ANALISIS KARAKTERISTIK ELEKTRIK LIMBAH KULIT SINGKONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARAKTERISTIK ELEKTRIK LIMBAH KULIT SINGKONG"

Transkripsi

1 ANALISIS KARAKTERISTIK ELEKTRIK LIMBAH KULIT SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF TERBARUKAN UNTUK MENGISI BATERAI HANDPHONE (Skripsi) Oleh IRSAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

2 ABSTRAK ANALISIS KARAKTERISTIK ELEKTRIK LIMBAH KULIT SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF TERBARUKAN UNTUK MENGISI BATERAI HANDPHONE Oleh IRSAN Karakteristik elektrik kulit singkong dapat diketahui dengan menggunakan elektroda, pasangan elektroda yang digunakan pada penelitian ini adalah Cu-Zn. Pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong dilakukan dengan menggunakan beban LED 1,2 W dan saat beban dilepas. Jenis singkong yang digunakan yaitu Singkong Putih, Singkong IR, dan Singkong Bassiro. Selain menggunakan kulit singkong penelitian ini juga menggunakan singkongnya. Sel elektrolit yang digunakan terdiri dari 20 sel, yang dirangkai secara seri dengan volume ml per sel. Tegangan maksimum saat beban dilepas (V bl ) yang dihasilkan kulit Singkong Putih 12,38 V, kulit Singkong IR 14,36 V, dan kulit Singkong Bassiro 13,81 V, sedangkan untuk singkongnya yaitu Singkong Putih 17,36 V, Singkong IR 18,97 V, dan Singkong Bassiro 19,50 V. Jenis kulit singkong yang mempunyai karakteristik elektrik terbaik untuk mengisi baterai handphone adalah kulit Singkong IR. Pengujian pengisian baterai handphone dilakukan saat baterai handphone dalam keadaan kosong atau saat handphone tidak bisa dinyalakan dan saat diisi selama 2 jam menghasilkan penambahan nyala handphone selama 15 detik ketika dilepas dari rangkaian. Kata Kunci: Elektroda Cu-Zn, karakteristik elektrik, kulit singkong. i

3 ABSTRACT ANALYSIS OF ELECTRICAL CHARACTERISTICS CASSAVA FEEL (Manihot esculenta Crantz) WASTE AS AN RENEWABLE ALTERNATIVE ELECTRICITY ENERGY SOURCE TO CHARGE BATTERY HANDPHONE By IRSAN The electrical characteristics of cassava peel can be determined by using electrode, a pair of electrode that used in this research is Cu-Zn. The measurement of the electrical characteristics of cassava peel had been done using a 1.2 W LED load and when the load is released. Varieties of cassava which used are White Cassava,IR Cassava and Bassiro Cassava. Other than using cassava peel is also using cassava research. Electrolyte cel that used consists of 20 cells, which were arranged in series with volume ml for one cell. The maximum voltage when the load is removed generated White Cassava peel is V, IR Cassava peel is V, and Bassiro Cassava peel is V, while for cassava that White Cassava is V, IR Cassava is V and Bassiro Cassava is V. Type of cassava peel that has the best electrical characteristics to charge phone battery is IR Cassava peel. The test of handphone battery charging had been done when handphone was empty or couldn t be turned on and when handphone battery had charged for two hours, it made the handphone on for 15 seconds after removed from the circuit. Key words: Cassava peel, Cu-Zn electrodes, the electrical characteristics. ii

4 ANALISIS KARAKTERISTIK ELEKTRIK LIMBAH KULIT SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF TERBARUKAN UNTUK MENGISI BATERAI HANDPHONE Oleh Irsan Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Fisika Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

5

6

7

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungan, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan pada tanggal 24 Juli 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Syahrudin dan Ibu Rohimah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Tanjungan pada 2006, SMPN 1 Katibung pada tahun 2009 dan SMAN 1 Katibung tahun Pada tahun 2012 penulis masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur PMPAP. Selama menempuh pendidikan penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar, Asisten Praktikum Sains Dasar, Asisten Praktikum Elektronika Dasar, Asisten Praktikum Pemrograman Komputer, Asisten Praktikum Pemograman Berbasis Objek dan Asisten Admin Website Magister Fisika FMIPA Unila. Penulis pernah aktif dikegiatan kampus antara lain sebagai Angota Bidang Sosial Budaya Masyarakat di UKM Rois FMIPA Unila priode , Selain itu penulis juga pernah menjabat dan aktif sebagai Kepala Biro Sirkulasi dan Periklanan di UKM Natural FMIPA Unila priode , sebagai Ketua vii

9 Umum di UKM Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) FMIPA Unila periode , dan sebagai Sekertaris Umum di UKM Kempo Universitas Lampung priode Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Kalibrasi Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Bandar Lampung pada tahun Penulis melakukan KKN di Kabupaten Tanggamus tepatnya di Kecamatan Kelumbayan, Desa Pekon Unggak pada tahun viii

10 MOTTO ~Barang Siapa Yang Bersungguh - Sungguh Pasti Akan Mendapatkannya~ ~Saya Terlalu Malas Untuk Menjadi Malas~, ix

11 PERSEMBAHAN - Orangtuaku Ayahanda Syahrudin (Muhaimin) dan Ibunda Rohimah (Naimah) yang telah banyak berkorban tanpa lelah, menjadi motivasi selalu memberikan semangat, harapan, dukungan dan do a yang tulus untuk keberhasilan dan kesuksesan anaknya Saudaraku kakanda Aprizal beserta kakakipar Nia Anggraini yang selalu memotivasi serta memberikan dukungan untuk keberhasilan dan kesuksesan adiknya Bapak-Ibu guru serta Bapak-Ibu dosen terima kasih atas bekal ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang telah membuka hati serta wawasanku untuk menyelesaikan skripsi ini Mirawati sebagai adik, teman, dan partner terbaik yang selalu menemani dikala susah dan senang serta memberikan nasihat, masukan, dan bantuan terbaik yang telah dilakukannya Keluarga besar serta sahabatku seluruh teman seperjuangan Fisika 2012 yang telah memberikan perhatian dan masukan yang membangun, terima kasih atas kebaikan kalian dan kebersamaan yang kita lalui Sivitas Akademika Universitas Lampung x

12 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Karakteristik Elektrik Limbah Kulit Singkong (Manihot esculenta Crantz) Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Terbarukan Untuk Mengisi Baterai Handphone. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains (S.Si) di bidang keahlian Fisika Instrumentasi dan juga melatih penulis untuk berpikir cerdas serta kreatif dalam penelitian. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang. Dalam penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan penelitian, pengambilan data dan penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bandar Lampung, 15 Desember 2016 Penulis, Irsan xi

13 SANWACANA Dengan rasa syukur dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. selaku Pembimbing Pertama yang telah memberikan bimbingan dan bersedia meluangkan waktu selama penulis melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi selesai. 2. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, nasehat, dan saran dalam penyusunan skripsi ini dan selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung atas dukungan dalam proses akademik. 3. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku Penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D. selaku Pembimbing Akademik dan Dekan FMIPA Unila yang senantiasa memberikan nasehat dan motivasi. 5. Seluruh dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu melalui pengajaran dan nasehat. xii

14 6. Ayah, Ibu, kakakku dan keluarga yang telah mendukung dan mendoa akan. Terimakasih untuk pengorbanan yang telah diberikan. 7. Mirawati yang senantiasa mengingatkan, menyemangati, memotivasi, dan mendo akan untuk kemajuan penulis. 8. Sahabatku 9 BIT (Duwi Hariyanto, Giri Amirul Mukminin, Jovizal Aristian, Kuswanto, M. Iqbal Yuliansyah, Ma'sum Ansori, Randha Kentama.A. dan Tri Sumanzaya) dan Fahmi Bastiar teman seperjuanganku yang telah memberikan perhatian dan masukan yang membangun terimakasih atas semangat, doa dan semua bantuan yang telah diberikan. 9. Teman-teman angkatan 2012, kakak dan adik tingkat Fisika, terimakasih untuk kebersamaan dan dukungan yang diberikan bagi penulis. 10. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin. Bandar Lampung, 15 Desember 2016 Penulis Irsan xiii

15 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR TABEL... xix I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Batasan Masalah... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu... 6 B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya... 7 C. Teori Dasar... 7 a. Singkong (Manihot esculenta Crantz)... 7 b. Penyebab Kulit Singkong Menghasilkan Arus Listrik c. Elektrokimia d. Sel Galvani e. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit f. Elektroda g. Potensial Elektroda h. Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) i. Fuel cell j. Arus dan Rapat Arus k. Konduktivitas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian D. Desain Media Uji Karakteristik Elektrik E. Pengujian Karakteristik Elektrik F. Diagram Alir Penelitian xiv

16 G. Data Hasil Penamatan H. Rencana Grafik Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Karakteristik Elektrik Singkong Putih (Singkong Roti) Karakteristik Elektrik Singkong Genjah Urang (IR) Karakteristik Elektrik Singkong Bassiro Analisis Perbandingan Karakteristik Elektrik Ketiga Jenis Kulit Singkong Selama Pengujian Analisis Penggunan Kulit Singkong dan Singkong Untuk Mengisi Baterai Handphone V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Aliran elektron dari ion H + dan CN Proses transfer elektron pada baterai dalam Prinsip kerja fuel cell Rapat arus pada penghantar Konduktivitas cairan atau gas (a), logam (b) dan semikonduktor (c) Desain lepeng tembaga dan lempeng seng Desain wadah kotak (Sel) penampungan pasta kulit singkong Media tempat uji karakteristik elektrik Kulit Singkong atau singkong, pada pengukuran tegangan tanpa beban Media tempat uji karakteristik elektrik Kulit Singkong digunakan untuk mengisi baterai handphone Diagram alir penelitian Rencana grafik pengukuran dan perhitungan karakteristik kulit singkong atau singkong terhadap waktu Sel tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong yang terdiri dari elektroda positif (a), elektroda negatif (b), penjepit dan kabel penghubung (c) Rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong yang terdiri dari jam (a), LED (b), multimeter digital (d), pasta kulit singkong atau singkong (d), elektroda negatif (e), elektroda positif (f), penjepit dan kabel penghubung (g) Rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong untuk mengisi batrai handphone, penjepit dan kabel penghubung (a), elektroda positif (b), elektroda negative (c), xvi

18 jam (d), Pasta kulit singkong atau singkong (e), multimeter (f), dan handphone (g) Sistem rangkaian keseluruhan uji karakteristik elektrik kulit singkong Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong Putih terhadap waktu Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong Putih terhadap waktu Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong IR terhadap waktu Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong IR terhadap waktu Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong Bassiro terhadap waktu Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu Grafik hubungan antara tegangan saat beban dilepas ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu Grafik hubungan antara tegangan menggunakan beban ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu Grafik hubungan antara arus listrik ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu Grafik hubungan antara daya ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu Grafik hubungan antara hambatan dalam ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu Rangkaian modul step-down menggunakan IC Rangkaian modul step-down USB DC 5 V buatan Cina Rangkaian langsung terhubung ke handphone yang terdiri dari penjepit dan kabel penghubung (a), elektroda negatif (b), elektroda positif (c), pasta kulit singkong (d), jam (e), multimeter (f), handphone (g) dan proses pengisian (h) xvii

19 4.19. Grafik hubungan antara tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunakan beban dan arus kulit Singkong IR terhadap waktu pemakaian pada handphone xviii

20 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Komposisi Kimia Singkong Nilai deret volta Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya Jenis fuel cell anorganik Konduktivitas berbagai material Data penukuran karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saat beban dilepas dan saat menggunakan beban Data perhitungan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong Putih saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Putih Data penukuran karakteristik elektrik Singkong Putih saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Putih Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong IR saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong IR Tabel 4.7. Data penukuran karakteristik elektrik Singkong IR saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt Data perhitungan karakteristik elektrik Singkong IR Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong Bassiro saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt xix

21 4.10. Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Bassiro Data penukuran karakteristik elektrik Singkong Bassiro saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt Data perhitungan karakteristik elektrik Singkong Bassiro Perbandingan Karakteristik Elektrik Tegangan Saat Beban Dilepas Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III) Perbandingan Karakteristik Elektrik Tegangan Menggunakan Beban Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III) Perbandingan Karakteristik Elektrik Arus Listrik Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III) Perbandingan Karakteristik Elektrik Daya Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III) Perbandingan Karakteristik Elektrik R in Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III) Pengujian Pengukuran Karakteristik Elektrik Singkong Saat Diberi Beban Handphone 2,5 watt Menggunakan Kulit Singkong IR xx

22 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik kini menjadi energi yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, bahkan semakin meningkatnya tingkat kehidupan manusia maka akan semakin tinggi pula kebutuhan energi listrik yang diperlukan. Saat ini energi listrik yang dihasilkan masih banyak yang berasal dari energi fosil, karena sumber energi fosil inilah yang mampu memenuhi kebutuhan energi listrik manusia dalam skala besar, sedangkan sumber energi alternatif belum dapat memenuhi kebutuhan energi listrik manusia dalam skala besar. Energi fosil yang banyak digunakan tidak dapat diperbarui hal ini menyebabkan semakin menipisnya cadangan sumber energi fosil. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain untuk pengembangan sumber listrik yang terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Salah satu sumber daya alam yang melimpah di Indonesia adalah limbah kulit singkong. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 di Indonesia produksi singkong mencapai ton, sedangkan untuk daerah Lampung pada tahun 2015 mencapai ton, hal ini menunjukan berlimpahnya singkong di Indonesia khususnya untuk daerah Lampung yang termasuk provinsi dengan produksi singkong terbesar, singkong telah digunakan oleh

23 2 masyarakat umum untuk produksi tepung tapioka dan sebagai subtitusi makanan pokok, sedangkan daun singkong dikonsumsi sebagai sayuran. Kulit singkong yang merupakan bagian kulit luar umbi singkong tidak digunakan pada waktu penggunaan umbi (Hikmiyati, 2009), sebagian kecil kulit singkong ini hanya digunakan sebagai pakan ternak sedangkan sebagian lagi terbuang begitu saja, setiap bobot singkong akan dihasilkan limbah kulit singkong sebesar 16% dari bobot tersebut (Hidayat, 2009) berarti pada tahun 2015 di Indonesia sudah terdapat kurang lebih mencapai ton kulit singkong sedangkan untuk daerah Lampung kulit singkong yang dihasilkan mencapai ton, hal ini merupakan peluang besar untuk memanfaatkan limbah yang cukup melimpah tersebut. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Imamah (2013), menggunakan berbagai variasi bahan elekrtoda seperti tembaga (Cu), alumunium (Al), besi (Fe), timah (Pb) dan kuningan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek kelistrikan yang ditimbulkan oleh variasi bahan elektroda yang terdapat pada limbah buah jeruk, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhlisin (2015), yaitu memanfaatkan baterai bekas dengan limbah kulit pisang dan durian, sebagai sumber energi alternatif. Didalam kulit pisang mengandung karbohidrat yang dapat membentuk etanol, etanol lama-kelamaan akan teroksidasi menjadi asam etanoat atau asam asetat. Asam asetat merupakan salah satu jenis zat elektrolit. Kulit singkong juga mengandung karbohidrat sebanyak 16,72 % (Winarno, 1990), yang dapat membentuk asam asetat (CH 3 COOH), selain asam asetat

24 3 terdapat juga asam sianida (HCN) (Rukmana, 1986). HCN merupakan salah satu elektrolit yang dapat menghasilkan arus listrik, sehingga sangat memungkinkan bahwa kulit singkong dapat menghasilkan arus listrik. Untuk mengetahui karakteristik elektrik kulit singkong tersebut, maka dilakukan penelitian besarnya tegangan, hambatan dalam, dan arus yang dihasilkan menggunakan berbagai jenis kulit singkong sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengisi daya baterai handphone. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai energi listrik alternatif terbarukan untuk daerah terpencil dan daerah lain yang memiliki limbah kulit singkong yang cukup banyak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana merancang dan membuat media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong. 2. Bagaimana hubungan antara jenis kulit singkong yang digunakan dengan karakteristik elektrik yang dihasilkan. 3. Bagaimana merancang dan membuat media uji kulit singkong sehingga dapat digunakan untuk mengisi baterai handphone. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

25 4 1. Mengetahui karakteristik elektrik kulit singkong agar dapat digunakan sebagai sumber energi listrik terbarukan. 2. Mengetahui besarnya energi listrik yang dihasilkan oleh kulit singkong pada tiap selnya. 3. Memanfaatkan kulit singkong sebagai sumber energi listrik baru dan terbarukan serta dapat digunakan untuk mengisi baterai handphone. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memanfaatkan limbah kulit singkong yang terbuang sehingga dapat menciptakan lingkungan kreatif mandiri energi. 2. Sebagai referensi karakteristik elektrik pada kulit singkong, guna peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. E. Batasan Masalah Sesuai dengan rumusan masalah diatas, batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Elektroda yang digunakan terdiri atas sepasang elektroda positif dan negatif, serta terbuat dari bahan seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn). 2. Pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong dilakukan pada tegangan tanpa beban dan tegangan dengan menggunakan beban. 3. Data pengamatan yang diambil/diukur berupa tegangan, arus, hambatan dalam dan lama pemakaian.

26 5 4. Dalam pengamatan dibuktikan apakah kulit singkong dapat digunakan untuk mengisi baterai atau tidak. 5. Jumlah media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong sebanyak 20 sel.

27 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Imamah (2013) tentang efek kelistrikan yang ditimbulkan oleh variasi bahan elektroda yang terdapat pada limbah buah jeruk. Penelitian dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi bahan elekrtoda seperti tembaga (Cu), alumunium (Al), besi (Fe), timah (Pb) dan kuningan. Selain itu penelitian dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi jarak mulai dengan 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm dan 10 cm serta variasi hambatan mulai 1 kω, 10 kω, 100 kω, 1 MΩ, 10 MΩ. Pengukuran yang dilakukan diantaranya pengukuran arus dan tegangan bio-baterai tunggal, pengukuran biobaterai secara seri paralel serta pengukuran tegangan dan lama nyala LED pada rangkaian seri paralel. Selanjutnya Muhlisin (2015) ia menggunakan batu baterai bekas yang diganti pastanya dengan kulit pisang dan kulit durian. Mangan oksida atau elektrolit pada baterai yang sudah tidak bisa digunakan, diganti dengan pasta dari kulit pisang atau kulit durian sehingga baterai bekas tersebut bisa digunakan kembali. Di dalam kulit durian dan kulit pisang terdapat zat Kalium Klorida. KCl merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan menghantarkan arus listrik. Nilai tegangan maksimal yang didapatkan dari pasta kulit pisang

28 7 lebih besar dibanding kulit durian. Pisang ambon adalan pisang terbaik yang digunakan dalam percobaan ini sebagai pengganti pasta batu baterai. B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian ini mengukur karakteristik elektrik kulit singkong dengan menggunakan elektroda, elektroda yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis bahan yaitu seng (Zn) dan tembaga (Cu). Karakteristik elektrik kulit singkong dapat diketahui melalui pengukuran tegangan dan arus dengan menggunakan multimeter digital. Penelitian ini dilakukan dua tahap pengukuran yaitu pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong saat beban dilepas dan pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong dengan menggunakan beban, beban yang digunakan adalah lampu LED dengan beban sebesar 1,2 watt. Selain kulit singkong dalam penelitian ini juga menggunakan singkong atau daging singkong. Hasil dari penelitian karakteristik kulit singkong terbaik dari penelitian ini kemudian digunakan sebagai sumber energi listrik terbarukan yang dapat mengisi baterai handphone. C. Teori Dasar a. Singkong (Manihot esculenta Crantz) Singkong memiliki nama botani Manihot esculenta Crantz tapi lebih dikenal dengan nama lain Manihot utilissima. Ubi kayu termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

29 8 famili Euphorbiaceae, genus Manihot dengan spesies esculenta Crantz dengan berbagai varietas (Rukmana, 1997). Ubi kayu biasa disebut juga ketela pohon atau singkong dengan Komposisi kimia singkong per 100 gram bahan disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Komposisi Kimia Singkong (Departemen Kesehatan, 1992) No. Komponen Singkong Singkong Kuning 1. Kalori (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) Air (gram) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) Asam askorbat (mg) Thiamin (mg) Vitamin A (IU) Bagian yang dapat dimakan (%) Umbi singkong dapat diolah menjadi gula cair (high fructose) dan makanan ternak serta dapat pula sebagai bahan bakar yang disebut etanol. Hampir seluruh bagian dari tanaman singkong dapat dimanfaatkan namun hingga saat ini tanaman ini masih jarang dikonsumsi masyarakat. Kelemahan utama yang menyebabkan singkong kurang diterima secara menyeluruh dan hanya dimanfaatkan sebagai makanan pokok di daerah pedesaan disebabkan karena kandungan racun glikosida sianogenik (linamarin). Glikosida tersebut tidak bersifat racun, tetapi asam sianida (HCN) yang dibebaskan oleh enzim

30 9 linamerase secara hidrolisis yang bersifat racun (Tjokroadikoesoemo, 1985). Ada dua jenis ubi kayu yang secara umum sering dikenal yaitu ubi kayu manis dan pahit. Rasa pahit disebabkan oleh racun asam sianida (HCN). Kandungan asam sianida (HCN) pada ubi kayu pahit dapat mencapai 100 mg/kg, sedangkan pada ubi kayu manis sekitar 40 mg/kg. Kadar HCN pada ubi kayu dipengaruhi oleh keadaan tanah, penyiapan stek, cara bercocok tanam, iklim dan umur panen (Darjanto dkk, 1980). Menurut Effendi (2000) Sianida merupakan kelompok senyawa anorganik dan organik dengan siano (CN - ) sebagai struktur utama. Sianida dalam bentuk ion mudah terserap oleh bahan-bahan yang tersuspensi maupun oleh sedimen dasar. Sianida bersifat sangat reaktif. Sianida bebas menunjukkan adanya kadar HCN dan CN -. Asam sianida atau Hidrogen sianida (HCN) dengan rumus molekul HCN adalah senyawa anorganik berbentuk cairan yang mudah menguap, cairan tak berwarna, dan sangat beracun, dengan titik didih sedikit di atas suhu ruangan, 25.6 C (78.1 F). biasa digunakan dalam pembuatan asetonitril yang kemudian digunakan untuk produksi serat akrilik, karet sintetis, dan plastik. Bisa juga digunakan dalam berbagai proses kimia, seperti fumigasi, pengerasan besi dan baja, elektroplating, dan pemurnian bijih. Asam sianida bersifat asam lemah, garam sianida baik KCN maupun NaCN dalam ruangan yang berkelembapan tinggi mudah bereaksi dan membentuk gas HCN: KCN + H 2 O HCN + KOH Kulit singkong yang diperoleh dari produk tanaman singkong (Manihot Esculenta Cranz) merupakan limbah utama pangan di negara-negara

31 10 berkembang. Semakin luas areal tanaman singkong diharapkan produksi singkong yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Setiap kilogram singkong biasanya dapat menghasilkan % kulit singkong. Komponen kimia kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 %, serat kasar 15,20 %, pektin 0,22 %, lemak kasar 1,44 %, karbohidrat 16,72 %, kalsium 0,63 %, air 67,74 % dan abu 1,86 % (Winarno, 1990), kulit singkong juga mengandung beberapa mineral, terutama seperti fosfor, natrium dan kalium (Amos dkk, 2009). Selain itu kulit singkong juga mengandung tannin, enzim peroksida, glukosa, kalsium oksalat, serat dan HCN (Rukmana, 1986).. b. Penyebab Kulit Singkong Menghasilkan Arus Listrik Kulit singkong mengandung karbohidrat sebanyak 16,72 % (Winarno, 1990), Karbohidrat mengandung glukosa, apabila glukosa dicampur dengan air dan didiamkan maka akan terjadi fermentasi sehingga dapat diperoleh etanol. Etanol lama-kelamaan akan teroksidasi menjadi asam etanoat atau asam asetat. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut : C 6 H 12 O 6 CH 3 CH 2 OH+[O] CH 3 COOH Glukosa Etanol Asam asetat Asam asetat merupakan salah satu jenis zat elektrolit, selain CH 3 COOH terdapat juga HCN yang merupakan elektrolit lemah dengan reaksi ionisasi yang terjadi yaitu sebagai berikut: HCN H + + CN -

32 11 (a) (b) (c) Gambar 2.1. Aliran elektron dari ion H + dan CN -, (a) ion H + dan CN - saat menyebar dalam pasta kulit singkong, (b) ion H + dan CN - saat tertarik oleh elektroda (katode dan anode), (c) serta mengaliranya elektron dari katode ke anode menyebabkan arus listrik yang menghidupkan LED. Larutan ion mengalir melalui sepasang elektroda, elektroda positif akan menarik ion negatif dan elektroda negatif akan menarik ion positif. Bahan elektroda yang ideal adalah yang memiliki konduktivitas yang tinggi, luas permukaan spesifik yaitu luas permukaan per unit berat sebesar mungkin untuk penyerapan (Oren, 2007). Tembaga (Cu) sebagai katoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi reduksi, dimana didalamnya terjadi penangkapan elektron Sedangkan seng (Zn) sebagai Anoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi sehingga akan terjadi pelepasan elektron selama reaksi berlangsung (Landis, 1909). Arus listrik dapat mengalir karena seng (Zn) bertindak sebagai katode yang bersifat menarik ion negatif (CN - ) dan tembaga (Cu) bertindak sebagai anode yang bersifat menarik ion positif (H + ). Ketika air rendaman kulit singkong

33 12 atau pasta kulit singkong bersentuhan dengan unsur seng dan tembaga terjadi reaksi ionisasi dalam larutan, sehingga dapat terjadi aliran elektron yang menyebabkan arus listrik mengalir. Jika kedua elektroda dihubungkan dengan lampu (LED) arus akan mengalir dari anode ke katode, dan lampu menyala. c. Elektrokimia Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia, yaitu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang diinisiasi atau menghasilkan energi listrik. Dalam elektrokimia, reaksi kimia yang terjadi adalah reaksi reduksi dan oksidasi atau yang dikenal dengan reaksi redoks. Proses dasarnya adalah adanya transfer elektron antara permukaan elektroda dengan molekul di dalam larutan yang berpartisipasi dalam reaksi redoks (Wang, 2000). 1) Reaksi Oksidasi dan Reduksi Adalah reaksi dengan perpindahan elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain, misalnya Cu + 2 Ag + Cu Ag 2) Oksidator dan Reduktor Oksidator adalah yang menerima elektron sedangkan reduktor adalah yang memberikan elektron. Sel elektrokimia adalah alat yang digunakan untuk melangsungkan perubahan reaksi oksidasi dan reduksi. Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan pelepasan elektron pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya (reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda sedangkan elektroda yang menerima elektron

34 13 dinamakan katoda. Jadi sebuah sel selalu terdiri atas anoda sebagai elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, katoda sebagai elektroda tempat berlangsungnya reaksi reduksi dan larutan elektrolit/ionik untuk menghantarkan arus, larutan ionik dianggap seperti resistor dalam suatu sirkuit, maka ukuran dari sifat-sifat larutan adalah tahanan resistor, mengikuti hukum Ohm (Bird, 1993). 1. Jenis-Jenis Sel Elektrokimia Sel elektrokimia digunakan untuk menghasilkan energi listrik yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Terdapat beberapa sel elektrokimia yang biasa kita gunakan dalam keperluan sehari-hari seperti aki, baterai kering, baterai alkalin, baterai litium dan lain sebagainya. a) Aki Aki merupakan salah satu contoh sel sekunder karena reaksi reduksi yang berlangsung pada sel ini dapat dibalik dengan cara mengalirkan arus listrik. Sel aki terdiri atas anoda Pb (timbal timah hitam) dan katoda PbO 2 (timbal (IV) oksida). Keduanya merupakan zat padat yang dicelupkan dalam asam sulfat. Kedua eletroda tersebut merupakan hasil reaksi yang tidak larut dalam asam sulfat, sehingga tidak diperlukan jembatan garam. Tiap sel aki mempunyai beda potensial kurang lebih 2 Volt. Aki 12 Volt terdiri atas 6 sel yang dihubungkan seri. Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi pengosongan aki tetap melekat pada kedua elektroda. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua elektroda. Pada pengosongan aki, anoda (Pb) mengirim elektron pada

35 14 katoda, sebaliknya pada pengisian aki elektroda Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga PbSO 4 yang terdapat pada elektroda Pb itu direduksi. Sementara itu PbSO 4 yang terdapat pada elektroda PbO 2 mengalami oksidasi membentuk PbO 2 (Hiskia, 1992). b) Baterai Baterai adalah suatu alat yang dapat menghasilkan energi listrik dengan melibatkan transfer elektron melalui suatu media yang bersifat konduktif dari dua elektroda (anoda dan katoda) sehingga menghasilkan arus listrik dan beda beda potensial. Komponen utama pada baterai terdiri dari elektroda dan elektrolit (Kartawidjaja dkk, 2008). Bahan dan luas permukaan elektroda mampu mempengaruhi jumlah beda potensial yang dihasilkan. Setiap bahan elektroda memiliki tingkat potensial elektroda (E ) yang berbeda-beda. Jika luas permukaan elektroda diperbesar maka akan semakin banyak elektron yang dapat dioksidasi dibandingkan dengan elektroda dengan luas permukaan yang kecil (Kartawidjaja dkk, 2008). Elektrolit atau konduktor ionik yaitu sebagai penyedia sarana untuk mentransfer ion. Elektrolit terdiri dari elektrolit cair dan elektrolit padat. Jenis elektrolit cair memiliki kelemahan diantaranya rentan terhadap kebocoran dan mudah terbakar, sedangkan elektrolit dalam bentuk padatan cenderung lebih aman, mudah dipakai, bebas dari kebocoran dan dapat dibuat dengan dimensi lebih kecil (Riyanto, 2011).

36 15 Gambar 2.2 Proses transfer elektron pada baterai dalam (Kartawidjaja dkk, 2008) Baterai adalah suatu alat yang dapat menghasilkan energi listrik dengan melibatkan transfer elektron melalui suatu media yang bersifat konduktif dari dua elektroda (anoda dan katoda) sehingga menghasilkan arus listrik dan beda tegangan. Prinsip kerja baterai (lihat Gambar 2.2.) menggunakan prinsip elektrokimia dengan memanfaatkan proses reduksi-osidasi dimana elektroda negatif (anoda) akan mengalami reaksi oksidasi sehingga elektron yang berada pada permukaan anoda akan terlepas dan dibawa oleh ion elektrolit menuju elektroda positif (katoda). Transfer elektron oleh ion elektrolit ini kemudian akan menghasilkan beda tegangan dan arus listrik jika dihubungkan atau dirangkaikan dengan komponen elektronika seperti dioda, resistor atau kapasitor (Kartawidjaja dkk, 2008). 1) Baterai kering Baterai kering ditemukan oleh Leclanche yang mendapat hak paten atas penemuan itu pada tahun Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari campuran batu kawi, salmiak, karbon dan

37 16 sedikit air (sel ini tidak 100% kering) zink berfungsi sebagai anoda sedangkan sebagai katoda digunakan elektroda inert, yaitu grafit, yang dicelupkan ditengah-tengah pasta. Pasta itu sendiri berfungsi sebagai oksidator. Potensial suatu sel Leclanche adalah 1,5 Volt, sel ini disebut sel kering asam karena adanya NH 4 Cl yang bersifat asam. Sel Leclenche tidak dapat diisi ulang (Bird, 1993). 2) Baterai alkalin Baterai kering jenis alkalin pada dasarnya sama dengan sel Leclanshe, tetapi bersifat basa karena menggunakan KOH menggantikan NH 4 Cl dalam pasta. Potensial dari baterai Alkalin juga sebesar 1,5 Volt, tapi baterai ini dapat bertahan lebih lama (Bird, 1993). 3) Baterai litium Baterai litium telah mengalami berbagai penyempuranaan. Baterai litium yang kini banyak digunakan adalah baterai litium ion. Baterai litium ion tidak menggunakan logam litium, tetapi ion litium. Ketika ion litium digunakan, ion litium berpindah dari satu elektroda ke elektroda lainnya melalui suatu elektrolit. Ketika diisi, aliran ion litium dibalik (Bird, 1993). 2. Deret Elektrokimia (Deret Volta) Deret elektrokimia atau deret Volta merupakan urutan logam-logam berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya. Umumnya deret Volta yang sering dipakai adalah Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr,

38 17 Fe, Cd, Ni, Sn, Pb, H, Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au. Tabel 2.2 menunjukkan nilai deret volta. Tabel 2.2 Nilai deret volta (Silberberg, 2000). Reaksi Reduksi Logam E o (Volt) Li + + e - Li K + + e - K Ba 2 + 2e - Ba Ca e - Ca Na + + e - Na Mg e - Mg Al e - Al Mn e - Mn H 2 O + 2e - H 2 +2OH Zn e - Zn Cr e - Cr Fe e - Fe Cd e - Cd Co e - Co Ni e - Ni Sn e - Sn Pb e - Pb H + + 2e - H Sn e - Sn Bi e - Bi Cu e - Cu Ag + + e - Ag Pt e - Pt Au e - Au Pada deret Volta, unsur logam dengan potensial elektroda lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektroda

39 18 yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan. Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka logam semakin reaktif, semakin mudah melepas elektron dan logam merupakan reduktor yang semakin kuat, semakin mudah mengalami oksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka logam semakin kurang reaktif, semakin sulit melepas elektron dan logam merupakan oksidator yang semakin kuat, semakin mudah mengalami reduksi. Salah satu metode untuk mencegah korosi antara lain dengan menghubungkan logam (misalnya besi) dengan logam yang letaknya lebih kiri dari logam tersebut dalam deret volta (misalnya magnesium) sehingga logam yang mempunyai potensial elektrode yang lebih negatif yang akan mengalami oksidasi. Metode pencegahan karat seperti ini disebut perlindungan katodik. 3. Potensial Sel Volta Potensial sel Volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan Voltmeter atau potensiometer. Potensial sel Volta dapat juga dihitung berdasarkan data potensial elektroda positif (katoda) dan potensial elektroda negatif (anoda). E o sel = E o katoda - E o anoda (2.1)

40 19 Katoda adalah elektroda yang mempunyai harga E o lebih besar (lebih positif), sedangkan anoda adalah yang mempunyai E o lebih kecil (lebih negatif) (Dogra, 1990). d. Sel Gavani Semua reaksi kimia yang disebabkan oleh energi listrik serta reaksi kimia yang menghasilkan energi listrik dipelajari dalam bidang elektrokimia. Kita dapat menggunakan kelistrikan sejak Luigi Galvani pada tahun 1791 menemukan bahwa pada kodok yang segar dapat bergetar jika dihubungkan dengan dua macam logam bersambungan dan Alessandro Volta berhasil membuat baterai pertama dengan menyusun kepingan perak dan kepingan seng serta kertas yang dibasahi larutan asam (Syukri, 1999). Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam sel atau keluar sel. Elektroda dapat berperan dan bisa juga tidak berperan dalam reaksi sel. Setiap elektroda dan elektrolit disekitarnya membentuk setengah sel. Reaksi elektroda adalah setengah reaksi yang berlangsung dalam setengah sel. Kedua setengah sel dihubungkan dengan jembatan garam. Arus diangkut oleh ionion yang bergerak melalui jembatan garam. Sel galvani atau sel volta dapat menghasilkan energi listrik sebagai hasil reaksi kimia yang berlangsung spontan. Cara kerja dari sel galvani adalah sebagai berikut. 1) Pada anoda terjadi oksidasi dan elektron bergerak menuju elektroda.

41 20 2) Elektron mengalir melalui sirkuit luar menuju ke elektroda. 3) Elektron berindah dari katoda ke zat dalam elektrolit, zat yang menerima elektron mengalami reduksi (Hiskia, 1992). e. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Air adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa ion, larutan air mempunyai sifat-sifat yang khas, salah satunya dapat menghantarkan arus listrik. Namun apabila elektroda dicelupkan ke dalam air murni dan terhubung dengan sumber listrik dan bola lampu, maka bola lampu tidak akan menyala karena air adalah konduktor listrik yang sangat buruk. Akan tetapi, apabila suatu senyawa ion yang larut seperti NaCl ditambahkan pada air tersebut maka bola lampu dapat menyala dengan terang. Senyawa NaCl tersebut membuat larutan menjadi konduktor listrik yang disebut elektrolit. Keterangan tentang elektrolit ini pertama kali diberikan oleh Svante Arrhenius, seorang ahli kimia dari Swedia (Brady, 1999). Menurut Arrhenius (1884) larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif). Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Sedangkan elektrolit dapat dikelompokkan

42 21 menjadi larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah sesuai pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Pengelompokan larutan berdasarkan jenisnya (Brady, 1999). Jenis Larutan Sifat dan Contoh Pengamatan Senyawa Lain Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat - Terionisasi NaCl, NaCl Na + + Clsempurna - Menghantarkan HCl, NaOH, NaOHl Na + + OHarus listrik H 2 SO 4, H2SO4 2H SO 4 - lampu menyala terang dan KCl KCl K + + Cl - - terdapat gelembung gas Elektrolit Lemah - Terionisasi CH 3 COOH, CH 3 COOH H + + sebagian - Menghantarkan N 4 OH, HCN, CH3COO - arus listrik dan Al(OH) 3 HCN H + + CN - - Lampu menyala redup Al(OH) 3 Al Terdapat gelembung gas 3OH - Non Elektrolit - Tidak terionisasi - Tidak C 6 H 12 O 6, C 12 H 22 O 11, C 6 H 12 O 6 C 12 H 22 O 11 menghantarkan CO(NH 2 ) 2, dan CO(NH 2 ) 2 arus listrik - Lampu tidak C 2 H 5 OH C 2 H 5 OH menyala redup - Tidak terdapat gelembung gas f. Elektroda Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non logam dari sebuah sirkuit misal semikonduktor, elektrolit atau vakum. Elektroda ditemukan oleh ilmuwan Michael Faraday, berasal dari bahasa Yunani elektron yang berarti sebuah cara. Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anoda atau katoda. Anoda ini

43 22 didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron datang dari sel elektrokimia sehingga terjadi oksidasi dan katoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron memasuki sel elektrokimia sehingga terjadi reduksi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anoda atau katoda tergantung dari tegangan listrik yang diberikan terhadap sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi sebagai anoda dari sebuah sel elektrokimia dan katoda bagi sel elektrokimia lainnya (Hiskia, 1992). 1. Jenis-jenis Elektroda a. Anoda Pada sel galvani, anoda adalah tempat terjadinya oksidasi, bermuatan negatif disebabkan oleh reaksi kimia yang spontan dan elektron akan dilepaskan oleh elektroda. Pada sel elektrolisis, sumber eksternal tegangan didapat dari luar, sehingga anoda bermuatan positif apabila dihubungkan dengan katoda. Ion-ion bermuatan negatif akan mengalir pada anoda untuk dioksidasi (Dogra, 1990). b. Katoda Katoda merupakan elektroda tempat terjadinya reduksi berbagai zat kimia. Katoda bermuatan positif bila dihubungkan dengan anoda yang terjadi pada sel galvani. Ion bermuatan positif mengalir ke elektroda untuk direduksi oleh elektron-elektron yang datang dari anoda. Pada sel elektrolisis, katoda adalah elektroda yang bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (kation) mengalir ke elektroda untuk direduksi, dengan demikian pada sel galvani elektron bergerak dari anoda ke katoda (Bird, 1993).

44 23 2. Potensial Elektroda Standar (E o ) Potensial elektroda standar suatu elektroda adalah daya gerak listrik yang timbul karena pelepasan elektron dari reaksi reduksi. Karena itu, potensial elektroda standar sering juga disebut potensial reduksi standar. Nilai potensial elektroda standar dinyatakan dalam satuan Volt (V). Untuk elektroda hidrogen, E o nya adalah 0,00 Volt. a) Bila E o > 0 cenderung mengalami reduksi (bersifat oksidator) b) Bila E o < 0 cenderung mengalami oksidasi (bersifat reduktor) (Hiskia, 1992). g. Potensial Elektroda Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif. Hal ini disebabkan karena perbedaan potensial antara kedua elektroda, misalnya kita mengukur perbedaan potensial ( V) antara dua elektroda dengan menggunakan potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan mengalir sampai habis. Maka akan diperoleh nilai limit atau perbedaan potensial saat arus listriknya nol yang disebut sebagai potensial sel (E sel). Perbedaan potensial yang diamati bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan konsentrasi serta temperatur larutan elektrolit. Sebagai contoh untuk sel Daniell, bila diukur dengan potensiometer beda potensial pada suhu 25 C saat konsentrasi ion Zn 2+ dan Cu 2+ sama adalah 1,10 Volt. Bila elektroda Cu 2+ dalam sel Daniell diganti dengan elektroda Ag/Ag +, potensial sel adalah 1,56 Volt. Jadi dengan berbagai kombinasi

45 24 elektroda dapat menghasilkan nilai potensial sel yang sangat bervariasi (Anderson dkk, 2010). h. Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu, merupakan unsur logam yang berbentuk kristal dengan warna kemerahan dan mempunyai titik didih 2600 o C serta titik leleh 1080 o C. Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Produksi tembaga sebagian besar dipakai sebagai kawat atau bahan untuk menukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan panasnya yang baik. Biasanya dipergunakan dalam bentuk paduan, karena dapat dengan mudah membentuk paduan dengan logam-logam lain diantaranya dengan logam Pb dan logam Sn (Vliet dkk, 1984). Seng (zinc) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit. Logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada o C. Seng (Zn) melebur pada 410 o C dan mendidih pada 906 o C. Seng merupakan unsur yang melimpah dikerak bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah seng sulfida (Slamet, 1994). Elektroda seperti Tembaga (Cuprum) dan Seng (zinc) adalah kutub-kutub listrik pada rangkaian sel elektrokimia. Pada rangkaian sel elektrokimia, elektroda terbagi menjadi dua bagian, yaitu katoda seperti tembaga (Cu) sedangkan anoda seperti seng (Zn). Larutan ion mengalir melalui sepasang

46 25 elektroda, elektroda positif akan menarik ion negatif dan elektroda negatif akan menarik ion positif. Bahan elektroda yang ideal adalah yang memiliki konduktivitas yang tinggi, luas permukaan spesifik yaitu luas permukaan per unit berat sebesar mungkin untuk penyerapan (Oren, 2007). Tembaga (Cu) sebagai katoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi reduksi, dimana didalamnya terjadi penangkapan elektron. Reaksi : Cu e - Cu = +0,34 Volt Sedangkan seng (Zn) sebagai Anoda merupakan elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi sehingga akan terjadi pelepasan elektron selama reaksi berlangsung. Reaksi : Zn 0 Zn e - = +0,76 Volt (Landis, 1909). Ketika dua buah konduktor seperti Cu-Zn, terhubung melalui larutan dengan konsentrasi pembawa muatan positif dan negatif tidak seimbang, maka satu jenis pembawa muatan akan terkumpul pada satu konduktor dan lainnya akan terkumpul pada konduktor lainnya, sehingga di kedua ujung konduktor tersebut terdapat beda potensial. Sistem ini dikenal dengan sel volta (cell voltaic). Mengingat di kedua ujung konduktor terjadi reaksi redoks terus menerus, maka pada terjadi pertukaran pembawa muatan dari elektroda ke larutan elektrolit maupun sebaliknya yaitu dari larutan elektrolit ke elektroda, menyebabkan aliran pembawa muatan (arus listrik). dengan kata lain gaya gerak listrik dari sel merupakan hasil perubahan energi kimia melalui reaksi redoks (Landis, 1909). Energi listrik yang dihasilkan dari sel volta bergantung

47 26 pada jenis larutan dan elektroda baik jenis material maupun modifikasi dimensi elektroda. i. Fuel cell Fuel cell adalah merupakan teknologi elektrokimia yang secara kontinyu mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik selama terdapat bahan bakar dan pengoksidan (Shukla dkk, 2004). Dalam fuel cell, reaksi oksidasi terjadi pada anoda dan reaksi reduksi terjadi pada katoda. Reaksi oksidasi menghasilkan elektron yang dialirkan menuju katoda melalui sirkuit eksternal. Sirkuit menjadi sempurna dengan adaya pergerakan ion positif melalui elektrolit menuju ruang katoda (Bullen dkk, 2006). Secara umum, prinsip kerja fuel cell dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Prinsip kerja fuel cell (Mench, 2008). Fuel cell konvensional beroperasi dengan menggunakan bahan kimia anorganik sederhana, seperti hidrogen dan metanol (MeOH), dan menghasilkan energi, air, dan karbondioksida (pada kasus metanol). Fuel cell konvensional dianggap bersuhu rendah jika beroperasi pada kisaran suhu 80 C (Bullen dkk, 2006). Saat ini berbagai jenis fuel cell telah

48 27 diteliti dan dikembangkan. Berbagai tipe fuel cell dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4 Jenis fuel cell anorganik (Bullen dkk, 2006). Tipe Fuel cell Ion Suhu Operasi ( C) Alkalin (AFC) OH OH Proton exchange membran (PEMFC) H Phosphoric acid (PAFC) H 220 Molten carbonat (MCFC) CO Solid oxide (SOFC) O j. Arus dan Rapat Arus Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya, arus listrik adalah muatan yang bergerak. Dalam konduktor padat sebagai pembawa muatan adalah elektron bebas, dalam konduktor cair atau elektrolit pembawa muatannya adalah ion positif dan ion negatif, dalam bentuk gas muatannya adalah ion positif dan elektron. Elektron bebas dan ion dalam konduktor bergerak karena pengaruh medan listrik. Dalam bahan isolator, elektron bebas terikat kuat pada masing-masing atom sehingga bahan isolator tidak dapat menghantarkan arus. Jika dalam waktu t telah lewat sejumlah q muatan maka arus listrik I yang mengalir dapat dinyatakan: I = q t (2.2) dengan q adalah banyaknya muatan yang mengalir untuk selang waktu t yang sangat kecil. Untuk arus searah, jumlah muatan yang mengalir melalui penampang kawat atau konduktor adalah konstan sehingga dapat di tuliskan: I = q t (2.3)

49 28 dengan: q = banyaknya muatan listrik (C); I = kuat arus (A); t = waktu (s). Dengan demikian, arus listrik dalam satuan SI adalah coulumb per sekon (C/s) yang lebih dikenal dengan Ampere (A), diambil dari nama seorang fisikawan perancis bernama Andre Marie Ampere. Besaran kuat arus I termasuk besaran pokok sedangkan muatan q dan waktu t adalah besaran turunan. Banyaknya energi listrik yang diperlukan untuk mengalirkan setiap muatan listrik dari ujung-ujung penghantar disebut beda potensial listrik atau tegangan listrik. Hubungan antara energi listrik, muatan listrik dan beda potensial listrik secara matematik dirumuskan: V = W Q (2.4) dengan: V = beda potensial listrik (V); W = energi listrik (J); Q = muatan listrik (C). Rapat arus didefinisikan sebagai besarnya kuat arus per satuan luas penampang atau permukaan. Rapat arus (I) mempunyai satuan ampere/m 2. Arus I merupakan karakteristik dari suatu penghantar, arus adalah sebuah kuantitas makroskopik, seperti massa sebuah benda, volume sebuah benda dan panjang sebuah benda. Sebuah kuantitas makroskopik yang dihubungkan dengan itu adalah rapat arus. Rapat arus tersebut adalah sebuah vektor dan merupakan ciri sebuah titik di dalam penghantar dan bukan merupakan ciri

50 29 penghantar secara keseluruhan. Jika arus tersebut didistribusikan secara uniform pada sebuah penghantar yang luas penampangnya A, maka besarnya rapat arus untuk semua titik pada penampang tersebut adalah: J = I A (2.5) dengan: J = rapat arus (A/m²); I = kuat arus (A); A = luas penampang kawat (m²). Kerapatan arus adalah besarnya arus yang mengalir tiap satuan luas penghantar. Arus listrik mengalir dalam kawat penghantar secara merata menurut luas penampangnya. Sebagai contoh arus listrik 12 A mengalir dalam kawat berpenampang 4 mm 2, maka kerapatan arusnya adalah 3 A/mm 2. Rapat arus pada penghantar terlihat pada gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.4 Rapat arus pada penghantar (Haliday, 1989).

51 30 k. Konduktivitas Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik didefinsikan sebagai ratio dari rapat arus terhadap kuat medan listrik: J = σe (2.9) dengan: J = kerapatan arus listrik (A/m 2 ); σ = konduktivitas bahan (S/m); E = kuat medan Listrik (N/C). Konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas, yang dihubungkan oleh persamaan: σ = 1/ρ (2.10) (Halliday, 1989). Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda. Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tetapi kalau kita anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya hanya terdiri dari dua suku, seperti yang ditunjukkan gambar 2.4(a). Pada konduktor logam, hanya elektron valensi saja yang bebas bergerak. Pada gambar 2.4(b) elektron-elektron itu digambarkan bergerak ke

52 31 kiri. Konduktivitas disini hanya mengandung satu suku, yakni hasil kali rapat muatan elektron-elektron konduksi ρ e dengan mobilitas µ e. (a) σ = ρ - µ - + ρ + µ + (b) σ = ρ e. µ e (c) σ = ρ e µ e + ρ h µ h Gambar 2.5. Konduktivitas cairan atau gas (a), logam (b) dan semikonduktor (c) Dalam semikonduktor, seperti germanium dan silikon, konduksi tadi lebih kompleks. Dalam struktur kristal, setiap atom mempunyai ikatan kovalen dengan empat atom yang berdekatan. Seperti yang terlihat pada gambar 2.4 (c), konduktivitas σ disini terdiri dari dua suku, satu untuk elektron, lainnya untuk lubang. Dalam konduktivitas σ salah satu dari kerapatan ρ e atau ρ h akan jauh melampaui yang lainnya (Sinaga, 2010). 1. Konduktivitas Elektrik Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm 3 larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain untuk mendeteksi pengotoran air karena elektrolit atau zat kimia, seperti pada limbah industri, air untuk mengisi ketel uap atau boiler, pengolahan air bersih dan lain-lain. Karena ada relevansi antara konsentrasi dan konduktivitas suatu larutan, maka untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan

53 32 dengan cara mengukur konduktivitas larutan tersebut. Dalam hal itu hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas larutan telah ditentukan. Larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan. Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan pengukuran konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari berat, Part Per Million (PPM) atau satuan lainnya. Jika harga konduktivitas dari bermacam konsentrasi larutan elektrolit diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan dengan mengalirkan arus melalui larutan dan mengukur resistivitas atau konduktivitasnya. Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik berbentuk konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas permukaannya ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel konduktivitas dinyatakan dengan rumus: K = c l A (2.10) dengan: K = konduktivitas (mho/cm); c = konduktansi (mho); A = luas elektroda (cm 3 ); l = jarak antara elektroda (cm).

54 33 Dapat dilihat nilai konduktivitas berbagai material seperti tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5. Konduktivitas berbagai material (Sinaga, 2010) No Material Tipe σ, S/m 1 Kuarsa Isolator Belerang Isolator Mika Isolator Karet Isolator Kaca Isolator Air destilasi Isolator Tanah pasir Isolator lemah Tanah rawa Isolator lemah Air segar Isolator lemah Germanium Semikonduktor 2 11 Air laut Konduktor 5 12 Karbon Konduktor 3 x Perak Konduktor 3 x Tembaga Konduktor 5,7 x Seng Konduktor 1,7 x Timah Konduktor 9 x Graphite Konduktor Chrome Konduktor Silicon Konduktor 2 x Mercury Konduktor Besi tuang Konduktor Alumunium Konduktor 3,5 x Fosfor Konduktor 1,0 x Kuningan Konduktor 1,1 x Tungsten Konduktor 1,8 x 10 7

55 34 Dalam satuan Sistem Internasional (SI), satuan mho diganti dengan Siemens. Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per centimeter (µs/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan ada lah dalam satuan meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per meter, µs/cm = 100 S/m. Pada peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan elektroda dapat lebih ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh ataupun lebih dekat dari 1 cm. Hubungan satuan antara elektroda-elektroda dengan sel konduktivitas standar disebut dengan konstanta sel (K) (Sinaga, 2010).

56 35 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan juni 2016 sampai oktober B. Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan untuk mendukung proses pengambilan data. Pada penelitian ini, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Multimeter digital, digunakan sebagai alat pengukur karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong. 2. Gergaji besi, digunakan untuk memotong tembaga dan seng dalam pembuatan elektroda. 3. Tang, untuk membentuk bahan elektroda agar dapat digunakan dengan baik. 4. Gunting, digunakan untuk memotong kabel agar antar media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saling terhubung.

57 36 5. Gelas ukur, sebagai alat pengukur volume air dan kulit singkong atau singkong yang telah dihaluskan. 6. Blender atau pemarut, digunakan untuk menghaluskan kulit singkong atau singkong. 7. Spidol atau pensil, digunakan untuk mencatat data pengamatan dan keperluan lainnya. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah. 1. Kulit singkong dan singkong, digunakan sebagai elektrolit untuk diketahui karakteristik elektriknya. 2. Akrilik, untuk membuat media tempat penampungan pasta kulit singkong yang akan diuji karakteristik elektriknya. 3. Tembaga (Cu) dan seng (Zn) yang digunakan sebagai elektroda. 4. Perekat, untuk membentuk media tempat penampungan kulit singkong yang akan diuji karakteristik elektriknya. 5. Kabel dan jepit buaya untuk menghubungkan antar media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong. 8. Lampu LED 1,2 watt, digunakan untuk menguji keberadaan karakteristik elektrik kulit singkong. 9. Modul Step-Down USB DC 5V dan rangkaian menggunakan IC-7805, digunakan untuk menstabilkan tegangan keluaran DC menjadi 5V agar bias digunakan untuk mengisi baterai handphone. 10. Handphone, digunakan untuk menguji karakteristik elektrik kulit singkong sebagai pengisi baterai handphone.

58 37 C. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik elektrik kulit singkong dengan menggunakan elektroda, elektroda yang digunakan terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Pembuatan media tempat uji dibuat dari bahan akrilik yang dibentuk menjadi kotak persegi (Sel) agar dapat digunakan untuk menampung pasta kulit singkong, selain kulit singkong penelitian ini juga menggunakan singkongnya dan membandingkan karakteristik elektriknya. Kulit singkong atau singkong yang telah dibersihkan kemudian dibuat pasta dengan cara dihaluskan menggunakan blender yang ditambah sedikit air agar mudah dalam menghaluskannya, setelah media tempat uji dan pasta kulit singkong atau singkong siap kemudian dilakukan pengambilan data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong dengan menggunakan multimeter digital. Data pengamatan terdiri dari data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saat beban dilepas (V bl ) dan data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saat menggunakan beban (V b ). Beban yang digunakan adalah rangkaian LED dengan beban 1,2 watt. Pengukuran dilakukan disetiap 2 jam selama 24 jam. Setelah didapatkan data karakteristik elektrik kulit singkong terbaik, selanjutnya media uji dihubungkan dengan modul DC 5V untuk menstabilkan tegangan pada 5 volt, karena masukan pada baterai handphone adalah 5 volt lalu dilihat berapa lama pengisiannya baterai handphone tersebut.

59 38 D. Desain Media Uji Karakteristik Elektrik Gambar 3.1. Desain lempeng tembaga (Cu) dan lempeng seng (Zn) Gambar 3.2. Desain wadah kotak (Sel) penampungan pasta kulit singkong Elektroda yang digunakan berupa tembaga (Cu) dan seng (Zn) dengan ukuran lebar sebesar 5 cm dan tinggi sebesar 8 cm, sedangkan media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong (Sel) yang digunakan berbentuk kotak balok dengan ukuran panjang sebesar 10 cm, lebar sebesar 6 cm dan tinggi sebesar 7 cm yang berfungsi untuk menampung pasta kulit singkong.

60 39 E. Pengujian Karakteristik Elektrik Kulit Singkong Jenis singkong yang digunakan yaitu Singkong Putih, Singkong IR (Singkong Genjah Urang), dan Singkong Bassiro (Singkong Racun). Pengujian karakteristik elektrik kulit singkong dapat dilihat pada gambar 3.3 dan gambar pengisian baterai handphone terlihat pada gambar 3.4. a b c Gambar 3.3. Media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong, pada pengukuran tegangan saat beban dilepas (a), pengukuran tegangan menggunakan beban (b) dan pengukuran arus pasta kulit singkong atau singkong (c). Gambar 3.4. Media tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong digunakan untuk mengisi baterai handphone.

61 40 F. Diagram Alir Penelitian Adapun diagram alir dari penelitian karakteristik elektrik kulit singkong sebagai sumber energi listrik terbarukan dapat dilihat pada gambar 3.5. Akrilik Media Uji (Sel) Singkong Pasta Pengambilan Data Handphone Pembuatan Laporan - Dipotong sesuai dengan desain - Direkatkan hingga membentuk kotak (Sel) - Diberi sepasang elektroda tembaga (Cu) dan Seng (Zn) - Dihubungkan dengan kabel penghubung - Dirangkai seri hingga 20 sel - Dipisahkan antar kulit dan singkongnya - Dibersihkan dengan air - Dihaluskan hingga menjadi pasta kulit singkong dan pasta singkong - Dimasukan kedalam media uji (Sel) yang telah dibuat sebelumnya - Diukur (tegangan saat beban dilepas, tegangan saat menggunakan beban, dan arus) menggunakan multimeter digital - Dianalisis untuk menentukan kulit singkong terbaik yang akan digunakan untuk uji pengisian batrai handphone. - Dianalisis berapa lama waktu pengisian baterai Gambar 3.5. Diagram alir penelitian

62 41 G. Data Hasil Pengamatan Pada penelitian ini karakteristik elektrik kulit singkong yang akan diperoleh berupa tegangan dan arus yang dapat diketahui dengan menggunakan multimeter digital. Data pengamatan pada penelitian ini terdiri dari data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong tegangan saat beban dilepas (V bl ) dan data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong tegangan saat menggunakan beban (V b ) dan arus (I) serta data perhitungan berupa daya (P) dan hambatan dalam (R in ), Serta data berapa lama pengisian baterai handphone dengan menggunakan kulit singkong terbaik. Tabel 3.1 merupakan rancangan tabel data pengamatan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saat beban dilepas dan saat menggunakan beban, serta Tabel 3.2 yaitu rancangan tabel data perhitung. Tabel 3.1. Data penukuran karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong saat beban dilepas dan saat menggunakan beban No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Tabel 3.2. Data perhitungan karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (Ohm)

63 42 H. Rencana Grafik Pengamatan Adapun rencana grafik dari penelitian karakteristik elektrik kulit singkong dan singkong sebagai sumber energi listrik terbarukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini: V bl, V b, I, P, R in Waktu (Jam) Gambar 3.6. Rencana grafik pengukuran dan perhitungan karakteristik kulit singkong atau singkong terhadap waktu.

64 43 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah dilakukan pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong dengan menggunakan elektroda tembaga (Cu) dan seng (Zn) serta pengujian karakteristik elektrik kulit singkong untuk mengisi baterai handphone. Selain mengukur karakteristik elektrik kulit singkong penelitian ini juga mengukur karakteristik elektrik singkongnya. Potensial reduksi deret volta menunjukkan bahwa semakin ke atas, maka semakin mudah mengalami oksidasi artinya semakin mudah melepas elektron dan akan bertindak sebagai anoda (Zn). Semakin ke bawah maka semakin mudah mengalami reduksi artinya semakin sulit melepas elektron dan akan bertindak sebagai katoda (Cu). Berdasarkan nilai potensial reduksi deret volta (Silberberg, 2000) menunjukkan bahwa tembaga memiliki beda potensial sebesar +0,34 V sedangkan seng memiliki beda potensial sebesar -0,76 V, sehingga beda potensial yang dihasilkan dari rangkaian kedua elektroda ini adalah sebesar 1,10 V. Pasangan elektroda Cu-Zn tersebut diletakan kedalam sel (kotak) yang telah dibuat sebelumnya, sel yang digunakan pada penelitian ini mempunyai 20 pasang elektroda Cu-Zn. Sel yang berisi sepasang

65 44 elektroda tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong seperti yang ditunjukan pada gambar Gambar 4.1. Gambar 4.1. Sel tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong yang terdiri dari elektroda positif (a), elektroda negatif (b), penjepit dan kabel penghubung (c). Gambar 4.1 merupakan sel tempat uji karakteristik kulit singkong yang terdiri dari 20 sel dan pada setiap sel terdapat sepasang elektroda. Ukuran dari masing-masing sel tersebut ialah tinggi 7 cm, lebar 6 cm dan panjang 10 cm. Ukuran elektroda yang digunakan dalam penelitian ini ialah lebar 5 cm dan tinggi 8 cm. Secara keseluruhan rangkaian tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong yang terdiri dari jam (a), LED (b), multimeter digital (d), pasta kulit singkong atau singkong (d), elektroda negatif (e), elektroda positif (f), penjepit dan kabel penghubung (g).

66 45 Gambar 4.2 merupakan rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik limbah kulit singkong atau singkong, lalu pasangan elektroda diletakkan pada setiap sel dengan jarak 10 cm. Setelah pasangan elektroda diletakkan pada setiap sel, kemudian pasta kulit singkong atau singkong yang akan di uji karakteristik elektriknya dimasukan kedalam sel, volume pasta kulit singkong atau singkong yang digunakan adalah ml setiap sel dan singkong yang digunakan menggunakan 3 jenis singkong yaitu Singkong Putih (Singkong Roti), Singkong Genjah Urang (IR), dan Singkong Racun Bassiro. Pengukuran karakteristik elektrik pasta kulit singkong dan singkong dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama ialah pengukuran karakteristik elektrik limbah kulit singkong atau singkong dan tahap kedua ialah pengukuran karakteristik elektrik kulit singkong terbaik yang diuji langsung untuk mengisi baterai handphone. Secara keseluruhan rangkaian tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong untuk mengisi baterai handphone dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik kulit singkong untuk mengisi baterai handphone yang terdiri dari penjepit dan kabel penghubung (a), elektroda positif (b), elektroda negatif (c), jam (d), pasta kulit singkong atau singkong (e), multimeter (f), dan handphone (g).

67 46 Gambar 4.3. Merupakan rangkaian keseluruhan tempat uji karakteristik elektrik limbah kulit singkong untuk mengisi baterai handphone. Sebelum diuji untuk mengisi baterai handphone kulit singkong yang digunakan adalah kulit singkong terbaik dari 3 jenis singkong yang sebelumnya dilakukan pengukuran oleh pasangan elektroda digunakan untuk menyalakan LED dengan beban sebesar 1,2 watt, pengujian dilakukan dengan mengukur karakteristik elektrik dari kulit singkong atau singkong, data yang diukur yaitu tegangan saat beban dilepas (V bl ), tegangan saat diberi beban (V b ), dan pengukuran arus (I), selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan besarnya daya (P) dan besarnya hambatan dalam (R in ). Sistem rangkaian keseluruhan uji karakteristik elektrik kulit singkong seperti pada gambar 4.4. Gambar 4.4. Sistem rangkaian keseluruhan uji karakteristik elektrik kulit singkong Untuk menentukan daya yang didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: P = V b. I (4.1) Kemudian untuk menentukan hambatan dalam dengan asumsi pada multimeter tidak terjadi efek pembebanan menggunakan persamaan sebagai berikut:

68 47 V b = V bl R led R in + R led R in = V bl V b R led V b R in = V bl V b V b R led R in = V bl V b I (4.2) Selain itu pengujian karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong dilakukan selama 1 hari atau 24 jam dengan rentang pengukuran setiap 2 jam sekali. Pengukuran yang dilakukan pada setiap pengujian dilakukan sebanyak 7 kali perulangan, kemudian diambil nilai rata-rata setiap pengukuran seperti data yang ditunjukkan pada lampiran. B. Pembahasan Ada dua jenis ubi kayu yang secara umum sering dikenal yaitu ubi kayu manis dan pahit. Rasa pahit disebabkan oleh racun asam sianida (HCN). Kandungan asam sianida (HCN) pada ubi kayu pahit dapat mencapai 100 mg/kg, sedangkan pada ubi kayu manis sekitar 40 mg/kg. Kadar HCN pada ubi kayu dipengaruhi oleh keadaan tanah, penyiapan stek, cara bercocok tanam, iklim dan umur panen (Darjanto dkk, 1980). HCN dalam kandungan singkong ini merupakan elektrolit yang membentuk ion-ion yang bermuatan listrik yaitu ion H + dan CN -. Pada penelitian ini digunakan elektroda yang

69 48 terdiri dari anoda dan katoda, anoda merupakan kutub negatif dan katoda merupakan kutub positif. Anoda berupa lempeng seng (Zn) sedangkan katoda berupa lempeng tembaga (Cu). 1. Karakteristik Elektrik Singkong Putih (Singkong Roti) Karakteristik elektrik Singkong Putih dengan menggunakan pasangan elektroda tembaga dan seng (Cu-Zn) dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu pengambilan data kulit singkong putih dan tahap kedua pengambilan data singkong putih. Hasil pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban lampu LED 1,2 watt model Z-39 dan pengujian saat beban dilepas. Pengisian elektrolit diberikan sebanyak ± 4 liter pasta kulit singkong atau singkong untuk 20 sel elektrolit sehingga setiap sel terisi ± 200 ml. Langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan pengujian karakteristik elektrik kulit singkong atau singkong selama 24 jam dengan pengukuran setiap 2 jam. a. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Kulit Singkong Putih Karakteristik elektrik kulit Singkong Putih dapat diketahui dengan melakukan pengukuran menggunakan multimeter digital, Data hasil pengukuran karakteristik kulit singkong ditunjukkan pada Tabel 4.1.

70 49 Tabel 4.1. Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong Putih saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Setelah didapatkan data pengukuran karakteristik elektrik dari kulit Singkong Putih tersebut, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik kulit singkong ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Putih No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω)

71 50 Grafik hubungan karakteristik elektrik kulit Singkong Putih terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.5. Gambar 4.5. Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong Putih terhadap waktu Gambar 4.5. menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik kulit Singkong Putih yaitu tegangan saat beban dilepas (V bl ), tegangan menggunakan beban (V b ), arus (I), daya (P), dan hambatan dalam (R in ) terhadap waktu. Pengukuran pertama didapatkan besar V bl sebesar 12,38 V, V b sebesar 2,61 V, arus sebesar 1,18 ma, daya sebesar 3,09 mw, dan R in didapatkan sebesar 8,26 kω. Dijam selanjutnya dari jam ke-0 sampai jam ke- 10, tegangan, arus, dan daya mengalami penurunan sedangkan R in mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar hambatan dalam maka akan membuat tegangan, arus dan daya semakin kecil, yang berarti R in berbanding terbalik terhadap V, I, dan P. Penurunan V bl, V b, I, dan P terbesar dan peningkatan R in terbesar terjadi dari jam ke-0 sampai jam ke-2.

72 51 b. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Singkong Putih Setelah mengetahui karakteristik elektrik kulit Singkong Putih, selanjutnya pengukuran karakteristik elektrik singkongnya. Pengukuran pada bagian singkong putih sama seperti pengambilan data pada kulitnya, yaitu mengukur tegangan saat beban dilepas (V bl ), tegangan saat menggunakan beban (V b ) dan arus (I) yang dihasilkan singkong tersebut. Data hasil pengukuran karakteristik Singkong Putih ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Data penukuran karakteristik elektrik Singkong Putih saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Data yang telah didapatkan sesuai dengan Tabel 4.3 kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik singkong ditunjukkan pada Tabel 4.4.

73 52 Tabel 4.4. Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Putih No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω) Grafik hubungan karakteristik elektrik Singkong Putih terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.6. Gambar 4.6. Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong Putih terhadap waktu Gambar 4.6. menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik Singkong Putih terhadap waktu. Dari grafik diatas menunjukan bahwa semakin R in

74 53 membesar maka karakteristik elektrik singkong seperti V bl, V b, I, dan P mengalami penurunan. Pada pertama pengukuran didapatkan V bl sebesar 17,36 V, ketika diberi beban LED 1,2 watt didapatkan V b sebesar 2,59 V, arus sebesar 1,60 ma, kemudian didapatkan daya sebesar 4,15 mw dan R in sebesar 9,24 kω. Hampir sama seperti kulitnya, pada Singkong Putih ini juga mengalami penurunan V bl, V b, I, dan P dan berbanding terbalik dengan R in yang mengalami peningkatan. Dari jam ke-6 sampai jam ke-24 penurunan karakteristik elektrik singkong cukup stabil. 2. Karakteristik Elektrik Singkong Genjah Urang (IR) Karakteristik elektrik yang selanjutnya yaitu menggunakan Singkong IR atau sering disebut masyarakat dengan sebutan Singkong Genjah Urang. Pengujian menggunakan pasangan elektroda Cu-Zn dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pengambilan data kulit Singkong IR dan yang kedua tahap pengambilan data singkongnya. Sama seperti pengujian sebelumnya pengukuranan beban yang digunakan yaitu LED 1,2 watt model Z-39. Pengukuran dilakukan setiap 2 jam sekali selama 24 jam dengan volume ml per sel dan jumlah sel sebanyak 20 sel yang dirangkai seri. a. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Kulit Singkong IR Pengukuran dan pengamat karakteristik elektrik kulit Singkong IR didapatkan berupa tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunkan beban dan arus. Data hasil pengukuran karakteristik kulit singkong ditunjukkan Tabel 4.5

75 54 Tabel 4.5. Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong IR saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Data yang telah didapatkan sesuai dengan Tabel 4.5 kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik singkong ditunjukkan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong IR No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω) Grafik hubungan karakteristik elektrik Singkong IR terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.7.

76 55 Gambar 4.7. Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong IR terhadap waktu Gambar 4.7. menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik Singkong IR terhadap waktu. Dari grafik diatas menunjukan bahwa semakin R in membesar maka karakteristik elektrik singkong seperti V bl, V b, I, dan P mengalami penurunan. Pada pertama pengukuran didapatkan V bl sebesar 14,36 V, ketika diberi beban LED 1,2 watt didapatkan V b sebesar 2,61 V, arus sebesar 2,87 ma, kemudian didapatkan daya sebesar 7,50 mw dan R in sebesar 4,09 kω. Pada Singkong IR ini juga mengalami penurunan V bl, V b, I, dan P dan berbanding terbalik dengan R in yang mengalami peningkatan. Penurunan V bl, V b, I, dan P terbesar terjadi dari pengukuran pertama sampai kepengukuran jam ke-2. Hal ini dikarenakan selama pengujian elektrolit yang digunakan sudah mengalami penurunan ionisasi artinya ion-ion pada elektrolit sudah tidak mampu secara maksimal menghantarkan arus listrik dari kedua elektroda, sedangkan pada jam ke-3 penurunan V bl, V b, I, dan P lebih stabil.

77 56 b. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Singkong IR Selanjutnya pengukuran dan pengamat karakteristik elektrik Singkong IR didapatkan berupa tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunkan beban dan arus. Data hasil pengukuran karakteristik kulit singkong ditunjukkan pada Tabel 4.7 Tabel 4.7. Data penukuran karakteristik elektrik Singkong IR saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Dari data yang telah didapatkan sesuai dengan Tabel 4.7 selanjutnya mencari nilai dari daya dan hambatan dalam dengan perhitungan, untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik singkong IR ditunjukkan pada Tabel 4.8.

78 57 Tabel 4.8. Data perhitungan karakteristik elektrik Singkong IR No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω) dari kedua tabel diatas yatiu Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 didapatkan grafik hubungan karakteristik elektrik Singkong IR terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.8. Gambar 4.8. Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong IR terhadap waktu Gambar 4.8. menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik Singkong IR terhadap waktu. Dari grafik diatas menunjukan bahwa pada saat pertama

79 58 pengukuran didapatkan V bl sebesar 18,97 V, ketika diberi beban LED 1,2 watt didapatkan V b sebesar 2,57 V, arus sebesar 1,36 ma, kemudian didapatkan daya sebesar 3,48 mw dan R in sebesar 12,11 kω. Pada pengukuran jam ke-2 Singkong IR mengalami penurunan V bl, V b, I, dan P dan berbanding terbalik dengan R in yang mengalami peningkatan. Selanjutnya pada pengukuran dari jam ke-2 sampai jam ke-24 penurunan V bl, V b, I, dan P cukup stabil. 3. Karakteristik Elektrik Singkong Bassiro Karakteristik elektrik yang selanjutnya yaitu menggunakan Singkong Bassiro. Singkong ini merupakan jenis singkong racun atau singkong pahit. Pengujian karakteristik elektrik menggunakan pasangan elektroda Cu-Zn dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pengambilan data kulit Singkong Bassiro dan yang kedua tahap pengambilan data singkongnya. Sama seperti pengujian sebelumnya pengukuranan beban yang digunakan yaitu LED 1,2 watt model Z-39. Pengukuran dilakukan setiap 2 jam sekali selama 24 jam dengan volume ml per sel dan jumlah sel sebanyak 20 sel yang dirangkai seri. a. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Kulit Singkong Bassiro Pengukuran dan pengamat karakteristik elektrik kulit Singkong Bassiro didapatkan berupa tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunkan beban dan arus. Data hasil pengukuran karakteristik kulit singkong ditunjukkan pada Tabel 4.9

80 59 Tabel 4.9. Data penukuran karakteristik elektrik kulit Singkong Bassiro saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Data yang telah didapatkan sesuai dengan Tabel 4.9 kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik singkong ditunjukkan pada Tabel Tabel Data perhitungan karakteristik elektrik kulit Singkong Bassiro No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω)

81 60 Grafik hubungan karakteristik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu ditunjukkan pada gambar 4.9. Gambar 4.9. Grafik hubungan karakteristrik elektrik kulit Singkong Bassiro terhadap waktu Gambar 4.9. menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu. Pada pertama pengukuran yaitu jam ke-0 didapatkan V bl sebesar 13,81 V, ketika diberi beban LED 1,2 watt didapatkan V b sebesar 2,60 V, arus sebesar 2,04 ma, kemudian didapatkan daya sebesar 5,29 mw dan R in sebesar 5,51 kω. Dari jam ke-0 sampai jam ke-2 terjadi penurunan karakteristik elektrik V bl, V b, I, dan P dari kulit singkong dan peningkatan R in yang cukup besar, pada jam yang selanjutnya dari jam ke-2 sampai jam ke-24 lebih setabil. Dari grafik diatas menunjukan bahwa semakin R in membesar maka karakteristik elektrik kulit singkong seperti V bl, V b, I, dan P mengalami penurunan atau berbanding terbalik dengan R in yang mengalami peningkatan. Penurunan V bl, V b, I, dan P terbesar terjadi dari pengukuran pertama sampai

82 61 kepengukuran jam ke-2. Hal ini dikarenakan selama pengujian elektrolit yang digunakan sudah mengalami penurunan ionisasi, sedangkan pada jam ke-3 penurunan V bl, V b, I, dan P lebih stabil. b. Data Pengamatan Karakteristik Elektrik Singkong Bassiro Setelah didapatkan karakteristik elektrik pada kulit Singkong Basiro, selanjutnya pengukuran dan pengamat karakteristik elektrik pada Singkongnya. Pengukuran karakteristik elektrik yang didapatkan berupa tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunkan beban dan arus. Data hasil pengukuran karakteristik kulit singkong ditunjukkan pada Tabel 4.11 Tabel Data penukuran karakteristik elektrik Singkong Bassiro saat beban dilepas dan saat menggunakan beban LED 1,2 watt No Pukul Waktu V bl V b I (Jam) (Volt) (Volt) (ma) Data yang telah didapatkan sesuai dengan Tabel 4.11 kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari daya (P) dengan menggunakan persamaan 4.1 dan hambatan dalam (R in ) dengan menggunakan persamaan 4.2. Data hasil perhitungan karakteristik singkong ditunjukkan pada Tabel 4.12.

83 62 Tabel Data perhitungan karakteristik elektrik Singkong Bassiro No Pukul Waktu P R in (Jam) (mw) (kω) Grafik hubungan karakteristik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu ditunjukkan pada gambar Gambar Grafik hubungan karakteristrik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu Gambar menunjukan hubungan antara karakteristik elektrik Singkong Bassiro terhadap waktu. Dari grafik diatas menunjukan bahwa semakin R in

84 63 membesar maka karakteristik elektrik singkong seperti V bl, V b, I, dan P mengalami penurunan. Pada pertama pengukuran didapatkan V bl sebesar 19,50 V, ketika diberi beban LED 1,2 watt didapatkan V b sebesar 2,61 V, arus sebesar 3,86 ma, kemudian didapatkan daya sebesar 10,23 mw dan R in sebesar 4,36 kω. Penurunan V bl, V b, I, dan P terbesar terjadi dari pengukuran pertama sampai kepengukuran jam ke-2. Hal ini dikarenakan selama pengujian elektrolit yang pertama digunakan lebih cepat mengalami penurunan ionisasi, sedangkan pada jam ke-3 penurunan V bl, V b, I, dan P lebih stabil. 4. Analisis Perbandingan Karakteristik Elektrik Ketiga Jenis Kulit Singkong Selama Pengujian Hasil pengujian karakteristik elektrik ketiga jenis kulit singkong yaitu Singkong Putih, Singkong IR dan Singkon Bassiro, menunjukan perbedaan nilai karakteristik elektrik yang dihasilkan. Nilai besaran elektrik yang dihasilkan kulit singkong dari ketiga pengujian menghasilkan nilai perbandingan tegangan saat beban dilepas, tegangan saat menggunakan beban, arus, dan daya dengan menggunakan beban LED 1.2 Watt. a. Perbandingan Tegangan Saat Beban Dilepas Ketiga Jenis Kulit Singkong Karakteristik pertama yang diukur yaitu pengukuran tegangan saat beban dilepas. Perbandingan tegangan saat beban dilepas yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong tersebut seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.13.

85 Tegangan (volt) 64 Tabel Perbandingan Karakteristik Elektrik Tegangan Saat Beban Dilepas Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III). No. Waktu I II III (Jam) V bl (V) V bl (V) V bl (V) Tabel menunjukan data karakteristik tegangan saat beban dilepas pada ketiga jenis kulit singkong yaitu Kulit Singkong Putih, Singkong IR, dan Singkong Bassiro yang diuji selama 24 jam. Hubungan antara tegangan saat beban dilepas ketiga jenis kulit singkong yang dihasilkan terhadap waktu dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar Vbl (Singkong Putih) Vbl (Singkong IR) Vbl (Singkong Bassiro) Waktu (Jam) Gambar Grafik hubungan antara tegangan saat beban dilepas ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu.

86 65 Dari Gambar menunjukan bahwa tegangan saat beban dilepas dari ketiga jenis kulit singkong yaitu Singkong Putih (I), Singkong IR (II), dan Singkong Bassiro (III) mempunyai nilai tegangan yang berbeda-beda. Saat pertama pengukuran atau pengukuran pada jam ke-0 didapatkan nilai V bl kulit Singkong Putih sebesar 12,38 V, kemudian pada kulit Singkong IR sebesar 14,36 V, sedangkan pada kulit Singkong Bassiro sebesar 13,81 V. Penurunan tegangan terbesar yaitu dari jam ke-0 sampai jam ke-2, penurunan tegangan lebih cepat karena selama pengujian elektrolit yang digunakan lebih cepat mengalami penurunan ionisasi hingga titik stabilnya. Selanjutnya dari jam ke-2 sampai jam ke-24 penurunan V bl lebih stabil. b. Perbandingan Tegangan Menggunakan Beban Ketiga Jenis Kulit Singkong Karakteristik kedua yang diukur yaitu pengukuran tegangan saat menggunakan beban (V b ). Karakteristik elektrik kulit singkong tegangan menggunakan beban dilakukan dengan cara memberikan beban LED 1,2 watt. Perbandingan tegangan menggunakan beban yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong tersebut seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.14.

87 Tegangan (Volt) 66 Tabel Perbandingan Karakteristik Elektrik Tegangan Menggunakan Beban Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III). No. Waktu I II III (Jam) V b (V) V b (V) V b (V) Hubungan antara tegangan menggunakan beban dari ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar Vb (Singkong Putih) Vb (Singkong IR) Vb (Singkong Bassiro) Waktu (Jam) Gambar Grafik hubungan antara tegangan menggunakan beban ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu.

88 67 Dari Gambar menunjukan bahwa tegangan menggunakan beban dari ketiga jenis kulit singkong tidak berbeda jauh, tegangan diawal pengukuran kulit Singkong Putih sebesar 2,61 V, kulit Singkong IR didapatkan tegangan sebesar 2,61 V, sedangkan Singkong Bassiro sebesar 2,60 V. Penurunan dari ketiga jenis kulit singkong pun cukup stabil tidak jau berbeda dari awal pengukuran. c. Perbandingan Arus Listrik Ketiga Jenis Kulit Singkong Karakteristik keketiga yang diukur yaitu pengukuran arus listrik dari kulit singkong. Mengukur karakteristik elektrik arus listrik yang dihasilkan kulit singkong dilakukan dengan cara membarikan beban LED 1,2 watt. Perbandingan arus listrik yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong tersebut seperti yang ditunjukan pada Tabel Tabel Perbandingan Karakteristik Elektrik Arus Listrik Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III). No. Waktu I II III (Jam) I (ma) I (ma) I (ma)

89 Arus (ma) 68 Hubungan antara arus listrik ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar I (Singkong Putih) I (Singkong IR) I (Singkong Bassiro) Waktu (Jam) Gambar Grafik hubungan antara arus listrik ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu. Dari Gambar menunjukan bahwa arus listrik yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong berbeda-beda. Arus diawal pengukuran pada Singkong Putih didapatkan arus sebesar 1,18 ma, Singkong IR sebesar 2,87 ma, sedangkan pada Singkong Bassiro didapatkan arus sebesar 2,04 ma. Penurunan arus terbesar yaitu dari jam ke-0 sampai jam ke-2, penurunan arus lebih cepat karena selama pengujian elektrolit yang digunakan lebih cepat mengalami penurunan ionisasi artinya ion-ion pada elektrolit sudah tidak mampu secara maksimal menghantarkan arus listrik dari kedua elektroda hingga titik stabilnya. Selanjutnya dari jam ke-2 sampai jam ke-24 arus mengalami penurunan yang cukup stabil.

90 69 d. Perbandingan Daya Listrik Ketiga Jenis Kulit Singkong Setelah didapatkan ketiga karakteristik elektrik dari kulit singkong yaitu tegangan saat beban dilepas, tegangan saat menggunkan beban dan arus, selanjutnya menentukan karakteristik elektrik daya (P). untuk mengetahui karakteristik elektrik daya dari kulit singkong tersebut yaitu dengan cara mengalikan antara tegangan saat menggunakan beban dengan arus atau menggunakan persamaan 4.1. Hasil dari daya pada masing masing jenis kulit singkong lalu dibandingkan. Perbandingan daya yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong tersebut seperti yang ditunjukan pada Tabel Tabel Perbandingan Karakteristik Elektrik Daya Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III). No. Waktu I II III (Jam) P (mw) P (mw) P (mw) Hubungan antara daya ketiga jenis kulit singkong yang dihasilkan terhadap waktu dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.14.

91 Daya (mw) P (Singkong Putih) P (Singkong IR) P (Singkong Bassiro) Waktu (Jam) Gambar Grafik hubungan antara daya ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu. Dari Gambar menunjukan bahwa daya yang didapatkan penurunan daya setiap jenis kulit singkong yang digunakan. Daya diawal pengukuran didapatkan pada Singkong Putih sebesar 3,09 mw, Singkong IR sebesar 7,50 mw, sedangkan pada Singkong Bassiro didapatkan daya sebesar 5,29 mw. Semakin lama kulit singkong diuji maka karakteristik elektrik yang dihasilkan akan semakin menurun, Penurunan daya yang dihasilkan selama pengujian terjadi karena elektrolit yang digunakan sudah mengalami penurunan ionisasi artinya ion-ion pada elektrolit sudah tidak mampu secara maksimal menghantarkan arus listrik dari kedua elektroda. Penurunan daya terbesar yaitu dari jam ke-0 sampai jam ke-2. Sedangkan pada jam selanjutnya penurunan cukup stabil.

92 71 e. Perbandingan Hambatan Dalam Listrik Ketiga Jenis Kulit Singkong Selanjutnya menentukan karakteristik elektrik hambatan dalam (R in ) dari sel kulit singkong tersebut, yang dihasilkan dengan menggunakan persamaan 4.2. Perbandingan R in yang dihasilkan ketiga jenis kulit singkong tersebut seperti yang ditunjukan pada Tabel Tabel Perbandingan Karakteristik Elektrik R in Pada Kulit Singkong Putih (I), Singkong IR (II) dan Singkong Bassiro (III). No. Waktu I II III (Jam) R in (kω) R in (kω) R in (kω) Hubungan antara R in ketiga jenis kulit singkong yang dihasilkan terhadap waktu dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar 4.15.

93 Hambatan (kω) Rin (Singkong Putih) Rin (Singkong IR) Rin (Singkong Bassiro) Waktu (Jam) Gambar Grafik hubungan antara hambatan dalam ketiga jenis kulit singkong terhadap waktu. Dari Gambar menunjukan bahwa daya yang didapatkan peningkatan R in setiap jenis kulit singkong yang digunakan. R in diawal pengukuran didapatkan pada Singkong Putih sebesar 8,26 kω, Singkong IR sebesar 4,09 kω, sedangkan pada Singkong Bassiro sebesar 5,51 kω. Semakin besar R in maka akan membuat karakteristik elektrik seperti V bl, V b, I dan P pada kulit singkong menurun. 5. Analisis Penggunan Kulit Singkong Untuk Mengisi Baterai Handphone. Hasil pengujian karakteristik elektrik ketiga jenis singkong yaitu Singkong Putih, Singkong IR dan Singkong Bassiro, menunjukan perbedaan nilai karakteristik elektrik yang dihasilkan. Nilai besaran elektrik yang dihasilkan kulit singkong dari ketiga pengujian menghasilkan nilai perbandingan tegangan saat beban dilepas, tegangan menggunakan beban, arus, dan daya

94 73 serta hambatan dalam. Hasil dari karakteristik elektrik dari kulit singkong didapatkan nilai karakteristik elektrik terbaik yaitu kulit Singkong IR dengan hasil tegangan saat beban dilepas terbesar dengan besar tegangan sebesar 14,36 V, arus listrik didapatkan sebesar 2,87 ma, dengan daya sebesar 7,50 mw dan juga mempunyai hambatan dalam terkecil yaitu sebesar 4,09 kω. Pengujian untuk mengisi baterai handphone diuji menggunakan beberapa metode, metode pertama menggunakan module step-down atau penstabil tegangan DC 5 V dengan IC 7805, metode kedua menggunakan module step-down atau penstabil tegangan USB DC 5 V, dan metode ketiga langsung menghubungkan kabel charger ke sel atau kotak yang terdapat sepasang elektroda yang telah berisi pasta kulit singkong. Pengujian menggunakan IC 7805 dengan cara menghubungkan langsung keluaran dari sel atau kotak yang terdapat sepasang elektroda yang telah berisi pasta kulit singkong. Rangkaian module step-down menggunakan IC 7805 seperti yang ditunjukan pada gambar Gambar Gambar Rangkaian modul step-down menggunakan IC 7805

95 74 Pada Gambar menunjukan sebuah rangkaian sederhana menggunakan IC-7805, agar tegangan yang keluar tetap berada pada tegangan DC + 5 V. Rangkaian ini mengunakan kapasitor pada masukan dan keluarannya, agar tegangan yang dikeluarkanya lebih halus atau memperkecil noise dan agar tegangan yang masuk dan keluar lebih stabil. Saat menggunakan rangkaian ini tegangan yang masuk dari sel pasta kulit singkong menuju rangkaian sebesar 15 V dari sel yang berisi kulit singkong, dari kedua tegangan yang masuk kerangkaian hasil keluaran dari rangkaian tidak pada tegangan 5 V melainkan berada pada kisaran tegangan 2 V sampai 3 V dan arus yang dihasilkan pun menurun lebih kecil. Sehingga dari hasil keluaran rangkaian tidak bisa digunakan untuk mengisi battrai handphone karena tegangan masukan minimal untuk mengisi baterai handphone sebesar + 5 V. Pengujian menggunakan module step-down USB DC 5 V dengan cara menghubungkan langsung keluaran dari sel atau kotak yang terdapat sepasang elektroda yang telah berisi pasta kulit singkong. Rangkaian modul step-down USB DC 5 V seperti yang ditunjukan pada gambar Gambar Gambar Rangkaian modul step-down USB DC 5 V buatan Cina

96 75 Pada Gambar menunjukan gambar module step-down USB DC 5 V buatan Cina yang biasanya berada di toko elektronik. Modul step-down ini akan menurunkan tegangan dan menstabilkan tegangan pada + 5 V. Saat menggunakan modul ini tegangan yang masuk dari sel pasta kulit singkong menuju rangkaian sebesar 15 V dari sel yang berisi kulit singkong, dari kedua tegangan yang masuk kerangkaian hasil keluaran dari rangkaian tidak pada tegangan 5 V melainkan berada pada kisaran tegangan 2 V sampai 3 V dan arus yang dihasilkan pun menurun lebih kecil. Sehingga dari hasil keluaran rangkaian tidak bisa digunakan untuk mengisi baterai handphone karena tegangan masukan minimal untuk mengisi baterai handphone sebesar + 5 V. Pengujian selanjutnya langsung menghubungkan keluaran dari sel ke handphone seperti yang ditunjukan pada Gambar Gambar Rangkaian langsung terhubung ke handphone yang terdiri dari penjepit dan kabel penghubung (a), elektroda negatif (b), elektroda positif (c), pasta kulit singkong (d), jam (e), multimeter (f), handphone (g) dan proses pengisian (h).

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN Dari Asam Buah Menjadi Listrik Hasil teknologi ini merupakan pengembangan hasil penelitian dari Alexander Volta. Dari penelitian volta disebutkan bahwa jika suatu deretan

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hidrogen Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas Devi Yulianti, Amir Supriyanto dan Gurum Ahmad Pauzi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng

Lebih terperinci

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Retno Kusumawati Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas

Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 4, No. 02, Juli Tahun 2016 Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas Devi Yulianti, Amir Supriyanto dan Gurum Ahmad Pauzi Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.6 1. Polarisasi pada elemen volta terjadi akibat peristiwa... menempelnya gelembung H 2 pada lempeng Zn menempelnya

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

ANALISIS KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN LIMBAH BUAH DAN SAYURAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIO-BATERAI

ANALISIS KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN LIMBAH BUAH DAN SAYURAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIO-BATERAI ANALISIS KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN LIMBAH BUAH DAN SAYURAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIO-BATERAI SKRIPSI Oleh Wira Dian Jauharah NIM 081810201021 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS SEBAGAI SUMBER ENERGI Oleh: Ni Made Ayu Yasmitha Andewi 3307.100.021 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.Ir. Wahyono Hadi, M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Sumber Arus Listrik. menjelaskan. Macam-macam Sumber Tegangan.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Sumber Arus Listrik. menjelaskan. Macam-macam Sumber Tegangan. Bab 10 Sumber Arus Listrik Andi seorang pelajar kelas tiga SMP yang baru naik dari kelas dua. Pada suatu hari Andi bersama teman sekelasnya dibimbing oleh guru pengajar Fisika melakukan praktikum di laboratorium

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SEL VOLTA SEDERHANA 17 September 2016 1. TUJUAN Membuat baterai sederhana yang menghasilkan arus listrik 2. LANDASAN TEORI Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik

Lebih terperinci

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan: KIMIA KELAS XII IPA KURIKULUM GABUNGAN 06 Sesi NGAN Review I Kita telah mempelajari sifat koligatif, reaksi redoks, dan sel volta pada sesi 5. Pada sesi keenam ini, kita akan mereview kelima sesi yang

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8 BAB 8 BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8.5 SEL ACCU DAN BAHAN BAKAR 8.6 KOROSI DAN PENCEGAHANNYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I Soal No.1 Diketahui potensial elektrode perak dan tembaga sebagai berikut Ag + + e Ag E o = +0.80 V a. Tulislah diagram sel volta yang dapat disusun dari kedua

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

EFEK VARIASI BAHAN ELEKTRODA SERTA VARIASI JARAK ANTAR ELEKTRODA TERHADAP KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN OLEH LIMBAH BUAH JERUK (Citrus sp.

EFEK VARIASI BAHAN ELEKTRODA SERTA VARIASI JARAK ANTAR ELEKTRODA TERHADAP KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN OLEH LIMBAH BUAH JERUK (Citrus sp. EFEK VARIASI BAHAN ELEKTRODA SERTA VARIASI JARAK ANTAR ELEKTRODA TERHADAP KELISTRIKAN YANG DIHASILKAN OLEH LIMBAH BUAH JERUK (Citrus sp.) SKRIPSI Oleh Aisiyah Noor Imamah NIM 081810201010 JURUSAN FISIKA

Lebih terperinci

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A Selesaikan dengan cara!!! 1. Reduksi 1 mol ion SO 4 2- menjadi H 2S, memerlukan muatan listrik sebanyak A. 4 F D. 6 F B. 8F E. 16 F C. 20 F 2. Proses elektrolisis

Lebih terperinci

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA 2 REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA A. PENYETARAAN REAKSI REDOKS B. REAKSI REDOKS DALAM SEL ELEKTROKIMIA C. POTENSIAL ELEKTRODA POTENSIAL SEL DAN SEL VOLTA DALAM KEHIDUPAN D. REAKSI REDOKS DITINJAU DARI HARGA

Lebih terperinci

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na.

Dalam 1 golongan dari atas ke bawah energi ionisasi bertambah kecil ionisasi K < ionisasi Na. 20 Soal + pembahasan. 1. Unsur-unsur golongan alkali disusun dengan meningkatnya nomor atom, yaitu : Li, Na, K, Rb dan Cs. Sifat-sifat golongan alkali yang betul adalah. A. sifat reduktor Na lebih kuat

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA REDOKS DAN ELEKTROKIMIA 1. Bilangan oksidasi dari unsur Mn pada senyawa KMnO4 adalah... A. +7 B. +6 C. +3 D. +2 E. +1 Jumlah bilangan oksidasi senyawa adalah nol, Kalium (K) mempunyai biloks +1 karena

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Pembahasan Soal-soal Try Out Neutron, Sabtu tanggal 16 Oktober 2010

Pembahasan Soal-soal Try Out Neutron, Sabtu tanggal 16 Oktober 2010 Pembahasan Soal-soal Try Out Neutron, Sabtu tanggal 16 Oktober 2010 26. Diketahui lambing unsur Fe, maka jumlah p +, e - dan n o dalam ion Fe 3+ adalah.... Jawab :, Fe 3+ + 3e - Fe [ 18 Ar] 4s 2 3d 6 [

Lebih terperinci

REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd REDOKS DAN SEL ELEKTROKIMIA Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id PENYETARAN REAKSI REDOKS Dalam menyetarakan reaksi redoks JUMLAH ATOM dan MUATAN harus sama Metode ½ Reaksi Langkah-langkah:

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

DESAIN DAN REALISASI AKUMULATOR ELEKTROLIT AIR LAUT DENGAN PENAMBAHAN SODIUM BICARBONATE (NaHCO3) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF.

DESAIN DAN REALISASI AKUMULATOR ELEKTROLIT AIR LAUT DENGAN PENAMBAHAN SODIUM BICARBONATE (NaHCO3) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF. DESAIN DAN REALISASI AKUMULATOR ELEKTROLIT AIR LAUT DENGAN PENAMBAHAN SODIUM BICARBONATE (NaHCO3) SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF (Skripsi) Oleh Randha Kentama Arwaditha JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROKIMIA

MODUL SEL ELEKTROKIMIA MODUL SEL ELEKTROKIMIA ( Sel Volta dan Sel Galvani ) Standar Kompetensi: 2.Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.1.

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

II Reaksi Redoks dan Elektrokimia

II Reaksi Redoks dan Elektrokimia Bab II Reaksi Redoks dan Elektrokimia Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menyetarakan reaksi redoks, menyusun dan menerapkan sel volta dan sel elektrolisis, serta memahami dan mencegah

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS Oleh : Anna Kristina Halim (02) Ardi Herdiana (04) Emma Ayu Lirani (11) Lina Widyastiti (14) Trisna Dewi (23) KELAS XII IA6 SMA NEGERI 1 SINGARAJA 2011/2012 BAB

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Laporan Hasil Pengamatan Praktikum Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit Standard BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Laporan Hasil Uji daya hantar listrik pada larutan elektrolit dan non elektrolit 1.2 Latar

Lebih terperinci

ANALISIS JERUK DAN KULIT JERUK SEBAGAI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP KELISTRIKAN SEL VOLTA. (Skripsi) Oleh SUCI ASMARANI

ANALISIS JERUK DAN KULIT JERUK SEBAGAI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP KELISTRIKAN SEL VOLTA. (Skripsi) Oleh SUCI ASMARANI ANALISIS JERUK DAN KULIT JERUK SEBAGAI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP KELISTRIKAN SEL VOLTA (Skripsi) Oleh SUCI ASMARANI 1017041043 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT STANDAR KOMPETENSI 3 : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 3.1 : Menyelidiki daya hantar listrik berbagai

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi A. PILIHAN GANDA 1. Molekul oksigen atau O2 merupakan lambang dari partikel a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur 2. Di antara zat berikut yang merupakan unsur ialah... a. Air

Lebih terperinci

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Pembuatan Larutan CuSO 4 Widya Kusumaningrum (1112016200005), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

2. Logam Mg dapat digunakan sebagai pelindung katodik terhadap logam Fe. SEBAB Logam Mg letaknya disebelah kanan Fe dalam deret volta.

2. Logam Mg dapat digunakan sebagai pelindung katodik terhadap logam Fe. SEBAB Logam Mg letaknya disebelah kanan Fe dalam deret volta. ELEKTROKIMIA 1. Pada elektrolisis Al2O3 (pengolahan Aluminium) sebanyak 102 kg dihasilkan Al. (Al = 27, O =16) A. 102 kg D. 30 kg B. 80 kg E. 12 kg C. 54 kg Al2O3 102 kg = 102000 gram 1 mol Al2O3 dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

- - SUMBER ARUS LISTRIK

- - SUMBER ARUS LISTRIK - - SUMBER ARUS LISTRIK - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl3arus Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Laporan Praktikum Kimia Dasar II Daya Hantar Listrik Larutan Elektrolit Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II SEL GALVANI Tanggal : 06 April 2014 Oleh : Kelompok 3 Kloter 1 1. Mirrah Aghnia N. (1113016200055) 2. Fitria Kusuma Wardani (1113016200060) 3. Intan Muthiah Afifah (1113016200061)

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL SEL ELEKTROLISIS MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks

ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Potensial Listrik dan Reaksi Redoks Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Elektrokimia? Hukum Faraday : The amount of a substance produced or consumed in an electrolysis reaction is directly proportional to the quantity of electricity that flows through the circuit.

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

D. 3 dan 4 E. 1 dan 5

D. 3 dan 4 E. 1 dan 5 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20 elektron dan 20 netron 2. 10 elektron dan 12 netron 3. 15 proton dan 16 netron 4. 20 netron dan 19 proton 5. 12 proton dan 12 netron Yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA Disusun Oleh : Kelompok 3 Kelas C Affananda Taufik (1307122779) Yunus Olivia Novanto (1307113226) Adela Shofia Addabsi (1307114569) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL 11 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

SOAL Latihan ELEKTROKIMIA dan ELEKTROLISA

SOAL Latihan ELEKTROKIMIA dan ELEKTROLISA SOAL Latihan ELEKTROKIMIA dan ELEKTROLISA 1. Tulis persamaan molekul yang seimbang untuk reaksi antara KMnO 4 dan KI dalam larutan basa. Kerangka reaksi ionnya adalah MnO 4 (aq) + I 2 (aq) MnO 4 2 (aq)

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

4. Sebanyak 3 gram glukosa dimasukkan ke dalam 36 gram air akan diperoleh fraksi mol urea sebesar.

4. Sebanyak 3 gram glukosa dimasukkan ke dalam 36 gram air akan diperoleh fraksi mol urea sebesar. LATIHAN ULUM 1. Sebutkan kegunaan dari sifat koligarif larutan. 2. Sebanyak 27 gram urea ditimbang dan dimasukkan ke dalam 500 gram. Berapakah molalitas larutan yang terjadi?. 3. Apa definisi dari 4. Sebanyak

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. KIMIA DASAR I PERTEMUAN 1 Tujuan Perkuliahan: Setelah proses pembelajaran ini selesai, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari larutan beserta contohnya. 2. Menjelaskan perbedaan larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elektrolisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan

Lebih terperinci

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA BAB 2 REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA paku air atau uap air O 2 karat besi Gambar 2.1 Proses perkaratan besi Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan Pada pelajaran bab kedua ini, akan dipelajari tentang

Lebih terperinci

DESAIN DAN APLIKASI SISTEM ELEKTRIK BERBASIS ELEKTROLIT AIR LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ENERGY) (Skripsi)

DESAIN DAN APLIKASI SISTEM ELEKTRIK BERBASIS ELEKTROLIT AIR LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ENERGY) (Skripsi) DESAIN DAN APLIKASI SISTEM ELEKTRIK BERBASIS ELEKTROLIT AIR LAUT SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE ENERGY) (Skripsi) Oleh Jovizal Aristian JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) SEBAGAI SUMBER ENERGI DALAM SEL GALVANI

BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) SEBAGAI SUMBER ENERGI DALAM SEL GALVANI p-issn: 2087-9946 e-issn: 2477-1775 http://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) SEBAGAI SUMBER ENERGI DALAM SEL GALVANI BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi) AS ENERGY SOURCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KIMIA KELAS XII

LATIHAN SOAL KIMIA KELAS XII LATIHAN SOAL KIMIA KELAS XII 1. Suatu larutan diperoleh dari melarutkan 6 gram urea (Mr= 60) dalam 1 liter air. Larutan yang lain diperoleh dari melarutkan 18 gram glukosa (Mr = 180) dalam 1 liter air.

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM

PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN IV ANODASI ALUMINIUM NAMA : RACHMA SURYA M NIM : H311 12 267 KELOMPOK/REGU : III (TIGA)/VII (TUJUH) HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU/23 OKTOBER 2013 ASISTEN : HASMINISARI

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2 SIMULASI UJIAN NASIONAL 2. Diketahui nomor atom dan nomor massa dari atom X adalah 29 dan 63. Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam ion X 2+ (A) 29, 27, dan 63 (B) 29, 29, dan 34 (C) 29, 27, dan 34

Lebih terperinci