BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun"

Transkripsi

1 32 BAB 5 HASIL PENELITIAN Dari Penelitian Analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Sekolah Dasar Pelangi kasih, Sekolah Dasar Theresia, dan Sekolah Dasar Negeri Pegangsaan 01 yang bertempat di Jakarta pada bulan November 2008, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dental anak berdasarkan usia dan jenis kelamin. Sebanyak 234 anak tahun ajaran usia 6 dan 9 tahun mengikuti penelitian ini dan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan adalah 200 anak. Hasil penelitian diolah menggunakan analisis Chi square Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Tabel 5.1. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Tingkat Kecemasan Dental Variabel Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi n n n n n 1. Disentuh orang asing Dilihat orang lain Membuka mulut Mulutnya diperiksa orang lain Dokter Dokter gigi Jarum suntik Suara bor dokter gigi Melihat dokter gigi mengebor Dokter gigi mengebor Orang meletakkan Fakultas Kedokteran Gigi

2 33 instrumen dalam mulutmu 12. Tersedak Pergi ke rumah sakit Orang berseragam putih 15. Suster membersihkan gigimu Fakultas Kedokteran Gigi

3 Suster membersihkan gigimu 14. Orang berseragam putih 13. Pergi ke rumah sakit 12. Tersedak 11. Orang meletakkan instrumen dalam mulutmu 10. Dokter gigi mengebor 9. Melihat dokter gigi mengebor 8. Suara bor dokter gigi 7. Jarum suntik 6. Dokter gigi 5. Dokter 4. Mulutnya diperiksa orang lain 3. Membuka mulut 2. Dilihat orang lain 1. Disentuh orang asing 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 5.1. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Fakultas Kedokteran Gigi

4 35 Gambar 5.1. menunjukkan tingkat kecemasan dental anak usia 6 tahun terhadap 15 variabel. Persentase terbesar dari 15 variabel untuk tingkat kecemasan dental sangat tinggi terdapat pada variabel 7 (jarum suntik) dengan jumlah 12% (12 orang), kriteria kecemasan dental tinggi ialah variabel 10 (dokter gigi mengebor) dengan jumlah 32% (32 orang), kriteria sedang ialah variabel 10 (dokter gigi mengebor) dan variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 17% (17 orang), kriteria kecemasan dental rendah ialah variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 40% (40 orang) sedangkan persentase terbesar untuk tingkat kecemasan dental sangat rendah terdapat pada variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu) dengan jumlah 74% (74 orang) Distribusi Frekuensi Tingkat kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Tabel 5.2. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Tingkat Kecemasan Dental Variabel Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi n n n n n 1. Disentuh orang asing Dilihat orang lain Membuka mulut Mulutnya diperiksa orang lain Dokter Dokter gigi Jarum suntik Suara bor dokter gigi Melihat dokter gigi mengebor Dokter gigi mengebor Fakultas Kedokteran Gigi

5 Orang meletakkan instrumen dalam mulutmu 12. Tersedak Pergi ke rumah sakit Orang berseragam putih 15. Suster membersihkan gigimu Fakultas Kedokteran Gigi

6 Suster membersihkan gigimu 14. Orang berseragam putih 13. Pergi ke rumah sakit 12. Tersedak 11. Orang meletakkan instrumen dalam mulutmu 10. Dokter gigi mengebor 9. Melihat dokter gigi mengebor 8. Suara bor dokter gigi 7. Jarum suntik 6. Dokter gigi 5. Dokter 4. Mulutnya diperiksa orang lain 3. Membuka mulut 2. Dilihat orang lain 1. Disentuh orang asing 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 5.2. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun Terhadap Lingkungan Perawatan Dental Fakultas Kedokteran Gigi

7 38 Gambar 5.2. menunjukkan tingkat kecemasan dental anak usia 9 tahun terhadap 15 variabel. Persentase terbesar dari 15 variabel untuk tingkat kecemasan dental sangat tinggi terdapat pada variabel 7 yaitu jarum suntik dengan jumlah 10% (10 orang), kriteria kecemasan dental tinggi ialah variabel 3 (membuka mulut) dengan jumlah 55% (55 orang), kriteria kecemasan dental sedang ialah variabel 1 (disentuh orang asing) dan variabel 2 (dilihat orang lain) dengan jumlah 51% (51 orang), kriteria rendah ialah variabel 12 (tersedak) dengan jumlah 67% (67 orang) sedangkan persentase terbesar untuk tingkat kecemasan dental sangat rendah terdapat pada variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu) dengan jumlah 81% (81 orang) Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Tabel 5.3. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Tingkat Kecemasan Dental 6 Tahun 9 Tahun (orang) % (orang) % Rendah 83 83% 76 76% Tinggi 17 17% 24 24% Total % % Fakultas Kedokteran Gigi

8 39 90% 80% 70% 60% 83% 76% Frekuens 50% 40% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 30% 20% 10% 17% 24% 0% 6 Tahun 9 Tahun Gambar 5.3. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun dan 9 Tahun Pada gambar 5.3. dapat dilihat persentase anak usia 6 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental rendah 83% (83 orang), tingkat kecemasan dental tinggi 17% (17 orang). Sementara itu pada anak usia 9 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental rendah 76% (76 orang), tinggi 24% (24 orang) Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Kecemasan Dental Laki - laki Perempuan (orang) % (orang) % Rendah 38 93% 45 77% Tinggi 3 7% 14 23% Total % % Fakultas Kedokteran Gigi

9 40 100% 90% 93% 80% 77% Frekuens 70% 60% 50% 40% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 30% 20% 23% 10% 0% Laki-laki 7% Perempuan Gambar 5.4. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 5.4. menunjukkan tingkat kecemasan dental tinggi pada anak laki-laki usia 6 tahun ialah 7% (3 orang) dan kecemasan dental rendah 93% (38 orang). Sedangkan pada anak perempuan usia 6 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental tinggi ialah 23% (14 orang) dan kecemasan dental rendah 77% (45 orang) Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.5. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Kecemasan Dental Laki - laki Perempuan (orang) % (orang) % Rendah 35 69% 41 84% Tinggi 16 31% 8 16% Total % % Fakultas Kedokteran Gigi

10 41 90% 80% 70% 60% 69% 84% Frekuens 50% 40% 30% 31% Kecemasan Dental Rendah Kecemasan Dental Tinggi 20% 16% 10% 0% Laki-laki Perempuan Gambar 5.5. Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 9 Tahun berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 5.5. menunjukkan tingkat kecemasan dental tinggi pada anak laki-laki usia 9 tahun ialah 31% (16 orang) dan kecemasan dental rendah 69% (35 orang). Sedangkan pada anak perempuan usia 9 tahun yang memiliki tingkat kecemasan dental tinggi ialah 16% (8 orang) dan kecemasan dental rendah 84% (41 orang). 5.6 Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia Tabel 5.6. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia Tingkat Kecemasan Usia (tahun) Rendah Tinggi χ² p 1,503 0,220 Dari tabel 5.6. didapat bahwa hasil analisis bivariat antara usia dengan tingkat kecemasan dental dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = Fakultas Kedokteran Gigi

11 42 1) adalah dengan nilai p > 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat kecemasan dental antara anak usia 6 dan 9 tahun namun tidak bermakna Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.7. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Usia 6 Tahun Usia Tingkat Kecemasan (tahun) Rendah Tinggi Laki laki 38 3 Perempuan χ² p ,032 Dari tabel 5.7. didapat bahwa hasil analisis bivariat tingkat kecemasan dental antara anak laki laki dan anak perempuan usia 6 tahun dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = 1) dengan nilai p < 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara anak laki laki dengan anak perempuan usia 6 tahun dalam tingkat kecemasan dentalnya. Hal ini menandakan pada usia 6 tahun, anak perempuan memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi dibandingan anak laki laki Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.8. Hasil Uji Chi-square Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Usia 9 Tahun Tingkat Kecemasan Usia (tahun) Rendah Tinggi Laki laki Perempuan 41 8 χ² p ,078 Fakultas Kedokteran Gigi

12 43 Dari tabel 5.8. didapat bahwa hasil analisis bivariat tingkat kecemasan dental antara anak laki laki dan anak perempuan usia 9 tahun dengan menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05 dan df = 1) dengan nilai p > 0,05. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tingkat kecemasan dental anak laki laki dengan anak perempuan usia 9 tahun dimana anak laki laki memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi daripada anak perempuan namun perbedaanya tidak signifikan. Fakultas Kedokteran Gigi

13 44 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi anak yang bersekolah. Hal ini bertujuan agar anak mampu memahami pertanyaan dengan lebih baik dibandingkan anak yang tidak bersekolah. Selain itu memudahkan peneliti dalam mengambil sampel penelitian serta mampu melakukan peninjauan ulang jika dibutuhkan. Peneliti juga memasukkan anak yang sudah pernah mendapat perawatan dental. Hal ini karena kuesioner dirancang untuk anak yang telah mendapatkan perawatan dan memungkinkan peneliti mendeteksi variabel - variabel kecemasan dental. Dalam penelitian ini, peneliti memberi penjelasan langsung pada tiap anak menggunakan bantuan foto dan audiovisual tentang berbagai jenis perawatan dental untuk membantu anak mengingat kembali pengalamannya ke dokter gigi. Hal ini terutama dikhususkan untuk anak usia 6 tahun dimana kemampuan kognitifnya baru mulai mengalami perkembangan dan rentang perhatian yang masih terbatas. 23 Selain itu, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh ketepatan tinggi atau menghindari bias seperti bila diisi sendiri anak dan orang tuanya. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan orang tua menjawab apa yang baik tentang anaknya bukan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, peneliti juga mampu menjelaskan bila ada hal hal yang tidak dimengerti oleh anak. Hal yang terpenting ialah peneliti mengetahui bahwa anak sungguhsungguh mengerti dan mengisi dengan benar. Peneliti mengambil sampel anak usia 6 tahun karena pada usia ini anak memasuki periode middle childhood dan awal dari mixed dentition. Kemudian usia 9 tahun karena anak memasuki tahap pra-remaja. 9, 28 Peneliti berharap melihat apakah ada perbedaan dalam tingkat kecemasan dentalnya. Penelitian ini menggunakan kuesioner CFSS-DS karena alat ini memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi dan telah teruji, sederhana dan mudah digunakan, mampu membedakan antara anak yang takut dan tidak takut terhadap dental, dan telah banyak digunakan dalam standar pengukuran Internasional. 1, 5 Fakultas Kedokteran Gigi

14 dental. 6 Alasan ini didukung dengan pendapat yang menyatakan bahwa kecemasan 45 Pada penelitian ini, digunakan kuesiner CFSS-DS yang telah dimodifikasi urutan dari 15 variabelnya. Hal ini bertujuan agar pertanyaan dimulai dari variabel umum baru kemudian masuk ke pertanyaan yang spesifik dalam lingkungan praktik dental. Sistematika pertanyaan yang runtun diharapkan dapat membimbing pola pikir anak dan memperlancar wawancara. Dalam melakukan pengolahan data ini digunakan uji nonparametrik Chi Square dengan program statistik. Tujuan dari uji ini diharapkan dapat diketahui apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan dental yang bermakna antara usia 6 dan 9 tahun dan jenis kelamin. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan uji Chi Square adalah memiliki 2 kelompok kategorik (nominal atau ordinal) tidak berpasangan, sebaran datanya tidak normal, dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. 34 Hal menarik yang terlihat, variabel yang paling ditakuti anak usia 6 dan 9 tahun sama yaitu variabel 7 (jarum suntik) sebesar 12% (12 orang) untuk anak 6 tahun dan 10% (10 orang) untuk anak 9 tahun. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan disuntik merupakan prosedur invasif yang dapat menimbulkan rasa sakit sedangkan rasa sakit merupakan pencetus dari kecemasan dan ketakutan dental yang tinggi secara signifikan terkait dengan prosedur dental yang invasif seperti jarum suntik. Hal ini diperjelas oleh Kleinknecht dan Lenz yang menyatakan bahwa perawatan invasif tersebut erat kaitannya dengan darah dan perasaan takut akan luka pada tubuh yang tipikal muncul pada anak anak. 7 Selain itu penelitian Locker, Lindell, Dempster, dan Shapiro (1999) menunjukkan bahwa 74,8% pasien dengan pengalaman dental menyakitkan erat kaitannya dengan kecemasan dental dan tentunya disuntik merupakan hal yang menyakitkan. 7 Bila diamati, variabel yang paling tidak ditakuti anak usia 6 dan 9 tahun juga sama yaitu variabel 11 (orang meletakkan instrumen dalam mulutmu). Jumlah anak yang menjawab tidak takut sama sekali untuk variabel ini pada usia 6 tahun ialah 74% (74 orang) dan 81% (81 orang) untuk anak usia 9 tahun. Hal ini disebabkan karena variabel tersebut bukan merupakan prosedur yang invasif. Fakultas Kedokteran Gigi

15 46 Kendati demikian terdapat keistimewaan yaitu perbedaan urutan kecemasan dental anak mulai dari kriteria sangat tinggi sampai sangat rendah. Pada anak usia 6 tahun yaitu jarum suntik, dokter gigi mengebor, dokter gigi mengebor dan tersedak, tersedak, dan orang meletakkan instrumen dalam mulutmu. Berbeda dengan anak usia 6 tahun, pada usia 9 tahun urutannya tingkat kecemasan dental dari sangat tinggi sampai sangat rendah yaitu jarum suntik, membuka mulut, disentuh orang asing dan dilihat orang lain, tersedak, orang meletakkan instrumen dalam mulutmu. Berdasarkan kriteria tinggi dan rendah, prevalensi anak usia 6 tahun yang memiliki kecemasan dental tinggi adalah sebesar 17% (17orang), dan dengan kriteria kecemasan dental rendah adalah sebesar 83% (83 orang). Pada anak usia 9 tahun yang memiliki kecemasan dental tinggi adalah sebesar 24% (24 orang), dan dengan kriteria rendah yaitu 76% (76 orang). Bila ditinjau dari aspek usia maka terlihat anak 9 tahun memiliki tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia 6 tahun. Namun perbedaannya tidak signifikan yakni sebesar 7% (7 orang). Hal ini dapat terjadi karena pengaruh yang kuat dari tahap sosial emosional anak. Pada usia 9 tahun anak berada dalam periode integrasi emosional dimana beberapa sifat emosional dalam dirinya masih labil seperti memiliki tingkat kecemasan yang tinggi bila dibandingkan dengan usia lain. Semua tuntutan dan kebinggungan dari usia sebelumnya terintegrasi dalam usaha pencapaian jati diri yang stabil. 29 Hal ini sejalan dengan pendapat Winner (1982) yang mengemukakan bahwa ada indikasi bertambahnya ketakutan dental anak seiring meningkatnya usia, khususnya setelah usia 7-8 tahun. Ia menyatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan fisiologis dan psikologis. Penelitian yang dilakukan Ollendick, Matson, dan Helsel (1985) juga menemukan tingginya angka takut akan bahaya pada remaja dibandingkan anak yang lebih muda. 18 Sementara literatur menyatakan bahwa anak usia 9 tahun merupakan tahap perubahan pra remaja. 9 Oleh karena itu, tampak bahwa anak yang lebih tua merasakan dan memproses pengalaman dental berbeda dengan anak yang lebih muda. 19 Situasi yang menyebabkan kecemasan biasanya hilang dengan cepat pada tahap akhir perkembangan. 29 Hal ini juga didukung oleh penelitian Herbertt dan Innes yang menemukan anak umur 8-9 Fakultas Kedokteran Gigi

16 47 tahun paling banyak mengalami kecemasan dental dan paling tidak kooperatif selama perawatan dental. 14 Bila dilihat dari aspek sosial, kita dapat melihat bahwa anak usia 9 tahun suka bergaul dalam kelompok, berdiskusi, dan memiliki perasaan empati yang kuat. 29 Akibatnya kecemasan dental dari teman sebaya dan orang tua dapat cepat dirasakan olehnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan ketakutan dental didapatkan melalui pembelajaran sosial dari saudara kandung, kenalan, dan teman. Anak dapat belajar dari cerita teman sebayanya yang dibesar - besarkan serta juga merefleksikan kecemasan dental orang tuanya. 17, 20. Selain itu, seiring bertambahnya usia, anak yang lebih tua tentunya memiliki risiko yang lebih besar untuk menerima perawatan restoratif yang lebih ekstensif dibandingkan anak yang lebih muda. 18 Hal ini juga salah satu hal yang dapat menyebabkan anak usia 9 tahun lebih cemas terhadap perawatan dental dibandingkan usia 6 tahun. Klinberg dan Raadal menyebutkan kecenderungan dari temperamen ialah sifat malu, yang ditemukan pada 10% populasi anak. Sifat ini mengakibatkan anak sulit beradaptasi dalam situasi baru. Hal ini tampak jelas saat bertemu orang asing. Pada situasi ini, anak yang pemalu dihalangi atau bahkan canggung, dengan perasaan ketegangan dan sedih serta cenderung keluar dari interaksi sosial. Kecenderungan temprament lainnya ialah emosi negatif seperti menangis, takut, marah dan temper tantrum. Dua kecenderungan temperamen tesebut yaitu malu dan emosi negatif telah diasosiasikan dengan rasa cemas dan takut terhadap perawatan dental. 17 Alasan ini sejalan dengan teori yang menyatakan anak usia 9 tahun memiliki karakteristik sensitif terhadap kritik dan mudah malu. 29 Hal ini sesuai dengan penelitian Locker, Lindell, Dempster, dan Shapiro (1999) yang menyatakan bahwa populasi yang menderita kecemasan dental sebanyak 13,3% terkait dengan pengalaman yang memalukan. 7 Sharma juga menyatakan bahwa secara neurologis, rongga mulut ialah salah satu regio yang paling sensitif dari tubuh manusia dan sumber perasaan aman. Hal ini disebabkan oleh banyaknya reseptor pengecapan rasa, sentuhan, temperatur dan persepsi sakit. Akibatnya seseorang mungkin malu dan takut menunjukkan status kesehatan mulutnya. 21 Fakultas Kedokteran Gigi

17 48 Hasil penelitian memperlihatkan pada usia 6 tahun anak perempuan memiliki perbedaan tingkat kecemasan dental yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan anak laki laki. Perbedaannya yang terjadi besar yakni sebesar 16%. Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Liddell dan Murray bahwa tingkat kecemasan dental anak perempuan lebih besar dibandingkan anak laki laki. 18 Lindell dan Locker (1977) juga menyatakan bahwa perbedaan ini disebabkan karena persepsi bahwa perempuan memiliki kontrol yang lebih lemah dalam prosedur dental. 35 Selain itu ada penelitian yang menyatakan bahwa perempuan memiliki rasa takut yang lebih besar pada stimuli yang spesifik seperti jarum suntik dan bur dibandingkan laki laki sedangkan kita tahu jarum suntik dan bur adalah 2 hal yang erat kaitan dengan kerja dokter gigi. Penelitian juga menyatakan bahwa perempuan memiliki ambang rasa sakit yang lebih rendah dibandingkan laki laki sehingga toleransi terhadap rasa sakit juga rendah. Penemuan Pierce dan Kirkpatrick (1992) yang diterbitkan dalam jurnal psikologi juga menambahkan bahwa wanita lebih terbuka dalam mengekspresikan ketakutan dibandingkan laki laki. 36 Uniknya hal ini terjadi bertentangan pada anak usia 9 tahun dimana tingkat kecemasan dental anak laki laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Hal ini dapat dijelaskan oleh adanya perbedaan kematangan fisiologis dan emosional dari anak perempuan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki laki pada usia tersebut. Dimana anak laki laki usia 9 tahun baru mulai belajar mandiri sehingga proses kemandirian itu anak banyak merasakan perasaan tidak aman. 30 Kematangan emosional akan meningkatkan kemampuan mengevaluasi dan menangani ketakutan. Anak yang secara mentalnya bertumbuh memiliki kemampuan untuk konsentrasi pada tujuan, menahan sakit dan memotivasi dirinya sesuai tuntuan lingkungan. 10 Adapun kelemahan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini ialah tidak mengikutsertakan pemeriksaan fisiologis untuk mendeteksi curah jantung, tekanan nadi, konduksi kulit, ketegangan otot, tekanan darah, saliva sekresi yang merupakan ciri ciri meningkatnya kecemasan dental. Fakultas Kedokteran Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Rasa Takut dan Cemas Rasa takut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti objek internal dan hal yang tidak disadari. Menurut Darwin kata takut (fear) berarti hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut anak, banyak hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah melakukan perawatan rutin ke dokter gigi. Perawatan rutin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa mereka dihadapkan dengan pasien anak yang memiliki rasa cemas yang berlebih (Williams dkk., 1985). De

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang. Seseorang seharusnya memeriksakan giginya setiap enam bulan sekali. Sebagian masyarakat awam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anxiety adalah perasaan berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon terhadap ancaman yang akan datang. Kecemasan merupakan respon normal terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cemas dan Takut Yang dimaksud dengan kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak jelas, tidak menyenangkan atau tidak nyaman disertai tanda bahwa sesuatu yang tidak diinginkan

Lebih terperinci

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN 1 TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155 PENDAHULUAN Perawatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemas adalah fenomena dimana seseorang merasa tegang, takut dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). Kecemasan dental adalah masalah

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan Rasa cemas merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu bahaya yang akan terjadi. Rasa cemas dan rasa takut sering berhubungan erat tapi diantara keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rasa cemas dan takut Rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi pada anak anak telah dikenali sebagai sumber masalah kesehatan yang serius. Rasa takut biasanya dirangsang oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY.

BAB III METODE PENELITIAN. orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik, penelitian pola asuh orangtua dengan menggunakan rancangan cross-sectional (Notoadmojo, 2012). B. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...... i PRASYARAT...ii PERNYATAAN PERSETUJUAN...... iii LEMBAR PENGUJI... iv LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri Anak dan Ilmu Psikologi. sampel terpenuhi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri Anak dan Ilmu Psikologi. sampel terpenuhi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri Anak dan Ilmu Psikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Sub bagian Tumbuh Kembang Anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG M. Fatkhul Mubin, Dessy Maria Hanum Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS Abstraks

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain cross sectional. B. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan mekanik. Ketika prinsip tersebut diterapkan dengan tepat, gigi dapat dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan sampel penelitian sebanyak 48 anak untuk kelompok tanpa aksesoris dental

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cara menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale (CFSS-DS) terhadap pasien

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga bulan Mei tahun 2017 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan atau keadaan khawatir dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya ilmu Obstetri Ginekologi dan ilmu Fisiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi berhubungan dengan rasa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Kelamin. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit 3.2 Tempat dan waktu penelitian Semarang. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik merupakan salah satu hal yang paling penting bagi semua orang, terutama remaja. 1 Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

Lebih terperinci

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik. Studi ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara tingkat stres dengan tingkat

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 10-13 TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Meika Nur Sudiyanto 0502R00295

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan data primer dari semua pemulung di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua variabel dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah ilmu kedokteran, khususnya Ilmu Psikiatri dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi. 50 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian terdiri dari beberapa SMA di Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana observasi atau pengumpulan data variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan salah satu unit dasar yang bertanggung jawab dalam melestarikan integritas individu anggota keluarga yang akan membentuk struktur keluarga yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Biologi dan Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan dan Ketakutan Kecemasan diartikan sebagai suatu perasaan yang tidak jelas (samarsamar), tidak menyenangkan atau tidak nyaman disertai tanda bahwa sesuatu yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu studi observasional mencari hubungan antara variabel bebas dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak-anak seringkali setelah masa bayi kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang. Selama masa remaja, persentase mereka baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stres mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal dapat diartikan sebagai kelainan pada jaringan periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit periodontal, dikenal

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional untuk mengetahui prevalensi Kandidiasis Eritematosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. antara faktor dengan efek (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini, peneliti 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional. Penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk

Lebih terperinci