IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lembaga Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Sejarah terbentuknya BPK diawali dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (5) yang menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Memenuhi amanat konstitusi tersebut, BPK dibentuk pada tanggal 1 Januari 1947, dengan kedudukan sementara di kota Magelang. Selanjutnya, berdasarkan Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948, tempat kedudukan BPK dipindahkan ke Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia, BPK juga mengalami beberapa perubahan, baik dalam hal administrasi maupun sistem legislasi. Dalam era reformasi saat ini, BPK telah mendapatkan dukungan konstitusional yang sangat kuat sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara. Kedudukan, peran, dan fungsi BPK diperkuat juga dengan amandemen ketiga UUD 1945, bab VIII A, pasal 23E, 23F, dan 23G yang menyatakan sebagai berikut: Pasal 23 E Ayat (1): Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Ayat (2): Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. 42

2 43 Ayat (3): Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Pasal 23 F Ayat (1): Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. Ayat (2): Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 23G Ayat (1): Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Ayat (2): Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeniksa Keuangan diatur dengan undang-undang Visi, Misi dan Tujuan Strategis Visi BPK RI yaitu menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi dari BPK yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan. Badan pemeriksa Keuangan yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memiliki beberapa tujuan strategis antara lain: 1. Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional. BPK mengedepankan nilai-nilai independensi dan profesionalisme dalam semua aspek tugasnya menuju terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.

3 44 2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. 3. Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berkekuatan hukum mengikat, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetakan standar yang efektif, mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan sistem pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi kepada pemilik kepentingan dan menilai efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan Kedudukan dan Organisasi Pelaksanaan BPK RI BPK RI menurut UU nomor 15 tahun 2006, pasal 3 adalah BPK adalah (1) BPK berkedudukan di Ibukota Negara; (2) BPK memiliki perwakilan di setiap provinsi; (3) pembentukan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. BPK RI menurut UUD 1945, Pasal 23 G, ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

4 45 Organisasi pelaksanaan BPK RI ditetapkan dalam Surat Keputusan Ketua BPK RI Nomor 23/S/I-VIII.3/6/2006 Tanggal 07 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Organisasi Pelaksanaan BPK RI terdiri atas Sekretariat Jendral, Inspektorat Utama Perencanaan Analisa, Evaluasi dan Pelaporan (Irutama Renalev), Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus (Irutama Wasinsus), Auditama Keuangan Negara I s.d VII dan Perwakilan BPK Daerah. Kantor perwakilan yang ditetapkan untuk dibentuk sesuai dengan SK tersebut berjumlah Karakteristik Responden Bagian ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dalam penelitian ini yaitu pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang berlokasi di Jakarta dengan jabatan Auditor. Jabatan sebagai auditor BPK merupakan suatu jabatan fungsional. Jabatan Fungsional Pemeriksa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh Pemeriksa Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPK. Karakterisitik yang dimiliki oleh auditor BPK mampu mempengaruhi hasil dari persepsi kompetensi dan kinerja mereka masing-masing, namun pada penelitian ini, hanya dibatasi dalam mengetahui hubungan antara karakteristik auditor BPK dengan hasil dari kompetensi dan kinerja yang telah mereka hasilkan. Total keseluruhan pegawai yang diteliti adalah sebanyak 90 pegawai. Jumlah tersebut merupakan jumlah total pegawai yang diberikan kuesioner untuk penelitian sebagai perwakilan dari popuplasi auditor yang ada di BPK pusat. Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang akan dianalisa secara deskriptif meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, lama pengalaman kerja di bidang audit sampai saat ini, jenjang jabatan dan keluarga jabatan pemeriksa.

5 46 Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah (Orang) % , ,9 > ,3 Total Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa usia responden dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 11 persen, usia sebanyak 33 atau sebesar 36,7 persen, usia sebanyak 35 atau sebesar 38,9 persen dan usia di atas 35 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 13,3 persen. Simpulan dari data karakteristik berdasarkan usia auditor BPK, sebagian besar adalah berusia tahun. Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan tugas audit, harus memiliki pengalaman audit yang tinggi dan hasil yang baik yang biasanya diposisikan sebagai ketua tim dalam melaksanakan audit suatu entitas tertentu. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki laki sebanyak 62 orang atau sebesar 68,9 persen dan perempuan sebanyak 28 atau sebesar 31,1 persen. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah auditor laki laki lebih banyak dibandingkan dengan auditor perempuan, hal tersebut dikarenakan mobilitas tinggi yang diperlukan oleh seorang anggota auditor dalam melakukan tugas audit. Tugas audit tersebut sering kali membutuhkan waktu berhari-hari yang dilakukan menyebar di seluruh Indonesia, sehingga lebih diperlukan laki laki untuk dapat melakukan tugas tugas jauh dalam waktu yang relatif lama. Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Pendidian Formal Jumlah (orang) % Pendidikan PraSarjana (setingkat D3) 0 0 Pendidikan Sarjana (S1) 52 57,8 Diploma IV 8 8,9 Pendidikan S ,3 Pendidikan doktor (S3) 0 0 Total Data dari Tabel 10 menyajikan informasi mengenai pendidikan formal yang dimiliki auditor BPK. Dapat dilihat bahwa responden dengan

6 47 pendidikan prasarjana (setingkat D3) tidak ada, pendidikan sarjana (S1) sebanyak 52 orang atau sebesar 57,8 persen, Diploma IV sebanyak 8 orang atau 8,9 persen, Pendidikan S2 sebanyak 30 orang atau sebesar 33,3 persen dan pendidikan doktor (S3) tidak ada. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 4 Dapat disimpulkan bahwa auditor BPK yang memiliki pendidikan sarjana (S1) pada posisi auditor, memiliki jumlah terbanyak. Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Bidang Audit Lama pengalaman kerja di bidang Jumlah (Orang) % audit (tahun) < , ,9 > ,5 Total Berdasarkan Tabel 10 di atas, jumlah responden dengan lama pengalaman kerja di bidang audit kurang dari 5 tahun sebanyak 32 orang atau sebesar 35,6 persen, pengalaman kerja di bidang audit antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 44 orang atau 48,9 persen dan pengalaman kerja di bidang audit lebih dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 15,5 persen. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki lama pengalaman kerja di bidang audit berada di antara 5 10 tahun. Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Jabatan BPK Jenjang Jabatan BPK Jumlah (orang) % Auditor Ahli Pratama 69 76,7 Auditor Ahli Muda 16 17,8 Auditor Ahli Madya 3 3,3 Auditor Ahli Utama 0 0 Auditor Terampil Pratama 1 1,1 Auditor Terampil Muda 1 1,1 Auditor Terampil Pemula 0 0 Total Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama sebanyak 69 orang atau sebesar 76,7 persen, auditor ahli muda sebanyak 16 orang atau sebesar17,8 persen, auditor ahli madya sebanyak 3 orang atau sebesar 3,3 persen, auditor terampil pratama dan auditor terampil muda masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 1,1 persen dan untuk jenjang jabatan auditor ahli utama

7 48 dengan auditor terampil pemula tidak ada. Data yang telah didapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama. Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga Jabatan Pemeriksa Keluarga Jabatan Pemeriksa Jumlah (orang) % Pemeriksa Fungsional Pemeriksa Struktural Anggota Tim Yunior 76 84,4 Anggota Tim Senior 14 15,6 Ketua Tim Yunior 0 0 Ketua Tim Senior 0 0 Pengendali Teknis 0 0 Pengendali Mutu 0 0 Kepala Seksi 0 0 Kepala Sub Auditorat 0 0 Kepala Auditorat 0 0 Total Berdasarkan Tabel 12, didapat bahwa responden yang berada di keluarga jabatan pemeriksa fungsional sebagai anggotan tim yunior sebanyak 76 orang atau sebesar 84,4 persen, anggota tim senior sebanyak 14 orang atau 15,6 persen, ketua tim yunior, ketua tim senior, pengendali teknis dan pengendali mutu tidak ada. Keluarga jabatan pemeriksa struktural sebagai kepala seksi, kepala sub auditorat dan kepala auditorat tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK berada pada keluarga pemeriksa fungsional sebagai anggota tim yunior Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Uji Validitas Pada awal penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang untuk dilakukan uji validitas terhadap butir pertanyaan atau pernyataan kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jumlah keseluruhan dari pernyataan yang diajukan pada kuesioner yaitu berjumlah 50 butir pernyatan pada variabel kompetensi yang dibagi dalam kompetensi perilaku sebanyak 30 butir pertanyaan dan kompetensi teknis sebanyak 20 butir pertanyaan. Selanjutnya, variabel kinerja memiliki 25 pernyataan (Lampiran 3). Setelah dilakukan uji validitas menggunakan SPSS 16.0, hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagian besar dari pernyataan valid, namun terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid, yaitu

8 49 pada variabel kompetensi bagian kompetensi perilaku pada poin nomer 7 dalam efektifitas individu dan pada variabel kinerja bagian pemeriksaan poin 7 dan pemeriksaan profesi poin 9. Nilai validitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pernyataan yang tidak valid perlu dilakukan perubahan pada kata-kata dalam pertanyaan atau pernyataan tersebut, agar dapat dimengerti oleh responden, karena biasanya ketidak validan terhadap butir pertanyaan atau pernyataan tersebut dikarenakan pertanyaan yang bias sehingga tidak dapat dimengerti oleh responden Hasil Uji Reliabilitas Hasil perhitungan dapat dilihat dari nilai Cronbach s Alpha dengan hasil 0,966, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang disebarkan menunjukan sudah realibel. Maka nilai perhitungan tersebut telah dalam keadaan yang sempurna (excellent), sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian dan hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran Hasil Uji Analisis dan Skor Rataan Badan Pemeriksa Keuangan perlu menempatkan pegawai dalam jabatan auditor dengan sumber daya yang cakap, terampil dan memenuhi persyaratan untuk melakukan fungsi audit, karena pada dasarnya, fungsi auditor dengan fungsi bagian kerja lainnya di BPK, memiliki persyaratan dan standar kompetensi yang berbeda sesuai bidang tugasnya masingmasing. Bagian auditor memang memiliki standar kompetensi khusus yang harus dimiliki, karena mereka harus melakukan kegiatan investigasi, penelusuran serta pelaporan keuangan, kinerja dan lainnya terhadap suatu entitas tertentu. Oleh karena itu, untuk melakukan fungsi audit, auditor perlu memiliki standar kompetensi yang sesuai seperti kompetensi perilaku dan teknis dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi khusus yang harus dimiliki auditor dalam melakukan pekerjaannya bertujuan untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, karena dengan hasil kinerja yang maksimal dapat memenuhi visi, misi dan tujuan

9 50 yang ditetapkan oleh BPK dengan tujuan akhir untuk menuju Indonesia yang lebih baik dalam hal keuangan Persepsi Terhadap Kompetensi 1. Kompetensi Perilaku Kompetensi Perilaku yang merupakan seperangkat pola perilaku yang diperlukan oleh auditor pegawai BPK untuk dipraktekkan pada suatu posisi tertentu. Kompetensi ini diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif, dan efisien. Hasil perhitungan persepsi auditor terhadap variabel kompetensi perilaku beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 13 sampai Tabel 17 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa auditor BPK telah memiliki intelektual individu yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai skor rataan yang didapatkan berdasarkan pernyataan yang ada yaitu sebesar 3,92. Dengan demikian, tugas audit dapat diselesaikan dengan baik, karena auditor memiliki intelektual individu yang mendukung dalam melakukan pekerjaannya. Tabel 13. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Intelektual Individu No. Pernyataan Jawaban Rataan Keterangan 1. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam audit. 2. Menguraikan masalah yang dihadapi, sehingga dapat mengidentifikasikan akar permasalahan atau implikasi yang dapat ditimbulkan. 3. Memahami situasi atau masalah dimulai dari mengidentifikasi pola atau hubungan dan permasalahan utama yang mendasar. 4. Saya mampu berpikir dengan cara yang baru. 5. Saya mampu bertindak dengan cara yang baru. SS S CS TS STS ,13 Baik ,02 Baik ,91 Baik ,85 Baik ,70 Baik Total Rataan 3,92 Baik

10 51 Unsur-unsur Intelektual individu tersebut menjelaskan waktu dan usaha maksimal yang digunakan auditor dalam mencari informasi lebih terkini guna mendukung suatu pekerjaan (audit) saat ini maupun di masa mendatang, auditor dapat menguraikan dengan baik mengenai suatu masalah dan/atau melihat akar penyebab dari suatu masalah, auditor dapat melihat pola dalam suatu kondisi yang selanjutnya menggabungkan beberapa bagian menjadi satu-kesatuan, auditor memiliki visi BPK jangka pendek maupun jangka panjang dan auditor mampu memperkenalkan atau menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu (thinking out-of-the box). Tabel 14. Persepsi Terhadap Efektivitas Individu No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Bekerja dengan lebih baik atau melebihi standar kinerja 2. Mampu menyikapi perubahan secara positif 3. Membantu orang lain agar mampu beradaptasi dengan perubahan. 4. Bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan etika kerja yang berlaku. 5. Saya mampu bersikap netral atau tidak berpihak dalam menyelesaikan sebuah masalah. 6. Menghindari benturan kepentingan. 7. Mengambil tindakan atas masalah yang terjadi secara proaktif tanpa menunggu instruksi. 8. Memahami pihak internal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi. 9. Memahami pihak eksternal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi SS S CS TS STS ,98 Baik ,09 Baik ,84 Baik ,19 Baik ,17 Baik ,72 Baik ,89 Baik ,07 Baik ,88 Baik Total Rataan 3,98 Baik

11 52 Pada Tabel 14 menjelaskan bahwa auditor BPK telah efektif dalam melakukan tugasnya seperti yang dilihat dari hasil total rataan efektivitas individunya sebesar 3,98 yang dapat dikatakan dalam kondisi yang baik. Efektivitas yang dimiliki oleh auditor BPK dapat digunakan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh BPK. Unsur-unsur yang terdapat dalam efektivitas individu tersebut menjelaskan auditor telah mencapai atau bahkan melebihi sasaran yang ditetapkan termasuk melakukan perhitungan resiko yang perlu diambil dalam mencapaian tersebut, auditor mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam BPK dan bisa menjadi fasilitator bagi perubahan di dalam BPK, auditor telah memiliki ketegasan dengan tetap memegang prinsip transparansi dalam bertindak dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, auditor telah bertindak secara objektif dan tidak berpihak sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai, auditor telah berfikir dan bertindak untuk mengidentifikasi kesempatan dan mengantisipasi masalah dan auditor mampu memahami dan mempelajari kondisi organisasi secara internal maupun eksternal dengan baik dan menunjukkan komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan BPK. Hasil yang menjelaskan mengenai kondisi pengelolaan tugas oleh auditor BPK dapat dilihat dari Tabel 15. Pengelolaan tugas audit telah dilakukan dengan baik oleh auditor BPK. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai total rataan yang dihasilkan yaitu sebesar 3,73. Dengan pengelolaan tugas yang baik, maka kegiatan pemeriksaan akan berjalan dengan baik dan lancar serta akan menghasilkan laporan pemeriksaan yang baik dan benar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut.

12 53 Tabel 15. Persepsi Terhadap Pengelolaan Tugas No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Menyusun rencana kerja jangka pendek dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. 2. Menyusun rencana kerja jangka panjang dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. 3. Melaksanakan pekerjaan secara teratur dengan cara mengawasi pekerjaan. 4. Meninjau ulang pekerjaan atau informasi. 5. Membuat suatu sistem pemeriksaan sendiri. SS S CS TS STS ,83 Baik ,70 Baik ,81 Baik ,84 Baik ,48 Baik Total Rataan 3,73 Baik Unsur-unsur dalam pengelolaan tugas tersebut menjelaskan rencana kerja telah dibuat dengan baik, tingginya tingkat pelibatan orang lain dalam melaksanakan rencana pekerjaannya dan lingkup kerja yang dimonitor dengan baik oleh auditor dan tingkat kepeduliannya yang tinggi terhadap akurasi hasil pekerjaannya. Berdasarkan Tabel 16 dapat dikemukakan bahwa auditor BPK sudah mampu bekerja dengan orang lain secara baik, karena pada dasarnya dalam melakukan pemeriksaan harus melakukannya secara tim atau bekerja sama dengan orang lain. Kerjasama yang baik dengan orang lain akan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan karena dapat berbagi tugas dan dapat lebih teliti karena mereka bisa mendiskusikan satu sama lain. Dengan kemampuan bekerjasama tersebut, pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan dengan waktu yang singkat.

13 54 Tabel 16. Persepsi Terhadap Bekerja dengan Orang Lain No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan SS S CS TS STS 1. Mengetahui dan ,17 Cukup Baik memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. 2. Mengetahui dan ,04 Cukup Baik memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. 3. Mengetahui dan ,02 Cukup Baik memahami masalah orang lain yang tidak terucap secara langsung. 4. Berupaya untuk ,03 Baik membina, menjaga, dan mendayagunakan hubungan atau jaringan kontak yang luas. 5. Bekerjasama dalam ,94 Baik tim/kelompok kerja/unit lain di BPK. 6. Membantu atau melayani orang lain ,84 Baik Total Rataan 3,51 Baik Bekerja dengan orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang menjelaskan auditor menyadari dengan baik apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, auditor mampu memperluas network dengan baik, menjaga hubungan baik serta mendayagunakan jaringan/hubungan yang luas untuk mencapai suatu tujuan saat ini maupun dimasa mendatang, auditor dapat bekerjasama dengan baik serta saling mendukung dalam meningkatkan kinerja tim atau kelompoknya dan auditor memahami dan mengambil tindakan dalam memenuhi keinginan pelanggan. Pada Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa auditor BPK mampu bekerja melalui orang lain dengan hasil yang dapat dilihat yaitu sebesar 3,84. Bekerja melalui orang lain sangat diperlukan dalam melakukan tugas pemeriksaan karena dengan hal tersebut, seseorang yang kurang mengerti dalam melakukan tugas akan dibantu dengan orang lainnya yang lebih paham sehingga tugas dapat terselesaikan dengan baik. Dengan adanya seseorang yang

14 55 lebih mengerti dalam melakukan tugas pemeriksaan, dia dapat membantu orang lain. Tabel 17. Persepsi Terhadap Bekerja Melalui Orang Lain No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Bertindak untuk mempengaruhi atau membuat orang lain percaya. 2. Bertindak sebagai pemimpin kelompok. 3. Berperan sebagai pemimpin kelompok. 4. Mendorong proses belajar orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. 5. Mengembangkan kapabilitas orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. SS S CS TS STS ,93 Baik ,91 Baik ,56 Baik ,81 Baik ,99 Baik Total Rataan 3,84 Baik Bekerja melalui orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan mengenai auditor sudah menggunakan keahliannya dengan baik dalam mempengaruhi opini/pendapat orang lain, auditor mampu membawa kelompoknya bekerja dengan efektif dan harmonis serta auditor membantu orang lain dengan baik dalam mengembangkan diri dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Kompetensi Teknis Kompetensi teknis yang merupakan pengetahuan serta keterampilan pemeriksaan yang harus dimiliki oleh auditor BPK dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemeriksaan secara profesional, efektif dan efisien. Dengan kompetensi teknis ini pula, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemeriksaan menjadi lebih terintegrasi. Auditor BPK diharapkan lebih perduli terhadap tuntutan kompetensi yang harus dimiliki dan dipenuhi dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan agar tercapainya Rencana Strategis BPK Hasil persepsi kompetensi teknis

15 56 beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 18 sampai Tabel 21. Kompetensi dalam pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara merupakan kompetensi yang dibutuhkan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan keuangan Negara serta aspek hukum yang meliputinya. Hal tersebut karena, kompetensi ini meliputi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan. Dari Tabel 19, dapat dinyatakan bahwa auditor telah memiliki kompetensi yang baik terhadap pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara. Tabel 18. Persepsi Terhadap Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mengetahui mekanisme kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. 2. Terampil dalam melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. 3. Mengetahui aspek hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. 4. Terampil dalam melakukan pemeriksaan atas aspek hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. SS S CS TS STS ,09 Baik ,08 Baik ,88 Baik ,98 Baik Total Rataan 4,01 Baik Unsur-unsur dalam kompetensi pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara menjelaskan kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas tata kelola keuangan Negara (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban). Selanjutnya, menjelaskan baiknya kemampuan yang dimiliki auditor untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas

16 57 bukti-bukti/temuan/simpulan dari pemeriksaan, berdasarkan produk-produk hukum terkait pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 19, dapat dijelaskan bahwa auditor telah memiliki kompetensi terhadap entitas pemeriksa yang baik, artinya auditor telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas entitas yang diperiksa. Kompetensi ini memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan bahwa auditor memiliki kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisi serta mengevaluasi proses bisnis suatu entitas pemeriksaan dan auditor memiliki kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian internal entitas pemeriksaan. Tabel 19. Persepsi Terhadap Entitas Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan SS S CS TS STS 1. Mengetahui proses bisnis suatu entitas ,02 Baik yang diperiksa. 2. Terampil dalam melaksanakan pemeriksaan mengenai proses bisnis suatu entitas yang diperiksa. 3. Mengetahui sistem pengendalian internal suatu entitas yang diperiksa. 4. Terampil dalam melaksanakan pemeriksaan mengenai sistem pengendalian internal suatu enitas yang diperiksa ,20 Sangat Baik ,14 Baik ,89 Baik Total Rataan 4,06 Baik Teknik dalam pemeriksaan meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan auditor untuk memperoleh, memproses, serta mendokumentasikan data pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa auditor menjalankan teknik pemeriksaan dengan baik seperti yang dapat

17 58 dilihat dari perolehan total rataan teknik pemeriksaan sebesar 4,07. Unsur-unsur yang terdapat dalam kompetensi yang menjelaskan mengenai kemampuan dalam teknik pemeriksaan adalah auditor mampu dalam menyiapkan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. Selain itu, menjelaskan bahwa auditor mampu mengolah data pemeriksaan sehingga memperoleh informasi yang berguna, mampu membuat kesimpulan dan mendukung dalam pengambilan keputusan. Terakhir, unsur-unsur tersebut menjelaskan bahwa auditor mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan simpulan yang dibuat sehubungan dengan pemeriksaan. Tabel 20. Persepsi Terhadap Teknik Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mampu menyiapkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. 2. Mampu mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. 3. Mampu melakukan pengolahan data pemeriksaan. 4. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan 5. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai pengujian pemeriksaan. 6. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai informasi yang diperoleh sehubungan dengan pemeriksan. 7. Mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai simpulan sehubungan dengan pemeriksaan. SS S CS TS STS ,13 Baik ,01 Baik ,20 Sangat Baik ,09 Baik ,03 Baik ,04 Baik ,03 Baik Total Rataan 4,07 Baik

18 59 Berdasarkan Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa auditor BPK telah baik dalam melaksanakan komunikasi dalam pemeriksaan, seperti hasil yang didapatkan dari total rataan sebesar 4,05. Kompetensi komunikasi dalam pemeriksaan merupakan kompetensi yang dibutuhkan pemeriksa untuk dapat menyampaikan informasi mengenai pemeriksaan kepada entitas terperiksa selama pemeriksaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (DPR, BPKP, Inspektorat Jendral, dll). Tabel 21. Persepsi Terhadap Komunikasi dalam Pemeriksaan No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Mampu menyampaikan informasi terkait pemeriksaan secara jelas kepada entitas terperiksa. 2. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara objektif oleh pihak yang dituju. 3. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara akurat oleh pihak yang dituju. 4. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara jelas oleh pihak yang dituju. 5. Mampu menyajikan hasil pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis yang mudah dipahami pihak yang dituju. SS S CS TS STS ,10 Baik ,97 Baik ,02 Baik ,07 Baik ,10 Baik Total Rataan 4,05 Baik Unsur-unsur yang terdapat dalam kompetensi komunikasi dalam pemeriksaan menjelaskan bahwa auditor telah memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan menjelaskan informasi terkait pemeriksaan secara ringkas, jelas dan fokus dengan didukung oleh alat bantu serta mendapat perhatian penuh dari audiens, auditor mampu menyajikan hasil pemeriksaan dalam bentuk laporan tertulis yang disampaikan secara objektif,

19 60 lengkap, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh pihak yang dituju Persepsi Terhadap Kinerja Persepsi terhadap kinerja beserta indikator-indikatornya yaitu pemeriksaan, pengembangan profesi dan faktor penunjang pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 22 sampai Tabel 24. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 22. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Pemeriksaan No. Deskripsi Pernyataan tentang Pemeriksaan 1. Melakukan penyusunan rencana Kerja Pemeriksaan (RKP). 2. Melakukan Perencanaan pemeriksaan. 3. Melaksanakan pemeriksaan. 4. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan. 5. Melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. 6. Melakukan evaluasi pemeriksaan. 7. Melaksanakan pemantauan kerugian Negara/daerah. Jawaban Responden Skor Rataan Keterangan SL SR K P TP ,31 Cukup Baik ,44 Baik ,93 Baik ,10 Baik ,91 Baik ,00 Baik ,82 Cukup Baik Total Rataan 3,64 Baik Pada Tabel 22 dapat dikatakan bahwa auditor BPK telah melakukan pemeriksaan dengan baik, hal tersebut karena merupakan suatu keharusan untuk menciptakan transparansi terhadap keuangan Negara serta kinerja karyawan atau pegawai terhadap suatu entitas tertentu, agar Indonesia berjalan kearah yang lebih baik lagi terhadap keuangan. Untuk itu, auditor harus mampu bekerja dengan sungguhsungguh baik dalam melakukan perencanaan, pemeriksaan, pelaporan maupun tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 23, dapat dikatakan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan pengembangan profesi, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 1,89. Hal tersebut dikarenakan para auditor tidak memiliki banyak waktu dalam melakukan pengembangan profesi. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh

20 61 auditor, dihabiskan untuk melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hanya beberapa auditor yang memanfaatkan sedikit waktu mereka untuk melakukan pengembangan profesi tersebut, dan hal tersebut tidak bisa sering dilakukan. Tabel 23. Persepsi Terhadap Pengembangan Profesi No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang pemeriksaan. 2. Melakukan penerjemahan/penyadura n buku. 3. Melakukan bimbingan bagi pemeriksa dibawah jenjang jabatan/tutorial profesi. 4. Mengikuti program magang pada Lembaga Pemeriksaan setingkat BPK. 5. Melakukan pelatihan di kantor sendiri (on the job Training). 6. Mengikuti kegiatan pemaparan draft/pedoman/modul/fat wa yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. 7. Berpartisipasi dalam pengembangan pedoman pemeriksaan. 8. Mengikuti bimbingan teknis terkait tugas pemeriksaan. 9. Memaparkan hasil diklat/studi banding terkait dengan transfer of knowledge secara internal. SL SR K P TP ,26 Sangat Tidak Baik ,20 Sangat Tidak Baik ,28 Sangat Tidak Baik ,26 Sangat Tidak Baik ,13 Cukup Baik ,09 Cukup Baik ,21 Sangat Tidak Baik ,38 Cukup Baik ,23 Sangat Tidak Baik Total Rataan 1,89 Tidak Baik Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan kegiatan yang mampu menunjang profesinya, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 2,43. Hal tersebut dikarenakan para auditor menghabiskan sebagian besar waktu yang dimilikinya dalam melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya

21 62 memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Para auditor lebih fokus dalam melakukan kegiatan utamanya yaitu dalam hal pemeriksaan dibandingkan dengan melakukan kegiatan penunjangnya dan untuk beberapa auditor, belum memiliki kemampuan yang sesuai dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga mereka tidak pernah melakukannya. Tabel 24. Persepsi Terhadap Penunjang Profesi No. Pernyataan Jawaban Responden Rataan Keterangan 1. Menjadi panitia dalam pengembangan pemeriksaan. 2. Menjadi anggota dalam tim penilai jabatan pemeriksa. 3. Menjadi anggota aktif dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. 4. Berperan serta dalam seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan. 5. Melakukan penyusunan/pemutakhira n Database Entitas Pemeriksa (DEP). 6. Merevieu Database Entitas Pemeriksa (DEP). 7. Melakukan penelaahan hasil pengaduan masyarakat. 8. Melakukan penyiapan bahan dan/atau pemberian keterangan ahli dalam peradilan khusus tindak pidana dan/atau kerugian negara yang berkaitan dengan pemeriksaan. 9. Membuat laporan berkala. SL SR K P TP ,46 Tidak Baik ,16 Sangat Tidak baik ,64 Cukup Baik ,48 Baik ,21 Sangat Tidak baik ,23 Sangat Tidak baik ,96 Cukup Baik ,39 Cukup Baik ,37 Cukup Baik Total Rata-rata 2,43 Tidak Baik Berikut adalah tabel yang menjabarkan keseluruhan persepsi responden antara variabel kompetensi perilaku serta teknis dan kinerja beserta indikator-indikatornya sesuai masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Pada Tabel 25 dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh auditor BPK sudah baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan agar auditor dapat

22 63 melakukan pemeriksaan lebih baik lagi dari sebelumnya dan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Hasil pemeriksaan yang akurat sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadaan transparansi keuangan di Indonesia. Tabel 25. Persepsi Terhadap Kompetensi No. Kompetensi Skor Rataan Keterangan 1. Intelektual Individu 3,92 Baik 2. Efektifitas Individu 3,98 Baik 3. Pengelolaan tugas 3,73 Baik 4. Bekerja dengan orang lain 3,51 Baik 5. Bekerja melalui orang lain 3,84 Baik 6. Pengelolaan dan tanggungjawab 4,01 Baik keuangan Negara 7. Entitas pemeriksa 4,06 Baik 8. Teknik pemeriksan 4,07 Baik 9. Komunikasi dalam pemeriksaan 4,05 Baik Total 3,91 Baik 4.5. Hasil Uji Crosstab Tabel 26. Persepsi Terhadap Kinerja No. Kinerja Skor Rataan Keterangan 1. Pemeriksaan 3,64 Baik 2. Pengembangan profesi 1,89 Tidak Baik 3. Penunjang 2,43 Tidak Baik Total 2,65 Cukup Baik Pada Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor BPK dalam keadaan cukup baik. Hasil kinerja yang didapatkan tersebut diharapkan dapat ditingkatkan untuk berada dalam keadaan baik atau lebih. Kinerja yang perlu ditingkatkan yaitu pada variabel pengembangan profesi dan penunjang, karena dengan kinerja yang cukup, kurang mendukung dalam meningkatkan kondisi keuangan di Indonesia. Besarnya karakteristik penilaian pegawai terhadap variabel penelitian berdasarkan latar belakang pegawai dapat diketahui dalam bentuk crosstab antara variabel yang diteliti yaitu kompetensi dengan pendidikan,

23 64 kompetensi dengan jenis kelamin, kinerja dengan pendidikan dan kinerja dengan jenis kelamin. Uji Crosstab digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan variabel yang diteliti. Hubungan Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 27. Crosstab Kompetensi dengan Pendidikan Kompetensi Pendidikan Total Diploma IV S1 S2 Setuju berkompetensi cukup Baik 16,3% 73,5% 10,2% 100% Setuju berkompetensi baik % 39% 61% 100% Tabel 28. Chi-Square Test Kompetensi dengan Pendidikan Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio a Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan H 1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju telah memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 8 orang dengan pendidikan Diploma IV, 36 orang dengan pendidikan S1 dan 5 orang dengan pendidikan S2. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 16 orang dengan pendidikan S1 dan 25 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 28 tersebut menunjukkan p-value (0.000) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki pendidikan yang tinggi, memiliki kompetensi yang baik pula, karena dengan pendidikan tersebut, lebih banyak pembekalan yang diberikan agar auditor mampu bekerja dengan baik sesuai dengan keahliannya. Tabel 29. Crosstab Kompetensi dengan Jenis Kelamin Kompetensi Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Setuju berkompetensi cukup Baik 61,2% 38,8% 100% Setuju berkompetensi baik % 22% 100%

24 65 Tabel 30. Chi-Square Test Kompetensi dengan Jenis Kelamin Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher s Exact Test 90 N of Valid Cases Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Exact Sig. (1-sided) Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 30 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang yang memiliki jenis kelamin perempuan. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 30 tersebut menunjukkan p-value (0.086) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kompetensi yang beragam, bukan tegantung dari jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan. Tabel 31. Crosstab Kinerja dengan Pendidikan Kinerja Pendidikan Total Diploma IV S1 S2 Setuju berkinerja Baik Sangat setuju berkinerja baik % 50% 0% 100% % 58,3% 35,7% 100% Tabel 32. Chi-Square Tests Kinerja dengan Pendidikan Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio N of Valid Cases a Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan

25 66 H 1 : Ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 31 menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum pernah menghasilkan kinerja yang baik dengan pembagian 3 orang yang berpendidikan Diploma IV dan 3 orang yang berpendidikan S1. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 5 orang dengan pendidikan Diploma IV, 49 orang dengan pendidikan S1 dan 30 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 32 tersebut menunjukkan p-value (0.001) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan yang semakin tinggi dan sesuai, akan meningkatkan kinerja karena dengan pengetahuan yang didapat melalui pendidikan tersebut, dapat diterapkan auditor dalam melakukan audit yang akhirnya menghasilkan keakuratan pemeriksaan sesuai tata cara yang ada mulai dari perencanaan hingga tindak lanjutnya. Tabel 33. Crosstab Kinerja dengan Jenis Kelamin Kinerja Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Setuju berkinerja Baik 100% 0% 100% Sangat setuju berkinerja baik ,7% 33,3% 100% Tabel 34. Chi-SquareTests Kinerja dengan Jenis Kelamin Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher s Exact Test 90 N of Valid Cases Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin H 1 : Ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin Tolak H 0 jika p-value < alpha (α=5%) Exact Sig. (1-sided) Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum menghasilkan kinerja yang baik dengan yang

26 67 seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 34 tersebut menunjukkan p-value (0.088) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kinerja tersendiri bukan berdasaran jenis kelamin Analisis Hubungan Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi dan Kinerja Auditor BPK Hubungan antara kompetensi dengan usia, kompetensi dengan lama kerja, kinerja dengan usia dan kinerja dengan lama kerja dapat dianalisis menggunakan korelasi rank spearman. Data dalam menggunakan korelasi ini didapat melalui survey terhadap auditor BPK yaitu dengan isian usia mereka saat ini dan lama mereka bekerja dibidang audit sampai tahun Setelah itu usia dalam lama mereka bekerja dimasukan dalam suatu kategori rentang nilai tertentu untuk dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian sebagai berikut: 1. Usia dan lama kerja dengan kompetensi H 0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. H 1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. Tabel 35. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi Auditor BPK Variabel Kompetensi Usia Lama Kerja Kompetensi 1,000 Usia,823** 1,000 Lama Kerja,801**,966** 1,000 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 35 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value sebesar 0,000 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 baik pada korelasi lama kerja dengan kompetensi maupun pada usia dengan kompetensi, yang artinya terdapat hubungan antara lama kerja dengan kompetensi dan antara usia dengan kompetensi.

27 68 Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena usia mempengaruhi seseorang dalam berfikir dan mengambil keputusan, semakin bertambah usia seseorang maka akan lebih banyak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan berdasarkan pengalamannya. Faktor lama kerja dalam bidang audit juga mampu mempengaruhi orang dalam mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mereka akan lebih banyak belajar dari pengalaman kerjanya seperti dari pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan selama bekerja. Semakin lama mereka berkerja dalam bidang audit, semakin banyak pula mereka mengetahui segala suatu yang baru dan ilmu dari kesalahan-kesalahan yang pernah didapat untuk diperbaiki kemudain hari yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan dan keterampilan mereka di bidang audit. 2. Usia dan lama kerja dengan kinerja H 0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. H 1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. Tabel 36. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Usia Lama Kerja Kinerja Usia 1,000 Lama Kerja,966** 1,000 Kinerja,367**,325** 1,000 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 36 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value sebesar 0,000 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 pada korelasi usia dengan kinerja dan nilai P_value sebesar 0,002 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 pada lama kerja dengan kinerja yang artinya terdapat hubungan yang positif antara lama kerja dengan kinerja dan antara usia dengan kinerja. Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena dengan semakin tingginya usia dan lama kerja, seseorang akan lebih banyak memiliki pengetahuan dari orang lain maupun dari pengalaman yang telah didapatkannya yang dapat digunakan dalam melakukan pekerjaannya hingga menghasilkan kinerja

28 69 yang baik. Selain itu pula, mereka akan berlomba untuk mampu menghasilkan kinerja yang baik dari tahun ke tahun yang dapat digunakan sebagai poin untuk peningkatan karir mereka atau golongan kerja mereka sebagai pegawai negeri. Hasil kinerja yang meningkat dari seseorang dalam tahun ke tahun juga dapat mereka gunakan untuk melanjutkan studi mereka di bidang pemeriksaan atau dalam sektor publik lainnya Hasil Analisis Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK Tahapan Pengukuran Korelasi Rank Spearman Data yang digunakan dalam melakukan uji korelasi Rank Spearman ini adalah data primer yang diambil menggunakan survey dengan menyebarkan kuesioner kepada para Auditor BPK. Korelasi tersebut digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih dan untuk mengetahui apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik. Dalam kuesioner terdapat 75 pertanyaan yang terdiri dari variabel kompetensi yang dibagi menjadi dua yaitu kompetensi perilaku dan kompetensi teknis dan variabel kinerja dengan pembagian sebagai berikut: 1. Variabel kompetensi perilaku terdapat 30 pertanyaan dan variabel kompetensi teknis terdapat 20 pertanyaan. 2. Variabel kinerja Auditor BPK terdiri dari 25 pertanyaan. Dua variabel tersebut dapat diketahui nilai hubungan antara keduanya dengan menggunakan nilai korelasi Rank Spearman Hasil Korelasi Rank Spearman Hasil korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kompetensi dan variabel kinerja Auditor BPK dengan langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK. H 1 : Ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK.

29 70 Tabel 37. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Kompetensi Kinerja Kompetensi 1,000 Kinerja,244** 1,000 Hasil korelasi pada Tabel 37 di atas menunjukkan bahwa nilai P_value sebesar 0,020 < nilai signifikansi α sebesar 0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel kompetensi mempunyai hubungan dengan kinerja Auditor BPK pada signifikansi 0,05 dan kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai korelasi rank spearman yaitu sebesar 0,244. Hasil perhitungan dapat pula dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kompetensi memiliki bagianbagian yang mampu untuk meningkatkan kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya dalam melakukan pemeriksaan. Hubungan antara kompetensi dengan kinerja sangat erat sekali, hal ini tampak pada hubungan dari keduanya, yaitu hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, menurut Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2007), hubungan antara kompetensi karyawan dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya ada dan kuat akurat, bahkan mereka (auditor) apabila ingin meningkatkan kinerjanya, seharusnya mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuga pekerjaannya (the right man on the right job). Oleh karenanya ia mengatakan bahwa pengelolaan sumberdaya manusia memang harus dikelola secara benar dan seksama agar tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya manusia yang optimal. Kemudian, ada beberapa tindakan manajemen yang harus dilakukan dalam proses mengelola sumber daya manusia yang meliputi beberapa proses, antara lain BPK harus mengidentifikasi dan mengembangkan kompetensi individu kearah kinerja karyawan.

30 Implikasi Manajerial Jabatan Fungsional Pemeriksa BPK disusun sesuai dengan perkembangan profesi dan tuntutan kompetensi Pemeriksa di lingkungan BPK saat ini. Segala kegiatan pembinaan karir pemeriksa diatur dalam jabatan fungsional ini. Salah satunya adalah penyelenggaraan sertifikasi peran. Penyelenggaran sertifikasi peran dalam jabatan fungsional pemeriksa ini menggunakan standar kompetensi, baik standar kompetensi perilaku maupun teknis pemeriksa, sebagai kriteria penilaian. Sistem manajemen terpadu Sumber Daya Manusia yang tertuang dalam Human Resources Management Plan BPK (HRM Plan) terdiri atas beberapa subsistem. Salah satunya adalah sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi. Sub sistem ini menggunakan kompetensi sebagai prinsip kerja utama karena kompetensi adalah serangkaian kemampuan yang terintegrasi terdiri atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap atau perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan efektif. Model kompetensi atau Standar Kompetensi adalah perangkat utama yang harus dibangun agar sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dapat bekerja dengan optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap auditor BPK, dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara usia dengan kompetensi, usia dengan kinerja, pendidikan dengan kompetensi, pendidikan dengan kinerja, lama kerja dengan kompetensi, lama kerja dengan kinerja dan kompetensi dengan kinerja. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikan yang dihasilkan dalam masing-masing perhitungan. Hal ini akan menjadi rekomendasi bagi perusahaan dalam mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja. Hasil analisis persepsi skor rataan menunjukkan kondisi kompetensi yang baik, yang artinya, auditor BPK telah memenuhi standar kompetensi yang ada di BPK dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi yang baik tersebut dikarenakan dalam menempatkan pegawai dalam posisi auditor, para pegawai harus memiliki pengetahuan khusus dibidang pemeriksaan, jika pegawai tidak memiliki pengetahuan tersebut, mereka tidak akan

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas 78 Lampiran 1. Hasil Uji Validitas II1 II2 II3 II4 II5 EI1 EI2 0,568478 0,639893 0,530041 0,618061 0,483552 0,496323 0,58625 EI3 EI4 EI5 EI6 EI7 EI8 EI9 PT1 0,454708 0,511419 0,463583 0,45185 0,343459

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Organisasi Berdasarkan pada publikasi situs Badan Pemeriksa Keuangan dijelaskan mengenai sejarah, visi, misi, dasar hukum, tujuan strategis maupun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Program pengembangan SDM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. efektifitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yaitu di Badan Pemeriksa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. efektifitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yaitu di Badan Pemeriksa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dalam menyusun skripsi ini, objek penelitian yang dipilih penulis adalah yang berkaitan dengah hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yaitu

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan pemakai laporan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Lampiran I: Daftar Kuesioner

Lampiran I: Daftar Kuesioner Lampiran I: Daftar Kuesioner PA S C A S E K O L A H S A R J A N A DAFTAR KUESIONER: PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DI INSPEKTORAT KABUPATEN TAPANULI

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum Inspektorat Provinsi Jawa Tengah Kota Semarang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah, visi misi, tugas pokok,

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Lembaga negara yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri Berkedudukan di ibukota negara Memiliki perwakilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja BPK RI Provinsi Kepulauan Riau 2012 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2006-2010 Sambutan Ketua BPK Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bertugas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

No. Jadwal penelitian

No. Jadwal penelitian LAMPIRAN 1 JADWAL PENELITIAN No. Jadwal penelitian 2016 2017 Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 1 Pengajuan Judul 2 Survey Awal 3 Bimbingan Proposal 4 Kolokium 5 Revisi Proposal 6 Penelitian 7 Bimbingan Tesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) merupakan lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Negara Republik Indonesia Nomor 4355); BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN BUPATI MUSI BANYUASIN NOMOR :2g TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum. Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Berdasarkan penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Madiun tahun anggaran 2013 diperoleh data anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) adalah lembaga tinggi negara yang di dalamnya memiliki anggota yang merupakan pejabat negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31

BAB III OBJEK PENELITIAN. Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31 BAB III OBJEK PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh

Lebih terperinci

Bandung, 14 oktober Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat

Bandung, 14 oktober Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat Bandung, 14 oktober 2009 Kepada Yth, Bapak / Ibu respoden Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Chandra Wijaya Mahasiswa : Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era Reformasi Birokrasi saat ini, setiap organisasi pemerintahan dituntut untuk selalu melaksanakan semua aspek yaitu legitimasi, kewenangan, maupun aktivitas utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah berupaya menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pelatihan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) PT. INTI (Persero) 4.1.1 Bentuk-bentuk Pelatihan Bentuk-bentuk pelatihan kerja yang dilaksanakan di Divisi Sumber

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 49 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR :. 944 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai suatu lembaga negara. Tugas BPK adalah memelihara transparansi dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI PIDATO KEPALA PERWAKILAN BPK RI PROVINSI JAMBI PADA ACARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA JAMBI TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Nama : Anes Ika Murti Menyetujui, NRP : H A. Data Responden (Petunjuk: Berilah tanda (X) pada setiap jawaban yang anda dimaksud)

Nama : Anes Ika Murti Menyetujui, NRP : H A. Data Responden (Petunjuk: Berilah tanda (X) pada setiap jawaban yang anda dimaksud) 84 LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Kajian Penerapan Good Corporate Governance melalui Audit Internal terhadap Kemajuan Perkembangan Perusahaan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterbitkan pada tanggal 17 Januari

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Peneliti menggunakan metode kuantitatif dalam melaksanakan penelitian ini. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa pengembangan karier dan peningkatan profesionalisme

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Dari 12 KPP Pratama yang ada di wilayah Jakarta Selatan, hanya 4 KPP yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Data kuesioner yang berhasil

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI AUDITOR DAN PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Lampiran 1 Instrumen Penelitian Dengan hormat, Dalam rangka penyelesaian tesis mengenai Self-Attribution Bias dan Faktor Demografi dalam Pengambilan Keputusan Trading Valuta Asing, saya mengharapkan kesediaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA 63 LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA 64 Kuesioner Penelitian I. Data Responden Nama Responden : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Usia Jabatan/bagian Lama Kerja :..

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2.

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2. Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING PELAKSANA ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP PROFESIONALISME PERAWAT DI RSUD KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2010 Nomor Responden :... Tanggal :...2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Badan Pemeriksa Keuangan Negara Republik Indonesia (BPK RI) merupakan lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang

Lebih terperinci

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK. PENDAHULUAN 1. PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

2016, No Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1537, 2016 KEMENPAN-RB. Jabatan Fungsional. Penilai Pemerintah. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA, SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN

Lebih terperinci

ORGANIZATION CHANGE READINESS ASSESSMENT PADA PEJABAT STRUKTURAL SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

ORGANIZATION CHANGE READINESS ASSESSMENT PADA PEJABAT STRUKTURAL SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI LAPORAN ASESMEN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI ORGANIZATION CHANGE READINESS ASSESSMENT PADA PEJABAT STRUKTURAL SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 51 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Ari Kunto (1998:15), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat di mana

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK -1- LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /SEOJK.04/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Dibentuknya Badan Pemeriksa Keuangan RI Cikal bakal ide pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan berasal dari Raad van Rekenkamer

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDOMO KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT A. PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mematuhi hukum dan peraturan

Lebih terperinci