V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V HASIL DAN PEMBAHASAN Kaitan Pengembangan Ekspor Komoditas Ikan Hias Kabupaten Bogor dengan Perekonomian Kabupaten Bogor Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor, ikan hias air tawar ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bogor dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun telah menetapkan Kecamatan Cibinong Sebagai Kawasan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Ikan Hias akan tetapi pengembangan potensi ikan hias di Kabupaten Bogor sebagai komoditas ekspor masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Kota Bogor. Komitmen pemerintah daerah untuk mengembangkan ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan perlu ditingkatkan mengingat alokasi APBD yang dipergunakan untuk pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor pada anggaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor selama ini relatif minim jika dibandingkan dengan alokasi APBD yang dipergunakan untuk pengembangan perikanan konsumsi. Tahun 2011 dari total anggaran: Rp. 9,550,775, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar 0.61%, tahun 2012 dari total anggaran: Rp. 12,969,344, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar 0.74%, tahun 2013 dari total anggaran: Rp. 21,242,356, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar sekitar 0.18%. Kontribusi Kabupaten Bogor dalam ekspor ikan hias nasional adalah 19.77%. Sementara itu Jika dibandingkan jumlah ikan hias yang diekspor melalui Kabupaten Bogor pada tahun 2011 yaitu 1,986,241 ekor (Diskopukmperindag Kab. Bogor, 2011) dengan data jumlah produksi ikan hias Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu 156, ekor (Disnakan Kab. Bogor, 2011) menggambarkan bahwa Kabupaten Bogor berkontribusi sekitar 7.8 % terhadap ekspor nasional ikan hias air tawar. Kondisi ini menggambarkan bahwa pasar ekspor ikan hias yang sangat potensial belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pembudidaya di Kabupaten Bogor. Hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS 20 dimaksudkan untuk menganalisis tentang besarnya pengaruh dari variabel independent terhadap variable dependent dengan melihat besar nilai koefisien determinasi (R Square). Analisis regresi dilakukan terhadap 2 model keterkaitan antar variabel. Pada model 1 menganalisa pengaruh faktor-faktor jumlah eksportir (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR), harga ikan hias lokal (HLOK), harga ekspor (HEK) terhadap perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias (SHE). Sedangkan pada model 2 menganalisa pengaruh nilai ekspor ikan hias (NEK), jumlah eksportir (JEK), Kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor (HEK) terhadap PDRB Kabupaten Bogor. Pada Analisis regresi berganda model 1, persamaan yang digunakan adalah persamaan dengan menggunakan model Cobb Douglas. Variabel yang digunakan sebagai variabel endogen adalah perbandingan antara jumlah ekspor ikan hias dengan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor (SHE). Sedangkan

2 variabel eksogennya adalah jumlah eksportir ikan hias di Kabupaten Bogor (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR), harga ikan hias lokal di Kabupaten Bogor (HLOK) dan harga ekspor ikan hias (HEK). Data yang digunakan adalah data time series dari tahun 2 hingga Berdasarkan hasil analisis menggunakan program SPSS, didapat nilai F sebesar yang signifikan pada tingkat 5 persen, ini berarti model yang digunakan sudah cukup baik. Sementara itu nilai koefisien determinasinya (R 2 ) adalah atau 75.4 persen, ini berarti variabel-variabel yang digunakan pada persamaan ini signifikan hingga 75.4 persen. Sisanya ditentukan oleh variabelvariabel lain diluar persamaan. Seluruh variabel eksogen yang ada pada persamaan memiliki tanda koefisien yang sesuai dengan hipotesa, yaitu jumlah eksportir ikan hias di Kabupaten Bogor (JEK), jumlah pembudidaya ikan hias (JPB), kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor ikan hias (HEK) berkorelasi positif, artinya semakin meningkat nilai koefisien variabel-variabel tersebut maka akan meningkatkan jumlah share ekspor terhadap produksi di Kabupaten Bogor. Sedangkan harga ikan hias lokal di Kabupaten Bogor (HLOK) berkorelasi negatif, ini berarti jika ada peningkatan harga lokal ikan hias di Kabupaten Bogor maka akan menurunkan share jumlah ekspor terhadap produksi. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel jumlah eksportir ikan hias (JEK) yang signifikan pada tingkat 15 %, dengan nilai koefisien yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari eksportir ikan hias, maka akan meningkatkan share ekspor (SHE) terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar %. Selanjutnya adalah jumlah pembudidaya (JPB) yang berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen, dengan nilai koefisien yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari pembudidaya ikan hias, maka akan meningkatkan share ekspor terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar %. Begitu juga dengan harga ekspor ikan hias (HEK) yang berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen, dengan nilai koefisien yang berarti jika ada peningkatan 1 persen dari eksportir ikan hias, maka akan meningkatkan share ekspor terhadap produksi ikan hias di Kabupaten Bogor sebesar persen. Sementara itu variabel kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ikan hias lokal (HLOK) di Kabupaten Bogor tidak berpengaruh nyata. Tabel 20 Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Perbandingan Antara Jumlah Ekspor Ikan Hias Dengan Produksi Ikan Hias Air Tawar Kabupaten Bogor 1 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) JEK JPB KUR HLO HEK Adapun pada analisis regresi berganda model 2, variabel yang digunakan sebagai variabel endogen adalah PDRB Kabupaten Bogor (PDRB). Sedangkan t Sig.

3 variabel eksogennya adalah variable nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor (NEK), jumlah eksportir di Kabupaten Bogor (JEK), kurs dolar terhadap rupiah (KUR) dan harga ekspor ikan hias (HEK). Berdasarkan hasil analisa regresi menggunakan model Cobb Douglas, pada program SPSS versi 20, didapat nilai F adalah yang berpengaruh nyata pada tingkat 1 persen, ini berarti model yang digunakan sudah baik. Selanjutnya dari nilai koefisien determinasi didapat nilai R2 adalah 92.1 persen, ini berarti bahwa nilai PDRB Kabupaten Bogor, jika dikaitkan dengan beberapa variabel yang berhubungan dengan ekspor ikan hias Kabupaten Bogor, 92.1 persen dari variabel-variabel yang digunakan berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Bogor, sedangkan selebihnya disebabkan oleh faktor lain diluar persamaan. Jika dilihat dari variabel-variabel yang digunakan dalam model, semua variabel memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesa, yaitu berkorelasi positif. Tetapi hanya variabel nilai ekspor ikan hias Kabupaten Bogor (NEK), jumlah eksportir di Kabupaten Bogor (JEK) berpengaruh nyata pada tingkat 5 persen. Pada hasil analisis tersebut tidak didapati multikolinear, ini dapat dilihat nilai dari VIF yang kurang dari 10. Tabel 21 Hasil Analisis Regresi Berganda terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB Kabupaten Bogor 1 Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) NEK JEK KUR HEK Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Dalam Pengembangan Komoditas Ekspor Ikan Hias Air Tawar Kabupaten Bogor Mengenali kekuatan dan kelemahan, serta pemahaman akan ancaman dan peluang yang ada, merupakan hal yang amat penting dilakukan dalam penyusunan strategi pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor sehingga dapat diketahui secara spesifik masalah yang dihadapi, cara mengatasinya, serta tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan merebut peluang yang ada serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) merupakan faktor-faktor yang berasal dari internal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Kekuatan Identifikasi faktor kekuatan dalam pengembangan komoditas ikan hias air tawar Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Adanya komitmen dan upaya pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar. Meskipun komoditas ikan hias air tawar belum mendapatkan perhatian yang memadai pada sektor hulu, sejak tahun 2010 pemerintah daerah Kabupaten Bogor via Diskopukmperindag telah mulai melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar, dengan adanya perencanaan pengembangan yang lebih

4 komprehensif dan terintegrasi antar sektor akan semakin memudahkan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pengembangan komoditas ekspor ini kedepan. 2. Sumberdaya air dan lahan yang dimiliki oleh pemda Kabupaten Bogor cukup memadai untuk pengembangan sektor perikanan. Sumber daya air dan lahan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh petani budidaya ikan hias. Hal ini dikarenakan ikan hias membutuhkan sumber daya air yang kualitas baik agar ikan hias dapat hidup dengan baik serta dapat berkembang biak dengan baik juga. Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati nomor 62 tahun 2010 tentang Peningkatan Daya saing Produk Kabupaten Bogor, Ikan Hias Air Tawar ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bogor, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun telah menetapkan Kecamatan Cibinong Sebagai Kawasan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Ikan Hias, ditambah dengan kecamatan Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan yang kedepan diperuntukan untuk pengembangan Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan. 3. Pengurusan Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor di Diskopukmperindag Kabupaten Bogor menghemat waktu, memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan hias. Dalam pemasaran ikan hias ke luar negeri perlu memperhatikan aspek perizinan dalam pengurusan SKA barang ekspor. Dalam pengurusan barang ekspor tersebut Diskopukmperindag Kab. Bogor dapat menghemat waktu memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan hias dikarenakan ikan hias airv tawar hidup sebagai komoditas ekspor memerlukan memerlukan perlakuan khusus yaitu waktu pengiriman yang secepat mungkin untuk menjaga kelangsungan hidup komoditas ikan hias selama dalam perjalanan menuju negara tujuan ekspor. Kelemahan Beberapa kelemahan yang diindikasikan sebagai faktor yang memperlemah upaya pencapaian tujuan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya peta informasi jaringan pasar dan peta produksi jenis ikan hias di Kabupaten Bogor. Salah satu kendala yang menjadi faktor penghambat dalam pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor adalah belum adanya peta informasi jaringan pasar dan distribusi ikan hias air tawar sampai ke mancanegara dan peta produksi jenis ikan hias di Kabupaten Bogor sehingga menyulitkan untuk pengembangan komoditas ini kedepan karena ketiadaan informasi yang integratif mengenai jaringan pemasaran ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor selama ini. 2. Lemahnya koordinasi kelembagaan pengelolaan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor. Lemahnya koordinasi antara Dinas Peternakan dan Perikanan yang menangani pengelolaan ikan hias di sektor hulu (teknologi produksi, pakan) dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan

5 Perdagangan Kabupaten Bogor disektor hilir (promosi, pemasaran ekspor) menyulitkan pengembangan komoditas ekspor potensial ini. Sehingga diperlukan revitalisasi kelembagaan dalam rangka integrasi pengelolaan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dari hulu ke hilir. 3. Rendahnya penerapan teknologi produksi ikan hias petani/pembudidaya Kabupaten Bogor sehingga produktifitas rendah dan kurangnya inovator untuk menciptakan ikan hias jenis baru/membudidayakan ikan hias yang berkualitas tinggi sehingga mampu meningkatkan market share ikan hias Indonesia di pasar internasional. Pemerintah daerah masih kurang dalam memberikan pelatihan dan intensifikasi penerapan teknologi produksi sehingga teknologi produksi ikan hias yang digunakan oleh para petani masih bersifat sederhana yang mengakibatkan produktivitas rendah dan kurang inovator dalam menghasilkan ikan hias jenis baru yang memiliki kualitas tinggi. Pemerintah daerah perlu mendorong modernisasi teknologi produksi ikan hias agar mampu meningkatkan kualitas ikan hias dan meningkatkan market share ikan hias Indonesia di pasaran internasional. 4. Kurangnya keberpihakan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dibidang anggaran. Kebijakan pemerintah khususnya di bidang anggaran merupakan salah satu aspek yang mendukung terhadap pengembangan budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor. Pada anggaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, tahun 2011 dari total anggaran: Rp. 9,550,775, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 58,, (0.61%), tahun 2012 dari total anggaran: Rp. 12,969,344, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 96,200, (0.74%), tahun 2013 dari total anggaran: Rp. 21,242,356, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 37,600, (0.18%). Data tersebut menunjukan minimnya alokasi anggaran yang digunakan untuk pengembangan komoditas ekspor potensial ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. 5. Rendahnya penerapan teknologi pakan sehingga masih banyak tergantung pada cacing sutra di sungai. Penerapan teknologi pakan yang digunakan masih rendah. Petani ikan dan eksportir ikan hias Kabupaten Bogor masih mengandalkan cacing sutra di sungai untuk pakan ikan hias, pada waktuwaktu tertentu terutama di muysim hujan sering terjadi kelangkaan cacing sutra di sungai, sehingga eksprotir dan petani ikan kesulitan mencari pakan. Kekurangan pakan, atau kualitas pakan yang kurang baik menyebabkan kualitas ikan hias yang dihasilkan relative rendah dan daya tahan hidupnya pun menjadi rendah. Untuk menghasilkan kualitas ikan hias yang baik perlu pemerintah daerah perlu lebih intensive dalam memberikan pelatihan penerapan teknologi pakan ikan hias untuk menjamin pasokan pakan yang berkualitas sehingga bisa menghasilkan ikan-ikan hias yang berkualitas. 6. Sulitnya pemerintah daerah mendapatkan Indukan ikan hias yang unggul sehingga sulit memproduksi benih yang berkualitas. Kesulitan dalam memperoleh indukan ikan hias yang unggul menjadi suatu masalah. Pemerintah Daerah kerap kesulitan mencari indukan unggul untuk disalurkan kepada petani. Para petani tidak bisa memproduksi benih yang berkualitas. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan indukan yang unggul untuk pembibitan yang baik yang dapat menghasilkan benih yang berkualitas.

6 Indukan ikan hias yang unggul pada umumnya bisa didapatkan dari pasar luar negeri. 7. Belum adanya dukungan promosi dan publikasi dari pemerintah Bogor Dukungan promosi dan publikasi terhadap usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor masih kurang. Tidak ada promosi khusus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor untuk menciptakan regional branding. Hal ini sebabkan masih banyak permasalahan di sektor hulu khususnya masalah kuantitas dan kualitas produksi ikan hias. Promosi komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor di pasar internasional dipandang perlu untuk meningkatkan kinerja ekspor daerah. Selain Faktor kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor internal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, terdapat juga faktor peluang dan ancaman yang menjadi faktor eksternal Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam upaya pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar, sebagai berikut: Peluang 1. Banyaknya perusahaan eksportir ikan hias beroperasi di Kabupaten Bogor. Cukup banyaknya perusahaan eksportir ikan hias yang beroperasi di Kabupaten Bogor seperti: PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT.Sunny Indo Pramita dan PT.Qianhu Joe Aquatic menjadi peluang bagi petani ikan hias Kabupaten Bogor untuk memasarkan ikan hias ke eksportir dan peluang bagi suplier ikan hias untuk meningkat menjadi eksportir. 2. Jenis ikan hias air tawar yang bervariasi di Kabupaten Bogor. Beraneka ragamnya jenis ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor menjadi peluang yang menguntungkan bagi para petani ikan hias untuk bisa membudidayakan berbagai jenis ikan. Dikarenakan permintaan importer akan berbagai jenis ikan hias sangat tinggi, sehingga eksportir harus selalu memiliki stok berbagai jenis ikan hias sepanjang tahun. 3. Terdapatnya sarana dan parasarana: Raiser Cibinong. Tersedianya sarana dan prasarana di Cibinong menjadi suatu peluang yang sangat baik dalam menunjang pengembangan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor. Raiser Ikan Hias (RIH) Cibinong dibangun diatas lahan milik LIPI pada tahun anggaran 2003 melalui APBN Ditjen PK2P serta diresmikan pada tanggal 14 Maret 2004 oleh Presiden R.I Megawati Soekarnoputri. Dasar pemikiran pembangunan RIH Cibinong adalah tertinggalnya Indonesia dari negaranegara lain adalah karena manajemen pengelolaan industri ikan hias mereka lebih baik dibandingkan dengan yang ada di dalam negeri, sedangkan di negara-negara seperti Singapura dan Malaysia, pembeli dapat dengan mudah mencari ikan yang mereka butuhkan dengan jaminan kontinuitas suplai, kualitas ikan yang baik serta ukuran yang seragam. Tujuan pembangunan RIH Cibinong adalah: a) sebagai pusat pemasaran ikan hias sebagai penghela kebangkitan industri ikan hias Indonesia, b) memfasilitasi pemasaran ekspor ikan hias Indonesia, c) menampilkan citra Indonesia sebagai produsen dan eksportir ikan hias dan d) mengambil alih peran Singapura dalam perdagangan ekspor ikan hias Indonesia. Fungsi RIH Cibinong diharapkan sebagai: a) tempat stok berbagai jenis ikan hias/buffer

7 stock, b) tempat pembesaran, c) tempat peningkatan mutu, d) etalase, e) tempat rekreasi, f) sarana edukasi, g) sarana riset dan h) pusat informasi. Rencana operasional RIH Cibinong saat itu adalah dikontrakan kepada pihak ketiga dalam bentuk KSO dengan pembagian profit sesuai dengan yang tertuang dalam peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Selain itu pihak ketiga dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti eksportir, pembudidaya ikan serta raiser-raiser skala kecil sebagai pensuplai bahan baku ikan hias. Fasilitas fisik yang existing saat ini adalah: 3 Gedung Raiser, 1 Gedung Karantina, 1 Gedung Pengelola, 1 Gedung Exhibition, 1 Mushalla, 1 Mess Operator, 10 Dormitory, 1 Reservoar, 1 Gedung Laboratorium, 2 mini laboratorium, 1 Kendaraan truk pengangkut ikan hias, 1 Mobil pick up, 1 Mobil sedan dan peralatan akuarium, kolam, assesories lainnya. Perjanjian kerjasama antara DKP dengan LIPI tentang pembangunan dan pengelolaan pusat pengembangan dan pemasaran (Raiser) ikan hias nomor 093/DJ- PK2P/HK.213/VIII/2003 dan 01/BO/KS/VIII/2003 tanggal 28 Agustus 2003 oleh Wakil Kepala LIPI dan Dirjen PK2P, dan pada tahun 2008 dilakukan amandemen perjanjian kerjasama antara LIPI dan Ditjen PK2P oleh Wakil Kepala LIPI dengan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) nomor PK.025/P2HP/HK.155/IX/2008 dan 09/KS/LIPI/2008 tanggal 25 September 2008 yang mencakup pengelolaan dan pemanfaatan RIH sebagaimana tercantum dalam kesepakatan kerjasama, pengembangan penelitian ilmiah tentang ikan hias, dan masa berlaku kesepakatan kerjasama ini (selama 15 tahun). RIH Cibinong berangsur-angsur terbengkalai. RIH tidak berjalan sesuai fungsi dan tujuan awal pembangunannya disebabkan berbagai macam permasalahan diantaranya tidak adanya lembaga pengelola raiser yang solid yang menjadikan sulitnya koordinasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha serta menimbulkan berbagai macam konflik internal. Perkembangan terakhir yang terjadi di tahun 2013 adalah adanya wacana KKP RI akan memberdayakan kembali RIH sebagai UPT KKP RI. Ini menjadi peluang ketersediaan infrastruktur untuk menunjang pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor. 4. Banyak peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada ikan hias di Kabupaten Bogor. Adanya peneliti yang banyak yang melakukan penelitian pada ikan hias menjadi suatu peluang untuk mengembangkan variasi ikan hias melalui teknologi terapan hasil penelitian-penelitian para peneliti tersebut. Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kabupaten Bogor dapat mendorong lebih banyak kerjasama penelitian di bidang ikan hias, sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan budidaya ikan hias misalnya teknologi produksi, pembibitan, pembenihan dan pembesaran yang baik bisa menghasilkan varietas unggulan dari ikan hias, dan teknologi pakan sehingga menunjang pengembangan komoditas ekspor daerah.

8 5. Pangsa pasar ekspor luas. Ikan hias air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak menghasilkan devisa. Beberapa tahun belakangan ini pengusaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor secara rutin mengekspor ikan hias ke berbagai Negara: Belanda, Jerman, Italia, Polandia, Switzerland, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Korea, Saudi Arabia, Singapura, dan Thailand. Nilai ekspornya cenderung meningkat dari tahun ketahun. 6. Pangsa pasar domestik mulai terbuka. Dilihat dari pasar domestik maka pangsa pasar dari ikan hias ini mulai terbuka. Para konsumen lokal mulai menyukai ikan hias ini sehingga menjadi potensi yang menguntungkan untuk memasarkanikan hias pada konsumen lokal. Pada umumnya konsumen lokal ini berasal dari berbagai wilayah Indonesia seperti dari luar Jawa, Sumatera dan Kalimantan. 7. Pelanggan setia diluar negeri (hobbyst). Para pelanggan di luar negeri membeli ikan hias ini sebagai hobby mereka untuk mengkoleksi berbagai macam ikan hias. Banyak jenis ikan yang bertahan dari kepunahan sematamata karena dibudidayakan oleh para hobbyst. Keberadaan para hobbyst ini menjadi peluang bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar untuk terus mengembangkan usaha ikan hias yang lebih berkualitas. 8. Permintaan ikan hias semakin meningkat. Banyaknya permintaan ikan hias dari para konsumen baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mendorong para pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor untuk terus mengembangkan budidaya ikan hias untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri yang selalu meningkat. 9. Adanya komitmen dan upaya pemerintah pusat meningkatkan sasaran ekspor hasil perikanan terutama ikan hias. Kementrian Kelautan dan Perikanan RI dan Kementrian Perdagangan RI terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor Indonesi melalui berbagai macam program dan kegiatan peningkatan ekspor ikan hias. Upaya dan dukungan dari pemerintah pusat ini akan menjadi peluang yang sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor untuk menembus pasar ekspor ataupun memperluas pasar ekspor yang sudah ada. Ancaman 1. Kurangnya kualitas komoditas ekspor ikan hias Kabupaten Bogor rentan hama, penyakit, dan sortirannya buruk. Kurangnya kualitas komoditas ekspor ikan hias merupakan ancaman yang paling nyata. Kualitas ikan hias yang diproduksi oleh para petani ikan hias di Kabupaten Bogor cenderung rentan terhadap hama, penyakit dan juga sortirannya buruk. Oleh sebab itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas ikan yang tahan terhadap hama dan penyakit sehingga dengan kualitas ikan hias yang baik akan dapat meningkatkan kualitas ekspor. Eksportir sendiri sering mendapat komplain dari importir mengenai buruknya kualitas ikan dari petani ikan hias di Kabupaten Bogor, dan beberapa eksportir mulai melakukan farming sendiri untuk menjamin kualitas ikan atau mengambil ikan dari supplier di bekasi, depok atau bandung dikarenakan pasokannya lebih terjamin dan kualitasnya lebih bagus. 2. Seringnya terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan dan keberlimpahan jenis lainnya sehingga menyulitkan eksportir dalam memenuhi order, padahal

9 permintaan relatif stabil. Seringnya terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan dan keberlimpahan jenis lainnya disaat yang sama. Hal ini menggambarkan tidak adanya manajemen produksi yang efektif dan tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan jenis ikan hias. Kondisi seperti ini sangat merugikan baik eksportir maupun pembudidaya. Pada saat harga ikan A relatif bagus dan banyak permintaan dari eksportir, pembudidaya beramai-ramai membudidayakan ikan tersebut sampai beberapa bulan kemudian ikan A siap panen, stok ikan A berlimpah diseluruh Kabupaten Bogor, permintaan stabil dan harga ikan A menjadi turun ini sangat merugikan bagi para pembudidaya yang telah menghabiskan modalnya untuk membudidayakan ikan A. Disaat yang sama para eksportir membutuhkan ikan B, C, dan D dan sangat kesulitan mendapatkan jenis-jenis ikan tersebut karena jumlahnya sangat sedikit dan hampir semua petani membudidayakan ikan A. Akhirnya eksportir berusaha mencari dari daerah lain dengan harga lebih mahal atau tidak dapat memenuhi permintaan buyer, sementara permintaan akan ikan A tidak bertambah atau stabil dan kondisi ini selalu berulang setiap tahunnya. 3. Lemahnya modal usaha petani/pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor. Modal usaha merupakan salah satu faktor yang selalu menjadi kendala bagi petani/pembudidaya ikan di Kabupaten Bogor dalam mengembangkan usahanya. Seperti yang dihadapi oleh para petani atau pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor lemahnya permodalan yang mereka miliki menyebabkan para petani tidak dapat mengembangkan usahanya. Begitu banyak jenis ikan yang diminta untuk ekspor, namun para petani hanya bisa membudidayakan satu atau dua jenis saja karena keterbatasan modal. 4. Ketatnya persaingan internasional terutama dengan Singapura, Malaysia, China, dan Brazil. Semakin ketatnya persaingan diantara para pembudidaya ikan hias terutama dengan negara Singapura, Malaysia, China, dan Brazil mengakibatkan para petani ikan hias di Kabupaten Bogor harus terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produknya melalui pembenihan bibit unggul sehingga dengan upaya tersebut para petani akan dapat bersaing secara sehat dengan petani ikan hias dari seluruh dunia. 5. Waktu tempuh pengiriman ikan hias dari indonesia keluar negeri yang memakan waktu lama disebabkan selalu harus transit di Singapura (forwarding). Pengiriman ikan hias dari Indonesia keluar negeri selalu memakan waktu lama. Hal tersebut merupakan kendala yang harus dihadapi oleh para petani ikan hias yang berkaitan dengan lamanya waktu tempuh yang disebabkan harus selalu transit di Singapura. 6. Klaim negara lain atas strain ikan hias asli indonesia. Adanya pengakuan atau klaim dari negara atas strain ikan hias asli Indonesia merupakan ancaman yang harus dihadapi oleh para petani ikan hias di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu para pemerintah harus dapat melindungi strain ikas hias asli Indonesia dan terus mengembangkan riset, melakukan inovasi dan paten terhadap ikan-ikan Indonesia. 7. Hambatan non tarif dari negara-negara importir terkait kualitas ikan. Hambatan non tarif merupakan bentuk campur tangan pemerintah dalam kegiatan perdagangan internasional yang menggunakan kebijakan lainnya yang lebih rumit. Dalam hal ini produk atau jasa yang akan masuk ke suatu

10 negara tertentu harus memenuhi standar kualitas negara tersebut. Pembatasan ini sama sekali tidak terkait dengan aspek-aspek finansial. Pada umumnya hambatan non tarif dari negara-negara importir terkait berbagai sertifikasi mengenai kualitas ikan. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Analisis Matriks IFE dilakukan untuk mengetahui kekuatan dankelemahan utama yang ada dengan cara memberikan kuesioner kepada responden. Selanjutnya diolah dan dihitung pembobotan, rating dan skor. Perlakuan tersebut agar dapat menggunakan strategi yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang ada. Perhitungan Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 22. Table 22 Analisis Matrik Internal Factor Evaluation No Faktor Internal Rataan Bobot Rating Skor 1. Kekuatan 1. Adanya komitmen dan upaya pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor 2. Sumberdaya air dan lahan yang dimiliki pemerintah daerah Kabupaten Bogor cukup memadai untuk pengembangan sektor perikanan 3. Pengurusan SKA barang ekspor di Diskopukmperindag Kab. Bogor menghemat waktu, memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan Kelemahan 1. Belum adanya adanya peta informasi pasar dan peta produksi jenis ikan hias untuk ikan hias kab Bogor Lemahnya Koordinasi Kelembagaan pengelolaan komoditas ikan hias di Kabupaten Bogor Rendahnya penerapan teknologi produksi ikan hias pembudidaya kab Bogor sehingga produktifitas rendah dan kurang inovator untuk menciptakan ikan hias jenis baru/mebudidayakan ikan hias yang berkualitas tinggi sehingga mampu meningkatkan market share ikan hias Indonesia di pasaran internasional 4. Kurangnya keberpihakan kebijakan pemerintah daerah kab Bogor dibidang anggara Rendahnya penerapan teknologi pakan sehingga masih banyak tergantung pada cacing sutra di sungai Sulitnya mendapatkan Indukan ikan hias yang unggul sehingga sulit memproduksi benih yang berkualitas Belum adanya dukungan promosi dan publikasi dari Pemkab Bogor Total 1,639 Berdasarkan perhitungan Internal Factor Evaluation (IFE) maka kekuatan utama adalah adanya komitmen dan upaya pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar, dimana faktor ini memiliki nilai skor Ini menjelaskan bahwa komitmen dan upaya pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan komoditas ini. Sejak tahun 2010 pemerintah daerah Kabupaten Bogor telah mulai melakukan pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar dengan Diskopukmperindag sebagai leading sector, dengan adanya perencanaan pengembangan yang lebih

11 komprehensif dan terintegrasi antar sektor akan semakin memudahkan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pengembangan komoditas ekspor ini kedepan. Sedangkan kekuatan yang kedua adalah pada pengurusan SKA barang ekspor di Diskopukmperindag Kab. Bogor menghemat waktu, memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan dimana faktor ini memiliki skor Hal terebut erat kaitannya dengan dukungan kebijakan dalam rangka mendorong kelancaran arus barang ekspor di daerah, terlebih dalam hal pemasaran ikan hias ke luar negeri komoditas ikan hias air tawar hidup memerlukan memerlukan perlakuan khusus yaitu waktu pengiriman yang secepat mungkin untuk menjaga kelangsungan hidup ikan hias selama dalam perjalanan menuju negara tujuan ekspor oleh sebab itu pengurusan SKA di Diskopukmperindag Kab. Bogor dapat menghemat waktu memudahkan dan melancarkan pengiriman ekspor ikan hias terlebih tidak semua wilayah di Indonesia diberikan kewenangan untuk menerbitkan SKA. Selanjutnya, dari hasil perhitungan Internal Factor Evaluation (IFE) diketahui bahwa aspek kekuatan yang ketiga ialah sumberdaya air dan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor cukup memadai untuk pengembangan sektor perikanan dengan nilai skor Sisi ini mendeskripsikan bahwa terdapat dukungan dari aspek geografis yang dimiliki Kab. Bogor dimana pada umumnya wilayah ini memiliki ketinggian dan memiliki suhu yang tidak terlalu panas sehingga sangat cocok untuk pengembangan ikan hias. Adapun kualitas air di Kab. Bogor cukup baik dan memadai dikarenakan Kab. Bogor memiliki sumber air bersih yang melimpah. Disamping itu berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan dan Peraturan Bupati nomor 62 tahun 2010 tentang Peningkatan Daya saing Produk Kabupaten Bogor, Ikan Hias Air Tawar ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Bogor, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun telah menetapkan Kecamatan Cibinong Sebagai Kawasan Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Ikan Hias, ditambah dengan kecamatan Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cibungbulang, Pamijahan yang kedepan diperuntukan untuk pengembangan Agroekowisata yang didukung oleh sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Pola pengembangan komoditas strategis: agropolitan dan minapolitan. Selain faktor kekuatan, terdapat faktor kelemahan diantaranya rendahnya penerapan teknologi pakan sehingga masih banyak tergantung pada cacing sutra di sungai yang memiliki nilai skor cukup tinggi yaitu sebesar Hasil ini mendeskripsikan bahwa teknologi pakan masih menjadi kelemahan para pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor. Petani ikan dan eksportir ikan hias Kabupaten Bogor masih mengandalkan cacing sutra di sungai untuk pakan ikan hias, pada waktu-waktu tertentu terutama di musim hujan sering terjadi kelangkaan cacing sutra di sungai, sehingga eksprotir dan petani ikan kesulitan mencari pakan padahal permintaan ekspor ikan hias tetap tinggi. Kekurangan pakan, atau kualitas pakan yang kurang baik menyebabkan kualitas ikan hias yang dihasilkan relatif rendah dan daya tahan hidupnya pun menjadi rendah. Kelemahan yang kedua yaitu sulitnya mendapatkan indukan ikan hias yang unggul sehingga sulit memproduksi benih yang berkualitas. Keterbatasan informasi menyebabkan pengetahuan mengenai indukan ikan hias unggul sangat

12 sulit didapatkan. Indukan ikan hias yang unggul dibutuhkan untuk memberikan konsistensi terhadap kualitas ikan hias yang akan diekspor, dimana ikan memiliki jangka indukan hias yang terbatas dan tidak bersifat terus menerus. Faktor ini memiliki nilai skor sebesar Belum adanya dukungan promosi dan publikasi dari Pemkab Bogor menjadi kelemahan ketiga dengan skor Tidak ada promosi khusus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor untuk menciptakan regional branding. Hal ini sebabkan masih banyak permasalahan di sektor hulu khususnya masalah kuantitas dan kualitas produksi ikan hias. Promosi komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor di pasar internasional dipandang perlu sebagai upaya penetrasi pasar untuk meningkatkan kinerja ekspor daerah. Faktor kelemahan keempat adalah belum terdapatnya peta informasi jaringan pasar dan peta produksi jenis ikan hias Kab. Bogor. Ketiadaan informasi yang integratif mengenai jaringan pemasaran ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor selama ini menyulitkan untuk pengembangan komoditas ini kedepan. Adapun permasalahan dari kelemahan ini memiliki skor sebesar Permasalahan lemahnya koordinasi antara Dinas Peternakan dan Perikanan yang menangani pengelolaan ikan hias di sektor hulu (teknologi produksi, pakan) dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor disektor hilir (promosi, pemasaran ekspor) menjadi kelemahan kelima dan memiliki skor Belum adanya wadah koordinasi yang integratif dan efektif dalam pengelolaan pengembangan ikan hias berdampak pada tidak optimalnya penggarapan potensi ekspor ikan hias dan menyulitkan pengembangan komoditas ekspor potensial ini. Sehingga diperlukan revitalisasi kelembagaan dalam rangka integrasi pengelolaan komoditas ekspor ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor dari hulu ke hilir. Kelemahan keenam adalah rendahnya penerapan teknologi produksi ikan hias petani/pembudidaya di Kabupaten Bogor sehingga produktivitas rendah dan kurangnya inovator untuk menciptakan ikan hias jenis baru/mebudidayakan ikan hias yang berkualitas tinggi sehingga mampu meningkatkan market share ikan hias Indonesia di pasaran internasional, faktor ini memiliki bobot nilai skor sebesar Masalah penggunaan teknologi dalam meciptakan produksi ikan hias pada realitasnya terus berkaitan, dimana keterbatasan pengetahuan dalam menciptakan produksi ikan hias khususnya pada penciptaan jenis ikan hias baru dan berkualitas menyebabkan pasar tidak berkembang. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pembinaan dari tenaga penyuluh dan kurangnya program-program pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas pembudidaya. Selanjutnya kelemahan yang ketujuh ialah kurangnya keberpihakan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dibidang anggaran dimana faktor ini memiliki skor Pada anggaran Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, tahun 2011 dari total anggaran: Rp. 9,550,775, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 58,, (0.61%), tahun 2012 dari total anggaran: Rp. 12,969,344, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 96,200, (0.74%), tahun 2013 dari total anggaran: Rp. 21,242,356, yang dialokasikan untuk pengembangan ikan hias air tawar adalah Rp. 37,600, (0.18%). Data tersebut menunjukan minimnya alokasi anggaran yang digunakan untuk pengembangan komoditas ekspor potensial ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Minimnya dukungan

13 dari instansi/institusi dan lembaga lain terutama dalam pengembangan ikan hias diberbagai daerah di Indonesia merupakan suatu kelemahan yang menghambat pengembangan ekspor ikan hias air tawar di Indonesia. Kebanyakan provinsi/kabupaten/kota belum menjadikan ikan hias sebagai bagian penting produk perikanan non konsumsi. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan dan kelemahan dalam program pengembangan perikanan di Kabupaten Bogor. Jumlah bobot secara keseluruhan pada Matriks IFE yaitu sebesar Hal ini berarti posisi Pemerintah Kabupaten Bogor rata-rata mampu memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya dengan menutupi kelemahankelemahan yang ada. Analisis Matrik Faktor Eksternal (EFE) Pada proses identifikasi lingkungan eksternal, diperoleh informasi mengenai faktor yang terkait dengan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dihadapi dalam pengembangan komoditas ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Pengisian kuesioner dilakukan oleh pembudidaya, eksportir, pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi dan pakar. Langkah utama yang dilakukan pada penyusunan matriks EFE adalah membuat perhitungan bobot dan rating pada hasil wawancara kepada responden.setelah itu dirata-ratakan. Selanjutnya dapat diketahui hasil skor, yaituberdasarkan perkalian antara rataan bobot dengan rating. Hasil rataan bobot, rataan rating dan skor pada matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 22. Pada perhitungan Matriks EFE, dihasilkan peluang terbesar berdasarkan jumlah bobot adalah pangsa pasar ekspor besar dimana ini merupakan peluang dalam mengembangkan komoditas ikan hias. Belum banyaknya penggarapan dalam potensi ini tentunya memberikan peluang terhadap upaya peningatan kuantitas dan kualitas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor. Masih luasnya pangsa pasar berdampak pada berbagai pilihan potensi ekonomi yang strategis dan memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. Keterbukaan pangsa ekspor juga dapat menggerakkan motivasi pelaku usaha ikan hias untuk meingkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi berbagai permintaan ekspor. Faktor ini memiliki bobot skor yang tertinggi yaitu sebesar Selanjutnya cukup banyaknya perusahaan eksportir ikan hias yang beroperasi di Kabupaten Bogor seperti: PT. Maram Aquatic, CV. Maju Aquarium, CV. Borneo Fish Farm, CV. Harlequin Aquatic, CV. Aquarium Indonesia, PD. Indokreasi, PT.Sunny Indo Pramita dan PT. Qianhu Joe Aquatic ini menjadi peluang bagi petani ikan hias Kabupaten Bogor untuk memasarkan ikan hias ke eksportir dan peluang bagi suplier ikan hias untuk meningkat menjadi eksportir sehingga menjadi peluang bagi pengembangan ekspor ikan hias Kabupaten Bogor. Adapun faktor ini memiliki nilai bobot skor sebesar Peluang pangsa pasar domestik yang mulai terbuka akan memberikan nilai strategis dalam mengurangi ketergantungan pelaku usaha ikan hias terhadap kegiatan ekspor. Pilihan pasar domestik menjadi alternatif pasar ketika kebutuhan ikan hias luar negeri mengalami penurunan sebagai akibat dari berbagai macam faktor seperti bencana alam, krisis moneter, krisis global dan sebagainya. Faktor peluang ini memiliki bobot skor tertinggi kedua yaitu sebesar Keberadaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Kabupaten Bogor dapat mendorong lebih banyak

14 kerjasama penelitian di bidang ikan hias, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan budidaya ikan hias misalnya teknologi produksi, pembibitan, pembenihan dan pembesaran yang bisa menghasilkan varietas unggulan dari ikan hias, dan teknologi pakan yang baik yang menunjang pengembangan komoditas ekspor daerah, adapun faktor ini memiliki nilai skor sebesar Terdapat hal yang menarik ketika para hobbyst ikan hias terus melakukan permintaan sepajang tahun bahkan pada masa-masa krisis ekonomi global permintaan ekspor ikan hias dari Kabupaten Bogor cenderung meningkat seakan para hobbyst tidak terpengaruh kondisi perekonomian global yang sempat melemah beberapa waktu lalu. Banyak jenis ikan yang bertahan dari kepunahan semata-mata karena dibudidayakan oleh para hobbyst. Keberadaan para hobbyst ini menjadi peluang bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar untuk terus mengembangkan usaha ikan hias yang lebih berkualitas, adapun pada sisi ini memiliki bobot nilai skor sebesar Table 23 Analisis Matrik Evaluasi Faktor Eksternal No Faktor Eksternal Rataan Bobot Rating Skor 1. Peluang 1. Banyaknya perusahaan eksportir ikan hias beroperasi di Kabupaten Bogor Jenis Ikan hias air tawar yang bervariasi di Kabupaten Bogor Terdapatnya Sarana dan Parasarana : Raiser Ikan Hias (RIH) Cibinong Banyak peneliti yang memfokuskan penelitiannya pada ikan hias di Kab Bogor Pangsa pasar domestik mulai terbuka Pangsa pasar ekspor luas Pelanggan setia diluar negeri (hobbyst) Permintaan ikan hias semakin meningkat Adanya komitmen dan upaya pemerintah pusat meningkatkan sasaran ekspor hasil perikanan terutama ikan hias Ancaman 1. Kurangnya Kualitas komoditas ekspor ikan hias kab Bogor Rentan hama, penyakit, dan sortirannya buruk Seringnya terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan dan 2. keberlimpahan jenis Lainnya sehingga menyulitkan eksportir dalam memenuhi order, padahal permintaan relatif stabil 3. Lemahnya Modal Usaha petani/pembudidaya ikan hias kab Bogor Ketatnya persaingan internasional terutama dengan singapura, malaysia, china, dan brazil Waktu tempuh pengiriman ikan hias dari indonesia keluar negeri yang memakan waktu lama disebabkan selalu harus transit di singapura 6. Klaim negara lain atas strain ikan hias asli indonesia Hambatan non tarif dari negara negara importir terkait kualitas ikan Total Permintaan ikan hias semakin meningkat dari tahun ketahun akan memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekspor di daerah. Banyaknya permintaan ikan hias baik dari dalam negeri maupun luar negeri mendorong para pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor untuk terus mengembangkan budidaya ikan hias untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri yang selalu meningkat. Bobot nilai skor pada faktor ini yaitu sebesar

15 Jenis Ikan hias air tawar yang bervariasi di Kabupaten Bogor pada prinsipnya memberikan peluang yang cukup besar. Beranekaragamnya jenis ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor menjadi peluang yang menguntungkan bagi para petani ikan hias untuk bisa membudidayakan berbagai jenis ikan atau melakukan diversifikasi produksi. Dikarenakan permintaan importir akan berbagai jenis ikan hias sangat tinggi, sehingga eksportir harus selalu memiliki stok berbagai jenis ikan hias sepanjang tahun, adapun bobot peluang skor dalam faktor ini sebesar Terdapatnya sarana dan parasarana: Raiser Cibinong memiliki bobot nilai skor sebesar yang mendeskripsikan bahwa sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor. Wacana pemberian kewenangan dari KKP RI ke Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam pengelolaan Raiser Ikan Hias menjadi peluang ketersediaan infrastruktur untuk menunjang pengembangan ikan hias di Kabupaten Bogor. Adanya komitmen dan upaya pemerintah pusat meningkatkan sasaran ekspor hasil perikanan terutama ikan hias memiliki bobot skor Upaya meningkatkan kinerja ekspor ikan hias melalui berbagai macam program dan kegiatan peningkatan ekspor ikan hias yang dilakukan oleh pemerintah pusat seperti: peningkatan produktivitas, perluasan pasar, promosi, branding dan lain sebagainya, menjadi peluang yang sangat menguntungkan bagi para pelaku usaha ikan hias air tawar Kabupaten Bogor untuk menembus pasar ekspor ataupun memperluas pasar ekspor yang sudah ada. Pada perkembangannya tidak hanya peluang yang ada dalam upaya pengembangan komoditas ekspor ikan hias air tawar Kabupaten Bogor, namun juga terdapat berbagai ancaman dalam upaya pengembangan ikan hias air tawar Kabupaten Bogor. Adapun ancaman tersebut salah satunya adalah: Lemahnya modal usaha petani/pembudidaya ikan hias Kabupaten Bogor merupakan ancaman yang terus menghampiri para petani, pengembangan usaha melalui penyediaan sarana dan prasaran usaha membutuhkan modal yang tidak sedikit. Lemahnya permodalan yang mereka miliki menyebabkan para petani tidak dapat mengembangkan usahanya. Begitu banyak jenis ikan yang diminta untuk ekspor, namun para petani hanya bisa membudidayakan satu atau dua jenis saja karena keterbatasan modal. Untuk itu perlu dicarikan sumber-sumber permodalan agar para petani dapat mendirikan usaha pembudidayaan ikan hias tersebut. Sumbersumber permodalan bagi para petani misalnya melalui koperasi atau lembaga keuangan yang lainnya yang bisa membantu membiayai usaha budidaya ikan hias. Adapun faktor ini memiliki nilai skor sebesar Semakin ketatnya persaingan diantara para pembudidaya ikan hias terutama dengan negara Singapura, Malaysia, China, dan Brazil mengakibatkan para petani ikan hias di Kabupaten Bogor harus terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produknya melalui pembenihan bibit unggul sehingga dengan upaya tersebut para petani akan dapat bersaing secara sehat dengan petani ikan hias dari seluruh dunia, faktor ini memiliki skor sebesar Selanjutnya hambatan non tarif dari negara negara importir terkait kualitas ikan merupakan ancaman terhadap keberlangsungan ekspor ikan hias Indonesia. Pola ini seringkali berdampak pada tidak berkembangnya ekspor ikan hias pada negara-negara tertentu yang memberikan persyaratan non tarif yang terlalu ketat.

16 Australia merupakan salah satu negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia yang memiliki sistem perkarantinaan yang ketat dan menerapkan tingkat perlindungan (appropriate level of protection/alop) yang cukup tinggi. Setiap komoditas perikanan yang masuk ke negara ini dikenakan tindakan karantina ikan baik pre-quarantine, in-quarantine maupun post-quarantine. Australia juga menetapkan sejumlah persyaratan yang cukup ketat yang harus dipenuhi baik oleh otoritas kompeten maupun unit usaha budidaya (establishment) negara pengekspor. Untuk dapat melakukan ekspor ke Australia, komoditas perikanan Indonesia harus dapat memenuhi aspek-aspek terkait jaminan kesehatan ikan,diantaranya adalah penerapan biosekuriti pada setiap tahapan produksi sampai dengan ekspor. Adapun nilai dari ancaman ini memiliki skor sebesar Kurangnya kualitas komoditas ekspor ikan hias Kabupaten Bogor rentan hama, penyakit, dan sortirannya buruk. Para eksportir di Kabupaten Bogor sering mendapat komplain dari importir mengenai buruknya kualitas ikan dari petani ikan hias di Kabupaten Bogor sehingga beberapa eksportir mulai melakukan farming sendiri untuk menjamin kualitas ikan atau mengambil ikan dari pemasok di bekasi, depok atau bandung dikarenakan pasokannya lebih terjamin dan kualitasnya lebih bagus. Hal ini tentunya dapat mengurangi daya saing ikan hias air tawar Kabupaten Bogor baik dipasar domestik maupun di pasar internasional. Pada sisi bobot faktor ini memiliki skor tertinggi yaitu sebesar Ancaman lainnya diketahui bahwa sering terjadi kelangkaan beberapa jenis ikan dan keberlimpahan jenis lainnya disaat yang sama sehingga eksportir sering kesulitan dalam memenuhi order. Hal ini menggambarkan tidak adanya manajemen produksi yang efektif dan tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan jenis ikan hias. Kondisi seperti ini sangat merugikan baik eksportir maupun pembudidaya. Pada saat harga ikan A relatif bagus dan banyak permintaan dari eksportir, pembudidaya beramai-ramai membudidayakan ikan A sampai beberapa bulan kemudian ikan A siap panen, stok ikan A berlimpah diseluruh Kabupaten Bogor, permintaan stabil dan harga ikan A menjadi turun ini sangat merugikan bagi para pembudidaya yang telah menghabiskan modalnya untuk membudidayakan ikan A. Disaat yang sama para eksportir membutuhkan ikan B, C, dan D dan sangat kesulitan mendapatkan jenisjenis ikan tersebut karena jumlahnya sangat sedikit dan hampir semua petani membudidayakan ikan A. Akhirnya eksportir berusaha mencari dari daerah lain dengan harga lebih mahal atau tidak dapat memenuhi permintaan buyer, sementara permintaan akan ikan A tidak bertambah atau stabil. Kondisi ini selalu berulang setiap tahunnya. Faktor dari ancaman ini memiliki nilai skor Waktu tempuh pengiriman ikan hias dari indonesia keluar negeri yang memakan waktu lama disebabkan selalu harus transit di singapura merupakan ancaman tersendiri, panjangnya rute pengiriman berdampak pada kesehatan ikan hias sekaligus berdampak pada kualitas yang akan didapat oleh para pembeli. Ekspor ikan hias Indonesia masih terkendala transportasi. Hambatan berasal dari sistem distribusi dan logistik, Kerap kali otoritas bandara mengubah aturan kargo, yang berpengaruh terhadap waktu ekspor pengiriman ikan hias dan berpotensi menurunkan kualitas ikan. Lamanya ikan hias disimpan di gudang kargo bisa mencapai jam sehingga seringkali banyak ikan yang mati dan menambah biaya bagi eksportir. Penetrasi pasar dipengaruhi oleh jaringan distribusi.

Lampiran 1 Analisis Regresi Model 1 dengan SPSS 20.

Lampiran 1 Analisis Regresi Model 1 dengan SPSS 20. 88 Lampiran 1 Analisis Regresi Model 1 dengan SPSS 20. Output Created 27-Jun-2014 11:20:05 Comments Input Active Dataset DataSet0 Filter Missing Value Handling Syntax Weight Split File N of Rows

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dari mulai November 202 sampai dengan Mei 203 dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai 202. Pertimbangan pemilihan

Lebih terperinci

: Arief Budiman Npm : Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM

: Arief Budiman Npm : Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM ANALISIS ANALISIS STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL STRATEGI DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nama : Arief Budiman Npm : 1910703 Fakultas : Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

Pengaruh Kualitas Produk Dan Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pada Produk Garam Halus Di UD. Garam Samudra, Jakarta Nama : Nugroho Eko

Pengaruh Kualitas Produk Dan Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pada Produk Garam Halus Di UD. Garam Samudra, Jakarta Nama : Nugroho Eko Pengaruh Kualitas Produk Dan Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pada Produk Garam Halus Di UD. Garam Samudra, Jakarta Nama : Nugroho Eko Septiaji NPM : 15210100 LATAR BELAKANG Dalam kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

Lebih terperinci

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA Peluang Bisnis Masyarakat Urban OLEH : SUHANA DOSEN MATA KULIAH EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM, PROGRAM STUDI EKONOMI DAN LINGKUNGAN IPB PENELITI

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perikanan budi daya ikan air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai disadari dan digarap dengan baik pada era 1990-an. Salah satu sentra kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015 Dr. Sahat M. Pasaribu Pendahuluan 1. Semua Negara anggota ASEAN semakin menginginkan terwujudnya kelompok masyarakat politik-keamanan,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

Pengaruh Kualitas Pelayanan Karyawan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Minimarket Indomaret Di Jl.Kemakmuran Depok 2 Tengah

Pengaruh Kualitas Pelayanan Karyawan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Minimarket Indomaret Di Jl.Kemakmuran Depok 2 Tengah Pengaruh Kualitas Pelayanan Karyawan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Minimarket Indomaret Di Jl.Kemakmuran Depok 2 Tengah TAUFIK DARMAWAN SAPUTRA 3EA10 (19210434) Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal

Lebih terperinci

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko. RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, 2005. Analisis Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di Bawah bimbingan E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA PERUSAHAAN AAPS KECAMATAN GUGUAK, KABUPATEN 50 KOTA, SUMATERA BARAT Oleh: NIA YAMESA A14105579 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar dan Ikan Hias Air Tawar pada Kelompok Mitra Posikandu Kabupaten Bogor

Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar dan Ikan Hias Air Tawar pada Kelompok Mitra Posikandu Kabupaten Bogor Manajemen IKM, September 2017 (127-136) Vol. 12 No. 2 ISSN 2085-8418 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar dan Ikan Hias Air Tawar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci