BAB I PENDAHULUAN Untold Miseries: Wartime Abuses and Forced Displacement in Burma s Kachin State, Human Rights Watch,
|
|
- Farida Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar dahulu bernama Burma adalah negara dengan tingkat multikultur yang sangat tinggi. Setidaknya terdapat 135 etnis berada di negara tersebut, 1 dengan lebih dari 100 bahasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. 2 Tingginya diversitas di Myanmar membuat ia dihadapkan kepada berbagai masalah, termasuk isu minoritas. Masalah minoritas harus ditanggung oleh Myanmar sejak era pra-kemerdekaan hingga kini. Sebagai contoh, pada tahun 1962, pemimpin Burma Jenderal Ne Win menyatakan bahwa kudeta yang ia lakukan bertujuan untuk mempersatukan negara tersebut. Tetapi, pada tahun yang sama dengan berlangsungnya kudeta, militer Myanmar atau Tatmadaw melancarkan serangan-serangan masif ke sejumlah etnis minoritas. Dalam kehidupan Myanmar kontemporer, mungkin sebagian dari kita telah mengetahui beberapa isu minoritas di negara ini. Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir dunia internasional banyak menyoroti kasus minoritas Muslim Rohingnya yang mendiami Rakhine State di Myanmar. Namun, sebenarnya masih terdapat permasalahan-permasalahan lain yang belum banyak mendapat perhatian, termasuk yang terjadi pada etnis Kachin di Kachin State. Etnis ini menempati wilayah paling utara Myanmar yang berbatasan langsung dengan Cina (lihat Gambar 1). Etnis Kachin berbeda dari mayoritas masyarakat Myanmar, yang biasa disebut Bamar, terutama dari segi agama, bahasa, dan cara bekerja dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Dari segi agama, misalnya, 90 hingga 95% etnis Kachin memeluk agama Kristen, 3 sedangkan kaum Bamar menganut agama Budha. Konflik yang terjadi antara minoritas Kachin dengan pemerintah Burma/Myanmar telah terjadi sejak lama. Pada masa menjelang kemerdekaan Burma, salah seorang tokoh terkemuka bernama Aung Saan mencoba untuk menyatukan berbagai etnis minoritas di Burma melalui Perjanjian Panglong. Etnis Kachin juga turut bergabung pada perjanjian yang ditandatangani 1 Untold Miseries: Wartime Abuses and Forced Displacement in Burma s Kachin State, Human Rights Watch, March 2012, p. 22, < burma0312forupload_1_0.pdf>, diakses pada 30 Juni J. Bray, Ethnic Minorities and Future of Burma, The World Today, vol. 48, no. 8/9, 1992, p D. Steinberg, Burma/Myanmar: What Everyone Needs to Know, Oxford University Press, New York, 2013, p. 108.
2 pada tahun 1947 tersebut. Perjanjian Panglong menjamin perwujudan hak-hak minoritas Kachin sebagai bagian dari pemerintahan federal Burma dengan diberikannya kewenangan otonomi daerah. Sebagai timbal baliknya, etnis Kachin bersama kelompok minoritas yang lain akan turut berjuang merebut kemerdekaan Burma. Namun, tewasnya Aung Saan sebelum Burma sempat merdeka membuat isi perjanjian ini tidak pernah dapat terealisasikan. Timbullah perlawanan dari etnis Kachin terhadap pemerintah yang dianggap tidak mampu menjamin hak-hak mereka. Perlawanan tersebut diwujudkan dengan jalan membentuk Kachin Independence Army (KIA) pada tahun Gambar 1. Wilayah Etnis Kachin 4 Konflik bersenjata terus berlanjut, mengakibatkan sejumlah persoalan kemanusiaan seperti melambungnya jumlah pengungsi, perekrutan tentara anak, dan berbagai tindak pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Hingga pada akhirnya pada tahun 1994 tercapai kesepakatan dalam 4 M. Lewis, Dams and the Ignored Ethnic Conflict in Northern Burma, GeoCurrent (daring), 10 October 2011, < diakses pada 10 Oktober 2014.
3 sebuah perjanjian yang dilakukan di Myitkyina antara KIA dengan pemerintah Myanmar untuk melakukan gencatan senjata. Situasi konflik mereda dengan kesepakatan gencatan senjata. Namun, itu bukan berarti bahwa sejak itu kondisi di Kachin State benar-benar damai. Hingga pada akhirnya, pada tahun 2011 konflik bersenjata antara KIA dan militer Myanmar kembali terjadi setelah selama 17 tahun berhasil diredam. Dari hari ke hari semakin banyak pelanggaran atas hukum humaniter dalam konflik etnis di Myanmar yang melibatkan orang-orang Kachin. Misalnya, penyerangan terhadap warga sipil, pengrusakan properti warga etnis Kachin, pemerkosaan terhadap perempuan-perempuan Kachin, dan perekrutan tentara anak. Sebagian warga sipil pun berpindah ke Cina atau Thailand untuk menyelamatkan diri. Sebagai contoh, para perempuan Kachin yang berkeinginan untuk memperbaiki nasib mencoba peruntungan dengan bekerja di wilayah Cina, dimana biasanya mereka akan bekerja sebagai pekerja di pabrik dengan upah yang sangat rendah. Terkadang, mereka juga akan menikah dengan pria-pria di wilayah yang mereka datangi dengan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Skripsi ini akan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konflik Kachin terjadi pada tahun Hal ini penting mengingat pada tahun 2010 Myanmar melangsungkan pemilihan umum yang mendudukkan Thein Sein sebagai presiden. Dalam pidato pertamanya yang ditujukan kepada media Barat, Thein Sein mengatakan bahwa pemerintahan baru Myanmar akan mendorong perubahan dari sikap pemerintahan sebelumnya yang koersif ke arah yang lebih demokratis, termasuk dengan melepaskan tahanan-tahanan politik dan memulai perundingan damai dengan kelompok-kelompok minoritas. 5 Namun, yang terjadi pada kelompok minoritas Kachin adalah sebaliknya dengan terjadinya kembali konflik sejak tahun Isu ini menjadi lebih penting, terlebih lagi di tahun 2014 Myanmar bertindak sebagai Ketua ASEAN, sebuah organisasi kawasan yang sangat menjunjung tinggi penegakan HAM. Kontradiksi yang muncul dari pemerintahan Thein Sein menyangkut etnis Kachin perlu dikaji lebih lanjut disertai dengan proyeksi penyelesaian konflik Kachin. 5 Thein Sein says Burma on right track to Democracy, BBC News Asia (daring), 20 January 2012, < diakses pada 15 Juni 2014.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mengajukan dua pertanyaan penelitian: (1) Mengapa konflik Kachin kembali terjadi pada tahun 2011?, dan (2) Mengapa konflik Kachin tidak kunjung dapat diselesaikan? C. Kerangka Berpikir Untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian di atas, penulis akan menggunakan teori protracted social conflict (PSC) dari Edward Azar, salah satu ahli di bidang resolusi konflik. Teori ini muncul di tengah-tengah pemikiran para penstudi hubungan internasional yang di akhir tahun 1970-an cenderung hanya berfokus pada konfik antarnegara. Baru pada tahun 1990-an, ilmu hubungan internasional mulai menengok pada konflik dalam-negara yang disebut dengan beberapa istilah, mulai dari perang saudara, konflik etnis, konflik internal, hingga konflik di negara-negara pasca-kolonial. 6 Teori PSC lebih dalam menyoroti konflik yang berhubungan dengan relasi antara negara dan kelompok minoritas. Menurut Azar: Protracted social conflicts occur when communities are deprived of satisfaction of their basic needs on the basis of the communal identity. However, the deprivation is the result of a complex causal chain involving the role of the state and the pattern of international linkages. Furthermore, initial conditions (colonial legacy, domestic historical setting, and the multicommunal nature of the society) play important roles in shaping the genesis of protracted social conflict. 7 Teori PSC menjelaskan sebab-sebab terjadinya konflik sosial yang berlarut-larut dalam sebuah negara. Ia merefleksikan kompleksitas suatu konflik dengan secara khusus memperhatikan perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Teori ini memiliki karakter sendiri, yang dibagi oleh Azar ke dalam tiga hal, yakni genesis, dinamika proses, dan outcome analysis. Genesis berkenaan dengan transformasi situasi non-konfliktual menjadi situasi konfliktual. Di dalam genesis terdapat empat variabel sebagai berikut: a) Communal content, yakni hal-hal yang berkaitan dengan identitas kelompok yang berkonflik, seperti ras, agama, etnis, budaya, dan lain-lain. Benturan identitas komunal 6 H. Miall, O. Ramsbotham & T. Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution, 2 nd edn, Polity Press, Cambridge, 2005, p E. Azar, The Management of Protracted Social Conflict: Theory & Cases, Aldershot, Dartmouth, 1990, p. 12.
5 bisa saja terbentuk dari pembagian peran yang dilakukan di era kolonial maupun permusuhan secara historis. 8 Secara umum, pola yang terjadi ialah salah satu atau beberapa kelompok mendominasi kekuasaan di suatu negara yang biasanya kemudian mengabaikan kepentingan kelompok-kelompok lain yang identitasnya berbeda. b) Human needs, berkenaan dengan dirampasnya hak-hak dari pihak yang berkonflik, meliputi kebutuhan-kebutuhan akan keamanan, pembangunan, akses politik, dan pengakuan identitas. Pihak yang dirampas haknya akan meluapkan keluhan (grievance) mereka secara kolektif. Dalam bukunya, Azar menulis: Whilst one group of individuals may enjoy satisfaction of those needs in abundance, others do not. Grievances resulting from need deprivation are usually expressed collectively. Failure to redress these grievances by the authority cultivates a niche for a protracted social conflict. 9 c) Incompetent government, yakni pemerintah dari negara yang berkonflik tidak memiliki kapabilitas untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar bagi setiap orang yang berada di bawah yurisdiksinya. Karakteristik incompetent government diidentikkan dengan pemerintahan yang bersifat otoriter dan rapuh. Fenomena ini dapat terjadi sesuai dengan tipe rezim yang berkuasa dan tingkat legitimasi pemerintahan tersebut. d) International linkages, dibagi menjadi dua komponen, yakni ketergantungan ekonomi dan client relationship. Ketika sebuah negara memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi secara ekonomi terhadap lingkup ekonomi yang lebih luas (internasional), hal ini seringkali berimbas pada intervensi kebijakan domestik di negara yang bersangkutan. Intervensi tidak jarang juga diperburuk dengan penolakan kebutuhan kelompokkelompok tertentu (biasanya minoritas). Sementara itu, client relationship lebih mengacu pada hubungan di bidang politik dan keamanan. Dalam kasus-kasus tertentu, keamanan suatu negara dijamin oleh negara atau aktor hubungan internasional yang lain. Muncullah bentuk-bentuk hubungan loyalitas tertentu dengan si penjamin keamanan tersebut, yang mengakibatkan negara justru lebih berfokus untuk memenuhi kepentingan pihak asing alih-alih kebutuhan rakyatnya. 8 Azar, p Azar, pp. 7-8.
6 Karakter teori PSC selanjutnya ialah dinamika proses. Ketika genesis telah teridentifikasi dalam sebuah potensi konflik, yang selanjutnya akan dilihat adalah aktivasi atas konflik tersebut. Faktor penentu dari aktivasi konflik yang dimaksud Azar terdiri dari tiga hal. Pertama, communal actions and strategies, yakni bahwa serangkaian tindakan dari kelompok komunal yang terlibat konflik akhirnya menjadi pemicu eskalasi konflik. Pemicu ini dapat berupa peristiwa-peristiwa sederhana, namun kemudian mampu menjadi titik balik untuk menciptakan konflik yang lebih besar. Dalam hal ini, kelompok komunal yang terus-menerus mengalami represi cenderung akan memunculkan strategi berupa pengembangan organisasi dan peran kepemimpinan serta berupaya menghimpun dukungan dari aktor di luar konflik. Kedua, state actions and strategies, yang merupakan bentuk perlawanan negara terhadap tindakan yang dilakukan oleh kelompok komunal. Perlawanan ini acapkali ditunjukkan dengan bentuk represi dan tindak kekerasan. Ketiga, built in mechanism of conflict, yang berkenaan dengan dampak negatif dari konflik yang berkepanjangan sehingga justru memunculkan antagonisme yang tinggi antara negara dengan kelompok-kelompok komunal. Terakhir, karakter teori PSC ialah outcome analysis, di mana Azar menyatakan terdapat empat kemungkinan konsekuensi dari PSC. Pertama, deterioration of physical security, yakni konsekuensi kerusakan fisik dari sebuah konflik. Dalam sebuah konflik yang berlarut-larut, kerusakan fisik juga menimbulkan terhambatnya proses pembangunan di wilayah konflik yang dapat memunculkan potensi konflik baru. Kedua, psychological ossification, yaitu memburuknya perpecahan di antara pihak yang berkonflik karena diasumsikan kebencian satu sama lain terus meningkat selama konflik berlangsung. Yang ketiga, institutional deformity, yaitu bahwa konflik yang berlarut-larut menyebabkan kelumpuhan lembaga-lembaga politik, disertai dengan meluasnya fragmentasi sosial. Terakhir, increased dependency and cliency, yakni meningkatnya ketergantungan masing-masing pihak yang berkonflik terhadap pihak eksternal yang membantu mereka selama konflik berlangsung. Dalam teori PSC Azar juga menegaskan bahwa konflik semacam ini tidak memiliki clear end-point dan tidak jelas mana pihak yang menang dan yang kalah. Menurut Azar, pembangunan merupakan solusi dari PSC. Jika negara tidak mampu melakukan pembangunan yang progresif, PSC akan terus berlangsung.
7 ... long-term development is essential to address fundamental causes, for Azar, peace is development in the broadest sense of the term. 10 Ditekankan pula bahwa semakin lama konflik berlangsung, semakin melanggengkan sikap antagonisme antar pihak yang berkonflik dan menciptakan konflik yang semakin solid. Hal ini disebabkan oleh kian menyempitnya opsi untuk kompromi dan minimnya political solutions. Dalam kondisi demikian, negara identik dengan upaya untuk mempertahankan kekuasaannya. Selain itu, dalam PSC, akan terdapat kecenderungan untuk memunculkan kepentingankepentingan baru yang turut mendorong konflik semakin kompleks. Pasalnya, ketika PSC telah mencapai puncaknya, dalam kelompok komunal akan tercipta disintegrasi. Kelompok komunal yang terlibat dalam PSC akan terpecah dan menciptakan masalah-masalah internal di antara mereka. 11 Teori PSC akan digunakan untuk menganalisis penyebab kembali terjadinya konflik Kachin pada tahun 2011, dengan menghubungkan konflik tersebut dengan ketiga karakter sebagaimana disebutkan oleh Azar. Karakter genesis akan membantu dalam analisis potensi awal penyebab konflik Kachin. Misalnya, dimensi communal content dimana etnis Bamar mendapatkan perlakuan yang istimewa dalam struktur kehidupan di Myanmar. Begitu pula dimensi international linkages dari dimensi genesis akan dipakai untuk melihat keterlibatan aktor internasional dalam membuat berlarut-larutnya konflik Kachin. Kemudian, karakter dinamika proses akan digunakan untuk menganalisis tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh pemerintah Myanmar maupun KIA yang mengaktivasi konflik Kachin Akhirnya, teori PSC juga akan digunakan untuk mengidentifikasi penyebab sulitnya menyelesaikan konflik Kachin yang hingga sekarang masih terus berlangsung. D. Hipotesis Terjadinya konflik Kachin pada tahun 2011 dapat dilihat dari alasan kedua belah pihak. Dari sisi KIA, mereka melakukan perlawanan sebagai bentuk kekecewaan atas tidak dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kelompok minoritas oleh pemerintah Myanmar. Sementara itu dari sisi pemerintah, terdapat dua faktor yang mendorong pemerintahan Thein Sein untuk kembali merepresi etnis Kachin, yaitu pengistimewaan secara berlebihan oleh pemerintah terhadap etnis Bamar selaku etnis mayoritas dan perebutan sumber daya di wilayah Kachin State. Kemudian, 10 Miall, Ramsbotham & Woodhouse, p Azar, p.15.
8 konflik Kachin tidak kunjung dapat diselesaikan mengingat kebencian kedua pihak yang berkonflik semakin bertambah akibat durasi konflik yang sudah terlalu lama. Ini juga mengakibatkan titik temu antara kepentingan KIA dengan pemerintah belum tercapai. E. Metode Pengumpulan Data Data-data yang didapatkan dalam skripsi ini diperoleh dari studi literatur, seperti sumber buku, artikel jurnal, laporan-laporan penting, situs pemerintah, maupun sumber dari internet yang dapat dibuktikan validitasnya. Selain itu penulis juga menggunakan metode wawancara secara online kepada aktor-aktor yang terlibat atau menguasai tentang Konflik Kachin. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini direncanakan akan terdiri dari lima bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua akan menyoroti relasi negara dengan etnis minoritas di Myanmar, khususnya etnis minoritas Kachin. Bab ini juga akan membahas dinamika konflik Kachin sejak era kolonialisme hingga situasi kontemporer. Bab Ketiga akan menganalisis penyebab terjadinya konflik Kachin di tahun 2011 dengan merujuk kepada teori PSC. Dalam bab ini secara khusus faktor-faktor penyebab terjadinya konflik akan dibagi dua, dari sisi KIA dan sisi pemerintah Myanmar. Kemudian Bab Keempat dilanjutkan dengan penjelasan mengenai upaya-upaya penyelesaian konflik Kachin dan mengapa upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil. Skripsi akan ditutup oleh Bab Kelima, yang berisikan kesimpulan dari inferens dari hasil temuan penelitian.
Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan
sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN J. Bray, Ethnic Minorities and the Future of Burma, Royal Institute of International Affair, 1992.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Myanmar merupakan negara yang memiliki beragam etnis dan agama. Sejak berakhirnya kolonialisme Inggris pada tahun 1948, muncul ketegangan diantara kelompok minoritas
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciPERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA. Triono * Abstrak
PERAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGNYA Triono * Abstrak Konflik dan kekerasan berbau SARA yang terjadi di Myanmar hingga kini belum terselesaikan dengan baik. Banyaknya faktor yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciHUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan
Lebih terperinciPerspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana
Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI 1 Cycle of Violence Tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingnya berulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciSejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik
Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinci4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk
DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara
BAB V KESIMPULAN Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara berkembang. Salah satu kawasan yang sangat dinamis dalam perkembangan politik dan ekonomi adalah kawasan Asia Tenggara. Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinci3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya.
Keynote Speech Wakil Menteri Luar Negeri RI: HE. Dr. A.M. Fachir Pada SEMINAR INTERNASIONAL THE ROLE OF SOUTHEAST ASIA COUNTRIES IN FONCLICT RESOLUTION IN THE MIDDLE EAST A. Pendahuluan 1. Konflik dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciTERJADINYA PERANG SUDAN
TERJADINYA PERANG SUDAN Oleh : Davy Nuruzzaman Abstraksi Sudan adalah sebuah negara yang terletak di benua Afrika,negara yang dikenal sebagai ladang minyak ini berbatasan dengan negara Mesir di sebelah
Lebih terperinciBAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA
BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)
BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik) Dilihat dari gambaran umum dan penyebab konflik, maka dapat diciptakan sebuah model 2x2 matriks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 119, 2005 AGREEMENT. Pengesahan. Perjanjian. Hak Sipil. Politik (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan. Mediasi yang..., Henny Lusia, FISIP UI, 2010.
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah mengalami beberapa konflik internal, beberapa konflik horisontal dan ada juga konflik vertikal salah satu konflik yang terjadi di Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan
Lebih terperinciPERAN OFFICE OF THE HIGH COMMISSIONER FOR HUMAN RIGHT DALAM PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR ( )
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 42-50 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PERAN OFFICE OF THE HIGH COMMISSIONER FOR HUMAN RIGHT DALAM PENYELESAIAN KASUS GENOSIDA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.
BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal
BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya
Lebih terperinci2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari konteks Hubungan Internasional yang lebih luas, Myanmar merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari konteks Hubungan Internasional yang lebih luas, Myanmar merupakan negara terbesar di perbatasan Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Adanya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Rani Anggia Puspita, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gejolak politik yang terjadi di Myanmar, amat disoroti dalam pemberitaan dunia internasional. Sistem pemerintahannya yang dipertahankan selama puluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang
BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Sentralisme pemerintahan yang telah lama berlangsung di negeri ini, cenderung dianggap sebagai penghambat pembangunan daerah. Dari sekian banyak tuntutan yang diperhadapkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kini Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi issue internasional yang sangat penting, bahkan bagi negara-negara maju HAM dijadikan senjata untuk menekan
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM
SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian
Lebih terperinciSTATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinci4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia
iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Republik Demokratik Timor Leste sebagai negara baru yang sedang berkembang memerlukan berbagai kebijakan pemerintahan di segala bidang dalam mencapai tujuan
Lebih terperinciHubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni
Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.
BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya
Lebih terperinciPidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011
Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU
Lebih terperinciDinamika Konflik Kekerasan Pasca Orde Baru
Pengantar Redaksi Dinamika Konflik Kekerasan Pasca Orde Baru Erupsi konflik kekerasan pada awal kejatuhan rezim Soeharto menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan marak terjadi di beberapa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. di berbagai belahan dunia. Di titik ini, norma-norma HAM menyebar luas ke seluruh
BAB V KESIMPULAN Pasca Perang Dunia II terdapat perubahan penting dalam sistem sosial dan politik di berbagai belahan dunia. Di titik ini, norma-norma HAM menyebar luas ke seluruh dunia dan mengalami proses
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN SARAN
8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. A. Pendahuluan
BAB V. Kesimpulan A. Pendahuluan Kebijakan nation building yang diterapkan di Malaysia saat ini (dengan basis identitas etnis Melayu sebagai kelompok etnis yang dominan) tidak berjalan seperti yang diharapkan
Lebih terperinciKOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1]
1 KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya 1. Dalam Komentar Umum No. 4 (1991), Komite
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan anugerah Nya yang
Lebih terperinciLATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi
LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI Oleh: Yasir M Hadi Sebelum kita berbicara tentang masalah konflik antara India dengan Pakistan,terlebih dahulu kita harus
Lebih terperinci