(Amaranthus sp) DAN KANGKUNG (Ipomoea sp) SEBAGAI BAHAN KAJIAN DOSIS RADIASIINTERNA PADA MANUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Amaranthus sp) DAN KANGKUNG (Ipomoea sp) SEBAGAI BAHAN KAJIAN DOSIS RADIASIINTERNA PADA MANUSIA"

Transkripsi

1 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) EVALUASI PARAMETER DAN VALIDASI MODEL PERPINDAHAN RADIONUKLIDA CESIUM DARI TANAH KE TANAMAN BAYAM (Amaranthus sp) DAN KANGKUNG (Ipomoea sp) SEBAGAI BAHAN KAJIAN DOSIS RADIASIINTERNA PADA MANUSIA Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Bandung ABSTRAK EVALUASI PARAMETER DAN VALIDASI MODEL PERPINDAHAN RADIONUKLIDA CESIUM OAR I TANAH KE TANAMAN BAYAM (Amaranth us sp) DAN KANGKUNG (Ipomoea sp) SEBAGAI BAHAN KAJIAN DOSIS RADIASI INTERNA PADA MANUSIA. Kasus kecelakaan nuklir memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh radionuklida hasil fisi. Radionuklida kontaminan dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menjadi sumber radiasi interna melalui rantai makanan berdasar pada jalur tanah - tanaman pangan - manusia, sehingga kemampuan tanaman pangan tertentu dalam mengakumulasi jenis radionuklida tertentu mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan sumbangan dosis radiasi interna pada manusia. Serangkaian penelitian telah dilakukan dengan tujuan mempelajari kemampuan tanaman pangan dalam mengakumulasi radionuklida dari tanah tempat tumbuhnya. yang dinyatakan sebagai faktor transfer (Tf). Sayuran yang banyak dikonsumsi penduduk, seperti bayam dan kangkung, ditanam selama dua bulan pad a tanah yang dicemari radionuklida 134CS. Setiap lima hari sekali tanaman dan tanah tempat tumbuhnya dicuplik, dikeringkan, kemudian diukur kandungan radionuklidanya menggunakan spektrometer gamma. Dari penelitian ini diperoleh Tf sebesar 2,05 dan 0,03 masing-masing untuk tanaman bayam dan kangkung. Selain Tf, dihitung pula nilai koefisien laju perpindahan (kd dan diperoleh nilai sebesar 1,82 x 10'5 I hari pada 0<t<55 hari dan 1,26 x 10,5 I hari pada t>56 hari untuk bayam. Nilai k12 untuk tanaman kangkung ditentukan hanya satu fase yaitu untuk O<t<72 hari, dan nilai yang diperoleh lebih kecil yaitu 9,93 x 10'7 Ihari. Hasil pengukuran aktivitas 134CSdalam tanaman dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui model matematika menunjukkan keterkaitan yang dinyatakan sebagai koefisien regresi sebesar 90% dan 71 % untuk tanaman bayam dan kangkung. Model matematika dapat dikoreksi dengan menambahkan standar deviasi. Dengan diketahuinya nilai parameter transfer dan tervalidasinya model matematika perpindahan radionuklida 134CSdari tanah ke tanaman, maka besarnya dosis radiasi interna yang akan diterima manusia apabila mengkonsumsi tanaman sayuran, khususnya bayam dan kangkung, yang tumbuh di tanah yang tercemar radionuklida setelah waktu tertentu dapat diperkirakan. Kata kunci: parameter perpindahan, radionuklida,cs, 134CS,dosis radiasi interna ABSTRACT PARAMETER AND MODEL VALIDATION EVALUATION OF Cs RADIONUCLIDE TRANSFER FROM SOIL TO SPINACH (Amaranthus sp) AND KANGKUNG (Ipomoea sp) PLANT FOR ASSESSING INTERNAL RADIATION DOSES TO HUMAN. Nuclear accident can cause environmental contamination with fission product radionuclides. The radionuclides then entering human body through the food chain of soil - crop -human pathway, and become internally radiation source. The ability of certain crop in radionuclide uptake and accumulation have an important role in internally radiation doses contribution to human body. Researches had been carried out to study radionuclides transfer from soil to crops, expressed as transfer factor (Tf). The vegetables generally consumed by people, such as spinach and kangkung, were planted in soil contaminated with 134CSfor about two months. Every five days the soil and plants were sampled, dried, and the 134CScontent were measured using gamma spectrometer. From the researches it was found that the values of Tf were 2,05 and 0,03 for spinach and kangkung, respectively. The coefficients of uptake rate (k12) were then determined according to the data obtained, and it was found to be 1.82 x 10'5 I days at 0<t<55 days and 1.26 x 10,5 I days at t>56 days for spinach. The k12value for kangkung was detemined for 1 phase, i.e. O<t<72, and it was found the lower value of 9.93 x 10'7 Idays. The 134CSactivities obtained from experimental measurement were compared with those obtained by mathematical equation model, the relationship was expressed as regression coefficient and it was found to be 90% dan 71 % for spinach and kangkung, respectively. The mathematical model can be corrected by addition of deviation standard. 177

2 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN Using transfer parameter and validated mathematical model, the internally radiation doses received by people from contaminated vegetables consumption can be estimated. Keywords: transfer parameter, radionuclide, Cs, 134CS, internal radiation dose BABI PENDAHULUAN Secara umum, selama terjadi kecelakaan nuklir atau radiologik mayor terdapat 3 fase yang diidentifikasi oleh IAEA dan WHO[I]. Fase awal yaitu pada saat release sampai beberapa jam setelah mulainya release radionuklida. Fase ini kemudian diikuti dengan fase intermediate yang berlangsung secara berkesinambungan selama 1 atau 2 hari setelah release. Selanjutnya adalah fase recovery yang berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa tahun. Penentuan fase ini bertujuan untuk menentukan kriteria pembuatan keputusan dalam implementasi tindakan proteksi terhadap populasi dari lepasan bahan radioaktif. Radionuklida di lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan, yaitu melalui jalur tanah-tanaman pangan-manusia. Radionuklida dalam tanah dapat diserap dan diakumulasi oleh tanaman, dan proses perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman diekspresikan sebagai faktor transfer (T,)[2J. Perpindahan radionuklida merupakan fenomena yang komplek dan dipengaruhi oleh berbagai fa ktor[3], sehingga nilai T, mempunyai variasi yang besar berdasarkan tipe tanah tempat tanaman tumbuh, jenis tanaman, dan jenis radionuklida[4]. Perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman telah banyak dipelajari terutama untuk radionuklida hasil fisi seperti Cesium (Cs) yang mempunyai potensi bahaya radiasi interna pada manusia karena energinya relatif tinggi dan umur paronya yang panjang. International Atomic Energy Agency (IAEA) telah mendata nilai transfer radionuklida di ekosistem dan dipublikasikan dalam "Handbook of Parameter Values for The Prediction of Radionuclides Transfer in The Ecosystem,,[5J Namun demikian, nilai faktor tansfer yang tersedia adalah untuk jenis tanaman yang tumbuh di tempat beriklim sedang (23,5 sid 66,5 Lintan~ Utara/Lintang sedangkan data untuk daerah tropis dan subtropis sangat terbatas ]. Penerapan Selatan), nilai faktor transfer untuk iklim sedang ke ekosistem tropis sangatlah tidak mungkin, mengingat jenis tanaman, jenis tanah, dan iklim sangat berbeda[71 Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menentukan nilai faktor transfer radionuklida hasil fisi yang mempunyai potensi bahaya radiasi interna pad a manusia karena energinya relatif tinggi dan umur paronya yang panjang yaitu Cs, pad a berbagai tanaman sayuran di Indonesia untuk jenis tanah kebun clay loam (andosol)[8-12]. Jenis tanaman sayuran yang telah diteliti adalah yang banyak diproduksi dan dikonsumsi oleh penduduk Indonesia, di antaranya adalah bayam, kangkung, ubi, bawang merah, dan bawang putih [13]. Konsumsi bayam, kangkung, ubi, bawang merah, dan bawang putih menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 adalah masing-masing sebesar 4,472; 4,94; 2,392; 3,006; 1,513 kg/kapita/tahun[13]. Pada makalah ini dipilih dua jenis tanaman sayuran yang paling banyak dikonsumsi menurut data BPS, yaitu bayam dan kangkung. Dari data hasil penelitian diharapkan diperoleh parameter transfer radionuklida dari tanah ke tanaman bayam (Amaranth us spy dan kangkung (Ipomoea spy, berupa nilai faktor transfer (T,) dan nilai koefisien laju perpindahan (ki2). Selain itu pada penelitian ini dilakukan juga validasi model perpindahan radiocesium dari tanah ke tanaman bayam dan kangkung. Hasil evaluasi parameter perpindahan radionuklida Cs dari tanah ke tanaman bayam dan kangkung serta hasil validasi model perpindahannya diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperkirakan dosis radiasi interna pada masyarakat pad a saat terjadi pencemaran radionuklida Cs di lingkungan baik akibat kecelakaan PLTN, global fallout, maupun akibat kecelakaan nuklir lainnya. 178

3 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) BAB II T E 0 R I 2.1. Penyerapan Unsur oleh Tanaman Tanaman mempunyai kemampuan menyerap dan mengakumulasi unsur dalam jaringannya dari tanah tempat tumbuhnya, dan beberapa tanaman dapat mengeluarkannya kembali ke lingkungan sekitarnya walaupun dalam jumlah sangat kecil. Akumulasi unsur oleh tanaman oleh karenanya merupakan net atau selisih antara penyerapan dan pengeluaran unsur oleh tanaman. Sebagian unsur yang diserap tanaman lebih lanjut ditranslokasikan ke bagian lain tanaman[14]. Besarnya net penyerapan bergantung pad a genotip tanaman. Jenis-jenis tanaman tertentu yang disebut akumulator mempunyai kemampuan mengakumulasi unsur walaupun konsentrasi unsur di lingkungan sangat rendah. Pad a konsentrasi unsur yang sangat tinggi di lingkungan tanaman ini tidak akan meningkatkan penyerapannya karena adanya kompetisi antar elemen pada lokasi penyerapan. Kasus yang spesial untuk akumulator adalah hiperakumulator yang memperlihatkan akumulasi unsur yang sangat ekstrim pad a bagian daun. Sebagai contoh, faktor akumulasi di daun > 0,1 untuk Cd; > 1 untuk Pb, Co, Cu, Ni; atau > 10 untuk Mn dan Zn[7.14]. Penyerapan unsur oleh tanaman berkaitan dengan ph dan ion dalam tanah. Pada ph rendah kat ion akan lepas dari koloid tanah dan sebagai akibatnya meningkatkan konsentrasi kation di sekitar akar (zona akar/rhizosphere), yang pada gilirannya akan meningkatkan akumulasi kation. Area absorpsi pada akar juga mempengaruhi penyerapan. Semakin besar area absorpsi semakin tinggi efektivitas penyerapan. Lebih jauh lagi, peningkatan produksi biomassa meningkatkan penyerapan elemen. Namun demikian, akumulasi pada jaringan akan berkurang disebabkan oleh pengenceran oleh peningkatan biomassa dan laju penyerapan lebih rendah dari laju produksi biomassa Penyerapan Unsur Melalui Akar Pergerakan unsur mineral ke permukaan akar bergantung pad a hal-hal sebagai berikut[14]: 1. Difusi elemen di sepanjang permukaan akar. 2. Intersepsi akar, pada fenomena ini volume tanah digantikan oleh volume akar akibat pertumbuhan akar. 3. Mass flow atau aliran massa yang merupakan transport larutan tanah yang diakibatkan oleh perbedaan tekanaan potensial air (dipicu oleh proses transpirasi) Parameter Perpindahan Radionuklida dari Tanah ke Tanaman Ada dua rute utama kontaminasi radionuklida ke tanaman yang merupakan awal dari rantai makanan ke manusia, yaitu deposisi radionuklida dari udara ke permukaan tanaman dan penyerapan radionuklida dari tanah melalui sistem perakaran. Deposisi langsung ke permukaan tanaman merupakan jalur yang dominan pada periode pertama terjadinya kontaminasi lingkungan, tapi dalam waktu lama, kontaminasi ke tanaman banyak diakibatkan oleh penyerapan melalui akar. Penyerapan radionuklida oleh tanaman secara umum diekspresikan sebagai faktor transfer (T,) dan dinyatakan melalui persamaan (1). dengan Ap adalah konsentrasi radionuklida pada bagian yang dikonsumsi (Bq/kg berat kering) dan As adalah konsentrasi radionuklida dalam tanah (Bq/kg be rat kering). Parameter ini telah ditentukan dan digunakan secara luas atas rekomendasi dari International Union of Radioecologist (lur), yang berkaitan dengan rasio antara jumlah total radionuklida dalam tanaman dibandingkan dengan yang ada di tanah[1.2], melalui persamaan (1). Jalur perpindahan radionuklida dari sumber lepasan sampai ke manusia diekspresikan sebagai perpindahan radionuklida inter kompartemen lingkungan. Pada model perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman, tanah dan tanaman diasumsikan sebagai subsistem tunggal, di mana tanah merupakan subsistem sentral sedang tanaman merupakan subsistem resepien atau penerima seperti diilustrasikan pada Gambar 1[15].Pad a model ini (1) 179

4 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN dilakukan pendekatan bahwa pada saat awal (t = 0) tidak terdapat radionuklida dalam tanaman, sehingga seluruh radionuklida berada pada subsistem sentral. Secara matematika perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman dan sebaliknya dirumuskan oleh Yasuda dan Maltz[15,16]dalam persamaan (2) dan (3). ~ Tanah A1. Tanaman A2 Gambar 1. Model kompartemen perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman' (2) (3) dengan, AI = aktivitas radionuklida dalam tanah (MBq), dan A2 = aktivitas radionuklida dalam tanaman (MBq). Persamaan diferensial pada persamaan (2) dan (3) dapat diselesaikan melalui metode analisis sehingga diperoleh persamaan (4) dan (5). A = A e-(k12+a)1 1 1(0) (4) A = A (e-aj _ e-(k12+a)i) 2 1(0) (5) Berdasar persamaan (4) dan (5) aktivitas radionuklida dalam tanah dapat dihitung melalui persamaan (6). AI = AI(o)e-AJ - A2 (6) At\ A21(0) dengan, = A 1(1) Aktivitas 134CSdalam tanah pad a waktu (t) Aktivitas 134CSdalam tanah pad a waktu (t = 0) Konstanta,p,eluruhan = 0,693/732 hari = 9, /hari Aktivitas 13Cs dalam tanaman pada saat t Koefisien laju penyerapan radionuklida dari tanah ke tanaman ditentukan berdasar pad a korelasi antara AI(I) dan AI(o). Dimana AI(o) adalah aktivitas awal radionuklida dalam tanah dan AI(I) adalah aktivitas radionuklida dalam tanah setelah waktu t. Nilai k12 ditentukan untuk 2 fase waktu, pertama adalah penentuan k12 menggunakan fungsi linear antara In(AI(oIAI(t)) vs t. Nilai k12 merupakan slope dari kurva linear yang dirumuskan oleh Birkes[17] seperti pad a persamaan (7). (7) 180

5 Evaluasi parameterdan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) Nilai k12 fase pertama diaplikasikan pad a saat aktivitas di tanaman meningkat sebagai fungsi waktu t (dari t = 0 sampai t). Untuk fase ke 2, nilai k12 ditentukan dengan eara substitusi AI(o) dan AI(I) ke persamaan (8) dan diaplikasikan pada sa at kondisi kesetimbangan telah tereapai. Nilai k12 merupakan rata-rata nilai dari perhitungan yang dirumuskan oleh persamaan (8). (8) BAB III TAT A KERJA 3.1. Bahan, Alat dan Fasilitas Percobaan Pada penelitian ini digunakan bahan-bahan seperti radionuklida 134CS, tanah, pupuk organik, biji tanaman bayam dan kangkung, seeding tray untuk pembibitan tanaman, aluminium foil untuk tempat sampel tanah dan tanaman, serta kantong plastik. Radionuklida 134CS pada penelitian ini merepresentasikan 137CS yang banyak dijumpai di lingkungan Bada keeelakaan nuklir. Radionuklida 134CS digunakan sebagai pengganti radionuklida 37CS karena mempunyai umur paro lebih pendek, yaitu 2,05 tahun, sehingga pengelolaan limbah sisa penelitian menjadi lebih sederhana. Bahan lain yang digunakan adalah perlengkapan keselamatan seperti sarung tangan, masker, dan penutup kepala. Peralatan yang digunakan pad a penelitian ini adalah alat bereoeok tanam, higrotermometer untuk memantau suhu dan kelembapan udara, neraea analitis merek Metler Toledo dengan ketelitian 0,01 mg, oven pengering, serta spektrometer gamma dengan detektor HPGe (High Purity Germanium) yang dilengkapi dengan Multichannel Analyser. Penelitian dilakukan dalam green house untuk menjaga lepasnya radionuklida ke lingkungan dan meneegah serangga yang dapat mengganggu pertumbuhan dan membawa kontaminan radionuklida ke lingkungan luar, sehingga berpotensi meneemari lingkungan Tata Kerja Penyiapan Media Tanam Terkontaminasi 134CS Pada penelitian ini digunakan tanah dari Lembang, sebelum penelitian dimulai dianalisis karakteristik fisika dan kimianya di Balai Penelitian Tanaman Sayur (BALlTSA), Departemen Pertanian di Lembang. Sebanyak 640 kg tanah yang telah dieampur dengan pupuk organik, hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh petani sayuran di Lembang. Selanjutnya tanah dimasukkan ke dalam 4 buah bak terbuat dari kayu yang bagian dalamnya telah dilapisi plastik tebal untuk menjaga agar air hasil penyiraman tidak meresap ke bak kayu. Bak kayu berukuran 1 m x 1 m dengan tinggi 35 em, sehingga luas permukaan tanah yang akan ditempati oleh tanaman adalah 1m2/bak dengan berat tanah berkisar antara kg/bak. Radionuklida 134CS yang akan digunakan dieneerkan dengan akuades kemudian dieampurkan ke tanah di dalam bak dan diaduk menggunakan sekop sampai homogen. Homogenitas diperiksa dengan eara mengambil euplikan tanah pada 5 titik pada setiap bak kemudian diukur aktivitasnya menggunakan spektrometer gamma dengan detektor HPGe. Besarnya konsentrasi radionuklida dalam tanah ditentukan dengan mempertimbangkan umur para dan paparan radiasi yang dihasilkannya, yaitu berkisar antara 50 kbq/kg - 80 kbq/kg tanah [18], sehingga sampai waktu pengamatan selama 2 bulan aktivitas radionuklida dalam tanaman masih dapat terdeteksi oleh alat eaeah Penyiapan Tanaman Tanaman bayam dan kangkung diperoleh dengan eara penyemaian dari biji, sehingga diperoleh tanaman dengan umur dan ukuran yang relatif seragam. Biji tanaman 181

6 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN ditaburkan pada seeding tray yang diisi dengan tanah dan disiram air agar kondisi tanah menjadi lembab. Biji didiamkan selama 1 bulan, sampai tanaman mempunyai ketinggian lebih kurang 10 em dan daunnya berjumlah 4, serta sistem perakaran telah eukup kuat dan dapat berfungsi dengan baik. Untuk setiap jenis tanaman, bibit tanaman ditanam pad a qua bak yang telah dikontaminasi dan dua bak lain yang tidak dikontaminasi sebagai kontrol. Setiap bak ditanami dengan 25 tanaman dengan jarak antar tanaman 20 em, sehingga kerapatan tanaman adalah 25 tanaman/m Pengamatan dan Preparasi Sampel Pengamatan pertumbuhan tanaman dan penyerapan radionuklida oleh tanaman dilakukan setiap 5 hari dengan eara mengambil 3 individu tanaman [19] beserta tanah di zona akarnya dari bak tanah yang mengandung radionuklida dan kontrol. Sam pel tanaman dicuei dengan air mengalir sampai bersih untuk menghindari menempelnya partikel tanah pada tanaman yang dapat mengakibatkan penambahan aktivitas pad a saat peneaeahan sampel. Tanaman diukur tingginya dan dipisahkan menjadi 3 bagian: akar, batang, dan daun. Sam pel tanaman dan tanah ditimbang, kemudian dikeringkan dengan oven pengering pada suhu 100 C selama 3-4 jam sampai diperoleh berat konstan. Sampel kering dimasukkan ke dalam kantong plastik dan aktivitas radionuklida 134CSdiukur menggunakan spektrcmeter gamma dengan detektor HPGe selama 600 detik pada energi 604 kev dan 795 kev (probabilitas 98% dan 85%) Analisis Data Data hasil pengukuran pertumbuhan tanaman dan aktivitas radionuklida dalam sampel tanah dan tanaman dianalisis untuk mendapatkan nilai parameter pertumbuhan tanaman dan perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman Growth Value Pertumbuhan tanaman diamati dengan eara mengukur biomassa kering dan tinggi tanaman untuk tanaman yang ditanam pad a tanah yang ditambah dengan 134CSmaupun untuk tanah tanpa penambahan 134CS. Parameter pertumbuhan tanaman dinyatakan sebagai growth value, yang dihitung pada saat tanaman dipindah ke media pereobaan sampai panen terakhir yaitu pada saat 2 bulan setelah tanaman dipindahkan. Growth value (GV) merupakan rasio antara pertambahan biomassa tanaman selama waktu t (m(t) - m(o)) dengan biomassa tanaman semula (m(o))[201 seperti diperlihatkan persamaan (9). GV = met) - m(o) m(o) (9) Parameter Perpindahan Radionuklida Parameter perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman ditentukan dengan menghitung nilai T, menggunakan persamaan (1), sedang nilai k12 dihitung menggunakan persamaan (7) dan (8) Validasi Model Data hasil pengukuran konsentrasi 134CSdalam tanah dan tanaman digunakan untuk validasi model perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman[1s,16]dengan eara substitusi data ke dalam persamaan matematika (5). 182

7 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Tanah Sebelum digunakan dalam penelitian, parameter fisika dan kimia tanah dianalisis dan diperoleh karakteristik tanah seperti diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2. Tanah yang digunakan terdiri dari fraksi pasir, debu dan liat dengan persentase masing-masing 18,65%; 23,36%; 57,95% (Tabel 1), sehingga berdasarkan segi tiga tekstur dari United States Department of Agriculture[21] jenis tanah yang digunakan adalah lempung berat atau clay loam. Jenis tanah ini mempunyai luas permukaan spesifik besar sehingga mempunyai kemampuan adsorpsi ion dan air yang besar pula[21]. Tabel1. Distribusi fraksi tekstur tanah yang digunakan dalam penelitian. 2,52 8,56 23,36-57,95-1,94 Sedang Sangat 49,39 13,60 Kasar 4,02 8,50 18,65 3,04 1,15 7,24 Fraksi Halus -(%) - Halus Total Persen Ukuran Partikel Fraksi(%) Parameter kimia tanah diperlihatkan pad a Tabel 2. Dalam kaitannya dengan penyerapan radionuklida 134CS oleh tanaman, unsur stabil yang berpengaruh adalah exchangeable macroelement (makroelemen yang dapat dipertukarkan), misal unsur K[14]. Unsur K dan Cs berada dalam golongan yang sama dalam sistem periodik unsur, sehingga mempunyai sifat kimia yang mirip dan akibatnya mempengaruhi proses penyerapan unsur Cs oleh tanaman. Kandungan unsur K yang dapat dipertukarkan sebesar 1,38 me/100g, dan menurut Zhu dan Smolder22J, nilai ini termasuk tinggi karena lebih besar dari 1. Keadaan ini dapat mempengaruhi penyerapan 134CSdari tanah oleh tanaman karena terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur. Makroelemen yang 1 dapat dipertukarkan 9 Tabel 2. Parameter kimia tanah yang digunakan dalam penelitian. No Parameter N-N03 N-NH4 KTK** C/N ph Ca Mg NaN CP K 429,00 me/100g 79,20 mg/100g 0,24% 1,38 22,13 5,67% Karakteristik 24,00 0,37 6,60 1,75 27,02 50,19 5,24 ppm - % Satuan * * 183

8 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN Materi Kandungan Mn Cu Zn Fe AI SB Organik 102,40 35,70 0,49 11,50 Air 5,90 6,40 ppm % 29,35 9,75 Mikroelemen Keterangan: * me/100g atau meq/100g adalah mili ekivalen per tanah, menyatakan satuan dari jumlah kation suatu unsur yang dapat diikat oleh partikel tanah. ** KTK adalah kapasitas tukar kation, merupakan jumlah total kation yang dapat diikat oleh partikel tanah, atau merupakan muatan negatif total tanah Kondisi Lingkungan Green House Kondisi lingkungan green house selama penelitian dipantau melalui pengukuran suhu dan kelembapan. Data harian suhu dan kelembapan rata-rata udara green house diperlihatkan pada Gambar 2 dan 3. Suhu berfluktuasi antara 24 sampai 42 C, sedang kelembapan berkisar antara 53-98%. Suhu dan kelembapan diukur dua kali dalam sehari selama percobaan berlangsung. Suhu rendah diperoleh pada pengukuran pagi hari sedang suhu relatif tinggi diperoleh dari hasil pengukuran pada siang hari sekitar pukul Demikian pula halnya dengan kelembapan, hasil pengukuran pad a pagi hari relatif tinggi, sedang pengukuran pada siang hari memperlihatkan kelembapan yang relatif rendah. Suhu dan kelembapan udara green house relatif lebih tinggi dibandingkan dengan udara di luar green house, namun demikian tanaman mampu beradaptasi dan tidak menampakkan gejala kekurangan air, serta dapat tumbuh normal. I o, < ~~- siang I- 00 o 0 o 0 lopagi I IT 35 g, o Ha ri ke Gambar 2. Suhu harian rata-rata udara da/am green house. 184

9 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) - Co Q,).Q CIS CIS c (jj ~ E ~ o~ -. 0 s> io Ii 0 io 00 0, siang o pagi o Ha ri ke Gambar 3. Kelembapan harian rata-rata udara dalam green house Efek Penambahan 134CS pada Pertumbuhan Tanaman Parameter pertumbuhan tanaman dinyatakan sebagai growth value. Oari penelitian ini nilai growth value dari tanaman kontrol dan tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang mengandung 134CSdiperlihatkan pad a Tabel 3. Tabel 3. Growth value tanaman bayam dan kangkung yang dipelihara pad a tanah mengandung 134CSdan tanah normal Bayam Kangkung Tanaman Tanah Tanah kontrol 4,7 5,3 5,2 7,1 dikontaminasi 134CS Growth value Oari data pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa besarnya growth value berbeda untuk tanaman bayam dan kangkung yang tumbuh pada tanah yang dikontaminasi dengan Cs. Tanaman dengan growth value besar mengindikasikan mempunyai kemampuan menyerap unsur yang besar pula[14j. Berdasar pada Tabel 3 tanaman bayam yang tumbuh di tanah mengandung Cs memperlihatkan pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan tanaman kangkung. Tanaman kontrol terlihat mempunyai growth value yang hampir sama dengan tanaman kangkung yang tumbuh di tanah yang dikontaminasi 134CS. Pol a pertumbuhan tanaman berupa pertambahan biomassa dan tinggi tanaman diperlihatkan pada Gambar 4 sid 7, yang menunjukkan bahwa pola pertumbuhan tanaman kontrol dan tanaman yang tumbuh di tanah yang dikontaminasi relatif sama, mengindikasikan tidak ada pengaruh nyata penambahan 134CSpada tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman yang tumbuh normal walau tumbuh pada tanah terkontaminasi Cs mengindikasikan dapat melakukan proses metabolisme yang normal sehingga penyerapan unsur-unsur hara juga berlangsung normal. 185

10 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN Q). - c c E 10 ~ ~ C) ';:Q).:..:: ~ ell ?'_d: I kontrol 1 - perlakuan I : 1 Waktu (hari) Gambar 4. Po/a pertambahan biomassa kering tanaman bayam E 60 a....c.... 'C' c~ C) ~ C) perlakuan "'8-" kontrol Waktu (hari) Gambar 5. Po/a pertambahan tinggi tanaman bayam. 3 c; 2.5 c ~ 2 E R:I C ~ 1.5 Perlakuan EJ- - Kontrol R:I.. ~ 0.5 o o Waktu (hari) Gambar 6. Pola pertambahan biomassa kering tanaman kangkung. 186

11 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Drs. Putu Sukmabuada, M.Eng.) 100 JI C)..c.... t: Perlakuan EI- - -I Kontrol,Q ~ '2 10 a E C) 20 Waktu (hari) a a Gambar 7. Pola pertambahan tinggi tanaman kangkung Pola Penurunan Konsentrasi 134CS dalam Tanah Tanah yang dikontaminasi dengan 134CS dan ditanami tanaman bayam dan kangkung memperlihatkan penurunan konsentrasi seiring dengan waktu seperti yang diperlihatkan Gambar 8 dan 9. Konsentrasi 134CS dalam sampel tanah mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring dengan waktu yaitu 58% untuk tanah yang ditumbuhi tanaman bayam dan 25% untuk tanah yang ditumbuhi tanaman kangkung (Gambar 8 dan 9). Penurunan ini disebabkan terserapnya 134CS oleh tanaman dan juga karena peluruhan fisika dari 134CS, namun pengaruh peluruhan fisika dapat dikatakan kecil (6,25%), karena umur para 134CS yang relatif panjang (2,05 tahun) CI ~ 50 ~ ~ I 40 VI U ~ 30 "(ij t: ~ t: Q) VI B- Peluruhan -b- Peluruhan dan penyerapan Waktu (hari) Gambar 8. Penurunan konsentrasi 134CS dalam tanah yang ditanami tanaman bayam. 187

12 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN M.::; 90.. CI g ~_ Q) :g -~ ro s:: 65 0~!II tr-- Peluruhan + Penyerapan -B- Peluruhan Waktu (hari) Gambar 9. Penurunan konsentrasi 134CS dalam tanah yang ditanami tanaman kangkung Pola Distribusi 134CS pad a Organ Tanaman Waktu (hari) Penurunan konsentrasi 134CS dalam tanah diikuti dengan terdeteksinya 134CS dalam organ tanaman seperti diperlihatkan oleh Gambar 10 dan 11. Nilai konsentrasi 134CS dalam sam pel tanaman merupakan nilai rata-rata dari tiga buah sam~el untuk setiap waktu pengamatan. Konsentrasi total merupakan penjumlahan aktivitas 1 4CS pad a bagian daun, batang, dan akar dibagi dengan berat kering tanaman. Dalam tanaman bayam, konsentrasi 134CS meningkat seiring dengan lamanya waktu pemeliharaan (Gambar 10). Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa konsentrasi 134CS berurutan dari yang terbesar adalah daun :::: bunga > akar > batang. Tanaman bayam menyerap 134CS melalui akar, kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman, yaitu batang dan daun, serta bunga apabila tanaman sudah mencapai usia reproduksi. Di antara organ tanaman, daun mempunyai konsentrasi 134CS yang tertinggi akar '<t M C'" 35 -a aj batang -.- -e total daun I/) 30 C') () 'E ns I/) t:0~ Q) 'iij bunga Gambar 10. Distribusi konsentrasi 134CS dalam tanaman bayam. 188

13 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu SUkmabuada, M. Eng.) - c Q) E tii tii 0 Ci Akar _ Satang Daun - Total, Waktu (hari) Gambar 11. Distribusi konsentrasi 134CS dalam tanaman kangkung. Untuk tanaman kangkung, konsentrasi 134CStertinggi terlihat r,ada akar kemudian batang dan daun (Gambar 11). Pad a sampling pertama (hari ke 5) 1 4CS terdeteksi pad a bagian akar dan batang, sedang pada bagian daun 134CSbaru terdeteksi pad a hari ke 15. Ini dapat dipahami karena pada awal sampling baru sedikit 134CSyang mencapai daun, sehingga tidak terdeteksi oleh alat spektrometer gamma. Konsentrasi 134CS pada akar berfluktuasi menurut waktu sampling (Gambar 11), dengan kecenderungan konsentrasi meningkat sampai pad a hari ke 15 yaitu mencapai 27 Bq/g dan terlihat menurun setelah hari ke 15 menjadi sekitar 10 Bq/g pada akhir penelitian. Konsentrasi 134CS dalam batang berfluktuasi dan apabila dibandingkan dengan akar konsentrasinya jauh lebih rendah yaitu sekitar 5 Bq/g. Berbeda dengan akar dan batang, dalam daun 134CSbaru terdeteksi pada hari ke 15 dengan konsentrasi sebesar 1,371 Bq/g dan pad a hari ke 40 konsentrasinya meningkat mendekati 2 Bq/g. Oaun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis di mana pad a daun banyak diperlukan K yang mempunyai sifat kimia mirip dengan 134CS. Akan tetapi pad a tanaman kangkung yang diteliti tidak terlihat konsentrasi 134CSyang tinggi di daun, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang terdeteksi di bagian akar. Akumulasi radionuklida Cs pada bagian akar tanaman pernah dilaporkan oleh Ban-nai dan Negri[7,23J Proses transpirasi pada daun menyebabkan mineral yang diserap ke dalam akar akan bergerak ke bagian atas tanaman. Oaun yang terkena sinar matahari akan kehilangan air melalui stomata, kutikula, atau melalui lenti sel yang akan segera diganti oleh molekul air yang ada di bawahnya. Proses naiknya molekul air ini juga membawa berba~ai mineral yang larut termasuk 134CSdari tanah melalui akar menuju bagian tanaman lainnya[1,221. Pada batang 134CSakan didistribusikan melalui xylem menuju daun. Air dan larutan lainnya didistribusikan melalui media yang disebut apoplast[221. Oi daun unsur-unsur yang telah cukup atau unsur-unsur yang tidak dibutuhkan lagi oleh daun akan dikembalikan lagi ke batang melalui floem. Cesium akan mengalami metabolisme dalam tanaman sama seperti kalium. Oleh karena itu apabila pada daun 134CS tidak dibutuhkan lagi, 134CS akan dikembalikan ke batang dan bagian tanaman lainnya. Hal ini dapat menjadi penyebab konsentrasi 134CSdalam batang dan akar lebih besar dari pada daun. Proses penyerapan Cs oleh tanaman dapat dijelaskan seperti penyerapan unsur K. Menurut Zhu dan Smolder[221, unsur Cs masuk ke dalam tanaman melalui membran sel dengan dua mekanisme, sama seperti halnya unsur K, yaitu sistem K transporter dan K channel. Mekanisme K transporter berfungsi pad a penyerapan K dengan konsentrasi rendah «0,3mM) dan tidak membedakan antara K dengan Cs, sedang mekanisme K channel bekerja pada konsentrasi K > 0,3 mm serta dapat membedakan antara K dan Cs. Pad a konsentrasi K sangat tinggi kemungkinan Cs terserap oleh akar tanaman sangat kecil, karena kompetisi unsur sangat tinggi. Tanah yang digunakan pada penelitian ini mempunyai kandungan K relatif tinggi, yaitu 429 ppm (Tabel 2) yang setara dengan 11 mm. Unsur K dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah 1,38 me/100 g, dan ini termasuk dalam 189

14 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN kategori sangat tinggi (>1 me/100g), sehingga 134CS yang dapat diserap o/eh tanaman menjadi sang at keci!. Daun merupakan organ tanaman utama yang berfungsi dalam proses fotosintesis, yaitu proses pembentukan karbohidrat dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari. Terakumulasinya 134CSpada daun dapat dijelaskan melalui peran unsur K dalam proses fotosintesis, karena K dan Cs terdapat dalam golongan yang sama dalam sistem periodik unsur. Peran K dalam proses fotosintesis agak rumit, yaitu dalam aktivasi enzim yang diperlukan dalam proses fotosintesis dan ter/ibat dalam produksi Adenosin Tri Phospat (ATP)[24J Pada saat terjadi reaksi antara CO2 dan H20 dengan bantuan energi dari sinar matahari, maka energi yang pertama kali dihasilkan adalah ATP yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi kimia yang terjadi dalam tanaman. Unsur K berperan menjaga keseimbanga'n muatan listrik pad a saat pembentukan ATP. Jadi selain berperan pada proses pembentukan ATP, K juga berperan pada proses aktivasi enzim. Unsur K berperan dalam mengaktifkan sedikitnya 60 enzim yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman[24]. Selain itu, unsur K juga berperan dalam mengatur gerakan membuka dan menutupnya stomata daun. Mengacu pada peran K dalam tanaman terutama di daun, dapat dipahami mengapa 134CSbanyak terakumulasi di daun dibandingkan dengan bagian lain tanaman. Konsentrasi 134CSpad a bunga juga terlihat tinggi (Gambar 6). Pad a tanaman bayam, bunga muncul dari ketiak daun pad a batang. Cesium yang didistribusikan oleh batang menuju daun juga dapat ikut terdistribusikan ke bunga. Oleh karena itu pada bunga terdapat pula akumulasi aktivitas 134CS Parameter Perpindahan 134CS dari Tanah ke Tanaman Faktor Transfer Faktor transfer merupakan rasio konsentrasi 134CS dalam tanaman terhadap konsentrasinya dalam tanah Rasio konsentrasi Cs dalam tanaman dan tanah tempat tumbuh tanaman bayam dan kangkung dip/otkan pad a Gambar 12 dan 13. a:= 't:i O.r::,-.. If) C If) _ E "<t C1I n; C1I If) C1I C1I C1I 'en C(1) ~ E~ ~ C1I akar batang ~daun -+- bunga Waktu (hari) Gambar 12. Rasio konsentrasi 134CS da/am tanaman bayam terhadap konsentrasi da/am tanah 190

15 Evaluasi parameterdan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, MEng.) ~ (ij c: Q) c: c: ~ 0.35 c: ~ en () "C 10 en '(jj.c: ;;'; - 10 E c: '(jj &. 0 E Akar - Satang -.- Daun ---G-- Total Waktu (hari) Gambar 13. Rasio konsentrasi 134CS dalam tanaman kangkung terhadap konsentrasi dalam tanah Nilai faktor transfer 134CSdari tanah ke tanaman ditentukan Ipada nilai rasio yang paling tinggi pad a saat tercapai tingkat kejenuhan!14]. Untuk tanaman bayam terlihat paling tinggi pad a hari ke 55 setelah tanaman dipelihara dalam media tanah yang mengandung 134CS,yaitu sebesar 1,43 (Gambar 12). Nilai faktor transfer terbesar terdapat pad a daun dan bunga, yaitu masing-masing sebesar 2,05 dan 2,08 yang terjadi pad a hari ke 55. Faktor transfer tanaman melampaui angka satu mengindikasikan bahwa jumlah 134CS yang terkonsentrasi pada tanaman lebih besar dari cesium yang terkonsentrasi pad a tanah. Oapat juga dikatakan bahwa tanaman bayam merupakan akumulator 134CS[14]. Nilai faktor transfer 134CSdari tanah ke tanaman kangkung adalah 0,07. Bagian tanaman kangkung yang paling tinggi mengakumulasi 134CSadalah organ akar, yaitu sebesar 0,42; sedang untuk daun kangkung yang dikonsumsi manusia nilai faktor transfer relatif kecil, yaitu 0,03. Zhu dan Smolders!22J mengemukakan bahwa faktor transfer untuk tanaman sayuran yang ditanam pada tanah liaulempung pad a umumnya berkisar antara 0,001-1, sedang di tanah yang berpasir atau pad a tanah organik faktor transfer pada tanaman sayuran dapat mencapai angka 28,1. Oari pernyataan ini dapat dilihat bahwa faktor transfer tanaman bayam tergolong tinggi (>1), walaupun tanah pertanian di Lembang merupakan tanah liat berlempung dan mengandung K yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Oari hasil uji laboratorium Balitsa diketahui bahwa banyaknya K yang dapat dipertukarkan (K yang tersedia bagi tanaman) adalah sebesar 1,38 me/100 g. Menurut kriteriayang dikeluarkan oleh Balitsa, kandungan K sebesar 1,38 me/100 9 termasuk dalam kategori sangat tinggi (>1 me/100 g). Seperti yang telah dikemukakan pad a penelitian Zhu dan Smolders! J mekanisme masuknya Cs pad a konsentrasi K tinggi belum diketahui dengan jelas. Masuknya larutan ke dalam akar adalah melalui fenomena osmosis dan bergerak dari akar ke bagian tanaman yang lain karena adanya perbedaan nilai osmosis antara larutan dengan larutan dal.am dinding sel. Secara teoritis, dilihat dari karakteristik tanah, seharusnya tanaman bayam yang tumbuh pad a tanah di ladang-iadang pertanian di Lembang yang berjenis clay loam memiliki faktor transfer yang rendah, tetapi yang diperoleh dari penelitian ini nilai faktor transfer melebihi 1 (tinggi). Besarnya faktor transfer pad a tanaman tidak hanya direngaruhi oleh karakteristik kimia tanah, melainkan juga oleh faktor fisiologis tanaman! 2,25J. Tanaman memiliki perbedaan secara genetik akan kebutuhan nutrisi dan mineral. Variasi secara genetik pad a penyerapan radiocesium menyebabkan variasi besarnya faktor transfer pad a berbagai spesies tanaman. Willey, dkk.!26] dalam laporan penelitiannya mengenai perbedaan penyerapan 134/137CSantar-taxa tanaman mengemukakan bahwa akumulasi cesium tertinggi terdapat 191

16 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN pada tanaman bayam (genus Amaranthus) dan sebangsa sawi (genus Brassica). Jadi memang tanaman bayam yang digunakan dalam penelitian ini memiliki potensi sebagai akumulator 134CS. Tanaman memiliki perbedaan secara genetik akan kebutuhan nutrisi dan mineral. Variasi secara genetik pad a penyerapan radiocesium menyebabkan variasi besarnya faktor transfet26]. Ban-nai[7] melaporkan beberapa nilai faktor transfer radionuklida Cs untuk beberapa tanaman sayuran, yaitu sebesar 0,13; 0,15; dan 0,055 masing-masing untuk tanaman cabage (kol), chineese cabage, dan letuce (slada). No. Tabel 4. Tf radionuklida Cs dari tanah ke beberapa tanaman pangan. Clay Jenis loam tanahtanaman Faktor Bawang Ubi Bayam2,05 Kangkung 0,03 Pustaka 0, ,2 13 9transfer putih merah (umbi) (daun) 8 Nilai parameter transfer yaitu T, yang diperoleh melalui beberapa penelitian dicantumkan pada Tabel 4, dan dapat dilihat bahwa besarnya T, sangat bervariasi. Menurut Greget14] dan Trapp[27] perpindahan setiap unsur dari tanah ke tanaman mengikuti mekanisme yang berbeda-beda sesuai jenis tanaman, karakteristik tanah dan kondisi lingkungan tanah. Ada tiga mekanisme penyerapan unsur melalui akar tanaman yaitu difusi, intersepsi, dan mass flow. Mekanisme difusi pada penyerapan unsur melalui akar bekerja apabila terjadi perbedaan konsentrasi unsur antara tanah dan tanaman, sedang mekanisme intersepsi akar terjadi I pada saat volume/matrik tanah digantikan oleh volume akar akibat adanya pertumbuhan. Proses mass flow (aliran massa) merupakan proses transport larutan tanah yang disebabka'n oleh perbedaan tekanan potensial air yang dipicu karena adanya proses transpirasi. Ketiga mekanisme ini dapat terjadi bersamaan atau secara bergantian bergantung pad a keadaan lingkungan, atau dapat juga satu proses lebih dominan dari yang lain menurut jenis tanaman[14]. Cesium dalam tanah berada akan berikatan dengan partikel tanah, sehingga mempengaruhi ketersediaan Cs untuk tanaman. Kandungan lempung dalam tanah mempengaruhi penyerapan Cs oleh tanaman karena lempung mengikat kuat Cs pada partikelnya. Tanaman menyerap Cs dalam bentuk terlarut dalam larutan tanah sebagai bentuk kation monovalen. Pengambilan Cs oleh tanaman berkaitan dengan keberadaan K di tanah melalui hubunga'n yang komplek lebih dari sekadar kompetisi, melainkan "concentration dependent relation". Penyerapan Cs oleh akar tidak paralel dengan penyerapan K, selain itu perbedaan antara K dan Cs dianggap sebagai selektivitas oleh xylem. Faktor lain yang mempengaruhi penyerapan Cs oleh akar adalah temperatur, tekanan air, kondisi osmosis, serta diduga penyerapan Cs dikontrol oleh proses difusi [14]. Besarnta konsentrasi Cs dalam tanaman pada umumnya berkisar antara 0,03-0,44 mg/kg kering[28. Distribusi akumulasi Cs dalam tanaman bervariasi menurut jenis tanaman. Dalam tanah kandungan Cs alam sebesar 4 ppm relatif rendah dibanding dengan unsur K yang segolongan yaitu sebesar ppm[28]. Faktor transfer (T,) merupakan parameter yang umum digunakan pada proses transfer radionuklida di lingkungan. T, bervariasi untuk setiap radionuklida dan jenis tanaman. Menurut IUR dalam Greger[14] besarnya T, untuk radionuklida Cs berkisar antara 2x10-4 sid 3x101. Pad a Tabel 4 nilai T, yang diperoleh dari penelitian ini masih masuk dalam kisaran nilai yang diberikan oleh IUR. Untuk spesies tanaman yang berbeda maka nilai T, nya juga berbeda karena setiap spesies mengakumulasi elemen pada tingkat yang berlainan. Karena itu data T, mutlak spesifik untuk tempat dan jenis tanaman. Nilai T, dari penelitian ini relatif tinggi dibanding dengan yang diperoleh peneliti lain untuk tanaman yang berbeda Koefisien Laju,Penyerapan (k1-d Parameter transfer lainnya yang perlu ditentukan adalah k12 134CSdari tanah ke bagian tanaman yang dikonsumsi. Nilai ini penting ditentukan untuk dapat memprediksi 192

17 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) besarnya konsentrasi 134CS dalam bagian tanaman yang dikonsumsi apabila tanah tercemar dengan 134CS setelah waktu tertentu. Nilai k12 ditentukan berdasarkan kurva pada Gambar 10 dan 11, menggunakan persamaan (7) dan (8). Untuk tanaman bayam nilai k12 ditentukan untuk fase pertama dari t = 0 sampai t = 55 hari, sedang nilai k12 untuk fase ke 2 ditentukan pad a periode t = 55 hari sampai t = 78 hari. Nilai k12 untuk transfer 134CS dari tanah ke tanaman bayam adalah 1,82x1 0-5/hari untuk 0< t <55 hari dan 1,26x1 0-5/hari untuk t >56 hari. Untuk tanaman kangkung nilai k12 ditentukan hanya satu fase untuk 0< t <72, dan diperoleh 9, 93x1 0-7/hari. Nilai k12 radionuklida dari tanah ke tanaman bervariasi untuk setiap spesies tanaman, dipengaruhi oleh metabolisme tanaman. Tanaman bayam memiliki koefisien laju perpindahan lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kangkung karena setiap tanaman mempunyai karakterisrtik fisiologi yang berbeda[22]. Nilai parameter transfer k12 yang diperoleh dari penelitian ini digunakan untuk memperkirakan konsentrasi radionuklida dalam tanaman setelah terpapar selama waktu t. Nilai k12 tanaman. sama halnya dengan T, juga bervariasi menurut jenis tanah, radionuklida dan 4.7. Validasi Model Perpindahan Radionuklida 134CS dari Tanah ke Tanaman Perkiraan konsentrasi radionuklida 134CS dalam tanaman dapat dihitung melalui model matematik. Validasi model matematika dilakukan dengan membandingkan aktivitas 134CS dalam bagian tanaman yang dikonsumsi (batang dan daun), berdasarkan hasil penelitian dengan hasil perhitungan matematis. Pada validasi modei nilai k12 yang diperoleh dari hasil percobaan disubstitusikan Bada persamaan matematika (5) untuk menghitung aktivitas 134CS dalam tanaman. Aktivitas 34CS dalam tanaman dihitung untuk setiap kali sampling dan hasilnya diperlihatkan pad a Tabel 5 dan 6, kemudian diplotkan pada Gambar 14 dan 15. Tabel 5. Perbandingan aktivitas 134CS dalam tanaman bayam berdasarkan percobaan dan model matematika. (hari)(bq) Waktu 169,'190 Percobaan 196, ,496 67,175114,356 16,978 74,828130,083 89,664142,557 11,306 46,649 0,74863,014 30,129 16,801 Model 0yang 85,667 98,478 matematika dikonsumsi (Bq) Aktivitas 0(Bq) 164, , , CS pada organ tanaman bayam 193

18 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN ~ 250 >- " J:> I: " ~ ~ 200 I: IT ~ e1 I: ".- '" '" E ~ ::J o '" 150 I: " 0 ~ ~ 0. '" '" I: 100 U " >- ~.. jj.s: ~ «50 o Experimental -B- Mathematical model o Waktu (hari) Gambar 14. Perbandingan aktivitas 134CS pad a organ tanaman bay am yang dikonsumsi berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan. Tabel 6. Perbandingan aktivitas 134CS dalam tanaman kangkung berdasarkan percobaan dan model matematika. (hari) Waktu (Bq) I Aktivitas Percobaan 0,485 kangkung 0,655 4,332 4,774 6,746 2,233 0,557 2,4394,376 6,796 3,3124,718 3,0793,328 1,2502,612 1,2082,250 1,2321,883 1,5071,514 Model 134CS 0(Bq) 4,030 05,461 5,058 3,680 2,972 0,764 0,384 1,140 matematika pad yang a organ dikonsumsi tanaman (Bq) 194

19 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu Sukmabuada, M.Eng.) aktu (hari) I: " '" o :;, '"C).. [Q E - " " I: tr E :;,. o 0 <I:.::J ",- '" a. ". ~'" (') '> C) I: > i3- Mathematical model ~xperimental 0 C) " - Gambar 15. Perbandingan aktivitas 134CS pad a organ tanaman kangkung yang dikonsumsi berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan Dari data yang diplotkan pad a Gambar 14 dan 15 dapat dilihat adanya perbedaan antara hasil percobaan dengan hasil perhitungan matematika. Pada Gambar 14 dan 15 kurva aktivitas dari hasil perhitungan matematika terlihat mulus sedang hasil percobaan memperlihatkan kurva yang berfluktuasi. Fakta ini dapat dipahamil karena dalam model matematika tidak diperhitungkan kekomplekan fisiologi tanaman[15.29j. Hubungan antara aktivitas 134CSdalam tanaman yang diperoleh dari percobaan dan perhitungan matematika dievaluasi melalui penentuan koefisien korelasi (r) yang dirumuskan melalui persamaan (1Op7l. Dengan perhitungan menggunakan persaman (10) diperoleh nilai r 0,90 dan 0,71 masing-masing untuk bayam dan kangkung. Ini berarti 90 persen data hasil perhitungan cocok dengan data hasil percobaan sedang untuk tanaman kangkung hanya 71 persen data yang sesuai. Perbedaan ini dapat dikoreksi meng~unakan Standar Deviasi atau simpangan baku (SO) yang dinyatakan dalam persamaan (11) 17Jdan disubstitusikan ke persamaan (5) sehingga diperoleh persamaan (12). (11 ) Untuk tanaman bayam besarnya SO 48,65 pada 0 < t < 55 hari dan 20 pada 56 < t < 78 hari, sedang untuk kangkung SO yang diperoleh sebesar 0,36. Nilai ISO disubstitusikan ke persamaan matematika (5) sehingga diperoleh persamaan (13 dan 14) untuk tanaman bayam dan (15) untuk tanaman kangkung. A-A (-AI _ -(k12+a)/) + SD 2-1(0) e e - (12) pada 0 $; t $; 55 (13) 195

20 Iptek Nuklir: Bunga Rampai Presentasi IImiah Jabatan Peneliti ISSN A2 = A1(O)(e-( XIO-4)1 _e-( x10-4)t )±20, , A = A ( )(e-( xio-4)1 _e-(9.56xi0-4)1 )+0 36 pada t > 56 (14) (15) 4.8. Aplikasi Par~meter Perpindahan Radionuklida dan Model Validasi pada Prakiraan Dosis Radiasi Interna Parameter perpindahan 134CSdapat diaplikasikan dalam memperkirakan dosis radiasi interna yang diterima manusia apabila mengkonsumsi tanaman pangan yan~ tumbuh di tanah yang terkontaminasi 134CS. Pada saat terjadi cemaran radionuklida 13Cs di tanah dapat diperkirakan berapa besar konsentrasi Cs dalam tanaman setelah terpapar selama waktu t. Hasil validasi model memperlihatkan keterkaitan antara model dan hash penelitian yang relatif baik, mendekati 90% sehingga melalui model matematika dapat diperkirakan konsentrasi Cs dalam tanaman. Apabila diketahui konsentrasinya dalam tanaman dapat diperkirakan dosis radiasi intern a yang diterima manusia melalui persamaan (16). H = 02(1) xkxl,3xlo-8 (16) dengan, H = Dosis y,ang diterima oleh manusia (Sv/tahun) C2(1) = Konsentrasi pada makanan (Bq/kg berat basah) 1,3 x 10-8 = Koefisien dosis total untuk 134CS(Sv/Bq) K = Konsumsi/tahun perkapita (kg/th) BAB V KESIMPULAN Nilai parameter transfer baik T, maupun k12 bervariasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah dan radionuklida. Nilai faktor transfer radionuklida dari tanah ke bagian tanaman bayam dan kangkung masing-masing sebesar 2,05 dan 0,03 den~an nilai k12 untuk tanaman bayam sebesar 1,82x10-5 /hari pad a 0< t <55 hari dan 1,26x 10- /hari pad a t >56 hari. Nilai k12 untuk tanaman kangkung ditentukan hanya satu fase yaitu untuk 0< t <72 hari, dan diperoleh nilai 9, 93x1 0-7 /hari. Dengan diketahuinya nilai parameter transfer dan tervalidasinya model matematika perpindahan radionukli~a dari tanah ke tanaman, maka besarnya dosis radiasi interna yang akan diterima manusia apabila mengkonsumsi tanaman sayuran, khususnya bayam dan kangkung, yang tumbuh di tanah yang tercemar radionuklida setelah waktu tertentu kontaminasi dapat diperkirakan. Diharapkan nilai parameter transfer yang telah diperoleh dapat diajadikan dasar dalam pengkajian dampak radiologik akibat lepasan radionuklida ke lingkungan. DAFT AR PUST AKA [1] ANJOS, R.M., Radioecology Teaching: Response to A Nuclear or Radiological Emergency, Eur. J. Phys., 27 (2006) [2] CHOI, Y.H., LlM, K.M., JUN, I., PARK, D.W., KEUM, D.K., and LEE, C.W., Root Uptake of Radionuclides Following Their Acute Soil Deposition During The Growth of Selected Food Crops, J. Environ. Radioactivity, xxx (2009) 1-6. [3] BUTKUS, D., LUKSIENE, B., and KONSTANTINOVA, M., Evaluation of 137CSSoil-To Plant Transfer: N<{1turaland Model Experiments, J. Radioanal. and Nucl. Chem., 279,2 (2009)

21 Evaluasi parameter dan validasi model perpindahan radionuklida... (Ors. Putu SUkmabuada, M.Eng.) [4] ROVDAN E.N. and ABRAMETS A.M., Physicochemical Processys Effecting 137CSand 90Sr Migration in Soils and Uptake by Plants. In: ed. HORST W. J., Plant Nutrition-Food I Security And Sustainabioity of Agro-ecosystem. Kluwer Academic Publishers (2001) [5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Handbook of Parameter Values for The Prediction of Radionuclides Transfer in Ttemperate Environme~ts, Technical Report Series No IAEA (1994) [6] CARVALHO, C., MOSQUERE, B., ANJOS, RM., SANCHES, N., BASTOS, J., MACARIO, K., and VEIGA, R, Accumulation and Long-term Beh~vior of Radiocaesium in Tropical Plants, Brazilian J. of Phys., 36(4B) (2006) [7] BAN-NAI, T., MURAMATSU, Y., and YANAGISAWA, K., Transfer Factors of Some Selected Radionuclides (radioactive Cs, Sr, Mn, Co, and Zn) from Soil to Leaf Vegetables, J Radiat Res. 36 (1995) [8] TJAHAJA, P.1. dan SUKMABUANA, P., Penyerapan Cs-134 dari Tanah Andosol ke Tanaman Bayam (Amaranthus spy, Prosiding Seminar Nasionall ke 14 Teknologi Dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. PTRKN BATAN - UNPAD (2008) [9] SUKMABUANA, P. dan TJAHAJA, P.I., Perpindahan Radiocaesium dari Tanah Berair ke Tanman Kangkung (Ipomoea spy, Prosiding Seminar Nasionai Sain dan Teknologi Nuklir. PTNBR BATAN -ITB (2009) [10] TAMBUNAN, OT, ARIF, I., SUKMABUANA, P., dan TJAHAJA, P.I., Perpindahan 134CS dari Tanah ke Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas), Prosiding Seminar Nasional Sain dan Teknologi Nuklir. PTNBR BATAN -ITB (2009) [11] CHUSSETIJOWATI, J., TJAHAJA, P.I., dan SUKMABUANA, P., Perpindahan Radionuklida 134CSdari Tanah ke Tanaman Bawang Merah (Allium cepa), Prosiding Seminar Nasional ke 15 Teknologi Dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir. PTRKN BAT AN - UNS (2009) [12] CHUSSETIJOWATI, J., TJAHAJA, P.I., dan SUKMABUANA, P., Faktor Transfer Radionuklida 134CSdari Tanah ke Tanaman Bawang Putih (Allium sativum), Prosiding Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan V. PTKMR BATAN - FKM UI (2009) [13] BADAN PUSAT STATISTIK, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia BPS (2007). [14] GREGER, M., Uptake of Nuclides by Plants, Technical report, Swedish Nuclear Fuel and Waste Management C (2004) [15] YASUDA, H., Transfer Models in Soil-Plant System Used for Environmental limpact Assessments, J. Nucl. Sci. And Techno!. 2,12 (1995) [16] MALTZ, J., Compartmental modelling [cited 2008 May]. Available form URL: berkeley. edu. [17] BIRKES, D. and DODGE, Y., Alternative Methods of Regression. John Willey and Son INC (1993). [18] MEENA, S. and RAJARAJAN, A., Transfer Factor of Caesium-137 from Soil to Plant, Madras Agric. J., 90,4-6 (2003) [19] FUJIMOTO, K., General Protocol for Transport Measurement Transfer of Radionuclides from Air, Soil, and Freshwater to The Foodchain of Man in Tropical and Subtropical Environment. IAEA (1993). [20] SOUDEK, P., VALENOVA, S., VAVRIKOVA, Z., VANEK, T., 137CSand 90Sr Uptake by Sunflower Cultivated Under Hydroponic Conditions. J. Environ. Radioactivity, 20 (2006) [21] SUTANTO, R, Dasar-dasar IImu Tanah, Konsep dan Kenyataan, Percetakan Kanisius (2005). [22] ZHU, G. and SMOLDERS, E., Plant Uptake of Radiocaesium: A Review of Mechanisms, Regulations and Application, J. Exp. Bot., 51, 351 (2000) [23] NEGRI, C.M. and HINCHMAN, RR, The Use of Plants for The Treatment of Radionuclide, in eds. I. RASKIN and B. D. ENSLEY, Phytoremediation of Toxic Metals Using Plants To Clean Up The Environment. Wiley - Interscience Publication, (2000). [24] BEEGLE, (1989). D., The Agronomy Guide. Department Of Agronomy, Penn State University [25] MASSAS, I., SKARLOU, V., and HAIDOUTI, C., Plant Uptake of 134CSin Relation to Soil Properties and Time, J. Environ. Radioactivity, 59 (2009)

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp)

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari no 71, Bandung, 40132

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) PTNBR BATAN Bandung, 17 18 Juli 27 PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) Octolia Togibasa T 1,2, Idam Arif 1, Putu Sukmabuana 3 dan Poppy Intan Tjahaja 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PARAMETER TRANSFER RADIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGAN MELALUI JALUR TANAH TANAMAN BAYAM (Amaranthus sp.)

PARAMETER TRANSFER RADIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGAN MELALUI JALUR TANAH TANAMAN BAYAM (Amaranthus sp.) Parameter Transfer Radiostronsium 85 Sr di Lingkungan Melalui Jalur Tanah Tanaman Bayam (maranthus sp.) (Putu Sukmabuana) ISSN 4 348 PRMETER TRNSFER RDIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGN MELLUI JLUR TNH TNMN

Lebih terperinci

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Evi Setiawati Laboraturium Fisika Atom & Nuklir Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan penelitian transfer 134 Cs dari

Lebih terperinci

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 35-39 Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Evi Setiawati 1, Idam Arif 2, Poppy Intan T. 3 1. Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal PENENTUAN FAKTOR TRANSFER DAN GROWTH VALUE 134 Cs DAN 60 Co PADA TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus L.) DENGAN CARA HIDROPONIK UNTUK KAJIAN AWAL FITOREMEDIASI Mohammad Afif Rachmatulloh (1), Evi

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.)

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) Zulfakhri Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71 Bandung ABSTRAK PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.)

PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.) PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.) Eem Rukmini dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedugul adalah pusat produksi pertanian hortikultura dataran tinggi di Bali yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG TESIS MAGISTER OLEH: MOEKHAMAD ALFIYAN NIM.25399027 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

FAKTOR TRANSFER 137 Cs DAN 60 Co DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) ABSTRACT

FAKTOR TRANSFER 137 Cs DAN 60 Co DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) ABSTRACT FAKTOR TRANSFER DAN DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) Leli Nirwani 1, Heni Susiati 2, Yurfida 1, Wahyudi 1, dan Jumaher 1 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN 2 Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 Moch Romli, M.Muhyidin Farid, Syahrir Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Gedung 50 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto Akumulasi dan Distribusi 60 Co dalam Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Sistem Kompartemen Air-Ikan (Poppy) ISSN 1411 3481 AKUMULASI DAN DISTRIBUSI 60 Co DALAM IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA SISTEM KOMPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Neneng Nur Aisyah, Eko Susanto, Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk pengukuran radionuklida alam dalam sampel adalah yang sesuai dengan standar acuan IAEA (International Atomic

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI ABSTRAK OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI Kuat Heriyanto, Sucipta, Untara. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

MAGNESIUM (Mg) bisa mengandung sejumlah besar Mg sebagai MgSO4. dibagi menjadi tiga, yaitu: nonexchangeable, exchangeable, dan bentuk terlarut

MAGNESIUM (Mg) bisa mengandung sejumlah besar Mg sebagai MgSO4. dibagi menjadi tiga, yaitu: nonexchangeable, exchangeable, dan bentuk terlarut MAGNESIUM (Mg) Kandungan Mg dalam kebanyakan tanah umumnya antara 0,05% pada tanah pasir, dan 0,5% pada tanah liat. Kandungan Mg dalam tanah liat tinggi karena Mg yang ada dalam mineral ferromagnesian

Lebih terperinci

Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322

Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322 Distribusi Hara dalam Tanaman: Transport Jarak Jauh dalam Xylem dan Phloem AGH 322 Aliran Hara dari Akar ke Jaringan Pembuluh ANGKUTAN DALAM XYLEM DAN PHLOEM Aliran dalam xylem satu arah (acropetal, ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68

KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68 KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68 Ruminta Ginting, Yanni Andriyani, Tri Bambang L *) ABSTRAK KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

TRANSFER RADIONUKLIDA Cs DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp.) SEBAGAI PARAMETER KAJIAN DOSIS INTERNA PADA MANUSIA

TRANSFER RADIONUKLIDA Cs DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp.) SEBAGAI PARAMETER KAJIAN DOSIS INTERNA PADA MANUSIA No : 12180/1007/P/2007 TRANSFER RADIONUKLIDA Cs DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp.) SEBAGAI PARAMETER KAJIAN DOSIS INTERNA PADA MANUSIA TUGAS AKHIR Karya Tulis sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA Zuchrotus Salamah 1. Suci Tri Wahyuni 1, Listiatie Budi Utami 2 1 =

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L. P R O S I D I N G 24 PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.) Mokhtar Effendi Program Magister Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011 di Laboratorium Pengelolaan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 01 Januari 2010, ISSN

AGRIPLUS, Volume 20 Nomor : 01 Januari 2010, ISSN 1 ANALISIS PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa) DIBUDIDAYAKAN SECARA HIDROPONIK PADA MUSIM KEMARAU DAN PENGHUJAN Oleh: Candra Ginting 1) ABSTRACT Growth mean an increase in dry mass or dry mass of plant

Lebih terperinci

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian experimental ex-situ dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2013 di Laboratorium Alam Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci