Pemberdayaan Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemberdayaan Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi"

Transkripsi

1 Pemberdayaan Kube Jamur Tiram Gotong Royong Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Erlyna Wida R 1) dan Choirul Anam 2) 1. Staf Pengajar di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS 2. Staf Pengajar di Prodi ITP Fakultas Pertanian UNS ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi KUBE adalah kurang efisiennya alat sterilisasi pembuatan baglog, management KUBE relative rendah dan pengembangan bisnis para anggota KUBE relative terbatas. Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan produksi dan omset penjualan sehingga pendapatan/ keuntungan para anggota KUBE meningkat. Sedangkan tujuan khususnya yaitu : 1) peningkatan tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram dengan menggunakan bahan bakar limbah pertanian dan 2) perkuatan kelembagaan dan akses permodalan. Secara garis besar implementasi kegiatan ini yaitu menggunakan metode observasi, diskusi, introduksi tehnologi, pelatihan dan pendampingan secara terpadu. Tehnologi yang diintroduksikan adalah alat sterilisasi jamur tiram sedangkan pelatihan yang diselenggarakan adalah pelatihan manajemen usaha, pembukuan praktis, pembibitan jamur tiram dan perkuatan kelembagaan. Pendampingan yang dilakukan mulai dari penggunaan alat sterilisasi sampai akses permodalan ke lembaga perbankan. Implementasi kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan. Hasil kegiatan sebagai berikut: a) penambahan 3 unit alat sterilisasi baglog jamur tiram yang digunakan oleh kelompok jamur tersebut, b) anggota kelompok jamur tiram memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola budidaya jamur tiram, c) anggota kelompok jamur tiram memiliki pembukuan laporan keuangan usaha budidaya jamur tiram, d) tersalurkannya kredit dari lembaga perbankan bagi anggota KUBE sebanyak 7 orang, e) kelembagaan kelompok jamur tiram mampu mengembangkan kelembagaan kelompok yang tangguh dan pendapatan anggota KUBE meningkat sebesar 10%. Kata kunci : baglog, sterilisasi, akses permodalan, pendampingan ABSTRACT Problems faced by KUBE that are : a) Not yet efficient of usage of sterilization appliance in making of mushroom baglog, b) Management of KUBE which lower relative, c) Development of business each member of KUBE which still limited. Main target of this activity are increase product and sale volume so that earnings/ advantage of all member KUBE. While target specially that is : a) the make-up of sterilization technology of oyster mushroom baglog by using fuel of agriculture waste, b) strength group and capital access. Broadly speaking, the implementation of this activity is to use the method of observation, discussion, introduction of technology, training and mentoring in an integrated manner. Technology that was introduced sterilizer oyster mushrooms while training are organized business management training, practical book-keeping, breeding oyster mushrooms and 1

2 institutional strengthening. Mentoring is done from the use of sterilization equipment to access capital to the banking institutions. Implementation of activities in accordance with the plan of action. The results of the following activities: a) added 3 unit sterilization appliance unit have been designed and then introduce to KUBE, b) members of the oyster mushroom have the knowledge and skills in managing the oyster mushroom cultivation, c) members of the oyster mushroom has a financial filing oyster mushroom cultivation, d) signals to pass credit from banking institutions for as many as 7 people KUBE members, e) institutional group capable of oyster mushrooms develop a strong institutional and income group KUBE members increased by 10%. Key words: baglog, sterilization, access to capital, mentoring PENDAHULUAN Program Sibermas mulai tahun 2008 yang dilakukan oleh LPPM UNS-LPPM UMS, DIKTI dan PEMDA Kabupaten Ngawi memfokuskan kegiatan pemberdayaan masyarakat di tiga desa yaitu Desa Sambirejo, Manisharjo dan Sidomulyo. Salah satu kegiatan Sibermas pada tahun I (tahun 2008) adalah pemberdayaan petani jamur tiram di Desa Sidomulyo (Choirul, 2008). Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan budidaya jamur tiram bagi petani jamur tiram pada khususnya dan masyarakat yang berminat pada umumnya, introduksi alat sterilisasi dengan kapasitas yang lebih besar mencapai 200 baglog per tabung (drum) dan pembentukan kelembagaan kelompok jamur tiram. Kelompok jamur tiram yang terbentuk diberi nama Gotong Royong dimana mempunyai 15 anggota. Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri mereka (Ravik Karsidi, 2002). Kondisi sosial budaya yang berkembang di masyarakat akan mempengaruhi kecepatan adopsi usahatani yang sedang berkembang di masyarakat. Jika ada usahatani baru yang sedang berkembang, maka para petani wait and see dalam menyikapi usahatani tersebut (Erlyna dan Suminah, 2011). Dalam pemberdayaan tersebut, selain perkuatan kelembagaan kelompok juga dilakukan perkuatan permodalan. Dari hasil monitoring dan evaluasi, pada tahun 2009 terjadi penambahan jumlah petani jamur tiram sebanyak 3 orang di desa tersebut sehingga jumlah anggota kelompok menjadi 18 orang dan 2 orang di luar Desa Sidomulyo sebagai dampak dari hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Perguliran permodalan dan peralatan sterilisasi dapat berjalan lancar tanpa menemui kendala. 2

3 Cara membuat media tanam dengan mencampur semua bahan kemudian ditambah air hingga kandungan airnya 60% dan dimasukan kedalam polibag. Setelah dilakukan pemadatan pada media, selanjutnya disterilkan pada suhu 121 o C ( Anonim, 2012). Alat sterilisasi yang diberikan kepada kelompok juga digunakan oleh para anggotanya untuk membuat baglog dengan cara bergulir. Peminjaman alat dikenakan biaya sewa sebesar Rp untuk setiap kali memproduksi baglog. Alat sterilisasi bisa dipinjamkan kepada pihak lain di luar anggota selama alat tersebut tidak digunakan anggota untuk memproduksi baglog. Biaya sewa yang dikenakan kepada pihak lain tersebut juga lebih tinggi dibandingkan biaya sewa yang dikenakan kepada para anggota kelompok. Selama monitoring, alat steril tersebut selalu dalam peminjaman sehingga dapat dikatakan alat tersebut benar-benar dibutuhkan oleh anggota kelompok. Tahun 2010, kelompok ini memperoleh program IbM Batch II dimana fokus kegiatan pada peningkatan tehnologi sterilisasi dan manajemen usaha (Nur Her, 2010). Jumlah anggota KUBE Gotong Royong meningkat menjadi sebesar 22 orang. Hasil kegiatan IbM tahun 2010 adalah introduksi alat sterilisasi dengan kapasitas peralatan sebesar unit baglog per proses sterilisasi tergantung besarnya ukuran baglog. Alat yang diintroduksikan yang berkapasitas besar, sehingga menjadikan lebih efisien jika baglog yang disterilisasi dalam jumlah besar pula. Kemampuan anggota KUBE dalam setiap proses sterilisasi sebesar unit baglog sehingga setiap proses sterilisasi dibutuhkan 2 3 orang anggota KUBE yang melakukan proses sterilisasi dalam waktu yang bersamaan. Peralatan ini ditempatkan pada satu anggota karena peralatan ini relatif sukar dan berat dipindahkan sehingga jika melakukan proses sterilisasi baglog dari anggota dikumpulkan menjadi satu. Sebagian besar anggota merasa keberatan jika baglog dicampur dalam setiap proses sterilisasi karena baglog bisa tercampur dengan baglog dari anggota KUBE yang lain. Selain itu, mereka juga keberatan dalam membawa baglog ke tempat peralatan sterilisasi karena dirasa kurang efisien dalam segi waktu dan tenaga. Selain sebagai petani jamur tiram, para petani yang ada di desa ini juga menerima pemesanan baglog dari petani jamur tiram lainnya. Harga per baglog yang siap untuk dibudidayakan berkisar antara Rp Rp Keuntungan yang diterima sebesar Rp 200 Rp 300 per baglog. Bibit jamur tiram F2 didatangkan dari daerah Karangpandan Kabupaten Karanganyar. Dari bibit F2 kemudian diperbanyak menjadi F3 yang siap ditanam pada baglog yang telah disterilisasi. 3

4 Sebagian anggota KUBE sudah melakukan proses pembukuan keuangan dalam budidaya jamur tiram maupun pembuatan baglog. Pembukuan ini sangat berguna untuk melihat kondisi usaha budidaya jamur tiram maupun usaha pembuatan baglog, sehingga sebagian anggota belum secara pasti mengetahui berapa keuntungan yang diterima dari usaha yang sedang digelutinya tersebut. Modal awal yang digunakan dalam budidaya jamur tiram ini adalah modal pribadi, maupun pinjaman dari saudara dekat. Prospek usaha cukup menjanjikan namun peluang ini belum dapat dimanfaatkan secara baik oleh para anggota. Selama ini, para anggota KUBE belum memanfaatkan jasa perbankan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menurut mereka dikarenakan persyaratan yang rumit, potongan administrasi yang banyak, waktu pencairan relative lama dan bunga relative tinggi sehingga mereka enggan memanfaatkan jasa perbankan. Pemasaran jamur tiram maupun baglog tidak menemui kendala karena para pedagang pengumpul dan pemesan baglog yang datang ke desa ini. Setiap petani sudah memiliki pedagang pengumpul dan pemesan baglog sendiri, sehingga pasar dari jamur tiram ini jelas. Permasalahan yang dihadapi oleh KUBE yaitu : a. Belum efisiennya penggunaan alat sterilisasi dalam pembuatan baglog jamur b. Pengelolaan kelembagaan KUBE yang relatif rendah c. Pengembangan usaha pada masing-masing anggota KUBE yang masih terbatas Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan produksi dan omset penjualan sehingga pendapatan/ keuntungan para anggota KUBE meningkat. Sedangkan tujuan khususnya yaitu : a. Peningkatan tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram dengan menggunakan bahan bakar limbah pertanian b. Perkuatan kelembagaan dan akses permodalan MATERI DAN METODE Secara garis besar implementasi kegiatan ini yaitu menggunakan metode observasi, diskusi, introduksi tehnologi, pelatihan dan pendampingan secara terpadu. Setiap ipteks yang diterapkan, metode yang ditawarkan sebagai berikut : a. Peningkatan Tehnologi Sterilisasi Tehnologi sterilisasi yang telah diintroduksikan kepada kelompok jamur ini, ditingkatkan efisiensi penggunaannya. Kapasitas produksi disesuaikan dengan kebiasaan para anggota 4

5 KUBE dalam melakukan proses sterilisasi sehingga dapat diminimalisasi kapasitas yang menganggur yang dapat menimbulkan ketidakefisienan. b. Perkuatan kelembagaan KUBE dan akses permodalan pada lembaga perbankan Perkuatan akses permodalan dengan melakukan : 1) Pelatihan manajemen usaha bagi anggota kelompok 2) Pelatihan pembukuan praktis bagi anggota kelompok 3) Pelatihan pembibitan jamur tiram 4) Perkuatan kelembagaan kelompok dari sisi manajemen dan permodalan c. Pendampingan Pendampingan dilakukan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan mulai dari penggunaan alat sterilisasi yang telah diintroduksikan dan tindak lanjut pelatihan mulai dari pembukuan pembukuan usaha sampai akses terhadap permodalan dari lembaga perbankan. d. Monitoring dan evaluasi kegiatan Monitoring dilakukan pada setiap kali kegiatan dimulai dari introduksi alat sterilisasi sampai akses ke lembaga permodalan perbankan. Evaluasi kegiatan dilakukan pada akhir setiap kegiatan beserta tindak lanjut kegiatan yang telah dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Program IbM tahun 2011 disosialisasikan kepada KUBE Gotong Royong di Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Dalam sosialisasi tersebut, Tim Pelaksana memaparkan program-program yang akan dilaksanakan berdasarkan ajuan dalam proposal. Hasil sosialisasi terjadi beberapa program yang direvisi dalam kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu : a. rancang bangun alat sterilisasi baglog jamur tiram disesuaikan dengan kebutuhan para anggota kelompok. Kapasitas alat sterilisasi yang semula sebesar 400 unit baglog per sterilisasi dinaikkan menjadi 600 unit baglog per sterilisasi. b. pembentukan pra koperasi Pelaksanaan kegiatan dalam program IbM ini adalah : a. Rancang bangun alat sterilisasi baglog jamur tiram Tim pelaksana merancang bangun kembali kapasitas peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan para anggota KUBE dalam setiap kali proses sterilisasi. Dalam merancang 5

6 bangun peralatan tersebut, tim pelaksana sebelumnya melakukan studi banding ke sentra pembuatan baglog yang menggunakan alat sterilisasi seperti yang dimaksudkan. Dari hasil studi banding, tim kemudian memodifikasi lebih baik alat sterilisasi yang sudah ada sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan. Alat tersebut juga dilengkapi dengan thermometer untuk mengukur suhu dalam ruang sterilisasi. Jika thermometer menunjukkan suhu yang tinggi, supaya alat tidak meledak maka uap panas dapat dikeluarkan dari alat tersebut dengan membuka corong yang telah dipasang. b. Introduksi alat sterilisasi baglog jamur tiram Sebanyak 3 unit alat sterilisasi yang sudah selesai dirancang bangun kemudian diintroduksikan kepada KUBE. Dalam proses sterilisasi baglog jamur tiram, setiap proses sterilisasi memerlukan waktu antara 6 7 jam untuk 600 unit baglog. Dalam introduksi tersebut juga disepakati bahwa alat tersebut akan ditempatkan di rumah Bapak Basuki karena aksesnya relatif mudah dan kedekatan dengan anggota KUBE lainnya. c. Pelatihan pembibitan jamur Pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh para anggota KUBE dalam pengembangan usaha secara pribadi maupun pengembangan usaha kelompok. Sering bibit jamur tiram tidak ada di tingkat produsen bibit karena kehabisan stok. Kebutuhan bibit jamur tiram secara kontinu baik di tingkat KUBE maupun di luar KUBE di Kabupaten Ngawi menunjukkan peningkatan. Hal ini merupakan peluang bisnis sendiri jika KUBE dapat menangkap peluang bisnis ini. Pelatihan pembibitan jamur tiram ini dilaksanakan di Agro Makmur Karangpandan Kabupaten Karanganyar dimana Agro Makmur sebagai lembaga pelatihan yang pioneer dalam hal pembibitan jamur tiram. d. Pelatihan manajemen usaha Pelatihan manajemen usaha lebih ditekankan bagaimana para anggota KUBE dalam mengelola usahanya mulai dari pengadaan bahan baku, prosesing sterilisasi, budidaya jamur tiram, sampai pemasaran jamur tiram dan baglog. Beberapa anggota KUBE telah melakukan diversifikasi usaha sebagai pembuat baglog karena usaha ini lebih cepat mendatangkan keuntungan daripada budidaya jamur tiram. e. Pelatihan pembukuan praktis 6

7 Pelatihan pembukuan usaha berupa pembukuan praktis mutlak diperlukan untuk mengetahui perkembangan usaha baik di tingkat kelompok maupun di tingkat anggota kelompok. Pelatihan ini mencontohkan proses pembukuan yang dikumpulkan dari nota-nota pembelian maupun penjualan kemudian dicatat dalam sebuah buku. Dengan pencatatan dari nota-nota tersebut dapat diketahui keuntungan/ pendapatan dan perkembangan usaha budidaya jamur tiram maupun usaha penjualan baglog. f. Akses permodalan ke lembaga perbankan Tambahan permodalan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha baik usaha budidaya jamur tiram maupun usaha pembuatan baglog. Dalam kegiatan akses permodalan ke lembaga perbankan, BRI Unit Ngrambe sebagai salah satu lembaga perbankan menawarkan skim kredit yang dapat disalurkan kepada para produsen jamur tiram maupun baglog. Skim kredit yang ditawarkan antara lain skim KUR (kredit usaha rakyat bagi yang belum pernah menerima kredit perbankan dan kupedes bagi yang sudah pernah menerima kredit dari perbankan). Dipilihnya BRI Unit Ngrambe dalam akses permodalan ke lembaga perbankan ini karena satu-satunya lembaga perbankan di wilayah tersebut yang menawarkan kredit dengan bunga rendah, akses transportasi yang relatif mudah dan kemudahan dalam proses pengajuan kredit. g. Pembentukan pra koperasi Tujuan pembentukan koperasi adalah menyejahterakan para anggotanya. Syarat pembentukan koperasi berbadan hukum salah satunya adalah memiliki modal disetor di bank minimal sebanyak Rp 15 juta. Karena kesulitan dalam pengumpulan modal disetor, maka para anggota KUBE sepakat untuk mendirikan pra koperasi terlebih dahulu dimana jika modal disetor sudah mencukupi baru didaftarkan badan hukumnya. Koperasi yang dibentuk sebagai salah satu sumber permodalan bagi anggotanya. Melalui kesepakatan dalam rapat KUBE, para anggota KUBE diwajibkan menjadi anggota koperasi. h. Perkuatan kelembagaan kelompok Tantangan ke depan yang dihadapi KUBE Gotong Royong semakin berat dikarenakan para pesaing di dalam wilayah Ngrambe maupun di luar wilayah Ngrambe dalam budidaya jamur tiram semakin banyak. Kekompakan anggota dan kemampuan pengurus KUBE dalam mengelola organisasi sangat diperlukan guna keberlangsungan KUBE. Untuk itu diperlukan perkuatan kelembagaan kelompok dengan cara : a) keterbukaan kepengurusan dalam 7

8 kelompok kepada para anggotanya, b) meningkatkan manajemen kelembagaan kelompok yang lebih baik lagi, c) keterbukaan dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam kelompok, d) meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kepemimpinan sumberdaya manusia dalam kelompok tersebut. Untuk itu, diperlukan pendampingan dari Tim Pelaksana dalam kegiatan baik yang bersifat rutin maupun accidential. Dari berbagai pelaksanaan implementasi tersebut di atas, pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan akan tetapi pada masyarakat yang masih terbatas sehingga dapat berkembang hingga mencapai kemandirian (Shanti, etc.all, 2011). Hasil Monitoring dan Pendampingan Kegiatan yang Telah Dilakukan Monitoring dan pendampingan kegiatan yang telah dilakukan minimal 2 minggu sekali setelah program berjalan. Monitoring dan pendampingan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program kegiatan yang telah dilaksanakan oleh kelompok jamur tiram, mengetahui kendala-kendala yang terjadi di lapangan dan mengetahui perkembangan usaha di tingkat anggota kelompok. Hasil monitoring dan pendampingan kegiatan yang telah dilakukan sebagai berikut : a. Monitoring dan pendampingan pada penggunaan alat sterilisasi Hasil monitoring diketahui bahwa alat sterilisasi telah digunakan secara maksimal oleh para anggota KUBE. Dengan penggunaan alat tersebut, para anggota KUBE dapat mensterilkan baglog secara lebih efisien daripada sebelumnya. Efisien ini ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya. b. Monitoring dan pendampingan manajemen usaha Anggota KUBE relative mampu mengelola usaha baik usaha budidaya jamur tiram maupun pembuatan baglog. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas usaha baik jumlah baglog yang dibudidayakan maupun peningkatan jumlah baglog yang dijual oleh anggota KUBE. Kendala yang dihadapi di lapangan adalah musim panen raya jamur tiram menyebabkan harga jual lebih rendah sebesar Rp / kg disbanding harga jual pada umumnya. Untuk menekan harga jual jamur tiram yang terjadi penurunan, para anggota KUBE sepakat untuk melakukan penjadwalan pola/ waktu budidaya jamur tiram. Hasil monitoring lainnya adalah sebagian besar para anggota KUBE telah melakukan pembukuan usaha dengan baik yang dapat memberikan gambaran perkembangan usaha. 8

9 c. Monitoring pelatihan pembibitan jamur tiram Tindak lanjut pelatihan pembibitan jamur tiram sampai sekarang belum ada tindak lanjut yang berarti. Biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan ini relative mahal yang komponen terbesarnya adalah pada investasi peralatan. Peserta pelatihan mengupayakan untuk melakukan peminjaman peralatan yang dibutuhkan ke Dinas Pertanian untuk melakukan uji coba dalam proses pembibitan. d. Monitoring dan pendampingan kelembagaan kelompok Setiap bulan sekali, KUBE melakukan koordinasi/ pertemuan rutin membahas mengenai permasalahan yang terjadi sekitar produksi jamur tiram, produksi baglog, harga jual baglog dan harga jual jamur tiram. Selain itu, dalam pertemuan tersebut juga dilangsungkan kegiatan pra koperasi yang melayani simpan pinjam untuk kebutuhan permodalan bagi para anggotanya. e. Monitoring akses permodalan ke lembaga perbankan Beberapa anggota KUBE telah dapat meningkatkan skala usahanya berkat skim kredit yang disalurkan oleh BRI Unit Ngrambe. Beberapa anggota lainnya masih dalam proses verifikasi dan pengajuan persyaratan kredit. Skim kredit yang diberikan dalam skim KUR dan kupedes. Luaran Kegiatan Luaran yang tercapai dalam program ini adalah : a. Penambahan 3 unit alat sterilisasi baglog jamur tiram yang digunakan oleh kelompok jamur tersebut dengan kapasitas 400 unit baglog per proses sterilisasi dan waktu yang dibutuhkan sekitar 6 7 jam. b. Anggota kelompok jamur tiram memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola budidaya jamur tiram c. Anggota kelompok jamur tiram memiliki pembukuan laporan keuangan usaha budidaya jamur tiram d. Dibentuknya pra koperasi dengan kepengurusan sama seperti dalam kepengurusan KUBE e. Tersalurkannya kredit dari lembaga perbankan bagi anggota KUBE f. Kelembagaan kelompok jamur tiram mampu mengembangkan kelembagaan kelompok yang tangguh 9

10 g. Pendapatan anggota KUBE meningkat sebesar 10% Evaluasi Kegiatan Secara umum, kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hanya ada satu kegiatan tindak lanjut pelatihan pembibitan jamur tiram yang belum berjalan karena keterbatasan dalam pengadaan investasi peralatan. Namun hal tersebut sedang diusahakan dalam proses peminjaman ke dinas terkait untuk uji coba hasil pelatihan. Kegiatan yang telah dilaksanakan memberikan peningkatan terhadap pendapatan anggota KUBE. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Introduksi tehnologi sterilisasi baglog jamur tiram berjalan dengan lancar. Peralatan dapat diimplementasikan dengan baik di tingkat KUBE sehingga dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. b. Perkuatan kelembagaan KUBE dan akses permodalan kepada lembaga perbankan ditingkatkan melalui program pendampingan. c. Manajemen usaha KUBE lebih baik jika dibandingkan sebelum adanya program IbM ini d. Perkuatan kelembagaan KUBE semakin kuat Saran a. Peluang usaha pembibitan jamur tiram terbuka luas, seyogyanya peluang tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Diperlukan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengadaan peralatan yang dibutuhkan sehingga usaha pembibitan jamur di Ngawi dapat didirikan b. Pendampingan usaha ke depan dititikberatkan pada proses pengolahan mengingat semakin banyanya pesaing pembudidaya jamur tiram. 10

11 DAFTAR PUSTAKA Anonim Baglog Jamur Tiram. Tiram.html Choirul Anam Laporan Sibermas Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat (P4GKM LPPM UNS). Surakarta Erlyna Wida R dan Suminah Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Knservasi Lahan Rawan Bencana Longsor di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume 7 Nomor 1 Juli Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. Nur Her Riyadi P Laporan IbM Kelompok Jamur Tiram Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Pusat Layanan Bisnis (BDS LPPM UNS). Surakarta Ravik Kaarsidi Pemberdayaan Masyarakat Petani dan Nelayan. Semiloka Pemberdayaan Masyarakat di Jawa Tengah dalam Rangka Pelaksanaan Otoda. Badan Pemberdayaan Masyarakat Jateng. Semarang 4-6 Juni 2002 Shanti Emawati. Ayu Intan Sari. Endang Tri Rahayu. Agni Hanifa Rancangan Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin di daerah Rawan Bencana Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Sebagai Upaya untuk Mewujudkan Agrowisata Peternakan. Jurnal Caraka Tani. Volume XXVI No 1 Maret Fakultas Pertanian UNS. Surakarta 11

BUSINESS DEVELOPMENT TUNGGAKSEMI AFFINITY GROUPS IN ORDER TO IMPROVEMENT FOOD SECURITY IN SUMBEREJO VILLAGE BATU DISTRICT BATU CITY)

BUSINESS DEVELOPMENT TUNGGAKSEMI AFFINITY GROUPS IN ORDER TO IMPROVEMENT FOOD SECURITY IN SUMBEREJO VILLAGE BATU DISTRICT BATU CITY) AGRISE Volume XIV No. 1 Bulan Januari 2014 ISSN: 1412-1425 IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) PENGEMBANGAN USAHA PRODUKTIF KELOMPOK AFINITAS TUNGGAKSEMI DALAM RANGKA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci

INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA

INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA INTRODUKSI TEHNOLOGI PENGOVENAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN BAKPIA ERLYNA WIDA R 1 DAN CHOIRUL ANAM 2 1 Staf Pengajar di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS 2 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan serta permintaan masyarakat. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo

Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo Ipteks bagi Masyarakat Petani Jamur Tiram Penyandang Disabilitas di Purworejo Didik Widiyantono 1*, Niswatun Hasanah 2 1 Program studi Agribisnis/Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH SEBAGAI AGRIBISNIS PROSPEKTIF BAGI GAPOKTAN SEROJA I KANDANG LIMUN BENGKULU DEVELOPMENT OF OYSTER MUSHROOM CULTIVATION AS PROSPECTIVE AGRIBUSINESS IN GAPOKTAN SEROJA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BUDIDAYA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK TURUNAN IKAN LELE

OPTIMALISASI BUDIDAYA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK TURUNAN IKAN LELE Volume 23 No. 1, Januari Maret 2017 p-issn: 0852-2715 e-issn: 2502-7220 OPTIMALISASI BUDIDAYA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK TURUNAN IKAN LELE Listiorini * ; Yani Suryani 2 ; Desi Ika 3 Prodi Akuntansi STIE

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN

INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN Agros Vol.17 No.1 Januari 2015:1-6 ISSN 1411-0172 INTENSIFIKASI BUDIDAYA JAMUR KUPING DI PAKEM SLEMAN INTENSIFICATION OF JELLY MUSHROOM CULTIVATION IN PAKEM SLEMAN Sulistiya; Retno Lantarsih; Titop Dwiwinarno

Lebih terperinci

SINERGI DALAM PEMANFATAN POTENSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI

SINERGI DALAM PEMANFATAN POTENSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SINERGI DALAM PEMANFATAN POTENSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI Oleh: IR. Choirul Anam, MP, MT, Erlyna Wida R, SP.MP, Mujiyo, SP, MP, Dra. Suminah,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Jurnal DIANMAS, Volume 6, Nomor 2, Oktober2017 PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi

Lebih terperinci

Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila

Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila Influence The Amount Of Credit And The Interest Rate On The Income Of Micro Customers In BRI Units Kabila Delvi Suleman, Amir Halid, Ria Indriani Majoring in Agribusiness, Agricultural, State Universitas

Lebih terperinci

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04 Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI ABSTRACT

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI ABSTRACT 1 PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DI DESA BELANGA KINTAMANI SUKEWIJAYA, I M., RINDANG DWIYANI, I.A.MAYUN, N.N. ARI MAYADEWI, DAN COK. G.A. SEMARAJAYA Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Kusu Lokasi Penelitian John R Pattiasina C452070304 Lampiran 2 Gambar Alur Proses Penelitian Observasi Wawancara STUDI Teridentifikasi : Faktor-faktor SWOT Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3

Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo. Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 Pemberdayaan Kelompok Tani Usaha Budidaya Jamur Tiram Kelurahan Kambo Kecamatan Mungkajang Kota Palopo Sapar 1 Muh. Halim Palatte 2 Imran Ukkas 3 No. HP 081317040503¹, 085398014496², 085242945887³ ¹Alamat

Lebih terperinci

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU 7.1. Evaluasi dan Strategi Pemberdayaan Keluarga Miskin 7.1.1. Evaluasi Kegiatan KUBE di Kelurahan Maharatu.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK LELE TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT

PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK LELE TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT PENINGKATAN KAPASITAS PETERNAK LELE TRADISIONAL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT Wignyo Winarko 1, Akhmad Jufriadi 2, Hena Dian Ayu 3 1,2,3 Universitas Kanjuruhan Malang akhmadjufriadi@unikama.ac.id

Lebih terperinci

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad** IbM AYAM KAMPUNG DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS PERKANDANGAN SEMI INTENSIF DAN PAKAN KONSENTRAT BERBAHAN BAKU LOKAL DI DESA PANDEYAN, KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR Sutrisno Hadi Purnomo*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutanhidupnya, oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagisetiap orang.berdasarkan hal itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang dilakukan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E)

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E) Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: CHEVIENE CHARISMA PUTRIE NIM. 115020200111003 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT I b M LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT I b M PENGRAJIN MINYAK DAUN CENGKEH DI KECAMATAN SINE KABUPATEN NGAWI Oleh : Ir Sukardi,MS Evi Kurniati,STP,MT NIP.19600626 198601 1 001 /Ketua Tim NIP.19760415

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGGUNAKAN TABUNGAN PADA PD. BPR BANK DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGGUNAKAN TABUNGAN PADA PD. BPR BANK DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGGUNAKAN TABUNGAN PADA PD. BPR BANK DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR 1) Alvina Novita Dewi 1), PW. Agung 2) Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila

Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1. 3, Januari-Maret 2014 ISSN: 2338-4603 Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila Amir Halid, Ria

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

Avia Mina Business Plan

Avia Mina Business Plan Avia Mina Business Plan 1.0 Excecutive Summary The Company Avia Mina adalah perusahaan pembudidaya dan penjualan ternak ikan air tawar yang terintegrasi dengan ternak unggas. Avia Mina akan berfokus pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Pembangunan peternakan rakyat (small farmers) di negara yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret

PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN LV. Ratna Devi S 1,2), Susantiningrum 1,3) 1) Pusat Pengembangan Kewirausahaan LPPM Universitas

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PELUANG PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PETANI DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBURAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Tommy Purba dan Abdullah Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM KEUANGAN SYARIAH DI KSPS JATIMULYO, WONOGIRI Tutik Susilowati 1,2), Selly Astriana 1,3)

APLIKASI SISTEM KEUANGAN SYARIAH DI KSPS JATIMULYO, WONOGIRI Tutik Susilowati 1,2), Selly Astriana 1,3) APLIKASI SISTEM KEUANGAN SYARIAH DI KSPS JATIMULYO, WONOGIRI Tutik Susilowati 1,2), Selly Astriana 1,3) 1) Pusat Pengembangan Kewirausahaan, LPPM, Universitas Sebelas Maret 2) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK Jakarta, Januari 2013 KATA PENGANTAR Pengembangan kelembagaan peternak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN : INTRODUKSI MESIN PENGUPAS KACANG TANAH DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS USAHA MIKRO Rhina Uchyani dan Choiroel Anam Staf Pengajar Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Peer Group PSP-KUMKM LPPM UNS Email:

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus sp) DI KOTA MEDAN Noviarny Anggasta Lara Sumarlan*), Iskandarini**), Lily Fauzia**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN (I b M)

LAPORAN KEMAJUAN (I b M) LAPORAN KEMAJUAN (I b M) I b M TEKNOLOGI PASCA PANEN WORTEL PADA KELOMPOK TANI WORTEL DI KABUPATEN KARANGANYAR Tahun Ke 1 dari rencana 1 tahun Oleh Dr.Ir. JOKO SUTRISNO, MP NIDN. 0024086705 KETUA FANNY

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR

PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK BUDIDAYA JAMUR Kartika Senjarini & Kosala Dwidja Purnomo Abstract Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup padat, penanganan permasalahan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berpotensi besar untuk dikembangkan, salah satunya pada tanaman obat. Trend gaya hidup back to nature yang berkembang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan akan pangan, sehingga kecukupan pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak asasi yang

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS () DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Eva Fauziyah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses

Lebih terperinci

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan BAB III VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. VISI Berdasarkan kondisi eksternal dan internal serta sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 PERTANIAN MODEREN berwawasan Agribisnis CARA PANDANG KEGIATAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA JAMUR TIRAM DAN PENGOLAHAN NYA MENJADI ANEKA PRODUK SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA

BUDIDAYA JAMUR TIRAM DAN PENGOLAHAN NYA MENJADI ANEKA PRODUK SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM DAN PENGOLAHAN NYA MENJADI ANEKA PRODUK SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA Setia Iriyanto Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Semarang E-mail : setiairiyanto@unimus.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini sektor pertanian tetap dijadikan sebagai sektor andalan, karena sektor ini telah terbukti tetap bertahan dari badai krisis moneter, sementara itu sektor-sektor

Lebih terperinci

(bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis. (Arman Hakim Nasution, 2007)

(bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis. (Arman Hakim Nasution, 2007) UPAYA PEMBERDAYAAN PERILAKU PRODUKTIF SANTRI DENGAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID DESA KARANGANYAR KECAMATAN PAITON PROBOLINGGO 1) Anis Yusrotun Nadhiroh, 2) Siti Romelah 1,2)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan secara komersial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Contents 1. Pertanian berwawasan agribisnis 2. Konsep Agribisnis 3. Unsur Sistem 4. Mata Rantai Agribisnis 5. Contoh Agribisnis Pertanian Moderen berwawasan Agribisnis

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET 6.1 Mekanisme Penyaluran Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet ini dilakukan untuk meningkatkan mutu hasil bahan olah karet

Lebih terperinci

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I.

DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I. DAMPAK INOVASI TEKNOLOGI AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHA MELALUI PROGRAM P3TIP DI D.I. YOGYAKARTA (Studi kasus di UP FMA Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo) Arti

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam kehidupan. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian juga memberikan pengaruh

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) PEMBERDAYAAN KELOMPOK AISYIYAH DALAM PENGELOLAAN SALAK PONDOH DI KECAMATAN TURI, SLEMAN, DIY Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Oleh : Ir. Agus Nugroho

Lebih terperinci

Kata kunci : Efisiensi Biaya, Pendapatan, Biaya, Pelaku Budidaya Bibit Jamur Tiram

Kata kunci : Efisiensi Biaya, Pendapatan, Biaya, Pelaku Budidaya Bibit Jamur Tiram 1 ANALISIS EFISIENSI BIAYA PADA PELAKU BUDIDAYA BIBIT JAMUR TIRAM DI DESA PATEMON KABUPATEN BONDOWOSO THE ANALYSIS OF COST EFFICIENCY ON THE OWNERS OF CULTIVATING OYSTER MUSHROOM SEEDS IN PATEMON BONDOWOSO

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PINJAMAN DANA TANPA BUNGA UNTUK PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN BARITO KUALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN... IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI DALAM PENGOLAHAN PRODUK BERBAHAN BAKU SUSU SAPI DI KELURAHAN CEPOKO KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Lebih terperinci

Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan. Program-Program. Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian /3/2007 1

Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan. Program-Program. Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian /3/2007 1 Program-Program Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian 2007 9/3/2007 1 Outline Pendahuluan Peran Departemen Pertanian P4K, Model

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN. A. Prosedur Pelaksanaan Praktek Industri (PI) Bidang Busana Mahasiswa PKK FPTK UPI

BAB III PELAKSANAAN. A. Prosedur Pelaksanaan Praktek Industri (PI) Bidang Busana Mahasiswa PKK FPTK UPI BAB III PELAKSANAAN A. Prosedur Pelaksanaan Praktek Industri (PI) Bidang Busana Mahasiswa PKK FPTK UPI 1 Mengurus surat perizinan mengikuti PI melalui Fakultas 2 Observasi - Surat izin dari Fakultas -

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN Liana Vivin Wihartanti Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas PGRI Madiun lianavivin1987@gmail.com

Lebih terperinci