PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM DAN SAINS AL-JANNAH, CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR NURINA WIDYAYU ARFIANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM DAN SAINS AL-JANNAH, CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR NURINA WIDYAYU ARFIANTI"

Transkripsi

1 PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM DAN SAINS AL-JANNAH, CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR NURINA WIDYAYU ARFIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN NURINA WIDYAYU ARFIANTI. Perancangan Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Cipayung, Jakarta Timur. Dibimbing oleh QODARIAN PRAMUKANTO. Ruang terbuka baik itu berupa ruang terbuka hijau atau taman merupakan suatu ruang luar yang tidak hanya berfungsi secara ekologis tetapi dapat juga berfungsi sebagai sarana penyembuhan. Ruang penyembuhan (healing spaces) dapat ditemukan di lingkungan alami. Salah satu bentuk pemanfaatan ruang luar sebagai media penyembuhan (terapi) terdapat pada fasilitas lembaga pendidikan formal, khususnya sekolah alam. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis pada alam. Selain anak-anak normal, dalam sekolah ini terdapat pula anak berkebutuhan khusus (ABK) diantaranya seperti penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Dengan berbagai keterbatasan itulah, anak berkebutuhan khusus ini tidak dapat berkembang secara normal seperti anak-anak pada umumnya. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan terapi yang dilakukan di dalam ruangan. Studi ini dilakukan untuk membuat rancangan ruang luar atau taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Manfaat yang dapat diperoleh dari studi ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam pengembangan taman atau ruang luar sebagai ruang terapi penyembuhan dan memberikan gambaran suatu desain taman terapi yang ideal. Studi dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Studi dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2009 yang meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan data, dan penyusunan laporan hingga Juli Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini diperuntukkan terutama bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti semua anak-anak lain yang tidak memiliki keterbatasan. Taman terapi yang dikembangkan merupakan taman terapi yang interaktif dan berorientasi pada alam, memotivasi anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan melakukan berbagai aktivitas seperti bermain dan lain-lain. Konsep taman terapi yang dikembangkan terinspirasi dari proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu. Dalam biologi, metamorfosis dapat diartikan sebagai perubahan yang sangat besar dalam bentuk dari satu taraf atau tingkatan ke tingkatan selanjutnya dalam kehidupan suatu organisme. Secara filosofis proses metamorfosis ini memiliki makna bahwa setiap manusia harus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Proses metamorfosis ini dianalogikan sebagai proses terapi anak berkebutuhan khusus

3 dimana dalam prosesnya anak berkebutuhan khusus akan mengalami perubahan dari tidak bisa atau kurang bisa menjadi bisa atau lebih bisa. Taman terapi dirancang pada lahan seluas 256 m 2 terdiri atas ruang terapi dan ruang non terapi (ruang penerimaan). Ruang terapi terdiri dari ruang terapi indoor dan ruang terapi outdoor.. Ruang terapi outdoor terbagi ke dalam empat sub ruang, yaitu ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Pada ruang terapi sensorik anak berkebutuhan khusus dapat menstimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan dengan faslitas yang ada. Fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sensorik ini adalah jalur refleksi, texture table, sensory garden, serta wind chimes. Pada ruang terapi motorik anak berkebutuhan khusus dapat menstimulasi kemampuan motorik, pergerakan, dan keseimbangannya. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di ruang ini adalah undulating grassy slope, tangga, ramp, stepping log, balance beam, serta permainan anak. Terdapat pula jembatan lengkung yang selain sebagai penghubung antar ruang juga memiliki fungsi terapi, yaitu untuk melatih keseimbangan dan perspektif terhadap posisi. Ruang terapi kognitif dan ruang terapi sosial ini terletak di bagian selatan tapak. Pada ruang terapi kognitif terdapat outdoor stage dan planter box sedangkan pada ruang terapi sosial terdapat tempat duduk dan plaza dengan motif kupu-kupu yang dilengkapi dengan pergola sebagai penaung. Sirkulasi di dalam tapak hanya diperuntukkan bagi manusia. Pola sirkulasi berbentuk organik dengan garis lengkung dengan ukuran yang bervariasi, yaitu 1 m 1,2 m. Jalur sirkulasi terbuat dari material berupa perkerasan (concrete), kayu, dan batu kerikil. Selain itu pada jalur sirkulasi tersebut akan dibentuk motif kupu-kupu. Kombinasi material dan motif kupu-kupu tersebut selain memberikan penampakan visual yang baik juga memiliki nilai terapi yang dapat dimanfaatkan. Vegetasi pada zona terapi lebih diarahkan kepada vegetasi yang dapat memberikan fungsi terapi. Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi dengan penampakan menarik, memiliki bunga atau daun dengan variasi bentuk; warna; dan tekstur, beraroma, tidak berduri atau bergetah. Terdapat pula vegetasi non terapi, yaitu vegetasi peneduh, vegetasi pembatas, dan vegetasi estetis. Pada zona non terapi vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi estetis yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas estetika tapak. Kata kunci: Rancangan taman, taman terapi, anak berkebutuhan khusus (ABK)

4 PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH ALAM DAN SAINS AL-JANNAH, CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR NURINA WIDYAYU ARFIANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Nama NIM : Perancangan Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Cipayung, Jakarta Timur. : Nurina Widyayu Arfianti : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus :

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perancangan Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Cipayung, Jakarta Timur. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan baik moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta, papa dan mama, Sudarmanta Tri Widada dan Siti Chofifah, adik-adik tersayang, Pungki Retna Windradi dan Ardian Nur Wijayanta, bude Siti Choiriyah, dan kakak tersayang Almh. Annisa Lukita Ningtiyas, serta seluruh keluarga. Terima kasih untuk doa, semangat, dan lautan cinta dan kasih sayang yang tiada tara; 2. Ir. Qodarian Pramukanto, Dip. Env. M, MS. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan nasehatnya dalam penyusunan skripsi ini; 3. Dr. Ir. Andi Gunawan, M. Agr.Sc. dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk skripsi ini; 4. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, dan nasehatnya selama masa studi penulis; 5. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah tempat penulis melakukan penelitian, Bapak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, Kepala Humas Yayasan Masdalifah, Kepala Unit Inklusi beserta staf baik terapis maupun pengajar yang telah membantu penulis dalam penyediaan informasi dan data untuk skripsi; 6. Resa Maharani, Muhammad Mudhofir, dan Yosep Permata yang telah membantu penulis dalam pengukuran; 7. Teman-teman seperjuangan bimbingan (Rachma Kania, Azi Muhammad Alif Hidayah, Handika Gani, dan Dina Larastini) atas semangat dan kebersamaannya;

7 8. Teman-teman ARL 42, terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan, semangat, dan kenangan yang tidak akan terlupakan; 9. Kakak kelas ARL 40 dan 41, adik kelas ARL 43 dan 44 yang tidak dapat disebutkan satu persatu; 10. Seluruh dosen, staf administrasi, dan pegawai Departemen Arsitektur Lanskap; 11. Teman-teman Harmony 2 Lorong Ceria (Verdha, Diah, Nisa, Septi, Riana, Meta, Ima, Sella, Mitha, dan Santia) atas semangat, kebersamaan, canda, dan tawa yang menemani penulis menyelesaikan skripsinya; 12. Arsyad Khrisna, terima kasih untuk kebersamaan, semangat, dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Agustus 2010 Nurina Widyayu Arfianti

8 RIWAYAT HIDUP Nurina Widyayu Arfianti, dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 4 Oktober Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sudarmanta Tri Widada dan Siti Chofifah. Penulis menempuh pendidikan semasa kecil di TK Teladan, Pare, Jawa Timur pada tahun 1992 dan TK Sukaseuri, Cikampek pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan dasarnya di SDN Sarimulya IV ( ), selanjutnya meneruskan pendidikan tingkat menengah pertama di SLTP Pupuk Kujang, Cikampek ( ), dan melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMAN 1 Purwakarta ( ). Semasa sekolah penulis aktif sebagai pengurus OSIS SLTP Pupuk Kujang di Divisi Kerohanian dan ekstrakulikuler paduan suara SMAN 1 Purwakarta. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjadi anggota dan pengurus PSM Agriaswara Divisi Kesejahteraan. Selain itu, penulis pernah menjadi anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) Divisi Keprofesian dan asisten pada mata kuliah Teknik Studio (ARL210) di Departemen Arsitektur Lanskap.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Perancangan Lanskap Ruang Terbuka Hijau Lanskap Terapeutik Anak Berkebutuhan Khusus Taman Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus Rusk Play Garden BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Bahan dan Alat Tahapan Studi Persiapan Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan Perancangan Batasan Studi BAB IV INVENTARISASI 4.1 Aspek Fisik dan Biofisik Letak, Luas dan Batas Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Tanah Topografi Hidrologi dan Drainase Vegetasi dan Satwa Fasilitas dan Utilitas Elemen Visual dan Akustik Aspek Sosial v vi vii

10 4.2.1 Latar Belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah Pengguna Aktivitas Aspek Terapi Fasilitas Terapi Program dan Aktivitas Terapi Anak Berkebutuhan Khusus BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Batas Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Tanah Topografi Hidrologi dan Drainase Vegetasi dan Satwa Fasilitas dan Utilitas Elemen Visual dan Akustik Aspek Sosial Aspek Terapi Sintesis Aspek Fisik dan Biofosik, Sosial, dan Terapi Program Ruang BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Pengembangan Konsep Konsep Tata Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep Aktivitas Konsep Fasilitas Diagram Konsep BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Ruang Terapi Ruang Non Terapi Rancangan Taman Terapi Rancangan Sirkulasi Rancangan Vegetasi Rancangan Fasilitas Daya Dukung Taman Terapi

11 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data Kriteria Desain Fungsional Taman Terapi Komposisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Komposisi Staf Unit Inklusi Matriks Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Analisis Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik, Sosial, dan Terapi Matriks Hubungan Fungsi, Ruang, dan Aktivitas Konsep Vegetasi, Fungsi, dan Kriteria Konsep Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Fasilitas dan Kebutuhan Ruang Matriks Hubungan Kedekatan Ruang Jenis Ruang, Fungsi, Aktivitas, dan Fasilitas yang Direncanakan Vegetasi Terapi dan Nilai Terapeutik yang Dapat Dimanfaatkan Vegetasi yang Direncanakan pada Tapak

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Studi Sensory Garden di Lucas Garden School The Leichtag Family Healing Garden Site Plan Rusk Play Garden Perspektif Rusk Play Garden Peta Lokasi Studi Tahapan Studi Kondisi Tapak Orientasi Tapak Aksesibilitas Menuju Lokasi Aksesibilitas pada Lokasi Aksesibilitas dan Sirkulasi Sekitar Tapak Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi Kondisi Iklim Tapak Peta Iklim Peta Tanah Kondisi Topografi Lokasi Peta Topografi Hidrologi dan Drainase Saluran Drainase Tertutup di Sekitar Tapak Peta Hidrologi dan Drainase Vegetasi dan Satwa Peta Persebaran Vegetasi dan Satwa Fasilitas Kondisi Visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah Kondisi Visual di Sekitar Tapak Peta Visual dan Akustik Struktur Organisasi Unit Inklusi Terapi Okupasi Fisioterapi... 52

14 31. Peta Analisis Topografi Peta Analisis Vegetasi dan Satwa Peta Analisis Visual dan Akustik Filosofi Konsep Bagan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Modifikasi Tapak Ilustrasi Ruang Terapi Ilustrasi Sirkulasi Dalam Tapak Diagram Konsep Site Plan Rancangan Taman Terapi Rancangan Taman Terapi (CAD) Blow Up Ruang Terapi Sensorik Ilustrasi Persepktif Ruang Terapi Sensorik Blow Up Ruang Terapi Motorik Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Motorik Blow Up Ruang Terapi Kognitif dan Sosial Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Kognitif Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Sosial Ilustrasi Perspektif Keseluruhan Potongan A-A Potongan B-B Potongan C-C Potongan D-D Referensi Motif Kupu-Kupu pada Jalur Sirkulasi Jenis Vegetasi yang Digunakan pada Ruang Terapi Jenis Vegetasi yang Digunakan pada Ruang Non Terapi Detail Penanaman Pohon Detail Penanaman Ground Cover Planting Plan Hardscape Plan Detail Pintu Gerbang

15 63. Detail Pagar Detail Jalur Refleksi Detail Jalur Sirkulasi Detail Pergola Detail Texture Table Detail Undulating Grassy Slope Detail Arbor Detail Tangga dan Ramp Detail Jembatan Lengkung Detail Kolam Detail Stepping Slope dan Balok Keseimbangan Detail Alat Permainan (Play Equipment) Detail Outdoor Stage Detail Plaza Detail Bangku Taman Detail Planter Box

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Program Terapi Daftar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Staff Unit Inklusi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka termasuk taman tidak hanya dapat memberikan fungsi secara ekologis, tetapi juga sebagai sarana untuk penyembuhan. Ruang penyembuhan (healing spaces) merupakan suatu ruang dengan desain dan setting tertentu yang dapat memberikan fungsi terapi dan digunakan sebagai area penyembuhan. Pada dasarnya, ruang penyembuhan (healing spaces) dapat ditemukan di lingkungan alami. Berdasarkan beberapa fakta, sejak masa lampau lingkungan alam (nature) telah digunakan sebagai ruang penyembuhan. Beberapa rumah sakit pada masa lampau diletakkan dalam kompleks biara (monasteries), dengan jamujamuan (herbs) dan ibadah sebagai fokus penyembuhan (Hebert, 2003). Manusia sebagai makhluk yang berasal dari alam tentunya lebih menyukai hal-hal yang alami. Namun seiring dengan perkembangan teknologi seperti obatobatan dan operasi, fokus penyembuhan kemudian beralih kepada obat-obatan. Ruang penyembuhan lebih terfokus ke bangunan-bangunan seperti fasilitas perawatan atau medical centre yang tidak diimbangi dengan adanya taman-taman atau ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai ruang terapi. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan mengingat manfaat yang dapat diberikan ruang luar. Salah satu bentuk pemanfaatan ruang luar sebagai media penyembuhan (terapi) terdapat pada fasilitas lembaga pendidikan formal, khususnya sekolah alam. Sekolah Alam merupakan sekolah dengan sistem pendidikan yang mengutamakan pendidikan akhlak (sikap hidup), falsafah ilmu pengetahuan (logika berpikir), dan leadership (kepemimpinan) dengan penyampaian materi yang mencakup aspek kognitif, emosional dan psikomotorik, dan merupakan inovasi pendidikan dengan memanfaatkan alam sebagai pembelajaran (Matta, 2003). Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis pada alam. Selain anak-anak normal, dalam sekolah ini terdapat pula anak berkebutuhan khusus (ABK) diantaranya seperti penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity

18 2 disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Anak berkebutuhan khusus tersebut membutuhkan perlakuan yang khusus atau terapi untuk proses penyembuhannya. Dengan berbagai keterbatasan itulah, anak-anak ini pada umumnya tidak dapat berkembang secara normal seperti anak-anak pada umumnya. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan terapi. Kebanyakan terapi yang dilakukan bagi anak-anak tersebut merupakan terapi di dalam ruangan. Sangat jarang terdapat fasilitas terapi yang memanfaatkan alam atau lingkungan luar. Padahal lingkungan alami atau ruang luar dapat menjadi media penyembuh yang baik (natural healer) apabila didesain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, studi ini dilakukan untuk membuat desain atau rancangan suatu ruang luar atau taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi bagi anak yang berkebutuhan khusus tersebut. 1.2 Tujuan Studi ini bertujuan untuk : 1. Menyusun konsep desain taman terapi yang ideal dan dapat memberikan fungsi terapi bagi penggunanya serta memiliki kualitas estetika yang baik. 2. Merancang taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki kualitas lingkungan yang baik serta dapat memberikan fungsi terapi berbasis program dan aktivitas terapi. 1.3 Manfaat Manfaat dari hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat taman atau ruang luar sebagai ruang terapi penyembuhan dan memberikan gambaran suatu desain taman terapi yang ideal, dapat memberikan fungsi terapi, dan memiliki kualitas estetika yang baik. Selain itu, hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam merancang taman terapi sejenis untuk dikembangkan di tempat lain.

19 3 1.4 Kerangka Pikir Sekolah Alam dan Sains merupakan salah satu institusi pendidikan dimana di dalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus seperti penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut mendapatkan terapi yang dilakukan di dalam ruangan untuk proses penyembuhan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Desk study dilakukan untuk mengetahui teori-teori mengenai taman terapi, review taman terapi yang pernah dibuat, dan mendapatkan rumusan kriteria desain fungsional bagi anak berkebutuhan khusus. Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dan biofisik tapak, sosial, dan terapi. Aspek terapi yang dilakukan didapatkan melalui konsultasi dan konfirmasi dengan terapis. Analisis dan sintesis dilakukan setelah tahap desk study dan inventarisasi dilakukan, selanjutnya dilakukan perumusan konsep taman terapi dan dilanjutkan dengan tahap perancangan taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus. SEKOLAH ALAM DAN SAINS AL-JANNAH Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) TERAPI (dalam Ruang) DESK STUDY INVENTARISASI Fisik & Biofisik Sosial Terapi Konsultasi & konfirmasi dengan terapis ANALISIS-SINTESIS KONSEP PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Gambar 1 Kerangka Pikir Studi

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan unsur penunjang atau unsur minor (Simond, 1983). Unsur mayor adalah unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah untuk diubah. Lanskap atau wajah bumi apabila dipandang dari setiap tempat ternyata mempunyai karakter-karakter lanskap tertentu yang terbentuk secara alami. Karakter ini terbentuk karena adanya kesan harmoni dan kesatuan dari elemen yang ada di alam, seperti bentukan lahan, formasi batuan, vegetasi, dan fauna. Derajat kesatuan atau harmoni dari elemen-elemen lanskap tidak hanya diukur dari kesan menyenangkan yang ditimbulkan, tetapi juga dari keindahan. 2.2 Perancangan Lanskap Perancangan lanskap merupakan suatu perluasan dari perencanaan tapak dan termasuk dalam proses perencanaan tapak. Perancangan lebih ditekankan pada seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan tumbuh-tumbuhan, dan kombinasi-kombinasinya sebagai pemecahan masalah terhadap kendalakendala yang ada di tapak (Laurie, 1984). Simonds (1983) menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang. Setiap ruang atau volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur, dan kualitas lainnya. Semua hal tersebut dapat mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan dunia perancangan adalah pemikiran secara tiga dimensi. Pengorganisasian ruang yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda terhadap psikologis manusia. Dampak tersebut dapat berupa timbulnya rasa takut, keriangan, gerak dinamis, ketegangan, keheningan, dan lain-lain.

21 5 Reid (1993) menyatakan bahwa terdapat tujuh elemen desain dalam perancangan. Elemen-elemen tersebut adalah titik, garis, bidang, bentuk, pergerakan, warna, dan tekstur. Seorang desainer perlu mengkombinasikan elemen-elemen tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip desain untuk menciptakan desain ruang luar yang baik. Pengaplikasian prinsip-prinsip desain sebaiknya dimulai sejak tahap awal perencanaan hingga tahap akhir desain. Prinsip-prinsip desain tersebut adalah sebagai berikut: 1. Unity, merupakan suatu kesatuan dan kepaduan yang diperoleh dari penyusunan beragam elemen lanskap yang diorganisasikan dalam satu kesatuan tema. Unity atau kesatuan dapat dilakukan dengan pengulangan atau repetisi dari garis, bentuk, tekstur, atau warna. 2. Harmony, merupakan keserasian antara elemen dan keadaan sekitarnya. Elemen-elemen yang menyatu, berhubungan, dan cocok satu sama lain merupakan suatu yang harmonis, sedangkan elemen-elemen yang mengganggu integritas satu sama lain merupakan suatu ketidakharmonisan. 3. Interest, merupakan perasaan keingintahuan dan ketertarikan. Interest dapat dicapai dengan mengintroduksi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna yang beragam; mengubah arah, pergerakan, bunyi, atau kualitas cahaya. 4. Simplicity, merupakan hasil dari pengurangan atau pengeliminasian hal-hal yang tidak perlu dengan tujuan untuk memperjelas maksud dari desain. Simplicity dapat menyebabkan kemonotonan apabila dilakukan secara ekstrim. 5. Emphasis, merupakan sesuatu yang dominan atau signifikan di dalam tapak atau lanskap. Emphasis dapat diciptakan dengan kontras, penggunaan elemen unik, framing, dan fokalisasi. 6. Balance, merupakan penyamaan perhatian atau penekanan visual pada suatu komposisi lanskap. Keseimbangan akan menimbulkan perasaan damai dan keamanan. Susunan yang tidak seimbang akan menimbulkan konflik atau pertentangan dari sudut visual. 7. Scale and Proportion, merupakan perbandingan relatif dari tinggi, panjang, luas, massa, dan volume antara satu elemen dan elemen lainnya atau antara

22 6 satu elemen dengan ruang. Skala dan proporsi dapat dimanipulasi oleh seorang desainer untuk menimbulkan beragam respon emosional pada ruang. 8. Sequence, merupakan rangkaian atau urutan. Ruang-ruang dan peristiwa atau kejadian yang berhubungan merupakan suatu urutan. Suatu rangkaian atau urutan yang memasukkan unsur discovery atau penemuan merupakan suatu hal yang efektif dalam suatu desain lanskap. Menurut Reid (1993), pendekatan tradisional untuk desain arsitektur lanskap biasanya dimulai dengan riset yang menyelidiki tujuan akhir dari klien, parameter-parameter dari tapak, dan kebutuhan dari pengguna potensial. Sementara Simonds (1983) menguraikan proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari penerimaan tugas, pengumpulan data, analisis, sintesis, pelaksaan, dan pemeliharan. Booth (1990) menyatakan bahwa proses desain umumnya memiliki tahap-tahap sebagai berikut: 1. Penerimaan proyek 2. Riset dan analisis a. Persiapan rencana dasar b. Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi) c. Wawancara dengan pemilik d. Pembentukan program 3. Desain a. Diagram fungsi ideal, b. Diagram fungsi keterhubungan tapak c. Rencana konsep (Concept plan) d. Studi tentang komposisi bentuk e. Desain awal f. Desain Skematik g. Rencana utama (Master plan) h. Pembuatan desain 4. Gambar-gambar konstruksi a. Rencana pelaksanaan (Layout plan) b. Rencana pembentukan muka lahan (Grading plan) c. Rencana penanaman (Planting plan)

23 7 d. Detail konstruksi 5. Pelaksanaan 6. Evaluasi setelah konstruksi 7. Pemeliharaan Selanjutnya Booth (1990) juga menyatakan bahwa banyak tahap-tahap tersebut yang saling tumpang tindih dan saling membaur sehingga susunannya menjadi tidak jelas dan tidak nyata. Lebih jauh lagi, beberapa dari tahapan tersebut bisa paralel satu dengan yang lainnya dalam hal waktu, dan muncul secara serentak. Dengan kata lain, tidak ada satupun tahap dari proses desain yang muncul secara terpisah dari yang lainnya. 2.3 Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah semua ruang yang ditanami tanaman alami seperti lapangan rumput, stepa, sabana, hutan raya hingga yang buatan seperti halaman rumah, jalur hijau, taman bermain, pemakaman, dan taman lingkungan pada pemukiman (Nurisjah dan Pramukanto, 1995). Dijelaskan lebih lanjut pula bahwa fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah: 1. Areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi dan penyangga kehidupan. 2. Sarana menciptakan kebersihan, kesehatan, dan keindahan lingkungan. 3. Sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi. 4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan dari perencanaan. 5. Sarana pendidikan dan penelitian. 6. Habitat satwa dan perlindungan plasma nutfah. 7. Sarana memperbaiki kualitas lingkungan hidup perkotaan. 8. Pengatur sistem air. 2.4 Lanskap Terapeutik Lingkungan, baik yang alami maupun buatan mempengaruhi setiap orang yang menggunakannya. Berdasarkan Attention Restorative Theory oleh Kaplan dan Kaplan tahun 1989, taman sebagai ruang luar dapat merestorasi orang apabila memiliki empat sifat, yaitu berbeda dari yang lainnya atau kaya, luas, memiliki daya tarik, dan sesuai (Said, 2003). Sejak masa lampau, terdapat fakta-fakta yang

24 8 menerangkan bahwa lingkungan alami (nature) merupakan sesuatu yang hal yang penting dan berdampak pada manusia. Alam dipercaya memliki kekuatan untuk menyembuhkan dan ruang penyembuhan (healing spaces) dapat ditemukan di alam seperti, musim semi (healing spring), hutan kecil, bebatuan, gua dan sebagainya. Lingkungan alami, cahaya matahari, dan udara segar merupakan komponen esensial penyembuhan dalam setting ruang luar pada masa medieval monastic, pavilion-style pada abad 19, dan sanatorium pada awal abad 20 (Marcus dan Barnes, dalam Hebert, 2003). Beberapa rumah sakit pada masa lampau diletakkan dalam kompleks biara (monasteries), dengan jamu-jamuan (herbs) dan ibadah sebagai fokus penyembuhan. Seiring dengan berkembangnya teknologi seperti operasi dan obatobatan, fokus penyembuhan beralih ke obat-obatan. Dijelaskan pula oleh Marcus dan Barnes (dalam Hebert, 2003) bahwa rumah sakit dan fasilitas perawatan dibangun dan dikelilingi oleh jalan dan lapangan parkir tanpa ada penekanan terhadap alam. Marcus dan Barnes (dalam Stigsdotter dan Grahn, 2002) mendefinisikan healing garden sebagai taman yang dengan cara yang berbeda dapat mempengaruhi pengunjung dalam hal yang positif. Roger Ulrich, seorang psikolog lingkungan menjelaskan bahwa sebuah taman seharusnya mengandung banyak elemen alami seperti vegetasi/tanaman, bunga, dan air (Marcus dan Barnes, dalam Vappa, 2002). Dijelaskan pula bahwa dengan menamai suatu taman dengan healing garden, maka taman tersebut harus memiliki unsur terapeutik dan manfaat yang besar bagi penggunanya. Dalam mendesain suatu healing garden atau taman terapi, terdapat dua tujuan harus dicapai yaitu proses penyembuhan itu sendiri dan mendesain suatu lingkungan luar yang dapat menunjang proses tersebut (Hebert, 2003). Pengenalan lingkungan alami pada penataan ruang perawatan (healthcare setting) dijelaskan dalam beberapa variasi, yaitu contemplative garden, restorative garden, healing garden, dan therapeutic garden. Contemplative garden merupakan taman yang dapat digunakan untuk menenangkan jiwa. Nancy Gerlach-Spriggs mendeskripsikan restorative garden sebagai tempat yang dapat digunakan dalam penyembuhan setelah sakit, Healing garden, menurut Roger S.

25 9 Ulrich merupakan taman yang dapat merestorasi penggunanya dari stress dan mempunyai pengaruh yang positif baik bagi pasien, pengunjung, maupun perawat. Sedangkan therapeutic garden merupakan suatu taman yang lebih dari sekedar nyaman. Taman ini berimplikasi pada penggunanya untuk melakukan suatu hal dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh, pada taman ini terdapat ramps, curbs, atau berbagai variasi permukaan yang didesain bagi pasien untuk melatih keahlian motorik. Marcus dan Barnes (1999) mengidentifikasi tiga aspek dari proses penyembuhan yang dapat diberikan oleh alam atau taman, yaitu: 1. Memberikan pertolongan atau memperingan gejala fisik. 2. Mengurangi stress. 3. Memperbaiki suasana secara keseluruhan. Ulrich dan Addoms (1981) juga menyatakan bahwa elemen-elemen lanskap seperti vegetasi, air, sabana, ruang terbuka, dan lainnya sangat berhubungan dengan tingkat penyembuhan atau restorasi. 2.5 Anak Berkebutuhan Khusus Kata handicapped banyak digunakan untuk menjelaskan seseorang yang berbeda dari orang lain, yang mengakibatkan keterbatasan kemampuan, prestasi, atau fungsi-fungsi hidup lainnya (Kraus, 1977). Dijelaskan pula bahwa kata disable lebih tepat digunakan karena menekankan pada ketidakmampuan secara fisik atau mental secara lebih spesifik daripada handicapped. Namun dalam banyak literatur, kata handicapped lebih populer dan lebih banyak digunakan. Dalam Kraus (1977) dijelaskan bahwa pada tahun 1960 White House Conference on Children and Youth mendefinisikan anak berkebutuhan khusus (disabled/handicapped children) sebagai seseorang yang tidak dapat bermain, belajar, bekerja, atau melakukan sesuatu yang dapat dilakukan anak-anak lain seusianya; atau yang terhalangi atau terhambat dalam pencapaian kemampuan fisik, mental, dan sosial secara penuh; baik oleh ketidakmampuan yang pada awalnya kecil namun menghambat, atau oleh kerusakan serius pada beberapa area fungsi yang mengakibatkan kemungkinan kerusakan secara permanen. Dijelaskan secara lebih lanjut dalam Kraus (1977) bahwa di dalam kategori cacat fisik

26 10 (physical disability) terdapat beberapa kelompok atau jenis yang berbeda-beda. Hal tersebut mencakup seseorang yang mengalami kerusakan penglihatan, pendengaran, atau kesulitan berbicara; dan orang-orang dengan kerusakan tulang (orthopedic) dan saraf (neurological), termasuk kelumpuhan yang diakibatkan oleh kerusakan otak bawaan seperti cerebral palsy, infeksi seperti poliomyelitis atau tuberculosis, gangguan metabolis seperti muscular dystrhophy, atau trauma yang disebabkan oleh kecelakaan, terbakar, dan patah tulang. Dijelaskan pula bahwa beberapa kondisi dapat menyebabkan ketidakmampuan baik sebagian ataupun secara total, tunggal ataupun berganda, dan dapat mempengaruhi seseorang di semua umur, ras, agama, dan kondisi sosioekonomi atau wilayah. 2.6 Taman Terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus Taman penyembuhan atau taman terapi dapat ditemukan dalam berbagai variasi pada penataan fasilitas perawatan (healthcare setting). Taman penyembuhan atau taman terapi ini tidak hanya dapat ditemukan di rumah sakit, tetapi juga dapat ditemukan pada psychiatric hospitals, rehabilitation centers, Alzheimer treatment centers, hospital and setting for children, nursing homes, AIDS and cancer treatment centers dll. Ruang luar (outdoor spaces) yang terdapat pada setting tersebut bermacam-macam, meliputi landscape ground, entry garden, courtyard, plaza, roof garden, roof terrace, healing garden,meditation garden, viewing garden, private garden, nature trail and preserve, dan atriums (Hebert, 2003). Taman merupakan tempat bermain anak-anak dan dapat berperan sebagai lingkungan penyembuhan (healing environment) bagi anak-anak. Anak-anak dapat memperoleh manfaat dari healing garden, baik untuk pemulihan dari operasi, trauma, perkelahian yang menyebabkan luka atau kesakitan, maupun kerusakan secara fisik atau mental. Taman penyembuhan atau taman terapi dapat dijadikan tempat untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan atau skill anak-anak sekaligus mempelajari skill yang baru. Taman penyembuhan (healing garden) bagi anakanak dapat didesain dengan beberapa asumsi yang diadaptasi dari Moore et al

27 11 (1987) dan Marcus dan Barnes (1999) dalam Hebert (2003). Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bermain di ruang luar (outdoor) merupakan faktor kritis dalam pengembangan kesehatan anak. 2. Kualitas lingkungan bermain dapat mempengaruhi persepsi anak-anak terhadapnya dan kisaran serta kedalaman bermain. 3. Permainan di alam (nature plays) merupakan bagian yang penting dalam perkembangan anak. 4. Intervensi pemimpin atau terapis dalam permainan dapat memperluas kisaran bermain. 5. Anak-anak dengan semua kemampuannya mempunyai hak yang sama dalam bermain. 6. Indoor atau outdoor links merupakan hal yang penting untuk menghubungkan pengguna dengan lingkungan luar (outdoor environment). Beberapa tipe terapi dapat diterapkan pada taman terapi, diantaranya adalah Terapi Bermain, Terapi Holtikultur, Terapi Hewan, Terapi Alam dan Sensori Integrasi. Beberapa macam terapi tersebut dapat dikombinasikan untuk menciptakan healing garden atau taman terapi bagi anak-anak (Hebert, 2003). Selain itu, dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa tipe healing garden bagi anakanak, yaitu taman terapi formal, taman terapi bermain dan hortikultur non-formal, informal strolling garden, community based, dan taman serbaguna (Moore dalam Marcus dan Barnes, 1999). Berikut ini adalah beberapa contoh taman terapi bagi anak-anak yang terdiri dari therapeutic garden dan healing/strolling garden (Hebert, 2003). 1. Institute for Child and Adolescent Development, Wellesly, Massachusetts Taman ini didesain oleh Douglas Reed, ASLA dan menerima penghargaan ASLA President s Award for Excellence. Taman ini diperuntukkan bagi anakanak yang menderita gangguan emosional dan perilaku yang diakibatkan oleh trauma. Tujuan utama dibuatnya taman ini adalah untuk membantu anak-anak mengungkapkan perasaan yang sulit mereka ungkapkan atau artikulasikan. Taman ini memberikan pengalaman-pengalaman yang meliputi

28 12 safety/security, eksplorasi, pengasingan (seclusion), discovery, dan pengambilan resiko (risk taking). 2. Lucas Garden School Taman yang terletak di daerah suburban dan dekat dengan rumah sakit (pediatric hospital). Taman ini dibuka sebagai sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan beragam kebutuhan khusus (multiple disabilities). Taman ini didesain untuk mendukung berbagai aktivitas. Terdapat sensory garden, texture table, splash table, swinging garden bench, shade house, lapangan rumput, outdoor stage, serta area untuk potting and propagating seed, earthworm breeding farm, palm garden, butterfly and bird garden, secret garden dan lain-lain. Sensory garden pada taman ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Sensory Garden di Lucas Garden School (Sumber: 3. The Leichtag Family Healing Garden Taman ini terletak di Children s Hospital and Health Center di San Diego, California. Taman terapi ini berbentuk informal strolling garden yang didesain oleh Topher Delaney. Taman ini menggunakan elemen-elemen taman seperti warna, tekstur, bentuk, dan skala dari sudut pandang anak-anak. Warna-warna yang indah serta tekstur dan bentuknya menarik anak-anak dan menghilangkan kekhawatiran anak-anak dari rumah sakit. Pada taman tersebut

29 13 terdapat fitur-fitur unik, seperti patung brontosaurus setinggi 20 kaki pada bagian entrance, dinding konstelasi (Constellation Wall) dengan 12 zodiak yang dapat menyala pada malam hari, dan kincir angin di bagian tengah yang apabila angin bertiup cukup kencang akan membuat lempeng berwarna berubah menjadi warna putih. Pada sore hari, ShadowWall membentuk bayangan hewan pada lantai. Namun sayangnya dalam taman ini sedikit yang bisa dilakukan oleh anakanak. Taman ini kurang menyediakan fasilitas untuk anak-anak bermain secara aktif seperti menggali pasir, memindahkan batu-batuan dan lain-lain sehingga anak-anak cepat merasa bosan. Selain itu, pada taman tersebut terdapat banyak material-material keras dibandingkan pohon dan hijauan. Leichtag Family Healing Garden tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 The Leichtag Family Healing Garden (Sumber: Rusk Play Garden Salah satu contoh taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang terkenal adalah The Rusk Institute of Rehabilitation Medicine yang bertempat di New York University Medical Center. Tim terapis dari Rusk bekerjasama dengan firma Johansson & Walcavage yang sekarang disebut Johansson Design Collaborative untuk mendesain ruang luar bagi anak-anak yang dapat memperkaya kemampuan mereka untuk belajar, tumbuh, dan berkembang, serta

30 14 memiliki kesenangan seperti anak-anak lainnya. Taman ini menyediakan perawatan komprehensif bagi orang dewasa atau anak-anak dengan berbagai keterbatasan fisik. Tujuan dari perawatan yang dilakukan di taman ini adalah membantu pasien untuk mandiri secara fisik, sosial, emosional, dan vokasional. Hal tersebut dapat dicapai melalui kerjasama antara pasien dan keluarga, dokter, perawat, terapis, dan lainnya (Sinnen, 2001). Anak-anak yang melakukan terapi di tempat ini terdiri dari berbagai macam keterbatasan meliputi cerebral palsy, limb deficience, amputasi, spinal cord injury, spina bifida, muscular dystrophy, tumor otak, dan trauma. Desain yang ada pada taman terapi tersebut akan memotivasi anak-anak dan menyediakan peluang bagi mereka untuk mengeksplor dan melakukan aktifitas yang akan menstimulasi rasa ingin tahu, membangkitkan kemandirian, spontanitas dan kreatifitas secara fisik, kognitif, sosial, dan sensori. Desain Rusk Play Garden mengintegrasikan elemen sensori alami seperti daun, rumput, bunga, air, batuan, pohon, matahari, bayangan, pasir, dengan elemen yang dapat merangsang pergerakan seperti berlari, memanjat, berguling, berputar, dan lain-lain. Dijelaskan dalam Johansson, 2004 bahwa konsep utama yang terintegrasi dalam desain taman tersebut adalah alami, variasi dan tantangan, interaktif, dan skala. Anak-anak memerlukan lingkungan sekitar yang alami dan aktifitas bermain alami pula, seperti berlari dan berguling menuruni bukit berumput. Selain itu, anak-anak memerlukan variasi pilihan dan tantangan yang dapat dilakukan contohnya dengan membuat luncuran (slide) yang dapat diakses melalui dua cara, yaitu dengan ramp pada salah satu sisinya dan tangga pada sisi lain. Fitur-fitur interaktif yang meliputi bak pasir dan taman dapat diakses dengan mudah, dimana pada tempat ini anak-anak dapat duduk dan menggali tanah, kebun buah, dan bunga dimana anak-anak dapat menanam, ayunan yang dapat menstimulasi pergerakan dan lainnya. Ketika anak-anak keluar menuju taman, mereka akan menemukan tempat terbuka dengan langit yang luas dan beragam warna, aktivitas, dan tantangan untuk dijelajahi. Berikut ini adalah site plan dari Rusk Play Garden yang dapat dilihat pada Gambar 4.

31 15 Gambar 4 Site Plan Rusk Play Garden (Sumber: Johansson, 2004) Terapi yang dilakukan pada taman tersebut meliputi integrasi sensori (tactile, auditory, dan visual), integrasi sistem vestibular, integrasi kognitif, pendidikan lingkungan dan sains, serta pengembangan sosial. Terapi integrasi sensori yang berupa tactile atau perabaan dapat diperoleh dari pengalaman anak merasakan variasi tekstur permukaan rumput, pasir, kayu, air, batu, daun, dan bunga serta merasakan panas sinar matahari. Sensor auditory dapat distimulasi melalui suara kicauan burung, lebah, gesekan daun, air dan lain-lain. Kemampuan visual anak dapat distimulasi dengan melihat ikan berenang, kupu-kupu terbang, perubahan cahaya dan bayangan. Terapi integrasi sistem vestibular menstimulasi keseimbangan, koordinasi, kemampuan motorik, pergerakan, dan gravitasi. Bukit berumput, jembatan, terowongan, ramp, slide, dan tangga akan menstimulasi pergerakan anak dan merasakan pengalaman yang berbeda. Objek yang interaktif serta pengalaman-pengalaman yang didapat oleh anak-anak di taman tersebut dapat membantu mensintesiskan kemampuan kognitif anak dengan fungsi fisiknya. Melalui hal tersebut anak-anak akan belajar mengenai kemampuan merencana, hubungan sebab akibat, dan inisiasi. Dalam pendidikan lingkungan dan sains, anak-anak akan belajar mengenai alam serta hubungan antara satu

32 16 elemen natural dengan lainnya, seperti air, udara, bumi, cahaya, hewan, dan manusia yang dilakukan melalui terapi hortikultur. Taman ini juga mendukung interaksi sosial antara anak dengan kemampuan, umur, dan gender yang berbeda. Terdapat ruang yang dapat menampung grup kecil anak-anak, area bermain pasif, area bermain aktif, dan grup besar dengan aktifitas aktif. Terdapat fasilitas penyimpan peralatan dan permainan, meja dan kursi, bangku dan seating area di seluruh penjuru taman. Suasana taman berupa perspektif secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Perspektif Rusk Play Garden (Sumber: Johansson, 2004)

33 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan Studi dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yaitu tahap persiapan, invetarisasi data, analisis-sintesis, perencanaan, dan perancangan. Studi ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 hingga Desember 2009 dengan kegiatan meliputi persiapan, pengumpulan data dan informasi, pegolahan data, dan penyusunan skripsi hingga bulan Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam studi ini adalah literatur-literatur terkait mengenai taman terapi yang diperoleh dari studi pustaka/desk study, data primer

34 18 maupun sekunder yang diperoleh dari pengamatan, serta wawancara dengan pihak terkait, dalam hal ini pihak yayasan, sekolah, dan terapis. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain theodolit, meteran, alat tulis, alat gambar, kamera, dan komputer beserta software pendukung seperti AutoCAD2006, CorelDRAW X3, Adobe Photoshop CS2, Google SketchUp, Microsoft Word 2007, dan Microsoft Excel Tahapan Studi Studi ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut meliputi persiapan, inventarisasi data, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Tahapan studi tersebut dijelaskan dalam Gambar 7. Berikut adalah proses-proses yang dilakukan dalam setiap tahapan studi Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan proses administrasi dan perizinan serta desk study atau studi pustaka. Proses administrasi dan perizinan yang dilakukan meliputi pembuatan surat izin penelitian dan proses perizinan kepada pihak terkait. Sedangkan studi pustaka merupakan suatu tahap pengumpulan data sekunder yang meliputi pengumpulan berbagai literatur yang berisi studi mengenai taman terapi/penyembuhan (healing garden) yang pernah dilakukan sebelumnya serta yang terkait dengan topik penelitian. Desk study/studi pustaka ini dilakukan untuk mendapatkan rumusan taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Studi pustaka tersebut meliputi review teori mengenai taman terapi/penyembuhan (healing garden), review taman terapi yang pernah dibuat serta perumusan kriteria desain taman terapi yang fungsional khususnya bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Literatur yang dikumpulkan terdiri dari buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, serta artikel baik dari media cetak ataupun internet Inventarisasi Pada tahap inventarisasi dilakukan pengumpulann data serta penghayatan pada tapak (feel of the land). Pengambilan data meliputi aspek fisik dan biofisik,

35 19 aspek terapi, dan aspek sosial. Data yang diperoleh dapat berupa data primer ataupun sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung yang dilakukan di tapak, seperti mengamati kondisi umum tapak, visual tapak, aksesibilitas, pemotretan, serta wawancara dengan pihak terkait, dalam hal ini pihak yayasan, sekolah, dan terapis. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, baik dari buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, serta artikel baik dari media cetak ataupun internet yang berhubungan dan mendukung kegiatan penelitian. Data-data yang diperoleh dari tahap inventarisasi ini akan digunakan dalam tahap analisis untuk menentukan potensi dan kendala yang ada di dalam tapak. Inventarisasi data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Observasi lapang, yaitu untuk mengetahui kondisi lapangan secara langsung yang meliputi kondisi fisik dan biofisik, karakter lanskap/tapak dan lingkungan sekitarnya, serta aktivitas yang dilakukan pengguna tapak. Data yang diperoleh dari observasi lapang ini berupa data primer yang dilengkapi pula dengan foto-foto penunjang tapak. b. Wawancara, yaitu untuk memperoleh data serta informasi dari pihak-pihak terkait yakni pihak sekolah dan terapis mengenai aspek lanskap/tapak, terapi, serta pengguna. Data yang diambil berupa program, aktivitas, dan fasilitas terapi yang terdapat pada tapak serta aspek pengguna tapak. c. Studi Pustaka, yaitu untuk mendapatkan data sekunder sebagai penunjang yang tidak didapatkan dari observasi lapang. Studi pustaka yang dilakukan meliputi review teori mengenai taman sebagai media terapi/penyembuhan (healing garden), review taman terapi yang pernah dibuat serta perumusan kriteria desain taman terapi yang fungsional khususnya bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, definisi anak-anak berkebutuhan khusus serta berbagai jenis dan karakteristiknya, dan lain-lain. Studi pustaka diperoleh dari literatur berupa jurnal ilmiah, buku/textbook, artikel, dll baik dari media cetak maupun internet. Berikut ini adalah penjelasan serta rincian data yang akan diinventarisasi dalam bentuk tabel jenis, bentuk, dan sumber data.

36 20 Tabel 1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data No. Jenis Data Interpretasi Data Sumber Data 1. Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi tapak Letak, luas, dan batas tapak Observasi lapang, instansi terkait Tanah Jenis tanah Balai Penelitian Tanah Topografi dan kemiringan Kontur dan kemiringan lahan Observasi lapang Observasi lapang Iklim Curah hujan, suhu udara rata-rata Data Sekunder dan kelembaban relatif udara Hidrologi dan Kondisi hidrologi dan drainase, pola Observasi lapang drainase hidrologi dan drainase Vegetasi dan Jenis dan persebaran Observasi lapang satwa Kualitas tapak Visual (good view, bad view), audio Observasi lapang Aksesibilitas Jaringan jalan dan fasilitas, pola Observasi lapang dan sirkulasi sirkulasi Fasilitas Jenis, tata letak bangunan, fungsi, Observasi lapang, instansi terkait 2. Aspek Sosial Latar belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah Wawancara Pengguna tapak Aktivitas dan intensitas pengguna tapak Observasi lapang, wawancara Observasi lapang, wawancara 3. Aspek Terapi Fasilitas terapi Observasi lapang, wawancara Program dan aktivitas terapi Observasi lapang, wawancara Deskripsi jenis data dan informasi yang terdapat pada Tabel 1 diuraikan sebagai berikut: Aspek Fisik dan Biofisik 1. Lokasi tapak. Data yang diambil mencakup letak, luas, dan batas tapak. Letak tapak diperoleh dari observasi lapang dan pencarian dari sumber sekunder seperti dari instansi terkait, internet dll. Luas dan batas tapak diperoleh melalui observasi lapang dengan cara pengukuran menggunakan theodolit yang kemudian dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan AutoCAD Land Development. Hasil yang akan diperoleh berupa peta dasar (basemap) tapak.

37 21 2. Tanah. Data yang diambil mencakup jenis tanah yang terdapat di lokasi tapak. Data ini berupa data sekunder yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanah (Balitan). Data jenis tanah yang diperoleh akan digunakan dalam proses analisis untuk menentukan kesesuaiannya dengan vegetasi. 3. Topografi dan kemiringan. Data yang diambil mencakup kontur dan kemiringan tanah pada tapak. Data tersebut diperoleh melalui observasi lapang dengan cara pengukuran menggunakan theodolit yang kemudian dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan AutoCAD Land Development. 4. Iklim. Data yang diambil mencakup curah hujan, suhu udara rata-rata, dan kelembaban relatif udara. Data iklim tersebut merupakan data sekunder yang akan digunakan untuk dalam proses analisis untuk menentukan tingkat kenyamanan pada tapak. 5. Hidrologi dan drainase. Data yang diambil mencakup kondisi dan pola hidrologi dan drainase yang terdapat pada tapak. Data tersebut diperoleh melalui observasi lapang di tapak. 6. Vegetasi dan satwa. Data yang diambil mencakup jenis dan persebaran vegetasi dan satwa. Pengambilan data dilakukan melalui observasi lapang di tapak. 7. Kualitas tapak. Data yang diambil mencakup kualitas yang terdapat pada tapak yaitu secara visual maupun audio. Kualitas tapak secara visual mencakup good view dan bad view yang ada di dalam atau di luar tapak. Sedangkan kualitas audio mencakup suara-suara yang terdapat di dalam atau di luar tapak yang dapat memberikan efek baik secara positif atau negatif bagi pengguna tapak. Data tersebut diperoleh melalui observasi lapang. 8. Aksesibilitas dan sirkulasi. Data yang diambil mencakup jaringan jalan dan fasilitas serta pola sirkulasi di dalam tapak. Data ini diperoleh melalui observasi lapang untuk mengetahui jalan keluar masuk lokasi tapak, fasilitasfasilitas yang ada di jalan tersebut, dan pola sirkulasi di dalam tapak baik sirkulasi kendaraan maupun manusia. 9. Fasilitas. Data yang diambil mencakup jenis-jenis, tata letak, dan fungsi fasilitas yang terdapat dalam tapak. Data tersebut diambil melalui observasi lapang serta data dari instansi terkait.

38 Aspek Sosial Dalam aspek sosial, data-data yang diinventarisasi mencakup latar belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, pengguna tapak, aktivitas serta intensitas pengguna di dalam tapak. Pengambilan data tersebut dilakukan melalui survey atau observasi lapang dan wawancara kepada pihak terkait. Data mengenai latar belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah didapatkan dari wawancara kepada pihak terkait, dalam hal ini pihak yayasan selaku pendiri sekolah. Sedangkan data mengenai pengguna, aktivitas, dan intensitas pengguna tapak diperoleh dari observasi di lapang secara langsung Aspek Terapi Dalam aspek terapi, data-data yang diinventarisasi mencakup program, aktivitas, serta fasilitas terapi yang ada di dalam tapak. Pengambilan data tersebut dilakukan melalui observasi lapang dan wawancara pada pihak terkait, dalam hal ini terapis. Selain itu, dilakukan pula studi pustaka mengenai teori yang terkait dengan taman sebagai media terapi/penyembuhan (healing garden), kriteria desain fungsional taman terapi serta review taman terapi yang pernah dibuat khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, definisi anak-anak berkebutuhan khusus serta berbagai jenis dan karakteristiknya, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa kriteria desain taman terapi yang diambil dari beberapa sumber. Tabel 2. *) Kriteria Desain Fungsional Taman Terapi Sumber/Literatur Clare Cooper Marcus and Marni Barnes (Healing Gardens: Therapeutic Benefits and Design Recommendation, 1999) Kriteria/Prinsip Desain 1. Menyediakan keragaman ruang 2. Meratanya elemen hijau 3. Mendorong latihan/gerak tubuh 4. Menyediakan pengalihan yang positif melalui elemen-elemen natural seperti tanaman, bunga, dan air 5. Meminimalisasi gangguan seperti kebisingan, asap, dan pencahayaan buatan 6. Meminimalisasi ambiguitas dengan menghindari desain yang abstrak

39 23 Tabel. 2 (lanjutan) Sumber/Literatur T. C. McDowell (The Sanctuary Garden, 1998 dalam Healing by Design: Healing Gardens and Therapeutic Landscapes) Clare Cooper Marcus (Gardens and Health) Bonnie B. Hebert (Design Guidelines of Therapeutic Garden for Autistic Children, 2003) Kriteria/Prinsip Desain 1. Pintu masuk yang mengundang pengunjung untuk masuk ke dalam taman 2. Elemen air dapat memberikan efek psikologis, spiritual, dan fisik 3. Penekanan pada fitur alami seperti penggunaan batu, kayu, pagar alami, screens, trelliss, angin, suara, dll 4. Penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif yang memberikan kenyamanan dan keindahan bagi pengunjung 5. Mengintegrasikan seni untuk memperkaya taman 6. Fitur taman menarik dan menyediakan habitat bagi satwa liar 1. Peluang untuk membuat pilihan, mencari privasi, dan memperoleh pengalaman 2. Peluang yang mendorong seseorang untuk berkumpul bersama dan merasakan dukungan sosial 3. Peluang untuk pergerakan dan latihan fisik 4. Berhubungan dengan alam 5. Dapat terlihat 6. Mudah diakses 7. Memiliki sense of security 8. Nyaman secara fisiologis 9. Tenang 10. Familiar 11. Desain tidak ambigu 1. Desain untuk keamanan, keselamatan, dan pengawasan 2. Menyediakan Corner of the World 3. Menciptakan variasi ruang yang khusus 4. Desain ruang untuk aktivitas sensori integrasi 5. Stimulasi aktivitas motorik kasar 6. Stimulasi kemampuan motorik halus 7. Menyediakan ruang bebas untuk manipulasi/kreasi 8. Menyediakan aktivitas untuk pengerahan tenaga 9. Desain ruang untuk terapi bermain 10. Menyediakan tanda-tanda visual untuk orientasi 11. Desain dengan kondisi pencahayaan spesial 12. Menyediakan pintu masuk yang aman dan terpelihara 13. Desain yang fleksibel 14. Desain mengakomodasi semua anak 15. Menyediakan fitur informasi 16. Memilih site furnitureyang tepat 17. Desain untuk interaksi dengan alam yang maksimal 18. Memilih tanaman yang tepat dan dapat menstimulasi 19. Menyediakan tempat penyimpanan yang memadai 20. Membuat hubungan yang kuat antara indoor dan outdoor 21. Desain tidak ambigu 22. Pemeliharaan mudah

40 24 Tabel. 2 (lanjutan) Sumber/Literatur Ismail Said (Garden as Restorative Environment for Hospitalised Children, 2008) Kriteria/Prinsip Desain 1. Ruangan/kamar rumah sakit berada pada satu level dengan taman untuk memudahkan aksesibilitas dan pengawasan perawat 2. Variasi alat-alat permainan 3. Vegetasi merupakan bagian dari komposisi taman yang berfungsi untuk membangkitkan kesan familiar dan mendatangkan satwa-satwa 4. Jalur sirkulasi yang memudahkan pasien untuk kembali ke kamar rumah sakit 5. Kondisi taman yang melindungi anak-anak dari gangguan luar 6. Pengalaman langsung dengan faktor-faktor iklim mikro yang mempengaruhi respon Analisis Pada tahap analisis, data-data yang diperoleh akan dikelompokkan menjadi potensi dan kendala tapak. Potensi merupakan segala sesuatu di dalam dan luar tapak yang bersifat positif dan menguntungkan bagi tapak dan penggunanya. Potensi yang terdapat pada sebuah tapak sebisa mungkin dikembangkan atau dipertahankan. Sedangkan kendala merupakan segala sesuatu yang terdapat di dalam dan luar tapak yang bersifat mengganggu dan menghambat pengguna tapak sehingga sebaiknya segera ditanggulangi. Potensi dan kendala tersebut dianalisis dan dikaitkan dengan aspek terapi. Program, aktivitas, serta fasilitas terapi yang terdapat di dalam tapak dianalisis berdasarkan kriteria desain taman terapi yang ideal dan fungsional yang telah didapatkan melalui studi pustaka. Tahap analisis ini kemudian akan menghasilkan hasil analisis mengenai kesesuaian program, aktivitas, serta fasilitas terapi yang sudah ada dengan kriteria desain taman terapi fungsionalnya Sintesis Hasil yang diperoleh dari tahap analisis kemudian dikembangkan secara lebih lanjut menjadi suatu konsep taman terapi yang dapat memberikan fungsifungsi terapi yang menyeluruh dan optimal bagi penggunanya. Segala potensi dan amenity yang terdapat pada tapak dimanfaatkan serta dikembangkan, sedangkan kendala dan danger signal dicari pemecahannya. Dari tahap sintesis ini akan dihasilkan zonasi tapak atau pembagian ruang pada tapak

41 Perencanaan Pada tahap ini dilakukan pengembangan konsep yang dibuat berdasarkan hasil sintesis yang telah dilakukan. Konsep tersebut terbagi ke dalam dua macam, yakni konsep dasar dan konsep pengembangan. Konsep dasar merupakan konsep yang dibuat dengan acuan berupa fungsi utama yang akan dikembangkan dalam tapak. Dalam penelitian ini, konsep dasarnya adalah berupa taman yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan terapi bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Sedangkan konsep pengembangan merupakan konsep yang dikembangkan sebagai penunjang konsep utama, yang meliputi konsep sirkulasi dan vegetasi/tata hijau yang merupakan bagian dari lanskap secara keseluruhan. Pada tahap perencanaan ini, konsep dikembangkan secara lebih lanjut sehingga menghasilkan konsep ruang, konsep vegetasi, konsep sirkulasi, tata letak fasilitas, serta program dan aktivitas yang akan dilakukan pada tapak. Tahap ini akan menghasilkan rencana tapak (site plan), gambaran aktivitas pada tapak, jalur sirkulasi, penataan elemen lanskap baik hardscape maupun softscape, dll Perancangan Pada tahap ini dilakukan proses perancangan yang dimulai dengan pembuatan functional diagrams, yaitu merupakan penggambaran diagram konsep taman terapi (bubble diagrams) yang menggambarkan ruang-ruang, program dan aktivitas, dan fasilitas yang terdapat pada setiap ruang, serta hubungan antar ruang. Proses desain kemudian dilanjutkan dengan preliminary design, yang merupakan pengembangan dari diagram konsep taman terapi yang telah dibuat. Diagram konsep digunakan sebagai acuan dalam pembentukan ruang pada lanskap yang meliputi lantai, dinding, dan atap. Elemen lanskap berupa elemen lunak dan keras diterapkan pada rancangan. Selain itu, prinsip-prinsip desain yang meliputi balance, focalization, simplicity, rhythm, proportion, dan unity diterapkan dalam tahap ini. Tahap selanjutnya adalah final design yang merupakan penggambaran desain tapak secara mendetail yaitu rencana lanskap keseluruhan. Proses desain dilanjutkan dengan design development dimana pada tahap ini visualisasi desain digambarkan secara tiga dimensi dalam bentuk perspektif yang dilengkapi dengan gambar potongan. Pada tahap ini digambarkan

42 26 pula detail konstruksi elemen-elemen lanskap baik elemen lunak maupun elemen keras. Pada tahap perancangan, akan dihasilkan produk berupa grafis yang yang meliputi rencana tapak lengkap dengan render (site plan), dan design development (DD) yang meliputi gambar potongan, perspektif, planting plan, dan planting design, dan detail konstruksi. Desain taman terapi tersebut dibuat sesuai dengan tujuan dan konsep yang telah dikembangkan pada tahap perencanaan serta mempertimbangkan kriteria desain fungsional dan kapasitas desain bagi anakanak. Berikut ini adalah penjabaran grafis yang akan dihasilkan: Functional Diagram Gambar konsep (Bubble diagram) Merupakan suatu gambar yang menjabarkan ruang-ruang, program dan aktifitas, dan fasilitas yang terdapat pada setiap ruang, serta hubungan antar ruang yang mengacu pada konsep dasar yang telah dibuat yaitu sebagai taman terapi. Gambar konsep ini digambarkan secara sederhana dalam bentuk bubble Final Design Gambar rencana tapak (Site plan) Merupakan penggambaran desain tapak secara lebih mendetail yang disebut dengan site plan atau rencana lanskap. Pada final design ini rencana lanskap digambarkan secara lebih lengkap dan mendetail meliputi keseluruhan tapak Design Development Gambar potongan Merupakan visualisasi desain secara dua dimensi yang menggambarkan potongan dari elemen atau bentang lanskap. Gambar perspektif Merupakan visualisasi desain secara tiga dimensi yang menggambarkan baik tapak secara keseluruhan maupun area-area tertentu. Gambar rencana penanaman (Planting plan)

43 27 Merupakan suatu gambar yang menjabarkan rencana penanaman pada tapak. Gambar rencana penanaman ini meliputi titik penanaman vegetasi pada tapak, jenis dan jumlahnya. Gambar desain penanaman (Planting design) Merupakan suatu gambar yang menjabarkan desain penanaman berbagai vegetasi yang terdapat di dalam tapak. Dalam gambar desain penanaman ini digambarkan pula konstruksi penanaman vegetasi, lubang tanam, ukuran bola akar, dan media penanaman yang digunakan. Gambar detail konstruksi Merupakan suatu gambar yang menggambarkan detail konstruksi setiap elemen-elemen lanskap yang terdapat di dalam tapak baik elemen lunak maupun elemen keras. 3.4 Batasan Studi Batasan studi ini adalah perancangan dengan gambar detail yang meliputi gambar tampak, potongan, perspektif, planting plan, planting design, dan detail konstruksi. Perancangan taman terapi ini dilakukan di salah satu spot/area yang terdapat di dalam kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

44 28 PERANCANGAN TAMAN TERAPI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Persiapan Administrasi dan Perizinan Desk Study (Kriteria Desain Fungsional) Inventarisasi ASPEK TERAPI ASPEK FISIK DAN BIOFISIK ASPEK SOSIAL Analisis-Sintesis PROGRAM DAN AKTIvITAS TERAPI Kriteria Desain Fungsional * Desk study/ studi pustaka Konsultasi & konfirmasi dengan terapis Terapi Dalam Ruang: Terapi Fisio (Physiotherapy) Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi Terapi Wicara Terapi Okupresur Terapi Luar Ruang: Terapi Hidro Konsep KONSEP TAMAN TERAPI Konsep Ruang Terapi Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi Konsep Aktivitas Konsep Fasilitas Perencanaan & Perancangan Site plan Taman Terapi untuk anak-anak berkebutuhan khusus DD (Design Development) Potongan Perspektif Planting plan Planting design Detail konstruksi Gambar 7 Tahapan Studi

45 BAB IV INVENTARISASI 4.1 Aspek Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Batas Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Secara administratif kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini termasuk ke dalam kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah terletak pada ketinggian + 67 meter di atas permukaan laut dan secara geografis terletak sekitar 6 ⁰ 21 44,26 Lintang Selatan dan 106 ⁰ 54 21,05 Bujur Timur. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki luas wilayah + 3 Ha. Sekolah ini secara umum berbatasan dengan pemukiman dan kebun campuran. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok dan pagar sebagai pembatas dengan ketinggian yang bervariasi. Sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan yang merupakan akses utama menuju lokasi. Sebelah barat berbatasan dengan ruang terbuka hijau berupa kebun campuran dan kolam pemancingan. Sebelah utara berbatasan dengan permukiman penduduk dan kebun campuran. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk. Perancangan taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dilakukan di salah satu area atau spot yang terdapat di dalam kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, tepatnya di bagian timur kompleks sekolah. Tapak berbentuk memanjang dengan luas area m 2 atau 38 m x 6,7 m. Tapak terletak dekat dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang, dan area pertanian sekolah (kebun tanaman obat). Tapak berbatasan langsung dengan bangunan kolam renang dan klinik di sebelah utara. Sebelah selatan tapak berbatasan dengan jalan. Sebelah barat tapak berbatasan dengan jalan sekaligus area parkir. Sedangkan sebelah timur tapak berbatasan dengan tembok pembatas menuju pintu keluar kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dan bangunan. Tapak yang akan dirancang pada saat ini merupakan lahan kosong yang tidak digunakan. Pada area ini terdapat banyak timbunan material dan sisa-sisa pondasi bangunan. Timbunan material dan sisa-sisa pondasi bangunan tersebut

46 30 tersebar di seluruh tapak. Terdapat tangga yang terbuat dari concrete yang menghubungkan tapak dengan pos satpam yang berada di luar tembok pembatas. Selain terdapat banyak material dan sisa-sisa pondasi bangunan, tapak ditumbuhi banyak rumput liar yang tumbuh menyebar memenuhi sebagian besar tapak. Kondisi dan orientasi tapak dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. (a) Gambar 8 Kondisi Tapak (a. Lokasi Tapak sebelah Utara; b. Lokasi Tapak sebelah Selatan) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Gambar 9 Orientasi Tapak Aksesibilitas dan Sirkulasi Aksesibilitas menju Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah tergolong cukup mudah. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.

47 31 Selain itu, terdapat fasilitas kendaraan antar jemput bagi siswa-siswi Al-Jannah, yaitu bagi siswa-siswi TK, SD, dan SMP. Lokasi studi berjarak + 10 km dari pusat kecamatan, sedangkan dari pusat OTODA berjarak + 20 km. Dari arah Bogor, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama + 1,5 jam. Akses utama menuju lokasi tersebut adalah melalui jalan Jambore yang berbatasan langsung dengan jalan alternatif Cibubur yang berjarak + 3 km dari pintu tol Cibubur. Jalan ini merupakan jalan arteri yang dilalui oleh beberapa trayek angkot dan bus antar kota. Jalan Jambore sendiri merupakan jalan lingkungan dengan lebar + 5 m. Jalan ini dapat dilalui oleh dua mobil yang saling berlawanan arah. Selain itu terdapat pula kendaraan umum berupa ojek yang melintasi jalan ini. Kondisi jalan tersebut dapat dikatakan cukup baik walaupun pada beberapa bagian segmen jalan terdapat lubang-lubang dan berbatu. Jalan ini sudah diaspal dan terdapat jaringan listrik serta lampu-lampu penerangan di sepanjang jalan tersebut. Kondisi jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. (a) Gambar 10 Aksesibilitas Menuju Lokasi (a. Kondisi Jalan Jambore; b. Jaringan Listrik Jalan) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Sekolah alam dan sains Al-Jannah sendiri memiliki satu buah pintu gerbang utama (entrance) yang langsung menghubungkan jalan dengan welcome area yang terletak di sebelah timur lokasi. Selain itu terdapat satu buah pintu keluar yang juga terletak di sebelah timur. Pintu gerbang utama ini diperuntukkan bagi pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki, sedangkan pintu keluar umumnya hanya dipergunakan bagi kendaraan bermotor. Aksesibilitas pada lokasi dapat dilihat pada Gambar 11.

48 32 (a) Gambar 11 Aksesibilitas pada Lokasi (a. Pintu Masuk (Entrance) Al-Jannah; b. Pintu Keluar Al- Jannah) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Sirkulasi di dalam kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah secara umum merupakan sirkulasi terbuka. Pejalan kaki dapat mencapai area-area di dalam tapak melalui semua jalur sirkulasi yang ada. Sedangkan kendaraan bermotor berupa mobil hanya dapat melalui beberapa jalur sirkulasi yang ada. Bangunan-bangunan atau area-area yang terdapat di tapak dihubungkan dengan ruang terbuka yang diberi perkerasan berupa paving block atau concrete. Selain itu terdapat pula jalur sirkulasi yang dibuat khusus bagi pejalan kaki terbuat dari susunan batu-batuan ataupun paving block. Tapak dapat diakses langsung dari pintu masuk (entrance) Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah melalui jalur sirkulasi berupa jalan yang terdapat di dalam kompleks sekolah. Jalan tersebut memiliki lebar + 8 m dengan kondisi baik dan terawat. Selain melalui jalan tersebut, tapak juga dapat diakses melalui jalan setapak yang terdapat di antara lapangan dan area pertanian yang terletak di sebelah barat tapak. Aksesibilitas dan sirkulasi di sekitar tapak dapat dilihat pada Gambar 12. Lokasi tapak yang terletak dekat dengan pintu keluar Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah membuat sirkulasi di sekitar tapak memiliki intensitas yang cukup tinggi pada waktu-waktu tertentu, yakni ketika waktu pulang sekolah. Sirkulasi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi pengendara bermotor dan sirkulasi pejalan kaki namun tidak terdapat pemisahan jalur sirkulasi menuju tapak. Sirkulasi di sekitar tapak tersebut didominasi oleh sirkulasi bagi pengendara kendaraan bermotor yang mengarah ke pintu keluar kompleks sekolah. Peta aksesibilitas dan sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 13.

49 33 (a) Gambar 12 Aksesibilitas dan Sirkulasi Sekitar Tapak (a. Jalan Utama Menuju Tapak; b. Jalan Menuju Pintu Keluar) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Gambar 13 Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi Iklim Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS Kotamadya Jakarta Timur Dalam Angka 2007, secara umum lokasi studi memiliki iklim panas dengan suhu rata-rata 27 hingga 35 derajat Celcius, curah hujan sebesar 163,70

50 34 mm/tahun, dan kelembaban 75,40 %. Tapak yang akan dirancang memiliki kondisi iklim dan cuaca yang relatif sama. Kondisi iklim pada tapak lebih dipengaruhi iklim mikro tapak. Laurie (1984) menyebutkan bahwa iklim mikro merupakan iklim spesifik suatu tapak yang tercipta dari topografi, vegetasi, keterbukaan terhadap angin, pola-pola bayangan yang disebabkan oleh bangunan dan pepohonan, ketinggian dari muka laut, dan hubungan tapak terhadap suatu kawasan air yang luas. Iklim mikro yang terdapat pada tapak yang akan dirancang diciptakan dari pola bayangan dari bangunan dan pohon serta permukaan atau perkerasan. Kondisi iklim mikro di tapak secara umum terasa panas. Pada pagi hari sebagian area tapak yaitu di sebelah utara dan timur tapak relatif teduh. Hal ini disebabkan oleh adanya bangunan yang menimbulkan bayangan apabila terkena sinar matahari. Namun pada siang hari, tapak terasa panas karena selain terekspos sinar matahari juga karena pada tapak tidak terdapat vegetasi. Vegetasi yang terdapat di sekitar tapak seperti di area pertanian (kebun tanaman obat) tidak menghasilkan naungan yang sampai ke tapak. Sedangkan vegetasi berupa sebatang pohon yang berada sebelah timur tapak menghasilkan naungan namun dengan intensitas yang kecil. Perkerasan berupa aspal yang terdapat di sekitar tapak memantulkan cahaya matahari pada siang hari sehingga memperkuat kesan panas pada tapak. Kondisi iklim pada tapak ini dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15. (a) Gambar 14 Kondisi Iklim Tapak (a dan b. Naungan di Sekitar Tapak) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b)

51 35 Gambar 15 Peta Iklim Tanah Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Balai Pusat Penelitian Tanah tahun 1982, kecamatan Cipayung Jakarta Timur termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah ini memiliki ciri-ciri tekstur yang halus dan berdrainase baik. Tanah di kawasan tersebut memiliki bahan induk tanah berupa tufa volkan intermedier dan fisiografi atau bentuk wilayah berupa dataran volkan (datar sampai berombak). Berdasarkan ciri-ciri dan sifat yang dimilikinya tanah tersebut cocok atau sesuai untuk pertanian dan perkebunan. Berikut ini merupakan peta tanah pada lokasi yang dapat dilihat pada Gambar 16.

52 36 Gambar 16 Peta Tanah Topografi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terletak pada ketinggian + 67 meter di atas permukaan laut. Kompleks sekolah ini memiliki topografi yang menurun dari sebelah Timur mengarah ke sebelah Barat. Bentukan lahan sudah tidak sepenuhnya alami karena terdapat bagian yang di-cut and fill untuk membuat bangunan serta perkerasan. Bentukan lahan dibuat berteras-teras dimana antara satu bagian teras dengan yang lainnya dihubungkan melalui tangga dan ramp dengan kemiringan yang bervariasi seperti yang terlihat pada Gambar 17 berikut. Tapak yang akan dirancang sendiri memiliki bentukan yang datar. Bentukan tersebut bukan merupakan bentuk yang alami karena adanya grading untuk membuat bangunan dan perkerasan. Peta topografi pada lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 18.

53 37 (a) Gambar 17 Kondisi Topografi Lokasi (a. Bentukan Lahan Bertingkat; b. Ramp Penghubung) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Gambar 18 Peta Topografi Hidrologi dan Drainase Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis yang dipompa dengan menggunakan jet pump. Air tersebut kemudian ditampung ke dalam bak-bak penampungan yang terdapat di setiap bangunan dan beberapa lokasi untuk kemudian didistribusikan untuk

54 38 berbagai penggunaan seperti MCK (Mandi, Cuci, Kakus), wudhu, memasak, dan menyiram tanaman. Selain sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis, sumber air juga didapatkan dari air hujan. Air hujan yang jatuh dapat diserap oleh tanah dan digunakan untuk menyiram tanaman. Air hujan yang jatuh juga dapat masuk ke tanah melalui sela-sela paving block dan menjadi sumber air tanah. Sisa-sisa air hujan yang tidak terserap oleh tanah akan mengalir di permukaan (run off) dan kemudian masuk ke saluran-saluran drainase yang tersedia. Sistem pembuangan air yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah dilakukan melalui sistem drainase tertutup dan terbuka seperti yang dapat dilihat pada Gambar 19. Sistem drainase tertutup yang terdapat di lokasi tersebut berupa inlet-inlet dan saluran drainase yang terbuat dari pipa dengan berbagai ukuran. Selain sistem drainase tertutup pada beberapa lokasi terdapat pula sistem drainase terbuka, yaitu pada area di sekitar masjid dan taman. Saluran-saluran drainase baik yang tertutup maupun yang terbuka mengarah pada satu lokasi yang merupakan titik terendah pada kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, yaitu selokan yang berada pada area kolam di bagian Barat. (a) (b) (c) Gambar 19 Hidrologi dan Drainase (a. Inlet Drainase di Jalur Pedestrian; b. Inlet Drainase di Jalan; c. Saluran Drainase di Kolam; d. Saluran Drainase Terbuka) (Sumber: Survei, Juli 2009) (d)

55 39 Sistem drainase pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu sistem drainase tertutup dan terbuka. Pada bagian Selatan tapak terdapat saluran drainase tertutup seperti yang dapat dilihat pada Gambar 20. Saluran drainase tersebut ditanam di dalam tanah yang kemudian menuju ke selokan pada area kolam di bagian barat. Air hujan yang turun dapat meresap ke dalam tanah atau masuk melalui inlet-inlet drainase dan mengalir melalui saluran tertutup. Selain itu, air hujan juga dapat mengalir di permukaan tanpa melalui saluran khusus (run off). Aliran hidrologi dan drainase mengalir ke arah Barat yaitu menuju saluran drainase yang terdapat di area kolam yang merupakan titik terendah pada lokasi studi. Peta hidrologi dan drainase dapat dilihat pada Gambar 21. (a) Gambar 20 Saluran Drainase Tertutup di Sekitar Tapak (a. Saluran Drainase Tertutup di Selatan Tapak; b. Saluran Drainase Tertutup pada Jalan) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Gambar 21 Peta Hidrologi dan Drainase

56 Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang terdapat di kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini cukup banyak dan beragam. Vegetasi yang terdapat di sana terdiri dari berbagai strata, yaitu pohon, semak, dan groundcover. Vegetasi-vegetasi tersebut menyebar di area-area seperti welcome area, lapangan parkir, lapangan olahraga, area masjid, dan area pertanian seperti yang terlihat pada Gambar 22. Beberapa vegetasi juga ditanam di sela-sela bangunan dan ditanam sejajar dengan tembok pembatas. Pada kompleks sekolah ini juga terdapat satwa liar dan satwa yang dipelihara. Satwa-satwa yang dipelihara tersebut diantaranya adalah angsa, burung kasuari, dan siamang. Satwa-satwa tersebut berada di dalam kandang yang diletakkan di dekat lapangan voli. Terdapat pula beberapa burung merpati yang diletakkan di dekat area kolam.selain satwa-satwa yang dipelihara tersebut terdapat pula burung dan serangga seperti kupu-kupu. Tapak yang akan dirancang merupakan lahan kosong sehingga di dalamnya tidak terdapat banyak vegetasi dan satwa. Tapak terlihat ditumbuhi rumput-rumput liar yang menyebar menutupi kurang lebih 2/3 dari seluruh permukaan tapak. Selain itu, pada tapak tidak terlihat adanya satwa baik satwa liar maupun satwa budidaya. Pada tapak hanya terlihat serangga-serangga kecil seperti semut. Peta persebaran vegetasi dan satwa dapat dilihat pada Gambar 23. (a) Gambar 22 Vegetasi dan Satwa (a. Vegetasi di Area Lapangan; b. Vegetasi di Area Parkir) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b)

57 41 Gambar 23 Peta Persebaran Vegetasi dan Satwa Fasilitas dan Utilitas Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran. Sarana dan prasarana tersebut antara lain berupa bangunan Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak (KB dan TK), bangunan Sekolah Dasar (SD), Unit Inklusi, bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP), laboratorium (komputer, sains, dan bahasa), green house, masjid, kolam renang, lapangan basket dan futsal, perpustakaan, taman dan area bermain, area pertanian (tempat pembibitan dan penanaman), gazebo, dan area outbond seperti yang terlihat pada Gambar 24. Selain sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, terdapat pula fasilitas pelengkap seperti lapangan parkir, kantor pengelola yayasan, kantin, koperasi, dan klinik. Utilitas yang terdapat pada Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah diantaranya berupa jaringan listrik, air dan telepon yang digunakan untuk kepentingan sekolah.

58 42 Kondisi tapak eksisting merupakan lahan kosong dimana tidak terdapat penggunaan di dalamnya sehingga pada tapak tidak terdapat adanya fasilitas. Namun, pada tapak terdapat utilitas berupa jaringan listrik. (a) (b) (c) Gambar 24 Fasilitas (a. Ruang Kelas SD; b. Green House; c. Kolam Renang; d. Area Pertanian) (Sumber: Survei, Juli 2009) (d) Elemen Visual dan Akustik Kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dikelilingi oleh tembok pembatas disekelilingnya. Oleh karena itu, pemandangan yang terdapat di lokasi tersebut merupakan pemandangan yang berasal dari dalam kompleks sekolah. Secara umum kualitas visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah baik karena ditata dan dikelola dengan baik. Pemandangan yang baik (good view) yang terdapat pada area sekolah ini diantaranya terletak pada area penerimaan (welcome area), lapangan, taman, area musholla, dan lain-lain. Sedangkan pemandangan yang kurang baik (bad view) tampak pada area yang terletak dekat dengan pintu keluar Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Area ini merupakan lahan kosong dan tampak tidak terawat. Area tersebut ditumbuhi oleh rumputrumput liar dan banyak terdapat puing-puing atau sisa-sisa material. Kondisi visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah tersebut dapat dilihat pada Gambar 25.

59 43 (a) (b) (c) Gambar 25 Kondisi Visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah (a, b, dan c. Good view; d. Bad view) (Sumber: Survei, Juli 2009) Akustik yang terdapat di dalam Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah didominasi oleh bunyi-bunyian yang berasal dari dalam kompleks sekolah. Bunyibunyian tersebut berasal dari pengguna di dalam sekolah, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaraan bermotor yang melintas. Selain bunyi-bunyian yang berasal dari aktivitas pengguna dalam kompleks sekolah, terdapat pula bunyi-bunyian yang berasal dari satwa seperti suara burung dan siamang. Bunyi-bunyian yang berasal dari luar kompleks sekolah relatif tidak terdengar dari dalam karena sekolah dikelilingi oleh pembatas berupa tembok dan vegetasi penghalang (barrier). Kualitas secara visual di sekitar tapak adalah berupa pemandangan terdapat di sebelah barat laut, barat, dan tenggara tapak. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Pemandangan yang terlihat di sebelah barat laut tapak berupa ruang terbuka hijau berupa lapangan dengan vegetasi yang tertata. Pemandangan di sebelah barat tapak berupa kebun tanaman obat keluarga, sedangkan di sebelah tenggara tapak terdapat pemandangan berupa kombinasi vegetasi dan bangunan. Pemandangan di sebelah timur tapak kurang bagus karena berbatasan langsung dengan tembok pembatas dan bagian belakang bangunan. (d)

60 44 Selain kualitas tapak secara visual terdapat pula kualitas secara audio (bunyi-bunyian atau akustik). Bunyi-bunyian atau akustik dihasilkan dari aktivitas yang terdapat di sekitar tapak, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaraan bermotor yang melintas. Peta visual dan akustik di sekitar tapak dapat dilihat pada Gambar 27. (a) Gambar 26 Kondisi Visual di Sekitar Tapak (a. View Kebun Tanaman Obat Keluarga; b. View ke Arah Tenggara tapak) (Sumber: Survei, Juli 2009) (b) Gambar 27 Peta Visual dan Akustik

61 Aspek Sosial Latar Belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah didirikan pada tahun 2001 di bawah naungan Yayasan Masdalifah. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas + 3 Ha dimana di dalamnya terdapat tiga jenjang pendidikan, yaitu Pra Dasar (KB dan TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini menggunakan berbagai metodologi pembelajaran terkini seperti Student Active Learning (SAL), Moving Class (indoor dan outdoor), dan Accelerated Learning dalam proses belajar mengajar. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah menggunakan Kurikulum Nasional yang dikembangkan berdasarkan visi dan misi pendidikan Al-Jannah, yaitu Islam, Alam, dan Sains. Islam menjadi dasar nilai semua proses dan tujuan pembelajaran. Alam mencakup semua aspek kehidupan yang menjadi media, sarana, dan tujuan pembelajaran yang harus digali dan diperlakukan dengan baik oleh manusia. Sedangkan sains menjadi karakter dan unggulan utama sebagai alat untuk menggali berbagai rahasia Allah di alam semesta. Ketiga pilar inilah yang melandasi kurikulum Al-Jannah yang diorganisir secara terpadu (integrated) dan berbasis kompetensi (competence based). Pada tahun 2003, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah membuka Program Inklusif, yaitu program pendidikan khusus yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa bersama anak-anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut diantaranya adalah penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Untuk mendukung program inklusif tersebut dalam memberikan pelayanan yang terpadu, maka didirikanlah lembaga yang bernama Al-Jannah Support Centre (AJSC). Pada lembaga ini anak berkebutuhan khusus (ABK) mendapatkan berbagai macam terapi yang akan membantu anak berkebutuhan khusus mengelola potensi yang ada di dalam diri mereka sesuai dengan kapasitasnya untuk bisa hidup mandiri. AJSC ini kemudian berganti nama menjadi Unit Inklusi pada tahun 2009.

62 Pengguna Pengguna Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah sebagian besar adalah siswa, yang terdiri dari siswa TK, SD, dan SMP. Selain siswa terdapat sejumlah pegawai yang terdiri dari staf pengajar TK, SD, SMP, staf pegawai Yayasan Masdalifah, staf Unit Inklusi, staf keamanan atau satpam, serta staf pengelola. Penggunaan sekolah dimulai pada pukul WIB hingga pukul WIB pada hari Senin hingga Jum at bagi siswa. Sedangkan untuk para guru dan staf pegawai masih menggunakan sekolah hingga hari Sabtu. Tapak yang akan dirancang sendiri merupakan lahan kosong sehingga di dalamnya tidak terdapat penggunaan yang spesifik Aktivitas Aktivitas yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aktivitas formal, semi formal, dan informal. Aktivitas formal merupakan aktivitas yang terkait dengan sistem pendidikan atau kurikulum, seperti kegiatan belajar mengajar, terapi, berolahraga, dan outbond. Sedangkan aktivitas semi formal merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan sarana pengembangan bakat siswa. Kegiatan ekstra kurikuler yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah adalah pramuka, taekwondo, futsal, renang, band, lukis, D Scientis, penulis cilik, Al-Qur an Club, teater, English Club, dan kungfu-wushu. Aktivitas informal merupakan aktivitas lain di luar aktivitas formal dan semi formal, seperti contohnya bermain, mengobrol, duduk-duduk, dan lain-lain. Pusat aktivitas pengguna terkonsentrasi pada area-area aktif seperti area gedung sekolah, area kantor yayasan, lapangan olahraga, area outbond dan area pertanian. Pada tapak yang akan dirancang sendiri tidak terlihat adanya aktivitas penggunaan. Penggunaan di sekitar tapak diantaranya terlihat di jalan, area parkir, dan area pertanian yang terletak di depan tapak serta komplek kolam renang dan klinik yang berbatasan langsung dengan tapak dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi.

63 Aspek Terapi Fasilitas Terapi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sebuah fasilitas yang bernama Unit Inklusi, yaitu suatu lembaga yang merupakan pusat pelayanan terapi dan edukasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Lembaga ini berdiri sekitar tahun 2003, kurang lebih 2-3 tahun setelah didirikannya Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Lembaga ini dahulu bernama Al-Jannah Support Center yang kemudian berganti nama menjadi Unit Inklusi pada tahun Unit Inklusi ini dipimpin oleh seorang kepala lembaga. Secara struktural kepala lembaga Unit Inklusi ini berada dibawah kepala sekolah TK, SD, dan SMP, dan Litbang (Penelitian dan Pengembangan). Struktur organisasi Unit Inklusi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat dilihat pada Gambar 28. Yayasan Masdalifah Kepala Sekolah TK Kepala Sekolah SD Kepala Sekolah SMP Penelitian & Pengembangan (Litbang) Kepala Unit Inklusi ProgramPendidikan Individu (PPI) Terapis Bimbingan Konseling (BK) Wicara Fisioterapi Okupresur Okupasi Terapi & Sensori Integrasi (SI) Gambar 28 Struktur Organisasi Unit Inklusi (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009) Unit Inklusi terletak di kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, tepatnya di dalam area Sekolah Dasar (SD). Lembaga ini menyediakan pelayanan terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang terdiri atas anakanak penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal

64 48 muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Pada tahun ajaran 2009 ini terdapat 51 anak berkebutuhan khusus dengan diagnosis yang berbedabeda. Komposisi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Unit Inklusi ini memiliki sarana yang dapat mendukung program terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu berupa ruangan pendukung belajar dan ruang terapi yang terdiri atas ruang sensori integrasi dan okupasi terapi, ruang fisioterapi, ruang terapi wicara, ruang PPI atau Program Pendidikan Individu. Selain ruang-ruang terapi tersebut terdapat ruang pendukung seperti ruang konseling dan ruang konsultasi. Selain sarana tersebut, Unit Inklusi ini memiliki 5 orang terapis, 4 orang Bimbingan Konseling (BK), dan 5 orang guru PPI (Program Pendidikan Individu). Terapis yang terdapat di Unit Inklusi ini terbagi ke dalam 4 bidang, yaitu Okupasi Terapi dan Sensori Integrasi, Fisioterapi, Okupresure, dan Wicara. Komposisi staf Unit Inklusi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Komposisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) No. Jenis ABK Jumlah (Anak Berkebutuhan Khusus) Siswa 1. ADD 3 2. ADHD 2 3. Autism Cerebral Palsy 5 5. Disleksia 1 6. Down Syndrome 6 7. Gifted 1 8. Hiperaktif 4 9. Kognitif Rendah Learning Disorder PDD-NOS Slow Learner Spinal Muscular Atrophy (SMA) Super Aktifitas Tuna Rungu 2 (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009)

65 49 Tabel 4. Komposisi Staf Unit Inklusi No. Staf Jumlah 1. BK (Bimbingan Konseling) 4 2. Terapis Okupasi Terapi dan Sensori Integrasi 1 Fisioterapi 1 Okupresure 1 Wicara 1 3. PPI (Program Pendidikan Individu) 5 (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009) Program dan Aktivitas Terapi Terdapat lima jenis program dan aktifitas terapi yang dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus di Unit Inklusi. Program dan aktivitas terapi tersebut terdiri atas Terapi Okupasi, Sensori Integrasi, Fisioterapi, Terapi Okupresure, dan Terapi Wicara. Program dan aktivitas terapi yang dilakukan berbeda-beda pada setiap anak berkebutuhan khusus (disabled children). Setiap anak berkebutuhan khusus akan menjalani penilaian atau assessment terlebih dahulu untuk mengetahui jenis program dan aktivitas terapi yang dibutuhkan anak tersebut, kemudian baru dilakukan terapi. Terapi dilakukan selama 30 menit setiap satu kali terapi. Terapi dilakukan secara individu dimana pada saat terapi satu orang terapis menangani satu anak berkebutuhan khusus. Selain itu, anak berkebutuhan khusus juga didampingi oleh seorang shadow theacher yang mendampingi dan membantu anak tersebut dalammelakukan semua kegiatan di sekolah. Berikut ini adalah program dan aktivitas terapi yang dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus di Unit Inklusi: Terapi Okupasi Occupation didefinisikan sebagai aktivitas yang familiar dan dilakukan manusia secara rutin. Occupation diklasifikasikan dalam beberapa bagian yaitu; bekerja/produktifitas, bermain, leisure (aktifitas waktu luang) dan self care (mempertahankan keberadaan dirinya dalam lingkungan sosial) ( 2009). Terapi okupasi merupakan bagian dari rehabilitasi medik yang bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau

66 50 gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya. Melalui terapi okupasi ini diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Terapi okupasi merupakan salah satu terapi bagi anak berkebutuhan khusus yang terdapat di Al-Jannah. Terapi ini dilakukan di ruang terapi okupasi dan sensori integrasi seperti yang terlihat pada Gambar 29. Terapi okupasi ini juga melatih kemampuan motorik halus seperti memegang pensil, menulis, meronce, kemampuan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan ke toilet secara mandiri dan lain-lain. (a) Gambar 29 Terapi Okupasi (a. Terapi Okupasi pada ABK; b. Ruang Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi) (Sumber: Survei, Juli 2009) Terapi Sensori Integrasi Otak merupakan pusat syaraf yang berperan dalam mengatur semua jalannya informasi dan menggunakan setiap informasi yang masuk tersebut untuk menentukan respon terhadap perubahan lingkungan. Pada anak berkebutuhan khusus, terdapat gangguan pada sistem sensori sehingga setiap informasi berupa rangsangan yang masuk tidak dapat diolah sebagaimana mestinya sehingga respon yang dihasilkannya menjadi tidak terarah. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi anak untuk mengetahui keberadaan dirinya dan hubungannya dengan lingkungan. Terapi Sensori Integrasi (SI) ini berfungsi untuk menstimulasi, mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera penglihatan (visual), (b)

67 51 pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan keseimbangan (vestibular) sehingga membantu anak berkebutuhan khusus dalam pengorganisasian semua informasi dan merespon lingkungannya. Namun, berdasarkan wawancara dengan terapis, terapi sensori integrasi di Unit Inklusi ini masih minim Fisioterapi Fisioterapi (physiotherapy) berasal dari kata fisik dan terapi. Yang dimaksud dengan fisik adalah tubuh dan anggota geraknya, sedangkan terapi sendiri berarti memulihkan. Sehingga fisioterapi dapat diartikan sebagai pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh. Fisioterapi merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu anak berkebutuhan khusus mengembangkan kemampuan motorik kasar (gross motor skill). Kemampuan motorik kasar ini meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, lari, menendang, duduk tegak, mengangkat, dan melempar bola. Kemampuan motorik kasar sangat penting karena membuat tubuh bisa melakukan aktivitasnya, menjaga keseimbangan, koordinasi, dan lain-lain. Kemampuan motorik kasar juga sangat berhubungan dengan fungsi fisik lainnya. Contohnya, kemampuan anak untuk menopang tubuh bagian atasnya akan berpengaruh pada kemampuannya menulis (motorik halus, fine motor skill). Anak-anak dengan kemampuan motorik kasar yang kurang, akan mempunyai kesulitan dengan kemampuan lain seperti menulis, duduk segera dari keadaan berbaring, memperhatikan aktivitas kelas, dan menulis di papan tulis. Bagi anak-anak tersebut aktivitas-aktivitas ini sangat memeras tenaga (Angel s Wing, 2008). Oleh karenanya dilakukan fisoterapi untuk melatih, mengembangkan, dan memulihkan kemampuan motorik kasar anak-anak berkebutuhan khusus.

68 52 (a) (b) (c) Gambar 30 Fisioterapi (a dan c. Fisioterapi pada Anak Cerebral Palsy; b. Streching dan Pemijatan d. Latihan dengan Menggunakan Bola) (Sumber: Survei, Juli 2009) Selain itu terdapat pula Hydrotherapy atau terapi air, yaitu fisioterapi yang menggunakan air sebagai media. Penggunaan air sebagai media terapi akan menyebabkan efek gravitasi terhadap tubuh di dalam air bekurang karena daya apung air sehingga pergerakan otot-otot menjadi lebih ringan. Hal tersebut akan membantu anak berkebutuhan khusus dalam melakukan latihan fisik ( 2006). Selain itu, terapi dengan media air (hydrotherapy) ini dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk menarik anak berkebutuhan khusus melakukan terapi sambil bermain. (d) Terapi Okupresur Acupressure atau Terapi Okupresur merupakan metode penyembuhan yang menggunakan jari atau bagian tubuh lain untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh. Penekanan pada titik-titik atau bagian-bagian tertentu pada tubuh tersebut dapat mengurangi ketegangan otot, memperlancar sirkulasi darah, dan membuat tubuh merasa rileks ( 2009). Terapi Okupresure ini dilakukan pada anak penyandang autism, ADHH/ADD, dan PDDNos untuk

69 53 membantu merilekskan atau menenangkan dari sikap tantrums atau mengamuk, mengurangi ketegangan otot, dan memperlancar sirkulasi darah Terapi Wicara Terapi Wicara (speech therapy) merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay), anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy), serta orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya seperti gagap (stuttering) (Angel s Wing, 2008). Terapi wicara dilakukan pada organ bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang bersifat fungsional. Terapis akan memberikan latihan-latihan (Oral Peripheral Mechanism Exercises) maupun Oral-Motor Activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan. Selain itu, dilakukan pula latihan pengucapan atau artikulasi yang meliputi cara dan tempat pengucapan (Place and Manner of Articulation). Kesulitan pada artikulasi atau pengucapan biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Selain itu terapi wicara juga dilakukan untuk Phonology (bahasa bunyi), Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata, Morphology (perubahan pada kata), Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa, Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas), Metalinguistics (bagaimana cara bekerja suatu bahasa) dan Pragmatics (bahasa dalam konteks sosial).

70 54 Tabel 5. Matriks Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Program Contoh Aktivitas Terapi Fasilitas Terapi Okupasi 1. Melatih kemampuan motorik halus (memegang pensil, menulis) Ruang terapi, meja dan bangku, kertas, pensil 2. Koordinasi tangan (meronce, menggunting Ruang terapi, tali, manikmanik, gunting 3. Melepas dan memasang puzzle Puzzle 4. Menyusun balok dan mengimitasi desain balok Balok kayu mainan 5. Melatih kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, toileting) Toilet Sensori Integrasi 1. Stimulasi indera penglihatan (visual), Ruang terapi koordinasi mata dan tangan 2. Stimulasi indera pendengaran Ruang terapi (auditory), mengenal suara 3. Stimulasi indera perabaan (tactile) Ruang terapi 4. Stimulasi indera penciuman Ruang terapi 5. Stimulasi keseimbangan (vestibular), Ruang terapi, ayunan respon terhadap ketinggian, gerakan berputar, dan berayun Fisioterapi 1.Stretching, pemijatan Ruang terapi, matras, bola 2. Melatih kemampuan otot motorik kasar (duduk tegak, jongkok, berjalan, melompat) Ruang terapi, bangku, matras 3. Melatih keseimbangan Ruang terapi, balok/papan keseimbangan Terapi Hidro Melatih pergerakan otot di dalam air Kolam renang, pelampung Terapi Okupresur Terapi Wicara Pemijatan atau penekanan pada titiktitik tertentu pada tubuh Melatih pergerakan otot organ bicara, artikulasi, pengembangan kosa kata, dan tata bahasa Ruang terapi, matras Ruang terapi, meja dan bangku Anak Berkebutuhan Khusus Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah khususnya Unit Inklusi memiliki berbagai macam anak berkebutuhan khusus (ABK), diantaranya anak-anak penyandang ADD/ADHD, autism, cerebral palsy, disleksia, down syndrome, PDD-NOS, dan spinal muscular atrophy (SMA). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing jenis ABK tersebut.

71 ADD/ADHD (Attention-deficit hyperactivity disorder) ADHD atau ADD merupakan gangguan perkembangan neurobehavioral yang ditandai terutama oleh adanya masalah perhatian (attention) dan hiperaktifitas, dimana setiap perilaku tersebut biasanya terjadi bersamaan. ADHD terjadi pada 3 sampai 5% anak secara global dengan gejala yang muncul dimulai sebelum anak berumur tujuh tahun. Tujuh puluh lima persen kasus ADHD disebabkan oleh faktor genetik. Selain itu terdapat pula interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya ADHD diantaranya adalah alkohol dan asap rokok selama masa kehamilan yang akan menyebabkan hypoxia atau kekurangan oksigen pada janin. Selain itu, komplikasi pada masa kehamilan dan kelahiran termasuk kelahiran prematur juga memiliki peranan ( 2009). ADD/ADHD memiliki tiga karakteristik, yaitu inattention (kurang atau tidak memperhatikan), hyperactivity (hiperaktif), dan impulsivity (impulsif). Gejala dan tanda pada anak dengan ADD/ADHD tergantung pada karakteristik yang dominan. Anak dengan ADD/ADHD mungkin saja kurang atau tidak memperhatikan tetapi tidak hiperaktif dan impulsif; atau hiperaktif dan impulsif tetapi dapat memperhatikan; atau juga kurang atau tidak memperhatikan, hiperaktif dan impulsif yang merupakan bentuk umum ADD/ADHD. Berikut ini adalah gejala-gejala dari inattention (kurang atau tidak memperhatikan), hyperactivity (hiperaktif), dan impulsivity (impulsif). Inattention (kurang atau tidak memperhatikan): 1. Tidak memperhatikan detail atau membuat kesalahan/kecerobohan 2. Memiliki masalah untuk tetap fokus, mudah teralih/terdistraksi 3. Tidak mendengarkan ketika berbicara kepadanya 4. Kesulitan untuk mengingat sesuatu dan mengikuti instruksi 5. Sulit diatur dan cenderung tidak menyelesaikan pekerjaan 6. Sering kehilangan benda atau mainan Hyperactivity (hiperaktif): 1. Gelisah dan menggeliat secara konstan 2. Sering meninggalkan bangku atau kursi pada situasi yang mengharuskan untuk duduk dengan tenang

72 56 3. Berkeliaran secara konstan, sering berlari atau memanjat dengan tidak sepantasnya 4. Berbicara secara berlebihan, memiliki kesulitan untuk bermain dengan tenang Impulsivity (impulsif): 1. Langsung menjawab pertanyaan tanpa bisa menunggu namanya dipanggil terlebih dahulu 2. Kesulitan untuk menunggu giliran 3. Sering menginterupsi 4. Mengganggu orang lain dalam percakapan atau permainan 5. Ketidakmampuan menahan emosi, meledak-ledak, mengamuk/tantrums Gejala ADD/ADHD dapat diminimalisasi melalui edukasi, terapi perilaku (behaviour therapy), latihan, dukungan di rumah dan sekolah, pengobatan, serta asupan nutrisi yang baik ( 2008) PDD-NOS PDD-NOS merupakan singkatan dari Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified. Seseorang dengan diagnosa PDD-NOS memiliki gejala yang berada pada spektrum autisme namun tidak termasuk ke dalam kategori spesifik autisme. PDD-NOS biasanya lebih ringan daripada autism dan memiliki gejala yang hampir sama, dengan beberapa gejala tampak dan yang lainnya tidak. Gangguan ini sering disebut juga dengan atypical autism. PDD-NOS termasuk ke dalam definisi DSM-IV yang meliputi kasus yang ditandai dengan kerusakan atau gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan atau bentuk perilaku dan ketertarikan yang stereotip, namun tidak seluruhnya ciri-ciri autism tampak pada PDD-NOS Autism Autism dideskripsikan pertama kali oleh Leo Kanner pada tahun Menurut Autism Society of America, autism merupakan gangguan perkembangan kompleks yang merupakan akibat dari gangguan neurological yang mempengaruhi fungsi otak. Penyandang autism dicirikan dengan kesulitan dalam komunikasi baik verbal dan non-verbal, interaksi sosial, dan melakukan aktivitas

73 57 pada waktu luang atau bermain. Orang dengan autism mungkin menunjukkan gerakan tubuh yang berulang-ulang, respon yang tidak biasa terhadap orang atau barang, dan menghindari perubahan rutinitas (Hebert, 2003). Terdapat tiga definisi yang menjelaskan tentang autism, yaitu definisi Autism Society of America, Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), dan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) yang ditulis oleh American Psychiatric Association (APA). Definisi yang paling sering digunakan adalah definisi Diagnostic and Statistical Manual (DSM, IV). Definisi autism tersebut adalah sebagai berikut; A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1, 2, dan 3 yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok dari kelompok 2, dan paling sedikit satu pokok dari kelompok Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua di antara yang berikut ini: a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi sosial. b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. c. Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain. d. Kekurangmampuan dalam hubungan emosional secara timbal balik dengan orang lain. 2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit satu di antara yang berikut ini: a. Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimik muka sebagai cara alternatif dalam berkomunikasi). b. Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.

74 58 c. Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh). d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotip seperti yang ditunjukkan oleh paling sedikit satu di antara yang berikut ini: a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun fokus. b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik (kebiasaan tertentu) yang nonfungsional (tidak berhubungan dengan fungsi). c. Perilaku gerakan stereotip dan repetitif (seperti terus-menerus membuka-tutup genggaman tangan, memuntir jari atau tangan, atau menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks). d. Keasyikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda. B. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 tahun seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu dari pokok berikut ini: 1. Interaksi sosial 2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial 3. Permainan simbolik atau imajinatif C. Sebaiknya tidak disebut dengan istilah Gangguan Rett, Gangguan Inegratif Kanak-kanak, atau Sindrom Asperger (Peeters, 2004) Cerebral Palsy Cerebral palsy (CP) diidentifikasi pertama kali oleh seorang ahli bedah bernama William Little pada tahun Cerebral palsy merupakan salah satu gangguan neurological yang tampak pada saat bayi atau awal masa kanak-kanak dan mempengaruhi pergerakan tubuh dan koordinasi otot secara permanen. Walaupun Cerebral palsy mempengaruhi pergerakan otot, hal tersebut tidak

75 59 disebabkan oleh masalah pada otot maupun saraf. Cerebral palsy disebabkan oleh keabnormalitasan pada salah satu bagian otak yang mengontrol pergerakan otot. Kerusakan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan (75%), kelahiran (5%), atau setelah kelahiran sampai berumur 3 tahun (15%). Cerebral palsy seringkali disertai oleh gangguan sensasi, persepsi, kognitif, komunikasi dan tingkah laku karena epilepsi dan masalah otot dan tulang sekunder ( Cerebral palsy diklasifikasikan menjadi tiga yang merefleksikan area otak yang mengalami kerusakan. Ketiga klasifikasi tersebut adalah: 1. Spastic Spastic atau kekakuan merupakan tipe cerebral palsy yang paling umum, yang terjadi pada 70 sampai 80% dari semua kasus. Penderita cerebral palsy dengan tipe ini mengalami kekakuan pada alat geraknya. 2. Ataxic Ataxic merupakan tipe cerebral palsy yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian cerebellum (otak kecil). Tipe ini merupakan tipe cerebral palsy yang jarang terjadi, yaitu hampir 10 % dari semua kasus. Penderita cerebral palsy dengan tipe ini mengalami hypotonia (kelemahan pada otot) dan tremors. Kemampuan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan gunting, dan keseimbangan ketika berjalan terganggu. 3. Athetoid/dyskinetic Athetoid/dyskinetic merupakan tipe cerebral palsy dimana penderita tidak dapat mengontrol gerak ototnya. Penderita athetoid akan kesulitan untuk bertahan pada suatu posisi, baik ketika duduk maupun berjalan. Oleh karena itu, mereka tidak dapat memegang objek. Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, tetapi berbagai macam terapi dapat menolong seseorang dengan CP untuk hidup lebih efektif. Terapi yang dapat dilakukan diantaranya adalah fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, pengobatan untuk meredakan rasa sakit atau mengendurkan otot yang kejang Disleksia Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan

76 60 aktifitas membaca dan menulis. Gangguan tersebut bukan suatu bentuk ketidakmampuan secara fisik, seperti karena adanya masalah penglihatan, tapi mengarah kepada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut ( Anak-anak disleksia memiliki beberapa ciri atau gejala. Gejala-gejala disleksia antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d, kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, dan besok), sulit mengingat urutan, sulit mengikuti instruksi verbal, sulit berkonsentrasi, mudah teralih perhatiannya, sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan, seringkali mengalami kesulitan berhitung terutama apabila disampaikan dalam bentuk cerita, tulisannya sulit dibaca, dan kurang percaya diri. Disleksia ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 1. Genetik/keturunan 2. Memiliki masalah pendengaran sejak dini 3. Faktor Kombinasi ( 2008) Down Syndrome Down syndrome merupakan kelainan kromosom yang disebabkan oleh adanya kehadiran kromosom lebih pada kromosom 21 yang disebabkan oleh kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri pada saat pembelahan. Down syndrome ini sering disebut juga dengan trisomi 21. Kelainan ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Kelainan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti genetik, masalah selama kehamilan, saat kelahiran, setelah kelahiran, dan kemiskinan. Down syndrome akan berdampak pada keterbelakangan fisik dan mental anak. Penderita akan sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil, mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal fold) dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Selain itu, tanda klinis pada bagian tubuh lain tampak pada

77 61 tangan yang pendek termasuk ruas-ruas jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar dan lapisan kulit yang tampak keriput (dermatoglyphics). Selain secara fisik, kelainan kromosom ini juga dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada sistem organ yang lain ( 2009) Spinal Muscular Atrophy (SMA) Spinal muscular atrophy (SMA) merupakan suatu gangguan yang mempengaruhi kontrol pergerakan otot. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya sel saraf, yang disebut dengan saraf motor (motor neuron) yang terdapat di spinal cord dan bagian otak yang terhubung dengan spinal cord akibat adanya mutasi genetik. Hilangnya saraf motor tersebut akan menimbulkan kelemahan dan pengecilan pada otot yang digunakan untuk beraktivitas seperti merangkak, berjalan, duduk, dan mengontrol pergerakan kepala. Pada kasus spinal muscular atrophy yang berat, otot-otot yang digunakan untuk bernafas dan menelan juga terpengaruh ( 2009). Spinal muscular atrophy terbagi ke dalam beberapa subtipe berdasarkan tingkat keparahan dan usia timbulnya gejala. Tiga tipe dari gangguan tersebut berpengaruh pada anak sebelum usia 1 tahun. Berikut ini adalah tipe-tipe dari Spinal muscular athrophy: 1. Tipe 0, merupakan tipe yang paling parah dari spinal muscular atrophy yang terjadi sebelum kelahiran. Tanda-tanda yang timbul adalah berkurangnya gerakan janin pada 30 sampai 36 minggu kehamilan. Setelah lahir, bayi menunjukkan sedikit pergerakan dan mengalami kesulitan dalam bernafas dan menelan. 2. Tipe I, disebut juga Werdnig-Hoffman disease. Merupakan tipe dari spinal muscular atrophy dimana gejala terlihat pada saat kelahiran atau bulan-bulan pertama kelahiran. Bayi akan mengalami kesulitan dalam bernafas dan menelan makanan serta tidak dapat duduk tanpa sandaran. 3. Tipe II, merupakan tipe spinal muscular atrophy dimana lemah otot terjadi pada usia 6 sampai 12 bulan. Anak dengan tipe ini dapat duduk tanpa sandaran walaupun tidak dapat berdiri atau berjalan tanpa bantuan.

78 62 4. Tipe III, disebut juga Kugelberg-Welander disease merupakan tipe yang relatif ringan dibandingkan tipe 0, I, dan II. Gejala timbul pada awal masa kanak-kanak (diatas 1 tahun) dan awal masa dewasa. Seseorang dengan tipe ini dapat berdiri dan berjalan tanpa bantuan, tetapi akan kehilangan kemampuan tersebut pada akhirnya. 5. Tipe IV dan Finkel, merupakan tipe spinal muscular atrophy yang terjadi pada saat dewasa, biasanya setelah usia 30 tahun. Gejala yang timbul mencakup lemah otot, tremor, dan twitching dari yang ringan, sedang, hingga berat.

79 BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang, dan area pertanian (kebun tanaman obat). Letak tapak yang berdekatan dengan bangunan kolam renang dan area pertanian merupakan suatu potensi karena area-area tersebut merupakan salah satu pusat konsentrasi aktivitas pengguna Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Selain itu, pihak sekolah memiliki rencana untuk memindahkan dan membangun Unit Inklusi pada tapak tersebut sehingga taman terapi yang akan dibuat nantinya dapat menyatu dengan fasilitas terapi dalam ruang (Unit Inklusi). Letak tapak yang tepat bersebelahan dengan pintu keluar kompleks sekolah merupakan suatu kendala yang memerlukan pemikiran dan pertimbangan dalam desain. Letak tapak yang dekat dengan pintu keluar tersebut memiliki intensitas sirkulasi kendaraan bermotor yang cukup tinggi pada jam pulang sekolah sehingga mungkin akan dapat membahayakan pengguna. Hal tersebut perlu diperhatikan karena pada tapak akan dibuat taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus dimana keamanan merupakan hal yang penting. Tapak yang akan dirancang memiliki bentuk yang memanjang dengan luas area m 2. Berdasarkan tinjauan literatur arsitektur lanskap (Cooper dan Marcus, 2002) dan ilmu kesehatan atau keperawatan (Lau, 2002 dalam Said, 2006) menyatakan bahwa tidak ada studi empiris yang menguji ukuran standar ruang luar bagi setiap anak. Dijelaskan secara lebih lanjut dalam Said, 2006 bahwa dalam masa perkembangan anak-anak disarankan ukuran ruang luar sebesar 9,3 m 2 atau 100 ft 2 setiap anak (Greenham, 1988; Striniste dan Moore, 1989) dan 7,4-9,3 m 2 atau ft 2 setiap anak (Frost, 1985). Diungkapkan pula dalam Said, 2006 bahwa Moore mengevaluasi lima taman terapi anak untuk menentukan kriteria desain yang dapat memberikan manfaat penyembuhan dengan ukuran taman berkisar antara 143 m 2 hingga 739 m 2 dengan pengguna yang bervariasi seperti pasien, orang tua dan saudara, serta staf.

80 64 Berdasarkan hal tersebut, luas tapak yang akan dirancang tidak terlalu besar, namun cukup untuk dapat dikembangkan sebagai taman terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Pengembangan tapak menjadi taman terapi dioptimalkan semaksimal mungkin sehingga fungsi-fungsi terapi yang diinginkan dapat tercapai. Bentuk tapak yang memanjang dengan ukuran 38 m x 6,7 m membuat tapak terasa sempit. Hal tersebut cukup menyulitkan karena tapak akan dikembangkan untuk taman terapi yang dapat mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif sehingga membutuhkan ruang yang lebih luas. Modifikasi bentuk tapak dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut Aksesibilitas dan Sirkulasi Tapak terletak di bagian depan ujung kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dan dapat diakses langsung dengan mudah dari pintu masuk (entrance). Jalan tersebut memiliki kondisi yang baik dan lebar yang memadai. Selain itu, tapak juga dapat diakses melalui jalan setapak yang terdapat di antara lapangan dan area pertanian. Kemudahan untuk mengakses tapak tersebut merupakan potensi yang perlu dipertahankan dan dimanfaatkan dalam pengembangan tapak. Sirkulasi menuju tapak tersebut dibagi menjadi sirkulasi kendaraan bermotor dan sirkulasi pejalan kaki dimana tidak terdapat pemisahan kedua jenis sirkulasi tersebut. Sirkulasi di dalam tapak sendiri akan direncanakan khusus bagi pengguna taman terapi dimana tidak terdapat sirkulasi untuk kendaraan bermotor di dalamnya. Selain itu, pemilihan material pedestrian path di dalam tapak perlu disesuaikan dari segi desain maupun fungsi untuk terapi, kenyamanan, dan keamanan pengguna tapak Iklim Lokasi memiliki iklim panas dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 hingga 35 derajat Celcius. Menurut Laurie (1984), kisaran suhu yang nyaman bagi manusia adalah antara 10 hingga 26,6 derajat Celcius. Berdasarkan hal tersebut, secara umum suhu di lokasi termasuk ke dalam kategori tidak nyaman bagi manusia. Kondisi iklim mikro di tapak sendiri terasa panas. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya vegetasi pada tapak sehingga tidak tercipta naungan

81 65 dan membuat tapak terasa panas. Selain itu, ekspos sinar matahari pada tapak dengan intensitas yang tinggi membuat suhu di tapak tinggi. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna tapak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana teduh yang dapat dicapai baik dengan peneduh alami berupa vegetasi atau peneduh buatan seperti pergola dan lain-lain. Curah hujan pada lokasi tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 163,70 mm/tahun. Curah hujan yang tidak terlalu tinggi tersebut bukan merupakan suatu masalah karena sistem drainase pada tapak berfungsi dengan baik. Selain itu, untuk memaksimalkan penyerapan air hujan ke dalam tanah dapat digunakan kombinasi antara vegetasi dan perkerasan yang mampu menyerapkan air ke dalam tanah, contohnya paving block. Perkerasan dengan tekstur yang kasar dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna agar tidak licin ketika hujan. Lokasi memiliki kelembaban sebesar 75,40 %. Menurut Laurie (1984), kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah antara 40 hingga 75 %. Persentase kelembaban tersebut berada di atas kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengaturan sirkulasi udara, yaitu pengaturan massa vegetasi, tata letak bangunan, dan menciptakan koridor-koridor serta menyediakan ruang-ruang terbuka di dalam tapak. Pengaturan masuknya sinar matahari juga dapat dilakukan untuk mengatur kelembaban tapak. Kenyamanan tapak dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan THI atau Thermal Humidity Index, dimana THI dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + (RH x T)/500 Dengan suhu rata-rata sebesar 31 derajat Celcius dan kelembaban udara sebesar 75,40 %, maka akan didapat nilai THI sebesar 29,47. Nilai THI tersebut berada di atas kisaran nyaman yaitu sebesar 27, sehingga dapat disimpulkan bahwa tapak tidak atau kurang nyaman. Penambahan dan pengaturan vegetasi dapat dilakukan untuk menambah kenyamanan tapak.

82 Tanah Tapak memiliki jenis tanah latosol cokelat kemerahan yang memiliki tekstur halus dan drainase baik. Tanah tersebut memiliki konsistensi gembur, permeabilitas tinggi, mudah meresapkan air menjadi air tanah, dan dapat menahan air dengan cukup baik. Tanah latosol cokelat kemerahan tersebut cocok atau sesuai untuk pertumbuhan tanaman, baik tanaman pertanian ataupun perkebunan. Hal tersebut merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan dimana pada tapak tersebut dapat ditanami dengan vegetasi yang sesuai, baik dilihat dari lingkungan tumbuhnya maupun fungsi yang ingin dicapai dalam tapak Topografi Tapak memiliki topografi atau bentukan lahan yang datar seperti yang terlihat pada Gambar 31. Hal tersebut bukanlah suatu kendala dalam pengembangan tapak. Bentukan tapaknya yang datar merupakan potensi karena akan memudahkan dalam perencanaan dan perancangan tapak. Tapak dapat digunakan untuk berbagai aktivitas mulai dari pasif hingga aktif. Gambar 31 Peta Analisis Topografi

83 67 Namun, bentukan tapak yang datar dapat menyebabkan kemonotonan sehingga perlu diciptakan keragaman ruang untuk memecah kemonotonan tersebut. Keragaman ruang tersebut dapat diciptakan melalui penataan bentuk lahan dan berbagai elemen tapak sehingga akan memiliki kualitas visual yang lebih menarik dan fungsi yang lebih tinggi. Penataan bentuk lahan tersebut dapat dilakukan dengan membuat area-area dengan variasi level ketinggian. Contohnya antara lain seperti membuat bukit kecil, ramp atau slide yang selain memecah kemonotonan juga berfungsi untuk terapi. Selain melalui penataaan bentukan lahan dan elemen tapak, keragaman ruang juga dapat tercipta dari aktivitas yang beragam di dalam tapak Hidrologi dan Drainase Sistem drainase pada tapak terbagi menjadi sistem drainase tertutup dan terbuka. Sistem drainase tertutup pada tapak berupa saluran drainase tertutup yang terletak di sebelah Selatan tapak. Saluran drainase tersebut dalam kondisi baik dan dapat menampung serta mengalirkan air menuju saluran pembuangan utama yang terletak di bagian belakang atau Barat kompleks Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah. Selain melalui saluran drainase tertutup, air dapat mengalir dan meresap ke dalam tanah tanpa melalui saluran khusus (drainase terbuka). Hal tersebut dikarenakan kondisi tapak eksisting masih berupa tanah sehingga penyerapan air ke dalam tanah relatif baik. Dalam perencanaan dan perancangan tapak tersebut sebagai taman terapi, diperlukan variasi dan kombinasi penutup tanah baik dari hard material maupun soft material yang dapat meresapkan air ke dalam tanah. Kombinasi tersebut akan memberikan kesempatan terjadinya penyerapan air ke dalam tanah selain berfungsi terapi yang dapat diperoleh dari keragaman tekstur penutup tanah tersebut Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang terdapat pada tapak hanya berupa rumput-rumput liar. Penanaman vegetasi pada tapak perlu dilakukan. Selain untuk memperbaiki kondisi iklim mikro, vegetasi yang ditanam akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai di dalam tapak. Pemilihan dan peletakan vegetasi tersebut

84 68 didasarkan pada fungsi-fungsi seperti vegetasi peneduh, pembatas, maupun vegetasi yang dapat menunjang proses terapi. Selain didasarkan pada fungsinya, pemilihan dan peletakan vegetasi juga tetap mempertimbangkan nilai-nilai estetika. Pada tapak tidak terdapat satwa-satwa liar maupun satwa budidaya yang dapat mengganggu dan membahayakan pengguna. Satwa yang ada di dalam tapak hanya berupa serangga-serangga kecil seperti semut dan lain-lain yang tidak membahayakan. Satwa dapat digunakan untuk menunjang proses terapi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghadirkan satwa pada tapak seperti misalnya dengan membuat kolam yang berisi ikan, membuat sarang burung, dan lain-lain. Selain itu, ruang-ruang terbuka di sekitar tapak dapat berpotensi sebagai sumber satwa. Ruang-ruang terbuka tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Peta Analisis Vegetasi dan Satwa

85 Fasilitas dan Utilitas Tapak merupakan lahan kosong dimana di dalamnya tidak terdapat fasilitas-fasilitas tertentu. Pada tapak terdapat utilitas berupa jaringan listrik. Dalam pengembangannya sebagai taman terapi, tapak tersebut perlu ditambah fasilitas untuk menunjang kegiatan dan proses terapi Elemen Visual dan Akustik Pada tapak terlihat beberapa pemandangan yang mengarah ke sekitar tapak. Pemandangan tersebut diantaranya berupa area pertanian (kebun tanaman obat), jalan, kompleks bangunan kolam renang, dan kombinasi antara vegetasi dan bangunan. Gambar 33 Peta Analisis Visual dan Akustik Selain itu, akustik atau bunyi-bunyian yang terdapat di dalam tapak dihasilkan dari aktivitas di sekitar tapak, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaran bermotor yang melintas. Bunyi-bunyian tersebut dinilai masih dapat ditoleransi dan tidak mengganggu. Namun walaupun demikian, lokasi tapak terletak tepat di

86 70 sebelah jalan menuju pintu keluar yang ramai oleh lalu lalang kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu. Hal tersebut dapat diatasi dengan meletakkan penghalang (barrier) untuk meredam suara kendaraan bermotor. Selain untuk meredam suara kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu, vegetasi tersebut juga berfungsi sebagai penghalang (barrier) pandangan terhadap lalu lalangnya kendaraan bermotor. Peta analisis visual dan akustik dapat dilihat pada Gambar Aspek Sosial Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pihak sekolah, Unit Inklusi, dan terapis, diketahui bahwa pengetahuan tentang taman terapi atau terapi ruang luar masih minim. Terapi anak berkebutuhan khusus dilakukan di dalam ruangan, seperti terapi okupasi dan sensori integrasi, terapi wicara, terapi okupresure, dan fisioterapi. Terapi yang dilakukan di luar ruangan adalah terapi air atau hydrotherapy. Terapi tersebut dilakukan di kolam renang. Anak berkebutuhan khusus tersebut melakukan kegiatan terapi selama 30 menit dalam satu kali terapi. Diluar waktu terapi, anak berkebutuhan khusus tersebut melakukan kegiatan belajar baik di kelas maupun di luar kelas bersama anak-anak lainnya. Kegiatan belajar yang dilakukan di luar kelas contohnya seperti kegiatan outbond. Dapat dilihat bahwa waktu anak-anak tersebut untuk melakukan kegiatan terapi sangat terbatas. Dengan adanya taman terapi diharapkan akan dapat menunjang kegiatan dan proses terapi yang telah dilakukan di dalam ruangan. Selain itu, taman terapi dapat digunakan juga sebagai sarana anak untuk bermain sambil melakukan kegiatan terapi sehingga anak tidak merasa jenuh dan bosan. 5.3 Aspek Terapi Unit Inklusi merupakan suatu lembaga pusat pelayanan terapi dan edukasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Unit Inklusi ini terletak di area bangunan Sekolah Dasar (SD) dimana di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas yang mendukung program terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu ruang terapi okupasi dan sensori integrasi, ruang fisioterapi, ruang terapi wicara, ruang PPI (Program Pendidikan Individu), ruang

87 71 konseling, ruang konsultasi, dan toilet. Aktivitas terapi seperti terapi okupasi, fisioterapi, terapi wicara, terapi okupresure dilakukan di ruang-ruang terapi tersebut. Namun berdasarkan wawancara dari terapis, terapi sensori integrasi masih minim dilakukan. Terapi sensori integrasi ini merupakan terapi yang berfungsi untuk menstimulasi, mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan keseimbangan (vestibular). Hal tersebut dapat diatasi dengan menyediakan sarana untuk terapi sensori integrasi pada taman terapi yang akan dibuat. Selain itu, terapi-terapi yang telah ada dan dilakukan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sehingga dapat diterapkan di taman atau ruang luar. 5.4 Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik, Sosial, dan Terapi Sintesis dilakukan pada potensi dan kendala pada setiap asepek yang diamati. Potensi yang ada dimanfaatkan atau dikembangkan sedangkan kendala yang ada dicari pemecahannya. Analisis dan sintesis aspek fisik dan biofisik, sosial, dan terapi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis Sintesis Aspek Fisik dan Biofisik, Sosial, dan Terapi No Aspek Aspek Fisik dan Biofisik 1 Letak, Luas, Batas Letak tapak dekat pusat konsentrasi aktivitas pengguna Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah. Unit Inklusi akan dipindahkan ke tapak sehingga taman terapi akan menyatu dengan Unit Inklusi. Tapak cukup luas untuk dikembangkan taman terapi. Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan Letak tapak tepat bersebelahan dengan pintu keluar kompleks sekolah yang memiliki intensitas tinggi pada jam pulang sekolah yang dapat membahayakan pengguna tapak. Tapak dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk dikembangkan sebagai taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Diperlukan pemikiran dan pertimbangan dlam desain, seperti misalnya dengan membuat pembatas yang membatasi antara tapak dengan jalan dll.

88 72 Tabel 6. (lanjutan) No Aspek. 2 Aksesibilitas, Sirkulasi 3 Iklim Curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sebesar 163,70 mm/tahun 4 Tanah Tekstur tanah halus dan berdrainase baik. Konsistensi tanah gembur, permeabilitas tinggi, mudah meresapkan air menjadi air tanah dan menahannya. Sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan Tapak mudah Jalur sirkulasi Kemudahan Dilakukan diakses, jalan kendaraan mengakses pemisahan dalam kondisi bermotor dan tapak jalur sirkulasi baik dan sirkulasi pejalan dipertahankan antara memadai. kaki menuju dan kendaraan tapak tidak dimanfaatkan bermotor dan dipisah. dalam pejalan kaki. pengembangan Suhu pada tapak terasa panas karena tidak ada vegetasi dan ekspos sinar matahari yang tinggi, kelembaban dan THI berada di atas kisaran nyaman bagi manusia. tapak Curah hujan yang tidak terlalu tinggi bukanlah suatu masalah apabila drainase tapak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu kondisi drainase harus dipertahankan. Kombinasi perkerasan dan vegetasi dapat digunakan untuk memaksimalka n penyerapan air ke dalam tanah. - Tanah dapat ditanami dengan vegetasi yang sesuai baik dilihat dari lingkungan tumbuhnya maupun fungsi yang ingin dicapai dalam tapak. Kondisi iklim yang tidak nyaman diatasi dengan penambahan vegetasi pada tapak. Kelembaban diatur melalui pengaturan sirkulasi udara dan pengaturan masuknya sinar matahari. Penggunaan elemen taman seperti pergola dan gazebo dapat menciptakan nuansa teduh. -

89 73 Tabel 6. (lanjutan) No Analisis Sintesis Aspek. Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan 5 Topografi Topografi atau bentukan lahan yang datar. Topografi datar menyebabkan kemonotonan Memudahkan dalam perencanaan dan perancangan tapak. Dapat digunakan untuk berbagai aktivitas dari pasif hingga aktif. Menciptakan keragaman ruang melalui penataan bentuk lahan dan berbagai elemen tapak serta aktivitas pada tapak. 6 Hidrologi, Drainase 7 Vegetasi, Satwa 8 Fasilitas, Utilitas Saluran drainase tertutup pada tapak dalam kondisi baik, air dapat meresap ke dalam tanah dengan baik. - Tidak terdapat vegetasi dan satwa dalam tapak. - Tidak terdapat fasilitas pada tapak. Utilitas yang terdapat pada tapak berupa jaringan listrik. - Saluran drainase dipertahankan dan dipelihara agar sistem drainase tidak terganggu. Menggunakan penutup tanah dengan kombinasi vegetasi dan perkerasan agar penyerapan air tidak terganggu. - Penanaman vegetasi perlu dilakukan. Vegetasi yang ditanam didasarkan pada fungsinya. - Perlu dilakukan pembangunan fasilitas dan utilitas yang dapat menunjang kegiatan dan proses terapi. -

90 74 Tabel 6. (lanjutan) No Aspek. 9 Visual, Akustik Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan - Viewke sebelah - Penanaman Timur kurang vegetasi bagus (tembok penghalang pembatas dan (barier) untuk bagian belakang menghalangi bangunan). pandangan Pada jam-jam terhadap lalu tertentu seperti lalang jam pulang kendaraan sekolah terlihat bermotor dan lalu lalang meredam suara kendaraan kendaraan bermotor. bermotor. Aspek Sosial - Pengetahuan tentang taman terapi atau terapi ruang luar yang masih terbilang minim. Waktu kegiatan terapi terbatas. Aspek Terapi Aktifitas terapi meliputi terapi okupasi, fisioterapi, terapi wicara, terapi okupresure, dan terapi PPI. Terapi sensori integrasi masih minim dilakukan. - Dengan adanya taman terapi diharapkan akan dapat menunjang kegiatan dan proses terapi yang dilakukan di dalam ruang. Selain itu, sebagai sarana terapi sambil bermain anak. Aktifitas terapi tersebut dipertahankan dan dioptimalkan. Taman terapi sebagai sarana terapi ruang luar mengakomodas i aktivitas terapi sensori integrasi. 5.5 Program Ruang Program ruang merupakan rencana-rencana ruang yang akan diterapkan pada tapak yang mengakomodasi fungsi, aktivitas, dan fasilitas yang akan dikembangkan. Program ruang ini dibuat berdasarkan analisis dan sintesis yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi yang akan dikembangkan pada tapak adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Terapi Fungsi terapi merupakan fungsi utama yang akan dikembangkan dalam tapak dimana tapak akan mengakomodasi kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus. Anak-anak tersebut dapat melakukan kegiatan terapi atau

91 75 memperolah manfaat terapi sambil bermain. Fungsi terapi yang akan dikembangkan diimplementasikan dalam elemen-elemen yang terdapat di taman terapi tersebut. 2. Fungsi Penerimaan Fungsi penerimaan merupakan fungsi pendukung yang berkaitan dalam menunjang aktivitas yang dilakukan di taman. Fungsi penerimaan ini diterapkan dalam ruang penerimaan (welcome area). Fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas disesuaikan dengan kebutuhan ruang dan fasilitas yang akan diakomodasi dan kapasitas tapaknya. Ruang-ruang yang akan dibentuk pada tapak terdiri atas ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi merupakan ruang yang mengakomodasi semua fungsi dan kegiatan terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Ruang terapi ini terbagi menjadi ruang terapi dalam ruang (indoor) dan ruang terapi luar ruang (outdoor) dimana di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung aktivitas terapi dan bermain anak-anak berkebutuhan khusus. Sedangkan ruang non terapi merupakan ruang yang mengakomodasi fungsi selain terapi. Ruang non terapi ini berfungsi sebagai ruang penerimaan (welcome area) yang diwujudkan dalam pintu gerbang taman. Hubungan antara fungsi, ruang, dan aktivitas yang terbentuk pada tapak akan dijelaskan pada Tabel 7. Berdasarkan fungsi dan ruang-ruang tersebut, terdapat beberapa aktivitas yang dapat berlangsung dalam tapak. Aktivitasaktivitas tersebut adalah terapi, bermain, duduk-duduk, dan bercakap-cakap atau bersosialisasi. Tabel 7. Matriks Hubungan Fungsi, Ruang, dan Aktivitas Ruang dan Aktivitas Fungsi Ruang Sub Ruang Aktivitas Terapi Penerimaan Ruang Terapi Ruang terapi dalam ruang (indoor) Terapi Ruang Non Terapi Keterangan : Ruang terapi luar ruang (outdoor) Ruang Penerimaan Sangat dekat Sedang atau cukup dekat Tidak ada hubungan Terapi, bermain, dudukduduk, bercakap-cakap Masuk ke dalam taman terapi

92 BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi terapi dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti semua anak-anak lain yang tidak memiliki keterbatasan. Taman terapi yang akan dikembangkan ini merupakan taman terapi yang interaktif bagi anak-anak dan berorientasi pada alam.taman terapi ini akan memotivasi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan berbagai aktivitas seperti bermain dan lain-lain. Selain itu, taman terapi ini juga akan menstimulasi sensori anak baik penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan, melatih kemampuan motorik, keseimbangan, kemampuan kognitif serta sosial anak. Taman terapi yang akan dikembangkan di Sekolah Alam dan Sains Al- Jannah ini terinspirasi dari proses metamorfosis yang terjadi pada kupu-kupu. Dalam biologi, metamorfosis dapat diartikan sebagai perubahan yang sangat besar dalam bentuk dari satu taraf atau tingkatan ke tingkatan selanjutnya dalam kehidupan suatu organisme. Secara filosofis proses metamorfosis ini memiliki makna bahwa setiap manusia harus mengalami perubahan dalam hidupnya ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Proses metamorfosis ini dianalogikan sebagai proses terapi anak berkebutuhan khusus dimana dalam prosesnya anak berkebutuhan khusus akan mengalami perubahan dari tidak bisa atau kurang bisa menjadi bisa atau lebih bisa. Perubahan tersebut dapat dilihat dari segi kemampuan sensorik, motorik, kognitif, dan sosial yang diperoleh melalui treatment atau terapi yang diberikan, baik berupa terapi di dalam ruang maupun di luar ruang. Filosofi konsep taman terapi tersebut dapat dilihat pada Gambar 34.

93 77 Proses Metamorfosis Telur Ulat Kepompong Kupu-Kupu Analogi Tidak/ kurang bisa TERAPI Gambar 34 Filosofi Konsep Bisa/lebih bisa Taman terapi dikembangkan berdasarkan program dan aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Terapi anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan pada tapak terdiri dari terapi di dalam ruangan (indoor) dan terapi di luar ruang luar (outdoor). Anak berkebutuhan khusus akan mendapatkan terapi baik di dalam maupun di luar ruangan. Terapi-terapi dalam ruangan seperti terapi okupasi, sensori integrasi, fisioterapi, terapi okupresur, dan terapi wicara akan dilengkapi dan ditunjang dengan terapi luar ruangan. Terapi yang dilakukan di luar ruangan terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Konsep terapi ruang luar yang dikembangkan pada taman terapi ini terdiri dari terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Terapi-terapi tersebut disusun berdasarkan alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus, yaitu secara berurutan terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Alur atau sekuens terapi anak berkebutuhan khusus yang dibuat tersebut bersifat tidak mengikat seperti yang terlihat pada Gambar 35. Anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti alur atau skenario terapi yang dibuat ataupun dapat dengan bebas memilih dan melakukan aktivitas terapi yang dibutuhkan atau diinginkan. Hal tersebut disebabkan karena terdapat perbedaan kebutuhan terapi di antara anak berkebutuhan khusus. ABK Terapi Indoor Terapi Outdoor Sensorik Motorik Kognitif Sosial Gambar 35 Bagan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus

94 78 Berdasarkan alur atau sekuens terapi yang dibuat terapi sensorik merupakan fase pertama terapi. Terapi sensorik merupakan terapi yang berfungsi untuk stimulasi dan integrasi indera anak yang terdiri dari indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Sebagai tempat masuk dan diprosesnya informasi, indera tersebut sangat penting. Melalui indera-indera tersebut semua informasi yang berasal dari lingkungan masuk untuk kemudian diproses dan direspon. Fase terapi yang kedua merupakan terapi motorik dimana pada terapi ini fungsi motorik atau gerak anak berkebutuhan khusus distimulasi dan dilatih. Setelah dilakukan terapi pada fungsi sensorik dan motorik, terapi dilanjutkan pada terapi kognitif dimana pada terapi kemampuan brpikir anak akan distimulasi. Fase terapi yang terakhir merupakan terapi sosial dimana anak berkebutuhan khusus akan distimulasi dalam hal bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. 6.2 Pengembangan Konsep Konsep Tata Ruang Berdasarkan konsep umun yang direncanakan, tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan fungsi-fungsi terapi kepada anak berkebutuhan khusus, dimana anak berkebutuhan khusus tersebut dapat belajar, tumbuh dan berkembang, serta memperoleh kesenangan seperti anak normal lainnya yang tidak memiliki keterbatasan. Berdasarkan konsep tersebut, fungsifungsi terapi akan dimaksimalkan dalam tapak. Taman terapi didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas terapi ruang luar yang akan dilakukan pada taman tersebut yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Untuk mengakomodasi aktivitas terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial baik yang aktif maupun pasif, diperlukan ruang yang lebar. Tapak eksisting dengan bentuk memanjang seluas m 2 dengan lebar 6,7 m dan panjang 38 m akan dimodifikasi bentuknya. Tapak yang memanjang tersebut dimodifikasi dengan mengubah bentuk serta ukuran panjang dan lebarnya tanpa mengubah luasannya. Tapak yang telah dimodifikasi memiliki luas yang sama dengan tapak eksisting namun dengan ukuran lebar sebesar 11 m dan panjang 23,26 m. Modifikasi bentuk tapak tersebut dilakukan untuk memudahkan pengaturan ruang

95 79 dan sirkulasi sehingga pemanfaatan tapak sebagai taman terapi dapat dioptimalkan. Selain untuk mengoptimalkan fungsi terapi, perubahan bentuk tapak tersebut juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar tapak. Bentuk tapak setelah dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 36. Gambar 36 Modifikasi Tapak Konsep ruang yang akan dikembangkan adalah untuk mengakomodasi aktivitas bagi penggunanya. Berdasarkan fungsinya, ruang di dalam tapak akan dibagi menjadi dua, yakni ruang terapi dan ruang non terapi. Konsep metamorfosis sebagai konsep umum dari taman terapi diterapkan pada setiap ruang dalam bentuk aktivitas atau kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan. Melalui aktivitas terapi yang dilakukan inilah diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat mengalami kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik Ruang Terapi Ruang terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Ruang ini terbagi menjadi dua yaitu ruang terapi indoor dan ruang terapi outdoor dimana ruang terapi outdoor terbagi lagi ke

96 80 dalam empat sub ruang yang terdiri dari ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Penjabaran tiap-tiap ruang terapi tersebut adalah sebagai berikut. a. Ruang Terapi Indoor Area ini merupakan area yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di dalam ruangan (indoor). Pada ruang terapi indoor terdapat fasilitas berupa gedung terapi dimana di dalamnya terdapat ruang-ruang terapi indoor, ruang staf, ruang konseling dan konsultasi, serta toilet. Seperti yang telah dijelaskan dalam konsep terapi, konsep metamorfosis pada setiap ruang diterapkan dalam bentuk aktivitas yang dilakukan. Begitu pula pada ruang terapi indoor ini, konsep metamorfosis diterapkan pada aktivitas terapi di dalamnya. Setelah mengikuti aktivitas b. Ruang Terapi Outdoor Area ini merupakan ruang yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di luar ruangan (outdoor). Ruang terapi outdoor ini terbagi ke dalam empat sub ruang, yakni sebagai berikut. 1. Sub ruang terapi sensorik Sub ruang terapi sensorik merupakan ruang yang didesain untuk melakukan kegiatan terapi sensori indera anak yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Indera penglihatan akan distimulasi melalui variasi bentuk, warna, dan cahaya dari elemen keras maupun elemen lunak di dalam taman. Indera pendengaran anak akan distimulasi dengan suara-suara alami seperti suara gemerisik daun, gemericik air, atau suara hewan. Indera penciuman anak akan distimulasi melalui aroma berbagai elemen yang terdapat di taman, seperti aroma bunga, rumput, dan tanah. Indera perabaan anak akan distimulasi melalui variasi tekstur elemen-elemen yang terdapat pada taman seperti tekstur rumput, semak, bunga, kayu, batu, tanah, dan air. Dengan stimulasi pada indera-indera tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman tentang konsep gelap-terang, besar-kecil, halus-kasar, dan lain-lain. Untuk memberikan fungsi-fungsi terapi tersebut, pada sub ruang terapi sensorik

97 81 ini terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kegiatan terapi sensorik. Fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya seperti sensory garden, texture table, jalur refleksi, arbor, dan wind chimes. 2. Sub ruang terapi motorik Sub ruang terapi motorik merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar, keseimbangan, koordinasi, serta pergerakan anak berkebutuhan khusus. Pada ruang ini anak akan dirangsang untuk mengembangkan kemampuan geraknya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan adanya pergerakan atau latihan fisik sekaligus menantang bagi anak untuk bereksplorasi terhadap diri dan lingkungannya. Untuk mendukung fungsi terapi tersebut, pada sub ruang motorik ini terdapat fasilitas-fasilitas seperti undulating grassy slope, stepping log, jembatan lengkung, balok keseimbangan, dan permainan anak (play equipment). 3. Sub ruang terapi kognitif Sub ruang terapi kognitif merupakan ruang yang didesain untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak. Selain untuk menstimulasi kemampuan berpikir, anak-anak juga dapat belajar mengenai ilmu alam dan lingkungan. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalam sub ruang terapi kognitif ini diantaranya seperti outdoor stage dan potting area berupa planter box. 4. Sub ruang terapi sosial Sub ruang terapi sosial merupakan ruang yang didesain untuk memfasilitasi interaksi dan sosialisasi anak dengan teman sebaya, terapis, shadow teacher, maupun orang tua. Pada ruang ini terdapat fasilitasfasilitas yang dapat menunjang kegiatan interaksi dan sosialisasi serta bermain anak yang terdiri dari plaza, pergola, dan bangku taman Ruang Non Terapi Ruang non terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan selain terapi. Pada ruang non terapi ini terdapat welcome area yang merupakan pintu masuk menuju taman terapi. Sebagai welcome area atau ruang penerimaan,

98 82 area ini terletak di bagian depan tapak. Ukuran atau proporsi runag yang direncanakan untuk ruang ini kecil karena tidak ada aktivitas khusus didalamnya selain berfungsi sebagai pintu masuk menuju taman terapi. Pada ruang ini terdapat fasilitas berupa pintu gerbang taman. Gambar 37 berikut menyajikan gambaran konsep ruang pada taman terapi tersebut. Gambar 37 Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan di dalam tapak merupakan sirkulasi penghubung antar ruang di dalam taman dan hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi tersebut dibuat dengan pola organik yang menghubungkan antara ruang satu dengan ruang lainnya. Sirkulasi berupa pathway tersebut akan dibuat dari kombinasi material yang berbeda-beda, seperti misalnya perkerasan yang berupa concrete, batu kerikil, kayu, atau elemen lunak seperti rumput. Material-material dengan variasi tekstur yang berbeda tersebut memiliki nilai-nilai terapi yang dapat dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh anak berkebutuhan khusus. Konsep sirkulasi dikembangkan berdasarkan konsep terapi yang telah dibuat. Sirkulasi dibuat berdasarkan alur atau skenario terapi, yaitu terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial dihubungkan melalui jalur sirkulasi. Namun berdasarkan konsep terapi bahwa anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti atau tidak mengikuti alur terapi, maka jalur sirkulasi tersebut dibuat bercabang sehingga pengguna (ABK) dapat mencapai ruang yang diinginkan sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan.

99 83 Berikut ini merupakan gambar konsep sirkulasi di dalam tapak yang akan disajikan dalam Gambar 38. Ruang Terapi Outdoor Sensorik Motorik Kognitif Sosial Ruang Terapi Indoor Gambar 38 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak Konsep Vegetasi Vegetasi merupakan elemen yang penting dalam perencanaan dan perancangan tapak. Konsep vegetasi yang dikembangkan adalah vegetasi yang dapat mendukung aktivitas pengguna dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Pada tapak, konsep vegetasi tersebut di bagi ke dalam dua jenis, yaitu vegetasi terapi dan vegetasi non terapi Vegetasi terapi Vegetasi terapi merupakan vegetasi yang dapat berfungsi atau memiliki nilai terapi. Nilai-nilai terapi dari vegetasi tersebut antara lain adalah berupa tekstur, warna, dan aroma yang bervariasi yang dapat menstimuli setiap indera pada anak. Selain untuk stimulasi indera, vegetasi yang beraneka ragam tersebut dapat merangsang kemampuan kognitif anak dalam mengenali bentuk dan jenisnya Vegetasi non terapi Vegetasi non terapi merupakan vegetasi yang tidak dimaksudkan untuk kegiatan terapi, namun vegetasi ini dapat menunjang tapak dan memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak. Vegetasi non terapi tersebut dibagi ke dalam dua jenis, yaitu: a. Vegetasi estetis Vegetasi estetis merupakan vegetasi yang digunakan untuk memberikan nilai estetika pada tapak. Penataan vegetasi estetik ini terdapat di sekitar bangunanbangunan atau elemen-elemen taman lainnya.

100 84 b. Vegetasi penyangga Vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang berfungsi untuk melindungi aktivitas serta fasilitas yang ada di dalam tapak dari gangguan luar. Gangguan luar yang dimaksud antara lain berupa kebisingan yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas di luar tapak, gangguan keamanan, atau juga gangguan pemandangan yang kurang baik. Vegetasi penyangga juga digunakan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna tapak dengan menciptakan iklim mikro yang baik. Tabel 8. Konsep Vegetasi, Fungsi,dan Kriteria Konsep Vegetasi Vegetasi Terapi Vegetasi Non Terapi Fungsi Kriteria Vegetasi Memberikan fungsi terapi berupa stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan 1. Estetika 2. Memberikan kenyamanan (mengatur iklim mikro) 3. Pembatas atau barier 1. Vegetasi memiliki variasi warna pada daun atau bunga 2. Beraroma 3. Vegetasi memiliki variasi tekstur daun atau batang 4. Tidak berduri 5. Tidak beracun atau memiliki getah 1. Memiliki penampakan visual yang menarik (bentuk/arsitektur tajuk, bunga, dan warna) 2. Berbunga 3. Tajuk lebar sehingga dapat memberikan keteduhan 1. Tanaman berbunga 2. Tanaman aromatik 3. Tanaman berdaun indah 1. Tanaman peneduh 2. Tanaman pembatas 3. Tanaman berbunga Konsep Aktivitas Konsep aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan konsep umum tapak sebagai taman terapi. Aktivitas yang akan dikembangkan di tapak bersifat aktif dan pasif. Aktivitas-aktivitas tersebut terdiri dari aktivitas terapi, yaitu terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial; bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Aktivitas terapi yang direncanakan tersebut merupakan modifikasi dan penambahan dari terapi dalam ruangan yang telah dilakukan. Berikut ini adalah penjabaran dari setiap aktivitas yang dapat dilakukan di tapak.

101 85 1. Terapi Aktivitas terapi merupakan aktivitas utama yang dilakukan di tapak. Aktivitas terapi yang dapat dilakukan di tapak di antaranya adalah melakukan stimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan melalui sensory garden, texture table, wind chimes; berjalan di jalur refleksi; melatih pergerakan dan keseimbangan dengan berjalan di atas stepping log, balok keseimbangan, dan jembatan lengkung; dan stimulasi kemampuan motorik kasar anak dengan berjalan dan mendaki bukit berumput (undulating grassy slope), belajar bersama di outdoor stage dan melakukan kegiatan hortikultur pada potting area. 2. Bermain Aktivitas bermain merupakan salah satu aktivitas yang terdapat pada tapak yang dikembangkan untuk mengakomodasi kegiatan bermain bagi anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat bermain di area permainan dimana di dalamnya terdapat fasilitas berupa permainan anak (play equipment) yang merupakan penggabungan antara tangga horizontal, tangga, dan panjatan tali (rope). Fasilitas ini selain mengakomodasi kegiatan bermain anak juga merupakan salah satu sarana terapi untuk melatih kemampuan motorik dan ketangkasan anak. 3. Duduk-duduk Duduk-duduk merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam tapak. Aktivitas duduk-duduk ini dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan yang memerlukan pengerahan tenaga. Untuk mendukung aktivitas tersebut disediakan fasilitas berupa bangku taman yang dilengkapi dengan pergola untuk memberikan keteduhan dan kenyamanan pada pengguna. 4. Mengobrol atau bercakap-cakap Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap dapat dilakukan pada area sosial dimana pada area tersebut terdapat fasilitas berupa tempat duduk dan pergola. Aktivitas mengobrol atau bercakap-cakap ini dapat dilakukan antara anak berkebutuhan khusus, terapis, shadow teacher dan orang tua.

102 Konsep Fasilitas Konsep fasilitas yang dikembangkan dalam tapak mengakomodasi fungsi dan aktivitas terapi anak-anak berkebutuhan khusus. Fasilitas yang dikembangkan dalam taman terapi tersebut adalah fasilitas yang mendukung seluruh aktivitas baik yang bersifat aktif maupun pasif, seperti aktifitas terapi sensorik; motorik; kognitif; dan sosial, bermain, duduk-duduk, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Konsep program, aktivitas, dan fasilitas terapi yang disediakan di dalam tapak akan dijelaskan dalam Tabel 9. Tabel 9. Konsep Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Ruang Ruang Terapi Sensorik Ruang Terapi Motorik Program Terapi Terapi Sensorik Terapi Motorik Aktivitas Terapi 1. Stimulasi indera penglihatan, perabaan, penciuman 2. Stimulasi perabaan (mengenali berbagai macam tekstur) 3. Berjalan di atas jalur refleksi, stimulasi perabaan, memperlancar sirkulasi darah 4. Stimulasi persepsi gelapterang 5. Stimulasi indera pendengaran 1. Melatih otot motorik kasar dengan berjalan atau mendaki bukit berumput 2. Melatih otot dan keseimbangan dengan berjalan atau meniti stepping log 3. Melatih keseimbangan dengan meniti balok keseimbangan 4. Berjalan, stimulasi persepsi terhadap posisi 5. Melatih otot motorik kasar dan ketangkasan, bermain 6. Melatih otot motorik kasar dengan menaiki atau menuruni tangga 7. Melatih kemampuan otot motorik kasar, menaiki atau menuruni ramp Fasilitas/Elemen Terapi Sensory garden Texture table Jalur refleksi Pergola Wind chime Undulating grassy slope Stepping log Balok keseimbangan Jembatan lengkung Play equipment Tangga Ramp

103 87 Ruang Terapi Kognitif Ruang Terapi Sosial Terapi Kognitif Terapi Sosial 8. Stimulasi persepsi gelapterang 1. Berkumpul atau belajar bersama di luar ruangan 2. Melakukan kegiatan hortikultur 1. Bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebaya, orang tua, guru, atau terapis, mengobrol 2. Stimulasi persepsi gelapterang Arbor Outdoor stage Potting area (planter box) Bangku taman Pergola 3. Berkumpul Plaza kupu-kupu Untuk mengakomodasi aktivitas dan fasilitas terapi yang akan dikembangkan tersebut perlu diketahui kebutuhan ruang dari setiap fasilitas. Kebutuhan ruang setiap fasilitas akan dijelaskan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Fasilitas dan Kebutuhan Ruang Lokasi Ruang Fasilitas Unit Dimensi R. Penerimaan R. Penerimaan Pintu gerbang 1 buah 1,1 m² R. Terapi Indoor R.Terapi Indoor Gedung terapi 1 buah 46 m² indoor R.Terapi Outdoor R. Terapi Sensorik Sensory garden 1 buah 15 m 2 Texture table 1 buah 1,2 m² Jalur refleksi - 8 m² Pergola 1 buah 8 m² Wind chime 2 buah - R. Terapi Motorik Undulating grassy slope - 19 m² Stepping log 1 buah 2 m 2 Balok 1 buah keseimbangan 0,2 m 2 Jembatan 1 buah lengkung 1,6 m² Play equipment 1 buah 4,5 m² Tangga 1 buah 1,7 m² Ramp 1 buah 2,5 m² Arbor 1 buah 3,8 m² R. Terapi Kognitif Outdoor stage 1 buah 8,4 m² Planter box 1 buah 2 m² R. Terapi Sosial Pergola 1 buah 9 m² Bangku taman 1 buah 2 m² Plaza kupu-kupu - 12,6 m² Menyebar Semua Ruang Jalur sirkulasi - 46,5 m²

104 Diagram Konsep Konsep tata ruang, sirkulasi, vegetasi, aktivitas, dan fasilitas yang telah dijabarkan akan digambarkan dalam bentuk diagram konsep. Diagram konsep tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 39 Diagram Konsep Ruang penerimaan terdapat di bagian tapak. Kemudian terdapat ruang terapi sensorik yang terletak dekat dengan ruang penerimaan. Pengguna dapat langsung mengakses ruang terapi sensorik ini setelah memasuki taman. Proporsi ruang terapi sensorik cukup besar. Hal ini disebabkan terapi sensori integrasi masih kurang dilakukan. Setelah ruang terapi sensorik terdapat ruang terapi motorik dengan proporsi ruang yang paling besar. Proporsi ruang terapi ini paling besar karena aktivitas terapi yang dilakukan pada ruang terapi ini meliputi aktivitas-aktivitas aktif yang berfungsi untuk menstimulasi otot dan pergerakan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu ruang terapi ini membutuhkan ruang yang besar. Terdapat pula ruang terapi kognitif dimana di dalamnya direncanakan terdapat outdoor stage dengan proporsi ruang ini tidak terlalu besar. Ruang terapi

105 89 sosial terletak bersebelahan dengan ruang terapi kognitif dan berdekatan dengan ruang terapi indoor yang terdapat di bagian pojok tapak. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hubungan kedekatan antar ruang di taman tersebut. Tabel 11. Matriks Hubungan Kedekatan Ruang R. Penerimaan R. T. Sensorik R. T. Motorik R. T. Kognitif R. T. Sosial R. Penerimaan O O O R. T. Sensorik O O R. T. Motorik O O R. T. Kognitif O R. T. Sosial O O O R. T. Indoor O O O R. T. Indoor Keterangan : Sangat dekat O Kurang dekat

106 BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi tersebut terbagi atas ruang terapi indoor dan outdoor, dimana ruang terapi outdoor terdiri atas empat sub ruang yaitu ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial. Pada ruang non terapi terdapat welcome area yang berfungsi sebagai penerimaan. Jenis ruang, fungsi, aktivitas, fasilitas, serta persentase ruang yang direncanakan akan dijabarkan pada Tabel 12, sedangkan site plan taman terapi akan disajikan pada Gambar 40. Tabel 12. Jenis Ruang, Fungsi, Aktivitas, dan Fasilitas yang Direncanakan Zona Ruang Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasilitas Ruang (%) Luas (m 2 ) Terapi Indoor - Terapi Terapi dalam Gedung terapi (Okupasi, Sensori Integrasi, Fisioterapi, Wicara) ruang, konsultasi indoor Outdoor Sensorik Terapi Sensorik 17,26 44,18 Non Terapi Welcome area Motorik Kognitif Sosial Terapi Motorik Terapi Kognitif Terapi Sosial Stimulasi indera penglihatan, pendengaran penciuman, dan perabaan, berjalan diatas jalur refleksi, duduk-duduk, bermain Berjalan, merangkak, mendaki bukit berumput, bermain, dudukduduk Duduk-duduk, belajar bersama, menanam, bermain Duduk-duduk, bercengkrama, mengobrol, bermain, relaksasi - Penerimaan Masuk ke dalam taman Sensory garden, texture table, jalur refleksi, arbor, wind chimes Undulating grassy slope, stepping log, balok keseimbangan, jembatan lengkung, alat permainan anak Outdoor stage, potting area Plaza, pergola, bangku taman 38 97,2 11,20 28,6 15,12 38,7 Pintu gerbang 0,43 1,1

107 91

108 Ruang Terapi Ruang terapi merupakan ruang utama yang direncanakan pada tapak. Hal ini dikarenakan ruang terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan terapi dimana fungsi terapi tersebut merupakan fungsi utama yang akan dikembangkan pada tapak. Ruang terapi terbagi menjadi dua, yaitu: a. Ruang Terapi Indoor Ruang terapi indor merupakan ruang yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak-anak berkebutuhan khusus di dalam ruangan. Aktivitas terapi dalam ruangan yang dilakukan terdiri dari terapi okupasi dan sensori integrasi, terapi wicara, terapi PPI (Program Pengembangan Individu), fisioterapi, dan terapi okupresure yang merupakan program dari sekolah. Ruang ini menempati 18 % dari keseluruhan total luas area tapak dimana pada ruang ini terdapat fasilitas berupa gedung terapi yang terletak di selatan tapak berbatasan langsung dengan tembok pembatas tapak. b. Ruang Terapi Outdoor Ruang terapi outdoor merupakan ruang yang diperuntukkan bagi aktivitas terapi anak-anak berkebutuhan khusus di luar ruangan. Ruang ini memiliki proporsi ruang sebesar 81,58 % dari keseluruhan luas area tapak dimana dari proporsi tersebut terbagi lagi menjadi sub-sub ruang terapi outdoor. Berikut adalah penjelasan dari keempat sub ruang tersebut: 1. Sub ruang terapi sensorik Ruang terapi sensorik merupakan ruang terapi yang didesain untuk melakukan kegiatan terapi sensori indera anak yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Ruang terapi sensorik ini memiliki proporsi ruang sebesar 17,26 % dari luas keseluruhan tapak. Pada ruang ini aktivitas terapi diarahkan pada stimulasi semua indera anak berkebutuhan khusus yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. Stimulasi indera-indera anak berkebutuhan khusus tersebut dapat diperolah melalui fasilitas dan elemen-elemen baik keras ataupun lunak yang terdapat di ruang tersebut. Fasilitas yang terdapat di ruang terapi sensorik ini

109 93 adalah sensory garden, texture table, jalur refleksi, arbor, dan wind chimes. Elemen-elemen taman baik keras maupun lunak seperti batu-batuan, air, dan tanaman yang ditata pada ruang terapi sensorik ini juga berfungsi untuk menstimulasi indera anak berkebutuhan khusus baik penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan. 2. Sub ruang terapi motorik Ruang terapi motorik merupakan ruang terapi yang didesain untuk melakukan kegiatan terapi yang menstimulasi kemampuan motorik, pergerakan, dan keseimbangan anak berkebutuhan khusus. Ruang terapi motorik ini memiliki proporsi ruang sebesar 38 % dari luas keseluruhan tapak. Aktivitas terapi pada ruang terapi motorik ini diarahkan pada aktivitas yang merangsang pergerakan anak. Fasilitas-fasilitas seperti undulating grassy slope, stepping log, jembatan lengkung, dan balok keseimbangan menstimulasi dan melatih kemampuan motorik kasar dan keseimbangan anak. Selain itu terdapat pula fasilitas berupa alat permainan anak yang merupakan penggabungan antara tangga horizontal, tangga, dan panjatan tali (rope). 3. Sub ruang terapi kognitif Ruang terapi kognitif merupakan ruang terapi yang didesain untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak. Ruang ini memiliki proporsi ruang sebesar 11,20 % dari luas keseluruhan tapak dengan fasilitas-fasilitas seperti outdoor stage dan potting area berupa planter box. Aktivitas pada ruang ini diarahkan pada kegiatan bermain sambil belajar melalui fasilitas-fasilitas yang tersedia. 4. Sub ruang terapi sosial Ruang terapi sosial merupakan ruang yang didesain untuk memfasilitasi adanya interaksi dan sosialisasi anak baik dengan teman sebayanya, terapis, shadow teacher, maupun orang tua. Ruang terapi ini memiliki proporsi ruang sebesar 15,12 % dari keseluruhan luas tapak. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sosial ini seperti plaza, pergola, dan bangku taman dimana aktivitas yang terdapat di dalamnya lebih diarahkan pada aktivitas yang bersifat pasif, seperti duduk-duduk, bercakap-cakap, atau istirahat.

110 Ruang Non Terapi Ruang non terapi merupakan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan selain terapi. Pada ruang ini terdapat welcome area yang berfungsi sebagai penerimaan. Ruang penerimaan ini terletak di bagian depan tapak, berhadapan langsung dengan jalan. Ruang penerimaan ini memiliki tingkat penggunaan yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan ruang terapi. Pada ruang ini terdapat fasilitas berupa pintu gerbang taman dengan aktivitas terbatas yaitu memasuki area taman terapi. 7.2 Rancangan Taman Terapi Taman terapi dirancang pada lahan seluas 256 m 2 dimana di dalamnya terdapat ruang terapi indoor dan ruang terapi outdoor. Ruang terapi luar (outdoor) merupakan fokus utama dalam rancangan taman terapi ini. Pada ruang terapi indoor terdapat gedung terapi yang merupakan tempat kegiatan terapi anak berkebutuhan khusus yang dilakukan di dalam ruangan. Sedangkan ruang terapi luar (outdoor) terbagi ke dalam empat ruang, yaitu ruang terapi sensorik, motorik, kognitif, dan sosial dimana pada ruang-ruang terapi ini anak berkebutuhan khusus dapat melakukan kegiatan terapi sekaligus bermain di alam terbuka. Taman terapi anak berkebutuhan khusus tersebut dapat diakses melalui satu pintu masuk yang terdapat di sebelah barat taman. Pintu masuk tersebut berupa trellis yang dirambati tanaman yang berbatasan langsung dengan jalan di luar tapak. Setelah memasuki taman, pengguna dapat mengakses ruang-ruang terapi yang ada di dalam tapak. Pengguna dapat mengakses ruang terapi sensorik yang berada di sebelah utara tapak, ruang terapi motorik yang berada di sebelah timur tapak, maupun ruang terapi kognitif dan sosial yang berada di sebelah selatan tapak. Sirkulasi di dalam taman menghubungkan semua ruang. Sirkulasi di dalam taman berupa jalan yang hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi dibuat organik dan bercabang sehingga pengguna dapat dengan bebas memilih untuk mengakses ruang-ruang di dalam taman tersebut. Gambar 41 dan 42 menyajikan gambar rancangan taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus secara keseluruhan.

111 95

112 96

113 97 Ruang terapi sensorik berada di bagian utara tapak dekat dengan pintu masuk taman. Pada ruang terapi sensorik ini pengguna yaitu anak berkebutuhan khusus dapat menstimulasi inderanya yang berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan dengan faslitas yang ada. Fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sensorik ini diantaranya adalah jalur refleksi, texture table, sensory garden, serta wind chimes yang digantung pada pergola. Gambar 43 Blow Up Ruang Terapi Sensorik Gambar 44 Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Sensorik

114 98 Jalur refleksi dirancang dengan lintasan yang berbentuk melingkar dengan susunan berupa sekuens dari batu kerikil dan balok kayu. Selain itu, jalur refleksi ini dilengkapi pula dengan pegangan atau hand rails yang memudahkan pengguna dalam menggunakan fasilitas tersebut. Lintasan jalur refleksi dibuat melingkar untuk mengoptimalkan fungsi terapi yang dapat diberikan di area yang relatif sempit. Selain jalur refleksi, pada ruang terapi sensorik ini terdapat texture table yang terletak di bawah pergola dengan bentuk melengkung mengikuti lintasan jalur refleksi dan pergola. Texture table ini merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menstimulasi indera peraba anak berkebutuhan khusus. Fasilitas ini berbentuk meja yang terbagi menjadi lima kotak dimana setiap kotaknya dapat diisi dengan beragam material yang berbeda tekstur. Letaknya yang berada di bawah naungan pergola membuat anak berkebutuhan khusus yang menggunakan fasilitas ini merasa nyaman karena terlindungi dari panas sinar matahari. Selain itu, terdapat pula wind chimes yang digantung pada pergola. Wind chimes ini dapat mengeluarkan bunyi-bunyian apabila tertiup angin sehingga dapat menstimulasi indera pendengaran anak berkebutuhan khusus. Ruang terapi sensorik ini juga dilengkapi dengan sensory garden yang tersusun dari vegetasi dengan variasi jenis, warna, tekstur, serta aroma. Sensory garden ini berfungsi untuk menstimulasi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan anak berkebutuhan khusus. Blow up dan ilustrasi perspektif dari ruang terapi sensorik dapat dilihat pada Gambar 43 dan 44. Ruang terapi motorik terdapat di bagian timur tapak berhadapan dengan ruang terapi sensorik. Pada ruang terapi motorik ini anak berkebutuhan khusus dapat menstimulasi kemampuan motorik, pergerakan, dan keseimbangannya. Pada ruang terapi ini tersedia fasilitas-fasilitas yang membantu anak berkebutuhan khusus dalam menstimulasi dan melatih kemampuan motorik kasarnya. Fasilitasfasilitas tersebut diantaranya adalah undulating grassy slope, tangga, ramp, stepping log, balok keseimbangan, serta permainan anak. Terdapat pula jembatan lengkung yang selain sebagai penghubung antar ruang juga memiliki fungsi terapi, yaitu untuk menstimulasi orientasi anak terhadap posisi juga untuk melatih keseimbangan.

115 99 Gambar 45 Blow Up Ruang Terapi Motorik Undulating grassy slope merupakan bukit berumput yang dapat digunakan untuk melatih pergerakan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat melatih pergerakan dan kemampuan otot motorik kasarnya dengan berjalan atau mendaki bukit berumput ini. Undulating grassy slope ini dibuat dengan ketinggian dan kemiringan yang telah disesuaikan dengan anak berkebutuhan khusus. Kemiringan dan ketinggiannya tidak terlalu besar namun cukup untuk memberikan tantangan bagi anak berkebutuhan khusus. Selain itu, tangga dan ramp yang terdapat di salah satu sisi undulating grassy slope dapat digunakan untuk melatih pergerakan dan kemampuan motorik anak berkebutuhan khusus. Antara tangga dan ramp terdapat perkerasan yang dilengkapi dengan arbor yang dapat berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat setelah menaiki tangga. Pada ruang terapi motorik terdapat pula stepping log dan balok keseimbangan. Stepping log terbuat dari potongan balok kayu dengan ketinggian bervariasi yang disusun memanjang dengan pola tertentu. Balok keseimbangan yang terbuat dari kayu terletak di antara stepping log. Kedua fasilitas tersebut dapat melatih kemampuan otot motorik kasar dan keseimbangan. Anak

116 100 berkebutuhan khusus dapat pula bermain sambil melatih otot motoriknya dengan alat permainan anak yang merupakan penggabungan antara tangga horizontal dan panjatan tali (rope). Blow up dan ilustrasi perspektif dari ruang terapi motorik dapat dilihat pada Gambar 45 dan 46. Gambar 46 Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Motorik Ruang terapi berikutnya dalah ruang terapi kognitif dan ruang terapi sosial. Kedua ruang terapi ini terletak di bagian selatan tapak.. Pada ruang terapi kognitif terdapat outdoor stage dan planter box sedangkan pada ruang terapi sosial terdapat tempat duduk dan plaza dengan motif kupu-kupu yang dilengkapi dengan pergola sebagai penaung. Blow up dari ruang terapi kognitif dan sosial dapat dilihat pada Gambar 47 berikut. Gambar 47 Blow Up Ruang Terapi Kognitif dan Sosial

117 101 Outdoor stage merupakan fasilitas yang dirancang sebagai tempat untuk berkumpul atau belajar bersama di luar ruangan. Outdoor stage dirancang bertingkat dan berbentuk menyerupai lingkaran terpotong. Di bagian belakang outdoor stage terdapat trellis yang dirambati tanaman Mandevillae sp. sebagai latar belakang (background). Pada ruang terapi kognitif terdapat pula planter box yang dapat digunakan sebagai tempat untuk menanam atau melakukan kegiatan hortikultur. Ilustrasi perspektif dari ruang terapi kognitif dapat dilihat pada Gambar 48 berikut. Gambar 48 Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Kognitif Pada ruang terapi sosial terdapat fasilitas berupa bangku taman yang terletak di pinggir plaza yang bermotif kupu-kupu. Bangku taman ini dilengkapi dengan pergola sebagai penaung untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna. Plaza dengan motif kupu-kupu terletak di tengah. Motif kupu-kupu pada plaza terbuat dari batu-batuan dengan warna yang disusun membentuk motif kupukupu. Pola kupu-kupu tersebut dapat memberikan nilai terapi yakni menstimulasi indera penglihatan anak berkebutuhan khusus. Ilustrasi perspektif dari ruang terapi kognitif dapat dilihat pada Gambar 49 berikut. Gambar 49 Ilustrasi Perspektif Ruang Terapi Sosial

118 102 Taman terapi bagi anak-anak berkebutuhuan khusus di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 50 berikut. Pada gambar tersebut terlihat pagar dibuat mengelilingi taman terapi yang berfungsi sebagai pembatas dan melindungi pengguna terutama anak-anak dari gangguan aktivitas yang berasal dari luar tapak. Gambar 50 Ilustrasi Perspektif Keseluruhan Selain ilustrasi perspektif taman terapi secara keseluruhan, beberapa gambar potongan pada taman dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. Gambar 51 Potongan A-A

119 103 Gambar 52 Potongan B-B Gambar 53 Potongan C-C

120 104 Gambar 54 Potongan D-D Rancangan Sirkulasi Sirkulasi di dalam tapak merupakan sirkulasi yang hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi tersebut menghubungkan setiap ruang yang terdapat di dalam tapak. Pola sirkulasi berbentuk organik dengan garis lengkung dengan ukuran yang bervariasi, yaitu 1 m 1,2 m. Jalur sirkulasi terbuat dari material berupa perkerasan (concrete), kayu, dan batu kerikil. Selain itu pada jalur sirkulasi tersebut akan dibentuk motif kupu-kupu sesuai dengan konsep taman terapi. Kombinasi material dan motif kupu-kupu tersebut selain memberikan penampakan visual yang baik juga memiliki nilai terapi yang dapat dimanfaatkan. Gambar 55 Referensi Motif Kupu-Kupu pada Jalur Sirkulasi (Sumber: Google, 2010)

121 Rancangan Vegetasi Vegetasi yang direncanakan pada tapak terdiri dari vegetasi terapi dan vegetasi non terapi. Vegetasi terapi merupakan vegetasi yang dapat berfungsi atau memiliki nilai terapeutik berupa tekstur, warna, dan aroma yang dapat menstimulasi indera anak. Sedangkan vegetasi non terapi terdiri dari vegetasi estetis dan vegetasi penyangga. Vegetasi estetis merupakan vegetasi yang digunakan untuk memberi nilai estetika pada tapak. Sedangkan vegetasi penyangga merupakan vegetasi yang berfungsi untuk melindungi aktivitas dari gangguan luar dan memberikan kenyamanan pada pengguna tapak. Vegetasi penyangga ini terdiri dari vegetasi pembatas dan vegetasi peneduh. Vegetasi yang direncanakan pada tapak terdiri dari pohon, perdu, semak, dan groundcover Vegetasi Zona Terapi Pada zona terapi ini vegetasi lebih diarahkan kepada vegetasi yang dapat memberikan fungsi terapi, yaitu vegetasi yang memiliki nilai terapeutik berupa tekstur, warna, dan aroma yang dapat menstimulasi indera anak. Jenis vegetasi terapi dan nilai terapeutik yang dapat dimanfaatkan dapat dilihat pada Tabel 13. Vegetasi yang digunakan pada zona terapi ini terdiri dari vegetasi dari strata groundcover, semak, dan perdu. Secara fisik, vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi dengan penampakan menarik, memiliki bunga atau daun dengan variasi bentuk; warna; dan tekstur, beraroma, tidak berduri atau bergetah. Jenis vegetasi yang digunakan diantaranya adalah melati (Jasminum sambac), kacapiring (Gardenia jasminoides), pandan (Pandanus amaryllifolius), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), irish (Neomarica longifolia), dan lain-lain. Pada zona terapi ini terdapat pula vegetasi non terapi, yaitu vegetasi peneduh, vegetasi pembatas, dan vegetasi estetis yang berfungsi untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna tapak dan memberi nilai estetika pada tapak. Vegetasi peneduh yang digunakan berupa pohon, dengan jenis pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia blakeana) yang memiliki ketinggian sekitar 6 m dan memiliki lebar tajuk yang dapat mencapai 6 m pula. Sedangkan vegetasi estetis dan pembatas yang digunakan merupakan tanaman berbunga seperti pohon kamboja (Plumeria

122 106 rubra). Jenis-jenis vegetasi baik vegetasi terapi maupun vegetasi non terapi yang direncanakan di dalam tapak dapat dilihat pada Tabel 13. Gambar 56 Jenis Vegetasi yang Digunakan pada Ruang Terapi (Sumber: Google, 2010) Tabel 13. Vegetasi Terapi dan Nilai Terapeutik yang Dapat Dimanfaatkan Terapi Jenis No. Nama Lokal Nama Latin Tekstur Warna Aroma Groundcover 1 Kacang-kacangan Arachis pintoii Axonopus compressuss 2 Rumput gajah mini dwarf 3 Taiwan beauty Cuphea hyssopifolia 4 Iris Neomarica longifolia 5 Anggrek tanah Spathoglotis plicata 6 Bawang brojol Zephyranthes sp. Semak 7 Kacapiring Gardenia jasminoides 8 Soka Ixora sp. 9 Melati Jasminum sambac 10 Pentas Pentas lanceolata 11 Pandan Pandanus amaryllifolius 12 Walisongo Schefflera sp. Tanaman 13 Mandevilla Mandevillae sp. Rambat 14 Sirih Piper betle 15 Ceguk Quisqualis indica

123 Vegetasi Zona Non Terapi Pada zona non terapi ini vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi estetis yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas estetika tapak. Vegetasi estetis yang digunakan pada zona ini berupa tanaman merambat berbunga yaitu alamanda (Alamanda cathartica) yang dirambatkan pada trellis dipintu masuk taman. Selain untuk meningkatkan kualitas estetika tapak, vegetasi ini juga berfungsi sebagai penarik pengguna untuk mengunjungi taman. Gambar 57 Jenis Vegetasi yang Digunakan pada Ruang Non Terapi (Sumber: Google, 2010) Tabel 14. Vegetasi yang Direncanakan pada Tapak Fungsi Jenis No Nama Lokal Nama Latin Terapi Peneduh Pembatas Estetik Grounccover 1 Kacang-kacangan Arachis pintoii 2 Rumput gajah mini Axonopus compressus dwarf 3 Lili paris Chlorophytum sp. 4 Ctenante Ctenanthe oppenheimiana 5 Taiwan beauty Cuphea hyssopifolia 6 Iris Neomarica longifolia 7 Kucai mini Ophiopoghon sp. 8 Anggrek tanah Spathoglotis plicata 9 Bawang brojol Zephyranthes sp. Semak 10 Kacapiring Gardenia jasminoides 11 Soka Ixora sp. 12 Melati Jasminum sambac 13 Pentas Pentas lanceolata 14 Pandan Pandanus amaryllifolius 15 Walisongo Schefflera sp.

124 108 Tabel 14. (lanjutan) Fungsi Jenis No Nama Lokal Nama Latin Terapi Peneduh Pembatas Estetik Pohon 16 Bunga kupu-kupu Bauhinia blakeana 17 Kamboja Plumeria rubra Tanaman 18 Alamanda Alamanda cathartica Rambat 19 Mandevilla Mandevillae sp. 20 Sirih Piper betle 21 Ceguk Quisqualis indica Berikut ini adalah gambar rencana penanaman (planting plan) serta detail penanaman pohon dan ground cover pada taman terapi yang disajikan pada Gambar 58, 59, dan 60. Gambar 58 Detail Penanaman Pohon Gambar 59 Detail Penanaman Ground Cover

125 109 60

126 Rancangan Fasilitas Untuk menunjang seluruh aktivitas yang direncanakan, pada taman dirancang fasilitas-fasiitas yang dapat mengakomodasi kegiatan dan memberikan kenyamanan bagi pengguna. Berikut ini adalah fasilitas-fasilitas yang direncanakan dan dirancang pada taman terapi tersebut yang digambarkan dalan hardscape plan yang disajikan pada Gambar 61.

127 111

128 112 Fasilitas yang direncanakan pada tapak merupakan fasilitas yang dapat mengakomodasi seluruh aktivitas yang direncanakan pada tapak dan dapat memberikan kenyamanan pada pengguna. Spesifiksi dari fasilitas-fasilitas yang direncanakan terdapat di dalam tapak akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pintu Gerbang Pintu gerbang taman terletak di bagian depan tapak, yakni di sebelah barat dan berbatasan langsung dengan jalan yang merupakan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Pintu gerbang berhubungan langsung dengan jalur sirkulasi dalam taman berupa perkerasan yang menghubungkan setiap ruang dalam taman. Pintu gerbang taman memiliki lebar 2 m dengan tinggi 2,5 m. Pintu gerbang tersebut berbentuk trellis dengan bagian atas melengkung dan terbuat dari material berupa besi. Detail pintu gerbang dapat dilihat pada Gambar 62. Gambar 62 Detail Pintu Gerbang 2. Pagar Pagar terletak mengelilingi ketiga sisi tapak. Pagar terbuat dari material kayu dengan ketinggian 1,7 m. Panel kayu sepanjang 3m dihubungkan dengan balok kayu 10 cm x 10 cm dengan ketinggian 1,8 m. Fasilitas pagar ini berfungsi sebagai pembatas (barier) yang membatasi pandangan dan kebisingan dari luar tapak ke dalam tapak. Selain berfugsi sebagai pembatas, pagar ini berfungsi untuk memberikan kemanan bagi pengguna tapak

129 113 terutama anak-anak berkebutuhan khusus. Detail pagar dapat dilihat pada Gambar 63. Gambar 63 Detail Pagar 3. Jalur Refleksi Jalur refleksi merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di ruang terapi sensorik. Jalur refleksi ini memiliki lebar 1 m dengan lintasan berbentuk setengah lingkaran sepanjang + 8,5 m. Gambar 64 Detail Jalur Refleksi

130 114 Jalur refleksi ini disusun dari material berupa kombinasi batu dan kayu yang dapat menstimulasi indera peraba anak dan berfungsi untuk memperlancar peredaran darah. Lintasan jalur refleksi tersusun dari sekuens batu kerikil dan balok kayu. Selain itu, di pinggir jalur refleksi terdapat pegangan atau hand rails untuk memudahkan pengguna menggunakan jalur refleksi tersebut. Detail jalur refleksi dapat dilihat pada Gambar Jalur Sirkulasi (Pathway) Jalur sirkulasi pada taman memiliki lebar 1 m hingga 1,2 m dan terbuat kombinasi material berupa batu tempel, kayu, concrete, dan batu kerikil. Penggunaan material batu tempel paling dominan pada jalur sirkulasi. Detail jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 65. Gambar 65 Detail Jalur Sirkulasi 5. Pergola Pergola merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengakomodasi aktivitas yang cenderung bersifat pasif seperti duduk-duduk. Pada taman terapi ini, pergola terdapat di ruang terapi sensorik dan ruang terapi sosial. Pergola tersebut merupakan fasilitas pendukung yang berfungsi untuk memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi pengguna. Pergola terbuat dari material kayu dengan ketinggian 2 m pada ruang terapi sensorik (pergola 1) dan 2,4 m pada ruang terapi sosial (pergola 2). Detail pergola dapat dilihat pada Gambar 66.

131 115 Gambar 66 Detail Pergola 6. Texture Table Texture table merupakan fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sensorik. Fasilitas ini berupa meja yang terbuat dari perkerasan dengan tinggi 0,8 m. Gambar 67 Detail Texture Table Meja tersebut terbagi menjadi lima kotak dimana pada setiap kotak diisi dengan bahan-bahan atau material yang dapat menstimulasi indera peraba

132 116 anak. Bahan-bahan yang dapat diisikan pada texture table ini contohnya adalah batu-batuan, biji-bijian, dan lain-lain. Detail texture table dapat dilihat pada Gambar Undulating Grassy Slope Undulating grassy slope merupakan fasilitas yang terdapat pada ruang terapi motorik. Fasilitas ini berupa bukit berumput dengan ketinggian 0,6 m yang melandai. Bukit berumput ini terletak pada salah satu sudut tapak yang dibatasi dengan tangga, arbor, dan ramp. Detail undulating grassy slope dapat dilihat pada Gambar 68. Gambar 68 Detail Undulating Grassy Slope 8. Arbor Arbor merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada ruang terapi motorik, tepatnya terletak di puncak bukit berumput. Arbor memiliki ketinggian 2,3 m dengan bagian atap berbentuk kubah berdiameter 2 m. Arbor terbuat dari material berupa besi. Tiang penyangga besi berdiameter 5 cm terdapat pada empat sisi arbor. Tiang tersebut ditanam pada pondasi berukuran 10 cm x 10 cm dengan ketinggian 30 cm. Bagian kubah juga terbuat dari besi dengan diameter 3 cm. Detail arbor dapat dilihat pada Gambar 69.

133 117 Gambar 69 Detail Arbor 9. Tangga dan Ramp Tangga dan ramp merupakan fasilitas yang terdapat pada ruang terapi motorik. Fasilitas ini terletak pada salah satu sisi bukit berumput dan terletak berdekatan dengan arbor. Tangga terbuat dari material berupa perkerasan yang dilapisi dengan kayu. Terdapat enam anak tangga dengan bentuk melingkar dengan ketinggian setiap anak tangga 10 cm dengan lebar landasan + 30 cm. Ramp sepanjang 3,5 m dengan ketinggian 0,6 m terbuat dari concrete dengan lapisan batu kerikil di atasnya. Detail tangga dan ramp dapat dilihat pada Gambar 70. Gambar 70 Detail Tangga dan Ramp

134 Jembatan Lengkung Jembatan merupakan fasilitas yang terdapat di ruang terapi motorik, tepatnya terletak di atas sebuah kolam. Jembatan ini memiliki lebar 0,8 m dan panjang 2 m dan terbuat dari material berupa kayu. Bentuk jembatan yang melengkung akan menstimulasi kemampuan perspektif anak terhadap posisi, keseimbangan, dan kemampuan geraknya. Detail jembatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 71. Gambar 71 Detail Jembatan Lengkung 11. Kolam Kolam merupakan salah satu fasilitas yang berfungsi sebagai sensory garden. Kolam tersebut berbentuk alami atau organik dengan luas + 4 m 2. Pinggiran kolam tersusun dari batu-batuan dengan ukuran yang bervariasi dan memiliki kedalaman 30 cm. Detail kolam dapat dilihat pada Gambar 72. Gambar 72 Detail Kolam

135 Stepping Log dan Balok Keseimbangan Stepping log dan balok keseimbangan merupakan fasilitas yang terdapat pada ruang terapi motorik. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas permainan anak yang dapat memberikan nilai dan fungsi-fungsi terapi, yaitu melatih kemampuan motorik, gerak dan otot, serat keseimbangan. Stepping log terbuat dari material berupa potongan balok-balok kayu dengan lebar dan ketinggian yang bervariasi dan disusun memanjang dengan pola tertentu. Lebar dan ketinggian balok-balok kayu tersebut yaitu 20 cm, 30 cm, 40 cm, dan 50 cm. Balok keseimbangan terbuat dari kayu dan terletak di antara stepping log dengan ketinggian 20 cm di atas permukaan tanah. Balok keseimbangan dilengkapi dengan tali pegangan yang dikaitkan pada tiang penyangga setinggi 1,2 m. Detail stepping log dan balok keseimbangan dapat dilihat pada Gambar 73. Gambar 73 Detail Stepping Log dan Balok Keseimbangan 13. Alat Permainan (Play Equipment) Fasilitas ini merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada ruang terapi motorik yang berfungsi untuk mengakomodasi kegiatan bermain anak. Fasilitas permainan ini terbuat dari material kayu dan merupakan gabungan antara tangga, tangga horizontal, dan panjatan tali. Detail alat permainan anak dapat dilihat pada Gambar 74.

136 120 Gambar 74 Detail Alat Permainan (Play Equipment) 14. Outdoor Stage Outdoor stage merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada ruang terapi kognitif yang berfungsi sebagai tempat belajar atau berkumpul bersama di luar ruangan. Outdoor stage ini berbentuk lingkaran terpotong dengan jarijari 1,5 m dan terbuat dari concrete yang difinishing dengan menggunakan keramik. Detail outdoor stage dapat dilihat pada Gambar 75. Gambar 75 Detail Outdoor Stage 15. Plaza Kupu-Kupu Plaza kupu-kupu merupakan salah satu fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sosial. Plaza ini berbentuk lingkaran dengan diameter 4 m dan terbuat

137 121 dari concrete dimana pada plaza tersebut terdapat motif kupu-kupu yang tersusun dari batu-batuan. Detail plaza dapat dilihat pada Gambar 76. Gambar 76 Detail Plaza 16. Bangku Taman Bangku taman juga merupakan fasilitas yang terdapat pada ruang terapi sosial. Gambar 77 Detail Bangku Taman Fasilitas ini direncanakan untuk mengakomodasi aktivitas yang bersifat pasif seperti duduk-duduk, istirahat, dan mengobrol atau bercakap-cakap. Bangku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor dan unsur penunjang atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VII PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1 Site Plan Taman Terapi Berdasarkan konsep tata ruang yang dibuat, ruang pada tapak dibagi ke dalam dua ruang, yaitu ruang terapi dan ruang non terapi. Ruang terapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:  dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala. 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Penelitian ini dilakukan di Taman Cilaki Atas (TCA), Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa :Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. (http://repository.usu.ac.id, diakses 27

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011). 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A34204047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10

Proses Desain (1) 10/18/2016. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) (ARL 200) PRAKTIKUM MINGGU 10 MK. DASAR DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM... i ii iv v viii xiv xix xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006)

Perencanaan DESAIN/PERANCANGAN 16/09/2015. Proses perencanaan (Simonds & Starke, 2006) Perencanaan MK. DASAR-DASAR ARSITEKTUR LANSKAP (ARL 200) Perencanaan merupakan suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan kondisi yang diharapkan dari suatu tapak serta cara untuk mencapai kondisi

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK

STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK STUDI EVALUASI TAMAN KOTA SEBAGAI TAMAN TERAPEUTIK (Studi Kasus: Taman Cilaki Atas, Kota Bandung) AZI MUHAMAD ALIF HIDAYAH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

XIANG SHAN MEDITATION CENTER (HEALING ARCHITECTURE) ANTON HERMAN

XIANG SHAN MEDITATION CENTER (HEALING ARCHITECTURE) ANTON HERMAN XIANG SHAN MEDITATION CENTER (HEALING ARCHITECTURE) LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN BAB V KONSEP RANCANGAN 5.1 Ide Awal Pertimbangan awal saat hendak merancang proyek ini adalah : Bangunan ini mewadahi keegiatan/aktivitas anak yang bias merangsang sensorik dan motorik anak sehingga direpresentasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK Tujuan: Memahami dasar pemikiran merencana

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Marsh (2005) perencanaan lanskap perkotaan merupakan cakupan besar yang fokus terhadap seluruh area metropolitan. Kebanyakan aktivitas dalam merencana

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A44050670 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR GALERI & SANGGAR KREATIFITAS SENI ANAK RUANG EKSPLORATIF MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR

TUGAS AKHIR GALERI & SANGGAR KREATIFITAS SENI ANAK RUANG EKSPLORATIF MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR TUGAS AKHIR GALERI & SANGGAR KREATIFITAS SENI ANAK RUANG EKSPLORATIF DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR Disusun oleh : PAHALA BUDIMAN 41207010028

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

MEDICAL SPA (DESTINATION SPA)

MEDICAL SPA (DESTINATION SPA) MEDICAL SPA (DESTINATION SPA) LAPORAN TUGAS AKHIR DESAIN INTERIOR / DI 40Z0 SEMESTER II TAHUN 2006-2007 SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA DARI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Oleh : Sita Fitriana

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum Subdivisi Arsitektur Lanskap Redinuka Ashil Karamah Sempervivum tectorum Review: Love Your Garden Season 6 Episode 2 TUJUAN Mempelajari perancangan taman Mempelajari konsep taman dengan salah satu gaya/tema

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABLE i ii iii iv v vi vii viii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan harapan bagi setiap orang tua agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap orang tua berharap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana kesehatan memiliki pengertian sebagai suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Lanskap berdasarkan Simonds (1983) merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana suatu lanskap dikatakan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II 2.1 Desain TINJAUAN PUSTAKA Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA-KOTA PANTAI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA PADANG, DENPASAR, DAN MAKASSAR) IAN PRANITA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011 Disusun Oleh: Nama: Jessica Novita

Lebih terperinci