Evaluasi Kinerja Infrastruktur Coal Terminal Pelabuhan Tarahan milik PT. X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Kinerja Infrastruktur Coal Terminal Pelabuhan Tarahan milik PT. X"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 Evaluasi Kinerja Infrastruktur Coal Terminal Pelabuhan Tarahan milik PT. X Aditya Setyawan Moekti dan Dr. Ir. I Ketut Gunarta, M.T. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia ik.gunarta@ie.its.ac.id Abstrak Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang masih dominan digunakan saat ini. Permintaan akan batu bara umumnya datang dari perusahaan pembangkit listrik (PLTU) yang menyerap lebih dari 80% dari permintaan domestik batu bara. Kemudian disusul oleh perusahaan semen, metalurgi, dan industri lainnya. Dengan telah selesainya proyek pembangunan PLTU dengan total kapasitas sebesar MW milik PLN serta disahkannya PP no.1 Tahun 2014 yang mengatur tentang larangan ekspor mineral dalam bentuk bijih (ore / raw material) tanpa melalui proses pengolahan dan pemurnian, permintaan akan batu bara diproyeksikan terus meningkat. PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, pengolahan, serta pemanfaatan batu bara. Untuk memenuhi tingkat produksi yang diproyeksikan meningkat akibat kenaikan permintaan batu bara di masa mendatang, PT. X meningkatan kapasitas produksi salah satu Unit Pertambangannya. Dengan telah selesainya pembangunan infrastruktur di Pelabuhan Tarahan, diperlukan evaluasi kembali terkait dengan kemampulaluan Pelabuhan Tarahan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas. Penelitian ini menghasilkan model simulasi yang merepresentasikan seluruh kegiatan di Coal Terminal. Kemampulaluan rata-rata yang dihasilkan dari pengembangan fasilitas masih berada di nilai 10,447,740. Rendahnya tingkat kemampulaluan disebabkan oleh rendahnya tingkat penerimaan. Tingkat penerimaan yang rata-rata sebesar 10,549,242 besar dipengaruhi oleh keterbatasan SOP terkait headway antar kereta 111 menit. untuk memenuhi permintaan sebesar 25,660,000 diperlukan headway antar kereta sebesar menit. Minimasi headway dapat dilakukan dengan membangun jalur double track. Kata Kunci Coal Handling Facility, Coal Terminal, Evaluasi, Kemampulaluan, Optimasi. B I. PENDAHULUAN ATU bara merupakan salah satu sumber energi fosil yang masih cukup dominan digunakan. Hal ini dikarenakan dari sisi ekonomis, batu bara dinilai lebih efisien dalam penggunaannya dibandingkan dengan minyak bumi. Untuk pasar domestik, kegunaan batu bara utamanya adalah sebagai sumber energi pada PLTU yang menyerap lebih dari 80% dari total permintaan batu bara. Dengan selesainya proyek pembangunan PLTU dengan total kapasitas sebesar MW milik PLN pada tahun 2013 lalu, kebutuhan batu bara diproyeksikan akan terus meningkat. Selain untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, batu bara umumnya digunakan pada industri semen, metalurgi, tekstil, pupuk, dan pulp. Dengan telah disahkannya Peraturan Pemerintah no. 1 tahun 2014 yang mengatur tentang larangan ekspor mineral dalam bentuk bijih (ore / raw material) tanpa melalui proses pengolahan dan pemurnian pada tanggal 12 Januari 2014 lalu, pertumbuhan industri pengolahan mineral di Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh. Dengan meningkatnya kapasitas industri pengolahan mineral, permintaan batu bara sebagai bahan bakar utama smelter pun akan ikut meningkat. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral memproyeksikan kebutuhan domestik batu bara mencapai 95,55 Juta ton dengan rincian sebesar 82,37% dialokasikan untuk kebutuhan PLTU, sebesar 10,26% untuk kebutuhan industri semen, 3,38% untuk kebutuhan industri metalurgi, dan sisanya sebesar 4,00% dialokasikan untuk industri lainlain yang meliputi dan terbatas pada industri tekstil, pupuk, dan pulp. Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan secara rinci kebutuhan domestik batu bara seperti yang tercantum pada Keputusan Menteri ESDM No K/30/MEM/2013. PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, perdagangan, pengolahan, serta pemanfaatan batu bara. PT. X telah berdiri sejak tahun 1981 dan kemudian melemparkan sahamnya ke publik melalui IPO pada Desember PT. X mengoperasikan tiga unit tambang serta sepuluh anak perusahaan yang terbagi dalam lima jenis bidang usaha yaitu Batu Bara, Trading, PLTU, Logistik, serta Pengolahan Gas Metana. Untuk memenuhi tingkat produksi yang diproyeksikan meningkat akibat kenaikan permintaan batu bara di masa mendatang, PT. X meingkatan kapasitas produksinya pada Unit Pertambangan Tanjung Enim menjadi sebesar 22,7 Juta Ton seperti tertuang pada RJPP Seiring dengan peningkatan kapasitas produksi, kebutuhan fasilitas penunjang batu bara berupa infrastruktur turut dikembangkan. Infrastruktur pendukung kegiatan produksi serta distribusi batu bara yang dikembangkan meliputi pengembangan CHF & MSF di Tanjung Enim, pengembangan angkutan KA dan pengembangan Pelabuhan Tarahan serta Dermaga Kertapati. Di dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi terhadap tingkat efisiensi dan produktivitas sitem eksisting, kelemahan prosedur pada sistem eksisting, serta dampak kelemahan sistem eksisting pada Unit Pelabuhan Tarahan terhadap target pencapaian yang telah ditentukan oleh perusahaan.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 Tabel. 1. Sepuluh perusahaan kontrak karya dengan penjualan domestik terbesar. No Nama Perusahaan Produksi (Ton) 1 PT Kaltim Prima Coal 13,131,105 2 PT Adaro Indonesia 12,950,683 3 PT Kideco Jaya Agung 9,583,505 4 PT Arutmin Indonesia 7,114,854 5 PT Berau Coal 5,957,314 6 PT X 4,498,880 7 PT Indominco Mandiri 3,599,104 8 PT Mahakam Sumber Jaya 2,474,651 9 PT Antang Gunung Meratus 1,687, PT Trubaindo Coal Mining 1,600,860 A. Tahap Identifikasi II. URAIAN PENELITIAN Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan dan tujuan penelitian, serta studi literatur berupa pengkajian buku, jurnal, artikel, report, maupun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Serta dilakukan kajian pustaka mengenai teori dari konsep optimasi, simulasi, proses coal handling facility dan penanganan batu bara, serta coal supply chain management. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui sistem coal handling facility eksisting di Pelabuhan Tarahan, Lampung. Serta dilakukan wawancara langsung terhadap pihak pihak yang terkait dengan operasional Pelabuhan Tarahan. B. Tahap Penentuan Variabel dan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan penetapan variabel yang akan dijadikan sebagai input riset dan dilakukan pengumpulan datadata dari variabel yang telah ditentukan. Variabel yang dianggap sesuai sebagai input riset antara lain adalah: kinerja penerimaan, penumpukan dan pengapalan batu bara di Pelabuhan Tarahan, kinerja dan availabilitas peralatan, kinerja sistem manajemen, serta dilakukan wawancara, observasi, dan pengambilan sample pada entitas yang terkait dalam kajian dan evaluasi kemampulaluan pelabuhan tarahan. C. Tahap Pengolahan Data dan Simulasi Dari data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya, Pada tahap ini dilakukan penyusunan model konseptual dari sistem coal handling facility pada Pelabuhan Tarahan hingga penyusunan rekomendasi desain Coal Handling Facility sebagai keluaran dari optimasi pada simulasi model eksisting. Secara lebih rinci, tahap pengolahan data dan simulasi dijelaskan pada sub-subbab selanjutnya. Tarahan yang diidentifikasi mulai dari output pasokan batu bara oleh kereta api menuju stockpile hingga proses loading batu bara melalui coal handling facility ke atas kapal tongkang. 2) Running Model Simulasi Eksisting Model yang terbentuk pada tahap sebelumnya, kemudian dilakukan proses verifikasi dan validasi untuk menguji kelayakan model. Verifikasi dilakukan untuk menguji apakah terjadi kesalahan pada model konseptual yang telah dibangun. Sedangkan validasi dilakukan untuk menguji kemampuan model simulasi untuk mendekati sistem riil. Jika model telah terverifikasi dan tervalidasi, maka model dapat dinyatakan layak untuk dilakukan analisa. 3) Optimasi Model Simulasi Pada tahap ini, hasil simulasi model eksisiting dioptimalkan dengan kriteria tertentu untuk menguji kemampulaluan Pelabuhan Tarahan dalam menangani proyeksi produksi yang meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Kriteria yang dimaksud berupa input deterministik model yang ditingkatkan menjadi konstan pada target tertentu serta optimasi pada biaya yang dikeluarkan serta memenuhi kriteria produktivitas perusahaan. Kriteria tersebut dimaksudkan untuk mencapai Best Practice. 4) Running Model Simulasi Optimasi Pada tahap ini dilakukan running simulasi terhadap model yang telah dibuat sebelumnya dengan mempertimbangkan variabel-variabel optimasi, dengan harapan dari simulasi dapat diperoleh dan diidentifikasi perilaku dari sistem yang terlibat. 5) Desain Pelabuhan Tarahan Berdasarkan Skenario Optimasi Hasil simulasi dengan skenario optimasi kemudian digunakan sebagai variabel penentu desain pelabuhan berupa sistem Coal Handling Facility yang akan digunakan. D. Tahap Analisis dan Pembahasan Pada tahap ini, dilakukan analisa dari keluaran simulasi eksisting berupa evaluasi tingkat efisiensi dan produktivitas sistem, kelemahan sistem dan prosedur eksisting, serta dampak dari kelemahan sistem eksisting. Selanjutnya dilakukan analisa dan rekomendasi tahapan pengembangan peningkatan kemampulaluan Coal Handling Facility pada pelabuhan tarahan. E. Tahap Penarikan Kesimspulan dan Saran Setelah dilakukan analisa mengenai kondisi yang ada dengan kondisi usulan dilakukan penarikan kesimpulan sesuai tujuan awal penelitian dan perumusan beberapa saran untuk pihak terkait dengan penelitian ini yang berguna untuk penelitian selanjutnya dan Simulasi Coal Handling Facility itu sendiri. 1) Penyusunan Model Tahap ini bertujuan untuk membangun dan mensimulasikan model baru yang merepresentasikan kinerja Pelabuhan

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 F. Formulasi Model Konseptual Mulai Kapal Melakukan Pengisian Muatan Sudah Penuh? Kapal Keluar dari Dermaga Babaranjang Datang dari Tanjung Enim Kapal Bertambat ke Dermaga Selesai Babaranjang Mengantre Stock Pile available? Dermaga Available? Kapal Mengantre Unloading Babaranjang melalui Rotary Car Dumper Kapal Berlabuh di Kolam Labuh Gambar. 1. Model Konseptual Actual Cycle Diagram III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kapal Pelanggan Datang Batu Bara masuk Stock Pile? Penempatan Batu Bara di Stock Pile Batu Bara Available? Tabel 1 Perhitungan Input Output Eksisting 2013 Bulan Tonase Δ thd Rata- Δ thd Tonase Δ thd Rata- Input Rata Max Output Rata Δ thd Max Januari 934,650 3% -3% 943,562 4% -16% Februari 818,900-10% -15% 741,722-18% -34% Maret 957,350 6% -1% 892,155-2% -21% April 871,850-4% -10% 928,315 2% -18% Mei 793,400-12% -18% 814,242-10% -28% Juni 948,550 5% -2% 701,875-23% -38% Juli 963,450 6% 0% 976,984 8% -13% Agustus 908,650 0% -6% 990,733 9% -12% September 943,300 4% -2% 841,205-7% -25% Oktober 872,700-4% -9% 971,201 7% -14% November 938,650 4% -3% 1,125,959 24% 0% Desember 927,900 2% -4% 959,877 6% -15% Tabel 2 Perhitungan Input Output Tahunan Eksisting Tahun Tonase Input Δ thd Rata- Rata % Peningkatan Tonase Output Δ thd Rata- % Rata Peningkatan ,233,144-8% 0% 9,263,393-8% 0% ,005,794 0% 8% 9,946,346-1% 7% ,879,350 8% 9% 10,887,829 9% 9% Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tonase input sejak 2011 hingga 2013 relatif stabil dengan nilai delta terhadap rata-rata masih berada di bawah 10% dengan trend peningkatan berada di kisaran 8%- 9% setiap tahunnya. Data tersebut juga menampilkan bahwa pada tahun 2013 terjadi penurunan tingkat penerimaan yang cukup drastis pada bulan Februari dan bulan Mei. Penurunan tingkat penerimaan di bulan Februari disebabkan oleh minimnya tingkat produksi dari Unit Pertambangan Tanjung Enim. Tanjung Enim tidak dapat memenuhi kesepakatan produksi pada bulan Februari dikarenakan terjadi kendala teknis di mulut tambang. Sedangkan pada bulan Mei, rendahnya tingkat penerimaan terjadi karena mayoritas penerimaan pada bulan tersebut hanya dibongkar dengan menggunakan 1 RCD saja, RCD 1. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya anjlokan pada RCD 2. Anjlokan tersebut memberikan dampak yang relatif besar terhadap kinerja RCD 2. Dengan adanya anjlokan tersebut, waktu tunggu rata-rata kereta setelah mencapai Stasiun Tarahan menuju stasiun pembongkaran meningkat menjadi 4 jam setiap rangkaian dibandingkan dengan nilai sebelumnya yang hanya 40 menit. Jika kita mengabaikan permasalahan input yang menurun, dapat kita lihat bahwa nilai penerimaan cenderung konstan dengan pola yang meningkat. Sehingga data pada tahun 2013 dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisa berikutnya. Tabel 3 Penggunaan Moda Operasi RCD 2013 Stock Pile BP ,750 2,316,150 3,336,550 5, % 40.89% 58.90% 0.10% 2 1,500 6,450 32,850 5,173, % 0.12% 0.63% 99.22% Tabel 3 menunjukkan tingkat proporsi penggunaan moda yang digunakan dalam proses pembongkaran muatan batu bara melalui kereta api. Secara umum terlihat bahwa RCD 1 relatif sedikit lebih sering digunakan untuk melakukan bongkar dibandingkan dengan RCD 2. RCD 1 memiliki kapasitas yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan RCD 2. Perbedaan kapasitas ini terjadi karena adanya perbedaan feeder yang digunakan untuk menarik batu bara menuju konveyor selanjutnya untuk keluar dari RCD. RCD 1 menggunakan feeder berupa Appron Feeder, sedangkan RCD 2 menggunakan Chain Feeder yang secara matematis memiliki kapasitas angkut 10% lebih kecil dibandingkan dengan Appron Feeder. Proporsi yang diberi highlight dengan warna kuning memiliki arti bahwa moda tersebut merupakan moda emergency. Moda tersebut hanya digunakan ketika terjadi permasalahan pada jalur moda tersebut, dimana batu bara telah selesai dibongkar pada RCD. Contohnya adalah ketika Primary Crusher 1 mengalami overload yang disebabkan butiran batu bara yang masuk terlalu besar. Sehingga, batu bara dari RCD 1 harus dilarikan menuju Stock Pile 3. Sedangkan moda Bypass (BP) terlihat jarang sekali digunakan. Hal ini terjadi karena PT Bukit Asam (Persero) Tbk. memang berusaha meminimalisir tingkat penggunaan moda bypass. Penggunaan tersebut diminimalisir dikarenakan dalam proses pengangkutan batu bara, diberlakukan sistem mixing untuk mendapatkan atribut batu bara yang sesuai. Moda bypass menyebabkan mixing tidak dapat dilakukan dengan baik dikarenakan kuantitas yang dikeluarkan dari kereta terlalu kecil, sehingga mengakibatkan mixing menjadi semakin rumit. Di sisi lain, penggunaan moda bypass membuat kontrol stok batu bara serta atributnya menjadi lebih sulit. Pada RCD 1, terlihat bahwa penggunaan moda menuju stock pile 3 lebih besar dibandingkan dengan stock pile 1. Hal ini disebabkan oleh kecilnya kapasitas stock pile 1 yaitu sebesar yang relatif dibandingkan dengan stock pile 3 yang sebesar Pada RCD 2, terlihat bahwa mayoritas penggunaan moda menuju stock pile 3. Hal ini dikarenakan moda operasi dari RCD 2 menuju stock pile 3 merupakan moda baru yang efektif % 52% 48%

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 digunakan mulai Januari Sehingga pada data 2013, moda tersebut masih termasuk pada kategori emergency. Untuk tonase output mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2013 tidak terlalu signifikan, dimana menurut pandangan kami delta rata-rata tidak lebih dari 10%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa output tonase batubara dari tahun 2011, 2012, dan 2013 relatif stabil dikisaran angka 10,9 jutan ton per tahun. Dari tahun 2011 ke 2013 terjadi peningkatan output tonase batubara sebesar 7%-9% per tahun. Peningkatan tersebut diimbangi dengan adanya peningkatan input dari tahun 2011 ke 2013 sebesar 13 %. Peningkatan yang terjadi pada output PTBA, dikarenakan peningkatan pasar batubara. Pasar batu bara merupakan jenis usaha business to business. Sehingga proyeksi permintaan dapat diperkirakan secara sederhana. Hal tersebut dikarenakan pembelian batu bara mayoritas dilakukan dengan sistem kontrak. Pihak pembeli membuat kontrak tertentu yang berisi tentang spesifikasi, tonase, hingga jadwal pengambilan batu bara. Sehingga dalam melakukan proyeksi, akan lebih mencerminkan ketika menggunakan data rencana penjualan perusahaan sebagai acuan pengeluaran batu bara. Perhitungan terkait dengan kemampuan Unit Pelabuhan Tarahan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. telah dilakukan dengan didasarkan pada SOP dan tingkat utilitas tertentu berdasarkan Design Capacity dari mesin yang digunakan pada Pelabuhan Tarahan. Dari segi SOP, kemampuan Pelabuhan Tarahan berada pada angka Ton per tahun. Nilai tersebut dirasa masih kurang optimal dikarenakan SOP untuk RCD 1 dan 2 disamaratakan dengan RCD 3 dan 4 yang secara kapasitas sebenarnya 2 kali lebih kecil. RCD 1 dan 2 memiliki design capacity sebesar 1650 tph. Sedangkan RCD 3 dan 4 memiliki design capacity sebesar 3300 tph. Sedangkan dengan pendekatan utilitas, tingkat kemampuan Pelabuhan Tarahan yang dihasilkan jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 55,821,428 ton per tahun pada tingkat utilitas sebesar 80%, dan 60,209,648 ton per tahun pada tingkat utilitas 90%. Di sisi lain, kapasitas maksimum baik dengan menggunakan pendekatan SOP dan utilitas masih belum dapat dipenuhi dikarenakan adanya ketidakpastian dari segi kedatangan kereta. Dengan mengakomodasi ketidakpastian tersebut, tingkat kemampuan Pelabuhan Tarahan berada pada kisaran 10,500,000 ton per tahun hingga 10,800,000 ton per tahun. Pada sisi penerimaan, skenario rencana penjualan sebesar 19,030,000 dan 25,660,000 menghasilkan tingkat penerimaan masing-masing sebesar 10,545,250 dan 10,553,335. Dengan tingkat penerimaan harian rata-rata sebesar 31,979.8 Ton untuk skenario 19 Juta dan 31,955 Ton untuk skenario 25 Juta. Tingkat penerimaan tersebut menunjukkan kedatangan kereta sebesar 11.2 rangkaian setiap harinya. Untuk saat ini PTBA dan PTKAI memiliki kesepaktan untuk mendatangkan kereta sebanyakk 15 rangkaian per hari. Besarnya muatan dan jenis batubara yang dikirim ditentukan oleh pihak operasional PTBA. Namun, hingga saat ini PTKAI hanya dapat menyanggupi pengiriman sebesar rangkaian kereta per hari sehingga input tidak maksimal. Kendala ini terjadi karena adanya permasalahan teknis pada kereta serta pada jalur kereta itu sendiri. Dari segi teknis kereta tidak menyumbang kendala yang terlalu besar, tetapi peningkatan panjang rangkaian yang diseragamkan menjadi 60 gerbong dapat meningkatkan kapasitas angkut tiap rangkaian. Di sisi lain, setiap gerbong kereta hanya diisi dengan 50 ton batu bara. Sedangkan, kapasitas maksimal masing masing gerbong sebesar 60 ton. Penambahan panjang rangkaian kereta api menghadapi permasalahan longsliding. Pengertian longsliding sendiri merupakan panjang jalur bebas di stasiun untuk memberikan kesempatan silang atau susul pada jalur single track. Standar panjang longsliding adalah sebesar m. Sedangkan pada PT KAI Divre III, sebagian besar panjang longsliding stasiun masih di bawah 800 m. Jika masing-masing gerbong babaranjang memiliki panjang sebesar 15 m, maka total panjang rangkaian 60 gerbong adalah sebesar 930 m dan rangkaian 45 gerbong sebesar 705 m termasuk 2 buah lokomotif yang digunakan untuk menarik babaranjang tersebut. Oleh karena itu, longsliding kereta di sepanjang jalur babaranjang sebagian besar hanya dapat menampung kereta api babaranjang dengan panjang rangkaian 45 gerbong. Hal demikian yang menyebabkan PT KAI tidak dapat menyeragamkan rangkaian sebesar 60 gerbong. Di sisi peningkatan kapasitas masing masing gerbong, kendala yang dihadapi adalah kendala keselamatan. Dari total panjang rel sebesar Km lintasan dari Tanjung Enim hingga Tarahan, 400 Km menggunakan rel tipe R54 sedangkan sisanya sejauh 13.6 Km masih menggunakan rel tipe R42. Berikut disajikan tabel spesifikasi masing masing rel. Tabel 4 Spesifikasi Masing Masing Rel Kelas Jalan Daya Angkut Lalu Lintas (ton/tahun) Vmax (kph) Tipe Rel Jenis Bantalan Lebar Bahu Balas (cm) II R54/R Beton IV R50/R 42 Kayu / Baja 40 Pelanggaran terhadap standar keselamatan dapat memperbesar kemungkinan kereta anjok. Dari segi kedatangan kereta, PT KAI terkendala permasalahan SOP, dimana kedatangan antar kereta harus memiliki jarak (headway) sebesar 111 menit. Dari hasil analisa didapatkan bahwa penentuan SOP tersebut didasarkan pada jarak tempuh jalur single track tanpa stasiun terpanjang ditambahkan dengan waktu persiapan untuk lansir kereta. Saat ini jalur dari mulut tambang di Tanjung Enim sudah menggunakan jalur ganda (double track). Tetapi pembangunan jalur ganda tersebut hanya selesai hingga prabumulih. Untuk memenuhi permintaan sebesar 25,660,000 ton per tahun, diperlukan setidaknya 26 kali kedatangan kereta setiap harinya. Sehingga headway antar kereta menjadi menit. Dengan mengasumsikan kecepatan babaranjang melaju sebesar 50 Km/Jam, dapat ditarik alternatif sebagai berikut.

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 1. Penambahan jumlah stasiun lansir menjadi setiap 43,4 Km dengan mengasumsikan waktu persiapan lansir kereta sebesar 3 menit. 2. Pembangunan jalur ganda oleh PTKAI. 3. Pembangunan jalur ganda khusus PTBA oleh anak perusahaan PTBA, PTBA Trans Railway. Dari ketiga alternatif, alternatif ketiga memiliki keuntungan lebih besar. Selain dapat mengurangi headway, pembangunan shortcut jalur kereta oleh PTBA Trans Railway dapat mengurangi Waktu Putar Gerbong. Sehingga untuk menghasilkan tonase yang sama, PTBA membutuhkan total rangkaian yang lebih kecil. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Kemampuan statis Coal Handling Facility Pelabuhan Tarahan PT Bukit Asam (Persero) Tbk dengan tingkat utilitas sebesar 90% menghasilkan nilai 60,209,468 Ton per tahun. Sedangkan hasil simulasi menunjukkan rata-rata pengeluaran hanya sebesar 10,447,740 Ton per Tahun. Ketidakmampuan pencapaian target pengeluaran disebabkan oleh rendahnya tingkat penerimaan di Pelabuhan Tarahan yang secara rata-rata hanya 10,549,242 Ton per tahun. Evaluasi pada titik penerimaan terdapat di tiga hal yaitu: a. Jumlah rangkaian kurang efisien, lokomotif yang digunakan dapat menarik hingga 60 gerbong b. Jumlah muatan per gerbong kurang optimal, kapasitas maksimum gerbong 60 Ton hanya diisi 50 Ton c. SOP terkait jarak kedatangan antar kereta (headway) sebesar 110 menit dinilai terlalu besar. Untuk mencapai kemampulaluan sebesar 25,660,000 dibutuhkan headway sebesar menit 2. Sistem Coal Handling Facility sangat mumpuni untuk mengakomodasi tingkat kemampulaluan sebesar 25,660,000. Permasalahan kemampulaluan terletak pada sisi penerimaan. Untuk mencapai target kemampulaluan, hal-hal yang dapat dilakukan sebagai berikut: a. Memperpanjang longsliding tiap stasiun menjadi 940 m yang termasuk clearance sebesar 10 m. b. Meningkatkan kualitas rel kereta api di jalur babaranjang sepanjang 13.6 Km yang sebelumnya menggunakan R42 menjadi R54 untuk meminimalisir kemungkinan kereta anjlok. c. Memperkecil headway antar kereta dengan cara: a. Membangun stasiun untuk lansir kereta setiap 43.6 Km b. Pembangunan jalur double track oleh PT KAI c. Pembangunan jalur shortcut oleh PTBA Trans Railway memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidik Misi tahun DAFTAR PUSTAKA [1]. Alexy, R. T. (2013). VALUASI FINANSIAL PEMBANGUNAN COAL TERMINAL BERDASARKAN KAPASITAS STOCKPILE YANG OPTIMAL PADA PT. X DENGAN PENDEKATAN SIMULASI. (Sarjana Tugas Akhir), Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. [2]. Andrei Borshchev, A. F. (2004). From system dynamics and discrete event to practical agent based modeling: reasons, techniques, tools. [Simulation Modeling: Abstraction Levels, Major Paradigm]. Proceedings of the 22nd international conference of the system dynamics society. [3]. Asam, P. B. (2013). Growing In Confidence. [Tinjauan Operasional]. PT Bukit Asam (Persero) Annual Report, 2013(1), [4]. Davis, G. B. (1992). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian 1. Jakarta: PT Pustaka Binamas Pressindo. [5]. Geary A. Rummler, A. P. B. (1990). Improving Performance. San Fransisco: JOSSEY-BASS. [6]. Hidayati, R. (2008). Model Peringatan Dini Penyakit Demam Berdarah dengan Informasi Unsur Iklim. (Pascasarjana Disertasi), Institut Pertanian Bogor, Bogor. [7]. Hidayatullah, M. (2010). ANALISIS PERFORMANSI SISTEM DISTRIBUSI PERUSAHAAN BATUBARA XYZ DENGAN ADANYA PENAMBAHAN COAL TERMINAL BARU. (Sarjana Tugas Akhir), Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. [8]. Indonesia, P. R. (2009). Peraturan Pemerintah. (61). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. [9]. Indonesia, P. R. (2011). Peraturan Pemerintah. (8). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. [10]. Indonesia, P. R. (2014). Peraturan Pemerintah. (1). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. [11]. Indrajit. (2001). Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Object. (Sarjana Tugas Akhir), Institut Teknologi Bandung, Bandung. [12]. Institute, W. C. (2005). Tinjauan Lengkap Mengenai Batubara. [Pengertian Batubara]. Sumber Daya Batubara, 1(1), 2-6. Retrieved from World Coal Institute website: file/coal_resource_overview_coal_indonesian(03_06_2009).pdf [13]. Jogiyanto, H. M. (2005). Analisis & Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi. [14]. Laut, D. J. P. (2011). Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Laut. (UM.002/38/18/DJM.11). Jakarta: Direktorat Jendral Perhubungan Laut. [15]. Laut, D. J. P. (2011). Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Laut. (UM.002/38/18/DJM.11). Jakarta: Direktorat Jendral Perhubungan Laut. [16]. Mineral, K. E. d. S. D. (2013). Keputusan Menteri ESDM. (2901 K/30/MEM/2013). Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. [17]. Pidd, M. (2004). Systems modelling: theory and practice. Inggris: Wiley UCAPAN TERIMA KASIH Penulis A.S. (inisial nama mahasiswa) mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah

EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X. Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni

EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X. Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni OUTLINE Pendahuluan Penutup Outline Presentasi Pengumpulan dan Pengolahan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bukit Asam Tbk, PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT Putera Lampung. Ada beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bukit Asam Tbk, PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT Putera Lampung. Ada beberapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian di tiga perusahaan, yaitu : PT. Bukit Asam Tbk, PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT Putera Lampung. Ada beberapa faktor

Lebih terperinci

Jauhari Alafi

Jauhari Alafi Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pendekatan Analisis Optimasi pada tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem dimana pola operasi adalah optimum bila frekwensi perjalanan kereta api mendekati

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus batubara yang menghubungkan antara lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatra

Lebih terperinci

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-11 Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu sistem transportasi, hubungan antara prasarana, sarana, dan operasi sangat erat. Suatu ketersediaan prasarana dan sarana dapat secara maksimum termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki cadangan batubara terbesar di Indonesia dengan potensi yang ada sekitar 22,24 miliar ton atau

Lebih terperinci

PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk PENGUMUMAN KINERJA KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2017 (tidak diaudit)

PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk PENGUMUMAN KINERJA KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2017 (tidak diaudit) PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK Subandi, Ph.Sekretaris Perusahaan Telp : +62 21 5254014 Ext. 2231 Fax : +62 21 5254002 RELEASE Email : subandi@bukitasam.co.id Situs : http://www.ptba.co.id Disclaimer: Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan batubara merupakan kegiatan industri yang penting di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-17 Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) Ardyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 bulan pada lokasi PT Bukit Asam (Persero) Tbk, guna memperoleh data dan

Lebih terperinci

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN)

DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) DESAIN JALAN REL UNTUK TRANSPORTASI BATU BARA RANGKAIAN PANJANG (STUDI KASUS: SUMATERA SELATAN) Tilaka Wasanta 1 1 Universitas Katolik Parahyangan Email: tilakaw@unpar.ac.id ABSTRAK Transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi baru sedikit yang dapat dieksploitasikan. Potensi batubara yang dimiliki Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur selalu memerlukan persediaan. Tanpa persediaan para pengusaha suatu waktu akan dihadapkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

VALUASI FINANSIAL PEMBANGUNAN COAL TERMINAL BERDASARKAN KAPASITAS STOCKPILE YANG OPTIMAL PADA PT. X DENGAN PENDEKATAN SIMULASI

VALUASI FINANSIAL PEMBANGUNAN COAL TERMINAL BERDASARKAN KAPASITAS STOCKPILE YANG OPTIMAL PADA PT. X DENGAN PENDEKATAN SIMULASI VALUASI FINANSIAL PEMBANGUNAN COAL TERMINAL BERDASARKAN KAPASITAS STOCKPILE YANG OPTIMAL PADA PT. X DENGAN PENDEKATAN SIMULASI Oleh: Randa Tio Alexy 2509 100 082 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. I Ketut Gunarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMSER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMSER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMSER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1604 K/30/MElq/2010 TENTANG PENETAPAN KEBUTUHAN DAN PERSENTASE MINIMAL PENJUALAN BATUBARA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN 3.1. Umum Metode penelitian merupakan penjelasan tentang pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal ini studi pendahuluan dengan mengidentifikasi masalah tinjauan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor

Lebih terperinci

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN MEDIA RELEASE KNKT 2016 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN 2010 2016 (Database KNKT, 31 Oktober 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian Jakarta, 30 November 2016

Lebih terperinci

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim 1. Kondisi Eksisting Stasiun Muara Enim Stasiun Muara Enim merupakan stasiun yang berada di Kecamatan Muara Enim, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1a Oktober 2017

Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1a Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT HALANGAN PRODUKTIVITAS TLS II DI PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK. Irnanda Pratiwi Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang Jl. Kapten Marzuki N0. 2446 Kamboja Palembang

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

INFO MEMO FY11 RESULTS

INFO MEMO FY11 RESULTS INFO MEMO FY11 RESULTS Hananto Budi Laksono, Corporate Secretary Telp : +62 21 5254014 Ext. 2231 Fax : +62 21 5254002 Email : hblaksono@bukitasam.co.id Situs : http://www.ptba.co.id Disclaimer: Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring kemajuan teknologi, kebutuhan akan listrik menjadi kebutuhan utama bagi keberlangsungan hidup manusia, tidak hanya untuk skala rumah tangga terlebih untuk dunia

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng. PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 22 PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT Husny 1) Rika Deni Susanti 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan pertumbuhan konsumsi batubara global diperkirakan akan melambat pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta manfaat penelitian yang dapat diperoleh. 1.1 Latar

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FRANIGA KUSBANDI Dosen Pembimbing Ir. Witantyo, M.Eng.Sc

SIDANG TUGAS AKHIR FRANIGA KUSBANDI Dosen Pembimbing Ir. Witantyo, M.Eng.Sc SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PEMODELAN KEDATANGAN KAPAL SUPPLIER BATUBARA UNTUK PERENCANAAN PENGADAAN BATUBARA YANG LEBIH OPTIMAL (STUDI KASUS DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON) FRANIGA

Lebih terperinci

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Listrik ; satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

Cara Pemesanan: Customer Support: Spesifikasi: Harga : Rp

Cara Pemesanan: Customer Support: Spesifikasi: Harga : Rp 2015 Copyright @ 2015 Spesifikasi: Tipe Laporan : Laporan Industri Terbit : April 2015 Halaman : 121 Format : Hardcopy (Book Full Colour) Softcopy (Data Grafik Excel) Harga : Rp 6.750.000 Cara Pemesanan:

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 Diterbitkan Oleh: PT. Indo Analisis Copyright @ 2016 DISCALIMER Semua informasi dalam Laporan Industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Analisis Objek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus penumpang yang menghubungkan antara stasiun Tanjungkarang dengan stasiun Kertapati. Dengan

Lebih terperinci

MENTERI ENERGll DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGll DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTER ENERGll DAN SUMBER DAYA MNERAL REPUBLK NDONESA KEPUTUSAN MENTER ENERG DAN SUMBER DAYA MNERAL NOMOR: 2360 K/30/MEM/2010 TENTANG PENETAPANKEBUTUHANDANPERSENTASEMNMAL PENJUALAN BATUBARA UNTUK KEPENTNGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Gedung Karsa Lt.2 Departemen Perhubungan - Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 JKT 10110 INDONESIA Phone: (021) 3517606, (021)

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA Biro Riset LM FEUI Operator angkutan kereta api di Indonesia saat ini dilakukan oleh BUMN Perkeretaapian, yaitu PT. Kereta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah badan usaha milik Negara (BUMN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah badan usaha milik Negara (BUMN) II. TINJAUAN PUSTAKA A. P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah badan usaha milik Negara (BUMN) yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api Perencanaan jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Struktur jalan rel merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas 1 B A B 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung sebagai gerbang pulau Sumatra memiliki pelabuhan yang bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas 1 yang

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER CAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER CAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER CAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 1991 KJ30/MEM/2011 TENTANG PENETAPAN KEBUTUHAN DAN PERSENTASE MINIMAL PENJUALAN BATUBARA

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Inventori dan Kebutuhan Peralatan Bongkar Batu Bara pada Pabrik Semen PT Semen Indonesia

Analisis Tingkat Inventori dan Kebutuhan Peralatan Bongkar Batu Bara pada Pabrik Semen PT Semen Indonesia 1 Analisis Tingkat Inventori dan Kebutuhan Peralatan Bongkar Batu Bara pada Pabrik Semen PT Semen Indonesia Fandy Achmad Okky Pratama dan Stefanus Eko Wiratno Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan mengacu pada Rencana Usaha Penyedian Tenaga Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (UIP JBB) merupakan unit pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan berupa pembangkit tenaga listrik, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prasarana Perkeretaapian Berdasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012, Bab 1, Pasal 1 pengertian Prasarana Perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-1 C. Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan UNTUK DITERBITKAN SEGERA: 27 AGUSTUS 2010 Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan Shell bekerjasama dengan Indonesia Bulk Terminal (IBT), meresmikan Terminal Bahan

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Usaha mengurangi inefisiensi dalam proses bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis Global yang belum mereda sangat mempengaruhi Industriindustri

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis Global yang belum mereda sangat mempengaruhi Industriindustri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis Global yang belum mereda sangat mempengaruhi Industriindustri di India, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, Thailand, Vietnam dan juga

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR PENGENDALIAN KUALITAS BATUBARA DENGAN SISTIM PENCAMPURAN PADA PT. BUKIT BAIDURI ENERGI SITE MERANDAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR USMAN Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan sumber energi yang penting dan banyak digunakan di dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%. Penggunaan batubara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038) Wilton Wahab 1 * dan Sicilia Afriyani 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelabuhan Panjang adalah salah satu cabang pelabuhan dari PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Seiring meningkatnya arus keluar masuk barang di Provinsi Lampung melalui

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

Dini Hariyanti.

Dini Hariyanti. Dini Hariyanti dinih@jurnas.co.id PEMERINTAH dalam hal ini Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) mengakui pendataan di sektor pertambangan belum sepenuhnya tersusun berbasis teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030 telah direncanakan program jangka panjang pembangunan Trans Sumatera Railways yang membentang dari Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses.

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses. Pemantauan dampak lingkungan pada tempat penumpukan batubara (stockpile) dimaksudkan untuk melakukan pengkajian lingkungan akibat adanya dampak yang timbul dengan keberadaan dan kegiatan operasional penumpukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Industri semen merupakan salah satu penopang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HEDGING SEBAGAI UPAYA PENENTUAN HARGA BATUBARA PALING OPTIMAL (STUDI KASUS: PT PEMBANGKIT JAWA-BALI KANTOR PUSAT SURABAYA)

PENERAPAN METODE HEDGING SEBAGAI UPAYA PENENTUAN HARGA BATUBARA PALING OPTIMAL (STUDI KASUS: PT PEMBANGKIT JAWA-BALI KANTOR PUSAT SURABAYA) 1 PENERAPAN METODE HEDGING SEBAGAI UPAYA PENENTUAN HARGA BATUBARA PALING OPTIMAL (STUDI KASUS: PT PEMBANGKIT JAWA-BALI KANTOR PUSAT SURABAYA) Ryan Zherniansyah, Naning Aranti Wessiani, dan I Ketut Gunarta

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) JW MARRIOTT HOTEL - 10 JUNI 2015 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 TINJAUAN INDUSTRI 3 KINERJA PERSEROAN 4 PENGEMBANGAN USAHA SEKILAS

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

KA Nomor Urut Kecelakaan:

KA Nomor Urut Kecelakaan: LAPORAN KECELAKAAN KERETA API ANJLOK KA BBR 21 (BABARANJANG) DI KM 194+899 PETAK JALAN ANTARA STASIUN MARTAPURA STASIUN WAYTUBA MARTAPURA, KAB OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN SENIN, 17 DESEMBER 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha pertambangan yang diantaranya tambang batubara, sebagai sumber energi yang banyak dibutuhkan dalam

Lebih terperinci