ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI I"

Transkripsi

1 i TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2012

2 ii ABSTRACT ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI Women Participation Level and Its Effect toward the Economic Independency of Women Participant in National Community Empowerment Program (PNPM) Independent City under Supervision of TITIK SUMARTI This study is focusing on Women Participation Level and Its Effect toward the Economic Independency of Women Participant in National Community Empowerment Program (PNPM) Independent City which is one factor that affecting the women participant economic independency of PNPM Independent City. The aims of this study are 1) analyze the participation of women in PNPM Independent City program, 2) analyze which driving factors that most affecting toward the participation level of women in PNPM Independent City, 3) analyze how far is the participation level of women affecting toward the women economic independency in PNPM Independent City program. Respondents are women which are the participant of PNPM Independent City program with total of 60 persons. Respondent are chosen by simple random sampling. Quantitative data processed with Cross Tabulation method and supported by Rank Spearman Correlation Test. Based on the data processing result, it can be conclude that the women participation level of PNPM program participant is categorized in low level. From four factors that affecting participation, there are no one that affecting factor toward the participation level. Women participants refuse to participate in the mentoring and evaluation program of PNPM because they only want to participate in circulating funds program to gain extra salary. PNPM Independent City Program in Semplak is done quite well and can be said as successful. However, in the reality, the participation level is not affecting the economic independency level of women participant, because the low and high participation level is both having a high independency. Based on the study result, there are some recommendations for the PNPM Independent City program which are; improve the information accessibility and mentoring toward women participants; improve the participation of participants; rearrange the program success indicator which is more measureable and appropriate with the early purpose of the program which is to improve the women participants economic condition. Keyword: PNPM Independent Program, participation, economic independency

3 iii RINGKASAN ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI. Tingkat Partisipasi Perempuan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Keberdayaan Ekonomi Perempuan Peserta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Dibawah bimbingan TITIK SUMARTI. Kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan. Salah satu program pembangunan pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di perkotaan adalah Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perkotaan. Salah satu daerah yang menerima program tersebut adalah Kota Bogor. Salah satu syarat agar program dapat berhasil dan berkelanjutan adalah adanya partisipasi dari semua pemangku kepentingan, termasuk dari komunitas miskin itu sendiri (laki-laki dan perempuan). Beberapa program/kegiatan di kota Bogor ditujukan khusus untuk perempuan miskin. Oleh karena itu partisipasi perempuan dalam program tersebut menjadi sangat penting. Dari data partisipasi perempuan yang didapat dari bagian program PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di kota Bogor beragam. Partisipasi perempuan merupakan bagian integral dari partisipasi masyarakat. Perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai subyek pembangunan. Dalam kedudukannya sebagai subyek pembangunan, perempuan tentunya memiliki posisi dan peran yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat (baik laki-laki maupun perempuan), khususnya golongan miskin itu sendiri, sangat diperlukan dalam upaya pengentasan kemiskinan, salah satunya melalui program PNPM Perkotaan. Oleh karena itulah, berdasarkan data partisipasi perempuan tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi perempuan di wilayah Kelurahan Semplak dan pengaruhnya terhadap keberhasilan program PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya di tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program yang mencakup akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat program.

4 iv Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis partisipasi kaum perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. 2) menganalisis faktor pendorong manakah yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan, dan 3) menganalisis sejauhmana tingkat partisipasi perempuan berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan ekonomi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. Pendekatan ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Semplak Kota Bogor. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan program, sehingga responden dalam penelitian ini adalah perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan. Responden dipilih secara acak sederhana sebanyak 60 orang. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang didukung dengan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur tingkat kemauan, tingkat kemampuan dan kesempatan dan hubungannya dengan tingkat partisipasi, serta mengukur hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat keberdayaan ekonomi. Tabel Frekuensi digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kemauan, kemampuan, kesempatan, tingkat partisipasi dan tingkat keberdayaan ekonomi. Pengujian ini menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel Data kualitatif berupa hasil wawancara dengan responden dan informan dianalisis untuk mendukung data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi perempuan peserta program PNPM tergolong rendah. Hal ini dikarenakan adanya beban kerja ganda pada perempuan peserta program yang akhirnya mempengaruhi partisipasi dalam mengikuti program tersebut secara keseluruhan. Mereka lebih fokus dalam kegiatan rumah tangga sehari hari seperti membersihkan rumah dan mengurus anak. Namun, dikarenakan kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mereka akhirnya mengikuti kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri untuk menambah penghasilan serta melakukan usaha guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi partisipasi perempuan peserta dalam mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan yaitu tingkat kemauan, tingkat kemampuan, tingkat kesempatan dan tingkat demografi (usia dan status

5 v pernikahan). Dari keempat faktor tersebut tidak ada yang mempengaruhi tingkat partisipasi program dikarenakan perempuan peserta program menolak untuk mengikuti kegiatan pendampingan dan evaluasi dari PNPM, karena mereka hanya ingin mengikuti program dana bergulir untuk memperoleh tambahan penghasilan. Program PNPM Mandiri Perkotaan di Semplak telah cukup dilaksanakan dengan baik dan bisa dikatakan berhasil. Namun dalam kenyataannya tingkat partisipasi tidak mempengaruhi tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program, karena baik tingkat partisipasi rendah dan tinggi sama-sama memiliki keberdayan tinggi. Hal tersebut dikarenakan perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak telah berdaya dalam hal akses dan kontrol terhadap sumberdaya sekaligus dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan rumah tangga mereka sehari hari. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, akses terhadap kesempatan cenderung memiliki hubungan yang paling kuat dengan tingkat partisipasi peserta program. Harapannya, tim pendamping PNPM Mandiri Perkotaan dapat lebih meningkatkan tingkat keterdedahan informasi dan pendampingan kepada perempuan peserta program. Tim pendamping PNPM Mandiri Perkotaan perlu meningkatkan partisipasi peserta program karena tingkat partisipasi peserta program cenderung memiliki hubungan dengan tingkat kemampuan ekonominya. Tim PNPM juga perlu menyusun kembali indikator keberhasilan program yang terukur dan sesuai dengan tujuan awal program yaitu memperbaiki kondisi perekonomian perempuan peserta program.

6 vi TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Oleh : ISSANTIA RETNO SULISTIAWATI I Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2012

7 vii DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Issantia Retno Sulistiawati No. Pokok : I Judul : Tingkat Partisipasi Perempuan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Keberdayaan Ekonomi Perempuan Peserta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus Ujian :

8 viii PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Mei 2012 Issantia Retno Sulistiawati NRP: I

9 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Oktober Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Teguh Trianung dan Ibu Ita Nurcahyani. Riwayat pendidikan yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak selama dua tahun di TK Mutiara Indonesia, sekolah dasar selama enam tahun di SD Harapan Ibu, sekolah menengah pertama selama tiga tahun di SLTPN 161 Jakarta, sekolah menengah atas selama tiga tahun di SMA Plus Pembangunan Jaya. Masuk universitas pada tahun 2007 ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM) Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Prestasi yang pernah diraih penulis adalah runner up lomba cerdas cermat bahasa inggris di EF (English First) fun day di tahun 2004 dan juara pertama speech contest dan story telling dalam kegiatan English Day di SLTP 161 Jakarta. Pernah bergabung di organisasi secara aktif selama duduk di bangku perkuliahan, diantaranya dalam Himpunan Mahasiswa Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada tahun dan ikut serta dalam berbagai kepanitian dalam acara acara seni dan olahraga di IPB seperti IAC (IPB Art Contest) dan omi (Olimpiade Mahasiswa IPB) pada tahun Mulai aktif berorganisasi semenjak duduk di bangku SMA. Penulis juga memiliki minat pada bidang komunikasi dan seni.

10 x KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Partisipasi Perempuan Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Keberdayaan Ekonomi Perempuan Peserta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr. Ir. Titik Sumarti MS, sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, meluangkan waktu, dan berbagi ilmu sehingga penulis dapat lebih memahami topik bahasan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak PNPM Mandiri Perkotaan Kelurahan Semplak yaitu Ibu Zubaidah beserta seluruh jajaran di sekertariat Badan Keswadayaan Masyarakat PNPM PWK Semplak serta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Semplak Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Skripsi ini bertujuan menganalisis partisipasi perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP), sejauhmana hubungan tingkat kemauan, kemampuan, dan kesempatan masyarakat dengan tingkat partisipsinya dalam program, serta sejauhmana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program dengan tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2012 Penulis

11 xi UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan menyumbangkan pemikiran, memberikan masukan, dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-nya yang berlimpah, atas segala kemudahan, kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan menyelesaikan pendidikan di IPB. 2. Dr. Ir. Titik Sumarti MS, sebagai dosen pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi, saran, dan pemikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Soeryo Adiwibowo, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang membantu Penulis apabila mendapat masalah di bidang akademik. 4. Ayahanda tercinta Teguh Trianung Djoko Susanto dan Ibunda tersayang Ita Nurcahyani yang telah melahirkan seorang anak yang insya Allah berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. 5. Adikku tersayang Bagus Joko yang telah memberikan dukungan serta dorongan positif. 6. Keluarga besar Sekretariat PNPM Mandiri Kelurahan Semplak, Ibu Zubaidah, Ibu Rahnu dan Ibu Ninit. 7. Muhammad Irfan Abdullah yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu sabar menunggu, membimbing dan memberi cinta dan kasih sayang dalam setiap langkah penulis. 8. Sahabat dalam masa sulit yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi penulis Hirma, Mona, Ka Arif, Ka Arta dan Bang Mimi.Sahabat terbaik Jakarta Community Kokom, Dimas, Fadhil, Banu, Tile, Keken, Bedil, Ucup, Winda, Igor, Lona, Rahmat dan Bayu.

12 xii 9. Teman teman kosan tersayang Amsetyo, bang Bismar, Rekha, Dela, Bobby, April, bang Des Carlo, Egi, Dinda dan Fitri. 10. Teman bermain terasik Dana, Kemal, Yoga, Reza, Ongky dan Chandra. 11. Dan kepada semua teman teman KPM angkatan 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Bogor, Mei 2012 Penulis

13 xiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian. 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kemiskinan Pengembangan Masyarakat dan Partisipasi Partisipasi dan Pemberdayaan Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri 19 Perkotaan. 2.2 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional. 24 BAB III PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data 31 BAB IV PETA SOSIAL KOMUNITAS DAN PROGRAM PNPM MANDIRI 32 PERKOTAAN DI KELURAHAN SEMPLAK 4.1 Kondisi Geografis Kependudukan Aktivitas Ekonomi Organisasi dan Kelembagaan Program PNPM Mandiri.. 41 BAB V TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri menurut Derajat Partisipasi Arnstein BAB VI PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Pengaruh Tingkat Kemampuan Terhadap Tingkat Partisipasi Xviii

14 Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Pengaruh Tingkat Kesempatan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Pengaruh Tingkat Kesempatan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Akses dan Kontrol Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Keberdayaan Ekonomi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran. 72 DAFTAR PUSTAKA 73 LAMPIRAN. 75 xiv

15 xv DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel Karateristik Kepala Rumah Tangga menurut Kategori Miskin di Indonesia Tahun Tabel 2 Tabel Karateristik Kepala Rumah tangga menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun Tabel 3 Matriks Tangga Pertisipasi Arnstein, Tabel 4 Matriks Keberdayaan Ekonomi (Suharto,2005) Tabel 5 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Golongan Umur di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Mobilitas Penduduk di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 7 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 8 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kepercayaan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 9 Jumlah Lembaga Pendidikan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 10 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Usia di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 11 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Status Pernikahan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 12 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Pekerjaan Utama di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 13 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Usaha yang Ditekuni Peserta di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 14 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Status Usaha yang Dijalani di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 15 Jumlah dan Persentase Pendapatan Peserta Setelah Mengikuti PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 16 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Jenis Partisipasi dan Derajat Partisipasi Arnstein Kelurahan Semplak Tahun Tabel 17 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Golongan Usia di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 18 Hubungan Antara Tingkat Persepsi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 19 Hubungan Antara Sikap terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 20 Hubungan Antara Motivasi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun

16 xvi Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan 56 Semplak Tahun 2012 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Keterdedahan Informasi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Pendamping yang Diterima terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Usia terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 26 Hubungan Antara Status Pernikahan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Tabel 27 Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi.. 62 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 33 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Akses terhadap Sumberdaya di Kelurahan Semplak Tahun Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Kontrol terhadap Sumberdaya di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dan Akses terhadap Sumberdaya dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dan Kontrol terhadap Sumberdaya dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun Jumlah Persentase Tingkat Keberdayaan Ekonomi Peserta PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun Hubungan Antara Partisipasi dan Tingkat Keberdayaan Ekonomi dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun

17 xvii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka Pemikiran.. 23 Gambar 2 Teknik Sampling dalam Pengambilan Responden... 30

18 xviii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Kelurahan Semplak Lampiran 2 Diagram Struktur Organisasi Badan Keswadayaan Masyarakat PWK Semplak.. 75 Lampiran 3 Kerangka Sampling.. 76 Lampiran 4 Hasil Uji Statistik. 77 Lampiran 5 Uji SPSS 79

19 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan. Kemiskinan juga merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Secara harfiyah, kemiskinan berasal dari kata miskin yang berarti tidak berharta benda. Secara lebih luas kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok yang dengan kondisi tersebut akan menimbulkan permasalahan sosial yang lain. Konsep tentang kemiskinan sangat beragam mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukan aspek sosial dan moral. Kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup dan lingkungan dalam suatu masyarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan merupakan ketidakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (kemiskinan struktural) (Bapenas,2010). Data yang didapat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Data terakhir memperlihatkan jumlah penduduk miskin pada bulan April 2011 mencapai angka juta jiwa dan sebesar 12,49 persen di perkotaan. Jumlah penduduk miskin yang terus bertambah ini merupakan akibat dari gagalnya program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketidakberhasilan program pembangunan dapat dilihat dari sifat program pembangunan yang masih top down dan sentralistik sehingga program pembangunan tidak cocok diterapkan di berbagai daerah. Program pengembangan masyarakat berciri bottom-up, termasuk program pengentasan kemiskinan, mensyaratkan pemahaman tentang karakteristik

20 2 rumahtangga miskin itu sendiri. Dua karakteristik utama yang menentukan, menurut BPS (2008) adalah karakteristik demografi dan lapangan pekerjaan. (Tabel 1.1) Tabel 1.1 Tabel Karakteristik Kepala Rumah Tangga Menurut Kategori Miskin di Indonesia tahun 2008 Karateristik Rumahtangga Miskin Tidak Miskin Rata-rata jumlah anggota rumahtangga - Perkotaan - Perdesaan - Perkotaan + Perdesaan Persentase wanita sebagai kepala rumahtangga - Perkotaan - Perdesaan - Perkotaan + Perdesaan Rata-rata usia kepala rumahtangga - Perkotaan - Perdesaan - Perkotaan + Perdesaan 4,70 4,61 4,64 14,18 12,30 12,91 48,57 47,86 48,09 3,86 3,74 3,79 14,15 13,03 13,52 45,47 47,44 46,51 Sumber : BPS (2008) Fenomena perempuan sebagai kepala rumahtangga miskin cukup besar di perkotaan (14,18 persen) dan memiliki tantangan untuk bekerja nafkah sekaligus mengurus rumahtangga. Sementara dari lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, belum dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, maupun formal dan informal. Data menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan utama yang mendominasi di perkotaan adalah lainnya (44,72 persen). Tabel 1.2 Tabel Karakteristik Kepala Rumahtangga Menurut Lapangan Pekerjaan di Indonesia Tahun 2008 Karateristik Rumahtangga Pertanian Industri Lainnya Rumah tangga miskin - Perkotaan - Perdesaan - Perkotaan+Perdesaan Rumahtangga tidak miskin - Perkotaan - Perdesaan - Perkotaan +Perdesaan Tidak Bekerja 14,71 8,67 10,62 15,36 7,91 11,1 30,02 68,99 56,35 9,39 55,2 35,06 10,55 5,09 6,86 12,19 5,97 8,7 44,72 17,26 26,16 63,07 30,92 45,05 Sumber : BPS (2008) Catatan : Lainnya mencakup pertambangan, listik, gas dan air minum, konstruksi, perdagangan rumah makan dan akomodasi, transportasi,keuangan dan jasa. Salah satu program pembangunan pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di perkotaan adalah Program Nasional Pemberdayaan Mandiri Perkotaan. Salah satu daerah yang menerima program tersebut adalah Kota Bogor. Salah satu syarat agar program dapat berhasil dan berkelanjutan adalah adanya partisipasi dari semua pemangku kepentingan, termasuk dari

21 3 komunitas miskin itu sendiri (laki-laki maupun perempuan). Beberapa program/kegiatan di kota Bogor ditujukan khusus untuk perempuan miskin. Oleh karena itu partisipasi perempuan dalam program tersebut menjadi sangat penting. Dari data partisipasi perempuan yang didapat dari bagian program PNPM Mandiri Perkotaan menunjukan tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di kota Bogor beragam. Persentase partisipasi perempuan terendah terdapat di Kelurahan Menteng, Kecamatan Kemang sebesar 18,73 persen, sedangkan untuk persentase partisipasi perempuan yang dilihat dari jumlah peserta PNPM 2011 tertinggi terdapat di wilayah Kelurahan Semplak, Kecamatan Kemang sebesar 45,71 persen. Kelurahan Semplak, Kecamatan Kemang terletak di wilayah bagian Barat Kota Bogor dahulunya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor yang kemudian pada tahun 1995 menjadi bagian dari wilayah Kota Bogor. Kelurahan ini merupakan perbatasan dengan Kabupaten Bogor dimana warganya masih memiliki sosio-budaya pedesaan. Partisipasi perempuan merupakan bagian integral dari partisipasi masyarakat. Perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai subjek pembangunan. Dalam kedudukannya sebagai subjek pembangunan, perempuan tentunya memiliki posisi dan peran yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat (baik laki-laki maupun perempuan), khususnya golongan miskin itu sendiri, sangat diperlukan dalam upaya pengentasan kemiskinan, salah satunya melalui program PNPM Perkotaan. Oleh karena itulah, berdasarkan data partisipasi perempuan tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi perempuan di wilayah Kelurahan Semplak dan pengaruhnya terhadap keberhasilan program PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya di tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program yang mencangkup akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat program.

22 Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini : 1. Bagaimana tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan? 2. Faktor pendorong manakah yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan? 3. Sejauhmana tingkat partisipasi perempuan berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan ekonomi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. 2. Menganalisis faktor pendorong manakah yang paling berpengaruh terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. 3. Menganalisis sejauhmana tingkat partisipasi perempuan berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan ekonomi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan Kegunaan Penelitian; Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai lapisan dan pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memberikan pengetahuan mengenai peranan mereka dalam pembangunan, sehingga bisa ikut berpartisipasi dalam setiap tahap pelaksanaan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pemanfaatan hasil. 2. Bagi perguruan tingggi, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu wujud Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu penelitian dan peningkatan pengetahuan.

23 5 3. Bagi pemerintah, Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan program-program selanjutnya, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi pelaku pembangunan.

24 6 II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan Kemiskinan dapat dikelompokkan ke dalam kemiskinan struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang disebabkan karena kondisi struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat tidak dapat memberikan kesempatan untuk menggunakan sumbersumber pendapatan yang sebenarnya tersedia. Kemiskinan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan karena faktor budaya yang ada pada masyarakat, seperti malas, pola hidup kosumtif, sulit dalam mengorganisasi diri, dan sebagainya. Sedangkan kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor alam,dimana kondisi sumber daya alam yang ada pada suatu daerah tidak mendukung untuk kegiatan ekonomi produktif, melainkan secara alamiah rusak karena faktor alam maupun faktor manusia. Pada wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses dalam pemanfaatan sarana dan prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan dan mata pencaharian yang tidak menentu. Pada kasus kemiskinan dalam PNPM Mandiri Perkotaan, kemiskinan termasuk dalam kemiskinan struktural yang bersifat multidimensional yaitu; 1. Dimensi politik dapat dilihat dalam bentuk tidak dimilikinya wadah organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan serta berdampak pada tidak ada akses pada sumber daya dan informasi. 2. Dimensi sosial berkaitan dengan internalisasi budaya kemiskinan yang berpengaruh pada kualitas hidup manusia dan etos kerja serta masyarakat miskin tidak diintegrasikan ke dalam institusi sosial yang ada.

25 7 3. Dalam dimensi ekonomi, kemiskinan lebih tampak dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai pada batas hidup yang layak. 4. Dimensi aset ditandai oleh rendahnya kepemilikan masyarakat miskin terhadap modal serta kualitas sumber daya manusia, peralatan kerja dan perumahan. (Sulistyowati,2002) Pengembangan Masyarakat dan Partisipasi Menurut Ambadar (2008), pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial. Bagi perusahaan, pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, dan keberlanjutan. Menurut Nasdian (2006) komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Aktivitas suatu komunitas dicirikan dengan partisipasi dan keterlibatan langsung anggota komunitas dalam kegiatan tersebut, dimana semua usaha swadaya masyarakat diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan taraf hidup dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pembentukan pelayanan teknis, sifat berswadaya dan kegotongroyongan sehingga proses pembangunan berjalan efektif. Peran serta masyarakat selama ini hanya dilihat dalam konteks yang sempit, yaitu manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Pada kondisi ini, partisipasi masyarakat hanya sebatas biaya pembangunan. Melihat kondisi ini, partisipasi masyarakat hanya sebatas pada implementasi atau penerapan program; masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil pihak luar. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak

26 8 memiliki kesadaran kritis (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang harus ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Definisi Partisipasi Terdapat banyak definisi mengenai partisipasi diantaranya adalah sebagai berikut (Masril,2011): 1. Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Davis dalam Sastropoetro, 1988:13). 2. Partisipasi masyarakat adalah berbagai kegiatan orang seorang, kelompok atau badan hukum yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak di penyelenggaraan penataan ruang (UU 24/1992). 3. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai subyek dan obyek pembangunan; keterlibatan dalam tahap pembangunan ini dimulai sejak tahap perencanaan sampai dengan pengawasan berikut segala hak dan tanggung jawabnya (Kamus Tata Ruang,1998:79). Sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah, mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan. Ada tiga alasan utama mengapa partisipasi

27 9 masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan. Hal ini selaras dengan konsep man-centreddevelopment (suatu pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan manusia), yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kejadian nyata apabila terpenuhi faktor-faktor yang mendukungnya, yaitu: 1. Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. 2. Adanya kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut. 3. Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya (Slamet, 1994). Faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis, yaitu:

28 10 1. Jenis Kelamin; partisipasi yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Di dalam sistem pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan pria memiliki sejumlah hak istimewa dibandingkan golongan wanita. Dengan demikian maka kecenderungannya, kelompok pria akan lebih banyak ikut berpartisipasi. 2. Usia; perbedaan usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga akan memunculkan golongan tua dan golongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan. Usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dan dalam hal menetapkan keputusan. 3. Tingkat Pendidikan; demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Salah satu karakteristik partisan dalam pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usahausaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan melalui pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi. 4. Tingkat Penghasilan; tingkat penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi

29 11 kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka 5. Mata Pencaharian; mata pencaharian ini akan berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibatdalam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya Tingkat Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah sebuah proses yang menyediakan individu suatu kesempatan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan publik dan merupakan komponen dalam proses keputusan yang demokratis. Partisipasi masyarakat merupakan arti sederhana dari kekuasaan masyarakat (citizen power). Hal tersebut menyangkut redistribusi kekuasaan yang memperbolehkan masyarakat miskin dilibatkan secara sadar dalam proses-proses ekonomi dan politik. Partisipasi masyarakat juga merupakan strategi dimana masyarakat miskin ikut terlibat dan menentukan bagaimana pemberian informasi, tujuan dan kebijakan dibuat, jumlah pajak yang dialokasikan, pelaksanaan program-program, dan keuntungan-keuntungan seperti kontrak dan perlindungan-perlindungan diberikan. Arnstein (1995) menggambarkan partisipasi masyarakat adalah suatu pola bertingkat (ladder patern). Suatu tingkatan yang terdiri dari delapan tingkat dimana tingkatan paling bawah merupakan tingkat partisipasi masyarakat sangat rendah, kemudian tingkat yang paling atas merupakan tingkat dimana partisipasi masyarakat sudah sangat besar dan kuat. Tingkatan partisipasi masyarakat di atas bisa dijelaskan sebagai berikut. 1. Manipulasi (Manipulation); pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah. Bukan hanya tidak berdaya, akan tetapi pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat. Masyarakat sering ditempatkan sebagai komite atau badan penasehat dengan maksud sebagai pembelajaran

30 12 atau untuk merekayasa dukungan mereka. Partisipasi masyarakat dijadikan kendaraan public relation oleh pemegang kekuasaan. Praktek pada tingkatan ini biasanya adalah program-program pembaharuan desa. Masyarakat diundang untuk terlibat dalam komite atau badan penasehat dan sub-sub komitenya. Pemegang kekuasaan memanipulasi fungsi komite dengan pengumpulan informasi, hubungan masyarakat dan dukungan. Dengan melibatkan masyarakat di dalam komite, pemegang kekuasaan mengklain bahwa program sangat dibutuhkan dan didukung. Pada kenyataannya, hal ini merupakan alas an utama kegagalan dari program-program pembaharuan pedesaan di berbagai daerah. 2. Terapi (Therapy); untuk tingkatan ini, kata terapi digunakan untuk merawat penyakit. Ketidakberdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan penyakit masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi kekuasaan antara ras atau status ekonomi (kaya dan miskin) tidak pernah seimbang. 3. Pemberian Informasi (Informing); tingkat partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan transisi antara tidak ada partisipasi dengan tokenism. Kita dapat melihat dua karakteristik yang bercampur. Pertama, pemberian informasi mengenai hak-hak, tanggung jawab, dan pilihan-pilihan masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat. Kedua, pemberian informasi ini terjadi hanya merupakan informasi satu arah (tentunya dari aparat pemerintah kepada masyarakat). Akan tetapi tidak ada umpan balik (feedback) dari masyarakat. Alat yang sering digunakan dalam komunikasi satu arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya. 4. Konsultasi (Consultation); konsultasi dan mengundang pendapat-pendapat masyarakat merupakan langkah selanjutnya setelah pemberian informasi. Arnstein menyatakan bahwa langkah ini dapat menjadi langkah yang sah menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan (artificial) karena tidak ada jaminan perhatian-perhatian masyarakat dan ide-ide akan dijadikan bahan pertimbangan. Metode yang biasanya digunakan pada konsultasi masyarakat adalah survai mengenai perilaku, pertemuan antar tetangga, dan dengar pendapat. Di sini partisipasi

31 13 tetap menjadi sebuah ritual yang semu. Masyarakat pada umumnya hanya menerima gambaran statistik, dan partisipasi merupakan suatu penekanan pada berapa jumlah orang yang datang pada pertemuan, membawa pulang brosurbrosur, atau menjawab sebuah kuesioner. 5. Penentraman (Placation); strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan urusan masyarakat atau pada badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas masih dipegang oleh elit kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah dikalahkan dalam pemilihan atau ditipu. Dengan kata lain, mereka membiarkan masyarakat untuk memberikan saran-saran atau rencana tambahan, tetapi pemegang kekuasaan tetap berhak untuk menentukan legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran tersebut. Ada dua tingkatan dimana masyarakat ditentramkan: (1) kualitas pada bantuan teknis yang mereka miliki dalam membicarakan prioritas mereka; (2) tambahan dimana masyarakat diatur untuk menekan prioritas tersebut. 6. Kemitraan (Partnership); pada tingkat kemitraan, partisipasi masyarakat memiliki kekuatan untuk bernegosiasi dengan pemegang kekuasaan. Kekuatan tawar menawar pada tingkat ini adalah alat dari elit kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Kedua pemeran tersebut sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan pengambilan keputusan melalui badan kerjasama, komite-komite perencanaan, dan mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah. Beberapa kondisi untuk membuat kemitraan menjadi efektif adalah: (1) adanya sebuah dasar kekuatan yang terorganisir di dalam masyarakat di mana pemimpin pemimpinnya akuntabel; (2) pada saat kelompok memiliki sumber daya keuangan untuk membayar pemimpinnya, diberikan honor yang masuk akan atas usaha-usaha mereka; (3) ketika kelompok memiliki sumber daya untuk menyewa dan mempekerjakan teknisi, pengacara, dan manajer (community organizer) mereka sendiri. 7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power); pada tingkat ini, masyarakat memegang kekuasaan yang signifikan untuk menentukan program-progam pembangunan. Untuk memecahkan perbedaan-perbedaan, pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan memberikan respon yang menekan.

32 14 8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control); pada tingkat tertinggi ini, partisipasi masyarakat berada di tingkat yang maksimum. Pengawasan masyarakat di setiap sektor meningkat. Masyarakat meminta dengan mudah tingkat kekuasaan (atau pengawasan) yang menjamin partisipan dan penduduk dapat menjalankan sebuah program atau suatu lembaga akan berkuasa penuh baik dalam aspek kebijakan maupun dan dimungkinkan untuk menegosiasikan kondisi pada saat di mana pihak luar bisa menggantikan mereka. Tabel 2.1 Matriks Tangga Partisipasi Arnstein, 1969 Tangga/Tingkatan Partisipasi 1.Manipulasi (Manipulation) Hakikat Kesertaan Permainan oleh pemerintah 2.Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati 3.Pemberitahuan (Information) 4.Konsultasi (Consultation) 5.Penentraman (Placation) 6.Kemitraan (Partnership) Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan Timbal-balik dinegosiasikan Tingkatan Pembagian Kekuasaan Tidak ada partisipasi (Non-Participant) Tokenisme/sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan (Degree of Tokenism) 7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated power) 8. Kontrol Masyarakat (Citizen control) Sumber: Suciati, 2006 Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian/seluruh program) Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat Tingkatan kekuasaan ada di masyarakat (Degree of Citizen Power) Partisipasi dan Pemberdayaan Perempuan Angka kemiskinan di dunia menunjukan bahwa 2/3 perempuan di dunia termasuk kategori miskin. Perempuan masih menjadi pihak yang dirugikan oleh kemiskinan dan dipinggirkan oleh proses pembangunan. Dalam bidang pendidikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal masih lebih banyak diberikan kepada laki-laki dibanding perempuan. Di Indonesia 65 persen anak tidak sekolah adalah perempuan. Dalam bidang kesehatan angka kematian

33 15 ibu, merupakan angka terbesar di Asia yaitu 375 per kelahiran. (Masril,2011) Untuk pembangunan keterlibatan perempuan, masih banyak di sektor domestik dibandingkan dalam sektor publik. Perempuan, terutama di kalangan miskin seringkali menjadi penerima informasi kedua karena tidak pernah terlibat dalam rembug-rembug yang diselengarakan untuk memecahkan permasalahan masyarakat. Memang dibeberapa tempat kehadiran perempuan dalam penentuan keputusan terjadi walaupun jumlahnya relatif kecil, akan tetapi seringkali suaranya kalah dengan suara laki-laki yang jumlahnya cukup besar, bahkan kadang-kadang mereka hanya ikut hadir tetapi tidak bisa memberikan suaranya. Padahal rembug-rembug yang dilakukan warga merupakan asset yang besar sebagai modal sosial untuk melibatkan masyarakat dalam proses memecahkan persoalan kehidupan mereka. Menjadi strategis melibatkan perempuan dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi, karena: 1. Penghargaan terhadap perempuan sebagai manusia yang merdeka yang berhak untuk menentukan pemecahan masalah yang dihadapinya. 2. Ada pemecahan masalah-masalah; termasuk masalah kemiskinan yang menyangkut perempuan akan lebih tepat apabila dibicarakan bersama dengan perempuan karena merekalah yang betul-betul merasakan masalah dan kebutuhannya. Keputusan yang diambil hanya oleh kaum laki-laki seringkali hanya berhubungan dengan dunia laki-laki dan tidak mempunyai sensitivitas kepada masalah perempuan. Bila memikirkan masalah perempuanpun seringkali dasarnya tidak kuat karena mereka tidak mengalami masalahnya. 3. Memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menjalankan tanggung jawab sosialnya sebagai manusia. 4. Potensi yang besar yang dipunyai oleh perempuan, akan sangat berarti apabila digunakan bukan hanya sektor domestik akan tetapi juga dalam sektor publik sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 5. Keterlibatan dalam semua proses pembagunan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sama.

34 16 Pendekatan pembangunan yang dipakai adalah pendekatan yang adil dan setara, sehingga ada jaminan terbukannya seluruh akses baik bagi laki-laki maupun perempuan untuk ikut berperan aktif dalam seluruh kegiatan masyarakat, karena sebagai manusia laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Pendekatan yang sejajar dan setara memberi peluang kemitraan bagi laki-laki dan perempuan sehinggga akan saling melengkapi sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing bukan untuk saling menguasai. Pada kenyataanya perempuan harus berjuang untuk melibatkan diri dalam proses pembangunan. Makin banyak pembangunan tersebut semakin memunculkan fenomena mensubordinsaikan perempuan. Selama ini bukan pembangunan untuk perempuan akan tetapi perempuan untuk pembangunan. Upaya memberdayakan perempuan perlu terus dilakukan agar mereka tidak terlibat sebagai objek melainkan sebagai subjek dan memberikan seluruh potensinya untuk proses pembangunan. Proses pembangunan, seperti yang didefinisikan oleh sebagaian besar agenagen pembanguanan, memerlukan keterlibatan aktif kelompok sasaran sebagai peserta dalam proses pembangunan itu, mereka tidak boleh hanya menjadi penerima bantuan proyek yang pasif, tetapi harus memperbaiki kapasitas mereka agar mampu mengenali dan mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Untuk sampai definisi ini, proses pembangunan perempuan harus mengkombinasikan konsep kesetaraan gender dan konsep pemberdayaan perempuan dimana perempuan dapat terlibat dalam semua proses pembangunan. Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki merupakan tujuan hakiki pembangunan perempuan, maka wajar pemberdayaan perempuan menjadi alat utama untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mewujudkan kesetaraan perempuan. Menurut Sudirja (2007), terdapat lima tingkat kesetaraan perempuan agar perempuan terlibat dalam proses pembangunan, yaitu : 1. Kesejahteraan; perempuan lebih dianggap sebagai penerima pasif kesejahteraan. Kesenjangan gender dapat diidentifikasi melalui tingkat kesejahteraan yang berbeda diantara laki-laki dan perempuan dengan indikator keadaan gizi, angka kematian dan lain sebagainya. Pemberdayaan perempuasn tidak terjadi secara murni pada tingkat kesejahteraan ini karena tindakan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat mensyaratkan akses perempuan atas

35 17 sumber daya harus meningkat dan ini berarti perempuan maju ke tahap berikutnya. 2. Akses; tingkat produktivitas perempuan lebih rendah karena adanya pembatasan akses atas sumberdaya pembangunan dan produksi dalam masyarakat, seperti tanah, kredit, lapangan kerja dan pelayanan. Mengatasi kesenjangan gender berarti akan meningkatkan akses perempuan sehingga setara dengan laki-laki. Pemberdayaan berarti perempuan disadarkan akan situasi-situasi yang tidak adil ini dimana kesadaran baru tersebut akan mendorong untuk berjuang mendapatkan haknya, termasuk memperoleh akses yang setara dan adil atas berbagai macam sumber daya baik di dalam rumah tangga komunitas dan masyarakat. 3. Kesadaran Kritis; tingkat kesadaran ini akan meningkatkan kesadaran perempuan bahwa masalah-masalah mereka tidak bersal dari ketidakmampuan pribadi mereka, melainkan karena ditundukan oleh sistem sosial diskriminasi yang sudah terinstitusi di dalam diri perempuan. Kesadaran ini akan membangkitkan kemampuan perempuan untuk menganalisis masyarakat secara kritis dan mengenai semua hal yang dianggap perlu normal atau bagian dari pemberian dunia yang permanen dan tidak bisa diubah jika menyebabkan ketidakadilan bagi perempuan. Keyakinan pada kesetaraan gender ni merupakan elemen ideologis yang sangat penting dalam proses pemberdayaan, yang menyediakan basis konseptual untuk penggalangan kekuatan menuju keadilan dan kesetaraan perempuan. 4. Partisipasi; konsep partisipasi disini diartikan bahwa perempuan setara terhadap laki-laki untuk terlibat secara aktif dalam proses pembangunan. Kesetaraan dalam tingkat ini diartikan sebagai partisipasi setara perempuasn dalam proses pengambilan keputusan.dalam sebuah proyek pembangunan, partisipasi dapat berarti bahwa perempuan perempuan diwakili oleh perempuan dalam proses penilaian kebutuhan, identifikasi masalah, perencanaan proyek, manajemen, penerapan dan evaluasi. Kesetaraan dalam partisipasi juga berarti melibatkan perempuan dari komunitas dampingan dalam proses pengambilan keputusan dikomunitasnya. Kesetaraan dalam partisipasi ini tidak mudah diperoleh. Mobilisasi perempuan yang meningkat akan menghasilkan

36 18 meningkatnya jumlah perempuan yang duduk dalam institusi-institusi yang berhak mengambil keputusan. Meningkatnya jumlah perempuan dalam posisiposisi penting dalam komuitasnya merupakan hasil pemberdayaan sekaligus menjadi sumbangan potensial bagi peningkatan upaya pemberdayaan perempuan. 5. Kontrol; partisipasi perempuan yang meningkat pada proses pengambilan keputusan akan berdampak pada akses dan distribusi keuntungan yang adil bagi perempuan jika partisipasi tersebut diikuti dengan kontrol yang meningkat pula atas faktor-faktor produksi. Kesetaraan dalam hal kontrol berarti sebuah keseimbangan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, dimana tidak ada satu pihak pun berada di bawah dominasi yang lainnya. Ini berarti perempuan mempunyai kekuasaan yang sama dengan laki-laki untuk mempengaruhi masa depan mereka dan masa depan masyarakat mereka. Hanya dengan memiliki kontrol inilah perempuan dapat meningkatkan aksesnya terhadap sumberdaya dan karenannya akan mensejahterakan diri dan anak-anaknya. Kesetaraan dalam partisipasi dan kontrol merupakan persyaratan yang diperlukan jika kita mau membuat kemajuan pada kesetaraan gender dalam hal kesejahteraan. Mengacu pada konsep tersebut, maka tingkat keberhasilan program dilihat dari sejauhmana tercapai tingkat keberdayaan perempuan yang diukur dari tingkat akses dan kontrol perempuan dalam program tersebut. Hal ini juga merujuk dari Soeharto (2005), tentang indikator pemberdayaan ekonomi Tabel 2.2 Matriks Keberdayaan Ekonomi (Suharto, 2005) Jenis Hubungan Kekuasaan Kemampuan Ekonomi Kekuasaan di dalam: Meningkatknya kesadaran dan keinginan untuk berubah Kekuasaan untuk: Meningkatnya kemampuan individu untuk berubah. Meningkatnya kesempatan untuk memperoleh akses. Evaluasi positif terhadap kontribusi ekonomi dirinya Keinginan ekonomi yang setara Keinginan memiliki kesamaan hak terhadap sumber yang ada pada rumahtangga dan masyarakat Akses terhadap pelayanan keuangan mikro Akses terhadap pendapatan Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga Akses terhadap pasar Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak

37 19 Kekuasaan atas: Perubahan pada hambatanhambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumahtangga, masyarakat dan makro. Kekuasaan atau tindakan individu untuk mengahadapi hambatan-hambatan tersebut. Kekuasaan dengan: Meningkatnya solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain untuk menghadapi hambatan-hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumahtangga, masyarakat dan makro Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga Tindakan individu menghadapi diskriminasi atas akses terhadap sumber dan pasar Bertindak sebagai model peranan bagi orang lain terutama dalam pekerjaan publik dan modern Mampu memberi gaji terhadap orang lain Tindakan bersama menghadapi diskriminasi pada akses terhadap sumber (termasuk hak atas tanah), pasar dan diskriminasi gender pada konteks ekonomi makro Sumber: Suharto, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) Pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman. Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam melembagakan' dan membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan (nilainilai dan prinsip-prinsip di PNPM-MP), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui kelembagaan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak pada lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya antara lain diharapkan juga dapat tercipta lingkungan kota dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif, dan dengan sistem sosial

38 20 masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Kepada kelembagaan masyarakat tersebut yang dibangun oleh dan untuk masyarakat, selanjutnya dipercaya mengelola dana abadi PNPM-MP secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Dana tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membiayai kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan, yang diputuskan oleh masyarakat sendiri melalui rembug warga, baik dalam bentuk pinjaman bergulir maupun dana waqaf bagi stimulan atas keswadayaan masyarakat untuk kegiatan yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, misalnya perbaikan prasarana serta sarana dasar perumahan dan permukiman. Model tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multi dimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman meraka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka dilakukan proses pemberdayaan masyarakat, yakni dengan kegiatan pendampingan intensif di tiap kelurahan sasaran. Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, PNPM-MP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai gerakan masyarakat, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,2008)

39 Tujuan PNPM-MP 1. Memperbaiki sarana dan prasarana dasar perumahan dan pemukiman masyarakat miskin di perkotaan. 2. Mengenalkan dan membangun upaya-upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan untuk masyarakat miskin di perkotaan, baik masyarakat yang telah lama miskin, masyarakat yang pendapatannya menjadi tidak berarti karena inflasi, maupun masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi. 3. Tercipta organisasi masyarakat warga yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang representatif, akseptabel, inklusif, tanggap, dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik. 4. Memperkuat agen-agen lokal (pemerintah, dunia usaha, dan kelompok peduli) untuk membantu masyarakat miskin Sasaran PNPM-MP Kelompok sasaran program PNPM Mandiri perkotaan adalah warga masyarakat miskin perkotaan, sesuai dengan rumusan kriteria kemiskinan setempat yang disepakati oleh warga, termasuk di dalamnya adalah masyarakat yang telah lama miskin, masyarakat yang penghasilannya merosot dan tidak berarti akibat inflasi serta masyarakat yang kehilangan sumber nafkah karena krisis ekonomi. 2.2 Kerangka Pemikiran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM- MP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "Gerakan Kemandirian Penanggulangan Kemiskinan dan Pembangunan Berkelanjutan.

40 22 Program ini memiliki tujuan yaitu: (1) memperbaiki sarana dan prasarana dasar perumahan dan pemukiman masyarakat miskin di perkotaan, (2) mengenalkan dan membangun upaya-upaya peningkatan pendapatan secara mandiri dan berkelanjutan untuk masyarakat miskin di perkotaan, (3) tercipta organisasi masyarakat warga yang memiliki pola kepemimpinan kolektif yang representatif, akseptabel, inklusif, tanggap, dan akuntabel yang mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin perkotaan dan memperkuat suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik dan (4) memperkuat agen-agen lokal (pemerintah, dunia usaha, dan kelompok peduli) untuk membantu masyarakat miskin. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di dalam PNPM-MP tersebut. Salah satu program (kegiatan) PNPM-MP yang sasarannya ditujukan pada perempuan miskin adalah program dana bergulir. Partisipasi perempuan peserta program dana bergulir dipengaruhi oleh faktor tingkat kemauan, kemampuan, dan kesempatan peserta program. Tingkat kemauan peserta program meliputi persepsi dan sikap peserta terhadap program dan motivasi peserta untuk terlibat dalam program. Tingkat kemampuan peserta program meliputi tingkat pendidikan dan pendapatan peserta. Tingkat kesempatan peserta program meliputi tingkat keterdedahan informasi peserta dan tingkat pendampingan yang diterima peserta dari pihak perusahaan. Serta mencakup faktor demografi: usia dan status perkawinan. Partisipasi perempuan diukur dari tingkat partisipasi Arnstein, yaitu: manupulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat. Selanjutnya digolongkan menjadi tiga tingkat partisipasi: rendah, sedang, dan tinggi. Partisipasi perempuan dalam program ini berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program, mencakup: akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat program. Akses mencakup: Akses terhadap pelayanan keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Serta kontrol mencakup: Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya,

41 23 kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga, kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga. (Gambar 1) Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keberhasilan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Tingkat Keberdayaan Ekonomi Perempuan Akses : Akses terhadap pelayanan keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak Kontrol : Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya, Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga. Faktor-faktor Pendorong Partisipasi Tingkat Kemauan Persepsi terhadap manfaat program Sikap terhadap program Motivasi untuk terlibat dalam program Tingkat Kemampuan Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Tingkat Kesempatan Tingkat keterdedahan informasi Tingkat pendampingan yang diterima Faktor Demografi Usia Status Perkawinan Tingkat Partisipasi Perempuan Manipulasi Terapi Pemberitahuan Konsultasi Penenangan Kemitraan Pendelegasian Kontrol masyarakat Keterangan: :mempengaruhi : variabel yang diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran

42 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara tingkat kemauan perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan tingkat partisipasi. 2. Terdapat hubungan antara tingkat kemampuan perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan tingkat partisipasi 3. Terdapat hubungan antara tingkat kesempatan perempuan dalam program PNPM Perkotaan dengan tingkat partisipasi. 4. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM dengan tingkat keberdayaan ekonominya. 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengenai faktor pendorong partisipasi dan tingkat partisipasi untuk mengukur sejauh mana partisipasi peserta program dan pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan program terkait dengan penanggulangan kemiskinan. A. Faktor pendorong partisipasi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi responden sehingga untuk turut serta dalam program, diantaranya: 1. Tingkat kemauan adalah keinginan responden untuk berpartisipasi dalam program. Tingkat kemauan diukur melalui akumulasi skor dari aspek psikologis individu, meliputi persepsi dan sikap responden terhadap program. Sedangkan motivasi untuk berpartisipasi digunakan untuk melihat alasan keterlibatan komunitas dalam program. a. Persepsi terhadap manfaat program adalah pemberian makna oleh responden terhadap manfaat program dengan mengenali dan memahami stimulus yang diterima responden. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi tidak bermanfaat, bermanfaat, dan sangat bermanfaat dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi.

43 25 b. Sikap terhadap program adalah pernyataan evaluatif yang mengindikasikan kecenderungan responden dalam menanggapi program, berupa penerimaan atau penolakan. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi positif, netral, dan negatif dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi. c. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam program. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan dibuat berjenjang mulai dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), setuju (skor 3), sampai sangat setuju (skor 4). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor motivasi. Penilaian terhadap tingkat kemauan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor persepsi, sikap, dan motivasi dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut: 2. Tingkat kemampuan adalah daya yang dimiliki responden sehingga sanggup berpartisipasi dalam program karena adanya pengetahuan, pendapatan, dan lokasi tempat tinggal yang berada di Kelurahan Semplak, Kabupaten Kemang, Kota Bogor. a. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang penuh ditamatkan oleh responden. Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

44 26 b. Tingkat pendapatan adalah besarnya penghasilan responden dalam waktu satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah. Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian terhadap tingkat kemampuan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor pendidikan dan pendapatan dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. 3. Tingkat kesempatan adalah faktor luar yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi responden sehingga mempunyai peluang untuk berpartisipasi dalam program meliputi tingkat keterdedahan informasi dan tingkat pendampingan yang diterima responden. a. Tingkat keterdedahan informasi adalah besarnya informasi mengenai program yang diterima responden. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor keterdedahan informasi. b. Tingkat pendampingan yang diterima adalah frekuensi pendampingan pelaksana program yang diterima responden dalam pelaksanaan program. Responden diberikan pernyataan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah dan tinggi dengan mengakumulasi jumlah skor pendampingan. Penilaian terhadap tingkat kesempatan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor keterdedahan informasi dan pendampingan yang diterima dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut:

45 27 B. Tingkat partisipasi adalah tingkat keterlibatan responden dalam tahapan program. 1. Tingkat manipulasi dinyatakan sebagai bentuk partisipasi yang tidak menuntut responden untuk terlibat banyak dalam suatu kegiatan dan pihak perusahaan yang aktif karena ingin kepentingannya tercapai melalui program. 2. Tingkat terapi, sudah terjadi kegiatan dengar pendapat antara responden dengan perusahaan, namun pendapat dari responden tidak akan mempengaruhi kebijakan program. 3. Tingkat pemberitahuan, komunikasi sudah banyak terjadi namun hanya satu arah dan sifatnya sosialisasi dari perusahaan kepada responden. 4. Tingkat konsultasi, responden diberikan pendampingan dan konsultasi sehingga terjadi komunikasi dua arah dimana wakil dari responden dapat menyampaikan pandangannya dan aspirasi akan didengar, namun belum ada jaminan aspirasi tersebut akan dilaksanakan. 5. Tingkat penenangan, dalam komunikasi sudah ada negosiasi antara pihak yang terlibat, dicirikan dengan pemberian insentif kepada responden tetapi sebatas untuk meredam keinginan responden menolak program. 6. Tingkat kemitraan, dimana responden dan perusahaan bersama stakeholder lainnya bertindak sebagai mitra sejajar sehingga dapat mewujudkan keputusan bersama melalui negosiasi. 7. Tingkat pendelegasian, perusahaan sudah memberikan kewenangan kepada responden untuk mengelola program mulai dari perencanaan, implementasi, dan monitoring terhadap program tetapi tetap dipantau oleh perusahaan. 8. Tingkat kontrol masyarakat, sudah terbentuk independensi dari responden untuk mengelola program tanpa intervensi dari perusahaan. 9. Responden diberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah (tidak ada partisipasi), sedang (tokenisme), dan tinggi (kontrol pada masyarakat).

46 28 Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut: C. Tingkat keberdayaan ekonomi perempuan sebagai indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi yang mencangkup akses terhadap keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Serta kontrol yang mencakup: Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkannya, Kontrol atas aset produktif dan kepemilikan keluarga, Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga. 1. Akses yang mencangkup akses terhadap keuangan mikro adalah responden dapat memperoleh pinjaman modal dari bank atau lembaga keuangan sejenis. 2. Akses terhadap pendapatan adalah pendapatan yang responden peroleh dari usaha yang dijalankan yang modalnya berasal dari program. 3. Akses terhadap pasar adalah responden dapat menjual barang yang diusahakan 4. Penurunan beban dalam pekerjaan domestik adalah pengurangan intensitas pekerjaan rumah responden setelah penerimaan program 5. Kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkan adalah responden dapat menggunakan pinjaman modal dari program untuk membuka usaha dan mengembangkannya serta mampu mengembalikan dana pinjaman secara teratur dan tepat waktu. 6. Kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga teratur dan tepat waktu adalah responden dapat mengontrol dan membagi alokasi waktu dalam bekerja dalam rumah tangga secara teratur dan tepat waktu. 7. Responden diberikan pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Pengukurannya akan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor tingkat kemauan menurut rumus sebagai berikut:

47 29 III. PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survai. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survai, yaitu dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang (kuesioner), untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Semplak Kota Bogor yang berada di Jalan Raya Semplak RT 01/04 Nomor 90. Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan Februari Tahun Teknik Penentuan Responden Pengambilan sampel untuk menentukan jumlah perempuan peserta dalam program ini dilakukan secara acak sederhana. Populasi adalah seluruh perempuan peserta di kelurahan Semplak, dan kerangka sampling (sub populasi) adalah perempuan peserta program PNPM-MP. Kerangka sampling adalah perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan yang berjumlah sebanyak 362 orang di Kelurahan Semplak. Berhubung kerangka sampling besar (jumlahnya lebih dari 100 orang) maka digunakan rumus Slovin terlebih dahulu, sehingga didapat jumlah kerangka sampling sebesar 190 orang. Dari kerangka sampling 190 orang tersebut kemudian dipilih secara acak sederhana sebanyak 60 orang. Hal ini dikarenakan faktor keterbatasan waktu dan biaya peneliti.

48 30 Kota Bogor Total 362 Perempuan Peserta di Kelurahan Semplak (kerangka sampling) Penentuan perempuan peserta : Rumus Slovin kerangka sampling : 190 orang Gambar 2. Teknik Sampling dalam Pengambilan Responden Secara simple random sampling dipilih 60 responden 3.4 Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dan menggunakan kuesioner yang disebarluaskan, kemudian diisi oleh responden dan panduan wawancara untuk informan. Data yang didapat dari penelitian survai ini mencakup karakteristik individu, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi responden yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan, tingkat partisipasi serta tingkat keberdayaan ekonomi masyarakat perempuan peserta program. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in depth interview) kepada informan dengan menggunakan panduan pertanyaan. Data deskriptif berupa kutipan langsung kata-kata atau tulisan dari informan juga memungkinkan untuk digunakan. Informan yang dimaksud ialah ibu Zubaidah yaitu ketua pengurus sekretariat BKM PNPM Mandiri Perkotaan di Semplak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumendokumen tertulis yang berupa dokumen resmi dari PNPM Perkotaan di Kelurahan Semplak seperti profil PNPM Perkotaan, sejarah berdirinya PNPM Perkotaan, Struktur Organisasi pengurus PNPM Perkotaan. Berkaitan dengan macam data yang diperlukan tersebut, teknik pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah dengan wawancara, kuesioner, observasi langsung di lapangan, dan dokumentasi.

49 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Tabulasi Silang didukung dengan Uji Korelasi Rank Spearman untuk mengukur tingkat kemauan, tingkat kemampuan dan kesempatan dan hubungannya dengan tingkat partisipasi, serta mengukur hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat keberdayaan ekonomi. Tabel Frekuensi digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi masyarakat, tingkat kemauan, kemampuan, kesempatan, tingkat partisipasi dan tingkat keberdayaan ekonomi. Pengujian ini menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel Data kualitatif berupa hasil wawancara dengan responden dan informan dianalisis untuk mendukung data kuantitatif.

50 32 IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS DAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN SEMPLAK 4.1. Kondisi Geografis di Kelurahan Semplak Kelurahan Semplak adalah suatu kelurahan di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Semplak memiliki nama lain Semflagh yang berasal dari bahasa Belanda yang memiliki sejarah bahwa batas wilayah kekuatan militer Belanda dengan ciri batas adalah Tugu yang terletak di ATS dan di depan Kantor Kecamatan tepatnya di Gang Mesjid Al-Amin. Batas wilayah kelurahan Semplak adalah sebagai berikut, sebelah Utara Kelurahan Atang Sanjaya, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cilendek Barat, sebelah Barat dengan Kelurahan Bubulak dan sebelah Timur dengan Kelurahan Curug Mekar. Kelurahan Semplak secara administrasi terbagi atas 10 Rukun Warga (RW) dan 37 Rukun Tetangga (RT) dengan luas wilayah mencapai 90,051 Ha. Dari luas wilayah tersebut merupaka wilayah pemukiman penduduk dan fasilitas umum. Kelurahan Semplak sesuai letak geografisnya digolongkan sebagai daratan dengan ketingian tanah dan permukaan laut 235 Meter, keadaan suhu udara ratarata 29 C 30 C, dengan banyaknya curah hujan sekita 3000/4000 mm/tahun. Tidak dijumpai lagi adanya aktifitas pertanian seperti berladang dan bercocok tanam karena wilayahnya merepakan pemukiman yang padat penduduk. Kelurahan Semplak berada di wilayah Barat Kota Bogor, dimana jarak tempuh ke pusat pemerintahan Kecamatan sejauh 0,5 Km. Sedangan jarak dari Kantor Walikota 6 Km, jarak dari Ibukota Provinsi 120 Km dan jarak dari ibukota Negara 60 Km. Dengan kondisi tersebut Kelurahan Semplak dapat dicapai dengan berbagai jenis alat transportasi darat, berupa kendaraan roda dua dan roda empat. Sarana transportasi menuju ke lokasi sangat mudah. Hal ini bisa dilihat dengan adanya sarana transportasi yang sangat banyak dan bahkan melayani 24 jam nonstop, seperti : Angkutan umum dan ojek. Kelurahan Semplak secara administratif terbagi dalam 10 RW dan 37 RT. Pembagian wilayah administratif tersebut secara tidak langsung juga membagi wilayah dalam dua kelompok yaitu perumahan yang terletak di RW 2 (Bogor

51 33 View) dan di daerah RW 3 (kavling) serta perkampungan. Luas wilayah kelurahan Semplak adalah 90,051 Ha. Pemanfaatan wilayah tersebut banyak digunakan untuk pemukiman dan perumahan. Terdapat pula bangunan-bangunan seperti perkantoran,sekolah, pertokoan, kuburan dan tempat peribadatan. Perubahan fungsi peruntukan lahan yang semula lahan pertanian ke pemukiman menyebabkan masyarakatnya juga berpindah dari pekerja sawah ke jasa lainnya. Lebih dari setengah luas wilayah di Kelurahan Semplak telah digunakan untuk pemukiman penduduk Kependudukan di Kelurahan Semplak Jumlah penduduk Kelurahan Semplak sampai bulan Januari 2012 sebanyak jiwa terdiri dari orang laki laki dan orang perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak KK dan jumlah Anggota Keluarga Miskin 300 Jiwa yaitu sebesar 10,81 persen dari jumlah penduduk. Sesuai dengan kondisi alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan sebesar Rp ,- Kriteria keluarga miskin yang akan mendapatkan dana bantuan dari PNPM adalah masyarakat yang tergolong kurang mampu. Data awal masyarakat miskin tersebut sebagai acuan dari kader atau relawan untuk melakukan cross check ke masyarakat dan selanjutnya hasil pemetaan swadaya yang dijadikan data final untuk menentukan masyarakat miskin yang akan mendapatkan bantuan PNPM. Badan Pusat Statistik (BPS) mengemukakan tentang penentuan rumah tangga miskin menyimpulkan bahwa ciri ciri rumah tangga miskin ditentukan oleh beberapa indikator sebagai berikut : 1. Ciri tempat tinggal, dilihat dari luas lantai per kapita, jenis lantai, air minum/ ketersediaan air bersih, dan jenis jamban. 2. Kepemilikan aset; aset produktif seperti sawah, kebun, ternak,ojek, angkutan umum, perahu dan sebagainya, sedangkan aset tidak produktif seperti televisi, radio, perhiasan, mebel, sepeda, kendaraan bermotor bukan usaha. 3. Aspek pangan, adanya variasi konsumsi lauk pauk, seperti daging, ikan, telur dan ayam.

52 34 4. Aspek sandang, pernah memiliki minimal satu stel pakaian dalam satu tahun. 5. Kegiatan sosial, pernah hadir dalam kegiatan arisan, rapat di tingkat RT, Rapat sekolah/bp3, undangan perkawinan dalam tiga bulan terakhir. Badan Pusat Statistik (1990) juga memberikan alternatif untuk mengukur garis kemiskinan dengan cara menentukan standar kecukupan kalori per kapita per hari kalori yang harus dipenuhi setiap orang dalam sehari hari. Nilai rupiah per kalori diperoleh dari membagi nilai pengeluaran untuk makanan dengan banyaknya kalori yang dikonsumsi oleh masing masing kelompok pengeluaran. Seseorang dikatakan sangat miskin apabila pendapatannya hanya mampu memenuhi kebutuhan kalori. Diangap miskin apabila pendapatannya selain mampu memenuhi kebutuhan kalorinya tetapi juga minimum kebutuhan pokok lainnya. Kebutuhan minimum di luar makanan mencakup kebutuhan minimum untuk kesehatan, pendidikan, perumahan, pakaian dan kebutuhan minimum untuk sarana memasak dan angkutan. Sasaran penerima bantuan PNPM adalah semua warga miskin di Kelurahan yang bersangkutan berhak menggunakan dana BLM melalui sistem pinjaman dan hibah. Untruk menjalin dana BLM dapat menjangkau kelompok sasaran yang tepat, maka kriteria miskin disusun dan disepakati bersama oleh warga melalui mekanisme pemetaan swadaya secara partisipatif. Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Golongan Umur di Kelurahan Semplak Tahun No Golongan Umur Jumlah Persentase(%) ,27% ,36% ,14% ,99% 5. > ,24% Jumlah % Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Semplak tergolong penduduk yang termasuk kedalam golongan umur produktif menengah ( tahun) yaitu sebesar 44,14 persen. Sedangkan penduduk paling sedikit adalah di golongan tidak produktif yaitu sebesar 9,24 persen. Sedangkan dari struktur umur dapat diketahui kelompok umur produktif dan kelompok umur non produktif yang selanjutnya dapat diketahui besarnya rasio

53 35 beban tanggungan kelompok umur tidak produktif. Kelompok umur tidak produktif adalah kelompok umur yang berumur 0-9 tahun dan diatas 65 tahun. Di kelurahan Semplak, penduduk yang berusia 0-9 tahun sebanyak 1723 orang dan kelompok penduduk yang berumur lebih dari 65 tahun sebanyak 978 orang, sehingga rasio beban tanggungan di Kelurahan Semplak adalah 25,50 persen artinya setiap 100 orang penduduk umur produktif di kelurahan Semplak menanggung sebanyak 26 orang penduduk non produktif. Jumlah penduduk menurut mobilitas/mutasi penduduk digambarkan seperti tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Mobilitas/Mutasi Penduduk di Kelurahan Semplak Tahun No Perubahan Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan (%) 1 Lahir ,06% 2 Meninggal Dunia ,14% 3 Penduduk Masuk (Datang) ,33% 4 Penduduk Keluar (Pergi) ,46% Jumlah % Data di Tabel 4.2 menunjukan bahwa perubahan penduduk cukup tinggi, dimana jumlah perubahan penduduk dapat dilihat dari jumlah penduduk yang lahir lebih besar daripada penduduk yang meninggal dunia yaitu sebesar 8,14 persen. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa penduduk yang lahir kebanyakan laki-laki dari pada perempuan sedangkan jumlah kematian lebih banyak untuk perempuan. Hali ini diakibatkan perempuan lebih mudah terkena penyakit dibanding laki-laki untuk di wilayah Semplak. Namun untuk jumlah perunahan penduduk yang cukup rendah dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang keluar yaitu sebesar 41,46 persen diakibatkan arus urbanisasi. Jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi biasannya laki-laki dikarenakan mereka sulit mencari pekerjaan selain sebagai pedagang di daerah Semplak oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk keluar kota untuk bekerja menjadi PNS maupun buruh. Penduduk asli (lokal) merupakan masyarakat Bogor dan beberapa masyarakat berasal dari daerah luar Jawa yaitu Sumatra dan Sulawesi. Masyarakat sangat erat kekompakannya dan memperhatikan masalah lingkungan seperti gotong royong, menjaga keamanan dan lain lainnya. Masyarakat asli yang

54 36 tinggal di perkampungan sebagian besar adalah penduduk asli yaitu masyarakat Bogor. Ada juga diantara masyarakat yang tinggal diperkampungan merupakan pendatang dari Jawa dan Sumatra, namun jumlahnya tidak banyak. Diantara penduduk asli ada yang mampu keadaan ekonominya, namun jumlah mereka tidak banyak. Kebanyakan dari mereka kaya karena warisan dari orang tua. Sebagian besar penduduk asli tergolong dalam keadaan kurang mampu. Mereka hanya memiliki rumah dan lahan yang sempit. Perbedaan struktur komunitas antara masyarakat yang tinggal dalam perumahan dan perkampungan menyebakan rawannya kecemburuan sosial. Masyarakat perkampungan menggangap masyarakat perumahan kaya, sehingga harus baik hati kepada masyarakat kampung dan member bantuan kepada mereka. Segala sesuatu yang diberikan oleh orang kampung harus ada imbalannya. Penduduk yang tinggal di perumahan umumnya merupakan penduduk pendatang yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa di Indonesia. Rumah yang ada di perumahan lingkungannya tertata dengan baik. Kondisi sosial ekonomi mereka tergantung pada mata pencarian sehari hari. Namun sebagian besar yang tinggal di perumahan adalah pegawai negri dan karyawan swasta. Oleh karena itu keadaan ekonomi nya lebih baik dibandingkan keadaan komunitas yang tinggal diperkampungan. Kepemimpinan yang ada dapat dibedakan sebagai kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal dapat dilihat dari patuhnya masyarakat kepada Lurah sebagai pemimpin formal di masyarakat. Pemimpin informal lahir dari aktifitas keagamaan seperti Majelis Ta lim. Pemimpin informal ini sangat dihormati oleh masyarakat yang sebagian besar (mayoritas) beragama Islam. Tabel 4.3. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Semplak Tahun 2011 No. Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1. Taman kanak-kanak 230 8,24% 2. Sekolah Dasar/MI ,4% 3. SMP/SLTP/MTS 50 1,79% 4. SMA/SLTA/Aliyah 210 7,52% 5. Akademi/DI-D Sarjana(S1-S3) - - Jumlah % Dapat dilihat di tabel 4.3 bahwa jumlah tingkat pendidikan SLTA/MA sebanyak 1,79 persen dari total jumlah penduduk, dan tidak ada yang memiliki

55 37 gelar sarjana. Penduduk di Kelurahan Semplak pada saat ini telah meningkat dengan pesat. Hal ini dikarenakan banyak pendatang yang pindah ke wilayah pemukiman penduduk di wilayah Kelurahan Semplak. Tabel 4.4. Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kepercayaannya di Kelurahan Semplak Tahun No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase(%) 1. Islam ,77% 2. Kristen 337 3,49% 3. Katholik 82 0,85% 4. Hindu 17 0,17% 6. Budha 32 0,33% 7. Konghuchu 36 0,37% Jumlah % Dari tabel 4.4 diatas dapat dipaparkan bahwa hampir keseluruhan penduduk dikelurahan ini beragama Islam. Hal ini disebabkan karena agama Islam merupakan kepercayaan yang paling anyak dianut oleh orang Indonesia, begitu juga dengan kelurahan ini, hingga mencapai 94,77 persen. Dari tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk beragama Islam dan sedikit yang beragama Hindu, agama Kristen merupakan agama mayoritas kedua selain Islam. Kehidupan antar umat beragama dari pengamatan lapangan sangat tinggi toleransinya,konflik konflik antar umat beragama tidak ditemukan dari beberapa keterangan responden yang dijadikan sample Aktivitas Ekonomi Masyarakat Kelurahan Semplak Mata pencaharian penduduk sebagai pegawai di lingkungan pemerintahan/non pemerintah sebanyak 1,7 persen. Pedagang/ wiraswasta sebesar 56,7 persen dan sisanya bergerak di bidang jasa seperti angkutan, pertukangan,usaha kredit serta pensiunan sebesar 41,7 persen. Lingkungan perumahan yang padat menyebabkan banyak peluang seperti toko,restoran, dan macam macam usaha ekonomi lainnya. Jenis usaha yang dilayani penduduk terdiri dari jasa travel biro, bank, notaries, pengacara, wartel, jasa boga (catering), panti pijat, jasa keperantaraan (leasing), jasa konveksi dan salon (Monografi Desa, 2011).

56 38 Sektor industri kecil dan kerajinan sangat bervariasi dan menjadi andalan sebagai mata pencaharian masyarakat seperti : konveksi, minuman, pembuatan payung, boneka batik, kusen, lemari dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang pangan seperti pembuatan tahu, tempe, roti dan kue. Dengan jumlah penduduk padat dan wilayahnya mudah dijangkau berbagai jenis barang diperdagangkan antara lain sayur mayur, buah-buahan, bahan bangunan, mainana nak-anak, makanan dan minuman ringan, bahan-bahan pokok kebutuhan rumah tangga, pedagang onderdil mobil dan alat-alat listrik. Hasil usaha dagang ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat tapi juga penduduk diluar wilayah Semplak. Golongan penduduk yang tergolong miskin dalam kelurahan ini kebanyakan tidak memiliki pekerjaan selain menjadi ibu rumah tangga sehinggga mereka memiliki banyak waktu luang dalam melaksanakan kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan. Setelah mengikuti program dana bergulir dari PNPM kebanyakan warga setempat berkerja dan berwirausaha sebagai penjual makanan dan minuman dikarenakan masyarakat setempat sangat konsumtif dalam pembelian makanan dan minuman setiap harinya Organisasi dan Kelembagaan di Kelurahan Semplak Organisasi dan Kelembagaan yang ada di Kelurahan Semplak dapat dikategorikan berdasarkan : a. Lembaga Pendidikan Keberadaan lembaga pendidikan, dapat dikatakan cukup lengkap mengingat jenjang pendidikan dari mulai Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) ada di kelurahan tersebut. Adapun rinciannya sebagai berikut :

57 39 Tabel 4.5. Jumlah Lembaga Pendidikan di Kelurahan Semplak Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan NEGRI SWASTA Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid (buah) (Org) (Org) (buah) (Org) (Org) 1. Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar MI SMP SMA SMK Jumlah b. Lembaga Kesehatan Prasarana dan sarana kesehatan yang ada sangat lengkap, ini sangat menunjang tingkat kesehatan warga masyarakat di lingkungan Kelurahan Semplak. Warga dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan karena keberdaanya sangat dekat dan jam operasinya dalah dari Senin sampai Sabtu jam 8 pagi sampai dengan jam 2 siang. Akses masyarakat miskin ke lembaga kesehatan yang ada dapat dengan mudah menjangkaunya. Dukungan dari program pemerintahan dengan fasilitas Kartu Miskin menyebabkan warga masyarakat mendapatkan kemudahan apabila menggunakan fasilitas kesehatan yang ada berupa biaya gratis dokter dan obat-obatan. Adapun prasarana di bidang kesehatan mulai dari Posyandu,Poliklinik Rumah bersalin dan Puskesmas. Sedangkan sarana tim medis mulai dari dokter umum, dokter gigi, bidn dan perawat. Salah satu kegiatan Posyandu dalam rangka meningkatkan kesehatan Ibu dan anak berupa pendataan Balita, pendataan ibu hamil dan pendataan orang tua lanjut usia mengenai kondisi kesehatannya. c. Lembaga Keagamaan Dalam bidang keagamaan di Kelurahan Semplak sangat menjunjung nilai nilai agama yang dianut oleh kepercayaannya masing-masing. Toleransi antar umat beragama dalam kehidupan sehari hari sangat terasa, pertemuan pertemuan Majelis Ta lim khususnya yang beragama islam yang diadakan oleh ibu-ibu, Bapak-bapak dan para remaja yang aktif dalam pertemuan

58 40 tersebut. Mayoritas warga yang beragama islam menyebabkan aktifitas masyarakat dibidang keagamaan sangat kental sekali di lingkungan warga. Adapun sarana-prasarana dan kegiatan keagamaan di lingkungan Semplak seperti : Masjid sebanyak 7 buah, Mushola sebanyak 15 buah, kegiatan Majelis Ta lim sebanyak 24 buah dan Gereja sebanyak 2 buah. d. Lembaga Pemerintahan dan Kemasyarakatan Keberadaan lembaga ini di lingkungan masyarakat sangat membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Bantuan bantuan pemerintah dan Lembaga swadaya (swasta) dalam bentuk kegiatan (prasarana fisik, ekonomi, bantuan dana bergulir dan lain-lain) sangat dijunjung kelancaran oleh adanya lembaga tersebut. Adapun rinciannya sebagai berikut: d.1. Tim Penggerak PKK Aktifitas PKK di lingkungan Semplak sangat aktif sekali. Contoh aktivitanya berupa pengajian, arisan, kebun contoh, demo memasak,kesenian dan pertemuan rapat bulanan. Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. d.2. LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dikelurahan Semplak mempunyai masa bakti 1990 s/d 2012 mulai dari ketua sampai anggota berjumlah 23 orang. Keberadaan lembaga ini sangat membantu masyarakat dalam menyalurkan aspirasi dan keinginannya dalam pembangunan di lingkungan Semplak. Rencana pembangunan setiap tahunnya oleh pihak Kelurahan dibicarakan dibicarakan bersama dlam suatu forum, bersamasama unsur-unsur lapisan masyarakat diantarannya LPM ikut terlibat. Aspirasi yang berkembang di masyarakat dapat dijadikan sebagai dasar oleh LPM untuk menyampaikan ide-ide tersebut kedalam forum sehingga aspirasi masyarakat dapat ditanggapi langsung oleh aparat yang ada, sehimgga diketahui bangaimana kemungkinannya dapat diwujudkan. d.3. BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dibentuk sebagai aspirasi masyarakat dalam menyingkapi adanya kegiatan atau program bantuan pemerintahm PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam pelaksanaanya BKM

59 41 dibantu oleh 3 pelaksana teknis dilapangan yaitu : Unit Pengelola Keuangan, Unit Pengelola Lingkungan dan Unit Pengelola Sosial. Salah satu tindakan BKM yang nyata ialah mampu membangun komitmen bersama dalam penguatan kapasitas masyarakat yang selalu melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. Warga selelu dilibatkan dalam proses sehingga warga dapat merasakan manfaat langsung atau tidak langsung dari keputusan yang diambil. Pelibatan masyarakat merupakan suatu proses pembelajaran pemberdsyaan dimana keadaran dan partisipasi dibutuhkan dalam transformasi sosial. e. Lembaga Simpan Pinjam Keberdayaan lembaga ini membantu masyarakat dalam aktifitas kehidupannya berupa bantuan ekonomi. Adanya Lembaga keuangan Simpan Pinjam yang mulai berjlan sejak tahun 2001 dengan modal awal 2 Juta sekarang telah menjadi 30 Juta tahun Lembaga simpan pinjam ini banyak bergerak membantu warga masyarakat yang kekurangan modal dalam aktifitas ekonominya. Lokasi kantor nya adalah di RW Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Progam PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak berdiri dari tahun Setelah terbangunnya program PNPM Mandiri perkotaan ini dan adanya BKM PWK Semplak, masyarakat khususnya yang tergolong kurang mampu memiliki kegiatan lain selain menggurus rumah tangga. Kegiatan program PNPM Perkotaan ini berupa kegiatan dana bergulir. BKM Semplak telah mangalami tiga kali pergantian kepengurusan sejak awal berdirinya di tahun Ketua BKM PWK Semplak dari tahun 2010 sampai sekarang adalah ibu Zubaidah. Beliau berperan sebagai penasehat dan pembina berbagai kegiatan yang dilakukan oleh UPK (Unit Pelayanan Kegiatan) Semplak. Program PNPM Mandiri Perkotaan di Semplak merupakan proyek penanggulangan kemiskinan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat berada pada pelaksanaannya yang lebih menekankan pada proses dan bukan hasil. Proses dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat miskin khususnya dengan cara meningkatkan partisipasi pada kehidupan sosial

60 42 kemasyarakatan yang didukung dengan terbangunnya kelembagaan yang mampu mendorong terbentuknya semangat kebersamaan dan solidaritas warga dalam bersama-sama menanggulangi kemiskinan. Hal ini juga karena prosesnya, penanggulangan kemiskinan yang mengedepankan pendekatan pemberdayaan masyarakat mengutamakan dan mendorong kesetaraan dan memandang peserta sebagai pelaku dan tidak sebagai objek pelaksana kegiatan. Kegiatan PNPM di Kelurahan ini sendiri terbagi menjadi tiga yaitu UPK Sosial, UPK Ekonomi Bergulir dan UPK Lingkungan. Tiga unit pelayanan kegiatan tersebut mempunyai kegiatan dalam bidangnya masing-masing. Kegiatan yang paling rutin dilakukan dalam program PNPM di Semplak adalah kegiatan dalam bidang ekonomi. Kegiatan dalam bidang ekonomi berupa dana bergulir. PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak memiliki dana awal sebesar kurang lebih 50 juta yang digunakan sebagai dana bergulir masyarakat yang mengikuti program tersebut. Kegiatan dana bergulir ini memiliki tujuan untuk membantu masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang kurang mampu atau yang tidak bekerja sama sekali. Beberapa persyaratan yang diajukan bagi KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) untuk menjadi peserta dalam kegiatan ini antara lain adalah kepemilikan KTP dan KK. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka benar benar merupakan warga dari Kelurahan Semplak. Peminjaman modal usaha dalam kegiatan dana bergulir ini dilaksanakan pada minggu pertama diawal bulan. Para KSM biasannya datang ke sekretariat BKM Semplak dan langsung meminjam dana sebesar yang dibutuhkan kepada PWK Semplak. Dana yang dicairkan tergantung kepada usaha yang akan dijalankan. Biasannya jika KSM sudah lama bergabung dalam kegiatan dana bergulir ini, mereka diberikan tambahan biaya untuk memperoleh modal usaha. Selain itu, ketepatan waktu pengembalian juga berpengaruh kepada dana yang akan dipinjamkan berikutnya, periode waktu pengembalian biasannya satu bulan sekali biasanya diawal bulan juga. Kegiatan dana bergulir ini sangat membantu masyarakat khususnya yang tidak memiliki pekerjaan di Kelurahan Semplak. Mereka bisa terbebas dari pengganguran yang akhirnya menyebabkan krisis ekonomi. Dengan menjadi

61 43 KSM dana bergulir ini mereka memiliki usaha di bidang nya masing-masing yang keuntungannya menjadi penghasilan tambahan bagi pemenuhan kebutuhan sehari hari.

62 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus dipenuhi. Program ini dapat diikuti oleh laki-laki dan perempuan, akan tetapi peneliti membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada perempuan peserta. Untuk dapat ikut serta dalam program tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : 1) Warga Negara Indonesia yang telah berdomisili kurang lebih 3 tahun di Kelurahan Semplak. 2) Mendapatkan izin dari suami 3) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga(KK) 4) Tidak memiliki pekerjaan dan atau memiliki satu jenis pekerjaan. 5) Telah mengisi form persyaratan untuk mengikuti kegiatan dana bergulir. Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Usia di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 5.1, mayoritas perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan berusia tahun yang termasuk kedalam kategori usia produktif sedang yaitu sebanyak 73,33 persen. Sebesar 15 persen perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan termasuk kedalam kategori penduduk usia tua (usia >45 tahun). Sebesar 11,66 persen perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan termasuk kedalam kategori penduduk usia muda (usia tahun). Usia Responden Jumlah Persen (%) Tahun 7 11, Tahun 14 73,33 >45 Tahun 9 15 Total

63 45 Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Status Pernikahan di Kelurahan Sempak Tahun 2012 Status Pernikahan Jumlah Persen (%) Menikah Belum Menikah 4 6,7 Janda 5 8,3 Total Peserta PNPM Mandiri Perkotaan 85 persen sudah menikah. Mereka membantu suaminya dalam menambah pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM Menurut Pekerjaan Utama Sebelum Mengikuti PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pekerjaan Utama Jumlah Persen (%) PNS 1 1,7 Buruh (Buruh Pabrik, Buruh Bangunan, Buruh Angkut, dll.) 1 1,7 Pekerjaan Rumah Tangga 58 96,66 Total Pekerjaan utama peserta program adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lebih memiliki banyak waktu luang sehingga mereka lebih fokus dalam mengikuti program usaha dana bergulir yang termasuk salah satu program kegiatan ekonomi di PNPM Mandiri Perkotaan. Tabel 5.6 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Usaha yang Ditekuni Peserta Setelah Mengikuti PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Usaha yang Ditekuni Saat Ini Frekuensi Persen (%) Pengelolaan Makanan/Minuman Kerajinan 3 5 Klontong 3 5 Bengkel 2 3,3 Pulsa 7 11,7 Usaha Kredit 6 10 Total Sebesar 65 persen perempuan peserta program ini mengeluti bidang usaha pengelolaan makanan dan minuman. Hal tersebut dikarenakan masyarakan kelurahan Semplak memiliki tingkat konsumtivitas tinggi dalam mengkonsumsi bahan olahan makanan/minuman.

64 46 Tabel 5.7 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Status Usaha yang Dijalani PNPM-MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Status Usaha Frekuensi Persen (%) Milik Sendiri Bukan Milik Sendiri 3 5 Total Status kepemilikan usaha peserta PNPM Mandiri sebesar 95 persen adalah milik sendiri, artinya mereka memiliki keuntungan yang lebih banyak dan mereka lebih leluasa untuk mengembangkan usahannya. Tabel 5.8 Jumlah dan Persentase Pendapatan Peserta Setelah Mengikuti PNPM- MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Dilihat dari tabel pendapatan peserta PNPM Mandiri dapat dinyatakan sukses, karena 45 persen dari seluruh peserta PNPM Mandiri pendapatannya lebih dari 4 juta perbulan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perempuan peserta di Kelurahan Semplak yang mengikuti Program PNPM Mandiri beragama Islam dengan usia rata-rata tahun, berstatus menikah, dengan pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga. Setelah mengikuti program PNPM Mandiri para peserta menekuni bidang usaha pengelolaan makanan dan minuman sebagai bidang usaha yang paling banyak ditekuni dengan status kepemilikan usaha yang sebagian besar adalah milik sendiri. Pendapatan/Bulan Frekuensi Persen (%) < > ,3 > ,7 > ,0 Total Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Menurut derajat Partisipasi Arnstein. Pada kegiatan penyusunan program PNPM Mandiri perkotaan di Kelurahan Semplak, kehadiran perempuan peserta dalam pertemuan sebanyak 48,33 persen orang yang hadir dan mengemukakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. (Lihat tabel 5.9) Hal- hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bentuk

65 47 penyelesaian persoalan kemiskinan yang bersifat multidimensional dan struktural, khususnya yang terkait dengan dimensi-dimensi politik, sosial, dan ekonomi, serta dalam jangka panjang mampu menyediakan aset yang lebih baik bagi masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman mereka maupun menyuarakan aspirasinya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka hadir dan mendapatkan pengetahuan dari masyarakat, namun masih bersifat satu arah. Perempuan peserta program ini mendapatkan gambaran secara luas mengenai kondisi politik, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Sehingga mereka dapat memprediksikan kebutuhan yang masyarakat butuhkan dan memasukannya dalam rancangan program selanjutnya. Akan tetapi, pada tahap ini peserta tidak ada yang mengemukakan pertanyaan maupun pernyataan bagi pihak program karena mereka hanya hadir untuk mendengarkan dan menyimak bagaimana evaluasi dan rencana program selanjutnya. Terdapat 18,33 persen perempuan peserta yang hadir dan melakukan dialog/tanya jawab dengan pemerintah. (Lihat tabel 5.9) Dalam hal ini ada sebagian masyarakat yang mengikuti rapat dengan antusiasme yang tinggi bukan sekedar hadir namun juga menyimak serta mencatat hasil proses rapat dan pertemuan tersebut. Kemudian terdapat 25 persen perempuan peserta yang hadir dan memberikan beberapa pengaruh pada apa yang direncanakan dalam program. (Lihat tabel 5.9) Pengaruh yang diberikan oleh peserta dapat direalisasikan dengan perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya. Hal tersebut dikarenakan beberapa perempuan peserta merasa mempunyai rasa kebutuhan yang tinggi terhadap program PNPM tersebut sehingga mereka benar benar menyimak dan berencana ikut serta secara aktif dalam kegiatan program PNPM itu sendiri. Beberapa program PNPM yang paling diminati oleh perempuan peserta di Kelurahan Semplak adalah program BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat). Program ini bertujuan meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait,

66 48 dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat. Selain itu, juga disebabkan karena beberapa peserta yang memang hanya memiliki kegiatan PNPM ini sebagai kegiatan utama mereka sehari hari. Sehingga mereka terfokus pada kegiatan ini sepenuhnya tanpa ada kegiatan dan pekerjaan lainya selain program ini. Dalam partisipasi untuk mengemukakan masukan saran/usul dalam rapat/pertemuan, terdapat 50 persen peserta atau setengah dari jumlah peserta yang hadir untuk hanya memberikan usul secara satu arah terhadap program ini. (Lihat 5.9) Usul yang diberikan oleh peserta hanyalah sebatas saran bagi pihak PNPM Perempuan peserta memiliki keterbatasan pada tingkat pendidikan. Usul dari perempuan peserta tersebut diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhankebutuhan masyarakat yang tidak terpikirkan oleh laki-laki seperti misalnya kebutuhan di bidang kesehatan, pendidikan, simpan pinjam maupun air bersih. Selain itu, perempuan dinilai dapat bersikap lebih obyektif dalam menentukan prioritas kebutuhan. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk perempuan di Kelurahan Semplak menjadi salah satu faktor rendahnya rasa percaya diri mereka. Hal tersebut berpengaruh pada kondisi mental penduduk perempuan disana. Mereka cenderung tidak terbuka dalam menerima kritikan balik dari pihak pemerintah. Latar belakang pendidikan membuat mereka tidak percaya diri untuk menyuarakan pendapatnya, namun dapat diatasi dengan musyawarah khusus perempuan yang kerap diadakan oleh tim PNPM Perkotaan itu sendiri dalam kurun waktu 1 bulan sekali bersamaan dengan evaluasi usaha yang mereka jalani,dengan cara ini lambat laun mereka mulai terbiasa menyampaikan aspirasinya. Selanjutnya, dari Tabel 5.9 juga menunjukan bahwa sebesar 11,66 persen perempuan peserta yang secara aktif memberikan usulannya secara langsung terhadap program dan berharap mendapatkan feedback dari usul yang mereka sampaikan tersebut. Beberapa ide atau masukan yang bermanfaat untuk pengembangan usaha dari masyarakat sangat diappresiasi oleh penyelenggara program. Masukan yang diperluakan dalam program berkaitan dengan kegiatan KSM sendiri. Mereka berharap akan dapat mendapat modal usaha yang lebih besar sehingga cukup untuk dapat mengembangkan usaha lebih dari satu.

67 49 Selanjutnya terdapat 38,33 persen yang memberikan masukan dan usulannya diperhatikan sesuai kebutuhan. (Tabel 5.9) Usulan dan saran yang berkaitan langsung dengan kebutuhan mereka sehari - hari mendapatkan tanggapan yang positif dari pihak penyelenggara program. Hal ini berkaitan juga dengan kebutuhan dan keinginan mereka dalam memajukan usaha yang telah mereka ikuti dalam program ini. Sehingga mereka ingin langsung mendapat respon balik yang sifatnya positif dari pihak penyelenggara program untuk usaha mereka. Adapun partisipasi dalam menetapkan konsep rencana program, terdapat 50 persen perempuan peserta yang ikut menetapkan konsep rencana untuk kepentingan masyarakat. Para peserta ikut memberikan masukan mengenai konsep rencana yang baik untuk masyarakat, hal ini dimaksudkan agar para peserta juga mengetahui konsep rencana yang akan dilaksanakan dalam program selanjutnya. Sehingga harapannya mereka dapat ikut dalam rencana program tersebut. Terdapat 13,33 persen yang tidak hanya ikut menetapkan konsep rencana namun ikut berpartisipasi aktif dalam menetapkan konsep rencana, mereka ingin ikut berpartisipasi aktif dalam menetapkan konsep rencana karena agar mereka dapat benar-benar ikut berperan serta dalam program selanjutnya. Sebesar 36,66 persen masyarakat ikut menetapkan konsep dan memberi beberapa pengaruh pada kosep rencana yaitu mereka ikut dalam menetapkan konsep dalam arti ideide yang mereka ungkapkan dalam menetapkan konsep rencana akan digunakan dalam menetapkan konsep rencana program karena dianggap dapat membangun program. Namun pihak pemerintah tetap memegang legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran peserta tersebut. Untuk tingkat partisipasi terakhir dalam program PNPM Perkotaan yaitu dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program, terdapat 50 persen yang ikut memberikan persetujuan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat. Hal tersebut didasari oleh pemberian informasi satu arah dari aparat pemerintah kepada masyarakat. Sehingga masyarakat merasa harus memberikan persetujuan balik mengenai rancangan program yang telah dibentuk oleh tim PNPM. Akan tetapi, tidak ada umpan balik (feedback) dari masyarakat

68 50 secara nyata, karena mereka hanya merasa harus menyetujui secara lisan. Kemudian, terdapat 13,33 persen yang memberikan persetujuan untuk kepentingan masyarakat. Peserta menjadikan partisipasi menjadi suatu alat yang digunakan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri, sehingga mereka merasa ingin ikut serta sebagai suatu objek dari partisipasi itu sendiri. Dalam tingkatan akhir perempuan peserta sebesar 36,66 persen telah memberikan persetujuan karena telah terjadi komunikasi diadik dengan pemerintah. Mereka tahu akan kebutuhan mereka dalam program sehingga mereka ikut dalam menetapkan keputusan pada rencana program selanjutnya. Selain itu, mereka juga berpartisipasi dalam pengimplementasian program tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung partisipasi yang terdiri dari tingkat kemauan peserta yang terdiri dari sikap dan motivasi peserta umtuk bergabung dalam program PNPM ini. Sikap yang ditunjukan peserta merupakan sikap yang positif, dikarenakan program PNPM telah membantu mereka memiliki usaha sehingga penghasilan mereka pun bertambah serta dengan adanya program tersebut, peserta dapat mendapatkan lapangan kerja yang layak untuk mengisi waktu nya setiap hari Selain itu tingkat pendidikan peserta dan tingkat kesempatan juga mempengaruhi, makin tinggi pendidikan yang dimiliki peserta membuat mereka makin percaya diri dan mengerti tujuan mereka akan mengikuti program ini. Mereka merasa perlu dan butuh dalam keikutsertaannya dalam program berdasarkan komitmen yang tinggi. Kesempatan yang mereka miliki seperti waktu luang dan informasi yang didapat juga menentukan tingkatan partisipasi. Semakin banyak waktu luang bagi peserta yang tidak memiliki beban ganda semakin fokus mereka untuk mengikuti program ini dan semakin banyak informasi yang mereka dapatkan dari pemerintah baik dari tim PNPM itu sendiri membuat mereka semakin mengerti dan yakin untuk tetap mengikuti dan melakukan usaha mengunakan modal yang dipinjamkan dari program PNPM Perkotaan ini. Tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dapat ditunjukan pada Tabel 5.9 berikut ini :

69 51 Tabel 5.9 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Jenis Partisipasi dan Derajat Partisipasi Arnstein di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Kategori Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Derajat Partisipasi Arnstein Partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan Partisipasi Kehadiran Perempuan Peserta dalam Rapat/Pertemuan Partisipasi dalam Mengemukakan Masukan/Saran/ Usul dalam Rapat/ Pertemuan Partisipasi dalam Menetapkan Konsep rencana program Partisipasi dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program 1.Manipulasi Terapi Pemberitahuan 29 (48,33%) 30(50%) 30(50%) 30(50%) 4.Konsultasi 11(18,33 %) 7(11,66 %) 8(13,33%) 8(13,33%) 5.Penenangan 20(33,33%) 23(38,33%) 22(36,66%) 22(36,66%) 6.Kemitraan Pendelegasian Kontrol Masyarakat Jumlah 60(100%) 60(100%) 60(100%) 60(100%) Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tingkat partisipasi kehadiran perempuan dalam rapat atau pertemuan berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 48,33 persen. Mayoritas tingkat partisipasi perempuan dalam mengemukakan masukan/saran/usul dalam rapat atau pertemuan berada pada derajat pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Tingkat partisipasi perempuan dalam menetapkan konsep rencana program berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Tingkat partisipasi dalam memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana program berada pada derajat partisipasi pemberitahuan dan tergolong kategori rendah yaitu sebesar 50 persen. Keterkaitan antara tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dengan derajat partisipasi Arnstein berada pada kategori sedang yaitu konsultasi dan penenangan. Arnstein menyatakan bahwa konsultasi dan mengundang pendapat pendapat masyarakat dapat menjadi langkah yang sah dalam menuju tingkat partisipasi penuh. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa usulan-usulan dan ide- ide yang disumbangkan oleh masyarakat akan dijadikan bahan pertimbangan dalam keberlanjutan program. Sejauh ini kondisi dilapangan

70 52 menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya hanya menerima paparan program PNPM. Sehingga partisipasi hanya merupakan suatu penekanan pada beberapa jumlah orang yang datang pada pertemuan (rapat evaluasi). Berdasarkan derajat penentraman (placations), masyarakat lebih sedikit ditempatkan pada badan badan urusan masyarakat atau badan pemerintahan yaitu kantor sekret PNPM Mandiri. Kantor PNPM Mandiri mayoritas dipegang oleh elit kekuasaan (pemerintah). Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat berhak memberikan saran saran atau ide atau masukan akan tetapi pemerintah yang lebih berhak untuk menentukan legitimasi atau visibilitas dari saran-saran tersebut Usia memiliki korelasi dengan kategori partisipasi. Tingkat partisipasi perempuan dalam program PNPM Mandiri perkotaan di Kelurahan Semplak termasuk dalam kategori Sedang. Tabel 5.10 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Golongan Usia dan Tingkat Partisipasi di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Golongan Usia Kerja Partisipasi Produktif Muda Produktif Menengah Produktif Tua Rendah 5 (55,5%) 19 (44,2%) 4 (50%) Sedang 4 (44,5%) 24 (55,8%) 4 (50%) Tinggi Jumlah 9 (100%) 43 (100%) 8 (100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP berada pada golongan usia produktif menengah (26-45 tahun) maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada usia produktif tua relatif ada penurunan kembali tingkat partisipasinya.

71 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat kemauan perempuan peserta di Kelurahan Semplak dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilihat dari persepsi, sikap dan motivasi para peserta terhadap program tersebut. Mayoritas perempuan peserta di Kelurahan Semplak yang mendapatkan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PNPM, memiliki persepsi yang tergolong sedang atau biasa saja sebesar 63,3 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Persepsi). Dari hasil wawancara dengan perempuan peserta, kebanyakan dari mereka telah mengerti bahwa akan ada proyek bantuan pemerintah untuk masyarakat miskin. Bahwa bantuan tersebut dapat direalisasikan dengan syarat peserta harus dapat membentuk kelompok kelompok KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Tabel 6.1 Hubungan Antara Tingkat Persepsi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Sedang Tingkat Persepsi Tinggi Rendah 29(48,33%) 3(9,68%) Sedang - 28(90,32%) Jumlah 29(100%) 31(100%) Tabel 6.1 menjelaskan keterhubungan antara pengaruh persepsi dengan tingkat partisipasi. Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki tingkat persepsi yang tinggi maka tingkat partisipasinya juga cenderung meningkat. Peserta memersepsikan bahwa program PNPM Mandiri Perkotaan dinilai cukup bermanfaat. Peserta setuju bahwa program yang merupakan salah satu kontribusi pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat bertujuan dalam membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan ekonomi serta dapat menciptakan peluang dan kesempatan yang baru bagi masyarakat. Sehingga akhirnya mereka berpartisipasi dalam mengikuti beberapa pelatihan dari ini

72 54 program sehingga mendapatkan tambahan pengetahuan dan mengasah keterampilan sehingga menjadi lebih kreatif dari sebelumnya. Hal ini dapat membantu masyarakat khususnya para peserta program untuk belajar berorganisasi menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Penilaian peserta dari segi sikap dalam menanggapi program adalah sebesar 78,3 persen ( Lampiran1. Tabel Frekuensi Sikap) Hal tersebut merupakan sikap yang netral. Mereka mengikuti program ini dengan melaksanakan kegiatan dana bergulir yang diberikan oleh PNPM. Menurut peserta, dana bergulir yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan mereka, selain itu dengan adanya dana bergulir tersebut dapat membantu mereka dalam memiliki usaha dan menciptakan peluang dan kesempatan kerja bagi mereka sehingga dengan begitu pendapatan yang mereka hasilkan juga bertambah. Hal ini menyebabkan para peserta akhirnya banyak yang berpartisipasi dalam mengunakan dana bergulir dan membuka usaha. Adapun keterkaitan antara pengaruh sikap terhadap tingkat partisipasi, ditunjukkan oleh Tabel 6.2. Tabel 6.2 Hubungan Antara Sikap terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Sikap Netral Positif Rendah 29(63,04%) 6(42,86%) Sedang 17(36,83%) 8(57,14%) Jumlah 46(100%) 14(100%) Penjelasan tabel 6.2 ini menunjukkan bahwa sikap perempuan peserta program yang netral cenderung melahirkan partisipasi yang rendah sebesar 63,04 persen. Data menunjukkan kecenderungan bahwa semakin ke arah netral sikap perempuan peserta program maka semakin rendah tingkat partisipasinya. Masih rendahnya partisipasi perempuan peserta program karena masih banyak yang belum antusias atau belum yakin terhadap program yang ada. Setiap perempuan peserta memiliki motivasi yang berbeda dalam berpartisipasi dalam program PNPM, namun perempuan peserta di Kelurahan Semplak memiliki motivasi yang cukup tinggi sebesar 76,7 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Motivasi). Mereka berpartisipasi dalam program berdasarkan kemampuan mereka sendiri tanpa paksaan orang lain dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini dikarenakan kebutuhan mereka yang banyak sehingga rata-rata para perempuan peserta ingin membantu suaminya

73 55 dalam mendapatkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dengan adanya tingkat kemauan yang tinggi dari para peserta menyebabkan partisipasi yang tinggi juga di dalam program. Tabel 6.3 Hubungan Antara Motivasi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Motivasi Sedang Tinggi Rendah 27(48,21%) 2(50%) Sedang 29(51,79%) 2(50%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Berdasarkan Tabel 6.3, diketahui bahwa perempuan peserta program memiliki motivasi sedang memiliki tingkat partisipasi sedang yaitu 51,79 persen dan mengalami penurunan tingkat partisipasi menjadi rendah sebesar 50 persen pada motivasi yang tinggi. Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki motivasi yang tinggi maka tingkat partisipasinya semakin rendah, sementara dengan motivasi yang sedang tingkat partisipasinya justru semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perempuan peserta yang memiliki motivasi yang tinggi beranggapan bahwa, mereka tidak harus mengikuti kegiatan bimbingan maupun rapat evaluasi dari pihak PNPM dikarenakan mereka sudah menyadari dan langsung termotivasi dalam program dana bergulir tanpa merasa perlu terlalu berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan yang telah disediakan Pengaruh Tingkat Kemampuan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Pengaruh tingkat kemampuan terhadap tingkat partisipasi perempuan dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan perempuan peserta yang mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan. Tingkat pendidikan peserta yang menerima dana bergulir PNPM yang masuk kedalam kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Kelurahan Semplak dapat dikelompokan bahwa 76,7 persen (Lampiran 4. Tabel Frekuensi Tingkat Kemampuan Pendidikan) tingkat pendidikannya tergolong sedang namun lebih cenderung ke rendah. Dengan kondisi tersebut menyebabkan peserta tidak memiliki pilihan maupun peluang yang besar dalam kesempatan kerja. Dengan kondisi tersebut akhirnya pendapatan

74 56 atau gaji yang diterima dari pekerjaan tersebut relatif kecil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya menjadi tidak tercukupi. Adanya program PNPM terutama dalam kegiatan dana bergulir, peserta merasa terbantu dalam permasalahan ekonomi mereka. Kebanyakan dari mereka tidak teralu merasa harus memiliki pendidikan yang yang cukup dalam berpartisipasi dalam program PNPM, karena dalam program PNPM lebih diperlukan niat serta kreativitas yang tinggi dalam membuka usaha dari pinjaman dana bergulir. Namun mereka tidak menyangkal bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan mereka dapatkan dalam program ini. Program PNPM ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat terutama masyarakat miskin. Sehingga penting melakukan upaya upaya dalam pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan tingkat pendidikanmya sehingga dalam jangka panjang dapat diperoleh kualitas manusia yang dapat bersaing dan berkompetisi dalam memperebutkan sumberdaya dan pada akhirnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat, dengan ini partisipasi masyarakat dalam program pun akan meningkat. Berikut ini merupakan tabel yang menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan terhadap tingkat partisipasi. Tabel 6.4 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Pengaruh Tingkat Pendidikan yang ditamatkan Rendah Sedang Tinggi Rendah 13(72,22%) 18(43,90%) 0 Sedang 5(27,78%) 23(56,10%) 1(100%) Jumlah 18(100%) 41(100%) 1(100%) Dari tabel 6.4 tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan cenderung menunjukkan semakin tinggi tingkat partisipasi. Tingkat pendidikan yang rendah sebesar 72,22 persen memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Semakin tingginya tingkat pendidikan cenderung meningkatkan tingkat partisipasi yang ditunjukkan dengan angka sebesar 56,10 dan 100 persen. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi membuat para peserta banyak yang memilih pekerjaan lain selain mengikuti program dana bergulir ini. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pegawai negeri.

75 57 Hubungan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta dalam program PNPM Mandiri Perkotaan, dijelaskan pada Tabel 6.5. Tabel 6.5 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Pengaruh Tingkat Pendapatan per bulan Rendah Sedang Tinggi Rendah 2(100%) 28(51,85%) 2(50%) Sedang 0 26(48,15%) 2(50%) Jumlah 2(100%) 54(100%) 4(100%) Tabel ini menunjukkan bahwa perempuan peserta program dengan pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi rendah, sementara perempuan dengan pendapatan tinggi cenderung memiliki partisipasi rendah dan sedang. Terdapat kecenderungan semakin tinggi pendapatan perempuan peserta program maka semakin tinggi partisipasi (sedang) Dari tabel 6.5 perempuan peserta pada program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki tingkat pendapatan rendah sebesar 100 persen yang memiliki partisipasi yang juga tergolong rendah. Namun pendapatan peserta perempuan menurun menjadi 51,85 persen dalam tingkatan pendapatan yang rendah dan kembali naik menjadi 50 persen pendapatannya dalam tingkat partisipasi yang tergolong sedang. Rendahnya pendapatan suami para perempuan peserta program ini serta dengan ketidakadanya penghasilan yang diperoleh perbulannya menyebabkan para perempuan peserta akhirnya memutuskan untuk berpartisipasi dalam program PNPM untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari mereka. Pendapatan yang mereka peroleh sebesar 88,3 persen (Lampiran4. Tabel Frekuensi Tingkat Kemampuan Pendapatan) tergolong tingkat pendapatan dalam kategori sedang di dalam lingkungan masyarakat Kelurahan Semplak. Namun tetap masih dibawah rata-rata cukup, sehingga para peserta akhirnya berpartisipasi dalam program PNPM. Peserta telah mengakui bahwa dengan menjadi peserta perempuan maka mereka mendapatkan tambahan pendapatan saat mengikuti program PNPM. Bukan itu saja namun pendapatan yang mereka terima dapat dijadikan sebagai modal dalam mereka berwirausaha. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tingkat partisipasi, kerena semakin tinggi tingkat kemampuan

76 58 pserta dalam pendidikan dan pendapatan maka para perempuan peserta pun semakin yakin dan percaya diri dalam mengikuti program PNPM Perkotaan Pengaruh Tingkat Kesempatan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat kesempatan terbagi menjadi tingkat keterdedahan informasi dan tingkat pendampingan yang diterima oleh peserta terhadap program. Tingkat keterdedahan informasi perempuan peserta di Kelurahan Semplak tergolong tinggi yaitu sebesar 96,7 persen (Lampiran1. Tabel Frekuensi Tingkat Kesempatan Keterdedahan Informasi). Bagi mereka, informasi yang disampaikan dari pihak PNPM Mandiri Perkotaan (pemerintah) kepada masyarakat sudah sangat jelas. Mereka mengerti bahwa program PNPM Mandiri Perkotaan yang ada di Kelurahan Semplak merupakan sebuah program yang memiliki tujuan dalam mengentaskan kemiskinan di daerah sekitar rumah mereka dengan proyek proyek tertentu dan salah satunya adalah pemberian dana bergulir BLM (Bantuan Langsung Mandiri). Mereka sebagai peserta perempuan program telah mengetahui bahwa dana tersebut adalah merupakan dana pinjaman bergulir yang harus mereka gunakan dalam membuka atau mengembangkan usaha dan dana pinjaman tersebut pun harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Jika jangka waktu pengembalian terlambat maka mereka akan dapatkan sangsi sesuai dengan alasan mereka masing-masing mengapa dapat terjadi keterlambatan. Biasanya ketepatan waktu pengembalian dana bergulir mempengaruhi jumlah dana BLM yang akan dipinjamkan untuk selanjutnya. Informasi seperti ini sangat penting diketahui para peserta. Dengan adanya informasi yang tepat dan jelas maka mereka akan dengan yakin berpartisipasi dalam program. Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara keterdedahan informasi dengan tingkat partisipasi perempuan peserta dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan.

77 59 Tabel 6.6 Hubungan Antara Keterdedahan Informasi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Keterdedahan Informasi Sedang Tinggi Rendah 28(50%) 0 Sedang 28 (50%) 4 (100%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki tingkat keterdedahan informasi yang tinggi maka tingkat partisipasinya meningkat., sementara pada yang peserta dengan tingkat keterdedahan informasi yang sedang ada penurunan kembali tingkat partisipasinya Tingkat pendampingan yang diterima masyarakat Kelurahan Semplak cukup tinggi yaitu sebesar 95 persen (Lampiran4. Tabel Frekuensi Tingkat Pendampingan). Mereka mengakui bahwa fasilitator kelurahan telah memberikan saran yang bermanfaat dalam penyusunan rencana usaha mereka serta melakukan diskusi seputar bidang usaha yang mereka jalani sehari hari. Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara pendampingan dengan tingkat partisipasi peserta. Tabel 6.7 Hubungan Antara Pendampingan yang Diterima terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Pendampingan yang diterima Tingkat Partisipasi Sedang Tinggi Rendah 28(50%) 0 Sedang 28 (50%) 4(100%) Jumlah 56(100%) 4(100%) Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan peserta program PNPM-MP memiliki pendampingan yang tinggi maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada peserta yang hanya mendapatkan tingkat pendampingan sedang terdapat penurunan kembali tingkat partisipasinya Pihak PNPM Mandiri Perkotaan memberikan pelatihan dan keterampilan bagi KSM seputar usaha mereka serta memberikan saran yang membangun dan memantau perkembangan usaha para peserta secara rutin. Hal hal ini meyakinkan para peserta bahwa program PNPM Perkotaan merupakan program yang kompeten karena memiliki pendampingan serta pengawasan yang jelas.

78 60 Dengan ini tingkat partisipasi peserta pun menjadi semakin tinggi karena semakin percaya terhadap kesempatan yang diberikan pihak PNPM Perkotaan terhadap perkembangan usaha mereka Pengaruh Faktor Demografi terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Faktor demografi terbagi manjadi dua yaitu usia dan status perkawainan. Di Kelurahan Semplak, usia mepengaruhi kinerja dalam proyek PNPM tersebut. Dalam usia yang produktif kerja para peserta terlihat lebih maksimal dibanding usia non produktif. Usia produktif terbagi menjadi tiga kategori produktif muda berkisar antara tahun dengan jumlah sebesar 11,66 persen. Produktif menengah berkisar antara tahun dengan jumlah 73,33 persen dan produktif tua sebesar 15 persen. Peserta yang tergolong kelompok umur produktif sedang berpartisipasi tinggi di dalam program. Selain usia, status perkawinan juga mempengaruhi tingkat partisipasi, ada 85 persen perempuan peserta yang memiliki status menikah yang mengikuti program PNPM ini, walaupun mereka telah menikah namun mereka dapat membagi waktunya dengan baik dalam berumah tangga dan dalam menjalankan usaha setiap hari. Kebanyakan dari mereka dalam 24 jam melaksanakan seperempat dalam waktu produktifnya dengan menjalankan usaha program PNPM yang mereka minati untuk menambah penghasilan mereka, namun setelah melaksanakan usah amereka tetap melaksanakan kewajiban rumahtangga sebagaimana mestinya seperti memasak,mencuci baju,membersihkan rumah, bahkan sampai menggurus anak dan berpasrtisipasi dalam kelembagaan lain misalnya pengajian, PKK dan kepengurusan puskesmas semuannya mereka lakukan dengan rutin setiap hari. Hal hal yang berbau rumahtangga tidak menghalangi mereka untuk tetap total dalam melaksanakan usaha program PNPM tersebut. Beban kerja ganda yang mereka lakukan justru membuat mereka lebih dsiplin dan dapat membagi waktu dengan baik serta mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan adanya kesibukan yang mendatangkan keuntungan yang didapat yang berupa penghasilan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan setiap harinya. Oleh karena itu mereka tetap berpartisipasi aktif dalam program ini.

79 61 Berikut ini merupakan tabel yang memaparkan hubungan antara usia terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta. Tabel 6.8 Hubungan Antara Usia terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Usia Produktif Muda Produktif Menengah Produktif Tua Rendah 5 (55,56%) 19 (44,19%) 4 (50%) Sedang 4 (44,44%) 24 (55,81%) 4 (50%) Jumlah 9 (100%) 43 (100%) 8 (100%) Data tersebut menunjukkan kecenderungan bahwa semakin perempuan Tingkat Partisipasi peserta program PNPM-MP berada pada golongan usia produktif menengah (26-45 tahun) maka tingkat partisipasinya meningkat, sementara pada usia produktif tua relatif ada penurunan kembali tingkat partisipasinya. Sebesar 55,56 persen perempuan peserta yang berada pada kategori usia produktif menengah ternyata memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan mengalami peningkatan tingkat partisipasi menjadi sedang menjadi 55,81 persen dan kembali mengalami penurunan menjadi 50 persen di tingkat partisipasi sedang terhadap program PNPM Mandiri perkotaan yang diimplementasikan di Kelurahan Semplak. Dalam usia yang berkisar antara tahun mereka yang tergolong usia produktif menengah dianggap telah matang dan berpengalaman dalam menjalani usaha dana bergulir oleh karena itu mereka dapat cukup berpartisipasi dikarenakan mereka diberikan kepercayaan oleh pihak PNPM dalam menjalani usaha. Hubungan antara status pernikahan terhadap tingkat partisipasi perempuan peserta dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dikemukakan secara detail pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 Hubungan Antara Status Pernikahan terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Tingkat Partisipasi Pengaruh Status Pernikahan Menikah Belum Menikah Janda Rendah 22(51,16%) 4(33,33%) 4 (80%) Sedang 21(48,84%) 8(66,67%) 1 (20%) Jumlah 43(100%) 12(100%) 5(100%) Dari data diketahui bahwa perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan sudah menikah memiliki partisipasi yang rendah. Sementara itu, perempuan peserta program yang belum menikah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebesar 66,67 persen. Jadi yang tinggi partisiasinya

80 62 hanya pada perempuan berstatus belum menikah. Hal ini dikarenakan banyaknya peserta perempuan yang sudah menikah lebih sulit membagi waktunya dalam melaksanakan baban kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai peserta dalam pengelola usaha oleh dana bergulir dari program PNPM Mandiri Perkotaan tersebut, selain itu hal yang harus dipikirkan lebih jauh adalah akses dan kontrol terhadap keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut. 6.5 Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi Berikut ini merupakan tabel hasil uji korelasi dengan menggunakan SPSS uji Spearman : Tabel 6.10 Uji Korelasi Faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Partisipasi No Faktor faktor yang mempengaruhi Tingkat partisipasi Sig. (2-tailed) 1 Tingkat Kemauan Tidak Nyata (0,887) 2 Tingkat Kemampuan Tidak Nyata (0,997) 3 Tingkat Kesempatan Tidak Nyata (0,088) 4 Usia Tidak Nyata (0,867) 5 Status Pernikahan Tidak Nyata (0,418) Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kemauan : H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi. H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi. Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,887 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kemampuan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kemampuan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kemampuan

81 63 Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,997 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kesempatan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kesempatan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan tingkat kesempatan Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,088 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Usia H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan usia H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan usia Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,867 > (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Status Pernikahan H0 : Tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan Status Pernikahan H1 : Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi dengan status pernikahan Berdasarkan hasil uji korelasi dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai Sig. (2-tailed) 0,418 > (0.05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Tingkat partisipasi seseorang tidak dipengaruhi oleh tingkat kemauaan dan kemampuan hal ini dikarenakan peserta perempuan program PNPM yang berpendidikan rendah maupun tinggi serta berpendapatan rendah dan tinggi memiliki partisipasi rendah dalam rangkaian program PNPM yang berupa kegiatan penyusunan program PNPM, mengemukakan masukan atau saran di setiap rapat PNPM, menetapkan konsep rencana program selanjutnya dan memberikan persetujuan terhadap rancangan rencana tersebut. Persepsi, sikap dan

82 64 motivasi mereka cukup tinggi namun hal tersebut berkaitan dengan keikutsertaan mereka dalam program dana bergulir dengan tujuan menambah penghasilan mereka sehari hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan karena ingin mengikuti kegiatan PNPM lainnya. Mereka kurang peduli terhadap pendampingan yang diterima maupun informasi yang diberikan oleh pihak PNPM mengenai program. Tujuan mereka hanyalah untuk mendapatkan modal untuk membuka usaha. Oleh karena itu tingkat kesempatan juga bisa dikatakan tidak berpengaruh dalam tingkat partisipasi Untuk faktor demografi, usia dan status pernikahan juga tidak mempengaruhi partisipasi karena dalam program PNPM sendiri tidak pernah mematokan perempuan peserta program dengan usia dan status pernikahan tertentu sehingga mereka lebih merasa bebas dan tidak terikat kepada dua hal tersebut. Selain itu ada beberapa hal seperti pekerjaan rumah tangga yang tidak bisa mereka tinggalkan sehingga mereka hanya fokus kepada program dana bergulir yang mendatangkan keuntungan daripada mengikuti pelatihan pelatihan yang diberikan oleh pihak PNPM itu sendiri.

83 65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri Perkotaan yang ditandai oleh akses dan kontrol perempuan peserta terhadap hasil program. Akses terdiri dari akses terhadap sumberdaya merupakan akumulasi dari akses terhadap keuangan mikro, pendapatan, aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, akses terhadap pasar. Kontrol terdiri dari beberapa hal yang mencangkup akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang terdiri dari keuangan mikro, akses terhadap pendapatan, akses terhadap aset-aset produktif dan kepemilikan rumahtangga, akses terhadap pasar serta memiliki kontrol atas penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkan adalah responden dapat menggunakan pinjaman modal dari program untuk membuka usaha dan mengembangkannya serta mampu mengembalikan dana pinjaman secara teratur dan tepat waktu. Berikut ini merupakan tabel frekuensi dari akses dan kontrol peserta perempuan terhadap sumberdaya dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM menurut Akses terhadap Sumberdaya di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Akses Frekuensi Persen (%) Sedang 0 0 Tinggi Total Dari tabel 7.1 dapat dilihat bahwa terdapat 100 persen atau semua perempuan peserta program dalam PNPM Mandiri Perkotaan Semplak memiliki akses penuh terhadap sumberdaya. Mereka mendapat akses terhadap keuangan mikro yang berupa pinjaman modal dari bank atau lembaga keuangan sejenis untuk berwirausaha. Di Kelurahan Semplak, perempuan peserta yang mengikuti program dana bergulir yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri perkotaan memiliki akses yang kuat terhadap keuangan mikro, hal ini dapat dilihat dari mereka yang bebas dalam memperoleh pinjaman modal dari beberapa lembaga keuangan untuk dapat membuka usaha. Usaha yang mereka tekuni pun

84 66 bermacam-macam tergantung kepada hobi dan minat mereka sendiri. Kebanyakan dari peserta sebelum membuka usaha nya masing-masing meminta saran yang tepat terlebih dahulu kepada pihak faskel PNPM untuk menentukan usaha yang cocok mereka jalani. Akses terhadap pendapatan yaitu peserta perempuan memperoleh penghasilan dari usaha yang dijalankan yang modalnya berasal dari program. Kisaran pendapatan perbulan yang diperoleh perempuan peserta program adalah sebesar 4 juta atau lebih. Mereka menggunakan pendapatan tersebut untuk akhirnya digunakan dalam tambahan pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka. Penghasilan suami perbulan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sehingga para perempuan peserta dalam program ini berusaha mendapatkan penghasilan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan. Selain mendapatkan penghasilan tambahan, peserta juga memiliki akses dalam menjual barang atau jasa dari usaha mereka di pasar. Masyarakat Kelurahan Semplak menyambut baik dan antusias terhadap usaha para peserta dari dana bergulir tersebut. Usaha yang paling diminati ialah usaha pengelolaan makanan dan minuman. Mereka berjualan di berbagai tempat, seperti pekarangan rumah, warung milik pribadi maupun di sekolah. Banyak hal postif yang peserta dapatkan dalam mengikuti kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ini. Bukan hanya dalam segi finansial namun juga dalam penurunan beban dalam pekerjaan domestik, yaitu pengurangan intensitas pekerjaan rumah setelah penerimaan program. Kegiatan rumah tangga yang mereka lakukan sehari hari sangatlah padat mulai dari memasak,membersihkan rumah sampai dengan mengasuh anak. Semua itu mereka lakukan dengan teratur setiap hari, namun semenjak mereka membuka usaha, mereka jadi dapat melakukan kegiatan diluar rumah yang memberikan dampak yang baik dalam pekerjaan rumah tangga mereka. Terjadi pembagian tugas keluarga dalam penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Pada saat ibu sedang menjalankan program, anak diurus oleh suami atau saudara kandung ibu.

85 67 Tabel 7.2 Jumlah dan Persentase Perempuan Peserta PNPM-MP menurut Kontrol terhadap Sumberdaya di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Kontrol Frekuensi Persen (%) Sedang 11 18,33 Tinggi 49 81,66 Total Dari Tabel 7.2 dapat dilihat bahwa terdapat 81,66 persen perempuan peserta yang memiliki kontrol terhadap sumberdaya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka dapat mengelola penggunaan pinjaman dan tabungan serta keuntungan yang dihasilkan. Perempuan peserta program dapat memutuskan untuk menggunakan pinjaman modal dari program untuk membuka usaha dan mengembangkannya serta mampu mengembalikan dana pinjaman secara teratur dan tepat waktu. Di dalam program PNPM Mandiri Perkotaan terutama di Semplak biasanya mereka memiliki batas waktu pengembalian pinjaman dana bergulir dan para perempuan peserta program biasanya mengembalikan dama disetiap minggu pertama awal bulan atas kehendak dan pengaturan mereka sendiri. Serta akan dijatuhkan sanksi apabila terjadi keterlambatan pengembalian pinjaman dengan alas an yang kurang akurat. Selain itu, dalam hal kontrol atas alokasi tenaga kerja keluarga, perempuan peserta program dapat mengontrol dan membagi alokasi waktu antara bekerja nafkah dan bekerja mengurus rumah tangga secara teratur dan tepat waktu. Mereka telah memiliki jadwal kegiatan sehari hari yang mereka susun sedemikian rupa sehingga dapat secara teratur dalam mengontrol kegiatan rumah tangga seperti mengurus anak maupun suami, membereskan rumah serta dalam menjalankan program dana bergulir ini. Namun ada beberapa hambatan yang ditemukan dalam hal ini yaitu perolehan izin suami untuk bekerja diluar rumah. Hal ini dapat dilihat dari tabel diatas, masih ada 18,33 persen yang harus izin agar dapat bekerja diluar rumah dan mengikuti program PNPM Mandiri Perkotaan.

86 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Akses dan Kontrol Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat partisipasi berpengaruh terhadap akses dan kontrol perempuan peserta program. Berikut ini merupakan tabel hubungan antara partisipasi, akses dan kontrol dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak. Tabel 7.3 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dan Akses terhadap Sumberdaya dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Akses terhadap sumberdaya Rendah Partisipasi Sedang Sedang 0(%) 0(%) Tinggi 29(100%) 31(100%) Jumlah 29 (100%) 31(100%) Berdasarkan tabel 7.3 dapat disimpulkan bahwa dalam berbagai tingkat partisipasi sedang maupun tinggi tetap memiliki akses yang tinggi terhadap sumberdaya sebesar 100 persen. Hal ini berarti baik partisipasi rendah maupun sedang sama-sama memiliki akses yang tinggi terhadap sumberdaya yang berupa akses terhadap pelayanan keuangan mikro, Akses terhadap pendapatan, Akses terhadap pasar, Penurunan beban dalam pekerjaan domestik, termasuk perawatan anak. Tabel 7.4 Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dan Kontrol terhadap Sumberdaya dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Kontrol terhadap sumberdaya Rendah Partisipasi Sedang Sedang 7(26,92%) 8(20,51%) Tinggi 19(73,08%) 31(79,49%) Jumlah 26 (100%) 39(100%) Berdasarkan tabel 7.4 menunjukkan bahwa pada tingkat partisipasi rendah maupun sedang, perempuan peserta program sama-sama memiliki kontrol yang tinggi terhadap sumberdaya. Hal ini berarti bahwa kontrol terhadap sumberdaya cenderung belum dapat ditunjukkan oleh tingkat partisipasi perempuan peserta program.

87 Keberdayaan Ekonomi Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari program PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini dilihat dari tingkat keberdayaan ekonomi tersebut diukur dari akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya. Berikut disertakan tabel yang terdiri dari jumlah dan persentase perempuan peserta program yang memiliki keberdayaan ekonomi dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. Tabel 7.5 Jumlah dan Persentase Tingkat Keberdayaan Ekonomi Peserta PNPM- MP di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Keberdayaan ekonomi Frekuensi Persen (%) Sedang Tinggi Total Dapat dilihat dalam tabel 7.5 bahwa ada 80 persen perempuan peserta program PNPM-MP yang memiliki tingkat keberdayaan ekonomi tinggi. Mereka dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh pihak PNPM-MP dalam program dana bergulir ini sehingga mereka memiliki kegiatan positif dalam mengisi waktu luang mereka setiap hari terlepas dari kegiatan mereka mengurus rumah tangga. Mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Selain itu akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya cukup tinggi yang menyebabkan tingkat keberdayaan ekonomi mereka juga baik. Tabel 7.6 Hubungan Antara Partisipasi dan Tingkat Keberdayaan Ekonomi dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak Tahun 2012 Keberdayaan Ekonomi Partisipasi Rendah Sedang Sedang 8(25,81%) 9(31,03%) Tinggi 23 (74,19%) 20(68,97%) Jumlah 31 (100%) 29(100%) Dari Tabel 7.6 menunjukkan bahwa pada partisipasi rendah maupun sedang sama-sama menunjukkan tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program yang tinggi. Hal ini berarti bahwa tingkat partisipasi perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan di Semplak belum menentukan tingkat

88 70 keberdayaan ekonominya. Hal tersebut dikarenakan perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak telah berdaya dalam hal akses dan kontrol terhadap sumberdaya sekaligus dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan rumah tangga mereka sehari hari.

89 71 BAB VIII. PENUTUP 8.1. Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat partispasi perempuan peserta program PNPM Mandiri perkotaan tergolong rendah. Hal ini dikarenakan program PNPM Mandiri Perkotaan yang diberikan dalam perencanaannya hanya berbentuk pemberitahuan (sosialisasi) tanpa melibatkan partisipasi aktif untuk perencanaan kebutuhan bersama peserta program. 2. Faktor demografi (status perkawinan) adalah faktor yang paling mempengaruhi partisipasi perempuan peserta program. Perempuan peserta program yang berstatus menikah memiliki beban kerja ganda selama mengikuti program. Mereka lebih fokus dalam kegiatan rumah tangga mereka sehari hari seperti membersihkan rumah ataupun mengurus anak. Namun, dikarenakan kebutuhan ekonomi yang mendesak sehingga mereka akhirnya mengikuti kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri untuk menambah penghasilan serta melakukan usaha guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. 3. Tingkat partisipasi tidak mempengaruhi tingkat keberdayaan ekonomi perempuan peserta program, karena baik tingkat partisipasi rendah dan tinggi sama-sama memiliki keberdayan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan perempuan peserta program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semplak telah berdaya dalam hal akses dan kontrol terhadap sumberdaya sekaligus dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan rumah tangga mereka sehari hari Saran Tingkat kesempatan cenderung memiliki hubungan yang paling kuat dengan tingkat partisipasi peserta program. Harapannya, tim pendamping PNPM Mandiri Perkotaan dapat lebih meningkatkan tingkat keterdedahan informasi dan pendampingan kepada perempuan peserta program.

90 72 Tim pendamping PNPM Mandiri Perkotaan perlu meningkatkan partisipasi peserta program karena tingkat partisipasi peserta program cenderung memiliki hubungan dengan tingkat kemampuan ekonominya. Tim PNPM juga perlu menyusun kembali indikator keberhasilan program yang terukur dan sesuai dengan tujuan awal program yaitu memperbaiki kondisi perekonomian perempuan peserta program.

91 73 DAFTAR PUSTAKA Ambadar, Jackie Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Praktik di Indonesia. Wujud Kepedulian Dunia Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Arnstein, Sherry A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American Planning Association, Volume 35, No. 4, Juli Masril, Cahyanti Novika Tingkat Partisipasi Perempuan Terhadap Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (Spp) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (Pnpm-M) Perdesaan. Skripsi. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Peranian Bogor. Nasdian, F. Tonny Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Institut Pertanian Bogor. Sastropoetro, Santoso Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.) Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Slamet, Y Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soefaat, et al Kamus Tata Ruang. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia. Suciati Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota Pati. Tesis. Magister teknik pembangunan wilayah dan kota. Universitas Diponegoro Semarang. Sudirja, Rija Partisipasi Perempuan Dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian Di Pedesaan. Diakses darihttp://pustaka.unpad.ac.id/. Selasa 2 Agustus 2011

92 74 Suharto, Edi Membangun Masyarakat memberdayakan rakyat. PT Refika Aditama.Bandung Sulistyowati E Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Pedesaan: Kajian Pada Kelompok pengayaman Tikar Mendong Di Desa Kidangbang Kecamatan wajak Kabupaten Malang. Jurnal Peelitian Edisi ilmu-ilmu Sosial: XIII(1). Januari. Hal Tim Koordinasi Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Jakarta. desaan.pdf diunduh tanggal 24 september Tim Pengelola Program Penangulangan Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta. diunduh tanggal 20 september Tim Penulis Kajian Gender Dalam Proyek Pembangunan Berbasis Komunitas: Implikasi Bagi PNPM Mandiri. Jakarta. Pemberdayaan-Berbasis-Komunitas diunduh tanggal 2 Januari Wahyuni, Eka S Pedoman Teknik Penulisan Laporan Studi Pustaka. Tidak Diterbitkan. Institut Pertanian Bogor.

93 75 Lampiran 1. Peta Kelurahan Semplak DAFTAR LAMPIRAN Sumber:

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan

II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kemiskinan 6 II. PENDEKATAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan dapat dikelompokkan ke dalam kemiskinan struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan 2.1 Definisi Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Mubyarto dalam Ndraha (1990), partisipasi adalah kesediaan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG (Kasus: RT 005/002 Kampung Baru Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang) SITI HANI RAHMANITA I34050585 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus Proyek Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi Pada Program Pengembangan Wilayah atau Area Development Program (ADP) di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat

Lebih terperinci

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 65 VII. TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN 7.1 Akses dan Kontrol Peserta Perempuan Program Terhadap Sumberdaya Tingkat keberdayaan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan program PNPM Mandiri

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan) Oleh : YOHANA DESI FEBRIANA A14204047

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah:

BAB V PENUTUP. Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang adalah: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari analisis data mengenai Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan mengenai Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM FISIK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA Agus Nurkatamso agus_nk@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek

EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek EVALUASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT JAMSOSTEK (PERSERO) (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah) Oleh : NURINA PANGKAURIAN A14204012 PROGRAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW 1 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM ACARA TELEVISI CHARITY SHOW (Program Acara Televisi Bedah Rumah dan Uang Kaget ) (Studi Kasus: RT 04 RW 04 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Aip Rusdiana 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU

KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU Oleh : HESTI WORO TRIUTAMI I34051032 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN i PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN ASRINISA RACHMADEWI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI DESA AJIBARANG WETAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN (Kasus di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ERNA SAFITRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Village, Ciomas Sub-District, Bogor District

Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri in Kotabatu Village, Ciomas Sub-District, Bogor District Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Community Participation in Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KELOMPOK TANI PADI SAWAH TERHADAP PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) (Studi Kasus pada Campaka Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO : IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO 2001-2008: IDENTIFIKASI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DWI MUSLIANTI H 14094014 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: Intan Kusumawardani A14204040 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI 5.1. Penggolongan dan Non- LKMS Kartini Komunitas perdesaan dalam konteks penelitian ini tidak hanya dipahami sebagai sekumpulan orang, namun juga sebagai

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH 45 TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH Bentuk Partisipasi Stakeholder Pada tahap awal kegiatan, bentuk partisipasi yang paling banyak dipilih oleh para stakeholder yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS (Studi Kasus Kampanye Flu Burung oleh Badan Karantina Pertanian di Jakarta) Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I34052469

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI KANIA DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL (Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat) DEBI WIRANTI

Lebih terperinci

RELASI GENDER PADA RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DATARAN RENDAH

RELASI GENDER PADA RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DATARAN RENDAH RELASI GENDER PADA RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DATARAN RENDAH (Kasus Rumahtangga Petani Rawa Banteng, Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten) SINTA RAHMI PUTRI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol. 6 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2018 Identifikasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Air Bersih di Kelurahan Cihaurgeulis

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah kemiskinan sekarang ini masih merupakan penyakit kronis, terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sebagian

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN 50 BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci