TINJAUAN PUSTAKA. Bambu secara botanis digolongkan pada famili Gramineae (rumputrumputan)
|
|
- Vera Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Bambu Bambu secara botanis digolongkan pada famili Gramineae (rumputrumputan) yang terbagi atas lima suku, yaitu Dendrocalaminae, Melocanninae, Bambusinae, Arundinaiinae dan Puellinae, yang tersebar mulai dari daerah tropik sampai subtropik dan daerah beriklim sedang di dataran rendah sampai tinggi (Berlian dan Rahayu, 1995). Sastrapradja et al. (1980) menambahkan bahwa tempat-tempat yang terbuka dan bebas dari genangan air menjadi habitat tumbuh yang baik, seperti lereng gunung dan tebing sungai. Di dunia, terdapat lebih dari 1200 spesies bambu dan mayoritas terdapat di Asia (Lopez dan Shanley, 2004). Sedangkan di Indonesia sendiri Supriadi (2001) dalam Jasni dan Sulastiningsih (2005) terdapat 125 spesies, 39 spesies diantaranya sudah teridentifikasi dan 11 spesies tergolong komersial. Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan bambu, adapun jenis bambu tersebut antara lain : Bambu tali [Gigantochloa apus (Bl. ex. Schult f.) Kurz] Jenis bambu ini umumnya mempunyai rumpun rapat dan umumnya tumbuh di dataran rendah tetapi dapat juga tumbuh dengan baik di pegunungan hingga ketinggian mdpl (Sastrapradja et al., 1980). Bambu tali merupakan bambu yang amat liat dengan jarak ruas sampai 65 cm dengan garis tengah mm, serta panjang batang yang dapat dimanfaatkan antara 6 dan 13 m (McClure, 1972). Berlian dan Rahayu (1995) juga menyatakan bahwa tinggi bambu tali dapat mencapai 20 m dengan warna
2 batang hijau cerah sampai kekuning-kuningan. Diameter batang 2,5 15 cm, tebal dinding 3 15 mm, dan panjang ruasnya cm. Bentuk batang bambu tali sangat teratur. Pada buku-bukunya terdapat tonjolan agak kuning dengan miang berwarna cokelat kehitam-hitaman. Pelepah batangnya tidak mudah lepas meskipun umur batang sudah tua. Bambu tali berbatang kuat, liat dan lurus. Gambar 1. Bambu tali [Gigantochloa apus (Bl. ex. Schult f.) Kurz] Nilai sifat fisis dan mekanis bambu tali (Tabel 1) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginoga (1977) dalam Krisdianto et al. (2007) menunjukkan bahwa bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan polimer. Tabel 1. Sifat fisis dan mekanis bambu tali No Sifat Bambu tali Keteguhan lentur statik a. Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2 ) b. Tegangan pada batas patah (kg/cm 2 ) c. Keteguhan lentur (kg/cm 2 ) d. Usaha pada batas proporsi (kg/dm 3 ) e. Usaha pada batas patah (kg/dm 3 ) Keteguhan tekan sejajar serat (tegangan maksimum, (kg/cm 2 ) Keteguhan geser (kg/cm 2 ) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm 2 ) Keteguhan belah (kg/cm 2 ) Berat jenis a. Pada saat pengujian b. Pada saat kering tanur Kadar air (%) a. Pada saat pengujian b. Pada saat kering tanur Keteguhan pukul a. Pada bagian dalam (kg/dm 3 ) b. Arah tangensial (kg/dm 3 ) c. Pada bagian luar (kg/dm 3 ) Sumber : Ginoga (1997) dalam Krisdianto et al. (2007) ,1 x ,8 3, ,5 28,3 58,2 0,69 0,58 19,11 16,42 45,1 31,9 31,5
3 Bambu hitam [Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro] Jenis bambu ini disebut bambu hitam disebabkan batangnya yang tampak hijau kehitam-hitaman atau ungu tua. Bambu ini tersebar di Jawa dan hidup pada ketinggian antara 0 dan 650 mdpl, pada tempat yang terbuka dan beriklim kering yang cukup air (Sastrapradja et al., 1980). Bambu hitam memiliki jarak ruas panjang seperti pada bambu tali, akan tetapi tebalnya sampai dengan 20 mm dan getas. Bambu hitam batangnya bergaris kuning muda. Garis tengah bambu ini berkisar antara 40 dan 100 mm dengan panjang batang yang dapat dimanfaatkan sekitar 7 sampai 18 m (Farrelly, 1996). Berlian dan Rahayu (1995) melanjutkan bahwa rumpun bambu hitam agak jarang. Buluhnya tegak dengan tinggi 20 m dan panjang ruas-ruasnya cm. Pelepah batang selalu ditutupi miang yang berwarna cokelat tua. Kuping pelepah berbentuk bulat kecil dan mudah gugur. Bambu hitam dalam keadaan basah kulitnya tidak begitu keras, tetapi setelah kering sangat keras dan warnanya menjadi hitam kecoklatan. Daya lenturnya kurang sehingga mudah pecah dan putus. Gambar 2. Bambu hitam [Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro]
4 Nilai sifat fisis dan mekanis bambu hitam (Tabel 2) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginoga (1977) dalam Krisdianto et al. (2007) menunjukkan bahwa bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan polimer. Tabel 2. Sifat fisis dan mekanis bambu hitam No Sifat Bambu tali Keteguhan lentur statik a. Tegangan pada batas proporsi (kg/cm 2 ) b. Tegangan pada batas patah (kg/cm 2 ) c. Keteguhan lentur (kg/cm 2 ) d. Usaha pada batas proporsi (kg/dm 3 ) e. Usaha pada batas patah (kg/dm 3 ) Keteguhan tekan sejajar serat (tegangan maksimum, (kg/cm 2 ) Keteguhan geser (kg/cm 2 ) Keteguhan tarik tegak lurus serat (kg/cm 2 ) Keteguhan belah (kg/cm 2 ) Berat jenis a. Pada saat pengujian b. Pada saat kering tanur Kadar air (%) a. Pada saat pengujian b. Pada saat kering tanur Keteguhan pukul a. Pada bagian dalam (kg/dm 3 ) b. Arah tangensial (kg/dm 3 ) c. Pada bagian luar (kg/dm 3 ) Sumber : Ginoga (1997) dalam Krisdianto et al. (2007) ,9 x ,2 3, ,4 28,7 41,4 0,83 0, ,53 31,76 17,23 Bambu betung [Dendrocalamus asper (Schulf f.) Becker ex Heyne] Jenis bambu ini mempunyai rumpun yang agak rapat. Buku-bukunya sering mempunyai akar pendek dan menggerombol. Cabang-cabang yang bercabang hanya terdapat di buku-buku bagian atas. Cabang primer ini lebih besar dari cabang lain, dan sering dominan (Sastrapradja et al. 1980). Berlian dan Rahayu (1995) menambahkan bahwa bambu betung mempunyai warna batang hijau kekuning kuningan. Jenis bambu ini dapat dijumpai di dataran rendah sampai ketinggian 2000 mdpl. Bambu ini akan tumbuh baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering dan memiliki sifat yang keras (Berlian dan
5 Rahayu, 1995). Sastrapradja et al. (1980) menegaskan bahwa derajat pertumbuhan bambu ini sangat lambat. Bambu ini merupakan bambu yang amat kuat tetapi dengan dindingnya yang tebal membuat bambu betung tidak begitu liat. Garis tengah bambu betung berkisar antara 80 dan 130 mm, panjang batang m (Widjaja, 2001). Berlian dan Rahayu (1995) melanjutkan bahwa bambu betung mempunyai rumpun yang agak rapat. Ukurannya lebih besar dan tinggi daripada jenis bambu lainnya. Tinggi batang mencapai 20 m dan ruas bambu betung cukup panjang dan tebal, panjangnya antara 40 dan 60 cm dan ketebalan dindingnya berkisar 1 sampai 1,5 cm. Pelepah batang bambu betung panjangnya sekitar 20 sampai 55 cm, sempit dan melipat ke bawah. Gambar 3. Bambu betung [Dendrocalamus asper (Schulf f.) Becker ex Heyne] Nilai sifat fisis dan mekanis bambu betung (Tabel 3) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hadjib dan Karnasudradja (1986) dalam Krisdianto et al. (2007) menunjukkan bahwa bambu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan polimer.
6 Tabel 3. Sifat fisis dan mekanis bambu betung No Sifat Bambu tali Keteguhan lentur maksimum (kg/cm 2 ) Keteguhan tekan sejajar serat (tegangan maksimum, (kg/cm 2 ) Keteguhan lentur (kg/cm 2 ) Berat jenis Sumber : Hadjib dan Karnasudradja (1986) dalam Krisdianto et al. (2007) 342,47 416, ,68 Polimer Polimer adalah makromolekul yang diperoleh melalui reaksi kimia molekuler kecil yang disebut monomer dan terbentuk dari beberapa ikatan yang membentuk ikatan kovalen (Ulrich, 1993), dan merupakan objek kajian yang rumit serta berstuktur kompleks (Hartomo, et al., 1992). Hartomo et al. (1992) mengelompokkan polimer berdasarkan : 1. Struktur, terdiri atas polimer yang merupakan molekul individual, bercabang, dan polimer linier dengan gugus acak atau terarah tertentu. 2. Keadaan fisik, terdiri atas yang kristal dan nirtata (disordered) yang sifatnya getas, mudah meleleh atau elastis. 3. Reaksinya terhadap lingkungan, terbagi atas termoplastik dan dan termoset. 4. Susunan kimia, terbagi atas eter, ester, hidroksil, vinil dan sebagainya. 5. Pemakaiannya polimer terbagi atas perekat, serat, karet, plastik, pelapis dan sebagainya. Banyak polimer yang dapat berfungsi lebih daripada kelompok tersebut. Dalam mempergunakan polimer untuk suatu keperluan, termasuk perekat, beberapa sifat berbahaya yang harus diperhitungkan, disamping pertimbangan ekonomis dan desainnya. Hal-hal tersebut antara lain sifat pengerjaan, kekerasan, kerapatan, sifat mekanis, sifat termal, sifat listrik serta tahan terhadap sifat kimia (asam, basa, pelarut, minyak dan lemak) (Hartomo et al., 1992).
7 Plastik Bahan pembuat plastik berasal dari minyak dan gas sebagai sumber alami (Nurminah, 2002). Sasse et al. (1995) menjelaskan bahwa plastik adalah polimer rantai panjang atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk unit molekul berulang atau monomer. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama dalam suatu pola acak, maka akan membentuk amorf, dan jika teratur hampir sejajar maka disebut dengan kristalin yang bersifat lebih keras (Nurminah, 2002). Sumule dan Untung (1994) menambahkan di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang disebut bahan aditif dengan bobot molekul yang rendah. Berdasarkan sifat kimia yang dimiliki, plastik dapat diklasifikasikan atas plastik yang bersifat termoset dan termoplastik. Plastik termoset adalah plastik yang tidak dapat dibentuk kembali oleh panas setelah dibuat menjadi suatu produk akhir (tidak dapat kembali ke bentuk semula), karena plastik ini dibuat melalui proses crosslinking polymers, sedangkan plastik termoplastik adalah bahan plastik yang dapat dibentuk kembali bila dipanaskan (Sasse et al., 1995). Azizah (2004) mengutarakan bahwa terdapat perbedaan antara plastik termoplastik dan termoset. Perbedaan tersebut disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan sifat plastik termoplastik dan termoset Plastik termoplastik Plastik termoset Mudah diregangkan Keras Fleksibel Tidak fleksibel Melunak jika dipanaskan Mengeras jika dipanaskan Titik leleh rendah Tidak meleleh jika dipanaskan Dapat dibentuk ulang Tidak dapat dibentuk ulang Pada penelitian ini matriks yang digunakan adalah plastik daur ulang, adapun jenis plastik tersebut antara lain :
8 Polipropilena daur ulang Polipropilena merupakan polimer yang kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983), namun Klyosov (2007) menambahkan bahwa polipropilena sifat pengerjaannya, seperti pemakuan dan pengikatan sekrupnya sulit untuk dilakukan. Polipropilena diperoleh dengan proses tekanan rendah, menggunakan Ziegler-Natta bahan katalis (aluminium alkil dan titanium halide). Biasanya 90% atau lebih banyak polimer berbentuk isotaktik (Ulrich, 1993). Gambar 4. Polipropilena daur ulang Syarief et al. (1989) menyatakan bahwa karakteristik polipropilena yaitu: Tabel 5. Karakteristik polipropilena Deskripsi Densitas pada suhu 20 0 C (g/cm 3 ) Suhu melunak ( 0 C) Titik lebur ( 0 C) Kristalinitas (%) Indeks fluiditas Keteguhan lentur (kg/cm 2 ) Tahanan volumetrik (Ohm/cm 2 ) Konstanta dielektrik ( cycles) Permeabilitas gas-nitrogen Oksigen Gas karbon Uap air Polipropilena 0, ,2-2,5 1,1 x ,3 x ,3 4,4 2,
9 Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Panjaitan (2010), Danil (2010) dan Gultom (2010). Produk papan polimer yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu lebih kurang 200 C. Menurut Amstead et al. (1993), polipropilena dapat dibentuk dengan berbagai teknik termoplastik. Filamen tunggal polipropilena dianyam menjadi tali atau tambang, jala dan tekstil. Polipropilena memiliki monomer yang agak panjang, terlihat seperti Gambar 5. CH 3 CH 3 CH 3 C CH 2 C CH 2 C H H H Gambar 5. Rumus bangun polipropilena (PP) Polietilena daur ulang Polietilena (PE) merupakan plastik dengan volume terbesar di dunia dan polimer yang bersifat semikristalin (Klyosov, 2007). Polietilena dibuat dengan polimerisasi gas etilena, yang dapat diperoleh dengan menambahkan gas hidrogen petrolium pada pemecahan minyak (nafta), gas alam atau asetilen (Sudira dan Saito, 1995). Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih mempunyai titik leleh bervariasi antara C sampai C. Umumnya
10 polietilena bersifat resisten terhadap zat kimia. Pada suhu kamar polietilena tidak larut dalam pelarut organik dan anorganik. Polietilena dapat teroksidasi di udara pada temperatur tinggi dengan sinar ultraviolet. Struktur rantai polietilena dapat linear, bercabang atau berikatan silang (Bilmeyer, 1994). Gambar 6. Polietilena daur ulang Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polietilena sebagai substitusi perekat termoset telah dilakukan oleh Lubis et al. (2009). Massijaya, et al. (2000) menyatakan bahwa papan komposit bermatriks polietilena, menghasilkan papan dengan sifat yang secara umum lebih baik dari papan komposit berbahan baku polipropilena. Klyosov (2007) menegaskan bahwa polietilena merupakan polimer yang halus, sehingga sifat pengerjaan seperti pemakuan, kuat pegang sekrup, pemotongan dan penggergajiannya lebih mudah dilakukan. Polietilena mempunyai monomer yang sangat pendek dan sederhana yang dibentuk dengan teknik termoplastik (Azizah, 2004), seperti pada Gambar 7. H H CH 2 = CH 2 C C H H Gambar 7. Rumus bangun polietilena (PE)
11 Secara kimia polietilena sangat lembab. Polimer ini tidak larut dalam pelarut apapun pada suhu kamar, tetapi menggembung oleh hidrokarbon dan tetraklorometana (karbon tetra klorida). Polietilena tahan terhadap asam basa, tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat. Polietilena tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen (Cowd, 1991). Massijaya, et al. (2000) menjelaskan sifat-sifat umum polietilena, yaitu: 1. Penampakannya bervariasi dan transparan, berminyak sampai keruh tergantung dari cara pembuatannya 2. mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik 3. daya rentang tinggi tanpa sobek 4. mudah dikelim panas sehingga banyak digunakan untuk laminasi dengan bahan lain dan meleleh pada suhu C 5. tahan terhadap basa, alkohol deterjen dan bahan kimia lainnya 6. dapat digunakan untuk penyimpanan beku sampai dengan C 7. mudah lengket satu sama lain, sehingga menyulitkan dalam proses laminasi 8. dapat dicetak dengan mengoksidasikan permukaannya dengan proses elektronik 9. memiliki sifat yang kedap air dan uap air. Bahan Baku Papan Komposit Polimer Tiga kategori bahan utama untuk produksi papan komposit menurut Walker (1993), yaitu : 1. Sisa pengambilan kayu, penjarangan dan jenis tidak komersil 2. sisa industri seperti serbuk gergaji, pasahan dan potongan-potongan kayu 3. bahan berlignoselulosa non kayu seperti rami, ampas tebu (bagase), bambu.
12 Ukuran partikel sangat berpengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis suatu papan komposit. Dimana semakin kecil ukuran partikel (semakin halus) maka akan semakin mudah lumer pada suhu tinggi dan menyebabkan lignin yang ada pun ikut terhidrolisis dan membentuk ikatan antar partikel yang lebih banyak (Hutapea, 2010). Ukuran partikel yang dipakai dalam papan polimer berkisar 40 sampai 80 mesh dan berkerapatan 0,1-0,3 g/cm 3 berupa serbuk (Klyosov, 2007) yang biasanya dibuat 30% - 60% sebagai filler dari bahan baku (FPL, 2004) dan didapat akibat proses penggergajian (Bowyer et al., 2003). Komposit Polimer Bambu Proses pembuatan papan partikel secara umum meliputi pembuatan dan pengklasifikasian partikel, penyimpanan, pengeringan, pencampuran partikel dan perekat, pembentukan lembaran, pengempaan, pengondisian, pengamplasan dan trimming (Tsoumis, 1991). Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan kecil kayu yang direkat bersamaan (Maloney, 1996) dimana dalam papan polimer serbuk kayu berfungsi sebagai filler dan plastik sebagai matriksnya (Clemons, 2002). Proses pembuatan papan komposit memerlukan tekanan panas dalam pembuatannya (Tsoumis, 1991). Penambahan filler ke dalam matriks bertujuan mengurangi densitas dan biaya per unit volume serta meningkatkan kekakuan. Dari segi kayu, dengan adanya matriks polimer di dalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya akan meningkat (Febrianto, 1999), sehingga dapat digunakan sebagai komponen struktural dan non struktural pada bangunan (Febrianto, 2008).
13 Pembuatan komposit menggunakan matriks plastik yang telah didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu, juga dapat mengurangi pembebanan lingkungan terhadap limbah plastik di samping menghasilkan produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain: 1) biaya produksi lebih murah, 2) bahan bakunya melimpah, 3) fleksibel dalam proses pembuatannya, 4) lebih bersifat biodegradable, 5) memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya, 6) dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, dan 7) dapat didaur ulang (Febrianto, 1999). Wang (2004) menambahkan bahwa papan polimer memiliki kemampuan menahan kecepatan masuknya air. Tingkat penyerapan kelembaban akan tergantung pada ukuran dan geometri papan partikel, rasio bahan baku dan polimer serta keberadaan senyawa lainnya yang dapat menolak air. Papan polimer juga memiliki sifat fisis-mekanis dan keawetan terhadap perusak kayu lebih baik daripada kayu yang tidak diberi perlakuan (Febrianto, 2008). Dasarnya pembuatan komposit plastik daur ulang tidak berbeda dengan komposit plastik murni. Komposit ini dapat dibuat melalui proses satu tahap, dua tahap, maupun kontinyu. Pada proses satu tahap, semua bahan baku dicampur terlebih dahulu secara manual kemudian dimasukkan ke dalam alat pengadon (extruder) dan diproses sampai menghasilkan produk komposit. Pada proses dua tahap bahan baku plastik dimodifikasi terlebih dahulu, kemudian bahan pengisi dicampur secara bersamaan di dalam extruder dan dibentuk menjadi komposit. Kombinasi dari tahap tersebut dikenal dengan proses kontinyu (Han dan Shiraishi, 1990).
TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.
TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat
TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan
TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan
Lebih terperinciyang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk
TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik Sebagai Papan Plastik Komposit Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN
TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,
[ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %
TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan
TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014
Lebih terperinciGambar 7. Jenis-jenis serat alam.
III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan
Lebih terperinci6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT
77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai
Lebih terperincibahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial
PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial Densifikasi parsial, baik kompresi maupun impregnasi, terbukti dapat meningkatkan sifat-sifat kayu Agatis maupun Mangium. Dari hasil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal
TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK
PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi
Lebih terperinciKIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok
Lebih terperinci4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT
48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ampas tebu atau yang umum disebut bagas diperoleh dari sisa pengolahan tebu (Saccharum officinarum) pada industri gula pasir. Subroto (2006) menyatakan bahwa pada
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
Lebih terperinciSenyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti
Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Venir Bambu Lamina Venir lamina (Laminated Veneer Lumber atau LVL) adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun sejajar serat lembaran venir yang diikat dengan perekat.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu Bambu adalah tumbuhan yang batangnya berbentuk buluh, beruas-ruas, berbuku-buku, berongga, mempunyai cabang berimpang dan mempunyai daun buluh yang menonjol (Heyne 1987).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan akan material juga cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-material baru
Lebih terperincikimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran
K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi
Lebih terperinciLOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang
Lebih terperinciTEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK
TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Serat Sisal (Agave sisalana Perr.) Serat sisal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari serat sisal kontrol dan serat sisal yang mendapatkan perlakuan mekanis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)
Lebih terperinciStudi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu
Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang menurun, padahal kebutuhan bahan baku kayu di lingkungan masyarakat dari tahun ke tahun semakin meningkat
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SERAT KELAPA (COCONUT FIBER) Serat kelapa yang diperoleh dari bagian terluar buah kelapa dari pohon kelapa (cocus nucifera) termasuk kedalam anggota keluarga Arecaceae (family
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.
4 TINJAUAN PUSTAKA Kayu jabon (Anthocephalus cadamba M.) memiliki berat jenis 0,48 dan tergolong kayu kelas kuat IV. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki dan informasi penggunaan kayu secara lokal oleh
Lebih terperinciPENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL
IV. PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL Pendahuluan Dalam pembuatan papan partikel, secara umum diketahui bahwa terdapat selenderness rasio (perbandingan antara panjang dan tebal partikel) yang optimal untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel
TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus
4 untuk pengukuran perpanjangan putus. Kemudian sampel ditarik sampai putus dengan kecepatan 1 mm/menit sehingga dapat diketahui besarnya gaya maksimum dan panjang sampel saat putus. Pengukuran dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya(suharto, 2011). Berdasarkan wujudnya limbah di kelompokkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan, baik pada skala industri, pertambangan, rumah tangga, dan sebagainya(suharto,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bahan konstruksi bangunan atau furnitur terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tampilan Kayu Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya, dimana warnanya menjadi sedikit lebih gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pengeringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL 2.1.1 Definisi dan Pengertian Papan partikel adalah suatu produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2009, bertempat di Laboratorium Produk Majemuk dan Laboratorium Penggergajian dan Pengerjaan,
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Andi Aulia Iswari Syam un 1, Muhammad Agung 2 Endang Ariyanti
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Klasifikasi papan partikel menurut FAO (1958) dan USDA (1955)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat
Lebih terperinciPapan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI
Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif
Lebih terperinciKAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.mps.23 KAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU Tina Anggraini 1, a), Sulhadi b), Teguh Darsono c) 1 Program Studi Magister Pendidikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (
12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 - Juni 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, dan Workshop Fakultas
Lebih terperinciberupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).
HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)
17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai jenis bambu diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.
22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).
Lebih terperinciRespon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)
1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh Departemen Pekerjaan umum adalah Asphalt Concrete - Binder
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa Sawit Sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tinggi
Lebih terperinciPilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK
Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staft Pengajar Program Studi DiplomaTeknik Sipil FTSP ITS Email: en_kas@ce.its.ac.id, boewi_boy@ce.its.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain
Lebih terperinciSifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan
PARDOMUAN SJDABUTAR. E02495009. Pengaruh Macam Dan Kadar Katalis Terhadap Sifat Papan Semen Partikel Acacia nrangirtm Willd., Dibawah Bimbingan Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. I.M. Sulastiningsih MSc. Papan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan partikel yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal. Sifat mekanis papan partikel yang diuji meliputi Modulus of Elasticity
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,
Lebih terperinciOPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT
VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.
Lebih terperinciBAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI
BAB 7 HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon o Terletak pada golongan IVA dengan Z = 6 dan mempunyai 4 elektron valensi. o Untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 1. Tempat. Penelitian ini akan di lakukan di Kampus STIPAP Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan seperti diperlihatkan pada tabel 3.1. No Tabel 3.1. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabodetabek rata-rata
Lebih terperinciPengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)
TPM 13 Pengaruh Kadar Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) Yusnila Halawa, Bahruddin, Irdoni Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap
Lebih terperinciJenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.
Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering
Lebih terperinci