PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea)"

Transkripsi

1 PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Tamansari No.71, Bandung, ABSTRAK PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea). Dalam kaitannya dengan kajian risiko radiologi (radiological risk assessment), perlu ditentukan nilai rasio konsentrasi (F v ) dari berbagai radionuklida dalam tanaman pangan untuk prakiraan dosis interna yang mungkin diterima masyarakat berdasar jalur tanah - tanaman pangan manusia. Sampai saat ini, beberapa percobaan laboratorium tentang perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman yang spesifik lingkungan tropis Indonesia telah dilakukan untuk radionulida 134 Cs dan 85 Sr. Namun demikian, data mengenai parameter perpindahan radionuklida lainnya di lingkungan masih sangat kurang. Oleh karena itu, penelitian penentuan parameter transfer radionuklida 60 Co dari tanah ke tanaman sawi (Brassica juncea) dilakukan untuk melengkapi data parameter transfer yang spesifik untuk wilayah Indonesia. Penelitian dilakukan dengan memelihara tanaman sawi pada tanah yang dikotraminasi dengan 60 Co sehingga konsentrasinya menjadi 45 Bq/g. Setiap lima hari sekali tanah dan tanaman diambil, pertumbuhan tanaman diamati secara gravimetri, dan kandungan radionuklida 60 Co ditentukan menggunakan spektrometer gamma. Radionuklida 60 Co dapat terdeteksi dalam tanaman sawi yang diambil pada hari ke 5 dan konsentrasinya meningkat dengan semakin lamanya waktu pengambilan tanaman. Konsentrasi 60 Co mulai berkurang pada tanaman yang diambil setelah hari ke 25. Sebagai parameter kapasitas akumulasi 60 Co oleh tanaman, dihitung nilai rasio konsentrasi (F v ), dengan cara membandingkan konsentrasi tertinggi 60 Co dalam tanaman dengan konsentrasinya dalam tanah. Dari penelitian ini diperoleh nilai F 60 v Co dari tanah ke daun tanaman sawi sebesar 1,96. Nilai F v yang diperoleh masih masuk dalam rentang nilai F v yang dilaporkan International Union of Radioecologist (IUR) yaitu 4x10-4 4x10 0, tetapi lebih tinggi dari nilai yang dilaporkan International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk tanaman sayuran di wilayah tropis (3,2x10-2 2,8x10-1 ). Nilai F v yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam mengkaji dosis interna masyarakat dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada saat terjadi kedaruratan nuklir yang mengakibatkan lepasan radionuklida ke lingkungan. Kata kunci: cobalt, 60 Co, rasio konsentrasi, tanah, tanaman sawi ABSTRACT DETERMINATION OF CONCENTRATION RATIO VALUE IN 60 Co TRANSFER FROM SOIL TO INDIAN MUSTARD (Brassica juncea). Regarding to radiological risk assessment, it is necessary to determine the concentration ratio (F v ) of various radionuclides in agricultural crop to predict internal radiation dose accepted by public trough soil crop human pathway. Recently, various greenhouse experiments relating to the 134 Cs and 85 Sr radionuclide transfer from soil to plants specific for Indonesian tropical environment had been conducted. Nevertheless, the transfer parameter data for other radionuclides is very limited. Therefore, a greenhouse experiment in the determination of 60 Co transfer parameter from soil to Indian mustard (Brassica juncea) has been conducted to complete 41

2 the transfer parameter values specific for Indonesia region. The indian mustard was cultivated in soil contaminated with 60 Co with the concentration of 45 Bq/g in greenhouse environment. Every five days, plants and the associated soils were collected. The plant growth was observed gravimetrically and the 60 Co concentration in soil and plant were measured by gamma spectrometer. The 60 Co was detected in the plant samples collected in fifth day and the concentration was increase with the duration of plant cultivation. The 60 Co concentration starts to decrease after 25 days cultivation. The capacity parameter of 60 Co accumulation in the plant is expressed as concentration ratio (F v ) and calculated by comparing 60 Co maximum concentration in plant to that of the concentration in the soil. From this experiment, an F v value of 60 Co in the plant was obtained to be 1.96 and in the range of the values reported by International Union of Radioecologist (IUR), that was 4x10-4 4x10 0. However, it was higher than the values reported by International Atomic Energy Agency (IAEA) for leafy vegetables in tropical regions (3.2x x10-1 ). The F v. value obtained by this experiment is hoped can be applied in the assessment of internal radiation doses received by public and will be useful for decission making during nuclear emergency leading to the radionuclide release to the environment. Keywords: cobalt, 60 Co, concentration ratio, soil, plant 1. PENDAHULUAN Dalam kaitannya dengan kajian risiko radiologi,(radiological risk assessment), data mengenai faktor transfer atau rasio konsentrasi dari berbagai radionuklda dari tanah ke tanaman pangan sangat diperlukan untuk memperkirakan dosis radiasi interna yang mungkin diterima masyarakat berdasar jalur tanah - tanaman pangan manusia. International Atomic Energy Agency (IAEA) dalam Technical Report Series (TRS) no. 472 [1] telah mendata nilai parameter transfer berbagai radionuklida di berbagai kompartemen lingkungan. Namun tidak diketahui apakah data-data yang dilaporkan IAEA direkomendasikan untuk dapat diaplikasikan di Indonesia atau negara-negara lain, karena nilai parameter transfer bersifat sangat spesifik untuk kondisi lingkungan tertentu [2]. Dalam kasus terjadi kecelakaan fasilitas nuklir, tidak menutup kemungkinan terjadi lepasan radionuklida ke lingkungan. Kecelakaan terburuk dapat mengkibatkan terlepasnya radionuklida hasil fisi maupun aktivasi ke lingkungan, yang nantinya dapat membahayakan masyarakat, baik karena radiasi eksterna maupun interna. Kecelakaan Pembangkit Listrik Tenga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi, Jepang pada bulan Maret 2011 mengakibatkan lepasnya sejumlah radionuklida hasil fisi ke lingkungan, seperti 131 I, 134 Cs, dan 137 Cs, yang terdeteksi di udara, air, tanah, dan tanaman. Selain itu, juga telah terdeteksi berbagai logam produk fisi maupun aktivasi di dalam air yang menggenangi gedung turbin di PLTN tersebut, salah satunya adalah 60 Co. Radionuklida yang terlepas ke lingkungan dapat memasuki rantai makanan yang akan menimbulkan risiko potensial pada kesehatan manusia. Sampai saat ini beberapa percobaan laboratorium tentang perpindahan radionuklida dari tanah ke tanaman pangan yang spesifik lingkungan tropis Indonesia telah dilakukan untuk radionulida 134 Cs dan 85 Sr, dan nilai faktor transfer yang diperoleh telah dipublikasikan [3-8]. Namun demikian, data mengenai perpindahan radionuklida lainnya di lingkungan, terutama pada saat terjadi kecelakaam fasilitas nuklir, dirasakan masih kurang. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan parameter transfer radionuklida 60 Co dari tanah ke tanaman sawi (Brassica juncea) untuk melengkapi data parameter transfer radionuklida dari tanah ke tanaman pangan yang spesifik untuk wilayah Indonesia. Radionuklida Co ( 60 Co) merupakan produk aktivasi dari bahan penyusun reaktor nuklir yang dalam kasus kecelakaan dapat terlepas ke lingkungan. Radionuklida 60 Co merupakan pemancar gamma dan mempunyai waktu paruh sekitar 5 tahun. Mengingat waktu paruhnya yang relatif panjang maka radionuklida 60 Co dapat terakumulasi dalam materi lingkungan, misalnya tanah dan tanaman, sehingga memungkinkan masuknya radionuklida 60 Co ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Tanaman sawi digunakan dalam penentuan parameter transfer karena menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tanaman sawi merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi dan diproduksi di Indonesia. Produksi tanaman sawi di daerah Jawa Barat tempat penelitian dilakukan adalah sebesar 140 kuintal / ha / tahun [9], sedang konsumsinya adalah 1,2 kg / kapita / tahun [10]. Tanaman sawi merupakan tanaman pengakumulasi logam [11], 42

3 sehingga pada saat terjadi cemaran radionuklida di lingkungan tanaman ini dikhawatirkan akan mengakumulasi logam pencemar dalam jumlah besar dan dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia apabila mengkonsumsinya. Pada penelitian ini ditentukan nilai concentration ratio atau rasio konsentrasi (F v ) sebagai parameter kapasitas atau kemampuan tanaman dalam mengakumulasi 60 Co [1]. Menurut TRS 472 [1] rasio konsentrasi mempunyai arti sama dengan faktor transfer dan digunakan untuk menyatakan kemampuan tanaman dalam mengakumulasi suatu unsur. Diharapkan nilai rasio konsentrasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat melengkapi data transfer radionuklida dari tanah ke tanaman pangan yang spesifik lingkungan di Indonesia. Lebih jauh lagi, data-data tersebut nantinya dapat digunakan dalam pengkajian risiko radiologi pada kasus kedaruratan nuklir, sehingga dapat menjadi acuan pada proses pengambilan keputusan di saat terjadi kontaminasi radionuklida ke lingkungan. 2. TATA KERJA Penelitian dilakukan secara ekperimental dalam rumah kaca (greenhouse experiment) untuk mencegah kontaminasi radionuklida ke lingkungan. Rumah kaca dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan kelembapan (thermohygrometer), serta beberapa bak kayu dengan ukuran 1 x 1 x 0,4 m 3 yang sisi bagian dalamnya dilapisi plastik tebal untuk tempat tanah Penyiapan Tanah dalam tanah menjadi sekitar 45 Bq/g. Dilakukan pengadukan berulang-ulang menggunakan sekop, agar konsentrasi 60 Co dalam tanah seragam, kemudian tanah dibagi ke dalam dua bak, masingmasing sebanyak 141,5 kg. Keseragaman konsentrasi diperiksa dengan mengambil cuplikan tanah pada 10 titik dalam bak dan diukur laju cacah dari 60 Co dalam sampel tanah menggunakan spektrometer gamma Penyiapan Tanaman Biji tanaman sawi yang diperoleh dari toko pertanian disemaikan pada media tanah yang telah diberi pupuk kompos. Setelah tumbuh tanaman kecil yang sudah mempunyai akar, batang dan daun sebanyak 4 helai (3 minggu setelah biji disemai), tanaman dipindah ke tanah percobaan. Sebanyak 50 tanaman ditanam pada tanah yang dikontaminasi dengan 60 Co dan 50 tanaman ditanam pada tanah yang tidak mengandung 60 Co (kontrol). Bibit tanaman sawi ditanam dengan jarak antar tanaman sekitar 20 cm. Tanaman dipelihara dan disiram satu kali sehari sampai waktu pengambilan sampel. Pengambilan sampel tanaman dilakukan setiap lima hari sekali selama percobaan berlangsung (60 hari). Pengambilan sampel tanaman dilakukan untuk tanah yang dikontaminasi dengan 60 Co dan tanah kontrol, masing-masing sebanyak 3 individu setiap kali pengambilan sampel. Bersamaan dengan pengambilan sampel tanaman diambil juga sampel tanah (kira-kira 30 g) dari sekitar masing-masing tanaman pada daerah zona akar Penyiapan dan Pengukuran Sampel Tanah dan Tanaman Tanah yang digunakan dalam penelitian berasal dari daerah produksi sayuran, yaitu Lembang. Sebelum digunakan dalam penelitian, karakteristik tanah dianalisis di Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Radionuklida 60 Co yang digunakan untuk mengkontaminasi tanah diperoleh dengan cara meradiasi 0,5 g Co stabil ( 59 Co) di Reaktor Serba Guna (RSG) G. A. Siwabessy, Serpong dengan fluks neutron 1,7 x n. cm -2. s -1 selama 4 hari. Radionuklida 60 Co kemudian dilarutkan dalam 500 ml HCl, sehingga aktivitasnya menjadi 45 MBq/mL. Untuk keperluan percobaan larutan diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan sampai volumenya mencapai 100 ml dan aktivitasnya menjadi 0,45 MBq/mL. Empat buah bak kayu disiapkan untuk wadah tanah yang tidak dikontaminasi (2 bak) dan tanah yang dikontaminasi dengan 60 Co (2 bak). Kontaminasi 60 Co pada tanah dilakukan dengan cara menambahkan 28 ml 60 Co (0,45 MBq/mL) ke dalam 283 kg tanah, sehingga konsentrasi 60 Co 43 Sampel tanaman dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta dihitung jumlah daun. Bagian tanaman dipisahkan menjadi akar, tangkai daun, dan daun kemudian ditimbang untuk memperoleh berat basah. Sampel tanah dan tanaman dikeringkan dengan oven drying selama lebih kurang 3 jam pada suhu 80 o C sampai diperoleh berat konstan, kemudian ditimbang untuk memperoleh berat kering. Sampel kering dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dicacah dengan spektrometer gamma dengan detektor HPGe selama 3600 detik. Data konsentrasi 60 Co dalam tanah dan tanaman digunakan untuk menghitung rasio konsentrasi 60 Co dalam tanaman terhadap konsentrasinya dalam tanah untuk mengetahui kapasitas tanaman dalam mengakumulasi 60 Co.

4 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam penelitian diperlihatkan pada Tabel 1. Dari data karakteristik tanah pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanah mengandung fraksi liat (38%) lebih besar dari fraksi debu (33,35%) dan pasir (29%). Berdasarkan segi tiga tekstur tanah dari Unites States Department of Agriculture (USDA) [12], maka tanah yang digunakan dalam penelitian ini masuk ke dalam jenis tanah clay loam. Jenis tanah clay loam ini walaupun sulit diolah tetapi mempunyai ketersediaan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman diukur berdasarkan nilai growth value (Gv) yaitu perbandingan pertambahan berat kering tanaman selama waktu tertentu dengan berat kering awal tanaman. Dari perhitungan Gv rata-rata setiap 5 hari pengukuran selama 60 hari diperoleh nilai Gv tanaman sawi yang tumbuh pada tanah terkontaminasi 60 Co lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di tanah kontrol, yaitu 0,95 berbanding 2,15. Walaupun nilai pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah terkontaminasi 60 Co lebih rendah dibandingkan dengan tanaman pada tanah kontrol, tetapi secara morfologi tidak terdapat tanda-tanda keracunan pada tanaman dan tanaman tidak layu Konsentrasi 60 Co dalam Tanah Konsentrasi 60 Co dalam tanah menurun seiring dengan waktu seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Penurunan konsentrasi 60 Co dalam tanah diakibatkan oleh adanya penyerapan 60 Co oleh akar tanaman sawi selain karena faktor peluruhan fisik 60 Co. Penurunan konsentrasi 60 Co karena peluruhan fisik hanya mengurangi 2% konsentrasi awal 60 Co mengingat waktu paro 60 Co yang cukup panjang, yaitu 5 tahun. Pengurangan konsentrasi 60 Co oleh penyerapan tanaman adalah sebesar 26,5± 6,6 % dari konsentrasi 60 Co semula. Analisis aktivitas sampel tanah dari media kontrol menunjukkan tidak adanya aktivitas 60 Co yang terdeteksi Konsentrasi 60 Co pada Sampel Tanaman Konsentrasi 60 Co di tanah semakin menurun dengan semakin lamanya waktu paparan pada tanaman sawi. Kondisi ini sangat bersesuaian dengan semakin meningkatnya aktivitas 60 Co pada tanaman sawi (Gambar 2). Aktivitas 60 Co pada sampel tanaman didapatkan dari hasil pencacahan sampel relatif terhadap aktivitas 60 Co yang telah diketahui dalam matrik serbuk dengan geometri yang sama dengan sampel tanaman. Nilai aktivitas kemudian dibagi dengan berat kering sampel tanaman sehingga diperoleh nilai konsentrasi tanaman. 60 Co pada sampel Tabel 1. Karakteristik tanah yang digunakan dalam penelitian No Parameter Karakteristik Satuan 1 Pasir 2 Debu 3 Liat Tekstur Sangat kasar 1,56 % Kasar 2,47 % Sedang 5,65 % Halus 3,28 % Sangat Halus 16,10 % Kasar 12,35 % Sedang 16,78 % Halus 4,37 % Kasar 7,72 % Halus 29,52 % Unsur Makro 4 ph 5,5-5 C 6,62 % 6 N 0,53 % 7 C/N 12-8 P 13,2 ppm 9 K 2369,8 ppm Unsur Makro Yang Dapat Dipertukarkan 10 Ca 23,95 me/100g 11 Mg 5,14 me/100g 12 K 4,09 me/100g 13 Na 0,97 me/100g 14 KTK 37,30 me/100g Unsur Mikro 15 Fe 5,3 ppm 16 Mn 20,4 ppm 17 Cu 0,4 ppm 18 Zn 4,0 ppm 19 S 284,8 ppm 20 Al 105,1 ppm Dari hasil analisis sampel tanaman menggunakan spektrometer gamma, 60 Co terdeteksi di hampir seluruh bagian tanaman (akar, tangkai daun dan daun). Besarnya konsentrasi 60 Co pada bagian tanaman yang dikonsumsi, yaitu daun beserta tangkainya, setiap kali sampling diperlihatkan pada Gambar 2. Nilai konsentrasi 60 Co dalam sampel tanaman merupakan nilai rata-rata dari tiga tanaman. 44

5 Konsentrasi 60 Co dalam tanaman (Bq/g) Konsentrasi 60 Co dalam tanah (Bq/g) Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir Peluruhan Fisik Penyerapan tanaman dan peluruhan fisik Waktu (hari) Gambar 1. Penurunan konsentrasi 60 Co dalam tanah Waktu (hari) Gambar 2. Konsentrasi 60 Co pada daun sawi. dibutuhkan akan dikembalikan lagi ke batang melalui floem. Oleh karena itu, apabila tidak dibutuhkan lagi di daun, 60 Co akan dikembalikan ke batang dan akar. Proses transpirasi pada daun menyebabkan mineral yang diserap masuk ke dalam akar akan bergerak ke bagian atas tanaman. Daun yang terkena sinar matahari akan kehilangan air melalui stomata, kutikula, atau melalui lenti sel yang akan segera diganti oleh molekul air yang ada di bawahnya. Proses naiknya molekul air ini juga membawa berbagai mineral yang larut, termasuk 60 Co Rasio konsentrasi Rasio konsentrasi merupakan parameter untuk menyatakan kapasitas akumulasi suatu unsur oleh tanaman [1]. Nilai F v didapat dengan membandingkan konsentrasi 60 Co di dalam tanaman dengan konsentrasi 60 Co di dalam tanah. Besarnya nilai F v 60 Co dalam tanaman terhadap konsentrasinya di tanah pada setiap waktu pengambilan sampel tanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rasio konsentrasi (F v ) 60 Co Konsentrasi 60 Co dalam bagian tanaman bervariasi sesuai dengan waktu pengambilan tanaman. Konsentrasi 60 Co tertinggi terlihat pada tanaman yang diambil pada hari ke 25 setelah penanaman pada tanah yang mengandung 60 Co, mencapai 65 Bq/g kering. Unsur Co merupakan unsur kelumit yang secara alamiah berada di dalam tanah dan diperlukan oleh tanaman sebagai mikroelemen esensial untuk membantu proses fiksasi nitrogen dalam tanaman [13]. Di dalam tanah umumnya Co stabil terdapat dalam jumlah sekitar 8 ppm [14], tanaman sendiri hanya memerlukan sejumlah kecil dari unsur ini, dan kandungan Co stabil dalam tanaman berkisar antara 0,005 1 ppm [14]. Secara alamiah Co stabil diserap oleh akar tanaman, dan sama seperti unsur lainnya, penyerapannya oleh tanaman bergantung pada ketersediaannya (availability) di dalam tanah [13]. Radionuklida 60 Co setelah diserap oleh akar kemudian memasuki pembuluh xylem dalam akar dan batang untuk kemudian didistribusikan menuju daun. Air dan larutan lainnya didistribusikan melalui media yang disebut apoplast [15]. Pada daun unsurunsur yang telah cukup atau unsur-unsur yang tidak selanjutnya besarnya penyerapan 60 Co oleh tanaman tidak sebanding lagi dengan produksi biomassa tanaman, mengakibatkan konsentrasi dalam tanaman menurun. Beberapa peneliti dari negara lain juga pernah melakukan penelitian akumulasi 60 Co oleh tanaman yang spesifik di area tertentu [1, 2,16, 17], nilai rasio 45 Waktu (hari) F v , , , , , , , , , , , ,95 Kapasitas akumulasi 60 Co dalam daun tanaman sawi pada setiap kali waktu pengambilan sampel selama 60 hari memperlihatkan peningkatan sampai hari ke 25 yaitu mencapai 1,96. Setelah hari ke 25 terlihat penurunan nilai F v menandakan bahwa pada hari ke 25 akumulasi mencapai kapasitas maksimum, konsentrasi yang dilaporkan bervariasi untuk setiap jenis tanaman dan kondisi lingkungan, seperti diperlihatkan pada Tabel 3. Untuk jenis tanaman yang sama, nilai F v yang diperoleh bervariasi, misalnya, tanaman sawi yang berada dalam famili yang sama dengan tanaman kol dan sawi putih (famili Bracicaceae) mempunyai nilai F v 1,96,

6 sedang tanaman lainnya mempunyai nilai F v yang lebih rendah yaitu 0,081 dan 0,281 [2 dan 16] masing-masing untuk tanaman kol yang tumbuh di daerah tropis dan temperate. Untuk tanaman sawi putih nilai F v sebesar 0,1125 [2]. International Union of Radioecologist (IUR) mendata nilai F v berbagai radionuklida dan untuk 60 Co nilai F v tanaman pada umumnya adalah 4x10-4 4x10 0 [13]. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini (1,96) masih masuk dalam rentang nilai yang dilaporkan IUR. Dalam TRS 472, IAEA melaporkan nilai F v untuk tanaman sayuran (berdaun) untuk 3 kondisi iklim yaitu temperate, sub tropis dan tropis. Untuk wilayah tropis, IAEA melaporkan nilai F 60 v Co adalah 3,2x10-2 2,8x10-1, sedang untuk temperate dan sub tropis masing-masing nilainya 1,3x10-2 1,0 dan 4,8x10-3 1,5 [1]. Nilai F 60 v Co yang diperoleh dari penelitian ini lebih tinggi dari pada rentang nilai yang dilaporkan IAEA untuk wilayah tropis, tetapi masih masuk ke dalam rentang nilai F v untuk wilayah sub tropis. Nilai F v radionuklida dipengaruhi beberapa faktor, seperti karakteristik fisika kimia radionuklida, jenis tanah, dan cara pengolahan tanah (misalnya penambahan pupuk). Akumulasi radionuklida pada tanaman pangan bervariasi untuk jenis tanah yang berbeda, nilai F v bisa bervariasi sampai 2 orde [1]. 4. KESIMPULAN Nilai rasio konsentrasi 60 Co yang spesifik lingkungan tropis di Indonesia telah diperoleh melalui percobaan secara laboratorium dalam rumah kaca. Besarnya nilai F v untuk tanaman sawi yang diperoleh adalah 1,96 sesuai dengan rentang niali F v yang dilaporkan oleh IUR (4x10 4 4x10 0 ) untuk semua jenis tanaman, tetapi berada di atas rentang nilai F v dari IAEA (3,2x10-2 2,8x10-1 ) untuk jenis tanaman sayuran berdaun di wilayah tropis. Nilai F v yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam pengkajian radiologik menggunakan model matematika yang nantinya juga bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada saat terjadi kedaruratan nuklir yang mengakibatkan terlepasnya radionuklida ke lingkungan. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Sdr. I Made Bayu, mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Ibu Neneng Nur Aisyah, A.Md, serta Bapak Widanda dari PTNBR BATAN, yang telah banyak memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Tabel 3. Nilai rasio konsentrasi 60 Co dalam berbagai tanaman sayuran berdaun Tanaman F v Lingkungan Jenis tanah Kota / Negara Acuan Sawi 1,96 Tropis Clay loam Bandung/Indonesia Penelitian ini Kol 0,081 Temperate Sandy loam Ibaraki/Japan [2] Kol 0,280±0,09 Tropis Clay loam Dhaka/Bangladesh [16] Sawi putih 0,1125 Temperate Sandy loam Ibaraki/Japan [2] Bayam 1,125 Temperate Sandy loam Ibaraki/Japan [2] Bayam 1,030±0,18 Tropis Clay loam Dhaka/Bangladesh [16] Slada 0,03 Temperate Sandy loam Ibaraki/Japan [2] Slada 0,330±0,03 Temperate - Sessa Aurunca/Itali [17] Sayuran berdaun 1,3x10-2 1,0 Temperate Semua jenis tanah (IAEA) [1] Sayuran berdaun 3,2x10-2 2,8x10-1 Tropis Semua jenis tanah (IAEA) [1] Sayuran berdaun 4,8x10-3 1,5 Sub tropis Semua jenis tanah (IAEA) [1] Tanaman 4x10-4 4x10 0 (IUR) [13] 6. DAFTAR PUSTAKA 1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Handbook of Parameter Values for the Prediction of Radionuclide Transfer in Terrestrial and Freshwater Environment (Technical Reports Series no. 472), IAEA, Vienna (2010). 2. BAN-NAI, T., MURAMATSU, Y., and YANAGISAWA, K., Transfer factors of some selected radionuclides (radioactive Cs, Sr, Mn, Co, and Zn) from soil to leaf vegetables. J. Radiat. Res. 46 (1995) TJAHAJA, P.I. dan SUKMABUANA, P., Penyerapan Cs-134 dari tanah andosol ke tanaman bayam (Amaranthus sp) (Prosiding Seminar Nasional Teknologi Dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ke 14, Bandung 5 Nov 2008),. PTRKN BATAN UNPAD, Jakarta (2008) SUKMABUANA, P, dan TJAHAJA, P.I., Perpindahan radiocesium dari tanah berair ke tanaman kangkung (Ipomoea sp) (Prosiding Seminar Nasional Sain dan Teknologi Nuklir, Bandung 6 Jun 2009), PTNBR BATAN ITB, Bandung (2009),

7 5. TAMBUNAN, O.T., ARIF, I., SUKMABUANA, P., dan TJAHAJA, P.I., Perpindahan 134 Cs dari tanah ke tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas) (Prosiding Seminar Nasional Sain dan Teknologi Nuklir, Bandung 6 Juni 2009), PTNBR BATAN ITB, Bandung (2009), TJAHAJA, P. I. dan SUKMABUANA, P., Penyerapan radiocesium dari tanah oleh tanaman bunga matahari (Helianthus anuus, Less), Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia IX (1), (2008) SUKMABUANA, P., Parameter transfer radiostronsium 85 Sr di lingkungan melalui jalur tanah tanaman bayam (Amaranthus, sp), Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia XI (2), (2010) SUKMABUANA, P. and TJAHAJA, P.I., Radiostrontioum transfer from 85 Sr contaminated soil to kangkung plant (Proc. Asia Physics Symposium, Bandung July ), Institut Teknologi Bandung. Bandung (2009), DIAZ, M.D. and KIRKHAM, M.B. Testing the manipulation of soil availability of metals. In WILLEY, N., Ed., Phytoremediation, Methods and Reviews, Humana Press, New Jersey, (2007) BADAN PUSAT STATISTIK BANDUNG, Bandung dalam Angka Tahun 2003, BPS, Bandung (2003). 11. BADAN PUSAT STATISTIK INDONESIA, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007, BPS Indonesia, Jakarta (2008). 12. SUTANTO, R., Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta (2005). 13. GREGER, M., Uptake of Nuclides by Plants (Technical report TR-04-14), Swedish Nuclear Fuel and Waste Management Co., Swedia (2004). 14. BOWEN, H. J. M., Environmental Chemistry of the Elements, Academic Press, London (1979). 15. SALISBURY, B., Fisiologi Tumbuhan, Penerbit ITB, Bandung (1992). 16. MOLLAH, A. S. and BEGUM A., A., Study on transfer factors of 60 Co and 65 Zn from soil to plants in the tropical environment of Bangladesh, Environmental Monitoring and Assessment 68, (2001) QUINTO, F., SABBARESE, C., VISCIANO, L., TERRASI, F., and D ONOFRIO, A., 137 Cs, 60 Co, and 40 K uptake by lettuce plants in two distribution of soil contamination., J. Environ. Radioactivity 100, (2009), DISKUSI Hikmat: 1. Selain dari nuklir, apakah 60 Co bisa muncul dari faktor alami? 2. Mengapa sawi yang digunakan sebagai objek penelitian? 3. Apakah faktor serapan dari setiap bagian tanaman berbeda? Putu Sukmabuana: Co muncul dari proses aktivasi (yang digunakan dalam penelitian ini). Co terdapat di alam tetapi bersifat stabil sehingga tidak memancarkan radiasi. 2. Sawi digunakan dalam penelitian ini karena dianggap banyak dikonsumsi oleh manusia (ref BPS: 1,2kg/kapita/tahun). 3. Setiap bagian tanaman mempunyai kemampuan berbeda dalam mengakumulasi unsur tertentu sehingga beda faktor serapnya dan faktor serap yang paling tinggi untuk 60 Co adalah di sambungan antara batang dan tangkai batang. 47

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp)

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari no 71, Bandung, 40132

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) Octolia Togibasa T 1,2, Idam Arif 1, Putu Sukmabuana 3 dan Poppy Intan Tjahaja 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Evi Setiawati Laboraturium Fisika Atom & Nuklir Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan penelitian transfer 134 Cs dari

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal PENENTUAN FAKTOR TRANSFER DAN GROWTH VALUE 134 Cs DAN 60 Co PADA TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus L.) DENGAN CARA HIDROPONIK UNTUK KAJIAN AWAL FITOREMEDIASI Mohammad Afif Rachmatulloh (1), Evi

Lebih terperinci

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto Akumulasi dan Distribusi 60 Co dalam Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Sistem Kompartemen Air-Ikan (Poppy) ISSN 1411 3481 AKUMULASI DAN DISTRIBUSI 60 Co DALAM IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA SISTEM KOMPARTEMEN

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.)

PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.) PENENTUAN FAKTOR TRANSFER 134 Cs DARI TANAH KE TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.) Eem Rukmini dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71,

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) PTNBR BATAN Bandung, 17 18 Juli 27 PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 35-39 Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Evi Setiawati 1, Idam Arif 2, Poppy Intan T. 3 1. Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.)

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) Zulfakhri Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71 Bandung ABSTRAK PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa,

Lebih terperinci

PARAMETER TRANSFER RADIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGAN MELALUI JALUR TANAH TANAMAN BAYAM (Amaranthus sp.)

PARAMETER TRANSFER RADIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGAN MELALUI JALUR TANAH TANAMAN BAYAM (Amaranthus sp.) Parameter Transfer Radiostronsium 85 Sr di Lingkungan Melalui Jalur Tanah Tanaman Bayam (maranthus sp.) (Putu Sukmabuana) ISSN 4 348 PRMETER TRNSFER RDIOSTRONSIUM 85 Sr DI LINGKUNGN MELLUI JLUR TNH TNMN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

FAKTOR TRANSFER 137 Cs DAN 60 Co DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) ABSTRACT

FAKTOR TRANSFER 137 Cs DAN 60 Co DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) ABSTRACT FAKTOR TRANSFER DAN DARI TANAH KE PARE (Momordica charantia L) Leli Nirwani 1, Heni Susiati 2, Yurfida 1, Wahyudi 1, dan Jumaher 1 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN 2 Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Neneng Nur Aisyah, Eko Susanto, Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan

Lebih terperinci

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG TESIS MAGISTER OLEH: MOEKHAMAD ALFIYAN NIM.25399027 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000 Moch Romli, M.Muhyidin Farid, Syahrir Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN Gedung 50 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA Zuchrotus Salamah 1. Suci Tri Wahyuni 1, Listiatie Budi Utami 2 1 =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia

BAB I PENDAHULUAN. energi baru yang potensial adalah energi nuklir. Energi nuklir saat ini di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006 Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN 14108542 PRODUKSI TEMBAGA64 MENGGUNAKAN SASARAN TEMBAGA FTALOSIANIN Rohadi Awaludin, Abidin, Sriyono dan Herlina Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas 26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas Lampung dari bulan Februari-Juni 2015. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO Ruminta Ginting, Ratih Kusuma Putri Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL

Lebih terperinci

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Magelang dan Laboratorium FMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON UNTUK UNSUR-UNSUR DI DALAM STANDARD REFERENCE MATERIAL. NIST 1577b BOVINE LIVER INDRIA KURNIATI PRATASIS

VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON UNTUK UNSUR-UNSUR DI DALAM STANDARD REFERENCE MATERIAL. NIST 1577b BOVINE LIVER INDRIA KURNIATI PRATASIS VALIDASI METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON UNTUK UNSUR-UNSUR DI DALAM STANDARD REFERENCE MATERIAL. NIST 1577b BOVINE LIVER INDRIA KURNIATI PRATASIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian experimental ex-situ dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2013 di Laboratorium Alam Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT 86 IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT Rohadi Awaludin, Abidin, dan Sriyono Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakcoy (Brassica chinensis L.) Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada dalam satu genus dengan sawi putih/petsai dan sawi hijau/caisim. Pakcoy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang berumbi. Dibandingkan dengan sayuran berumbi yang lain, misalnya wortel (Daucus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri China,

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah

Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah Aplikasi Pupuk Organik Cair pada Tanaman Caisim (Brassica juncea) dan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Ultisol Lapisan Bawah Ismi Nuryenti 1, Siti Masreah Bernas 2, Dwi Probowati Sulistiyani 2 Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing sangatlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman terpenting di Indonesia. Hal ini karena padi merupakan tanaman penghasil beras. Beras adalah makanan pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI ABSTRAK OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI Kuat Heriyanto, Sucipta, Untara. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA

Lebih terperinci

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA Sahat M. Panggabean, Yohan, Mard!ni Pusat Pengembangan Pengelolaan Lirl1bah Radioaktif ABSTRAK, UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

ANALISIS JAM MAKAN PADA DAUN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica rapa var. parachinensis L.) DENGAN TEKNIK PERUNUT RADIOAKTIF 32 P

ANALISIS JAM MAKAN PADA DAUN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica rapa var. parachinensis L.) DENGAN TEKNIK PERUNUT RADIOAKTIF 32 P Analisis Jam Makan Pada Daun Tanaman Sawi Hijau (Brassica Rapa var. Parachinensis L.).. ANALISIS JAM MAKAN PADA DAUN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica rapa var. parachinensis L.) DENGAN TEKNIK PERUNUT RADIOAKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri (TAR) merupakan salah satu laboratorium Badan Tenaga

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA JURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal 19-25 ISSN: 2087-7706 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA Growth and Yield of Mustard (Brassica juncea

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya 17 Hasil Analisis Tanah HASIL PERCOBAAN Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah di Kubu Raya didominasi oleh debu dan liat dengan sedikit kandungan pasir. Tanah di Sui Kakap, Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering dan NPA dari semai jabon pada media tailing dengan penambahan arang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 35 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian survei dan penelitian pot. Penelitian survei pupuk dilaksanakan bulan Mei - Juli 2011 di Jawa Barat, Jawa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman bawang merah

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO Rasito, Zulfahri, S. Sofyan, F. Fitriah, Widanda*) ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis

Lebih terperinci