ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR"

Transkripsi

1 SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR Oleh MUHAMMAD ZUHDI IRHAMNI NIM FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

2 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh : MUHAMMAD ZUHDI IRHAMNI NIM Menyetujui Komisi Pembimbing, (Dr. Poedji Hastutik,drh.,M.Si.) Pembimbing Utama (Dr. Sri Hidanah, M.S., Ir.) Pembimbing Serta

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur (Layer) Pola Kemitraan dan Pola Mandiri Di Kabupaten Blitar tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surabaya, 18 Agustus 2015 Muhammad Zuhdi Irhamni NIM ii

4 Telah dinilai pada Tanggal: 18 Agustus 2015 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Prof. Dr. Koesnoto Supranianondo.,drh., M.S. Anggota : Dr. Soeharsono, drh.,m.si. Dr. Dady Soegianto Nazar, drh.,m.sc. Dr. Poedji Hastutik, drh.,m.si. Dr. Sri Hidanah, Ir., M.S. Surabaya, 18 Agustus 2015 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Dekan, Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. NIP iii

5 THE ANALYSIS ON FEASIBILITY IN ENTERPISE LAYER FARM AND THE INDEPENDENT LAYER FARM IN THE BLITAR REGENCY Muhammad Zuhdi Irhamni ABSTRACT The purposes of this study were to: 1) analyze the difference of average income of the enterprise layer farm and the independent layer farm in Blitar Regency and 2) analyze the rate of efficiency ratio of the enterprise and independent layer farm based on the investments, analysis of production fare, income, profit/deficit, and financial analysis (return cost ratio, break even point, margin of safety, payback period, and profitability). The research was conducted on May 20 th to July 21 st, The primary and secondary data were collected through interview and observations. The survey results showed that both enterprise and independent layer farms were apt to be further developed. Descriptive analysis was managed by using economic equation formula which is R/C ratio, break even point, margin of safety, and profitability. The results revealed that the average of R/C of the independent farm reaches 1.30, while the average of R/C of the enterprise farm reaches The average BEP of the independent farm was as much as Rp 12,698 and the average BEP of the enterprise farm is as much as Rp 12,972. The average of margin of safety of the independent farm reaches 11% and the average of margin of safety of the enterprise farm reaches 5%. The average of economic and capital profitability of the independent farm were 61.40% and 51.12%, respectively, while the average of economic and capital profitability of the enterprise farm were 59.24% and 53.32%, respectively. Keywords: layer farm, independent, enterprise, economy analysis, Blitar iv

6 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR (LAYER) POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI DI KABUPATEN BLITAR. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti syafaatnya di hari akhir. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dan mendapat gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Perguruan Tinggi Negeri Universitas Airlangga. Kegiatan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan materi, moril dan pemikiran selama proses pembuatan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang mendalam kepada: Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang telah memberi kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini. Dr. Poedji Hastutik,drh.,M.Si. selaku dosen Pembimbing utama dan Dr. Sri Hidanah,M.S.,Ir. selaku dosen Pembimbing serta yang telah memberikan segala masukan, bimbingan dalam setiap kesulitan dalam proses penulisan dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini. Prof. Dr. Koesnoto Supranianondo.,drh.,M.S. selaku ketua penguji, Dr. Soeharsono,drh.,M.Si. selaku sekretaris penguji dan Dr. Dady Soegianto v

7 Nazar.,drh.,M.Sc. selaku anggota penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi masukan dalam penulisan skripsi ini. Dr. Arimbi, drh.,m.si. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan saran selama menjadi mahasiswa. Kedua orang tua tercinta Bapak Marsono dan Ibu Abidah yang selalu mencurahkan segenap kasih sayang, nasihat dan doa yang tidak pernah putus kepada penulis. Bapak H. Nurhadi, Bapak Ibnu dan Bapak H. Imam. yang telah meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada penulis menimba pengalaman berharga tentang peternakan pola mandiri yang dimiliki sehingga sangat membantu terselesainya karya tulis ini. Bapak H. Imam, H. Kirom dan Mas Fuad Fatoni yang telah membantu dan bersedia membagi ilmu dan pengalaman tentang peternakan ayam petelur pola kemitraan yang dimiliki guna mendukung terselesaikannya karya tulis ini. Rozana Lisaida yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terimaksih atas semuanya. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Surabaya, 28 Juli 2015 vi Penulis

8 DAFTAR ISI vii Halaman HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN IDENTITAS... iii ABSTRACT... iv UCAPAN TERIMAKSIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR SINGKATAN DAM ARTI LAMBANG... xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Landasan Teori Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayan Ras Petelur (Layer) Klasifikasi Ayam Ras Taksonomi Zoologi Klasifikasi Standar Klasifikasi Berdasarkan Tipe Telur Ayam Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Peternakan Pola Kemitraan (Plasma Inti) Peternakan Pola Mandiri Investasi (Modal) Analisis Biaya Produksi Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)... 15

9 Biaya Pakan Biaya Kesehatan Biaya Tenaga Kerja Biaya Lain-lain Penysutan (Depresiasi) Penyusutan Ayam Penyusutan Kandang Penyusutan Peralatan Kandang Analisis Penerimaan Penjualan Telur Penjualan Kotoran Ayam Analisis Laba / Rugi Analisis Finansial Return Cost Ratio (R/C) Payback Period (PP) Break Even Point (BEP) Margin of safety (MoS) Rentabilitas BAB 3 MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Analisis Data Investasi (Modal) Analisis Biaya Produksi Biaya Tetap (Fix Cost) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Penyusutan (Depresiasi) Analisis Penerimaan (Revenue) Analisis Laba Rugi Analisis Finansial Return Cost Ratio (R/C) Break Even Point (BEP) Payback Period (PP) Margin of safety (MoS) Rentabilitas Skema Operasional Penelitian BAB 4 HASIL PENELITIAN Keadaan Umum Daerah Penelitian viii

10 4.2 Profil Peternak Investasi / Modal Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Analisis Finansial BAB 5 PEMBAHASAN Investasi / Modal Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Analisis Finansial Return Cost Ratio (R/C) Break Even Point (BEP) Margin of safety (MoS) Payback Period (PP) Rentabilitas BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpuan Saran DAFTAR PUSTAKA RINGKASAN LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras Rincian Modal Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar Rincian Modal Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar Rincian Biaya Produksi Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan Rincian Biaya Produksi Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Mandiri Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kab. Blitar Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kab. Blitar Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Mandiri Selama Satu Bulan Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Kemitraan Selama Satu Bulan Nilai Return Cost Ratio R/C, Break Even Point (BEP), Margin of Safety Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar Nilai Rentabilitas, dan Paybak Period (PP) Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Alur operasional penelitian xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kuisioner untuk Peternak Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di Kabupaten Blitar Selam 1 Tahun Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di Kab. Blitar Selama 1 Tahun Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kabupaten Blitar Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayama Petelur di Kabupaten Blitar Foto Dokumentasi Penelitian xii

14 SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG % = persen dkk = dan kawan-kawan sapronak = sarana produksi ternak BPS = Badan Pustat Statistik BEP = Break Even Point CV = Commanditaire Vennontschap DOC = Day Old Chick HD = Hen Day HU = Haugh Unit Kg = Kilogram MoS = Margin of Safety PP = Payback Period R/C = Return Cost Ratio Rp = Rupiah SDM = Sumber Daya Manusia UD = Usaha Dagang xiii

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor yang sangat penting peranannya dalam menjaga ketahanan pangan, karena pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani, sebagai kebutuhan pokok dalam memenuhi gizi masyarakat (Warsito, 2010). Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan permintaan produk peternakan (telur, daging dan susu) terus meningkat (Rusli, 2011). Produk hasil ternak ayam ras petelur mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal, karena selain harganya yang relatif murah dibanding protein hewani yang lainnya. Peternakan ayam ras petelur juga relatif mudah dan dalam usaha skala kecil mampu meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja (Wahyuningsih dkk., 2008). Prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang bisa dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia. Dilihat dari sisi permintaan telur ayam ras, dalam struktur konsumsi telur dan sifat permintaan yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Pendapatan per kapita di masa yang mendatang akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Sehingga membuat 1

16 2 prospek agribisnis ayam ras petelur bagus untuk dikembangkan (Salmawati, 2009). Data Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa populasi ayam ras petelur di Jawa Timur rutin mengalami peningkatan mulai tahun 2012 ; ekor, 2013 ; ekor, 2014; Catatan statistik menunjukkan Provinsi Jawa Timur merupakan produsen telur ayam ras terbesar di Indonesia dengan menyumbang sebanyak 23% kebutuhan telur Nasional pada tahun Sedangkan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memproduksi telur ayam ras terbanyak adalah di kabupaten Blitar (Dinas Peternakan Jawa Timur, 2014). Peternakan ayam ras petelur dibagi menjadi dua, peternakan mandiri dan peternakan kemitraan. Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri, sehingga bebas memasarkan produknya. Sedangkan peternakan ayam pola kemitraan dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, dan perusahaan pembibitan. Konsekuensinya hasil produksi harus dijual ke Perusahaan Inti. Secara umum peternak diarahkan untuk mewujudkan kondisi peternakan yang maju, efisien dan tangguh. Kondisi tersebut indikatornya dengan tingkat kemampuan peternak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pembangunan wilayah, memberikan kesempatan kerja, perbaikan taraf hidup dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Sarwanto (2004) menyatakan bahwa pelaksanaan pola kemitraan inti plasma berhubungan positif dengan tingkat pendapatan peternak, tetapi hasil Sumartini (2004) mengemukakan bahwa rendahnya pendapatan peternak program kemitraan cenderung sebagai akibat kurang transparan dalam penentuan harga

17 3 input (harga bibit ayam, harga pakan, dan harga sarana produksi ternak lainnya) maupun harga output. Pola Kemitraan ketidakadilan biasanya terjadi karena adanya perbedaan kekuatan posisi tawar (bargaining position) antara kelompok mitra (peternak) sebagai plasma dengan perusahaan mitra sebagai inti (perusahaan pakan, bibit dan modal). Perusahaan inti mewajibkan plasma menjual segala hasil ternaknya berupa telur, ayam afkir dan kotoran ayam ke perusahaan inti, sehingga peternak tidak bisa menjual produknya ke penawar yang lebih tinggi. Kemitraan yang seharusnya bersifat win-win solution (saling menguntungkan) belum tercapai, sehingga dalam upaya mengembangkan kemitraan yang tangguh dan modern diperlukan strategi untuk memperbaiki fondasi perkembangan kemitraan yang lebih mendasar (Yunus, 2009). Kondisi yang demikian perlu adanya suatu analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola mandiri dan pola kemitraan. Kelayakan dalam usaha sangat menentukan keberhasilan pengelolaan usaha peternakan ayam ras petelur agar mampu menghasilkan produk yang bersaing di pasar, dan memberikan pendapatan lebih bagi peternak pola kemitraan maupun mandiri. Usaha peternakan tidak terlepas dari tiga faktor penting, yaitu bibit, pakan dan manajemen, ketiga faktor produksi tersebut merupakan satu kesatuan sistem. Sistem manajemen pemeliharaan ayam petelur terdiri atas sistem pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pengendalian penyakit. Salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi secara efisien (Yunus, 2009). Maka dilakukan penelitian tentang

18 4 hubungan sistem manajemen proses produksi terhadap kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur di Kabupaten Blitar baik pola kemitraan maupun mandiri dengan melihat analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, dan finansial. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat pendapatan rata-rata usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri? 2. Bagaimana tingkat kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, dan finansial? 1.3 Landasan Teori Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 948/kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal usaha peternakan ayam petelur dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk

19 5 menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2002). Harih (2010) menyatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Total penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau penerimaan dapat dimaksudkan sebagai pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Total pendapatan diperoleh total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2003). Ucokaren (2011), menyatakan bahwa pendapatan dan keuntungan usaha tani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat kelayakan usaha yang tinggi. Guna mengetahui kelayakan usahatani dapat digunakan return cost ratio / R/C ratio. R/C ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Munawir (2002) menyatakan bahwa Break even point dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya). 1.4 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis perbedaan pendapatan usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Blitar.

20 6 2. Menganalisis tingkat kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan, laba / rugi, dan analisis finansial. 1.5 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat : 1. Memberikan informasi dan gambaran umum bagi peternak dalam pengendalian dan pengembangan usahanya 2. Memberikan informasi dan gambaran umum pengambil kebijakan atau langkah-langkah yang berkaitan dengan kondisi peternak 3. Sumbangan pemikiran kepada Pemerintah dalam mencari alternatif untuk meningkatkan efisiensi produksi telur ayam ras (layer).

21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ayam Ras Petelur (Layer) Ayam ras petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam ras ini berasal dari ayam hutan yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Beberapa persilangan bangsa ayam di dunia dikembangkan menjadi beberapa jenis ayam komersial, salah satunya jenis petelur (layer) (Yuwanta, 2004). Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama, setiap kali dalam persilangan sifat-sifat baik dipertahankan, sehingga dikenal dengan ayam petelur unggul (Ardiansah, 2012). Ayam ras tipe petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien dalam menghasilkan telur. Yuri (2011) menyebutkan ayam buras memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial unggul. Ayam petelur secara genetik diseleksi untuk memproduksi telur (Mulyantini, 2010). Perbedaan antara ayam buras dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 2.1. Table 2.1 Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras Keterangan Ayam Ras Ayam Buras Produksi telur (butir/tahun) Berat telur (g) Sifat Mengeram Kemampuan berproduksi Sumber : Yuwanta (2004) Hampir tidak ada Tinggi Ada Sangat terbatas

22 8 Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan beberapa karakter dari ayam yang ada sebelumnya sehingga, mengalami perbaikan genetik yang diupayakan agar mencapai penampilan yang optimal dalam memproduksi telur. Salah satu keuntungan dari ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain (Yuwanta, 2004). 2.2 Klasifikasi Ayam Ras Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan karakteristik. Pada ternak ayam, klasifikasi dilakukan dengan cara yaitu : Taksonomi zoologi Hirarki klasifikasi ayam menurut Rahmanto (2012) memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa Filum Subfilum Kelas Ordo Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Aves : Galliformes : Gallus : Gallus gallus domestica

23 Klasifikasi standar Pengelompokkan ayam menurut Yuwanta (2004) berdasarakan kelas, bangsa, varietas dan strain. Kelas adalah pengelompokkan ayam berdasarkan daerah pembentukannya misalnya kelas Inggris, kelas Amerika, kelas Asia dan kelas Mediterania. Bangsa adalah pengelompokkan ayam dalam satu kelas berdasarkan perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas Inggris terdapat bangsa ayam sussex, orpington dan cornish. Varietas adalah pengelompokkan ayam dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya white lenghorn, brown lenghorn, white plymouthrock dan barred plymouthrock. Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breeder farm melalui proses pemulia biakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur hyline dan arbor acres Klasifikasi berdasarkan tipe Sudaryani dan Santosa (2003) menyebutkan berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe ayam. Pertama tipe ayam petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram. Kedua tipe pedaging karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.ketiga tipe dwiguna memiliki

24 10 karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit bewarna coklat. 2.3 Telur Ayam Soepranianondo dkk.,(2011) menyatakan kandungan rata-rata dari sumber protein telur ayam mengandung protein 12,4% sedikit lebih rendah dari telur itik 13%, namun lebih tinggi dari susu sapi yang hanya 3,5%. Sebutir telur terdiri dari 73,7% air, 12,9% protein, 11,2% lemak dan 0,9% karbohidrat. Setruktur telur terrdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11% dari total bobot telur), putih telur (57% dari total bobot telur) dan kuning telur (32% dari total bobot telur) (Suharyanto, 2011). Kandungan telur terdiri dari sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, sodium, ferrum, yodium, mangan, zinkum, kobalt, kuprum dan magnesium dalam jumlah yang cukup menurut Rahayu (2003). Prawesthirini dkk., (2011) kualitas telur ditentukan oleh dua faktor, yakni faktor luar (cangkang) dan faktor dalam (kuning telur dan putih telur). Faktor luar meliputi bentuk, warna, ukuran, kondisi dan kebersihan kulit, sedangkan faktor dalam telur meliputi kesegaran isi telur yang dapat ditentukan kondisi kuning telur dan putih telur yang kental berada dalam keadaaan membukit bila telur dipecahkan dan isinya diletakkan diatas permukaan datar. Menurut Robert (2004) di dalam Sulaiman dan Rahmatullah (2011) yang menentukan kualitas kerabang dan kualitas internal telur seperti indek putih telur, indek kuning telur dan Haugh Unit (HU) adalah faktor penyimpanan, strain unggas, umur, molting, nutrisi pakan dan penyakit.

25 11 Telur memberikan manfaat untuk kesehatan, kecerdasan dan memiliki banyak kegunaanya sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap telur hanya 87 butir telur per tahun perkapita jauh dibandingkan dengan konsumsi telur masyarakat Malaysia yang sudah mengkonsumsi telur rata-rata 311 butir perkapita per tahun (Dawami, 2012) 2.4. Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternakan yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal ekor per periode. Khusus untuk pengusaha peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan peternakan. Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem yaitu hulu, budidaya, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sarana produksi ternak seperti day old chick (DOC), pakan, obatobatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sistem budidaya ternak berkaitan

26 12 dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem Hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh subsistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan penelitian, transportasi, komunikasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah (Suharno 2000) 2.5. Peternakan Pola Kemitraan (Plasma inti) Pelaksanaan kemitraan pada usaha ternak ayam ras petelur dilaksanakan dengan pola inti plasma, yaitu kemitran antara peternak mitra dengan perusahaan mitra sebagai inti. Pada pola inti plasma kemitraan yang berjalan selama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternakan berupa: DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, bimbingan teknis dan memasarakan hasil produksi, sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja (Yunus, 2009). Menurut Sejati (2011) permasalahan yang dihadapi peternak rakyat adalah ketersediaan dan akses terhadap bibit (DOC), obat-obatan dan vaksin, keterbatasan permodalan, ekonomi biaya tinggi, dan inefisiensi usaha tani dan pemasaran komoditas. Struktur organisasi yang diterapkan perusahaan inti adalah pola koordinasi yang dilakukan secara vertikal. Keadaan ini ditunjukan oleh tersentralisasinya informasi dan pengambil keputusan. Arus informasi selalu terpusat dan hasil

27 13 pelaksanaan program selalu dipertanggungjawabkan kepada pimpinan (Yunus, 2009). Pola kemitraan kebanyakan diterapkan pada peternakan ayam pedaging (broiler), dikarenakan waktu yang dibutuhkan dari DOC hingga panen untuk peternakan broiler lebih singkat daripada layer. Peternak ayam petelur (layer) lebih banyak beternak secara mandiri. Peran pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan belum dilaksanakan dengan baik Peternakan Pola Mandiri Peternakan pola mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan resiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak. Sebagian besar kebutuhan termasuk permodalan diusahakan sendiri oleh peternak oleh peternak yang bersangkutan (Yunus, 2009) 2.7. Investasi (Modal) Menurut Prawirokusumo yang dikutip oleh Soepranianondo dkk. (2013) menjelaskan bahwa investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai usaha. Sebelum melakukan keputusan investasi hendaknya dilakukan studi kelayakan secara teliti karena investasi memerlukan pengeluaran yang besar (terutama investasi pada aktiva tetap) dengan jangka waktu pengembalian yang lama sehingga risikonya sangat tinggi. Jika peramalan pendapatan yang diinvestasikan tidak sesuai dengan harapan, maka terjadi

28 14 kerugian yang besar. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi dua, 1. Modal tetap, yaitu modal yang tidak habis digunakan dalam satu periode produksi dan dapat mengalami penyusutan berdasarkan jenis dan waktu. Misalnya : tanah, kandang, gudang, mesin dan kendaraan ; 2. Modal kerja, yaitu modal yang habis digunakan dalam satu masa periode produksi. Misalnya : uang tunai, bahan baku (pakan), DOC, gaji dan biaya operasional Analisis Biaya Produksi Biaya produksi dalam pengertian ekonomi adalah semua pengeluaran yang harus ditanggung untuk menghasilkan barang atau jasa yang siap dipakai konsumen. Biaya produksi dalam suatu usaha harus diperhitungkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soepranianondo dkk. 2013) Biaya tetap (fixed cost) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) menjelaskan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya tetap, secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Biaya tetap walaupun perusahaan tidak berproduksi biaya tersebut tetap harus dikeluarkan oleh perusahaan. Contoh : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan peralatan (depresiasi).

29 Biaya tidak tetap (variable cost) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) Biaya tidak tetap adalah biaya yang diperlukan pada saat produksi berlangsung. Biaya variabel, secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi. Contoh : komisi penjualan, gaji pegawai, transportasi dan pakan ternak Biaya pakan Medion (2011) menyatakan pakan pada pemeliharaan ayam petelur dikelompokkan berdasarkan periode pemeliharaanya yaitu masa starter, grower dan layer (produksi). Pakan untuk layer dapat langsung menggunakan pakan buatan pabrik atau melakukan pencampuran sendiri. Kebutuhan terbesar untuk operasional produksi telur adalah pakan yang kurang lebih 75%. Sehingga Peternak yang sudah berpengalaman sebaiknya dapat menyusun pakan sendiri. Tujuannya adalah agar biaya pakan dapat dihemat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga meningkat Biaya kesehatan Peternakan ayam ras petelur, memerlukan obat-obatan (antibiotik, vitamin, anti parasit dan anti cacing), vaksin (vaksin aktif dan inaktif) dan kimia (desinfektan dan insektisida) agar ayam tetap sehat dan produksinya optimal. Vaksinasi, pemberian obat-obatan, vitamin, pemberantasan hama lalat dan kutu serta biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu dimasukkan ke dalam biaya operasional / biaya tidak tetap (Medion, 2011).

30 Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja meliputi gaji pokok dan bonus. Pemberian bonus diperlukan sebagai sebuah reward (balas jasa) atas kinerja yang optimal. Bila peternak menggunakan peralatan serba otomatis pada peternakannya, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dan biaya ini pun bisa ditekan (Medion, 2011) Biaya lain-lain Biaya tidak terduga seperti biaya sosial, kesehatan karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja juga masuk dalam biaya lain-lain. Setelah telur diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan meliputi biaya telepon, listrik, kemasan (peti kayu, egg tray, tali, label dan lain-lain), sehingga biaya ini pun masuk ke dalam biaya lain-lain (Medion, 2011) Penyusutan (depresiasi) Biaya penyusutan adalah pengurangan nilai yang disebabkan karena waktu dan penggunaan dari semua biaya tetap (Soepranianondo dkk. 2013). Mencangkup penyusutan ayam, kandang dan peralatan kandang (Medion, 2011) Penyusutan ayam Peternakan layer, dapat memelihara ayam dari DOC sampai afkir atau memelihara dari pullet sampai afkir. Bila memelihara dari pullet sampai afkir, maka yang diperhitungkan adalah harga ayam ditambah biaya masa produksi. Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak hanya

31 17 jumlah seluruh modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus diperhitungkan dengan nilai yang hilang (penyusutan ayam). Penyusutan ayam bisa disebabkan oleh dua hal yaitu peningkatan umur dan mortalitas (Medion, 2011) Peningkatan umur berpengaruh terhadap produksi, ayam petelur mulai berproduksi umur 18 minggu. Produksi telur dimulai dengan produksi rendah kemudian meningkat dan puncaknya pada umur minggu. Setelah mengalami puncak produksi, maka produksi akan turun perlahan-lahan. Ayam bisa berproduksi sampai tingkat menguntungkan sampai umur 20 bulan. Jadi mulai awal produksi pada umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan berarti ayam hanya berproduksi efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap bulan dihitung dengan cara mengetahui jumlah ayam pullet (P2), harga ayam pullet atau biaya pemeliharaan dari day old chick (DOC)-pullet (HP), jumlah ayam afkir (AA) dan harga ayam afkir (HAA) (Medion 2011) Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur hen day (HD). Jika mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan ikut menurun. Akibatnya pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun. Semakin tinggi mortalitas, nilai penyusutan ayam juga semakin tinggi. Lakukan manajemen kesehatan, pemeliharaan dan biosecurity yang ketat dan disiplin untuk meminimalkan mortalitas (Medion 2011) Penyusutan kandang Beban biaya penyusutan kandang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan nilainya akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di tanah milik pribadi atau menyewa. Kandang layer bisa terbuat dari bambu, kayu atau

32 18 kawat. Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala kecil, sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk peternakan skala besar. Kandang bambu/kayu, biaya investasinya rendah namun penyusutannya lebih cepat. Sementara kandang kawat, investasinya tinggi namun penyusutannya juga lama. Sebenarnya kandang kawat jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan kandang bambu. Lama ketahanan kandang selama 10 tahun. Penyusutan kandang dihitung dengan cara mengetahui biaya investasi bangunan kandang/biaya sewa kandang (BK/SK) dan lama ketahanan atau lama sewa kandang (LKK/LSDK) (Medion 2011) Penyusutan peralatan kandang Peralatan kandang yang digunakan meliputi pemanas Indukan Gas Medion, tempat ransum dan tempat minum. Sama halnya dengan kandang, peralatan kandang juga mengalami penyusutan. Perawatan peralatan secara rutin dapat membantu menekan biaya penyusutan. Menghitung penyusutan peralatan kandang dapat dilakukan dengan mengetahui harga beli, harga jual dan lama ketahanan. Lama ketahanan peralatan kandang rata-rata adalah selama 4 tahun. (Medion 2011) Analisis Penerimaan (Revenue) Penerimaan merupakan nilai dari jumlah produksi dikalikan dengan harga jual perunitnya, untuk usaha ayam petelur ini penerimaan dapat diperoleh dari hasil penjualan telur, ayam afkir dan kotoran ayam

33 Penjualan telur Informasi pasar selayaknya selalu diketahui oleh peternak. Fluktuasi harga telur yang selalu terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan pasar. Produksi telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung produksi telur hen day (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan data produksi harian. Disinilah pentingnya pencatatan atau recording harian. Perlu juga kita memprediksikan pendapatan dari penjualan telur berdasarkan data produksi rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat dihitung dengan mengetahui rata-rata per bulan. Penjualan telur dapat dihitung dengan mengetahui rata-rata hen day dalam % (RHD), jumlah ayam (A) dan jumlah 1 kg telur biasanya menghasilkan + 16 butir (T) Penjualan kotoran ayam Medion (2011) menyatakan bahwa Kotoran ayam umumnya sampai 30 karung per bulan per 1000 ekor dan biasanya dijual untuk dijadikan pupuk kandang. Penjualan kotoran kandang dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi peternak Analisis Laba/Rugi Soepranianondo dkk. (2013) menyatakan keuntungan(laba) atau rugi suatu usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya umum. Laba ini masih disebut laba kotor, laba bersih baru didapat setelah ditambah pendapatan di luar usaha

34 20 (misalnya penjualan limbah) dikurangi biaya di luar usaha (misalnya sumbangan ke Pemda) dan pajak (PPh 25 dan 39). Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya produksi. Bila biaya pendapatan lebih besar dari biaya produksi disebut kondisi laba Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan mengetahui perkiraan dalam hal investasi dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan suatu bisnis akan menguntungkan selama periode bisnis. Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net Benefit Cost Ratio (B/C), Return Cost Ratio (R/C) dan Payback Period (PP) Return cost ratio (R/C) Menurut Soepranianondo dkk. (2013) Return cost ratio (R/C) merupakan perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Apabila R/C lebih dari satu berarti usaha tersebut menguntungkan dan apabila nilai R/C semakin besar maka keuntungan yang diperoleh usaha tersebut juga semakin besar Payback period (PP) Menurut Purba yang dikutip oleh Warsito (2010) Payback Period merupakan lamanya waktu yang diperlukan dari keuntungan dan depresiasi untuk

35 21 mengembalikan investasi. Menurut Sjahrial yang dikutip oleh Warsito (2010), bahwa metode pengembalian ini merupakan metode penilaian investasi yang menunjukkan berapa lama investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersihnya. Jadi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali investasi yang telah dikeluarkan. Metode ini sangat mudah diterapkan dengan menentukan periode pengembalian maksimum yang pendek pada proyek yang memiliki tingkat resiko tinggi. Namun demikian apabila dihadapkan pada beberapa investasi dengan skala dan usia ekonomi yang berbeda, maka metode ini dapat memberikan rekomendasi yang keliru. Oleh karena itu perlu dikombinasikan dengan metode penelitian yang lain Break even point (BEP) Medion (2011) menyatakan bahwa untuk mengetahui keuntungan atau kerugian suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan analisis laporan keuangan untuk mengetahui Break Even Point (BEP). BEP adalah titik impas antara jumlah biaya produksi (Pengeluaran) dan tingkat Harga Pendapatan (Pemasukan). Saat Mencapai BEP, peternak hanya memperoleh keuntungan = 0. Keuntungan didapatkan bila harga jual telur harus diatas nilai titik impas tersebut Margin of safety (MoS) Target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula informasi mengenai berapa jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas. Usaha yang memiliki

36 22 margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba (Munawir, 2002) Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama suatu periode tertentu. Analisis rentabilitas berguna unutk mengecek apakah usaha bershasil dengan baik atau tidak. Menurut Ranupandojo (1990), Rentabilitas dibedakan menjadi dua yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomi perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri ditambah modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Rentablitas modal sendiri yaitu perbandingan antara laba yang dihasilkan oleh modal sendiri dengan modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dan dinyatkana dalam persentase.

37 BAB 3 MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tiga usaha peternak ayam petelur pola kemitraan dengan inti perusahaan di UD. Jatinom Indah di desa Jatinom kecamatan Kanigoro dan UD. Family di desa Tumpang Kecamatan Talun Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur dan tiga usaha peternakan ayam petelur pola mandiri. Pemilihan lokasi di plasma UD. Jatinom Indah dan UD. Family dan Peternak pola mandiri dengan pertimbangan bahwa peternak ayam tersebut memiliki catatan (recording) yang relatif lengkap mengenai usaha peternakannya dan belum pernah diteliti sebelumnya. Kegiatan penelitian di lapangan dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 2015 sampai 21 Juli Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei sehingga mendapatkan data primer dan data sekunder, Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya (Lampiran 1). Sampel yang digunakan adalah tiga peternak ayam petelur pola kemitraan dan tiga peternak pola mandiri. Adapun jenis pertanyaan yang menjadi masalah yaitu yang terkait dengan sistem budidaya, sistem pemasaran yang dilaksanakan oleh peternak, jumlah komoditas yang diperjual belikan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan lembaga pemerintah yang terkait dengan masalah penelitian 23

38 24 diantaranya Dinas Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian. Pemilihan sampel peternak di UD. Jatinom Indah dan UD. Family karena peternakan tersebut menggunakan sistem kemitraan di Kabupaten Blitar. Perusahaan tersebut memiliki peternakan inti dan peternakan plasma dan memiliki populasi dan produksi telur ayam ras yang banyak. Pemilihan tersebut juga merupakan rekomendasi dari Dinas Peternakan kabupaten Blitar. Data sekunder juga didapatkan dari Dinas Peternakan kabupaten Blitar. 3.3 Analisis Data Data kualitatif yang nanti diperoleh akan digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan objek penelitian. Data kuantitatif digunakan untuk menggambarkan perhitungan investasi (modal), analisis biaya produksi, penerimaan, laba/rugi, finansial dan efisiensi pemasaran. Kemudian hasilnya antara peternak pola kemitraan akan dibandingkan dengan peternak pola mandiri Investasi (modal) Investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai usaha. Menurut Soepranianondo dkk. (2013) modal usaha dapat dirumuskan sebagai berikut : Modal Usaha = Biaya Investasi + Biaya Total Analisis biaya produksi Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya dibedakan menjadi dua, yakni :

39 Biaya tetap (fix cost) Merupakan biaya yang tidak dipergunakan oleh produksi yang dihasilkan misalnya : gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan peralatan (depresiasi) Menurut Himawati, (2006) biaya tetap dapat dirumuskan sebagai berikut : TFC = FC x n Keterangan : TFC FC n = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) = Fixed Cost (Biaya Tetap) = banyaknya input Biaya tidak tetap (variable cost) Merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (biaya operasional). Misalnya : komisi penjualan, baiya lembur, transport dan pakan ternak. Menurut Himawati, (2006) biaya variabel dapat dirumuskan sebagai berikut : TVC = VC x n Keterangan : TVC VC n = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) = Variable Cost (Biaya Variabel) = Banyaknya unit Akhirnya biaya produksi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Keterangan : TC = TFC + TVC TC TFC TVC = Total Cost ( Total Biaya Produksi) = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

40 Penyusutan (depresiasi) Biaya penyusutan ini meliputi biaya penysutan peralatan, kandang, gudang, pajak dan bunga bank. Menurut Himawati, (2006) biaya penyusutan dihitung sebagai berikut: D = Keterangan : Pb Ps T D Pb Ps T = Depresiasi (Penyusutan) = Harga Beli (Rp) = Harga Jual (Rp) = Lama Pemakaian (Tahun) Analisis penerimaan (revenue) Penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi. Misalnya : Hasil penjualan telur, penjualan ayam afkir, penjualan kotoran ayam. Menurut Himawati, (2006) penerimaan dapat dituliskan sebagai berikut : TR = (p 1 x Q) + (p 2 x Q) + (p 3 x Q) Keterangan : TR p 1 p 2 p 3 Q = Total revenue = Harga / Kg telur = Harga / Kg ayam afkir = Harga / Hasil samping (kotoran, karung, dll) = Tingkat Produksi Analisis laba rugi

41 27 Himawati, (2006) Menjelaskan keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : = TR TC Keterangan : TR TC = Keuntungan = Total Revenue = Total Cost Analisis finansial Return cost ratio (R/C) Soepranianondo dkk. (2013) Return Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk dan dapat dirumuskan sebagai berikut : Kriteria : Total Penerimaan Penjualan Produk R/C = Total Biaya R/C > 1 berarti usaha tersebut menguntungkan semakin besar nilai R/C semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh usaha tersebut Break even point (BEP) Munawir (2002) menjelaskan Break even point (BEP) adalah teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (titik impas usaha). BEP dapat dirumuskan sebagai berikut :

42 28 Biaya produksi total BEP (unit) = Harga Jual Biaya produksi total BEP (harga) = Hasil produksi Payback period (PP) Soepranianondo dkk. (2013) menjelaskan Payback priod atau periode pengembalian merupakan metode penelitian investasi yang menunjukkan jangka waktu investasi dapat tertutup kembali dari aliran kas bersih dan dapat dirumuskan sebagai berikut : Kriteria : PP = Nilai Investasi Aliran Kas Bersih x 1 tahun Apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum maka usul investasi diterima Margin of safety (MoS) Munawir (2002) menjelaskan target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula informasi mengenai jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalamai kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik inpas. Penjualan Penjualan BEP MoS = Penjualan x 100% Kriteria :

43 29 Apabila Margin of Safety yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah Rentabilitas Menurut Ranupandojo (1990) menjelaskan rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode tertentu. Analisis rentabilitas berguna untuk mengecek usaha berhasil dengan baik atau tidak. Laba Usaha Rentabilitas Ekonomi = Modal sendiri + Modal asing x 100% Rentabilitas Usaha = Laba bunga pajak Modal sendiri x 100% Kriteria persentase rentabilitas usaha adalah sebagai berikut : 1. Rentabilitas 1-25% termasuk dalam kategori buruk. 2. Rentabilitas 26-50% termasuk dalam kategori rendah. 3. Rentabilitas 51-75% termasuk dalam kategori cukup. 4. Rentabilitas % termasuk dalam kategori baik. 5. Rentabilitas 100% termasuk dalam kategori baik sekali.

44 Skema Operasional Penelitian Usaha Peternakan Ayam Petelur Purposive Sampling Pola Kemitraan Pola Mandiri Pengambilan Data Evaluasi Proses Pengelolaan Analisis Finansial - Modal/Investasi - Biaya Produksi - Penerimaan - Keuntungan Analisis Usaha - BEP - Margin of Safety - Return Cost Ratio - Payback Period - Rentabilitas

45 31 Tidak Layak Layak Hasil Kesimpulan Gambar 3.1 : Alur operasional penelitian.

46 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Blitar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur dari 38 kabupaten/kota, berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Kabupaten Blitar terletak pada ¹ ¹ Bujur Timur dan 7 58¹-8 9¹51¹¹ Lintang Selatan. Batas daerah Kabupaten Blitar, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Malang. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri. Berdasarkan segi topografi, Kabupaten Blitar merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata di atas 100 meter di atas permukaan air laut. Luas wilayah Kabupaten Blitar 1.588,79 Km 2, terbagi menjadi 22 kecamatan, 28 kelurahan dan 220 desa (Pemerintah Kabupaten Blitar, 2011). Kanigoro merupakan kecamatan di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kanigoro bagian utara berbatasan degan Kecamatan Garum, bagian selatan berbatasan dengan Kec. Lodoyo, bagian barat berbatasan dengan Kota Blitar dan bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Talun (Pemerintah Kabupaten Blitar, 2014) 4.2 Profil Peternak Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kanigoro dan Kecamatan Talun diperoleh bahwa peternakan ayam petelur menggunakan enam sampel peternak, 31

47 32 dengan rincian tiga peternak mandiri dan tiga peternak kemitraan. Semua peternak berjenis kelamin laki-laki, sampel dimisalkan peternak mandiri ke-1,2 dan 3 dan peternak kemitraan ke-1,2, dan 3. Peternakan mandiri ke-1 CV. Taruna Jaya Farm direkturnya Bapak Nurhadi umur 46 tahun, lama beternak 24 tahun dan jumlah populasi ekor. Peternak mandiri ke-2 UD. Family Farm direkturnya Bapak Ibnu umur 43 tahun, lama beternak 20 tahun dan jumlah populasi ekor. Peternak Mandiri ke-3 UD. Arkaloka Farm direkturnya Bapak Imam Syafa at umur 56 tahun lama beternak 26 tahun dan jumlah populasi ekor. Peternak kemitraan ke-1 milik Bapak H. Imam berasal dari desa sambong Kec. Kanigoro yang berumur 47 tahun, pekerjaan utama wiraswasta, lama beternak 5 tahun dengan populasi ekor. Peternak Kemitraan ke-2 milik Bapak H. Kirom berasal dari Desa Tulungrejo Kecamatan Talun yang berumur 53 Tahun, pekerjaan utama wiraswasta, lama beternak 3 tahun dengan populasi ekor. Peternak kemitraan ke-3 milik Bpk Fuad Fatoni berasal dari desa Jajar Kecamatan Kanigoro yang berumur 27 tahun, pekerjaan utama mahasiswa, lama berternak 2 tahun dengan populasi ekor. Data peternak ayam petelur mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar tersedia pada Lampiran Investasi / Modal Biaya investasi yang ada pada peternakan ayam petelur dikeluarkan pada saat usaha akan dijalankan. Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha mengalami penyusutan tiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda. Penyusutan barang-barang investasi dipengaruhi umur teknis yang mampu

48 33 diperoleh dari masing-masing barang investasi. Dasar penentuan umur teknis adalah lama tingkat pakai kemampuan barang untuk masih layak digunakan (Saputra, 2011). Menurut Prawirokusumo yang dikutip oleh Soepranianondo dkk.(2013) investasi disebut juga modal dalam usaha, merupakan dana awal untuk memulai usaha. Menurut sifatnya modal terbagai menjadi modal tetap dan modal kerja/tidak tetap. Biaya yang termasuk dalam modal tetap meliputi tanah, kandang, peralatan, ayam petelur, gudang, kendaraan, dan mesin pakan. Biaya yang termasuk modal tidak tetap meliputi pakan, obat, vaksin, sewa tanah, PBB, listrik dan telpon, bahan bakar, biaya pemasaran, konsumsi pekerjaan dan gaji tenaga kerja. Data secara lengkap pada Tabel 4.1 untuk peternakan mandiri. Peternakan mandiri lebih besar modal investasinya dari pada peternakan kemitraan, dari keseluruhan modal 25% pinjam dari bank dan sisanya 75% merupakan modal pribadi. Kebutuhan total modal terdiri dari modal tetap 84,87% dan modal tidak tetap 15,13%. Ternak merupakan persentase terbesar dari keseluruhan modal usaha yaitu 45,22% dikarenakan peternak mandiri lebih memilih langsung membeli pullet dari pada memelihara dari DOC. Biaya pakan masuk modal paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50%.

49 34 Tabel 4.1. Rincian Modal Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar No Jenis Peternakan Mandiri Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) % I Modal Tetap Tanah ,75% 2 Ayam ,22% 3 Kandang ,45% 4 Peralatan ,55% 5 Gudang Telur ,59% 6 Gudang Pakan ,63% 7 Bangunan Kantor dan obat ,14% 8 Mesin Pencampur Pakan ,48% 9 Meisn Pemecah Jagung ,13% 10 Kendaraan ,96% 11 Baterai ,86% 12 Tempat minum (nipple) ,24% 13 Tempat pakan ,32% 12 Peralatan dan Perlengkapan ,56% JUMLAH MODAL TETAP ,87% II Modal Tidak Tetap 1 Pakan ,50% 2 Gaji Tenaga Kerja ,25% 3 Vaksin dan Obat-obatan ,49% 4 Sewa Tanah ,04% 5 PBB ,00% 6 Listrik dan Telpon ,03% 7 Bahan Bakar ,01% 8 Biaya Pemasaran ,71% 9 Konsumsi Pekerjaan ,04% 10 Biaya Lain-lain ,04% JUMLAH BIAYA TIDAK TETAP ,13% TOTAL MODAL %

50 35 Hasil penelitian rincian modal peternakan kemitraan ditunjukkan secara rinci pada Tabel 4.2. modal untuk ayam lebih kecil dibanding dengan peternakan mandiri, karena pemeliharaan mulai dari DOC. Tabel 4.2. Rincian Modal Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar No Jenis Peternakan Kemitraan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) % I Modal Tetap Tanah ,21% 2 Ayam ,04% 3 Kandang ,11% 4 Peralatan ,68% 5 Gudang Telur ,00% 6 Gudang Pakan ,70% 7 Bangunan Kantor dan obat ,00% 8 Mesin Pencampur Pakan ,47% 9 Meisn Pemecah Jagung ,19% 10 Kendaraan ,00% 11 Baterai ,56% 12 Tempat minum (nipple) ,78% 13 Tempat pakan ,45% 12 Peralatan dan Perlengkapan ,46% JUMLAH MODAL TETAP ,09% II Modal Tidak Tetap 1 Pakan ,67% 2 Gaji Tenaga Kerja ,37% 3 Vaksin dan Obat-obatan ,34% 4 Sewa Tanah ,00% 5 PBB ,02% 6 Listrik dan Telpon ,22% 7 Bahan Bakar ,00% 8 Biaya Pemasaran ,00% 9 Konsumsi Pekerjaan ,05% 10 Biaya Lain-lain ,25% JUMLAH BIAYA TIDAK TETAP ,91% TOTAL MODAL %

51 Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Peternakan memerlukan analisis usaha yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan keuntungan usaha. Menganalisis suatu usaha perlu mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya produksi adalah semua pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh peternak. Beberapa jenis biaya yang dikeluarkan oleh usaha peternakan baik mandiri maupan kemitraan yaitu biaya tetap, dan biaya tidak tetap. Biaya tetap antara lain biaya penyusutan, sewa tanah, dan bunga modal. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan antara lain biaya pembelian pakan, pembelian obat, dan pembayaran listrik dan telpon. Berdasarkan perhitungan tersebut data disajikan pada Tabel 4.3 untuk peternakan mandiri.

52 37 Tabel 4.3. Rincian Biaya Produksi Peternakan Mandiri di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan No Jenis Peternakan Mandiri Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) % I Biaya Tetap 1 Penyusutan - Ternak (pullet) ,57% - Bangunan kandang ,25% - Baterei ,08% - Tempat minum ,04% - Tempat pakan ,01% - Mesin pemecah jagung ,00% - Mesin pencampur pakan ,01% - Kendaraaan ,04% - Bangunan gudang pakan ,01% - Bangunan gudang telur ,01% - Bangunan kantor + ruang obat ,00% - Perlatan dan perlengkapan ,03% 2 Sewa Tanah ,27% 3 PBB ,02% 4 Bunga Modal ,35% 5 Gaji Tenaga Kerja ,52% Total biaya tetap ,24% II Biaya tidak tetap 1 Pakan ,68% Vaksin, obat-obatan dan 2 desinvektan ,02% 3 Listrik dan telpon ,16% 4 Bahan bakar ,06% 5 Biaya pemasaran ,32% 6 Konsumsi pekerja ,26% 7 Biaya lain-lain ,26% Total biaya tidak tetap ,76% Total Biaya ,00% Hasil penilitian rincian biaya produksi peternakan kemitraan disediakan pada Tabel 4.4. Biaya pakan meurpakan komponen terbesar dalam biaya produksi yakni sebesar 83,07% dari keseluruhan biaya produksi selama satu bulan.

53 38 Tabel 4.4. Rincian Biaya Produksi Peternakan Kemitraan di Kabupaten Blitar Selama 1 Bulan No Jenis Peternakan Kemitraan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) % I Biaya Tetap 1 Penyusutan - Ternak (pullet) ,68% - Bangunan kandang ,28% - Baterei ,07% - Tempat minum ,05% - Tempat pakan ,01% - Mesin pemecah jagung ,05% - Mesin pencampur pakan ,14% - Kendaraaan ,00% - Bangunan gudang pakan ,17% - Bangunan gudang telur ,00% - Bangunan kantor + ruang obat ,00% - Perlatan dan perlengkapan ,23% 2 Sewa Tanah ,00% 3 PBB ,09% 4 Bunga Modal ,00% 5 Gaji Tenaga Kerja ,73% Total biaya tetap ,51% II Biaya tidak tetap 1 Pakan ,07% Vaksin, obat-obatan dan 2 desinvektan ,98% 3 Listrik dan telpon ,03% 4 Bahan bakar ,00% 5 Biaya pemasaran ,00% 6 Konsumsi pekerja ,23% 7 Biaya lain-lain ,17% Total biaya tidak tetap ,49% Total Biaya ,00% Hasil penelitian perhitungan biaya produksi per-kg telur dan per-ekor ayam selama satu bulan ditampilkan pada Tabel 4.5. untuk peternakan mandiri.

54 39 Tabel 4.5. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Mandiri No Keterangan Peternakan Mandiri Ke-1 Ke-2 Ke-3 1 Total biaya produksi (Rp) Rata-rata jumlah ayam (ekor) Total produksi telur utuh (kg) Biaya produksi per ekor (Rp) Biaya produksi per kg telur utuh (Rp) Peternakan kemitraan pengeluaran biaya produksi selama satu bulan disajikan pada Tabel 4.6. dari keseluruhan biaya produksi baik biaya produksi telur utuh, dan produksi per ekor. Peternakan kemitraan biaya produksinya lebih besar daripada peternakan mandiri. Tabel 4.6. Total Biaya Produksi Per-kg Telur (telur utuh) dan Per-ekor Ayam Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan Peternakan Kemitraan No Keterangan Ke-1 Ke-2 Ke-3 1 Total biaya produksi (Rp) Rata-rata jumlah ayam (ekor) Total produksi telur utuh (kg) Biaya produksi per ekor (Rp) Biaya produksi per kg telur utuh (Rp) Asnawi (2009), menyatakan bahwa penerimaan usaha peternakan layer diperoleh setelah hasil produksi dijual yaitu bersumber dari penjualan telur, ayam afkir, dan pupuk kandang. penerimaan dan keuntungan peternak mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar selama 1 bulan disajikan pada Tabel 4.7. untuk peternakan mandiri dan 4.8. untuk kemitraan. Data lebih lengkap tersedia pada Lampiran 3 sampai 7. Penerimaan meliputi produksi telur, penjualan ayam afkir

55 40 dan penjualan pupuk kandang. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7. untuk peternakan mandiri. Tabel 4.7. Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kab. Blitar Peternakan Mandiri No Jenis % Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 1 Penjualan Telur utuh ,25% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih ,42% 3 Penjualan ayam afkir ,08% 4 Penjualan pupuk kandang ,25% Penerimaan dari penjualan telur ,67% Total penerimaan % Tabel 4.8. Berdasarkan perhitungan penerimaaan, untuk peternakan kemitraan disajikan pada Tabel 4.8. Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kab. Blitar Peternakan Kemitraan No Jenis % Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 1 Penjualan Telur utuh ,39% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih ,64% 3 Penjualan ayam afkir ,35% 4 Penjualan pupuk kandang ,61% Penerimaan dari penjualan telur ,03% Total penerimaan % Tabel 4.7 dan 4.8. menjelaskan pendapatan kotor dari peternakan mandiri dan kemitraan selama satu bulan, dari penerimaan / keuntungan kotor dapat diperoleh pendapatan bersih dengan dikurangai total biaya produksi dan pajak bulanan. Diperoleh keuntungan bersih selama satu bulan, secara rinci ditampilkan pada Table 4.9 untuk peternakan mandiri

56 41 Tabel 4.9. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Mandiri Selama Satu Bulan No Keterangan Peternakan Mandiri Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 1 Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan sebelum pajak Pajak Pendapatan (30% setahun) Pajak Bulanan Pendapatan sesudah pajak Pendapatan bersih untuk peternakan kemitraan selama satu bulan disajikan di Tabel 4.10, karena peternakan kemitraan termasuk dalam kategori peternakan rakyat sehingga dalam setiap bulannya tidak dibebani biaya pajak. Tabel Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Peternak Kemitraan Selama Satu Bulan Peternakan Kemitraan No Keterangan Ke-1 (Rp) Ke-2 (Rp) Ke-3 (Rp) 1 Total Penerimaan Total Biaya Keuntungan sebelum pajak Pajak Pendapatan (30% setahun) Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 5 Pajak Bulanan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 6 Pendapatan sesudah pajak Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha peternakan mandiri dan kemitraan di Kabupaten Blitar untuk dilanjutkan. Modal untuk peternak mandiri ke-2 dan ke-3 pinjaman dari bank selama 2 tahun dengan rincian 25% dari total modal dan modal sendiri sebesar 75% dari total modal, sedangkan peternak ke-1 pinjam bank hanya 20% dari total modal diangsur selama 1 tahun. Peternak kemitraan memperoleh modal dari perusahaan inti dan modal sendiri. Pada hasil analisis finansial meliputi Return Cost Ratio (R/C),

57 42 Break Even Point (BEP), Margin of Safety, Data analisis finansial tersedia pada Tabel Tabel Nilai Return Cost Ratio R/C, Break Even Point (BEP), Margin of Safety Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar No Peternak R/C BEP Margin of Harga (Rp) Unit (kg) Safety (%) Peternak Mandiri 1 Ke - 1 1,3543 Rp % 2 Ke - 2 1,3096 Rp % 3 Ke - 3 1,2466 Rp % 4 Rata-rata 1,3035 Rp % Peternak Kemitraan 1 Ke - 1 1,2581 Rp % 2 Ke - 2 1,2073 Rp % 3 Ke - 3 1,2292 Rp % 4 Rata-rata 1,2315 Rp % Hasil penelitian Analisis finansial dengan variabel Payback Period (PP) dan Rentabilitas pada peternakan mandiri dan kemitraan disajikan pada Tabel Tabel Nilai Rentabilitas, dan Paybak Period (PP) Peternakan Mandiri dan Kemitraan di Kabupaten Blitar Rentabilitas No Peternak Payback Period Modal Sendiri Ekonomi (%) (%) Peternak Mandiri Bulan Tahun Bulan Tahun 1 Ke tahun 4 bulan 6,25% 75,00% 5,33% 63,96% 2 Ke tahun 7 bulan 5,00% 60,00% 4,12% 49,44% 3 Ke tahun 11 bulan 4,10% 49,20% 3,33% 39,96% 4 Rata-rata 1 tahun 7 bulan 5,12% 61,40% 4,26% 51,12% Peternak Kemitraan 1 Ke tahun 5 bulan 5,97% 71,64% 5,38% 64,56% 2 Ke tahun 4,10% 49,20% 3,69% 44,28% 3 Ke tahun 9 bulan 4,74% 56,88% 4,26% 51,12% 4 Rata-rata 1 tahun 8 bulan 4,94% 59,24% 4,44% 53,32%

58 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Investasi / Modal Modal sangat penting untuk memulai usaha peternakan ayam petelur. Modal dalam usaha pternakan meliputi modal tetap dan modal kerja/tidak tetap. Hasil dari penelitian modal tetap 84,87% dari total rata-rata modal peternakan mandiri, sedangkan peternakan kemitraan 79,09% dari total rata-rata modal. Modal kerja / tidak tetap yaitu 15,13% dari total modal rata-rata peternakan mandiri, sedangkan peternakan kemitraan 20,91% dari total modal rata-rata.. Ternak / ayam merupakan persentase terbesar dari keseluruhan modal usaha peternakan mandiri, yaitu 43,43% dari total rata-rata modal, sedangkan pakan masuk modal yang paling besar dalam modal tidak tetap yaitu 12,50% dari total rata-rata modal. Keseluruhan modal tersebut untuk peternakan mandiri 10-25% modal pinjaman dari bank 75-90% modal pribadi, sedangkan modal untuk peternak kemitraan diperoleh dari peternakan inti dan modal sendiri. Sistem hutang peternakan kemitraan diangasur dengan menjual produk ternaknya (telur, ayam afkir dan pupuk kandang) ke peternakan/perusahaan inti. Perbandingan modal antara peternakan mandiri dengan kemitraan jauh lebih besar modal yang dikeluarkan peternakn mandiri, karena peternak mandiri lebih lengkap infrastrukturnya baik bangunan dan kendaraan. Bangunan gudang peternak mandiri lebih lengkap peralatannya yakni mesin pemecah jagung dan mesin pencampur pakan, gudang penyimpanan telur dengan pakan berbeda. Peternakan mandiri ke-1 dan ke-2 memiliki kendaraan sendiri untuk memasarkan telurnya ke 43

59 44 luar kota antara lain Surabaya, Jakarta, Tasikmalaya, Malang, Kalimantan dan Papua, sedangkan peternakan mandiri ke-3 memasarkan telurnya dengan melihat daya tawar pembeli yang tinggi dibanding pembeli yang lain. 5.2 Analisis Struktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Analisis kelayakan usaha peternakan harus mengetahui rincian biaya-biaya yang dikeluarkan maupun yang diterima agar dapat menghitung keuangan yang diperoleh dalam suatu usaha peternakan. Hasil penelitian menunjukkan pakan merupakan biaya terbesar yaitu 75,68% - 83,07% dari total rata-rata biaya yang dibutuhkan baik peternakan mandiri maupun kemitraan. Biaya penyusutan ternak merupakan biaya terbesar pada penggunaan biaya tetap yaitu 6,57% dari total rata-rata biaya produksi ternak mandiri, sedengan peternakan kemitraan biaya untuk ternak hanya sebesar 0,68% dari rata-rata total biaya produksi ternak kemitraan. Perbedaan biaya susut ayam antara peternakan kemitraan dan mandiri disebabkan peternak kemitraan memelihara mulai dari DOC bukan beli langsung pullet. Biaya pemasaran merupakan biaya yang digunakan untuk memasarkan produk telur normal. Petenakan mandiri ke-1 hasil telurnya dipasarkan ke Jakarta, Tasikmalaya, Sukabumi, Kalimantan dan Irian Jaya setiap hari sekali atau dua hari sekali tergantung permintaan. Sehingga dalam pengriman diperlukan biaya transportasi yaitu sebesar Rp. 550,-/kg telur dan biaya egg tray karton untuk wadah telur Rp. 150,-/kg telur, jadi biaya total pemasaran setiap 1 kg telur sebesar Rp. 700,- dimana dalam satu bulan peternak mandiri ke-1 memasarkan telur sebanyak kg telur maka dalam satu bulan total biaya pemasaran Rp.

60 ,-. Peternakan mandiri ke-2 karena penjualan telurnya hanya lingkup Jawa Timur yaitu Malang dan Surabaya, sehingga biaya pemasarannya setiap 1 kg telur sebesar Rp. 500,- dimana dalam satu bulan produksinya kg telur maka dalam satu bulan total biaya pemasaran sebesar Rp ,-. Peternakan yang lain untuk biaya pemasarannya tidak ada karean langsung diambil pedagang dan perusahaan inti untuk peternakan kemitraan. Penerimaan tertinggi pada usaha peternakan ayam petelur adalah penjualan telur (telur utuh, telur retak dan cangkang putih) yang merupakan produksi utama. Produksi telur mampu menghasilkan penerimaan sebesar 92,67% dari total rata-rata penerimaan peternak mandiri, sedangkan peternak kemitraan memperoleh penerimaan penjualan telur sebesar 92,03% dari total rata-rata penerimaan. Penjualan ayam afkir selama satu bulan untuk peternakan mandiri memperoleh 7,08% dari total rata-rata penerimaan peternakan mandiri, untuk peternakan kemitraan 7,35% dari total rata-rata penerimaan. Penjualan pupuk kandang selama satu bulan dapat mencapai 0,25% dari total penerimaan peternakan mandiri dan 0,61% untuk peternakan kemitraan. Berdasarkan hasil tersebut penerimaan peternakan mandiri ke-1 Rp , peternakan mandiri ke-2 Rp dan peternakan mandiri ke-3 Rp , sedangkan total penerimaan untuk peternakan kemitraan ke-1 Rp , peternakan kemitraan ke-2 Rp dan Peternakan kemitraan ke-3 Rp Keuntungan atau pendapatan pada usaha peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan merupakan selisih antara penerimaan total dengan

61 46 biaya total produksi yang dikeluarkan. Hasil penelitian menunjukkan keuntungan peternak selama satu bulan sebelum pajak. Keuntungan peternak mandiri ke-1 Rp , peternak mandiri ke-2 Rp dan peternak mandiri ke-3 Rp Sedangkan keuntungan peternak kemitraan ke-1 Rp , peternak kemitraan ke-2 Rp dan peternak kemitraan ke-3 Rp Keuntungan peternak mandiri sebesar tersebut maka dikenakan pajak sebesar 30% per tahun. Persentase pajak tersebut berdasarkan pendapatan usaha peternakan mandiri (CV. Taruna Jaya Farm, UD. Family Farm dan UD Arkaloka Farm) yang memungkinkan pendapatannya pertahun lebih dari 500 juta per tahun menurut direktorat jendral pajak dikenakan pajak pendapatan sebesar 30% per tahun. Sehingga untuk pajak pendapatan peternak mandiri selama sebulan sebesar Rp maka keuntungan setelah pajak Rp pada peternak mandiri ke-1, pada peternak mandiri ke-2 pajak pendapatan sebulan sebesar Rp maka keuntungan setelah pajak Rp , dan pada peternakan mandiri ke-3 pajak pendapatan sebulan sebesar Rp maka keuntungan setelah pajak Rp Peternakan kemitraan tidak dikenakan pajak karena masuk dalam kategori peternakan rakyat. 5.3 Analisis Finansial Selain analisis struktur biaya, penerimaan dan keuntungan diperlukan juga analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha baik peternakan mandiri maupun peternakan kemitraan di Kabupaten Blitar. Analisis

62 47 finansial terdiri dari return cost ratio,break even point, margin of safety, payback period dan rentabilitas Return cost ratio (R/C) Analisis return cost ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Suatu usaha dinyatakan layak atau masih dalam tingkat efisiensi apabila nilai R/C ratio lebih dari satu yang artinya nilai penerimaan sama lebih besar dari total biaya, maka semakin besar R/C ratio makan semakin besar pula tingkat efisiensi suatu perusahaan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai R/C ratio pada peternakan mandiri rata-ratanya 1,3035 sedangkan pada peternakan kemitraan nilai rata-rata R/C rationya 1,2315. Nilai R/C ratio lebih dari satu maka usaha tersebut dinyatakan menguntungkan atau layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata R/C ratio pada peternak mandiri sebesar 1,3035 dapat diartikan bahwa setiap penggunaan biaya produksi Rp akan memperoleh penerimaan sebesar Rp Nilai rata-rata R/C ratio peternak kemitraan sebesar 1,2315 artinya penggunaan biaya produksi Rp akan memperoleh penerimaan sebesar Rp Artinya tingkat efisiensi peternak mandiri lebih bagus daripada peternak kemitraan. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari return cost ratio dari usaha peternakan ayam peteur yaitu 1,16.

63 Break even point (BEP) Break even point/bep dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Analisis BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja akan tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan (Munawir, 2002). Berdasarkan analisis dapat dilihat bahwa BEP produksi pada peternak mandiri ke-1, mandiri ke-2 dan mandiri ke-3 berturut-turut kg, kg dan kg, sedangakn BEP produksi pada peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-turut kg, kg, dan kg. Break even point harga penjualan telur utuh yaitu peternak mandiri ke-1, ke-2 dan ke-3 berturut-turt Rp , Rp dan Rp dengan rata-rata BEP harga Rp Sedangkan BEP harga untuk peternak kemitraan ke-1, ke-2 dan ke-3 berturutturut Rp , Rp dan Rp dengan rata-rata BEP harga Peternak kemitraan sebesar Rp Melalui BEP harga penjualan telur dapat disimpulkan, harga jual telur per-kg pada peternak kemitraan lebih besar dari peternak mandiri. Diperlukan penawaran harga lebih tinggi untuk memperoleh laba dan tidak menderita rugi pada peternak kemitraan. Tingginya BEP unit peternakan mandiri dibanding dengan kemitraan karena jumlah populasi dari peternakan mandiri yang lebih banyak dibanding peternakan kemitraan. Jumlah populasi yang banyak membutuhkan penjualan unit yang banyak pula untuk mencapai BEP.

64 Margin of safety (MoS) Target penjualan yang telah dianggarkan manajemen memerlukan pula informasi mengenai berapa jumlah maksimum penurunan target penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan dengan titik impas. Usaha yang memiliki margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan usaha yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga memperoleh laba (Munawir, 2002). Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa nilai margin of safety yang paling tinggi pada peternak mandiri ke-1 yaitu 14%, peternak mandiri ke-2 yaitu 12% dan peternak mandiri ke-3 yaitu 7%, sehingga rata-rata margin of safety untuk peternakan mandiri sebesar 11%. Peternakan kemitraan nilai terendah margin of safety sama semua yaitu 5%. Nilai margin of safety peternak mandiri lebih baik dibanding dengan peternak kemitraan, karena penurunan penjualan yang ditolerir lebih besar. Hasil penelitian Candra (2012) nilai dari margin of safety dari usaha peternakan ayam petelur yaitu 6,74% Payback period (PP) Berdasarkan hasil payback period usaha peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar akan menutup modal yang akan ditanam pada peternak mandiri ke-1 dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan, peternak mandiri ke-2 dalam kurun 1

65 50 tahun 7 bulan, peternak mandiri ke-3 dalam kurun 1 tahun 11 bulan. Rata-rata periode pengembalian modal untuk peternak mandiri selama 1 tahun 7 bulan. Paybvak period untuk peternak kemitraan ke-1 kurun waktu 1 tahun 5 bulan, peternak kemitraan ke-2 kurun 2 tahun, peternak kemitraan ke-3 kurun waktu 1 tahun 9 bulan, sedangkan untuk rata-rata payback period peternak kemitraan selama 1 tahun 8 bulan. Hasil penelitian sebelumnya Metasari (2013) nilai dari payback period penelitian sebelumnya 1 tahun 5 bulan pada peternakan rakyat di Kecamatan Srengat Rentabilitas Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata rentabilitas ekonomi usaha peternakan ayam petelur mandiri sebesar 5,12% per-bulan atau sebesar 61,40% per-tahun. Rata-rata rentabilitas ekonomi usaha peternakan ayam petelur kemitraan sebesar 4,94% per-bulan atau sebesar 59,24% per-tahun. Perhitungan rata-rata rentabilitas modal sendiri usaha peternakan mandiri sebesar 4,26% perbulan atau sebesear 51,12%. Peternakan kemitraan rata-rata rentablitas modal sendiri sebesar 4,44% per-bulan atau 53,32% per-tahun. Menurut Tjiptoadinegoro (1989), nilai rentablitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri baik peternakan mandiri dan kemitraan termasuk dalam kategori cukup karena nilai rentabilitasnya diantara 51-75%. Hasil penelitian sebelumnya Candra (2012) nilai dari rentabilitas pada peternakan ayam petelur CV. Santosa Jaya Farm adalah sebesar 2,47% per bulan atau sebesar 29,59% per tahun untuk rentabilitas ekonomi, sedangkan nilai dari rentabilitas modal sendiri sebesar 3,29% per bulan atau sebesar 39,45% per tahun.

66 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1. Terdapat perbedaan pendapatan rata-rata pada peternakan mandiri dan kemitraan, peternakan mandiri lebih besar pendapatan rata-ratanya dibanding dengan pendapatan peternakan kemitraan. 2. Peternakan mandiri dan kemitraan layak untuk dikembangkan karena R/C > 1, rata-rata BEP peternakan mandiri Rp rata-rata BEP peternakan kemitraan Rp Margin of safety peternakan mandiri lebih besar dibanding peternakan kemitraan, nilai rentabilitas termasuk dalam kategori cukup Saran 1. Pada peternakan pola mandiri dapat membuat konsentrat pakan sendiri (self mix), saat ini konsentrat pakan dapat diperoleh dengan membeli dari pabrik pakan. Diharapkan dengan membuat konsentrat sendiri biaya pakan lebih rendah dari biaya pakan yang sekarang ini, dimana biaya pakan sekarang ini mencapai 76,11% dari total biaya produksi. 2. Pada peternakan pola kemitraan cocok untuk peternak yang masih baru karena resikonya cenderung lebih rendah. Diharapkan setelah mengetahui pola beternak ayam petelur, peternak kemitraan dapat menjadi peternak mandiri karena memiliki daya tawar yang tinggi saat menjual produk telurnya 51

67 52 sehingga tidak harus menjual ke peternak inti yang harganya cenderung lebih rendah dibanding harga tawar distributor telur yang ada. Selain biasa memasarkan sendiri harapannya bisa menerapkan teknologi terbaru yaitu membuat konsentrat sendiri (self mix), sehingga biaya pakan bisa lebih efisen.

68 53 DAFTAR PUSTAKA Ardiansah, Y Karya Ilmiah Peluang Bisnis Ayam Petelur [20 Maret 2015], Asnawi, A Perbedaan Tingkat Keuntungan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Antara Sebelum dan Sesudah Memperoleh Kredit PT. BRI di Kabupaten Pinrang. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan, Vol.XIII(1), Januari Badan Pusat Statistik Populasi Unggas Menurut Provinsi dan Jenis unggas (ribu ekor) /id/1512 [25 Maret 2015] Candra, S. Hari, D.U. dan Hartono, B Analisis Ekonomi Usaha Ayam Petelur CV. Santosa Farm di Desa Kerjen Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.[Skripsi] Universitas Brawijaya Dawami, A Konsumsi Ayam dan Telur Penduduk Indonesia Masih Rendah. penduduk-indonesia-masih-rendah/. [20 Maret 2015] Dinas Peternakan Statistik Produksi Hasil Peternakan. Dinas Peternakan Jawa Timur. Surabaya. Harahap Syahlan Perkembangan dan Produktifitas Lahan Karet Indonesia. Balai Penelitian Sungai Putih Harih Biaya Produksi dan Penerimaan. /2010 /03/biaya-produksi.html [25Maret 2015] Himawati, D Analisis Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD Sari Bumi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. [Skripsi] Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Metasari, I Analisis Usaha Pada Peternakan Rakyat Ayam Petelur Di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Agro Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. 2 (1) Medion Mengetahui Standar Produksi untuk Efisiensi Peternakan Ayam Petelur / Layer. - standar-produksi-untuk-efisiensi-peternakan-ayam-petelur-layer-2/ [12 Februari 2015]

69 54 Menteri Pertanian SK No. 472/Kpts/TN.330/6/96. Tentang Usaha Peternakan. Munawir, S Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Hal. 34. Muyantini, N.G.A Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 33; 151; 163; Pemerintah Kabupaten Blitar Potensi Daerah Peternakan. Blitar. [16 Maret 2015]. Prawesthirini, S., N. Harijani., A.T.S. Estoepangestie., Budiarto., H.P. Siswanto dan M.H. Effendi Analisa Kualitas Susu, Daging, dan Telur (Cetakan ke-enam tahun 2011). Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Hal Rahayu, H.S.I Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Uji Organoleptik Telur Ayam Merawang Dengan Pemberian Pakan Bersuplemen Omega-3. Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 14 (3) Rahmanto Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam kampung dan Ayam Broiler [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta. Ranupandojo, H Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan. AMP YKPN. Yogyakarta. 3 (4) Rusli, R.K Pemberian Campuran Dedak dan Ampas Tahu Fermentasi dengan Monaseus purpureus Terhadap Performa dan Kualitas Telur Ayam [Tesis]. Universitas Andalas. Salmawati Budidaya Ayam Petelur [Proposal Usaha]. Universitas Muhammadiah Makassar. Safitri, B Analisis Tataniaga Telur Ayam Kampung (Studi Kasus : Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saputra, E.E. 2011, Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler Pada Kondisi Resiko (Studi Kasus : Peternakan Rakyat Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi] Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Sarwanto, C Kemitraan Produksi dan Pendapatan Peternak Rakyat Broiler (Studi Kasus di Keabupaten Jombang dan Sukoharjo). [Tesis] Magister Sains. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

70 55 Sejati, W.K Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Telur Ayam Ras Peternakan Rakyat di Jawa Barat. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. 9 (2). Singarimbun, M. dan S. Effendi Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. SNI Telur Ayam Konsumsi. LIPI. Dewan Standardisasi Nasional. Sudaryani, T. dan H. Santosa Pembibitan Ayam Ras. PT. Penebar Swadaya. Depok. 59 (3). Suharno, B Agribisnis Ayam Ras. PT. Penebar Swadaya. Depok. 59 (2) Suharyanto Struktru dan Komposisi Telur Konsumsi. com/2011/03/struktur-dan-komposisitelur-konsumsi.html. [27 Maret 2015] Sulaiman A. dan S.N. Rahmatullah Karakteristik Eksterior, Produksi dan Kualitas Telur Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Sentra Peternakan Itik Kalimantan Selatan. Bioscientiae Volume 8 Nomor 2 Halaman Sumardjono, M Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 27. Soekartawi Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 296. Soepranianondo, K., R. Sidik, D.S. Nazar, S. Hidanah, Pratisto dan S.H. Warsito Buku Ajar Kewirausahaan. Pusat Peneribitan dan Percetakan Unair. Surabaya. Halaman 56. Sumartini Kemitraan Agribisnis SertaPengaruhnya Terhadap Pernadapatan UsahaTernak Ayam Ras Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bandung).[Tesis] Institut Pertanian Bandung. Syukur, S.H Analisis Break Event Point Usaha Peternakan Rakyat Ayam Petelur di Kecamatan Palu Selatan. Jurnal Agrisain Volume 9 Nomor 1 Halaman Tjiptoadinegoro, R Membahas dan Membaca Neraca Perusahaan. PT. Pradyna Paramitha. Jakarta. 3 (2).

71 56 Ucokaren Analisis Data Ilmu Usaha Tani. wordpress.com /2011/06/16/ analisis-data-ilmu-usahatani/ [30 Maret 2015] Warsito, S.H Analisis Finansial, Resiko dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Survei pada Kelompok Peternakan Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan [Tesis]. Universitas Brawijaya. Wahyuningsih, R., SM. Kiptiyah dan H.M.I. Semaoen Analisis Permintaan Telur Ayam di Jawa Timur. Agritek 16 (11). Yunus, Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah [Tesis]. Universitas Diponegoro. Yuri, H Ayam Petelur Unggul (white Leghorn). /2011/09/30/ayam-petelur-unggul-white-leghorn/. [14 Maret 2015]. Yuwanta, T Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Halaman

72 RINGKASAN Berbagai daerah di Jawa Timur yang memproduksi telur ayam ras terbanyak ada di Kabupaten Blitar. Sistem peternakan ayam ras petelur ada dua pola, peternakan pola mandiri dan peternakan pola kemitraan. CV. Taruna Jaya Farm, UD. Family Farm dan UD. Arkaloka Farm merupakan perusahaan di bidang peternakan ayam petelur pola mandiri. Peternakan pola kemitraan terdiri dari tiga peternak yaitu Imam Farm, Kirom Farm dan Fuad Farm. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata usaha peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri di Kabupaten Blitar. 2) Menganalisis kelayakan peternakan ayam ras petelur pola kemitraan dan mandiri dengan dilihat dari investasi, analisis biaya produksi, penerimaan, laba / rugi, dan analisis finansial. Kelayakan diketahui dengan melihat Return Cost Ratio, Break Even Point, Payback Period, Margin of Safety dan Rentabilitas dari peternakan pola mandiri dan kemitraan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei sehingga mendapatkan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik, dan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian. Hasil penelitian menunjukkan peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan sudah layak untuk dikembangkan sebagai usaha yang mendatangkan hasil. Indikator kelayakan usaha bisa dilihat dari nilia return cost 56

73 57 ratio yang lebih besar dari satu, dan nilai rentabilitas yang termasuk dalam kategori cukup. Dilihat dari tingkat kelayakan peternakan pola mandiri lebih efisien dibanding dengan peternakan pola kemitraan. Indikator dari tingkat efisiensi bisa dilihat dari biaya produksi untuk setiap satu kilogram telur peternakan mandiri lebih kecil dari pada kemitraan, selain biaya produksi harga jual produk telur untuk peternakan mandiri memiliki daya tawar yang tinggi daripada peternakan kemitraan. Dilihat dari analisis finansial nilai return cost ratio dan margin of safety peternakan mandiri lebih besar daripada peternakan kemitraan, sedangkan nilai break even point dan payback period peternakan mandiri lebih kecil nilainya dibanding dengan peternakan kemitraan. Kesimpulannya menunjukkan peternakan ayam petelur baik mandiri maupun kemitraan sudah layak untuk dikembangkan sebagai usaha yang mendatangkan hasil. Dilihat dari tingkat efisiensi peternakan pola kemitraan harus ditingkatkan lagi efisiensi produksinya. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang efisiensi peternakan kemitraan telur ayam ras di Kabupaten Blitar.

74 Lampiran 1. Kuisioner Survei Usaha Peternakan Rakyat Ayam Petelur Di Kabupaten Blitar Nama Peternakan : Pemilik Ternak : Umur Peternak : Alamat Peternakan : Jumlah Populasi : Lama Beternak : 1. Modal berasal dari uang sendiri atau pinjam bank? Jawaban : 2. Berapa pinjaman pokok beserta bunga dari bank? Jawaban : 3. Berapa pajak per bulan? Jawaban : 4. Model kandang terbuat dari bambu / kawat / lain-lain? Jawaban : 5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang? Jawaban : 6. Kandang dapat digunakan sampai berapa lama? Jawaban : 7. Apa saya yang peralatan kandang yang digunakan? Jawaban : 8. Berapa biaya peralatan kandang yang dikeluarkan? Jawaban : 9. Peralatan kandang dapat digunakan sampai berapa lama? Jawaban : 10. Lahan yang digunakan untuk berternak ayam petelur sewa / milik sendiri? Jawaban : 11. Berapa harga sewa lahan / tanah untuk usaha peternakan? Jawaban : 58

75 Ayam yang digunakan sebagai bibit berasal dari DOC/pullet? Jawaban : 13. Berapa harga bibit ayam petelur setiap ekor? Jawaban : 14. Menggunakan strain ayam apa dan berasal dari breeder mana? Jawaban : 15. Berapa ayam yang mati setiap bulannya? Jawaban : 16. Berapa karyawan yang diperkerjakan? Jawaban : 17. Berapa gaji setiap karyawan? Jawaban : 18. Menggunakan pakan komersial / mencampur sendiri? Jawaban : 19. Memiliki gudang / tidak? Jawaban : 20. Berapa biaya untuk membangun gudang? Jawaban : 21. Gudang dapat digunakan sampai berapa lama? 22. Kebutuhan pakan (setiap bulan)? DOC : Starter : Grower : Layer : 23. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pakan setiap bulannya? Januari : Februari : Maret : April : Mei : Juni :

76 60 Juli : Agustus : September : Oktober : November : Desember : 24. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan ternak (vaksin, vitamin, antibiotik, anti parasit, anti cacing,desinfektan dan insektisida)? Jawaban : 25. Biaya yang dikeluarkan untuk listrik, air, pemanas, litter, ongkos transportasi, telepon dan kemasan? Jawaban : 26. Berapa harga kotoran ayam setiap karungnya? Jawaban : 27. Berapa harga ayam afkir per kilogramnya atau per ekornya? Jawaban :

77 No Lampiran 2. Data Karakteristik Peternakan Ayam Petelur pola Mandiri dan Kemitraan di Kab. Blitar Keterangan Nama Responden Nama Peternakan Alamat Jenis Kelamin Umur (tahun) Pekerjaan Utama Lama Beternak ( Populasi (ekor) P. Mandiri 1 Ke-1 H. Nurhadi CV. Taruna Jaya Farm Ds. Jabung L 46 Polisi Ke-2 Ibnu UD. Family Farm Ds. Jabung L 43 Wiraswasta Ke-3 Imam Syafa'at UD. Arkaloka Farm Ds. Jajar L 56 Wiraswasta P. Kemitraan 1 Ke-1 H. Imam Imam Farm Ds. Sambong L 47 Wiraswasta Ke-2 H. Kirom Kirom Farm Ds. Tulungrejo L 53 Wiraswasta Ke-3 Fuad Fatoni Fuad Farm Ds. Jajar L 27 Mahasiswaa Sumber : Data primer diolah 2015

78 Lampiran 3. Rincian Biaya Pakan Fase Starter dan Grower Kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun No Pakan (fase) Periode (minggu) Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan/kg (Rp) P. Kemitraan Ke-1 1 Starter 1-6 minggu Rp Rp Grower 6-18 minggu Rp Rp Jumlah Rp P. Kemitraan Ke-2 1 Starter 1-6 minggu Rp Rp Grower 6-18 minggu Rp Rp Jumlah Rp P. Kemitraan Ke-3 1 Starter 1-6 minggu Rp Rp Grower 6-18 minggu Rp Rp Jumlah Rp Total SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA 62 M. ZUHDI IRHAMNI

79 No Lampiran 4. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola Mandiri di Kab. Blitar Selama 1 Tahun Bulan Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rata-rata Peternakan Mandiri Ke-1 Peternakan Mandiri Ke-2 Peternakan Mandiri Ke SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA 64 M. ZUHDI IRHAMNI

80 No Lampiran 5. Rincian Biaya Pakan Fase Layer Peternakan Pola kemitraan di Kab. Blitar Selama 1 Tahun Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) Kebutuhan Pakan (kg) Harga Pakan /kg (Rp) Total (Rp) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rata-rata Bulan Peternakan Kemitraan Ke-1 Peternakan Kemitraan Ke-2 Peternakan Kemitraan Ke SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA 64 M. ZUHDI IRHAMNI

81 Lampiran 6 Total Penerimaan Usaha Peternakan Mandiri Ayam Petelur di Kabupaten Blitar Peternakan Mandiri ke-1 (CV. Taruna Jaya Farm) No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,89% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,85% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,01% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,25% Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan Peternakan Mandiri ke-2 (UD. Family Farm) ,74% ,00% No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,98% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,58% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,15% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,28% Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan Peternakan Mandiri ke-3 (UD. Arkaloka Farm) ,57% ,00% No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,27% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,33% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,21% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,19% Penerimaan dari penjualan telur Total penerimaan ,61% ,00% 65 SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA M. ZUHDI IRHAMNI

82 Lampiran 7 Total Penerimaan Usaha Peternakan Kemitraan Ayam Petelur di Kabupaten Blitar PeternakanKemitraan ke-1 (H. Imam) 4038 No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,97% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,34% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,12% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,58% Penerimaan dari penjualan telur ,31% Total penerimaan ,00% Peternakan Mandiri ke-2 (H. Kirom) No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,37% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,43% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,57% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,63% Penerimaan dari penjualan telur ,80% Total penerimaan ,00% Peternakan Mandiri ke-3 (Fuad Fatoni) No Jenis Penerimaan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp) Penerimaan/ ekor (Rp) Persentase (%) 1 Penjualan telur utuh (butir) ,36% 2 Penjualan telur retak dan cangkang putih (butir) ,54% 3 Penjualan ayam afkir (ekor) ,45% 4 Penjualan pupuk kandang (karung) ,65% Penerimaan dari penjualan telur ,90% Total penerimaan ,00% SKRIPSI ANALISIS KELAYAKAN USAHA 66 M. ZUHDI IRHAMNI

83 Lampiran 8 Gambar Dokumentasi Penelitian Mesin Pencampur Pakan Gudang Penyimpanan Pakan Kandang Fase Layer Kandang Fase Grower Gudang Penyimpan Telur Kandang Fase Starter 67

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR Ike Metasari 1), Sunaryo Hadi Warsito 2), Iwan Sahrial Hamid 3) Mahasiswa 1), Departemen Peternakan 2), Departemen

Lebih terperinci

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT ANALISIS EKONOMI USAHA AYAM PETELUR CV. SANTOSO FARM DI DESA KERJEN KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR (Economic Analysis Of Layer At CV. Santoso Farm In Kerjen Village Srengat Subdistrict Blitar Regency)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY Edy Sularso¹, Budi Hartono² and Hari Dwi Utami³ Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 85 ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR Candra Adinata 1), Ismudiono 2), Dady Soegianto Nazar 3) 1)Mahasiswa, 2) Departemen Reproduksi Veteriner,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan jenis ayam yang paling efisien untuk diternakkan sebagai penghasil telur. Ayam petelur dikenal mempunyai ukuran badan yang kecil dan sangat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha ternak ayam petelur merupakan usaha yang mempunyai prospek sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha peternakan ayam potong merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan yang dimiliki

Lebih terperinci

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (3): 11-16 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda Imam Ismail, Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada

TINJAUAN PUSTAKA. ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha Analisa usaha ternak merupakan kegiatan sangat penting karena dalam hal ini akan dinilai apakah pantas atau layak dilaksanakan didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Analysis Of Break Even Point at Broiler Farm In

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara SKRIPSI FERI ANDRIASTUTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER POLA KEMITRAAN DI DESA BONTOMATENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Iskayani, Veronica Sri Lestari, Wempie Pakiding Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO Tugiyanto, Priyono, dan Roisu Eni Mudawaroch Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di

I. PENDAHULUAN. karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah penghasil telur yang cukup potensial, karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Tingkat produksi telur di Sumatera Barat pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu)

ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu) e-j. Agrotekbis 2 (1) : 91-95, Pebruari 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu) Profitability analysis farm

Lebih terperinci

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFISIENSI PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PEDAGING RISKI JAYA ABADI KEBUMEN DITINJAU DARI EFISIENSI MANAJEMEN,TEKNIS DAN EKONOMIS Production Efficiency

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komoditas 2.1.1. Sejarah Ayam Petelur Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Ayam liar tersebut merupakan bagian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang) ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang) Riki Suharda*), Lily Fauzia**), Emalisa**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai 1 ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai THE BREEDING DUCKS EGG LAYER ANALYSIS STADIUM GENERAE : BANDAR KHALIFAH, SERDANG BEDAGAI S REGENCY 1)Riwan Sinaga,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA AYAM RAS PETELUR DENGAN DUA STRAIN BERBEDA (Studi Kasus di PD.

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA AYAM RAS PETELUR DENGAN DUA STRAIN BERBEDA (Studi Kasus di PD. ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA AYAM RAS PETELUR DENGAN DUA STRAIN BERBEDA (Studi Kasus di PD. Duta Hadir) THE ANALYSIS OF COMPARISON OF BENEFITS AND COSTS OF PRODUCTION

Lebih terperinci

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS) A. PRASETYO dan MURYANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek, Sidomulyo PO. Box 101, Ungaran ABSTRAK Kabupaten Brebes

Lebih terperinci

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: profit, R/C ratio, Brean Even Point.

ABSTRACT. Keywords: profit, R/C ratio, Brean Even Point. Financial Performance Comparative Between Open and Close Houses of Broiler Farming (Study in Pesona Ternak Gemilang Co. and Ternak Sejati Tabassam Co. Patnership Scheme in Jombang) 1) Vidya Utari, 2) Bambang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK

RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK Herman Syah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Hsyah58@Gmail.com Iskandar Ma moen 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI ej. Agrotekbis 3 (6) : 725 730, Desember 2015 ISSN : 23383011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analisys of Income

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP 31 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP Suparno dan Desi Maharani Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Madura e-mail: suparno66@roketmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI (Oriza sativa L) DAN TERNAK ITIK PETELUR (Studi Kasus di Kelompok Mukti Tani Desa Banjarsari Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ai Indah Perwati, Dedi

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) (BENEFIT ANALYSIS OF MAKING ORGANIC

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang)

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang) Yaniar Fatkhul Firdaus; Darminto Pujotomo, ST. MT Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci