Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Persepsi Remaja tentang Gaya Pengasuhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Persepsi Remaja tentang Gaya Pengasuhan"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peubah-peubah yang berpengaruh terhadap gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja, paparan media dan perkembangan psikososial remaja. Secara teoritik peubahpeubah yang dimaksud memberikan kontribusi baik terhadap gaya pengasuhan orang tua, terpaparnya individu terhadap media dan perkembangan psikososial pada remaja. Menurut Bronfenbrenner (Berns 1997), konteks sosial dari interaksi dan pengalaman individu menentukan derajat seorang individu dapat mengembangkan kemampuan dan merealisasikan potensi yang dimilikinya. Merujuk pada Model Bronfenbrenner, terdapat empat struktur dasar yakni relasi dan interaksi membentuk pola yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu sistem mikro, sistem meso, sistem ekso dan sistem makro.sistem mikro merujuk pada aktivitas dan hubungan dengan orang-orang yang memiliki arti yang dialami melalui perkembangan individu dalam setting utama seperti keluarga, sekolah, media, peer group atau masyarakat. Sistem meso terdiri dari ikatan dan interrelasi di antara dua orang atau lebih orang-orang yang ada pada sistem mikro, seperti keluarga dan sekolah atau keluarga dan peer group. Sistem ekso merujuk pada setting yakni anak tidak aktif sebagai partisipan akan tetapi mempengaruhi orangorang pada sistem mikro, seperti pekerjaan orang tua, lembaga pemerintah kota, dan jaringan dukungan sosial orang tua. Sistem makro terdiri dari masyarakat tempat individu berkembang dan sistem budaya yang merujuk pada sistem kepercayaan, gaya hidup dan opini, serta pola pertukaran sosial. Sejalan dengan pendapat Bronfenbrenner yang menekankan pada aspek media sebagai salah satu yang mempengaruhi perkembangan individu, khususnya anak pada masa remaja, Bandura (1970) menyatakan bahwa remaja akan berperilaku seperti yang diharapkan oleh masyarakat kepada mereka untuk berperilaku tertentu. Remaja akan mencoba-coba berperilaku, mengenakan pakaian dan berbicara menurut hal-hal yang dipikirkan orang lain tentang mereka melalui modeling yang dilakukan terhadap orang lain. Sumber modeling yang dilakukan oleh remaja salah satunya adalah media. Media memainkan peranan yang sangat besar dalam kehidupan remaja karena dapat menyediakan informasi

2 180 yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang jenis kelamin, peranan gender, cara mereka menjalin hubungan dengan orang lain dan dapat membantu remaja melakukan hubungan dengan sub kultur yang berlaku di kalangan remaja (Chapin 2000; Newton 1995). Selain peubah media yang mempengaruhi kehidupan remaja, peubah lain yang turut memberikan kontribusi di dalam perkembangan psikososial remaja adalah lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya (peer group). Sekolah sebagai tempat remaja menghabiskan waktu selain di rumah, memberikan pengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja. Friedenberg dan Hill (Steinberg 1993) menyatakan bahwa di sekolah, murid-murid tidak hanya dituntut untuk belajar secara akademis di dalam kelas, akan tetapi belajar tentang dirinya, cara berelasi dengan orang lain dan masyarakatnya dengan baik. Faktor yang juga mempengaruhi perkembangan psikososial remaja adalah peer group. Menurut Brown, et al. (1986) teman sebaya memainkan peranan penting dalam mempromosikan perkembangan psikososial ke arah yang normal. Dalam aspek identitas, teman sebaya menyediakan model dan umpan balik yang remaja tidak dapatkan dari orang dewasa. Remaja dapat mencoba-coba peranan yang berbeda, kepribadian dan eksperimen dengan identitas yang berbeda dengan lebih mudah dibanding ketika ia berada di rumah. Peer group akan memberikan jalan ke arah perkembangan identitas dan pengalaman remaja berada dalam peer groups juga akan dapat menjadi pengaruh yang penting pada pembentukan self-image nya. Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Persepsi Remaja tentang Gaya Pengasuhan Peubah-peubah yang berpengaruh terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan adalah usia contoh, pendidikan ibu, pendidikan ayah dan paparan media. Berkaitan dengan Hipotesis 1 yaitu Karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga), karakteristik sekolah dan kelompok teman sebaya (peer group) berpengaruh nyata terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan orang tua. Secara simultan peubah-peubah di atas memberikan pengaruh yang nyata terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan, akan tetapi apabila

3 181 dilakukan pengujian secara parsial berdasarkan dimensi pengasuhan, hasil analisis menunjukkan bahwa gaya pengasuhan warmth dimension dipengaruhi secara nyata oleh usia, pendidikan ayah dan peer group; gaya pengasuhan emotional dimension dipengaruhi secara nyata oleh usia, pendidikan ayah dan paparan media, sedangkan gaya pengasuhan direction dimension dipengaruhi secara nyata oleh usia, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan paparan media. Hasil pengujian terhadap Hipotesis 1 dapat dimengerti mengingat persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek atau subyek lebih dipengaruhi oleh pengalaman orang yang bersangkutan. Menurut Desiderado (Rakhmat 1992), persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi sifatnya individual, akan berbeda dari satu individu dengan individu lainnya dalam merespon stimulus yang menghampirinya. Lebih jauh Hammer dan Organ (Indrawijaya 1986) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Segala sesuatu yang mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi pola perilaku yang akan dipilihnya. Pengertian ini secara tidak langsung mengisyaratkan unsur yang melekat pada persepsi, yaitu adanya proses kognisi, belajar dan proses pemecahan persoalan atau proses pemilihan perilaku yang diperoleh dari lingkungannya yang diserap oleh indera manusia serta sebagian dari pengolahan ingatan sehingga terjadi proses psikologis yang menyebabkan manusia sadar akan sesuatu yang dilihatnya, didengarnya dan hal-hal yang telah dialaminya tersebut akan diwujudkan dalam perilakunya. Sejalan dengan hal ini, Schiffman dan Kanuk (Sumarwan 2003) menegaskan bahwa persepsi adalah proses seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimulus menjadi suatu gambaran yang utuh dan bermakna. Pengujian terhadap peubah usia menunjukkan bahwa semakin tinggi usia remaja maka semakin positif persepsinya terhadap gaya pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya, baik dalam gaya pengasuhan warmth dimension, emotional dimension maupun direction dimension. Uji korelasi menghasilkan hubungan yang nyata antara usia dengan gaya pengasuhan warmth dimension,

4 182 emotional dimension dan direction dimension. Akan tetapi dalam uji beda memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara usia dengan gaya pengasuhan warmth dimension, namun tidak berbeda nyata dengan gaya pengasuhan emotional dimension dan direction dimension. Hal ini mengisyaratkan bahwa usia seseorang merupakan aspek yang mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu obyek tertentu. Usia merupakan atribut yang melekat pada semua individu dan menjadi karakteristik dari individu tersebut. Menurut Anderson (Rakhmat 1992), persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang salah satunya adalah faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Menurutnya persepsi ditentukan bukan oleh jenis atau bentuk stimuli, akan tetapi oleh karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut dan usia adalah faktor yang termasuk ke dalam karakteristik seseorang. Peubah lain yang turut berpengaruh terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan adalah pendidikan ayah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kochanska, et al. (2007) dengan tema Parental Personality as an Inner Resource that Moderates the Impact of Ecological Adversity on Parenting. Menurut mereka pendekatan ekologi menekankan pada peranan demografik yang lebih luas dari keluarga. Indikator tersebut adalah pendapatan keluarga, pendidikan, pekerjaan atau usia sebagai aspek yang bermanfaat dalam lingkungan pengasuhan anak. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lamborn, et al. (1991) pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua dipengaruhi secara nyata oleh faktor-faktor jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan etnis darimana keluarga tersebut berasal. Dengan memperhatikan pengukuran perkembangan psikososial, para peneliti mengindikasikan bahwa skor self-reliance lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki dan lebih tinggi pada pemuda kelas menengah dibanding pemuda kelas pekerja, akan tetapi lebih rendah di antara pemuda Asia dibanding pemuda kulit putih atau kulit hitam orang Hispanic. Pendapat lain yang menunjang hasil penelitian ini adalah Gunarsa dan Gunarsa (1995 b) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan mempengaruhi dan membentuk pola, cara dan pemahaman. Oleh

5 183 karena itu secara langsung maupun tidak langsung, tingkat pendidikan akan menentukan baik buruknya pola komunikasi antara anggota keluarga. Komunikasi yang terjadi dapat berlangsung tanpa disadari, seolah bentuk komunikasi tersebut adalah cara orang tua memberikan pengasuhan kepada anaknya, termasuk di dalamnya cara ibu melatih anaknya untuk mandiri. Studi yang sejalan dilakukan oleh Goode (2003) menunjukkan bahwa pendidikan orang tua diharapkan memberikan kontribusi dalam menjalankan peran dan fungsinya, baik sebagai suami-isteri maupun orang tua bagi anaknya. Seringkali pengalaman masa kecil orang tua dijadikan patokan di dalam mengasuh anak, namun seringkali pula pengalaman tersebut tidak sesuai lagi dengan kondisi anak sekarang. Lebih jauh dinyatakan oleh Conger dan Elder (1994) bahwa aspek pendidikan dan pekerjaan orang tua pada akhirnya akan berpengaruh kepada kondisi ekonomi atau pendapatan keluarga. Keluarga yang mempunyai latar belakang ekonomi rendah, memaksa kepala keluarga (ayah) harus bekerja lebih keras. Dalam kondisi ekonomi keluarga demikian, ibupun ikut bekerja guna mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Keluarga yang mendapat tekanan ekonomi akan berpengaruh kepada kehidupan keluarga menjadi rentan. Tekanan tersebut akan berpengaruh pada mood dan perilaku individu yang ada dalam keluarga, termasuk perilaku orang tua dalam mengasuh anak. Pendapat lain yang memperkuat studi di atas adalah Munandar (1992) yang menyatakan bahwa sikap orang tua dalam mendidik anak tergantung atas beberapa faktor, antara lain: (1) tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi orang tuanya. Orang tua dengan tingkat pendidikan dan status sosial lebih tinggi cenderung membuat anak atau remaja memiliki penurut. Adapun orang tua dengan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi lebih tinggi, cenderung ke sikap pendidikan yang menekankan disiplin dan tuntutan terhadap prestasi, (2) hubungan suami-isteri; jika hubungan hangat dan serasi, maka sikap terhadap anak lebih menunjukkan pengertian dan toleran, (3) jumlah anak dalam keluarga; pada keluarga dengan sedikit anak lebih cenderung memanjakan dan menuntut lebih banyak, karena anak merupakan tumpuan harapan orang tuanya, (4) kepribadian orang tua; sejauh mana orang tua bersikap otoriter, demokratis atau

6 184 over permissive (terlalu terbuka) terhadap anak, dan (5) pengalaman orang tua; pengaruh sikap orang tua terhadap anaknya karena pengalaman hidupnya. Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Paparan Media Peubah-peubah yang berpengaruh terhadap terpaparnya remaja oleh media adalah usia remaja dan peer group. Apabila merujuk pada Hipotesis 2 yaitu karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga), karakteristik sekolah dan peer group berpengaruh terhadap paparan media, tidak dapat diterima sepenuhnya. Peubah-peubah dimaksud secara simultan berpengaruh secara nyata terhadap paparan media, akan tetapi apabila diuji secara parsial hanya peubah usia dan peer group yang berpengaruh secara nyata. Seperti telah diuraikan sebelumnya, usia remaja berada pada masa di mana mereka lebih banyak meluangkan waktunya di luar rumah untuk berinteraksi baik dengan teman-teman sebayanya maupun dengan guru-guru di sekolah. Dalam kesehariannya, remaja banyak terpapar (exposure) oleh media, baik elektronik maupun cetak. Menurut Effendy (1989), yang dimaksud dengan exposure adalah keadaan terkenanya pesan-pesan yang disebarkan media massa kepada khalayak sasaran. Tereksposenya seseorang pada media massa tidak sama antara satu dengan lainnya. Tingkatan exposure pada media massa dibatasi oleh beberapa status dan peubah-peubah kekuasaan, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, kepemilikan, kekuasaan masyarakat dan kontak terhadap agen perubahan. McGuire (1969) menyatakan bahwa mereka yang terpapar pada media adalah orang-orang yang lebih terpelajar, lebih tahu dan lebih stabil dalam hal kepribadian, sehingga mereka menerima pesan media dengan gagasan yang sudah terumus dengan jelas. Peubah-peubah yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Psikososial Remaja Peubah-peubah yang berpengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja adalah usia remaja, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan dan paparan media. Apabila merujuk pada Hipotesis 3 yaitu karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (pekerjaan ibu, pendidikan ayah,

7 185 pendidikan ibu dan pendapatan keluarga), karakteristik sekolah, peer group, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja, tidak dapat diterima sepenuhnya. Peubahpeubah dimaksud secara simultan berpengaruh nyata terhadap perkembangan psikososial remaja, akan tetapi apabila diuji secara parsial hanya peubah usia, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan dan paparan media yang berpengaruh nyata. Apabila dilihat dari aspek-aspek perkembangan psikososial yang dilalui oleh remaja, perkembangan identity dipengaruhi secara nyata oleh usia, jenis kelamin, pendapatan keluarga, karakteristik sekolah, paparan media dan persepsi terhadap gaya pengasuhan direction dimension. Perkembangan autonomy dipengaruhi secara nyata oleh jenis kelamin, pendapatan keluarga, peer group, paparan media, gaya pengasuhan warmth dimension dan gaya pengasuhan direction dimension. Perkembangan intimacy dipengaruhi secara nyata oleh usia, pekerjaan ibu, peer group, paparan media dan gaya pengasuhan emotional dimension. Perkembangan sexuality remaja dipengaruhi secara nyata oleh usia, peer group dan paparan media. Perkembangan achievement dipengaruhi secara nyata oleh usia, pekerjaan ibu, paparan media, gaya pengasuhan warmth dimension dan gaya pengasuhan emotional dimension. Peubah gaya pengasuhan yang dipersepsi oleh remaja memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkembangan psikososial remaja. Menurut Lawton (Berns 1997), sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan berbagai anggota keluarga, sedangkan hubungan yang terjalin antara anak dan orang tua bukan merupakan proses yang searah akan tetapi timbal balik, karena perilaku anak dapat mempengaruhi perilaku orang tua. Lebih jauh Lawton menyatakan bahwa hubungan orang tua dan anak yang diliputi oleh suasana hangat dan adanya hubungan yang akrab dapat menjadikan anak memiliki rasa percaya diri dan perilaku sosial yang sehat, Sejalan dengan pernyataan tersebut, Steinberg, et.al (1992) menyatakan bahwa gaya pengasuhan dapat menumbuhkan kemandirian pada remaja, yaitu yang dapat memberikan kehangatan dan penerimaan, asertif dengan tetap berpegang pada aturan, norma dan nilai-nilai luhur, bersedia mendengar dan menjelaskan serta

8 186 menghargai otonomi psikologis remaja dan mendukung anak berpendapat. Pendapat ini didukung pula oleh hasil penelitian Lamborn, et al. (1991) yang membuktikan bahwa perilaku kemandirian yang sehat dihasilkan melalui keluarga yang tidak terlalu mengekang dengan berbagai aturan dan tidak banyak memberikan arahan kepada remajanya. Hal ini sejalan dengan penelitian ini bahwa perkembangan autonomy remaja dipengaruhi secara nyata oleh gaya pengasuhan warmth dimension (Sig ) dan gaya pengasuhan direction dimension (Sig ). Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara gaya pengasuhan warmth dimension (r=0.324, p<0.01) dan direction dimension (r=0.182, p<0.001) dengan perkembangan autonomy. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan warmth dimension dan gaya pengasuhan direction dimension, maka akan semakin baik perkembangan autonomy nya. Peubah yang juga turut mempengaruhi perkembangan psikososial adalah paparan media. Menurut McLuhan (Rakhmat 1992), The medium is the message. Media adalah perluasan dari alat indera manusia dan secara operasional dan praktis media adalah pesan karena membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Media bagi remaja dapat menyediakan informasi tentang peranan gender, jenis kelamin, emosi dan sebagainya, akan tetapi media tidak merefleksikan segala sesuatu yang ada di masyarakat, yang berarti bahwa media hanya memfokuskan pada satu tipe orang atau sekelompok orang saja. Oleh karena itu, informasi yang disajikan melalui media tidak dapat diterapkan pada kehidupan setiap orang (Dittmar 2000; Kelly dan Donohew 1999; Stice, et al. 2001). Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Walsh dan Gentile (1996), bahwa pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja adalah sangat besar, dapat berupa hal yang positif maupun negatif. Bukti lain yang memperkuat pernyataan ini adalah studi yang dilakukan oleh Bandura (1970) yang menunjukkan bahwa anak akan mempelajari agresi pada saat mereka terpapar pada isi media yang menampilkan kekerasan, walaupun mereka tidak menirunya dengan segera. Pendapat lain mengatakan bahwa peningkatan penggunaan media berhubungan dengan relasi sosial yang minim, interaksi respon

9 187 yang rendah, angka rendah dalam membaca dan prestasi sekolah yang buruk (Dorr dan Rabin 1995; Standford Institute for the Quantitative Study of Society 2000). Studi lain tentang pengaruh media yang dilakukan oleh Kelly dan Donohew (1999), menunjukkan bahwa media massa merupakan dimensi penting lain yang sangat berarti selama masa remaja. Media berpengaruh secara nyata terhadap intensitas dan perilaku seksual remaja. Besar kontribusi : 13 % sexual intercourse (p<.001), 10 persen aktivitas sexual yang jelas (p<.001) dan 8 persen aktivitas sexual yang berat (p<.001). Penelitian yang juga melihat media sebagai aspek yang penting dalam perkembangan psikososial remaja ditunjukkan oleh Dietz dan Strasburger (Villani 2001) yang menunjukkan dampak yang multiple dari televisi pada kognisi dan perilaku anak dan remaja. Masalah-masalah berhubungan dengan perkembangan kognitif, kegemukan, perilaku agresif dan kejahatan, penyalahgunaan obat-obatan, bunuh diri aktivitas seksual. Terutama pada televisi dan film, anak memperoleh pengetahuan, belajar perilaku dan memiliki sistem nilai yang dipertajam melalui paparan media. Studi yang memperkuat bahwa media merupakan aspek penting dalam kehidupan remaja juga dilakukan oleh Barra dan Mitchell (2005). Menurutnya perkembangan seksual remaja merupakan hal yang kompleks dan dinamis. Anak yang menjelang dewasa memperoleh pengalaman yang besar tentang seksual pribadinya yang diperoleh melalui interplay biologis dan perubahan sosial sebagai individu yang matang melalui kanak-kanak menuju masa remaja. Walaupun masa pubertas dimulai pada usia yang berbeda, namun kenyataannya semua anak lakilaki dan perempuan memulai proses pada usia 14 tahun. Keinginan seksual meningkat seiring perubahan usia dan perubahan biologis dengan rata-rata usia pengalaman seksual pertama. Anak dan remaja yg berumur antara 10 dan 17 tahun yang menggunakan internet diamati perilaku dan pengalamannya. Setiap responden ditanya apakah ia menonton secara intensif acara-acara dengan materi seksual dalam internet. Hasil menunjukkan bahwa 50 persen pengguna tetap internet dilaporkan terpapar pada tayangan pornografi.

10 188 Temuan Hasil penelitian ini telah mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan, paparan media dan perkembangan psikososial remaja. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor usia berpengaruh langsung dan nyata terhadap persepsi remaja tentang gaya pengasuhan, baik terhadap gaya pengasuhan warmth dimension, emotional dimension maupun direction dimension. Seperti telah dikemukakan dalam tinjauan teoritik, bahwa yang dimaksud usia adalah usia yang melekat pada remaja. Dalam penelitian ini contoh adalah remaja yang berada pada rentang usia 14 tahun sampai 18 tahun dan dikategorikan pada usia remaja awal, pertengahan dan remaja akhir. Pada masa usia seperti ini banyak faktor yang dapat mempengaruhi sehingga remaja memiliki pengalaman yang dapat dijadikan dasar baginya untuk merespon segala sesuatu yang berada dalam lingkungan kehidupannya. Respon kognitif yang dapat dilakukan melalui memberikan persepsi terhadap pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Persepsi muncul akibat dari pengalaman remaja yang berhubungan dengan cara orang tuanya mendidik dan memperlakukan anak-anaknya melalui pola pengasuhan. Apabila remaja seringkali mengalami perlakuan kurang baik dari orang tuanya, maka remaja akan mempersepsi negatif terhadap gaya pengasuhan orang tuanya. Berbeda halnya dengan ketika remaja seringkali dihadapkan pada pengalaman yang menyenangkan selama berinteraksi dengan orang tuanya, maka remaja akan memiliki persepsi yang positif terhadap gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Oleh karena itu diharapkan orang tua menjadi modeling yang positif bagi anak-anaknya di dalam melakukan interaksi dengan anggota keluarganya. Anak, khususnya remaja, harus selalu dihadapkan pada situasi yang interaksinya terjadi di antara keluarganya berjalan secara timbal balik. 2. Faktor pendidikan ayah juga berpengaruh langsung dan nyata terhadap persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan, khususnya gaya pengasuhan dengan warmth dimension, emotional dimension dan direction dimension. Pendidikan ayah merupakan salah satu unsur yang melengkapi aset bagi keluarga, karena ayah akan memiliki kemampuan dalam mentransfer informasi yang berhubungan

11 189 dengan kehidupan keluarga kepada anak-anaknya. Pada saat informasi dengan jelas tersampaikan kepada anak-anaknya, maka mereka akan meresponnya dengan benar dan tidak akan terjadi distorsi yang biasanya menyebabkan perbedaan pendapat dan anak menganggap bahwa orang tuanya tidak berpihak kepadanya. Oleh karena itu diperlukan penguatan kepada keluarga untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik melalui parenting skill agar hubungan antara keluarga dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan sebagai keluarga. 3. Faktor usia remaja berpengaruh secara langsung dan nyata terhadap paparan media. Remaja merupakan masa mereka memiliki keinginan yang tinggi untuk mengetahui segala hal yang menjadi fenomena di lingkungan kehidupannya. Media sebagai alat yang dapat menampilkan segala hal yang berhubungan dengan berbagai fenomena di dalam dunia ini, dijadikan tujuan untuk memenuhi rasa keingintahuan remaja. Melalui media, banyak informasi yang dapat disampaikan dan terkadang media kurang dapat memilah informasi yang layak untuk dikonsumsi oleh masing-masing segmen usia. Oleh karena itu orang tua harus turut menentukan media mana saja yang sesuai digunakan oleh remaja dan isi atau pesan media yang sesuai dengan usia anak. 4. Faktor usia berpengaruh langsung dan nyata terhadap perkembangan psikososial remaja, khususnya perkembangan identity, intimacy dan achievement. Perkembangan psikososial yang normal akan terjadi pada setiap individu sesuai dengan usianya. Setiap individu akan mengalami perkembangan yang berbeda tergantung kepada apakah individu yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan akan dapat dilaksanakan apabila orang tua bersama-sama dengan pihak sekolah membantu mengawasi hal-hal yang dilakukan oleh anak baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu dituntut dari orang tua dan para pendidik atau guru untuk memiliki kemampuan akan tahap-tahap perkembangan manusia dan memahami perkembangan yang seharusnya terjadi pada anak.

12 Faktor persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan berpengaruh langsung dan nyata terhadap perkembangan psikososial remaja. Secara khusus, gaya pengasuhan warmth dimension mempengaruhi secara nyata perkembangan autonomy dan achievement; gaya pengasuhan emotional dimension mempengaruhi perkembangan intimacy dan achievement; dan gaya pengasuhan direction dimension hanya mempengaruhi perkembangan identity. Anak sebagai anggota keluarga selayaknya berada di dalam asuhan yang baik di dalam keluarganya. Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua merupakan faktor penentu bagi perkembangan anak selanjutnya. Pada saat anak dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang tidak tuntas, maka mereka akan mengalami berbagai hambatan dalam perkembangnnya. Oleh karena itu dituntut dari orang tua untuk memberikan pengasuhan yang sesuai dengan karakteristik anak dan keluarganya di mana anak tinggal dan menjalankan kehidupan sehari-harinya. Gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua akan mencerminkan perilaku anak di lingkungan pergaulannya dan lebih luas di dalam masyarakat dan perilaku tersebut akan memberikan pengaruh kepada cara orang tua bertindak dalam memperlakukan anak. 6. Faktor paparan media berpengaruh langsung dan nyata terhadap perkembangan psikososial remaja, baik perkembangan identity, autonomy, intimacy, sexuality maupun achievement. Media, baik cetak maupun elektronik merupakan alat yang pada saat ini sangat mudah untuk diakses oleh remaja. Sebagai alat penyuguh informasi, media dapat dengan leluasa memberikan pesan kepada khalayak tentang berbagai hal yang ada dalam kehidupan di dunia ini. Remaja sebagai individu menjadikan media sebagai alat yang dapat menjawab berbagai persoalan yang menjadi pertanyaan bagi mereka dan menjadikannya contoh untuk diterapkan dalam perilakunya. Keingintahuan remaja akan terjawab di dalam media melalui informasi yang tidak dapat dicegah penyampaiannya oleh media. Oleh karena itu diharapkan orang tua dan pihak sekolah dapat memantau penggunaan media oleh anak dan isi pesan atau informasi yang diakses oleh anak.

13 191 Implikasi Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi penelitian ini adalah orang tua dapat melakukan pola pengasuhan yang lebih menekankan pada kebutuhan dan karakteristik remaja serta mengoptimalkan penggunaan media oleh remaja agar perkembangan psikososial remaja dapat dicapai dengan baik: 1. Faktor-faktor yang berpengaruh dominan terhadap persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan adalah usia remaja, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, peer group dan paparan media. Dapat dibuat kegiatan atau program yang mampu memperkuat baik remaja mapun orang tua. Kepada remaja dan orang tua dapat diberi penguatan tentang bagaimana memiliki kemampuan di dalam berinteraksi dan melakukan komunikasi dengan baik di dalam keluarga. Melalui komunikasi yang efektif di dalam keluarga, baik anak maupun orang tua dapat memiliki pengetahuan dalam menyikapi bentuk-bentuk perilaku yang muncul di dalam keluarga. 2. Terpaparnya remaja pada media massa dipengaruhi oleh usia remaja. Agar penggunaan media dapat optimal dan remaja terpapar pada isi pesan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan remaja sesuai usianya, pihak-pihak penyelenggara program dalam bidang media dapat membuat program khusus berupa pesan-pesan yang mendidik dan memunculkan perilaku prososial pada khalayak disesuaikan dengan segmennya. Isi pesan yang dirancang dalam media yang kemungkinan diakses oleh remaja memuat tentang perilakuperilaku yang dapat dijadikan model bagi remaja dan menjadi perilaku yang menetap, misalkan pesan yang menimbulkan kesan cinta lingkungan, cinta kebersihan, cinta akan kedisiplinan dan sebagainya. 3. Perkembangan psikososial remaja dipengaruhi oleh karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga), karakteristik sekolah, peer group, paparan media, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan warmth dimension, emotional dimension dan direction dimension. Terkait dengan temuan akan peubah-peubah dimaksud, maka bagi para orang tua dapat diberikan penguatan tentang parenting skill yang akan membantu orang tua untuk lebih memahami apa yang harus dilakukan terhadap anak-anaknya termasuk di dalam menyikapi fenomena

14 192 sangat mudahnya remaja terpapar pada media dan social-skill bagi para remaja agar dapat berinteraksi dengan baik di dalam lingkungan sosialnya. 4. Pihak-pihak yang berwenang, baik pemerintah maupun para pengusaha dalam bidang penyiaran. Peredaran media baik cetak maupun elektronik di masyarakat, tidak terlepas dari peran pemerintah dalam memberikan ijin untuk penyebarluasannya. Oleh karena itu diharapkan kepada pemerintah untuk mengendalikan penyebaran media baik cetak maupun elektronik dengan memperhatikan isi pesan yang akan disampaikan disesuaikan dengan segmen khalayak, khususnya bagi anak dan remaja 5. Pendidikan karakter bagi anak sudah mulai diperkenalkan sejak dini kepada kanak-kanak. Peran paling utama dan pertama di dalam mendidik anak ada pada orang tua di dalam keluarga. Oleh karena itu untuk menanamkan pendidikan karakter di usia dini menjadi tanggungjawab orang tua. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka orang tua dapat diberi penguatan dalam kemampuan mendidik anak khususnya dalam membentuk karakter bagi anak yang dimulai dari lingkungan rumah. 6. Penyelenggaraan program-program pengisian waktu luang bagi remaja. Untuk menyalurkan kebutuhan remaja dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dan masyarakat luas, maka pemerintah dapat menyediakan lebih banyak ruang publik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan khususnya bagi remaja. Ruang publik tersebut dapat dilengkapi dengan sarana yang sifatnya rekreatif, seperti fasilitas olah raga dan hiburan yang diisi oleh public figure yang memiliki perilaku prososial sehingga remaja khususnya dapat memanfaatkan tempat tersebut untuk berkumpul dan bagi orang tua dan pihak pemerintah memudahkan untuk memantau aktivitas yang dilakukan remaja. Keterbatasan Penelitian Hasil analisis terhadap penelitian ini memberikan gambaran akan keterbatasan penelitian, yaitu: 1. Pengukuran hanya dilakukan terhadap remaja, sehingga tidak dapat memberikan gambaran tentang gaya pengasuhan dari pihak orang tua yang

15 193 akan memberikan informasi tentang gaya pengasuhan yang telah dilakukan oleh orang tua dan kepribadian orang tua mempengaruhi gaya pengasuhan. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti tentang gaya pengasuhan khususnya yang lebih menyoroti tipe kepribadian orang tua yang memunculkan gaya pengasuhan tertentu. 2. Penelitian ini tidak menggali tentang kedalaman penggunaan media, sehingga tidak dapat mengungkapkan tentang sejauhmana remaja loyal terhadap media tertentu, lamanya terpapar pada media dan intensitas remaja dalam menggunakan media. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya melihat pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja. 3. Dalam penelitian ini tidak dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada sejumlah remaja yang diduga mengalami hambatan dalam perkembangan psikososial. Oleh karena itu penelitian ini tidak dapat mengungkap lebih dalam alasan remaja mengalami hambatan dalam perkembangan psikososialnya. 4. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan muncul penelitian yang menyoroti peubah-peubah lain yang diduga memberikan pengaruh terhadap pola pengasuhan, paparan media dan perkembangan psikososial remaja, misalnya peubah sosiologik, peubah psikologik, peubah gizi dan sebagainya. 5. Selain berdasarkan peubah-peubah lain, diharapkan pula kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian dengan membandingkan remaja yang berada di kota besar maupun di wilayah perdesaan sehingga dapat terlihat variasi fenomena yang muncul sehubungan dengan gaya pengasuhan, paparan media dan perkembangan psikososial remajanya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplanasi yang memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh peubah-peubah prediktor (independent variable), yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Penelitian tentang perkembangan psikososial remaja didasarkan pada pendekatan teoritis yaitu Teori Struktural Fungsional yang beranggapan bahwa sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh. BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan teknologi yang sudah di kenal akrab oleh masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah Seluruh responden merupakan remaja yang rentang usianya antara 15-19 tahun di RW 19 Kelurahan Jebres. Sebagian besar responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI MEDIA MASSA DAN PROSES SOSIALISASI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, kepedulian orang terhadap orang lain maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja dengan perubahan yang mengacu pada perkembangan kognitif, biologis, dan sosioemosional (Santrock, 2012).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan individu, masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang disebut juga masa transisi. Siswa SMA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat, BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat, informasi menjadi cepat tersebar ke seluruh pelosok Indonesia melalui berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar konsumen yang memberi pengaruh pada pergerakan konsumsi adalah konsumen akhir yang biasanya merupakan konsumen individu (Engel et al. 1995). Setiap konsumen individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup menjadi bentuk eksistensi diri yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan setiap orang, terutama dalam masa remaja. Plummer (dalam Nova, 2012)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara perilaku prososial di situs jejaring sosial dengan perilaku prososial di dunia nyata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, masyarakat mengganggap bahwa keluarga tersusun atas ayah, ibu dengan anak-anak. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan pada struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berperan aktif dalam pembangunan suatu negara. Sebagaimana dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja, dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (storm and stress), karena mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci