PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL PADA IMBALANCED DATA DIAN PUSPITA SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL PADA IMBALANCED DATA DIAN PUSPITA SARI"

Transkripsi

1 PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL PADA IMBALANCED DATA DIAN PUSPITA SARI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Struktur Sekunder Protein menggunakan Hidden Markov Model pada Imbalanced Data adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Dian Puspita Sari NIM G

4 iv ABSTRAK DIAN PUSPITA SARI. Prediksi Struktur Sekunder Protein menggunakan Hidden Markov Model pada Imbalanced Data. Dibimbing oleh TOTO HARYANTO Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi struktur sekunder protein menggunakan Hidden Markov Model. Data yang digunakan sebanyak 780, dengan 600 data sebagai data latih dan 180 data sebagai data uji. Dari keseluruhan data latih yang digunakan, didapatkan sebanyak struktur sekunder protein dengan jumlah alpha-helix (H) sebanyak , betha-sheet (B) sebanyak 82355, dan coil (C) sebanyak Terlihat dari hasil persentase, data yang diperoleh masih imbalanced sehingga dilakukan oversampling untuk menambah jumlah kelas yang terkecil secara acak sampai diperoleh jumlah yang sama dengan kelas yang terbesar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hidden Markov Model (HMM) dapat diterapkan untuk memprediksi struktur sekunder protein dengan algoritme Viterbi. Data yang telah di oversampling menghasilkan nilai Q3 score 45.49% untuk data latih dan 43.21% untuk data uji. Adapun untuk data yang tidak dilakukan oversampling menghasilkan nilai Q3 score 43.50% untuk data latih dan 43.19% untuk data uji. Kata kunci: Hidden Markov Model (HMM), imbalanced data, oversampling, Viterbi ABSTRACT DIAN PUSPITA SARI. Protein Secondary Structure Prediction using Hidden Markov Model on Imbalanced Data. Supervised by TOTO HARYANTO. This research aimed to predict protein secondary structure using Hidden Markov Model. A total of 780 data, will be conducted with 600 training data and 180 testing data. Training data obtained protein secondary structure with alpha-helix (H), betha-sheets (B), and coil (C). Seen from a percentage of the result, the data retrieved is still imbalanced therefore used oversampling to increase the smallest class randomly until it equal to the largest class. The result of this research show that the Hidden Markov Model (HMM) can be applied to predict the secondary structure of proteins. The data has been oversampled produced Q3 score 45.49% for training data and 43.21% for testing data. For data that was not done oversampling produced Q3 score 43.50% for training data and 43.19% for testing data. Key words: Hidden Markov Model (HMM), imbalanced data, oversampling, Viterbi

5 v PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL PADA IMBALANCED DATA DIAN PUSPITA SARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 vi Penguji: 1 Dr Ir Agus Buono, MSi MKom 2 Dr Eng Wisnu Ananta Kusuma, ST MT

7 Judul Skripsi : Prediksi Struktur Sekunder Protein menggunakan Hidden Markov Model pada Imbalanced Data Nama : Dian Puspita Sari NIM : G Disetujui oleh Toto Haryanto, SKom MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Prediksi Struktur Sekunder Protein menggunakan Hidden Markov Model pada Imbalanced Data. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua penulis, kakakkakak penulis yaitu Muryati, Masudi, dan Wiwit, serta seluruh anggota keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Bapak Toto Haryanto, SKom MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, ide, nasehat dan dukungan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Pixels atas semangat, bantuan dan suka duka dalam kebersamaan. Bogor, September 2014 Dian Puspita Sari

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Imbalanced Data 5 Strategi Sampling 5 Hidden Markov Model (HMM) 5 Algoritme Viterbi 6 Precision, Recall, Akurasi, dan Q3 Score 7 METODE 7 Studi Pustaka 7 Pengambilan Data 8 Praproses Data 8 Pembagian Data 9 Strategi Sampling 9 Pembuatan Hidden Markov Model 9 Pengujian 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Praproses Data 11 Pembuatan Hidden Markov Model 13 Pengujian 14 Simpulan 16 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN 18

10 x DAFTAR TABEL 1 Codon triplet pembentuk protein (Jones dan Pevzner 2004) 3 2 Asam amino, singkatan, simbol, dan karakteristik (Polanski dan Kimmel 2007) 4 3 Confusion matrix 7 4 Visualisasi dari matriks transisi 10 5 Visualisasi dari matriks emisi 10 6 Visualisasi distribusi sebaran peluang matrik emisi pada keseluruhan data 14 7 Visualisasi distribusi sebaran peluang matrik transisi pada keseluruhan 14 8 Precision dari data uji dan data latih 15 9 Recall dari data uji dan data latih Akurasi dari data uji dan data latih Hasil Q3 score dari data uji dan data latih 16 DAFTAR GAMBAR 1 Proses pembentukan protein 3 2 Contoh urutan asam amino pembentuk protein 3 3 Metode Penelitian 8 4 Visualisasi format data 9 5 Ilustrasi Pemodelan Prediksi Struktur Sekunder Protein dengan Hidden Semi Markov Model 9 6 Visualisasi praproses data 11 7 Persentase sebaran struktur sekunder protein pada data latih 12 8 Persentase sebaran struktur sekunder protein pada data uji 12 9 Ilustrasi dari duplikasi betha-sheet (B) Persentase sebaran data struktur sekunder protein setelah dilakukan oversampling 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data asli struktur sekunder protein dengan format DSSP 18 2 Antar muka prediksi struktur sekunder protein 24

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Protein merupakan salah satu biomakromolekul yang mempunyai peran penting dalam makhluk hidup. Secara hierarki protein dibagi menjadi tiga tingkat yaitu, struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Struktur primer adalah urutan asam amino yang membentuk rantai polipeptida. Struktur sekunder adalah sejumlah rangkaian asam amino yang membentuk struktur tiga dimensi alpha-helix (H), betha-sheet (B), maupun coil (C) yang merupakan hasil dari sekuens asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida (Atar et al. 2010). Struktur tersier adalah gabungan dari struktur sekunder setelah terjadi pelipatan (folding). Fungsi dari protein dapat diketahui jika sudah membentuk struktur tersier dalam bentuk 3D. Akan tetapi struktur tersier dapat ditentukan apabila struktur sebelumnya sudah diketahui. Menurut Atar et al. (2010) struktur protein dapat diketahui dengan kristalografi sinar-x dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR) spectroscopy. Namun kedua teknik tersebut memakan waktu dan relatif mahal. Sehingga kebanyakan yang menggunakan metode sequencing protein karena relatif lebih mudah digunakan untuk memprediksi struktur sekunder protein. Prediksi struktur sekunder protein dilakukan untuk menemukan struktur 3D protein berdasarkan struktur primer protein. Ada dua metode prediksi struktur sekunder protein, yaitu metode pemodelan komparatif dan pemodelan de novo atau ab initio. Pemodelan protein komparatif memprediksi struktur protein berdasarkan struktur protein lain yang telah diketahui, sedangkan metode ab initio struktur protein ditentukan dari sekuens primernya tanpa membandingkan dengan struktur protein lain (Martin et al. 2005). Berbagai metode digunakan untuk memprediksi struktur sekunder protein yang berbasis komputasi seperti menggunakan Hidden Markov Model (HMM), Hidden Semi Markov Model (HSMM), BP Neural Network dan Quasi-Newton algorithm, algoritme SOM dan SOGR, dan Neural Network. Menurut Eddy (1998), Hidden Markov Model (HMM) merupakan suatu kelas dari model probabilistik yang secara umum dapat diaplikasikan untuk permasalahan deret sekuens yang bersifat linear. Penelitian yang dilakukan oleh Martin et al. (2005) untuk memprediksi struktur sekunder protein menggunakan Hidden Markov Model dengan 2024 sekuens yang diambil secara acak dan mendapatkan tingkat akurasi 34.5% untuk data uji dan 58.3% untuk data latih. Akurasi yang didapat masih kecil karena data yang digunakan masih tidak seimbang (imbalanced). Penelitian lain dilakukan oleh He dan Edwardo (2009) yang mengusulkan metode sampling untuk menangani data yang imbalanced. Metode sampling untuk menangani imbalanced data antara lain adalah oversampling dan undersampling. Hidden Markov Model (HMM) merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan algoritme Viterbi untuk melakukan prediksi struktur sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang imbalanced, sehingga dilakukan strategi sampling dengan oversampling untuk mengatasinya.

12 2 Perumusan Masalah Pentingnya memprediksi struktur sekunder protein untuk mengetahui fungsi dari protein. Banyak metode yang telah digunakan untuk memprediksi struktur sekunder protein untuk meningkatkan tingkat keakurasian. Metode Hidden Markov Model cocok digunakan karena karakteristik dari sekuens asam amino cocok dengan tipe data yang digunakan dalam pembuatan model. Hidden Markov Model telah banyak digunakan dalam memprediksi struktur sekunder protein. Akan tetapi, tingkat keakurasian masih rendah yang disebabkan kondisi data yang imbalanced. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menerapkan Hidden Markov Model untuk memprediksi struktur sekunder protein yang akan mengakomodasi imbalanced data. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan prediksi struktur sekunder protein dan selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh berbagai kalangan khususnya di bidang kajian Bioinformatika. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Pada proses pengujian struktur sekunder protein menggunakan sekuens tunggal. 2 Menggunakan Define Secondary Structure of Protein (DSSP) dan Protein Data Bank (PDB) sebagai pembatas penentuan struktur sekunder protein. 3 Data yang digunakan adalah sekuens asam amino pada enam enzim berdasarkan enzyme commission. TINJAUAN PUSTAKA Struktur Protein Protein merupakan salah satu biomakromolekul yang mempunyai peran penting dalam mahluk hidup. Proses untuk mendapatkan protein dinamakan translasi. Protein dihasilkan dari proses translasi RNA dan DNA. Proses terbentuknya protein dapat dilihat pada Gambar 1.

13 3 DNA transkipsi RNA translasi PROTEIN Gambar 1 Proses pembentukan protein Satu protein terdiri atas sejumlah sekuens asam amino. Protein dibentuk mulai dari urutan sekuens DNA sampai dengan proses translasi dan mendapatkan suatu protein. Transkripsi merupakan proses pengkopian molekul DNA menjadi RNA. Translasi merupakan proses penerjemahan codon pada RNA menjadi protein. Proses translasi akan dimulai ketika bertemu dengan codon AUG. Codon AUG berfungsi sebagai start codon dan mengkodekan asam amino metionin. Proses translasi akan berhenti apabila bertemu dengan stop codon yaitu UAA, UAG, dan UGA. Pada proses transkripsi kode A (adenin) dari DNA diganti menjadi kode U (urasil) pada RNA, kode G (guanin) dari DNA diganti menjadi kode C (sitosin) pada RNA, kode C (sitosin) dari DNA diganti menjadi kode G (guanin) pada RNA, dan kode T (timin) dari DNA diganti menjadi kode A (adenin) pada RNA (Elrod dan Stansfield 2002). Ilustrasi pembentukan satu protein berdasakan sekuensnya dapat dilihat pada Gambar 2. DNA : TAC CAT TGA CAG GAT ACG CCA ATC RNA : AUG GUA ACU GUC CUA UGC GGU UAG PROTEIN : Met Val Thr Val Leu Cys Arg Stop Gambar 2 Contoh urutan asam amino pembentuk protein Protein merupakan elemen dasar yang terbentuk dari asam amino dasar. Terdapat 20 asam amino dengan struktur kimia yang berbeda (Polanski dan Kimmel 2007). Asam amino terbentuk dari tiga huruf (triplet) dari kombinasi Asam Deoksiribosa (DNA) yang disebut dengan codon. Codon triplet pembentuk protein dapat dilihat pada Tabel 1. U C Tabel 1 Codon triplet pembentuk protein (Jones dan Pevzner 2004) U C A G UUU Phe UUC Phe UUA Leu UUG Leu CUU Leu CUC Leu CUA Leu CUG Leu UCU Ser UCC Ser UCA Ser UCG Ser CCU Pro CCC Pro CCA Pro CCG Pro UAU Tyr UAC Tyr UAA Stop UAG Stop CAU His CAC His CAA Gln CAG Gln UGU Cys UGC Cys UGA Stop UGG Trp CGU Arg CGC Arg CGA Arg CGG Arg

14 4 Tabel 1 Codon triplet pembentuk protein (Jones dan Pevzner 2004)(lanjutan) A G U C A G ACU Thr AAU Asn ACC Thr AAC Asn ACA Thr AAA Lys ACG Thr AAG Lys AUU Ile AUC Ile AUA Ile AUG Met GUU Val GUC Val GUA Val GUG Val GCU Ala GCC Ala GCA Ala GCG Ala GAU Asp GAC Asp GAA Glu GAG Glu AGU Ser AGC Ser AGA Arg AGG Arg GGU Gly GGC Gly GGA Gly GGG Gly Terdapat 64 codon yang berbeda, dengan 3 codon yang berfungsi sebagai stop codon. Dari 61 codon yang berbeda terdapat beberapa codon yang memiliki fungsi yang sama. Hal tersebut dapat memberikan keuntungan pada saat proses pembentukan protein, karena dapat menggantikan asam amino yang kemungkinan rusak (Elrod dan Stansfield 2002). Susunan asam amino pembentuk protein dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Asam amino, singkatan, simbol, dan karakteristik (Polanski dan Kimmel 2007) Asam amino Singkatan Simbol Karakteristik Alanine Ala A Nonpolar, hydrophobic Arginine Arg R Polar, hydrophilic Asparagine Asn N Polar, hydrophilic Aspartic acid Asp D Polar, hydrophilic Cystein Cys C Polar, hydrophilic Glutamine Gln Q Polar, hydrophilic Glutamic acid Glu E Polar, hydrophilic Glycine Gly G Polar, hydrophilic Histidine His H Polar, hydrophilic Isoleucine Ile I Nonpolar, hydrophobic Leucine Leu L Nonpolar, hydrophobic Lysine Lys K Polar, hydrophilic Methionine Met M Nonpolar, hydrophobic Phenylalanine Phe F Nonpolar, hydrophobic Proline Pro P Nonpolar, hydrophobic Serine Ser S Polar, hydrophilic Threonine Thr T Polar, hydrophilic Tryptophan Trp W Nonpolar, hydrophobic Tyrosine Tyr Y Nonpolar, hydrophobic Valine Val V Nonpolar, hydrophobic

15 5 Imbalanced Data Menurut He dan Edwardo (2009) sebuah himpunan data dikatakan imbalanced jika terdapat salah satu kelas yang direpresentasikan dalam jumlah yang tidak sebanding dengan kelas yang lain. Imbalanced data dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain dengan pengambilan sampel pada setiap kelas dan strategi sampling seperti oversampling dan undersampling. Strategi Sampling Salah satu teknik yang paling populer untuk mengatasi data yang imbalanced adalah dengan menggunakan strategi sampling. Beberapa teknik sampling antara lain adalah oversampling dan undersampling (He dan Edwardo 2009). Oversampling adalah proses menduplikasi data dari kelas minoritas, sehingga jumlah kelas minoritas mendekati kelas mayoritas. Sedangkan undersampling adalah proses membuang sebagian data dari kelas mayoritas, sehingga jumlah kelas mayoritas mendekati kelas minoritas. Hidden Markov Model (HMM) Hidden Markov Model (HMM) merupakan model probabilistik yang dapat diaplikasikan untuk menganalisis model deret waktu atau sekuens linear (Eddy 1998). HMM adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk memodelkan kumpulan sekuens tersebut. HMM telah banyak dikembangkan pada banyak permasalahan seperti speech recognition (Rabiner 1989). Menurut Rabiner (1989), aplikasi pada HMM pada akhirnya akan direduksi untuk menyelesaikan tiga jenis permasalahan, yaitu : 1 Jika diberikan suatu model λ = (A,B,π), bagaimana menghitung peluang dari sekuens observasi O = O1,O2,...OT yang dinotasikan dengan P(O λ). 2 Jika diberikan suatu model λ = (A,B,π), bagaimana memilih state sekuens I = I1,I2,...IT sehingga P(O,I λ) sebagai peluang bersama dari sekuens observasi O = O1,O2,...OT dan state sekuens tersebut memiliki nilai maksimum. 3 Mendapatkan parameter model HMM yang optimal sehingga peluang suatu observasi memiliki nilai maksimum, dengan λ adalah model HMM A adalah Matriks peluang transisi, B adalah Matriks peluang emisi dan π adalah Matriks peluang awal / Matriks priority O = O1,O2,...OT adalah variabel observasi P(O λ) adalah peluang variabel observasi jika diberikan model Hidden Markov Model (HMM) menggambarkan distribusi peluang dari sejumlah sekuens yang tidak terbatas (Eddy 1998). Nama "Hidden Markov Model" berawal dari fakta bahwasannya state dari sekuens merupakan orde pertama dari rantai Markov sebagai variabel yang tidak teramati. Adapun sekuens dari simbol (seperti A,C,G,T/U) merupakan variabel yang secara langsung dapat diobservasi.

16 6 Algoritme Viterbi Algoritme Viterbi digunakan untuk mendapatkan state yang optimal sehingga peluang suatu observasi adalah yang paling maksimal. Untuk menemukan state terbaik, q = (q 1 q 2...q ґ ), untuk rangkaian observasi O = (o 1 o 2...o ґ ), perlu didefinisikan kuantitas: δ t (i) = Max q1,q2,..qt-1 P[q 1 q 2...q t-1, q t = i, o 1 o 2...o t λ] (1) Dengan menginduksi, didapat: δ t+1 (j) = [max δ t (i) ij ]. b j (o 1+1 ) (2) Untuk mendapatkan kembali rangkaian state, perlu adanya penyimpanan hasil yang memaksimalkan persamaan (2), untuk tiap i dan j, dengan menggunakan tabel A ґ (j), dilakukan tahap- tahap berikut. Inisialisasi δ 1 (i) = ᴨ i b i (o i ) 1 i N ψ n (1) = 0 Rekursif δ t (i) = max 1 i N [δ t-1 (i)a ij ]b j (o t ) 2 t T, 1 j N ψ n (j) = arg max [δ t-1 (i)a ij ] 1 i N, 2 t T, 1 j N Terminasi P* = max 1 i N [δ T (i)] δ T * = arg max 1 i N [δ T (i)] dengan : δ t (i) = rangkaian terbaik dengan kemungkinan terbesar t = waktu perhitungan pengamatan t pertama dan berakhir pada status i. q = state o = observasi ψ = path terbaik pada saat sampai state ke i P = peluang b = matriks emisi a = matriks transisi

17 7 Precision, Recall, Akurasi, dan Q3 Score Pengukuran kemampuan algoritme dilakukan dengan confusion matrix yang dapat dilihat pada Tabel 3. Confusion matrix digunakan sebagai dasar dari variasi ukuran penilaian seperti precision, recall, dan akurasi karena mengandung informasi tentang data kelas aktual dan hasil prediksi. Precision merupakan proporsi dari kelas data positif yang berhasil diprediksi dengan benar dari keseluruhan hasil prediksi kelas data positif. Recall merupakan persentase kelas data positif yang berhasil diprediksi dengan benar dari keseluruhan instance kelas positif. Akurasi merupakan jumlah dari proporsi dari kelas data positif yang berhasil diprediksi dengan benar dan proporsi dari kelas data negatif yang berhasil diprediksi dengan benar dari keseluruhan kelas data positif dan negatif. Q3 score merupakan jumlah dari proporsi dari kelas data positif yang berhasil diprediksi dengan benar dari keseluruhan data. Tabel 3 Confusion matrix Kelas hasil prediksi Kelas aktual Kelas positif Kelas negatif Kelas positif TP FP Kelas negatif FN TN dengan : TP = jumlah instance kelas positif yang diprediksi benar sebagai kelas positif FP = jumlah instance kelas negatif yang diprediksi salah sebagai kelas positif FN = jumlah instance kelas positif yang diprediksi salah sebagai kelas negatif TN = jumlah instance kelas negatif yang diprediksi benar sebagai kelas negatif METODE Metode penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3. Tahapan penelitian ini meliputi studi pustaka, pengambilan data, praproses data, strategi sampling dengan oversampling, model HMM dan pengujian. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mencari riset-riset yang pernah dilakukan yang terkait dengan bidang penelitian yang akan dilakukan. Dari riset yang telah dilakukan, penggunaan Hidden Markov Model (HMM) telah banyak digunakan untuk memprediksi struktur sekunder protein. Akan tetapi, masih belum banyak yang dapat menangani data yang imbalanced.

18 8 Pengambilan Data Data yang diambil adalah data sekuens protein sekunder dari alamat website ftp://ftp.cmbi.ru.nl/pub/molbio/data/dssp/ yang merupakan database assignment struktur sekunder protein. Data protein yang diambil merupakan data semua protein yang ada di Protein Data Bank (PDB). Data yang diperoleh masih dalam format dengan ekstensi.dssp, oleh karena itu dilakukan proses parsing sebelum data tersebut digunakan sebagai data latih dan data uji. Hasil dari proses parsing adalah pasangan asam amino dan assigment struktur sekunder protein. Mulai Studi pustaka Pengambilan data Praproses data Oversampling Strategi sampling Data latih Data uji Pelatihan Model HMM Pengujian Selesai Gambar 3 Metode Penelitian Praproses Data Data struktur sekunder protein yang diperoleh masih dalam format dengan ekstensi.dssp dan tersegmentasi menjadi 8 struktur sehingga dilakukan praproses. Setiap satu file yang berekstensi.dssp akan diambil pasangan sekuens asam amino

19 dan struktur sekunder protein. Struktur yang kosong akan diganti dengan coil (C), dan segmen direduksi menjadi tiga, yaitu alpha-helix (H), betha-sheet (B) dan coil (C) (Wang dan Ping Li 2006). Segmen hasil reduksi adalah {I,H,G} menjadi alpha-helix (H), {E,B}menjadi betha-sheet (B), segmen {S,T,C} menjadi coil (C). Format data.dssp dapat dilihat pada Gambar 4. 9 Gambar 4 Visualisasi format data Pembagian Data Data dibagi menjadi dua, yaitu data latih dan data uji. Data yang digunakan sebagai data latih merupakan 77% dari data keseluruhan, dan 23% digunakan sebagai data uji. Strategi Sampling Penelitian ini menggunakan strategi sampling, karena data pada ketiga kelas imbalanced. Strategi sampling yang digunaka adalah oversampling. Pada strategi oversampling jumlah instance pada data minoritas ditambah sehingga jumlahnya mendekati data mayoritas. Strategi ini dilakukan dengan cara menduplikasi sebanyak n kali secara acak data dari kelas minoritas. Pada strategi oversampling diperoleh 1 set data hasil dari duplikasi. Pembuatan Hidden Markov Model Pada tahap ini dilakukan proses pembentukan model dari data latih dengan menggunakan Hidden Markov Model (HMM). Ilustrasi pemodelan prediksi struktur sekunder protein dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Ilustrasi Pemodelan Prediksi Struktur Sekunder Protein dengan Hidden Semi Markov Model (Martin et al. 2005) Baris H-C menunjukkan model hidden state yang merepresentasikan alpha-helix (H), betha-sheet (B), dan coil (C). Barisan di bawah tanda panah merupakan barisan sekuens asam amino, yang merupakan sekuens observasi.

20 10 Hasil proses dari pemodelan adalah matriks transisi dan matriks emisi yang memiliki nilai tertentu yang dijadikan model dalam proses prediksi. Visualisasi matriks transisi dan emisi dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Visualisasi dari matriks transisi H B C H B C Matriks transisi merupakan matriks yang merepresentasikan kombinasi dari alpha-helix (H), betha-sheet (B), dan coil (C). Matriks transisi akan digunakan pada tahap pertama model markov. Matriks emisi merupakan matriks yang merepresentasikan kombinasi dari pasangan asam amino dengan struktur sekunder protein. H B C Tabel 5 Visualisasi dari matriks emisi A R N D C Q E G H I L K M F P S T W Y V Pengujian Pada tahap pengujian dilakukan perhitungan precision, recall, akurasi, dan Q3 score. Persamaan dari precision, recall, akurasi, dan Q3 score score dapat dilihat pada persamaan 3, persamaan 4, persamaan 5, dan persamaan 6. TP TP FP TP TP FN 1 1 (3) (4) TP TN N 1 (5) Q N N N N 1 (6) dengan : Q3 score = Tingkat akurasi Nh = Jumlah dari residu yang di prediksi benar pada alpha-helix (H Nb = Jumlah dari residu yang di prediksi benar pada betha-sheet (B) Nc = Jumlah dari residu yang di prediksi benar pada coil (C) Ntot = Jumlah total dari residu yang diujikan

21 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Praproses Data Data struktur sekunder protein yang diperoleh dari database masih dalam ekstensi.dssp sehingga perlu dilakukan praproses data terlebih dahulu. Praproses data dilakukan agar memudahkan proses komputasi pada tahap berikutnya. Setiap file yang berekstensi.dssp dari semua kategori protein akan diambil asam amino dan struktur sekundernya. Kolom yang diambil sebagai pasangan data asam amino dan struktur sekunder adalah kolom ketiga dan kolom keempat yaitu {AA} yang merupakan asam amino dan {STRUCTURE} yang merupakan struktur sekunder. Visualisasi praproses data dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil dari praproses data adalah pasangan sekuens asam amino dan struktur sekunder protein dari setiap residu asam amino. Setelah didapat struktur sekunder protein, dihitung distribusi peluang dari setiap residu asam amino, yang nantinya akan digunakan untuk perhitungan tahap selanjutnya. Format lengkap data struktur sekunder protein dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 6 Visualisasi praproses data Data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 780. Dengan 6 kategori berdasarkan enzyme commission yaitu, hydrolases, transferases, oxidoredutases, lyases, isomerase, dan ligases. Setiap kategori diambil 130 data sebagai sampel. Sebanyak 600 data digunakan sebagai data latih dan 180 data sebagai data uji. Dari keseluruhan data latih yang digunakan, didapatkan sebanyak struktur sekunder protein. Dengan jumlah alpha-helix (H) sebanyak , betha-sheet (B) sebanyak 82355, dan coil (C) sebanyak Persentase dari sebaran data latih dapat dilihat pada Gambar 7. Terlihat dari hasil persentase, data yang diperoleh masih imbalanced sehingga dilakukan oversampling untuk menambah jumlah kelas yang terkecil secara acak sampai diperoleh jumlah yang sama dengan kelas yang terbesar.

22 12 Gambar 7 Persentase sebaran struktur sekunder protein pada data latih Dari keseluruhan data uji yang digunakan, didapatkan sebanyak struktur sekunder protein dengan jumlah alpha-helix (H) sebanyak 44543, bethasheet (B) sebanyak 20716, dan coil (C) sebanyak Persentase dari sebaran data uji dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Persentase sebaran struktur sekunder protein pada data uji Strategi Sampling Strategi sampling yang digunakan adalah metode oversampling dengan menduplikasi data dari kelas betha-sheet (B) sebanyak n kali. Duplikasi data ditentukan dari panjang segmen betha-sheet (B). Dari setiap file data latih disetiap data dipilih segmen betha-sheet (B) yang terpanjang. Kemudian diduplikasi sebanyak n kali dengan ketentuan terdapat minimal 100 residu betha-sheet (B) hasil duplikasi disetiap data, agar jumlah dari betha-sheet (B) dapat mendekati jumlah dari alpha helix (H) dan coil (C). Hasil dari duplikasi tersebut diletakkan di barisan paling bawah pasangan asam amino dengan strukturnya. Ilustrasi dari duplikasi betha-sheet (B) dapat dilihat pada Gambar 9.

23 13 Gambar 9 Ilustrasi dari duplikasi betha-sheet (B) Setelah dilakukan oversampling secara acak pada residu betha-sheet (B), jumlah dari betha-sheet (B) yang semula menjadi residu. Gambar 10 menunjukkan perbandingan dari alpha-helix (H), betha-sheet (B), dan coil (C) setelah dilakukan oversampling. Gambar 10 Persentase sebaran data struktur sekunder protein setelah dilakukan Oversampling Pembuatan Hidden Markov Model Pembuatan Hidden Markov Model dilakukan setelah didapat pasangan data asam amino dan strukturnya. Pada tahap ini setiap pasangan asam amino dan struktur protein akan direpresentasikan sebagai matrik emisi. Kombinasi dari struktur sekunder protein akan direpresentasikan sebagai matriks transisi. Pada tahapan ini dibuat matrik transisi dan matrik emisi untuk data asli dan data hasil oversampling. Visualisasi distribusi sebaran peluang dari matrik emisi dan transisi pada keseluruhan data dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

24 14 Tabel 6 Visualisasi distribusi sebaran peluang matrik emisi pada keseluruhan data Asam Data asli Data hasil oversampling amino H B C H B C A R N D C Q E G H I L K M F P S T W Y V Pada Tabel 6 terlihat bahwa matrik emisi dari data hasil oversampling dengan data asli tidak jauh berbeda. Hasil yang diperoleh untuk matrik emisi tidak jauh berbeda karena pada tahap sampling dengan oversampling tidak memperhitungkan hubungan antar pasangan sekuens. Yang diperhitungkan hanya panjang dari struktur betha-sheet (B). Tabel 7 Visualisasi distribusi sebaran peluang matrik transisi pada keseluruhan data Struktur Data asli (%) Data hasil oversampling (%) sekunder protein H B C H B C H B C Pengujian Setelah didapatkan Hidden Markov Model maka dilanjutkan dengan tahapan pengujian. Tahapan pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai

25 precision, recall, akurasi, dan Q3 score dari model yang diperoleh. Tahapan pengujian yang pertama dilakukan untuk data yang masih imbalanced. Untuk data latih yag diujikan didapat Q3 score sebesar %, sedangkan untuk data uji didapat Q3 score sebesar 43.19%. Tahapan pengujian yang kedua dilakukan untuk data yang sudah disampling dan mendapatkan Q3 score sebesar 45.49% untuk data latih, 43.21% untuk data uji. Hasil dari pengujian tahapan pertama dan kedua dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 8 Precision dari data uji dan data latih Data asli (%) Data hasil oversampling (%) H B C H B C Data latih Data uji Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai precision setelah dan sebelum dilakukan oversampling tidak berubah secara signifikan. Nilai presisi yang didapat relatif masih kecil, hal itu menunjukkan bahwa masih besarnya kesalahan prediksi. Tabel 9 Recall dari data uji dan data latih Data asli (%) Data hasil oversampling (%) H B C H B C Data latih Data uji Berdasarkan tabel 9 hasil recall yang diperoleh untuk betha-sheet dan coil relatif kecil dibanding alpha-helix. Nilai tersebut menunjukkan bahwa data yang dikelaskan dengan benar relatif kecil. Tabel 10 Akurasi dari data uji dan data latih Data asli (%) Data hasil oversampling (%) H B C H B C Data latih Data uji Dari tabel 10 terlihat bahwa akurasi dari alpha-helix (H), dan coil (C) meningkat sedangkan akurasi dari betha-sheet (B) turun. Walaupun akurasi dari betha-sheet (B) menurun setelah disampling, tidak berarti bahwa teknik oversampling memberikan hasil yang kurang baik, karena jika dilihat dari precision dan recall hasil betha-sheet (B) mengalami kenaikan setelah dioversampling. Selain itu prior juga berpengaruh terhadap hasil akurasi yang didapat, karena nilai dari prior memberikan peluang awal untuk menentukan hasil prediksi. 15

26 16 Tabel 11 Hasil Q3 score dari data uji dan data latih Data Asli (%) Data hasil oversampling (%) Data latih Data uji Dari hasil Q3 score yang diperoleh terlihat bahwa hasil data setelah dilakukan oversampling memiliki persentase yang lebih baik dibanding data asli. Terlihat secara keseluruhan untuk presisi, recall, dan akurasi pada alpha-helix, coil, terutama pada betha-sheet memberikan hasil yang lebih baik setelah data disampling. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hidden Markov Model (HMM) dapat diterapkan untuk untuk memprediksi struktur sekunder protein. Identifikasi struktur sekunder protein dengan menggunakan Hidden Markov Model (HMM) dengan data yang telah dilakukan sampling memberikan nilai Q3 score lebih baik dibandingkan dengan data yang tidak disampling. Hasil Q3 score pada data yang disampling masih rendah karena metode sampling yang digunakan adalah metode oversampling secara acak, sehingga tidak memperhitungkan hubungan kemunculan antar pasangan sekuens. Saran Pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil dari precision, recall, akurasi, dan Q3 score yang lebih baik. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan strategi sampling yang lain seperti SMOTE untuk mengatasi imbalanced data dengan memperhitungkan hubungan kemunculan antar pasangan sekuens atau menggunakan model lain seperti BP Neural Network dan Quasi-Newton algorithm. DAFTAR PUSTAKA Atar E, Ersoy O, Ozyilmaz L Prediction of protein secondary structure by SOM and SOGR algorithm. IEE. doi : /CIMA Baldi P, Brunak S Bioinformatics: The Machine Learning Approach. Second Edition.Massachusetts. England (GB): MIT Press. Eddy SR Profile hidden markov model. Bioinformatics Review.14: Elrod S, Starnsfield W S haum s Outlin f Th y and P bl ms f Genetics. Fourth Edition. New York (US): McGraw-Hill.

27 He H, Edwardo AG Learning from imbalanced data. IEEE Transactions on Knowledge and Data Engineering. 21(9): Jones NC, Pevzner PA An Introductions to Bioinformatics Algorithms. England (GB): MIT Press. Martin J, Gibrat JF, Rodolphe J Hidden markov model for protein secondary structure. Oxford University Press. 14(9): Polanski A, Kimmel M Bioinformatics. Germany (DE): Springer Sciene. Rabiner LR A Tutorial on hidden markov model and selected applications in speech recognitions. Proceedings of the IEEE. 77 (2), Wang J, Ping Li J Protein secondary structure prediction based on BP neural network and quasi-newton algorithm. IEE. doi : /CACIA

28 18 Lampiran 1 Data asli struktur sekunder protein dengan format DSSP ==== Secondary Structure Definition by the program DSSP, CMBI version by M.L. Hekkelman/ ==== DATE= REFERENCE W. KABSCH AND C.SANDER, BIOPOLYMERS 22 (1983) HEADER OXIDOREDUCTASE 08-SEP-13 2MDA. COMPND MOL_ID: 1; MOLECULE: TYROSINE 3-MONOOXYGENASE; CHAIN: A, B; FRAGMENT:. SOURCE MOL_ID: 1; ORGANISM_SCIENTIFIC: RATTUS NORVEGICUS; ORGANISM_COMMON: BR. AUTHOR S.ZHANG,T.HUANG,A.HINCK,P.FITZPATRICK TOTAL NUMBER OF RESIDUES, NUMBER OF CHAINS, NUMBER OF SS-BRIDGES(TOTAL,INTRACHAIN,INTERCHAIN) ACCESSIBLE SURFACE OF PROTEIN (ANGSTROM**2) TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(J), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS IN PARALLEL BRIDGES, SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS IN ANTIPARALLEL BRIDGES, SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I-5), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I-4), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I-3), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I-2), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I-1), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+0), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+1), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+2), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+3), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+4), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES TOTAL NUMBER OF HYDROGEN BONDS OF TYPE O(I)-->H-N(I+5), SAME NUMBER PER 100 RESIDUES *** HISTOGRAMS OF *** RESIDUES PER ALPHA HELIX PARALLEL BRIDGES PER LADDER ANTIPARALLEL BRIDGES PER LADDER LADDERS PER SHEET. # RESIDUE AA STRUCTURE BP1 BP2 ACC N-H-->O O-->H-N N-H-->O O-->H-N TCO KAPPA ALPHA PHI PSI X-CA Y-CA Z-CA 1 65 A P , 0.0 2,-0.4 0, 0.0 0, A G ,-0.0 0, 0.0 0, 0.0 0, A N > ,-0.4 3,-0.9 1,-0.2 0, A P T 3 S , 0.0-1,-0.2 0, 0.0 0, A L T 3 S ,-0.0-2,-0.1 0, 0.0 0, A E S < S , ,-0.0 2,-0.1-4,

29 7 71 A A S S ,-0.1 2, ,-0.0-1, A V ,-0.2 2, ,-0.1-2, A V , , ,-0.2 2, A F ,-0.2 2,-0.3 9,-0.1 9, A E E -A 18 0A 119 7,-0.9 7,-1.1-2,-0.3 2, A E E -A 17 0A 115 5,-0.3 2,-0.4-2,-0.3 5, A R E > S-A 16 0A 125 3,-2.5 3,-1.0-2, , A D T 3 S ,-0.4 3,-0.1 1,-0.3-1, A G T 3 S , , ,-0.1-1, A N E < S-AB 13 74A 13-3,-1.0-3, ,-0.3 2, A A E -AB 12 73A 0 56, ,-2.3-5,-0.3 2, A V E +AB 11 72A 8-7,-1.1-7,-0.9-2,-0.5 2, A L E - B 0 71A 11 52, ,-2.3-2,-0.5 2, A N E - B 0 70A 29-11, ,-0.5-2,-0.3 2, A L B -H 94 0B 16 48,-1.6 2, , , A L , ,-0.3-2,-0.4 2, A F ,-0.5 2,-0.3-2, , A S ,-0.3 2, , , A L , , , , A R , , ,-0.1 0, A G S S ,-0.1-2,-0.1 2,-0.1 0, A T S S , ,-0.2 0, 0.0-1, A K S S ,-0.2 2, ,-0.1-2, A P , 0.0-1,-0.2 0, 0.0 0, A S > ,-2.2 2,-2.2-3,-0.1 3, A S T > ,-0.2 3,-0.6 2,-0.1 4, A L T >> ,-2.2 4,-1.1 1,-0.2 3, A S H X> S ,-0.6 4,-1.1 1,-0.3 3, A R H <4 S ,-0.6 4,-0.5 1,-0.3-1, A A H X> S ,-0.6 3,-1.2-4,-0.5 4, A V H <X S ,-1.1 4,-1.3-3,-0.7-1, A K H 3X S ,-1.1 4,-1.0 2,-0.2-1, A V H X> S ,-1.2 4,-1.2-4,-0.5 3, A F H 3<>S ,-1.0 5,-2.1 1,-0.3-2, A E H ><5S ,-1.3 3,-1.1 3,-0.2-1, A T H <<5S ,-1.0-2,-0.2-3,-1.0-1,

30 A F T 3<5S ,-1.2-1, ,-0.1-2, A E T < ,-1.1-3, ,-0.2-2, A A < ,-2.1 2,-0.7-6, , A K E -C 72 0A 84 26, , ,-0.0 2, A I E -C 71 0A 6-2, , ,-0.3 3, A H E S- 0 0A 60 22, ,-0.2-2,-0.4 2, A H E -C 70 0A 41 21, ,-0.8 2,-0.0 2, A L E +CD A 6 98, , ,-0.3 2, A E E - D 0 147A 23 17,-2.5 2,-0.3-2, , A T E + D 0 146A 9 94, ,-2.1-2, , A R , ,-0.1-2, , A P , 0.0 3,-0.2 0, , A A S S ,-0.2 2,-2.6 2,-0.1 5, A Q S S ,-1.4-1,-0.2 1,-0.2 9, A R S S ,-2.6-1,-0.2-3,-0.2 3, A P S S , 0.0 2,-0.3 0, 0.0-1, A L ,-0.0-3,-1.4 0, 0.0 2, A A ,-0.3 4,-0.1-3,-0.2-3, A G S S ,-0.4-1,-0.1 2,-0.3 3, A S S S ,-0.2-2,-0.1-3,-0.2 2, A P , 0.0-2,-0.3 0, 0.0 2, A H ,-0.1-8,-0.1-4, , A L ,-0.3 2, , , A E , , ,-0.1 2, A Y , , ,-0.2 2, A F , , ,-0.2 2, A V E - C 0 50A 0-2, , ,-0.3 2, A R E +BC 20 49A , ,-2.3-2, , A F E -BC 19 47A 0-52, ,-2.4-2,-0.4 2, A E E +BC 18 46A 15-26, ,-2.7-2, , A V E -B 17 0A 0-56, ,-2.8-2,-0.4 5, A P E > -B 16 0A 50 0, 0.0 4,-2.6 0, , A S T 4 S ,-0.5 4,-0.5 1, , A G T > S ,-0.1 4,-0.5 1,-0.1-1, A D H > S ,-0.3 4,-2.4 1,-0.2 5, A L H X S ,-2.6 4,-3.3-5,-0.2 3,

31 A A H > S ,-0.5 4,-1.1 1,-0.2-1, A A H < S ,-0.5 4,-0.4 2,-0.2-2, A L H >X S ,-2.4 4,-1.6-3,-0.3 3, A L H 3X S ,-3.3 4,-1.9-5,-0.3 5, A S H 3X S ,-1.1 4,-0.6-5,-0.3-1, A S H <4 S ,-0.7 4,-0.4-4,-0.4 3, A V H X S ,-1.6 4,-2.1 1,-0.3 3, A R H < S ,-1.9-1,-0.3 1,-0.2-2, A R T < S ,-0.6-2,-0.2-3,-0.3-1, A V T 4 S ,-0.4 2,-0.3-3,-0.3-2, A S < ,-2.1-1,-0.3-5, , A D S S ,-0.3-1,-0.1-3,-0.1-4, A D S S ,-0.1 2,-0.2 2, , A V ,-0.1 2, , , A R , ,-2.6-2,-0.2 2, A S B H 21 0B 3-73, ,-0.3-2,-0.2-1, A A ,-0.5-1, , , !* , 0.0 0, 0.0 0, 0.0 0, B P , 0.0 2,-0.4 0, 0.0 0, B G ,-0.0 0, 0.0 0, 0.0 0, B N > ,-0.4 3,-0.9 1,-0.2 0, B P T 3 S , 0.0-1,-0.2 0, 0.0 0, B L T 3 S ,-0.0-2,-0.1 0, 0.0 0, B E S < S , ,-0.0 2,-0.1-4, B A S S ,-0.1 2, ,-0.0-1, B V ,-0.2 2, ,-0.1-2, B V , , ,-0.2 2, B F ,-0.2 2,-0.3 9,-0.1 9, B E E -E 114 0A 120 7,-0.9 7,-1.1-2,-0.3 2, B E E -E 113 0A 113 5,-0.3 2,-0.4-2,-0.3 5, B R E > S-E 112 0A 123 3,-2.5 3,-1.0-2, , B D T 3 S ,-0.4 3,-0.1 1,-0.3-1, B G T 3 S , , ,-0.1-1, B N E < S-EF A 13-3,-1.0-3, ,-0.3 2, B A E -EF A 0 56, ,-2.3-5,-0.3 2, B V E +EF A 8-7,-1.1-7,-0.9-2,-0.5 2,

32 B L E - F 0 167A 10 52, ,-2.3-2,-0.5 2, B N E - F 0 166A 29-11, ,-0.5-2,-0.3 2, B L B -I 190 0C 17 48,-1.6 2, , , B L , ,-0.3-2,-0.3 2, B F ,-0.5 2,-0.3-2, , B S ,-0.3 2, , , B L , , , , B R , , ,-0.1 0, B G S S ,-0.1-2,-0.1 2,-0.1 0, B T S S , ,-0.2 0, 0.0-1, B K S S ,-0.2 2, ,-0.1-2, B P , 0.0-1,-0.2 0, 0.0 0, B S > ,-2.2 2,-2.1-3,-0.1 3, B S T > ,-0.3 3,-0.6 2,-0.1 4, B L T >> ,-2.1 4,-1.1 1,-0.2 3, B S H X> S ,-0.6 4,-1.1 1,-0.3 3, B R H <4 S ,-0.6 4,-0.5 1,-0.3-1, B A H X> S ,-0.6 3,-1.2-4,-0.5 4, B V H <X S ,-1.1 4,-1.3-3,-0.7-1, B K H 3X S ,-1.1 4,-1.0 2,-0.2-1, B V H X> S ,-1.2 4,-1.2-4,-0.5 3, B F H 3<>S ,-1.0 5,-2.1 1,-0.3-2, B E H ><5S ,-1.3 3,-1.1 3,-0.2-1, B T H <<5S ,-1.0-2,-0.2-3,-1.0-1, B F T 3<5S ,-1.2-1, ,-0.1-2, B E T < ,-1.1-3, ,-0.2-2, B A < ,-2.1 2,-0.7-6, , B K E - G 0 168A 82 26, , ,-0.0 2, B I E - G 0 167A 5-2, , ,-0.3 3, B H E S- 0 0A 57 22, ,-0.2-2,-0.4 2, B H E - G 0 166A 43 21, ,-0.8 2,-0.0 2, B L E +DG A 5-94, , ,-0.3 2, B E E -D 51 0A 25 17,-2.5 2,-0.3-2, , B T E +D 50 0A 9-98, ,-2.1-2, , B R , ,-0.1-2, , B P , 0.0 3,-0.2 0, ,

33 B A S S ,-0.2 2,-2.6 2,-0.1 5, B Q S S ,-1.4-1,-0.2 1,-0.2 9, B R S S ,-2.6-1,-0.2-3,-0.2 3, B P S S , 0.0 2,-0.3 0, 0.0-1, B L ,-0.0-3,-1.4 0, 0.0 2, B A ,-0.3 4,-0.1-3,-0.2-3, B G S S ,-0.4-1,-0.1 2,-0.3 3, B S S S ,-0.2-2,-0.1-3,-0.2 2, B P , 0.0-2,-0.3 0, 0.0 2, B H ,-0.1-8,-0.1-4, , B L ,-0.3 2, , ,

34 24 24 Lampiran 2 Antar muka prediksi struktur sekunder protein

Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein

Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Penerapan Algoritme Viterbi pada Hidden Markov Model (HMM) untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Dian Puspita Sari 1), Toto Haryanto 1)* 1) Laboratorium Komputasi Terapan, Departemen Ilmu Komputer FMIPA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HIDDEN SEMI MARKOV MODEL DENGAN DISTRIBUSI DURASI STATE EMPIRIS UNTUK PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN TOTO HARYANTO

PENGEMBANGAN HIDDEN SEMI MARKOV MODEL DENGAN DISTRIBUSI DURASI STATE EMPIRIS UNTUK PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN TOTO HARYANTO PENGEMBANGAN HIDDEN SEMI MARKOV MODEL DENGAN DISTRIBUSI DURASI STATE EMPIRIS UNTUK PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN TOTO HARYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya

Saya telah melihat cara membuat strand dna ini di internet dan akhirnya,,,, inilah hasilnya Untuk menghasilkan bahan 3D saya ini, bahan yang telah saya gunakan adalah kertas berwarna, dawai, double tape, gabus dan pelekat. Bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah untuk dicari dan semestinya

Lebih terperinci

KROMOSOM, GEN, DAN DNA

KROMOSOM, GEN, DAN DNA KROMOSOM, GEN, DAN DNA Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan antara kromosom, gen, dan DNA Menjelaskan proses replikasi, transkripsi, dan translasi Membuat peta pikiran tentang kromosom,

Lebih terperinci

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani

T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani T25 Oktober 2013 Kelas Reguler Sore Prodi Agroteknologi UMBY Dosen : Tyastuti Purwani DASAR-DASAR GENETIKA OLEH: SUHERMAN, Ph.D Perkembangbiakan Makhluk Hidup Aseksual ; keturunannya berkembang menjadi

Lebih terperinci

V. GENETIKA MIKROORGANISME

V. GENETIKA MIKROORGANISME V. GENETIKA MIKROORGANISME Genetika merupakan suatu cabang ilmu yang membahas tentang sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme. Penelaahan genetika secara serius pertama kali dilakukan oleh Gregor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Proses pembentukan protein

II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Proses pembentukan protein 5 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Srukur Proein Proein merupakan bagian yang sanga pening pada seiap makhluk hidup. Proses unuk mendapakan proein dinamakan dengan ranslasi. Seiap makhluk hidup memiliki kode geneik

Lebih terperinci

STRUKTUR DNA DAN RNA

STRUKTUR DNA DAN RNA STRUKTUR DNA DAN RNA MATERIAL GENETIKA Informasi genetika dari organisme dibawa dalam bentuk molekul DNA yang pada beberapa makhluk / organisme dalam bentuk RNA yang kemudian akan dipindahkan dalam bentuk

Lebih terperinci

Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein

Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN) Vol. 1, No. 2, (2015) 133 Penggunaan Fitur Kimiafisik dan Posisi Atom untuk Prediksi Struktur Sekunder Protein Toto Haryanto 1, Budiman Surya Ardi 2 1,2

Lebih terperinci

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen

MUTASI GEN. Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen MUTASI GEN Perubahan Struktur dan Ekspresi Gen Mutasi : Mutasi >< Perubahan Fisiologi Perubahan pada bahan genetik yang menyebabkan perubahan ekspresinya Terjadi perubahan pada tingkat metabolisme Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DAN POHON FILOGENETIK 2.1 Klasifikasi Makhluk Hidup Sistem klasifikasi organisme memiliki dua pandangan besar yaitu sistem klasifikasi Fenetik dan Filogeni. Sistem klasifikasi

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN TEORI DASAR BIOTEKNOLOGI The Central Dogma of Molecular biology Replikasi DNA: adalah proses penggandaan pita DNA dengan menggunakan DNA tetua sebagai cetakan; Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN

II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN A. Latar Belakang A.1. Bahan Genetik II. BAHAN GENETIK DAN EKSPRESI GEN DNA: Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan bahan dasar genetik yang terbentuk dari tiga komponen yaitu: 1. Basa, yang merupakan bahan

Lebih terperinci

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik

Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Asam nukleat dan Protein Aliran informasi genetik Pustaka: Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, Molecular Biotechnology: Principles and Applications of Recombinant DNA, ASM Press, Washington DC, hal. 23-46

Lebih terperinci

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah

Indikator 30. Urutan yang sesuai dengan sintesis protein adalah Indikator 30 1. Fase-fase sintesis protein: 1) RNAd meninggalkan inti menuju ribosom 2) RNAt mengikat asam amino yang sesuai 3) RNAd dibentuk di dalam inti oleh DNA 4) Asam amino berderet sesuai dengan

Lebih terperinci

MUTIARA INDAH SARI NIP:

MUTIARA INDAH SARI NIP: STRUKTUR PROTEIN Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN......... 1 II. IKATAN PEPTIDA PADA PROTEIN............. 1 III. URUTAN ASAM AMINO DITENTUKAN OLEH GEN....... 7 IV.

Lebih terperinci

BAHAN PENYUSUN GENETIK

BAHAN PENYUSUN GENETIK Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agribisnis Pertemuan Ke 4 BAHAN PENYUSUN GENETIK Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

BAB IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan membahas hasil PCR, hasil penentuan urutan nukleotida, analisa in silico dan posisi residu yang mengalami mutasi dengan menggunakan program Pymol. IV.1 PCR Multiplek

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Ekspresi gen

Pokok Bahasan: Ekspresi gen Pokok Bahasan: Ekspresi gen Sub Pokok Bahasan : 3.1. Regulasi Ekspresi 3.2. Sintesis Protein 3.1. Regulasi ekspresi Pengaruh suatu gen dapat diamati secara visual misalnya pada anggur dengan warna buah

Lebih terperinci

PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN

PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN PREDIKSI STRUKTUR SEKUNDER PROTEIN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE IWAN KURNIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Enkripsi Pesan dengan DNA dan Penyembunyiannya

Enkripsi Pesan dengan DNA dan Penyembunyiannya Enkripsi Pesan dengan DNA dan Penyembunyiannya Muhammad Anwari Leksono - 13508037 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov A39 Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov Risa Septi Pratiwi dan Daryono Budi Utomo Departemen Matematika, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI GANGGUAN POWER QUALITY (PQ) MENGGUNAKAN METODE MULTIPLE SEQUENCE ALIGNMENT (MSA)

KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI GANGGUAN POWER QUALITY (PQ) MENGGUNAKAN METODE MULTIPLE SEQUENCE ALIGNMENT (MSA) Sidang Tesis KLASIFIKASI DAN IDENTIFIKASI GANGGUAN POWER QUALITY (PQ) MENGGUNAKAN METODE MULTIPLE SEQUENCE ALIGNMENT (MSA) Telah diseminarkan SITIA 2011, 25 Mei 2011 Agus.S, Adi.S, Mauridhi.H.P Electrical

Lebih terperinci

BAB III. SUBSTANSI GENETIK

BAB III. SUBSTANSI GENETIK BAB III. SUBSTANSI ETIK Kromosom merupakan struktur padat yg tersusun dr komponen molekul berupa protein histon dan DNA (kumpulan dr kromatin) Kromosom akan tampak lebih jelas pada tahap metafase pembelahan

Lebih terperinci

TRANSLASI. Sintesis Protein

TRANSLASI. Sintesis Protein TRANSLASI Sintesis Protein TRANSLASI TRANSLASI : adalah proses penterjemahan informasi genetik yang ada pada mrna kedalam rantai polipeptida/protein Informasi genetik pada mrna berupa rangkaian basa atau

Lebih terperinci

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 03 MATERI AN LATIHAN SBMTN TO LEVEL - XII SMA BIOLOGI SESI 03 SUBSTANSI GENETIK Komponen terkecil penyusun makhluk hidup disebut sel. Setiap sel eukariotik memiliki nukleus yang mengandung kromosom. Setiap

Lebih terperinci

Replikasi Gen Ekspresi genetik

Replikasi Gen Ekspresi genetik SEJARAH PENEMUAN BAHAN GENETIK Replikasi Gen Ekspresi genetik Pertemuan ke 4 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan Mendel 1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie van

Lebih terperinci

Komponen penting dalam kehidupan. Makromolekul. 90% (termasuk air) Karbohidrat Lipid Protein Asam Nukleat

Komponen penting dalam kehidupan. Makromolekul. 90% (termasuk air) Karbohidrat Lipid Protein Asam Nukleat ASAM NUKLEAT Makromolekul Komponen penting dalam kehidupan Sel 90% (termasuk air) Karbohidrat Lipid Protein Asam Nukleat ASAM NUKLEAT Friedrich Miescher (Swiss, 1844-1895) Suatu polimer nukleotida yg berperanan

Lebih terperinci

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata,

BAB III. Hidden Markov Models (HMM) Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, BAB III Hidden Markov Models (HMM) 3.1 Pendahuluan Rantai Markov mempunyai state yang dapat diobservasi secara langsung. Namun pada beberapa situasi tertentu yang ditemukan di kehidupan nyata, beberapa

Lebih terperinci

Hidden Markov Model II

Hidden Markov Model II Hidden Markov Model II Toto Haryanto Termonologi dalam HMM Model dalam HMM ditulis sebagai Dengan λ : Model A : Matriks Transisi B : Matriks Emisi Π : Matriks Prority Pernytaan P(O λ) bermakna peluang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi RNA Total RNA total sengon diisolasi dengan reagen Trizol dari jaringan xylem batang sengon yang tua (berumur 5-10 tahun) dan bibit sengon yang berumur 3-4 bulan.

Lebih terperinci

Struktur Sel. Materi kuliah Bioteknologi Pertanian Jurusan Agribisnis Pertemuan ke 2 Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP.

Struktur Sel. Materi kuliah Bioteknologi Pertanian Jurusan Agribisnis Pertemuan ke 2 Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Materi kuliah Bioteknologi Pertanian Jurusan Agribisnis Pertemuan ke 2 Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Struktur Sel KEANEKARAGAMAN BENTUK KEHIDUPAN DI ALAM Jasad hidup di alam: non seluler dan seluler Non

Lebih terperinci

Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition

Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition Algoritma Viterbi dalam Metode Hidden Markov Models pada Teknologi Speech Recognition Abstrak Angela Irfani 1, Ratih Amelia 2, Dyah Saptanti P 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan

BAB III HIDDEN MARKOV MODELS. Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan BAB III HIDDEN MARKOV MODELS Rantai Markov bermanfaat untuk menghitung probabilitas urutan keadaan yang dapat diamati. Tetapi terkadang ada urutan dari suatu keadaan yang ingin diketahui tetapi tidak dapat

Lebih terperinci

Definisi Sintesis Protein

Definisi Sintesis Protein Definisi Sintesis Protein Manusia, hewan, dan tumbuhan sangat memerlukan protein sebagai unsur utama penyusun tubuhnya. Protein pada manusia dan hewan terdapat paling banyak pada membran sel, sitoplasma,

Lebih terperinci

Struktur Sel. Kompetensi: 1. Memahami komponen dasar sel, struktur dan fungsinya, 2. Membedakan sel prokariot dan eukariot

Struktur Sel. Kompetensi: 1. Memahami komponen dasar sel, struktur dan fungsinya, 2. Membedakan sel prokariot dan eukariot Materi kuliah Bioteknologi Pertanian Jurusan Agribisnis Pertemuan ke 2 Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Struktur Sel Kompetensi: 1. Memahami komponen dasar sel, struktur dan fungsinya, 2. Membedakan sel prokariot

Lebih terperinci

Hidden Markov Model II. Toto Haryanto

Hidden Markov Model II. Toto Haryanto Hidden Markov Model II Toto Haryanto Termonologi dalam HMM Model dalam HMM ditulis sebagai Pernytaan P(O λ) bermakna peluang suatu observasi O jika diberikan model HMM λ Dengan λ : Model A : Matriks Transisi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil yang diperoleh dari tahapan penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Dimulai dengan amplifikasi gen katg, penentuan urutan nukleotida (sequencing), dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Protein

Struktur dan Fungsi Protein Struktur dan Fungsi Protein Protein merupakan makromolekul yang sangat serbaguna pada makluk hidup dan melakukan fungsi yang sangat vital dalam seluruh sistem biologis Proteins disusun oleh 20 jenis asam

Lebih terperinci

REMEDIAL BIOLOGI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN PEMBELAJARAN

REMEDIAL BIOLOGI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN PEMBELAJARAN REMEDIAL BIOLOGI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN PEMBELAJARAN 2009-2010 1. Remedial adalah Kegiatan Pengulangan Ujian Semester bagi Peserta Didik yang tidak mencapai angka KKM pada kegiatan Ujian Semester

Lebih terperinci

Penerapan Hidden Markov Model Pada Harga Saham

Penerapan Hidden Markov Model Pada Harga Saham Penerapan Hidden Markov Model Pada Harga Saham Sri Wahyuni Mamonto 1, Yohanes A. R. Langi 2, Altien J. Rindengan 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, mamontosri@gmail.com 2 Program Studi

Lebih terperinci

Asam amino dan Protein

Asam amino dan Protein Asam amino dan Protein Protein berasal dari kata Yunani Proteios yang artinya pertama. Protein adalah poliamida dan hidrolisis protein menghasilkan asam- asam amino. ' suatu protein 2, + kalor 22 + 22

Lebih terperinci

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov

Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 39 Prediksi Indeks Saham Syariah Indonesia Menggunakan Model Hidden Markov Risa Septi Pratiwi Daryono Budi Utomo Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai peristiwa-peristiwa yang terjadi secara beruntun dan dengan kemungkinan yang berbeda-beda. Sebagai contoh sekarang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae

ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae ANALISIS STRUKTUR-FUNGSI GEN MUTAN sa14 SENSITIF TEMPERATUR YANG DIPEROLE'H DENGAN CARA IN VITRO MUTAGENESIS PADA Saccharomyces cerevisiae ABSTRAK Salah satu komponen terminasi translasi di ragi Saccharomyces

Lebih terperinci

Bagian-bagian kromosom

Bagian-bagian kromosom BAB3: SUBSTANSI GENETIKA KROMOSOM Bagian-bagian kromosom 1. kromatid. 2. senrtomer. 3. lengan pendek. 4. lengan panjang. SUBSTANSI GENETIKA Seluruh peristiwa kimia (metabolisme) diatur oleh suatu master

Lebih terperinci

Nama : Abed Nego Silaban. Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI. A. Pilihan Ganda

Nama : Abed Nego Silaban. Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI. A. Pilihan Ganda Nama : Abed Nego Silaban Kelas XII IPA 1 UJI KOMPETENSI A. Pilihan Ganda 1. Pernyataan berikut yang tidak benar mengenai mutasi adalah... a. Mutasi hanya terjadi pada kromosom kelamin b. Mutasi terjadi

Lebih terperinci

Struktur dan komponen Sel

Struktur dan komponen Sel Materi kuliah Bioteknologi Pertanian Jurusan Agribisnis Pertemuan ke 2 Dosen: Ir. Sri Sumarsih, MP. Struktur dan komponen Sel DNA KEANEKARAGAMAN BENTUK KEHIDUPAN DI ALAM Jasad hidup di alam: non uler dan

Lebih terperinci

APLIKASI DYNAMIC PROGRAMMING DALAM ALGORITMA NEEDLEMAN-WUNSCH UNTUK PENJAJARAN DNA DAN PROTEIN

APLIKASI DYNAMIC PROGRAMMING DALAM ALGORITMA NEEDLEMAN-WUNSCH UNTUK PENJAJARAN DNA DAN PROTEIN APLIKASI DYNAMIC PROGRAMMING DALAM ALGORITMA NEEDLEMAN-WUNSCH UNTUK PENJAJARAN DNA DAN PROTEIN Dian Perdhana Putra - 13507096 Teknik Informatika ITB Jl. Ganesha 10 Bandung e-mail: if17096@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kodon (kode genetik) adalah deret nukleotida pada mrna yang terdiri atas kombinasi tiga nukleotida berurutan yang menyandi suatu asam amino tertentu sehingga sering

Lebih terperinci

BIOMOLEKUL II PROTEIN

BIOMOLEKUL II PROTEIN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 22 Sesi NGAN BIOMOLEKUL II PROTEIN Protein dan peptida adalah molekul raksasa yang tersusun dari asam α-amino (disebut residu) yang terikat satu dengan lainnya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA

KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM MENGGUNAKAN FITUR SPACED N-MERS DAN K-NEAREST NEIGHBOUR FITRIA ELLIYANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Bab. Materi Genetik. Peta Konsep. Pengertian gen dan alel. Gen dan alel. Fungsi gen dan alel DNA. DNA dan RNA RNA. Penggolongan kromosom

Bab. Materi Genetik. Peta Konsep. Pengertian gen dan alel. Gen dan alel. Fungsi gen dan alel DNA. DNA dan RNA RNA. Penggolongan kromosom Bab 3 Materi Genetik Bab 3 Materi Genetik Peta Konsep Gen dan alel Pengertian gen dan alel Fungsi gen dan alel DNA dan RNA DNA RNA Materi genetik Kromosom Penggolongan kromosom Jumlah kromosom Sintesis

Lebih terperinci

METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO. Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat

METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO. Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat METABOLISME PROTEIN/ ASAM AMINO Dr.Yahwardiah Siregar,PhD Dr. Hidayat PENCERNAAN PROTEIN Sebagian besar zat makanan harus dipecahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum diabsorpsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, menjadikan statistika memegang peranan penting dalam kehidupan. Hampir semua fenomena yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggandaan dan penyediaan asam amino menjadi amat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk

Lebih terperinci

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN

Protein. Kuliah Biokimia ke-3 PROTEIN Protein Kuliah Biokimia ke-3 PS Teknologi Hasil Pertanian Univ.Mulawarman Krishna P. Candra, 2015 PROTEIN Protein berasal dari kata latin Proteus (penting) Makromolekul yang dibentuk dari satu atau lebih

Lebih terperinci

Kawalatur Expresi Gen Gene Expression and Regulation

Kawalatur Expresi Gen Gene Expression and Regulation Kawalatur Expresi Gen Gene Expression and Regulation A. Sintesis Protein a) Kod Genetik * Maklumat dalam gen dibawa dalam bentuk kod= kod genetik. * jujukan asid nukleik pada mrna dibaca mengikut kodon=

Lebih terperinci

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept

Substansi Genetik. By Ms. Evy Anggraeny. SMA Regina Pacis Jakarta. Sept Substansi Genetik SMA Regina Pacis Jakarta By Ms. Evy Anggraeny Sept 2013 1 DNA/ADN Terdiri dari gula pentosa, basa nitrogen dan phosphat DNA Sept 2013 2 Macam Basa Dua macam basa Purin Adenine = A pada

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM)

PREDIKSI PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No 1, 2016, Hal 32-41 ISSN 1978 8568 PREDIKSI PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV MODEL (HMM) Mahmudi dan Ardi Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tak bisa lepas dari peran berbagai cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi RNA Total RNA total M. malabathricum telah berhasil diisolasi melalui modifikasi metode Chang et al. (1993). Modifikasi dilakukan pada larutan penyangga dengan peningkatan

Lebih terperinci

Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola

Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola Toto Haryanto Hidden Markov Model Model Probabilistik Cocok Digunakan pada data yang bersifat temporal sekuenseial, contoh : Sinyal (Sinyal Suara, sinyal digital)

Lebih terperinci

Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola. Toto Haryanto

Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola. Toto Haryanto Hidden Markov Model (HMM) dan Pengenalan Pola Toto Haryanto Hidden Markov Model Model Probabilistik Cocok Digunakan pada data yang bersifat temporal sekuenseial, contoh : Sinyal (Sinyal Suara, sinyal digital)

Lebih terperinci

K46-SPP-02. Describe how an amino acid becomes attached to a trna and outline the processes

K46-SPP-02. Describe how an amino acid becomes attached to a trna and outline the processes ANGGI ANGRAENI AMY PUTRI W FEBRI DAMAYANTI B1J006078 B1J006080 B1J006082 K46-SPP-02 Describe how an amino acid becomes attached to a trna and outline the processes that ensure that combinations are formed

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE Castaka Agus Sugianto Program Studi Teknik lnformatika Politeknik TEDC Bandung

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI TEORI GRAF DALAM REKONSTRUKSI RANTAI RNA DARI INTISARI ENZIM LENGKAPNYA

STUDI DAN IMPLEMENTASI TEORI GRAF DALAM REKONSTRUKSI RANTAI RNA DARI INTISARI ENZIM LENGKAPNYA STUDI DAN IMPLEMENTASI TEORI GRAF DALAM REKONSTRUKSI RANTAI RNA DARI INTISARI ENZIM LENGKAPNYA Geri Noorzaman NIM : 13505050 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10,

Lebih terperinci

adalah proses DNA yang mengarahkan sintesis protein. ekspresi gen yang mengodekan protein mencakup dua tahap : transkripsi dan translasi.

adalah proses DNA yang mengarahkan sintesis protein. ekspresi gen yang mengodekan protein mencakup dua tahap : transkripsi dan translasi. bergerak sepanjang molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida ditambahkan secara kovalen pada ujung 3 molekul RNA yang baru terbentuk. Misalnya nukleotida DNA cetakan A,

Lebih terperinci

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA Isah Aisah, Departemen Matematika FMIPA UNPAD, Jatinangor, isah.aisah@unpad.ac.id Abstrak Kode genetik adalah satu set instruksi untuk mentransfer data

Lebih terperinci

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. DNA DAN RNA Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. ADN merupakan blue print yang berisi instruksi yang diperlukan untuk membangun komponen-komponen

Lebih terperinci

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Yuandri Trisaputra, Indriyani, Shellafuri Mardika Biru, Muhammad Ervan Departemen Ilmu Komputer, FMIPA,

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak

DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI. Abstrak DAYA TERIMA DAN KUALITAS PROTEIN IN VITRO TEMPE KEDELAI HITAM (Glycine soja) YANG DIOLAH PADA SUHU TINGGI Nurhidajah 1, Syaiful Anwar 2, Nurrahman 2 Abstrak Pengolahan pangan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model

Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Pengenalan Fonem Vokal Bahasa Jawa Mataraman Menggunakan Metode Liner Predictive Model Dan Hidden Markov Model Ziaul Haq, Teknik Informatika S1,Universitas Dian Nuswantoro Semarang Abstract Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Revolusi di bidang biologi molekuler yang terjadi pada dekade terakhir menyebabkan peningkatan dalam koleksi dan kemudahan dalam memperoleh data genetik berupa data

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION

PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION Fitrisia, Adiwijaya, dan Andrian Rakhmatsyah Program Studi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA

KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA KLASIFIKASI METAGENOM PADA KASUS IMBALANCED DATA DENGAN METODE MAHALANOBIS DISTANCE BASED SAMPLING MAJESTY EKSA PERMANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI FRAGMEN METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK SEBAGAI CLASSIFIER FERDINAN ANDREAS MANGASI SIMAMORA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S

HASIL DAN PEMBAHASAN 28S 18S 4 (http://www.tools.neb.com/nebcutter2/htm). Analisis kesamaan, filogenetik, dan profil berdasarkan urutan nukleotida dan deduksi asam amino dengan Mt2 dari spesies lain menggunakan program MAFFT ver.6.0.

Lebih terperinci

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI DATA METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN LVQ SEBAGAI CLASSIFIER RINDI ANTIKA

PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI DATA METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN LVQ SEBAGAI CLASSIFIER RINDI ANTIKA PEMODELAN BIPLOT PADA KLASIFIKASI DATA METAGENOM DENGAN K-MERS SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN LVQ SEBAGAI CLASSIFIER RINDI ANTIKA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR Achmad Farajallah, Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Setiap organel sel yang mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR

PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR PENYORTIRAN PROTEIN INTRASELULAR Achmad Farajallah, Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi FMIPA IPB Setiap organel sel yang mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR UNTUK KASUS IMBALANCED DATA FIQROTUL ULYA

KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR UNTUK KASUS IMBALANCED DATA FIQROTUL ULYA KLASIFIKASI DEBITUR KARTU KREDIT MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR UNTUK KASUS IMBALANCED DATA FIQROTUL ULYA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN llldden MARKOV MODEL (HMM) UNTUK MENGIDENTIFIKASI RNAFAMILY

PENGGUNAAN llldden MARKOV MODEL (HMM) UNTUK MENGIDENTIFIKASI RNAFAMILY Seminar Nasional Teknologi Informasi 2010 C2 PENGGUNAAN llldden MARKOV MODEL (HMM) UNTUK MENGIDENTIFIKASI RNAFAMILY Toto Haryanto 1) Agus Buono 2) Taufik Djatna 3) ".i 1) Departemen Ilmu Komputer FMIP

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIDDEN MARKOV MODEL PADA PERAMALAN DATA SAHAM

IMPLEMENTASI HIDDEN MARKOV MODEL PADA PERAMALAN DATA SAHAM IMPLEMENTASI HIDDEN MARKOV MODEL PADA PERAMALAN DATA SAHAM M. Zulfikar 1 Alimin Bado 2, Kresna Jaya 2, Md Rafiul Hassan and Baikunth Nath 2 Program Studi Sarjana Statistika Universitas Hasanuddin, fikarz@scientist.com

Lebih terperinci

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu

Ada 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu DNA DNA adalah rantai doble heliks berpilin yang terdiri atas polinukleotida. Berfungsi sebagi pewaris sifat dan sintesis protein. Struktur DNA (deoxyribosenucleic acid) yaitu: 1. gula 5 karbon (deoksiribosa)

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS KLASIFIKASI GENRE MUSIK BERBASIS FFT DAN CONTINOUS DENSITY HIDDEN MARKOV MODEL

SIMULASI DAN ANALISIS KLASIFIKASI GENRE MUSIK BERBASIS FFT DAN CONTINOUS DENSITY HIDDEN MARKOV MODEL ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 262 SIMULASI DAN ANALISIS KLASIFIKASI GENRE MUSIK BERBASIS FFT DAN CONTINOUS DENSITY HIDDEN MARKOV MODEL SIMULATION AND ANALYSIS

Lebih terperinci

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Abstrak 1 Sri Rahayu, 2 Teguh Bharata Adji & 3 Noor Akhmad Setiawan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga

EKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga EKSPRESI GEN Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga Mengalirnya informasi dari DNA menuju protein tidak dapat berjalan secara langsung. Pertama DNA akan digunakan sebagai model / cetakan dalam sintesis

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN

KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN KLASIFIKASI PROTEIN FAMILY MENGGUNAKAN ALGORITME PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) RIZKY KURNIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Graf Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan

Lebih terperinci

Pentingnya Proses Translasi Akhir Protein dalam Ekspresi Genom dan Fitur Pelipatan Protein dan Penyambungan Intein

Pentingnya Proses Translasi Akhir Protein dalam Ekspresi Genom dan Fitur Pelipatan Protein dan Penyambungan Intein Pentingnya Proses Translasi Akhir Protein dalam Ekspresi Genom dan Fitur Pelipatan Protein dan Penyambungan Intein Anggota : Lia Indraswari B1J006116 Rr. Indri Mayasari B1J006118 Dwiwiyati Nurul. S B1J006122

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA

BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA 50 BAB IV APLIKASI MODEL HIDDEN MARKOV DISKRET PADA DNA Pada Bab ini dijelaskan mengenai DNA cendawan pada spesies Aspergillus niger [http://www.ncbi.nlm.gov/ 06/05/2009] sebagai data input yang digunakan

Lebih terperinci