PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)"

Transkripsi

1 PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Neneng Nur Aisyah, Eko Susanto, Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Tamansari No. 71, Bandung, ABSTRAK PENYISIHAN RADIOSESIUM DARI AIR OLEH TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes). Penelitian penyisihan radiosesium dari air oleh tanaman eceng gondok telah dilakukan untuk mempelajari kemampuan tanaman mengakumulasi radiosesium sehingga radiosesium dapat disisihkan dari air. Tanaman eceng gondok ditumbuhkan pada media air yang mengandung 134 Cs dengan aktivitas sebesar 2253,6 Bq (perlakuan 1), 3663,33 Bq (perlakuan 2), dan 11859,39 Bq (perlakuan 3) serta tanpa 134 Cs (kontrol). Pengamatan dilakukan setelah tanaman berada dalam media air terkontaminasi radiosesium selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 1 hari, 5 hari, 7 hari dan seterusnya sampai 35 hari. Setiap kali pengamatan, diambil 3 individu tanaman eceng gondok beserta air sebanyak 100 ml dari masing-masing perlakuan. Eceng gondok dicuci, dipisahkan menjadi bagian daun, akar dan vakuola kemudian dikeringkan dan diukur menggunakan spektrometer gamma. Radioaktivitas 134 Cs dalam tanaman dibandingkan dengan radioaktivitas 134 Cs dalam air untuk memperoleh nilai rasio konsentrasi (CR) yang menyatakan kemampuan akumulasi tanaman. Hasil perhitungan CR memberikan nilai di atas rerata yang diberikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) yaitu 121,07 L/kg; 64,13 L/kg dan 100,87 L/kg masing-masing untuk perlakuan 1, 2 dan 3. Nilai CR tertinggi untuk semua perlakuan dicapai pada hari ke 28. Nilai maksimum persen penyisihan perlakuan 1, 2 dan 3 masingmasing adalah sebesar 42,11 %; 76,81 % dan 89,24 %. Tingginya nilai CR dan persen penyisihan yang diperoleh menjadikan eceng gondok layak dipertimbangkan untuk digunakan dalam pemulihan perairan terkontaminasi radiosesium. Kata kunci: eceng gondok, radiosesium, rasio konsentrasi ABSTRACT RADIOCESIUM REMOVAL FROM WATER BY WATER HYACINTH PLANTS (Eichornia crassipes). A research on radiocaesium removal from contaminated water using water hyacinth plants has been conducted to study the accumulation capacity of the plants in removing radiocaesium from the water. Water hyacinth plants were grown in water containing 134 Cs of Bq (treatment 1), Bq (treatment 2), and Bq (treatment 3) and without 134 Cs (control). Radiactivity measurement were carried out after the plants were introduced to the radiocesium contaminated water for 2 hours, 4 hours, 6 hours, 1 day, 5 days, 7 days and up to 35 days. Three plants and three water samples of 100 ml were collected for each treatment. Each individual of water hyacinth was washed, separated into leaves, roots and vacuoles, then dried and measured using a gamma spectrometer. The 134 Cs radioactivity in plants were compared with those in the water to obtain concentration ratio (CR) value expressing the accumulation capacity of the plant. The obtained CR values are above the average value given by the International Atomic Energy Agency (IAEA), i.e, L /kg, L/kg and L/kg for treatments 1, 2 and 3, respectively. The highest CR value for all treatments were achieved at the day 28. Maximum value of removal percentage for treatment 1, 2 and 3 are 42.11%, 76.81% and 89.24%, respectively. The high value of CR and removal percentage obtained makes water hyacinth is worth to be considered in the remediation of contaminated waters with radiocesium. Keywords: water hyacinth, radiocesium, concentration ratio 55

2 1. PENDAHULUAN Keberadaan reaktor nuklir dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak negatif dari teknologi terhadap lingkungan terutama apabila terjadi kecelakaan atau insiden yang menyebabkan terpaparnya bahan-bahan radioaktif ke lingkungan, misalnya radiosesium [1,2]. Zat radioaktif yang terpapar ke lingkungan dapat mencemari ekosistem, salah satunya adalah badan air. Salah satu cara penanggulangan pencemaran air yang sekarang banyak dikembangkan adalah dengan memanfaatan tanaman air yang dikenal dengan istilah fitoremediasi. Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Walaupun tanaman eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya tanaman ini berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok telah dilakukan dengan hasil diantaranya adalah dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing - masing sebesar 1,35 mg/g; 1,77 mg/g dan 1,16 mg/g bila logam-logam tersebut tak bercampur serta mampu menyerap Cd 1,23 mg/g; Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Penyerapan maksimal logam Cr sebesar 51,85% oleh eceng gondok terjadi pada ph 7 [3]. Tanaman Eceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat gandakan tanaman dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba tahun 2003 melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m 2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m 2 [3]. Pertumbuhan yang cepat ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menggunakan eceng gondok dalam pemulihan perairan yang terkontaminasi radiosesium. Radiosesium merupakan salah satu radionuklida yang terpapar ke lingkungan apabila terjadi kecelakaan nuklir [2] dan termasuk golongan logam, namun data akumulasi radiosesium oleh eceng gondok masih jarang ditemukan sehingga penelitian penyisihan radiosesium oleh tanaman eceng gondok perlu dilakukan. Penelitian penyerapan 134 Cs oleh eceng gondok pernah dilakukan TJAHAJA PI [4] untuk konsentrasi 134 Cs sebesar 10 Bq/mL. Hasilnya memperlihatkan dalam waktu lima hari aktivitas sesium dalam air sudah banyak berkurang. Pada penelitian ini penyerapan 134 Cs dalam berbagai konsentrasi oleh tanaman eceng gondok diuji pada waktu pengamatan yang lebih singkat yaitu 2 jam, 4 jam, 6 jam, 1 hari, 5 hari, 7 hari dan seterusnya sampai 35 hari. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya sesium dalam air yang dapat disisihkan oleh tanaman eceng gondok yang dinyatakan sebagai nilai rasio konsentrasi dan persen penyisihan. Selain itu ingin diketahui juga lama waktu yang paling optimum bagi tanaman eceng gondok untuk menyerap dan mengakumulasi radiosesium secara maksimal sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk pemulihan kawasan perairan yang tercemar radiosesium. 2. TATA KERJA 2.1. Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan bak berkapasitas lebih kurang 300 L air, pot dari paralon berukuran diameter 11,5 cm dan tinggi 35 cm sebanyak 105 buah, gunting dan penggaris untuk preparasi sampel tanaman eceng gondok, botol plastik ukuran 200 ml untuk menampung sampel air, neraca digital dengan ketelitian 0,01 gram, oven untuk pengeringan sampel, dan spektrometer gamma dengan detektor NaI(Tl) yang terhubung dengan Single Channel Analyzer (SCA) digunakan untuk mengukur aktivitas radiosesium dalam sampel. Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman eceng gondok, air PDAM, larutan 134 CsNO 3 dengan konsentrasi ,5 Bq/mL dan aluminium foil untuk wadah sampel Cara Kerja Tanaman eceng gondok diperoleh dari berbagai kolam atau sawah di daerah sekitar Bandung. Tanaman dipilih yang berukuran kecil dan masih muda, kemudian ditempatkan di dalam bak adaptasi selama 1 minggu sebelum digunakan untuk penelitian. Sementara itu, 90 pot diisi air sebanyak 1 L kemudian ditambahkan larutan 134 CsNO 3 dengan konsentrasi ,5 Bq/mL dan ditambah lagi air sampai volumenya menjadi 2300 ml. Dibuat 3 variasi konsentrasi 134 Cs dalam 2300 ml air, yaitu 2253,6 Bq (perlakuan 1), 3663,33 Bq (perlakuan 2), dan 11859,39 Bq (perlakuan 3), masing masing sebanyak 30 pot. 56

3 Untuk kontrol disiapkan 15 pot berisi 2300 ml air tanpa penambahan larutan 134 CsNO 3 (perlakuan kontrol). Tanaman eceng gondok yang telah mampu beradaptasi dengan kondisi tempat penelitian dipilih yang ukurannya seragam kemudian dipindahkan ke dalam setiap pot yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan pada waktu 2 jam, 4 jam, 6 jam, 1 hari, 5 hari, 7 hari dan seterusnya sampai 35 hari. Setiap kali pengamatan, diambil 3 individu tanaman eceng gondok beserta media air sebanyak 100 ml dari masing-masing pot perlakuan. Setiap sampel tanaman dicuci dengan air yang mengalir kemudian dipisahkan menjadi bagian daun, akar dan vakuola selanjutnya ditimbang. Bagian-bagian tanaman tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 80 o C sampai diperoleh berat kering tetap, kemudian radiosesium dalam sampel tanaman eceng gondok dan sampel air diukur menggunakan spektrometer gamma dengan detektor NaI(Tl) yang terhubung dengan Single Channel Analyzer (SCA) selama 1 menit sebanyak 3 kali pengulangan. Data pengukuran yang diperoleh berupa laju cacah diolah menjadi data aktivitas, konsentrasi 134 Cs dalam tanaman dan air, rasio konsentrasi (CR) dan persen penyisihan 134 Cs dari air oleh tanaman eceng gondok. CR diperoleh dengan membandingkan konsentrasi 134 Cs dalam tanaman eceng gondok dengan konsentrasi 134 Cs dalam air, sedangkan persen penyisihan ditentukan dari perbandingan antara selisih aktivitas 134 Cs awal dalam media air dan aktivitas 134 Cs sisa dalam media air dengan aktivitas 134 Cs awal dalam media air. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang berkesinambungan, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut [5]. Oleh karena itu setiap bagian tanaman eceng gondok mempunyai kemampuan mengakumulasi 134 Cs dengan konsentrasi yang berbeda-beda sesuai fungsinya. Gambar 1 menyajikan distribusi konsentrasi 134 Cs dalam bagian tanaman eceng gondok dari perlakuan 1. Terlihat bahwa konsentrasi tertinggi 134 Cs terdapat pada bagian akar. Akar merupakan bagian tanaman eceng gondok yang bersinggungan langsung dengan air yang terkontaminasi 134 CsNO 3 menyebabkan radiosesium yang terdapat dalam media air menempel pada akar. Selain itu sifat ionik 134 Cs di dalam air menyebabkan 134 Cs mudah terserap oleh akar bersama-sama dengan unsur lain (zat makanan tanaman) sehingga akumulasi 134 Cs di dalam akar pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan akumulasi 134 Cs pada bagian lainnya. Gambar 1. Distribusi konsentrasi 134 Cs dalam bagian eceng gondok dari perlakuan 1. Setelah 134 Cs dan unsur lainnya dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya mengikuti alur metabolisme tanaman zat makanan termasuk sesium harus diangkut ke bagian tanaman lainnya (daun dan vakuola) untuk pemanfaatan selanjutnya. Radionuklida 134 Cs memiliki kemiripan sifat dengan unsur K sehingga akan sampai ke daun karena unsur K berperan penting dalam proses fotosintesis. Tanaman eceng gondok mempunyai daun yang bulat, tekstur seperti kulit yang kuat, dan permukaan atas yang hidrofobik untuk menjaga agar tidak basah [6] yang memberikan keleluasaan untuk menyerap air melalui transpirasi dari daun sehingga menyebabkan akumulasi 134 Cs dalam daun. Vakuola merupakan bagian tanaman eceng gondok yang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Dari penelitian ini diperoleh distribusi konsentrasi radiosesium dalam bagian tanaman eceng gondok secara berurutan dari yang tertinggi adalah akar, daun dan terakhir vakuola sedikit berbeda dengan pernyataan SHUTEs [7] yang menyatakan bahwa tingkat konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman adalah sebagai berikut: akar > rizoma > daun. Kemungkinan hal ini terjadi karena adanya perbedaan tanaman dan atau desain yang digunakan untuk penelitian. Data akumulasi 134 Cs dalam tanaman ditampilkan pada Gambar 2. Sejak pengambilan sampel pertama yaitu pada jam ke 2 diperoleh data konsentrasi tanaman eceng gondok dari tidak terdeteksi menjadi 2,29 Bq/gram (perlakuan 1); 6,1 Bq/gram (perlakuan 2) dan 40,22 Bq/gram (perlakuan 3). Semakin lama waktu pengambilan 57

4 sampel semakin tinggi konsentrasi 134 Cs yang terakumulasi dalam tanaman eceng gondok. Gambar 2. Rerata penyerapan 134 Cs oleh tanaman untuk perlakuan 1, 2 dan 3 terhadap waktu. Akumulasi konsentrasi 134 Cs dalam eceng gondok terus meningkat dan mengalami puncaknya pada hari ke 21 untuk perlakuan 2 yaitu sebesar 27,57 Bq/gram, pada hari ke 28 untuk perlakuan 1 dan 3 masing-masing sebesar 80,56 Bq/gram dan 53,22 Bq/gram. Setelah hari ke 21 konsentrasi tanaman eceng gondok pada perlakuan 2 mengalami penurunan sedangkan pada perlakuan 1 dan 3 mengalami penurunan setelah hari ke 28. Ini menunjukan bahwa pada waktu tersebut penyerapan 134 Cs oleh tanaman eceng gondok sudah tidak sebanding dengan pertambahan biomassa tanaman. Pada penelitian ini media air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman eceng gondok adalah air PDAM yang ditambah larutan 134 CsNO 3 dengan berbagai variasi aktivitas yaitu 2253,6 Bq; 3663,33 Bq dan 11859,39 Bq serta kontrol. Selama penelitian (35 hari) telah dilakukan 10 kali pengambilan dan pengukuran radiosesium dalam sampel air sehingga diperoleh data seperti yang diperlihatkan pada kurva penurunan aktivitas 134 Cs dalam air dari ketiga perlakuan selama penelitian (Gambar 3). Gambar 3 menunjukan aktivitas 134 Cs dalam air selama penelitian mengalami fluktuasi dan memiliki kecenderungan terus mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan akumulasi 134 Cs di dalam tanaman eceng gondok. Pada akhir penelitian (hari ke 35) dari ketiga perlakuan semua aktivitas 134 Cs yang tersisa dalam air berkisar antara 1228 Bq s.d 1398 Bq. Media air perlakuan 1 mengalami penurunan aktivitas 134 Cs dari 2253,6 Bq menjadi 1228,51 Bq, perlakuan 2 mengalami penurunan aktivitas dari 3663,33 Bq menjadi 1397,75 Bq dan perlakuan 3 mengalami penurunan aktivitas dari 11859,39 Bq menjadi 1283,77 Bq. Data perlakuan 1 dan 2 selama penelitian mengalami penurunan aktivitas yang tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan perlakuan 3. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan serapan tanaman eceng gondok terhadap unsur di dalam media tanam sesuai dengan besar konsentrasi unsur yang terkandung di dalam media [8] dan mengindikasikan bahwa semakin besar konsentrasi logam dalam media tanam maka semakin besar pula konsentrasi logam yang dapat diserap sampai batas maksimum dimana pada kondisi maksimum kenaikan aktivitas tidak lagi menyebabkan kenaikan penyerapan [9]. Dari ketiga perlakuan, data penurunan aktivitas 134 Cs tertinggi di dalam air terjadi pada perlakuan 3 yaitu pada hari ke tiga puluh lima sebesar 89,18%. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan penurunan aktivitas 134 Cs dalam air terjadi pada hari ke lima belas yaitu dari aktivitas sebesar 4,63 MBq menjadi sebesar 0,09 MBq atau sebesar 98,06% [4]. Kemungkinan hal ini terjadi karena faktor besarnya konsentrasi awal radiosesium dalam media air dan kemampuan tumbuhan untuk mengakumulasi logam / unsur pada tiap individu tanaman yang berbeda [8]. Gambar 3. Rerata penurunan aktivitas 134 Cs dalam air terhadap waktu dari perlakuan 1, 2 dan 3. Nilai konsentrasi 134 Cs dalam tanaman eceng gondok dibandingkan dengan nilai konsentrasi 134 Cs yang tersisa dalam air dan diperoleh nilai rasio konsentrasi. Selama 35 hari pengamatan, dari ketiga perlakuan diperoleh nilai rasio konsentrasi tertinggi terjadi pada hari ke 28 masing masing secara berurutan perlakuan 1, 2 dan 3 sebesar 121,07 L/kg; 64,13 L/kg dan 100,87 L/kg. Nilai rasio konsentrasi yang tinggi menunjukan bahwa pada waktu tersebut tanaman sedang mengakumulasi radiosesium dalam jumlah yang optimal sehingga radiosesium yang tertinggal dalam air berkurang dalam jumlah yang signifikan dibandingkan sebelumnya. Menurut data dari International Atomic Energy Agency (IAEA) rerata rasio konsentrasi 134 Cs dari air ke tanaman air adalah 9,7 L/kg, nilai minimal sebesar 1,9 L/kg 58

5 dan maksimal sebesar 3300 L/kg [10]. Hasil penelitian membuktikan bahwa tanaman eceng gondok mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap dan mengakumulasi radiosesium dalam tubuhnya (Gambar 4). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penurunan aktivitas yang paling besar terjadi pada media air perlakuan 3, hal ini ditunjukan oleh persen penyisihan yang terbesar terjadi pada hari ke 35 yaitu sebesar 89,24 %. Tanaman eceng gondok merupakan salah satu tanaman hiperakumulator yang tahan terhadap akumulasi logam sampai kadar yang mematikan [8]. Selama pengamatan secara visual, tanaman eceng gondok dalam pot perlakuan 3 (aktivitas sesium tertinggi) tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan penyerapan berlangsung normal. Tidak kurang dari 40% aktivitas 134 Cs dalam air dapat disisihkan selama penelitian. Perlakuan 1 dan 2 mampu menyisihkan maksimal berturutturut sebesar 42,11 % dan 76,81% pada hari ke 28, sedangkan untuk perlakuan 3 maksimal menyisihkan sesium pada hari ke 35 sebesar 89,24%. 4. KESIMPULAN Gambar 4. Kurva sebaran rasio konsentrasi 134 Cs pada eceng gondok dari perlakuan 1, 2 dan 3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tanaman eceng gondok memiliki nilai rasio konsentrasi yang tinggi, melebihi nilai minimal dan rerata data dari IAEA untuk ketiga perlakuan, yaitu 121,07 L/kg; 64,13 L/kg dan 100,87 L/kg pada hari ke 28. Tanaman eceng gondok mampu menyisihkan radiosesium dari air sampai dengan 89,24 %. Jadi tanaman eceng gondok dapat dipertimbangkan sebagai salah satu fitoremediator lingkungan perairan tawar seperti danau atau waduk yang tercemar radiosesium. Besarnya aktivitas 134 Cs dalam air yang disisihkan oleh eceng gondok dapat dilihat dari kurva persen penyisihan 134 Cs seperti diperlihatkan pada Gambar UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdri. Aneu, Bapak Widanda dan Bu Juni yang telah membantu dalam penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA Gambar 5. Persen penyisihan aktivitas 134 Cs air dari ketiga perlakuan terhadap waktu. dalam 1. GLASSTONE, S., Nuclear Power And It s Environmental Effects, American Nuclear Society, United States of America (1981). 2. LIPUTAN 6, Zat radioaktif terdeteksi di laut, Available: oaktif_terdeteksi_di_laut, diakses PASARIBU, G. dan SAHWALITA. Pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni, Makalah Utama pada Ekspose Hasil-Hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan, Padang (2006). 4. TJAHAJA P.I,, dkk., Studi awal fitoremediasi lingkungan perairan tawar: Penyerapan radiosesium oleh tanaman eceng gondok (Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 2003), BATAN, Yogyakarta (2003) PRIYANTO, B. dan PRAYITNO, J. Fitoremediasi Sebagai sebuah Teknologi Pemulih Pencemaran, Khususnya Logam Berat Available: a1.htm, diakses

6 6. GUNTENSPERGEN, G.R., STEARN, F., AND KADLEC, J.A., Wetland Vegetation, HAMMER, D.A., ed., Constructed Wetlands for Wastewater Treatment. Municipal, Industrial and Agricultural, Lewis Publishers, Michigan (1989) SHUTES, R.B., ELLIS, J.B., REVITT, D.M., AND ZHANG, T.T., The Use of Thypa latifolia for heavy metal pollution control in urban wetlands, In MOSHIRI, G.A., Constructed Wetlands for Water Quality Improvement, Lewis Publishers, Boca Raton, Florida, (1993) EDDY, S. The Ability of Water Hyacinth as Phytoremediation Agens of Lead Contamination water Available: om/2011/01/tumbuhan-lahan-basah-sebagaipembersih.html, diakses GREGER, M. Uptake of nuclides by plants, Department of Botany, Stockholm University. Technical report TR Svensk Kärnbränslehantering AB Swedish Nuclear Fuel and Waste Management Co, Stockholm, Sweden (2004). 10. IAEA, Handbook of Parameter Values for The Prediction of Radionuclide Transfer in Terrestrial and Freshwater Environments, Technical Report Series No IAEA, Vienna, (2010). 7. DISKUSI Irawan Sugoro: Apakah tahap selanjutnya setelah radiosesium diakumulasi oleh eceng gondok? Neneng Nur Aisyah: Selama ini eceng gondok dilimbahkan, belum ada perlakuan lebih lanjut. (Drs. Putu Sukmabuana, M.Eng): Tujuan fitoremediasi adalah untuk mengekstraksi cemaran oleh tanaman, setelah itu tanaman diperlakukan sebagai limbah radioaktif dan dikelola dengan cara volumenya diperkecil yaitu dengan dibakar. Lela Lailatul K.: 1. Apakah ada karakter tertentu untuk tanaman yang dapat dipakai untuk pemulihan perairan terkontaminasi radisesium? 2. Dari hasil yang diperoleh, tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) layak digunakan untuk fungsi tersebut. Apa yang menyebabkan eceng gondok dapat digunakan sebagai penyisihan radiosesium dari air? 3. Apakah berkaitan dengan komponen x (metabolit sekunder) yang ada pada suatu tanaman (dalam hal ini eceng gondok)? Neneng Nur Aisyah: 1. Untuk radiocesium secara spesifik tidak ada, tanaman yang dijadikan tanaman penelitian untuk fitoremediasi radiocesium biasanya berdasarkan kemampuan tanaman tersebut dalam menyerap logam berat secara umum, sehingga penelitian ini perlu dilakukan secara berkesinambungan. 2. Eceng gondok layak, karena: a. Dari hasil penelitian diperoleh rasio konsentrasi (CR) yang tinggi, di atas nilai minimal CR untuk tanaman air (ref:iaea) b. Pertumbuhannya sangat cepat dan pertambahan biomassanya besar c. Nilai persen penyerapannya sangat besar; mampu mengakumulasi radiocesium dalam jumlah besar (dipengaruhi kemampuan eceng gondok dalam menyerap air) d. Dengan 3 aktivitas radiocesium yang kami gunakan, terbukti tidak ada gejala stress atau kematian terhadap eceng gondok tersebut (toleran terhadap kontaminan) e. Penanganan limbahnya dengan memperkecil volume eceng gondok 3. Penyerapan radiocesium oleh eceng gondok tidak berkaitan dengan metabolit sekunder, tapi dikarenakan kemiripan unsure Cs dengan unsur K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam proses fotosintesis (metabolism primer) walaupun mungkin unsure tersebut (Cs) tidak digunakan pada proses metabolism. Cs di dalam air, tersedia dalam bentuk ion. Tanaman eceng gondok bersentuhan langsung dengan Cs, Cs menempel di akar eceng gondok dan ada yang terserap langsung masuk ke dalam jaringan tanaman eceng gondok karena proses metabolisme. Cs terus bergerak menuju jaringan tanaman sesuai dengan proses metabolisme, sehingga Cs bisa ditemukan pada akar (yang paling banyak), daun dan vakuda. 60

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs Evi Setiawati Laboraturium Fisika Atom & Nuklir Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan penelitian transfer 134 Cs dari

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal PENENTUAN FAKTOR TRANSFER DAN GROWTH VALUE 134 Cs DAN 60 Co PADA TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus L.) DENGAN CARA HIDROPONIK UNTUK KAJIAN AWAL FITOREMEDIASI Mohammad Afif Rachmatulloh (1), Evi

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) PTNBR BATAN Bandung, 17 18 Juli 27 PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus anuus, Less) Poppy Intan Tjahaja dan Putu Sukmabuana Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,

Lebih terperinci

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN

PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN PARAMETER PERPINDAHAN 85 Sr DARI AIR KE IKAN LELE (Clarias sp) PADA SISTEM KOMPARTEMEN AIR - IKAN Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana dan Juni Chussetijowati Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap

Lebih terperinci

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp)

PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) PENYERAPAN RADIONUKLIDA Cs DARI TANAH BERAIR KE TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea sp) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN, Jl. Tamansari no 71, Bandung, 40132

Lebih terperinci

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar

Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 7, No. 2, April 2004, hal 35-39 Studi Distribusi Radionuklida 134 Cs pada Sistem Perairan Tawar Evi Setiawati 1, Idam Arif 2, Poppy Intan T. 3 1. Laboratorium Fisika

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LIMBAH YANG MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN KROMIUM (Cr) DENGAN MENGGUNAKAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica)

FITOREMEDIASI LIMBAH YANG MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN KROMIUM (Cr) DENGAN MENGGUNAKAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica) FITOREMEDIASI LIMBAH YANG MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN KROMIUM (Cr) DENGAN MENGGUNAKAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica) Imbar Agusetyadevy, Sri Sumiyati, Endro Sutrisno ABSTRACT Heavy metal contamination

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.)

PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa, L.) Zulfakhri Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN, Jl. Tamansari No. 71 Bandung ABSTRAK PENYERAPAN 134 Cs PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa,

Lebih terperinci

Kata kunci :Fitoremediasi, Ni, Air terkontaminasi Nikel, Ki Ambang (Salvinia molesta), Faktor Transfer (FT)

Kata kunci :Fitoremediasi, Ni, Air terkontaminasi Nikel, Ki Ambang (Salvinia molesta), Faktor Transfer (FT) Fitoremediasi Air Terkontaminasi Nikel dengan Menggunakan Tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) Nama Mahasiswa : Teguh Widiarso NRP : 1507 100 001 Jurusan Dosen Pembimbing : Biologi FMIPA-ITS : Aunurohim,

Lebih terperinci

Eko Siswoyo, Kasam, Dian Widyanti

Eko Siswoyo, Kasam, Dian Widyanti Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 1 No. 1 Januari 2009 ISSN: 2085-1227 PENURUNAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA LIMBAH CAIR LABORATORIUM KUALITAS LINGKUNGAN UII DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN ECENG

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG

KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG KAJIAN AWAL PENYERAPAN CESIUM-134 OLEH RUMPUT UNTUK INDIKATOR BIOLOGIS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR P3TkN-BATAN BANDUNG TESIS MAGISTER OLEH: MOEKHAMAD ALFIYAN NIM.25399027 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI Herlan Martono, Wati, Nurokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides)

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) JURNAL TUGAS AKHIR Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Zn dan Cu Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides) Oleh : ANISAH AS AD D121 10 288 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,

Lebih terperinci

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas)

PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) PENYERAPAN 134 Cs DARI TANAH OLEH TANAMAN PANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas) Octolia Togibasa T 1,2, Idam Arif 1, Putu Sukmabuana 3 dan Poppy Intan Tjahaja 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO

FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO SIDANG TUGAS AKHIR SB 1358 FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Cd MENGGUNAKAN KI AMBANG (Salvinia molesta) PADA MEDIA MODIFIKASI LUMPUR SIDOARJO ATIKA AYU PERMATASARI 1505100032 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si.,

Lebih terperinci

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN: Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 073 079 ISSN: 2085 1227 Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan

Lebih terperinci

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004)

Oleh: Hernayanti dan Elly Proklamasiningsih Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto (Diterima: 4 Oktober 2004, disetujui: 6 Nopember 2004) FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR BATIK MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PHYTOREMEDIATION OF BATIK LIQUID WASTE USING WATER LETTUCE (Pistia stratiotes L.)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Tambak udang vannamei masyarakat Desa Poncosari, Srandakan, Bantul merupakan tambak udang milik masyarakat yang berasaskan koperasi dari kelompok tambak yang ada

Lebih terperinci

PENYERAPAN LOGAM Pb DAN Cd OLEH ECENG GONDOK : PENGARUH KONSENTRASI LOGAM DAN LAMA WAKTU KONTAK ABSTRACT

PENYERAPAN LOGAM Pb DAN Cd OLEH ECENG GONDOK : PENGARUH KONSENTRASI LOGAM DAN LAMA WAKTU KONTAK ABSTRACT PENYERAPAN LOGAM Pb DAN Cd OLEH ECENG GONDOK : PENGARUH KONSENTRASI LOGAM DAN LAMA WAKTU KONTAK Nastiti Siswi Indrasti, Suprihatin, Burhanudin 2 dan Aida Novita 3 Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea)

PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PENENTUAN NILAI RASIO KONSENTRASI PADA PERPINDAHAN 60 Co DARI TANAH KE TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Putu Sukmabuana dan Poppy Intan Tjahaja Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir

Lebih terperinci

Persentase Penurunan Berat Tanaman

Persentase Penurunan Berat Tanaman Stigma Journal of science 8(2): 1 5; September 2015 ISSN: 1412 1840 STIGMA Journal of Science UNIPA Surabaya Journal Homepage: http://digilib.unipasby.ac.id PENGHILANGAN LIMBAH PESTISIDA TEBUKONAZOL DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman gelagah (Phragmites karka) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai lingkungan baik di daaerah tropis maupun non tropis. Gelagah dapat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan menggunakan gabungan metode elektrokoagulasi dan EAPR. Parameter yang digunakan yaitu logam berat Pb, Cu, COD dan ph.

Lebih terperinci

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kadar N dan P Limbah Cair Tahu Anis Artiyani PENURUNAN KADAR N-TOTAL DAN P-TOTAL PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN METODE FITOREMEDIASI ALIRAN BATCH DAN KONTINYU MENGGUNAKAN TANAMAN HYDRILLA VERTICILLATA Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH Winduwati S., Suparno, Kuat, Sugeng Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN

Lebih terperinci

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati 3307 100 026 Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D Latar Belakang Intrusi Air Laut pada Lokasi TPA Benowo Lindi TPA Benowo memiliki salinitas tinggi 6552

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA

PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA PERTUMBUHAN Typha angustifolia AKIBAT PENDEDAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI SISWA SMA Suci Febriani 1, Zulfarina 2 dan Suwondo 2 riany_ucee@yahoo.co.id/088271149684

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI AIR TERCEMAR POLUTAN AMONIAK DENGAN MEMANFAATKAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES)

FITOREMEDIASI AIR TERCEMAR POLUTAN AMONIAK DENGAN MEMANFAATKAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) FITOREMEDIASI AIR TERCEMAR POLUTAN AMONIAK DENGAN MEMANFAATKAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) Fariez, Chairul, dan Said, ZA Laboratorium Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry)

Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry) Fitoremediasi Phospat dengan menggunakan Tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri kecil Pencucian Pakaian (Laundry) CUT ANANDA STEFHANY 1, MUMU SUTISNA 2, KANCITRA PHARMAWATI

Lebih terperinci

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto

Poppy Intan Tjahaja, Putu Sukmabuana, Eko Susanto Akumulasi dan Distribusi 60 Co dalam Ikan Mas (Cyprinus carpio) pada Sistem Kompartemen Air-Ikan (Poppy) ISSN 1411 3481 AKUMULASI DAN DISTRIBUSI 60 Co DALAM IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA SISTEM KOMPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA) 216, dkk. IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT,,,,, DAN DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA), Kris Tri Basuki dan A. Purwanto P3TM BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan kandungan bahan-bahan berbahaya yang cukup tinggi, sehingga diperlukan suatu pengolahan sebelum dibuang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Alat dan Bahan Penelitian DO Meter ph Meter Termometer Refraktometer Kertas Label Botol Sampel Lampiran 1. Lanjutan Pisau Cutter Plastik Sampel Pipa Paralon Lampiran 2. Pengukuran

Lebih terperinci

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis Cegara Arung D. 1, Erwin Akkas 2, dan Rahmat Gunawan 2,* 1 Laboratorium Riset Program Studi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI SKRIPSI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN PROSES FITOREMEDIASI O l e h : HARI WIBOWO THAMRIN 0652010031 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. air. Demikian juga dengan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Tubuh kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Tanpa air tidak akan ada kehidupan, sehingga semua mahluk hidup membutuhkan air. Demikian juga dengan manusia

Lebih terperinci

Kata kunci : Limbah Tambak Udang Vannamei, Eceng Gondok, COD, TSS, Amonia Terlarut

Kata kunci : Limbah Tambak Udang Vannamei, Eceng Gondok, COD, TSS, Amonia Terlarut Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Sebagai Tumbuhan Fitoremediasi Dalam Proses Pengolahan Limbah Tambak Udang Vannamei Utilization of Water Hyacinth (Eichhornia Crassipes) As Phytoremediation

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) SIDANG TUGAS AKHIR Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Oleh Senja Ike Rismawati 1507 100 033 Dosen Pembimbing: Aunuroim, S.Si, DEA Dini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tiap lokasi di perairan Waduk Sengguruh. Kecamatan

Lebih terperinci

REHABILITASI TANAH SAWAH TERCEMAR LOGAM BERAT Pb DAN Cd MELALUI FITOREMEDIASI

REHABILITASI TANAH SAWAH TERCEMAR LOGAM BERAT Pb DAN Cd MELALUI FITOREMEDIASI REHABILITASI TANAH SAWAH TERCEMAR LOGAM BERAT DAN MELALUI FITOREMEDIASI Sandra Sukmaning Adji Institut Pertanian Bogor ABSTRACT It is indicated that rice field soil and plants on Rancaekek Bandung is containing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar, telah mendorong peningkatan kebutuhan akan perumahan. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO Rasito, Zulfahri, S. Sofyan, F. Fitriah, Widanda*) ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui respon biologis tumbuhan eceng gondok (Eichornia crassipes) akibat pencemaran ogam berat

Lebih terperinci

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT 9- November PENGGUNAAN ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart) Solms) DAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk ) DALAM PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU Natalina dan Hardoyo ) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Penyisihan Konsentrasi Pb Menggunakan Typha Latifolia dengan Metode Sub- Surface Flow Constructed Wetland

Penyisihan Konsentrasi Pb Menggunakan Typha Latifolia dengan Metode Sub- Surface Flow Constructed Wetland Penyisihan Konsentrasi Pb Menggunakan Typha Latifolia dengan Metode Sub- Surface Flow Constructed Wetland Sanny Amir Arasy 1), Shinta Elystia 2), David Andrio 2) 1) Mahasiswa Teknik Lingkungan S1 2) Dosen

Lebih terperinci

Pengaruh Cekaman Kromium pada Limbah Cair Batik terhadap Pertumbuhan Eichornia crassipes dan Salvinia molesta

Pengaruh Cekaman Kromium pada Limbah Cair Batik terhadap Pertumbuhan Eichornia crassipes dan Salvinia molesta ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Pengaruh Cekaman Kromium pada Limbah Cair Batik terhadap Pertumbuhan Eichornia crassipes dan Salvinia molesta The Effect of Chromium in

Lebih terperinci

ANALISIS PENCEMARAN LOGAM TIMBAL, KADMIUM, DAN MERKURI DALAM CUMI-CUMI

ANALISIS PENCEMARAN LOGAM TIMBAL, KADMIUM, DAN MERKURI DALAM CUMI-CUMI BAHAN SKRIPSI ANALISIS PENCEMARAN LOGAM TIMBAL, KADMIUM, DAN MERKURI DALAM CUMI-CUMI ( Loligo sp. ) DI LAUT BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DIAJUKAN OLEH MARIADI CHAN. NIM: 030804033 FAKULTAS

Lebih terperinci

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Efektivitas Eceng Gondok Terhadap Penurunan Kadar COD dan BOD pada Limbah Cair Industri Kembang Gula Lunak Mega Masittha, Dra. Ani Iryani, M.Si dan Farida Nuraeni, M.Si. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

FITOREMEDIASI LIMBAH MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN NIKEL (Ni) MENGGUNAKAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta)

FITOREMEDIASI LIMBAH MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN NIKEL (Ni) MENGGUNAKAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) FITOREMEDIASI LIMBAH MENGANDUNG TIMBAL (Pb) DAN NIKEL (Ni) MENGGUNAKAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) Bunga Rulita Viobeth, Sri Sumiyati, Endro Sutrisno Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

Keywords: Ekor kucing,, Fe, Mn, Phytoextraction, Phytostabilization, Purun tikus. Abstract

Keywords: Ekor kucing,, Fe, Mn, Phytoextraction, Phytostabilization, Purun tikus. Abstract EnviroScienteae 10 (2014) 80-87 ISSN 1978-8096 KEMAMPUAN TANAMAN EKOR KUCING (Typha latifolia) DAN PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis) DALAM PENURUNAN KONSENTRASI Fe DAN Mn DARI AIR LIMBAH PIT BARAT PT PAMAPERSADA

Lebih terperinci

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANAMAN KAYU API (PISTIA STRATIOTES) UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARAFITOREMEDIASI ABSTRAK

PENGGUNAAN TANAMAN KAYU API (PISTIA STRATIOTES) UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARAFITOREMEDIASI ABSTRAK Pengolahan Limbah Loundry dengan Tanaman kayu Apu, (Rido dan Rudy Laksmono) 60 PENGGUNAAN TANAMAN KAYU API (PISTIA STRATIOTES) UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARAFITOREMEDIASI RidoWandana dan Rudy

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tanaman Eceng-Ecengan (Ponteridaceae) sebagai Agen Fitoremediasi dalam Pengolahan Limbah Krom Industri Penyamakan Kulit

Pemanfaatan Tanaman Eceng-Ecengan (Ponteridaceae) sebagai Agen Fitoremediasi dalam Pengolahan Limbah Krom Industri Penyamakan Kulit Pemanfaatan Tanaman Eceng-Ecengan (Ponteridaceae) sebagai Agen Fitoremediasi dalam Pengolahan Limbah Krom Industri Penyamakan Kulit Yola Desnera Putri 1*, Holis Abd. Holik 2, Ida Musfiroh 2 1 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISA SIFAT ADSORPSI LOGAM BERAT PADA ECENG GONDOK DALAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ELEKTROPLATING

ANALISA SIFAT ADSORPSI LOGAM BERAT PADA ECENG GONDOK DALAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ELEKTROPLATING Jurnal Material dan Energi Indonesia Vol. 07, No. 01 (2017) 44 48 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ANALISA SIFAT ADSORPSI LOGAM BERAT PADA ECENG GONDOK DALAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ELEKTROPLATING

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL 59 PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL The Effect of Liquid Waste on The Content of Cu. Zn, Cn,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr

KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr Nenny Febrina 1, Eka Refnawati 1, Pasymi 1, Salmariza 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan beragamnya kegiatan manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah dapat berasal dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dimasa yang akan datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukimanyang sehat. Dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Berbagai aktivitas seperti industri, pertambangan dan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Berbagai aktivitas seperti industri, pertambangan dan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air, merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia dan seluruh ekosistem yang ada di alam. Meningkatnya kebutuhan manusia terhadap air telah banyak menyebabkan

Lebih terperinci

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal 66 Adsorption Capacity of Activated Carbon from Cassava Peel Toward Lead Ion Diana Eka Pratiwi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun pada prosesnya banyak yang menggunakan proses konvensional baik secara fisik

Lebih terperinci

Kemampuan Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) dalam Menyerap Logam Berat Kadmium (Cd) Berdasarkan Konsentrasi dan Waktu Pemaparan Yang Berbeda

Kemampuan Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) dalam Menyerap Logam Berat Kadmium (Cd) Berdasarkan Konsentrasi dan Waktu Pemaparan Yang Berbeda ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Kemampuan Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) dalam Menyerap Logam Berat Kadmium (Cd) Berdasarkan Konsentrasi dan Waktu Pemaparan Yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Diagram Alir Penelitian Identifikasi masalah Percobaan pendahuluan Persiapan media pemeliharaan ikan Adaptasi Kolam perlakuan (dengan penambahan Cs-134) Kolam kontrol (tanpa

Lebih terperinci

Decreasing of Lead Heavy Metal (Pb) in Biofiltration Pool of Water Irrigation by Using Aquatic Plant

Decreasing of Lead Heavy Metal (Pb) in Biofiltration Pool of Water Irrigation by Using Aquatic Plant Penurunan Logam Berat Timbal (Pb) pada Kolam Biofiltrasi Air Irigasi Dengan Menggunakan Tanaman Air (Aquatic Plant) Decreasing of Lead Heavy Metal (Pb) in Biofiltration Pool of Water Irrigation by Using

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH MAKSITEK ISSN x

JURNAL ILMIAH MAKSITEK ISSN x Potensi Fitoremediasi Logam erat Cd 2+ dan Hg 2+ dari aterai ekas Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) Koko Tampubolon 1*), Lanna Reni Gustianty 2), Lokot Ridwan 3) 1 Program Magister Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

Respons Fisiologis dan Akumulasi Krom pada Sonchus oleraceous: Analisis Potensi S. oleraceous sebagai Agen Fitoremediasi Krom

Respons Fisiologis dan Akumulasi Krom pada Sonchus oleraceous: Analisis Potensi S. oleraceous sebagai Agen Fitoremediasi Krom (Physiological Responses and Chromium Accumulation of Sonchus oleraceous: Potency Analysis of S. oleraceous as Chromium Phytoremediation Agent) Oleh NIM: 412008004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor

Lebih terperinci

Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media

Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media By Fahri Muhammad 1), Syafriadiman 2), Niken Ayu Pamukas 2) Laboratory of Environmental Quality

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LOGAM BERAT DARI LIMBAH CAIR DENGAN TANNIN. Djarot S. Wisnubroto Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

PENGOLAHAN LOGAM BERAT DARI LIMBAH CAIR DENGAN TANNIN. Djarot S. Wisnubroto Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif PENGOLAHAN LOGAM BERAT DARI LIMBAH CAIR DENGAN TANNIN Djarot S. Wisnubroto Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOLAHAN LOGAM BERAT DARI LIMBAH CAIR DENGAN TANNIN. Telah dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN KIAPU (Pistia stratiotes L) TERHADAP SERAPAN LOGAM Cu PADA AIR

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN KIAPU (Pistia stratiotes L) TERHADAP SERAPAN LOGAM Cu PADA AIR Jurnal Teknik Lingkungan Volume 16 Nomor 1, April 21 (hal. 42-51) JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN PENGARUH KERAPATAN TANAMAN KIAPU (Pistia stratiotes L) TERHADAP SERAPAN LOGAM Cu PADA AIR THE INFLUENCE OF PLANT

Lebih terperinci

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI ISSN 1979-2409 PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI Noviarty, Darma Adiantoro, Endang Sukesi, Sudaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Perkotaan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan Memanfaatkan Constructed Wetland (Studi Kasus: Saluran Kalidami)

Pengolahan Air Limbah Perkotaan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan Memanfaatkan Constructed Wetland (Studi Kasus: Saluran Kalidami) Pengolahan Air Limbah Perkotaan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan Memanfaatkan Constructed Wetland (Studi Kasus: Saluran Kalidami) Municipal Wastewater Treatment Using Apropiete Technology with Constructed

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM BERAT (Pb dan Cd) YANG TERAKUMULASI PADA ECENG GONDOK (Eichornia crassipes Solms.) DI SUNGAI ASAHAN, KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISIS LOGAM BERAT (Pb dan Cd) YANG TERAKUMULASI PADA ECENG GONDOK (Eichornia crassipes Solms.) DI SUNGAI ASAHAN, KABUPATEN TOBA SAMOSIR ANALISIS LOGAM BERAT (Pb dan Cd) YANG TERAKUMULASI PADA ECENG GONDOK (Eichornia crassipes Solms.) DI SUNGAI ASAHAN, KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI UBASORI SIGALINGGING 090805024 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)

Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) No Jenis Karakteristik Pewadahan Keterangan 1. cair aktivitas total radionuklida pemancar gamma: 10-6 Ci/m 3 2.10-2 Ci/m 3 (3,7.10 4 Bq/m 3 7,14.10 8 Bq/m 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanaman jagung (Zea Mays) merupakan salah satu tanaman andalan Indonesia. Tanaman jagung merupakan bahan pangan di beberapa bagian wilayah di Indonesia. Selain itu,

Lebih terperinci