APLIKASI PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO"

Transkripsi

1 APLIKASI PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO Rini Hakimi (1), Daddy Budiman (2) (1) Laboratorium Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas (2) Staf Pengajar Polieknik Negeri Padang ABSTRACT Nata de coco industries produce wastes in solid, semi solid and liquid which are danger for environment, so we need to apply the concept of clean production to it. After applying the clean production concept there will be analyzing of feasibility in technical, economical and environment. There are six option of clean production which can be applied to de coco industries. They are 1. re-using of waste of filtering, boiling, surface disposing for fertilizer. 2. Re-using of the fluid fermentation.. Re-using of soaking fluid, surface washing fluid, boiling fluid. 4. Re-using the waste of cutting for jelly industries. 5. Re-using the waste of cutting for fertilizer. 6. Selling the waste of packaging. The first recommendation is Re-using the waste of cutting for fertilizer because it is easy and give a benefit around IDR , 4. The pay back period are month and this activity giving the highest effect for the environment. Keywords: de coco, clean production, technical feasibility, environment feasibility. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya adalah kelapa dalam dan kelapa hibrida. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masing sebanyak 00 dan 20 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan ph agak asam (5,6). Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Air kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan de coco. Usaha ini selain berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan tambahan penghasilan ( Akhir-akhir ini pemanfaatan bahan baku air kelapa untuk agroindustri de coco mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari banyaknya agroindustri yang membuat de coco. Untuk wilayah Bogor, agroindustri de coco terdapat di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, jumlah perusahaan yang terlibat dalam produksi de coco sebanyak 2 perusahaan di Kota Bogor dan sebanyak 15 perusahaan di Kabupaten Bogor, dimana semuanya masih merupakan industri kecil (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota dan Kabupaten Bogor, 200). Perkembangan jumlah agroindustri de coco akan mengakibatkan semakin besarnya limbah yang dihasilkan dari industri ini. Berdasarkan tinjauan di lapangan, limbah yang paling banyak dihasilkan berupa cairan (limbah cair) dan limbah padat. Limbah yang dihasilkan ini dapat menimbulkan kerusakan bagi lingkungan jika dibuang bukan pada tempatnya. Limbah ini bisa mengakibatkan terjadinya air, udara, lahan pertanian dan sebagainya. Limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri de coco pasti ada dan sulit untuk dihindari, untuk penanganan limbah ini biasanya butuh biaya yang besar, sehingga banyak perusahaan yang mengabaikan bahaya dari limbah ini. Sebenarnya besarnya jumlah dan intensitas limbah yang muncul bisa dikurangi dengan menerapkan konsep produksi bersih pada industri de coco. Penerapan konsep produksi bersih ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan dan mengurangi aktivitas penanganan limbah. Oleh karena itu, industri de coco sebagai salah satu industri yang banyak terdapat di wilayah Bogor perlu melakukan upaya untuk menerapkan konsep produksi bersih yang sebaikbaiknya. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara rinci proses pengolahan de coco; mengidentifikasi kemungkinan munculnya limbah pada proses pengolahan, produk yang dihasilkan, sisa produksi, kegagalan produksi dan kesalahan manajemen perusahaan; memberikan alternatif

2 Jurnal Teknik Mesin Vol., No.2, Des 2006 ISSN pemecahan masalah limbah yang muncul dengan menerapkan konsep produksi bersih. 1. Ruang Lingkup Pengkajian dilakukan berdasarkan hasil peninjauan langsung di lapangan pada industri de coco di Kabupaten Bogor. Aspek yang dikaji lebih dititikberatkan pada penerapan produksi bersih pada industri de coco dengan terlebih dahulu mengkaji tentang proses produksi dan aktivitas perusahaan untuk nanti dikaitkan dengan kemungkinan penerapan produksi bersih. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nata de Coco Gambaran Umum Nata de Coco Nata de coco berasal dari Filipina. Hal ini bisa dipahami karena Filipina merupakan salah satu negara penghasil kelapa yang cukup besar di dunia. Filipina termasuk negara yang paling banyak mendapatkan devisanya dari produk kelapa (Warisno, 2004). Nata de coco merupakan suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada permukaan medium yang mengandung gula dan asam yang dihasilkan mikroorganisme Acetobacter xylinum. Nata de coco merupakan makanan rendah kalori yang cocok untuk penderita diabetes (Astawan dan Astawan, 1991). Nata de coco adalah selulosa bakterial yang mengandung air kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal (Theodula, 1976). Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Mikrobiologi Puslitbang Biologi LIPI Bogor menyebutkan bahwa de coco mengandung nilai nutrisi seperti pada Tabel (1). Tabel 1. Nilai Nutrisi Nata de Coco per 100 gram bahan No Nutrisi Kandungan Nutrisi 1. Kalori 146 kal 2. Lemak 0,2 persen. Karbohidrat 6,1 mg 4. Kalsium 12 mg 5. Fosfor 2 mg 6. Fe (zat besi) 0,5 mg Bahan Baku Air kelapa yang dipakai berasal dari kelapa yang sudah tua. Air kelapa yang akan dijadikan de coco jangan tercampur dengan benda lain. Jika bercampur dengan air, kualitas de coco yang dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan garam, tidak akan terbentuk de coco karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bisa tumbuh dalam media yang asin. Air kelapa bisa diperoleh dari pabrik-pabrik kopra, pasar tradisional dan tempattempat pemarutan kelapa (Warisno, 2004). satu liter akan mengasilkan 1 kg. Bahan Penolong Setiap Bahan penolong pada pembuatan de coco adalah: 1. Gula pasir 2. Pupuk ZA atau Diamonium phosphat. Asam cuka 4. Bibit de coco (LIPI, 2000) Peralatan Produksi Peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi de coco adalah : 1. Panci stainless steel 2. Baki plastik. Sendok sayur besar 4. Saringan 5. Kertas roti/kertas koran 6. Kain kasa 7. Karet gelang 8. Kompor 9. Ember 10. Jerigen (LIPI, 2000) 2.2 Konsep Produksi Bersih Produksi bersih (cleaner production) merupakan suatu upaya mencegah dan mengurangi munculnya dampak lingkungan dari suatu sistem pengolahan akibat adanya penggunaan bahan-bahan berbahaya, kesalahan pada proses pengolahan, serta lemahnya pengendalian proses dan produk. Dampak yang dimaksud adalah terjadinya lingkungan serta inefisiensi penggunaan bahan baku dan energi. Menurut UNEP (200), produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi, produk dan jasa untuk meminimalkan terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Menurut Pudjiastuti (1999), produksi bersih diterapkan pada unsur-unsur sebagai berikut : 1. Proses produksi Pada bagian proses produksi, produksi bersih mencakup peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi dan sumberdaya lainnya serta mengganti atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas limbah dan emisi yang dikeluarkan. 2. Produk Pada bagian produk, produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak 90

3 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) keseluruhan daur hidup produk, mulai dari bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.. Jasa Untuk jasa, produksi bersih menitikberatkan pada upaya penggunaan proses R (Reduce, Reuse dan Recycle) pada seluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai dengan ke pembuangan akhir. Menurut USAID (1997), manfaat yang bisa diperoleh dari pelaksanaan produksi bersih adalah : 1. Pengurangan biaya operasi, pengolahan dan pembuangan limbah. 2. Peningkatan mutu produk.. Penghematan bahan baku. 4. Peningkatan keselamatan kerja. 5. Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup. 6. Penilaian konsumen yang positif. 7. Pengurangan biaya penanganan limbah. Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmoniskan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mendukung prinsip environmental equality, mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan memperkuat daya saing produk dipasar internasional (Pudjiastuti, 1999). Teknologi produksi bersih merupakan gabungan teknik pengurangan limbah pada sumber pencemar (source reduction) dan teknik daur ulang (USAID, 1997). Menurut Forlink (200), beberapa kendala dalam penerapan produksi bersih adalah : 1. Kendala ekonomi Kendala ekonomi timbul bila kalangan usaha tidak merasa akan mendapatkan keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Contoh hambatan : Biaya tambahan peralatan Besarnya modal/investasi dibanding kontrol secara konvensional sekaligus penerapan produksi bersih. 2. Kendala teknologi Kurangnya penyebaran informasi tentang konsep produksi bersih. Penerapan sistem baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan gangguan. Tidak memungkinkannya tambahan peralatan, terbatasnya ruang kerja/produksi.. Kendala sumberdaya manusia Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak Keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi Lemahnya komunikasi intern tentang proses produksi yang baik. Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yang kurang fleksibel Birokrasi yang sulit terutama dalam pengumpulan data primer. Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi. METODOGI.1 Kerangka Pemikiran Industri de coco merupakan salah satu industri pangan yang mengolah air kelapa untuk dijadikan baik yang siap dikonsumsi maupun yang dijual kembali dalam bentuk mentah untuk digunakan oleh industri lain. Kegiatan produksi dari industri banyak menghasilkan limbah yang jika dibuang akan membahayakan bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari industri dapat ditangani dengan menerapkan konsep produksi bersih, sehingga mengurangi biaya penanganan limbah, mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat mendatangkan keuntungan bagi industri de coco. Upaya penerapan produksi bersih ini dapat dilakukan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Penerapan produksi bersih dilakukan terhadap sumber timbulnya limbah ataupun terhadap limbah itu sendiri. Ketepatan dalam memperhitungkan limbah yang ditimbulkan dari suatu kegiatan produksi dapat diketahui dengan melakukan perhitungan neraca massa yang menggambarkan jumlah input-output dalam setiap tahapan proses produksi untuk menghasilkan de coco. Berdasarkan kegiatan produksi yang sudah diamati, maka dapat ditawarkan opsi produksi bersih yang mungkin dilaksanakan oleh industri de coco. Setiap opsi ini lebih lanjut harus dilakukan studi kelayakan secara teknis untuk melihat kemudahan dalam pelaksanaannya, studi kelayakan secara ekonomi untuk melihat apakah opsi tersebut menguntungkan atau tidak dan studi kelayakan secara lingkungan untuk melihat apakah opsi tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkungan. Opsi yang mendapat prioritas utama 91

4 Jurnal Teknik Mesin Vol., No.2, Des 2006 ISSN merupakan opsi yang direkomendasikan untuk terlebih dahulu dilaksanakan dibandingkan opsi yang lainnya..2 Pemilihan Responden Pada penelitian ini digunakan responden pakar yang dianggap memiliki pengetahuan tentang industri de coco. Responden pakar yang digunakan sebanyak 5 orang yang terdiri dari akademisi (1 orang), birokrat (2 orang) dan praktisi industri (2 orang).. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pengumpulan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh para pakar; serta melakukan pengamatan langsung di lapangan pada industri de coco untuk melihat secara langsung aktivitas yang berkaitan dengan produksi bersih. b. Pengumpulan data sekunder, yaitu melalui penelusuran data internal dan penelusuran bukubuku, hasil-hasil penelitian, majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang berhubungan..4 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dengan menggunakan konsep produksi bersih kemudian dilakukan penilaian kelayakan secara teknis, ekonomi dan lingkungan. Konsep produksi bersih dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan investigasi terhadap kegiatan perusahaan. 2. Melakukan inspeksi keseluruh bagian produksi.. Mangamati titik-titik yang diduga sebagai sumber masalah (sumber timbulnya limbah). 4. Mengumpulkan data kuantitatif dan membuat neraca massa (kesetimbangan input-output). 5. Mengidentifikasi dan membuat langkah-langkah penerapan produksi bersih. 6. Melakukan studi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan terhadap langkah-langkah atau opsi produksi bersih. Studi Kelayakan Teknis Studi kelayakan teknis berkaitan dengan pelaksanaan opsi tersebut, disini dilakukan analisa bagaimana cara penerapan opsi tersebut dengan menyesuaikannya dengan kondisi perusahaan. Pada analisa ini, setiap opsi dinilai dengan skala 1 = sulit untuk dilaksanakan, = mudah untuk dilaksanakan dan 5 = sangat mudah untuk dilaksanakan. Skala yang digunakan ini untuk menentukan berapa skor yang diperoleh oleh setiap opsi produksi bersih. Studi Kelayakan Ekonomi Studi kelayakan ekonomi dilakukan dengan menghitung keuntungan dan payback period yang diperoleh oleh setiap opsi produksi bersih. Keuntungan = Penghematan + Penghasilan - Biaya Payback period = Total Investasi / Keuntungan Opsi yang memperoleh keuntungan tertinggi akan mendapatkan skor tertinggi dan opsi yang memiliki paybackperiod tercepat memperoleh skor tertinggi. Studi Kelayakan Lingkungan Studi kelayakan lingkungan berkaitan dengan pengaruh pelaksanaan opsi tersebut terhadap lingkungan, disini dilakukan analisa manfaat penerapan opsi tersebut terhadap lingkungan. Pada analisa ini, setiap opsi dinilai dengan skala 1 = tidak ada manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan, = besar manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan dan 5 = sangat besar manfaatnya (pengaruhnya) terhadap lingkungan.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2004 pada suatu industri de coco yang terletak di Kabupaten Bogor. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Industri de coco yang terletak di Kabupaten Bogor ini berdiri tahun 1994 dengan tujuan awal untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang berada disekitar lokasi industri. Pada awal berdirinya, industri ini hanya berproduksi sebesar gelas plastik dalam sehari, namun sekarang sudah memproduksi sebesar gelas plastik dalam sehari dan memiliki berbagai macam pilihan rasa dan warna, yaitu rasa strawbery (warna merah), rasa nenas (warna kuning), rasa melon (warna hijau) serta rasa lyche, vanila, cocopandan dan melon (tidak bewarna atau bening). Selain dalam bentuk siap dikonsumsi (gelas plastik), industri ini juga menjual de coco mentah yang telah dipotong-potong. Harga jual produk de coco dalam bentuk kemasan gelas plastik adalah Rp Rp per dus (24 cup), sedangkan harga jual de coco mentah adalah Rp per kg. Produk de coco dari industri ini dijual ke wilayah Bogor, Tangerang, Jakarta dan Bekasi. Penjualan produk tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu diantarkan langsung ke konsumen atau dengan cara konsumen yang datang ke lokasi pabrik untuk 92

5 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) membeli produk yang mereka inginkan. Selain menjual produk de coco, dalam kondisi tertentu, industri ini juga membeli lembaran de coco dari home industri yang berada di wilayah Bogor, hal ini dilakukan jika kebutuhan akan bahan baku meningkat atau terjadinya kegagalan dalam produksi. Jumlah tenaga kerja pada perusahaan ini sebanyak 20 orang yang bertugas pada pembuatan starter, pencucian peralatan, pembuatan de coco, pembersihan, pemotongan, pembuatan sirop, pengepakan dan penjualan atau mendistribusikan hasil produksi kepada konsumen diberbagai wilayah pemasaran. 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi perusahaan de coco ini masih sederhana, yaitu terdisri dari seorang pimpinan yang dipegang oleh pemilik usaha dan merangkap bendahara, seorang sekretaris serta 20 orang tenaga kerja. Pimpinan perusahaan dalam hal ini memiliki peranan yang sangat dominan, karena beliaulah pengambil keputusan terhadap semua kegiatan perusahaan, mulai dari produksi sampai pemasaran produk. 4. Tata Letak Ruang Produksi Ruangan produksi terletak di dua tempat, yaitu tempat produksi de coco (mulai dari pembuatan starter dan sampai pemanenan) dan tempat pengemasan hasil produksi (mulai dari pemotongan sampai dengan pengepakan produk siap untuk dijual). Jarak antara kedua tempat kegiatan industri ini lebih kurang 1 km, dimana tempat produksi lebih dekat ke jalan raya, hal ini agar lebih memudahkan dalam penerimaan bahan baku. Adapun tata letak ruang produksi dan ruang pengemasan pada perusahaan de coco ini dapat dilihat pada Gambar (1a) dan Gambar (1b). Ruang Perebusan KM Kamar Karyawan Ruang fermentasi Ruang pencucian Ruang fermentasi Ruang Starter Ruang peralatan Ruang fermentasi Ruang fermentasi Tempat penerimaan Tempat penjemuran dan penyaringan air Ruang fermentasi loyang kelapa Gambar 1a. Tata Letak Ruang Produksi Nata de Coco Ruang pemotongan Ruang Ruang Nata de coco Pengepakan Pembuatan Sirop de coco Gambar 1b. Tata Letak Ruang Pengemasan Hasil Produksi Nata de Coco 4. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada pembuatan de coco adalah air kelapa. Air kelapa yang digunakan pada industri ini diperoleh dari pabrik kopra dan dari pasar-pasar tradisional. Biasanya air kelapa ini diperoleh dari wilayah Jakarta dan Bogor. Harga air kelapa ini bervariasi tergantung ketersediaan di lokasi pembelian, biasanya berkisar antara Rp Rp per jerigen plastik (kapasitas 40 liter). Penggunaan bahan baku air kelapa ini sebanyak 1500 liter per hari. Perusahaan memperoleh bahan baku ini dengan datang langsung ke lokasi penjualan bahan baku. Bahan baku ini dibawa dengan menggunakan jerigen plastik (kapasitas 40 liter) dengan menggunakan mobil bak terbuka untuk kemudian ditampung dalam drum plastik besar (kapasitas 150 liter). Untuk sumber bahan baku terbanyak berasal dari Jakarta yaitu dari Cipulir, Pintu Air dan Bendungan, sedangkan dari pasar-pasar tradisional di wilayah Bogor yaitu dari Pasar Bogor, Pasar Gunung Batu dan Pasar Ciampea, jumlahnya terbatas. 4.4 Bahan Penolong Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan de coco ini adalah gula pasir, pupuk ZA, asam cuka dan starter/bibit. Adapun jenis bahan penolong dan keguanaannya dalam pembuatan de coco dapat dilihat pada Tabel (2). Tabel 2. Bahan Penolong yang Digunakan dalam Pembuatan Nata de Coco No Jenis Bahan Kegunaan Penolong 1. Gula pasir - Membuat starter/bibit de coco (merupakan media tumbuh bakteri Acetobacter xylinum) - Bahan pencampur dalam pembuatan starter dan de coco - Membuat sirop 2. Pupuk ZA - Membersihkan air kelapa dari berbagai kotoran - Bahan pencampur dalam pembuatan starter dan de coco. Asam Cuka - Menurunkan ph media menjadi ph optimum untuk bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum (ph 4.0) - Bahan pencampur dalam 9

6 Jurnal Teknik Mesin Vol., No.2, Des 2006 ISSN pembuatan starter dan de coco 4. Biakan Membuat starter murni* 5. Starter Menggumpalkan air kelapa hingga menjadi de coco *Hanya digunakan dalam pembuatan starter 4.5 Peralatan Produksi Alat-alat yang digunakan oleh perusahaan ini dalam pembuatan de coco dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Daftar Peralatan yang Digunakan pada Proses Produksi Nata de Coco No Jenis Peralatan Kegunaan 1. Saringan Menyaring kotoran yang terdapat dalam air kelapa 2. Jerigen plastik (kapasitas 40 liter). Drum plastik (kapasitas 150 liter) 4. Dandang besar 5. Kompor pompa minyak tanah Mengangkut air kelapa dari pusat pembelian bahan baku. Menampung air kelapa dan mengirim de coco yang telah dipanen dalam bentuk lembaran ataupun de coco yang telah dipotong-potong. Tempat merebus air kelapa Merebus bahan-bahan pembuat starter/bibit dan bahan-bahan pembuat. 6. Pengaduk Untuk mencampur semua bahan yang sedang direbus 7. Corong plastik Memasukkan starter kedalam botol kaca 8. Botol kaca Tempat menyimpan starter/bibit 9. Baki atau loyang plastik 10. Gayung plastik 11. Kertas koran bekas Sebagai wadah media tumbuh (wadah fermentasi) Menuangkan bahan-bahan de coco yang telah direbus kedalam bakibaki plastik atau loyang Menutup bahan de coco yang sudah diperam dalam baki atau loyang plastik di ruang fermentasi 12. Karet gelang Mengikat lembaran koran bekas yang menutupi baki atau loyang plastik 1. Mesin pemotong 14. Baskom besar Memotong lembaran de coco menjadi bentuk kubus kecil-kecil Menampung air untuk mencuci peralatan dan lembaran 15. Kain lap Mengeringkan dan membersihkan baki/loyang yang telah dicuci serta untuk membersihkan kulit lembaran de coco. 16. Gelas plastik Wadah untuk kemasan gelas/cup 17. Sealer manual Menutup atau merekatkan kemasan gelas plastik 18. Isolasi Menutup karton tempat pengepakan de coco dalam gelas plastik 19. Pisau silet Memotong merek kemasan dan membuang sisa plastik dari kemasan gelas/cup. 4.6 Proses Produksi dan Opsi Produksi Bersih Untuk produksi de coco, terlebih dahulu telah dipersiapkan starter yang akan digunakan dalam fermentasi. Proses produksi de coco itu sendiri terdiri dari penyaringan, perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan starter, fermentasi (pemeraman), pemanenan, pembersihan kulit, pemotongan, perebusan dan pengemasan. Proses produksi ini dapat dilihat pada Gambar (2). Berdasarkan proses produksi pembuatan de coco dan starter, maka opsi produksi bersih dan limbah yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel (4). Tabel 4. Opsi Produksi Bersih dan Total Limbah untuk setiap Opsi No Opsi 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 1 kg 1.25 liter Jumlah Limbah (per hari) Proses Total Pembuatan 1.02 l starter t Pembuatan lt 15 lt 7.46 lt kg 1 liter 0.8 kg Total kg 2. Pemanfaatan kembali Pembuatan lt sisa cairan fermentasi Pembuatan. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan serta air perebusan potongan 4. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan minuman jelly drink 5. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk 6. Menjual sisa plastik pengemasan Total Pembuatan Pembuatan Pembuatan 720 lt 1500 lt 720 lt 540 lt 480 lt kg kg 0.8 kg Selain dari opsi-opsi di atas, terdapat juga peluangpeluang untuk menerapkan Good Housekeeping di industri de coco ini, yaitu : 1. Menghindari tumpahan air kelapa pada saat penyaringan, yaitu dengan tidak menggunakan gayung dalam memindahkan air kelapa dari wadah awal ke wadah penyaringan, tapi menggunakan selang atau aliran kran sehingga tumpahan air kelapa dapat dihindari. 2. Menghindari terjadinya tumpahan bahan-bahan pembuat de coco dan pembuat starter pada saat memasukkannya ke dalam wadah perebusan atau pada saat memasukkan ke dalam wadah fermentasi.. Menghemat aliran energi dengan cara mematikan aliran listrik sealer pada saat tidak digunakan, tapi tetap mempertimbangkan waktu pemanasan sealer tersebut (15 menit). 94

7 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi) 4. Menghindari terjadinya tumpahan air rendaman de coco. 5. Membersihkan semua peralatan langsung pada saat telah selesai menggunakannya, tanpa menunda-nunda, agar sisa bahan atau kotoran yang ada pada alat dapat segera dihilangkan sehingga umur pakai peralatan menjadi lama. 6. Mengatur setting peralatan sesuai standar agar setiap tenaga kerja dapat mengoperasikan peralatan dengan baik. 7. Menjaga kebersihan ruang produksi dan ruang kantor untuk meningkatkan kenyamanan dalam bekerja. 8. Menstandarisasi pakaian tenaga kerja termasuk sepatu tenaga kerja untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja karena kemungkinan adanya tumpahan air yang mengakibatkan ruangan menjadi licin. 9. Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja tentang pentingnya kebersihan pada proses produksi, karena ini juga akan mempengaruhi mutu de coco yang dihasilkan. 10. Melakukan material handling dengan baik untuk mencegah terjadinya tumpahan atau bahan yang tercecer. 11. Melakukan pengendalian persediaan agar tidak ada bahan baku yang menumpuk yang bisa mengakibatkan bahan baku terletak terlalu lama sehingga masam dan tidak dapat digunakan lagi. 12. Melakukan pemisahan limbah padat, semi padat dan cair agar memudahkan dalam proses pemanfaatannya. 1. Menghindari terjadinya kebocoran pada saat pengemasan dengan gelas yaitu dengan memberikan pengarahan dan pelatihan pengemasan yang baik kepada tenaga kerja bagian pengemasan. 14. Mencatat faktor-faktor penyebab terjadinya masalah dalam produksi, baik dalam pembuatan starter maupun dalam pembuatan de coco, untuk kemudian dicari pemecahannya. Membuat standar operasi proses produksi untuk memudahkan karyawan yang ingin meninjau ulang agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi. Selain itu, melakukan pengawasan tehadap jalannya proses produksi 4.7 Deskripsi Produk Produk yang dihasilkan berupa de coco yang telah dipotong-potong (masih mentah) yang dijual dengan harga Rp Rp 2500 per kg. Selain itu juga dihasilkan produk de coco yang siap untuk dikonsumsi dengan dua merek (jumlahnya 10% dari hasil produksi per hari), yang dijual dengan harga Rp Rp per dus (berisi 24 gelas atau cup). Produk de coco daam gelas ini memiliki aneka rasa yaitu rasa strawbery (warna merah), rasa nenas (warna kuning), rasa melon (warna hijau) serta rasa lyche, vanila, cocopandan dan melon (tidak bewarna atau bening). Gula, Asam cuka Penyiapan starter Starter (bibit) ZA Energi Air untuk merendam Air Air Air, Energi Plastik penutup kemasan Air Kelapa Penyaringan Pencampuran Perebusan Penempatan dalam Wadah Fermentasi Pendinginan Penambahan Starter Fermentasi (Pemeraman) Pemanenan dan Perendaman Pembersihan kulit dan pencucuian Pemotongan Perebusan Pengemasan Nata de Coco dalam Gelas Plastik Kotoran Kotoran Uap Sisa cairan fermentasi Air sisa Air sisa Lapisan kulit Sisa potongan Air sisa Air sisa, uap Sisa plastik Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de Coco 4.8 Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih Penerapan cleaner production (produksi bersih) pada sebuah perusahaan didasarkan kepada kelayakan dari opsi-opsi produksi bersih tersebut. Untuk pengambilan keputusan mengenai opsi produksi bersih yang akan diterapkan, maka dilakukan studi kelayakan dari opsi tersebut. Studi kelayakan yang dilakukan meliputi studi kelayakan teknis, studi 95

8 Jurnal Teknik Mesin Vol., No.2, Des 2006 ISSN kelayakan ekonomi dan studi kelayakan lingkungan. Tujuan dari dilakukannya studi kelayakan dari berbagai aspek tersebut adalah untuk menentukan opsi-opsi produksi bersih yang mungkin diterapkan atau tidak, baik ditinjau dari kemudahan dalam melaksanakan opsi tersebut, biaya yang dikeluarkan, manfaat dari penerapan opsi dan pengaruhnya terhadap lingkungan setelah opsi diterapkan. Studi Kelayakan Teknis Adapun cara penerapan masing-masing opsi dan skornya dapat dilihat pada Tabel (5). Tabel 5. Cara Penerapan Masing-masing Opsi dan Skornya No Opsi Cara Pelaksanaannya Skor 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan serta air perebusan potongan 4. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan minuman jelly drink 5. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk Kumpulkan semua kotoran (limbah) tersebut dalam satu wadah, lalu campur dengan kapur tohor (100 kg hasil panen yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk menetralkan ph bahan pupuk. Setelah tercampur rata, biarkan selam ± 2 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan. Kumpulkan semua sisa cairan fermentasi dalam dandang, kemudian direbus kembali, dimasukkan kedalam botol, didinginkan, lalu tambahkan biakan murni, setelah itu dilakukan pemeraman selama satu minggu, maka starter sudah dapat digunakan. Air sisa dari berbagai proses tersebut diendapkan, kemudian dituangkan ke drum penyaringan yang sudah berisi bahan penyaringan (pasir, kerikil, ijuk, arang, batu bata, ijuk). Air hasil penyaringan ini bisa digunakan kembali. Sisa potongan direbus hingga hilang baunya dan bersih (bewarna putih), kemudian diblender sampai halus. Hasil blenderan ini direbus kembali dengan air, ditambahkan gula dan flavour. Kemudian dikemas dalam kemasan gelas plastik. Kumpulkan semua sisa potongan tersebut dalam satu wadah, lalu campur dengan kapur tohor (100 kg hasil panen yang gagal dicampur dengan 10 kg kapur tohor). Fungsi kapur tohor adalah untuk menetralkan ph bahan pupuk. Setelah tercampur Menjual sisa plastik pengemasan Studi Kelayakan Ekonomi rata, biarkan selam ± 2 jam, pupuk tersebut sudah siap digunakan. Kumpulkan semua sisa plastik dalam kantong, kemudian jual ke tempat penjualan yang ada. Kelayakan opsi produksi bersih secara ekonomi dapat dilihat pada Tabel (6). Tabel 6. Studi Kelayakan Ekonomi pada Opsi produksi Bersih di Perusahaan Nata de Coco No Opsi dan Kelayakan Ekonomi 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. Total limbah yang diolah kg/ hari = x 26 hari = kg/bulan KEUNTUNGAN Rp PAY BACK PERIOD bulan = hari 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Total limbah yang diolah liter/ hari = liter/hari x 26 hari = liter/bulan = ml/bulan KEUNTUNGAN Rp PAY BACK PERIOD 2.92 bulan. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan serta air perebusan potongan Total limbah yang diolah 480 liter/ hari = 480 liter/hari x 26 hari = liter/bulan PAY BACK PERIOD bln 4. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan minuman jelly drink Total limbah yang diolah kg/ hari = kg/hari x 26 hari = kg/bulan KEUNTUNGAN Rp PAY BACK PERIOD 1.1 bulan 5. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk Total limbah yang diolah kg/ hari = kg/hari x 26 hari = kg/bulan KEUNTUNGAN Rp PAY BACK PERIOD bulan 6. Menjual sisa plastik pengemasan Total limbah plastik yang dijual 0.8 kg/ hari = 0.8 kg/hari x 26 hari = 20.8 kg/bulan KEUNTUNGAN Rp. 460 Studi Kelayakan Lingkungan Adapun manfaat masing-masing opsi bagi lingkungan dan penilaiannya dapat dilihat pada Tabel (7). No Tabel 7. Manfaat Masing-masing Opsi bagi Lingkungan dan Skonya Opsi 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi Manfaat bagi Lingkungan karena limbah padat dan semi padat karena limbah cair 5 Skor 5 96

9 Aplikasi Produksi Bersih (Cleaner Production) Pada Industri Nata De Coco (Rini Hakimi). Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan serta air perebusan potongan 4. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan minuman jelly drink 5. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk 6. Menjual sisa plastik pengemasan karena limbah cair karena semi padat. karena semi padat. karena padat. 4.9 Prioritas Penerapan Opsi Produksi Bersih Berdasarkan hasil analisa kelayakan dari masingmasing opsi diatas, maka dapat ditentukan prioritas dari masing-masing opsi. Prioritas dari masingmasing opsi dapat dilihat pada Tabel (8). Berdasarkan Tabel (8), maka opsi pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk menjadi opsi prioritas pertama untuk dilaksanakan oleh perusahaan, karena opsi ini secara teknis sangat mudah dilaksanakan, memberikan keuntungan tertinggi dengan payback period tercepat dan memberi manfaat yang sangat besar bagi lingkungan. No Tabel 8. Prioritas dari Masing-masing Opsi Opsi 1. Pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan limbah pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk. 2. Pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi. Pemanfaatan kembali air sisa rendaman, air pembersihan kulit dan pencucian, sisa air perendam potongan serta air perebusan potongan 4. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan minuman jelly drink 5. Pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk Total Skor 5 Prior itas Menjual sisa plastik pengemasan KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Proses pembuatan de coco diawali dengan pembuatan starter atau bibit dengan tahapan proses adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penuangan larutas ke dalam botol, pendinginan, penambahan biakan murni dan pemeraman. Sedangkan proses pembuatan de coco adalah penyaringan, pencampuran, perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pendinginan, penambahan starter, fermentasi (pemeraman), pemanenan, pembersihan kulit, pemotongan, perebusan dan pengemasan. Pada proses produksi de coco dihasilkan limbah cair berupa sisa cairan fermentasi dan sisa penggunaan air selama proses produksi. Limbah semi padat berasal dari kotoran berbentuk lendir dari hasil perebusan, lapisan kulit dan sisa potongan de coco serta hasil panen yang gagal (jika terjadi kegagalan penen). Sedangkan limbah padat berasal dari kotoran pada waktu penyaringan, koran penutup loyang atau botol yang sudah tidak terpakai dan plastik sisa penutup kemasan gelas plastik/cup. Opsi produksi bersih yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan kotoran hasil penyaringan, perebusan dan pembersihan kulit untuk pembuatan pupuk, pemanfaatan kembali sisa cairan fermentasi, pemanfaatan kembali air sisa selama proses, pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan jelly drink, pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk dan menjual sisa plastik pengemasan. Berdasarkan hasil studi kelayakan, opsi yang memperoleh prioritas tertinggi atau pertama adalah opsi pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk, dengan total skor 15.5 serta keuntungan Rp ,4 dan payback period 0,4578 bulan. Sedangkan opsi yang mendapat prioritas terendah adalah pemanfaatan kembali air sisa selama proses, karena nilai ekonomi yang diberikan sangat rendah serta payback periodnya sangat lama yaitu bulan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil penilaian yang dilakukan, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu : 1. Perusahaan de coco sebaiknya memanfaatkan limbah dari proses pembuatan de coco sesuai dengan opsi yang ditawarkan. 2. Opsi pertama yang sebaiknya dilaksanakan adalah pemanfaatan sisa potongan untuk pembuatan pupuk karena sangat mudah dilaksanakan, memberikan nilai ekonomi tertinggi dan berpengaruh sangat besar terhadap lingkungan.. Penerapan produksi bersih dalam bentuk good housekeeping seperti yang telah diuraikan, perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. 97

10 Jurnal Teknik Mesin Vol., No.2, Des 2006 ISSN PUSTAKA 1. Forlink. Paket Info Produksi Bersih htm, LIPI. Pedoman Pembuatan Nata de Coco dari Limbah Air Kelapa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Puslitbang Bioteknologi. Bogor, Lapuz, M.M., E.G. Gulardo dan M.A. Palo. The Nata Organism Cultural Requirement, Characteristic and Identity. Philipine J. of Sci. 96 (2) : , Pudjiastuti, L. Produksi Bersih. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta, Theodula K.A.M.S. The Productin of Nata from Coconut Water. Philipines, United Nations Environment Programme (UNEP). Cleaner Production Assessment in Dairy Processing. UNEP Publications. /index.html, United States Agency for International Development (USAID). Panduan Pengintegrasian Produksi Bersih ke dalam Penyusunan Program Kegiatan Pembangunan Depperindag. Jakarta. Di dalam Suartama, P. W. Adi. Mempelajari Penerapan Produksi Bersih dan Penanganan Limbah di PT. Great Giant Pineaple Company, Lampung Tengah. Laporan Praktek Lapang. Fateta IPB. Bogor, Warisno. Mudah dan Praktis Membuat Nata de Coco. Agromedia Pustaka. Jakarta,

Rini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3

Rini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3 PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG 1 Rini Hakimi 2, Vonny Indah Mutiara 2, Daddy Budiman 3 ABSTRACT This applied research was conducted in several

Lebih terperinci

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) ABSTRAK

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) ABSTRAK PENERAPAN PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION) PADA INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA PADANG (IPTEKS) Oleh : Rini Hakimi 1), Vonny Indah Mutiara 1), Daddy Budiman 2) 1) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR

IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR 5.1. Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina yang dibawa ke Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian tentang penerapan produksi bersih pada agroindustri nata de coco ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Abdimas Unwahas, Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 ISSN 2541-1608 PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih 1*, Farikha Maharani 1,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR (Borassus flabellifer) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANISA INDRIANA TRI HASTUTI A 420 100 062 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan aktivitas industri dan pola hidup masyarakat modern memberikan dampak terhadap meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam konsumsi produk barang dan jasa.

Lebih terperinci

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat 6 AgroinovasI PRODUKSI NATA DE CASSAVA DENGAN SUBSTRAT LIMBAH CAIR TAPIOKA Nata de Cassava adalah jenis makanan pencuci mulut berbentuk gel, berwarna putih agak transparan, memiliki tekstur kenyal terbuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava AgroinovasI 11 Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava Nata de Cassava merupakan makanan pencuci mulut (desert) banyak mengandung serat, mengandung selulosa

Lebih terperinci

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Pembuatan minyak kelapa Nama : Aditya krisnapati Nim : 11.01.2900 Kelas : D3TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 I. ABSTRAK Dengan berbagai kemajuan yang telah diperoleh dari produk

Lebih terperinci

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao TANAMAN PERKEBUNAN Kelapa Melinjo Kakao 1. KELAPA Di Sumatera Barat di tanam 3 (tiga) jenis varietas kelapa, yaitu (a) kelapa dalam, (b) kelapa genyah, (c) kelapa hibrida. Masing-masing mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA Doddy A. Darmajana Balai Pengembangan

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellules, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acotobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen.penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI

I b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI Artikel Ilmiah IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) I b M KELOMPOK PRODUSEN TAHU DI KECAMATAN WONOSARI Oleh Diana Holidah, S.F., Apt., M.Farm (0021127801) Fransiska Maria C., S.Farm., Apt. (0006048405) Dibiayai

Lebih terperinci

PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO

PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO Alwani Hamad 1 *, Regawa Bayu Pamungkas 1, Endar Puspawiningtyas 1 1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA NATA DE COCO

ANALISIS USAHA NATA DE COCO KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANALISIS USAHA NATA DE COCO ZUZA BAIHAQI PRIYANTO S1.Si.2J (10.12.5069 ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak

PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA. Bab I Pendahuluan. Abstrak Nama :Rhizky Eva Marisda NIM :10.11.4462 Kelas : S1TI-2L PELUANG BISNIS MELALUI NATA DE CASSAVA Bab I Pendahuluan Abstrak Peluang bisnis yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik

Lebih terperinci

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dalam prosesnya menjadi produk. Kegiatan tersebut dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. alam dalam prosesnya menjadi produk. Kegiatan tersebut dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan manusia terhadap makanan ringan menjadikan semakin berkembangnya industri baik industri skala besar maupun industri skala kecil dan menengah yang

Lebih terperinci

PRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN

PRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren PRODUKSI NATA PINNATA DARI NIRA AREN Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. P. Kemerdekaan Km 16 Makassar, Sulawesi Selatan, 90243 Telp. (0411) 554049,

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari sumber daya manusia tentang perkembangan sektor industri di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan alam berupa potensi buah-buahan yang sangat besar. Hal itu menjadi faktor yang menguntungkan bagi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk pasar yang sama. Industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP. Mulai. Membuat struktur hirarki

Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP. Mulai. Membuat struktur hirarki LAMPIRAN Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP Mulai - Studi Literatur - Pendapat Pakar Membuat struktur hirarki Pendapat Pakar Menentukan penilaian perbandingan berpasangan untuk setiap elemen pada

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH DAN SIAP-SANTAP

PERENCANAAN PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH DAN SIAP-SANTAP PERENCANAAN PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH DAN SIAP-SANTAP ebookpangan.com 2006 I. MENGENAL NATA DE COCO A. Asal dan Bahan Nata de Coco Teknologi pengolahan nata de coco (sari kelapa) berasal dari Filipina.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki nutrisi yang lebih komplek dibandingkan dengan beras. Jagung sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada semester genap kalendar akademik tahun 2010-2011 Universtias Lampung. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO Pengaruh Yanti, N.A, Penambahan et. al., Biowallacea, Gula dan Vol. Nitrogen 4 (1), pada Hal : Produksi 541-546, Nata April, De 2017 Coco 541 PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA : SAEPULOH KELAS : S1 TI 2D N.I.M : 10.11.3793 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong

Lebih terperinci

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Agro inovasi Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko

PETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko PETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP 2017-2018 Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2018 DAFTAR

Lebih terperinci

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. Libe Bumi Abadi yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 2005 adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang budi daya, industri pengolahan, pemasaran produk industri siap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS Disusun Oleh : Harisda Gresika Fitriati Vigisha Laudia Harning I8310037 I8310065 JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU INDUSTRI NATA DE COCO RAMAH LINGKUNGAN

ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU INDUSTRI NATA DE COCO RAMAH LINGKUNGAN Analisis Penerapan Produksi Bersih Menuju Industri Nata De Coco... (Melia Ariyanti, dkk) ANALISIS PENERAPAN PRODUKSI BERSIH MENUJU INDUSTRI NATA DE COCO RAMAH LINGKUNGAN ANALYSIS OF CLEANER PRODUCTION

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan atau. maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang dibutuhkan setiap waktu sehingga harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tentu sudah tidak asing lagi dengan produk olahan nata. Nata berasal dari Filiphina untuk menyebut suatu pertumbuhan menyerupai gel (agar-agar) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (cocos nucifera L) merupakan tanaman serbaguna, baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa (cocos nucifera L) bisa

Lebih terperinci

Bioselulosa Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Edible Film

Bioselulosa Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Edible Film Bioselulosa Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Edible Film Setiap tahun sekitar 150 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia dan sebagian besar menyebabkan polusi lingkungan, karena tidak dapat terdegradasi

Lebih terperinci

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN KERUPUK UDANG ATAU IKAN 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEMBUATAN ABON MANDAI SEBAGAI ALTERNATIF TAMBAHAN PENDAPATAN MASYARAKAT Uswatun Chasanah dan Hikma Ellya Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur hikmapolihasnur@gmail.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Bersih Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh : LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya Oleh : VIVIT NILASARI RINTHA AMELIA LUTHFIYAH NUR SAFITRI VINA AULIA P1337431214018 P1337431214023 P1337431214024 P1337431214033 Prodi D4 GIZI Politeknik

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA TRADISIONAL DENGAN PERLAKUAN SUHU AIR YANG BERBEDA

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA TRADISIONAL DENGAN PERLAKUAN SUHU AIR YANG BERBEDA PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA TRADISIONAL DENGAN PERLAKUAN SUHU AIR YANG BERBEDA ODIH SETIAWAN DAN RUSKANDI Loka Penelitian Tanaman Sela Perkebunan, Jln. Raya Pakuwon km 2. Parungkuda Sukabumi 43357 RINGKASAN

Lebih terperinci

ASPEK KETEKNIKAN DALAM PROSES PRODUKSI NATA DE COCO DI PT KARA SANTAN PERTAMA, GUNUNG PUTRI-BOGOR, JAWA BARAT

ASPEK KETEKNIKAN DALAM PROSES PRODUKSI NATA DE COCO DI PT KARA SANTAN PERTAMA, GUNUNG PUTRI-BOGOR, JAWA BARAT SELAMAT DATANG ASPEK KETEKNIKAN DALAM PROSES PRODUKSI NATA DE COCO DI PT KARA SANTAN PERTAMA, GUNUNG PUTRI-BOGOR, JAWA BARAT Oleh: Gytha Nafisah Sukara F14103102 Di bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Hadi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci