OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok ENDRI ZUNAIDI RITONGA A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 i

2 RINGKASAN ENDRI ZUNAIDI RITONGA. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya. Rata-rata kontribusi daging ayam ras di Indonesia sebesar 43 persen per tahun. Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Kelompok Bina Usahatani Muslim menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan besar. Sedangkan KBTM merupakan peternak berskala besar dengan kapasitas produksi ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam sampai dengan 4000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan beberapa permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras ii

3 pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok. Program linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian rupa sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linier. Hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan sebesar Rp atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian. Kendalan pakan, batu bara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta tempat pakan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari nol. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas hasil optimalisasi dari perhitungan LINDO digunakan untuk mengetahui kendala aktif yang terdapat pada hasil perhitungan. Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya dikurangi nilainya adalah penggunaan VOD. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah penggunaan DOC serta ketersediaan lahan dan kandang. Lokasi kandang Cilodong merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya iii

4 produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua merupakan lokasi terbaik dalam hal perolehan keuntungan per ekor dibandingkan lokasi kandang lainnya. Nilai keuntungan per ekor yang diperoleh lokasi kandang Kelapa Dua mencapai Rp Lokasi kandang yang penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut dengan biaya produksi per ekor mencapai Rp , dengan keuntungan per ekor sebesar Rp 507. Lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang keuntungan per ekornya terkecil dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya. Skenario I diperoleh dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan pada tingkat inflasi rata-rata pada tahun Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun 20 persen sebesar Rp Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di perusahaan peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen menyebabkan keuntungan yang diperoleh KBTM turun sebesar 41,97 persen, sedangkan penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen. iv

5 Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya tidak melakukan produksi di lokasi kandang Cilebut dan Pemda. Jika tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut, KBTM akan menerima kerugian. Sebaiknya KBTM melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi terutama penggunaan pakan, karena pada kondisi aktual kelebihan ketersediaan pakan mencapai 20 persen. Kelebihan ketersedian pakan tersebut akan meningkatkan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil. Selain itu penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kinerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya memiliki pemasok DOC yang tetap, sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Sehingga DOC tidak menjadi faktor produksi langka bagi KBTM. Hal tersebut juga dapat menghindarkan KBTM menerima DOC berkualitas tidak baik. Karena DOC berkualitas tidak baik dapat menyebabkan tingginya konversi pakan dan mortalitas yang tinggi selama periode pemeliharaan. Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya menambah jumlah kandang, sehingga jumlah ayam yang dipelihara semakin banyak. Penambahan jumlah kandang dan ayam yang dipelihara akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diterima KBTM. v

6 OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok Oleh ENDRI ZUNAIDI RITONGA A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 vi

7 Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAG KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Nama : Endri Zunaidi Ritonga NRP : A Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP Tanggal Lulus Ujian : 16 September 2008 vii

8 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) DESA CILODONG, DEPOK BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Oktober 2008 Endri Zunaidi Ritonga A viii

9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Lomba Bidang, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tanggal 22 September 1982 sebagai anak pertama dari 5 bersaudara pasangan Nukman Ritonga dan Patimah. Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN No Pinang Awan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Mts. Irsyadul Islamiyah, Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu, dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 5 (Plus) Rantauprapat, Labuhan Batu. Selepas SMU tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dengan Program Studi Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ix

10 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi tentang optimalisasi keuntungan dengan faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di peternakan ayam ras pedaging KBTM Desa Cilodong Kecamatan Sukmajaya Depok Jawa Barat selama bulan Mei sampai September Sumbangsih karya ilmiah berupa skripsi ini seperti setitik kristal garam di lautan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak yang memerlukan. Amin. Bogor, Oktober 2008 Penulis i

11 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya pada : 1. Orang tua terkasih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi serta kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc selaku Dosen Pembimbing atas pengarahan dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi. 3. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi. 4. Eva Yolinda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 5. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang memberikan masukan berharga untuk penyempurnaan proposal penelitian. 6. Tintin Sarianti, SP yang memberikan kritik dan saran berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 7. Shilvia Agung Dhiany selaku pembahas seminar yang memberikan kritik dan saran berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 8. Adik-adikku tercinta, Umar, Pia, Idar dan Aida dan tulangku Togar yang menjadi inspirasiku dalam segala hal. ii

12 9. Ira, teman spesial yang selalu menemani, memberikan semangat dan memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Tanpamu aku tiada berarti. 10. Ummi, Imam atas dukungan dan motivasi selama ini dan membuat keadaan refresh. 11. Dodi, Manman, Dewi atas dukungan dan bersedia hadir pada saat seminar. 12. Teman-teman terbaikku di ekstensi Okta, Inda, Iwan dan semua teman angkatan 12 yang selalu memburu waktu seminarku. 13. Mba Rahmi, Mba Nur, Mba Maya serta segenap staf Proemas yang tanpa lelah membantu kelancaran administrasi perkuliahan. 14. Mas Larno atas saran dan informasi-informasi yang diberikan tentang beternak ayam ras pedaging 15. Bapak H. Ade, Mas Arif dan Mas Jajat dan seluruh staf di KBTM atas kesediaannya meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan rencana. iii

13 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... i ii iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ayam Ras Pedaging Faktor-faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging DOC (Day Old Chick) Pakan Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan Tenaga Kerja Kandang Penelitian Terdahulu... 9 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi Biaya Produksi iv

14 Permintaan Input Penawaran Output Maksimisasi Laba Optimalisasi Riset Operasi Program Linier Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Responden Metode Pengolahan Data Menentukan Koefisien Teknis Penerimaan Usaha Peternakan KBTM Biaya Produksi Keuntungan Usaha Peternakan KBTM Menentukan Fungsi Tujuan Analisis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Perusahaan Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging Penggunaan Input-input Produksi Faktor Produksi Tetap Faktor Produksi Variabel Biaya Penerimaan Keuntungan Hasil Optimalisasi Tingkat Keuntungan pada Kondisi Optimal Tingkat Penggunaan Input-input Produksi pada Kondisi Optimal Analisis Sensitivitas v

15 5.8. Analisis Post Optimal Skenario I Skenario II BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

16 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk Indonesia Tahun Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Januari 2007 Sampai April Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Penggunaan Obata-obatan, Batu bara, Sekam di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Total Produksi, Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode Total Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Keuntungan per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Faktor-faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Analsis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Analisis Sensitivitas Fungsi Kendala Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim vii

17 16 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario I Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario II viii

18 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Kurva Kemungkinan Produksi dan Isirevenue Kurva Produksi Minimisasi Biaya Produksi Kurva Permintaan Kurva Penawaran Laba Maksimum Kerangka Pemikiran Operasional Bagan Organisasi Kelompok Bina Usahatani Muslim Grafik Penerimaan Setiap Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ix

19 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Keuntungan Aktual dan Optimal Setiap Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging per Periode Model yang Digunakan dalam Optimalisasi Hasil Optimalisasi Model Optimalisasi Skenario I Hasil Optimalisasi skenario I Model Optimalisasi Skenario II Hasil Optimalisasi Skenario II x

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat kontribusi produksi daging dari berbagai jenis ternak terhadap produksi daging nasional. Rata-rata kontribusi daging ayam ras 43 persen per tahun, dan merupakan kontribusi tertinggi dibandingkan kontribusi produksi daging ternak lainnya. Kemudian kontribusi terbesar kedua adalah produksi daging sapi. Tabel 1. Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun Produksi Daging Ternak Jenis Ternak Tahun Tahun Tahun Tahun * (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton) Ayam Buras 296,42 301,42 341,25 349,02 Ayam Ras Pedaging 846,09 779,10 861,26 918,48 Ayam Ras Petelur 48,40 45,19 57,63 63,47 Babi 194,67 173,69 195,99 198,88 Domba 66,10 47,30 75,18 84,76 Itik 22,21 21,35 24,53 25,26 Kerbau 40,24 38,10 43,89 45,95 Kuda 1,56 1,59 2,27 2,32 Sapi 447,57 358,70 395,84 418,21 Total 1963, , , ,35 Keterangan : * Angka sementara Sumber : Departemen Pertanian Tahun 2007 Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari sisi konsumsi yang ditunjukkan oleh Tabel 2. 1

21 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk Indonesia Tahun Tahun Jumlah Penduduk Konsumsi Daging Ayam Pertumbuhan (ribu orang) (ribu ton) (%) , ,55 18, ,57 14, ,52 2, ,94 12, ,28 0,54 Sumber : Maret 2007 Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Konsumsi terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 1 365,28 ribu ton dengan produksi 779,10 ribu ton. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut Wayan (2001), faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan peternakan ayam ras pedaging adalah : day old chick (doc), pakan, tenaga kerja, vaksin, obat-obatan, kandang, peralatan, energi dan pemeliharaan. Penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal akan menghasilkan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian mengenai optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi sangat diperlukan Perumusan Masalah Usaha peternakan ayam ras pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) merupakan salah satu dari peternakan ayam ras pedaging di Indonesia yang menghasilkan daging. Peternakan KBTM mempunyai kandang yang tersebar di beberapa lokasi di daerah Depok. 2

22 Kelompok Bina Usahatani Muslim menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Januari 2007 Sampai April 2008 Harga Jual Penerimaan Pertumbuhan Pertumbuhan Tahun Rata-rata Periode (Rp) (%) (%) (Rp/kg) I II , ,81 III , ,61 IV , ,96 V , ,96 VI , ,53 VII , ,57 I , ,06 II , III , Sumber : Laporan Produksi KBTM, Tabel 3 menjelaskan perubahan harga jual terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa perubahan harga jual ayam ras pedaging berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Penurunan harga jual sebesar 9,53 persen mengakibatkan penerimaan turun sebesar 9,92 persen. Tujuan memaksimumkan keuntungan dapat dicapai jika pihak peternakan KBTM mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan perusahaan. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor 3

23 produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam sampai dengan ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal. Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan beberapa permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi usaha budidaya ayam ras pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal. 2. Menganalisis pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal. 4

24 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan keuntungan dapat ditingkatkan. 2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang pendidikan tentang penggunaan metode program linear dalam suatu penelitian. 3. Memberikan informasi bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan KBTM. 5

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ayam Ras Pedaging Menurut Fadilah et al. (2007) usaha peternakan ayam ras pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan atau peternak besar) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut : 1. Skala kecil (peternakan rakyat) Jumlah ayam yang dibudidayakan sampai dengan ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar, kepemilikan bersifat perseorangan. 2. Skala sedang (peternak mapan) Jumlah ayam yang dipelihara sampai dengan ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini masih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum. 3. Skala besar (skala perusahaan) Peternakan ini sudah bernaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dari Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan. 6

26 2.2. Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging Day Old Chick (DOC) Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003) dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan. Selain itu, keteresediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak yang akan dilakukan. Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003). Menurut Rasyaf (2003), hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan purna jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan purna jual melalui pelayanan teknis Pakan Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai persen dari total biaya produksi. Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging. 7

27 Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi (Fadilah et al. 2007) Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak. Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan. Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program vaksin dilakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan. Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007). 8

28 Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak (Rasyaf, 2003). Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi (Imaduddin, 2001) Kandang Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Menurut Rahardi (2003) kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha Penelitian Terdahulu Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian 9

29 sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi. Penelitian Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan (starter dan finisher), tenaga kerja, OVK (obat, vitamin, vaksin), pemanas gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen. Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati (2006) menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken (PPC) belum optimal. Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar ekor, ekor, ekor, ekor, ekor dan ekor. Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I, II, III, IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal. 10

30 Berdasarkan penelitian Murni (2006) komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi. Murni (2006) dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan program linear menunjukkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh. Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp atau 0,75 persen. Penelitian Wayan (2001) menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di perusahaan CV. Pekerja Keras kurang optimal. Hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, menunjukkan bahwa pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp Sedangkan pada kondisi aktual, total keuntungan yang diperoleh CV. Pekerja Keras hanya mencapai Rp Oleh karena itu, keuntungan total masih dapat ditingkatkan sebesar Rp atau sebesar 28,11 persen. Penelitian Rostini (1993) menyimpulkan bahwa keuntungan total yang diterima oleh Perusahaan Subur Grup dari aktivitasnya di 14 buah farm budidaya ayam Final Stock (FS) broiler, masih dapat ditingkatkan. Peningkatan keuntungan tersebut sebesar Rp , atau sebesar 5,69 persen dari besar keuntungan total pada kondisi aktual yaitu Rp per tahun (1991). 11

31 Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu dilakukan dengan cara menurunkan harga jual ayam ras pedaging dan mengurangi penggunaan pakan atau disebut skenario. Penurunan harga tersebut berdasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun tersebut. Besar penurunan harga jual ayam ras pedaging antara 5-10%. Penelitian Ermayati (2006), skenario I dilakukan dengan cara menurunkan harga ayam ras pedaging sebesar sepuluh persen. Skenario I menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp Nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp Sehingga selisih dari kedua nilai tersebut adalah sebesar - Rp Sedangkan selisih antara kondisi optimal skenario I dengan kondisi aktual sebesar - Rp Skenario II dilakukan dengan mengurangi penggunaan pakan sebesar sepuluh persen. Skenario ini menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp Selisih skenario II dengan kondisi optimal awal sebesar - Rp Sedangkan selisih skenario II dengan kondisi aktual sebesar Rp Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, selisih antara keuntungan aktual dan optimal dari penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan Lampiran 1, terlihat bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging yang bersifat mandiri (Perusahaan Peternakan Ayam Ras Pedaging CV Pekerja Keras) memiliki persentase selisih antara keuntungan aktual dan 12

32 optimal yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alokasi sumberdaya usaha peternakan mandiri tidak optimal jika dibandingkan dengan peternakan yang bersifat kemitraan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada skala usahanya. Penelitian Wayan (2001) dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala kecil ( ekor per periode). Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala produksi per periode (skala sedang). Selain itu penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian Rostini (1993), Ermayati (2006) dan Murni (2006) dilakukan pada usaha peternakan dengan pola inti plasma. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging mandiri. 13

33 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi Produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Produksi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengubah input atau sumberdaya menjadi output (barang dan jasa). Lipsey et al. (1995) mengungkapkan bahwa perusahaan mengkombinasikan (bauran) berbagai input untuk menghasilkan output disebut sebagai fungsi produksi. Menurut Herlambang (2002) fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara jumlah ouput maksimum yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input. Perusahaan hanya dapat berproduksi pada batasan tertentu (batas kemungkinan produksi). Menurut Nicholson (2002), batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) menunjukkan berbagai variasi jumlah dua barang atau lebih yang dapat diproduksi dari sumberdaya yang terbatas. Batas kemungkinan produksi merupakan pengingat kenyataan ekonomi yang mendasar, bahwa dengan jumlah sumberdaya yang terbatas tidak mungkin memproduksi seluruh jenis barang yang kita inginkan. Selain itu batas kemungkinan produksi menunjukkan adanya biaya imbangan (opportunity cost). Opportunity cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak. Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan (choise) dan biaya imbangan (opportunity cost). Kelangkaan bermakna bahwa perusahaan 14

34 harus menetapkan pilihan berapa banyak barang yang diproduksi untuk setiap jenisnya. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari beberapa titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Biaya imbangan merupakan biaya dari barang yang diukur dengan hilangnya alternatif penggunaan yang dikorbankan karena memproduksi suatu barang. Kelangkaan mengharuskan perusahaan membuat pilihan, dan pilihan tersebut merupakan biaya. Kurva batas kemungkinan produksi dapat dilihat pada Gambar 1. Y A a E b O B TR 1 TR 2 X Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi dan Isorevenue Sumber : Lipsey et al Sepanjang garis kurva pada Gambar 1 menunjukkan kombinasikombinasi produksi yang dapat dicapai, jika perusahaan memanfaatkan sumberdaya secara efisien ditunjukkan oleh daerah OAEB. Batas kemungkinan produksi yang membatasi antara kombinasi produk yang dapat dicapai dengan yang tidak dapat dicapai, diperlihatkan oleh kurva AEB. Kombinasi produksi X dan Y yang menghasilkan penerimaan yang sama digambarkan dengan kurva isorevenue, ditunjukkan oleh kurva TR 1 dan TR 2. Penerimaan maksimum perusahaan dicapai pada titik E. Jika 15

35 perusahaan berproduksi pada titik a dan b, maka kombinasi X dan Y menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pada titik E dengan jumlah output yang sama. Dengan demikian penerimaan tertinggi dicapai ketika kurva isorevenue bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Hubungan antara output dengan input digambarkan dalam fungsi produksi seperti pada Gambar 2. Menurut Doll and Orazem (1984) fungsi produksi dibedakan menjadi tiga daerah berdasarkan elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi. Kurva ini memperlihatkan produk total yang naik secara stabil dengan laju yang semakin meningkat, kemudian semakin berkurang. Titik produktivitas tertinggi tenaga kerja dalam menghasilkan output dicapai pada saat q*. Produksi rata-rata pada titik ini sama dengan produksi marjinal. Jika perusahaan berproduksi lebih kecil dari q* (q 1 ), tambahan unit tenaga kerja mengakibatkan penambahan jumlah produksi yang lebih besar (elastisitas produksi lebih besar satu). Sedangkan penambahan tenaga kerja akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih sedikit, jika perusahaan berproduksi lebih besar dari q* (q 2 ). Pada saat q* perusahaan mencapai tingkat produksi tertinggi. 16

36 Produksi per unit TK PT Kuantitas TK Produksi per unit TK I II III PR q1 q* q2 Kuantitas TK Gambar 2. Kurva Produksi Sumber : Lipsey et al PM Biaya Produksi Biaya produksi menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan memilih input-input yang akan diproduksi pada tingkat output tertentu dengan biaya semurah mungkin. Karena input tidak gratis, semakin banyak output diproduksi semakin banyak pula input yang diperlukan, sehingga biaya produksi semakin besar. 17

37 Jika diasumsikan pakan dan DOC sebagai dua input untuk memproduksi ayam ras pedaging, maka total biaya produksi adalah penjumlahan pengeluaran untuk kedua input tersebut. Menurut Nicholson (2002) untuk meminimumkan biaya produksi, perusahaan seharusnya memilih sebuah titik pada isoquant yang memiliki biaya paling murah. Artinya, perlu mencari seluruh kemungkinan kombinasi input untuk mendapatkan kombinasi harga yang termurah. Kombinasi input termurah dapat dicapai ketika tingkat substitusi marjinal dari tenaga untuk bahan sama dengan rasio input. Prinsip minimisasi biaya diperlihatkan pada Gambar 3. Isoquant q 1 menunjukkan seluruh kombinasi bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi q 1. Dua garis biaya total (TC) ditunjukkan pada Gambar 3 : TC 1 <TC 2. Berdasarkan gambar tersebut biaya total minimum untuk menghasilkan q 1 diberikan oleh TC 1. Jika perusahaan berproduksi di titik B, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar yaitu TC 2, sedangkan jika berproduksi di titik C, dihasilkan produksi yang lebih sedikit dengan biaya yang sama dengan titik A. Jadi biaya produksi minimum dicapai ketika kurva biaya total bersinggungan (tangent) dengan kurva isoquant (Nicholson, 2002). 18

38 TK TK 3 B TK 1 A TK 2 C TC 2 TC 1 q 1 Gambar 3. Minimisasi Biaya Produksi Sumber : Nicholson, 2002 BB Permintaan Input Jumlah input yang dibeli oleh peternakan ayam ras pedaging disebut juga jumlah yang diminta oleh peternakan ayam ras pedaging. Besarnya ditentukan oleh besarnya harga input tersebut, anggaran perusahaan, harga input lain. Permintaan input adalah permintaan turunan (derived demand) karena jumlahnya tergantung kepada kebutuhan untuk menghasilkan output. Jumlah input yang diminta berbanding lurus dengan jumlah permintaan output perusahaan. Permintaan input merupakan Nilai Produk Marjinal (NPM) dari input tersebut. Pada kondisi optimal, permintaan input dari suatu perusahaan ketika NPM sama dengan harga input tersebut. Jumlah input yang diminta pada setiap tingkat harga pasar dapat dilihat pada Gambar 4. Jika harga input turun dari p 1 ke p 2 maka besar permintaan input usaha peternakan ayam ras pedaging akan naik dari q 1 ke q 2, sebaliknya jika harga naik maka permintaan input menjadi turun. 19

39 Harga Input (P) p1 A p2 B q1 q2 Jumlah Input (Q) Penawaran Output Gambar 4. Kurva Permintaan Sumber Lipsey et al Banyaknya output yang dijual perusahaan disebut jumlah yang ditawarkan. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah kuantitas yang ditawarkan dengan harga. Suatu hipotesis menyatakan bahwa kebanyakan komoditi, kuantitas yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga, ceteris paribus. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Jika harga output naik dari p 1 ke p 2, maka kuantitas produk yang ditawarkan naik dari q 1 ke q 2. Sebaliknya jika harga turun maka kuantitas output yang ditawarkan turun dari q 2 ke q 1. 20

40 Harga Output (P) p2 B p1 A Maksimisasi Laba Gambar 5. Kurva Penawaran Sumber : Lipsey et al Jika tujuan perusahaan ingin mencapai laba ekonomi terbesar, secara definisi mereka berusaha membuat perbedaan sebesar mungkin antara penerimaan total dengan biaya ekonomi total. Tujuan tersebut dapat dicapai jika perusahaan membuat keputusan berdasarkan konsep marjinal. Laba tambahan (marjinal) dapat diperoleh dari penambahan produksi per unit atau penambahan penggunaan input produksi. Selama penambahan laba tersebut positif, maka perusahaan akan memutuskan untuk memproduksi tambahan output atau melakukan penambahan input produksi tersebut. Jika tambahan laba dari aktivitas produksi menjadi nol, perusahaan akan mempertahankan aktivitasnya, karena tidak lagi menguntungkan bila menambah produksi. Hubungan maksimalisasi laba dengan konsep marjinal dapat dilihat pada Gambar 6. q1 q2 Jumlah Output (Q) 21

41 Biaya/ Penerimaan Biaya (TC) Penerimaan (R) Laba Output per priode 0 q1 q* q2 Laba Output per priode Gambar 6. Laba Maksimum Sumber : Nicholson, 2002 Bila perusahaan memulai produksi ayam ras pedaging di bawah q*, peningkatan produksi ayam ras pedaging selanjutnya akan menghasilkan lebih banyak tambahan penerimaan daripada penambahan biaya untuk output tersebut. Jika perusahaan memutuskan untuk meningkatkan produksi ayam ras pedaging di atas q*, maka labanya akan bekurang. Tambahan penerimaan dari kenaikan output di atas titik q* akan segera menurun karena bertambahnya biaya yang terjadi karena ekspansi output itu. Perusahaan memperoleh laba maksimum, jika menghasilkan tingkat output pada saat penerimaan marjinal dari hasil tambahan penjualan satu unit outputnya sama dengan biaya marjinal untuk menghasilkan output tersebut (Nicholson, 2002). 22

42 Optimalisasi Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan alat yang penting untuk mengembangkan model-model yang mengasumsikan bahwa para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sedangkan meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya) yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala membagi solusi optimal menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya kendala) dan minimisasi kendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya kendala). Sedangkan optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan diabaikan sehingga penentuan nilai maksimum atau minimum tidak terbatas pada pilihan-pilihan yang tersedia Riset Operasi Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar manusia, mesin, saham dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan (Operational Research Society of Great Brtain dalam Mulyono, 1991). Menurut Churchman dan Arnoff dalam Mulyono (1991) riset operasi diartikan sebagai penerapan metode-metode, teknik-teknik, alat-alat terhadap masalah-masalah yang menyangkut operasi- 23

43 operasi dari sistem-sistem, sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyelesaian optimal Program Linear Menurut Buffa dan Sarin (1996) pemrograman linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling besaing sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linear (Mulyono, 1991). Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model program linear adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Tujuan adalah permasalahan yang dihadapi dan ingin dipecahkan serta dicari jalan keluarnya. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif berupa manfaat, keuntungan dan kebaikan yang ingin di maksimumkan atau dampak negatif yang ingin diminimumkan. 2. Alternatif pembanding Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin di bandingkan seperti biaya tertinggi dengan biaya terendah, permintaan tertinggi dengan permintaan terendah. 3. Sumberdaya Sumberdaya yang dianalisis harus ada dalam keadaan terbatas. Keterbatasan tersebut disebut sebagai kendala atau syarat ikatan. 4. Perumusan kuantitatif Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk model matematika. 24

44 5. Keterkaitan variabel Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus mempunyai hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan. Model dasar dari program linear dapat dirumuskan sebagai berikut: Maksimumkan (minimumkan) : Untuk Dengan syarat untuk semua dan semua Keterangan : X j : peubah pengambilan keputusan atau (yang ingin dicari: yang tidak diketahui) Z : nilai skalar ktriteria pengambilan keputusan ; suatu fungsi tujuan c j : parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan b i : sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan ; disebut pula konstanta atau nilai sebelah kanan dari kendala a ij : koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier 25

45 menjadi absah. Asumsi itu menuntut hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik. 1. Linearity Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi. 2. Proporsionalitas Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (x j ) berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (c j x j ) dan juga fungsi kendala (a ij x j ). 3. Additivitas Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (x j ) nilai total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan. 4. Divisibilitas Setiap kegiatan pemrograman linier dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (x j ) boleh integer dan non-integer. 5. Deterministik Semua parameter model (c j, a ij, dan b i ) diasumsikan diketahui konstan. Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian Kerangka Pemikiran Operasional Kelompok Bina Usahatani Muslim merupakan usaha peternakan ayam ras pedaging komersil yang mempunyai tujuan utama untuk memaksimumkan 26

46 keuntungan. Keuntungan maksimum dapat dicapai jika alokasi sumberdaya yang dimiliki digunakan dengan efisien. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi. Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi ekor per periode. Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam sampai dengan ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal. Pemecahan masalah optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan model program linear. Model program linear digunakan untuk mencari keuntungan maksimum yang mungkin dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan. Tahap berikutnya adalah analisis post optimal untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter-parameter yang dianalisis. 27

47 Analisis post optimal dilakukan dengan merubah harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan. Penurunan harga jual ayam ras pedaging didasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun Sedangkan nilai penurunan ketersediaan pakan didasarkan pada konversi pakan yang tinggi. Kemudian hasil analisis post optimal dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hasil dari analisis-analisis tersebut merupakan dasar bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan. 28

48 - Kontribusi produksi daging ayam terhadap produksi daging nasional - Konsumsi daging ayam ras tinggi - Peluang bagi peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya - Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging - Kelangkaan DOC - Penggunaan tenaga kerja berlebih Linear Programming Fungsi tujuan : Memaksimumkan Keuntungan Fungsi Kendala : DOC, pakan, vaksin dan obatobatan, sekam, minyak tanah, gas, kapasitas kandang, tenaga kerja Produksi Optimal Analisis Primal Analisis Dual Analisis Sensivitas Analisis Post Optimal Keputusan Tingkat Produksi Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional 29

49 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM). Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai September Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamat langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan dan petugas lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penjualan, pembelian dan lapora keuangan, hasil penelitian terdahulu serta literatur yang relevan. Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp) selama sepuluh periode dari lima lokasi kandang yang dimiliki KBTM. Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada lima lokasi kandang selama sepuluh periode. Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel. Input-input tetap terdiri dari biaya penggunaan lahan dan kandang (Rp) serta biaya penggunaan peralatan kandang (Rp). Sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah biaya DOC (Rp), pakan (Rp), tenaga kerja (Hari kerja Pria atau HKP), biaya vaksin, obat-obatan dan desinfektan (Rp), biaya sekam 30

50 (Rp), biaya batu bara (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama sepuluh periode sejak Januari 2007 sampai dengan April Metode Pengambilan Responden Responden sebagai sumber data adalah anak kandang, kepala kandang, tenaga kerja ahli, serta bagian keuangan. Anak kandang merupakan tenaga kerja yang bertangung jawab secara langsung terhadap pemeliharaan ayam. Kepala kandang merupakan tenaga kerja yang mengapalai anak kandang dan mengambil keputusan-keputusan penting tentang pemeliharaan ayam. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang, tenaga kerja ahli dan bagian keuangan. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di lima lokasi kandang yang dimiliki oleh KBTM lokasi kandang Cilodong, Kelapa Dua, Cilebut, Pemda dan Ciluar Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif solusi produksi yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah Menentukan Koefisien Teknis Data-data yang telah dikumpulkan, disusun dan disederhanakan untuk mempermudah pengolahan data. Koefisien teknis dicari dengan menganalisis alokasi penggunaan input-input produksi ayam pedaging oleh KBTM selama sepuluh periode pada tahun Data koefisien teknis digunakan untuk menentukan optimalisasi penggunaan input-input produksi 31

51 ayam ras pedaging untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh KBTM Penerimaan Usaha Peternakan KBTM Penerimaan usaha peternakan ayam ras pedaging KBTM merupakan penjumlahan dari penerimaan output utama. Penerimaan untuk setiap output merupakan hasil kali harga dengan jumlah masing-masing output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Dimana : : Penerimaan yang diterima oleh perusahaan dari setiap lokasi kandang selama tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Rata-rata harga jual ayam ras pedaging siap potong per kilogram pada tahun untuk setiap ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang (Rp/kg) : Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang pada tahun (kg/sepuluh periode/lokasi kandang) Biaya Produksi Biaya produksi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternakan ayam ras pedaging KBTM untuk penggunaan input-input produksi di setiap kandang selama periode tertentu. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan dari setiap biaya produksi di setiap kandang yang terdapat pada usaha ayam ras pedaging KBTM sebagai berikut : 32

52 Dimana : : Biaya produksi total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) Secara matematis biaya tetap dihitung dengan rumus di bawah ini : Dimana : : Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penggunaan lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penyusutan peralatan kandang yang dikeluarkan oleh peusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) Secara matematis biaya variabel dihitung dengan rumus di bawah ini : Dimana : : Biaya variabel total yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) 33

53 : Biaya pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya DOC yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya pemakaian batu bara yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya penggunaan sekam yang dikeluarkan oleh untuk setiap lokasi kandang pada tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) Keuntungan Usaha Peternakan KBTM Untuk memperoleh persamaan fungsi tujuan harus diketahui terlebih dahulu nilai keuntungan per ekor ayam ras pedaging (c j ) setiap kandang ayam ras pedaging yang dimiliki KBTM. Keuntungan dihitung dengan cara mengurangkan biaya produksi terhadap penerimaan setiap lokasi kandang, kemudian hasil pengurangan tersebut dibagi dengan jumlah output utama yaitu ayam ras pedaging. Secara matematis keuntungan per ekor tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dimana : : Rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging di setiap lokasi kandang milik perusahaan selama tahun (Rp/ekor) 34

54 : Penerimaan perusahaan dari setiap lokasi kandang ayam ras pedaging selama tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap lokasi kandang ayam ras pedaging selama tahun (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang) : Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap kandang ayam ras pedaging selama tahun (ekor/sepuluh periode/lokasi kandang) Menentukan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan dalam penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui tingkat produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi optimal sehingga keuntungan maksimum dapat dicapai. Kemudian, tahap berikutnya adalah penentuan fungsi pembatas atau kendala. Kendala yang digunakan dalam penyelesaian optimalisasi ini meliputi seluruh biaya untuk setiap penggunaan input produksi ayam ras pedaging di masing-masing lokasi kandang. Fungsi kendala ditentukan atas dasar keterbatasan perusahaan dalam menyediakan input untuk melakukan proses produksi. Secara matematis, model program linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pembatas : 35

55 Syarat : Keterangan : Z : Keuntungan total maksimum yang diterima oleh perusahaan dari hasil optimalisasi alokasi dan penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di lima lokasi kandang selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008) (Rp/sepuluh periode) c j x j : Keuntungan yang diterima oleh perusahaan dari lokasi kandang ke-j selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008) (Rp/sepuluh periode) c j : Rata-rata keuntungan per ekor ayam ras pedaging di masingmasing lokasi kandang ke-j mulai Januari 2007 sampai April 2008 (Rp/sepuluh periode) x j : Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang ke-j selama sepuluh periode (Januari 2007 sampai April 2008) j (1,2,..,5) : Lokasi kandang ayam ras pedaging mulai dari lokasi yang pertama sampai lokasi ke lima yang dimiliki KBTM. 36

56 : Koefisien penggunaan pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan DOC per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan VOD per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan sekam per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan batu bara per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tenaga kerja anak kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tenaga kerja ahli per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tempat pakan per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan tempat minum per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan induk pemanas (semawar) per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan brooder guard (pembatas) per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Koefisien penggunaan lahan dan kandang per ekor ayam ras pedaging di lokasi kandang ke-j pada tahun (Rp/ekor) : Jumlah biaya pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) 37

57 : Jumlah biaya DOC yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya VOD yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya sekam yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya batu bara yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya anak kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya tenaga kerja ahli yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya tempat pakan yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya tempat minum yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah induk pemanas yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya brooder guard yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) : Jumlah biaya lahan dan kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun (Rp/tahun) 4.5. Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasi menurut kegiatan-kegiatan untuk selanjutnya dianalisis. 38

58 Seluruh data yang dianalisis tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Sedangkan tujuan dari analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi : 1. Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan tujuan maksimal dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang ada. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara kombinasi aktivitas yang terbaik hasil perhitungan dengan aktivitas produksi yang dilakukan peternak. Hasil perbandingan tersebut akan memperlihatkan apakah aktivitas produksi aktual yang dilakukan oleh peternakan sudah optimal atau belum. Kegiatan yang tidak termasuk dalam skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. 2. Analisis Dual Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, dengan melihat slack/surplus dan nilai dualnya. Nilai dual (dual price/shadow price) menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual ini juga menunjukkan batas harga maksimum dari sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Sehingga nilai dual sangat berpengaruh pada keputusan pembelian sumberdaya. Analisis dual dapat membedakan sifat sumberdaya yang dimiliki oleh peternakan bersifat langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack/surplus = 0 dan nilai dual > 0, maka sumberdaya tersebut termasuk ke dalam sumberdaya yang bersifat langka (pembatas). Kemudian sumberdaya ini 39

59 masuk ke dalam kendala aktif yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Namun, apabila nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka sumberdaya tersebut masuk ke dalam sumberdaya yang berlebih (bukan pembatas). Selanjutnya sumberdaya ini termasuk ke dalam kendala tidak aktif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan. 3. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui parameter dalam model yang sangat sensitif dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) analisis sensitivitas nilainilai koefisien fungsi tujuan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. (2) analisis sensitivitas nilai ruas kanan right hand side (RHS) kendala. Analisis ini digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari RHS kendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Selang kepekaan pada analisis sensitivitas dapat dilihat pada batas maksimum dan minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai RHS pada hasil optimalisasi produksi. Allowable increase menggambarkan batas kenaikan yang diijinkan dari nilai kendala yang tidak mengubah solusi optimal. Sedangkan allowable decrease menunjukkan batas penurunan yang diijinkan dari nilai kendala solusi optimal tidak berubah. 4. Analisis post optimal Selain analisis primal, dual dan sensitivitas, penelitian ini juga melakukan analisis post optimal. Tujuan analisis ini digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat mempengaruhi solusi optimal versi awal. Pada analisis post optimal dilakukan bebarapa perubahan pada 40

60 penduga-penduga penting yang disebut skenario. Skenario I dilakukan dengan menurunkan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, karena pada kondisi aktual harga ayam ras pedaging berfluktuasi, dan sangat mempengaruhi penerimaan peternak. Penentuan nilai lima persen didasarkan pada tingkat inflasi yang terjadi pada tahun Skenario II dilakukan dengan menurunkan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, karena pada kondisi aktual penggunaan pakan berlebih terlihat dari nilai konversi pakan yang tinggi. 41

61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Perusahaan Kelompok Bina Usahatani Muslim merupakan suatu organisasi bisnis milik keluarga yang berlokasi di kawasan Cilodong Depok 2, Kemang Swatama Blok A3 Nomor 4. KBTM berdiri pada awal 1990-an. Unit bisnis yang dimilik KBTM meliputi bisnis ayam pedaging, telur ayam, sapi dan kambing, serta perikanan. Unit bisnis terbesar yang dimiliki KBTM saat ini menyangkut bisnis ayam baik ayam ras pedaging maupun ayam petelur. Produksi KBTM berupa ayam ras pedaging siap potong yang dijual kepada para tengkulak, yang lazim disebut sebagai penangkap. Selain itu KBTM juga mempunyai penangkap yang merupakan anak perusahaan, yaitu bernama PD (Perusahaan Dagang) Sari Rasa. Namun perlakuan KBTM kepada PD Sari Rasa sama dengan para penangkap lainnya yang juga berbentuk PD. Artinya KBTM tidak memberlakukan perlakuan khusus kepada PD Sari Rasa dalam hal prosedur jual beli dan harga jual. PD Sari Rasa tetap harus membayar harga yang ditetapkan sama dengan para penangkap lain. Selain itu KBTM tidak terikat kontrak dengan PD Sari Rasa. Dengan demikian KBTM bebas menjual ayam ras pedaging ke pihak lain dan tidak perlu menyediakan pasokan khusus untuk PD Sari Rasa. Usaha peternakan ayam ras pedaging yang dimiliki KBTM telah terdaftar resmi dalam GOPAN (Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nusantara) dibawah naungan Departemen Pertanian. Adapun anggota GOPAN tersebut antara lain Pitiekoe, Tunas Mekar Farm (TMF) Perdana Putera Chicken (PPC), Berkah Putra Chicken (BPC), Soma Unggas Jaya, Ranggalawe Farm, Danish Farm, 42

62 Purnama Farm. Kedelapan peternakan ini sama seperti KBTM berbentuk usaha tradisional. Seluruh unit bisnis di KBTM sebagian besar ditangani oleh keluarga dan warga sekitar tempat usaha KBTM. KBTM dimiliki oleh keluarga besar Haji Ade Mahmud. Adapun bagan struktur organisasi KBTM dapat dilihat dibawah ini. Founder & Owner Direktur Eksekutif Direktur Pemasaran Direktur Produksi Kepala Kandang Tenga Ahli Anak Kandang Gambar 8. Bagan Organisasi Kelompok Bina Usahatani Muslim 5.2. Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging Berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara per periodenya, maka KBTM termasuk dalam kelompok peternakan berskala besar. Jumlah DOC yang dipelihara per periodenya di setiap lokasi kandang mulai dari ekor (lokasi kandang Ciluar) sampai ekor (lokasi kandang Cilodong). Pemeliharaan ayam ras pedaging dilakukan dengan sistem all in all out. Sistem ini selain mempermudah pengelolaan juga dapat mengurangi stres pada ayam. Kegiatan pemeliharaan ayam pedaging dimulai dengan melakukan persiapan kandang yaitu pengeluaran pupuk kandang, penyapuan lantai kandang kemudian dilanjutkan dengan pencucian kandang dengan air bertekanan tinggi. Tindakan selanjutnya mencuci lantai dengan detergen. Setelah lantai kering dilakukan pengapuran dan fumigasi awal dengan iodin. Selain itu lokasi di sekitar kandang juga dibersihkan serta membersihkan alat-alat 43

63 seperti brooder guard, tempat pakan, tempat minum, drum serta layar. Setelah kandang dibersihkan, yang harus dilakukan adalah mendiamkan kandang selama dua minggu Penggunaan Input-input Produksi Secara garis besar input-input produksi yang digunakan KBTM dalam proses produksi ayam ras pedaging terdiri dari input produksi tetap dan input produksi variable Input Produksi Tetap Input produksi tetap terdiri dari peralatan produksi dan sewa lahan beserta kandang di masing-masing lokasi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi diantaranya induk pemanas (semawar), lingkar pembatas (brooder guad), tempat pakan dan tempat minum. Induk pemanas (semawar) adalah induk buatan yang dipakai oleh KBTM untuk memelihara DOC sampai umur 14 hari. Induk pemanas yang digunakan menggunakan bahan bakar batu bara. Satu induk pemanas dapat digunakan dapat digunakan untuk 250 ekor ayam. Jumlah induk pemanas yang digunakan di setiap lokasi kandang berbeda tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan iklim lokasi kandang tersebut. Harga satu buah induk pemanas pada tahun 2007 adalah Rp dengan daya tahan lebih kurang tiga tahun. Penggunaan induk pemanas terbanyak terdapat pada lokasi kandang Cilodong, dengan koefisien teknis penggunaannya satu buah induk pemanas untuk 175 ekor ayam. Penggunaan induk pemanas yang paling sedikit terdapat pada lokasi kandang Ciluar. Penggunaan induk pemanas yang berlebihan akan mempengaruhi pembiayaan perusahaan. Akibatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan meningkat, sehingga keuntungan yang 44

64 diperoleh tidak optimal. Jumlah penggunaan induk pemanas untuk masingmasing lokasi kandang dapat dilihat pada Tabel 4. Koefisien teknis penggunaan induk pemanas dapat dilihat pada Tabel 5. Lingkar pembatas (brooder guard) merupakan alat pembatas bagi DOC yang dipelihara antara umur satu sampai tujuh hari. Penggunaan pembatas bersamaan dengan induk pemanas sehingga DOC memperoleh panas yang merata. Pembatas yang digunakan terbuat dari seng. Lingkaran pembatas dibuat dengan tinggi 45 sampai 50 centimeter dengan diameter 2,75 sampai 4 meter. Diameter lingkaran pembatas dibuat berdasarkan kapasitas pemanas dan jumlah DOC yang dipelihara. Satu unit lingkar pembatas dapat digunakan untuk 750 ekor ayam. Harga satu unit lingkar pembatas pada tahun 2007 adalah Rp dengan daya tahan pemakaian kurang lebih tiga tahun. Kapasitas penggunaan lingkar pembatas rata-rata 938 ekor per satu unit. Koefisien penggunaan lingkar pembatas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Jumlah Peralatan Kandang yang Digunakan di Setiap Lokasi Kandang Lokasi Kandang Semawar (buah) Pembatas (buah) Tempat Pakan (buah) Tempat Air Minum (buah) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Jumlah Tempat pakan yang digunakan di setiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik dengan volume kurang lebih lima liter. Harga satu unit tempat 45

65 pakan Rp dan memiliki daya tahan kurang lebih tiga tahun. Satu tempat pakan mempunya kapasitas untuk 77 ekor ayam. Penggunaan tempat pakan terbanyak terdapat dilokasi kandang Pemda yaitu sebanyak 530 unit untuk ekor ayam ras pedaging. Rata-rata koefisien pengunaan tempat pakan di semua lokasi sama yaitu 83 ekor DOC per unit seperti terlihat pada Tabel 5. Tempat air minum yang digunakan di setiap lokasi kandang terbuat dari bahan plastik (sama seperti tempat pakan). Harga tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu Rp per unit dan mempunyai daya tahan kurang lebih tiga tahun. Koefisien penggunaan tempat air minum sama dengan tempat pakan yaitu 77 ekor per unit. Penggunaan tempat pakan dan minum di setiap lokasi kandang mempunyai perbandingan satu banding satu seperti dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang Lokasi Tempat Tempat Air Semawar Pembatas Kandang Pakan Minum (DOC/ (DOC/ (DOC/ (DOC/ buah) buah) buah) buah) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Rata-rata Lahan dan kandang yang digunakan KBTM merupakan lahan yang disewa dari seseorang atau pihak tertentu. Lama kontrak dilakukan berdasarkan periode produksi. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah dan luas kandang yang dikontrak. Setiap satu meter persegi luas kandang dapat diisi 46

66 8-9 ekor ayam ras pedaging. Sewa kandang yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah Rp 325 sampai dengan Rp 375 per ekor. Tabel 6. Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Jumlah Lokasi Luas Kandang Kepadatan Ternak Kandang Kandang (m 2 ) (ekor/m 2 ) (buah) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Jumlah Rata-rata Input Produksi Variabel Input produksi variabel yang digunakan meliputi biaya pakan, DOC, vaksin, obat-obatan, desinfektan, tenaga kerja, sekam dan batu bara. Jumlah penggunaan input produksi variabel tergantung pada jumlah ayam ras pedaging yang dipelihara. Pakan yang digunakan oleh KBTM tidak dibedakan menjadi pakan starter dan finisher. Penggunaan jumlah pakan di setiap lokasi kandang berbeda tergantung dari jumlah populasi ayam di lokasi kandang tersebut. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa penggunaan pakan terbanyak selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Cilodong yaitu kilogram. Sedangkan penggunaan pakan yang paling sedikit selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Kelapa Dua dan Cilebut masing-masing kilogram dan kilogram. Jumlah total penggunaan pakan di lima lokasi kandang selama sepuluh periode mencapai kilogram. Pihak KBTM memperoleh pakan yang diperlukannya dari PT Japfa Comfeed, PT Charoen Pokphand dan PT Samsung. 47

67 Tabel 7. Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh periode. Lokasi Kandang Penggunaan Pakan dan DOC Koefisien Penggunaan Pakan per DOC Pakan (kg) DOC (ekor) Pakan/DOC (kg/ekor) Konversi Pakan Cilodong ,249 1,679 Kelapa Dua ,341 1,637 Cilebut ,729 1,922 Pemda ,421 1,754 Ciluar ,480 1,676 Jumlah ,220 - Rata-rata ,444 1,733 Tabel 7 memperlihatkan nilai konversi pakan masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode. Nilai konversi pakan disebut juga Feed Convertion Ratio (FCR) adalah banyaknya kilogram pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram berat ayam hidup. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa konversi pakan tertinggi terdapat di lokasi kandang Cilebut yaitu 1,922, sedangkan konversi pakan terendah terdapat di lokasi kandang Kelapa Dua sebesar 1,637. Tinggi rendahnya nilai konversi pakan sangat dipengaruhi oleh kualitas DOC serta mortalitas ayam selama periode pemeliharaan. Tingginya konversi pakan akan menyebabkan peningkatan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Bibit ternak atau DOC yang dipelihara di masing-masing lokasi kandang jumlahnya berbeda untuk setiap periode produksi. DOC yang digunakan biasanya diperoleh dari PT Charoen Pokphand, PT Samsung, PT Cipendawa, PT Wonokoyo, dan PT MBAI (Multi Brider Adi Rama). Jumlah DOC yang dipelihara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi lingkungan yang terdapat pada lokasi kandang, kapasitas kandang, musim dan target produksi. Kualitas DOC yang baik akan sangat mempengaruhi 48

68 kelancaran proses produksi dan dapat menurunkan tingkat kematian ayam selama periode pemeliharaan. Tenaga Kerja yang terdapat di KBTM terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian keuangan, pemasaran serta bagian produksi. Bagian produksi terdiri bagian tenaga ahli (vaksinator), kepala kandang dan anak kandang. Penggunaan tenaga kerja anak kandang di setiap lokasi kandang berbeda. Jumlah tenaga kerja anak kandang yang menangani secara langsung pemeliharaan ayam disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara dan luas kandang. Seorang tenaga kerja anak kandang di KBTM mampu menangani ayam ras pedaging di satu kandang dengan kapasitas sampai ekor ayam. Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/lokasi/sepuluh Lokasi Kandang periode) Anak Kandang Tenaga Ahli Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Jumlah Tenaga kerja ahli (vaksinator) merupakan orang yang bertanggung jawab memberi vaksinasi suntik. Peternakan KBTM memiliki seorang vaksinator yang bertugas melakukan vaksinasi ke seluruh lokasi kandang yang membutuhkan vaksinasi suntik. Vaksinasi secara oral dan minum dapat dilakukan sendiri oleh tenaga kerja anak kandang. Pada Tabel 8 dapat dilihat penggunaan tenaga kerja yang bertanggung jawab pada masing-masing bagian. 49

69 Penggunaan obat-obatan tidak mutlak dilakukan di setiap periode pemeliharaan. Jenis vaksin yang biasa digunakan adalah ND IB, ND Emulsion dan Gumboro A. Antibiotik yang biasa digunakan adalah Therapy, Bactrin Forte dan Enrosol-10. Vitamin yang digunakan adalah Vitra-Doc dan Vitralit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari vaksinasi, feed additive, dan obat untuk pengobatan penyakit. Penggunaan desinfektan, kapur dan cuci kandang termasuk dalam biaya perawatan kandang dan sanitasi. Vaksinasi yang rutin dilakukan adalah vaksinasi ND (Newcastle Dieases) sebanyak dua kali setiap periodenya. Vaksinasi ND pertama diberikan pada saat ayam berumur empat hari melalui tetes mata, dengan dosis 0,5 cc per ekor. Vaksin ND kedua diberikan pada saat ayam berumur lima hari dengan cara suntik bawah kulit (Subcutaneous) dengan dosis 0,2 cc per ekor. Penyuntikan dilakukan di sekitar leher. Sedangkan Vaksin Gumboro diberikan pada saat ayam berumur sembilan hari. Pemberian dilakukan melalui mulut atau cekok (oral) dengan dosis 0,2 cc per ekor. Perawatan kandang terdiri dari kegiatan cuci kandang dan pemberian kapur. Pencucian kandang sangat dipengaruhi kondisi kesehatan lingkungan di sekitar kandang. Apabila kondisi lingkungan sekitar kandang sehat maka biaya cuci kandang yang dikeluarkan kecil, sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak sehat, biaya cuci kandang yang dikeluarkan besar. Biaya pemakaian desinfektan dan fumigasi untuk sterilisasi kandang serta pengapuran termasuk dalam biaya VOD (vaksin, obat-obatan dan desinfektan). Sekam digunakan sebagai alas kandang (litter). Tebal litter yang digunakan tergantung pada jenis kandang. Kandang panggung memerlukan 50

70 ketebalan litter lima centimeter, sedangkan untuk kandang lantai diperlukan litter dengan ketebalan sepuluh centimeter. Kebutuhan sekam untuk 1000 ekor ayam sebesar 50 karung per periode dengan harga Rp per karung. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar pemanas. Kebutuhan batu bara tergantung pada jumlah ayam yang dipelihara dan suhu dalam kandang. Pada saat musim hujan kebutuhan batu bara meningkat. Untuk ekor ayam memerlukan batu bara sebanyak 340 kilogram per periode. Harga batu bara Rp per kilogram. Besarnya biaya obat-obatan, sekam, batu bara yang dikeluarkan oleh KBTM dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan Obat-obatan, Batu bara, Sekam di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode. Lokasi Penggunaan Input-input Produksi Kandang Obat-obatan (Rp) Batu Bara (Rp) Sekam (Rp) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Jumlah Biaya Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan oleh KBTM yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya pemasaran tidak termasuk dalam struktur biaya dalam KBTM, karena KBTM tidak melakukan pemasaran sendiri. Pemasaran dilakukan melalui tengkulak (penangkap) yang datang langsung kandang. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh KBTM di masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode dapat dilihat pada Tabel 10. Biaya 51

71 produksi variabel yang dikeluarkan pada masing-masing lokasi kandang jauh lebih besar dari pada biaya produksi tetap. Persentase biaya produksi variabel yang dikeluarkan sebesar 97 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya tiga persen dari total seluruh biaya produksi. Distribusi biaya produksi pada KBTM adalah sebagai berikut : 21,86 persen biaya DOC, 67,26 persen biaya pakan, dan 2,47 persen biaya obat-obatan. Tabel 10. Total Produksi, Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya per Ekor di Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode Total Biaya Lokasi Biaya Tetap Biaya Variabel Produksi per Ekor Kandang (Rp) (Rp) (ekor) (Rp/ekor) Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluar Total Penggunan biaya produksi tertinggi selama sepuluh periode terdapat di lokasi kandang Cilebut, dengan jumlah biaya tetap yang dikeluarkan sebasar Rp dan biaya variabel sebesar Rp Besarnya biaya produksi tetap dan variabel yang telah dikeluarkan oleh KBTM untuk kelima lokasi kandang selama sepuluh periode adalah sebesar Rp dan Rp Selain itu Tabel 10 juga memperlihatkan biaya per ekor terbesar terdapat di lokasi kandang Cilebut yaitu Rp , hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lokasi kandang Cilebut tidak efisien. Sedangkan biaya terkecil terdapat di lokasi kandang Cilodong yaitu Rp per ekor, artinya efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lokasi kandang Cilodong lebih baik dibandingkan lokasi kandang lainnya. 52

72 5.5. Penerimaan Penerimaan KBTM berasal dari penjualan output utama berupa ayam ras pedaging siap potong dan output sampingan berupa litter atau kotoran ayam dari seluruh lokasi kandang. Output sampingan ini tidak dihitung dalam total penerimaan, karena hasil penjualan output sampingan diberikan kepada anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi kandang. Penerimaan di masing-masing lokasi kandang berbeda, karena jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan berbeda. Rata-rata harga jual ayam ras pedaging selama sepuluh periode sebesar Rp per kilogram bobot hidup. Gambar 9 memperlihatkan penerimaan di masing-masing lokasi kandang selama sepuluh periode. Penerimaan total yang diterima KBTM selama sepuluh periode dari lima lokasi kandang sebesar Rp Penerimaan terbesar diperoleh dari lokasi kandang Cilodong yaitu sebesar Rp selama sepuluh periode. Penerimaan terkecil diperoleh dari lokasi kandang Kelapa Dua sebesar Rp selama sepuluh periode. PENERIMAAN Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluer Cilodong Kelapa Dua Cilebut Pemda Ciluer Gambar 9. Grafik Penerimaan di Masing-masing Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode 53

OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) OPTIMALISASI USAHA PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING (Kasus Pada Hasjrul Harahap Farm di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) GERLINA WIRA MASYTO SIREGAR A14104674 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

PRODUKSI Bogor) Oleh

PRODUKSI Bogor) Oleh OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING (Studi Kasus: Kandang Holil Soma Unggas Farm Bogor) Oleh RIKAWATI KURNIA LATIFAH H24087001 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

ANALISIS EFISIENSI USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR ANALISIS EFISIENSI USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR DWIPANCA PRABUWISUDAWAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA. Oleh : WAWAN KURNIAWAN A ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2002), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG. Oleh: NOVALINA PURBA A

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG. Oleh: NOVALINA PURBA A PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU PADA PT. ANDATU LESTARI PLYWOOD BANDAR LAMPUNG Oleh: NOVALINA PURBA A14105694 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA

MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA MANAJEMEN PERSEDIAAN PASOKAN BELIMBING SEGAR BERDASARKAN PERAMALAN TIME SERIES PADA PT. SEWU SEGAR NUSANTARA Oleh AHMAD IMAM AMRULLAH HAKIM A.14102655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT PADA PT MASTROTTO INDONESIA

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT PADA PT MASTROTTO INDONESIA ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KULIT PADA PT MASTROTTO INDONESIA (Kawasan Industri Sentul, Bogor, Jawa Barat) Oleh: Dhanang Eka Putra A 14104664 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR Oleh DESMAN MANURUNG A 14104663 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN TOMAT BANDUNG DI SUPERMARKET SUPER INDO MUARA KARANG JAKARTA UTARA SKRIPSI Oleh: ARIEF FERRY YANTO A14105515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A 14105548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA MANDIRI DAN KEMITRAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT DI KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR NUR RIZKY RACHMATIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A.

ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. ANALISIS SENSITIVITAS HARGA DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINYAK GORENG MEREK BIMOLI DI KOTA BOGOR INDRA UTAMA NASUTION A. 14103550 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A

ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A ANALISIS BENCHMARKING BISNIS KOMPETITIF STEAK (Studi Kasus Obonk Steak and Ribs di Bogor, Jawa Barat) Oleh : ZULKA AFIFFEY A14105629 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN USAHA TEMPE DENGAN PENDEKATAN STOCHASTIC FRONTIER (Studi Kasus di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) SILMY AMALIA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai)

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) Oleh : DARMA SAUT PARULIAN SITUMORANG A 14105660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) MEREK CITRABAS DELUXE (Studi Kasus di PT. Buana Tirta Abadi Jakarta) Oleh : CITRA WIDYALESTARI A 14105522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT. Oleh ASMIRA AMRI A

PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT. Oleh ASMIRA AMRI A i PERAMALAN HARGA AYAM BROILER DI LIMA KOTA DI SUMATERA BARAT Oleh ASMIRA AMRI A14105655 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ASMIRA

Lebih terperinci

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A

ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh : AHMAD JAM AN A ANALISIS KINERJA KAMPOENG TERNAK DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh : AHMAD JAM AN A 14105506 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci