IX. PROGRAM STRATEGI DAN MAPPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DI KELURAHAN CURUG MEKAR, KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IX. PROGRAM STRATEGI DAN MAPPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DI KELURAHAN CURUG MEKAR, KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 128 IX. PROGRAM STRATEGI DAN MAPPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DI KELURAHAN CURUG MEKAR, KOTA BOGOR Penyusunan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis kelembagaan lokal di Kelurahan Curug Mekar, Kota Bogor merupakan penjabaran strategi SWOT. Pada bab Analisa Road Map telah diulas bagaimana mapping begitu bermanfaat sebagai upaya pembangunan model konseptual. Pembangunan model konsptual tersebut secara transparan menjelaskan posisi dan kebijakan strategis sehingga dapat ditempuh oleh semua stakeholder penanggulangan kemiskinan. Untuk mengetahui posisi dan kebijakan strategis yang dapat ditempuh oleh unit kelembagaan lokal di Kelurahan Curug Mekar, maka perlu dirunut kedalam beberapa Sub Bab berikut ini Program Strategi Pemberdayaan Masyararakat Miskin Perkotaan Berbasis Kelembagaan Lokal di Kelurahan Curug Mekar Program secara umum diartikan sebagai sebuah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang pada pelaksanaannya mencerminkan peran dan fungsi unit-unit stakeholder untuk mencapai sasaran dan tujuan hingga terkoodinasi dengan matang. Dunia yang senantiasa berubah mengakibatkan perubahan pada lingkungan organisasi. Perubahan lingkungan organisasi harus diantisipasi dengan memilih strategi dan aksi yang tepat yang akan diimplementasikan agar dapat survive. Peter Drucker dalam Yoshida (2006) mengatakan bahwa perubahan pada dasarnya terbagi 2 (dua) golongan besar. Pertama, perubahan yang dapat

2 129 diprediksi kemudian disebut peluang. Kedua, adalah perubahan yang sama sekali tidak dapat diprediksi kemudian disebut resiko (uncertainty). Resiko meliputi perubahan yang tidak diketahui dan bersifat tidak pasti (unknown uncertainty) serta perubahan yang tidak dapat diketahui (unknowable uncertainty). Berdasarkan uraian paragraf diatas, kesepakatan dalam manajemen kelembagaan lokal memerlukan transformasi pemahaman kolektif para subjek program penanggulangan kemiskinan (termasuk keluarga miskin) yang berawal dari sikap dan keinginan konvensional atau status quo menjadi satu paham dalam menyusun visi dan misi penanggulangan kemiskinan. Transformasi perubahan yang harus dilalui untuk mewujudkan suksesi program (visi) salah satunya adalah perlu dilakukan review kondisi saat ini. Analisa kondisi saat ini yang telah dilakukan melalui metode dan analisis sampling adalah review terhadap kondisi kemiskinan dan kelembagaan itu sendiri. Review terhadap kelembagaan meliputi review proses kelembagaan dan review proses manajerial yang menjadi lingkup 13 output SWOT. Review proses kelembagaan meliputi kebiasaan yang melembaga dan proses kelembagaannya itu sendiri (Lampiran 9, 10 dan 11). Review proses manajerial meliputi upaya perbaikan mekanisme/kapasitas kelembagaan, upaya menciptakan kapasitas/aktivitas (Bab I, Hal. 5, Paragraf 1), upaya meningkatkan distribusi, partisipasi dan fasilitasi dengan menanfaatkan peluang troika (governance, private sector dan civil society), upaya pembinaan dengan cara mengarahkan dan memelihara serta terakhir adalah bentuk pemahaman/menerima keadaan. Berikut adalah tahapan perubahan yang harus dilalui kelembagaan local untuk mewujudkan/menyusun visi pemberdayaan

3 130 berbasis kelembagaan local, diantaranya 1) Review Proses Kelembagaan (meliputi kebiasaan yang melembaga dan proses pelembagaan). 2) Review Proses Manajerial (meliputi Perbaikan mekanisme/kapasitas, Menciptakan kapasitas/aktivitas, Meningkatkan distribusi, partisipasi, fasilitasi, Mengarahkan, memelihara dan Pemahaman leader unit-unit kelembagaan lokal). Transformasi perubahan adalah merupakan proses awal yang perlu dilalui oleh kelembagaan lokal agar dapat memberi manfaat. Saefuddin (2005) mengatakan bahwa kelembagaan lokal atau stakeholder yang terlibat baik dalam arti organisasi, norma, tata aturan, hingga individu lokal akan memberikan manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah : a. Consistency yakni peningkatan pemahaman terhadap dinamika aspek-aspek kultural, sosial, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan aspek-aspek keterjaminan sosial itu sendiri. b. Reality yakni menjamin strategi pengembangan yang dilakukan benar-benar merefleksikan kondisi nyata yang ada di masyarakat, realistis dan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. c. Sustainability yakni mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggung jawab untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan sistem. d. Stimulations yakni membangun kapasitas sosial untuk mengembangkan program yang mungkin pada awalnya dibangun atas bantuan dari luar. Penyusunan program terlebih dahulu menetapkan lingkup program yang akan digunakan sebagai parameter. Aplikasi arsitektur strategik salah satunya dicontohkan oleh divisi aliran uang sebuah organisasi di Indonesia. lingkup program tersebut diantaranya penetapan tahapan pengembangan manajerial,

4 131 tahapan perubahan struktur organisasi, tahapan perubahan peran dan kompetensi organisasi dan tahapan membangun komitmen guna mencapai visi. Program tahapan pengembangan manajerial kelembagaan Kelurahan Curug Mekar yang dibutuhkan pada saat kajian diantaranya mencakup kegiatan collecting atau mendata kuantitas aktor sosial dan atau kuantitas pimpinan kelembagaan lokal, recapitulation of activities atau mendata kegiatan manajerial sesuai dengan bidang/lingkup kerja, activity management atau mengelompokkan jumlah manajemen kegiatan yang telah terdata, contact person atau menentukan personil kontak untuk memulai fungsi koordinasi, coordination atau melaksanakan fungsi koordinasi dan terakhir hasil dari coordination adalah local institutional management atau manajemen kelembagaan lokal yakni berangkat dari satu persepsi dalam melaksanakan fungsi manajemen di Kelurahan Curug Mekar dan melaksanakan peran kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan. Program tahapan perubahan struktur organisasi kelembagaan diantaranya mencakup kegiatan pembenahan hierarchy atau struktur hirarki/banyak jenjang, functional atau struktur fungsional/sedikit jenjang, banyak kelompok kerja serta upaya pembenahan perubahan kedua jenis struktur tersebut dalam matrix organization atau matriks organisasi. Program tahapan perubahan peran dan kompetensi organisasi sebagaimana Makmun (2003) meliputi hasil audit maupun evaluasi terhadap kelembagaan lokal yang dilakukan oleh pemerintah. Adopsi peran dan kompetensi tersebut diantaranya berjenjang mulai dari peran dan kompetensi sebagai creditor atau lembaga kredit, deliverator atau lembaga penyaluran, receiver atau lembaga

5 132 penerima, assistance atau pendampingan meliputi fasilitasi, mediasi, dan advokasi dan terakhir peran dan kompetensi sustainabilitor atau lembaga pelestarian. Adopsi program tahapan membangun komitmen guna mencapai visi (dalam divisi aliran uang) diantaranya awareness atau pembangunan kesadaran, understanding atau pemahaman, engagement atau komitmen awal, positive perception atau membangun persepsi positif, testing atau melakukan penilaian, action atau mulai bersikap reaktif, dan terakhir adopsi komitmen atau commitment. Berikut adalah instrumen kebijakan 13 output strategi SWOT dalam adopsi bahasa program sebagaimana Gambar 17. matrik yang menyilanghubungkan kedua konsep tersebut. Menciptakan kapasitas kelembagaan dengan unit fungsi pengelolaan sumber daya mata air Mengarahkan kapasitas kelembagaan dalam hal pengembangan fase pemberdayaan yang difasilitasi oleh pemerintah, corporate dan civil society. Meningkatkan dengan cara memperluas keterlibatan peran serta/partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Mendistribusikan hasil-hasil pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah, corporate dan civil society. Meningkatkan pembangunan yang bertumpu pada kemampuan manusia melalui fasiltasi input serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang. Memperbaiki mekanisme perencanaan pembangunan yang difasilitasi oleh pemerintah. Memperbaiki kapasitas potensi kelembagaan melalui pendampingan (fasilitasi, mediasi dan advokasi) yang difasilitasi oleh pemerintah/pemeduli. Menentukan contact person untuk memulai koordinasi unit pemerhati penanggulangan kemiskinan. Program tahapan pengembangan manajerial Program tahapan perubahan struktur organisasi kelembagaan Perubahan yang harus dilalui untuk mewujudkan visi Yang harus di kembangkan untuk mencapai visi Menciptakan fungsi sektor non pertanian yang difasilitasi oleh pemerintah/pemeduli. Meningkatkan pembangunan yang bertumpu pada kemampuan manusia dengan melindungi dan mencegah dari persaingan yang tidak sehat dan atau eksploitasi. Memelihara dengan cara meningkatkan kesadaran sebagai manusia beragama (berpikir positif) melalui sikap teladan. Memberikan dukungan/ kepercayaan/ (menerima) suasana/iklim yang terjadi sebagai dampak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Memahami bahwa kemiskinan merupakan fenomena relatif yang dapat terjadi di segala wilayah maupun di setiap tingkatan peradaban dunia. Program tahapan perubahan peran dan kompetensi organisasi program tahapan membangun komitmen guna mencapai visi Gambar 17. Matriks Instrumen Strategi terhadap Bahasa Program

6 133 Berdasarkan Tabel 20. Matriks SWOT atau 13 strategi diantaranya terdiri dari 5 strategi S O, 4 strategi W O, 2 Strategi S T, dan 2 Strategi W T, peran dan kompetensi kelembagaan dalam Lampiran 8. serta uraian adopsi parameter bahasa program pada Bab IX. dimuka, dapat diusulkan 4 program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Kelembagaan Lokal di Kelurahan Curug Mekar yang diusulkan diantaranya : a. Program Tahapan Pengembangan Manajerial Program tahapan manajerial merupakan program bagi para pengambil keputusan suatu lembaga. Beberapa hasil obesrvasi di lapang menunjukan kebutuhan tahapan pengembangan manajerial kedalam beberapa aktivitas berikut : 1. Collecting atau mendata kuantitas aktor sosial dan atau kuantitas pimpinan kelembagaan lokal; 2. Recapitulation of Activities atau mendata kegiatan manajerial sesuai dengan bidang/lingkup kerja; 3. Activity Management atau mengelompokkan jumlah manajemen kegiatan yang telah terdata; 4. Contact Person atau menentukan personil kontak untuk memulai fungsi koordinasi; 5. Coordination atau melaksanakan fungsi koordinasi; 6. Local Institutional Management atau Manajemen Kelembagaan Lokal yakni berangkat dari satu persepsi dalam melaksanakan fungsi manajemen di Kelurahan Curug Mekar dan melaksanakan peran kelembagaan.

7 134 b. Program Tahapan Perubahan Struktur Organisasi Kelembagaan Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahapan program ini adalah : 1. Hierarchy atau Struktur Hirarki/banyak jenjang; 2. Functional atau Struktur Fungsional/sedikit jenjang, banyak kelompok kerja; 3. Matrix Organization atau Matriks Organisasi. c. Program Tahapan Perubahan Peran dan Kompetensi Organisasi Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahapan program ini adalah : 1. Creditor atau lembaga kredit; 2. Deliverator atau lembaga penyaluran; 3. Receiver atau lembaga penerima; 4. Assistance atau pendampingan meliputi fasilitasi, mediasi, dan advokasi; 5. Sustainabilitor atau pelestarian. d. Program Tahapan Membangun Komitmen Guna Mencapai Visi Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahapan program ini adalah : 1. Awareness atau Pembangunan Kesadaran; 2. Understanding atau Pemahaman; 3. Engagement atau Komitmen Awal; 4. Positive Perception atau Membangun Persepsi Positif; 5. Testing atau Melakukan Penilaian; 6. Action atau Mulai Bersikap Reaktif; 7. Commitment atau Komitmen.

8 Mapping Pemberdayaan Masyararakat Miskin Perkotaan Berbasis Kelembagaan Lokal di Kelurahan Curug Mekar Mapping merupakan sebuah penjabaran kerangka kerja konseptual yang dijabarkan berdasarkan ilustrasi skema dan parameter (World Bank, 2001) maupun stage (Microsoft, 2007). Berdasarkan uraian Analisa Road Map dan penelitian (studi kasus) di Kelurahan Curug Mekar maka melalui 13 output SWOT yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian penulis. Perhatian penulis cenderung pada pemetaan pendekatan kedua (Yoshida, 2006) yakni membagi kedalam periodisasi strategi dan menetapkan sasaran yang akan dicapai. Sasaran yang akan dicapai adalah agar kelembagaan dapat memberi manfaat dan sekaligus sebagai salah satu tahapan persiapan dalam menyusun visi misi penanggulangan kemiskinan. Informasi framework of time disajikan dalam bentuk gambar arsitektur strategik/mapping pada sumbu X dan hal-hal yang harus di kembangkan untuk mencapai visi pada sumbu Y. Secara ringkas, tahapan tersebut dapat digambarkan pada sebuah alur/mapping fase pemahaman para subjek program (termasuk keluarga miskin) melalui pendekatan arsitektur strategik seperti tampak pada Gambar 18. Arsitektur Strategik Pemberdayaan Kelembagaan Lokal berikut ini.

9 136 High/ Tinggi/ Kekuatan Fase I Pemahaman Kolektif para Subjek/Stakeholder Program Penanggulangan Kemiskinan CHANGE MANAGEMENT PROCESS Fase II Penyusunan Visi Misi Monitoring dan Evaluasi PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN LOKAL (partisipasi, sikapteladan, fasilitasi, nilai budaya/agama) Tahapan Membangun Komitmen Guna Persepsi Hibah Mencapai Visi Tahapan Perubahan Peran engagement dan Kompetensi Organisasi Subject to object awareness creditor Understanding deliverator receiver Review Proses Pemberdayaan Positive Perception Testing Activity Management Action Fasilitator, mediator, advocator, Review Proses Fungsi Manajerial Proses Pelembagaan Kebiasaan yang Melembaga Contact Person Subject to subject commitment sustainabilitor Menciptakan Kapasitas/ Fungsi Menciptakan Kapasitas Perbaikan Mekanisme/Kapasitas Coordination Functional Pemahaman Mengarahkan, Memelihara Peningkatan Distribusi, Partisipasi,Fasilitasi Local Institutional Management Tahapan Perubahan Struktur Organisasi Based on Capacity Building Benefits of Local Institutional Management : Consistency Reality Sustainable Stimulations Matrix Organization Low/ Rendah/ Kelemahan Status Quo Collecting Recapt activities Hierarchy Tahapan Pengembangan Manajerial Gambar 18. Time Frame : three Years Arsitektur Strategik Pemberdayaan Kelembagaan Lokal Three years

10 Sumbu X (horisontal) merupakan rentang waktu yang dipersiapkan kelembagaan lokal (framework of time). Sumbu Y (vertikal) merupakan ukuranukrua yang harus dikembangkan untuk mencapai pemahaman kondisi yang diharapkan terjadi. Ukuran tersebut adalah partisipasi, sikap teladan, fasilitasi, nilai baik budaya maupun agama. Bagian yang ditandai dengan anak panah mengarah keatas secara diagonal merupakan perubahan pemahaman kolektif para subjek/stakeholder program penanggulangan kemiskinan yang harus dilalui kelembagaan lokal (termasuk troika pembangunan) guna memulai penyusunan visi. panah melengkung di bagian bawah tanda panah diagonal, terutama yang berada paling dekat dengan tanda panah, adalah program tahapan pengembangan manajerial. Panah melengkung lainnya di bagian bawah tanda panah diagonal, yang berada di bagian lebih luar, menandakan program tahapan perubahan struktur organisasi. Panah melengkung yang berada paling dekat dengan panah diagonal di bagian atas menunjukkan program tahapan perubahan peran dan kompetensi organisasi. Sedang panah melengkung di bagian atasnya lagi yaitu tanda panah yang berada di bagian sebelah luar, menunjukkan program tahapan membangun komitmen guna mencapai kondisi yang diharapkan (visi). Secara umum, mapping strategi pemberdayaan berbasis kelembagaan lokal memerlukan dua perubahan yang dilakukan. Perubahan tersebut terbagi dalam dua fase. Fase pertama yakni fase pemahaman kolektif para subjek/stakeholder program penanggulangan kemiskinan yang berdurasi tiga tahun. Angka tiga tahun di sarankan karena lembaga pemberdayaan dalam tubuh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Voting tiga tahun sekali atau masa bhakti selama tiga tahun. Pada

11 masa ini kelembagaan melakukan program secara bertahap hingga tiga tahun. Masa tiga tahun akan sangat membantu ketua lembaga dalam upaya melakukan konsolidasi tim. Fase kedua yakni fase perkembangan lanjutan yang dilaksanakan selama tiga tahun berikutnya, dimana dapat mulai dirumuskan visi misi hingga monitoring dan evaluasi. Bahkan program yang diusulkan akan menopang dirasakannya manfaat fungsi kelembagaan, yakni consistency, reality, sustainable dan stimulations. Pada fase pertama kelembagaan lokal diusulkan untuk melakukan review terhadap kondisi kelembagaan saat ini atau konvensional atau status quo dimana setiap stakeholder terlanjur tenggelam pada individualisme peran masing-masing. Review ini diusulkan untuk mengkaji ulang proses pemberdayaan, meliputi kebiasaan yang melembaga, dan proses kelembagaan itu sendiri. Tingkatan perubahan selanjutnya adalah mengkaji ulang proses fungsi manajerial, meliputi lingkup pertama upaya perbaikan mekanisme perencanaan (dengan peluang fasilitasi troika), upaya memperbaiki kapasitas potensi kelembagaan (dengan peluang pendampingan troika). Lingkup kedua yakni menciptakan kapasitas fungsi (fungsi sektor non pertanian, fungsi pengelolaan sumber daya alam/mata air). Lingkup ketiga menciptakan kapasitas fungsi (fungsi kelembagaannya). Lingkup keempat yakni meningkatkan distribusi, partisipasi dan fasilitasi (dengan peluang troika). Lingkup kelima mengarahkan dan memelihara hingga lingkup keenam sampai pada pemahaman menuju penyusunan visi misi kelembagaan lokal. Pembenahan yang diusulkan adalah pertama, collecting yakni aktivitas mendata kuantitas aktor sosial dan atau kuantitas pimpinan kelembagaan lokal.

12 Kedua, Recapitulation of Activities atau mendata kegiatan manajerial sesuai dengan bidang/lingkup kerja. Ketiga, Activity Management atau mengelompokkan jumlah manajemen kegiatan yang telah terdata. Keempat Contact Person atau menentukan personil kontak untuk memulai fungsi koordinasi. Kelima, Coordination atau melaksanakan fungsi koordinasi. Kelima Local Institutional Management atau Manajemen Kelembagaan Lokal yakni berangkat dari satu persepsi dalam melaksanakan fungsi manajemen di Kelurahan Curug Mekar dan melaksanakan membagi peran kelembagaan. Dengan demikian, pada tahap ini kelembagaan lokal terintegrasi dan terbagi dalam berbagai peran. Usulan pembenahan lainnya adalah yang berkaitan dengan tahapan struktur organisasi kelembagaan lokal. Tahapan pertama yang diusulkan adalah struktur hierarki yang dibentuk oleh troika penanggulangan kemiskinan dirubah menjadi struktur fungsional. Kenyataan bahwa setiap muncul suatu program akan memunculkan satu bentuk struktur hirarki kegiatan. Faktanya, orang yang sama dengan baju yang berbeda-beda. Pilihan migrasi dari struktur hirarki (banyak jenjang) menuju struktur organisasi matriks (sedikit jenjang, banyak kelompok kerja) didasari pada alasan bahwa struktur matriks akan membuat organisasi kelembagaan lokal menjadi lebih fleksibel. Fleksibilitas yang terjadi akan memudahkan aktivitas yang nantinya dilakukan. Seiring dengan program tahapan pengembangan manajerial dan program tahapan perubahan struktur organisasi, diusulkan juga program tahapan perubahan peran dan kompetensi organisasi. Sebagai catatan, peran dan kompetensi organisasi harus terefleksi jelas pada peran dan kompetensi individu dalam tubuh kelembagaan lokal.

13 Peran yang berjalan selama ini salah satu faktanya, menggambarkan bahwa lembaga pemberdayaan berporos pada lembaga kredit creditor. Peran dan kompetensinya berubah menjadi deliverator atau lembaga penyaluran yakni penyalur bantuan/agen pemerintah di kelurahan. Peran deliverator bertambah lagi dengan peran dan kompetensi receiver atau lembaga penerima. Peran receiver bertambah lagi dengan peran dan kompetensi assistance atau lembaga pendampingan yang meliputi kegiatan fasilitasi, mediasi, dan advokasi dan terakhir peran dan kompetensi assistance bertambah lagi dengan peran dan kompetensi sustainabilitor atau lembaga pelestarian. Komitmen dalam menanggulangi kemiskinan juga membutuhkan perjalanan yang tidak pendek dan melelahkan. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran penuh untuk berubah. Maka program yang selanjutnya diusulkan adalah diperlukan pergerakan paradigma. Komitmen tersebut adalah pergerakan (continuum) menuju pembangunan kesadaran (awareness), pemahaman (understanding), dan komitmen awal (engagement). Hal tersebut dilanjutkan dengan membangun persepsi positif (positive perception), melakukan penilaian (testing), mulai bersikap reaktif (action). Inilah proses perubahan yang sebenarnya (change management process) menuju kelembagaan lokal yang secara mandiri dalam menanggulangi kemiskinan. Arti mandiri adalah merupakan bentuk sistem kerjasama yang bersifat interdependen, sinergis dan bersistem. Existing conditions kemiskinan, telaahan teroritis melalui kata kunci, strategi output SWOT, program review, tahapan perubahan, tahapan pembangunan dan tahapan pengembangan kelembagaan lokal merupakan titik langkah awal di dalam menanggulangi kemiskinan.

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi Balanced Scorecard Kementerian Keuangan Konsep Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem informasi dewasa ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan timbulnya suatu persaingan yang semakin ketat pada sektor

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Badan Layanan Umum merupakan konsep baru dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri Tim Peneliti Sunyoto Usman (Sosiologi) Purwanto (Sosiologi) Derajad S. Widhyharto (Sosiologi) Hempri Suyatna (Sosiatri) Latar Belakang Program

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN IV.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga Tujuan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bappeda untuk jangka

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR m BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS ASOSIASI AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA I. LATAR BELAKANG Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) adalah organisasi profesi auditor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANAA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SALATIGAA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANAA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SALATIGAA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANAA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SALATIGAA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Stratejik Badan Perencanaan

Lebih terperinci

Safety Leadership Bag 1 Part 2

Safety Leadership Bag 1 Part 2 Safety Leadership Bag 1 Part 2 1.1. Paradigma Perusahaan Terhadap Sumber Daya Manusia Sebagian besar industri mengeluhkan fenomena tingginya kecelakaan kerja (Accident) ini meskipun sudah mendapatkan sertifikasi

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Memaparkan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan, serta pembahasan tentang RENSTRA, tujuan dan Sasaran Visi dan Misi, Penetapan Kinerja,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 60 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENILAIAN KAPASITAS (CAPACITY ASSESSMENT) UNTUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN

PENILAIAN KAPASITAS (CAPACITY ASSESSMENT) UNTUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN PENILAIAN KAPASITAS (CAPACITY ASSESSMENT) UNTUK MEMPENGARUHI KEBIJAKAN CAPACITY ASSESMENT PENGERTIAN KAPASITAS ELEMEN KAPASITAS PENGARUH KAPASITAS TERHADAP KEBIJAKAN LEVEL KAPASITAS CAPACITY ASSESMENT

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN. oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau

METODOLOGI KAJIAN. oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau 36 III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Saefuddin (2003) menegaskan bahwa aspek penting yang perlu dilakukan oleh dan dengan pemberdayaan kelembagaan lokal adalah dalam menentukan atau mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN 4.1. VISI DAN MISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh

Lebih terperinci

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL Sepanjang era Orde Baru praksis pembangunan kehutanan senantiasa bertolak dari pola pikir bahwa penguasaan sumberdaya hutan merupakan state property saja

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap awal, tahap visioning, tahap analysis, tahap direction, dan tahap recommendation. Tahap perencanaan STI

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

Lampiran : Keputusan Walikota Bontang Nomor : 657 Tahun 2013 Tanggal : 5 Desember 2013 Tentang : PENETAPAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN

Lampiran : Keputusan Walikota Bontang Nomor : 657 Tahun 2013 Tanggal : 5 Desember 2013 Tentang : PENETAPAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN Lampiran : Keputusan Walikota Bontang Nomor : 657 Tahun 2013 Tanggal : 5 Desember 2013 Tentang : PENETAPAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG TAHUN 2013-2016 PEMERINTAH

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Banten Nomor : 050/Kep.64 ORG /2012 Tanggal : 5 November 2012 BAB I PENDAHULUAN. 1.

Lampiran Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Banten Nomor : 050/Kep.64 ORG /2012 Tanggal : 5 November 2012 BAB I PENDAHULUAN. 1. Lampiran Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Banten Nomor : 050/Kep.64 ORG /2012 Tanggal : 5 November 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Banten yang dibentuk dengan Undang undang Nomor

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance based BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia yang diawali dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, telah membawa dampak

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Minggu 2

Manajemen Proyek Minggu 2 Project Management Process Manajemen Proyek Minggu 2 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Initiating / Requirement :...awal siklus! Planning : perencanaan... Executing : Lakukan! Monitoring and Controlling

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

Nurhikmat Romdhona Program Studi Magister Administasi Publik, Universitas Garut

Nurhikmat Romdhona Program Studi Magister Administasi Publik, Universitas Garut Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan di Sekolah Dasar Negeri terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Efektivitas Pelaksanaan Program Kerja Sekolah Nurhikmat Romdhona Program Studi Magister Administasi

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan bisnis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Teknologi informasi memiliki peranan penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan isu sentral dan global. Sachs, (2005) 1. Kompas (2005) menyampaikan bahwa jumlah orang miskin di dunia mencapai

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan isu sentral dan global. Sachs, (2005) 1. Kompas (2005) menyampaikan bahwa jumlah orang miskin di dunia mencapai 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan isu sentral dan global. Sachs, (2005) 1 dalam Kompas (2005) menyampaikan bahwa jumlah orang miskin di dunia mencapai 1.100.000.000 orang. Kemiskinan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM 1. Kecamatan Mataram merupakan wilayah kerja Camat Mataram sebagai Perangkat Daerah. 2. Kecamatan Mataram merupakan kecamatan tipe A. 3. Kecamatan Mataram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN (planning)

PERENCANAAN (planning) PERENCANAAN (planning) Dasar Manajemen dan Bisnis Bahan: Gary Dessler Bab 3&4 created by Ryani D P 1 FUNGSI PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Mengetahui konsep dasar mengenai perencanaan dalam manajemen

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016 5 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016 Secara umum kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative

BAB VII PENUTUP. masih pada tahap pengembangan format yang utuh menuju suatu collaborative BAB VII PENUTUP VII.A. Kesimpulan Praktek collaborative govenrance yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar, PT Unilever Indonesia, Media Fajar, Yayasan Peduli Negeri dan juga Forum Kampung Bersih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih peka terhadap berbagai perubahan. Hal ini berpengaruh terhadap pengelolaan dan perencanaan suatu

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KECAMATAN SLAWI Alamat : Jalan Hos Cokroaminoto No.1 Slawi i KATA PENGANTAR Review Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi ekologi dan sosial yang tinggi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015

RENCANA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Seiring dengan semakin banyaknya ketidakpastian yang membuat orang memerlukan strategi untuk menghadapi dan mengantisipasinya,

Lebih terperinci

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Arifin Rudiyanto Deputi Menteri Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Brief Note Edisi 22, 2016 Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Riza Primahendra Pengantar Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional RKPD Tahun disusun dengan memperhatikan arah kebijakan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Lebih terperinci

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Nama Inovasi Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan Produk Inovasi Inovasi e-government Untuk Peningkatan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023 1. Latar Belakang Mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin kompleks, diperlukan upaya pemberantasan korupsi yang komprehensif

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR UJI MODEL PENINGKATAN KUALITAS SOSIAL DAN EKONOMI DALAM RANGKA PENATAAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

LAPORAN AKHIR UJI MODEL PENINGKATAN KUALITAS SOSIAL DAN EKONOMI DALAM RANGKA PENATAAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN LAPORAN AKHIR UJI MODEL PENINGKATAN KUALITAS SOSIAL DAN EKONOMI DALAM RANGKA PENATAAN KAWASAN KUMUH PERKOTAAN Tahun 2011 BAB 1. PENDAHULUAN BAB I I.1. Latar belakang Penanganan kawasan kumuh seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tugas dan kewajiban pemerintahan adalah menciptakan regulasi pelayanan umum pengembangan sumber daya produktif, menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan

Gambar III-1 Tahap pengembangan kerangka kerja penyelarasan 24 Bab III Pengembangan Kerangka Kerja Penyelarasan Bisnis dan TI III.1 Tahap Pengembangan Kerangka Kerja Pengembangan kerangka kerja penyelarasan meliputi beberapa tahapan. Tahap awal pengembangan adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

FUNGSI PERENCANAAN. Eni Widiastuti

FUNGSI PERENCANAAN. Eni Widiastuti FUNGSI PERENCANAAN Eni Widiastuti PERENCANAAN: Pengertian: Upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan dan bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan(marquis & Huston, 2010).

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD , BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD 2005-2025, RPJMD 2011-2016, Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 I.Latar Belakang Salah satu tahapan pelaksanaan P2KP adalah Pembangunan BKM, yang dipandang menjadi bagian yang merupakan tahapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

Perencanaan dan Perjanjian Kerja BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja 2.1 Rencana Strategis Renstra Bappeda Litbang disusun adalah dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT

PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT DR. Johannes Buku : Manajemen Stratejik - bab 11 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti BAB ini diharapkan menjelaskan hal-hal berikut. anda dapat 1.Perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 8 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh optimis, berani, tampil, berperilaku kooperatif, dan kecakapan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 43 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci