secara keseluruhan diketahui bahwa asupan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi subjek dalam penelitian ini hanya gambaran sementara dan bukan faktor yang berpengaruh besar terhadap status gizi subjek saat ini, karena status gizi merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan konsumsi pangan secara jangka panjang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Siswa dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jatisari yang terdiri dari 54 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan yang berusia antara tahun (Kelas X, XI, dan XII). Rata-rata uang saku subjek berada pada kisaran sedang dan ditemukan tidak terdapat perbedaan antara subjek laki-laki dan perempuan. rata-rata subjek bersuku sunda dan hanya beberapa ditemukan memiliki suku jawa. Besar keluarga subjek rata-rata memiliki keluarga kecil dan sedang, hanya beberapa yang memiliki keluarga besar. Rata-rata tingkat pendidikan ayah subjek berpendidikan SMA dan mayoritas bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan rata-rata tingkat pendidikan ibu subjek berpendidikan SD dan mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan orangtua subjek mayoritas berpendapatan sedang dan ditemukan hanya beberapa berpendapatan tinggi. Pengetahuan gizi subjek rata-rata berada dalam kategori kurang dan hanya beberapa dalam kategori baik namun ditemukan pengetahuan gizi subjek laki-laki kebanyakan berada dalam kategori kurang. Frekuensi sarapan subjek rata-rata telah sarapan secara teratur yaitu >4 kali dalam seminggu, tempat biasa mereka sarapan adalah dirumah sebelum berangkat sekolah dan ditemukan bahwa tidak semua anggota keluarga ikut sarapan. Tingkat kecukupan zat gizi subjek rata-rata berada dalam kategori defisit berat, namun ditemukan tingkat kecukupan zat besi (Fe) subjek laki-laki lebih baik dibandingkan subjek perempuan. Status gizi subjek rata-rata memiliki status gizi yang normal. Berdasarkan hasil analisis uji beda terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi, asupan energi, asupan protein, asupan zat besi (Fe), tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan zat besi (Fe), dan tingkat kecukupan vitamin C antara subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pendapatan orangtua dengan uang saku subjek. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara uang saku, pengetahuan gizi, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, besar keluarga dengan frekuensi sarapan dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) pengetahuan gizi, frekuensi sarapan, asupan zat gizi dengan status gizi.

51 Saran 39 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa SMA yang menjadi sampel telah terbiasa melakukan sarapan pagi. Namun, kualitas dan kuantitasnya masih belum memenuhi standar terutama pada sayuran dan buah sebagai sumber vitamin. Hal itu dapat terlihat pada asupan vitamin A dan vitamin C yang masih dibawah anjuran yaitu 15-25% AKG. Untuk itu diperlukan penyuluhan dan sosialisasi gizi secara rutin kepada seluruh siswa agar kebiasaan sarapan ini bisa terus terjaga dengan kualitas yang lebih baik, sehingga dapat terhindar dari permasalahan gizi/kesehatan dan meningkatkan kualitas SDM di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA [Depkes] Departemen Kesehatan Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga. [IOM] Institute of Medicine Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterols, Protein, and Amino Acids. Washington DC (US): The National Academic Pr Amelia F Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. [skripsi] Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Anne S, Sigrunn H, Ingebjorg A, Gaute J, Margaretha H Changes in dietary pattern in 15 year old adolescents following a 4 month dietary intervention with school breakfast a pilot study. Nutrition Journal 5:33. Arisman MB Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): Kedokteran EGC. Almatsier S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Affenito SG Breakfast: A missed opportunity. J Am Diet Assoc, 107, , Thompson DR, Barton BA, Franko DL, Daniels SR Breakfast consumption by african-american and white adolescent girls correlates positively with calcium and fiber intake and negatively with body mass index. Journal of the American Dietetic Association, 105, Amelia F Konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Atmarita, Fallah Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di dalam : Soekirman et al, editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, Mei. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Adriana P, Karmini N Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan Terhadap Pola konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. [jurnal]. Bali : Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Brown, et al Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition.Wadsworth Inc. (US). Cueto S & Chinen M Educational impact of a school breakfast program in rural Peru. 2008:

52 40 Dubois L, Girard M, Kent M P, Farmer A, Takuda T F Breakfast Skipping is Associated with Differences in Meal Patterns, Macronutrient Intakes, and Overweight among pre-school Children. Public Health Nutrition 12(1): doi: /s Den Hartog AP, van Staveren WA, Brouwer Food Habits and Consumption in Developing Countries. The Netherlands: Wageningen Academic Publishers. Darmayanti Kebiasaan sarapan pada remaja siswa Sekolah Menengah Pertama dan faktor-faktor yang mempengaruhinya [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Erison M Hubungan Antara Body Image dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi Remaja di SMA Padang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fikawati, R., Syafiq, Gambaran Konsumsi Kalsium Remaja. Dalam: Fikawati, R. & Syafiq (eds) Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta (ID): Fitriana N Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Florence MD, Asbridge M, Veugelers PJ Diet quality and academic performance. Journal of School Health. 78 (4) doi: /j Gibson R Principle of Nutrition Assesment. Second Edition. New York (US): Oxford University Press. Gleason, P. M. & Dodd, A. H. (2009). School breakfast program but not school lunch program participation is associated with lower body mass index. Journal of the American Dietetic Association, 109(2 Supplement 1), S118-S128 Handayani E, Rosidi A Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anak TK Nurlu Bahri Desa Wulir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang. [Jurnal]. Batang (ID): Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(2). Hardinsyah & Martianto D Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. [diktat]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah Studi Analisis faktor-faktor Sosial, Ekonomi & Biologi Yang Mempengaruhi Kejadian KEK Pada Ibu Hamil. IPB Bogor., Briawan D, Retnaningsih Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian. et al Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor., Muhammad Aries Jenis Pangan Sarapan dan Perannya dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun di Indonesia. Bogor (ID): Jurnal Gizi dan Pangan Masalah dan Pentingnya Sarapan bagi Anak. Materi Simposium Sarapan Sehat tanggal 16 Juni Jakarta., Khomsan A, Briawan D, & Aries M Start Your Day with Nutritious Whole Grain Breakfast. Jakarta (ID). Hastuti D Analisis pengaruh model pendidikan pra sekolah pada pembentukan anak sehat, cerdas, dan berkarakter [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

53 41 Hendrayati, et al Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Status Gizi Siswa SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Tangerang. Media Gizi Pangan, Vol.IX, Edisi 1, Januari Juni Hermina, Nofitasari A, Anggorodi R Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pagi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama (SMP). [Jurnal] Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 32 (2), Hurlock EB Perkembangan Anak Edisi Ke-6. Jakarta (ID): Erlangga Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID): Erlangga. Indrawagita L Kebugaran mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dan faktor yang mempengaruhi status gizi [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Intan NR Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri Depok Tahun 2008 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Isnani F Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan, Ali Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor., dkk Sehat itu Mudah. Jakarta (ID): Hikmah Studi Peningkatan Gizi Ibu dan Kader Posyandu Serta Perbaikan Gizi Balita. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor., Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, Mudjajanto ES Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan, Keefektifan, dan Dampak Terhadap Status Gizi. Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Khan A The Relationship between Breakfast, Academic Performance, and Vigilance in School Aged Children. Australia: School of Education, Division of Arts, Murdoch University. Kusharto CM dan NY Sa adiyah Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor (ID): IPB Press. Kusumaningsih IW Kebiasaan sarapan pada remaja SMA di Kota Bogor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lemeshow S, David WH, Janelle K Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Pramoni D, penerjemah. Yogyakarta (ID): UGM Press. Madanijah S Pelatihan dan penyuluhan pangan dan gizi di kalangan pendidik Sekolah Dasar dan Menengah. Bogor (ID): Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Mahan LK, Escott-Stump S Krause s Food and Nutrition Therapy 12th Edition. Canada: Elsevier Mardayanti, Purnama Hubungan Faktor-Faktor Resiko dengan Status Gizi pada Siswa Kelas 8 di SLTPN 7 Bogor [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia

54 42 Mariana N Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pelajar puteri Sekolah Lanjutan Pertama 23 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mariza Yuni Yanti, Kusumastuti, Aryu Candra Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Matthys C, De Henauw S, Bellemans M, De Mayer M, De Baker G Breakfast habit affect overall nutrient profiles in adolescents. Public Health Nutrition doi: /S Morales F, Vilas MVA, Vega CJM, Para MCM Breakfast quality and its relationship to theprevalence of overweight and obesity in adolescents in Guadalajara. (Spain): Nutr Hosp,26(S), 9S2-958 Mudjianto TT, Susanto D, Luciasari E, Hermina Kebiasaan makan golongan remaja di enam kota besar di Indonesia. [Jurnal]. Bogor (ID): Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan, 17, Nuraida et al Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Bogor (ID): Seafast Center. Pearson N, Biddle SJ, Gorely T Family correlates of breakfast consumption among children and adolescents: A systematic review. Appetite, 52,1-7 Pereira MA, Erickson E, McKee P, Schrankler K, Raatz S, Lytle LA, Pellegrini A Breakfast frequency and quality may affect glycemia and appetite in adults and children. J Nutr 141: Poedjiadi A Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press. Prabandari Studi perbandingan perilaku gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Mayor Teknologi Pangan, dan Mayor Statistika Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmawati D Status gizi dan perkembangan anak usia dini di taman pendidikan karakter sutera alam, Desa Sukamantari [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rampersaud GC, Pereira MA, Girard BL, Adams J, & Metzl JD Breakfast habits, nutritional status, body weight, and academic performance in children and adolescents. J Am Diet Assoc, 105, Reddan J, Wahlstrom K, Reicks M Children s perceived benefits an barriers in relation to eating breakfast in schools with or without Universal School Breakfast. J Nutr Educ Behav, 34, Riyadi H Diktat Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Gizi dan Kesehatan Keluarga Edisi ke-2. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Rohayati Perilaku Makan Pagi dan Jajan Anak Sekolah Penerima PMT AS di Daerah Pantai dan Pegunungan Provinsi NTT [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Beberapa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa SD 2 Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus [skripsi], Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Schusdziarra V, Hausmann M, Wittke C, Mittermeier J, Kellner M, Naumann A, Wagenpfeil S, & Erdmann J Impact of breakfast on daily energy intake an analysis of absolute versus relative breakfast calories. Nutrition Journal, 10,5. Sediaoetama AD Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.

55 43 Shaw, Mary E Adolescent Breakfast Skipping: An Australian Study. Adolescence, Winter 1998, 33(132): Smith KJ, Gall SL, McNaughton SA, Blizzard L, Dwyer T, Venn AJ Skipping Breakfast: Longitudinal Associations with Cardiometabolic Risk 28 Factors in the Childhood Determinants of Adult Health Study. Am J Clin Nutr. 92: Silvia Pengaruh Sarapan Yang Tidak Teratur, Faktor Genetik Terhadap Risiko Obesitas dan BMI (Body Mass Index) Abnormal [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Kristen Maranatha. Soekirman 1991, Dampak Pembangunan terhadap Keadaan Gizi Masyarakat. Majalah Gizi Indonesia, vol.16, pp Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Suhardjo, Kusharto CM Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Sukandar D Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Sunarti, E., Julia, M., Adiyanti, M.G Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada [skripsi].yogyakarta (ID): Vol. 22: Suntari Y, Widianah L Hubungan Kalori Sarapan Dengan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Sekolah Di SD Negeri 3 Canggu. [jurnal]. Bali (ID): Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Sumarwan U Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Timlin MT, Pereira MA, Story M, Sztainer DN Breakfast Eating and Weight Change in a 5-Year Prospective Analysis of Adolescents: Project EAT (Eating Among Teens). Pediatrics. 121;e638. doi: /peds Waluya A Perubahan konsumsi pangan pada mahasiswi peserta program pemberian makanan tambahan di IPB, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Wan PL, Kandiah M, Taib MNM Body image perception, dietary practices, and physical activity of overweight and normal weight Malaysian female adolescents. Mal J NUTR; 10(2): Winarno, F. G Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka Utama WHO Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa: WHO Technical Report Series. World Bank Repositioning Nutrition as Central to Development, A Strategy for large-scale action. (US): World Bank. Yang RJ, Wang EK, Hsieh YS, Chen MY Irregular Breakfast Eating and Health Status Among Adolescents in Taiwan. BMC Public Health. 6 (295).

56 44 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode responden : KUESIONER ANALISIS PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN SARAPAN, DAN STATUS GIZI A. Halaman Muka 1. Nama Lengkap : 2. Jenis kelamin : 3. Kelas : 4. Usia : 5. No. Telp/HP : 6. Alamat : 7. Tempat, Tanggal Lahir : 8. Suku Bangsa : 9. Uang saku per bulan : 10. Data Antropometri : a) BB : b) TB : B. Sosial Ekonomi 1. Jumlah anggota keluarga : (B1) (B2) (B3) (B4) (B5) (B6) (B7) No Nama Hub. dgn KK JK Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan Keterangan : Hub.keluarga : (1) = Ayah, (2) = istri, (3) = anak, (4) = orangtua (kakek/nenek) (5) = saudara lainnya. Jenis kelamin : (1) = Laki-laki, (2) = perempuan. Pendidikan terakhir : 1 = tidak sekolah, 2 = SD, 3 = SMP, 4 = SMA, 5 = PT. Pekerjaan : 1 = Tidak bekerja, 2 = PNS/TNI/POLRI, 3 = Wiraswasta, 4 = Buruh, 5 = Jasa 6 = Lainnya. B8. Pendapatan/ bulan 1. Ayah : 2. Ibu : 3. Anggota keluarga lainnya :

57 C. SARAPAN PAGI Bersama siapa kamu saat sarapan? 1. Sarapan sendirian 2. Bersama ibu 3. Bersama ayah 4. Bersama saudara/nenek/kakek 5. Bersama ibu, ayah, saudara,dan anggota keluarga lainnya 6. Bersama teman 2.Apa alasan kamu ketika tidak sarapan? 1. Terlambat bangun 2. Tidak merasa lapar 3. Tidak ada yang menyiapkan sarapan 4. Tidak terbiasa sarapan 5. Tidak setiap hari sarapan tersedia dirumah 6. Karena sarapan tidak diwajibkan Pengetahuan gizi dan Sarapan 1. Tubuh kita memerlukan zat gizi karena? a. Zat gizi memberi energi agar kita bisa melakukan berbagai macam aktivitas b. Zat gizi menunjang pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh c. Zat gizi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit d. Zat gizi mengatur proses yang terjadi di dalam tubuh e. Semua jawaban benar 2. Kebutuhan gizi seseorang dapat dipenuhi dengan cara? a. Membiasakan makan pagi b. Membiasakan makan yang beraneka ragam c. Mengonsumsi makanan siap santap (fastfood) d. Mengonsumsi sayuran e. Tidak tahu 3. Tubuh yang terpenuhi kebutuhan gizinya akan : a. Kuat dan pintar b. Cerdas dan pintar c. Sehat dan aktiv d. Aktiv dan cerdas e. Sehat dan kuat 4. Zat gizi terdiri dari : a. Zat gizi makro b. Zat gizi mikro c. Makanan d. Sayur e. A & B 5. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber protein? a. Kedelai, beras, ikan, jagung, singkong b. Daging sapi, susu, tempe, mentega, mangga c. Telur, susu, keju, tempe, ikan d. Mentega, ikan, ayam, jagung, jeruk e. Tempe, tahu, singkong, ayam, pisang 6. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber karbohidrat? a. Tahu, ayam, beras, mentega, jagung

58 46 b. Jagung, tempe, pisang, jeruk, beras c. Kentang, beras, jagung, singkong, sagu d. Susu, kentang, keju, singkong, sagu e. Kedelai, jagung, kacang hijau, kentang 7. Bahan pangan sumber utama Vitamin D adalah : a. Kuning telur, hati, mentega, ikan sarden, susu b. Jeruk, telur, kentang, pisang, sayuran c. Beras, semangka, sagu, ayam, daging sapi d. Kacang polong, kol, alpukat, hati, ikan sarden e. Ikan sarden, kuning telur, hati, susu, kacang buncis 8. Zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh disebut a. Karbohidrat b. Lemak c. Zat gizi mikro d. Zat gizi makro e. Semua jawaban benar 9. Anak yang makan makanan yang tidak seimbang akan mengakibatkan. a. Pertumbuhan anak terhambat b. Perkembangan kecerdasan dan mentalnya terhambat c. Tumbuh sehat dan aktif d. a dan b benar e. Semua jawaban benar 10. Kapan sebaiknya kita mencuci tangan? a. Setelah ke jamban b. Sebelum menyiapkan makanan c. Sebelum makan d. Sebelum memberi makan anak e. Semua jawaban benar 11. Keracunan makanan dapat terjadi karena a. Makanan kurang bumbu b. Makanan murah harganya c. Makanan tidak segar (basi) d. Makanan tidak enak rasanya e. Gizi yang terkandung dalam makanan tidak seimbang 12. Seorang anak yang mengalami kekurangan energi dan protein disebut.. a. Polio b. Kwashiorkor c. Kwashiorkor-marasmus d. Marasmus e. Beri-beri 13. Apakah jenis bahan pangan yang kaya akan vitamin A? a. Jeruk b. Ikan asin c. Daging sapi d. Wortel e. Jagung 14. Apa itu sarapan? a. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari untuk menambah energi dan mencegah terjadinya penyakit

59 47 b. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari untuk menambah energi dan mencegah badan kurus c. Makan bubur dan minum teh manis di pagi hari untuk membuat perut kenyang dan tidak lapar di sekolah d. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di siang hari ketika tiba waktu makan siang e. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi untuk menambah energi dan meningkatkan konsentrasi 15. Salah satu dari beberapa manfaat dari sarapan adalah sebagai berikut, yaitu.. a. Menurunkan aktivitas fisik dan meningkatkan massa otot b. Dapat mencegah terjadinya gizi buruk c. Meningkatkan konsumsi jajanan yang tidak sehat d. Dapat menurunkan berat badan e. Semua jawaban salah 16. Menurut kamu, sebaiknya kapan kamu sarapan? a. Setelah bangun pagi dan berkisar antara pukul 06:00 s/d 09:00 b. Setelah istirahat di sekolah pukul 09:00 s/d 10:00 c. Setelah matahari terbit dan sebelum matahari tenggelam d. Setelah pulang sekolah berkisar antara pukul 14:00 WIB e. Semua jawaban benar 17. Menu sarapan yang sehat dan bergizi itu seperti apa? a. Terdiri dari sumber zat gizi (karbohidrat dan protein) b. Terdiri dari sumber zat gizi (karbohidrat) c. Terdiri dari sumber zat gizi (karbohidrat, protein, vitamin, mineral) d. Terdiri dari sumber zat gizi mikro e. Semua jawaban benar 18. Bagaimana jika kita tidak melakukan sarapan? a. Konsentrasi menurun, susah mengingat, prestasi tinggi, dan asupan energi tinggi b. Konsentrasi meningkat, mudah mengingat, mual, tidak semangat, dan jajan di sekolah c. Konsentrasi menurun, susah mengingat, prestasi rendah, dan asupan energi rendah d. Konsentrasi meningkat, mudah mengingat, prestasi tinggi, dan asupan energi tercukupi e. Semua jawaban benar 19. Subjek menu sarapan yang baik itu seperti apa? a. Nasi, lauk pauk, sayur, dan minuman b. Nasi, lauk pauk, teh manis, roti dan gorengan c. Nasi, lauk pauk, susu, gorengan, dan mie rebus d. Nasi, lauk pauk, sayur, dan air putih e. Semua jawaban benar 20. Bagaimana menurut kamu, konsumsi buah dan sayur saja pada saat sarapan? a. Boleh, dengan porsi yang banyak dan tinggi akan vitamin C b. Boleh, dengan porsi yang banyak dan tinggi akan vitamin A c. Tidak baik, harus dengan konsumsi makanan sumber zat gizi lengkap d. Tidak baik, harus dengan konsumsi makanan sumber zat gizi yang tinggi karbohidrat e. Semua jawaban salah

60 48 D. Food Record jenis makanan yang dikonsumsi oleh siswa selama 1 minggu Nama : Kelas : Hari/tanggal : Waktu Tempat Jenis makanan Bahan makanan Jumlah yang dikonsumsi URT Gram Ket

61 Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian 49 Pengukuran berat badan Pengukuran tinggi badan Penjelasan pengisian kuesioner Pengisian kuesioner oleh siswa Penyerahan kenang-kenangan pada pihak sekolah SMAN 1 Jatisari

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT) 22 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Cross Sectional Study. Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota (1 kelurahan)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR ROTUA YULIANTI SIMARMATA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan KERANGKA PEMIKIRAN Konsumsi pangan karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO 1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

KEBIASAAN SARAPAN PADA MAHASISWA TPB IPB DENGAN STATUS GIZI NORMAL DAN OBES IFDAL

KEBIASAAN SARAPAN PADA MAHASISWA TPB IPB DENGAN STATUS GIZI NORMAL DAN OBES IFDAL KEBIASAAN SARAPAN PADA MAHASISWA TPB IPB DENGAN STATUS GIZI NORMAL DAN OBES IFDAL DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 0 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan di lingkungan SMPN 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali no 10A Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan segala Rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA

PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA 1 PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH MELALUI PENYULUHAN GIZI DI SDN PASANGGRAHAN 2, PURWAKARTA MAHARANI JULFRINA RAHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci