BAB 4 ANALISIS IDENTIFIKASI TUNDAAN DI WILAYAH STUDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS IDENTIFIKASI TUNDAAN DI WILAYAH STUDI"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS IDENTIFIKASI TUNDAAN DI WILAYAH STUDI Pada bagian bab pembahasan ini akan berisikan kajian tundaan di wilayah studi yaitu di ruas Jalan Sukajadi. Adapun dalam bab ini akan membahas beberapa bagian secara runtut yaitu berupa analisis bagi penemuan dan arahan berdasarkan maksud dan tujuan studi yang terdiri dari : waktu pengamatan dan moda angkutan (waktu pengamatan serta jenis dan ukuran moda angkutan); arus kendaraan (volume kendaraan, kecepatan kendaraan, kepadatan kendaraan, waktu antara, dan jarak antara); tingkat pelayanan (kapasitas, kecepatan bergerak nyata dan rasio volume per kapasitas); tundaan (waktu bergerak kecepatan rata-rata dan waktu tunda kepadatan lalu-lintas); tinjauan terhadap tingkat pelayanan jalan; serta faktor yang berpengaruh pada tundaan (lingkungan, moda angkutan, dan perilaku pemakai jalan) dan waktu tundaan yang diakibatkannya pada lokasi pengamatan 4.1 Waktu Pengamatan dan Moda Angkutan Penelitian atau pengamatan di lapangan (survei primer) berupa perhitungan lalu-lintas (traffic counting), yaitu volume arus lalu-lintas dan faktor yang mempengaruhi terjadinya tundaan pada wilayah studi, yang dilaksanakan berdasarkan kategori waktu (hari dan jam), ruas jalan, dan keadaan (cuaca). Pemilihan kategori tersebut diasumsikan mewakili kondisi dan keadaan lainnya yang seragam, dengan rincian sebagai berikut : Hari terpadat arus lalu-lintas dengan karakteristik yang berbeda berdasarkan aktivitas dominan per minggu, yaitu: Senin (hari kerja) dan Minggu. Jam terpadat lalu-lintas (jam sibuk) per hari yaitu: Pagi ( ); Siang ( ); dan Sore ( ). Cuaca yang berpengaruh pada tingkat bangkitan atau tarikan pergerakan pada jam puncak, yaitu: cerah, mendung, ataupun hujan. Berdasarkan bentuk, ukuran, dan daya dari kendaraan yang menggunakan jalan dikelompokkan secara umum sebagai mobil penumpang, bus, angkutan

2 54 umum, dan semi trailer. Ukuran kendaraan untuk perencanaan yang mewakili kelompok kendaraan dalam satu ukuran standar adalah untuk penentuan kendaraan rencana, fungsi jalan, dan jenis kendaraan dominan yang direncanakan pada jalan tersebut atau perencanaan persimpangan (tikungan) dan lebar median memutar (U Turn) dimana sangat berpengaruh pada perhitungan kapasitas sistem jaringan jalan. 4.2 Arus Kendaraan Arus kendaraan, yaitu analisis yang bertujuan mengetahui arus kendaraan pada suatu ruas jalan dengan menghitung volume, kecepatan, kepadatan lalulintas, jarak dan waktu antara kendaraan. Persamaan analisis arus kendaraan tersebut adalah sebagai berikut : Volume kendaraan (smp/jam): V = n / T (1.1) Kecepatan kendaraan (km/jam): U = s / t (1.2) Kepadatan kendaraan (smp/km): D = V / U (1.3) Waktu antara kendaraan (jam): H = t / D (1.4) Jarak antara kendaraan (m): S = U x H (1.5) Keterangan : n = jumlah kendaraan (smp) T = waktu pengamatan (jam) s = jarak tempuh (km) t = waktu tempuh (jam) Volume Kendaraan Volume adalah kriteria lalu-lintas dengan prinsip volume totalnya harus lebih kecil dibanding kapasitas jalan dan tidak selalu tetap, artinya akan bervariasi dan tergantung dari interval yang digunakan (musim atau bulan dalam setahun; minggu dalam sebulan; hari dalam seminggu; atau jam dalam sehari). Pengamatan dalam studi ini adalah menggunakan interval waktu selama 6 jam dalam sehari (per 15 menit) pada jam puncak dengan mempergunakan satuan smp (satuan muatan penumpang) sesuai penyesuaian konversi nilai satuan pada

3 55 tabel lampiran. Hasil empiris tersebut per ruas pengamatan disajikan pada tabel di bawah ini. TABEL IV.1 VOLUME DAN KOMPOSISI MODA PADA RUAS 1 (SIMPANG EYCKMAN SUKAMAJU) HARI KERJA (SENIN) Waktu Arah Volume Moda Rata-Rata (vol/pengamatan) MC LV HV Pagi U-S ( ) S-U Siang U-S ( ) S-U Sore U-S ( ) S-U Sumber : Survai Primer, 2007 TABEL IV.2 VOLUME DAN KOMPOSISI MODA PADA RUAS 2 (SIMPANG SUKAMAJU SUKAWANGI) HARI KERJA (SENIN) Waktu Arah Volume Moda Rata-Rata (vol/pengamatan) MC LV HV Pagi U-S ( ) S-U Siang U-S ( ) S-U Sore U-S ( ) S-U Sumber : Survai Primer, 2007

4 56 TABEL IV.3 VOLUME DAN KOMPOSISI MODA PADA RUAS 1 (SIMPANG EYCKMAN SUKAMAJU) HARI LIBUR Waktu Arah Volume Moda Rata-Rata (vol/pengamatan) MC LV HV Pagi U-S ( ) S-U Siang U-S ( ) S-U Sore U-S ( ) S-U Sumber : Survai Primer, 2007 TABEL IV.4 VOLUME DAN KOMPOSISI MODA PADA RUAS 2 (SIMPANG SUKAMAJU SUKAWANGI) HARI LIBUR (MINGGU) Waktu Arah Volume Moda Rata-Rata (vol/pengamatan) MC LV HV Pagi U-S ( ) S-U Siang U-S ( ) S-U Sore U-S ( ) S-U Sumber : Survai Primer, 2007 Keterangan : MC = motor cycle LV = light vehicle HV = heavy vehicle

5 57 Berdasarkan data dalam tabel volume lalu-lintas di atas, dapat diidentifikasi bahwa total volume lalu-lintas harian rata-rata pada hari kerja adalah sebesar kend/jam atau 9740 smp/jam pada ruas 1 dan kend/jam atau smp/jam pada ruas 2. Sedangkan total volume lalu-lintas harian ratarata pada hari libur yaitu sebesar kend/jam atau 8200 smp/jam pada ruas 1 dan kend/jam atau 8437 smp/jam pada ruas 2. dari data di atas juga dapat disimpulkan bahwa jenis kendaraan terbanyak selama pengamatan berdasarkan volumenya adalah sepeda motor, kemudian disusul kendaraan ringan (light vehicle) yang meliputi mobil penumpang, jeep, minibus, pik up, sedangkan kendaraan berat (heavy vehicle) yang meliputi truk, truk trailer dan bis menempati urutan terakhir. Berdasarkan volume smp sebagai satuan kapasitas, maka kendaraan jenis ringan (light vehicle) menempati volume terbanyak, disusul sepeda motor dan kendaraan berat (heavy vehicle) tetap menempati urutan terakhir sebagai volume kendaraan yang paling kecil. Dari data dan informasi yang diperoleh pada tabel IV.2 dan IV.3 dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan selama pengamatan dalam traffic counting pada waktu puncak hari kerja per 15 menit berkisar rata-rata 9740 smp pada ruas 1 dan smp pada ruas 2. Dengan demikian perhitungan volume lalu-lintas rata-rata per jam (persamaan 1.1) selama pengamatan pada hari kerja dapat dianalisis sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1 V1 : 9740 smp/ 6 jam = 1624/6 = 271 smp/jam Pengamatan Ruas 2 V2 : smp/ 6 jam = 1703/6 = 284 smp/jam Volume lalu-lintas rata-rata selama sejam dapat dikatakan belum melewati ketentuan daya tampung bagi Jalan Kolektor, karena jika dihubungkan dengan lalu-lintas harian rata-rata (LHR) selama 24 jam baru mencapai 6504 smp untuk ruas 1 dan mencapai 6816 smp untuk ruas 2. Dengan kata lain volume lalu-lintas harian rata-rata ini tetap masih dalam batas kapasitas smp/hari. Dimana ruas pengamatan 2 dapat menampung lebih besar volume kendaraan dibanding ruas pengamatan 1.

6 58 Sedangkan perhitungan volume lalu-lintas rata-rata per jam selama pengamatan pada hari libur (sabtu& minggu) dapat dianalisis sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1 V1 : 8200 smp/ 6 jam = 1367/6 = 228 smp/jam Pengamatan Ruas 2 V2 : 8437 smp/ 6 jam = 1407/6 = 235 smp/jam Volume lalu-lintas rata-rata selama sejam jika dihubungkan dengan lalulintas harian rata-rata (LHR) selama 24 jam mencapai 5472 smp untuk ruas 1 dan mencapai 5640 smp untuk ruas 2. Dimana ruas pengamatan 2 dapat menampung lebih besar volume kendaraan dibanding ruas pengamatan 1 pada waktu hari libur (sabtu & minggu) Kecepatan Kendaraan Kecepatan kendaraan terbagi menjadi dua bagian, yaitu kecepatan rata-rata ruang (jumlah jarak per jumlah waktu perjalanan) dan kecepatan rata-rata waktu (kecepatan rata-rata kendaraan pada satu titik pengamatan dalam interval waktu tertentu). Pada penelitian studi tundaan ini dipergunakan perhitungan kecepatan berdasarkan kecepatan rata-rata ruang (persamaan 1.2) dengan panjang rute (ruas pengamatan) sebesar 200 meter, sehingga akan didapatkan hasil perhitungan kecepatan untuk waktu puncak pada hari kerja sebagai berikut : Ruas Pengamatan 1 U1 : 200 m (0,2 km) / 1,1 menit (0,018 jam) = 11,1 km/jam Ruas Pengamatan 2 U2 : 200 m (0,2 km) / 0,9 menit (0,015 jam) = 13,3 km/jam Sedangkan hasil perhitungan kecepatan rata-rata ruang pada hari libur adalah sebagai berikut : Ruas Pengamatan 1 U1 : 200 m (0,2 km) / 0,7 menit (0,011 jam) = 18 km/jam Ruas Pengamatan 2 U2 : 200 m (0,2 km) / 0,55 menit (0,009 jam) = 22 km/jam

7 59 Hasil perhitungan di atas memperlihatkan bahwa kecepatan kendaraan dengan jarak tempuh lebih besar secara berurutan terjadi pada ruas pengamatan 2 kemudian ruas pengamatan 1 atau cenderung lebih besar pada lokasi yang jarang volume atau arus lalu-lintas. Sehingga dapat teridentifikasi bahwa variasi kecepatan berkisar 11,1-13,3 km/jam pada hari kerja dan variasi kecepatan berkisar km/jam pada hari libur. Temuan data ini dapat dibandingkan dengan standar batasan jalan kolektor yang seyogyanya sebesar km/jam (sehingga kelas jalan Sukajadi ini tergolong kelas F standar untuk jalan dalam kota). Proporsi nilai kecepatan rata-rata pada setiap ruas pengamatan dapat dilihat pada ilustrasi keterkaitan antara kecepatan rata-rata kendaraan dengan titik pengamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.1 Kecepatan Rata-rata Per Titik Pengamatan di Wilayah Studi saat hari kerja Keterangan (Gambar 4.1 dan 4.2) : X = titik ruas pengamatan (ruas 1 dan ruas 2) Y = kecepatan rata-rata ruang kendaraan

8 60 Gambar 4.2 Kecepatan Rata-rata Per Titik Pengamatan di Wilayah Studi saat hari libur Penyesuaian dengan standar kecepatan rata-rata untuk jalan wilayah studi adalah 50 km/jam pada jalan dalam kota, dimana pada lokasi pengamatan hanya berkisar antara 11,1-13,3 km/jam pada hari kerja dan antara km/jam pada hari libur atau dengan tingkat pelayanan jalan yang sangat rendah (kelas F) dengan karakteristik akan terjadi antrian panjang/kemacetan pada jam puncak/ peak hour (sibuk) Kepadatan Kendaraan Kepadatan lalu-lintas merupakan jumlah kendaraan yang lewat pada suatu bagian tertentu dari sebuah jalur jalan dalam satu atau dua arah selama jangka waktu, keadaan jalan serta lalu-lintas tertentu. Kepadatan lalu-lintas empiris (persamaan 1.3) yang terjadi di wilayah studi pada hari kerja adalah sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1 D1 : 271 smp/jam / 11 km/jam = 25 smp/km Pengamatan Ruas 2 D 2 : 284 smp/ 13,3 km = 21 smp/km Sedangkan kepadatan lalu-lintas empiris yang terjadi di wilayah studi pada hari libur adalah sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1

9 61 D1 : 228 smp/jam / 18 km/jam = 13 smp/km Pengamatan Ruas 2 D 2 : 235 smp/ 22 km = 11 smp/km Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa kepadatan lalu-lintas lebih besar pada ruas pengamatan 1 dibanding ruas pengamatan 2 baik pada hari kerja maupun pada hari libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ruas pengamatan 1 lebih berpotensial untuk terjadi tundaan dimana pada suatu waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya kemacetan Waktu Antara Waktu antara adalah lama atau rentang waktu yang dibutuhkan antar setiap kendaraan dalam melakukan pergerakan pada ruas jalan pengamatan (persamaan 1.4). Waktu antara pada setiap ruas pengamatan adalah sama walaupun sangat tergantung dengan waktu pengamatan dan kepadatan kendaraan, perhitungan waktu antara di setiap ruas tersebut pada hari kerja, adalah sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1 H 1 : 1,1 menit (0,018 jam) / 25 smp/jam = 0,0007 jam Pengamatan Ruas 2 H 2 : 0,9 menit (0,015 jam) / 21 smp/jam = 0,0007 jam Sedangkan perhitungan waktu antara di setiap ruas tersebut pada hari libur adalah sebagai berikut : Pengamatan Ruas 1 H 1 : 0,7 menit (0,011 jam)/ 13 smp/jam = 0,0008 jam Pengamatan Ruas 2 H 2 : 0,55 menit (0,009 jam)/ 11 smp/jam = 0,0008 jam Perhitungan tersebut menyatakan bahwa waktu antara bergerak kendaraan adalah sama pada ruas pengamatan 1 dan 2. Hal tersebut diakibatkan oleh kepadatan arus lalu-lintas yang juga akan menyebabkan semakin rendahnya waktu antara yang terjadi yaitu berkisar rata-rata 0,0007 jam pada hari kerja dan rata-rata

10 62 0,008 jam pada hari libur, jika dibandingkan dengan waktu antara standar yaitu antara 6 hingga 9 detik Jarak Antara Jarak antara merupakan interval antara kendaraan yang berada di depan dengan kendaraan berikutnya dan sangat berpengaruh dalam menentukan kapasitas jalan yang baik untuk bergerak kendaraan. Jarak antara dihitung berdasarkan persamaan 1.5, dengan mempertimbangkan kecepatan kendaraan dan waktu antara, sehingga jarak antara yang dihitung pada hari kerja adalah sebagai berikut : Ruas Pengamatan 1 S1 : 11,1 km/jam x 0,0007 jam = 0,0078 km (7,8m) Ruas Pengamatan 2 S2 : 13,3 km/jam x 0,0007 jam = 0,0093 km (9,3m) Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa jarak antara kendaraan akan semakin renggang/jarang atau rendahnya tingkat kepadatan lalu-lintas pada suatu ruas jalan akan menyebabkan semakin besarnya jarak yang terjadi dan sebaliknya. Jarak antara kendaraan terbesar pada ruas pengamatan adalah pada ruas pengamatan 2 (rendah) dan ruas pengamatan 1 (padat) baik itu dari pengamatan pada hari kerja maupun pada hari libur. 4.3 Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan yaitu analisis secara kualitatif tentang kecepatan atau waktu perjalanan; kebebasan; kenyamanan; ekonomi dan analisis kuantitatif tentang kapasitas, kecepatan nyata dan rasio volume per kapasitas. Persamaan tingkat pelayanan tersebut adalah sebagai berikut : Kapasitas (smp/jam): C = Co*Fw*Fks*Fsp*Fsf*Fcs (1.6) Rasio volume per kapasitas: PHF = V / C (1.7) Keterangan : Co = kapasitas dasar (smp/jam) Fw = faktor kesesuaian lebar jalur lalu-lintas

11 63 Fks = faktor kesesuaian bahu dan trotoar Fsp = faktor kesesuaian pemisahan arah Fsf = faktor kesesuaian jalur pergerakan Fcs = faktor kesesuaian ukuran kota Kapasitas Fasilitas Kapasitas fasilitas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu-lintas tertentu, dimana nilai kapasitas tersebut dapat disesuaikan antara kapasitas ideal atau dasar dengan kondisi jalan yang direncanakan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa data volume lalu-lintas pada jam puncak selama 6 jam pengamatan dikelompokkan pada jenis kendaraan cepat, berat dan sepeda motor (dalam satuan smp) beserta bagian geometri jalan dan standar empiris pada wilayah studi. Kapasitas fasilitas pada ruas pengamatan 1 dan 2 beserta kondisi lingkungannya atau yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor kesesuaian seperti lebar jalur, trotoar dan bahu jalan, pemisahan arah, jalur pergerakan dan ukuran kota. Hal tersebut akan dijelaskan secara berurutan dengan berdasar pada data hasil analisis sebelumnya dimana kapasitas fasilitas dapat dihitung berdasarkan persamaan 1.6 sebagai berikut : Ruas pengamatan 1 C1 : 5700*0,68*1,01*0,97*1,00*1,00 = 3798 smp/jam Ruas pengamatan 2 C2 : 5700*0,58*1,01*1,00*0,97*1,00 = 3238 smp/jam Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa kapasitas jalan pada ruas pengamatan 1 lebih tinggi dibanding dengan ruas pengamatan 2. Dari hasil tersebut juga dapat disimpulkan, bahwa kapasitas standar pada jalan kolektor primer tersebut masih dalam batas jika dibandingkan dengan hasil perhitungan tingkat volume pada suatu ruas pengamatan.

12 Rasio Volume Per Kapasitas Rasio volume merupakan faktor jam puncak yang perlu diketahui untuk menentukan tingkat pelayanan pada jalan tersebut, dimana merupakan perbandingan antara volume dengan kapasitas jalan. Rasio volume pada ruas pengamatan beserta kondisi lingkungannya akan dijelaskan berdasar kepada data hasil perhitungan sebelumnya, dimana dapat pula diketahui rasio volume per kapasitas dan hasil perhitungan tersebut adalah sebagai berikut : Ruas pengamatan 1 PHF1 : 1624 smp/jam / 3798 smp/jam = 0,42 Ruas pengamatan 2 PHF2 : 1703 smp/jam / 3238 smp/jam = 0,53 Data di atas menyimpulkan bahwa rasio volume per kapasitas pada pengamatan ruas 1 dan pada ruas 2 berada pada tingkat pelayanan B, dengan adanya kemungkinan terjadi tundaan. 4.4 Tundaan Tundaan, yaitu analisis waktu tundaan kendaraan dengan menghitung kecepatan kendaraan dan waktu bergerak kendaraan dengan menggunakan persamaan : Waktu bergerak kecepatan rata-rata (detik) : tl = L/U * 3600/1000 (1.8) Waktu tunda kepadatan lalu-lintas (detik) : tx = t^ - tl (1.9) Waktu tunda kepadatan lalu-lintas (%) : t = tx / ty * 100 (1.10) keterangan : L = panjang rute/jarak (km) U = kecepatan rata-rata (km/jam) Data lain yang pelu diketahui adalah :

13 65 t^ = waktu gerak rata-rata (57 detik) ty = waktu perjalanan rata-rata (75 detik) Waktu bergerak kecepatan rata-rata Waktu bergerak kendaraan dengan kecepatan rata-rata diartikan sebagai bagian integral dari tundaan kecepatan yang sangat dipengaruhi oleh unsur panjang jarak atau rute pengamatan dan batas kecepatan. Perhitungan waktu bergerak rata-rata dilakukan dengan metode batas kecepatan dan metode kecepatan setempat rata-rata dengan gangguan minimum. Perhitungan tersebut merupakan identifikasi informasi dasar besaran kecepatan yang terjadi pada saat atau keadaan terjadi gerak. Waktu bergerak kecepatan rata-rata pada hari kerja dengan menggunakan metode kecepatan setempat rata-rata per ruas dengan gangguan minimum (persamaan 1.8) adalah sebagai berikut : Ruas pengamatan 1 tl1 : 200m (0,2 km)/ 11,1 km/jam x 3600 / 1000 = 0,064 detik Ruas pengamatan 2 tl2 : 200m (0,2 km)/ 13,3 km/jam x 3600 / 1000 = 0,054 detik Sedangkan waktu bergerak kecepatan rata-rata yang dapat dihitung pada hari libur adalah sebagai berikut : Ruas pengamatan 1 tl1 : 200m (0,2 km)/ 18 km/jam x 3600 / 1000 = 0,04 detik Ruas pengamatan 2 tl2 : 200m (0,2 km)/ 22 km/jam x 3600 / 1000 = 0,032 detik Berdasarkan hasil perhitungan pada lokasi pengamatan di pusat kota tanpa gangguan langsung dari persimpangan, penyeberangan jalan dan terdapat sedikit mungkin peraturan pembatas perjalanan, maka dapat diidentifikasi bahwa waktu bergerak dengan kecepatan rata-rata pada hari kerja di ruas pengamatan 1 adalah 0,0064 detik dan ruas pengamatan 2 adalah 0,054 detik. Sedangkan pada hari libur di ruas pengamatan 1 adalah 0,04 detik dan ruas pengamatan 2 sebesar 0,032 detik. Dengan kata lain bahwa pada ruas pengamatan 1 waktu yang diperlukan

14 66 lebih lama untuk bergerak dengan kecepatan rata-rata dibanding pada ruas 2 baik pada hari kerja maupun pada hari libur Waktu Tunda Kepadatan Lalu-lintas Sebagai bagian integral dari tundaan kecepatan, maka waktu tunda kepadatan lalu-lintas dipengaruhi oleh unsur waktu gerak rata-rata dan waktu bergerak kecepatan rata-rata. Perhitungan waktu tunda kepadatan lalu-lintas dilakukan dengan metode batas kecepatan dan metode kecepatan setempat ratarata pada ruas dengan gangguan minimum. Perhitungan tersebut merupakan identifikasi informasi dasar besaran kecepatan yang terjadi pada saat atau keadaan terjadi gerak. Waktu tunda kepadatan lalu-lintas dengan menggunakan metode kecepatan setempat rata-rata pada ruas dengan gangguan minimum (persamaan 1.9) per ruas pengamatan pada hari kerja adalah sebagai berikut : Pengamatan ruas 1 tx1 : 57 detik - 0,064 detik = 56,93 detik Pengamatan ruas 2 tx2 : 57 detik 0,054 detik = 56,95 detik atau dalam persentase (persamaan 1.10) : Pengamatan ruas 1 tx1 : 56,93 detik / 75 detik x 100 = 75,91% Pengamatan ruas 2 tx2 : 56,95 detik / 75 detik x 100 = 75,93 % Sedangkan waktu tunda kepadatan lalu-lintas per ruas pengamatan pada hari libur adalah sebagai berikut : Pengamatan ruas 1 tx1 : 57 detik - 0,04 detik = 56,96 detik Pengamatan ruas 2 tx2 : 57 detik 0,032 detik = 56,97 detik atau dalam persentase (persamaan 1.10) : Pengamatan ruas 1

15 67 tx1 : 56,96 detik / 75 detik x 100 = 75,95% Pengamatan ruas 2 tx2 : 56,97 detik / 75 detik x 100 = 75,96 % Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu tunda kepadatan lalu-lintas pada pengamatan hari kerja di ruas jalan 1 berkisar 56,93 detik atau 75,91% sedangkan pada ruas 2 waktu tunda kepadatan lalu-lintas yang ditimbulkan berkisar 56,95 detik atau 75,93 %. Sedangkan waktu tunda kepadatan lalu-lintas yang ditimbulkan pada hari libur di ruas jalan 1 berkisar 56,96 detik atau 75,95% sedangkan pada ruas 2 waktu tunda kepadatan lalu-lintas yang ditimbulkan berkisar 56,97 detik atau 75,96 % atau dengan kata lain waktu tunda terbesar adalah pada ruas jalan 1 dibanding ruas jalan 2 meskipun tidak terlalu signifikan (tergolong sama pada kedua ruas pengamatan baik pada hari kerja maupun pada hari libur). Dengan kata lain bahwa telah terjadi tundaan yang sangat besar pada masing-masing ruas tersebut. Waktu tunda tersebut telah melebihi ketentuan atau standar baku waktu tunda yang berkisar antara 12 hingga 33 detik untuk standar jalan perkotaaan termasuk jalan kolektor.

16 Jalan Setiabudi Gambar 4.4 Peta Gambaran AkumulasiTundaan di kedua ruas dengan Waktu Tundaan A= arus kendaraan yg padat, kendaraan yg keluar masuk jalan lingkungan guna lahan sekitar,lampu lalu lintas B= 2,5 detik C= 13,3-22 km/jam D= 56,93 detik A= kendaraan parkir di badan jalan, angkot ngetem, arus padat, guna lahan sekitar, perilaku pemakai jalan B= 2,8 detik C= 11,1-18 km/jam D= 56,97 detik Jalan Bungur Tanjung Jalan Karang Tinggal Jalan Karang Sari Jalan Sirnamanah Jalan Sukamaju Legenda : A B C D Batas Ruas Lokasi antara Jalan Karang Tinggal dengan Bank BNI SimpangJalan Eykcman Lokasi antara Bank Niaga (simpang Jalan Sirnamnah dgn RM Tomodachi(simpang Jalan Karang Sari) Peyebab tundaan di lokasi Waktu antara kendaraan Kecepatan Rata-rata Waktu Tundaan yang terjadi U Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

17 Penyebab Terjadinya Tundaan Di Jalan Sukajadi Berdasarkan Waktu dan Lokasi Tundaaan Berdasarkan survai primer yang telah dilakukan di lokasi studi, terdapat sepuluh buah penyebab tundaan kecepatan pada kendaraan pribadi beroda empat di Jalan Sukajadi. Penyebab-penyebab ini diidentifikasi dengan dan dapat juga tanpa melihat arah maupun hari dan waktu terjadinya tundaan tersebut. Penyebabpenyebab tersebut adalah kendaraan yang keluar masuk jalan guna lahan sekitar, kendaraan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang, penyeberang jalan, arus kendaraan yang padat, lampu lalu-lintas, kendaraan yang bergerak lamban, kondisi fisik jalan, adanya aktivitas pasar/toko atau pedagang kaki lima, kendaraan yang parkir di badan jalan, penyebab kecil lainnya seperti faktor manusia. Adapun penyebab-penyebab tundaan ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tundaan yang bersifat operasional dan tundaan yang bersifat tetap. Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari suatu unsur lalu-lintas, baik dari dalam arus lalu-lintas itu sendiri maupun arus lalulintas dari luar. Sedangkan tundaan yang bersifat tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh alat-alat pengendali lalu-lintas, terutama yang terdapat di persimpangan jalan. Selain itu, penyebab-penyebab tersebut juga dapat digolongkan berdasarkan unsur-unsur sistem dalam sistem transportasi mikro. Unsur-unsur sistem tersebut meliputi sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan. Arus lalu-lintas timbul karena adanya interaksi antara sistem aktifitas dengan sistem jaringan dimana interaksi ini mengakibatkan terjadinya sistem pergerakan. Sistem aktifitas merupakan penduduk dengan segala kegiatannya sedangkan sistem jaringan merupakan fasilitas perangkutan, baik sarana maupun prasarana, dan pelayanannya. Adanya kegiatan penduduk dan sistem jaringan yang mendukung akan mempengaruhi pola pergerakan penduduk. Sistem pergerakan ini juga akan mempengaruhi sistem aktifitas yang terjadi. Kebijaksanaan di bidang transportasi dan tata ruang yang dibuat oleh pemerintah juga akan berpengaruh terhadap pola pergerakan yang ada. Adapun kebijaksanaan yang menetapkan Jalan Sukajadi sebagai salah satu kawasan floating zone telah

18 70 mengakibatkan terjadinya perubahan guna lahan yang juga mengakibatkan perubahan bangkitan dan perubahan tarikan pergerakan. Perubahan pergerakan ini juga akan mempengaruhi sistem jaringan yang ada. Bila kondisi jaringan jalan dibiarkan pada kondisi eksisting maka akan terjadi masalah pada sistem jaringan jalan seperti kemacetan dan menurunnya tingkat pelayanan jalan. Dari penyebab-penyebab tundaan yang terjadi di Jalan Sukajadi, sebagian besar merupakan tundaan yang terjadi dalam sistem pergerakan yaitu arus lalulintas. Sedangkan penyebab-penyebab tundaan lainnya, seperti penyeberang jalan, pasar atau pedagang kaki lima, dan faktor manusia merupakan tundaan yang terjadi dalam sistem kegiatan di Jalan Sukajadi karena melibatkan penduduk dengan segala aktifitasnya. Sedangkan penyebab tundaan kondisi fisik jalan dan lampu lalu-lintas termasuk dalam sistem jaringan karena merupakan sarana atau prasarana transportasi. TABEL IV.5 Penyebab, Jenis Tundaan, serta Unsur Sistem Transportasi Penyebab Tundaan di Jalan Sukajadi No Penyebab Tundaan Jenis Tundaan Unsur Sistem Transportasi a Lampu lalu-lintas tetap jaringan b Kendaraan yang keluar masuk jalan lingkungan sekitar operasional pergerakan c Kendaraan yang keluar masuk guna lahan sekitar operasional pergerakan d Arus kendaraan yang padat operasional pergerakan e Pasar, toko, dan PKL operasional kegiatan f Kendaraan yang parkir di badan jalan operasional pergerakan g Kendaraan yang bergerak lamban operasional pergerakan h Angkutan umum yang menaikkan dan operasional pergerakan

19 71 menurunkan penumpang i Penyeberang jalan operasional kegiatan j Faktor lainnya kendaraan mogok, kendaraan yang berbalik arah operasional kegiatan Sumber : Survai Primer, 2007 Berikut ini akan dijabarkan lebih dalam mengenai masing-masing penyebab terjadinya tundaan kecepatan di Jalan Sukajadi serta waktu tundaan yang ditimbulkan oleh penyebab tundaan tersebut berdasarkan perhitungan dan pengamatan dan juga berdasarkan lokasi dimana tempat masing-masing tundaan tersebut terjadi Lampu Lalu-lintas Jalan Sukajadi memiliki tiga buah lampu lalu-lintas yang masing-masing menghubungkan Jalan Sukajadi dengan Jalan Cemara/Jalan Sirnamanah, Jalan Bungur Tanjung dan Jalan Pasir Kaliki (perbatasan dengan simpang Jalan Eyckman). Pengaturan waktu antara lampu merah, kuning, dan hijau suatu lampu lalu-lintas akan bergantung pada jenis persimpangan dan volume lalu-lintas di masing-masing persimpangan. Oleh karena itu, jenis persimpangan sangat mempengaruhi pengaturan waktu dari suatu lampu lalu-lintas yang pada akhirnya akan mempengaruhi waktu tunda yang terjadi di masing-masing persimpangan tersebut. Dari lampu lalu-lintas ini, dua diantaranya terletak di simpang empat dan satu lainnya terletak di simpang tiga. Terdapat persimpangan-persimpangan yang memiliki jarak antar persimpangan yang sangat dekat. Dengan jarak antar persimpangan yang dekat dan tidak adanya koordinasi antar lampu lalu-lintas maka terjadi antrian kendaraan yang panjang di sepanjang jalan yang dibatasin oleh lampu lalu-lintas tersebut. Hal ini diperparah oleh adanya jenis-jenis tundaan lain dengan jarak antar tundaan yang sangat dekat yang seringkali terjadi di sepanjang jalan ini sehingga waktu tunda yang diakibatkan oleh masing-masing lampu lalu-lintas tidak dapat dibedakan sesuai dengan jenis persimpangannya.

20 Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Gambar 4.4 Peta Lokasi Tundaan Lampu Lalu Lintas Jalan Karang Sari Keterangan : WT = 71 detik Jalan Bungur Tanjung Jalan Cemara Jalan Sirnamanah WT = 75 detik Batas Ruas Lokasi simpang Jalan Sukajadi dengan Jalan Cemara Jalan Karang Tinggal Jalan Sukamaju Lokasi simpang Jalan Sukajadi dengan Jalan Bungur Tanjung Lokasi batas Jalan Sukajadi dgn Jalan Pasir Kaliki (perbatasan dengan simpang Jalan Eyckma n) WT Waktu Tunda Jalan Sukagalih U WT = 87 detik Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

21 73 Dari tiga buah lampu lalu-lintas yang ada di sepanjang ruas wilayah studi Jalan Sukajadi tersebut menghasilkan waktu tundaan yang berbeda-beda. Waktu tundaan terbesar terjadi yaitu pada lampu lalu-lintas yang menghubungkan Jalan Sukajadi (arah U-S) dengan Jalan Pasir Kaliki (perbatasan dengan simpang Jalan Eyckman) yaitu sebesar 87 detik. Sedangkan waktu tundaan yang ditimbulkan pada persimpangan empat juga berbeda. Waktu tundaan yang terjadi pada simpang Jalan Sukajadi dengan Jalan Cemara/Jalan Sirnamanah yaitu rata-rata sebesar 75 detik. Sedangkan terhadap persimpangan dengan Jalan Bungur Tanjung waktu tundaaan yang terjadi adalah sebesar 71 detik. Yang menjadi salah satu permasalahan lain yaitu karena terlalu lamanya lampu lalu-lintas yang menandakan untuk berhenti, sementara di sisi lain arus peningkatan volume kendaraan yang berada di Jalan Sukajadi ini terus bertambah dengan cepat yang dapat dilihat dengan antrian kendaraan yang sangat panjang. Sehingga tidaklah mengherankan meskipun ketika lampu lalu-lintas menandakan untuk berjalan, arus kendaraan di ruas jalan ini tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan lancar Kendaraan yang Keluar Masuk Jalan Lingkungan Sekitar Jalan Sukajadi merupakan salah satu jalan utama yang menghubungkan Wilayah Bojonagara dengan wilayah-wilayah lainnya di Kotamadya Bandung. Oleh karena itu, di sekitar Jalan Sukajadi terdapat juga jalan-jalan kolektor, arteri, maupun lokal yang menghubungkan Wilayah Bojongara dengan wilayah lainnya dan begitu pula sebaliknya. Jalan - jalan tersebut antara lain ialah Jalan Sukawangi, Jalan Sukaasih, Jalan Setiabudi, Jalan Sindang Sirna, Jalan Karang Sari, Jalan Bungur Tanjung, Jalan Cemara, Jalan Sirnamanah, Jalan Karang Tinggal, Jalan Sukamaju, dan Jalan Sukagalih. Jalan-jalan ini tidak hanya menghubungkan penduduk antar wilayah tetapi juga menghubungkan penduduk dengan berbagai jenis guna lahan yang terdapat di sekitar Jalan Sukajadi ini, seperti perumahan, perdagangan, pemerintahan, pendidikan dan pariwisata. Oleh karena itu, masalah seringkali terjadi pada saat kendaraan-kendaraan keluar masuk jalan-jalan tersebut. Dengan volume kendaraan yang tinggi pada jam-jam puncak (dapat dilihat dalam Tabel IV.1-IV.4), tentu saja hal ini akan

22 74 menimbulkan masalah bagi kendaraan lainnya. Hal ini disebabkan oleh gerakan membelok kendaraan yang tidak lancar. Kendaraan yang belok kiri akan sedikit menimbulkan gangguan bagi kendaraan lainnya, namun kendaraan yang belok ke kanan harus menunggu kesempatan untuk belok dan menyebabkan adanya tundaan bagi kendaraan lainnya. Kesempatan untuk belok menjadi bertambah sulit bila volume kendaraan sangat tinggi. Sehingga keadaan ini pada akhirnya akan menimbulkan tundaan bagi ruas Jalan Sukajadi itu sendiri. Pada kasus Jalan Bungur Tanjung, Jalan Cemara, serta Jalan Sirnamanah, gangguan dalam berbelok pada Jalan sukajadi ini tidak terjadi sehingga tidak akan menimbulkan waktu tundaan karena pada ruas jalan tersebut diatur oleh lampu lalu-lintas. Adapun volume kendaraan dan waktu tundaan yang terjadi akibat kendaraan yang keluar masuk pada jalan lingkungan sekitar berbeda tiap jalan. Pada jam puncak, jalan Sukagalih dengan rata-rata volume kendaraan sebesar 165 smp/jam mengakibatkan waktu tundaan sebesar 7 detik. Jalan Sukamaju dengan rata-rata volume kendaraan sebesar 131 smp/jam dapat mengakibatkan waktu tundaan sebesar 5 detik. Pada Jalan Karang Tinggal dengan volume rata-rata mencapai 118 smp/jam mengakibatkan waktu tundaan sebesar 5 detik. Pada lokasi Jalan Karang Sari dengan volume kendaraan rata-rata sebesar 152 smp/jam menimbulkan waktu tundaan sebesar 9 detik. Sedangkan pada Jalan Sukawangi dengan volume kendaraan sebesar 106 smp/jam menimbulkan waktu tundaan sebesar 4 detik. Waktu tundaan yang terbesar akibat pengaruh kendaraan yang keluar masuk jalan lingkungan sekitar yaitu terjadi pada ruas Jalan Sukagalih dan Jalan Karang Sari yaitu rata-rata berkisar 7 hingga 9 detik. Keadaan ini diakibatkan adanya pengaruh dari akivitas di sekitar Jalan Sukagalih berupa daerah pertokoan sehingga menimbulkan banyak tarikan pergerakan di jalan tersebut. Begitu juga pada Jalan Karang Sari juga mendapat pengaruh dari ruas jalan yang dilewati oleh angkutan umum (Jurusan Caheum-Ledeng) yang menuju Jalan Sukajadi.

23 WT = 4 detik Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Jalan Karang Sari WT = 9 detik Gambar 4.5 Peta Lokasi Tundaan Kendaraan Keluar Masuk Jalan Lingkungan Sekitar Keterangan : Jalan Bungur Tanjung Jalan Cemara Jalan Sirnamanah Jalan Karang Tinggal Jalan Karang Sari Jalan Sukawangi Jalan Karang Tinggal WT = 5 detik Jalan Sukamaju WT = 5 detik WT Jalan Sukagalih Jalan Sukamaju Waktu Tunda Jalan Sukagalih U WT = 7 detik Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

24 Kendaraan yang Keluar Masuk Guna Lahan Sekitar Perubahan guna lahan di Jalan Sukajadi dapat dikatakan sangat cepat. Jalan Sukajadi yang pada awalnya didominasi oleh guna lahan perumahan, saat ini telah didominasi oleh guna lahan komersial (Gambar 3.1 peta guna lahan). Hal ini disebabkan oleh diberlakukannya Jalan Sukajadi sebagai salah satu floating zone di Kota Bandung sehingga banyak guna lahan perumahan yang berubah menjadi daerah komersial maupun dari niaga/perusahaan/bank. Satu yang menjadi masalah adalah letak pintu masuk dan keluar dari guna lahan komersial tersebut. Banyak sekali dari guna lahan komersial itu yang berlokasi di tempat-tempat yang sangat menganggu arus lalu-lintas. Sebagai salah satu contoh misalnya seperti guna lahan komersial yang berlokasi dekat dengan lampu lalu-lintas. Dengan volume kendaraan yang tinggi dan arus kendaraan yang padat, keberadaan lampu lalulintas itu sendiri telah mengakibatkan adanya waktu tunda yang cukup besar bagi para pengendara kendaraan namun dengan adanya pintu keluar masuk guna lahan yang dekat dengan lampu lalu-lintas maka banyak pengendara kendaraan yang harus menanggung waktu tunda yang lebih banyak lagi akibat kendaraan yang keluar masuk guna lahan tersebut cukup banyak. Hal ini dapat dilihat pada keberadaan Hotel Garyota dan Bank Niaga yang berlokasi tepat pada simpang empat dekat lampu lalu-lintas. Arus kendaraan yang keluar masuk dari aktivitas hotel dan terutama kantor bank ini pada jam puncak dapat menimbulkan waktu tundaan sebesar 17 detik. Selain daripada lokasi aktivitas komersial maupun perkantoran yang dekat dengan lampu lalu-lintas, keberadaan aktivitas komersial pada lokasi lain menurut perhitungan juga menimbulkan waktu tundaan terhadap kelancaran lalu-lintas. Salah satu aktivitas komersial yang menyumbang waktu tundaan terbesar oleh guna lahan sekitar ialah pusat perbelanjaan Paris Van Java. Waktu tundaan yang diakibatkan oleh kendaraan yang keluar masuk dari pusat perbelanjaan ini dapat mencapai rata-rata sebesar 15 detik pada hari biasa. Sedangkan pada hari libur seperti pada hari Sabtu dan Minggu dapat mencapai rata-rata sebesar 25 detik. Selain Mall Paris Van Java, keberadaan guna lahan komersial Restoran Tomodachi yang berlokasi dekat dengan persimpangan empat dan Restoran

25 77 D Cost Seafood juga menghasilkan waktu tundaan pada aktivitas lalu-lintas di ruas Jalan Sukajadi. Kendaraan yang keluar masuk dari Restoran Tomodachi menghasilkan waktu tundaan sebesar 12 detik sedangkan pada Restoran D Cost Seafood akan menghasilkan waktu tundaan sebesar 9 detik. Kedua restoran ini menurut pengamatan pada umumnya menimbulkan waktu tundaan pada hari libur (sabtu & minggu) karena akan ramai didominasi oleh arus pengunjung yang berasal dari luar Kota Bandung. Selain itu aktivitas komersial lain seperti factory outlet Vinotti Living & Rainbow menghasilkan waktu tundaan sebesar 5 detik yang dari pengamatan umumnya terjadi pada hari libur. Sedangkan aktivitas pertokoan Twig House pada hari biasa maupun hari libur mengakibatkan waktu tundaan sebesar 8 detik pada ruas Jalan Sukajadi ini. Selama pengamatan survey dalam kasus keberadaan guna lahan sekitar ruas Jalan Sukajadi ini sebenarnya masih terdapat beberapa lagi aktivitas komersial seperti toko buku Kanisius, Hotel Panissan, Hotel Sukajadi, Restoran Korean & Japanesse Food, Factory Oulet serta aktivitas kegiatan lainnya seperti perkantoran dan perumahan, namun tidak terlalu mempengaruhi proporsi waktu tundaan yang terjadi karena pada guna lahan tersebut arus kendaraan yang terjadi sangat sedikit bahkan cenderung mendekati sepi. Masalah lain yang dapat timbul dari aktivitas guna lahan ini adalah apabila fasilitas parkir yang disediakan tidak mencukupi (akan dibahas dalam pembahasan penyebab parkir badan jalan). Hal ini akan mengakibatkan terjadinya antrian panjang kendaraan yang ingin masuk yang tentu saja akan mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.

26 WT 2 = 9 detik Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Gambar 4.6 Peta Lokasi Tundaan Kendaraan yang Keluar Masuk Guna Lahan Sekitar WT 2 = 12 detik Jalan Karang Sari Keterangan : WT 1 = 17 detik Jalan Bungur Tanjung Jalan Cemara Jalan Sirnamanah WT 2 = 5 detik Kantor Bank Niaga FO Vinotti Living & Rainbow Paris Van Java Jalan Karang Tinggal Pertokoan Twig House WT 1 = 15 detik WT 2 = 25 detik Jalan Sukagalih Jalan Sukamaju Restoran Tomodachi Restoran D Cost Seafood WT1 WT 2 Waktu Tunda Hari Libur Waktu Tunda Hari Kerja U WT 2= 8 detik Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

27 Arus Kendaraan yang Padat Arus kendaraan yang padat seringkali terjadi pada daerah-daerah yang banyak dilewati oleh kendaraan bermotor. Daerah-daerah ini biasanya memiliki guna lahan perdagangan dan jasa. Bila kita amati kondisi Jalan Sukajadi, maka akan terlihat bahwa semakin ke selatan kendaraan yang lewat akan semakin banyak dan tentu saja akan semakin padat. Hal ini disebabkan oleh guna lahan Jalan Sukajadi yang semakin ke selatan semakin banyak guna lahan perdagangan dan jasa yang merupakan salah satu faktor penarik pergerakan. Waktu tunda yang ditimbulkan oleh arus kendaraan yang sangat padat akan sulit untuk diketahui. Namun waktu tunda ini dapat diketahui dengan membandingkan waktu tempuh kendaraan pada saat arus kendaraan tidak padat (waktu tempuh bergerak) dengan waktu tempuh kendaraan pada saat arus kendaraan padat (waktu tempuh perjalanan). Perbedaan antara kedua waktu tersebut merupakan waktu tunda akibat arus kendaraan yang padat. TABEL IV.6 Waktu Tunda dan Volume Moda Rata-rata di Jalan Sukajadi Berdasarkan Hari dan Waktu (detik) Waktu Volume Moda Waktu Tempuh Waktu Tempuh Rata-rata Arah Perjalanan Bergerak (smp/jam) Waktu Tunda Waktu/Hari Kerja Libur Kerja Libur Kerja Libur Kerja Libur Pagi U-S S-U Siang U-S S-U Sore U-S S-U Sumber : Hasil Perhitungan, 2008 Dari hasil perhitungan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa dampak arus kendaraan yang padat dengan volume moda yang melintas di Jalan Sukajadi ini yang mencapai rata-rata 1782 smp/jam hingga 2681 smp/jam mengakibatkan

28 80 waktu tunda dengan rata-rata antara 36 hingga 57 detik. Arus kendaraan terbesar pada hari kerja terjadi pada sore hari yang mencapai 2681 smp/jam dan menimbulkan waktu tunda sebesar 52 detik. Hal ini terjadi tentu karena mengingat bahwa pada jam-jam di sore hari aktivitas lalu-lintas dipadati oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum yang baru pulang dari aktivitas kerja maupun dari para pelajar yang baru pulang dari beraktivitas sekolah. Sedangkan pada hari libur seperti hari sabtu atau minggu, volume moda terbesar terjadi pada sore hari yang rata-rata dapat mencapai 2197 smp/jam dengan waktu tunda sebesar 59 detik. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari arus kendaraan yang berasal dari luar maupun dalam Kota Bandung yang akan menuju pusat komersial (aktivitas perdagangan) seperti pusat perbelanjaan, restoran maupun kegiatan jasa seperti hotel Aktivitas Pasar, Pertokoan atau Pedagang Kaki Lima Kegiatan Pasar, pertokoan dan pedagang kaki lima terdapat di ruas Jalan Sukajadi terutama di daerah yang dibatasi simpang Jalan Sederhana dengan Jalan Sukamaju (terusan menuju Jalan Pasirkaliki). Kegiatan ini umumnya mulai terjadi dari pagi hari hingga ke sore hari. Masalah timbul karena beberapa aktivitas ini dapat menempati sebagian badan jalan sehingga para konsumen pun memarkirkan kendaraannya di badan jalan juga. Dan karena sebagian badan jalan dipakai oleh pedagang dan mobil/motor yang parkir maka angkutan umum juga ikut-ikutan menggunakan badan jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Hal seperti ini tentu saja akan mempengaruhi kelancaran arus lalu-lintas yang pada akhirnya akan mengakibatkan meningkatnya waktu tunda yang dialami oleh kendaraan. Adapun kegiatan pasar dan pedagang kaki lima ini secara umum beraglomerasi di sepanjang ruas jalan Sukajadi (setelah Paris Van Java mall dan SDN 3 Sukajadi) hingga mencapai sebelum lampu lalu-lintas perbatasan Jalan Sukajadi dengan Jalan Pasir Kaliki. Waktu tunda yang diakibatkan oleh keberadaan aktivitas ini rata-rata berkisar 6 detik pada depan daerah pertokoan besi dan listrik. Sedangkan pasar yang terletak pada daerah yang berdekatan dengan lampu lalu-lintas dan simpang Jalan Sukagalih, waktu tunda yang terjadi pada lokasi ini rata-rata sebesar 7 detik.

29 Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Gambar 4.7 Peta Lokasi Tundaan Aktivitas Pasar dan Pedagang Kaki Lima Jalan Karang Sari Keterangan : Jalan Bungur Tanjung Jalan Karang Tinggal Jalan Cemara Jalan Sirnamanah Batas Ruas Lokasi Pedagang Besi dan Alat Elektronik Pasar Penjual Bahan Sembako dan Penjual Buah Jalan Sukamaju WT Waktu Tunda WT = 6 detik Jalan Sukagalih WT = 7 detik U Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

30 Kendaraan yang Parkir di Badan Jalan Kendaraan yang parkir di badan jalan tidak saja mengganggu kelancaran arus lalu-lintas tetapi juga mengurangi daya tampung jalan tersebut terhadap kendaraan. Pada hari-hari biasa maupun hari libur, kegiatan parkir di badan jalan terjadi di sekitar guna lahan perdagangan (komersial) dan jasa dengan semuanya menggunakan sistem parkir 0. Fasilitas perdagangan dan jasa pada ruas jalan ini tidak dilengkapi dengan fasilitas parkir yang mencukupi sehingga mengakibatkan para konsumen menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir. Hal ini terjadi sepanjang hari di ruas Jalan Sukajadi ini, namun sebagian besar hanya terjadi di ruas perbatasan antara Jalan Sukamaju dan Jalan Eyckman karena volume kendaraan pada ruas ini sangat tinggi dan juga terjadi berbagai kegiatan yang menghambat pergerakan kendaraan, seperti angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang dan penyeberang jalan yang bertindak sembarangan. Berdasarkan pengamatan keberadaan aktivitas parkir di badan jalan pada ruas ini terjadi di seberang dari lokasi Mall Paris Van Java (arah U-S dari Jalan Sukajadi). Parkir di badan jalan tersebut menggunakan lebar jalan kira-kira ¾ m dari badan jalan dan dimanfaatkan oleh ojeg atau sepeda motor lainnya yang memarkirkan kendaraannya. Waktu tunda yang diakibatkan oleh keberadaan parkir badan jalan oleh sepeda motor ini ialah sebesar 9 detik. Keberadaan parkir badan jalan pada ruas ini juga terdapat di hampir semua daerah depan pertokoan atau ruko di sepanjang Jalan Sukajadi ini (setelah Paris Van Java Mall). Pada daerah ini parkir badan jalan tersebut menggunakan lebar sebesar 1 ¼ m dari badan jalan yang dimanfaatkan oleh kendaraan bermotor seperti mobil dan truk yang mendominasi. Adapun waktu tunda yang ditimbulkan dari parkir badan jalan ini yaitu rata-rata sebesar 12 detik. Sedangkan pada ruas Jalan Sukajadi yang dibatasi oleh simpang Jalan Sukawangi dengan Jalan Cemara timbulnya kondisi parkir di badan jalan ini didapati pada hari libur yaitu di daerah komersial tepatnya di lokasi Restoran Tomodachi dan Restoran D Cost Seafood. Keberadaan parkir badan jalan pada kedua restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh ini terjadi karena tidak mencukupinya fasilitas parkir yang disediakan oleh pihak pengelola. Sementara di

31 WT = 10 detik L = 1,5 m Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Jalan Karang Sari Gambar 4.8 Peta Lokasi Tundaan Kendaraan Parkir di Badan Jalan Keterangan : Jalan Bungur Tanjung Jalan Karang Tinggal Jalan Cemara Jalan Sirnamanah Jalan Sukamaju WT Batas Ruas Lokasi Depan SDN 3 Sukajadi - RM Citra Minang Lokasi Depan Restoran Tomodachi - D Cost Seafood Lokasi Depan Toko Sukajadi - Batas Simpang Sederhana WT = 9 detik L = 0,75 m L Lebar Parkir Waktu Tunda Jalan Sukagalih Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman WT = 12 detik L = 1,25 m U 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

32 84 sisi lain jumlah kendaraan yang akan mengunjungi kedua restoran ini melebihi luas lahan parkir yang tersedia terutama pada hari libur. Sehingga tidak dapat terelakkan lagi bahwa alternatif satu-satunya dari pihak pengelola restoran yaitu dengan membuat kendaraan tersebut parkir pada badan jalan di depan restoran tersebut. Adapun lebar parkir yang digunakan tersebut mencapai 1 ½ m dari bdan jalan dengan dominasi kendaraan mobil yang menggunakan parkir tersebut. Sehingga waktu tunda yang ditimbulkan dari pemakaian parkir badan jalan di depan kedua restoran ini rata-rata mencapai 10 detik. Sehingga secara umum dari hasil pengamatan di lapangan ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan parkir di badan jalan ini sangat mengganggu kelancaran arus lalu-lintas terutama pada siang dan sore hari dimana volume lalu-lintas kendaraan dan kepadatan kendaraan juga sudah sangat tinggi sehingga waktu tunda pun akan menjadi bertambah lagi Kendaraan yang Bergerak Lamban Kendaraan yang bergerak lamban cukup mengganggu pengguna kendaraan lainnya di Jalan Sukjadi ini. Walaupun kendaraan yangb bergerak lamban ini tidak terlalu dominan sebagai faktor penyebab tundaan sehingga tidak terlalu menimbulkan waktu tunda yang besar namun keberadaannya di Jalan Sukajadi cukup mengganggu kelancaran pergerakan kendaraan lainnya. Adapun umumnya kendaraan yang bergerak lamban adalah sepeda, becak, sepeda motor, maupun angkutan umum yang sedang mencari penumpang, gerobak atau bahkan juga kendaraan pribadi itu sendiri. Namun dengan lebar efektif jalan yang sangat terbatas dan arus kendaraan yang padat, maka kendaraan yang bergerak lamban ini akan sangat mengganggu kelancaran arus lalu-lintas di Jalan Sukajadi ini. Kendaraan yang bergerak lamban juga dapat disebabkan oleh adanya berbagai gangguan yang terjadi di sekelilingnya. Secara umum dari pengamatan selama survey pada ruas Jalan Sukajadi ini, terciptanya kondisi dari kendaraan yang bergerak lamban ini terjadi di sekitar ruas jalan depan Paris Van Java Mall, di daerah perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Karang Tinggal, dan juga di daerah sebelum perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Bungur Tanjung. Di sekitar ruas jalan depan Paris Van Java Mall,

33 Jalan Setiabudi Jalan Sukawangi Gambar 4.9 Peta Lokasi Tundaan Kendaraan yang Bergerak Lamban WT = 5 detik Jalan Bungur Tanjung Jalan Karang Sari Jalan Cemara Jalan Sirnamanah Keterangan : Batas Ruas Lokasi daerah sebelum perempatan simpang Jalan Bungur Tanjung Jalan Karang Tinggal Jalan Sukamaju WT = 6 detik Lokasi simpang Jalan Sukajadi dengan Jalan Karang Tinggal Lokasi daerah depan pintu masuk Paris Van Java WT = 5 detik WT Waktu Tunda Jalan Sukagalih U Jalan Sederhana Jalan Prof. Eykcman 1 : ,143 0,286 0,429 0,572 Km Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2007 KAWASAN JALAN SUKAJADI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

34 86 kendaraan yang bergerak lamban lebih disebabkan karena angkutan umum yang mencari penumpang sehingga menimbulkan waktu tundaan rata-rata sebesar 5 detik. Pada daerah perempatan Jalan Sukajadi dengan Karang Tinggal, kendaraan yang bergerak lamban tersebut lebih diakibatkan karena kendaraan becak, ojeg sepeda motor, dan angkutan umum yang mencari penumpang dengan waktu tundaan yang ditimbulkan rata-rata sebesar 6 detik. Sedangkan di daerah sebelum perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Bungur Tanjung, lebih disebabkan karena faktor kendaraan pribadi itu sendiri dan angkutan umum yang mencari penumpang dengan waktu tundaan yang ditimbulkan rata-rata sebesar 5 detik Angkutan Umum yang Menaikkan dan Menurunkan Penumpang Jalan Sukajadi ini dilayani oleh empat trayek angkutan umum dan satu trayek angkutan umum bis. Adapun trayek angkutan umum tersebut yaitu jurusan Cibaduyut-Karang Setra (arah U-S dan S-U), Ciroyom-Sarijadi (arah U-S dan S- U), St.Hall-Lembang (arah S-U), serta jurusan Sukajadi-Kalapa (arah U-S). Sedangkan trayek angkutan umum bis Damri yang melayani jurusan Ledeng- Leuwi-Panjang (arah U-S). Banyaknya trayek yang melayani Jalan Sukajadi ini seringkali menimbulkan masalah. Beberapa dari angkutan umum yang melayani jalan ini tidak jarang terlihat saling berebut penumpang. Selain itu masalah yang timbul adalah kebiasaan angkutan umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Dengan lebar efektif jalan yang sangat terbatas, perilaku angkutan umum seperti ini tentu saja sangat mengganggu kendaraan pengguna jalan lainnya. Hal ini tidak saja dilakukan oleh angkutan umum saja tetapi juga oleh angkutan umum bis. Bis dengan satuan muatan penumpang yang besar tentu saja akan mengganggu arus lalu-lintas bahkan bisa sampai menimbulkan kemacetan bila menaikkan dan menurunkan penumpang. Adapun lokasi dimana aktivitas angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang ini antara lain terjadi pada daerah sesudah perempatan Jalan Sukajadi dengan Jalan Sirnagalih yang menimbulkan waktu tundaan ratarata 15 detik dan berdasarkan pengamatan selama seminggu umumnya dilakukan oleh angkutan umum dengan jurusan Cibaduyut-Karang Setra (arah U-S). Selain

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI Rumusan akhir dalam studi karakteristik tundaan disajikan dalam dua bagian yang saling terkait dan melengkapi sebagai jawaban terhadap pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan Karangmenjangan Jalan Raya Nginden jika dilihat berdasarkan Dinas PU

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur kerja Proses analisis evaluasi dan upaya peningkatan kinerja lalu lintas di perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan atau metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA 4.1 DASAR-DASAR PENGUMPULAN DATA Perancangan simpang yang individual atau tidak terkoordinasi dengan simpang lainnya pada prinsipnya hanya dipengaruhi oleh kendaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG Rio Reymond Manurung NRP: 0721029 Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T.,M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan pada Simpang Gintung, maka diperoleh data geometrik simpang dan besar volume lalu lintas yang terjadi pada simpang tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Ruas Jalan HB.Yasin Kota Gorontalo merupakan jalan Nasional yang menghubungkan berbagai pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal di Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Teks B. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Teks B. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir 99 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Teks Meyer, M.D. dan Miller, E.J., Urban Transportation Planning, Mc.Graw- Hill:New York, 1984,6-8. Sukirman,S., Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova: Bandung, 1994,17-39.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan 29 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Data Hotel Malioboro Hotel direncanakan memliki kamar sebanyak 30 unit dan fasilitas parkir yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan sekitar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv viii x xi xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas ( BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum dan Latar Belakang Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain. Sejalan dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, baik

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 UMUM Analisa kinerja lalu lintas dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan, dan dimaksudkan untuk melihat apakah suatu jalan masih mampu memberikan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian integral dari masyarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Secara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan pada Bab I. Metodologi penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penulisan ini berdasarkan pada metode analisa kinerja ruas jalan yang mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian deskriptif (Narbuko dan Achmadi, 2008) adalah jenis penelitian yang berusaha

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam pengolahan data ini, data-data yang dibutuhkan adalah : 1. Data Jumlah Mahasiswa pada setiap Fakultas Menggunakan data tersebut karena mahasiswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persimpangan merupakan pertemuan dari beberapa ruas jalan yang memungkinkan terjadinya perpindahan kendaraan dari suatu ruas jalan ke ruas jalan lainnya. Daerah persimpangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi 61 IV. DATA PENELITIAN A. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam analisis yakni terdiri dari data primer dan data sekunder. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi

Lebih terperinci

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997 Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997 Monita Sailany Watuseke M. J. Paransa, Mecky R. E. Manoppo Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi Aan Prabowo NRP : 0121087 Pembimbing : Silvia Sukirman, Ir. ABSTRAK Sepeda motor merupakan suatu moda

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN (Studi kasus Jalan Karapitan) PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program Sarjana (S-1) Oleh RIZKY ARIEF RAMADHAN

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN TUGAS AKHIR Oleh : IDA BAGUS DEDY SANJAYA 0519151030 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tentang Kemacetan Lalu lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Latar belakang kebutuhan akan perpindahan dalam suatu masyarakat, baik orang maupun barang menimbulkan pengangkutan. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Volume Lalu-lintas Menurut Hobbs (1995), volume adalah sebuah perubah (variabel) yang paling penting pada teknik Lalu-lintas, dan pada dasarnya merupakan proses perhitungan

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG PARKIR BADAN JALAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LALU LINTAS JURNAL TUGAS AKHIR

PENATAAN RUANG PARKIR BADAN JALAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LALU LINTAS JURNAL TUGAS AKHIR 1 PENATAAN RUANG PARKIR BADAN JALAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LALU LINTAS (Study Kasus : Jalan K.H. Z Mustofa Tasikmalaya dan Jalan Cihideung) JURNAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG TANPA APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Pada umumnya, simpang tanpa APILL dengan pengaturan hak jalan digunakan di daerah pemukiman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Arus Lalu Lintas Definisi arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik BAB II TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Geometrik Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik untuk jalan berbagai tipe akan mempunyai kinerja berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI Dalam bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan studi yang dilakukan, yaitu mengenai pebgertian tundaan, jalan kolektor primer, sistem pergerakan dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk biasanya diikuti pula dengan bertambahnya aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah satu prasana yang

Lebih terperinci

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M Bab IV Penyajian Data IV.1 Data Geometrik Jalan Ruas jalan dan perlintasan kereta api yang menjadi lokasi penelitian merupakan akses masuk dan keluar Kota Surakarta, terdiri dari 4 lajur 2 arah dan terbagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja (Level of Services) Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran kualitatif yang digunakan di Amerika dan menerangkan kondisi operasional dalam arus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Jalan Luar Kota Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut. Karakteristik jalan tersebut terdiri atas beberapa hal, yaitu : 1. Geometrik

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah ABSTRAK Sistem satu arah merupakan suatu pola lalu lintas dimana dilakukan perubahan pada jalan dua arah menjadi jalan satu arah. Perubahan pola lalu lintas ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan analisis kualitas udara disekitar kemacetan jalan Balaraja Serang. Hal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kinerja Lalu Lintas Jalan Kriteria kinerja lalu lintas dapat ditentukan berdasarkan nilai derajat kejenuhan atau kecepatan tempuh pada suatu kondisi jalan tertentu yang terkait

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Penggunaan dan Perlengkapan Jalan Berdasarkan Undang Undang Nomor Tahun 009 Tentang lalulintas dan Angkutan jalan, setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antar suatu daerah dengan daerah lainnya, baik itu barang maupun manusia. Seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH Chamelia Badi Semuel Y. R. Rompis, Freddy Jansen Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:

Lebih terperinci

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebeneran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN Supoyo Universitas Semarang,Jl. Soekarno Hatta Semarang Email: spy_supoyo@yahoo.com 1. Abstrak Pasar adalah tempat sarana

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Pengesahan... ii Persetujuan... iii Motto dan Persembahan... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang studi; rumusan persoalan; tujuan dan sasaran studi; ruang lingkup studi, yang meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah;

Lebih terperinci

EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER

EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER CAHYA BUANA, ST. MT MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR - PS 1380 EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER VITA NOER HAYATI NRP 3104 100 014 Dosen Pembimbing: Cahya Buana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA PALEMBANG. Pujiono T. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang.

KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA PALEMBANG. Pujiono T. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang. KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA PALEMBANG Pujiono T. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja beberapa ruas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta 23 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5. 1 Hasil Pengamatan Data hasil pengamatan dari studi kasus Jalan Ngasem Yogyakarta diperlukan untuk melakukan analisis yang berupa data kondisi lingkungan, kondisi geometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Pengertian Transportasi Trasnportasi adalah untuk menggerakkan atau memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 tahun 2009 dan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang Menurut MKJI (1997), kendaraan bermotor di jalan perkotaan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), dan

Lebih terperinci

PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN JEMBATAN LAYANG PADA PERSIMPANGAN JALAN TANJUNGPURA JALAN SULTAN HAMID II JALAN IMAM BONJOL JALAN PAHLAWAN

PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN JEMBATAN LAYANG PADA PERSIMPANGAN JALAN TANJUNGPURA JALAN SULTAN HAMID II JALAN IMAM BONJOL JALAN PAHLAWAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN JEMBATAN LAYANG PADA PERSIMPANGAN JALAN TANJUNGPURA JALAN SULTAN HAMID II JALAN IMAM BONJOL JALAN PAHLAWAN Yanti Dewi Astuti 1) Abstrak Kepadatan lalu lintas sering terjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metode Pengamatan Pada umumnya suatu pengamatan mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Agar dapat menghasilkan data yang akurat dan tak meragukan,

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung)

ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung) ANALISIS HAMBATAN SAMPING AKIBAT AKTIVITAS PERDAGANGAN MODERN (Studi Kasus : Pada Jalan Brigjen Katamso di Bandar Lampung) Septyanto Kurniawan Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl.Ki

Lebih terperinci

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM: JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI 1997 Oleh RAHIMA AHMAD NIM:5114 10 094 Jurnal ini telah disetujui dan telah diterima oleh dosen pembimbing sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga BAB IV Bab IV Analisis Data ANALISIS DATA 4.1 Data Simpang Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga kaki RC Veteran yang telah dilakukan pada kedua simpang pada jam sibuk dan

Lebih terperinci

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI Ridwansyah Nuhun Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Jl. HEA.Mokodompit

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Dampak Lalu Lintas Dikun dan Arif (1993) mendefinisikan analisis dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus dari dibangunnya suatu fasilitas gedung dan penggunaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG Wilton Wahab (1), Delvi Gusri Yendra (2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA.

JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA. JURNAL EVALUASI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JALAN CIPTOMANGUNKUSUMO JALAN PELITA KOTA SAMARINDA Disusun Oleh : MASRUKHIN NPM : 08.111.001.7311.130 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

Lebih terperinci

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL PESAPEN SURABAYA Bimagisteradi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK : Surabaya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabel Analisis Variabel yang digunakan dalam analisis kinerja Ruas Jalan Otto Iskandardiata Kota Bandung akibat pertumbuhan lalu lintas selama 10 tahun mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian dari mulainya penelitian sampai selesainya penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang

Lebih terperinci

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA Rian Doto Gumilar 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) ABSTRAK Bukaan median dengan fasilitas u-turn tidak secara keseluruhan mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada jam-jam puncak kondisi eksisting di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah simpang tiga jalan Pakuningratan Yogyakarta. Dilihat dari tipe persimpangan, pertigaan ini merupakan jalan lokal karena terdapat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat) A. Tujuan Instruksional 1. Umum SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat) Mahasiswa dapat memahami tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Untuk menganalisa lalu lintas pada ruas jalan Ir. H. Djuanda (Dago) diperlukan data lalu lintas pada lajur jalan tersebut. Dalam bab ini akan dibahas hasil

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK Dian Idyanata 1) Abstrak Kemacetan merupakan suatu konflik pada ruas jalan yang menyebabkan antrian pada ruas jalan

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3. INTISARI Kapasitas daya dukung jalan sangat penting dalam mendesain suatu ruas jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hirarki Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas 5 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan.kemacetan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK U. Winda Dwi Septia 1) Abstrak Jalan-jalan yang ada di Kota Pontianak merupakan salah satu sarana perhubungan bagi distribusi arus lalu lintas, baik angkutan

Lebih terperinci