Bab 3. Keindahan Decision Tree. The most in time is where you re meant to be! YES !!" ## $ " % & " ' "

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Keindahan Decision Tree. The most in time is where you re meant to be! YES !!" ## $ " % & " ' ""

Transkripsi

1 The most in time is where you re meant to be! YES!!" ## $ " % & " ' " " Ketika menamatkan sekolah menengah atas, mungkin banyak dari kita yang merasa gundah ketika harus menentukan kemana lagi langkah kaki akan diayunkan. Bagi yang kurang beruntung secara finansial, pilihannya menjadi begitu sempit, mengadu peruntungan untuk dapat diterima di universitas negeri atau langsung mencari pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari keluarga berkecukupan, pilihan jalan hidup menjadi berganda yang justeru menghadirkan kegamangan. He who has a choice has trouble! Begitulah sebuah pepatah mengatakan. Tidak tahu mau kuliah dimana dan jurusan apa yang akan dipilih. Selagi kuliah, pertentangan jiwa terus bergolak, apakah harus berganti jurusan, berhenti kuliah untuk kemudian menjadi musisi, membuka usaha sendiri dstnya. Setelah menamatkan kuliah, persimpangan hidup kembali ditemukan, mau bekerja dimana, berumah tangga dahulu atau kuliah ke jenjang yang lebih tinggi dstnya. Di level perusahaan, kita sering melihat dan bertanya kenapa ada segelintir eksekutif yang selalu brilian dalam setiap keputusan yang dibuatnya. Namun tidak demikian dengan sebagian eksekutif yang semakin terseret kedalam konsekuensi negatif akibat terus menerus mengambil keputusan blunder. Apakah para eksekutif yang brilian ini memang selalu ditemani

2 dewi fortuna, sedangkan yang lainnya selalu diakrabi nasib buruk? Jawabannya tentu sama sekali tidak! Faktor luck atau keberuntungan memang bisa menjelaskan terjadinya hasil yang menggembirakan (good outcome). Namun pengambil keputusan dapat berhasil secara konsisten dalam menghasilkan keputusan brilian dikarenakan yang bersangkutan berhasil dalam melakukan manajemen keputusan (decision management) dengan benar. Pekerjaaan tersulit yang dihadapi oleh setiap pengambil keputusan bisnis ataupun publik adalah ketika mereka harus membuat keputusan yang sulit (hard decisions) yang melibatkan ketidakpastian, kompleksitas dan ill-structured dari problem, dan obyektif jamak yang saling bertentangan. Bayangkan seorang owner dan CEO dari sebuah perusahaan farmasi yang sedang mempersiapkan untuk mengembangkan obat baru (new drugs). Sebelum diterima pasar, ada serangkaian proses panjang yang harus dilalui, mulai R&D, uji klinik, test pasar dimana semua tahapan tersebut selalu diliputi oleh situasi ketidakpastian. Juga lihat persoalan yang dihadapi oleh seorang top eksekutif dari perusahaan manufaktur, persoalan seperti berapa besar kapasitas yang harus ditambahkan untuk plant baru ketika permintaan kastemer dimasa mendatang tidak menentu. Seorang produser rekaman akan menghadapi problem pengambilan keputusan seperti memilih strategi marketing yang tepat untuk mengorbitkan seorang pendatang atau grup baru dalam industri musik. Seorang kandidat presiden atau pejabat publik lainnya juga dihinggapi rasa ketidakpastian ketika harus memilih siapa yang paling cocok untuk mendampinginya sebagai wakilnya dalam pemilihan umum. Ketika berhadapan dengan persoalan di atas, langkah-langkah berikut yang dirumuskan dengan GOOP (Goals, Options, Outcomes, dan Probability) dapat membantu kita secara sistematis dalam mengambil keputusan. Langkah pertama yang harus dilakukan pengambil keputusan dalam upaya mendapatkan keputusan terbaik adalah mengetahui apa yang menjadi tujuan utama dalam pemilihan keputusan terbaik. Ketika Anda memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi misalnya, Anda harus sudah memiliki tujuan (goal) yang ingin diperoleh dari studi lanjutan tersebut. Apakah sekedar mencari gelar semata, memperluas network, atau memaksimalkan learning experience.

3 ! " #$" %& ' (% & )## " # ( $%& * $ % "& + (, (" Berdasarkan tujuan tadi, selanjutnya Anda akan mengembangkan options atau alternatif, dalam hal ini berupa sekumpulan perguruan tinggi yang dianggap dapat memenuhi tujuan tersebut. Ketika tujuan utamanya hanya mencari gelar, maka alternatif yang dikembangkan adalah cukup mencari perguruan2-tinggi yang tidak memberikan tuntutan akademis yang tinggi. Berbeda dengan apabila tujuannya untuk memaksimalkan proses belajar, maka yang bersangkutan akan mencari perguruan tinggi yang memiliki kredibilitas tinggi dalam penyelenggaraan studi lanjutan. Yang perlu diingat adalah alternatif keputusan merupakan sesuatu yang bisa dikontrol oleh pengambil keputusan. Ketika Anda memiliki sekumpulan alternatif berupa universitas-universitas tempat studi lanjutan, ini berarti bahwa universitas tersebut memang sudah menerima Anda. Selanjutnya Anda akan coba mengembangkan beberapa peristiwa (state of the world) yang mengikuti keputusan yang diambil. Misalnya Anda memilih universitas A, peristiwa apa yang kemungkinan terjadi pada diri Anda. Ketika kita masuk perguruan tinggi, peristiwa yang

4 biasa terjadi adalah apakah kita berhasil menyelesaikan dengan sangat baik (cum, magna, atau summa cum laude), rata-rata, atau gagal total. Kemudian Anda tentukan reward yang Anda terima kalau anda mendapatkan predikat cum laude di universitas A, B dstnya dan juga besar probabilitas untuk terjadinya peristiwa tersebut. Perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan, nilai/tingkat kepuasan/utilitas Anda mendapatkan summa cum laude di universitas yang biasabiasa saja akan berbeda tentunya kalau Anda mendapatkan sekedar cum laude dari universitas yang memiliki kredibilitas tinggi yang menawarkan proses belajar yang sangat baik. Dalam beberapa kasus seperti kasus pemilihan universitas ini, penentuan besar reward ini bersifat subyektif dan nirwujud (intangible). Namun dalam praktik bisnis, reward ini biasanya diterjemahkan ke dalam monetary value. Mengingat peristiwa yang mengikuti keputusan Anda untuk melanjutkan studi merupakan peristiwa yang tidak pasti, Anda diharapkan dapat memberikan nilai probabilitas dari setiap peristiwa tersebut. Penentuan probabilitas ini tentunya bersifat subyektif, misalnya Anda akan mengukur kemampuan diri dan beban kerja akademis yang diberikan, apakah Anda akan sukses menyelesaikan studi tersebut atau malah gagal total. Selanjutnya Anda akan mengukur nilai harapan (expected value) dari setiap alternatif keputusan. Alternatif yang memberikan expected value terbesar merupakan alternatif keputusan terbaik untuk dijalankan. Misalnya Anda melihat bahwa dengan berhasilnya Anda menyelesaikan kuliah tersebut dapat membuka windows of opportunity untuk pengembangan karir, kesejahteraan, kepuasan, maupun segala bentuk kesuksesan, keputusan untuk maneruskan studi adalah yang terbaik. Namun, jika Anda melihat bahwa justeru opportunity cost yang besar yang timbul dari keputusan melanjutkan studi, Anda lebih memilih menekuni apa yang sudah Anda jalani sekarang. Tentu saja ada idealisasi yang dipegang ketika menggunakan GOOP dalam pengambilan keputusan. Pertama-tama tentang kemampuan mengembangkan beberapa alternatif keputusan. Ketika problem yang dihadapi begitu kompleks, sering kali justeru kita dihadapkan pada sulitnya untuk mengembangkan alternatif keputusan. Contohnya, desain produk dapat menjadi kompleks dan ill-structured, dikarenakan tidak diketahuinya berbagai alternatif konsep produk untuk kemudian dipilih satu yang terbaik. Problem multi dimensi yang dihadapi suatu negara, juga merupakan sesuatu yang ill-structured. Akan sulit sekali menghasilkan beberapa alternatif kebijakan untuk kemudian menentukan prioritasnya. Idealisasi yang kedua adalah pengambil keputusan diasumsikan dapat memberikan nilai probabilitas secara akurat untuk state of the

5 world yang tidak pasti yang akan mengikuti keputusan yang diambil. Berikutnya, pengambil keputusan juga diasumsikan secara akurat mampu untuk menentukan besar perolehan atau reward dari setiap keputusan dan state of the world yang terjadi. Meskipun demikian, GOOP masih merupakan pendekatan yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dalam ketidakpastian. Untuk memahami bagaimana langkah-langkah tersebut dijalankan, simak kasus sederhana berikut: 1 ( ) ( (* + " ) (, -.//"///! ) (0 1 " (* + ((* + " 2 " (* + $ (* +" " 3/4 (* + 5/4 6(* +") ( - 7//"///"" -8//"/// ") ( -./"///" 9/ 4 :/ 4 6 " ;. 4 (* + 6 " </4 (* +6) ( " 1 Kasus ini diadopsi dari proyek akhir mahasiswa MM Reguler 28 tahun 2004: Albert Kristanto S, Cecilia Sutandi, Erik Thirtayasa, dan Jonathan David Nandana untuk mata kuliah Integrated New Product Development & Innovation di Prasetiya Mulya Graduate School of Management.

6 Dari uraian kasus di atas, jelas tujuan yang ingin dicapai Hi-Phone adalah memaksimalkan monetary value perusahaan. Dalam praktik bisnis, tujuan seperti meningkatkan monetary value paling sering digunakan. Ketika ini terjadi, perusahaan Hi-Phone akan memilih sekumpulan alternatif berdasarkan single criteria, yaitu nilai aset perusahaan. Alternatif keputusan terbaik adalah yang menghasilkan nilai aset perusahaan tertinggi. Setelah perusahaan mampu menentukan goal-nya secara jelas, selanjutnya perusahaan harus memikirkan alternatif-alternatif keputusan apa saja yang bisa dijalankan untuk merealisasikan tujuan yang ditetapkan pada langkah 1. Untuk kasus diatas, secara eksplisit Hi- Phone memiliki 3 alternatif, meskipun di awalnya Hi-Phone hanya dihadapkan pada dua alternatif keputusan yang dapat digambarkan dengan decision fork sebagai berikut: 1 2 Setelah memilih salah satu alternatif keputusan di atas, pada umumnya pengambil keputusan akan dihadapkan pada sekumpulan peristiwa (events atau state of the world) yang kemungkinan terjadinya tidak pasti. Misalnya Hi-Phone memutuskan untuk melakukan riset pasar terlebih dahulu, peristiwa yang mengikuti keputusan tersebut adalah terjadinya local success atau local failure, yang dapat digambarkan dengan event fork sebagai berikut: p + (1-p) dimana p menunjukkan besar kemungkinan terjadinya local success dan (1-p) adalah kemungkinan untuk local failure.

7 Setelah keputusan dipilih dan dijalankan, kita akan dihadapkan pada beberapa peristiwa. Dalam kasus ini, baik keputusan untuk melakukan riset pasar terlebih dahulu atau langsung memasarkan secara nasional, Hi-Phone akan mendapatkan payoff, reward atau perolehan tergantung dari peristiwa state of the world atau event yang mengikuti keputusan yang sudah diambil. Misalnya Hi-Phone tidak melakukan riset pasar dan langsung memasarkan Proxy-G, perolehan yang diterima apabila terjadi national success sebesar $900,000. Apabila national failure yang terjadi, Hi-Phone akan menanggung kerugian sebesar $200,000. Tanpa melakukan riset pasar terlebih dahulu dan memutuskan untuk memasarkan, probabilitas Proxy-G akan sukses sebesar 60% dan 40% untuk gagal. Akan tetapi jika Hi-Phone memilih untuk melakukan riset pasar terlebih dahulu, ada probabilitas sebesar 70% riset pasar akan memprediksi local success dan 30 % local failure. Setelah riset pasar mengindikasikan akan terjadinya local success dan perusahaan memutuskan untuk memasarkan Proxy-G, besar probabilitas Proxy-G akan sukses secara nasional adalah sebesar 85% dan 15% akan gagal total. Jika riset pasar memprediksi terjadinya local failure dan perusahaan tetap memaksakan untuk memasarkan Proxy-G, probabilitas Proxy-G akan sukses secara nasional hanya 10% dan 90% gagal total. Gambar 3.1 memperlihatkan diagram keputusan secara keseluruhan untuk kasus Proxy-G ini. MENGHITUNG EXPECTED VALUE DAN MEMILIH ALTERNATIF TERBAIK Untuk alternatif keputusan yang bersifat probabilistis, A i, besar expected value alternatif dapat dicari sebagai berikut: i n EV ( A ) = P( S A ) R j= 1 Persamaan (3.1) dimana EV(A i ) : expected value dari alternatif ke A i, dengan i = 1,, m P(S j A i ) : probabilitas terjadinya peristiwa S j setelah alternatif A i dipilih, dengan j = 1,, n R ij : reward atau payoff yang diperoleh dari keputusan A i yang diikuti oleh peristiwa S j j i ij

8 Dengan menggunakan decision tree ini, pengambil keputusan akan terbantu dalam menghadapi problem keputusan dalam kasus Hi-Phone. Di awal ketika harus memutuskan apakah harus melakukan tes pasar atau tidak. Karena expected value dari alternatif tes pasar ($964,500) lebih besar daripada alternatif tanpa tes pasar ($960,000), maka alternatif tes pasar yang dipilih. Setelah memilih alternatif tes pasar ini, pengambil keputusan akan dihadapkan pada ketidakpastian, yaitu apakah akan terjadi sukses lokal atau gagal lokal. Apabila dari tes pasar yang dilakukan terjadi sukses lokal, maka pengambil keputusan dapat langsung memasarkan produk secara nasional yang menawarkan expected value sebesar $1,185,000. Namun apabila dari tes pasar ternyata terjadi gagal lokal, maka sebaiknya pengambil keputusan untuk memilih tidak memasarkan Proxy-G sama sekali. Dengan tidak memasarkan, expected value dari Hi- Phone berkurang menjadi $450,000, ketimbang dengan harus memasarkan produk baru tersebut yang mengurangi aset perusahaan menjadi $360,000. Sekilas decision tree analysis (DTA) ini sangat sederhana dan mudah untuk digunakan. Justeru karena faktor kesederhanaan inilah, DTA menjadi begitu luas penggunaannya. Namun yang selalu menjadi pertanyaan dan tantangan besar dalam penggunaan DTA adalah bagaimana kita mampu, dalam kondisi yang tidak pasti, menetapkan secara akurat besar probabilitas untuk setiap peristiwa yang dihadapi. Juga dengan penentuan pay-off pada masa mendatang yang hanya dinyatakan dengan single value. -./(0 (1( Dari diagram keputusan pada gambar 3.1, terlihat bahwa Proxy-G memilih alternatif tes pasar dengan expected value sebesar $964,500. Jika dianggap informasi tambahan dari tes pasar tidak ada, maka nilai harapan dari aset final Proxy-G menjadi $964,500 + $50,000 = $1,014,500, yang juga disebut sebagai Expected Value with Sample Information (EVWSI). Jika upaya untuk melakukan tes pasar tidak tersedia, Proxy-G hanya memiliki satu opsi saja yaitu langsung memasarkan produk tanpa melewati tes pasar. Ketika alternatif ini yang diambil, besar expected value yang diperoleh adalah $960,000, yang merupakan Expected Value with Original Information (EVWOI). Dari kedua nilai tersebut, Proxy-G dapat menentukan besar biaya yang pantas untuk melakukan tes pasar.

9 Gambar 3.1. Diagram Keputusan Proxy-G Tes pasar Sukses lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Gagal lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional 0.6 Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Tanpa tes pasar

10 Besar biaya yang pantas tersebut dinyatakan sebagai Expected Value of Sample Information (EVSI) = EVWSI EVWOI. Untuk kasus Proxy-G, EVSI = 1,014, ,000 = $50,500. Karena biaya dari tes pasar ($50,000) masih lebih kecil dari EVSI, maka seperti sudah diketahui sebelumnya, Proxy-G dapat melakukan tes pasar terlebih dahulu. Sekarang katakan Proxy-G mendapat informasi yang sempurna (perfect information) sebelum memutuskan untuk meluncurkan produk secara nasional, berapa nilai informasi sempurna tersebut? Gambar 3.2 memperlihatkan diagram keputusan untuk kasus Proxy-G seandainya pengambil keputusan diberikan informasi tentang peristiwa (state of the world) yang akan terjadi sebelum membuat keputusan. Expected value dari diagram keputusan ini disebut Expected Value with Perfect Information (EVWPI). Selanjutnya Expected Value of Perfect Information (EVPI) diperoleh dari EVPI = EVWPI EVWOI = 1,040, ,000 = $80,000. EVPI ini merupakan nilai upper bound, atau nilai tertinggi yang dapat dibayarkan perusahaan untuk mendapatkan informasi sampel atau melakukan tes pasar. Gambar 3.2 Perhitungan Expected Value With Perfect Information (EVWPI) untuk Hi- Phone Pasarkan secara nasional Sukses nasional Tidak pasarkan Pasarkan secara nasional Gagal nasional Tidak pasarkan

11 2 0 $ Untuk merasakan apakah besar probabilitas yang kita masukkan dalam diagram keputusan memang pantas, kita dapat melakukan analisis sensitivitas (sensitivity analysis). Dalam analisis sensitivitas ini, besar probabilitas dari satu peristiwa diubah-ubah sampai mendapatkan keputusan terbaik yang berbeda dengan sebelumnya. Ketika ini terjadi, pengambil keputusan akan menggunakan subyektivitasnya apakah probabilitas peristiwa yang mengakibatkan berubahnya keputusan terbaik masih bisa diterima. Kembali ke persoalan Proxy-G, jika Hi-Phone memilih untuk langsung memasarkan tanpa tes pasar, kemungkinan terjadinya sukses nasional adalah 60% dan gagal 40%. Apa yang terjadi ketika probabilitas terjadinya sukses berubah, katakanlah meningkat menjadi 61%? Ternyata alternatif terbaiknya berubah menjadi tanpa tes pasar, langsung pasarkan secara nasional dengan expected value sebesar $971,000, yang lebih besar dari expected value sebelumnya dari alternatif tes pasar sebesar $964,500, seperti terlihat pada Gambar 3.3. Disini terlihat bahwa angka 60% menjadi besar probabilitas tertinggi untuk memilih alternatif tes pasar. Selanjutnya untuk meyakinkan Anda sebagai pengambil keputusan di Hi-Phone apakah alternatif tes pasar atau tanpa tes pasar yang dipilih, Anda tinggal menimang-nimang kemungkinan terjadinya sukses nasional dengan langsung memasarkan tanpa tes pasar. Jika Anda yakin apabila probabilitas kurang dari 50%, Anda akan memilih alternatif tes pasar. Tapi, jika Anda melihat kembali proses pengembangan produk yang dijalankan selama ini dan Anda menilai bahwa tim pengembangan produk sudah menjalankan proses yang tepat, mulai dari identifikasi oportunitas produk sampai pengembangan konsep, Anda kemudian berfikir seharusnya kemungkinan suksesnya lebih besar dari 50% atau bahkan 60%. Ketika keyakinan ini yang Anda pegang, maka alternatif tanpa tes pasar lah yang lebih pantas untuk dipilih. Analisis sensitivitas bisa dilanjutkan pada alternatif tes pasar. Hasil keputusan akan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian dari peristiwa "sukses lokal" setelah keputusan "tes pasar" dan peristiwa "sukses nasional" setelah keputusan "pasarkan secara nasional". Apa yang terjadi jika probabilitas terjadinya "sukses lokal" setelah melakukan "tes pasar" berubah? Jika kemungkinannya lebih besar dari perkiraan sebelumnya (70%), hasil keputusan tidak akan berubah. Namun, apabila kemungkinannya untuk "sukses lokal" ternyata lebih rendah,

12 katakanlah menjadi 69%, hasil keputusan terbaik berubah dari yang sebelumnya lakukan "tes pasar" menjadi "tanpa tes pasar" langsung pasarkan secara nasional. Hal ini terlihat pada Gambar 3.4. dimana expected value alternatif "tes pasar" berkurang dari sebelumnya $964,500 menjadi $957,150.

13 Gambar 3.3. Sensitivity Analysis untuk Alternatif "Tanpa Tes Pasar Tes pasar Sukses lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Gagal lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional 0.61 Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Tanpa tes pasar

14 Gambar 3.4. Analisis Sensitivitas untuk Alternatif "Tes Pasar" Tes pasar Sukses lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Gagal lokal Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional 0.6 Sukses nasional Pasarkan secara nasional Gagal nasional Tanpa tes pasar

15

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan diperlukan pada semua tahap administrasi dan manajemen. Misalnya dalam tahap perencanaan, diperlukan banyak kegiatan pengambilan keputusan sepanjang

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 8 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Dasar Himpunan semua hasil (outcome) yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel (sample space) dinyatakan dengan lambang T dan setiap hasil dalam ruang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada

Lebih terperinci

POHON KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

POHON KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH POHON KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Kompleksnya kegiatan dan permasalahan yang dihadapi membuat manajer sering menggunakan berbagai cara untuk mengurangi unsurunsur keraguan dan ketidakpastian

Lebih terperinci

Teori Pengambilan Keputusan. Week 10 Decision Analysis Decision Tree

Teori Pengambilan Keputusan. Week 10 Decision Analysis Decision Tree Teori Pengambilan Keputusan Week 10 Decision Analysis Decision Tree Six Steps in Decision Making 1. Clearly define the problem at hand. 2. List the possible alternatives. 3. Identify the possible outcomes

Lebih terperinci

Decision Making Prentice Hall, Inc. A 1

Decision Making Prentice Hall, Inc. A 1 Decision Making Product Design of ITATS Module based on Operation Management, 9e PowerPoint presentation to accompany Heizer/Render Lecturer: F. Priyo Suprobo, ST, MT 2008 Prentice Hall, Inc. A 1 Permasalahan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO Konsep Resiko RESIKO Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian; Resiko adalah ketidakpastian; Resiko adalah penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan Suatu masalah keputusan memiliki suatu lingkup yang berbeda dengan masalah lainnya. Perbedaan ini menonjol terutama karena adanya

Lebih terperinci

Keputusan MODUL OLEH

Keputusan MODUL OLEH Modul 5. Penanganan Ketidakpastian dan Diagram Keputusan ANALISAA SISTEM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL V: PENANGANAN KETIDAKPASTIAN DAN DIAGRAM KEPUTUSAN OLEH : Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY

DECISION THEORY DAN GAMES THEORY DECISION THEORY DAN GAMES THEORY PENGANTAR Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan metode gabungan, yang menyatukan antara studi pustaka yang penulis lakukan dengan data-data yang

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN BAB 7. POHON KEPUTUSAN 1. Pendahuluan 2. Konsep Pohon Keputusan 3. Komponen Pohon Keputusan 4. Prosedur Pembuatan Pohon Keputusan 5. Diagram Pohon Keputusan 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

MOJAKOE MKDB. Dilarang Memperbanyak Mojakoe ini tanpa seijin. Mojakoe dapat didownload di

MOJAKOE MKDB. Dilarang Memperbanyak Mojakoe ini tanpa seijin. Mojakoe dapat didownload di MOJAKOE MKDB Dilarang Memperbanyak Mojakoe ini tanpa seijin SPA FEUI Mojakoe dapat didownload di www.spa-feui.com Fb: SPA FEUI Twitter: @spafeui 1 P a g e S e m e s t e r G e n a p 2 0 1 1 / 2 0 1 2 Ujian

Lebih terperinci

BAB IX PROSES KEPUTUSAN

BAB IX PROSES KEPUTUSAN BAB IX PROSES KEPUTUSAN Lingkungan di mana keputusan dibuat sering digolongkan kedalam empat keadaan: certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Decision theory terutama berhubungan dengan pengambilan

Lebih terperinci

Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko

Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko Makalah Ekonomi Manajerial Tentang Pengambilan Keputusan Dalam Kondisi Beresiko Disusun oleh: Kelompok 13 Nama Anggota : Dimas Widyotomo (125020207111048) Rizkie Imadudien L ( 125020205111004) Jurusan

Lebih terperinci

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI T a u f i q u r R a c h m a n Materi #13 TKT101 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu membandingkan antara kondisi nyata dengan penerapan teori yang telah dipelajari. Indikator Penilaian Ketepatan dalam

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI BERESIKO IRA PRASETYANINGRUM Konsep Resiko RESIKO Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian; Resiko adalah ketidakpastian; Resiko adalah penyimpangan hasil aktual

Lebih terperinci

DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN)

DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) Oleh : Rofi Rofaida,SP.,M.Si Program Studi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) Decision trees

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #13 Ganjil 2016/2017 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #13 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan (1/2) 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Tidak Ada Kepastian IRA PRASETYANIGRUM

Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Tidak Ada Kepastian IRA PRASETYANIGRUM Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Tidak Ada Kepastian IRA PRASETYANIGRUM Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Tidak Ada Kepastian Keputusan dalam keadaan tidak ada kepastian terjadi jika pengambilan keputusan

Lebih terperinci

MENTORING MKDB. Dilarang Memperbanyak Mentoring ini tanpa seijin SPA FEUI. Mentoring dapat didownload di

MENTORING MKDB. Dilarang Memperbanyak Mentoring ini tanpa seijin SPA FEUI. Mentoring dapat didownload di MENTORING MKDB Dilarang Memperbanyak Mentoring ini tanpa seijin SPA FEUI Mentoring dapat didownload di www.spa-feui.com Fb: SPA FEUI Twitter: @spafeui MENTORING UAS MKDB 211/212 SPA FEUI Soal 1. Sensitivity

Lebih terperinci

ANALISIS POHON KEPUTUSAN DECISION TREE ANALYSIS

ANALISIS POHON KEPUTUSAN DECISION TREE ANALYSIS ANALISIS POHON KEPUTUSAN DECISION TREE ANALYSIS ANALISIS POHON KEPUTUSAN Adalah alat bantu dalam mengambil keputusan (decision support tool) yang divisualisikan dalam bentuk grafik/diagram /model berbentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengambilan keputusan ialah pemilihan satu di antara sekian banyak alternatif yang tersedia. Hal ini tidak selalu menjadi hal yang mudah untuk dilakukan karena sebelum

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi. PT. Telekomunikasi Indonesia,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

INTRODUCTION TO DECISION ANALYSIS

INTRODUCTION TO DECISION ANALYSIS INTRODUCTION TO DECISION ANALYSIS ANALISA KEPUTUSAN Permasalahan yang kompleks: hard decision perlu hard thinking Analisa keputusan memberikan struktur dan pedoman untuk berpikir secara sistematis dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil proyek di Binus Business School (BBS) berdasarkan hasil pengolahan data, antara lain: SWOT a. Kekuatan (Strength) BBS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 RENCANA STRATEGIS Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam Yunani kuno sering berarti perwira

Lebih terperinci

MOJAKOE. June 4. Metode Kuantitatif dalam Bisnis

MOJAKOE. June 4. Metode Kuantitatif dalam Bisnis MOJAKOE June 4 2013 Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEUI. Download MOJAKOE dan SPA Mentoring di : www.spa-feui.com Metode Kuantitatif dalam Bisnis UJIAN AKHIR SEMESTER METODE KUANTITATIF

Lebih terperinci

Teori Pengambilan Keputusan

Teori Pengambilan Keputusan Teori Pengambilan Keputusan Iman Murtono Soenhadji Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Iman Murtono Soenhadji 1 Bab 1: Pendahuluan Pengertian Pengambilan Keputusan dikemukakan oleh, Ralp C. Davis; Mary

Lebih terperinci

nilai payoff dari Decision Tree, oleh karena itu dilakukanlah pendekatan dengan metode

nilai payoff dari Decision Tree, oleh karena itu dilakukanlah pendekatan dengan metode BABV PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Decision Tree Decision Tree digunakan imtuk memudahkan penggambaran alternatif keputusan tersebut secara sistematik dan komprehensip maka perlu digunakan suatu diagram yang

Lebih terperinci

merupakan faktor sukses (critical success factor) yang mendorong pengambilan keputusan berisiko secara efektif (Hillson, 2008). Risk attitude adalah

merupakan faktor sukses (critical success factor) yang mendorong pengambilan keputusan berisiko secara efektif (Hillson, 2008). Risk attitude adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia setiap saat, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional. Beberapa keputusan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Layanan jasa profesional atau biasa disebut Professional Services berkemban g menjadi pasar yang menjanjikan pada era sekarang ini. Bidang usaha ini berkembang karena

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI 56 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEADAAN RISIKO UNTUK PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI Widiyanto TriHandoko, Antono Adhi Dosen Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas Stikubank

Lebih terperinci

ACCOUNTING UNDER IDEAL CONDITION

ACCOUNTING UNDER IDEAL CONDITION ACCOUNTING UNDER IDEAL CONDITION Overview Model nilai sekarang (present value model) menyediakan informasi yang relevan sepenuhnya kepada pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini informasi yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam perencanaan perusahaan adalah anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang mengidentifikasikan

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #12 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #11 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Pendahuluan 2 Berbagai keputusan secara langka dibuat dengan kepastian. Sebagian besar keputusan melibatkan faktor resiko. Kriteria umum untuk menilai keputusan

Lebih terperinci

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia.

Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. Pada akhirnya, lokasi ekonomi baru bukan di dalam teknologi, microchip, atau jaringan telekomunikasi global, tetapi di dalam pikiran manusia. (Alan Webber) Memeriksa hasil suatu program membantu dalam

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH: KODE MATA KULIAH: PROGRAM STUDI : BOBOT: SEMESTER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teori yang menjadi landasan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. Teori-teori yang dimaksud antara lain definisi proyek, definisi

Lebih terperinci

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret.

OUTLINE. BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan. Konsep-konsep Dasar Probabilitas. Distribusi Probabilitas Diskret. TEORI KEPUTUSAN OUTLINE BAGIAN II Probabilitas dan Teori Keputusan Konsep-konsep Dasar Probabilitas Distribusi Probabilitas Diskret Distribusi Normal Teori Keputusan Pengertian dan Elemen- Elemen Keputusan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN BAB 6. KONDISI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pendahuluan 2. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Kepastian 3. Kondisi Pengambilan Keputusan dalam Ketidakpastian 4. Kondisi Pengambilan

Lebih terperinci

Metode Kuantitatif Bisnis. Week 9 Decision Analysis Decision Table

Metode Kuantitatif Bisnis. Week 9 Decision Analysis Decision Table Metode Kuantitatif Bisnis Week 9 Decision Analysis Decision Table Six Steps in Decision Making 1. Clearly define the problem at hand. 2. List the possible alternatives. 3. Identify the possible outcomes

Lebih terperinci

DIAGRAM KEPUTUSAN (DECISION TREE)

DIAGRAM KEPUTUSAN (DECISION TREE) DIAGRAM KEPUTUSAN (DECISION TREE) DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) Decision trees are used by decision makers to obtain a visual portrayal of decision of decision alternatives and their possible consequences.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

MKDB UAS Semester Genap 2014/2015

MKDB UAS Semester Genap 2014/2015 MOJAKOE MOdul JAwaban KOEliah MKDB UAS Semester Genap 2014/2015 t@spafebui fspa FEB UI Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEB UI. Official Partners: 1 2 3 4 SOAL 1 MODELLING LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko

Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Keputusan Dalam Ketidakpastian dan Resiko Suasana pengambilan keputusan : dalam pasti (certainty), dalam keadaan resiko (risk), dalam ketidakpastian (uncertainty), dalam suasana konflik (conflict). Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karir merupakan pilihan dalam kehidupan setiap individu. Setiap individu dihadapkan dengan berbagai pilihan yang akan dijalani, menopang, mempertahankan,

Lebih terperinci

Teknik Industri Unirversitas PGRI Ronggolawe Tuban

Teknik Industri Unirversitas PGRI Ronggolawe Tuban Isnain Ardiansyah Teknik Industri Unirversitas PGRI Ronggolawe Tuban Mengapa Keputusan Sulit Dibuat? 1. Kompleksitas Problem disusun dalam struktur yang dapat dianalisis 2. Uncertainty Mengidentifikasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Big Data and Data Analytics Semester Tujuh Kode SMXXXXXX Prodi MBTI Dosen Andry Alamsyah SKS 4 Capaian Pembelajaran 1. Memahami fenomena, framework, peluang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri telekomunikasi dan teknologi informasi, perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan melakukan

Lebih terperinci

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari

Strategi E-Commerce. Fauziah mayasari Strategi E-Commerce 1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Yaitu metode yang meninjau peluang dan ancaman dari luar dan menghubungkannya dengan kekuatan dan kelemahan internal. Analisis

Lebih terperinci

Monitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ

Monitoring & Evaluation Dasar. Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ Monitoring & Evaluation Dasar Oleh Erwien Temasmico Djayoesman M&E Coordinator - AIPJ Apakah Monitoring & Evaluasi Monitoring program atau intervensi dalam pelibatan pengumpulan data rutin yang mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini menjadi langkah awal untuk meniti masa depan yang lebih baik. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. hal ini menjadi langkah awal untuk meniti masa depan yang lebih baik. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menjadi sarjana bukanlah akhir dari kerja keras seorang mahasiswa, justru hal ini menjadi langkah awal untuk meniti masa depan yang lebih baik. Setiap mahasiswa

Lebih terperinci

AKU PASTI BISA KULIAH

AKU PASTI BISA KULIAH EBOOK AKU PASTI BISA KULIAH How To Get Into University Taklukan semua tantangan Siapkan kemampuan mental dan akademis Berjuang & bersainglah dalam ujian masuk Raih impian belajar di perguruan tinggi DAFTAR

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pergerakan industri yang dinamis dari tahun ke tahun membuat para pemimpin perusahaan harus jeli kepada orientasi pasar. Berdasarkan pada Narver dan Slater (1990),

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERTEMUAN 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari

Lebih terperinci

Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN

Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Causes Problems Actions

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

SOAL 1 (bobot : 20%) SOAL 2 (BOBOT : 20%)

SOAL 1 (bobot : 20%) SOAL 2 (BOBOT : 20%) Pengambilan Keputusan Manajerial Exercise UTS Genap 2008/2009 SOAL 1 (bobot : 20%) Di usianya yang sudah lanjut, seorang pemain sepak bola Internasional yang terkenal flamboyant David Beckham memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun manajemen informasi. Kompleksitas dan perubahan eksternal

BAB I PENDAHULUAN. maupun manajemen informasi. Kompleksitas dan perubahan eksternal BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu perusahaan apapun bentuk dan tujuan perusahaannya (Rivai&Sagala, 2009). Peran SDM juga sedemikian pentingnya

Lebih terperinci

Perluas ke Asuransi Mikro, Prudential Luncurkan PRUaman

Perluas ke Asuransi Mikro, Prudential Luncurkan PRUaman BERITA PERS Jakarta, 17 April, 2013 Perluas ke Asuransi Mikro, Prudential Luncurkan PRUaman PRUaman Menyediakan Asuransi Jiwa yang terjangkau, Mudah Diakses; Membuka Pintu ke Masa Depan Keuangan Yang Sehat

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB 1 1. PENDAHULUAN 1 BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, dunia bisnis semakin menyadari pentingnya peranan Teknologi Informasi (TI) dalam menciptakan nilai tambah organisasi. Perusahaan semakin berani membelanjakan

Lebih terperinci

Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEUI. Download MOJAKOE dan SPA Mentoring di : MOJAKOE MKDB SPA FEUI 2014

Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEUI. Download MOJAKOE dan SPA Mentoring di :  MOJAKOE MKDB SPA FEUI 2014 MOJAKOE Dilarang memperbanyak MOJAKOE ini tanpa seijin SPA FEUI. Download MOJAKOE dan SPA Mentoring di : http://spa-feui.com MKDB SPA FEUI 2014 Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi Ujian Akhir Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah bagian dari kehidupan. Menghindari semua resiko akan mengakibatkan tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. The Institute

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Sumber : ALAM RAYA GROUP tahun 2011

Bab I PENDAHULUAN. Sumber : ALAM RAYA GROUP tahun 2011 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi 1.1.1 Gambaran Perusahaan Gambar 1.1 Logo PT. DINAR TRUST Sumber : ALAM RAYA GROUP tahun 2011 PT. DINAR TRUST adalah perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Process Quality Management Manajemen Kualitas Proses merupakan salah satu fungsi dari Total Quality Management (TQM). Manajemen Kualitas Proses merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO PROYEK

MANAJEMEN RISIKO PROYEK MANAJEMEN RISIKO PROYEK 1. D E F I N I S I R I S I K O 2. D E F I N I S I M A N A J E M E N R I S I K O 3. T O L E R A N S I T E R H A D A P R I S I K O 4. P R O S E S M A N A J E M E N R I S I K O 1 DEFINISI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teroretis 2.1.1 Organisasi sektor publik Organisasi sering dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai

Lebih terperinci

Bab 2 Strategi Supply Chain

Bab 2 Strategi Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 2 Strategi Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 2-1 Competitive and Supply Chain Strategies Competitive strategy: Kebutuhan

Lebih terperinci

Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengertian Pengambilan Keputusan Dadang Sunendar Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Pengambilan Keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan sering menjadi kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tuberkulosis (TB) dunia oleh World Health Organization (WHO) yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pasien TB terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia menghadapi persaingan yang cukup berat. Perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan PENDAHULUAN Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN - Konsep Ekonomi - Konsep Sumber Daya B. EKONOMI MANAJERIAL - Hubungan ekonomi manajerial dengan ilmu ekonomi lainnya

Lebih terperinci

Maintenance and Reliability Decisions

Maintenance and Reliability Decisions Chapter 17 Maintenance and Reliability Decisions Tujuan dari maintenance & reliability mengelola kapabilitas dari sistem. Sistem haruslah didesain dan dikelola untuk mencapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

Lebih terperinci

Chapter Topics. The payoff table and decision trees. Criteria for decision making

Chapter Topics. The payoff table and decision trees. Criteria for decision making Decision Analysis Chapter Topics The payoff table and decision trees Opportunity loss Criteria for decision making Expected monetary value Expected opportunity loss Return to risk ratio Expected profit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan inovasi produk dan jasa perbankan dalam satu dekade terakhir ini memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh

Lebih terperinci

Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan

Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kinerja Istilah kinerja atauperformance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan akan ada dalam setiap fungsi manajemen karena fungsi-fungsi tersebut hanya

Lebih terperinci

Karir Sarjana Statistika

Karir Sarjana Statistika Karir Sarjana Statistika Disampaikan oleh Satrio Wiseno Latar Belakang Kesadaran dunia usaha (bisnis) dalam pengambilan keputusan secara objektif semakin meningkat Kebutuhan yang tinggi terhadap sumber

Lebih terperinci

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pertemuan 6 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Objektif: 1. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan dalam kepastian 2. Mahasiswa dapat mencari penyelesaian masalah dengan model keputusan

Lebih terperinci

Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI

Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Strategi Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi Strategi Penerapan SPMI : Dari Mental Turun Ke TI Addy Suyatno Hadisuwito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sehubungan dengan perdagangan dan industri negara Asia Tenggara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel 3.1.1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. 3.1.2. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Peta Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran konseptual dari permasalahan yang dibahas dalam tesis ini digambarkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Kerangka pemikiran konseptual permasalahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Evaluasi Efektifitas Pengambilan Keputusan Dalam Lelang Pengadaan Peralatan Laboratorium

TUGAS AKHIR. Evaluasi Efektifitas Pengambilan Keputusan Dalam Lelang Pengadaan Peralatan Laboratorium TUGAS AKHIR Evaluasi Efektifitas Pengambilan Keputusan Dalam Lelang Pengadaan Peralatan Laboratorium Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk melaksanakan strategi organisasi, oleh sebab itu anggaran harus

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk melaksanakan strategi organisasi, oleh sebab itu anggaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu organisasi baik organisasi publik maupun swasta pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu strategi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang statistika berhubungan dengan cara atau metode pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisisnya serta pengambilan kesimpulan berdasarkan data dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini Teknologi Informasi (TI) telah digunakan secara luas dalam berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan manfaat yang diperoleh

Lebih terperinci