Job Stress and Temporomandibular Disorders in Productive Age

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Job Stress and Temporomandibular Disorders in Productive Age"

Transkripsi

1 1 Job Stress and Temporomandibular Disorders in Productive Age (Study on Accountants in Jakarta) Cindy M. Saputra, Laura S. Himawan, Ira Tanti Corresponding address : Department of Prosthodontia, Faculty of Dentistry,, B Building, 3 rd Floor. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat Indonesia. Phone: , Fax: address : cindymaurasaputra@gmail.com (Cindy M. Saputra)

2 2 Abstrak Stres merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Temporomandilbular Disorders (TMD). Selama ini belum ada penelitian pada individu dengan stres kerja tinggi (misalnya akuntan). Penelitian bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif. Desain penelitian ini adalah potong lintang yang dilakukan pada 116 akuntan berusia tahun di Jakarta. Subjek diminta mengisi dua jenis kuesioner, yaitu Kuesioner Job Stress Survey (JSS) untuk mendiagnosis tingkat intensitas dan frekuensi stres kerja, dan Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD. Kemudian dilakukan tabulasi silang antara tingkat intensitas dan tingkat frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD. Hasil uji Fisher s Exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,003). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif (p = 0,032). Dengan demikian, terdapat hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif. Kata Kunci Akuntan, indeks diagnostik TMD, intensitas dan frekuensi stres kerja, kuesioner Job Stress Survey, Temporomandibular Disorders

3 3 Abstract It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorders (TMD). But study on person with high level of job stress (for example accountants) has not been done. The aim of this study was to know the relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age. A cross sectional study was performed towards 116 accountants aged in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, the first was Job Stress Survey questionnaire (JSS) to examine the intensity and frequency level of job stress, the other was TMD Diagnostic Index to assess the TMD. A cross tabulation was done between the intensity level and also the frequency level of job stress and the TMD occurrence. Fisher s Exact test result showed that there was relationship between intensity of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,003). Chi square test result showed that there was relationship between frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age (p = 0,032). Thus, there is a relationship between intensity and frequency of job stress and the occurrence of TMD in productive age. Keywords Accountant, job stress intensity and frequency, Job Stress Survey questionnaire, Temporomandibular Disorders, TMD Diagnostic Index

4 4 PENDAHULUAN Stres adalah sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. (1) Stres kerja yang dapat didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan pekerjaan dan kemampuan pekerjanya (2), merupakan stres psikososial yang banyak ditemui pada masyarakat kota Jakarta usia produktif. Menurut rekomendasi Dewe (1989), stresor stres kerja harus diukur dengan mengevaluasi intensitas, frekuensi, dan cara seseorang memaknai suatu kejadian. Pendapat ini didukung oleh Spielberger & Vagg yang pada tahun 1998 merancang kuesioner Job Stress Survey untuk mengevaluasi stres kerja berdasarkan intensitas dan frekuensinya selama periode waktu enam bulan. (3) Stres psikososial dapat mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku baik secara sadar maupun tidak sadar. Terdapat tiga kategori gejala yang terjadi dalam kondisi stres kerja yakni (1) gejala psikologis, (2) gejala fisik, (3) gejala perilaku. (4) Gejala fisik berhubungan dengan munculnya kondisi fisik dan penyakit tertentu, khususnya penyakit kronis. Dalam dunia kedokteran gigi, salah satu gangguan muskuloskeletal yang perkembangannya bersifat kronis adalah temporomandibular disorders. Temporomandibular disorders (TMD) merupakan kumpulan sejumlah tanda dan gejala klinis dari gangguan sendi dan/atau otot di area orofasial. TMD ditandai antara lain dengan nyeri rahang, bunyi sendi, keterbatasan fungsi rahang (misalnya kesulitan membuka mulut dan mengunyah), dan nyeri kepala. Terkadang pasien mengeluhkan rasa sakit pada leher, bahu, dan di sekitar sinus, (1, 5) dan tinnitus.

5 5 Etiologi atau faktor risiko TMD bersifat multifaktorial dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Beberapa etiologi dapat berperan ganda sebagai faktor predisposisi, faktor inisiasi, dan juga faktor perpetuasi. (1) Okeson mengidentifikasi lima faktor yang berhubungan dengan TMD, yakni faktor oklusal, trauma, stres emosional, deep pain input, dan aktivitas parafungsional. (1) Stres emosional merupakan faktor umum yang dapat mempengaruhi fungsi mastikasi. Pusat emosi di otak memiliki pengaruh pada fungsi otot, termasuk otot pengunyahan. (1, 6, 7) Saat kondisi emosional stabil, aktivitas otot ritmik biasanya dapat diprediksi dan pengunyahan berjalan dengan efisien. Namun, ketika seorang individu sedang berada pada tingkat emosi yang lebih tinggi, seperti ketakutan, frustasi, atau marah, dapat terjadi modifikasi pada aktivitas otot. Otot diinervasi oleh serabut saraf afferent dan efferent. Saraf efferent terdiri dari serabut alpha dan gamma motor neuron yang memiliki peran berbeda. Peningkatan stres emosional akan mengeksitasi struktur limbik dan hipotalamus/pituitary/adrenal (HPA) axis, kemudian mengaktivasi sistem gamma efferent. Karena serabut gamma efferent mempengaruhi ketegangan otot, peningkatan aktivitasnya akan mengakibatkan kontraksi fiber intrafusal sehingga terjadi peregangan parsial pada bagian sensori gelendong otot. Ketika gelendong tersebut meregang sebagian, seluruh otot harus mengurangi regangannya untuk menimbulkan suatu refleks. Hal ini mempengaruhi refleks miotatis dan menjadikan otot lebih sensitif terhadap stimulus eksternal sehingga berakibat pada peningkatan tonus otot kepala dan leher. Peningkatan tonus otot meningkatkan risiko otot untuk mengalami kelelahan dan juga berakibat pada peningkatan (1, 7) tekanan interartikular di TMJ.

6 6 Meningkatnya aktivitas gamma efferent juga dapat meningkatkan aktivitas otot yang tidak relevan yang jika berlangsung terus menerus dapat memberikan efek dramatis pada fungsi mastikasi. (1, 7) Sistem retikular, dengan dipengaruhi oleh sistem limbik dan HPA axis, dapat menciptakan aktivitas otot tambahan yang tidak berhubungan dengan tugas tertentu yang sedang dikerjakan individu. Aktivitas-aktivitas ini sering terlihat berupa kebiasaan gugup, seperti menggigit kuku jari atau pensil, mengoklusikan gigi geligi dengan kuat (clenching), atau menggesekkan gigi geligi atas dan bawah (bruxism). Selain diinervasi oleh serabut saraf afferent dan efferent, otot juga diinervasi oleh serabut saraf otonom (simpatetik dan parasimpatetik). Stres emosional dapat mempengaruhi aktivitas simpatetik individu. Sistem saraf otonom secara terus menerus memantau dan mengatur sejumlah besar sistem bawah sadar untuk mempertahankan homeostasis misalnya dengan mengatur aliran darah dalam tubuh. Pada kondisi sistem saraf simpatetik yang dominan, tubuh berada dalam keadaan refleks fight-or-flight yang diaktivasi oleh stresor. Oleh karena itu, saat individu mengalami stres, aliran darah kapiler pada jaringan terluar terkonstriksi; dan sebaliknya, meningkatkan aliran darah ke struktur muskuloskeletal dan organ-organ internal yang lebih penting. Hasil yang langsung nampak adalah penurunan suhu kulit seperti kulit tangan. Karena pembuluh darah pada struktur muskuloskeletal terdilatasi, supplai oksigen dan ATP ke jaringan muskuloskeletal meningkat. Aktivitas sistem saraf simpatetik yang berkepanjangan berakibat pada peningkatan tonus otot dan berikutnya terjadilah nyeri otot. (1)

7 7 Namun ternyata secara tidak langsung rasa sakit yang diakibatkan oleh TMD juga dapat menyebabkan stres. Menurut penelitian Fillingim tahun 2011 di Amerika Serikat, individu dengan TMD merasakan kehidupan sehari-hari sebagai beban yang lebih stressful dan memiliki respons pertahanan terhadap stres yang lebih buruk. (8) Studi Carlsson tahun 1999 dan studi Gonçalves et al tahun 2010 menyimpulkan bahwa gejala TMD paling umum dijumpai pada kelompok usia tahun. (9, 10) Oleh karena itu, disarankan untuk mengarahkan studi berikutnya pada populasi dewasa. (11) Sementara itu, setelah mengkaji berbagai studi yang menaksir prevalensi TMD, LeResche menemukan kesesuaian bahwa frekuensi subjek yang merasakan nyeri menurun pada kelompok usia ±45-50 tahun. (12) Eratnya hubungan sebab-akibat antara TMD dengan stres, belum adanya studi mengenai TMD pada subjek dengan tingkat stres kerja yang tinggi, serta adanya berbagai penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa gejala TMD paling nyata ditemukan dalam kelompok usia tahun menginspirasi penulis untuk melengkapi penelitian yang sudah ada lewat topik Stres Kerja dan TMD pada Usia Produktif. Alasan utama peneliti memilih akuntan sebagai subjek penelitian ini adalah karena individu-individu tersebut diketahui bekerja di bawah tekanan yang sangat besar. Tuntutan untuk tepat waktu, tidak mentolerir adanya kesalahan, beban kerja yang berat, perubahan peraturan secara terus-menerus, dan kebutuhan akan konsentrasi tinggi merupakan beberapa kondisi bekerja yang khas terjadi pada profesi ini dan dapat menaikkan tingkat stres kerja. (13)

8 8 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara intensitas dan frekuensi stress kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif. Dengan demikian, perawatan dan pencegahan terhadap terjadinya gangguan tersebut dapat dilakukan dengan lebih baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang bersifat analitik observasional. Dengan interval kepercayaan sebesar 95% dan power 80%, ditentukan besar sampel minimum sebanyak 116 subjek. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah pria atau wanita berusia tahun yang berprofesi sebagai akuntan. Subjek penelitian juga harus sudah bekerja secara tetap di suatu kantor dan di posisi yang sama selama minimal enam bulan terakhir karena pengisian kuesioner JSS didasarkan pada pengalaman subjek selama enam bulan terakhir. Individu dengan deformitas dentofasial tidak diikutsertakan. Penelitian dilakukan selama bulan September - Oktober Setiap subjek diminta membaca lembar penjelasan, mengisi informed consent, dan mengisi identitas. Berikutnya, subjek diminta mengisi Kuesioner Job Stress Survey (JSS) yang dibuat oleh Vagg dan Spielberger tahun 1998 untuk mendiagnosis tingkat intensitas dan frekuensi stres kerja, serta mengisi Indeks Diagnostik TMD (ID-TMD) yang dibuat oleh Himawan dkk. di tahun 2006 untuk mendiagnosis TMD. Terdapat 2 sub skala dalam JSS, masing-masing mengukur intensitas dan frekuensi stres. Intensitas stres kerja merupakan penilaian tinggi rendahnya tingkat stres yang dirasakan karena suatu kejadian dalam skala 1 sampai 9. Sementara

9 9 frekuensi adalah penilaian seberapa sering kejadian tersebut dialami dalam kurun waktu enam bulan terakhir dalam skala 0 hari sampai 9+ hari. (3) Sementara itu, ID-TMD terdiri dari 8 (delapan) item pertanyaan. Untuk setiap item pertanyaan, responden diminta memilih satu dari empat skala frekuensi sesuai pengalaman responden. Frekuensi tidak pernah diberi skor 0, jarang diberi skor 1, sering diberi skor 2, dan selalu diberi skor 3. (14) Berikutnya, dilakukan pengolahan skor kuesioner JSS. Untuk skala yang mengukur intensitas, setelah semua item dinilai, skor dari tiap item dijumlahkan. Kemudian, hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan jumlah item (30 butir) pada sub skala intensitas. Setelah itu, hasil bagi tersebut dikali dengan 10 untuk menghindari angka pecahan. Hal yang sama dilakukan untuk sub skala frekuensi. (2) Penggolongan tingkat stres kerja berdasarkan alat ukur Job Stress Survey dapat dilihat pada Tabel 1. Pada penghitungan hasil ID-TMD, seluruh skor dijumlahkan. Jika subjek memiliki skor indeks ID-TMD 3 maka subjek dikategorikan sebagai non TMD, (5, 15) dan sebaliknya jika skor ID-TMD 3 maka subjek didiagnosis TMD. HASIL Hasil tabulasi silang antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD dan antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD dapat dilihat pada Tabel 2. Hubungan antara variabel intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD dianalisis menggunakan uji Fisher s Exact. Hasilnya didapat nilai p = 0,003 (p < 0,05). Berarti terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD. Hubungan antara variabel frekuensi stres

10 10 kerja dengan terjadinya TMD dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasilnya didapat nilai p = 0,032 (p < 0,05). Berarti terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD. DISKUSI Penelitian ini dilakukan untuk menguji adanya hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif. Dari uji hipotesis komparatif antara dua variabel kategorik yang tidak berpasangan yakni tingkat intensitas stres kerja dengan terjadinya TMD dan tingkat frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik baik antara intensitas maupun frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada bahwa TMD salah satunya dipengaruhi oleh kondisi stres emosional individu. Dalam hal ini stres emosional yang dianalisis adalah stres yang berasal dari pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam ID-TMD merupakan manifestasi klinis yang sesuai dengan perubahan kondisi otot saat individu mengalami stres seperti telah dijelaskan di atas. Pertanyaan nyeri pada daerah leher dan sekitarnya dan nyeri di sekitar sendi rahang merupakan manifestasi klinis dari peningkatan tonus otot mastikasi dan sekitarnya. Sementara nyeri saat membuka dan menutup mulut adalah manifestasi klinis peningkatan tekanan interartikular TMJ. Adanya aktivitas otot yang di luar fungsi normal dikaji lewat pertanyaan kebiasaan clenching saat marah, berkonsentrasi penuh, dan bingung. Sementara pertanyaan nyeri kepala dan telinga berdengung tanpa sebab nyata

11 11 merupakan manifestasi klinis dari konstriksi pembuluh darah kapiler pada jaringan luar. Beberapa hal yang dapat melemahkan validitas internal pada penelitian ini yaitu adanya recall bias yang merupakan bias mengingat kembali yang bersumber dari subjek penelitian khususnya saat menilai kolom frekuensi stres kerja, dan saat menjawab pertanyaan ID-TMD mengenai kebiasaan clenching yang umumnya terjadi di bawah sadar. Batasan-batasan lainnya yang melemahkan hasil penelitian adalah adanya keterbatasan waktu, kurangnya pemahaman akan pertanyaanpertanyaan yang diajukan, dan subjek mengalami kelelahan karena harus menilai 8 item ID-TMD serta 30 item JSS. Stres kerja dipengaruhi oleh faktor individu, yang terdiri dari karakteristik pribadi dan respon/coping, serta faktor organisasi atau pekerjaan, yang terdiri dari kondisi pekerjaan, karakteristik peran, hubungan interpersonal di tempat kerja, pengembangan karir, serta struktur organisasi. (4) JSS hanya menganalisis faktor organisasi atau pekerjaan tanpa memperhatikan faktor individu sehingga hasil penelitian ini masih memiliki kekurangan. Penelitian ini juga tidak membedakan tingkat stres berdasarkan lamanya masa kerja para subjek akuntan sehingga tidak dapat dibedakan antara kondisi stres kerja pada akuntan yang lama dengan yang baru. Penelitian potong lintang serupa dapat dilakukan pada waktu-waktu lainnya. Misalnya kuesioner dapat diberikan pada akhir bulan yang merupakan masa tutup buku para akuntan internal, pada bulan November hingga April bagi akuntan publik karena merupakan masa sibuk mengaudit klien secara langsung, atau pada bulan Januari hingga April bagi akuntan pajak karena merupakan masa

12 12 pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran pajak klien ke kantor pajak sehingga dapat dilihat perbedaan tingkat stres dan kondisi TMD pada subjek akuntan. Penelitian berikutnya juga dapat dilakukan dengan subjek yang berasal dari berbagai jenis profesi lainnya. Selain itu, dapat dilakukan penelitian longitudinal dengan analisis bivariat chi-square dan multivariat regresi logistik dari hubungan tingkat intensitas stres kerja dan tingkat frekuensi stres kerja terhadap terjadinya TMD, sehingga dapat diketahui urutan kekuatan hubungannya dan dapat diprediksi probabilitas seseorang yang menderita stres kerja untuk mengalami TMD. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas dan frekuensi stres kerja dengan terjadinya TMD pada usia produktif. DAFTAR REFERENSI 1. Okeson JP. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion. 7th ed. USA: Mosby; Wikaningtyas TS. Hubungan Perilaku Tipe A dengan Stress Kerja pada Karyawan Non-Manajerial. Depok: University of Indonesia; Vagg PR, Spielberger CD. Occupational stress: Measuring job presure and organizational support in the workplace. Journal of Occupational Health Psychology. 1998;3:

13 13 4. Ross RR, Altmaier EM. Intervention in occupational stress: A handbook of counselling for stress at work. London: Sage; Yustisiana N, Himawan LS, Kusdhany LS. The Accuracy of Index Diagnostic Temporomandibular Disorder (ID-TMD) Using Research Diagnostic Criteria (RDC) As Gold Standard. KPPIKG The Scientific Meeting and Refresher Course in Dentistry Lambert CA. Chronic HPA Axis Response to Stress In Temporomandibular Disorder. Chapel Hill: University of North Carolina; Gameiro GH, Andrade AdS, Nouer CF, Veiga MCFdA. How may stressful experiences contribute to the development of temporomandibular disorders? Clin Oral Invest. 2006;10: Fillingim R, Ohrbach R, Greenspan J, Knott C, Dubner R, Bair E, et al. Potential psychosocial risk factors for chronic TMD: descriptive data and empirically identified domains from OPPERA case-control study. J Pain. 2011;12(11Suppl):T Carlsson G. Epidemiology and Treatment Need for Temporomandibular Disorder. J Orofac Pain. 1999;13: Gonçalves DAdG, Fabbro ALD, Campos JADB, Bigal ME, Speciali JG. Symptoms of Temporomandibular Disorders in the Population: An Epidemiological Study. Journal of Orofacial Pain. 2010;24(3): Rantala MAI, Ahlberg J, Suvinen TI, Savolainen A, Kononen M. Symptoms, Signs, and Clinical Diagnoses According to the Research Diagnostic Criteria for Temporomandibular Disorders Among Finnish Multiprofessinal Media Personnel. Journal of Orofacial Pain. 2003;17(4):311-6.

14 LeResche L. Epidemiology of Temporomandibular Disorders: Implications for the Investigation of Etiologic Factors. Critical Reviews in Oral Biology & Medicine. 1997;8(3): Ozkan A, Ozdevecioğlu M. The effects of occupational stress on burnout and life satisfaction: a study in accountants. Quality & Quantity. 2013(47): Himawan LS, Kusdhany L, dkk. Diagnostik Index for Temporomandibular Disorder in Indonesia. Thai Journal of Oral Maxillofacial Surgery. 2006;20(2): Indrawati L. Nilai Titik Potong Indeks Diagnostik Temporomandibular Disorder (ID-TMD) Sebagai Alat Skrining Temporomandibular Disorder (TMD)

15 15 Tabel 1 Penggolongan tingkat stres kerja berdasarkan alat ukur Job Stress Survey (2) Deskripsi Rendah Sedang Tinggi Intensitas Stres kerja Frekuensi Stres Kerja Tabel 2 Hasil Uji Fisher s Exact dan Uji Chi-Square untuk Menilai Hubungan Antara Intensitas Stres Kerja dan Frekuensi Stres Kerja dengan Terjadinya TMD Variabel Independen Terjadinya TMD (N = 116) Non-TMD (100%) TMD (100%) p Intensitas Stres Kerja Rendah 32 (65,3%) 25 (37,3%) 0,003 Sedang 17 (34,7%) 36 (53,7%) Tinggi 0 (0%) 6 (9%) Frekuensi Stres Kerja Rendah 32 (65,3%) 31 (46,3%) 0,032 Sedang 10 (20,4%) 12 (17,9%) Tinggi 7 (14,3%) 24 (35,8%)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot pengunyahan, dan gigi geligi

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh dua faktor secara umum yaitu, faktor penyakit seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION Problems in temporomandibular joint, can be a pain and clicking mostly called by temporomandibular

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain cross sectional. B. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa

tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa tumpul, aching, dan menyebar, yang dapat berubah menjadi nyeri akut pada saat rahang berfungsi serta menyebabkan disfungsi mandibular berupa pembukaan mulut (pada umumnya). 8 Pasien dengan sindroma nyeri

Lebih terperinci

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum ABSTRAK Maloklusi merupakan susunan gigi geligi yang menyimpang dari oklusi normal, dapat menyebabkan gangguan estetik dan fungsional. Maloklusi dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial,

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMPERTEMUKAN GIGI ATAS DAN GIGI BAWAH (CLENCHING) DENGAN NYERI KEPALA SKRIPSI. Jovian Purnomo

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMPERTEMUKAN GIGI ATAS DAN GIGI BAWAH (CLENCHING) DENGAN NYERI KEPALA SKRIPSI. Jovian Purnomo HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMPERTEMUKAN GIGI ATAS DAN GIGI BAWAH (CLENCHING) DENGAN NYERI KEPALA (Pada Mahasiswa Program Akademik FKG UI Tahun 2007 2008) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem stomatognatik merupakan sistem yang bertanggung jawab terhadap fungsi pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik terdiri dari tiga organ utama

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis

Bab 1. Pendahuluan. A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Bab 1 Pendahuluan A. Definisi Nyeri Orofasial Kronis Berdasarkan durasi terjadinya nyeri, nyeri orofasial dapat dibedakan menjadi nyeri orofasial akut serta nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut

Lebih terperinci

Relationship of Occlusal Schemes with the Occurrence of Temporomandibular Disorders

Relationship of Occlusal Schemes with the Occurrence of Temporomandibular Disorders ORIGINAL ARTICLE Relationship of Occlusal Schemes with the Occurrence of Temporomandibular Disorders Dina H. Sugiaman 1, Laura S. Himawan 2, Sitti Fardaniah 2 1 Prosthodontics Residency Program, Faculty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti karies dan penyakit periodontal, trauma, penyakit yang menyerang pulpa, periradikular, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015. HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015 Oleh: FARIZKY 120100233 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha 83 LAMPIRAN 1 84 LAMPIRAN 2 85 LAMPIRAN 3 Anamnestic index (Ai) Nama Tanggal lahir Jenis Kelamin L P Alamat Address and phone 1. Apakah Anda terdapat suara clicking di area YA TMJ 2. Apakah Anda mengalami

Lebih terperinci

Abstrak Etiologi penyebab gangguan sendi temporomandibula belum jelas diketahui. Etiologi GSTM adalah kompleks dan multifaktorial. Selama ini diagnosa

Abstrak Etiologi penyebab gangguan sendi temporomandibula belum jelas diketahui. Etiologi GSTM adalah kompleks dan multifaktorial. Selama ini diagnosa INDEKS ETIOLOGI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA Dr. drg. Ira Tanti, SpPros (K) Prof. drg. Laura Susanti, SpPros (K) Prof. Dr. drg. M Lindawati S Kusdhany, SpPros(K) Abstrak Etiologi penyebab gangguan sendi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan perubahan atau peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 http://jurnal.fk.unand.ac.id 635 Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014 Selvi Indriani Nasution 1, Nur Indrawati Liputo 2, Mahdawaty

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG. Oleh: KOMALAH CHENASAMMY NIM:

HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG. Oleh: KOMALAH CHENASAMMY NIM: HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG Oleh: KOMALAH CHENASAMMY NIM: 070100298 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene

ABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene ABSTRAK Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang mengubah respon imun dan mediator respon inflamasi. Hal ini kemudian menyebabkan masalah dalam rongga mulut terutama gingivitis dan infeksi periodontal.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA, PELATIHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA, PELATIHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA, PELATIHAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO Komalasari*, Woodford B. S Joseph *,Budi T. Ratag, MPH * *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kontribusi job stressors terhadap gejala stres kerja pada karyawan flight crew di perusahaan X di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian III. METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian analitik serta menggunakan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Partisipan 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam TRISULA Kota Majalengka. 2. Partisipan Dalam penelitian ini pemilihan partisipan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik, karena penelitian ini akan mengaitkan aspek

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013.

HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013. HUBUNGAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2011, 2012, DAN 2013 Oleh : LUKITA INDO CAHYO TARIGAN 110100114 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan secara cross sectional (studi potong lintang) yaitu penelitian yang dilakukan secara

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR 13-15 TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR KOMANG TRIA MONICA FEBRIANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (Dahlan,2010) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi 59 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Kerangka konsep merupakan justifikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu sebuah studi pada sekelompok orang pada satu titik waktu untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Sub bagian Tumbuh Kembang Anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara

Lebih terperinci

Meithanita Denanda Jurusan Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Meithanita Denanda Jurusan Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Analysis Of The Employees Level Of Job Satisfaction Based On Design Compensation System Meithanita Denanda Jurusan Manajeman Fakultas Ekonomi metadenandasjab@yahoo.com ABSTRACT This study aimed to analyze

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu saraf dan rehabilitasi medik 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini berlokasi di RSUP

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR INFORMED CONSENT DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Vivin Ariestania, drg, Sp.Pros* Dian Valentina *

Vivin Ariestania, drg, Sp.Pros* Dian Valentina * PENGARUH DIMENSI VERTIKAL TERHADAP FUNGSI KUNYAH PENGGUNA GIGI TIRUAN LENGKAP DI KLINIK PROSTODONSIA RSGMP UNIVERSITAS HANG TUAH PERIODE TAHUN 2009-2010 Vivin Ariestania, drg, Sp.Pros* Dian Valentina *

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian. 1. Deskripsi Responden

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian. 1. Deskripsi Responden digilib.uns.ac.id 72 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Responden Berdasarkan hasil dari penelitian responden yang digunakan sebagai sampel merupakan ibu hamil

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu Saya Shinta Agustina, mahasiswa FKG USU yang sedang menjalani penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Pratiwi TN, Saftarina F, Wahyuni A Faculty Of Medicine

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). 4.2 Alur Penelitian Mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FKG

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI KESEHATAN RONGGA MULUT DENGAN KESEHATAN PERIODONTAL IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS X BANDUNG ABSTRAK Ibu hamil memerlukan pengetahuan tentang kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Biologi dan Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran perkembangan tujuan hidup (developing purpose) berdasarkan teori perkembangan identitas yang dilakukan pada pengurus senat mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina

Lebih terperinci

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Safira Widyaputri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun.

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat keparahan gingivitis pada tunanetra dan tidak tunanetra usia 9-14 tahun. ABSTRAK Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Individu dengan keterbatasan penglihatan seringkali menghadapi

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran khususnya bidang ilmu biologi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran khususnya bidang ilmu biologi dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran khususnya bidang ilmu biologi dan ilmu kesehatan masyarakat. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old The Relationship between The Parenting and The States of Cooperative in Children Aged 6-12 years old in Dental Care Visit at RSGM UMY ABSTRAK Parenting is an important factor in the development of child

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012 HUBUNGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN INFORMED CONCENT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI - JUNI 2012) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t. ABSTRAK Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Kesehatan gigi dan mulut menjadi bagian penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sendi temporomandibula merupakan salah satu persendian yang paling rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan memutar (rotasi)

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : work-life balance, organizational commitment, turnover intention, Y generation. ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords : work-life balance, organizational commitment, turnover intention, Y generation. ix Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The purpose of the study was to find out the relationship between work-life balance towards organizational commitment and turnover intention among the Y generation. Data were collected through

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN Sri Ratna Ningsih & Hikmah Sobri STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: myratna_cute@yahoo.co.id Abstract: The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 36 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesa penelitian, subyek penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian dan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI PENGERTIAN Dasar pemikiran: hubungan pikiran/mind dengan tubuh Merupakan bidang kekhususan dalam psikologi klinis yang berfokus pada cara pikiran,

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DI RSI BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS.MITRA IDAMAN BANJAR TANPA DOTS Nadia Dara Ayundha 1110179, 2014 Pembimbing I : Dr.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun 32 BAB 5 HASIL PENELITIAN Dari Penelitian Analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Sekolah Dasar Pelangi kasih, Sekolah Dasar Theresia, dan Sekolah Dasar Negeri Pegangsaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher, Ilmu Kesehatan Anak, serta Ilmu Kebidanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PASIEN DENGAN KEPATUHAN PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2 BANJARNEGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lintang (cross sectional) yaitu mempelajari hubungan antara variabel

BAB III METODE PENELITIAN. lintang (cross sectional) yaitu mempelajari hubungan antara variabel 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) yaitu mempelajari hubungan antara variabel independen

Lebih terperinci

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Correlation LifeStyle and Myopia in Students of Faculty of Medicine and Health

Lebih terperinci

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bandara Ahmad Yani Semarang pada periode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bandara Ahmad Yani Semarang pada periode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bandara Ahmad Yani

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASUPAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI Bertalina*, Bintang H Simbolon** Asupan makanan erat kaitannya dengan perilaku ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemasangan infus, maka jenis penelitian yang digunakan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. pemasangan infus, maka jenis penelitian yang digunakan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk menganalisa pengaruh tingkat stress kerja dan sikap perawat dalam pemasangan infus, maka jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif

Lebih terperinci