KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI"

Transkripsi

1 KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2010 Ratu Ladya Putrinatami

3 ABSTRAK RATU LADYA PUTRINATAMI. Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01). Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan RONNY IRAWAN WAHJU. Palabuhanratu merupakan basis perikanan tangkap di selatan Jawa Barat dengan aktivitas perikanan yang relatif tinggi. Namun kondisi produktivitas alat tangkap di PPN Palabuhanratu berfluktuatif dan cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah pengembangan teknologi dalam alat tangkap, yaitu dengan menggunakan unit penangkapan multigear. Secara teknik operasional, kapal PSP 01 tidak berbeda jauh dan relatif sama dengan kapal single gear lainnya. Namun kapal PSP 01 dapat mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap ketika beroperasi. Alat tangkap yang utama dioperasikan adalah pancing. Pada periode pertama usaha Mei 2008-April 2009, kapal PSP 01 memiliki nilai keragaan produksi hasil tangkapan lebih besar dibandingkan pada periode kedua usaha, Mei 2009-April Hal ini disebabkan karena volume produksi hasil tangkapan pada periode pertama lebih besar yaitu ,56 kg. Pada analisis usaha yang dilakukan, kapal PSP 01 mendapatkan keuntungan sebesar Rp pada Mei 2008 April 2009, dan mengalami kerugian sebesar Rp pada tahun kedua yaitu Mei 2009 April Berdasarkan analisis kriteria investasi usaha, kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan karena nilai NPV dan IRR yang negatif. Kata kunci: kajian usaha, multi gear, Kapal PSP 01.

4 Hak cipta IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Mayor : Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) : Ratu Ladya Putrinatami : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Komisi Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Wawan Oktariza, M.Si. Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phill. NIP: NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: Tanggal Lulus: 29 Juli 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari- Februari 2010 ini adalah Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phil. selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan di kemudian hari. Bogor, Juli 2010 Ratu Ladya Putrinatami

8 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada: 1) Allah SWT. atas berkah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini walaupun masih jauh dari sempurna. 2) Bapak Ir. Wawan Oktariza, M.Si. dan bapak Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phil. sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3) Bapak Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4) Kedua orang tua (Tubagus Tisna Suherman dan Sri Utami), kakak-kakakku (Mas Terry dan Mba Tessa), adik-adikku (Keke dan Genta), keponakanku (Marvell), dan omku (Chipe), yang sangat penting dan berjasa dalam hidup penulis. 5) Bapak Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 6) Kang Arik, Kang Syarif, dan seluruh ABK KM PSP 01 yang telah sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7) Danang Dwiananto, seseorang yang tidak pernah luput dari kehidupanku dan selalu memberi dukungan dan cinta bagi penulis. 8) Sahabat-sahabatku (Viona, Uty, Neney, Iniez, Acca, Yuri, Letta, Ninin, Sarah) yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat bertahan di IPB hingga saat ini. 9) Sahabat-sahabat yang telah menjadi saudara untukku (Kura, Koink, Beru, Jodi, Uta, Intan, Maul, Yuki, Nci, Fuji) yang selalu dapat menghibur penulis. 10) Teman-teman baikku di PSP 43 yang telah membuat cerita suka dan duka bersama penulis selama di IPB. 11) Seluruh civitas PSP yang telah banyak membantu penulis selama di departemen PSP (PSP 44, PSP 45, senior, TU PSP, dll.). 12) Semua pihak yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ir. Tubagus Tisna Suherman dan Sri Utami Handayani. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun 2006 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pengembangan Minat Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun Penulis pun tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Music Agriculture Expresssion (MAX!!) pada tahun sebagai anggota Divisi Musik dan sebagai anggota Divisi General Affair pada tahun Selama masa kuliahnya, penulis mendapatkan beasiswa BBM (Peningkatan Prestasi Belajar) tahun Pada tahun 2010, penulis melakukan penelitian dengan judul Kajian Usaha Penangkapan dengan Alat Tangkap Multi Gear di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GAMBAR....xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan Kapal dan nelayan Alat tangkap Jaring insang (gillnet) Pancing tonda Pancing ulur Rumpon Analsis Finansial Analisis usaha Analisis kriteria investasi Analisis Sensitivitas METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis Data Analisis finansial A) Analisis usaha ) Analisis pendapatan usaha ). Analisis imbangan penerimaan dan biaya ) Break Event Point (BEP) ) Return of Invesment (ROI) ) Payback Period (PP) B) Analisis kriteria investasi 1) Net Present Value ) Net Benefit Cost Ratio ) Internal Rate of Return C) Analisis sensitivitas... 26

11 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Halaman 4.1 Letak Geografis dan Topografi PPN Palabuhanratu Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu Fasilitas PPN Palabuhanratu HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Operasional kapal PSP 01 (Multi gear) ) Unit penangkapan ) Metode pengoperasian alat ) Fishing ground ) Komposisi hasil tangkapan Analisis usaha 1) Keuntungan...38 a) Investasi...48 b) Biaya...39 c) Penerimaan ) Rasio imbangan penerimaan dan biaya ) Payback period ) Return on investment ) Break event point Analisis kriteria investasi 1) Cash flow ) Kriteria investasi ) Analisis sensitivitas Pembahasan Aspek teknik Aspek finansial KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran...49 DAFTAR PUSTAKA...51 LAMPIRAN...55

12 DAFTAR TABEL 1. Perkembangan produksi dan nilai produksi yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, tahun Perkembangan data jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu periode Jumlah alat tangkap utama yang terdapat di PPN Palabuhanratu periode Jenis ikan yang sering berkumpul pada rumpon Halaman 5. Data volume produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun Investasi usaha perikanan kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu tahun Biaya usaha kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu tahun 2008 tahun Analisis usaha kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Nilai kriteria investasi kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Data teknis kapal PSP 01 di Palabuhanratu pada Mei April Perbandingan keragaan produksi hasil tangkapan kapal PSP 01 di Palabuhanratu Analisis finansial kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu... 47

13 DAFTAR GAMBAR 1. Perkembangan produktivitas alat tangkap dan kapal/perahu di PPN Palabuhanratu tahun Konstruksi rumpon Halaman 3. Grafik jumlah unit alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun Grafik jumlah kapal motor / perahu motor yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun Grafik jumlah nelayan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun Grafik volume produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun Presentase komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 pada Mei 2008-April

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Foto kapal PSP Peta lokasi penelitian Analisis usaha perikanan kapal PSP 01 Mei April Analisis usaha perikanan kapal PSP 01 Mei April Perkiraan cash flow kapal PSP Foto fasilitas di PPN Palabuhanratu Lampiran foto alat tangkap multi gear kapal PSP Foto komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 71

15 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha pemanfaatan perikanan tangkap sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat, dimana usaha perikanan rakyat ini mempunyai karakteristik diantaranya skala usaha kecil, aplikasi teknologi sederhana, jangkauan operasi penangkapan terbatas hanya di sekitar pantai, dan produktivitas alat tangkap yang masih rendah (Suryana, 2003). Selain itu usaha perikanan rakyat juga dicirikan dengan produktivitas nelayannya yang rendah. Menurut Subani dan Barus (1989), produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana. Palabuhanratu merupakan basis perikanan tangkap yang terdapat di selatan Jawa Barat dengan aktivitas perikanan yang relatif tinggi. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Pada Tabel 1 disajikan data produksi perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu periode lima tahun terakhir. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa volume produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama lima tahun terakhir periode mengalami fluktuasi yang cenderung menurun, sedangkan nilai produksi ikan mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Kenaikkan terbesar terjadi pada tahun Secara umum rata-rata kenaikan produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selang periode sebesar 22,74 persen dan rata-rata nilai produksi sebesar 36,48 persen.

16 2 Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu, tahun Tahun Volume (kg) Nilai (Rp 000) Pertumbuhan Volume (%) Pertumbuhan Nilai (%) ,97 2, ,01 105, ,26 1, ,89 18,88 Rata-rata ,74 36,48 Sumber : Statistik PPNP 2007 Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port di PPN Palabuhanratu yaitu jenis kapal motor dengan ukuran kapal <10 GT sampai dengan >30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti gillnet, payang, jaring rampus, bagan, purse seine, pancing tonda, pancing rawai, dan sebagainya. Realisasi operasional jumlah kapal/perahu motor tempel dan kapal motor lainnya yang beroperasi di PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan Data Jumlah Kapal/Perahu yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu periode No. Tahun Total kapal/perahu (unit) Pertumbuhan (%) , , , ,77 Sumber : Statistik PPNP 2007 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah kapal / perahu motor yang beroperasi di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan dalam periode lima tahun Begitu pula dengan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Perkembangan alat tangkap yang digunakan dari tahun

17 3 secara umum mengalami kenaikan sebesar 21,67 persen. Alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan setempat pada tahun 2007 adalah pancing, bagan, payang, dan gillnet. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3 Jumlah Alat Tangkap Utama yang terdapat di PPN Palabuhanratu periode Tahun Alat Tangkap No Rampus Pancing Payang Bagan Purse seine Gillnet Rawai Tuna Long line Jumlah Fluktuasi - 5,96 19,05 8,12 48,99 Sumber : Data Statistik PPNP 2007 Berdasarkan pada data yang disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, yaitu data volume produksi yang didaratkan, data jumlah kapal/perahu yang beroperasi, dan data jumlah alat tangkap tiap tahunnya, maka dapat dihitung nilai produktivitas dari tiap alat tangkap dan produktivitas dari kapal/perahu. Produktivitas alat tangkap yang dihitung adalah produktivitas gillnet dan pancing. Dapat dilihat pada Gambar 1, nilai produktivitas alat, yaitu gillnet dan pancing mengalami fluktuasi yang cenderung menurun di tahun Nilai produktivitas tertinggi terjadi pada tahun Setelah itu nilai produktivitas terus menurun sampai tahun 2007 yaitu 36,05 ton/unit untuk gillnet dan 13,67 ton/unit untuk pancing, kemudian nilai produktivitas kapal/perahu pun mengalami penurunan dari tahun 2003 sampai pada tahun 2007, yaitu dari 10,8 ton/unit menjadi 7,1 ton/unit. Perkembangan nilai produktivitas gillnet, pancing, dan kapal/perahu di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada gambar berikut ini.

18 (ton/unit) Tahun Produktivitas Gillnet Produktivitas Kapal/Perahu Produktivitas Pancing Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Alat Tangkap dan Kapal/Perahu di PPN Palabuhanratu tahun Dengan melihat kondisi produktivitas alat tangkap di PPN Palabuhanratu yang berfluktuatif dan cenderung menurun, maka diperlukan adanya sebuah pengembangan teknologi dalam alat tangkap. Salah satunya adalah dengan menggunakan unit penangkapan lebih dari satu alat tangkap (multigear). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, memiliki sebuah kapal penangkapan yang diberi nama kapal PSP 01, yang fishing base-nya di PPN Palabuhanratu. Kapal ini berfungsi sebagai kapal latih bagi mahasiswa PSP sebagai kapal penelitian, dan juga sebagai uji coba untuk usaha perikanan. Pada bulan Mei 2008 kapal PSP 01 mulai beroperasi sebagai kapal penangkapan yang mengoperasikan alat tangkap multigear. Alat tangkap yang diopersikan adalah pancing dan gillnet dan dioperasikan dengan menggunakan alat bantu rumpon. Kapal PSP 01 diharapkan dapat membantu proses pengembangan usaha perikanan tangkap di PPN Palabuhanratu dengan memperkenalkan teknologi alat tangkap multigear. Sebelum pengembangan teknologi tersebut diterapkan, perlu diketahui terlebih dahulu apakah usaha penangkapan oleh kapal PSP 01

19 5 menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian analisis usaha tehadap kapal PSP 01 dengan alat tangkap multigear tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu merupakan salah satu pusat perikanan yang terdapat di selatan Jawa Barat. Alat penangkapan yang dioperasikan cukup beragam, antara lain jaring rampus, purse seine, gillnet, pancing, rawai, bagan, payang, longline, dan sebagainya. Produktivitas alat tangkap pun mengalami fluktuasi dan pada tahun mengalami penurunan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan karena alat tangkap yang dioperasikan berupa alat tangkap single gear, yang hanya dapat dioperasikan pada musim tertentu saja dan sesuai dengan daerah penangkapan. Pengoperasian kapal PSP 01 yang menggunakan alat tangkap multigear diharapkan dapat meningkatkan produktivitas alat tangkap. Karena ketika satu alat tangkap tidak dapat dioperasikan pada suatu daerah penangkapan, maka dapat dioperasikan alat tangkap lain yang lebih sesuai. Berdasarkan uraian di atas maka menarik untuk diteliti dan permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran kapal PSP 01 dalam mengoperasikan alat tangkap multi gear di PPN Palabuhanratu. 2) Bagaimana keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. 3) Bagaimana kelayakan usaha unit penangkapan multigear pada kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian yang berupa studi kasus ini adalah : 1) Mendapatkan informasi tentang teknik operasional penangkapan dengan alat tangkap multi gear. 2) Mendapatkan informasi mengenai keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01. 3) Mengkaji kelayakan usaha unit penangkapan multi gear pada kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu.

20 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2) Bagi Departemen PSP, mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengembangan usaha perikanan tangkap pada kapal PSP 01 di Palabuhanratu. 3) Bagi IPB, dapat dijadikan referensi bacaan yang menarik sehingga dapat menambah pengetahuan bagi pihak-pihak lain. 4) Bagi nelayan Palabuhanratu, menambah informasi dan pengetahuan dalam pengembangan teknologi alat tangkap multigear.

21 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan Kapal dan nelayan Kapal ikan atau kapal perikanan merupakan jenis kapal yang digunakan untuk kegiatan usaha perikanan, meliputi kegiatan penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, mengelola usaha budidaya sumberdaya perairan dan juga penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti untuk penelitian, pelatihan dan inspeksi sumberdaya perairan. Kapal ikan memiliki karakteristik yang merupakan keistimewaan dibanding dengan jenis kapal lainnya. Karakteristik dan keistimewaan dari kapal ikan meliputi kecepatan, olah gerak, konstruksi dan kelayakan laut, mesin penggerak dan fasilitas penanganan serta pengolahan. Kapal ikan dapat diklasifikasikan menurut jenis alat penggerak dan material badan kapal (hull). Dilihat dari jenis alat penggerak, kapal ikan dibedakan menjadi kapal yang menggunakan tenaga penggerak berupa mesin motor (outboard engine dan inboard engine) dan kapal yang menggunakan tenaga penggerak berupa layar atau dayung. Klasifikasi menurut material badan kapal dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain kapal kayu, kapal besi atau baja, kapal ferrocement, kapal aluminium dan kapal FRP (fibreglass reinforced plastic) (Nomura dan Yamazaki, 1977). Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dikelompokan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang sehari-hari nya berprofesi sebagai nelayan saja. Nelayan sambilan adalah nelayan yang melakukan pekerjaan penangkapan ikan pada waktu waktu tertentu saja. Ekasari (2008) mengemukakan bahwa nelayan Palabuhanratu dapat pula dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan atau disebut juga dengan sebutan

22 8 juragan. Sedangkan nelayan buruh adalah orang yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) Alat tangkap Jaring insang (gillnet) Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang atau gillnet adalah suatu alat tangkap jaring dengan bentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas, dan ris bawah (kecuali jaring udang barong yang tidak memiliki ris bawah). Alat ini merupakan alat tangkap yang selektif karena besar mata jaring dari jaring ini bervariasi disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap. Dikatakan jaring insang karena ikan tertangkap karena terjerat pada bagian belakang lubang penutup insang (operculum), terbelit atau terpuntal pada mata jaring yang terdiri dari satu lapis, dua lapis maupun tiga lapis. Berdasarkan metode operasinya, gillnet dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring klitik (bottom gillnet). Sedangkan menurut lokasi operasinya, gillnet dapat dibagi menjadi jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang kolom (midwater gillnet), dan jaring insang dasar (bottom gillnet). Jaring insang (gillnet) ada yang terdiri dari satu lapis jaring, namun ada pula yang terdiri dari 3 lapis jaring, yaitu trammel net (Subani dan Barus,1989). Parameter utama dari alat tangkap jaring insang atau gillnet adalah ukuran dari mata jaring. Ukuran dari mata jaring akan mempengaruhi jenis ikan yang akan tertangkap (Subani dan Barus, 1989). Jaring insang atau gillnet merupakan alat tangkap dengan bahan utamanya berupa jaring. Selain dari jaring, bagian bagian lain dari alat ini adalah : 1. Pelampung. Jaring insang atau gillnet memiliki 2 macam pelampung, yaitu pelampung tanda dan pelampung tali ris atas. 2. Tali ris Tali ris pada jaring insang atau gillnet terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah.

23 9 3. Tali selambar. 4. Tali pelampung. 5. Pemberat (sinker). 6. Badan jaring. Badan jaring terdiri dari kumpulan-kumpulan satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Satu tinting atau piece jaring memiliki dimensi panjang 100 m dan lebar 100 mata jaring (1 mata = 1 inchi). Bahan jaring terbuat dari PA (polyamide) sedangkan untuk tepi jaring yang lebih kaku biasa disebut saran (sel vedge) menggunakan polyethylene. a. Metode pengoperasian alat Ada beberapa tahap yang harus dilakukan ketika mengoperasikan jaring insang, yaitu terdiri atas tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan (Martasuganda, 2002). 1. Tahap persiapan. Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan. 2. Pencarian daerah penangkapan. Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1-1,5 jam. 3. Penurunan jaring (setting). Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiapsiap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain.

24 10 4. Perendaman (soaking). Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 4 jam. 5. Pengangkatan jaring (hauling). Pengangkatan jaring dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas kapal disusul dengan pelampung tanda, kemudian jaring ditarik ke atas kapal secara perlahan. Pembagian tugas bagi nelayan adalah seorang nelayan menarik tali ris atas, seorang nelayan menarik bagian jaring yang berada di tengah, seorang nelayan mengangkat tali ris bawah, dan seorang nelayan lagi mengeluarkan hasil tangkapan yang terpuntal pada bagian jaring. Selanjutnya, setelah hauling selesai, dilakukan setting berikutnya. 6. Penanganan hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan meletakkan hasil tangkapan pada cool box agar kualitas hasil tangkapan tetap segar tidak busuk. b. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Daerah pengoperasian bagi jaring insang dasar atau bottom gillnet, terletak di dasar perairan karena sasaran utama tangkapannya adalah udang dan ikan dasar, sedangkan pengoperasian bagi drift gillnet dilakukan pada kolom perairan dan sasaran utama tangkapannya yaitu ikan pelagis (Martasuganda, 2005). Sedangkan musim penangkapan bagi jaring insang adalah ketika angin selatan berhembus, karena pada saat tersebut, keadaan laut tenang dan arus yang terjadi di kolom perairan dan dasar laut juga tidak besar (Martasuganda, 2005). c. Hasil tangkapan Hasil tangkapan untuk jaring dasar atau bottom gillnet berupa udang barong (Panulirus sp.) dan spiny lobster atau ikan demersal, sedangkan untuk hasil tangkapan utama drift gillnet yaitu ikan pelagis, seperti tongkol (Auxis sp.),tuna yellow fin (Thunnus albacares), tengggiri (Scomberomorus sp.), dan sebagainya.

25 Pancing tonda Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik di belakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan (Ayodhyoa, 1981). Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda juga dapat diklasifikasikan ke dalam alat tangkap pancing. Pancing tonda memiliki komponen-komponen penting, yaitu : a. Tali pancing, terbuat dari bahan katun, nylon, polyethlen. Terdiri dari tali utama yang terbuat dari nilon tunggal dengan panjang 7-60 m dan tali cabang yang terbuat dari nilon berdiameter 0,95 mm dan panjang 3,5 m, berfungsi menghubungkan antara tangkai dengan mata pancing. b. Mata pancing, terbuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang anti karat. Ujung mata pancing umumnya berkait balik namun ada juga tanpa kait balik. Jumlah mata pancing bisa tunggal atau ganda, ukuran mata pancing bervariasi dan disesuaikan dengan ukuran ikan sasaran (Subani dan Barus, 1989), berfungsi sebagai tempat memasang umpan. c. Pemberat, terbuat dari bahan timah yang biasanya berukuran 1-1,5 cm dengan berat gr, berfungsi untuk menenggelamkan mata pancing. Parameter utama dari alat tangkap ini adalah dari besar kecilnya ukuran dan ketajaman mata pancing (Subani dan Barus, 1989). a. Umpan Pada pengoperasian pancing tonda jarang sekali menggunakan umpan alami karena akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung (Ayodhyoa, 1981). Umpan buatan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus dan juga dari tali rafia atau karet plastik, berfungsi untuk memberi rangsangan respon yag bersifat fisik maupun kimia yang dapat memberikan respon bagi ikan tertentu untuk datang selama operasi penangkapan. (Endratno, 2002).

26 12 b. Alat bantu Dalam pengoperasian pancing tonda, alat bantu yang digunakan adalah ganco. Dimana ganco ini berfungsi membantu mengangkat ikan yang terpancing dan cara menancapkan bagian ujung ganco ke badan ikan (Nugroho, 2002). c. Metode pengoperasian alat Kegiatan pengoperasian pancing tonda meliputi persiapan, pencarian fishing ground, yang membutuhkan waktu 1-2 jam, dan berlangsung dari pagi hingga sore. Setelah melihat tanda-tanda keberadaan ikan maka pancing mulai diturunkan secara perlahan lalu dioperasikan dengan cara menggerak-gerakkan tali pancing dan menambah kecepatan kapal. Nelayan mengetahui pancingnya dimakan ikan dengan cara merasakan tegangan tali pancing yang agak keras kemudian menggulung tali pancing tersebut dan diangkat ke atas kapal. Waktu yang dibutuhkan untuk hauling tergantung dari ukuran ikan yang tertangkap, biasanya 5-15 menit (Ayodhyoa, 1981). d. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Menurut Subani dan Barus (1989), pancing tonda dioperasikan hampir diseluruh perairan Indonesia pada bagian permukaan laut dan sebagian di lapisan dasar. Lokasi untuk pancing tonda lapisan dasar banyak digunakan di daerah sekitar Selat Alas dan Muna, Buton dan beberapa daerah perikanan Indonesia Timur. Sedangkan untuk lapisan permukaan banyak dioperasikan di Jawa Tengah (Tayu, Pati). e. Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari pengoperasian pancing tonda adalah cakalang (Katsuwonus pelamis) sedangkan tangkapan sampingan dari alat tangkap pancing tonda adalah madidihang (Thunus albacares), tenggiri (Scomberomerus commersoni), serta alu-alu (Sphyraena sp.) (Endratno, 2002) Pancing ulur Menurut DKP (2004), pancing ulur remasuk ke dalam kelompok dropline. Dropline adalah suatu tali pancing yang diberi pemberat (sinkers) dengan satu

27 13 atau lebih mata pancing, dipasang secara vertikal dalam suatu perairan, dan dioperasikan dengan tangan. Pancing ulur pada umumnya digunakan dalam perikanan skala kecil. a. Umpan Berbeda halnya dengan pancing tonda, pada pancing ulur, umpan yang digunakan adalah ikan segar. Menurut Parmadi (1972) vide Sarry (1999), umpan yang biasa digunakan dalam perikanan pancing ulur antara lain Cumi-cumi (Loligo sp), ikan Kembung (Rastrelliger sp), dan ikan Layur (Trichiurus sp). b. Alat bantu Pada pengoperasian pancing ulur tidak digunakan alat bantu, karena pengoperasian pancing ulur yang sangat sederhana. c. Metode pengoperasian alat Kayadoe (1983) menjelaskan bahwa pengoperasian handline dilakukan dengan cara mengulurkan pancing secara vertikal ke bawah. Ujung tali yang satu berada di tangan dan ujung tali lainnya terulur sampai ke dasar perairan atau pada kedalaman tertentu dengan mata pancing ulur di ujungnya. Apabila umpan yang melekat pada mata pancing dimakan oleh ikan, maka tali pancing ditarik dengan cepat ke permukaan dan ikan yang tertangkap diambil dari mata pancing tersebut lalu disimpan di palkah. Selanjutnya dilakukan pemasangan umpan kembali dan siap untuk dioperasikan kembali. d. Daerah pengoperasian dan musim penangkapan Sama halnya dengan jenis alat tangkap pancing lainnya, daerah pengoperasian pancing ulur meliputi hampir seluruh perairan Indonesia. Menurut Nontji (1987), daerah pengoperasiannya antara lain seperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Sedangkan untuk musim penangkapan dengan menggunakan pancing ulur di Palabuhanratu terjadi satu kali dalam satu tahun, yaitu antara bulan Oktober sampai dengan bulan Januari. Menurut Sasmita (1995), puncaknya terjadi pada bulan November dan musim terendah pada bulan Mei. Kelimpahan tersebut terjadi karena pada bulan Oktober bertepatan dengan awal musim barat.

28 14 e. Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari pancing ulur adalah ikan Layur (Trichiurus sp). Terdapat beberapa jenis ikan Layur yang dapat tertangkap, antara lain adalah jenis Trichiurus haumela yang banyak terdapat di perairan pantai pulau Jawa dan jenis Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon yang dapat ditemukan di Sumatera (Nontji,1987) Rumpon Rumpon adalah alat bantu pengumpul ikan yang berupa benda atau struktur yang dirancang atau dibuat dari bahan alami atau buatan yang ditempatkan secara tetap atau sementara pada perairan laut (Kep/30/MEN/2004). Rumpon biasa disebut juga dengan Fish Aggregating Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area (Sudirman dan Mallawa, 2004). Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon diketahui oleh nelayan berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air, warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa, 2004). Gambar 2 Konstruksi Rumpon a. Klasifikasi rumpon Dilihat dari kedalaman air tempat rumpon dipasang, dibedakan antara rumpon laut dangkal dengan rumpon laut dalam (Subani dan Barus, 1989).

29 15 Rumpon laut dangkal biasanya dipasang pada kedalaman kurang dari 100 m, sedangkan rumpon laut dalam dipasang pada kedalaman lebih dari 600 m bahkan bisa mencapai 1500 m (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Sianipar, 2003). Namun menurut SK Mentan No.30 tahun 2004, kini rumpon tidak lagi dipasang berdasarkan pada kedalaman, namun berdasarkan wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan masyarakat, perorangan atau perusahaan perikanan dapat memasang dan / atau memanfaatkan rumpon. Adapun pembagian wilayahnya adalah sebagai berikut : 1. Perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah ; 2. Perairan di atas 4 mil laut sampai dengan 12 mil laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah ; 3. Perairan di atas 12 mil laut dan ZEE Indonesia. Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut: 1. Berdasarkan posisi dari pemikat, rumpon dapat dibagi menjadi rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis perairan dangkal dan perairan dalam. 2. Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindahkan (dinamis). 3. Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon tradisional dan modern. Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia telah lama dilakukan terutama nelayan dari Manuju (Sulawesi Selatan) dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon modern dimulai pada tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (Monintja, 1993). Rumpon tradisional umumnya terdiri dari pelampung, tali jangkar, jangkar/pemberat dan pemikat yang dipasang pada kedalaman m. Rumpon modern umumnya digunakan perusahaan swasta dan BUMN. Komponen rumpon ini biasanya terdiri dari pelampung (plat besi/drum), tali jangkar (kabel baja/steel wire), tali sintetis dan swivel. Pemberat

30 16 biasanya terbuat dari semen cor, sedangkan pemikat umumnya terbuat dari bahan alami dan bahan sintetis seperti ban, pita plastik (Nahumury, 2001). b. Fungsi rumpon Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Rumpon dapat berfungsi pula sebagai sumber makanan dan tempat berlindung ikan kecil (pelagis) dari predator. Tingkah laku ikan sejak dahulu telah diketahui, yaitu ikan cenderung menyukai berada di sekitar benda mengapung dan menyerupai tumbuhan. Hal ini dimanfaatkan dengan adanya rumpon yang sengaja dibuat dengan tujuan komersil. Jenis ikan di sekitar rumpon biasanya berenang dengan mengusahakan posisi tubuh selalu membelakangi rumpon (Subani, 1986 vide Sianipar, 2003). Pengumpulan ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan bermigrasi yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk beruaya di sekitar rumpon baik untuk sementara maupun permanen. Rumpon pada hakekatnya dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan agar sekumpulan ikan mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Dalam hal mengumpulkan ikan, Gunarso (1985) mengungkapkan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai rangsangan (kimia, penglihatan, pendengaran, penciuman, aliran listrik dan menyediakan tempat berlindung). Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) vide Imawati (2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai berikut: 1. Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan tertentu. 2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan tertentu. 3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur bagi ikan tertentu. 4. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu. 5. Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan tertentu.

31 17 Menurut Seaman (2000) vide Agus (2005), tujuan penggunaan rumpon di lingkungan perairan laut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan produksi perikanan. 2. Meningkatkan produksi perikanan komersial. 3. Lokasi produksi akuakultur. 4. Lokasi rekreasi pancing. 5. Lokasi rekreasi skin diving. 6. Wisata penyelaman. 7. Mengontrol daya recruitment sumberdaya ikan. 8. Melindungi habitat. 9. Konservasi keanekaragaman hayati. 10. Mitigasi kerusakan habitat. 11. Mengembalikan atau meningkatkan kualitas air dan habitat. 12. Penelitian. Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Menurut Bergstrom (1983) vide Imawati (2003) rumpon merupakan suatu arena makan. Awal terjadinya arena makan tersebut adalah timbulnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon pertama kali dipasang. Makhluk renik tersebut bersama hewan kecil lainnya menarik perhatian ikan pelagis kecil. Kemudian ikan pelagis kecil akan memikat ikan pelagis yang lebih besar, sehingga di sekitar rumpon terdapat sekumpulan ikan yang mencari makan. Tidak semua jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Berdasarkan hasil penelitian Monintja (1993) vide Sudirman dan Mallawa (2004) ditemukan ada 16 spesies ikan seperti terlihat pada tabel 5. Jika diperhatikan, maka jenisjenis ikan pelagis merupakan jenis yang dominan. Beberapa negara telah menggunakan rumpon sebagai alat batu penangkapan seperti Jepang, Filipina, Sri Lanka, Papua Nugini, Sichelles, dan Australia (Sudirman dan Mallawa, 2004).

32 18 Tabel 4 Jenis Ikan yang Sering Berkumpul pada Rumpon No Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin 1. Cakalang Skipjack Katsuwonus pelamis 2. Tongkol Frigate tuna Auxis thazard 3. Tongkol pisang Frigate tuna Euthynnus offinis 4. Tenggiri King mackeret Scomberomorus sp. 5. Madidihang Yellowfin tuna Thunnus albacares 6. Tembang Frigate sardine Sardinella fimbriata 7. Japuh Rainbow sardine Dussumeria hasselti 8. Ekor kuning pisang Silverstripe Spratteloides delicatuladi 9. Sardin Sardinella Sardinella schanum 10. Layang Scad Decapterus sp. 11. Tuna mata besar Big eye tuna Thunnus obesus 12. Cumi-cumi Squid Loligo sp. 13. Hiu Shark Spiraena sp. 14. Layaran Sailfish Istiophorus gladius 15. Ikan kwe Jack Caranx sp. Sumber : Yusfiandayani, 2004 Subani (1986) dalam Imawati (2003) mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti deles (Decapterus crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps), dan selar (Caranx leptolesis). 2.2 Analisis Finansial Menurut Kadariah et al. (1978), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Selain itu usaha agribisnis merupakan usaha yang memerlukan modal usaha yang cukup besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan.

33 19 Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi Analisis usaha Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk mengetahui keuntungan, antara lain adalah analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran dimaksudkan nilai penggunaan sarana produksi yang diperlukan atau yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Kadariah, 1999) Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap barang-barang konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gittinger, 1986). Pada umumnya, kegiatan usaha yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta ditujukan untuk mencari pendapatan bersih dan berusaha mencari keuntungan yang maksimal untuk investasi serta mempertahankan lajunya untuk kelanggengan perusahaan (Gittinger, 1986). Menurut Rahardi (2001), analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berjalan. Seorang pengusaha dapat membuat perhitungan dan menentukan langkah untuk memperbaiki serta meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau memperbesar nilai harga jual, namun yang biasa dilakukan oleh pengusaha adalah menekan biaya produksi. Biaya produksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan

34 20 biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi, sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi Analisis Kriteria Investasi Dalam analisis kriteria investasi sebuah usaha, komponen yang dianalisis adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Net Present Value (NPV) adalah selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV lebih kecil dari nol, maka usaha tidak layak dan apabila NPV lebih besar dari nol, maka usaha layak dilanjutkan. Internal Rate of Return adalah nilai discount rate i yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku maka usaha layak untuk dilakukan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana B t -C t bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999). 2.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan pemaksaan manajer proyek untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan atau taksiran yang tidak tepat (Umar, 2003). Analisis ini dapat juga digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kriteria investasi apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun pendapatan (Kadariah et al., 1999).

35 21 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berlangsung pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di daerah Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian studi kasus pada kapal PSP 01 milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Metode studi kasus merupakan suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Metode ini digunakan apabila telaahnya amat terbatas dan kesimpulannya hanya berlaku untuk kasus itu saja, walaupun dapat saja dalam praktek menjadi preseden bagi kasus berikutnya. Akan tetapi studi kasus tidak dapat dijadikan sebagai teori (Nazir, 1982). 3.3 Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan responden yang dibutuhkan. Responden dalam penelitian ini adalah nelayan kapal PSP 01. Data sekunder yang didapat berasal dari kantor Kepelabuhanan PPN Palabuhanratu, seperti data produksi dan nilai ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, data jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, data jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, dan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, seperti data jumlah armada penangkapan ikan selama 5 tahun terakhir, dan data produksi dan nilai produksi selama 5 tahun terakhir. 3.4 Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah, karena analisis data dapat menyederhanakan data menjadi bentuk yang lebih

36 22 mudah dipahami dan diinterpretasikan (Nazir, 1983). Data dan informasi yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara mengetahui gambaran teknis operasional kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu. Sedangkan analisis secara kuantitatif didapatkan dari analisis di bawah ini : Analisis finansial Analisis finansial dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan atau kemungkinan pengembangan usaha perikanan. Analisis finansial dilakukan dengan pendekatan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. A) Analisis usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang akan dicapai selama usaha tersebut berjalan. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, payback period (Sugiarto et al., 2002). Analisis usaha yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis break event point (BEP), analisis waktu balik modal (payback period), dan analisis return on investment (ROI). 1) Analisis pendapatan usaha Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha bertujuan mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Djamin, 1984) dengan rumus: Π = TR TC Keterangan: Π : keuntungan TR : total penerimaan TC : total biaya

37 23 Dengan kriteria: a) Jika TR > TC, maka kegiatan usaha mendapatkan keuntungan sehingga layak untuk dilanjutkan. b) Jika TR < TC, maka kegiatan usaha mengalami kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. c) Jika TR = TC, maka kegiatan usaha tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada pada titik impas. 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya ( Revenue Cost ratio ) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha ( Hernanto, 1989 ), rumus yang digunakan: R C PenerimaanTotal BiayaTotal Dengan kriteria : R/C > 1, usaha menguntungkan R/C < 1, usaha rugi R=C, usaha pada titik impas 3) Break Even Point (BEP) Analisis Break Even Point dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah penjualan dan volume produksi yang dapat mencapai keuntungan tertentu (Djamin, 1984). Analisis Break Even Point (BEP) dihitung dengan rumus, yaitu : BEP 1 BiayaTetap biayatidaktetap penerimaan (Rp) BEP BiayaTetap Pr oduksi Penjualan BiayaTidakTetap (Kg)

38 24 4) Return on Invesment ( ROI ) Analisis ROI bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha (Djamin, 1984), dapat dihitung dengan rumus : ROI Keuntungan 100% Investasi 5) Payback Period (PP) Payback period (PP) merupakan analisis penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek (Djamin, 1984). Payback period dapat dihitung dengan rumus : Investasi PP ( 1tahun) Keuntungan B) Analisis kriteria investasi 1) Net Present Value (NPV) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya, dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) : NPV t t t t 1 1 i n B C

39 25 Keterangan : NPV = Net Present Value B t = benefit dari suatu proyek pada tahun ke-t (Rp) C t = biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t (Rp) i = tingkat suku bungan (i = 20%) n = umur ekonomis proyek (n = 5 tahun) 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana B t - C t bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor, yang dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) : NetB / C n t 1 n t 1 B C t 1 i t 1 i C B t t t t Bt Ct B C t t 0 0 Apabila : Net B/C > 1, maka usaha layak atau untung Net B/C = 1, maka usaha pulang pokok Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau rugi 3) Internal Rate of Return (IRR) Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yang dinyatakan dengan rumus (Kadariah et al., 1999) :

40 26 IRR i' NPV ' NPV ' NPV " i' i" Keterangan : IRR = Internal Rate of Return i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV pada suku bunga i NPV = NPV pada suku bunga i C) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kriteria investasi apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun pendapatan (Kadariah et al., 1999).

41 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Topografi PPN Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Terdapat beberapa kecamatan di kabupaten Sukabumi yang termasuk kedalam wilayah pengembangan pantai, antara lain Kecamatan Surade, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Palabuhanratu, dan Kecamatan Cisolok. Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 6 o 57 LS 7 o 04 LS dan 106 o 31 BT 106 o 37 BT. Dalam unit kelurahan atau desa, cakupan wilayah Palabuhanratu meliputi 1 kelurahan dan 4 Desa, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Citarik, Desa Cidadap, dan Desa Loji. Berdasarkan luas administratif, luas wilayah Palabuhanratu adalah 8.124,2 ha. Adapun batas-batas wilayah Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Bapedda Kabupaten Sukabumi, 2008) : - Utara berbatasan dengan Desa Cikadu dan Desa Buniwangi yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu; - Barat berbatasan dengan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia; - Selatan berbatasan dengan Desa Kertajaya dan Desa Cihaur yang merupakan wilayah Kecamatan Simpenan; - Timur berbatasan dengan Desa Cikadu, Desa Tonjong, dan Desa Cibuntu yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu. Wilayah Palabuhanratu mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari dataran datar sampai berbukit. Dataran datar terletak di sepanjang garis pantai dan sepanjang aliran sungai sampai dengan daerah perkotaan, sedangkan dataran berbukit terletak di daerah pinggiran kota dan menyebar ke arah timur kota (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008). Palabuhanratu memiliki panjang garis pantai kurang lebih 105 km, dan merupakan daerah lereng pegunungan yang mempunyai kemiringan 40%, serta merupakan dataran rendah yang sempit. Terdapat beberapa aliran sungai di

42 28 wilayah ini, antara lain sungai Cimandiri, sungai Cibareno, sungai Cisolok, dan lain-lain. 4.2 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok, karena di kedua kecamatan tersebut terdapat PPN Palabuhanratu dan PPI Cisolok. Oleh karena itu maka kedua kecamatan ini menjadi pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak sangat strategis berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia dan akses pemasaran domestik maupun eksport. Akses pemasaran domestik dapat ditempuh selama 3-4 jam dari Palabuhanratu ke Bandung atau Jakarta. Pada tahun 2009 terdapat 9 jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu, yaitu payang, pancing ulur, rampus, bagan apung, trammel net, purse seine, gill net, pancing tonda, dan longline. Jumlah keseluruhan alat tangkap yang beroperasi adalah sebanyak 598 unit alat. Alat tangkap yang paling banyak beroperasi adalah pancing ulur yaitu sebanyak 170 unit, sedangkan alat tangkap yang paling sedikit beroperasi adalah purse seine, yaitu sebanyak 8 unit alat tangkap. Data jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 dapat dilihat lebih rinci dalam bentuk grafik pada Gambar 3. Kapal perikanan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base pada tahun 2009 terdapat 758 unit yang terbagi menjadi dua jenis kapal perikanan, yaitu perahu motor tempel sebanyak 364 unit dan kapal motor sebanyak 394 unit. Kondisi ini menunjukkan bahwa unit penangkapan skala besar dengan skala kecil tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Jumlah kapal terbanyak pada jenis kapal perahu motor tempel yaitu kapal Kincang 236 unit, sedangkan pada jenis kapal motor jumlah terbanyak adalah kapal bagan apung 108 unit. Data lebih rinci dapat dilihat dalam bentuk grafik pada Gambar 4.

43 29 Jumlah (unit) Payang 121 Pancing Ulur 170 Rampus 110 Bagan Apung Trammel net Purse seine Alat Tangkap 8 Gill net 38 Pancing Tonda 65 Longline 33 Gambar 3 Grafik Jumlah Unit Alat Tangkap yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 Jumlah Kapal Kincang (PMT) 236 Payang (PMT) 75 Dogol (PMT) 25 2 Bagan apung (PMT) Angkutan bagan (PMT) Bagan apung (KM) Angkutan bagan (KM) 108 Jenis Kapal Payang (KM) 2 Pancing tonda (KM) 65 Gill net (KM) 52 Rawai tuna (KM) 106 Gambar 4 Grafik Jumlah Kapal Motor / Perahu Motor Menurut Jenis Alat Tangkap yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009 Keterangan : PMT : Perahu Motol Tempel KM : Kapal Motor

44 30 Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan termasuk didalamnya ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal. Adapun nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4453 orang. Jumlah tersebut terdiri atas 1741 nelayan yang menggunakan perahu motor tempel dan 2712 nelayan yang menggunakan kapal motor. Jumlah nelayan yang beroperasi akan diuraikan secara rinci pada Gambar 5. Jumlah Nelayan Kincang ( PMT) 472 Payang (PMT) 1138 Dogol (PMT) 75 Angkutan bagan (PMT) 4 Bagan apung (PMT) Angkutan bagan (KM) Bagan apung (KM) Jenis Kapal 216 Payang (KM) 30 Pancing tonda (KM) 325 Gill net (KM) 283 Rawai tuna (KM) Gambar 5 Grafik Jumlah Nelayan yang Beroperasi di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu Produksi perikanan adalah semua hasil tangkapan ikan atau binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan alami (laut) yang diusahakan oleh perusahaan perikanan. Pada tahun 2009 PPN Palabuhanratu menghasilkan volume produksi perikanan laut sebesar kg dengan nilai sebesar Rp ,00. Jumlah volume produksi terbesar terjadi pada bulan Juni dan

45 31 Agustus sebesar 456,705 ton dan 545,346 ton, karena pada bulan tersebut termasuk kedalam kategori musim peralihan. Pada bulan April dan Mei yang termasuk kedalam kategori musim barat, volume produksi memiliki nilai terendah yaitu 183,316 ton dan 203,812 ton. Data nilai volume produksi dan nilai produksi perikanan laut per bulan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5 dan pada grafik di Gambar 6. Tabel 5 Data Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Bulan Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp) (dalam Milyar) Januari 327,049 4,042 Februari 333,806 3,740 Maret 418,491 2,700 April 183,316 2,659 Mei 203,812 3,370 Juni 456,705 8,296 Juli 357,610 7,147 Agustus 545,346 6,932 September 328,753 4,576 Oktober 304,485 4,494 November 234,023 3,746 Desember 256,871 5,028 Jumlah 3950,267 56,735 Sumber :Data Statistik PPN Palabuhanratu 2009

46 Volume (ton) dan Nilai Produksi (milyar) Volume Produksi (ton) Nilai Produksi (M ilyar) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Bulan Gambar 6 Grafik Volume Produksi Perikanan dan Nilai Produksi Perikanan di PPN Palabuhanratu Tahun 2009 Sumber : Data Statistik PPN Palabuhanratu Fasilitas PPN Palabuhanratu Fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan meliputi sarana dan prasarana pelayanan umum dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional pelabuhan memperlancar aktivitas usaha perikanan (Lubis, 2002). Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu, maka Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan menyediakan sarana PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992 yang kemudian sarana dan prasarananya dilengkapi secara bertahap. Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

47 33 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu terdiri dari : a. Areal Pelabuhan Areal Pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas pelabuhan. PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan areal tersebut merupakan milik PPN Palabuhanratu yang mana sudah digunakan untuk pembangunan fasilitas pelabuhan. b. Dermaga Panjang dermaga PPN Palabuhanratu pada awal operasional adalah 509 m. Namun setelah beberapa tahun operasional, dermaga tersebut melampaui kapasitasnya karena kapal-kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu untuk mendaratkan hasil tangkapannya tiap tahun meningkat. Guna meningkatkan pelayanan, pada tahun 2002 pihak PPN Palabuhanratu telah membangun dermaga baru (dermaga 2) dengan panjang 410 m. PPN Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani tambat labuh kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 digunakan untuk kapalkapal ukuran >30 GT. c. Kolam Pelabuhan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai kolam pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m, dan -2 m. Pada tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2, PPN Palabuhanratu juga membangun kolam pelabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha dengan kedalaman -4 m. d. Breakwater Panjang breakwater yang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian selatan 294 m, bagian utara 125 m, bagian barat 50 m, dan bagian timur 200 m. Breakwater berguna untuk melindungi kapal-kapal perikanan yang tambat labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut.

48 34 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu antara lain : a. Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m 2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Tempat Pelelangan Ikan PPN Palabuhanratu saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan. b. Pasar Ikan Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m 2, yang bersebelahan dengan gedung TPI dan dimanfaatkan sebagai tempat untuk memasarkan hasil tangkapan. c. Menara Air dan Instalasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m 3 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat. d. Tangki BBM Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai dua unit tangki BBM yang berkapasitas 320 m 3 dan 208 m 3 yang dipasok dari station package dealer (SPDN) untuk nelayan yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. e. Listrik dan Instalasi Listrik di PPN Palabuhanratu bersumber dari PLN dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt amper (KVA). f. Tempat Perbaikan Jaring Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai tempat untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m 2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3000 m 2.

49 35 g. Balai Pertemuan Nelayan Balai pertemuan nelayan PPN Palabuhanratu mempunyai luas 150 m 2, dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan, dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan. h. Forklift, Dump Truck, Truck Folder Crane Fasilitas ini berfungsi untuk alat bantu memindahkan barang dari dermaga ke tempat penumpukan barang. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN Palabuhanratu antara lain adalah Kantor Administrasi Pelabuhan, Rumah Dinas, Mushola, MCK, dan tempat parkir.

50 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Operasional kapal PSP 01 (Multi gear) Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kapal ini yang digunakan untuk kapal penelitian dan kapal latih bagi mahasiswa. Selain itu kapal PSP 01 juga telah melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di Palabuhanratu. Pada kapal PSP 01 dioperasikan alat tangkap multigear, atau lebih dari satu buah alat tangkap, yaitu pancing dan gill net. Kapal PSP 01 memiliki panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 m. Kapal PSP 01 mulai beroperasi terhitung bulan Mei tahun 2008 hingga sekarang. 1) Unit penangkapan Unit penangkapan yang dioperasikan kapal PSP 01 antara lain yaitu pancing dan gillnet. Pengoperasian alat tangkap dilakukan di daerah rumpon. Alat tangkap yang diutamakan untuk dioperasikan yaitu pancing. Ketika mengoperasikan pancing, nelayan juga mengoperasikan gillnet. Gillnet merupakan salah satu alat tangkap yang dimiliki oleh kapal PSP 01. Jenis gillnet yang dioperasikan adalah drift gillnet dan jaring blo on. Drift gillnet adalah salah satu jenis gillnet yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis, sedangkan jaring blo on merupakan salah satu jenis gillnet yang dioperasikan untuk menangkap udang atau ikan demersal. Pancing merupakan alat tangkap yang juga dioperasikan oleh nelayan PSP 01. Pancing yang dioperasikan pada kapal PSP 01 terdapat dua jenis pancing, yaitu pancing tonda dan pancing ulur. Pancing ulur yang dioperasikan terdapat beberapa jenis, yaitu pancing tomba, pancing layang, dan pancing taber. Ketiga jenis pancing ulur tersebut pada dasarnya memiliki spesifikasi alat, daerah penangkapan, serta hasil tangkapan yang sama, namun yang berbeda adalah waktu pengoperasian dan metodenya.

51 37 2) Metode pengoperasian alat Sebelum melakukan operasi penangkapan, nelayan PSP 01 melakukan persiapan perbekalan, pemeriksaan mesin dan perahu, serta penyusunan alat tangkap di perahu. Setelah menentukan daerah penangkapan barulah para nelayan berangkat menuju fishing ground. Untuk pengoperasian drift gillnet dan jaring blo on hampir sama, namun berbeda pada waktu pengoperasian. Jaring kopet dioperasikan biasanya pada waktu malam hari sekitar pukul WIB dan dilakukan proses drifting (perendaman) jaring selama 2-3 jam, sedangkan jaring blo on dioperasikan pada waktu pagi hari sekitar pukul WIB dan tanpa proses drifting. Untuk pengoperasian pancing, pancing tonda menggunakan umpan buatan pada pengoperasiannya, sedangkan pancing ulur menggunakan umpan hidup. Kapal PSP 01 akan kembali ke PPN Palabuhanratu pada hari ke-6 atau ke-7. 3) Fishing ground Kegiatan operasional kapal PSP 01 di Palabuhanratu berlangsung sepanjang tahun, dengan lama 1 trip antara 5 sampai dengan 7 hari. Dalam satu bulan kapal PSP 01 dapat melakukan 3 trip sampai 4 trip. Untuk daerah penangkapan kapal PSP 01 dilakukan di daerah rumpon. Dari data yang didapat, daerah rumpon kapal PSP 01 antara lain di daerah Ujung Kulon, Binuangeun, perairan Legundi, perairan Selat Panaitan, Cisokan dan Karang Bolong. Peta fishing ground kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 1. 4) Komposisi hasil tangkapan Berdasarkan data kapal PSP 01, komposisi hasil tangkapan yang didapatkan cukup beragam. Ketika kapal PSP 01 mengoperasikan gillnet dan pancing maka hasil tangkapan yang didapatkan berupa ikan pelagis seperti yellow fin tuna (Thunnus albacares) dengan berbagai ukuran, cakalang (Katsuwonus pelamis), layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Sedangkan ketika kapal PSP 01 mengoperasikan jaring blo on maka didapatkan udang-udang karang dan lobster seperti udang mutiara (Penaeus sp.), dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor). Komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 selama dua tahun beroperasi dapat dilihat pada Gambar berikut.

52 38 0.7% 0.3% 23.4% 30.3% 3.7% 0.3% 6.6% 0.4% 34.1% 0.2% Cakalang Jangilus Tongkol Tenggiri Layur Lobster Madidihang Albacore Banyar Cucut Gambar 7. Presentase Komposisi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2010 Sumber : Data Primer Kapal PSP Pada Gambar 7 dapat dilihat komposisi hasil tangkapan kapal PSP 01 yang paling banyak dan dominan yaitu jenis ikan pelagis, seperti madidihang, cakalang, albacore, dan layur. Pada Mei 2008-April 2010 komposisi hasil tangkapan untuk kapal PSP 01 yang paling banyak yaitu ikan Madidihang (yellow fin tuna) sebanyak 34,1 %, lalu Cakalang sebanyak 30,3 %, kemudian albacore sebanyak 23,4 %, dan layur sebanyak 6,6 %. Dapat dilihat juga pada gambar, terdapat beberapa hasil tangkapan sampingan kapal PSP 01 seperti, ikan jangilus sebanyak 3,7 %, tongkol sebanyak 0,3 %, tenggiri sebanyak 0,4 %, lobster sebanyak 0,2 %, banyar sebanyak 0,7 %, dan cucut sebanyak 0,3 % Analisis usaha 1) Keuntungan Setiap usaha yang dilakukan pasti mengharapkan keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin layak usaha tersebut untuk dilakukan. a) Investasi Untuk analisis usaha dengan teknik finansial, dibutuhkan beberapa komponen penting yaitu investasi, biaya, penerimaan, dan bagi hasil. Modal atau investasi adalah besarnya pengeluaran awal yang harus dikeluarkan oleh

53 39 pengusaha sebelum menjalankan suatu usaha (Gittinger, 1986). Investasi awal kapal PSP 01 yaitu sebesar Rp ,00. Investasi awal digunakan untuk pembelian kapal, mesin utama, mesin bantu, peralatan navigasi, alat tangkap, dan perlengkapan tambahan. Rincian modal investasi untuk kapal PSP 01 (tahun 2008) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Investasi Usaha Perikanan Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 Rincian Investasi Umur teknis Biaya (Rp) Persentase (%) Kasko kapal 7 tahun Mesin dan Perlengkapannya 5 tahun AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi 5 tahun Peralatan Navigasi (GPS,Kompas) 3 tahun Alat tangkap Gill Net 3 tahun Alat tangkap pancing 2 tahun Perlengkapan tambahan 1 tahun Total Sumber : Data Pengelola Kapal PSP 01 tahun 2010 b) Biaya Biaya adalah sesuatu yang harus dikeluarkan dalam melakukan usaha (Kadariah et al., 1999). Biaya yang dikeluarkan dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 sebesar Rp ,00 dan biaya variabelnya sebesar Rp Sedangkan pada Mei 2009-April 2010 biaya tetapnya sebesar Rp ,00 dan biaya variabelnya sebesar Rp Komponen biaya total kapal PSP 01 selama dua tahun dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

54 40 Tabel 7 Biaya Usaha Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 Tahun 2010 Uraian Nilai (Rp) A. Biaya Tetap Mei 2008-April 2009 Mei 2010-April2010 Penyusutan kapal Penyusutan peralatan kapal , ,67 Penyusutan mesin Penyusutan Gillnet Penyusutan Pancing Penyusutan Peralatan navigasi Penyusutan Perlengkapan Oli Papan sekat Cat Perahu Perizinan Docking Ganco Total , ,67 Biaya Variabel Solar Minyak tanah Es Logistik nelayan Umpan Box Otonom Kuli Batu Timah Gas Benang anyaman V Belt Nilon Pancing Petromax Upah nelayan Total Total Biaya Sumber : Hasil perhitungan analisis usaha kapal PSP 01 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa total biaya dalam usaha kapal PSP 01 pada bulan Mei 2008 April 2009 yaitu sebesar Rp ,00 dan pada bulan Mei 2009 April 2010 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp ,00. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh kapal PSP 01 dalam menjalankan usahanya adalah pada biaya operasional untuk bahan bakar.

55 41 c) Penerimaan Hasil tangkapan yang diperoleh oleh kapal PSP 01 tidak menentu. Hasil tangkapan kapal PSP 01 didominasi oleh ikan jenis tuna, seperti yellow fin (Thunnus albacares) dengan berbagai ukuran, cakalang (Katsuwonus pelamis), big eye (Thunnus obesus), serta layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Selain itu, hasil tangkapan yang diperoleh kapal PSP 01 berupa udang mutiara (Penaeus sp.) dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor). Total hasil tangkapan kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 mencapai Rp dan pada Mei 2009-April 2010 total hasil tangkapannya sebanyak Rp Komposisi penerimaan hasil tangkapan kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 4. 2) Rasio imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio) R-C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Analisis R/C dilakukan untuk melihat berapa penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada unit usaha penangkapan kapal PSP 01. Penerimaan dari unit usaha kapal PSP 01 periode Mei 2008-April 2009 yaitu sebesar Rp dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,00. Dari data diperoleh nilai R/C sebesar 1,03 (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,03. Pada periode Mei 2009-April 2010, total penerimaan yang diperoleh kapal PSP 01 sebesar Rp dan total biayanya adalah sebesar Rp , sehingga nilai R/C yang diperoleh sebesar 0,97. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran. 3) Payback Period (PP) Analisis waktu pengembalian modal (payback period) bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi biaya investasi apabila seluruh keuntungan yang diperoleh digunakan untuk menutupi investasi (Djamin, 1984). Payback period dari usaha kapal PSP 01 di Palabuhanratu yaitu 27,8 tahun. Hal ini berarti waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan akan kembali dalam waktu 27,8 tahun. Waktu ini terbilang

56 42 sangat lama untuk suatu unit usaha penangkapan. Hal ini dikarenakan nilai investasi yang besar tidak sebanding dengan nilai penerimaan yang didapatkan. 4) Return on Investment (ROI) Return on Investment bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang ditanamkan (Djamin, 1984). Return on Investment dari usaha kapal PSP 01 sebesar 3,6%. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah investasi yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 0,036. 5) Break Event Point (BEP) Break Event Point dilakukan untuk mengetahui jumlah penjualan dan volume produksi yang tidak memperoleh kerugian dan tidak memperoleh laba, juga pada jumlah penjualan dan volume produksi yang dapat mencapai keuntungan tertentu (Djamin, 1984). Nilai BEP dari usaha kapal PSP 01 ini sebesar Rp ,6. Hal ini berarti bahwa pada nilai penerimaan Rp ,6 kapal PSP 01 berada pada posisi impas. Tabel 8 Analisis Usaha Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Keterangan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Keuntungan (Rp) (rugi) R/C 1,03 0,97 PP (tahun) 27,8 - ROI (%) 3,6 - BEP (Rp) ,6 - Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Usaha Kapal PSP 01 Tahun Analisis Kriteria Investasi Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat sampai secara teknik sudah tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan usaha. Dalam melakukan analisis kriteria investasi kapal PSP 01, dilakukan hanya dengan satu skenario, yaitu modal berasal dari departemen PSP sendiri. Biaya dalam analisis ini merupakan komponen pengeluaran dari usaha penangkapan yang merupakan biaya operasional dalam operasi penangkapan. Biaya operasional adalah biaya yang betul-betul riil dikeluarkan dalam

57 43 menghasilkan produk pada operasi penangkapan. Komponen biaya operasional dalam usaha penangkapan kapal PSP 01 terdiri atas biaya perawatan kapal, biaya perawatan mesin, biaya docking, biaya perizinan, biaya oli, biaya solar, biaya es, biaya gas, biaya minyak tanah, biaya logistik nelayan, biaya umpan, biaya perawatan alat tangkap, biaya retribusi, biaya kuli, dan biaya upah nelayan. Penerimaan usaha penangkapan kapal PSP 01 adalah hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan produksi (kg) yang berlaku saat ini dan nilai sisa dari investasi. Nilai sisa merupakan nilai sisa dari investasi yang tidak habis digunakan selama proyek. 1) Cash Flow Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai akibat dari pengurangan biaya bersih selama tahun proyek. Penyusunan cash flow menggunakan beberapa asumsi untuk membatasi permasalahan yang ada. Asumsi yang digunakan dalam perkiraan cash flow usaha penangkapan kapal PSP 01 yaitu (1) Usaha penangkapan kapal PSP 01 yang dikelola oleh Departemen PSP dianggap usaha yang telah berjalan selama 2 tahun dari tahun 2008 sampai sekarang; (2) Umur proyek ditentukan 5 tahun berdasarkan umur ekonomis kapal, karena kapal merupakan komponen investasi yang memiliki umur ekonomis paling lama ; (3) Tahun pertama proyek dimulai pada tahun 2008 ; (4) Nilai hasil tangkapan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-5 dianggap tetap, sehingga penerimaan dari hasil penjualan usaha kapal PSP 01 juga tetap, yaitu sebesar Rp ,00 per tahun ; (5) Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian ; (6) Biaya operasional yang dikeluarkan dari tahun kedua sampai tahun kelima dianggap sama, yaitu sebesar Rp ,00 ; dan (7) Nilai discount rate yang digunakan merupakan tingkat suku bunga pinjaman pada tahun 2008 sebesar 20% pada bank BRI. Arus masuk atau in flow pada perkiraan cashflow terdiri atas penerimaan, pemasukan dari research, dan nilai sisa, sedangkan arus keluar atau out flow pada

58 44 perkiraan cash flow terdiri atas biaya investasi dan biaya operasional. Perkiraan cash flow dari usaha penangkapan kapal PSP 01 dapat dilihat pada Lampiran 2) Kriteria investasi Setelah dilakukan perhitungan kriteria investasi pada usaha penangkapan kapal PSP 01 didapatkan nilai NPV kapal PSP 01 sebesar (-) Rp ,87. Nilai ini menunjukkan bahwa selama proyek usaha berjalan tidak memberikan manfaat melainkan akan memberikan kerugian sebesar Rp ,87 jika dinilai pada saat sekarang dengan discount rate sebesar 20%. Net B/C yang diperoleh sebesar 0,44, nilai ini merupakan perbandingan net benefit positive dengan net benefit negative selama tahun proyek. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 0,44 selama umur proyek pada tingkat discount rate 20%. Internal Rate of Return yang diperoleh pada usaha ini yaitu sebesar (-) 11%. Hal ini menggambarkan bahwa nilai investasi yang ditanamkan pada usaha penangkapan kapal PSP 01 ini tidak memberikan manfaat internal melainkan mengalami kerugian sebesar 11% tiap tahunnya. Nilai IRR tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat suku bunga (discount rate) yang berlaku pada saat penelitian (20%). Hal tersebut menggambarkan bahwa usaha penangkapan kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan. Tabel 9 Nilai Kriteria Investasi Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu No Keterangan Nilai 1. NPV (Rp) ,87 2. Net B/C 0,44 3. IRR (%) - 11 Sumber : Hasil perhitungan dari data primer 3) Analisis Sensitivitas Pada kriteria investasi usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan menggunakan unit penangkapan multi gear, nilai IRR yang didapatkan bernilai negatif, sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan sensitivitas usaha.

59 Pembahasan Aspek teknik Secara teknis operasional, kapal PSP 01 merupakan kapal perikanan yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap atau dengan nama lain multi gear. Kapal PSP 01 mengoperasikan alat tangkap gill net, pancing tonda, serta pancing ulur. Penentuan daerah penangkapan kapal PSP 01 berdasarkan data hasil tangkapan nelayan sebelumnya, pengalaman melaut nelayan, dan musim penangkapan. Pengoperasian alat tangkap sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon serta kondisi dari daerah penangkapan itu sendiri (Juliana, 2007). Pada Tabel 10 disajikan empat kriteria data teknis dari kapal PSP 01 yaitu Gross Tonage (GT) kapal, jumlah ABK, jumlah hari operasi per tahun, dan jumlah bahan bakar per tahun. Kapal PSP 01 memiliki GT kapal sebesar 9,5 GT, jumlah ABK yang beroperasi dalam satu kapal 6 orang, jumlah trip dalam satu tahun sebanyak 32 trip pada tahun pertama (Mei 2008-April 2009) dan 30 trip pada tahun kedua (Mei 2009-April 2010), dan jumlah bahan bakar pada Mei 2008-April 2009 sebesar liter solar dan pada Mei 2009-April 2010 sebanyak 8300 liter solar. Tabel 10 Data Teknis Kapal PSP 01 di Palabuhanratu pada Mei 2008-April 2010 Data Teknis Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 GT Kapal 9,5 9,5 ABK (orang) 6 6 Trip per tahun Bahan bakar per tahun (liter) Sumber : Hasil Wawancara Responden Tahun 2010 Dari data teknis tersebut dapat diketahui keragaan produksi hasil tangkapan dengan membagi jumlah produksi hasil tangkapan per tahun dengan keempat kriteria data teknis. Produksi kapal PSP 01 pada Mei 2008-April 2009 yaitu sebanyak ,56 kg dan pada Mei 2009-April 2010 sebanyak kg. Nilai produksi kapal PSP 01 pada tahun kedua lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun pertama. Hal ini disebabkan karena musim ikan yang tidak pernah menentu, sehingga berpengaruh terhadap jumlah produksi hasil tangkapan.

60 46 Perbandingan keragaan produksi hasil tangkapan tersebut dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan Keragaan Produksi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 di Palabuhanratu Keragaan Hasil Tangkapan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Σ Hasil Tangkapan 1 thn (kg) , X1 (kg) 1.321, ,36 X2 (kg) 2.092, ,50 X3 (kg) 392,39 347,50 X4 (kg) 1,61 1,26 Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Keragaan Hasil Tangkapan Keterangan : X1 X2 X3 X4 : Jumlah Hasil Tangkapan / GT kapal : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah ABK : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah trip per tahun : Jumlah Hasil Tangkapan / jumlah bahan bakar per tahun Pada tabel 11 nilai X1 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 GT kapal yaitu sebesar 1.321,74 kg pada tahun pertama dan 1.097,36 kg, nilai X2 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 orang ABK yaitu sebesar 2.092,76 kg pada tahun pertama dan 1.737,5 kg pada tahun kedua, nilai X3 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 trip operasi yaitu sebesar 392,39 kg pada tahun pertama dan 347,5 kg pada tahun kedua, dan nilai X4 menunjukkan keragaan hasil tangkapan per 1 liter bahan bakar sebesar 1,61 kg pada tahun pertama dan 1,26 pada tahun kedua. Nilai keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 tahun pertama (Mei April 2009) lebih besar jika dibandingkan dengan tahun kedua (Mei 2009-April 2010). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan kapal PSP 01 tahun pertama yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun kedua usaha Aspek finansial Suatu usaha dapat dilihat kelayakannya melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Dalam hal ini usaha yang telah dianalisis secara finansial yaitu usaha penangkapan kapal PSP 01 yang mengoperasikan alat tangkap multi gear.

61 47 Pada Tabel 12 di bawah ini disajikan hasil perhitungan analisis finansial untuk kapal PSP 01. Tabel 12 Analisis Finansial Kapal PSP 01 di PPN Palabuhanratu Keterangan Nilai Mei 2008-April 2009 Mei 2009-April 2010 Keuntungan (rugi) R/C ratio 1,03 0,97 PP (tahun) 27,8 - ROI (%) 3,6 - BEP (Rp) ,6 - NPV (Rp) ,87 - Net B/C 0,44 - IRR (%) Sumber: Hasil perhitungan dari data kapal PSP 01 Berdasarkan pada Tabel 12 di atas, dapat dilihat hasil perhitungan analisis finansial untuk kapal PSP 01. Jika dilihat dari keuntungan usaha, kapal PSP 01 memperoleh keuntungan hanya di tahun awal usaha yaitu sebesar Rp , sedangkan pada tahun kedua usaha kapal PSP 01 mengalami kerugian sebesar Rp Dalam analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio), kapal PSP 01 memiliki nilai R/C sebesar 1,03 pada tahun pertama usaha dan 0,97 pada tahun kedua usaha. Hal ini menunjukkan bahwa kapal PSP 01 masih menguntungkan untuk dilanjutkan, namun belum terbilang layak untuk dikembangkan karena nilai R/C yang hampir mendekati 1 di tahun pertama dan nilai R/C di bawah 1 pada tahun kedua. Waktu yang dibutuhkan untuk kapal PSP 01 mendapatkan kembali modal awalnya yaitu selama 27,8 tahun. Waktu ini terbilang sangat lama untuk sebuah usaha mendapatkan kembali modal awalnya. Pada perhitungan analisis kriteria investasi, dapat sangat terlihat bahwa usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan alat tangkap multi gear tidak layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan nilai NPV dan IRR yang bernilai negatif, yaitu (-) Rp ,87 dan (-) 11%, sehingga analisis sensitivitas tidak dilanjutkan untuk dihitung. Ketidaklayakan usaha kapal PSP 01 untuk dikembangkan, diduga disebabkan karena adanya perhitungan perencanaan di awal usaha yang kurang akurat. Pada investasi awal usaha, dikeluarkan biaya yang cukup besar untuk

62 48 membeli dua alat tangkap, gillnet dan pancing. Namun pada kenyataannya, ketika kapal PSP 01 beroperasi, alat tangkap yang lebih sering digunakan adalah pancing. Sedangkan gillnet hanya dioperasikan sesekali saja. Hal ini yang membuat ketidak seimbangan antara investasi awal usaha yang cukup besar dengan penerimaan hasil tangkapan yang kurang optimal.

63 49 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1) Secara teknik operasional, pengoperasian alat tangkap kapal PSP 01 lebih sering dilakukan di daerah rumpon, sehingga alat tangkap yang lebih sering dioperasikan adalah pancing. Gillnet dioperasikan ketika nelayan sudah tidak dapat menemukan ikan di daerah rumpon 2) Keragaan hasil tangkapan kapal PSP 01 pada tahun pertama usaha Mei 2008-April 2009 lebih besar dibandingkan dengan keragaan hasil tangkapan pada tahun kedua Mei 2009-April Hal ini disebabkan karena jumlah volume produksi hasil tangkapan di tahun pertama lebih besar yaitu ,56 kg, sedangkan pada tahun kedua usaha hasil tangkapan hanya mencapai kg. Jumlah hasil tangkapan yang menurun ini disebabkan karena musim ikan yang tidak menentu. 3) Usaha penangkapan kapal PSP 01 dengan alat tangkap multi gear memiliki nilai keuntungan sebesar Rp pada tahun pertama dari Mei 2008 April 2009, dan mengalami kerugian sebesar Rp pada tahun kedua yaitu Mei 2009 April Usaha ini memiliki nilai R/C > 1, yaitu 1,03 (Mei 2008-April 2009) dan 0,97 (Mei 2009-April 2010). Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk kapal PSP 01 mendapatkan kembali nilai investasinya (PP) yaitu selama 27,8 tahun. Dalam tiap satu rupiah investasi yang ditanamkan oleh kapal PSP 01 akan mendapatkan kembali keuntungan sebesar Rp 0,036 (ROI). Nilai BEP kapal PSP 01 yaitu sebesar Rp ,6. 4) Berdasarkan hasil perhitungan analisis kriteria investasi, usaha penangkapan kapal PSP 01 tidak layak untuk dikembangkan karena nilai NPV dan IRR yang negatif. 6.2 Saran 1) Mengatur pencatatan data operasional kapal PSP 01 agar lebih rinci dan jelas pembagian trip mana yang menggunakan alat tangkap pancing dan trip mana yang menggunakan alat tangkap gillnet.

64 50 2) Mengatur pencatatan data operasional kapal PSP 01 agar lebih rinci dan jelas penerimaan hasil tangkapannya. 3) Menambahkan satu atau lebih dari satu unit kapal untuk keberlangsungan usaha yang lebih layak, jika usaha kapal PSP 01 ini tetap akan dilanjutkan. 4) Mengalihkan jenis usaha dari usaha penangkapan menjadi usaha jasa wisata berupa penyewaan kapal untuk memancing.

65 51 DAFTAR PUSTAKA Agus S.B Analisis Perencanaan dan Pengembangan Rumpon (Fish Seller) Sebagai Upaya Meningkatkan Sumberdaya Ikan. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 6. Anonim.2007.Bottom Gillnet. Oktober 2009]. Ardianto A Pemanfaatan Rumpon laut Dalam : Upaya Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di PT. Usaha Mina (Persero) Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1-27 Ariestine, D Analisis Faktor-faktor Teknis Perikanan Jaring Nilon di Perairan Teluk Jakarta Muara Angke, Jakarta Utara. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ayodhyoa A U Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 97 hal. Citrasari, N Evaluasi Teknis dan Ekonomi Unit Penangkapan Payang di Perairan Ulak Karang Sumatera Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Djamin, Z Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hal. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi.

66 52 [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun Sukabumi. Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Effendi I Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 8. Endratno.2002.Uji Coba Umpan Benang Perak pada Pancing Tonda (Troll Line) di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 3-5. Fridman A.L Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan. (alih bahasa Team Penerjemah BPPI Semarang 1988). Koperasi Serba Usaha Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. Hal Gittinger, P.J., Economic Analysis of Agricultural Projects. Second Edition. Jakarta : University of Indonesia Press. Gunarso W Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode, dan Taktik Penangkapan. [Diktat Kuliah] (Tidak Dipublikasikan). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 149 hal. Hendriana, Juliana Pengoperasian Pancing Tonda Pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hernanto, F Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. 309 hal. Imawati N Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis di Sekitar Rumpon di Perairan Pasauran, Banten. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 7-8. Kadariah, L., Karina dan C. P. Gray Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

67 53 Kayadoe, M. E Pengaruh Pasang Surut Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tangan (Handline) di Teluk Ambon. Fakultas Perikanan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Klust G Bahan Jaring untuk Alat Penangkap Ikan. (alih bahasa tim penerjemah Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang). BPPI Semarang. Hal Martasuganda S Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 65 hal. Miranti Perikanan Gillnet di Palabuhanratu; Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pemilik. [Skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Monintja D.R Study On The Development of Rumpon As Fish Aggregation Device In Indonesia. Maritek. Buletin ITK. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 3 (3) : 137 hal. Nahumury J. R Analisis Pengaruh Waktu Pemancingan dan PeriodeBulan Terhadap Jenis dan Komposisi Hasil Tangkapan Handline di Sekitar Rumpon di Teluk Tomini. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 622 hal. Nugroho P Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 4-7. Nurani TW, SH Wisudo dan MP Sobari Studi Perbandingan Kajian Tekno- Ekonomi Usaha Penangkapan Longline untuk Fresh dan Frozen Tuna. [Laporan Penelitian]. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 53 hal.

68 54 Nontji, A Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Rumpon Studi Group Bogor Agricultural University Final Report Survey On The Location and Design of Rumpon (Payaos) In Ternate, Tidore and Bacan Waters. (Tidak Dipublikasikan). The Department of Fisheries Resources Utilization, Faculty of Fisheries, Bogor Agricultural University. Hal V Sarry, R Studi tentang Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Layur pada Siang san Malm Hari di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sasmita, V. S Pendugaan Potensi dan Fruktuasi Musim Penangkapan Sumberdaya Layur (Trichiurus sp) di Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Sianipar M.H Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan Periode Bulan di Sekitar Rumpon di Perairan Pasauran Provinsi Banten. [Skripsi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal Simamora B Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Subani W dan HR Barus Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indonesia. Jurnal Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hal. Sudirman H dan Mallawa Teknik Penangkapan Ikan. Asdi Maha Satya. Rineka Cipta. Jakarta. Hal Umar, H Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 462 hal. Yusfiandayani, R Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan di Perairan Pasauran Propinsi Banten. [Disertasi] (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 229 Hal

69 55 Lampiran 1. Foto Kapal PSP 01 Kapal PSP 01

70 56 Lampiran 2. Peta lokasi penelitian U 106 o 30 BT Sumber : Data Primer, 2010

71 57 Lampiran 3. Analisis Usaha Perikanan Kapal PSP 01 Mei April 2009 Tabel Biaya Investasi Kapal PSP 01 Tahun 2008 Biaya Investasi Uraian Umur teknis Harga Kasko kapal 7 tahun Mesin dan Perlengkapannya 5 tahun AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi 5 tahun Peralatan Navigasi (GPS,Kompas) 3 tahun Alat tangkap Gill Net 3 tahun Alat tangkap pancing 2 tahun Perlengkapan tambahan 1 tahun Total Tabel Biaya Penyusutan Kapal PSP 01 Biaya Penyusutan Nilai (Rp) Penyusutan kapal Penyusutan peralatan kapal 1,666,667 Penyusutan medsin Penyusutan Gillnet Penyusutan Pancing Penyusutan Peralatan navigasi 1,000,000 Penyusutan Perlengkapan 3,000,000 Total

72 58 Lanjutan Lampiran 3. Tabel Biaya Kapal PSP 01 per Bulan (Mei 2008-April 2009) Mei Juni Juli Agustus Sept Oktober Nov Des Jan Feb Maret April TOTAL Biaya Tetap Oli Papan Sekat Gemuk Cat perahu Perizinan Total Total Biaya Tetap B. Variabel Solar Minyak tanah Es Logistik nelayan Umpan Gas Box Petromax Otonom Kuli/roda Batu Timah Benang Ayaman V Belt Nilon Pancing Total B.Variabel Total Biaya 129,091,167

73 59 Lanjutan Lampiran 3. Mei Juni Juli Agustus Sept Oktober Nov Des Jan Feb Maret April TOTAL Pendapatan (HT) Abu-abu Banyar Cakalang Cakalang Kecil Cengker Cucut Layaran Jangilus Ikan Jouvenil Keong Macan Layur Udang Mutiara Udang Mutiara Kecil Salur Lobster Pasir Besar Lobster Pasir Kecil Tenggiri Besar Tenggiri kecil Tuna kg Tuna kg Tuna 30 up Tuna Baby < 15kg Tuna kecil >1 kg Tuna kecil <1 kg Tuna Reject Total

74 60 Lanjutan Lampiran 3. Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April TOTAL Bagi Hasil Penerimaan Keuntungan R/C 1,03 ROI 0,036 PP BEP

75 61 Lampiran 4. Analisis Usaha Perikanan Kapal PSP 01 Mei 2009-April 2010 Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April Total Biaya Tetap (Rp) Oli Docking Ganco Penyusutan Total Biaya Variabel Solar (liter) Isi gas Es (balok) Logistik nelayan Umpan Minyak tanah (ltr) Box Petromax Pancing Total B. Variabel Total Biaya Pendapatan (HT) Layur Tuna Baby < 15 kg Tuna Kecil > 5 kg Tuna 30 Up Kg Tuna kg

76 62 Lanjutan Lampiran 4 Pendapatan (HT) Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Feb Maret April Total Tuna kg Cakalang Abu-abu Tuna Kg Tuna > 1 kg Jangilus Tuna Reject Cakalang Kecil Total Bagi Hasil Penerimaan Keuntungan R/C ratio 0,98 Lanjutan Lampiran 4.

77 63 Lampiran 5. Perkiraan Cash flow Kapal PSP 01 No Uraian Inflow a. Penerimaan H.T b. Pendidikan 0 c. Research d. Nilai sisa Jumlah Inflow Outflow a. Investasi Kapal Mesin AS, Propeler, Bos Coker, daun kemudi Peralatan Navigasi Alat Tangkap Gillnet Alat Tangkap pancing Perlengkapan tambahan b Jumlah Investasi Biaya Tetap Oli Papan Sekat Cat Perahu Docking Perizinan Jumlah Biaya Tetap

78 64 Lanjutan Lampiran 5. No Uraian c Biaya Variabel Solar Minyak tanah / gas Es Logistik nelayan Umpan Batu Timah Benang anyaman & V belt Nilon & Pancing Keranjang ikan Otonom Kuli Upah Nelayan Jumlah Biaya Variabel Jumlah outflow Net Benefit (1-2) Discount factor 20 % 0, , , , , Present Value (PV) , , , , ,54 6 Net Present Value (NPV) ,9 7 Net B/C 0, IRR -11%

79 65 Lampiran 6. Foto Fasilitas di PPN Palabuhanratu Syahbandar PPN Palabuhanratu Puskemas Nelayan Palabuhanratu Kantor PPN Palabuhanratu Bengkel

80 66 Lanjutan Lampiran 6. AGB Palabuhanratu Breakwater PPN Palabuhanratu Lampu tanda TPI Palabuhanratu

81 67 Lanjutan Lampiran 6. Mushalla Pegadaian

82 68 Lampiran 7. Foto Alat Tangkap di Kapal PSP 01 Gillnet Pelampung Pancing tomba Swivel

83 69 Lanjutan Lampiran 7. Mata pancing Dirijen Umpan buatan Umpan buatan

84 70 Lanjutan Lampiran 7. Mata pancing Tali pancing

85 71 Lampiran 8. Komposisi Hasil Tangkapan Kapal PSP 01 Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp.) Ikan Jangilus (Istiophorus sp.) Albacore

86 72 Lanjutan Lampiran 8. Ikan Tongkol (Auxis sp.) Ikan Layur (Trichiurus sp.) Berbagai jenis lobster

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang lain melalui transaksi.

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) NITA SRI KURNIAWATI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANANN TANGKAP

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU Productivity of Hand Line for Fishing of Mackerel (Scomberomorus commerson)

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4, Nomor 3, September 2016 Analisis Finansial Usaha Perikanan Tangkap Pancing Ulur (Hand Line) Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL 5.1.1 Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon.

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR Pengaruh Penggunaan Mata Pancing.. terhadap Hasil Tangkapan Layur (Anggawangsa, R.F., et al.) PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCNG GANDA PADA RAWA TEGAK TERHADAP HASL TANGKAPAN LAYUR ABSTRAK Regi Fiji Anggawangsa

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara 1,2 Frengky Amrain, 2 Abd. Hafidz Olii, 2 Alfi S.R. Baruwadi frengky_amrain@yahoo.com

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 10 PI Wahyuningrum / Maspari Journal 04 (2012) 10-22 Maspari Journal, 2012, 4(1), 10-22 http://masparijournal.blogspot.com Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah

Lebih terperinci

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province) Tiara Anggia Rahmi 1), Tri Wiji Nurani 2), Prihatin IkaWahyuningrum

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan No Uraian Total I Investasi 1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.. 2. Mesin 15.. 3. Mesin Jenset 5.. 4. Perlengkapan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 163-169 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO BANDA ACEH PROPINSI ACEH Analysis Financial

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Unit Penangkapan Jaring Rajungan dan Pengoperasiannya Jaring rajungan yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat mempunyai kontruksi jaring yang terdiri dari tali ris

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar ABSTRAK

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar   ABSTRAK ASPEK FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HANDLINE) DI KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA Heriansah, Andi Aslinda, dan Fardi Hidayat Sekolah

Lebih terperinci

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DRAFT Menimbang : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/14 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 32 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan 51 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Keragaan Usaha Penangkapan Ikan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) telah dilaksanakan Depertemen Kalutan dan Perikanan sejak tahun 2001 sampai dengan 2009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 November2014: 117-129 ISSN 2087-4871 KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT CONSTRUCTION AND PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi ALAT PENANGKAPAN IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi A. Alat Penangkap Ikan Definisi alat penangkap ikan: sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan Pengertian sarana:

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH Catch Composition and Profit Analysis of Purse Seiners in

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL Financial Analysis of One Day Fishing Business Using Multigear

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN MASPARI JOURNAL Januari 2015, 7(1): 29-34 ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN FINANSIAL ANALYSIS OF DRIFT GILL NET IN

Lebih terperinci

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN BAGAN APUNG DI PPN PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT FAHRUL ROZI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA THE ANALYSIS OF PURSE SEINE AT THE PORT OF SIBOLGA ARCHIPELAGO FISHERY TAPANULI REGENCY

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN Technical and Financial Analysis of Payang Fisheries Business in Coastal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci