KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A"

Transkripsi

1 KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN MOCHAMMAD MARWAN. Kajian Permasalahan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (Kasus : CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat). Dibawah bimbingan NETTI TINAPRILLA Sayuran merupakan salah satu komoditas yang banyak mengandung vitamin, protein, karbohidrat, air, dan mineral yang sangat berguna bagi tubuh. Adanya peningkatan jumlah konsumsi dari tahun-ketahun harus diiringi dengan jumlah produksi untuk mengimbangi permintaan sayuran. Kondisi tersebut menuntut adanya pengadaan sayuran yang bermutu. Tuntutan terhadap kualitas dan didorong oleh perkembangan bisnis ritel modern, karena ritel modern sangat mementingkan mengenai kualitas. CV. Putri Segar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor sayuran segar yang memanfaatkan peluang tersebut. Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas dan daya lentur sebuah bisnis secara keseluruhan, dengan berpusat disekitar mutu. Untuk mengetahui permasalahan apa yang paling berpengaruh terhadap penerapan MMT, maka dapat dirumuskan masalah dengan menggunakan suatu metode analisis yaitu Proses Hirarki Analitik (PHA) yang diidiskusikan terlebih dahulu dengan pihak perusahaan. Penggunaan PHA tersebut dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang dilanjutkan dengan penyusunan struktur hirarki, sehingga dapat memprioritaskan masalah yang akan dihadapi dan mampu menentukan kebijakan dengan mempertimbangkan masalah yang dihadapi dalam rangka peningkatan kualitas. Setelah struktur hirarki selesai kemudian dilakukan pengukuran skala prioritas dengan menggunakan software Expert Choice version 2000 yang dapat dijelaskan dalam bentuk gambar, uraian, dan tabel. Teknik pengendalian mutu yang diterapkan oleh CV. Putri Segar terbagi menjadi pengendalian mutu di bagian pengadaan, pengendalian mutu di bagian proses, pengendalian mutu di bagian distribusi dan pengendalian mutu di bagian keuangan. Pengendalian mutu dilaksanakan mulai dari pemilihan petani mitra atau pemasok. Pemasok yang dipilih adalah pemasok yang mampu mensuplai sayuran dengan kuantitas dan kualitas yang memenuhi standar antara lain warna, bentuk, ukuran, dan tingkat kematangan. Pengendalian mutu di bagian proses ini dihadapkan pada permasalahan tingginya biaya bahan pengemas serta waktu proses yang cukup lama sehingga sering terjadi keterlambatan pengiriman ke pihak retail. Pengendalian mutu di bagian distribusi harus memperhatikan kecepatan pengiriman yang di jadwalkan oleh konsumen (Misal: Sayuran harus sampai pada toko/tangan konsumen H-1 (1 hari sebelum dijual)) hal ini sangat berkaitan dengan delivery speed dan service level yang diberlakukan oleh konsumen tersebut. Pengendalian mutu di bagian keuangan yang terpenting harus dilakukan CV Putri Segar adalah pengawasan kontrak kerja antar pelanggan, dalam hal ini pengawasan lebih ditekankan pada waktu pembayaran order dan pembelian produk dari CV. Putri Segar. Masalah yang dihadapi oleh CV. Putri Segar dalam menerapkan MMT meliputi mutu, biaya, kontinuitas, dan waktu. Faktor penyebab dari masalah tersebut antara lain : sarana, sistem dan keuangan. Struktur hirarki permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari lima tingkat dimana

3 tingkat pertama merupakan fokus permasalahan. Tingkat 2 adalah kriteria permasalahan utama dan harus segera diperbaiki adalah masalah mutu,, ini didukung oleh data yang ada bahwa masih banyaknya sayuran yang ditolak oleh swalayan (Lampiran 1). Pada tingkat 3 merupakan sub kriteria masalah dimana merupakan suatu penjabaran dari tingkat 2 (masalah), yang menjadi permasalahan utama dan perlu ditingkatkan adalah mutu sayuran kemasan. Untuk masalah biaya, yang perlu diefisiensikan adalah sub kriteria masalah biaya pengemasan Mengenai masalah waktu yang harus dibenahi adalah waktu proses. Faktor penyebab (tingkat 4) yang menjadi permasalahan utama yang paling berpengaruhi bagi perusahaan adalah sub faktor penyebab sistem. Tingkat 5 merupakan sub faktor penyebab yang merupakan penjabaran dari tingkat 4. Sub faktor penyebab yang harus segera dilakukan langkah perbaikan untuk faktor penyebab sistem adalah pelaksanaan. Pelaksanaan yang baik dan disiplin dari pegawai dalam proses sayuran harus lebih ditingkatkan lagi. Pada sub faktor penyebab sarana, yang menjadi sub faktor penyebab utama dan perlu dilakukan penanganan ialah alat dan bahan. Pada bagian faktor penyebab keuangan yang menjadi sub faktor penyebab utama dan perlu dibenahi ialah alokasi dana yang kurang baik. Langkah-langkah perbaikan yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan mutu antara lain : 1)Menambah sarana yang dibutuhkan terutama pada tahap pengadaan, proses dan pengiriman. Pada tahap pengadaan produk setidaknya dibutuhkan satu mobil Pick-Up untuk mengangkut sayuran dari pedagang pengumpul. Pada tahap proses perlu beberapa alat yang perlu ditambah, misalnya alat wrapping ditambah 3 buah, kipas pengering ditambah 1 buah, selotip dispenser ditambah 3 buah, serta container harus ada yang diganti sangat perlu ditambah sebanyak 100 buah. 2) Memperbaiki koordinasi dan proses pengambilan keputusan agar lebih mudah dan efisien, misalnya dengan menunjuk orang yang paling bertanggung jawab pada setiap bagian. Hal ini sangat bermanfaat baik untuk direktur utama maupun para pekerja. 3) Karyawan baru sebaiknya tidak langsung diberikan tanggung jawab pada bagian yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman misalnya pada tahap pengemasan atau sortasi produk awal yang membutuhkan ketelitian seperti brocolly, lettuce, tomat dan sawi. Sebaiknya karyawan baru diberikan masa percobaan dengan menangani kegiatan yang tidak terlalu berkaitan dengan pengemasan produk, misalnya hanya melakukan pencucian produk awal dan menimbang sayuran yang diterima dan dikirim.

4 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produk hortikultura, sayuran merupakan salah satu komoditas yang banyak mengandung vitamin, protein, karbohidrat, air, dan mineral yang sangat berguna bagi tubuh. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi, diperkirakan jumlah permintaan akan sayuran meningkat. Rata-rata konsumsi penduduk Indonesia terhadap sayuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumsi Sayuran Indonesia Pada Tahun Tahun Konsumsi ( Kg/kapita/thn ) , , ,04 Sumber : Badan Pusat Statistik 2005 Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi sayuran Indonesia pada umumnya cenderung mengalami kenaikan. Berdasarkan rekomendasi FAO, konsumsi sayuran yang dianjurkan adalah sebanyak 65,75 kg per kapita per tahun. Dengan demikian, jumlah konsumsi sayuran di Indonesia masih jauh di bawah jumlah konsumsi yang dianjurkan oleh FAO. Adanya peningkatan jumlah konsumsi dari tahun-ketahun harus diiringi dengan jumlah produksi untuk mengimbangi permintaan sayuran. Kondisi tersebut menuntut adanya pengadaan sayuran yang bermutu dan memiliki kontinuitas yang baik. Tuntutan terhadap kualitas dan kontinuitas produksi juga didorong oleh perkembangan bisnis ritel modern, karena ritel modern sangat mementingkan mengenai kualitas dan kontinuitas bagi kenyamanan konsumen.

5 Saat ini masyarakat menengah ke atas menjadikan belanja sebagai salah satu sarana rekreasi sehingga keberadaan ritel modern dapat dijadikan tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pada umumnya ritel modern memberikan kepuasan lebih kepada konsumen karena selain memberikan suasana yang nyaman, ritel modern juga lebih mengutamakan kualitas produk yang mereka jual. Hal ini menyebabkan banyak konsumen yang mengalihkan tempat belanja mereka dari pasar tradisional ke ritel modern. Dengan adanya perubahan pola perilaku konsumen tersebut menyebabkan cepatnya pertumbuhan ritel modern di Indonesia. Data pertumbuhan ritel modern di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Pertumbuhan Pasar Modern ( ) Jumlah Supermarket Minimarket Hypermarket Tahun Gambar 1. Pertumbuhan Pasar Modern di Indonesia. Sumber : Visidata Riset Indonesia, 2006 Melihat kondisi tersebut, hal ini merupakan peluang yang harus dapat dimanfaatkan secara baik oleh perusahaan-perusahaan yang bertindak sebagai distributor sayuran. CV Putri Segar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang distributor sayuran segar yang memanfaatkan peluang tersebut. Besarnya peluang menyebabkan banyak munculnya pesaing-pesaing yang bergerak dalam bidang yang sama.

6 Saat ini sudah banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang distributor sayuran. Hal ini dapat dilihat didaerah sekitar perusahaan terdapat perusahaan sejenis yaitu CV. Bimandiri, Kemfarm, Ratna, dan perusahaan distributor kecil lainnya. Dari beberapa nama pesaing di atas yang menjadi pesaing utama adalah CV. Bimandiri, karena memiliki pangsa pasar yang sama yaitu Carrefour di daerah Bandung dan Jakarta, serta memiliki pemasok yang sama yaitu petani disekitar Lembang, Ciwidey, Garut dan Cianjur. CV Putri Segar bertindak sebagai perusahaan distributor yang membantu petani dalam memasarkan hasil panennya. Dalam pemasarannya perusahaan dihadapkan pada persaingan ketat yang merupakan tuntutan dari pihak swalayan, dimana perusahaan biasanya bersaing dalam penawaran harga dan khususnya mengenai mutu sayuran yang dihasilkan. Dengan demikian diperlukan suatu strategi dalam menghadapi persaingan tersebut, salah satu caranya yaitu menyediakan sayuran dengan kualitas yang baik sehingga dapat diterima oleh pasar. Kualitas yang ingin dipenuhi oleh perusahaan dapat dilihat dari sudut pandang konsumen, sebab bagaimanapun juga konsumen merupakan penilai akhir dari suatu produk. Produsen yang memiliki sumberdaya manusia dengan ilmu pengetahuan, menguasai teknologi, sumberdaya manusia yang terampil serta memiliki peralatan produksi yang fleksibel untuk memenuhi keinginan konsumen, dan mempunyai jaringan distribusi penyerahan yang cepat dan aman, memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses dalam pasar persaingan. Salah satu cara untuk tetap bertahan dalam pasar persaingan adalah dengan menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas, pihak

7 perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan pada bagian produksi saja. Produk yang bermutu tinggi menjadi tanggung jawab dari seluruh pihak yang terkait dalam perusahaan (Suardi, 2001). Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas dan daya lentur sebuah bisnis secara keseluruhan, dengan berpusat disekitar mutu. MMT pada prinsipnya adalah cara mengorganisasi dan mengerahkan seluruh organisasi, setiap departemen, setiap aktivitas, dan setiap individu di setiap tingkatan untuk mencapai kualitas. MMT berkaitan dengan masalah strategis, masalah pemasaran, dan aspek-aspek manusia dari organisasi tersebut (Suardi, 2001) Perumusan Masalah Dewasa ini konsumen sangat memperhatikan mengenai mutu produk yang diinginkan, oleh sebab itu CV. Putri Segar harus menghindarkan segala kegiatan yang dapat mengurangi mutu produknya. Produk yang dipasarkan merupakan produk hortikultura yang memiliki sifat yang mudah rusak, sehingga kegiatankegiatan seperti pembelian, sortasi, grading, pengemasan dan pengangkutan selayaknya mendapat perhatian khusus. Dalam persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan dituntut untuk mencapai tujuannya dengan cara yang lebih unggul dari yang dilakukan oleh perusahaan lain, salah satu caranya adalah dengan penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Dengan menerapkan MMT diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja manajemennya sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan dengan strategi-strategi bisnis yang tepat. Hal ini juga dilakukan oleh CV Putri Segar yang merupakan salah satu perusahaan yang

8 memasarkan sayuran serta memproses lebih lanjut/memberi nilai tambah (value added) terhadap sayuran. Tingkat kelemahan yang dimiliki banyak perusahaan dalam penerapan manajemen mutu terpadu menyebabkan pihak perusahaan kurang tanggap dalam mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan hanya mengandalkan kegiatan-kegiatan rutin saja. Hal ini pula yang dialami oleh CV Putri Segar, dimana pelaksanaan MMT belum dilaksanakan secara baik dan menyeluruh, walaupun secara keseluruhan unsur-unsur dan prinsip dasar MMT sudah tersedia, oleh karena itu perlu adanya pengkajian mengenai MMT yang dilaksanakan oleh perusahaan. Masalah yang dihadapi sampai saat ini adalah belum sepenuhnya sayuran yang dipasarkanl mampu memenuhi standar yang di tetapkan oleh swalayan yang menjadi tujuannya, hal ini dapat di lihat pada Lampiran 1 di mana masih terdapatnya sayuran yang ditolak oleh swalayan dengan persentasi total dari seluruh sayuran adalah 23,5 %. Persentasi yang ditetapkan oleh pihak perusahaan mengenai persentasi sayuran yang ditolak adalah 7% sampai10 %. Pada lampiran 2 dapat kita lihat persentase tingkatan barang yang di kirim dan di tolak. Adapun tingkat persentase sayuran yang dikirim dan ditolak dan persentasenya paling besar dapat kita lihat pada Tabel 2.

9 Tabel 2. Tingkat Persentase Sayuran yang Dikirim dan Ditolak No Dikirim (Kg) Tolakan (Kg) Tolakan (%) 1 Tomat Sawi Putih Lettuce 2 Sawi Putih Brocolly Paprika Hijau 3 Wortel Wortel Kembang Kol 4 Brocolly Lettuce Tomat Cherry 5 Lettuce Kembang Kol Sawi Putih 6 Kembang Kol Tomat Paprika Merah 7 Kol Putih Bayam Hijau Brocolly 8 Kangkung Kol Putih Pare Hijau 9 Kentang Granula Daun Bawang Daun Salam 10 Bayam Hijau Kangkung Paprika Kuning Sumber : CV. Putri Segar 2007 Biasanya standar mutu yang diinginkan swalayan dilihat dari berat sayuran, kemasannya dan tingkat kematangan sayuran. Sistem pengendalian mutu pada CV. Putri Segar yang telah diterapkan meliputi usaha-usaha pencegahan dan pemeliharaan mutu mulai dari bahan baku sayuran masuk, pengendalian proses produksi sampai dengan penanganan produk akhir. Apabila pengendalian mutu terpadu ini dilaksanakan pada perusahaan secara menyeluruh, maka pengendalian mutu ini dapat turut memperbaiki kinerja perusahaan. Pengendalian mutu ini harus disusun sepenuhnya secara efektif untuk memenuhi permintaan pasar. Keterlibatan seluruh karyawan, terutama karyawan yang terlibat dalam pekerjaan teknis dapat mendorong secara langsung peningkatan produktifitas, penghematan biaya dan peningkatan mutu hasil. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dihadapi oleh CV Putri Segar dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan sistem manajemen mutu terpadu yang dilakukan oleh CV. Putri Segar? 2. Memprioritaskan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu terpadu?

10 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji penerapan manajemen mutu terpadu di CV Putri Segar. 2. Mengkaji dan menganalisis prioritas permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu terpadu Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna bagi CV. Putri Segar maupun pembaca. Penelitian diharapkan berguna bagi perusahaan dalam mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan penerapan manajemen mutu terpadu. Kegunaan penelitian bagi pembaca adalah sebagai sumber informasi mengenai penerapan manajemen mutu terpadu di CV. Putri Segar dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah suatu bentuk kajian terhadap permasalahan penerapan sistem Manajemen Mutu Terpadu/Total Quality Mangement, dengan CV Putri Segar sebagai pusat kajian. Pengamatan mengenai MMT di CV Putri Segar dilakukan secara menyeluruh pada semua divisi dengan responden internal yaitu direktur CV. Putri Segar, manajer produksi dan manajer pemasaran.

11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran Sayuran dapat diartikan sebagai salah satu jenis komoditas hortikultur disamping buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat yang umumnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan pelengkap dari menu makan keseharian dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Sayur-sayuran dapat dibedakan atas : daun (kangkung, katuk, sawi, bayam), bunga (kembang turi, brokoli, kembang kol), buah (terong, cabe, paprika, labu, ketimun, tomat), biji muda (asparagus, rebung, jamur), akar (bit, lobak, wortel), serta sayuran umbi (kentang, bawang bombay, bawang merah) 1. Sayuran dapat dibedakan berdasarkan tempat tumbuhnya, kebiasaan tumbuh, dan bentuk yang dikonsumsi. Sayuran dapat tumbuh pada daerah dataran rendah, tinggi, dan ada pula yang mampu hidup di kedua tempat tersebut. Bawang merah, jagung dan timun merupakan jenis sayuran dataran rendah, sedangkan sayuran dataran tinggi antara lain kentang, kubis, lobak, untuk sayuran yang hidup pada keduanya ialah tomat, cabai, dan kangkung 1. Berdasarkan kebiasaan tumbuh, sayuran dibedakan pada sayuran semusim dan tahunan. Sayuran semusim ialah wortel, kubis, kentang, bayam, tomat, dan lainnya, sedangkan sayuran tahunan ialah petai, melinjo dan kangkung air. Berdasarkan bentuk yang dikonsumsi, sayuran dibedakan atas sayuran buah, daun, bunga dan rebung Sehat Optimal Dengan Sayuran dan Buah. Di akses 21 April 2008

12 2.2. Karakteristik Sayuran Jenis sayuran sebagai salah satu komoditas hortikultura sangat beragam, tetapi terdapat kesamaan yang mendasar pada ciri-ciri produknya antara lain (Harjadi, 1989) : 1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar. Pada produk seperti ini proses biologis masih terus berlangsung sehingga bersifat mudah rusak (perishable). 2. Kadar air tinggi. Kadar air tinggi pada produk hortikultura berimplikasi pada mahalnya biaya transportasi dan perlu adanya pengawetan dengan teknologi khusus. 3. Meruah (voluminous). Sifatnya meruah berdampak pada mahalnya biaya transportasi dan perlu adanya gudang atau ruangan khusus untuk mempertahankan agar produk tetap segar dan terjaga mutunya. 4. Kualitas penting. Produk komoditi yang berkualitas harganya bisa jauh lebih tinggi. Kualitas yang dimaksud dapat dilihat dari : warna, serat, rasa, kandungan gizi, bentuk cara packing dan cara penyajian. 5. Bukan sumber karbohidrat tetapi sumber vitamin dan mineral. 6. Perlakuan pasca panen. Perlakuan pasca panen dapat dilakukan dengan metode pengawetan dengan teknologi khusus untuk menjaga buah dalam keadaan hidup. 7. Pengusahaan intensif. Budidaya hortikultura bersifat padat modal, padat tenaga kerja dan teknologi.

13 Selain ciri-ciri tersebut, sayuran juga mempunyai sifat lain yang berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Sifat ini menyebabkan adanya ketergantungan yang tinggi antara konsumen dan produsen. Sifat-sifat sayuran tersebut antara lain (Harjadi, 1989) : 1. Tidak tergantung musim, sifat ini menyebabkan sayuran dapat dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi. 2. Mempunyai resiko tinggi, umumnya produk sayur-sayuran sifatnya mudah busuk dan rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan berlalunya waktu dan kekurang hati-hatian dalam penanganan pasca panen sayuran yang dijual semakin turun harganya sampai tidak bernilai sama sekali. 3. Perputaran modalnya cepat, hal ini disebabkan umur tanaman produksi yang singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap hari orang membutuhkan sayuran. 4. Karena sifatnya yang mudah busuk dan berumur pendek, maka lokasi produksi sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini sangat menguntungkan karena dapat menghemat biaya produksi Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai manajemen mutu terpadu telah banyak dilakukan dengan jenis produk atau komoditi yang berbeda. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 3.

14 Tabel 3. Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Manajemen Mutu Terpadu No Judul Skripsi Penulis (Tahun) Metode Analisis 1. Kajian Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Di PT. Karya Pangan Renggani (2002) PHA Gemilang Dengan Menggunakan Metode Proses Hirarki Analitik. 2. Kajian Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Di Unit Perkebunan Panglejar Bagian Karet PT. Perkebunan Nusantara VIII. 3. Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Katering Penerbangan PT. ACS, Tangerang. 4. Kajian Manajemen Mutu Terpadu Buah Tomat Di PT. Prima Tani Sukabumi Jawa Barat. 5. Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Distributor Sayuran CV. Bimandiri Lembang Jawa Barat. Hanifah (2003) Rahmawati (2004) Firmansyah (2005) Sugiharti (2005) PHA PHA PHA PHA Renggani (2002) melakukan penelitian mengenai Kajian Terhadap Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di PT Karya Gemilang. Penerapan MMT pada PT Karya Pangan Gemilang merupakan pengembangan kegiatan pengendalian mutu yang diterapkan pada seluruh aspek kegiatan yang berhubungan dengan pembentukan mutu produk. Berdasarkan analisis permasalahan utama yang dihadapi oleh PT Karya Pangan Gemilang dalam menerapkan MMT berturut-turut adalah mutu yaitu mutu beras kemas dan mutu bahan baku. Serta masalah waktu yaitu waktu pengadaan, waktu pemasaran, waktu produksi dan masalah biaya, dimana biaya tersebut adalah biaya pengadaan, biaya pemasaran dan biaya produksi. Faktor penyebab permasalahan adalah faktor sistem yaitu pelaksanaan, pengawasan dan peraturan-peraturan. Adapun permasalahan dari faktor sarana

15 yaitu sarana transportasi, mesin dan alat serta sarana komunikasi dan yang terakhir adalah faktor keuangan yaitu sumber dana, alokasi dan distribusi dana. Peranan dan kompetensi pelaku perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan penerapan MMT berturut-turut adalah pihak manajemen, pihak operasional dan yang terakhir adalah pihak eksekutif. Berdasarkan hasil pengolahan lebih lanjut diketahui bahwa pengendalian mutu bagian keuangan menempati posisi yang paling baik dalam hal kinerja dibandingkan bagian-bagian lainnya di PT Karya Pangan Gemilang, yang diikuti oleh kepala pabrik, bagian pemasaran, bagian pengadaan, bagian produksi dan yang terakhir adalah pemilik. Hanifah (2003), melakukan penelitian mengenai kajian Manajemen Mutu Terpadu di Unit Perkebunan Panglejar (UPP) Bagian Karet PT Perkebunan Nusantara VIII. Berdasarkan identifikasi permasalahan di UPP dengan menggunakan metode AHP dapat diketahui bahwa permasalahan utama di UPP adalah masalah mutu lateks dan mutu proses. Hasil analisis juga memberikan prioritas terhadap penyebab permasalahan penerapan MMT di UPP. Permasalahan mutu sebagian besar disebabkan oleh kualifikasi dan motivasi karyawan, pengawas, permasalahan manajemen penyadapan dan manajemen pengolahan. Kualifikasi dan motivasi karyawan masih tergolong rendah, serta manajemen masih mengalami masalah kurangnya komunikasi dan pembagian tugas yang jelas sehingga kurang mendukung pelaksanaan MMT. Selain itu sarana juga masih kurang memadai, sehingga menjadi salah satu penyebab hambatan dalam pelaksanaan MMT. Faktor alam dan tarif bukan merupakan penyebab masalah utama terhadap pelaksanaan MMT di UPP Bagian Karet. Keseluruhan

16 permasalahan sebagian besar merupakan masalah yang dapat dikendalikan, sementara faktor alam dan tarif adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan. Tindakan perbaikan yang mungkin dilakukan yaitu dengan memanfaatkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman internal adalah manajemen perencanaan dan pengambilan tindakan yang lebih mandiri, pengendalian yang lebih baik terhadap kualitas lateks dan proses pengolahan, realisasi pelatihan yang lebih tepat, pelatihan untuk karyawan level bawah dan peremajaan tanaman karet dengan perencanaan yang tepat. Pada penelitian Rahmawaty (2004), konsep manajemen mutu di PT ACS telah terdefinisi dengan baik, ini terlihat telah didapatnya sertifikat ISO 9001 : seri 2000 yang terintegrasi dengan konsep keamanan pangan, tetapi dalam pelaksanaannya masih ada kekurangan dalam hal kedisiplinan karyawan untuk melaksanakan sistem manajemen mutu yang telah ada. Prioritas permasalahan yang diutamakan oleh PT ACS adalah permasalahan mutu, biaya, jumlah, kontinuitas dan waktu. Sedangkan sub kriteria permasalahan yang utama diprioritaskan adalah mutu main course, hal ini disebabkan mulai dari pengadaan bahan baku hingga main course siap saji di sajikan kepada konsumen memerlukan tahapan-tahapan yang cukup panjang dan membutuhkan penanganan yang baik. Sub kriteria masalah yang berpengaruh kecil terhadap manajemen mutu adalah waktu pengangkutan. Hasil identifikasi manajemen mutu PT ACS berdasarkan PHA, menunjukan bahwa sosialisasi visi dan misi perusahaan terhadap karyawan cukup baik, sedangkan unsur manajemen yang masih kurang penerapannya adalah unsur diklat.

17 Firmansyah (2005), mengkaji mutu terpadu buah tomat di PT. Prima Tani. Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah Proses Hierarki Analisis (PHA), diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh PT. Prima Tani dalam menerapkan manajemen mutu terpadu yaitu masalah produksi diikuti oleh masalah sistem. Faktor utama yang menyebabkan kegagalan dalam menghasilkan tomat yang berkualitas super selama ini terjadi dalam proses produksi. Sedangkan masalah sistem penyebabnya adalah karena perusahaan menganggap keberhasilan dari suatu perusahaan tergantung dari sistem yang diterapkan perusahaan. Upaya untuk memperbaiki masalah tersebut antara lain dengan menambah tenaga pengawas dalam melaksanakan kegiatan produksi, selain itu pada saat panen sebaiknya media yang digunakan dilapisi oleh plastik maupun diganti dengan plastik. Selain itu perusahaan perlu menambah lahan produksi untuk mencukupi permintaan. Sugiharti (2005), melakukan penelitian mengenai analisis Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada perusahaan distributor sayuran CV Bimandiri Lembang Jawa Barat. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan MMT merupakan penjabaran dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dimana kegiatan yang menjadi sumber permasalahan berturut-turut adalah proses penanganan, pengadaan sayuran, dan distribusi. Permasalahan yang dihadapi berturut-turut adalah sortasi, pengemasan, jumlah sayuran, waktu pengadaan, pembagian, waktu distribusi, dan saran distribusi. Faktor penyebab dari permasalahan yang terjadi merupakan penjabaran dari tiap masalah, yaitu untuk masalah jumlah sayuran adalah sistem, budidaya

18 petani dan faktor alam. Untuk masalah waktu pengadaan adalah sistem, alat transportasi dan jarak. Masalah sortasi, pengemasan dan pembagian faktor penyebabnya adalah SDM, sistem, alat dan bahan. Untuk masalah waktu distribusi faktor penyebabnya adalah sistem, jarak dan alat transportasi. Sedangkan untuk masalah sarana adalah alat transportasi dan sistem. Secara umum dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penerapan MMT di setiap perusahaan yang menjadi objek penelitian ialah kurang baik atau masih terdapat kekurangan dalam penerapannya. Ini dapat dilihat dari masih adanya masalah-masalah yang terkait dengan penerapan MMT sehingga berdampak pada kinerja perusahaan yang tidak maksimal. Dalam penerapan MMT secara menyeluruh memang agak sulit untuk dilaksanakan, tetapi setiap perusahaan harus berusaha menuju ke arah tersebut. Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan MMT penting untuk dilakukan pada sebuah perusahaan, sehingga penelitian-penelitian di atas dijadikan masukan atau referensi bagi penelitian yang akan dilaksanakan. Beberapa hal yang menjadi persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan di CV. Putri Segar yaitu : 1) untuk mengetahui penerapan MMT yang terdiri dari unsur dan prinsip MMT menggunakan analisis deskriptif, 2) pada tahap penentuan prioritas strategi menggunakan metode PHA, sedangkan perbedaannya terletak pada waktu dan daerah penelitian.

19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Mutu Saat ini sudah sering didengar pengertian tentang mutu atau kualitas, tetapi bagi kalangan umum pengertian istilah tersebut masih kurang jelas. Menurut Hardjosoedarmo (1996) secara umum dikatakan bahwa mutu adalah karakteristik produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan. Menurut Juran dalam Nasution (2004) mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pemakai. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk memenuhi daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas atau sesuai etika bila digunakan. Menurut Nasution (2004) kecocokan penggunaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki dua aspek utama, yaitu : 1. Ciri-ciri produk memenuhi permintaan pemakai. Ciri-ciri berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau tuntutan sehingga dapat memuaskan pemakai. Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pemakai, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

20 2. Bebas dari kelemahan. Suatu produk berkualitas tinggi apabila di dalam produk tidak terdapat kelemahan, tidak ada yang cacat sedikit pun. Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembayaran biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan pemakai, mengurangi inspeksi dan pengujian, meningkatkan hasil dan utilisasi kapasitas produksi serta memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa. Sementara Crosby dalam Suardi (2001), berpendapat mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan. Ia juga mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby merupakan proses top-down. Deming dalam Suardi (2001), berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus. Pendekatan Deming merupakan bottom-up. Garvin dan Davis dalam Nasution (2004), menyatakan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pemakai atau konsumen. Feigenbaum dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa mutu adalah kepuasaan pemakai sepenuhnya. Suatu produk berkualitas apabila dapat memberi kepuasaan sepenuhnya kepada konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan. Sedangkan Ishikawa dalam Suardi (2001), berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. Dengan demikian, setiap bagian proses dalam organisasi

21 memiliki pelanggan. Kepuasan pelanggan internal akan menyebabkan kepuasan pelanggan organisasi. Begitu banyak pengertian mengenai kualitas, sehingga definisi kualitas tidak ada yang absolut yang disebabkan oleh cara pandang yang berbeda dari setiap pakar mutu. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun dari definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu : kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan, serta kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. Deming dalam Hardjosoedarmo (1996) menggariskan syarat-syarat bagi mutu sebagai berikut : 1. Pemimpin puncak tidak hanya berkewajiban untuk menentukan kebutuhan pemakai sekarang saja, tetapi harus juga mengantisipasi kebutuhan di masa depan. 2. Pemakai dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : Pemakai akhir dari produk atau jasa yang dihasilkan (customer eksternal) dan mereka dalam organisasi yang menggunakan produk atau jasa untuk diproses lebih lanjut (customer internal). 3. Perlu dikembangkan ukuran-ukuran untuk menilai efektivitas upaya guna memenuhi kebutuhan pemakai. 4. Kebutuhan dan kemauan pemakai harus diperhitungkan dalam disain suatu produk atau jasa. Konsep ini dinamakan quality function deployment (QFD) dan menuntut bahwa informasi dari pemakai dipertimbangkan dalam tahap disain produk atau jasa.

22 5. Kepuasan pemakai merupakan syarat yang perlu bagi mutu dan selalu menjadi tujuan proses untuk menghasilkan produk atau jasa. 6. Mutu juga harus dapat menentukan harga produk atau jasa. Harga di sini berarti apa yang pemakai mau membayar untuk memperoleh barang atau jasa Definisi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Selain definisi mutu, terdapat pula definisi mengenai Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Menurut Kit Sadgrove dalam Yamit (2004), MMT adalah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar, melalui perbaikan yang berkesinambungan dan motivasi karyawan. Santoso dalam Yamit (2004) mendefinisikan MMT adalah sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Definisi lain menyatakan bahwa MMT adalah sistem manajemen untuk meningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh (total) anggota organisasi (Yamit, 2004). Sedangkan menurut Tjiptono dan Diana (2003) MMT didefinisikan sebagai suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi. Hal ini dilakukan melalui perbaikan-perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. MMT dapat diartikan juga sebagai penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi dan melakukan upaya perbaikan guna memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan

23 jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang. Total disini mempunyai konotasi seluruh sistem yaitu seluruh proses yang mencakup seluruh personil termasuk pemakai produk dan jasa serta pemasok. Kualitas yaitu karakteristik yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai, sedang manajemen mengandung arti proses komunikasi vertikal dan horinzontal, top-down dan bottom-up guna mencapai mutu dan produktivitas (Hardjosoedarmo, 1996) Konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Realisasi penerapan disiplin ilmu mutu terhadap semua kegiatan akan kelihatan hasilnya di dalam perusahaan yang lebih efesien dan bersaing menuju ke arah perkembangan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) secara bertahap. Tujuan MMT adalah memberi kepastian bahwa setiap kegiatan memberikan kontribusi guna mencapai tujuan utama bisnis, dan dilaksanakan dengan penuh efesiensi. Falsafah dasar MMT adalah mengerjakan pekerjaan yang benar dengan tepat sejak pertama kali (Munro, 1996). Berdasarkan definisi MMT dapat disimpulkan bahwa MMT merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya (Nasution, 2004). Dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas dan mutu produksi, MMT sebagai suatu sistem manajemen perlu diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan mengikut sertakan seluruh bagian dalam perusahaan secara berkesinambungan dan terus-menerus. Pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi dari manajemen mutu. Melalui pengendalian mutu diharapkan perusahaan dapat mempertahankan dan

24 meningkatkan mutu produknya. Pengendalian mutu perlu benar-benar dilaksanakan agar konsumen tidak beralih pada produk lain. Perusahaan akan menerima loyalitas konsumen jika perusahaan mampu menghasilkan produk yang memberi kepuasan mutu bagi konsumen. Menurut Feigenbaum dalam Wiwin (2000), pengendalian mutu total didefinisikan sebagi suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan, pemeliharaan dalam upaya perbaikan mutu sebagai kelompok produk atau jasa dapat berada pada tingkat yang paling ekonomis, sehingga para pelanggan mendapatkan kepuasan total. Pengendalian mutu yang dilakukan secara terusmenerus dapat menentukan keberhasilan dalam mempertahankan pasar di dalam perdagangan yang semakin kompetitif. Dengan demikian sistem manajemen mutu yang dapat memadukan seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis perlu diterapkan agar menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan Prinsip-prinsip MMT Prinsip dasar Manajemen Mutu Terpadu merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena prinsip tersebut memuat dasar-dasar yang akan menentukan berhasil tidaknya penerapan MMT. Prinsip-prinsip tersebut adalah (Tjiptono dan Diana, 2003) : a. Komitmen manajemen Manajemen sebagai penanggung jawab dalam bidang kepemimpinan yang bertugas sebagai penunjuk dan pemberi semangat bagi perusahaan, karena keberadaannya sangat didukung dalam penerapan MMT agar dapat terlaksana dengan baik.

25 b. Perbaikan kualitas dan sistem secara berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengajuan kualitas produk secara kontinyu. Dengan perbaikan kualitas produk kontinyu akan dapat memuaskan pelanggan. c. Fokus pada pelanggan Dalam manajemen mutu terpadu baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan faktor penentu. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses dan lingkungannya yang berhubungan dengan produk dan jasa. d. Perspektif jangka panjang MMT merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan MMT dapat berjalan dengan sukses. e. Kerjasama tim Dalam organisasi yang menerapkan MMT, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitar. Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering kali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi agar daya saing meningkat, akan tetapi

26 persaingan internal cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing perusahaan pada lingkungan eksternal. Selain prinsip diatas ada unsur-unsur utama yang dapat mempengaruhi kinerja serta pengendalian manajemen mutu terpadu. Unsur-unsur tersebut antara lain : 1. Sumber daya manusia yaitu pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 2. Standar yaitu spesifikasi produk yang dihasilkan serta acuan dalam menjalankan semua kegiatan untuk memperoleh produk yang sesuai. 3. Sarana yaitu peralatan atau fasilitas yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu. 4. Audit internal yaitu kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan terhadap standar Proses Hirarki Analitik Metode proses hierarki analitik (PHA) pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari Universitas of Pittsburgh, Amerika Serikat pada awal 1970-an. Pengamatan mendasar tentang sifat manusia, pemikiran analitik dan pengukuran membawa pada pengembangan suatu model yang berguna untuk memecahkan persoalan secara kuantitatif. Proses hierarki analitik adalah suatu model yang luwes yang memberikan kesempatan bagi perseorangan atau kelompok untuk membangun gagasangagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan dirinya. Perubahan

27 ini juga memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia ketimbang memaksa kita ke cara berfikir yang mungkin justru berlawanan dengan hati nurani, PHA merupakan proses yang ampuh untuk menanggulangi berbagai persoalan yang kompleks. Proses hierarki analitik memberikan suatu kerangka. Kerangka ini memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang kita alami. Pada dasarnya, metode PHA memecah-mecahkan suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki. Melalui serentetan kerja sistematis, PHA mensintesis penilaian-penilaian mereka menjadi suatu taksiran menyeluruh dari prioritas relatif berbagai alternatif tindakan dengan memberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. PHA dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melaksanakan kegiatan kreatif dan mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu untuk membantu para pemimpin menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor relevan dalam situasi kompleks. PHA juga dapat melacak ketidak konsistenan dalam pertimbangan dan preferensi peserta, sehingga pemimpin mampu menilai mutu pengetahuan para pembantu meraka dan kemantapan pemacahan itu (Saaty, 1993).

28 Keunggulan metode PHA antara lain; (1) dapat memecahkan berbagai persoalan yang kompleks, (2) dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh semua fihak yang telibat dalam pengambilan keputusan; (3) dapat digunakan tanpa data base, asalkan para analisis dapat memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan; (4) dapat menguji konsistensi penilaian sehingga bila terjadi penyimpangan dapat dilakukan perbaikan (Saaty, 1993). Dalam metode PHA ini ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit, yaitu : 1. Prinsip menyusun hirarki Untuk memperoleh pengetahuan terinci, realitas yang kompleks disusun ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini dimasukkan ke dalam bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarki. Dengan kata lain persoalan yang kompleks di pecahkan menjadi unsur-unsur yang terpisah. 2. Prinsip menetapkan prioritas Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemeneleman menurut relatif pentingnya. 3. Prinsip konsistensi logis Menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Disamping mempunyai keunggulan, metode Proses Hierarki Analitik mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan metode Proses Hierarki Analitik yaitu :

29 1. Apabila rasio inkonsistensi lebih besar dari 10 persen, maka mutu informasi harus diperbaiki dengan memperbaiki penggunaan pertanyaan ketika membuat perbandinag berpasangan dan atau melakukan pengisian ulang kuisioner. 2. Responden adalah yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan perusahaan atau mengetahui informasi yang dibutuhkan. Metode PHA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam penerapan manajemen mutu terpadu setelah diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam penerapan manajemen mutu terpadu Kerangka Pemikiran Operasional CV. Putri Segar sebagai distributor sayuran sangat berperan dalam peningkatan mutu sayuran. Mutu produk merupakan syarat penting dalam meningkatkan daya saing produk, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk pesaing. Pada dasarnya mutu sebuah produk harus benar-benar dijaga dan lebih baik lagi ditingkatkan, terlebih pada produk yang sifatnya mudah rusak (perishable) seperti pada sayuran. Disamping itu sayuran juga mempunyai kadar air tinggi dan juga sifatnya yang meruah atau voluminous. Masalah yang dihadapi oleh CV Putri Segar sampai saat ini adalah belum sepenuhnya sayuran yang di jual mampu memenuhi standar yang di tetapkan oleh swalayan, di mana masih terdapat sayuran yang ditolak oleh swalayan dengan rata-rata tolakan sebesar 23,57 % pada bulan Oktober hingga Desember Untuk menghadapi permasalahan tersebut CV Putri Segar perlu menciptakan suatu strategi yang efektif agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan

30 mutu sayuran yang dipasarkan, salah satunya adalah melalui penerapan Manajemen Mutu Terpadu. Penerapan MMT di CV Putri Segar dilaksanakan berdasarkan pengendalian mutu, unsur-unsur, serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam MMT. Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang bertujuan memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, manusia, proses, dan lingkungan. Untuk mengetahui permasalahan apa yang paling berpengaruh terhadap penerapan MMT, maka dapat dirumuskan masalah dengan menggunakan suatu metode analisis yaitu Proses Hirarki Analitik (PHA) yang diidiskusikan terlebih dahulu dengan pihak perusahaan. Penggunaan PHA tersebut dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang dilanjutkan dengan penyusunan struktur hirarki, sehingga dapat memprioritaskan masalah yang akan dihadapi dan mampu menentukan kebijakan dengan mempertimbangkan masalah yang dihadapi dalam rangka peningkatan kualitas. Setelah struktur hirarki selesai kemudian dilakukan pengukuran skala prioritas dengan menggunakan software Expert Choice version 2000 yang dapat dijelaskan dalam bentuk gambar, uraian, dan tabel. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2. Penelitian ini diharapkan dapat mengukur kinerja perusahaan selama ini dan menghasilkan suatu rumusan strategi yang tepat bagi perusahaan dalam menghasilkan sayuran yang bermutu tinggi. Penelitian ini menfokuskan kepada lingkungan internal perusahaan dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu, sehingga hasil yang diperoleh adalah memprioritaskan permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam penerapan MMT.

31 CV Putri Segar Terdapat Penolakan Sayuran Dalam Jumlah Besar Mengkaji MMT di CV Putri Segar Analisis Penerapan Manajemen Mutu Identifikasi Permasalahan Manajemen Mutu Pengendalian Mutu, Unsur-unsur dan Prinsip Pengamatan Dan Hasil Diskusi Pihak Perusahaan Proses Hirarki Analitik Prioritas Masalah yang Dihadapi CV. Putri Segar Pada Penerapan MMT Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

32 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Putri Segar, Lembang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV. Putri Segar merupakan salah satu perusahaan distributor sayuran yang memperhatikan mutu dari produknya agar sesuai dengan keinginan konsumen. Begitu pula dengan pemilihan nara sumber adalah yang ahli di bidangnya serta relevan dengan topik penelitian. Selain itu, dengan pertimbangan lain berupa kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang diperlukan. Waktu pengumpulan data dilakukan selama satu bulan, dimulai pada pertengahan bulan Maret Jenis dan Sumber Data pada Tabel 4. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 4. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Jenis Data I. Data Primer 1. Gambaran umum organisasi 2. Struktur organisasi 3. Wawancara dan kuisioner II. Data Sekunder 1. Arsip perusahaan 2. Studi kepustakaan Sumber Data 1. Bagian informasi CV. Putri Segar 2. Bagian kepegawaian CV. Putri Segar 3. Direktur, manajer pemasaran, dan manajer produksi 1. Dokumen perusahaan mengenai sejarah, dan tenaga kerja 2. Buku, hasil penelitian sebelumnya, artikel, instansi yang terkait, jurnal, internet serta literatur yang berkaitan lainnya

33 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode pengamatan langsung (observasi), wawancara dan juga dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder mengenai gambaran umum perusahaan meliputi sejarah berdirinya CV Putri Segar, misi dan tujuan, jenis produk perusahaan, proses produksi dan pemasaran. Data-data tersebut diambil dari data yang dimiliki oleh perusahaan. Sebelum melakukan penilaian melalui kuesioner, hendaknya terlebih dahulu mengidentifikasi beberapa hal yang berhubungan dengan manajemen mutu terpadu. Identifikasi yang dilakukan yaitu mengenai tujuan dari penerapan manajemen mutu terpadu di perusahaan dan faktor-faktor yang berperan. Data yang dikumpulkan dalam tahap pengumpulan data perlu diolah terlebih dahulu. Tujuannya adalah menyederhanakan data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden, menyajikan dalam susunan yang baik dan rapi untuk dianalisis. Pengolahan data diperlukan untuk menterjemahkan angka-angka yang di dapat dari hasil penelitian maupun untuk menjawab tujuan penelitian. Untuk analisis manajemen mutu terpadu menggunakan teknik PHA dengan mengisi matrik banding berpasangan yang diberikan melalui responden yang dipilih yaitu : direktur CV. Putri Segar, manajer produksi dan manajer pemasaran. Pendidikan terakhir direktur dari responden yang diwawancai adalah Sarjana Hukum yang telah bergabung dengan perusahaan sejak pertama berdiri yaitu tahun 1991, pendidikan terakhir untuk manajer produksi ialah SMA, tetapi beliau sangat berkompeten diposisi tersebut dan telah bergabung dengan perusahaan selama 13 tahun, sedangkan untuk manajer produksi pendidikan

34 terakhir ialah Diploma komputer akuntansi, dan telah bergabung sejak tahun Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode sebagai berikut : Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan MMT di CV Putri Segar, dengan melihat unsur-unsur MMT, yaitu SDM, standar, sarana, organisasi dan audit internal. Disamping itu dilihat pula prinsip-prinsip MMT diantaranya adalah komitmen manajemen, perbaikan secara berkesinambungan, fokus pada pelanggan, perspektif jangka panjang, dan kerjasama tim Proses Hirarki Analitik Data yang berhasil dihimpun kemudian diolah dan dianalisis sehingga mampu memberikan suatu gambaran dan penjelasan terhadap permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian. Untuk menganalisis dalam penelitian ini digunakan alat analisis Proses Hirarki Analisis (PHA). Metode PHA digunakan untuk menemukan adanya kekurangan dalam hal mutu/kualitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Berdasarkan kerangka kerja PHA, tiga prinsip utama yang harus dipahami adalah penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis. Pengumpulan data dan informasi awal diperlukan untuk menyusun suatu struktur hirarki dimana struktur ini menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner yang

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditas Sayuran Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia, karena sayuran banyak dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat yang salah satunya untuk membantu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori dalam upaya pemecahan masalah yang kan diteliti. Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan nasional yang dilaksanakan pada berbagai sektor selama ini telah menunjukkan keberhasilan. Salah satu keberhasilan pembangunan yang dapat dirasakan

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Produk hortikultura tomat dapat dikatakan sebagai produk yang dikonsumsi pada kualitas tinggi, tetapi tidak mudah menanganinya. Penangan pengemasan pascapanen

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di restoran Mie Jogja Pak Karso dan Ayam Penyet Surabaya di jalan Padjajaran No. 28 B Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya. Budidaya

Lebih terperinci

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Manajemen Mutu Terpadu DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Biaya dan Pangsa Pasar Hasil yang diperoleh dari Pasar Perbaikan reputasi Peningkatan volume Peningkatan harga Perbaikan Mutu Peningkatan Laba Biaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan 144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI INSTITUT PERTANIAN ORGANIK (IPO) AIE ANGEK

BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI INSTITUT PERTANIAN ORGANIK (IPO) AIE ANGEK BAB VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYUSUN STRATEGI PROMOSI INSTITUT PERTANIAN ORGANIK (IPO) AIE ANGEK 7.1 Identifikasi Tujuan IPO Aie Angek Melakukan Kegiatan Promosi Sebelum melakukan analisis pemilihan

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Jenis Sayuran Sayuran dapat diartikan sebagai salah satu jenis komoditas hortikultura disamping buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat yang umumnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era perdagangan bebas, saat ini persaingan dunia usaha dan perdagangan semakin kompleks dan ketat. Hal tersebut tantangan bagi Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI Latar Belakang Pengembangan agroindustri memandang pengendalian mutu sangat strategis karena : Mutu terkait dengan kepuasan konsumen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias (bunga). Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang punggung dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management (TQM) 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu bukti pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis ritel di indonesia khususnya swalayan menunjukkan angka yang cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Di era globalisasi sekarang ini, pasar

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura memiliki posisi yang sangat baik di pertanian Indonesia, karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi serta nilai tambah daripada komoditas lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat penting menuju terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut melibatkan banyak sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber

Lebih terperinci

Elemen Tujuan Bobot Prioritas Mempertahankan Kualitas Beras 0,591 1 Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien 0,409 2 Rasio Inkonsistensi 0,00

Elemen Tujuan Bobot Prioritas Mempertahankan Kualitas Beras 0,591 1 Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien 0,409 2 Rasio Inkonsistensi 0,00 VII. ANALISIS PRIORITAS KEGIATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 7.1 Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Analisis pengolahan horisontal terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada tingkat 2,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP. Mulai. Membuat struktur hirarki

Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP. Mulai. Membuat struktur hirarki LAMPIRAN Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP Mulai - Studi Literatur - Pendapat Pakar Membuat struktur hirarki Pendapat Pakar Menentukan penilaian perbandingan berpasangan untuk setiap elemen pada

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan dan industri. Apabila pertanian dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kualitas/Mutu Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dengan penilaian atas biaya, mutu dan waktu. Kualitas menurut ISO 8402 adalah keseluruhan ciri dan karakteristik

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERUSAHAAN DIGITAL PRINTING SMART TO PRINT DI SURAKARTA

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERUSAHAAN DIGITAL PRINTING SMART TO PRINT DI SURAKARTA ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERUSAHAAN DIGITAL PRINTING SMART TO PRINT DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting yang dibutuhkan oleh manusia. Di dalam sayuran terkandung vitamin, karbohidrat, protein, dan mineral yang dibutuhkan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan penulis pada PT.BINTANG ALAM SEMESTA, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi seragam seperti kaos, jaket, kemeja, sweater yang berada di wilayah kampus.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... ix HALAMAN PENGESAHAN... x RIWAYAT HIDUP... xi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN 55 VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN Proses pengambilan keputusan seseorang untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk ataupun jasa dipengaruhi oleh karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci