Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun"

Transkripsi

1 Finesta Vol 3 No.1(2015) Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun Ronaldi Rantelino, Njo Anastasia, Gesti Memarista Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto , Surabaya ronaldi_09061@yahoo.com ; anas@peter.petra.ac.id ; gesti@peter.petra.ac.id Abstrak Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 sangat berdampak pada semua aspek ekonomi terutama perbankan yang berpengaruh ke kebangkrutan properti yang merupakan akibat dari penggunaan utang jangka pendek sehingga pada saat jatuh tempo, perusahaan mengalami gagal bayar. Penelitian ini dimaksudkan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan properti yang terdaftar di Busa Efek Indonesia menggunakan model Altman Z"-Score, selain itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kaitan indikasi kebangkrutan Altman Z"-Score perusahaan properti dengan pola properti di Indonesia pada umumnya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan model Altman Z"-Score untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan properti yang di kelompokan menurut market capitalization. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa perusahaan pada middle capitalization dan big capitalization yang terindikasi bangkrut sedangkan small capitalization tidak terdapat perusahaan yang terindikasi bangkrut. Kata kunci - Market capitalization, atlman Z"-Score, kebangkrutan, pola perkembangan properti Abstract The crisis that hit Indonesia in 1998 greatly impact on all aspects of the economy, especially banking bankruptcy affect the property. Which is a result of the use of short-term debt so that the company does not have much time to restructure the company. This study aimed to predict bankruptcy listed property company in Indonesia using models Foam Effect of Altman Z "- Score, in addition, this study also aimed to determine the association indication bankruptcy Altman Z" -Score property company with properties in Indonesia patterns in general.this research is descriptive using a model of the Altman Z "-Score to predict bankruptcy grouped property companies with large market capitalization owned. The results of this study showed that there are several companies in the middle and big capitalization indicated bankrupt while there are small capitalization bankrupt company indicated. Key words-market capitalization, atlman Z "-Score, bankruptcy, property pattern 1. PENDAHULUAN Ekonomi global terus mengalami penurunan sejalan dengan dampak krisis dari negara-negara maju yang mulai dirasakan negara-negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi di negara maju mengalami penurunan yang disebabkan oleh kinerja ekonomi negara-negara di kawasan Eropa yang masih dihadapkan dengan permasalahan utang, kontraksi fiskal, terbatasnya ruang kebijakan moneter, tingkat pengangguran yang tajam, rapuhnya sektor keuangan, serta merosotnya kepercayaan pasar (Harahap et al., 2012). Selain negara-negara di Eropa, Amerika Serikat juga merupakan salah satu negara maju yang berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dimana negara tersebut menjadi salah satu negara dengan tujuan ekspor utama dari negara-negara di dunia. Krisis yang melanda Amerika menyebabkan permintaan barang impor menurun dan mengurangi pendapatan negara lain, akibat dari menurunnya ekspor. Krisis tersebut dipicu oleh kredit macet perumahan di Amerika yang menyebabkan sejumlah pengembang mengalami gagal bayar atau yang lebih dikenal dengan subprime mortgage. Kredit ini ditandai dengan pengenaan suku bunga yang lebih tinggi dari normal dan penyalurannya cenderung kurang hati-hati bahkan keuangan si peminjam tidak dianalisis dengan seksama. Masalah kredit membuat harga surat utang berbasis subprime mortgage yang nilainya sudah berlipat-lipat jatuh drastis. Akibatnya, puluhan bank penyalur kredit maupun perusahaan investasi merugi seperti Bear Sterms, Northern Rock, Fannie Mae, Citigroup dan Freddie Mac, serta Lehman Brother mengalami kebangkrutan (Tyas, 2009). Kebangkrutan properti yang terjadi di Amerika Serikat juga terjadi di Indonesia pada tahun Pada tahun tersebut untuk pertama kalinya Indonesia dilanda krisis yang menyebabkan industri properti bangkrut. Menurut Laporan Perekonomian Indonesia tahun 1998 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, terdapat empat masalah mendasar yang membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk pada tahun 1998 yaitu kondisi makro sektor perbankan serta dampaknya terhadap kondisi makroekonomi, tingkat kompleksitas dan skala permasalahan yang dihadapi negara Indonesia serta dampaknya terhadap implementasi kebijakan ekonomi, kondisi sosial politik dan keamanan serta kaitannya dengan risiko usaha, dan kondisi ekonomi global. Properti mengalami kejatuhan drastis, karena sebagian besar pembiayaannya mengandalkan pinjaman dari perbankan nasional dan utang dari lembaga keuangan dari luar negeri dengan menggunakan utang jangka pendek. Selanjutnya, nilai tukar rupiah mengalami penurunan nilai yang sangat tajam dari Rp.2500 menjadi Rp per dollar AS mengakibatkan perusahaan menghadapi lonjakan kewajiban pembayaran luar negeri dalam rupiah (Laporan Perekonomian Indonesia, 1998). Sebagian besar kewajiban tersebut berjangka waktu pendek maka para debitur (perusahaan) tidak memiliki waktu yang cukup untuk restrukturisasi sehingga banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Kemudian, krisis kembali melanda perekonomian Indonesia pada tahun 2008, meskipun mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% pada triwulan III pada tahun 2008 namun memasuki triwulan IV perekonomian mulai mendapat tekanan berat. Hal itu

2 Finesta Vol 3 No.1(2015) tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama, karena kinerja ekspor menurun drastis. Menurut Tyas (2009), setiap perusahaan tidak ingin mengalami kebangkrutan khususnya perusahaan yang berada pada sektor properti sebab sektor tersebut merupakan indikator perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor properti terkait erat dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Selain itu, perkembangan sektor properti menimbulkan efek berkesinambungan bagi pertumbuhan sektor industi lainnya dan penyerapan tenaga kerja. Kebangkrutan bukan hanya menjadi beban perusahaan tetapi juga bagi para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Kehilangan sejumlah modal yang diinvestasikan pada perusahaan akan menjadi risiko dalam melakukan investasi dan sebaliknya jika perusahaan tersebut mengalami keuntungan maka akan menjadi keuntungan bagi investor. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi atau membeli saham perusahaan khususnya pada sektor properti, investor terlebih dahulu harus melihat kinerja dan prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga investor dapat mempertimbangkan segala macam risiko dan keuntungan yang akan diperoleh dari menginvestasikan modalnya. Indikasi kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dan ditelusuri dari laporan keuangan perusahaan. Dalam menganalisa laporan keuangan, terdapat beberapa rasio-rasio keuangan yang perlu diperhatikan untuk mengetahui keadaan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan metode analisa Altman Z-Score dapat dijadikan salah satu alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Menurut Altman (2000), rasio yang digunakan untuk menganalisa keuangan perusahaan yaitu rasio net working capital to total asset, retained earning to total asset, earning before interest and tax to total asset,book value of equity to book value of total liabilities. Rasio keuangan tersebut telah mengalami perombakan sebanyak tiga kali sehingga model -score. Model Altman yang ketiga ini telah dilakukan pada perusahaan yang berada di negara berkembang, pada perusahaan publik dan non publik, pada berbagai jenis ukuran perusahaan, semua jenis perusahaan yang berbeda-beda pada semua industri. Juga telah diterapkan pula pada perusahaan nonmanufaktur. Keakuratan dari model ini 70% pada prediksi kebangkrutan perusahaan untuk dua tahun sebelumnya dan 95% untuk periode satu tahun sebelumnya. 2. TEORI PENUNJANG Menurut Weston and Copeland (1992), kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan disefinisikan dalam beberapa arti : a. Kegagalan Ekonomi (economic failure) dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan. b. Kegagalan Keuangan (financial failure), bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu : 1) Insolvensi teknis, perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan utangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. 2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam penelitian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. A.Faktor Faktor Penyebab Kebangkrutan Faktor Eksternal Perusahaan Menurut Weston dan Copeland (1992), faktor faktor penyebab kebangkrutan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan yaitu : a. Ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. b. Sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup atau trend yang sedang terjadi di masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk perusahaan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat. c. Pemerintah Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain. Faktor Internal Perusahaan Menurut Darsono dan Ashari (2005), faktor yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dari sisi internal yaitu: a. Penyalahgunaan wewenang oleh karyawan maupun pemilik perusahaan yang merugikan perusahaan baik secara finansial maupun struktural perusahaan. Penyalahgunaan wewenang tersebut dapat berupa pemecatan karyawan demi kepentingan pribadi, bukan karena ketidakmampuan karyawan tersebut mengikuti tujuan perusahaan. b. Manajemen yang buruk dapat merugikan perusahaan karena arah dan tujuan perusahaan ditentukan oleh manajemen. Ketika manajemen salah dalam mengambil kebijakan atau tidak mampu menganalisa kebutuhan pasar maka hal tersebut akan dimanfaatkan oleh pesaing

3 Finesta Vol 3 No.1(2015) utnuk mengambil keuntungan sehingga mengakibatkan kerugian. Kapitalisasi Perusahaan Kapitalisasi perusahaan yaitu suatu harga saham perusahaan yang merujuk kepada nilai perusahaan tersebut. Klasifikasi saham berdasarkan nilai kapitalisasi perusahaan terbagi atas tiga jenis yaitu Big Capitalization, Mid Capitalization, Small Capitalization (Sulistyastuti, 2002). a. Big Capitalization, merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai di atas satu triliun. Saham-saham yang termasuk big Capitalization biasanya disebut juga dengan saham bluechip atau saham papan atas atau saham lapis pertama. Sahamsaham yang berkapitalisasi besar memberikan kontribusi 75% - 80% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEI. b. Mid Capitalization merupakan kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi Rp.100 milyar Rp. 1 triliun. Saham yang termasuk middle Capitalization disebut juga saham baby blue chip atau saham lapis kedua. Saham yang berkapitalisasi menengah ini memberikan kontribusi 15% - 17% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEI. c. Small Capitalization, merupakan kelompok saham yang memiliki nilai kapitalisasi kecil di bawah seratus milyar. Biasanya saham-saham yang termasuk dalam small Capitalization adalah saham yang jarang diperdagangkan yang bersifat tidak stabil dalam pergerakan harga sahamnya. Saham dengan kapitalisasi kecil, memberikan kontribusi sekitar 3% dari seluruh kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia. Salah satu metode yang digunakan dalam mengukur kebangkrutan suatu perusahaan yaitu menggunakan metode Altman Z-score. Model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali, yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z -Score), dan Z-Score modifikasi (Z -Score). Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Untuk dapat memprediksi kemungkinan kebangkrutan dari perusahaan-perusahaan di negara berkembang, maka Altman memodifikasi modelnya yang pertama kemudian menghasilkan persamaan kebangkrutan Z"-Score adalah sebagai berikut : Z" = 3,25 + 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 (2.3) Keterangan : X1 : modal kerja / total aset X2 : laba ditahan / total aset X3 : laba usaha (EBIT) / total aset X4 : nilai buku ekuitas / nilai buku total kewajiban Z : indeks keseluruhan Dalam Z -Score ini, Altman mengeliminasi variabel X5, yaitu rasio penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel yang sensitif terhadap industri sebagaimana jika rasio perputaran aset dimasukkan. Selain eliminasi variabel X5, Altman juga mengganti pembilang pada rasio variabel X4, yaitu dari nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas. Pada dasarnya, model Z"-Score dikembangkan oleh Altman untuk memperkirakan keadaan keuangan perusahaan-perusahaan penerbit obligasi yang berada di luar Amerika Serikat. Dalam model kebangkrutan untuk pasar negara berkembang, Altman menambahkan konstanta sebesar +3,25 dengan tujuan untuk menstandarisasikan nilai-nilai tersebut dengan nilai nol yang setara dengan obligasi dengan rating D (gagal bayar) di Amerika Serikat. Di samping itu, model modifikasi ini juga sangat berguna di dalam industri yang sejenis pembiayaan asetnya berbeda dari perusahaan-perusahaan lainnya, seperti serta tidak dibuatnya penyesuaian penting dalam laporan keuangan untuk kapitalisasi lease (sewa guna usaha). Untuk memprediksi apakah sebuah perusahaan di negara berkembang akan mengalami kebangkrutan atau tidak dalam dua tahun mendatang, maka discriminant area yang ditetapkan Altman adalah sebagai berikut : a. Z > 2,60 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil. b. Z < 1,21 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar. c. 1,21 < Z < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area). Model kebangkrutan modifikasi ini bisa diterapkan pada perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang berbeda-beda. Tingkat akurasi model ini yaitu sebesar 70% untuk dua tahun sebelumnya dan 95% untuk satu tahun sebelumnya. Namun demikian, Z -Score bukanlah model analisis keuangan yang sempurna dan harus dihitung serta ditafsirkan secara hati-hati. Hal-hal yang dapat menyebabkan hasil Z -score memberikan indikasi yang salah, antara lain : a. Nilai Z-Score bisa direkayasa keuangan lainnya. Z-Score akan efektif jika data yang dimasukkan dalam formula adalah data yang benar. b. Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah atau bahkan masih merugi. Nilai Z-Score biasanya rendah. c. Perhitungan Z-Score secara triwulanan pada suatu perusahaan dapat memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang di akhir tahun secara sekaligus. Kerangka Pemikiran

4 Finesta Vol 3 No.1(2015) METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian dengan metode penelitian deskriptif (descriptive research) Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan perusahaanperusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1998 dan setelah tahun 1998 sesuai dengan data dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Dari prediksi kebangkrutan perusahaan tersebut, dapat digunakan untuk melihat secara deskirptif mengenai pola properti yang terjadi di Indonesia mengikuti fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi. Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah seluruh perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan dalam pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan properti yang terdaftar di bursa efek sejak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia dan menyampaikan laporan keuangan dari tahun 1998 b. Perusahaan properti yang terdaftar di bursa efek setelah tahun 1998 dan menyampaikan laporan keuangan c. Perusahaan yang tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipahami (Sugiono, 2002). Penelitian ini menggunakan fungsi-fungsi dari microsof excel dalam mengelolah data. Langkah-langkah dalam menganalisa data yang dilakukan peneliti yaitu : a. Mengelompokkan perusahaan properti sesuai dengan kapitalisasi perusahaan (big Capitalization, midle Capitalization and small Capitalization) berdasarkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b. Menghitung rasio rasio sesuai dalam variabel yang ditetapkan Altman, yaitu rasio Net Working Capital to Total Asset, rasio Retained Earning to Total Asset, rasio Earning Before Interest and Tax to Total Asset dan rasio Book Value of Equity to Book Value of Total Liabilities. c. Hasil dari perhitungan rasio dalam variabel kemudian dimasukkan ke dalam formula Z -Score pada persamaan 2.3 d. Nilai Z-Score yang diperoleh dapat menunjukkan prediksi mengenai keadaan perusahaan. Jika nilai Z > 2,60 maka kemungkinan kecil perusahaan bangkrut dan Z < 1,21 menunjukan kemungkinan besar perusahaan bangkrut dan jika nilainya 1,21 < Z < 2,60 kemungkinan meragukan perusahaan bangkrut (grey area). e. Kemudian perusahaan dikelompokkan sesuai dengan nilai Z-Score di langkah sebelumnya berdasarkan market capitalization. f. Kemudian disusun pengelompokan perusahaan tersebut sesuai periode penelitian untuk dianalisa yang terkait dengan pola bisnis properti selama periode penelitian tersebut. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Setiap laporan keuangan perusahaan sampel yang telah dikelompokkan sesuai dengan besar Market Capitalization akan dianalisa menggunakan Altman Z"-Score dengan model Z" = X X X X4. Analisa kondisi perusahaan dapat dilihat melalui hasil dari nilai Z"-Score jika : a. Z" > 2,60 maka kemungkinan bangkrut perusahaan kecil, b. Z"< 1,21 berarti kemungkinan bangkrut perusahaan besar, c. jika 1,21 < Z" < 2,60 maka kemungkinan bangkrut meragukan (grey area). Sebelum menghitung nilai Z"-Score, terlebih dahulu menghitung nilai variable-variabel yang terkandung dalam model altman Z"-Score. Variable-variabel yang dimaksudkan yaitu rasio Net Working Capital to Total Asset(X1), rasio Retained Earning to Total Asset(X2), rasio Earning Before Interest and Tax to Total Asset(X3),rasio Book Value of Equity to Book Value of Total Liabilities(X4). Hasil dari perhitungan nilai Z"- Score adalah sebagai berikut : a. Perusahaan Small Capitalization TAHUN EMITEN Rista bintang mahkota Sejati Tbk Bekasi Asri Pemula Tbk b. Perusahaan Middle Capitalization EMITEN TAHUN Metro Realty Tbk Indonesia Prima Property Tbk Duta Pertiwi Tbk Pudjiati Prestige Tbk Suryamas Dutamakmur Tbk Bhuawanatala Indah Permai Tbk Goa Makassar Tourism Development Tbk Lamicitra Nusantara Tbk Bukit Darmo Property Tbk Perdana Gapura Prima Tbk Bumi Citra Premai Tbk Megapolitan Development Tbk Gading Development Tbk

5 Finesta Vol 3 No.1(2015) c. Perusahaan Big Capitalization EMITEN TAHUN Pakuwon Jati Tbk Roda Vivatex Tbk Summarecon Agung Tbk Duta Anggada Realty Tbk Intiland Development Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk Modernland Realty Tbk Ciputra Development Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Bakrieland Development Tbk Lippo Karawaci Tbk Lippo Cikarang Tbk Sentul City Tbk Ciputra Surya Tbk Global Land and Development Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Pikko Land Development TBk Dadanayasa Arthatama Tbk Laguna Cipta Grya Tbk Ciputra Property Tbk Alam Sutera Reality Tbk Cowell Development Tbk BumI Serpong Damai Tbk Metropolitan Kentjana Tbk Agung Podomoro Land Tbk Metropolitan Land tbk Greenwood Sejahtera Tbk Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Nirvana Deelopment Tbk Selama periode penelitian dari tahun 1998 sampai 2013, dari semua kolompok kapitalisasi pasar perusahaan yang mengalami indikasi kebangkrutan. Perusahaan tersebut adalah PT. Pakuwon Jati Tbk, PT. Duta Anggada Realty Tbk, PT. Summarecon Agung Tbk, PT. Duta Anggada Realty Tbk, PT. Metro Realty Tbk, PT. Modern Realty Tbk, PT. Ciputra Development Tbk, PT. Indonesia Prima Property Tbk, PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk, PT. Bakrieland Development Tbk, PT. Suryamas Duta Makmur Tbk, PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk, PT. Lippo Karawaci Tbk, PT. Sentul City Tbk, PT. Fortune Mate Indonesia Tbk, PT. Goa Makassar Toursm Development Tbk. Bila dikaitkan dengan indeks harga saham gabungan pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia, menunjukan jumlah perusahaan yang terindikasi bangkrut dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Indeks saham gabungan properti digunakan untuk melihat kaitan antara hasil Z"- Score yang di peroleh dengan pergerakan dari sahamsaham properti sejak tahun 1998 samapi 2013 seperti pada gambar 4.37 di bawah ini: Tahun Small cap Middle cap Big cap total Dari gambar di atas menunjukkan bahwa harga saham gabungan properti pada tahun 1998 mengalami peningkatan ke tahun 1999 kemudian menurun drastin ke tahun Di kaitkan dengan jumlah perusahaan yang terindikasi bangkrut pada tahun 1998 ada 11 perusahaan kemudian menurun menjadi 8 perusahaan pada tahun 1999 kemudian mengalami peningkatan jumlah perusahaan yang terindikasi bangkrut pada tahun 2000 yaitu 12 perusahaan. Harga saham gabungan properti mulai mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai 2007, sejalan dengan jumlah perusahaan yang terindikasi bangkrut pada hasil dari Altman Z"-Score yang berkurang sampai tahun Pada tahun 2008 dan 2009, harga saham gabungan mengalami penurunan akibat dari krisis yang melanda Amerika Serikat namun pada hasil dari Altman Z"-Score perusahaan yang terindikasi bangkrut tidak mengalami perubahan selama tahun 2008 dan Pada tahun 2010 sampai 2013 harga saham gabungan properti kembali mengalami peningkatan dan sejalan dengan hasil dari Altman Z"-Score yang mengalami pengurangan perusahaan yang terindikasi bangkrut. Dengan demikian secara deskriptif dapat dilihat bahwa pola perkembangan properti yang terjadi di Indonesia yaitu properti mengalami penurunan dari tahun 1999 sampai tahun Permintaan akan properti mulai meningkat pada tahun 2002 sampai 2007 kemudian menurun kembali di tahun 2008 dan 2009 namun mengalami peningkatan setelah tahun 2009 sampai Dari semua perusahaan yang terindikasi bangkrut, terdapat tiga perusahaan yang mengalami indikasi kebangkrutan yang terburuk yaitu PT. Duta Anggada Realty Tbk dari kelompok perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar, PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk dan PT. Indonesia Prima Properti Tbk dari kapitalisasi pasar menengah. Ketiga perusahaan tersebut mengalami indikasi kebangkrutan karena sepanjang periode penelitian perusahaan tersebut menggunakan hutang jangka pendek yang besar untuk membiayai operasional perusahaan namun tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga rasio net working capital to total asset yang dimiliki perusahan menjadi negatif yang berarti perusahaan rentan mengalami kerugian (Kamal, 2012). Dengan demikian, ketiga perusahaan tersebut mengalami kerugian maka total dan

6 Finesta Vol 3 No.1(2015) nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan (Kamal, 2012). Jika rasio EBIT to total asset dari ketiga perusahaan tersebut mengalami penurunan yang merupakan gejala dari kebangkrutan perusahaan (Diana, 2008). Sedangkan untuk rasion book value of equity to book value of total liabilities dari ketiga perusahaan positif yang nilai total hutang perusahaan masih seimbang dengan nilai asetnya sehingga perusahaan masih dapat memenuhi kewajibannya dari nilai buku kekayaan perusahaan. Perusahaan yang terindikasi bangkrut menurut hasil Z"- Score namun terus bertahan pada tahun berikutnya dikarenakan fokus bisnis dari perusahaan tersebut tudak hanya pada sektor properti saja namun pada sektor lain seperti jasa, manufaktur, konstruksi dan lain sebagainya. Ketika properti sedang mengalami penurunan pendapatan atau mengalami kerugian maka dapat ditanggulangi pendapatan dari sektor lainnya. Disamping itu, tingkat keakuratan hasil Altman Z"-Score hanya sekitar 56,25% untuk memprediksi keuangan perusahan-perusahaan yang ada di Indonesia ( Inge, 2003). Sehingga hasil dari Altman Z"-Score mencerminkan keuangan perusahaan yang sesungguhnya. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan rumusan masalah dengan pembahasan hasil dari perhitungan Z"-Score yang telah dilakukan maka dapat m disimpulkan Metode Altman Z"-Score dapat digunakan untuk melihat kebangkrutan yang terjadi pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari semua perusahaan yang terindikasi bangkrut, terdapat tiga perusahaan yang mengalami indikasi kebangkrutan yang terburuk yaitu PT. Duta Anggada Realty Tbk dari kelompok perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar, PT. Bhuawanatala Indah Permai Tbk dan PT. Indonesia Prima Properti Tbk dari kapitalisasi pasar menengah.. Berdasarkan kelemahan yang dimiliki oleh penelitian ini, penulis menyarankan untuk penelitian berikutnya : a. Sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan daftar perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara pada tahun1998 sampai 2013 sehingga penelitian ini tidak mencakup seluruh perusahaan sejak listing di bursa. Untuk itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel semua perusahaan properti sejak listing di bursa. b. Market capitalization yang digunakan pada penelitian menggunakan data market capitalization per tahun 2013 sehingga tidak melihat perubahan market capitalization selama periode penelitian. Untuk itu penulis menyarankan untuk menggunakan market capitalization perusahaan masing-masing selama periode penelitian. c. Penelitian ini tidak membuat model prediksi kebangkrutan yang baru sehingga hanya dianalisa secara deskriptif. Untuk itu penulis menyarankan untuk membuat model baru dalam mengalanisa kebangkrutan sesuai penelitian yang dilakukan. d. Pada penelitian ini menggunakan indeks harga properti resedensial yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan mencakup 14 kota besar di Indonesia dan belum mewakili seluruh property di Indonesia. Oleh karena itu penulis menyarankan untuk menggunakan data indeks harga properti mewakili properti di Indonesia dan mewakili seluruh daerah di Indonesia sehingga hasil prediksi kebangkrutan perusahaan properti lebih akurat. DAFTAR REFERENSI Altman, E. I. (2000). Predicting Financial Distress Of Companies: Revisiting The Z-Score and Zeta Model. Journal Of Finance. Bungin, H. B. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Harahap, B. A., Vianty, I., Agung, K., Junaedi, E., & Kosotali, A. (1998). Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia. Kamal, S. I. (2012). Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publick Di Bursa Efek Indonesia. Kountur, R. (2007). Metode Penelitian. jakarta: Buana Printing. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prof. Jogiyanto HM., A. M. (2008). METODOLOGI PENELITIAN SISTEM INFORMASI. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Raharjo, B. (1993). Analisis Rasio Keuangan Dengan Lotus yogyakarta: Andi Offset. Sugiono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sulustyastuti, D. R. (2002). Saham & Obligasi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tyas, A. A. (2009). Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Industri Properti Di Indonesia. VanHorne, J. C. (2002). Fundamental of Finance Management. San Fransisco: Stanford Univesity. Weston, J. F., & Copeland, T. E. (1992). Manajemen Keuangan. jakarta: Erlangga.

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. modal perusahaan real estate dan property di Indonesia saat ini berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan didukung oleh teoriteori yang dipelajari dan hasil pembahasan yang diperoleh mengenai analisis kebangkrutan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan semakin cepat mengikuti perubahan tekhnologi yang akan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan semakin cepat mengikuti perubahan tekhnologi yang akan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang mendasar atau struktural, dan proses ini akan terus berlangsung terus dengan laju yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dan lingkungan ekonomi yang semakin kompleks. Karena kondisi ini maka manajer keuangan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu

I.PENDAHULUAN. Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor properti dan real estate merupakan salah satu sektor terpenting di suatu negara. Hal ini dapat dijadikan indikator untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat Perusahaan Industri Property dan Real Estate Industri real estate dan property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Real estate merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Minat investor untuk berinvestasi pada Dana Investasi Real Estate (DIRE) atau yang lebih dikenal dengan Real Estate Investment Trust (REIT) kembali

Lebih terperinci

FLOWCHART PT.AGUNG PODOMORO LAND TBK TAHUN 2011 ROI 6.32%

FLOWCHART PT.AGUNG PODOMORO LAND TBK TAHUN 2011 ROI 6.32% LAMPIRAN 1 No Kode Nama Industri 2011 2012 2013 2014 1 ASRI Alam Sutera Reality, Tbk 10,15 11,20 6,22 6,23 2 BAPA Bekasi Asri Pemula, Tbk 3,94 2,89 2,88 9,27 3 BCIP Bumi Citra Permai, Tbk 1,01 2,75 7,52

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Real property

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Real property BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kehadiran pasar modal di Indonesia ditandai dengan banyaknya investor yang mulai menanamkan sahamnya dalam industri real estate dan property. Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. (Santoso, 2005). Perusahaan property and real estate adalah perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan sehingga mengalami kesulitan keuangan atau bahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang dipergunakan adalah data sekunder untuk semua variabel yaitu return

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang dipergunakan adalah data sekunder untuk semua variabel yaitu return 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan adalah data sekunder untuk semua variabel yaitu return saham, nilai tukar, inflasi, profitabilitas (ROA) dan solvabilitas (DER)

Lebih terperinci

Tri Yuono Saputra / Pembimbing: Dr. Masodah, SE., MMSI.,

Tri Yuono Saputra / Pembimbing: Dr. Masodah, SE., MMSI., PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Tri Yuono Saputra / 2282 Pembimbing: Dr. Masodah,

Lebih terperinci

Maylina Dinda A / Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia Susy Suhendra, MS

Maylina Dinda A / Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia Susy Suhendra, MS ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TELAH GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE Maylina Dinda A / 21208433 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Euphrasia

Lebih terperinci

Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar sebagai perusahaan publik

Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar sebagai perusahaan publik Lampiran 1 Daftar Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar sebagai perusahaan publik (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah: No Kode Saham Nama Emiten Tanggal IPO 1 APLN Agung Podomoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan antara variabel dalam suatu penelitian.desain penelitian dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENILAIAN KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN ANALISIS MODEL Z-SCORE ALTMAN (Studi Empiris: Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad 20, dunia investasi semakin semarak, meskipun badai krisis di Indonesia masih terasa sampai sekarang, namun para investor mulai mendapatkan titik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Industri real estate and property pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Thomsett (1994) real estate merupakan tanah dan semua peningkatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio, Earnings Per Share dan Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate Periode 2010-2012 4.1.1 Hasil Perhitungan Debt to

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: laba bersih, laba kotor, arus kas. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: laba bersih, laba kotor, arus kas. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Masalah ekonomi berubah setiap waktunya maka suatu perusahaan harus memiliki kemampuan untuk memprediksi keadaan di masa depan, Kinerja perusahaan dapat dilihat dari kondisi laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini para pemilik modal dapat memilih berbagai alternatif untuk menginvestasikan modalnya. Dana yang tersedia bisa dalam bentuk berbagai jenis tabungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi Global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan penderitaan yang dialami Indonesia. Salah satu yang menonjol adalah aspek ekonomi, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

BAB III METODE PENELITIAN.  untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Periode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah lima tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan kian pesat dan menjadi perekonomian terbuka. Perusahaan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

1. Gambaran Umum Perusahaan, hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: c. Struktur Perusahaan, entitas anak & Entitas Bertujuan Khusus (EBK);

1. Gambaran Umum Perusahaan, hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain: c. Struktur Perusahaan, entitas anak & Entitas Bertujuan Khusus (EBK); LAMPIRAN Lampiran 1 Butir-butir Pengungkapan Wajib KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR:KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN EMITEN ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang penelitian Berbagai macam sektor yang menggerakkan roda perekonomian, salah satunya adalah sektor properti. Investasi dalam bentuk properti masih menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar keuangan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Daftar Populasi Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun

LAMPIRAN 1. Daftar Populasi Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun No LAMPIRAN 1 Daftar Populasi Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 Nama Emiten Kode Emiten Tanggal Listing Kriteria 1 2 Sampel 1 Agung Podomoro Land APLN 11 Nov 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar keuangan dan

Lebih terperinci

BAB I tahun 1998 salah satunya berdampak pada sektor industri Property dan Real Estate.

BAB I tahun 1998 salah satunya berdampak pada sektor industri Property dan Real Estate. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Negara Indonesia, permasalahan mengenai kredit sudah berangsur lama sejak terjadinya krisis keuangan dari tahun 1998. Penyebab terjadinya karena menurunnya kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Dari kedua tujuan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Dari kedua tujuan tersebut,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode ini mengkhususkan pada studi kasus. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif. Menurut (Rochaety, 2007:17), Penelitian asosiatif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian asosiatif. Menurut (Rochaety, 2007:17), Penelitian asosiatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Lokasi, dan Waktu penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian asosiatif. Menurut (Rochaety, 2007:17),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Teoritis 2.1.1. Return Saham Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan semple pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016 pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. minim, khususnya di wilayah luar Jawa. Hal tersebut terjadi karena setelah krisis pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu subsektor dari sektor infrastruktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dikumpulkan ataupun diolah menjadi data untuk keperluan analisis atau

III. METODE PENELITIAN. dikumpulkan ataupun diolah menjadi data untuk keperluan analisis atau 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitaif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perekonomian dunia telah banyak membuat kesulitan yang sangat besar terhadap perekonomian di setiap negara terutama perusahaan besar yang memberikan

Lebih terperinci

(Populasi dan Sampel)

(Populasi dan Sampel) LAMPIRAN Lampiran 1 No. Kode Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di BEI Nama Perusahaan (Populasi dan Sampel) Kriteria 1 2 3 1 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 1 2 BAPA Bekasi Asri Pemula

Lebih terperinci

DATA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE

DATA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE Lampiran 1 DATA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE NO KODE NAMA PERUSAHAAN 1 APLN Agung Podomoro Land Tbk 2 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 5 BEST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu negara, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Peranan pasar modal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

I. PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia sektor properti menjadi salah satu sektor yang paling parah menderita kerugian karena peristiwa tersebut.

Lebih terperinci

Grafik Garis PDB, Tingkat Inflasi dan BI Rate DAFTAR PEMILIHAN SAMPEL

Grafik Garis PDB, Tingkat Inflasi dan BI Rate DAFTAR PEMILIHAN SAMPEL 72 Lampiran i Grafik Garis PDB, Tingkat Inflasi dan BI Rate Lampiran ii DAFTAR PEMILIHAN SAMPEL NO EMITEN KRITERIA 1 2 3 SAMPEL 1 PT Alam Sutera Realty Tbk X 2 PT Bekasi Asri Pemula Tbk X 3 PT Bhuwanatala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan property dan real estate pada saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate di Indonesia merupakan sektor bisnis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan penentuan teknik pengujian statistik yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN. dan penentuan teknik pengujian statistik yang digunakan. BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2017 yang dilakukan di Jakarta. Proses penelitian ini di awali dengan mengidentifikasi permasalahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pada zaman seperti sekarang ini menuntut kemampuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pada zaman seperti sekarang ini menuntut kemampuan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada zaman seperti sekarang ini menuntut kemampuan untuk bersaing dalam dunia usaha secara kompetitif. Perusahaan harus mampu berupaya bagaimana

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran i. Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel. Kreteria Sampel. No Kode Nama Emiten

LAMPIRAN. Lampiran i. Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel. Kreteria Sampel. No Kode Nama Emiten LAMPIRAN Lampiran i Daftar Perusahaan Real Estate dan Property yang menjadi sampel. No Kode Nama Emiten Kreteria 1 2 3 Sampel 1 APLN PT. Agung Podomoro Land Tbk V V V 1 2 ASRI PT. Alam Sutra Realty Tbk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTI Sejarah dan Perkembangan Industri Properti. Definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTI Sejarah dan Perkembangan Industri Properti. Definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat 22 BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Industri Properti Definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/kpts/bkp4n/1995, Ps 1.a:4 property adalah tanah hak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan antar perusahaan semakin ketat dengan adanya perusahaan pendatang baru dan akan terus bersaing. Setiap perusahaan dituntut untuk

Lebih terperinci

2015 PENGARUH FAKTOR FUND AMENTAL TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A EMITEN SEKTOR PROPERTI D AN REAL ESTATE D I BURSA EFEK IND ONESIA

2015 PENGARUH FAKTOR FUND AMENTAL TERHAD AP HARGA SAHAM PAD A EMITEN SEKTOR PROPERTI D AN REAL ESTATE D I BURSA EFEK IND ONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Ang Robert Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft. Jakarta.

Daftar Pustaka. Ang Robert Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft. Jakarta. Daftar Pustaka Ang Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft. Jakarta. Brigham and Houston. 2010. Fundamental of Financial Management, Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. Budisantoso, Totok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebangkrutan merupakan keadaan dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban yang menjadi tanggung jawab perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah yang dialami bangsa ini, termasuk dalam aspek ekonomi yakni terpuruknya kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu bentuk prilaku untuk menambahkan nilai dari dana yang didapatkan oleh seseorang, investasi banyak beragam bentuknya sebagai contoh menyimpan

Lebih terperinci

Haryadi Sarjono, ST, MM Dosen Universitas Bunda Mulia, Jakarta

Haryadi Sarjono, ST, MM Dosen Universitas Bunda Mulia, Jakarta ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL DISKRIMINAN ALTMAN PADA SEPULUH PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK JAKARTA Haryadi Sarjono, ST, MM Dosen Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang bergerak dibidang pembangunan gedung gedung dan fasilitas umum. Pasar properti secara umum dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang diakses melalui Penelitian dimulai pada bulan November

BAB III METODE PENELITIAN. yang diakses melalui  Penelitian dimulai pada bulan November BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan yang termasuk dalam perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan pasar modal Indonesia sampai dengan tahun 2015 terus menunjukkan pencapaian positif. Hal ini diantaranya dapat dilihat dari jumlah emiten yang mencatatkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Fahmi, 2012).Kemajuan suatu negara antara lain ditandai adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. (Fahmi, 2012).Kemajuan suatu negara antara lain ditandai adanya pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Pasar modal merupakan salah satu elemen penting dan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara.pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate 12 BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate Industri sub sektor property dan real estate pada umumnya merupakan dua hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB21 23210838 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini membutuhkan tempat tinggal. Tanpa bisa di pungkiri berapun harga

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini membutuhkan tempat tinggal. Tanpa bisa di pungkiri berapun harga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan properti di Indonesia cukup pesat karena pada prinsipnya properti itu berada di atas bumi sedangkan bumi ini hanya di ciptakan satu kali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk sebuah perusahaan Telekomunikasi sebagai obyek penelitian dengan menggunakan rasio-rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha perbankan di Indonesia memiliki peran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan usaha perbankan di Indonesia memiliki peran yang penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha perbankan di Indonesia memiliki peran yang penting untuk ekonomi di Indonesia. Perbankan ikut serta dalam pembangunan ekonomi Indonesia, salah satu

Lebih terperinci

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis PERKANTORAN di Jakarta, Beserta Pengembang Utamanya. Mohon Kirimkan. eksemplar.

... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis PERKANTORAN di Jakarta, Beserta Pengembang Utamanya. Mohon Kirimkan. eksemplar. Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com S aat ini, bisnis perkantoran di Jakarta tidak lagi terkonsentrasi di daerah pusat bisnis (CBD). Keterbatasan lahan serta harga

Lebih terperinci

LAMPIRAN Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian

LAMPIRAN Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian LAMPIRAN Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian No. Kode Saham Nama perusahaan APLN Agung Podomoro Land Tbk 2 ASRI Alam Sutera Reality Tbk 3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 4 BIPP Bhuawanatala Indah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perkembangan Tingkat Perputaran Piutang Perusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perkembangan Tingkat Perputaran Piutang Perusahaan 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelian 4.1.1 Perkembangan Tingkat Perputaran Piutang Perusahaan Properti Selama Periode 2009-2011 Tingkat perputaran piutang untuk setiap

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MADYA BIDANG ILMU

LAPORAN AKHIR PENELITIAN MADYA BIDANG ILMU LAPORAN AKHIR PENELITIAN MADYA BIDANG ILMU IMPLIKASI INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI INDONESIA OLEH: MUHAMMAD AGUSALIM (e-mail: agusalim@ut.ac.id)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, sektor riil memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank untuk menunjang proses bisnisnya. Dana tersebut akan membantu berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam, perbankan dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks terutama karena kegiatan

Lebih terperinci