STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT"

Transkripsi

1 STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT Oleh: DEDE YENI G PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 Dede Yeni. G Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Dibimbing oleh: Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet effervescent sari buah tomat dan mengkarakterisasi sifat fisik dan ph larutan tablet effervescent sari buah tomat. Pengamatan sifat fisik (kerapatan, kekentalan, kekeruhan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut dan kekerasan tablet), dan ph larutan tablet dengan melakukan analisis setelah hari ke 1, 3, 5, 8, 11 dan 15 hari. Sedangkan uji organoleptik dilakukan pada hari ke 1, 5, dan 8. Dari hasil yang diperoleh bahwa perlakuan yang terbaik adalah A 4 B 1 yaitu campuran: 1,5 g bubuk sari buah tomat, 0,475 g asam sitrat, 1,0 g natrium bikarbonat, 0,025 g asam stearat, 1,5 g gula pasir, dan 0,025 g natrium benzoat, yang disimpan pada suhu lemari pendingin (10 0 C). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata pada nilai fisik, dan ph larutan tablet effervescent sari buah tomat. Kata kunci: Sari buah tomat, natrium bikarbonat, asam sitrat, dan suhu penyimpanan.

3 STUDI KASUS FISIKA PANGAN PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH TOMAT Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: Dede Yeni G PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

4 Judul Skripsi : Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Nama : Dede Yeni NRP : G Menyetujui, Pembimbing Utama Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. NIP Tanggal Lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 3 April 1983 dari pasangan Bapak Oneng Junaedi dengan Ibu Lilis. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kompa 1 Parungkuda pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Parungkuda sampai tahun 2001, pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan S 1 jurusan Fisika IPB melalui jalur USMI. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah aktif di organisasi kemahasiswaan HIMAFI (periode ), penulis aktif mengikuti seminar baik yang intra maupun ekstra jurusan, dan pernah magang di perusahaan swasta di Sukabumi.

6 PRAKATA Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hanya berkat rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini yaitu tentang Studi Kasus Fisika Pangan Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Hanedi Darmasetiawan, sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar selalu membimbing penulis demi kelancaran penelitian, sungguh tidak ternilai harganya. 2. Keluarga tercinta (mamih, bapak, adik dan teteh) atas semua doa, kasih sayang, dan segala sesuatu yang telah diberikan. 3. Pak Jajang dan pak Irmansyah sebagai dosen penguji atas saran dan masukkannya. 4. Staff dan laboran departemen fisika IPB (Pak Akhir, Pak yani dan Pak Musiran), staff dan laboran kimia fisik dan lingkungan departemen kimia IPB (Pak Nono dan Pak Mail), juga staff dan laboran kimia analitik departemen kimia IPB (Ibu Enung dan Pak Eman), atas semua bantuan dan kerjasamanya. 5. Pak Firman atas semua bantuannya. 6. My best friend (Epi, Rissa, dan Enda), persahabatan kita moga tetap langgeung. 7. Semua rekan 38 seperjuangan (La ode, Supriati, Iman, Wiwit, Maman, Jani, Yayat, Gerald, Esti, Erus, Sigit, Moogie, Diah, Ain, Phia, Doddy, Cucu, Yunus, Poetri, Richie, Wawiko, Yerri, Rika, Tebe, Hasan dan mba Dila) 8. Semua teman kostan Bravo (Dewi, Opi, Melly, Ima, Ida, dan Eti) atas kebersamaannya. 9. Nita thanks ya.. atas bantuan olahan data SAS nya. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan untuk hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Oktober 2005 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman PRAKATA vi DAFTAR ISI..... vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR..... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 Manfaat Penelitian... 1 Hipotesis... 1 TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Proses Pencampuran Proses Pencetakan Tablet Mekanisme Hancurnya Tablet Natrium Bikarbonat dan Natrium Karbonat Kemasan Buah Tomat Botani dan Morfologi Tomat Jenis Tomat Tanah dan Iklim Manfaat Tomat Pengolahan Buah Sari Buah Air Beberapa Cara Pengawetan Hasil Olahan Makanan Penggulaan Pengawetan dengan Bahan Kimia Asam Benzoat... 6 Pasteurisasi Pengeringan Pendinginan... 6 Beberapa Karakteristik Fisik dalam Bahan Pangan Kerapatan... 7 Viskositas... 7 Kekeruhan... 7

8 Konduktivitas Listrik... 7 Total Padatan Terlarut... 7 Parameter-parameter Lain ph... 8 Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik... 8 BAHAN DAN METODE Waktu Penelitian... 8 Bahan dan Alat... 8 Metode Penelitian Pembuatan Sari Buah Tomat... 8 Pembuatan Tablet Effervescent Proses Pencampuran... 9 Proses Pencetakan Tablet... 9 Pelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat... 9 Rancangan Percobaan dan Analisa Data... 9 Prosedur Karakterisasi Pengukuran Kerapatan Sampel dengan Piknometer 25ml Pengukuran Kekentalan Sampel dengan Viskometer Pengukuran Kekeruhan Sampel dengan Turbidimeter Pengukuran Konduktivitas Listrik Sampel dengan ph/con 10 series meter Pengukuran Total Padatan Terlarut Sampel dengan Refraktometer Pengukuran ph Sampel dengan ph/con 10 series meter Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Uji Kekerasan Sampel dengan Hardness meter Hanedi HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama Kerapatan Kekentalan Kekeruhan Konduktivitas Listrik Total Padatan Terlarut ph Kekerasan Uji Organoleptik KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN... 19

9 DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gram) Penambahan Air untuk Mengencerkan Setiap Liter Bubur Buah Dosis Beberapa Bahan Pengawet yang Dianjurkan oleh Departemen Kesehatan Pasteurisasi yang Dilakukan terhadap Beberapa Contoh Makanan dan Minuman Konsentrasi Ion Hidrogen dan ph Beberapa Bahan Pangan Skala Hedonik Komposisi Tablet Uji Organoleptik Penelitian Lamanya Kelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Kerapatan (g/cm 3 ) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Konduktivitas Listrik (ms) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Total Padatan Terlarut (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat ph Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Kekerasan (dyne/cm 2 ) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Uji Organoleptik Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. 17

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tomat Apel Diagram Alir Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Konduktivitas Listrik (ms) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan TPT (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan ph Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekerasan (dyne/cm 2 ) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat... 17

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Uji Statistik Kerapatan Uji Statistik Kekentalan Uji Statistik Kekeruhan Uji Statistik Konduktivitas Listrik Uji Statistik Total Padatan Terlarut Uji Statistik Nilai ph Persamaan Regresi Nilai Kekerasan Gambar Alat-alat Penelitian

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumber kebutuhan bagi kehidupan manusia, antara lain untuk minum. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang higienis dan siap minum menjadikan industri air minum dalam kemasan berkembang dengan pesat. Produksinya mengalami peningkatan dari 2,26 miliar liter pada tahun 1997 menjadi 2,8 miliar liter pada tahun 1999 (Widyasari 2002). Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan tersebut selain mengkonsumsi air siap minum sebagai minuman pokok, kadangkala manusia mengkonsumsi minuman ringan (soft drink) sebagai minuman sampingan, yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa haus dan memenuhi kebutuhan tubuh sekitar 2,5 liter/hari. Dari data biro pusat statistik diperoleh informasi mengenai jumlah produksi minuman ringan di seluruh Indonesia yang produksinya mengalami peningkatan dari tahun 1988 sampai dengan Pada tahun 1988 volum produksi sebesar 266,442 liter dan pada tahun 1997 menjadi 393,795 liter. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cairan yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya, baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan ini, terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan tanpa karbonasi (noncarbonated soft drink) dan minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink). Minuman tablet effervescent sari buah tomat merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk tablet dibuat dengan cara mengempa bahanbahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan ke dalam air akan terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat tersebut sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbon dioksida (CO 2 ). Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu menit. Tablet effervescent tersebut menghasilkan larutan yang jernih, juga memberikan rasa yang enak, karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa (Rohdiana 2003). Keunggulan minuman ringan berkarbonasi dibandingkan dengan minuman yang lain adalah selain dapat mengurangi rasa dahaga dan mengembalikan kesegaran tubuh, minuman ringan juga memiliki rasa yang lebih nikmat dan dikemas dalam bentuk yang lebih menarik sehingga dapat memudahkan untuk dibawa dan siap diminum kapan saja. Pemberian aroma pada minuman berkarbonasi seperti sintetik flavor atau sari buah dapat memberikan aroma yang khas pada minuman. Saat ini, pembuatan minuman karbonasi dengan menggunakan aroma buatan atau essens banyak beredar di pasaran, dengan berbagai macam rasa yang telah populer seperti: aroma jeruk lemon, aroma lime, aroma strawberry, dan aroma apel. Sedangkan pembuatan minuman karbonasi dengan menggunakan sari buah tomat masih belum populer. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet effervescent sari buah tomat dan mengkarakterisasi sifat fisik dan ph larutan tablet effervescent sari buah tomat. Manfaat Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan tablet effervescent dengan cara sederhana, tahan lama, dan bermutu. Hipotesis - Lama penyimpanan tablet effervescent pada suhu yang lebih rendah mutunya akan lebih baik dibandingkan pada suhu yang lebih tinggi. - Penambahan variasi bahan tambahan dapat mempengaruhi mutu tablet. TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Tablet effervescent merupakan salah satu cara pembuatan produk olahan minuman dalam bentuk tablet dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber karbonat. Secara umum, effervescent dapat digolongkan menjadi 10 jenis berdasarkan formula dan kegunaannya, yaitu: tablet antasid, tablet analgesik, tablet suplemen kalsium, flavored beverage effervescent, tablet kumur, tablet dekongestan, denture cleanser tablets, bath salt tablets, toilet bowl cleanser

13 tablets, dan feminine hygiene tablets (Hartanto 1992). Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu proses pencampuran bahan dan poroses pencetakan tablet (Rohdiana 2003). Proses Pencampuran Proses pencampuran maupun pentabletan dilakukan pada kelembaban yang rendah (kelembaban relatif atau RH di bawah 30%). Pada proses pencampuran, bahan-bahan yang dicampurkan meliputi zat aktif, sumber karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Rohdiana 2003). Sebagian besar tablet effervescent yang beredar dipasaran menggunakan vitamin C atau asam askorbat sebagai zat aktif. Asam askorbat adalah vitamin yang mudah larut dalam air, bersifat asam dan pereduksi. Asam askorbat akan teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Asam askorbat yang berbentuk levo baik askorbat maupun dehidroaskorbat bersifat sebagai vitamin C (Rohdiana 2003). Sumber karbonat yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) dan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ). Natrium bikarbonat dan natrium karbonat merupakan bahan penghasil karbon dioksida dalam air dengan aktifitas cepat, sedangkan bahan penghasil karbon dioksida dalam air dengan aktifitas lambat contohnya adalah Na-aluminium sulfat dan monokalsium sulfat (Hartanto 1992). Sumber asam berperan sebagai asidulan yang akan bereaksi dengan sumber karbonat menghasilkan karbon dioksida ketika keduanya bercampur dalam air. Asidulan merupakan senyawa kimia bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan atau minuman dengan berbagai tujuan seperti pemberi rasa, penegas rasa dan warna, pengawet serta dapat digunakan untuk menyelubungi after taste yang tidak disukai (Rohdiana 2003). Sumber asam yang umum digunakan dalam proses pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat dan asam askorbat. Asam sitrat memiliki kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granular. Kelemahan asam sitrat adalah sifatnya yang sangat higroskopis sehingga memerlukan perhatian yang cukup dalam penyimpanannya (Hartanto 1992). Bahan pengikat bertugas sebagai perekat yang mengikat komponen dalam bentuk serbuk menjadi granular sampai tablet pada proses pengempaan. Pada metode kempa langsung, bahan pengikat dimasukkan dalam keadaan kering dalam bentuk serbuk. Hal yang sama juga terjadi pada metode granulasi kering. Bahan pengikat yang biasa digunakan antara lain gula dan jenis pati, gum arab, gelatin, dan turunan selulosa. Bahan pengisi ditambahkan untuk membuat kecocokkan massa. Bahan pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi harus inert dan stabil. Pada proses pembuatan tablet effervescent diperlukan bahan pengisi yang larut dalam air seperti laktosa, sukrosa, mannitol dan sorbitol (Rohdiana 2003). Bahan pelincir memenuhi fungsi berbeda, antara lain berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah bentuk. Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur massa yang ditabletasi, bahan pelicin berfungsi untuk memudahkan pendorongan tablet ke atas dan ke ruang cetak melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dan permukaan sisi tablet. Sedangkan bahan pemisah bentuk berguna untuk menghindarkan lengketnya massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak. Contoh bahan pelincir yang biasa digunakan adalah asam stearat, talk, kalsiummagnesium-alumunium stearat dan aerosol (Rohdiana 2003). Bahan pemberi cita rasa biasanya dibatasi pemakaiannya pada tablet kunyah atau tablet yang ditujukan untuk dapat larut dalam mulut atau larutan. Rasa yang umum ditambahkan adalah manis yang dapat berasal dari mannitol, dekstrosa, sakarin, sukrosa atau aspartam (Rohdiana 2003). Bahan cita rasa yang dipergunakan bisa dalam bentuk ekstrak alami, konsentrat sari buah dan bisa juga dalam bentuk flavor sintetik. Bahan cita rasa yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: mempunyai kelarutan yang sangat baik, tahan terhadap asam, tahan terhadap panas, tahan terhadap cahaya, dan tidak meninggalkan after taste yang kurang baik (Hartanto 1992). Proses Pencetakan Tablet Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metode pembuatannya apakah

14 dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metode granulasi, metode kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu, peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk metode kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat dan penghancur harus mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik maka diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitasnya (Rohdiana 2003). Mekanisme Hancurnya Tablet Pada tablet effervescent yang berperan sebagai bahan penghancur adalah sumber asam dan sumber karbonat. Efek kapiler dapat diperbesar dengan adanya bahan penghancur. Selain bahan penghancur, efek kapiler juga dipengaruhi oleh porositas tablet. Besarnya porositas menyebabkan cairan yang masuk ke dalam tablet semakin banyak. Porositas tablet antara lain dipengaruhi oleh distribusi ukuran atau partikel massa tablet dan tekanan yang diberikan saat proses pengempaan. Cairan yang sudah masuk dalam tablet akan merusak ikatan antar partikel dan mengakibatkan bahan penghancur mengembang yang kemudian menyebabkan tablet hancur. Bahan penghancur yang mengembang ini juga dapat menghasilkan massa yang kental dan lengket yang dapat menghalangi masuknya cairan ke dalam tablet sehingga dapat memperpanjang waktu hancur. Oleh karena itu, perlu optimasi terhadap kadar bahan penghancur tersebut dalam suatu formula tablet. Reaksi yang digunakan untuk pelarutan tablet effervescent adalah reaksi antara sumber asam dengan sumber karbonat yang menghasilkan gas berupa karbon dioksida, terjadi secara spontan ketika tablet masuk dalam air. Kemudian gas inilah yang dapat mendesak tablet sehingga tablet menjadi hancur (Rohdiana 2003). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: H 3 C 6 H 5 O 7. H 2 O + 3(NaHCO 3 ) Na 3 C 6 H 5 O 7 Asam sitrat. Air + Nat.bikarbonat Nat. sitrat + 4 H 2 O + 3CO 2 (1) + Air + Karbon dioksida Natrium Bikarbonat (NaHCO 3 ) dan Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ) Natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air, non higrokopis serta tersedia secara komersil mulai dari bentuk bubuk sampai granular. Natrium bikarbonat mampu menghasilkan 52% karbon dioksida. Bentuk granular dari natrium bikarbonat sangat menguntungkan, karena dengan bentuk granular tersebut campuran bahan akan mudah dicetak menjadi tablet dan tablet yang dihasilkan menjadi tidak mudah retak. Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) merupakan bagian kecil dari sumber karbonat yang digunakan (Hartanto 1992). Kemasan Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan (Buckle 1985). Bahan kemas yang dipergunakan untuk mengemas makanan harus mempunyai fungsi sebagai berikut: dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan fisik, oksigen dan cahaya; melindungi produk dari pencemaran dan kotoran dari luar; mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan distribusi produk serta berfungsi sebagai daya tarik konsumen. Berdasarkan sifat kekakuan bahan kemas, kemasan dibagi menjadi: 1. Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa adanya retak dan patah. Contohnya: aluminium foil dan plastik. 2. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku dan tidak tahan lenturan dan mudah patah bila dibengkokkan. Contohnya: kayu, gelas dan logam. 3. Kemasan semi kaku, yaitu bila bahan kemas memiliki sifat-sifat kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Buah Tomat Botani dan Morfologi Tomat Tomat termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dahulu. Awal mulanya, tomat berasal dari pegunungan Peru, kemudian muncul di Meksiko. Bangsa Indian suku Astec menyebutnya xictomatle. Kemudian menyebar ke Indonesia pada tahun 1811 (Tugiyono 2005). Secara lengkap para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:

15 Divisi Sub-divisi Kelas Sub-kelas Ordo Famili Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Metachlamidae : Tubiflorae : Solanaceae : Lycopersicum : Lycopersicum esculentum Mill mulai tanam sampai tanaman mulai dapat dipanen. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 23 0 C pada siang hari dan 17 0 C pada malam hari. Suhu yang tinggi yang diikuti kelembaban relatif yang tinggi dapat menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Jenis Tomat Berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat komersial dapat dibedakan menjadi beberapa tipe (Tugiyono 2005). 1. Tomat biasa (Lycopersicum commune) Bentuk buahnya bulat pipih, bentuknya tidak teratur. Jenis tomat ini sangat cocok ditanam di daerah dataran rendah. 2. Tomat apel (Lycopersicum Pyriformae) Bentuk buahnya bulat, kuat, sedikit keras menyerupai buah apel. Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah dataran tinggi. 3. Tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) Buahnya berbentuk bulat, besar, padat, menyerupai buah apel, tetapi agak kecil, dan daunnya lebar-lebar. 4. Tomat keriting (Lycopersicum validum) Buahnya berbentuk agak lonjong keras seperti alpukat atau pepaya yang dikenal dengan tipe roma. Tomat ini disebut tomat gondol, yang disenangi karena kulitnya tebal. Tomat jenis ini tahan pengangkutan jarak jauh. Daunnya rimbun keriting seperti terserang penyakit virus keriting. Daunnya berwarna hijau kelam. Gambar 1 Tomat Apel Tanah dan Iklim Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi. Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, kadar keasaman (ph) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup Manfaat Tomat Dalam buah tomat banyak terkandung zatzat yang berguna bagi tubuh manusia. Zat-zat yang terkandung di dalamnya adalah vitamin C, vitamin A, dan mineral. Tomat banyak mengandung vitamin C yang bermanfaat memelihara kesehatan gigi dan gusi, menghindari penyakit yang dikenal dengan nama scurvy (skorbut), serta melawan kecenderungan pendarahan pembuluh darah yang halus. Vitamin A dalam buah tomat baik untuk kesehatan mata. Selain itu tomat juga dapat membangun sel darah merah. Tabel 1 Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gram) Zat Gizi Nilai Gizi Karoten (vitamin A) (S.I) 1500 T hiamin (vitamin B3) (ì g) 60 Riboflavin (vitamin) B2 - Asam askorbat (vitamin C) (mg) 40 Protein (mg) 1 Karbohidrat (g) 4,2 Lemak (g) 0,3 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 27 Zat Besi (mg) 0,5 Bagian yang dapat dimakan (%) 95 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1972 Pengolahan Buah Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral berguna untuk kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan yang dapat menjaga kesehatan. Pengolahan buah-buahan menjadi berbagai macam produk bertujuan untuk memungkinkan pada saat bukan musimnya masih dapat menikmati cita rasa buah sesuai dengan cita rasa buah segarnya. Produk hasil olahan buah diantaranya adalah sari buah, sirup buah, selai, jelly, manisan, acar, buah

16 kering dan lain sebagainya (Wiriano dan Sutrisniati 1985). Sari Buah Sari buah (fruit juice) merupakan cairan yang jernih atau hampir jernih yang tidak mengalami proses fermentasi, diperoleh dengan cara pengepresan atau penghancuran buah-buahan yang telah masak dan segar. Di Indonesia pembuatan sari buah pada umumnya masih dilakukan secara sederhana dan biasanya sari buah tersebut mengandung zat pektin yang menyebabkan cairan sari buah keruh dan terdapat endapan. Pengolahan buah menjadi sari buah selain dapat menghasilkan produk yang lebih awet, juga merupakan minuman yang praktis, rasanya enak dan menyegarkan serta bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Pada pembuatan sari buah, dapat dilakukan penambahan air untuk mengencerkan bubur buah. Penambahan air untuk mengencerkan bubur buah dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Penambahan Air untuk Mengencerkan Setiap Liter Bubur Buah Air yang Jenis Bubur Buah Ditambahkan (Liter) Jeruk 2 Markisa 2 Tomat 2 Nenas 3 Belimbing 3 Apel 3 Pisang 3 Rambutan 3 Jambu Biji 4 Mangga 4 Sirsak 5 Sumber: Satuhu 1993 Air Air secara sederhana dapat dinyatakan dalam formula H 2 O. Air yang dinyatakan dalam formula H 2 O adalah air murni. Air yang sering dijumpai yaitu air yang mengandung senyawa organik dan senyawa anorganik (Widyasari 2002). Air bersih merupakan syarat mutlak dalam industri pangan, terutama untuk industri minuman. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara lain dengan cara: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan karbon aktif, air hasil dari cahaya ultraviolet, dan demineralisasi dengan ion exchanger. Beberapa Cara Pengawetan Hasil Olahan Makanan Pada prinsipnya pangawetan pangan dimaksudkan agar bahan dapat berdaya simpan lebih lama. Prinsip pengawetan umumnya untuk membuat produk olahan. Beberapa cara pengawetan pangan antara lain dengan cara: penggulaan, pengawetan dengan bahan kimia, pasteurisasi dan pengeringan. Penggulaan Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat, mempunyai rasa manis dan larut dalam air, serta mempunyai sifat aktif optis yang dijadikan ciri khas untuk mengenal setiap gula. Selain sebagai bahan pemanis, gula juga berperan sebagai pengawet produk makanan. Ketika gula diberikan ke produk makanan dalam konsentrasi minimal 40 persen zat terlarut, maka aktifitas mikroorganisme dalam air akan menurun (Buckle 1985). Konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba bervariasi tergantung dari jenis dan kandungan zat-zat yang terdapat dalam makanan. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 70%, larutan gula cukup efektif menghentikan kegiatan mikroba dalam jangka waktu pendek. (Utamidewi 2004). Pengawetan dengan Bahan Kimia Penggunaan aneka bahan kimia dalam produk olahan buah adalah hal yang umum. Bahan kimia dapat digunakan untuk mengawetkan produk olahan dalam jumlah yang besar. Hal penting yang perlu diperhatikan pada penggunaan bahan kimia untuk pengawetan buah adalah sebagai berikut: 1. Zat kimia yang ditambahkan mampu memelihara kualitas gizi yang dikandung makanan. 2. Zat tersebut dapat meningkatkan kualitas dan stabilitas daya simpan. 3. Dapat membuat produk lebih menarik. 4. Lebih diutamakan untuk membantu proses pengolahan. 5. Tidak membahayakan kesehatan konsumen. Penggunaan bahan kimia pengawet di dalam pengolahan buah harus dilakukan

17 secara benar. Dosis yang digunakan tidak boleh melebihi jumlah yang dianjurkan oleh FAO atau Departemen Kesehatan (Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan). Dosis beberapa bahan pengawet yang dianjurkan oleh departemen kesehatan, disajikan pada Tabel 3. dioksida Kalium, sodium meta bisulfit asinan Minuman ringan, jelly, dan jam. Sirup, sari buah, pasta, saus dan marmalade Sumber: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan 1980 Asam Benzoat Penggunaan asam benzoat dibatasi dalam hampir semua produk buah-buahan. Asam benzoat lebih efektif terhadap khamir dan bakteri daripada terhadap kapang dan pada konsentrasi di atas 25 mg/l asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang (Buckle 1985). Pasteurisasi Pasteurisasi merupakan cara pengawetan yang menggunakan suhu pemanasan kurang dari C. Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh atau menginaktifkan sel-sel vegetatif dari mikroba patogen atau pembusuk yang mungkin tumbuh pada bahan pangan tersebut. Pada Tabel 4, menunjukkan pasteurisasi yang dilakukan terhadap beberapa contoh makanan dan minuman. Perlakuan LTLT (Low Temperature Long Time) pada suhu yang relatif rendah dengan waktu yang lebih lama dilakukan pada suhu sekitar 63 0 C-78 0 C dengan lama proses 30 menit. Apabila menggunakan suhu yang lebih tinggi umumnya dilakukan secara cepat. Perlakuan HTST (High Temperature Short Time) dilakukan pada suhu sekitar 80 0 C dengan lama proses sekitar 15 menit. Tabel 3 Dosis Beberapa Bahan Pengawet yang Dianjurkan oleh Departemen Kesehatan Jenis Bahan Pengawet Produk Olahan Batas Maksimum (mg/kg) Asam Sirup, sari benzoat buah, jelly, beserta jam, saus 1000 Garamgaram dan acar. Na dan K Asam Sirup, sari 1000 sorbat buah, jelly, jam, acar dan saus. Minuman 400 ringan Belerang Acar dan 100 Tabel 4 Pasteurisasi yang Dilakukan terhadap Beberapa Contoh Makanan dan Minuman Produk Cara Suhu ( 0 C) Waktu (menit) Susu LTLT 62,8 30 Es krim LTLT 71,1 30 Minuman Anggur HTST Buahbuahan LTLT 65, kering Sari buah anggur (dalam LTLT 76,7 30 botol) Sari buah karbonasi LTLT 65,6 30 Sumber: Andriani 2002 Pengeringan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan bantuan energi panas (Nurharini 1997). Pengeringan dapat dilakukan dengan cara pemanasan langsung dengan sinar matahari atau dapat menggunakan alat pengering. Alat yang digunakan untuk keperluan ini bisa berupa pengering listrik, atau mekanik. Macam alat pengering yang digunakan tergantung pada bahan dan tujuan dari pengeringan. Penggunaan alat pengering lebih menguntungkan dibandingkan dengan cara penjemuran. Menurut Desrosier (1988), pengeringan bahan pangan dapat mengubah sifat-sifat fisik dan kimianya, dan diduga dapat mengubah kemampuannya memantulkan, menyebarkan, menyerap, dan meneruskan sinar, sehingga mengubah warna bahan pangan. Pendinginan Penyimpanan dingin adalah penyimpanan pada suhu tidak jauh di atas suhu beku dan dapat dilakukan dengan pemberian es atau alat pendingin. Perlakuan ini dilakukan sebagai

18 usaha pengawetan utama ataupun hanya untuk sementara sebelum ada perlakuan lain (Vikaliana 2000). Pendinginan atau precooling pada buah dilakukan untuk menekan respirasi, merendahkan kepekaan terhadap serangan jasad renik, mengurangi kehilangan air, dan memudahkan produk untuk siap diangkut dengan peralatan dingin. Pendinginan dapat dilakukan pada suhu C. Pada interval suhu itu pertumbuhan mikroba patogen dapat dihindarkan (Vikaliana 2000). Beberapa Karakteristik Fisik dalam Bahan Pangan Kerapatan Kerapatan dapat didefinisikan sebagai suatu kuantitas yang dinyatakan sebagai massa per satuan volum suatu bahan (Giancoli 1996). m ρ = (2) V Keterangan: m adalah massa benda (kg) dan V adalah volum (m 3 ). Satuan sistem internasional untuk kerapatan adalah kg/m 3. Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan, maka kerapatannya akan berubah. Kerapatan bervariasi sesuai dengan konsentrasi larutan. Gula dan garam di dalam larutan dapat meningkatkan kerapatan bahan, sedangkan kerapatannya turun jika dalam larutan terdapat lemak atau alkohol (Dewi 2002). Viskositas Viskositas atau kekentalan dapat dianggap sebagai gesekan internal yang besarnya tertentu pada suatu fluida. Besaran gaya diperlukan untuk menimbulkan kecepatan tertentu yang berhubungan dengan viskositas suatu fluida. Untuk fluida yang berbeda, makin viskos fluida tersebut maka makin besar gaya yang diperlukan. Baik zat cair maupun gas memiliki viskositas. Pada zat cair, viskositas tersebut terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul. Sedangkan pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul (Giancoli 1996). η = Fg / A v / l (3) Keterangan : ç : Viskositas (poise) Fg : Gaya geser (dyne) A : Luas permukaan (cm 2 ) í : Kecepatan aliran (cm/s) l :Jarak aliran kecepatan yang diamati terhadap dinding (cm). Fluida yang berbeda mempunyai viskositas yang berbeda pula. Untuk memahami perilaku aliran fluida, diperlukan persamaan gerak fluida dalam suatu alat rheological seperti viskometer. Viskometer yang dipergunakan untuk mengukur viskositas ada beberapa jenis antara lain viskometer pipa kapiler dan viskometer bola jatuh (Andriani, 2002) dan viskometer Ostwald (Saeni 2000). Kekeruhan Kekeruhan merupakan suatu ukuran berdasarkan sinar yang dihamburkan atau dibelokkan oleh adanya butir-butir partikel yang terdispersi dalam larutan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya. Penentuan kekeruhan dengan menggunakan metode fotometri disebut turbidimetri (Saeni 1989). Konduktivitas Listrik Konduktivitas listrik menunjukkan tingkat kemampuan larutan, logam atau gas untuk menghantarkan listrik. Konduktivitas listrik suatu larutan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, tingkat oksidasi serta suhu (Saeni 1989). Semakin tinggi konsentrasi atau semakin banyak jumlah ion maka konduktivitas listrik akan semakin tinggi. Hubungan ini terus berlangsung hingga larutan menjadi jenuh dan mobilitas menurun. Suhu yang tinggi mengakibatkan viskositas air menjadi turun dan ion-ion mudah bergerak di dalam larutan. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Alat untuk mengukur daya hantar listrik adalah konduktivitimeter. Total Padatan Terlarut Padatan dalam larutan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu C C (Saeni 1989). Analisa zat padat terlarut mengukur jumlah zat padat yang larut dalam air. Penyusun utama zat padat terlarut dalam air alami yaitu bikarbonat, kalsium, sulfat, hidrogen, silika, klorin, magnesium, sodium, potasium, nitrogen dan fosfor. Jumlah zat

19 padat terlarut berbeda dengan konduktivitas listrik larutan. Pada jumlah zat padat terlarut, yang diukur adalah jumlah ion dalam air, sedangkan yang diukur dalam konduktivitas listrik adalah kemampuan ion-ion tersebut dalam menghantarkan listrik (Widyasari 2002). Parameter-parameter Lain ph ph atau derajat keasaman berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen (H + ). Mikroorganisme dapat tumbuh paling baik pada ph mendekati netral, tetapi beberapa mikroorganisme menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa (Supriyadi 2005). Sari buah bersifat asam dengan ph 2,4 pada sari buah cranberry sampai ph 4,2 pada sari buah tomat. Pada Tabel 5 memperlihatkan beberapa konsentrasi ion hidrogen dan ph beberapa bahan pangan. Tabel 5 Konsentrasi Ion Hidrogen dan ph Beberapa Bahan Pangan Konsentrasi Ion Hidrogen ph Bahan Pangan (Molar, M) 1,0 x ,0 Jeruk nipis 6,3 x ,2 Jeruk lemon 1,0 x ,2 Sari buah tomat Sumber: Vikaliana 2000 Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara pengujian dapat digolongkan dua kelompok yaitu pengujian pembedaan (defference test) dan pengujian pemilihan atau penerimaan (preference test). Dalam kelompok uji penerimaan terdapat uji kesukaan atau hedonik (Utamidewi 2004). Tabel 6 Skala Hedonik Penerimaan Nilai Sangat tidak suka 1 Tidak suka 2 Agak tidak suka 3 Netral 4 Agak suka 5 Suka 6 Sangat suka 7 Sumber: Utamidewi 2004 Uji organoleptik berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna dan aroma bahan pangan. Skala yang biasa digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai sangat tidak suka sampai sangat suka. Dapat dilihat pada Tabel 6. BAHAN DAN METODE Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni- September tahun 2005 di laboratorim biofisika departemen fisika IPB, laboratorium kimia fisik dan lingkungan departemen kimia IPB dan laboratorium kimia analitik departemen kimia IPB. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan utama dan bahan tambahan serta bahan untuk analisa. Bahan utama yang digunakan adalah buah tomat apel yang matang, sehat dan segar yang diperoleh dari pasar Bogor. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, natrium bikarbonat, natrium benzoat, asam sitrat dan asam stearat. Bahanbahan kimia yang dipergunakan untuk analisa sifat fisik dan sifat kimia adalah larutan buffer ph 7, aquades, ethanol, dan aseton. Alat yang dipergunakan terdiri dari alat utama dan alat bantu. Alat ukur utama yaitu viskometer Ostwald, Oakton ph/con 10 series meter, refraktometer Milton Roy, piknometer 25 ml, 2100P turbidimeter, dan alat pengukur kekerasan. Alat bantu utama untuk pembuatan sari buah tomat antara lain: pisau, panci , blender, kompor, saringan, corong, botol jar, termometer, gelas piala, gelas ukur, neraca analitik, pipet tetes, stopwatch, cetakan tablet, toples gelas, dan oven inkubator MIR-162. Metode Penelitian Pembuatan Sari Buah Tomat a. Pemilihan buah Buah yang akan diolah menjadi sari buah dipilih yang matang dan sehat. Buah yang sehat ialah buah yang tidak busuk, cacat, atau pecah, juga bebas hama panyakit. Kondisi buah yang matang diperlukan agar sari buah yang dihasilkan mempunyai aroma khas buah tomat. b. Pencucian buah Kotoran yang melekat pada kulit buah dihilangkan dengan mencuci buah menggunakan air bersih yang mengalir.

20 c. Penghancuran atau pengepresan buah Buah yang telah dicuci kemudian dipotong-potong atau dirajang menjadi bagian yang kecil-kecil. Tujuan perajangan ialah untuk memudahkan penghancuran. Penghancuran daging buah dengan menggunakan blender. d. Penyaringan sari buah Sari buah yang telah dihancurkan kemudian disaring dengan menggunakan alat saringan. e. Pasteurisasi Sari buah dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu bersama tutupnya selama 1 jam. Kemudian direbus dalam air panas pada suhu C selama menit. f. Pengeringan Sari buah yang telah dipasteurisasi kemudian dioven dengan suhu 80 0 C selama kurang lebih 48 jam. Oven yang digunakan yaitu inkubator MIR-162. Buah tomat apel Pilih yang homogen Pencucian buah Penghancuran atau pengepresan buah Penyaringan sari buah Pasteurisasi sari buah Pengeringan sari buah Pembuatan tablet effervescent Karakterisasi: (kerapatan, viskositas, kekeruhan, konduktivitas listrik, TPT, ph, kekerasan dan uji organoleptik) Gambar 2 Diagram Alir Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Pembuatan Tablet Effervescent Proses Pencampuran Sebelum dilakukan pencampuran bahanbahan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan komponen-komponen tablet. Pada proses pencampuran, bahan-bahan yang dicampurkan meliputi: bahan dasar (bubuk sari buah tomat), sumber karbonat (NaHCO 3 ), zat pengikat (gula pasir), sumber asam (asam sitrat), bahan pelincir (asam stearat), dan bahan pengawet (natrium benzoat). Proses Pencetakan Tablet Pencetakan tablet dibuat dengan metode kempa langsung menggunakan alat pencetak tablet yang dibuat oleh Hanedi Darmasetiawan. Diagram alir dari proses pembuatan tablet effervescent dapat dilihat pada Gambar 2. Pelarutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Pelarutan tablet dilakukan dengan cara memasukkan tablet ke dalam 125 ml air mineral, ditunggu beberapa saat sampai tablet hancur. Kemudian dilakukan karakterisasi fisik, ph dan uji organoleptik dari larutan tablet effervescent sari buah tomat. Rancangan Percobaan dan Analisa Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan percobaan acak lengkap faktorial dengan tiga kali pengulangan. Faktor-faktor perlakuan yang digunakan adalah: 1. Komposisi tablet dinyatakan dengan faktor A, seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi Tablet Nama Bahan A 1 Komposisi A 2 A 3 A 4 Bubuk sari buah tomat (g) 1,50 1,50 1,50 1,50 Asam sitrat (g) 0,375 0,375 0,475 0,475 Natrium bikarbonat (g) 0,50 0,50 1,0 1,0 Asam stearat (g) 0,025 0,025 0,025 0,025 Gula pasir (g) 1,50 1,50 1,50 1,50 Natrium benzoat (g) 0,025 0,025 Komposisi (g) tiap tablet 3,900 3,925 4,500 4, Suhu penyimpanan dinyatakan dengan faktor B yaitu: (B 1 ) suhu lemari pendingin dan (B 2 ) suhu kamar. 3. Lama penyimpanan dinyatakan dengan faktor C yaitu: (C 1 ) 1 hari, (C 2 ) 3 hari, (C 3 ) 5 hari, (C 4 ) 8 hari, (C 5 ) 11 hari, dan (C 6 ) 15 hari.

21 Model rancangan Y ijkz = ì + A i + B j + C k + (AB) ij + (AC) ik + (BC) jk + (ABC) ijk + å ijkz (4) Keterangan: Y ijkz : Nilai karena pengaruh bersamaan faktor A pada taraf ke-i, faktor B pada taraf ke-j, dan faktor C pada taraf ke-k dengan ulangan ke-z ì : Nilai rata-rata umum A i : Nilai faktor A pada taraf ke-i B j : Nilai faktor B pada taraf ke-j C k : Nilai faktor C pada taraf ke-k (AB) ij : Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor B pada taraf ke-j (AC) ik : Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i dan faktor C pada taraf ke-k (BC) jk : Nilai interaksi faktor B pada taraf ke-j dan faktor C pada taraf ke-k (ABC) ijk : Nilai interaksi faktor A pada taraf ke-i, faktor B pada taraf ke-j dan faktor C pada taraf ke-k : faktor galat å ijkz Prosedur Karakterisasi 1. Pengukuran Kerapatan Sampel dengan Piknometer 25 ml Kerapatan sampel diukur dengan menggunakan gelas piknometer 25 ml. Sebelum digunakan piknometer dibersihkan dengan menggunakan aseton, dikeringkan dan ditimbang berat kosongnya. Piknometer diisi dengan sampel, pengisian dilakukan sampai air dalam piknometer meluap melalui pipa kapiler yang terdapat pada tutupnya. Piknometer dan isinya ditimbang. Nilai kerapatan larutan tablet effervescent sari buah tomat diperoleh dengan menggunakan persamaan 5: m1 m2 ρ = (5) V Keterangan: ñ adalah kerapatan sampel (g/ml), m 1 adalah massa piknometer dan larutan sampel (g), m 2 adalah massa piknometer kosong, dan V adalah volum sampel (25 ml). 2. Pengukuran Kekentalan Sampel dengan Viskometer Kekentalan sampel diukur dengan menggunakan viskometer Ostwald. Sebelum digunakan viskometer dibersihkan dengan menggunakan aquades lalu dikeringkan dengan menggunakan aseton. Viskometer diisi aquades sampai 2/3 bagian dari gelembung viskometer, hisap aquades menggunakan bulb sampai batas tera pertama. Lepaskan bulb lalu biarkan aquades mengalir sampai batas tera kedua. Pada saat aquades mulai mengalir hidupkan stopwatch dan matikan stopwatch ketika aquades sampai batas tera kedua, catat waktu yang ditunjukkan. Viskometer dikeringkan menggunakan aseton. Setelah kering sampel dimasukkan ke dalam viskometer, kemudian sampel diukur dengan menggunakan prosedur seperti pengukuran aquades. Menurut Saeni at al (2000), nilai kekentalan dihitung dengan menggunakan persamaan 6: η ρ t = (6) η1 ρ1t1 Keterangan: η 1 = Koefisien kekentalan aquades (poise) η 2 = Koefisien kekentalan sampel (poise) ρ 1 = Kerapatan aqudes (g/ml) ρ 2 = Kerapatan sampel (g/ml) t 1 = Waktu alir aqudes (sekon) = Waktu alir sampel (sekon) t 2 3. Pengukuran Kekeruhan Sampel dengan Turbidimeter Kekeruhan sampel diukur dengan menggunakan 2100P turbidimeter. Sebelum dipergunakan untuk pengukuran sampel, turbidimeter harus dikalibrasi terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan oil khusus dengan nilai kalibrasi Jika nilai kalibrasi sudah berada diantara maka alat sudah dapat digunakan. Sampel dimasukkan ke dalam gelas turbidimeter, pengisian dilakukan sampai melebihi batas tera putih yang terdapat pada gelas. Setelah itu gelas dimasukkan ke dalam lubang turbidimeter, dan tutup. Nilai kekeruhan dapat diukur dengan menekan tombol read. 4. Pengukuran Konduktivitas Listrik Sampel dengan Oakton ph/con 10 series meter Konduktivitas listrik sampel diukur dengan menggunakan Oakton ph/con 10 series meter. Sebelum dilakukan pengukuran alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dan dibersihkan dengan menggunakan aquades. Jika telah dikalibrasi, maka sampel dapat diukur dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel, sampai diperoleh nilai konduktivitas yang stabil.

22 5. Pengukuran Total Padatan Terlarut Sampel dengan Refraktometer Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refraktometer Milton Roy. Sebelum pengukuran prisma pada refraktometer dibersihkan dahulu dengan menggunakan ethanol, kemudian dikeringkan. Sampel yang akan diukur diteteskan pada refraktometer. Total padatan terlarut didapat dengan melihat batas gelap dan terang. Total padatan terlarut dinyatakan dalam persen brix. Setelah selesai prisma refraktometer dibersihkan dengan ethanol dan keringkan. 6. Pengukuran ph Sampel dengan Oakton ph/con 10 series meter ph sampel diukur dengan menggunakan Oakton ph/con 10 series meter. Alat ph meter yang akan digunakan sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan buffer 7. Elektroda dimasukkan ke dalam larutan buffer, lalu didiamkan sampai diperoleh nilai yang sesuai dengan larutan buffer yang digunakan. Setelah selesai dikalibrasi elektroda harus dibersihkan dengan aquades lalu keringkan dengan tissue. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan dibiarkan beberapa saat sampai diperoleh nilai ph sampel yang stabil. Setelah selesai elektroda dibilas dengan aquades dan dikeringkan dengan tissue. 7. Uji Organoleptik dengan Skala Hedonik Uji organoleptik yang berupa uji kesukaan atau uji hedonik terhadap rasa, warna dan aroma. Skala yang digunakan adalah skala hedonik dengan rentang nilai tidak suka sampai suka, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Uji Organoleptik Penelitian Penerimaan Nilai Tidal suka 1 Netral 2 Suka 3 8. Uji Kekerasan Sampel dengan Hardness meter Hanedi Alat ini dirancang dan dibuat oleh Hanedi Darmasetiawan. Sebelum dilakukan pengukuran kekerasan tablet, alat dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil kalibrasi diperoleh nilai tetapan untuk penyimpangan sebesar 1mm sama dengan 7,197x10 3 dyne/cm 2. Bentuk alat dapat dilihat pada Lampiran 8. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mencari bentuk metode pengeringan sari buah tomat, menghitung kadar air yang hilang dari sari buah tomat setelah dikeringkan, menentukan komposisi tablet, menghitung lamanya kelarutan tablet, dan menghitung kerapatan tablet. Metode pengeringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan oven MIR-162, yang diset pada suhu maksimum 80 0 C. Massa sari buah tomat sebelum dilakukan pengeringan yaitu sebesar 3614,4 gram dan setelah dilakukan pengeringan massanya menjadi 90 gram. Jadi persen kadar air yang hilang diperoleh sebesar 97,50% dengan menggunakan persamaan 7. a b Kadar air (%) = x 100% (7) a Keterangan: a = massa sari buah tomat sebelum dilakukan pengeringan (g). b = massa sari buah tomat setelah dilakukan pengeringan (g). Pada tahap pemilihan komposisi tablet dari beberapa yang diperkirakan, jika daya larut dan rasanya cukup baik, maka komposisi tersebut akan dipergunakan pada penelitian utama. Komposisi yang digunakan untuk setiap tablet seperti pada Tabel 7. Lama kelarutan tablet memiliki kisaran antara 6-8 menit untuk tablet yang disimpan pada suhu lemari pendingin, tanpa pengadukan. Sedangkan lama kelarutan tablet yang disimpan pada suhu kamar berkisar antara 7-15 menit tanpa pengadukan. Lamanya kelarutan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Lamanya Kelarutan (Menit) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Lama Kelarutan Tablet Perla- (Menit) Hari Kekuan A 1 B A 1 B A 2 B A 2 B A 3 B A 3 B A 4 B A 4 B

23 Daya larut dari komponen tablet dipengaruhi oleh bentuk partikel, komposisi penyusun tablet dan kekompakan tekstur tablet. Kerapatan tablet dihitung dengan menggunakan persamaan 8. m ρ = V ρ = m 2 πr d (8) Keterangan: m = Massa tablet (g) V = Volum tablet (cm 3 ) π = Tetapan (3,14) r = Jari-jari tablet (1,15 cm) d = Ketebalan tablet (cm) Tabel 10 Kerapatan (g/cm 3 ) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kerapatan Tablet (g/cm 3 ) Perlakuan Hari Ke- 1 A 1 B 1 1,1739 A 1 B 2 1,1739 A 2 B 1 1,1119 A 2 B 2 1,1119 A 3 B 1 1,1407 A 3 B 2 1,1407 A 4 B 1 1,0897 A 4 B 2 1,0897 Pada Tabel 10, diperoleh kerapatan tablet lebih besar dari kerapatan larutannya. Dari hasil penelitian, kerapatan larutan tablet ada diantara kerapatan tablet dan kerapatan air. Sedangkan kerapatan air sama dengan 1 g/cm 3. Penelitian Utama 1. Kerapatan Dari Tabel 11, diperoleh kerapatan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin menurun selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan adanya perubahan penyebaran komponen-komponen tablet ketika dilakukan pelarutan, sehingga pada volum yang tetap dengan massa yang kecil nilai kerapatannya akan semakin menurun. Selain itu dapat pula disebabkan adanya penambahan udara yang masuk selama penyimpanan. Tablet effervescent yang disimpan pada suhu lemari pendingin memiliki nilai kerapatan yang lebih besar daripada suhu kamar. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kekompakan tekstur tablet. Tekstur tablet yang kompak dapat menyebabkan tablet tenggelam dahulu ketika dilarutkan dalam air dan setelah tablet akan larut semua, baru naik kepermukaan air. Sedangkan tekstur tablet yang kurang kompak akan larut dan pecah dipermukaan air. Kelarutan tablet yang kurang kompak lebih lama daripada tablet yang kompak. Tablet yang disimpan pada suhu lemari pendingin memiliki kekompakan tekstur tablet yang lebih baik dibandingkan dengan kekompakan tablet yang disimpan pada suhu kamar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kelembaban. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kerapatan, dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 4 B 1 C 1 memiliki nilai kerapatan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain. Tabel 11 Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kerapatan (g/ml) Perla- Hari Kekuan C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 1,0932 1,0928 1,0902 1,0908 1,0865 1,0829 1,0932 1,0927 1,0902 1,0908 1,0864 1,0827 1,0931 1,0927 1,0905 1,0907 1,0863 1,0827 A 1 B 2 1,0930 1,0926 1,0905 1,0849 1,0820 1,0803 1,0930 1,0926 1,0905 1,0848 1,0820 1,0802 1,0929 1,0926 1,0905 1,0847 1,0819 1,0802 A 2 B 1 1,0962 1,0932 1,0911 1,0903 1,0885 1,0849 1,0961 1,0931 1,0910 1,0903 1,0886 1,0848 1,0961 1,0931 1,0908 1,0902 1,0886 1,0847 A 2 B 2 1,0960 1,0918 1,0907 1,0869 1,0847 1,0821 1,0960 1,0917 1,0907 1,0868 1,0847 1,0820 1,0959 1,0917 1,0906 1,0867 1,0847 1,0820 A 3 B 1 1,0969 1,0950 1,0938 1,0908 1,0898 1,0869 1,0969 1,0950 1,0935 1,0907 1,0897 1,0868 1,0968 1,0949 1,0934 1,0969 1,0896 1,0868 A 3 B 2 1,0968 1,0929 1,0916 1,0896 1,0868 1,0847 1,0967 1,0929 1,0916 1,0896 1,0868 1,0847 1,0967 1,0929 1,0915 1,0895 1,0867 1,0846 A 4 B 1 1,0996 1,0978 1,0966 1,0948 1,0899 1,0876 1,0995 1,0977 1,0965 1,0947 1,0899 1,0875 1,0995 1,0976 1,0965 1,0947 1,0898 1,0875 A 4 B 2 1,0994 1,0948 1,0922 1,0905 1,0875 1,0849 1,0994 1,0948 1,0922 1,0905 1,0875 1,0849 1,0994 1,0947 1,0922 1,0905 1,0874 1,0848

24 Keterangan: (A) = Komposisi Tablet (g) A 1 = 1.5 g sari buah g asam sitrat g natrium bikarbonat g asam stearat g gula pasir. A 2 = 1.5 g sari buah g asam sitrat g natrium bikarbonat g asam stearat g gula pasir g natrium benzoat. A 3 = 1.5 g sari buah g asam sitrat g natrium bikarbonat g asam stearat g gula pasir. A 4 = 1.5 g sari buah g asam sitrat g natrium bikarbonat g asam stearat g gula pasir g natrium benzoat. (B) = Suhu Penyimpanan ( 0 C). B 1 = Sampel disimpan pada suhu lemari pendingin (10 0 C). B 2 = Sampel disimpan pada suhu kamar (27 0 C). (C) = Lama Penyimpanan (Hari) C 1, C 2, C 3, C 4, C 5, dan C 6 = Waktu penyimpanan 1 hari, 3 hari, 5 hari, 11 hari, dan 15 hari. Kerapatan (g/ml) Lama Penyimpanan (Hari) A 1B1C A 1B2C A 2B1C A 2B2C A 3B1C A 3B2C A 4B1C A 4B2C Gambar 3 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kerapatan (g/ml) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. 2. Kekentalan Dari Tabel 12, diperoleh kekentalan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin meningkat selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan total padatan terlarut. Selain itu dapat pula disebabkan adanya penambahan gula pasir. Penambahan gula kurang dari 40 persen pada produk pangan dapat memungkinkan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga bahan pangan menjadi sangat kental. Tablet effervescent yang disimpan pada suhu lemari pendingin nilai kekentalannya lebih besar daripada yang disimpan pada suhu kamar. Sesuai dengan pendapat Sears dan Zemansky (1962) menyatakan bahwa kekentalan dinamik cairan sangat dipengaruhi oleh suhu. Kekentalan menjadi semakin besar jika suhunya turun, dan sebaliknya kekentalan menjadi semakin kecil jika suhunya bertambah. Tabel 12 Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kekentalan x 10 Perla- -2 (poise) Hari Kekuan C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 1,1441 1,1724 1,2113 1,2266 1,3472 1,3678 1,1441 1,1724 1,2113 1,2266 1,3472 1,3677 1,1440 1,1723 1,2113 1,2265 1,3471 1,3677 A 1 B 2 1,0901 1,0926 1,1562 1,1862 1,2344 1,3082 1,0900 1,0926 1,1562 1,1862 1,2343 1,3080 1,0900 1,0925 1,1562 1,1861 1,2342 1,3080 A 2 B 1 1,1676 1,1716 1,2202 1,3139 1,3508 1,3944 1,1675 1,1715 1,2202 1,3139 1,3508 1,3943 1,1675 1,1714 1,2201 1,3138 1,3508 1,3943 A 2 B 2 1,1164 1,1487 1,1778 1,2157 1,3003 1,3399 1,1163 1,1486 1,1778 1,2157 1,3002 1,3400 1,1163 1,1486 1,1777 1,2156 1,3001 1,3400 A 3 B 1 1,0705 1,1275 1,1977 1,2113 1,2403 1,3723 1,0705 1,1275 1,1974 1,2113 1,2403 1,3723 1,0705 1,1274 1,1973 1,2112 1,2402 1,3722 A 3 B 2 1,0696 1,1003 1,1342 1,2023 1,2300 1,3177 1,0696 1,1002 1,1342 1,2022 1,2299 1,3176 1,0695 1,1002 1,1341 1,2021 1,2298 1,3176 A 4 B 1 1,0411 1,1152 1,1505 1,2355 1,3054 1,5115 1,0410 1,1151 1,1505 1,2354 1,3054 1,5115 1,0409 1,1151 1,1505 1,2353 1,3053 1,5114 A 4 B 2 1,0360 1,0975 1,1497 1,1643 1,3029 1,4843 1,0360 1,0974 1,1496 1,1643 1,3029 1,4842 1,0360 1,0973 1,1496 1,1643 1,3028 1,4842 Kekentalan (poise) Lama Penyimpanan (Hari) A 1 B 1 C A 1 B 2 C A 2 B 1 C A 2 B 2 C A 3 B 1 C A 3 B 2 C A 4 B 1 C A 4 B 2 C Gambar 4 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekentalan (poise) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekentalan, dapat dilihat pada Lampiran 3.

25 Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 4 B 1 C 6 memiliki nilai kekentalan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain. 3. Kekeruhan Tabel 13 Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kekeruhan (NTU) Perla- Hari Kekuan C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 737,5 1030,0 1130,0 1205,0 1207,5 1602,5 737,5 1010,0 1162,5 1207,5 1210,0 1605,0 735,0 1032,5 1155,0 1207,5 1220,0 1600,0 A 1 B 2 802,5 1090,0 1257,5 1370,0 1687,5 1750,0 805,0 1090,0 1287,5 1360,0 1505,0 1750,0 810,0 1087,5 1247,5 1422,0 1582,5 1815,0 A 2 B 1 792,5 1072,5 1137,5 1267,5 1350,0 1407,5 792,5 1090,0 1130,0 1260,0 1385,0 1362,5 795,0 1067,5 1135,0 1265,0 1397,5 1372,5 A 2 B 2 805,0 1067,5 1275,0 1385,0 1632,5 1832,5 812,5 1110,0 1245,0 1400,0 1630,0 1832,5 815,0 1102,5 1242,5 1375,0 1635,0 1835,0 A 3 B 1 630,0 935,0 1057,5 1310,0 1310,0 1575,0 632,5 932,5 1017,5 1305,0 1317,0 1570,0 645,5 932,5 1005,0 1292,5 1300,0 1567,5 A 3 B 2 655,0 947,5 1225,0 1247,5 1320,0 1705,0 662,5 937,5 1230,0 1242,5 1345,0 1705,0 662,5 927,5 1230,0 1247,5 1317,5 1705,0 A 4 B 1 582,5 775,0 867,5 1360,0 1415,0 1562,5 590,0 775,0 862,5 1362,5 1385,0 1552,5 587,5 782,5 872,5 1360,0 1372,5 1557,5 A 4 B 2 682,5 947,5 1260,0 1432,5 1587,5 1715,0 697,0 945,0 1237,5 1410,0 1572,5 1707,0 685,0 937,5 1252,5 1380,0 1580,0 1697,5 K ekeruhan (NTU) Lama Penyimpanan (Hari) A 1B 1 C A 1B 2 C A 2B 1 C A 2B 2 C A 3B 1 C A 3B 2 C A 4B 1 C A 4B 2 C Gambar 5 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekeruhan (NTU) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Dari Tabel 13, diperoleh kekeruhan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang semakin meningkat selama penyimpanan. Peningkatan kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensi, jenis mikroorganisme dan tingkat laju aktifitasnya. Menurut Sears dan Zemansky (1962), turbulensi terjadi bila kecepatan aliran suatu fluida menjadi cukup besar. Aliran fluida dapat digolongkan oleh bilangan tak berdimensi yang dinamakan bilangan Reynolds (N R ). Aliran turbulensi terjadi jika bilangan Reynolds nya lebih besar dari Faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan kekeruhan yaitu adanya hidrolisis pada gula bereaksi dengan protein. Kekeruhan larutan tablet effervescent sari buah tomat yang disimpan pada suhu lemari pendingin nilainya lebih kecil dibandingkan dengan suhu kamar. Hal ini dapat disebabkan tidak stabilnya komponen-komponen di dalam larutan dan adanya aktifitas mikroorganisme di dalam sampel yang disimpan pada suhu kamar. Aktifitas mikroorganisme pada sampel yang berada pada suhu kamar lebih besar dibandingkan dengan sampel yang disimpan pada suhu lemari pendingin. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kekeruhan, dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 2 B 2 C 6 memiliki nilai kekeruhan yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain. 4. Konduktivitas Listrik Konduktivitas listrik suatu larutan dipengaruhi oleh konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, ion valensi, tingkat oksidasi, serta suhu. Dalam suatu larutan, arus dibawa oleh kation dan anion. Konduktivitas listrik berhubungan dengan nilai ph. Namun hubungan antara keduanya tidak sebanding. Ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang sangat besar. Dari Tabel 14, diperoleh nilai konduktivitas listrik yang semakin meningkat selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat larutan yang semakin basa. Dalam suatu larutan jika konsentrasi ion H + menurun dan ion OH - nya meningkat, ini berarti bahwa ion OH - yang mudah bergerak di dalam larutan tersebut, sehingga larutan bersifat basa dan konduktivitas listrik meningkat. Tablet effervescent yang disimpan pada suhu kamar memiliki nilai konduktivitas listrik yang lebih besar dibandingkan dengan suhu lemari pendingin. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan suhu larutan.

26 Suhu larutan yang meningkat menyebabkan kemampuan konsentrasi atau jumlah muatan anion atau ion OH - meningkat. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai konduktivitas listrik, dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 4 B 2 C 6 memiliki nilai konduktivitas listrik yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain. Tabel 14 Konduktivitas Listrik (ms) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Konduktivitas Listrik (ms) Perlakuan Hari Ke- C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 3,08 3,20 4,17 4,27 5,07 5,25 3,07 3,15 4,18 4,29 5,06 5,26 3,08 3,16 4,18 4,29 5,07 5,29 A 1 B 2 3,47 3,48 4,73 5,41 5,50 5,27 3,47 3,50 4,74 5,41 5,54 5,30 3,46 3,50 4,75 5,40 5,54 5,29 A 2 B 1 3,35 3,65 4,28 4,36 4,49 4,74 3,27 3,65 4,30 4,34 4,47 4,76 3,27 3,66 4,31 4,35 4,47 4,75 A 2 B 2 3,80 4,15 4,45 4,77 5,43 5,61 3,84 4,16 4,44 4,78 5,54 5,60 3,86 4,14 4,46 4,79 5,49 5,62 A 3 B 1 5,34 6,73 7,13 7,40 7,46 8,21 5,35 6,77 7,14 7,38 7,43 8,23 5,34 6,78 7,12 7,42 7,46 8,21 A 3 B 2 5,73 7,03 7,68 7,87 9,34 9,52 5,72 7,05 7,69 7,92 9,35 9,51 5,71 7,03 7,70 7,92 9,35 9,54 A 4 B 1 4,56 7,17 7,70 8,01 9,02 9,34 4,56 7,16 7,71 8,04 9,03 9,34 4,55 7,15 7,66 8,02 9,03 9,34 A 4 B 2 5,94 7,18 7,75 8,56 9,21 9,57 5,92 7,17 7,77 8,56 9,22 9,58 5,91 7,15 7,79 8,56 9,21 9,60 Konduktivitas Listrik (ms) Lama Penyimpanan (Hari) A 1 B 1 C A 1 B 2 C A 2 B 1 C A 2 B 2 C A 3 B 1 C A 3 B 2 C A 4 B 1 C A 4 B 2 C Gambar 6 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Konduktivitas Listrik (ms) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. 5. Total Padatan Terlarut Dari Tabel 15, diperoleh nilai total padatan terlarut yang semakin meningkat selama penyimpanan. Kenaikan total padatan terlarut dapat disebabkan oleh kelarutan komponen tablet yang semakin meningkat, sehingga penyebaran komponen-komponen tablet semakin merata. Selain itu, peningkatan total padatan terlarut dapat juga disebabkan oleh peningkatan konduktivitas listrik, sehingga jumlah ion yang terdapat dalam larutan tersebut jumlahnya meningkat. Tablet effervescent yang disimpan pada suhu lemari pendingin memiliki nilai total padatan terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan suhu kamar. Hal ini dapat disebabkan asam sitrat dan natrium bikarbonat yang terdapat pada komponen tablet memiliki sifat mudah larut pada suhu rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1997) yang menyatakan bahwa pada suhu rendah komponen asam atau pembentuk asam seperti asam sitrat atau asam tartarat bila bereaksi dengan natrium bikarbonat akan melepaskan CO 2 dengan aktifitas cepat. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai total padatan terlarut, dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 15 Total Padatan Terlarut (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Total Padatan Terlarut (%) Perlakuan Hari Ke- C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 17,4 17,5 17,9 18,3 18,5 18,9 17,4 17,5 17,9 18,2 16,5 18,9 17,3 17,4 17,8 18,2 18,4 18,8 A 1 B 2 16,5 17,1 17,8 18,0 18,1 18,7 16,3 17,2 17,8 18,0 18,0 18,8 16,5 17,2 17,8 17,9 18,1 18,9 A 2 B 1 17,2 17,2 17,5 17,8 18,5 18,8 17,1 17,2 17,5 17,8 18,4 18,8 17,0 17,1 17,6 17,6 18,4 18,9 A 2 B 2 15,5 16,9 17,0 17,5 17,9 18,2 15,5 16,9 17,2 17,5 17,8 18,1 15,6 16,8 17,2 17,4 17,9 18,1 A 3 B 1 17,9 17,9 18,2 18,5 19,9 23,4 17,8 17,9 18,2 18,6 19,9 23,2 17,7 17,8 18,0 18,4 19,8 23,4 A 3 B 2 17,3 17,5 17,8 18,2 18,9 22,5 17,4 17,5 17,7 18,0 18,9 22,5 17,4 17,6 17,8 18,1 18,8 22,9 A 4 B 1 17,5 18,2 18,3 18,5 18,8 23,1 17,6 18,1 18,3 18,5 18,8 23,2 17,6 18,1 18,2 18,4 18,9 23,1 A 4 B 2 17,2 17,5 17,7 18,2 18,5 22,9 17,1 17,5 17,6 18,2 18,4 22,8 17,1 17,4 17,6 18,3 18,5 22,9

27 Total Padatan Terlarut (%) Lama Penyimpanan (Hari) A 1 B 1 C A 1 B 2 C A 2 B 1 C A 2 B 2 C A 3 B 1 C A 3 B 2 C A 4 B 1 C A 4 B 2 C Gambar 7 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Total Padatan Terlarut (%) Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 3 B 1 C 6 memiliki nilai total padatan terlarut yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain. 6. ph Keasaman larutan biasa dinyatakan dengan ph, yang merupakan bilangan negatif dari logaritma konsentrasi ion H +. ph = -log [H + ] atau [H + ] = 10 -ph (9) Namun, kadang-kadang keasaman dapat dinyatakan pula dengan poh yaitu -log [OH - ]. Dari Tabel 16, diperoleh nilai ph yang semakin meningkat selama penyimpanan. Ini menunjukkan bahwa larutan bersifat mendekati netral dan basa. Suatu larutan bersifat netral yaitu jika konsentrasi ion OH - sama dengan konsentrasi ion H + nya. Sedangkan larutan bersifat basa, yaitu jika konsentrasi ion OH - nya lebih besar daripada konsentrasi ion H + nya. Peningkatan nilai ph dapat disebabkan oleh penguraian atau reaksi browning secara enzimatik dan nonenzimatik juga adanya pengaruh keberadaan mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme pada suatu bahan pangan dapat tumbuh pada ph mendekati netral, tetapi beberapa mikroorganisme menyukai suasana asam dan yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa. Kenaikan ph dapat pula disebabkan oleh pemakaian natrium bikarbonat dan pemakaian garam natrium benzoat yang terurai menjadi ion natrium (Na + ) bebas. Ion tersebut berikatan dengan asam organik dan membentuk garam sehingga aktifitas ion H + nya pada asam organik hilang. Hilangnya aktifitas ion H + dalam larutan menyebabkan aktifitas ion OH - yang lebih dominan sehingga produk bersifat basa. Reaksinya adalah sebagai berikut: NaHCO 3 + H 2 O Na + + H 2 CO 3 + OH - (10) NaC 6 H 5 COOH + H 2 O Na + + C 6 H 5 CO 2 H 2 + OH - (11) Tabel 16 ph Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. ph Perlakuan Hari Ke- C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 6,17 6,24 6,28 6,38 6,43 6,58 6,17 6,23 6,27 6,38 6,44 6,57 6,18 6,24 6.,27 6,38 6,44 6,58 A 1 B 2 6,09 6,14 6,23 6,27 6,34 6,36 6,08 6,15 6,22 6,27 6,34 6,35 6,09 6,13 6,23 6,26 6,35 6,36 A 2 B 1 6,07 6,28 6,29 6,34 6,37 7,05 6,06 6,26 6,30 6,33 6,37 7,06 6,08 6,26 6,30 6,34 6,36 7,05 A 2 B 2 6,00 6,13 6,21 6,25 6,30 6,52 6,00 6,12 6,21 6,26 6,30 6,53 5,99 6,11 6,20 6,27 6,31 6,52 A 3 B 1 6,76 6,78 6,83 7,01 7,10 7,65 6,76 6,78 6,84 7,02 7,11 7,64 6,75 6,77 6,82 7,01 7,10 7,64 A 3 B 2 6,49 6,76 6,81 6,89 7,05 7,61 6,56 6,76 6,81 6,89 7,05 7,61 6,57 6,75 6,80 6,90 7,04 7,62 A 4 B 1 6,73 6,78 7,06 7,21 7,35 7,87 6,72 6,77 7,07 7,21 7,36 7,87 6,73 6,79 7,07 7,22 7,35 7,86 A 4 B 2 6,72 6,77 6,92 7,01 7,05 7,55 6,72 6,77 6,91 7,00 7,04 7,54 6,72 6,78 6,91 7,00 7,04 7,54 ph Lama Penyimpanan (Hari) A 1 B 1C A 1 B 2C A 2 B 1C A 2 B 2C A 3 B 1C A 3 B 2C A 4 B 1C A 4 B 2C Gambar 8 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan ph Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor komposisi tablet, suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan interaksi antara ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai ph, dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A 4 B 1 C 6 memiliki nilai ph yang relatif lebih tinggi daripada perlakuan lain.

28 7. Kekerasan Tabel 17 Kekerasan (dyne/cm 2 ) Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kekerasan x 10 Perlakuan (dyne/cm 2 ) Hari Ke- C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 A 1 B 1 8,709 8,997 8,997 9,357 9,717 10,076 A 1 B 2 8,637 8,637 7,917 7,917 7,197 7,197 A 2 B 1 8,709 8,997 9,357 9,357 10,076 10,796 A 2 B 2 8,637 8,637 8,637 7,917 7,917 7,197 A 3 B 1 8,781 8,925 9,357 9,357 10,076 10,076 A 3 B 2 8,637 8,637 8,637 8,277 7,197 7,197 A 4 B 1 8,781 8,997 9,357 9,357 9,717 10,796 A 4 B 2 8,637 8,637 8,637 7,917 7,197 7,197 Kekerasan (dyne/cm^2) Lama Penyimpanan (Hari) A 1B 1 C A 1B 2 C A 2B 1 C A 2B 2 C A 3B 1 C A 3B 2 C A 4B 1 C A 4B 2 C Gambar 9 Hubungan antara Lama Penyimpanan (Hari) dengan Kekerasan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat. Kekerasan bahan dapat didefinisikan sebagai daya tahan terhadap deformasi. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, suhu dan umur bahan. Dari Tabel 17, diperoleh nilai kekerasan yang berbeda untuk setiap perlakuan. Untuk perlakuan A 1 B 1, A 2 B 1, A 3 B 1 dan A 4 B 1 yang disimpan pada suhu lemari pendingin (10 0 C) pada umumnya memiliki nilai kekerasan yang semakin meningkat selama penyimpanan. Sedangkan untuk perlakuan A 1 B 2, A 2 B 2, A 3 B 2 dan A 4 B 2 yang disimpan pada suhu kamar (27 0 C) sebaliknya, memiliki nilai kekerasan yang semakin menurun. Peningkatan dan penurunan nilai kekerasan dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan suhu penyimpanan, faktor lingkungan atau pengaruh kelembaban dan sifat dari bahan penyusun komponen tablet itu sendiri. 8. Uji Organoleptik Uji organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji hedonik. Nilai skor uji organoleptik yang diberikan seperti pada Tabel 8. Dalam uji organoleptik, responden diminta tanggapannya terhadap kesukaan atau ketidaksukaannya pada larutan tablet effervescent sari buah tomat yaitu sebanyak tiga kali yaitu hari ke-1, hari ke-5, dan hari ke- 8. Hasil uji organoleptik terhadap lima orang panelis tidak terlatih ditunjukkan pada Tabel 18. Tabel 18 Uji Organoleptik Larutan Tablet Effervescent Sari Buah Tomat Warna Aroma Rasa Perla- Hari ke- Hari ke- Hari kekuan A 1 B 1 2,6 2,4 2, ,8 2,6 2,4 2,4 A 1 B 2 2,4 2,2 2,4 3 2,8 2,6 2,4 2,0 2,2 A 2 B 1 2,2 2,2 2,0 3 2,8 3,0 2,4 2,2 2,4 A 2 B 2 2,2 2,0 2,2 2,8 3 2,6 2,2 2,2 2,4 A 3 B 1 2,4 2,2 2,2 2,6 2,8 2,6 2,6 2,4 2,4 A 3 B 2 2,2 2,2 2,0 2,8 2,6 2,4 2,6 2,2 2,4 A 4 B 1 2,4 2,6 2,2 3 2,8 2,8 2,4 2,6 2,4 A 4 B 2 2,6 2,2 2,4 2,6 3 2,6 2,4 2,6 2,2 Penilaian kesukaan atau ketidaksukaan terhadap warna dan rasa larutan tablet effervescent sari buah tomat pada umumnya lebih kecil dibandingkan dengan aromanya. Hal ini disebabkan larutan tablet mampu mempertahankan aroma yang khas buah tomat selama penyimpanan, sedangkan rasa dan warna panelis belum terbiasa. Disini timbul browning, larutan menjadi merah kecoklatan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian didapat bahwa komposisi tablet, suhu penyimpanan, dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata pada enam parameter fisik (kerapatan, kekentalan, konduktivitas listrik, total padatan terlarut, dan uji kekerasan), dan dua parameter tambahan (ph dan uji organoleptik). Penyimpanan tablet pada suhu lemari pendingin (10 0 C) dan waktu penyimpanan yang lebih singkat memberikan hasil yang lebih baik daripada yang disimpan pada suhu kamar (27 0 C). Dari perlakuan yang diberikan hasil yang didapat sudah cukup baik. Saran Mencari komposisi yang tepat antara sari buah tomat, natrium bikarbonat, asam sitrat, asam stearat, dan sebagai pemanis menggunakan fruktosa sebagai pengganti gula pasir.

29 DAFTAR PUSTAKA Andriani, Y Karakterisasi Fisik Sari Buah Jeruk Siem Pontianak pada Suhu Pemanasan yang Berbeda [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Buckle, K. A, at al Ilmu Pangan. Cet. Ke-1. Hari Purnomo Adiono, Penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Food Science. Desrosier, N. W Teknologi Pengawetan Pangan Edisi ke-3. Muchji Muljohardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press. Dewi, Y Pembuatan Alat Ukur Konduktivitas Termal Bahan Pangan Cair dan Aplikasinya terhadap Dua Macam Jus Komersial yang Dilakukan Beberapa Karakterisasi Fisiknya [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Frank, P.G, Woodroof, J.G Beverages: Carbonated and Noncarbonated. Westport, Connenticut. The AVI Publishing Company, INC. Giancoli, D Fisika. Ed. Ke-4. Cuk Imawan, Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Physics. Hartanto, I Pembuatan Flavored Beverage Effervescent [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Huoghton, H.W Developments In Soft Drinks Technology-3. London and New York: Elsevier Applied Science Publishers. Nurharini, D Pembuatan Teh (Camellia sinensis L) Effervescent Alternatif Diversifikasi Produk Teh [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rohdiana, D. ST, MP Mengenali Teknologi Tablet Effervescent. /lainnya2html. (25 Mei 2005). Saeni, M.S Kimia Lingkungan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Saeni, M.S, Risnayati, Sjahriza, A, at al Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Satuhu, S Penanganan dan Pengolahan Buah. Cet. Ke-IV. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sears, F.W, Zemansky, M.W Fisika untuk Universitas Mekanika Panas Bunyi. [Saduran bebas: Ir. Soedarjana dan Drs. Amir Akhmad]. Bandung: PT Binacipta. Supriyadi, S Karakterisasi Fisik, Kimia dan Biologi Larutan Susu Bubuk yang Diberi Bahan Tambahan Sebagai Pengawet [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tugiyono, H Bertanam Tomat. Cet. Ke-25. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Utamidewi, D Karakterisasi Fisik dan Nilai ph Coctail Buah Pepaya Bangkok dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda pada Suhu Ruang Pendingin [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Vikaliana, R Kasus Dalam Bidang Fisika Pangan Tentang Jeruk Nipis pada Suhu dan Lama Penyimpanan yang Berbeda [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wahyuningsih, D Mempelajari Pembuatan Tablet Effervescent Minuman Cina- ale [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Widyasari, Y Karakterisasi Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Air Minum dalam Kemasan dan Air Minum PDAM Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wiriano, H, Sutrisniati, D Pengolahan Buah-buahan; Sari Buah, Sirup, Jelly, Jam dan Manisan Buah [Laporan Up- Grading]. Bogor: Departemen Perindustrian Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Balai Besar Lit- Bang Industri Hasil Pertanian Bogor.

30 Lampiran 1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kompo sisi Tablet (g) Suhu Penyimpanan ( 0 C) Lama Penyimpanan Ulangan Kerapatan Kekentalan x10^ -2 Kekeruhan Kond. TPT ph Kekerasan Listrik x10^ 3 ( Hari) Ke- (g/ml) (poise) (NTU) (ms) (%) (dyne/cm 2 ) A1 B1 C1 1 1,0932 1, ,5 3,08 17,4 6,17 8,709 A1 B1 C1 2 1,0932 1, ,5 3,07 17,4 6,17 A1 B1 C1 3 1,0931 1, ,0 3,08 17,3 6,18 A1 B1 C2 1 1,0928 1, ,0 3,20 17,5 6,24 8,997 A1 B1 C2 2 1,0927 1, ,0 3,15 17,5 6,23 A1 B1 C2 3 1,0927 1, ,5 3,16 17,4 6,24 A1 B1 C3 1 1,0902 1, ,0 4,17 17,9 6,28 8,997 A1 B1 C3 2 1,0902 1, ,5 4,18 17,9 6,27 A1 B1 C3 3 1,0905 1, ,0 4,18 17,8 6,27 A1 B1 C4 1 1,0908 1, ,0 4,27 18,3 6,38 9,357 A1 B1 C4 2 1,0908 1, ,5 4,29 18,2 6,38 A1 B1 C4 3 1,0907 1, ,5 4,29 18,2 6,38 A1 B1 C5 1 1,0865 1, ,5 5,07 18,5 6,43 9,717 A1 B1 C5 2 1,0864 1, ,0 5,06 18,5 6,44 A1 B1 C5 3 1,0863 1, ,0 5,07 18,4 6,44 A1 B1 C6 1 1,0829 1, ,5 5,25 18,9 6,58 10,076 A1 B1 C6 2 1,0827 1, ,0 5,26 18,9 6,57 A1 B1 C6 3 1,0827 1, ,0 5,29 18,8 6,58 A1 B2 C1 1 1,0930 1, ,5 3,47 16,5 6,09 8,637 A1 B2 C1 2 1,0930 1, ,0 3,47 16,3 6,08 A1 B2 C1 3 1,0929 1, ,0 3,46 16,5 6,09 A1 B2 C2 1 1,0926 1, ,0 3,48 17,1 6,14 8,637 A1 B2 C2 2 1,0926 1, ,0 3,50 17,2 6,15 A1 B2 C2 3 1,0926 1, ,5 3,50 17,2 6,13 A1 B2 C3 1 1,0905 1, ,5 4,73 17,8 6,23 7,917 A1 B2 C3 2 1,0905 1, ,5 4,74 17,8 6,22 A1 B2 C3 3 1,0904 1, ,5 4,75 17,8 6,23 A1 B2 C4 1 1,0849 1, ,0 5,41 18,0 6,27 7,917 A1 B2 C4 2 1,0848 1, ,0 5,41 18,0 6,27 A1 B2 C4 3 1,0847 1, ,0 5,40 17,9 6,26 A1 B2 C5 1 1,0820 1, ,5 5,50 18,1 6,34 7,197 A1 B2 C5 2 1,0820 1, ,0 5,54 18,0 6,34 A1 B2 C5 3 1,0819 1, ,5 5,54 18,1 6,35 A1 B2 C6 1 1,0803 1, ,0 5,27 18,7 6,36 7,197 A1 B2 C6 2 1,0802 1, ,0 5,30 18,8 6,35 A1 B2 C6 3 1,0802 1, ,0 5,29 18,9 6,36 A2 B1 C1 1 1,0962 1, ,5 3,35 17,2 6,07 8,709 A2 B1 C1 2 1,0961 1, ,5 3,27 17,1 6,06 A2 B1 C1 3 1,0961 1, ,0 3,27 17,0 6,08 A2 B1 C2 1 1,0932 1, ,5 3,65 17,2 6,28 8,997 A2 B1 C2 2 1,0931 1, ,0 3,65 17,2 6,26 A2 B1 C2 3 1,0931 1, ,5 3,66 17,1 6,26 A2 B1 C3 1 1,0911 1, ,5 4,28 17,5 6,29 9,357 A2 B1 C3 2 1,0910 1, ,0 4,30 17,5 6,30 A2 B1 C3 3 1,0908 1, ,0 4,31 17,6 6,30 A2 B1 C4 1 1,0903 1, ,5 4,36 17,8 6,34 9,357

31 A2 B1 C4 2 1,0903 1, ,0 4,34 17,8 6,33 A2 B1 C4 3 1,0902 1, ,0 4,35 17,6 6,34 A2 B1 C5 1 1,0885 1, ,0 4,49 18,5 6,37 10,076 A2 B1 C5 2 1,0886 1, ,0 4,47 18,4 6,37 A2 B1 C5 3 1,0886 1, ,5 4,47 18,4 6,36 A2 B1 C6 1 1,0849 1, ,5 4,74 18,8 7,05 10,796 A2 B1 C6 2 1,0848 1, ,5 4,76 18,8 7,06 A2 B1 C6 3 1,0847 1, ,5 4,75 18,9 7,05 A2 B2 C1 1 1,0960 1, ,0 3,80 15,5 6,00 8,637 A2 B2 C1 2 1,0960 1, ,5 3,84 15,5 6,00 A2 B2 C1 3 1,0959 1, ,0 3,86 15,6 5,99 A2 B2 C2 1 1,0918 1, ,5 4,15 16,9 6,13 8,637 A2 B2 C2 2 1,0917 1, ,0 4,16 16,9 6,12 A2 B2 C2 3 1,0917 1, ,5 4,14 16,8 6,11 A2 B2 C3 1 1,0907 1, ,0 4,45 17,0 6,21 8,637 A2 B2 C3 2 1,0907 1, ,0 4,44 17,2 6,21 A2 B2 C3 3 1,0906 1, ,5 4,46 17,2 6,2 A2 B2 C4 1 1,0869 1, ,0 4,77 17,5 6,25 7,917 A2 B2 C4 2 1,0868 1, ,0 4,78 17,5 6,26 A2 B2 C4 3 1,0867 1, ,0 4,79 17,4 6,27 A2 B2 C5 1 1,0847 1, ,5 5,43 17,9 6,3 7,917 A2 B2 C5 2 1,0847 1, ,0 5,54 17,8 6,3 A2 B2 C5 3 1,0847 1, ,0 5,49 17,9 6,31 A2 B2 C6 1 1,0821 1, ,5 5,61 18,2 6,52 7,197 A2 B2 C6 2 1,0820 1, ,5 5,6 18,1 6,53 A2 B2 C6 3 1,0820 1, ,0 5,62 18,1 6,52 A3 B1 C1 1 1,0969 1, ,0 5,34 17,9 6,76 8,781 A3 B1 C1 2 1,0969 1, ,5 5,35 17,8 6,76 A3 B1 C1 3 1,0968 1, ,5 5,34 17,7 6,75 A3 B1 C2 1 1,0950 1, ,0 6,73 17,9 6,78 8,925 A3 B1 C2 2 1,0950 1, ,5 6,77 17,9 6,78 A3 B1 C2 3 1,0949 1, ,5 6,78 17,8 6,77 A3 B1 C3 1 1,0938 1, ,5 7,13 18,2 6,83 9,357 A3 B1 C3 2 1,0935 1, ,5 7,14 18,2 6,84 A3 B1 C3 3 1,0934 1, ,0 7, ,82 A3 B1 C4 1 1,0908 1, ,0 7,40 18,5 7,01 9,357 A3 B1 C4 2 1,0907 1, ,0 7,38 18,6 7,02 A3 B1 C4 3 1,0906 1, ,5 7,42 18,4 7,01 A3 B1 C5 1 1,0898 1, ,0 7,46 19,9 7,10 10,076 A3 B1 C5 2 1,0897 1, ,0 7,43 19,9 7,11 A3 B1 C5 3 1,0896 1, ,0 7,46 19,8 7,10 A3 B1 C6 1 1,0869 1, ,0 8,21 23,4 7,65 10,076 A3 B1 C6 2 1,0868 1, ,0 8,23 23,2 7,64 A3 B1 C6 3 1,0868 1, ,5 8,21 23,4 7,64 A3 B2 C1 1 1,0968 1, ,0 5,73 17,3 6,49 8,637 A3 B2 C1 2 1,0967 1, ,5 5,72 17,4 6,56 A3 B2 C1 3 1,0967 1, ,5 5,71 17,4 6,57 A3 B2 C2 1 1,0929 1, ,5 7,03 17,5 6,76 8,637 A3 B2 C2 2 1,0929 1, ,5 7,05 17,5 6,76 A3 B2 C2 3 1,0929 1, ,5 7,03 17,6 6,75 A3 B2 C3 1 1,0916 1, ,0 7,68 17,8 6,81 8,637 A3 B2 C3 2 1,0916 1, ,0 7,69 17,7 6,81

32 A3 B2 C3 3 1,0915 1, ,0 7,70 17,8 6,8 A3 B2 C4 1 1,0896 1, ,5 7,87 18,2 6,89 8,277 A3 B2 C4 2 1,0896 1, ,5 7, ,89 A3 B2 C4 3 1,0895 1, ,5 7,92 18,1 6,9 A3 B2 C5 1 1,0868 1, ,0 9,34 18,9 7,05 7,197 A3 B2 C5 2 1,0868 1, ,0 9,35 18,9 7,05 A3 B2 C5 3 1,0867 1, ,5 9,35 18,8 7,04 A3 B2 C6 1 1,0847 1, ,0 9,52 22,5 7,61 7,197 A3 B2 C6 2 1,0847 1, ,0 9,51 22,5 7,61 A3 B2 C6 3 1,0846 1, ,0 9,54 22,9 7,62 A4 B1 C1 1 1,0996 1, ,5 4,56 17,5 6,73 8,781 A4 B1 C1 2 1,0995 1, ,0 4,56 17,6 6,72 A4 B1 C1 3 1,0995 1, ,5 4,55 17,6 6,73 A4 B1 C2 1 1,0978 1, ,0 7,17 18,2 6,78 8,997 A4 B1 C2 2 1,0977 1, ,0 7,16 18,1 6,77 A4 B1 C2 3 1,0976 1, ,5 7,15 18,1 6,79 A4 B1 C3 1 1,0966 1, ,5 7,70 18,3 7,06 9,357 A4 B1 C3 2 1,0965 1, ,5 7,71 18,3 7,07 A4 B1 C3 3 1,0965 1, ,5 7,66 18,2 7,07 A4 B1 C4 1 1,0948 1, ,0 8,01 18,5 7,21 9,357 A4 B1 C4 2 1,0947 1, ,5 8,04 18,5 7,21 A4 B1 C4 3 1,0947 1, ,0 8,02 18,4 7,22 A4 B1 C5 1 1,0899 1, ,0 9,02 18,8 7,35 9,717 A4 B1 C5 2 1,0899 1, ,0 9,03 18,8 7,36 A4 B1 C5 3 1,0898 1, ,5 9,03 18,9 7,35 A4 B1 C6 1 1,0876 1, ,5 9,34 23,1 7,87 10,796 A4 B1 C6 2 1,0875 1, ,5 9,34 23,2 7,87 A4 B1 C6 3 1,0875 1, ,5 9,34 23,1 7,86 A4 B2 C1 1 1,0994 1, ,5 5,94 17,2 6,72 8,637 A4 B2 C1 2 1,0994 1, ,0 5,92 17,1 6,72 A4 B2 C1 3 1,0994 1, ,0 5,91 17,2 6,72 A4 B2 C2 1 1,0949 1, ,5 7,18 17,5 6,77 8,637 A4 B2 C2 2 1,0948 1, ,0 7,17 17,5 6,77 A4 B2 C2 3 1,0947 1, ,5 7,15 17,4 6,78 A4 B2 C3 1 1,0922 1, ,0 7,75 17,7 6,92 8,637 A4 B2 C3 2 1,0922 1, ,5 7,77 17,6 6,91 A4 B2 C3 3 1,0922 1, ,5 7,79 17,6 6,91 A4 B2 C4 1 1,0905 1, ,5 8,56 18,2 7,01 7,917 A4 B2 C4 2 1,0905 1, ,0 8,56 18,2 7,00 A4 B2 C4 3 1,0905 1, ,0 8,59 18,3 7,00 A4 B2 C5 1 1,0875 1, ,5 9,21 18,5 7,05 7,197 A4 B2 C5 2 1,0875 1, ,5 9,22 18,4 7,04 A4 B2 C5 3 1,0874 1, ,0 9,21 18,5 7,04 A4 B2 C6 1 1,0849 1, ,0 9,57 22,9 7,55 7,197 A4 B2 C6 2 1,0849 1, ,5 9,58 22,8 7,54 A4 B2 C6 3 1,0848 1, ,5 9,60 22,9 7,54

33 Lampiran 2 Uji Statistik Kerapatan Class Levels Values A 4 A1 A2 A3 A4 B 2 B1 B2 C 6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 Number of observations = 144 Dependent Variable: Kerapatan Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 47 0, , ,0 < 0,0001 Error 96 0, , Corrected Total 143 0, R-Square Coeff Var Root MSE Kerapatan Mean 0, , , , Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 0, , ,2* <,0001 2,728 B 1 0, , ,0* <,0001 3,968 A*B 3 0, , ,08* <,0001 2,728 C 5 0, , ,2* <,0001 2,338 A*C 15 0, , ,01* <,0001 1,804 B*C 5 0, , ,32* <,0001 2,338 A*B*C 15 0, , ,10* <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh komposisi Tablet terhadap Nilai Kerapatan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range, , , Duncan Grouping Mean N A A 1, A4 B 1, A3 C 1, A2 D 1, A1 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai Kerapatan Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range, Duncan Grouping Mean N B A 1, B1 B 1, B2 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Kerapatan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range, , , , , Duncan Grouping Mean N C A 1, C1 B 1, C2 C 1, C3 D 1, C4 E 1, C5 F 1, C6 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

34 Lanjutan Lampiran 2 Uji Statistik Kerapatan Persamaan Regresi Kerapatan Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = -0,0007x + 1,0947 R 2 = 0,9274 A2 y = -0,0007x + 1,0958 R 2 = 0,9543 A3 y = -0,0007x + 1,0972 R 2 = 0,9855 A4 y = -0,0009x + 1,1006 R 2 = 0,9766 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = -0,001x + 1,0946 R 2 = 0,9502 A2 y = -0,001x + 1,0955 R 2 = 0,9627 A3 y = -0,0008x + 1,0962 R 2 = 0,9631 A4 y = -0,001x + 1,0985 R 2 = 0,9458

35 Lampiran 3 Uji Statistik Kekentalan Dependent Variable: Kekentalan Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 47 1, , <,0001 Error 96 0, , Corrected Total 143 1, R-Square Coeff Var Root MSE Kekentalan Mean 0, , , , Source DF Anova SS Mean Squar e F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 0, , * <,0001 2,728 B 1 0, , ,279E7* <,0001 3,968 A*B 3 0, , * <,0001 2,728 C 5 1, , ,7E7* <,0001 2,338 A*C 15 0, , * <,0001 1,804 B*C 5 0, , * <,0001 2,338 A*B*C 15 0, , * <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh komposisi Tablet terhadap Nilai Kekentalan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range, , , Duncan Grouping Mean N A A 1, A4 B 1, A2 C 1, A1 D 1, A3 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai Kekentalan Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range, Duncan Grouping Mean N B A 1, B1 B 1, B2 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Kekentalan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range, , , , , Duncan Grouping Mean N C A 1, C6 B 1, C5 C 1, C4 D 1, C3 E 1, C2 F 1, C1 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

36 Lanjutan Lampiran 3 Uji Statistik Kekentalan Persamaan Regresi Kekentalan Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,0002x + 0,0112 R 2 = 0,9394 A2 y = 0,0002x + 0,0114 R 2 = 0,9572 A3 y = 0,0002x + 0,0107 R 2 = 0,9392 A4 y = 0,0003x + 0,010 R 2 = 0,9711 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,0002x + 0,0106 R 2 = 0,9802 A2 y = 0,0002x + 0,011 R 2 = 0,9825 A3 y = 0,0002x + 0,0105 R 2 = 0,9917 A4 y = 0,0003x + 0,0099 R 2 = 0,9456

37 Lampiran 4 Uji Statistik Kekeruhan Dependent Variable: Kekeruhan Source DF Sum Of Squares Mean Square F Value Pr > F Model , ,52 887,69 <,0001 Error ,00 358,11 Corrected Total ,39 R-Square Coeff Var Root MSE Kekeruhan Mean 0, , , ,722 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A , ,53 215,88* <,0001 2,728 B , , ,30* <,0001 3,968 A*B , ,06 79,32* <,0001 2,728 C , , ,80* <,0001 2,338 A*C , ,29 69,06* <,0001 1,804 B*C , ,91 116,11* <,0001 2,338 A*B*C , ,77 49,81* <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai Kekeruhan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range 8,854 9,317 9,625 Duncan Grouping Mean N A A 1253, A2 B 1236, A1 C 1176, A4 D 1156, A3 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai Kekeruhan Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range 6,261 Duncan Grouping Mean N B A 1274, B2 B 1136, B1 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Kekeruhan Alpha 0,05 Number of Means Critical Range 10,84 11,41 11,79 12,06 12,28 Duncan Grouping Mean N C A 1641, C6 B 1427, C5 C 1319, C4 D 1146, C3 E 984, C2 F 714, C1 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

38 Lanjutan Lampiran 4 Uji Statistik Kekeruhan Persamaan Regresi Kekeruhan Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 50,473x + 793,56 R 2 = 0,8750 A2 y = 38,841x + 892,75 R 2 = 0,8316 A3 y = 61,189x + 691,20 R 2 = 0,9323 A4 y = 72,563x + 570,11 R 2 = 0,9203 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 64,94x + 852,36 R 2 = 0,9576 A2 y = 69,39x + 837,49 R 2 = 0,9714 A3 y = 64,642x + 720,76 R 2 = 0,9030 A4 y = 71,005x + 753,74 R 2 = 0,9186

39 Lampiran 5 Uji Statistik Konduktivitas Listrik Dependent Variable: Konduktivitas Listrik Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model , , ,8 <,0001 Error 96 0, , Corrected Total , R-Square Coeff Var Root MSE Kond.Listrik Mean 0, , , , Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 377, , * <,0001 2,728 B 1 11, , ,9* <,0001 3,968 A*B 3 0, , ,88* <,0001 2,728 C 5 130, , ,2* <,0001 2,338 A*C 15 17, , ,15* <,0001 1,80 B*C 5 1, , ,06* <,0001 2,338 A*B*C 15 5, , ,74* <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai Konduktivitas Listrik Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,008317,008752, Duncan Grouping Mean N A A 7, A4 B 7, A3 C 4, A2 D 4, A1 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai Konduktivitas Listrik Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range, Duncan Grouping Mean N B A 6, B2 B 5, B1 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Konduktivitas Listrik Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,01019,01072,01107,01133,01153 Duncan Grouping Mean N C A 7, C6 B 6, C5 C 6, C4 D 5, C3 E 4, C1 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

40 Lanjutan Lampiran 5 Uji Statistik Konduktivitas Listrik Persamaan Regresi Konduktivitas Listrik Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,1683x + 2,9691 R 2 = 0,9181 A2 y = 0,096x + 3,4506 R 2 = 0,8384 A3 y = 0,1649x + 5,8679 R 2 = 0,7979 A4 y = 0,2912x + 5,5464 R 2 = 0,7901 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,153x + 3,5585 R 2 = 0,7106 A2 y = 0,136x + 3,7535 R 2 = 0,9618 A3 y = 0,2611x + 5,9986 R 2 = 0,9096 A4 y = 0,2505x + 6,2428 R 2 = 0,9180

41 Lampiran 6 Uji Statistik Total Padatan Terlarut Dependent Variable: TPT Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model , , ,73 <,0001 Error 96 0, , Corrected Total , R-Square Coeff Var Root MSE TPT Mean 0, , , ,29792 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 58, , ,25* <,0001 2,728 B 1 8, , ,01* <,0001 3,968 A*B 3 0, , ,59* <,0001 2,728 C 5 218, , ,50* <,0001 2,338 A*C 15 71, , ,92* <,0001 1,804 B*C 5 1, , ,19* <,0001 2,338 A*B*C 15 2, , ,69* <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai TPT Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,03637,03827,03953 Duncan Grouping Mean N A A 18, A3 B 18, A4 C 17, A1 D 17, A2 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai TPT Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range,02571 Duncan Grouping Mean N B A 18, B1 B 18, B2 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai TPT Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,04454,04687,04842,04955,05043 Duncan Grouping Mean N C A 20, C6 B 18, C5 C 18, C4 D 17, C3 E 17, C2 F 17, C1 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

42 Lanjutan Lampiran 6 Uji Statistik Total Padatan Terlarut Persamaan Regresi Total Padatan Terlarut Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,1106x + 17,274 R 2 = 0,9884 A2 y = 0,128x + 16,866 R 2 = 0,9714 A3 y = 0,3702x + 16,597 R 2 = 0,8283 A4 y = 0,3276x + 16,716 R 2 = 0,7224 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,1482x + 16,654 R 2 = 0,8822 A2 y = 0,1603x + 16,018 R 2 = 0,8039 A3 y = 0,3346x + 16,319 R 2 = 0,7836 A4 y = 0,3633x + 16,118 R 2 = 0,7488

43 Lampiran 7 Uji Statistik Nilai ph Dependent Variable: ph Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 47 30, , ,93 <,0001 Error 96 0, , Corrected Total , R-Square Coeff Var Root MSE ph Mean 0, , , , Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F F Tabel (á = 0.05) A 3 19, , ,7* <,0001 2,728 B 1 0, , ,03* <,0001 3,968 A*B 3 0, , ,57* <,0001 2,728 C 5 8, , ,5* <,0001 2,338 A*C 15 1, , ,54* <,0001 1,804 B*C 5 0, , ,46* <,0001 2,338 A*B*C 15 0, , ,27* <,0001 1,804 Uji Duncan Pengaruh Komposisi Tablet terhadap Nilai ph Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,004217,004438, Duncan Grouping Mean N A A 7, A4 B 6, A3 C 6, A2 D 6, A1 Uji Duncan Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Nilai ph Alpha 0,05 Number of Means 2 Critical Range, Duncan Grouping Mean N B A 6, B1 B 6, B2 Uji Duncan Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai ph Alpha 0,05 Number of Means Critical Range,005165,005436,005615,005746, Duncan Grouping Mean N C A 7, C6 B 6, C5 C 6, C4 D 6, C3 E 6, C2 F 6, C1 Keterangan: * = F value > F tabel atau Pr < 0,05 berpengaruh nyata.

44 Lanjutan Lampiran 7 Uji Statistik Nilai ph Persamaan Regresi Nilai ph Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,0286x + 6,1417 R 2 = 0,9928 A2 y = 0,0564x + 5,9957 R 2 = 0,7739 A3 y = 0,0597x + 6,5921 R 2 = 0,8834 A4 y = 0,0786x + 6,6047 R 2 = 0,9621 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 0,0198x + 6,0963 R 2 = 0,9284 A2 y = 0,0328x + 6,0001 R 2 = 0,9475 A3 y = 0,0667x + 6,4653 R 2 = 0,9049 A4 y = 0,0531x + 6,6162 R 2 = 0,8914

45 Lampiran 8 Persamaan Regresi Nilai Kekerasan Persamaan Regresi Nilai Kekerasan Perlakuan Suhu Pendingin (10 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = 97,14x R 2 = 0,9838 A2 y = 142,73x ,2 R 2 = 0,9551 A3 y = 100,47x ,1 R 2 = 0,9068 A4 y = 129,4x ,7 R 2 = 0,9026 Perlakuan Suhu Kamar (27 0 C) Persamaan Regresi Koef. Determinasi (R 2 ) A1 y = -115,73x ,9 R 2 = 0,8843 A2 y = -106,96x R 2 = 0,9065 A3 y = - 124,93x ,9 R 2 = 0,8456 A4 y = -127,12x ,6 R 2 = 0,8831

46 Lampiran 9 Gambar Alat-alat Penelitian Gambar P Turbidimeter Gambar 10. Oven MIR-162 Gambar 11. Pencetak Tablet Gambar 16. Oakton ph / Con 10 series meter Gambar 12. Kemasan Tablet Gambar 17. Refraktometer Milton Roy Gambar 13. Piknometer 25 ml dan Neraca Analitik Gambar 18. Hardnessmeter Hanedi Gambar 14. Viskometer Ostwald

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN PELAKSANAAN Penelitian ini dilaksanaan pada bulan Februarisampai Mei 2011 di Laboratorium Teknik Kimia, dan Laboratorium Pengawasan Mutu Departemen Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat A. Penggunaan Siapa yang tidak kenal dengan selai? Bahan pelengkap dalam menyantap roti atau singkong rebus ini memiliki rasa yang manis dan terbuat dari buah segar. Tak hanya itu, variasi rasa dari selai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT C.Sri.Budiyati dan Kristinah Haryani Jurusan Teknik Kimia, FakultasTeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

SIDANG TA Disusun oleh : Elly Rosyidah Rakhmy Ramadhani S Dosen Pembimbing :

SIDANG TA Disusun oleh : Elly Rosyidah Rakhmy Ramadhani S Dosen Pembimbing : SIDANG TA 2011 Disusun oleh : Elly Rosyidah 2308 030 005 Rakhmy Ramadhani S 2308 030 015 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Winarni Rahaju, MT NIP. 19510403 198503 2 001 PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN

SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN SELAI DAN JELI BUAH 1. PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

TINJAUAN PUSTAKA. gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK DAN NILAI ph JUS BELIMBING YANG DISIMPAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI PENDINGIN. Oleh: EPI NURAENI LUTPIAH G

KARAKTERISTIK FISIK DAN NILAI ph JUS BELIMBING YANG DISIMPAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI PENDINGIN. Oleh: EPI NURAENI LUTPIAH G KARAKTERISTIK FISIK DAN NILAI ph JUS BELIMBING YANG DISIMPAN PADA SUHU KAMAR DAN LEMARI PENDINGIN Oleh: EPI NURAENI LUTPIAH G 74101022 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Wiersma (seperti dikutip dalam Emzir, 2008), eksperimen didiefinisikan sebagai situasi

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk dan pembuatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KARAMEL DARI SUSU SAPI (KEMASAN) DAN KARAKTERISASI FISIK SERTA phnya. oleh: EUIS HANDAYANI G

PEMBUATAN KARAMEL DARI SUSU SAPI (KEMASAN) DAN KARAKTERISASI FISIK SERTA phnya. oleh: EUIS HANDAYANI G PEMBUATAN KARAMEL DARI SUSU SAPI (KEMASAN) DAN KARAKTERISASI FISIK SERTA phnya oleh: EUIS HANDAYANI G74103034 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB V RANCANGAN PENELITIAN BAB V RANCANGAN PENELITIAN 5.1 Alat dan Bahan yang digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan Alat yang digunakan pada penelitian meliputi autoklaf 50X Electric Model 24 Liter, neraca digital, erlenmeyer 500

Lebih terperinci

Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan Suhu Tinggi Pengawetan dengan suhu tinggi adalah salah satu dari sekian banyak metode pengawetan makanan yang sering digunakan. Metode ini sebenarnya sudah sangat familier dalam aktivitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang. 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN Oleh : Reny Zora Historiarsih NPM. 0633010037 Surabaya, November 2010 Telah disetujui untuk diseminarkan : Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kembang gula atau yang biasa disebut dengan permen merupakan produk makanan yang banyak disukai baik tua maupun muda karena permen mempunyai keanekaragaman rasa, warna,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk Bali (Citrus grandis) memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dalam 100 g bagian, yaitu sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 SI (Satuan Internasional),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permen atau kembang gula merupakan produk pangan yang banyak digemari. Menurut SII (Standar Industri Indonesia), kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk

Lebih terperinci

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

RINGKASAN Herlina Gita Astuti. RINGKASAN Herlina Gita Astuti. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Pemanis Buatan Siklamat pada Selai Tidak Berlabel yang Dijual di Pasar Besar Kota Palangka Raya Tahun 2015. Program Studi D-III Farmasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan Kelompok 3 Ade Juwita (109096000012) Chitta Putri Noviani (109096000007) Galuh Ilmia Cahyaningtyas (109096000011) Hafiz Akhyar (109096000034) Rahmawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci