TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR"

Transkripsi

1 TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) NITA SRI KURNIAWATI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANANN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 20100

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Nita Sri Kurniawati

3 ABSTRAK NITA SRI KURNIAWATI. Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01). Dibimbing oleh: RONNY IRAWAN WAHJU dan SUGENG HARI WISUDO. Kapal PSP 01 merupakan salah satu kapal perikanan yang beroperasi di sekitar perairan Teluk Palabuhanratu dan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu. Dalam prakteknya, alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP 01 ialah alat tangkap multigear (gillnet dan pancing). Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi keragaan unit penangkapan multigear Kapal PSP 01 yang berbasis di PPN Palabuhan ratu; 2) Mengestimasi tingkat produktivitas unit penangkapan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu; 3) Menghitung efisiensi teknis unit penangkapan ikan multigear Kapal PSP 01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) dan analisis efisiensi teknis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kapal PSP 01 merupakan Kapal multigear yang memiliki alat tangkap gillnet, dan pancing. Dimensi utama Kapal PSP 01 adalah sebagai berikut panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 meter, dengan tonase kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Kapal PSP 01 terbuat dari kayu tamiyang, laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum. Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP 01 lebih rendah dibandingkan dengan kapal payang (single gear) maupun kapal pancing tonda. Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01 secara teknis memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari kapal single gear payang, namun lebih rendah dibandingkan kapal single gear pancing tonda. Tingkat efisiensi teknis, Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM dibandingkan kapal single gear. Kata kunci: alat tangkap multigear, CPUE, efisiensi teknis, single gear

4 Hak cipta IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) NITA SRI KURNIAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Mayor : Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01) : Nita Sri Kurniawati : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Ketua, Disetujui : Komisi Pembimbing Anggota, Ir. Ronny Irawan Wahju M. Phil Dr.Ir. Sugeng Hari Wisudo M. Si NIP: NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: Tanggal Lulus : 13 Agustus 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2010 ini adalah Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Ronny Irawan Wahju, M. Phil dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si. selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan di kemudian hari. Bogor, Agustus 2010 Nita Sri Kurniawati

8 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada: 1. Allah SWT. atas berkah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini walaupun masih jauh dari sempurna; 2. Bapak Ir. Ronny Irawan Wahju M. Phil dan Bapak Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo M. Si. Sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 3. Bapak Dr. Muhammad Imron, M. Si. Sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Selaku penguji tamu atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya; 5. Kantor Kepelabuhanan PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat; 6. Kedua orang tua (alm) Bapak Suparni Hadi Prabowo dan Ibu Sriyatun, atas kasih sayang, perhatian, pengertian, kesabaran, dan ketabahannya; 7. Kakak-kakakku (Devi Endang Liawati, Heru kurniawan dan Nasser Andriana), keponakanku (Keyla Putri Andriana), yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, dan motivasi agar selalu semangat mengerjakan skripsi ini; 8. Arief Mullah, seseorang yang selalu memberi semangat dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai; 9. Sahabat-sahabatku (Viona, Uty, Iniez, Lala, Acca, Yuri, Letta, Ninin, Sarah, dan Ike) yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 10. Teman-teman baikku di PSP 43 atas kekompakkan dan kebersamaan yang indah selama ini; dan 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor pada tanggal 16Juni 1988 dari pasanganbapaksuparni Hadi Prabowo dan Ibu Sri Yatun.Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di SD Negeri Bedahan II Cibinong dan lulus pada tahun 2000.Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cibinong dan pada tahun 2003 melanjutkan ke SMA Negeri 1 Cibinong dan lulus pada tahun 2006.Pada tahunyang sama penulis lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dani lmu Kelautan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dengan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selain mengikuti perkuliahan mayor, penulis juga mengikuti perkuliahan Supporting Course.Selamamenjadimahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAFARIN (HimpunanMahasiswaPemanfaatanSumberdayaPerikanan) periode Pada tahun 2010, penulis melakukan penelitian dengan judul Tingkat Produktivitas dan Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Ikan Multigear Di Perairan Selatan Jawa Barat (Studi Kasus Kapal PSP 01) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan Alat Tangkap Alat tangkap jaring insang (gillnet) Alat tangkap pancing ulur (handline) Alat tangkap pancing tonda Alat tangkap payang Rumpon METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis tingkat produktivitas unit penangkapan ikan Analisis efisiensi teknis KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Topografi Kondisi Iklim dan Musim Kondisi Oseanografi Kondisi Perikanan Tangkap Produksi Unit penangkapan ikan Fasilitas PPN Palabuhanratu i

11 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat (single gear) Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01) Unit penangkapan single gear (kapal payang) Unit penangkapan single gear (kapal Pancing Tonda) Analisis Efisiensi Teknis Produksi per kapal per tahun Produksi per trip Produksi per BBM Produksi per tenaga kerja Produksi per GT KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah produksi hasil tangkapan perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base periode Perkembangan jumlah nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu periode Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base di PPN Palabuhanratu tahun Spesifikasi alat tangkap pancing tonda Kapal PSP Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan PSP Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan. pancing tonda Bagian jaring payang Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan payang Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear) Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak Kapal PSP Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak kapal payang Spesifikasi tenaga kerja, dan penggunaan bahan bakar minyak kapal pancing tonda Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda Perbandingan penggunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda...60 iii

13 22. Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda) Fungsi nilai unit penangkapan ikan...63 iv

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Cara ikan tertangkap pada gillnet Grafik jumlah produksi (kg) hasil perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Grafik jumlah kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu tahun Kapal PSP 01 tahun Mata pancing tonda Umpan buatan (plastik) Umpan buatan (benang sutera) Pancing tonda saat dioperasikan Deskripsi pancing tomba yang digunakan Kapal PSP Alat tangkap pancing ulur menggunakan jerigen (pancing tomba) Mata pancing tomba Deskripsi gillnet yang digunakan Kapal PSP Kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tahun Kapal payang di PPN Palabuhanratu tahun Deskripsi alat tangkap payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu...47 v

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta lokasi daerah penelitian Perhitungan CPUE Kapal PSP 01 dari tahun Perhitungan CPUE kapal payang dari tahun Perhitungan CPUE kapal pancing tonda tahun Perhitungan BBM Kapal PSP 01, payang dan pancing tonda Perhitungan efisiensi BBM Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda Perhitungan efisiensi tenaga kerja Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda Perhitungan efisiensi GT Kapal PSP 01, payang, dan pancing tonda...84 vi

16 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap yang berada di selatan Jawa Barat dengan aktivitas yang relatif tinggi. Menurut data statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, jumlah unit penangkapan ikan yang dioperasikan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 tercatat sebanyak 798 dan tahun 2007 sebanyak 852 unit penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Nelayan Palabuhanratu dalam melakukan operasinya menggunakan berbagai jenis alat penangkapan ikan, diantaranya adalah bagan, jaring insang (gillnet), payang, pancing tonda, pancing ulur (hand line), dan pancing layur (vertical line). Setelah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cukup tinggi pada tahun 2005, jenis alat tangkap yang paling dominan dioperasikan di Palabuhanratu adalah alat tangkap gillnet dan pancing ulur. Namun belakangan ini, alat tangkap yang cenderung dianggap lebih menguntungkan, sehingga lebih banyak dioperasikan oleh para nelayan Palabuhanratu adalah pancing rumpon. Salah satu faktor penyebab nelayan Palabuhanratu menggunakan alat tangkap lebih dari satu unit adalah pada waktu tidak musim ikan alat tangkap yang digunakan dapat disesuaikan, dan hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya mengoperasikan satu alat tangkap. Kapal PSP-01 adalah kapal perikanan yang beroperasi di perairan Teluk Palabuhanratu yang merupakan kapal pertama milik Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kapal PSP-01 membawa dan mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap, sehingga dapat dikategorikan sebagai unit penangkapan multigear. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP-01 adalah: alat tangkap gillnet (jaring insang), pancing tonda, dan hand line (pancing ulur). Target penangkapannya adalah ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti tuna, cakalang, tongkol, dan ikan setuhuk. Namun demikian, tingkat keberhasilan Kapal PSP-01 yang bersifat multigear ini belum dapat diketahui secara pasti, apakah lebih baik

17 2 atau tidak bila dibandingkan dengan armada penangkapan ikan lain di PPN Palabuhanratu yang hanya mengoperasikan satu alat tangkap (unit penangkapan single gear). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat produktivitas dan efisiensi teknis dari unit penangkapan multigear Kapal PSP-01 terhadap unit penangkapan single gear yang ada di Palabuhanratu. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1) Mengidentifikasi keragaan unit penangkapan multigear Kapal PSP-01 yang berbasis di PPN Palabuhan ratu; 2) Mengestimasi tingkat produktivitas unit penangkapan multigear Kapal PSP-01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu; dan 3) Menghitung efisiensi teknis unit penangkapan ikan multigear Kapal PSP-01 dan membandingkan dengan unit penangkapan single gear yang ada di PPN Palabuhanratu. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang penggunaan unit penangkapan ikan berbasis multigear yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pengembangan usaha penangkapan ikan untuk tujuan komersil.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang lain melalui transaksi. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit periode atau waktu (Ariestine, 2001). Dalam istilah ekonomi output (hasil) disebut produk atau keluaran, sedangkan input (bahan atau alat) disebut sektor produksi, sumber produksi atau masukan. Produktivitas memiliki kesamaan arti dengan fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menghubungkan antara input dan output atau antara faktor produksi dengan produksi (Ariestine, 2001). Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran dari produksi dan aktivitas dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut (Ravianto, 1986). Menurut badan pangan sedunia FAO, produk merupakan hasil dari integrasi empat elemen produksi yaitu sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan organisasi. Rasio dari elemen-elemen tersebut terhadap produksi adalah ukuran produksitas. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari 3 bentuk yaitu jumlah produksi meningkat dengan penggunakan sumberdaya yang sama; jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang kurang; dan jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang relatif lebih kecil (Ravianto, 1986). Pengertian produktivitas berdasarkan oleh Pusat Produktivitas Nasional dapat dipahami dari berbagai sudut yang antara lain, secara filosofis maka produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari pada hari ini. Sementara secara teknis mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses

19 4 produktivitas berlangsung, dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan terhadap setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumber. Secara umum produktivitas berarti perbandingan, dan dapat dibedakan dalam tiga jenis (Sinungan, 2008). Perbedaan tersebut antara lain perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini telah memuaskan, tetapi hanya mengetengahkan apakah meningkat, berkurang dan berapa tingkatannya. Perbedaan kedua adalah perbandingan pelaksanaan antara satu unit alat dalam suatu proses produksi dengan lainnya, dan pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif. Selanjutnya adalah perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, yang merupakan indikasi terbaik dalam memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan. Disamping produktivitas tanah, modal dan tenaga kerja, yang biasanya lebih menonjol dan menjadi pusat perhatian adalah produktivitas alat/mesin yang digunakan selama proses produksi. Pada umumnya rumus yang dipakai untuk mengukur produktivitas alat tangkap adalah dengan menghitung nilai catch per unit effort (CPUE). Perhitungan CPUE dilakukan dengan rumus : c/f dimana c adalah jumlah hasil tangkapan (ton) dan f adalah effort/upaya penangkapan (unit). Perhitungan dengan CPUE akan memudahkan dalam membandingkan produktivitas suatu alat tangkap, karena produktivitas alat tangkap ikan dapat dicerminkan oleh besarnya nilai CPUE. Secara garis besarnya produktivitas suatu unit penangkapan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi daerah penangkapan (fishing ground), ukuran kapal dan alat yang digunakan, musim dan sumber daya manusianya. Sebelum membahas produktivitas unit penangkapan lebih lanjut, maka pada bahasan berikut akan dijelaskan secara umum beberapa deskripsi unit penangkapan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2.2 Unit penangkapan ikan Kapal Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

20 5 membudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal merupakan salah satu sarana di laut untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Kapal adalah alat khusus yang dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu, ukuran, perlengkapan, dek, kapasitas daya angkut, akomodasi mesin dan semua perlengkapan di hubungkan dalam melaksanakan operasi penangkapan (Fyson, 1985). Menurut jenisnya kapal ikan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis alat pengerak dan material badan kapal (hull). Jika dilihat dari jenis alat pengerak kapal dibedakan menjadi kapal yang menggunakan mesin (inboard engine) dan kapal yang mengunakan tenaga penggerak seperti dayung atau layar. Klasifikasi menurut material badan kapal dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain kayu kapal, kapal besi atau baja, kapal ferrocement, kapal alumunium dan kapal FRP (fiberglass reinforced plastic) (Nomura dan Yamazaki, 1977). Pada umumnya kapal gillnet menggunakan mesin dalam (inboard engine) sebagai tenaga penggeraknya dengan bahan bakar solar. Secara umum ukuran kapal gillnet berkaitan erat dengan jumlah jaring yang dioperasikan, semakin besar ukuran kapal maka semakin panjang ukuran jaring yang digunakan (Ayodhyoa, 1981). Sementara perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng (perahu bercadik) yang memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho, 2002). Pada umumnya kapal pancing tonda memiliki ruang kemudi dibagian depan kapal atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau buritan (Sainsbury, 1971). Kapal yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap payang di berbagai daerah di Indonesia memiliki dimensi yang berbeda-beda, selain itu mesin yang dipakai serta jumlah nelayan yang mengoperasikan juga berbeda. Kapal payang umumnya memiliki kekuatan mesin penggerak yang besar, karena dalam pengoperasiannya membutuhkan kecepatan untuk melakukan pelingkaran gerombolan ikan agar terkurung dalam badan jaring sehingga operasi penangkapan ikan menjadi berhasil (Saptaji, 2005).

21 Nelayan Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 yang telah diamandemen dalam UU No.45/2009 tentang Perikanan, nelayan diklasifikasikan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai berikut : 1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air; 2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan nelayan katagori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; 3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan; Alat tangkap gillnet umumnya membutuhkan 3 sampai 5 orang untuk mengoperasikannya. Namun demikian, jumlah tersebut tergantung dari dimensi ukuran jaring yang digunakannya. Armada penangkapan pancing tonda umumnya membawa 1 hingga 4 orang dalam satu perahu/kapal. Pembagian tugasnya adalah sebagai berikut: satu orang sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu dan lainnya bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan ikan (Endratno, 2002). Sementara pada alat penangkapan payang memerlukan jumlah nelayan yang cukup banyak untuk mengeoperasikannya. Menurut Girsang (2008), jumlah nelayan payang dalam satu unit penangkapan berkisar antara 15 hingga 20 orang, dengan pembagian tugas sebagai berikut: 1) Juru mudi, bertugas untuk memudikan perahu dan bertanggung jawab terhadap kondisi mesin; 2) Pengawas, bertugas untuk mencari/mengintai gerombolan ikan target; 3) Petawur, bertugas untuk melempar jaring; 4) Juru batu, bertugas untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring sebelum dan sesudah operasi penangkapan;

22 7 5) Bubulang, bertugas untuk memperbaiki jaring yang rusak saat operasi penangkapan; 6) Pendega, bertugas untuk menarik jaring; dan 7) Anak payang, untuk menghalau gerombolan ikan yang hendak kabur dari jaring payang. Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang memerlukan banyak tenaga kerja, Alat tangkap Alat tangkap jaring insang (Gillnet) Jaring insang (gillnet) adalah suatu alat penangkapan ikan berupa jaring yang berbentuk empat persegi panjang; alat ini dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas, kadang ris bawah. Alat penangkapan ikan ini memiliki jumlah mesh depth lebih sedikit dari jumlah mesh pada arah panjang jaring sehingga lebar atau tinggi jaring lebih pendek dari panjangnya. Ukuran mata dari bahan jaring adalah sama pada seluruh badan jaring yang disesuaikan dengan sasaran ikan yang tertangkap, sehingga sering dianggap jenis alat tangkap yang selektif (Ayodhyoa, 1981). Gambar 1 Cara ikan tertangkap pada gillnet. Gillnet adalah alat tangkap yang berupa jaring yang menyerupai dinding besar dan dapat dipasang padaa permukaan laut, dasar laut ataupun kedalaman

23 8 diantaranya. Ikan yang tertangkap akan terjerat pada bagian insang atau terpuntal pada saat mereka melewati jaring. Kontruksi gillnet terdiri atas: badan jaring, pelampung tanda, pemberat, tali ris atas dan tali selembar (Sainsbury, 1971). Jaring tongkol yang sering disebut jaring nilon merupakan surface gillnet yang tergolong dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Drift gillnet adalah salah satu jenis gillnet yang populer di kalangan masyarakat perikanan Indonesia. Penamaan gillnet di Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan nelayan setempat ada yang memberi nama berdasarkan jenis ikan yang tertangkap atau berdasarkan letak fishing ground dan ada yang berdasarkan jenis bahan jaring yang digunakan (Ayodhyoa, 1981). Jaring ini dioperasikan dengan cara direntangkan dekat dasar perairan dengan bantuan pemberat. Posisi jaring dalam air hanya dapat diperkirakan melalui letak pelampung-pelampung tanda dari kedua ujung jaring yang ada dipermukaan air. Baik buruknya rentangan jaring yang sebenarnya sukar diketahui (Gunarso, 1996). Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang (gillnet) adalah suatu alat tangkap yang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat tali ris tas dan bawah. Jaring ini terdiri dari satu jaring biasa yang disebut tingting. Rancangan bangun gillnet bermacam-macam tergantung dari sasaran utama penangkapan yang berhubungan dengan ukuran mata jaring, kondisi perairan yang berhubungan dengan warna bahan mata jaring dan penempatan alat tangkap pada perairan yang berhubungan dengan komponen alat tangkap yang digunakan. Mengunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari pelampung yang menuju ke atas dan sinking force dari pemberat ditambah dengan berat jaring di dalam air yang menuju ke bawah, maka jaring akan terentang. Pertimbangan dua gaya ini yang akan menentukan baik buruknya rentangan gillnet di dalam air (Ayodhyoa, 1981). Penentuan lebar jaring (jumlah mesh depth) didasarkan antara lain atas pertimbangan terhadap posisi ke dalaman swimming layer dari jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan, density dari gerombolan ikan, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan bergantung pada situasi operasi penangkapan, volum kapal, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan berpengaruh

24 9 terhadap besar kecilnya hasil tangkapan yang mungkin diperoleh dan juga akan mempengaruhi besar kecilnya suatu usaha penangkapan ikan (Ayodyoa, 1981). Pengoperasian alat tangkap jaring insang tiga lapis dan jaring insang dasar tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan ketika mengoperasikan alat tangkap ini, yaitu terdiri atas tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan. 1) Tahap persiapan. Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan; 2) Pencarian daerah penangkapan. Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1-1,5 jam; 3) Penurunan jaring (setting). Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiapsiap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain; 4) Perendaman (soaking). Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 4 jam;

25 10 5) Pengangkatan jaring (hauling). Pengangkatan jaring dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas kapal disusul dengan pelampung tanda, kemudian jaring ditarik ke atas kapal secara perlahan. Pembagian tugas bagi nelayan adalah seorang nelayan menarik tali ris atas, seorang nelayan menarik bagian jaring yang berada di tengah, seorang nelayan mengangkat tali ris bawah, dan seorang nelayan lagi mengeluarkan hasil tangkapan yang terpuntal pada bagian jaring. Selanjutnya, setelah hauling selesai, dilakukan setting berikutnya; 6) Penanganan hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan meletakkan hasil tangkapan pada cool box agar kualitas hasil tangkapan tetap segar tidak busuk. Secara umum gillnet dapat diklasifikasikan berdasarkan penempatan posisi jaringnya (Sainsbury, 1971), yakni sebagai berikut: 1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian permukaan kolam perairan dengan tujuan penangkapan adalah jenis ikan pelagis; 2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran penangkapan ikan adalah jenis ikan demersal; Sementara menurut von Brandt (1984) gillnet dibagi menjadi 5, antara lain; 1) Bottom set gillnet, yaitu gillnet yang dipasang secara menetap didasar perairan; 2) Anchored floating gillnet, gillnet yang dioperasikan menggunakan jangkar mirip dengan batom set gillnet namun mencakup gillnet lebih luas; 3) Free drifting gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan bebas secara terhanyut mengikuti arus, biasanya untuk menangkap jenis ikan pelagis; 4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan secara melingkar; 5) Dragged gillnet, gillnet yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal; Kemudian, Ayodhyoa (1981) mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan, yaitu : 1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan dilapisan permukaan dengan area daerah penangkapan sempit;

26 11 2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan menambahkan jangkar sehingga jenis ikan penangkapan adalah ikan demersal; 3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar, sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan; 4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan. Besar kecilnya ukuran mata jaring memiliki hubungan yang erat dengan ikan yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran hasil tangkapan. Untuk dapat menghasilkan hasil tangkapan yang besar pada suatu daerah penangkapan, maka ukuran jaring disesuaikan dengan besar badan ikan yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian insangnya (operculum), maka luas mata jaring harus disesuaikan dengan luas penampang tubuh ikan antara batas tertutup insang sampai sekitar bagian sirip dada (pectoral). Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift gillnet) adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan baik itu dihanyutkan dibagian permukaan (surface drift gillnet), kolam perairan (mid water) atau dasar perairan (bottom gillnet) Alat tangkap pancing ulur (Handline) Satu unit pancing terdiri dari atas line (tali) dan hook (mata pancing). Tali pancing umumnya terbuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene, dan senar. Mata pancing terbuat dari baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat (Subani dan Barus 1989). Berdasarkan kontruksinya, pancing ulur termasuk dalam kelompok angling (Ayodhyoa,1981). Von Brandt (1984) mendeskripsikan pancing adalah alat tangkap yang sederhana, dioperasikan oleh nelayan kecil, memerlukan modal kecil dan tidak membutuhkan kapal khusus. Alat ini digolongkan ke dalam fishing with line yang dilengkapi dengan mata pancing. Menurut Ayodhyoa

27 12 (1981), jenis alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok pancing adalah pole and line, long line, troll line, vertical long line dan hand line. Menurut Monintja dan Martasuganda (1991), perikanan pancing dapat dioperasikan dimana saja, dimana alat tangkap lain tidak dapat beroperasi, seperti di perairan dalam dan kondisi berarus kuat. Alat tangkap pancing dapat dioperasikan oleh siapa saja, namun diperlukan keahlian dalam pengoperasian dan pengetahuan tentang sifat dari jenis ikan sasaran penangkapan sehingga dapat diperoleh hasil tangkapan yang diharapkan. Alat tangkap ini tergolong sangat sederhana, karena hanya terdiri dari atas pancing, tali, gulungan dan pemberat. Ukuran pancing dan besar tali disesuaikan dengan ikan yang menjadi sasaran penangkapan (Farid et al, 1989). Menurut Ayodhyoa (1981), pengoperasian angling adalah dengan mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali dan menenggelamkannya kedalam air. Ketika umpan dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu. Konstruksi alat tangkap ini sangat sederhana, mudah dioperasikan dan hampir semua orang bisa melakukannya. Von Brandt (1984) menyebutkan bahwa pengoperasian angling sangat sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi. Jenis umpan dan cara pemasangannya pada kail sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing (Sadhori, 1984). Menurut (Farid et al, 1989), umpan yang digunakan pada pancing ulur adalah layang Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan cumicumi (Loligo sp.) segar. Djatikusumo (1997) menambahkan bahwa persyaratan umpan yang baik adalah: 1) Tahan lama, artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan; 2) Mempunyai warna yang mengkilat, sehingga mudah terlihat dan menarik bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan; 3) Mempunyai bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran tangkapan; 4) Mudah diperoleh; 5) Harganya terjangkau;

28 13 6) Mempunyai ukuran yang memadai; dan 7) Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan Alat tangkap pancing tonda Pancing tonda atau pancing tarik merupakan alat penangkapan ikan tradisional. Alat ini digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging dengan mutu tinggi (Gunarso,1998). Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik dibelakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan (Ayodhyoa,1981). Perikanan pancing tonda adalah sistem penangkapan pancing yang dilakukan dengan cara menarik alat tangkap dengan perahu motor atau kapal kecil. Alat tangkap pancing tonda dipergunakan untuk tujuan penangkapan ikanikan pelagis yang mempunyai kualitas tinggi seperti ikan tuna, yellow fin, skip jack (cakalang), sword fish (pedang), dorado (lemadang) dan ikan pelagis lainya (Monintja dan Martasuganda, 1991). Menurut Subani dan Barus (1985), pancing tarik umumnya lebih dikenal dengan nama pancing tonda. Pancing ini pada prinsipnya terdiri atas tali panjang, mata pancing dan pemberat. Cara penangkapan dilakukan dengan menarik (menonda) pancing tersebut, baik dengan perahu layar maupun perahu motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air. Menurut Ayodhyoa (1981), pancing tonda dikelompokan pada alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu : 1) Metode pengoperasian relatif sederhana; 2) Modal yang diperlukan lebih sedikit; 3) Dapat menggunakan umpan buatan; 4) Syarat-syarat fishing ground relatif lebih sedikit dan dapat bebas memilih; 5) Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin.

29 14 Beberapa kekurangannya adalah : 1) Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lain; dan 2) Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat, waktu dan syarat-syarat lain. Umpan merupakan faktor yang sangat penting didalam usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda, sebab umpanlah satu-satunya alat perangsang agar ikan dapat mencapai mata pancing (Ayodhyoa, 1981). Umumnya ikan mendektesi adanya umpan melalui reseptor yang dimilikinya dan hal ini tergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Oleh karena itu, memilih umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendekteksi makanan (Gunarso, 1998). Umumnya umpan dibagi menjadi dua golongan, yaitu umpan asli dan umpan buatan. Di Indonesia, dalam pengoperasian pancing tonda jarang sekali menggunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung (Gunarso,1998). Dalam pengoperasian pancing tonda, umpan adalah satu-satunya yang menjadi perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing. Umpan alami yang baik (Kaynayama 1959 vide Leksono 1983), Harus memenuhi syarat : 1) Warna mengkilap; 2) Sirip tidak terlalu tebal, punggung kuat; 3) Bentuk badan memanjang (panjang dan lebar berkisar antara cm dan 3-5 cm); 4) Masih segar; dan 5) Mempunyai bau yang khas (anyir) sebagai ikan umpan. Sifat umpan alami memiliki banyak kekurangan sehingga para nelayan lebih memilih menggunakan umpan buatan dalam pengoperasian penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda. Umpan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu bulu yang terdapat dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang digunakan biasanya yang berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam,

30 15 juga ada yang terbuat dari tali rafia atau karet. Dasar pemikiran penggunaan umpan buatan adalah : 1) Harga relatif murah dan mudah didapat; 2) Dapat dipakai berulang-ulang; 3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama; 4) Warna dapat memikat; dan 5) Ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan Alat tangkap payang Payang termasuk ke dalam kelompok seine net atau danish seine (Von Brandt, 1984). Seine net adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkapan ikan ini di operasikan dengan cara melingkari area seluasluasya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu di tarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Subani dan Barus (1989) mendeskripsikan payang sebagai berikut: besar mata dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai ± 4 cm. Payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek, yang di maksudkan agar dapat mencegah kemungkinan ikan dapat lolos ke bawah, karena pada umumnya payang dioperasikan untuk menangkap jenisjenis ikan pelagis yang biasa hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Menurut Marwardi (1990) vide Saptaji (2005), mengungkapkan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan payang di palabuhan adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti: cakalang (katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banyar (Euthynus alletteratus). Fyson, (1985) membagi pengoperasian alat tangkap berdasarkan gerak umum kapal menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) Pengoperasian dilingkarkan (encircling gear); Contoh: purse seine, payang, dogol, dan sejenisnya. 2) Pengoperasian ditarik (towed/dragged gear); dan Contoh: cantrang, pukat ikan, trawl, lampara, tonda dan sejenisnya.

31 16 3) Pengoperasian pasif (static gear); Contoh: gillnet, jaring rampus, jaring klitik dan sejenisnya. Berdasarkan pembagian di atas, alat tangkap payang termasuk ke dalam encircling gear. Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap payang dapat dilakukan baik pada siang hari ataupun malam hari (Subani dan Barus, 1989). Operasi penangkapan ikan pada malam hari dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu lampu petromak. Sementara untuk penangkapan yang di lakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon. Ayodhyoa (1972) vide Saptaji (2005) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut. 2.3 Rumpon Rumpon adalah suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut. Pada umumnya rumpon terdiri dari empat bagian penting yaitu pelampung (float), tali panjang (rope), pemikat (atraktor) berupa daun kelapa atau daun lontar, dan pemberat (sinker/anchor) (Handriana 2007). Rumpon adalah suatu kontruksi bangunan yang dipasang didalam air dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan penangkapan ikan disuatu tempat (Monintja 1995 diacu dalam Zulkarnain 2002). Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai alat tambahan yang digunakan sebagai pengumpul ikan pada suatu tempat atau titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut:

32 17 1) Berdasarkan posisi dari pemikat, rumpon dapat dibagi menjadi rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis perairan dangkal dan perairan dalam. 2) Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindahkan (dinamis). 3) Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon tradisional dan modern. Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) vide Imawati (2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai berikut: 1) Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan tertentu; 2) Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan tertentu; 3) Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur bagi ikan tertentu; 4) Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu; dan 5) Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan tertentu. Pelampung (float) berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. tali panjang (rope) berfungsi menghubungkan pelampung dengan pemberat, sedangkan pemberat fungsinya adalah sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat dan tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pemikat atau terkumpulnya ikan. Menurut tim pengkajian rumpon (Rumpon Study Group Bogor Agricultural University, 1987) persyaratan umum dari komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut : a) Pelampung, - mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik - kontruksi cukup kuat - tahan terhadap gelombang dan air

33 18 - mudah dikenali dari jarak jauh - bahan pembuatnya mudah didapat b) Pemikat, - Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan - Tahan lama - Mempunyai bentuk seperti posisi vertical dengan arah kebawah - Melindungi ikan-ikan kecil - Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah c) Tali temali, - Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk - Harganya relatif murah - Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus - Tidak bersimpul (less knot) d) Pemberat, - Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh - Permukaan tidak licin sehingga dapat mencengkram dasar perairan dan memiliki massa jenis yang besar. Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Tidak semua jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Subani (1986) vide Imawati (2003) mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti layang (Decapterus maruadsi), deles (Decapterus crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella fimbriata), selar (Caranx leptolesis), pepetek (Megalaspis cordyla). Sementara itu, sumberdaya ikan pelagis besar yang banyak berkumpul di sekitar rumpon adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), tongkol (Euthynus sp.), dan tuna mata besar (Thunnus obesus) (Monintja dan Zulkarnain, 1995 diacu dalam Ardianto, 2005).

34 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari-Februari 2010, bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Kuesioner; 2) Alat perekam; 3) Kamera digital; dan 4) Alat pengukur, penggaris, jangka sorong. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan survey lapang. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara melalui kuesioner yang telah disiapkan. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Palabuhanratu dan PPN Palabuhanratu, dan dari referensi terkait yang diperoleh melalui penelusuran pustaka, utamanya yang tersedia di perpustakaan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Khusus untuk pengumpulan data primer unit penangkapan multigear, data hanya diambil dari Kapal PSP-01. Sementara untuk data primer unit penangkapan single gear, yang dipilih sebagai data pembanding adalah pancing tonda dan payang, dengan pertimbangan bahwa kedua jenis alat tangkap tersebut umumnya dioperasikan oleh nelayan Palabuhanratu secara tunggal (single gear) tanpa kombinasi dengan alat tangkap yang lain. Pengumpulan data unit penangkapan single gear dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni berdasarkan pada responden yang bersedia diwawancara dan mampu menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan peneliti secara terbuka (Singarimbun dan Efendi, 1989). Jumlah sampel data ditentukan sebanyak 6 responden, dengan komposisi 3 responden dari unit penangkapan pancing tonda dan 3 responden dari unit penangkapan payang.

35 Analisis Data Analisis tingkat produktivitas unit penangkapan ikan. Estimasi tingkat produktivitas unit penangkapan ikan dilakukan dengan pendekatan nilai catch per unit effort (CPUE). Nilai CPUE dapat menggambarkan nilai laju tangkap per upaya penangkapan ikan berdasarkan atas pembagian total hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan (effort). Menurut Gulland (1983) rumus yang digunakan untuk menghitung CPUE adalah: CPUEi = Ci fi Keterangan : CPUEi = Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip); Ci = Hasil tangkapan bulan ke-i (kg); dan fi = Upaya penangkapan persatuan upaya penangkapan ke-i (trip). i = 1,2,3...n Analisis Efisiensi Teknis Analisis efisiensi teknis dilakukan dengan membandingkan keragaan teknis unit penangkapan multigear dengan unit penangkapan single gear. Kriteria yang digunakan untuk menilai efisiensi teknis dari kedua jenis unit penangkapan tersebut adalah : a) Produksi per kapal per tahun b) Produksi per trip c) Produksi per tenaga kerja d) Produksi per gross tonase (GT) e) Produksi per BBM Selanjutnya untuk dapat menilai semua kriteria tersebut digunakan suatu nilai tukar atau nilai standar. Unit usaha yang memperoleh skor tertinggi berarti lebih baik dari pada yang lainnya. Untuk mendapatkan nilai tukar ini digunakan fungsi nilai yang mengantarkan preferensi pengambilan keputusan dalam

36 21 menghadapi kriteria majemuk. Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan rumus (Mangunsubroto dan Trisnadi, 1987 vide Fauziah,1997) sebagai berikut : V (X) = V (A) = 1,2,3, Keterangan : V(X) = fungsi nilai dari variabel X Xi = Variabel ke-i X1 = Nilai tertinggi / terbaik pada kriteria X X0 = Nilai terendah / terburuk pada kriteria X V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A Vi = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i V adalah fungsi nilai yang mencerminkan pilihan pengambilan keputusan, maka alternatif yang terbaik adalah memberikan nilai V(A) terbesar atau tertinggi.

37 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi LS dan BT, sedangkan Palabuhanratu berada pada LS dan BT (Peta Palabuhanratu dapat dilihat pada Lampiran 1). Luas wilayah Palabuhanratu mencapai 6,59% dari total wilayah Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan, atau mencapai ± ,130 Hektar. Kecamatan Palabuhanratu terbagi kedalam 13 desa yaitu Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas Wilayah Kecamatan Palabuhanratu Secara administratif antara lain : 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Simpenan; 3) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah perbukitan, daerah aliran sungai serta pantai. Teluk Palabuhanratu berhubungan langsung dengan Samudra Hindia. Teluk Palabuhanratu merupakan teluk terbesar sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Panjang garis pantai kurang lebih 105 km. Ditinjau dari topografi dasar laut, perairan hingga kedalaman 200 m di teluk tersebut dapat dijumpai hingga jarak sekitar 300 m dari garis pantai. Setelah itu dasar laut menurun dengan tajam mencapai kedalaman lebih dari 600 m di bagian tengah teluk (Pariwono et al.,1998). Perairan Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya dua sungai besar dan lima sungai kecil. Sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu dan tergolong sungai besar adalah Sungai Cimandiri atau Citarik dan Sungai Cibareno. Sungai tergolong kecil adalah Sungai Cimaja, Cipelabuhan, Cibuntu, Cikantak dan Sungai Citepus. Pada bagian tengah Teluk Palabuhanratu

38 23 merupakan lereng kontinental (continental shelf). Perairan Palabuhanratu juga di pengaruhi oleh adanya arus sepanjang pantai (Sanusi,1994). 4.2 Kondisi Iklim dan Musim Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat, dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai dengan Bulan Maret, pada musim barat nelayan tidak banyak melakukan operasi penangkapan di laut karena pada musim ini sering terjadi hujan yang lebat, angin yang sangat kencang dan ombak yang besar. Sementara musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan September. Pada musim timur keadaan perairan relatif tenang, jarang terjadi hujan dan angin yang bertiup tidak kencang. Keadaan ini memungkinkan bagi nelayan untuk turun ke laut dan biasanya merupakan puncak banyak ikan. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara mm per tahun dan hari hujan antara hari per tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara 70-90%, (Astuti, 2008) 4.3 Kondisi Oseanografi Menurut Pariwono, et al (1998) diacu dalam Dharmayanti (1989), sifat arus Teluk Palabuhanratu berlawanan arah dengan arus di laut dalam Samudera Hindia. Selama bulan Februari sampai Juni, arus permukaan di Selatan Jawa bergerak ke arah timur di sepanjang pantai Jawa, sedangkan arus Samudera Hindia menuju ke arah barat. Pada bulan Februari arus pantai mencapai 75 cm per detik kemudian melemah sampai dengan kecepatan 50 cm per detik selama April sampai dengan Juni. Pada bulan Agustus, arus pantai berganti arah ke barat dengan kecepatan 75 cm per detik, kemudian menurun hingga kecepatan 50 cm per detik sampai dengan bulan Oktober. Menurut Pariwono, et al (1998) salinitas di perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33-35,96 ppt dengan tingkat tertinggi terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober, sedangkan terendah terjadi pada

39 24 Bulan Mei, Juni dan Juli. Kisaran suhu di Perairan Palabuhanratu berkisar antara 27 C-30 C. Tinggi gelombang di perairan Palabuhanratu dapat berkisar antara 1-3 meter. 4.4 Kondisi Perikanan Tangkap Produksi Produksi hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan di tempat pendaratan ikan dalam hal ini PPN Palabuhanratu. Produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan yang berpangkal di Palabuhanratu dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Perkembangan jumlah produksi hasil perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama tujuh tahun terakhir disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Jumlah Produksi hasil tangkapan Perikanan Laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun Tahun Produksi Pendaratan Ikan Perkembangan (kg) (%) , , , , , ,76 Sumber : PPN Palabuhanratu, Tabel 1 diatas terlihat sejak tahun 2003 sampai tahun 2009 produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar -24,36 % dari tahun sebelumnya. Begitu pula produksi pada tahun 2009 yang turun sebesar -13,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah produksi ikan terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 96,01%. Terjadinya fluktuasi produksi ikan dikarenakan adanya pengaruh musim penangkapan ikan yang tidak menentu dan faktor pendukung operasi penangkapan ikan yang ada di PPN Palabuhanratu. Berikut ini gambar grafik produksi ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun dapat dilihat pada Gambar 2.

40 25 Produksi (kg) 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000, Tahun Gambar 2 Grafik jumlah produksi (kg) hasil perikanan laut yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Unit Penangkapan Ikan Dalam satu unit penangkapan ikan terdiri atas kapal, alat tangkap dan nelayan yang mengoperasikan. Unit penangkapan ikan tersebut merupakan satu kesatuan teknik dalam operasi penangkapan ikan. 1) Kapal Kapal yang beroperasi di Palabuhanratu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kapal motor dan kapal motor tempel. Kapal motor merupakan kapal yang dalam pengoperasiannya menggunakan mesin yang diletakkan di dalam badan kapal (inboard) sedangkan perahu motor tempel merupakan perahu yang dalam pengoperasiannya, mesin diletakkan diluar badan kapal (outboard). Armada penangkapan ikan yang berpangkalan di PPN Palabuhanratu umumnya adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d 100 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti gillnet, payang, jaring rampus, bagan, purse seine, pancing ulur, tuna longline, pancing rawai, dan lainnya. Jumlah perahu motor tempel dan kapal motor selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

41 26 Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base periode Tahun Kapal/perahu perikanan (unit) motor tempel kapal motor Jumlah Sumber: PPN Palabuhanratu Bedasarkan Tabel 2 Jumlah unit kapal perikanan yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base secara umum cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 terdapat 758 unit yang terdiri dari perahu motor tempel sebanyak 364 unit dan kapal motor sebanyak 394 unit. Jumlah kapal yang beroperasi di Perairan Teluk Palabuahnratu pada tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 17,34% atau 112 unit kapal, dapat dilihat pada Gambar Kapal Motor (KM) Perahu Motor Tempel (PMT) Jumlah Kapal/Perahu Perikanan Grafik 3 Jumlah kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu tahun Berdasarkan Grafik 1 diketahui bahwa jumlah kapal (baik kapal inboard ataupun outboard) mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun jumlah kapal di PPN Palabuhanratu meningkat dan jumlah

42 27 tertingginya ada pada tahun 2007 sebesar 852 unit kapal dari berbagai jenis alat tangkap. Sementara untuk jumlah kapal terendahnya ada pada tahun 2003 sebesar 381 unit. 2) Nelayan Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang yang mengoperasikan unit penangkapan ikan atau sarana produksi. Nelayan di Palabuhanratu dikelompokan menjadi dua, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki armada penangkapan dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan buruh adalah nelayan yang langsung terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokan menjadi nelayan penuh dan sambilan utama. Nelayan penuh merupakan nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan, sedangkan nelayan sambilan utama adalah nelayan sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Adapun nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4453 orang (Tabel 3). Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di perairan Teluk Palabuhanratu periode Tahun Nelayan (orang) Perkembangan (%) , , , , , , ,42 Sumber: PPN Palabuhanratu Selama periode tahun , peningkatan jumlah nelayan tertinggi terjadi pada tahun 2007, yakni sebesar 27,21%. Pada tahun 2009 jumlah nelayan yang terdapat di PPN palabuhanratu sebesar orang atau meningkat sebesar 12,42% dari tahun sebelumnya.

43 28 3) Alat tangkap Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di PPN Palabuhanratu memiliki jenis penangkapan ikan yang beragam seperti: pancing, payang, bagan, gillnet, rawai, trammel net, purse seine, tuna longline, rampus dan jaring klitik. Dalam operasional penangkapan ikan, jenis alat tangkap yang digunakan merupakan faktor yang cukup penting selain faktor pengetahuan nelayan tentang tingkah laku ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan alat tangkap yang akan digunakan. Perkembangan jenis alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu dalam kurun waktu delapan tahun terakhir disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Jumlah unit alat tangkap yang memiliki fishing base di PPN Palabuhanratu Tahun ( ). Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi No. Tahun RMP PCG PYG BGN PRS GNT RWI LgLn (Unit) (%) , , , , , , ,9 Rata- Rata Kenaikan 2,8 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009 Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine; GNT = Gillnet; RWI = Rawai; LgLn = Long Line. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan selama tahun oleh nelayan PPN Palabuhanratu adalah pancing kemudian disusul oleh bagan, gillnet, payang dan tuna longline. Jumlah pengoperasian alat tangkap tertinggi pada tahun 2007, yakni sebesar 1329 unit. Setelah itu terjadi penurunan alat tangkap pada tahun berikutnya (2008 dan 2009). Penurunan alat tangkap tersebut diduga disebabkan oleh semakin sulitnya mendapatkan ikan dan juga semakin mahalnya biaya operasi penangkapan ikan, sehingga usaha penangkapan ikan semakin sering merugi, akibatnya banyak armada yang tidak beroperasi lagi.

44 Fasilitas PPN Palabuhanratu Palabuhan perikanan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar dan masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok tersebut antara lain: a. Areal pelabuhan Areal Pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas pelabuhan. PPN Palabuhanratu memiliki luas areal seluas 10,29 ha dan areal tersebut merupakan milik PPN Palabuhanratu yang mana sudah digunakan untuk pembangunan fasilitas pelabuhan. b. Dermaga Suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, bongkar muatan hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. Fasilitas yang terdapat di dermaga diantaranya: Fender yaitu fasilitas yang berfungsi agar kapal terhindar dari kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat. Bolard yaitu suatu bentuk kontruksi di dermaga yang berfungsi untuk menambatkan kapal Dermaga yang terdapat di PPN Palabuhanratu memiliki panjang operasional 509 m. Namun meningkatnya jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu untuk mendaratkan hasil tangkapan setiap tahunnya mengakibatkan terjadinya kapasitas yang terdapat di palabuhanratu melampaui batas penggunaannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan, pada tahun 2002 pihak PPN Palabuhanratu telah membangun dermaga baru (dermaga 2) dengan panjang 410 m. Pelabuhan Perikanan Nusantara di Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani

45 30 tambat labuh kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 digunakan untuk kapal-kapal ukuran >30 GT. c. Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya ada dua yaitu: Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga Kolam putar yaitu daerah perairan untuk memutarnya kapal. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mempunyai kolam pelabuhan dengan luas sekitar 3 ha dengan variasi kedalaman -3 m, -2,5 m, dan -2 m. Pada tahun 2002 bersamaan dengan dibangunnya dermaga 2, PPN Palabuhanratu juga membangun kolam pelabuhan baru (kolam 2) seluas 2 ha dengan kedalaman -4 m. d. Pemecah gelombang (Breakwater) Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. Panjang breakwater yang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian selatan 294 m, bagian utara 125 m, bagian barat 50 m, dan bagian timur 200 m. Breakwater berguna untuk melindungi kapal-kapal perikanan yang tambat labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut 2) Fasilitas fungsional Menurut Lubis (2006) fasilitas fungsional adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di palabuhan. Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah :

46 31 a. Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m 2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Tempat Pelelangan Ikan PPN Palabuhanratu saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan. b. Pasar ikan Pasar ikan yang dimiliki PPN Palabuhanratu mempunyai luas 352 m 2, yang bersebelahan dengan gedung TPI dan dimanfaatkan sebagai tempat untuk memasarkan hasil tangkapan. c. Menara air dan instalasi Pelabuhan Perikanan Nusantara di Palabuhanratu mempunyai fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m 3 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat. d. Tangki BBM Pelabuhan Perikanan Nusaantara di Palabuhanratu mempunyai dua unit tangki BBM yang berkapasitas 320 m 3 dan 208 m 3 yang dipasok dari station package dealer untuk nelayan (SPDN) yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. e. Listrik dan instalasi Listrik yang terdapat di PPN Palabuhanratu bersumber dari PLN dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt ampere (KVA). f. Tempat perbaikan jaring Pelabuhan Perikanan Nusantara di Palabuhanratu mempunyai tempat untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m 2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas 3000 m 2. g. Balai pertemuan nelayan Balai pertemuan nelayan PPN Palabuhanratu mempunyai luas 150 m 2, dimanfaatkan untuk pertemuan nelayan, rapat KUD, penyuluhan, dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan.

47 32 h. Forklift, dump truck, truck folder crane Fasilitas ini berfungsi untuk alat bantu memindahkan barang dari dermaga ke tempat penumpukan barang. 2) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN Palabuhanratu antara lain: Fasilitas kesejahteraan, yaitu adalah Mushola, MCK (mandi, cuci, kakus), poliklinik dan warung. Fasilitas admisnistrasi, yaitu kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, dan kantor beacukai.

48 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat tangkap lebih dari satu unit alat tangkap. Alat tangkap yang terdapat di Kapal PSP 01 antara lain adalah pancing tonda, pancing ulur (handline), dan gillnet. 1) Kapal Kapal PSP 01 merupakan kapal yang dimiliki oleh Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, yang terbuat dari bahan kayu. Dimensi Kapal PSP 01 adalah panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (Bmax) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 m, Dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan Kapal PSP 01 adalah kayu kitamiang, laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum). Kapal PSP 01 digunakan sebagai unit usaha perikanan di Palabuhanratu. Selain untuk usaha Kapal PSP 01 digunakan sebagai kapal penelitian dan latihan bagi para mahasiswa. Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Mesin yang digunakan untuk mengoperasikan Kapal PSP 01 adalah mesin motor dengan merk Mitsubishi 4D30 80 PS/2100 rpm yang menggunakan bahan bakar solar. Dalam pengoperasiannya kapal PSP 01 membawa bahan bakar solar sebanyak 4 drum, yang satu drumnya berisi 100 liter bensin dan membawa air tawar sebanyak 3 blong, yang satu blongnya berisi 100 liter air tawar. Kapal PSP 01 mempunyai 3 buah palka yang terdiri dari satu palka untuk menyimpan alat tangkap (gillnet) sedangkan dua palka yang lain dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan. Kedua palka yang dipergunakan untuk menyimpan hasil tangkapan mempunyai dimensi ukuran yang berbeda. Palka yang pertama untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 240 cm dan dalam 90 cm, sedangkan

49 34 palka ke dua untuk menyimpan hasil tangkapan ukuran dimensinya adalah panjang 125 cm, lebar 210 cm dan dalam 90 cm. Gambar 4 Kapal PSP 01 tahun ) Alat tangkap Kapal PSP 01 mengoperasikan beberapa jenis alat penangkapan ikan (multigear), yaitu pancing tonda, pancing ulur (tomba) dan gillnet. Pengoperasian alat tangkap dilakukan berdasarkan musim dan keadaan daerah penangkapan ikan. a. Pancing tonda (Troll line) Pancing tonda adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda terdiri dari beberapa bagian yaitu panjang tali utama, mata pancing, pemberat, dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian dari pancing tonda, yaitu: Tali utama Tali utama pancing tonda terbuat dari bahan nylon yang memiliki panjang sekitar m. Jarak antar tali utama sekitar setengah depa atau 1,5 m. Dalam sekali setting pancing tonda, dapat mengoperasikan 5-8 pancing.

50 35 Mata pancing Mata pancing yang digunakan untuk pancing tonda adalah mata pancing berkait ganda terbuat dari stainless. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 pancing tonda yaitu antara nomor Gambar 5 Mata pancing untuk tonda. Pemberat Pemberat yang digunakan untuk alat tangkap pancing tonda terbuat dari timah atau semen. Jumlah pemberat yang digunakan untuk setiap unit pancing tonda adalah satu unit dengan berat 20 gram. Umpan Umpan yang digunakan dalam pengoperasian pancing tonda menggunakan umpan buatan. Karena dinilai lebih efisien dibandingkan dengan umpan alami berupa ikan segar atau hidup. Selain itu, keunggulan dari umpan buatan adalah tidak mudah rusak dan dapat digunakan berulang kali. Gambar 6 umpan buatan (plastik). Gambar 7 umpan buatan (benang sutera).

51 m 2 cm b a c Keterangan : a. Tali utamaa b. Mata pancing c. Pemberat Gambar 8 Pancing tonda saat dioperasikan Bagian utama dari pancing tonda adalah mata pancing, tali utama, pemberat, dan umpan. Spesifikasi alat tangkap pancing tonda Kapal PSP 01 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Spesifikasi alat tangkap pancing tonda Kapal PSP 01 Komponenn alat tangkap Jumlah mata pancing Nomor mata pancing Tali utamaa (m) Diameter pancing (mm) Bahan tali utama Bahan mata pancing Pemberat Jenis umpan Sumber: Data primer,2010 Bahan, ukuran dan jumlah pancing tonda Nylon Tembaga (pancing ganda) Timah (20 gram) Buatan (plastik)

52 37 b. Pancing ulur (Hand line) Alat tangkap pancing ulur yang digunakan oleh Kapal PSP 01 disebut juga sebagai pancing tomba karena pengoperasian pancing ulur dimodifikasi dengan menggunakan jerigen. Secara umum deskripsi alat tangkap pancing tomba dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Deskripsi pancing tomba yang digunakan Kapal PSP 01. Pancing tomba adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk jerigen yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali kemudian menenggelamkannya kedalam air, dan menaruh jerigen di permukaan air. Ketika umpan dimakan ikan, maka jerigen bergerak, kemudian jerigen diangkat ke atas kapal. Pancing tomba terdiri dari beberapa bagian yaitu jerigen, mata pancing, tali utama, pemberat dan umpan. Berikut penjelasan dari bagian-bagian tersebut:

53 38 Jerigen Jerigen yang digunakan pada Kapal PSP 01 berukuran 35 x 10 x 25 cm. Adapun penggunaan jerigen adalah sebagai pelampung pada saat pancing tomba di operasikan. Gambar 10 Alat tangkap pancing ulur menggunakan jerigen (pancing tomba). Tali utama Tali utama yang digunakan oleh Kapal PSP 01 biasanya terbuat dari nylon. Panjang tali utama yang digunakan sampai 100 meter, namun yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan umumnya sekitar m tergantung dari kondisi perairan daerah penangkapan ikan, Diameter tali utamanya adalah 2 mm. Pancing tomba dalam setiap setting, nelayan pancing tomba dapat mengoperasikan 7-9 unit pancing tomba. Mata pancing Mata pancing yang digunakan untuk pancing tomba terbuat dari stainless atau baja. Nomor mata pancing yang digunakan oleh Kapal PSP 01 antara nomor Gambar 11 Mata pancing untuk pancing tomba.

54 39 Umpan Umpan yang digunakan untuk pancing tomba adalah ikan segar. Umumnya ikan segar yang digunakan oleh Kapal PSP 01 diperoleh dari hasil tangkapan pancing tonda seperti ikan tongkol. Ikan tongkol hasil tangkapan pancing tonda nantinya dijadikan umpan pada saat pengoperasian pancing tomba. Hal ini dilakukan supaya memperoleh hasil tangkapan ikan tuna. Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Spesifikasi alat tangkap pancing tomba Kapal PSP 01. Komponen alat tangkap Bahan, ukuran dan jumlah pancing tomba Jumlah mata pancing 7-9 Nomor mata pancing Tali utama (m) 100 Diameter pancing (mm) 2 Bahan tali utama Nylon monofilament Bahan mata pancing Baja (J-Type) Pemberat Timah (100 gram) Jenis Umpan Ikan Segar (tongkol) Sumber: Data primer,2010 c. Jaring insang (Gillnet) Jenis gillnet yang dioperasikan di Kapal PSP 01 ada dua macam jenis yaitu drift gillnet dan jaring bloon. Drift gillnet adalah jaring yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa arus, drift gillnet digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, sedangkan jaring bloon dioperasikan untuk menangkap udang atau ikan demersal. Drift gillnet yang di memiliki Kapal PSP 01 memiliki panjang total kurang lebih 800 depa (1200 meter), dengan jumlah mata jaring sebanyak kurang lebih mesh. Ukuran mata jaring sebesar 4 inci, Bahan jaring terbuat dari bahan PA multifilamen hijau. Dan tali ris terbuat dari tambang PE dengan diameter 0,8 cm. Berikut ini deskripsi gambar gillnet yang terdapat pada Kapal PSP 01, dapat dilihat pada Gambar 12.

55 40 Panjang total = m d a c b e ukuran mata jaring = 4 inchi Keterangan : a. Pelampung tanda b. Tali ris atas c. Pelampung d. Tali pelampung e. Pemberat Gambar 12 Deskripsi gillnet yang digunakan Kapal PSP 01. 3) Nelayan Nelayan yang terdapat di Kapal PSP 01 umumnya berasal dari nelayan lokal di Palabuhanratu. Nelayan yang mengoperasikan Kapal PSP 01 antara 5-6 orang per trip. Pembagian tugas nelayan adalah sebagai berikut : satu orang sebagai juru mudi untuk mengatur jalannya kapal, 4-5 orang sebagai pemancing atau yang mengoperasikan gillnet serta melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan ikan berlangsung, seperti menyiapkan umpan dan menyalakan petromaks. Tabel 7 Jumlah nelayan dan kedudukannyaa dalam operasi penangkapan. Kedudukan Juru Mudi Nelayan Jumlah Sumber: Data primer,2010 Jumlah 1 4 5

56 41 4) Metode pengoperasian alat tangkap Kapal PSP 01 Sebelum berangkat menuju fishing ground nelayan PSP 01 melakukan persiapan terlebih dahulu yaitu mempersiapkan perbekalan, pemeriksaan mesin dan perahu, serta penyusunan alat tangkap di perahu. Nelayan Kapal PSP 01 meninggalkan fishing base sekitar pukul WIB dan akan kembali dari fishing ground 7 hari kemudian pukul WIB. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground tergantung dari jarak fishing ground yang akan dituju. Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan. Nelayan Kapal PSP 01 cenderung memiliki fishing ground yang tetap, kalaupun berpindah tempat tidak akan jauh dari fishing ground sebelumnya. Tahapan selanjutnya yaitu setting alat tangkap drift gillnet, yang dimulai dengan penurunan pelampung tanda. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian dilanjutkan dengan penurunan jaring satu per satu. Setting di lakukan pada waktu malam hari sekitar pukul WIB lamanya setting kurang lebih 1 jam, setelah setting dilakukan proses selanjutnya dihanyutkan (drifting) jaring selama 2-3 jam dan tahap terakhir hauling selama 3 jam. Untuk pengoperasian drift gillnet dan jaring bloon berbeda pada lokasi daerah penangkapannya, jaring gillnet dilakukan di tengah laut, sedangkan jaring bloon di sekitar teluk. Cara operasional pancing tonda adalah dengan cara menonda (menarik) pancing secara horizontal di permukaan perairan. Sementara tahapan untuk alat tangkap pancing tonda yang pertama dilakukan yaitu memasang umpan pada mata pancing, dan menurunkan pancing satu persatu ke perairan. Kemudian mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri dan bagian buritan kapal. Tali pancing yang telah direntangkan di sisi kanan atau kiri perahu ditarik terus menerus menyusuri daerah penangkapan dengan tujuan umpan buatan yang dipakai bergerak-gerak seperti ikan mangsa. Pada saat salah satu umpan dimakan ikan, pemancing langsung memberitahukan juru mudi untuk menaikkan kecepatan perahu. Juru mudi akan mempercepat laju perahu dengan tujuan agar ikan yang memakan umpan cepat tersangkut pada mata pancing dan mencegahnya terlepas kembali. Persiapan setting dilakukan sekitar 30 menit lamanya dan setting sekitar 5 jam/hari. Alat tangkap pancing tonda menggunakan umpan dalam pengoperasiannya. Umpan yang digunakan adalah umpan buatan (artificial bait),

57 42 yang terbuat dari bulu ayam, kain yang berwarna menarik, dan bahan-bahan yang terbuat dari plastik yang menyerupai bentuk asli hewan laut seperti cumi, ikanikan kecil, dan sebagainya. Umumnya dalam sekali operasi penangkapan dapat menghabiskan hingga liter solar. 5) Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan di daerah rumpon wilayah selatan dan daerah rumpon wilayah barat. Adapun rumpon yang terdapat di Palabuhanratu merupakan rumpon yang dibuat oleh pemerintah maupun pihak swasta. Satu rumpon di wilayah Palabuhanratu umumnya digunakan oleh 1 8 kapal. Lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 berada di perairan selatan Jawa Barat. Daerah tersebut meliputi 07 o LS 09 o LS dan 105 o BT 107 o BT. Dari data yang didapat, fishing ground Kapal PSP 01 antara lain di daerah Ujung Kulon, Binuangeun, perairan Legundi, perairan Selat Panaitan, Cisokan, Karang Bolong. Kegiatan operasional Kapal PSP 01 di Palabuhanratu berlangsung sepanjang tahun mulai dari tahun 2008 hingga sekarang. Kapal PSP 01 dalam sekali operasi penangkapan ikan melakukan trip sebanyak 3 kali per bulan dengan lama 1 trip antara 5 sampai dengan 7 hari. 6) Komposisi hasil tangkapan Berdasarkan data Kapal PSP 01, komposisi hasil tangkapan yang didapatkan cukup beranekaragam tergantung dari alat tangkap yang di operasikan pada waktu penangkapan. Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan alat tangkap gillnet, hasil tangkapan yang didapatkan berupa ikan pelagis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), layur (Trichiurus sp.), tenggiri (Scomberomorus sp.), jangilus (Istiophorus sp.), dan tongkol (Auxis sp.). Sementara ketika alat tangkap pancing yang dioperasikan hasil tangkapan yang didapatkan adalah tuna madidihang (Thunnus albacores), albakora (Thunnus alalunga), tuna mata besar (Thunnus obesus), dan tongkol (Auxis sp.). Ketika Kapal PSP 01 mengoperasikan jaring bloon atau bubu maka didapatkan udang karang dan lobster seperti udang mutiara (Penaeus sp.), dan lobster hijau pasir (Panulirus versicolor).

58 Unit penangkapan ikan yang menggunakan satu alat tangkap (single gear) Pada penelitian ini alat tangkap single gear yang diamati atau diteliti adalah alat tangkap payang dan alat tangkap pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu. Unit penangkapan ikan terdiri dari kapal, alat dan nelayan kapal itu sendiri. Penjelasan dari alat tangkap payang dan pancing tonda disajikan pada bab dibawah ini. 1) Pancing tonda a. Kapal Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pancing tonda adalah jenis kapal motor yang memiliki dimensi utama LOA = 12 meter, B = 2,8 meter, dan D = 1,2 meter, maka dapat di ketahui GT untuk kapal pancing tonda sebesar 8 GT. Mesin yang digunakan berkekuatan 22 PK dengan bahan bakar solar. Umumnya kapal yang digunakan di palabuhanratu adalah jenis kapal kayu yang memiliki umur teknis sekitar 10 tahun. Perawatan kapal dilakukan kurang lebih 6 bulan sekali yang meliputi pengecetan, penambalan bagian yang bocor, dan menghilangkan teritip. Gambar 13 Kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tahun 2010.

59 44 b. Alat tangkap Pancing jenis ini termasuk kedalam jenis pancing rumpon. Karena pengoperasian pancing tonda di lakukan di daerah sekitar rumpon. Pancing tonda terdiri atas dua bagian utama yaitu tali pancing, mata pancing dan pemberat. Jumlah mata pancing yang digunakan nelayan Palabuhanratu berjumlah antara 5-7 unit mata pancing. Mata pancing umumnya terbuat dari kawat baja, kuningan, atau bahan tahan karat dan tembaga. Nomor mata pancing tonda adalah dan panjangnya sekitar 3 cm. Tali pancing tonda terbuat dari bahan PA monofilament no. 60 dengan panjang sekitar 40 meter per unit dan umpan yang digunakan berupa umpan buatan. c. Nelayan Nelayan yang mengoperasikan kapal pancing tonda ini berkisar 4-5 orang per unit. Pembagian tugas nelayan antara lain, seorang nelayan mengatur jalannya perahu sekaligus sebagai pemancing. Nelayan lainnya sebagai pemancing dan melakukan persiapan sebelum operasi penangkapan berlangsung. Tabel 8 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan. Kedudukan Jumlah Juru Mudi 1 Nelayan/ ABK 4 Jumlah 5 Sumber: Data primer,2010 d. Metode pengoperasian alat Dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda, digunakan beberapa alat bantu penangkapan seperti gacok untuk mematikan ikan, lampu untuk penerangan, serta umpan buatan yang berupa cumi-cumi palsu atau kain perca. Alat bantu lainnya yang sangat penting dalam pengoperasian alat tangkap pancing tonda di wilayah Palabuhanratu yaitu rumpon yang digunakan untuk mengumpulkan ikan. Pengoperasian alat tangkap pancing tonda yaitu mengulur alat tangkap perlahan-lahan ke perairan dan mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu dan buritan dengan jarak tertentu. Pengoperasian biasanya

60 45 dilakukan sebanyak 2 4 trip dalam satu bulan, dimana dalam satu kali trip nelayan menghabiskan waktu 7 10 hari. Adapun hari yang tidak dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan melaut adalah hari Jum at karena para nelayan melakukan kegiatan ibadah sholat Jum at sekaligus dimanfaatkan untuk beristirahat. e. Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan untuk pancing tonda di wilayah Palabuhanratu berada di sekitar rumpon. Rumpon digunakan untuk mengumpulkan ikan. Terdapat beberapa daerah di Teluk Palabuhanratu yang terdapat rumpon yang biasa didatangi oleh nelayan pancing tonda. Salah satu daerah tersebut yaitu ujung genteng yang berjarak 50 mil dari PPN Palabuhanratu atau sekitar 3,5 4 jam perjalanan menggunakan kapal. Adapun nelayan pancing tonda di Palabuhanratu sering pula menyebutkan daerah lintang 7 8 sebagai daerah penangkapan ikan. f. Komposisi hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari alat tangkap pancing tonda selama penelitian adalah ikan jenis tuna seperti Big eye tuna (Thunnus obesus), dan tuna madidihang (Thunnus albacares) yang berada di sekitar rumpon. Selain itu terdapat pula hasil tangkapan sampingan pancing tonda yaitu cakalang (Katsuwonus pelamis), dan tongkol (Auxis sp.). Adapun hasil tangkapan nelayan pancing tonda pada saat musim puncak dapat mencapai sekitar 800 kg dan pada saat musim paceklik hanya mencapai sekitar 150 kg. 2) Payang a. Kapal Berdasarkan dari hasil wawancara nelayan payang di Palabuhanratu, kapal yang digunakan untuk pengoperasikan payang adalah jenis kapal motor tempel yang terbuat dari kayu. Dimensi kapal payang adalah panjang total (LOA) 12 m, lebar (B) 2 m dan dalam (D) 0,8 m, Maka kapal payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu diketahui ukuran GT kapal sebesar 6,77 atau rata-rata 7 GT.

61 46 Umumnya kapal payang yang digunakan di Palabuhanratu memiliki umur teknis 20 tahun. Perawatan kapal dilakukan 4-6 bulan sekali yang meliputi pengecatan, penambalan bagian yang bocor. Kapal payang umumnya menggunakan satu mesin tempel yang berkekuatan 40 PK. Bahan bakar yang digunakan bensin, dan minyak tanah. Gambar 14 Kapal payang di PPN Palabuhanratu tahun b. Alat tangkap Payang merupakan alat tangkap yang memiliki tali penarik yang sangat panjang dengan cara melingkari wilayah seluas-luasnya dan kemudian menariknya ke kapal yang tidak bergerak. Alat tangkap payang termasuk kedalam pukat kantong lingkar. Pukat kantong lingkar adalah suatu jaring yang terdiri dari kantong (bunt or bag), badan (body), kaki atau sayap(wing) yang dipasang pada kedua sisi (kiri dan kanan) mulut jaring. Pada payang terdiri atas kantong, dua sayap, dua tali ris, tali selambar, serta pelampung dan pemberat. Kantong yang terdapat pada payang merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut. Semakin ke ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin mengecil, hal ini dilakukan untuk menghindari lolosnya ikan yang telah masuk kedalam kantong.

62 47 Berikut ini deskripsi gambar payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu, seperti dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Deskripsi alat tangkap payang yang terdapat di PPN Palabuhanratu. Tali ris terbuat dari bahan PE multifilament mempunyai diameter sekitar 3-4 mm dengan panjang tali antara m. Sementaraa tali ris bawah diameter 5-6 mm dengan panjang tali kurang lebih m. Tali selambar atau penarik terbuat dari bahan PE dengan diameter 16 mm. Panjang tali depan dibagian sayap kiri sekitar m dan untuk bagian belakang sekitar m. Pelampung terdapat dua macamm bambu dan plastik, dengann ukuran silinder panjang sekitar cm, plastik berukuran 20 liter. Pemberat timah dengan berat sekitar 1,5-2 kg. Bagian dan fungsi dari jaring payang secara lengkap di sajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Bagian jaring payang. No Bagian jaring payang Fungsi 1 Sayap Penggiringg atau pengurung ikan 2 Kantong Tempat berkumpulnya ikan yang tertangkap Untuk merentangkan jaring serta mengikat 3 Tali ris pelampung dan pemberat 4 Selambar Penarikann jaring saat setting dan hauling Menjaga jaring tetap terapung dan 5 Pelampung mempertahankan bentuk jaring Merendam bagian bawah jaring supaya 6 Pemberat bukaan jaring maksimal Sumber : Monintja (1991) vide Yulia (2006)

63 48 c. Nelayan Pengoperasian alat tangkap payang memerlukan tenaga yang besar baik pada saat menurunkan jaring (setting) maupun pada saat menarik jaring (hauling). Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang banyak menyerap tenaga kerja, dimana untuk satu unit alat tangkap dibutuhkan orang per unit. Tabel 10 berikut ini menjelaskan rincian dari jumlah nelayan dan kedudukannya pada satu unit alat tangkap. Tabel 10 Jumlah nelayan dan kedudukannya dalam operasi penangkapan. Kedudukan Jumlah Juru mudi 1 Motoris 1 Pedaga dewasa (8-14) Pedaga kecil (2-3) Jumlah (15-20) Sumber: Data primer,2010 Juru mudi adalah orang yang memimpin jalannya operasi penangkapan, menentukan lokasi daerah penangkapan, menentukan melaut atau tidaknya dan membagi-bagi pendapatan antar nelayan. Keberhasilan operasi penangkapan payang banyak ditentukan oleh juru mudi, karena turunnya pelampung tanda dan tali selambar pada saat pengoperasian ditentukan oleh juru mudi, untuk itu juru mudi harus tahu dengan pasti kapan tali selambar diturunkan. Motoris adalah orang yang bertanggung jawab untuk persiapan operasi penangkapan seperti perawatan kondisi mesin, menangani kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada saat operasi. Keberhasilan dalam penangkapan ditentukan oleh kemampuan juru mudi dalam mengatur kecepatan mesin pada saat pengoperasian. Pendega dewasa adalah orang yang bekerja pada saat setting dan hauling, serta menangani hasil tangkapan. Pada waktu tidak operasi/docking, mereka bekerja memperbaiki jaring dan bagian-bagian kapal yang rusak. Sementara pendega kecil, bertugas membantu pendega dewasa saat pengoperasian serta menyiapkan konsumsi untuk keperluan seluruh nelayan.

64 49 d. Metode pengoperasian alat Operasi penangkapan payang dapat dilakukan baik siang maupun malam hari. Namun pengoperasian umumnya dilakukan pada siang hari, sedangkan operasi malam hari dilakukan pada musim Barat, dimana pengoperasian siang hari pada musim Barat ini sering tidak memberi hasil. Sebelum berangkat ke fishing ground, nelayan payang terlebih dahulu mempersiapkan perbekalan yang dibutuhkan seperti bensin, oli, air tawar dan makanan. Nelayan payang meninggalkan fishing base sekitar pukul WIB dan kembali lagi dari fishing ground sekitar pukul WIB. Waktu yang di butuhkan untuk mencapai fishing ground sekitar 2-3 jam atau tergantung dari fishing ground yang dituju. Penentuan fishing ground ini ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan dan tanda-tanda alam. Nelayan payang cenderung memiliki fishing ground yang tetap, karena pengoperasian payang hanya di sekitar Teluk Palabuhanratu. Menurut Sainsbury (1971), payang biasanya dioperasikan di lapisan permukaan air (water surface), dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Dasar dari seine net adalah melingkari area perairan dengan. Prinsip pengoperasian alat ini adalah membatasi gerak ikan sehingga terkurung pada bagian sayap dan selanjutnya ikan masuk kedalam kantong. Penarikan dua sisi sayap dilakukan secara bersama, sehingga kelompok ikan tergiring masuk kedalam jaring. Umumnya dalam sekali operasi penangkapan dapat menghabiskan hingga liter bensin e. Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan payang ditentukan berdasarkan pengalaman nelayan dan tanda-tanda alam. Umumnya payang dioperasikan di lapisan permukaan air bagian atas dengan tujuan menangkap ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Selain itu payang dioperasikan di daerah-daerah yang terlihat terdapat keberadaan gerombolan ikan. Tiga hal sebagai indikator adanya gerombolan ikan, seperti yang dikemukakan oleh Ayodhyoa (1981), yaitu: (1) Adanya lompatan-lompatan ikan dipermukaan laut;

65 50 (2) Burung-burung yang menukik-nukik dan menyambar-nyambar permukaan laut; (3) Adanya buih-buih dipermukaan laut. f. Komponen hasil tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh payang tergantung pada kondisi daerah penangkapan ikan dan musim. Namun umumnya jenis ikan dari hasil tangkapan payang adalah layang ( Decapterus spp. ), selar (Selaroides sp.), kembung ( Rastrelliger spp. ), lemuru ( Sardinella sp. ), dan tembang ( Sardinella fimbriata ). 5.2 Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan. Tingkat produktivitas suatu unit penangkapan dapat diestimasi dengan pendekatan hasil tangkap per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE). Oleh karena itu, pendekatan CPUE ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) dan single gear (payang dan pancing tonda) Unit penangkapan multigear (Kapal PSP 01) Kapal PSP 01 mulai beroperasi di Palabuhanratu terhitung mulai bulan Mei tahun 2008 hingga sekarang. Upaya penangkapan ikan alat tangkap multigear yang dilakukan oleh Kapal PSP 01 pada tahun 2010 tercatat sebanyak 5 trip. hal ini karena data upaya pada tahun tersebut baru diperoleh untuk 2 bulan, yakni Januari dan Februari. Produksi penangkapan Kapal PSP 01 cenderung mengalami perubahan setiap tahunnya, terlihat pada tahun mengalami peningkatan. Namun jika dilihat dari rata-rata hasil tangkapan per upaya tertinggi didapat pada tahun 2008, sebesar 462,1695 kg/trip. Terjadinya peningkatan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2008, disebabkan pertambahan jumlah produksi lebih tinggi dibandingkan pertambahan jumlah effort. Namun pada tahun 2010 hasil tangkapan Kapal PSP 01 menurun hingga 215,00 kg/trip. Menurunnya hasil tangkapan pada tahun 2010 dikarenakan data yang diperoleh dari Kapal PSP 01 terhitung sejak bulan Januari-Februari, padahal musim banyak ikan di palabuhanratu umumnya dimulai bulan April hingga bulan Oktober, sehingga

66 51 seolah-olah hasil tangkapannya menurun dan demikian juga dengan nilai CPUEnya. Perkembangan CPUE Kapal PSP 01 (multigear) dari tahun , dapat dilihat pada Tabel 11. Data perhitungan CPUE lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2,3,4. Tabel 11 Perkembangan hasil tangkapan per upaya Kapal PSP 01 (multigear). Tahun Produksi (kg) Effort (trip) CPUE ( kg/trip) , , , , , ,00 Rata-Rata 7458, ,38 Sumber: Data primer,2010 Tabel 11 menjelaskan bahwa hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 setiap tahun mengalami penurunan. Terjadinya penurunan dapat disebabkan faktor eksternal atau internal. Jika dilihat dari faktor eksternal diduga karena adanya penurunan ketersedian sumberdaya ikan yang sedikit setiap tahunnya, faktor cuaca yang berbeda-beda mempengaruhi kondisi penangkapan ikan saat melaut dan faktor musim ikan. Sementara faktor internal disebabkan pengetahuan terhadap ruaya ikan, pengetahuan nelayan terhadap daerah penangkapan yang menyangkut aspek oseanografi, serta penggunaan rumpon hanya satu unit. Dari data hasil upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 (multigear), maka dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah produksi hasil tangkapan dari tahun sebesar 7.458,18 kg, sedangkan hasil tangkapan persatuan upaya (CPUE) per trip rata-rata sebesar 350,38 kg/trip Unit penangkapan single gear (kapal payang) Hasil tangkapan atau produksi ikan dengan menggunakan alat tangkap payang di Perairan Teluk Palabuhanratu cenderung berfluktuasi, selama periode tahun Hasil tangkapan alat tangkap payang di perairan Teluk Palabuhanratu disajikan pada Tabel 12.

67 52 Tabel 12 Perkembangan upaya penangkapan ikan kapal payang. Tahun Produksi (kg) effort (trip) CPUE(kg/trip) , , , , ,84 Rata-Rata ,19 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005, sebesar kg dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 206,679 kg. Sementara untuk jumlah upaya penangkapan effort cenderung menurun selama periode tahun tersebut ( ). Menurunnya jumlah effort dipengaruh oleh berkurangnya jumlah alat tangkap payang yang beroperasi di PPN Palabuhanratu. Hal ini di karenakan kapal payang banyak yang tidak beroperasi atau beralihnya alat tangkap payang ke alat tangkap lain seperti rumpon. Namun untuk hasil tangkapan per upaya nilai catch/effort (CPUE) pada tahun terakhir (2009) menunjukan peningkatan yang berarti atau cukup signifikan walaupun pada 4 tahun sebelumnya ( ) cenderung menurun. Hal ini diduga karena adanya prakiraan panen raya 5 tahun sekali Unit penangkapan single gear (kapal pancing tonda) Produksi ikan yang didarat di Palabuhanratu dengan alat tangkap pancing tonda cenderung fluktuasi, selama periode tahun Sementara untuk jumlah upaya penangkapan jumlah effort cenderung menurun selama periode tahun tersebut ( ), seperti dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan hasil tangkapan per upaya kapal pancing tonda. Tahun Produksi Effort (trip) CPUE , , , , , , , , , ,60 Rata-Rata 337, ,60 939,35 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009

68 53 Kapal pancing tonda dari tahun ke tahun produksi hasil tangkapan ikan cenderung semakin fluktuasi dengan rata-rata produksi sebesar 337,11 kg dan rata-rata CPUE sebesar 939,35 kg/trip. Terlihat dari Hasil tangkapan yang di dapat oleh pancing tonda tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebanyak 601,221 kg dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 198,804 kg. Begitu juga dengan hasil tangkapan per upaya pada tahun 2006 kapal pancing tonda meningkat hingga 1171,70 kg/trip. Pada tahun upaya penangkapan ikan cenderung menurun. Namun pada tahun 2009 menunjukan upaya penangkapan ikan sebesar 639,59 kg/trip. Penurunan CPUE pada tahun 2009 diduga karena laju pertambahan effort lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertambahan produksi. 5.3 Analisis Efisiensi Teknis Analisis efisiensi teknis dilakukan untuk untuk mendapat nilai semua kriteria yang digunakan suatu nilai tukar atau nilai standar. Unit usaha yang memperoleh skor tertinggi berarti lebih baik dari pada yang lainnya. Untuk mendapatkan nilai tukar ini digunakan fungsi nilai (V) yang merupakan nilai perbandingan relatif. Alternatif yang terbaik adalah alternatif yang dapat memberikan nilai V(x) tertinggi. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi per kapal per tahun, produksi per trip, produksi per BBM, produksi per tenaga kerja, dan produksi per GT. Jumlah tenaga kerja atau ABK yang terdapat pada Kapal PSP 01 berjumlah 5 orang nelayan. Jumlah tersebut relatif tetap setiap tahunnya, sementara penggunaan BBM cenderung mengalami fluktuasi. Keragaan spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 14. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 14 Spesifikasi tenaga kerja dan BBM Kapal PSP 01. Tahun Tenaga kerja (orang) BBM (liter) , , ,00 Rata-Rata ,67 Sumber: Data primer,2010

69 54 Produksi BBM yang digunakan Kapal PSP 01 setiap tahunnya mengalami penurunan. Terlihat pada tahun BBM yang digunakan mengalami perubahan dengan rata-rata jumlah BBM yang digunakan sebesar 4.966,67 liter. Jumlah BBM yang digunakan terbesar pada tahun 2009 sebesar liter dan terkecil pada tahun 2008 sebesar liter. Namun besarnya penggunaan BBM pada tahun 2009 tidak seimbang dengan hasil tangkapan yang di peroleh pada tahun Hal ini dikarenakan adanya musim ikan yang menyebabkan Kapal PSP 01 melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan tidak hanya di daerah rumpon namun kedaerah penangkapan lain, sehingga terjadi penggunaan jumlah BBM yang besar. Sedikitnya jumlah hasil tangkapan pada tahun 2009 yang diperoleh Kapal PSP 01 dibandingkan dengan jumlah BBM yang digunakan, mengakibatkan BBM yang digunakan Kapal PSP 01 tidak efisien dibandingkan tahun Jumlah nelayan payang yang terdapat di Palabuhanratu berkisar antara orang dalam 1 unit penangkapan ikan. Oleh karena itu untuk mengetahui penghitungan efisiensi tenaga kerja pada nelayan payang, maka menggunakan rata-rata jumlah nelayan 15 orang dalam satu unit penangkapan kapal payang. Keragaan spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 15. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 15 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal payang. Tahun Tenaga kerja (orang) BBM (liter) , , , ,98 Rata-Rata ,57 Sumber: Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 15 menjelaskan bahwa Produksi BBM alat tangkap payang menggunakan bahan bakar bensin. rata-rata BBM yang digunakan alat tangkap dari tahun sebesar 362,57 liter. Jumlah BBM yang digunakan kapal payang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah BBM untuk kapal payang sebesar 205,17 liter. Pada tahun 2009 jumlah BBM yang

70 55 digunakan kapal payang meningkat hingga 579,98 liter. Meningkatnya produksi BBM yang digunakan kapal payang dikarenakan jauhnya lokasi daerah operasional dan juga lamanya waktu pengoperasian alat tangkap. Penurunan atau peningkatan jumlah upaya penangkapan ikan kapal pancing tonda yang berada di PPN Palabuhanratu disebabkan adanya musim ikan yang tidak menentu, dan faktor cuaca saat melakukan melaut atau operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan pancing tonda yang terdapat di PPN Palabuhanratu rata-rata sekitar 3-5 orang dalam satu unit penangkapan ikan. Namun berdasarkan hasil wawancara jumlah kapal pancing tonda sama dengan jumlah nelayan kapal PSP 01 sebanyak 5 orang dalam satu unit penangkapan. Keragaan spesifikasi CPUE, dan Penggunaan BBM dapat dilihat pada Tabel 16. Rincian penggunaan BBM tiap bulannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 16 Spesifikasi tenaga kerja dan penggunaan BBM kapal pancing tonda. Tahun Tenaga kerja (orang) BBM , , , , ,20 Rata-Rata 5 127,14 Sumber: Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Jumlah BBM yang digunakan kapal pancing tonda mengalami perubahan setiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2005 jumlah BBM yang digunakan sebesar 51,90 liter. Meningkat pada tahun 2006 sebesar 105,60 liter dan menurun pada tahun sebesar 75,50-75,52 liter. Namun pada tahun 2009 jumlah penggunaan BBM meningkat hingga liter. Meningkatnya jumlah BBM yang digunakan kapal pancing tonda dikarenakan jauhnya lokasi daerah penangkapan ikan Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun digunakan untuk mengetahui jumlah produksi hasil tangkapan yang terdapat di kapal, selama satu tahun operasi

71 56 penangkapan ikan. Produksi hasil tangkapan per kapal per tahun disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Produksi hasil tangkapan ikan kapal PSP 01, payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** Tahun Produksi (kg) Produksi (kg) Produksi (kg) , , , , , , , , , , , Rata-Rata , , ,29 Sumber: *Data primer,2010 **Data statistik PPN Palabuhanratu,2009 Berdasarkan Tabel 17 bahwa produksi hasil tangkapan ikan terbesar terdapat pada alat tangkap single gear (pancing tonda) dengan rata-rata sebesar ,29 kg. Namun jika dibandingkan Kapal PSP 01 dengan kapal single gear payang, maka produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih besar dari kapal payang dengan rata-rata sebesar ,00 kg. Produksi Kapal PSP 01 yang digunakan untuk perbandingan dengan kapal payang dan kapal pancing tonda yaitu tahun Hal ini di karenakan Kapal PSP 01 dalam melakukan operasi penangkapan ikan terhitung mulai bulan Mei 2008 hingga sekarang. Namun yang beroperasi penuh selama satu tahun yaitu pada tahun Besarnya produksi Kapal PSP 01 dibandingkan kapal payang karena Kapal PSP 01 menggunakan alat bantu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih besar dari pada payang yang cara pengoperasian alatnya berdasarkan tandatanda alam. Hasil tangkapan yang didapat diduga tidak menentu dibandingkan yang menggunakan alat bantu rumpon. Menurun hasil tangkapan ikan Kapal PSP 01 dibandingkan dengan kapal pancing tonda karena Kapal PSP 01 hanya menggunakan satu rumpon sedangkan kapal pancing tonda diduga lebih dari satu rumpon. Kurang pengetahuan keberadaan ruaya ikan dan faktor musim ikan merupakan salah satu faktor

72 57 produksi hasil tangkapan Kapal PSP 01 lebih sedikit dibandingkan alat tangkap single gear (pancing tonda) Produksi per trip Produksi per trip digunakan untuk mengetahui laju pertambahan produksi hasil tangkapan (catch) dengan laju pertambahan upaya penangkapan atau effort (trip). Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01, payang dan pancing tonda. Tahun Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** CPUE(kg/trip) CPUE (kg/trip) CPUE (kg/trip) , , , , ,64 993, ,16 463,40 834, ,00 734,84 639, , Rata-Rata 350,38 652,19 939,35 Sumber: *Data primer,2010 ** Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa CPUE diperoleh dari produksi hasil tangkapan yang didapat dibagi dengan jumlah trip (effort) pengoperasian alat. Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan Kapal PSP 01 cenderung menurun dari tahun dengan rata-rata sebesar 350,38 kg/trip, begitu juga dengan alat tangkap pancing tonda (single gear) cenderung menurun dari tahun dengan rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 939,35 kg/trip. Namun untuk alat tangkap payang (single gear) cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dengan rata-rata sebesar 652,19 kg/trip. Besarnya CPUE pancing tonda (single gear) dibandingkan kapal payang dan Kapal PSP 01 (multigear). Hal ini diduga karena kapal pancing tonda menggunakan rumpon lebih dari satu rumpon sehingga hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan Kapal PSP 01. Selain itu faktor keberadaan ruaya ikan dan faktor daerah penangkapan merupakan salah satu faktor hasil tangkapan pancing tonda lebih besar dari pada Kapal PSP 01 dan kapal payang (single gear).

73 Produksi per BBM Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor yang penting untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Lamanya kapal beroperasi atau jauhnya daerah penangkapan bergantung pada jumlah BBM yang digunakan saat beroperasi. Untuk mengetahui efisiensi BBM yang digunakan oleh kapal, Maka dapat dihitung dengan cara CPUE yang diproduksi satu unit kapal selama 1 tahun dibagi dengan jumlah BBM yang digunakan oleh kapal dalam 1 tahun. Perbandingan Pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda, seperti dapat dilihat pada Tabel 19. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 19 Perbandingan pengunaan BBM yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** Tahun Penggunaan BBM(kg/trip/liter) Penggunaan BBM(kg/trip/liter) Penggunaan BBM(kg/trip/liter) ,0036 0, , ,0020 0, ,0963 0,0014 0, ,0445 0,0013 0, , Rata-Rata 0,089 0,0021 0,0115 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 19 menjelaskan bahwa penggunaan BBM untuk Kapal PSP 01 lebih baik dari pada kapal payang atau kapal pancing tonda. Terlihat dari rata-rata BBM yang digunakan Kapal PSP 01 sebesar 0,0891 kg/trip/liter. Dibandingkan dengan kapal payang sebesar 0,0021 kg/trip/liter dan kapal pancing tonda sebesar 0,0115 kg/trip/liter. Hal ini dikarenakan Kapal PSP 01 dalam pengoperasian alat tangkap berada di daerah rumpon sehingga lokasi daerah penangkapan tidak perlu berpindah-pindah. Tenaga kerja atau ABK merupakan faktor penentu keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan. Seperti bagaimana mereka mengoperasikan alat tangkap, bagaimana mereka mengetahui adanya daerah penangkapan dan menentukan keberadaan ruaya ikan. Oleh karena itu mengetahui penggunaan

74 59 tenaga kerja atau ABK dalam satu unit kapal sangat penting, maka perlu dilakukan perhitungan efisien tenaga kerja atau ABK. Dengan cara menghitung jumlah upaya penangkapan ikan yang dihasilkan (kg/trip) dibagi dengan jumlah tenaga kerja dalam satu unit kapal Produksi per tenaga kerja Tabel 20 Perbandingan penggunaan tenaga kerja yang digunakan Kapal PSP 01, kapal payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** Tahun Penggunaan ABK(kg/trip/orang) Penggunaan ABK(kg/trip/orang) Penggunaan ABK(kg/trip/orang) ,86 211, , , ,30 198, ,43 30,89 166, ,80 48,98 127, , Rata-Rata 70,07 43,47 187,87 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Tabel 20 diketahui bahwa tenaga kerja yang dilakukan oleh nelayan kapal PSP 01 setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2008 penggunaan tenaga kerja tertinggi sebesar 92,43 kg/trip/orang, Sedangkan jumlah terendah terdapat pada tahun 2009 sebesar 74,80 kg/trip/orang, Untuk data pada tahun 2010 penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 tidak dapat di katakan menurun karena pengoperasian pada tahun 2010 dilakukan belum sampai satu tahun. Sedangkan untuk kapal payang penggunaan tenaga kerja cenderung fluktuasi, tertinggi terdapat pada tahun 2009 sebesar 48,98 kg/trip/orang. penggunaan terendah terdapat pada tahun 2008 sebesar 30,98 kg/trip/orang. Untuk kapal pancing tonda penggunaan tenaga kerja cenderung menurun. Tertinggi pada tahun 2006 sebesar 234,34 kg/trip/orang dan terendah pada tahun 2009 sebesar 127,91 kg/trip/orang. Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Maka

75 60 dapat dijelaskan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja yang terbaik terdapat pada kapal pancing tonda. Hal ini diduga karena tenaga kerja/abk kapal pacing tonda dalam melakukan operasi penangkapan ikan (waktu dan setting) dan penentuan daerah penangkapan lebih baik. Besarnya penggunaan tenaga kerja nelayan Kapal PSP 01 dibandingkan dengan nelayan payang, karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhan nelayan payang lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01. Dengan demikian CPUE yang dihasilkan kapal payang dibagi dengan jumlah nelayan yang terdapat di satu unit menghasilkan produksi per tenaga kerja lebih kecil dari pada Kapal PSP 01. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Produksi per GT Tabel 21 Perbandingan ukuran GT yang digunakan Kapal PSP 01 dan payang dan pancing tonda. Kapal PSP 01* Payang** Pancing tonda** Tahun ukuran kapal ukuran kapal ukuran kapal (kg/trip/gt) (kg/trip/gt) (kg/trip/gt) ,71 132, ,73 146, ,18 124, ,65 60,80 104, ,37 103,07 79, , Rata-Rata 36,88 90,30 117,42 Sumber: *Data primer,2010 **Data Statistik PPN Palabuhanratu, 2009 Berdasarkan Tabel 21 menjelaskan bahwa rata-rata efisiensi untuk kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/gt. Sedangkan untuk kapal payang efisiensi ukuran kapal sebesar 90,30 kg/trip/gt dan kapal Pancing tonda sebesar 117,42 kg/trip/gt. Data yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 8. Maka dapat dijelaskan bahwa efisiensi kapal yang terbaik adalah kapal pancing tonda, karena dengan ukuran kapal sebesar 8 GT dapat memproduksi hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan dengan rata-rata sebesar 939,35 kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 13). Dibandingkan dengan Kapal PSP 01 dengan ukuran kapal sebesar 9,5 GT rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan sebesar 350,38 kg/trip (dapat dilihat pada Tabel 11) dan Ukuran payang sebesar 7 GT, dengan hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan rata-rata

76 61 sebesar 652,19 kg/trip. Maka dapat diketahui bahwa besarnya ukuran kapal tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan yang di dapat. Tabel 22 Produksi tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan Kapal PSP 01 (multigear) dan single gear (payang, pancing tonda). Jenis unit penangkapan ikan Produksi/kapal /tahun Produksi/ trip Produksi trip/bbm Produksi trip/abk Produksi trip/gt Multigear ,00 350,38 0,089 70,07 36,88 (PSP 01) single gear ,24 652,19 0,002 43,47 90,30 (Payang) single gear ,29 939,35 0, ,87 (Pancing Tonda) 117,42 Sumber: Data diolah,2010 Berdasarkan Tabel 22 hasil produksi tangkapan ikan pertahunnya menggunakan alat tangkap multigear yang digunakan Kapal PSP 01 lebih kecil ,00 kg dari pada alat tangkap single gear pancing tonda kg. Namun lebih besar dari pada alat tangkap payang (single gear). Kecilnya produksi hasil tangkapan PSP 01 di pengaruhi oleh penggunaan rumpon yang hanya satu unit rumpon dibandingkan kapal pancing tonda yang diduga lebih dari satu rumpon. Namun jika dilihat dari produksi/trip (CPUE) maka kapal single gear pancing tonda lebih besar 939,35 kg/trip dari pada alat tangkap payang sebesar 652,19 kg/trip dan Kapal PSP 01 sebesar 350,38 kg/trip. Kecilnya upaya penangkapan ikan (CPUE) Kapal PSP 01 disebabkan menurunnya produksi hasil tangkapan yang diperoleh Kapal PSP 01 setiap tahunnya dibandingkan kapal payang atau kapal pancing tonda. Efisiensi BBM untuk Kapal PSP 01 sebesar 0,089 kg/trip/liter sedangkan untuk kapal payang sebesar 0,002 kg/trip/liter. Pada kapal pancing tonda sebesar kg/trip/liter. Tingginya efisiensi penggunaan BBM Kapal PSP 01 disebabkan daerah penangkapan ikan yang sudah pasti dilakukan disekitar daerah rumpon, Dibandingkan kapal payang yang pengoperasian alat tangkap dilakukan berdasarkan tanda-tanda alam untuk mengetahui keberadaan ikan sehingga membutuhkan BBM yang lebih besar. Kapal pancing tonda pengoperasian alat tangkap sama dengan Kapal PSP 01 yaitu dilakukan didaerah rumpon. Namun kapal pancing tonda diduga menggunakan rumpon lebih dari satu rumpon

77 62 sehingga penggunaan BBM kapal pancing tonda lebih besar dibandingkan Kapal PSP 01. Jumlah nelayan Kapal PSP 01 sebanyak 5 orang, sedangkan jumlah nelayan kapal payang sebanyak 15 orang, dan jumlah kapal pancing tonda sama dengan jumlah Kapal PSP 01 yaitu sebanyak 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara jumlah upaya penangkapan ikan (CPUE) yang dihasilkan dibagi dengan jumlah nelayan yang berada dalam satu unit kapal. Jika dilihat dari rata-rata penggunaan tenaga kerja, maka untuk Kapal PSP 01 sebesar 70,07 kg/trip/orang. Sedangkan untuk kapal payang sebesar 43,47 kg/trip/orang. Dan untuk kapal pancing tonda sebesar 187,87 kg/trip/orang. Hal ini menunjukan bahwa untuk efisiensi tenaga kerja pancing tonda lebih efisien dari pada Kapal PSP 01 atau kapal payang. Efisiensi ukuran kapal didapat dari upaya penangkapan ikan (CPUE) dibagi dengan jumlah GT kapal. Untuk Kapal PSP 01 ukuran kapal sebesar 9,5 GT sedangkan untuk kapal payang ukuran kapal sebesar 7 GT dan untuk kapal pancing tonda ukuran kapal sebesar 8 GT. Jika dilihat dari efisiensi kapal maka rata-rata untuk Kapal PSP 01 sebesar 36,88 kg/trip/gt, sedangkan untuk kapal payang rata-rata sebesar 90,30 kg/trip/gt. Sementara untuk kapal pancing tonda rata-rata sebesar 117,42 kg/trip/gt. Unit Penangkapan ikan terbaik di tentukan dengan menggunakan fungsi nilai tertinggi. Tabel 22 di atas, maka dapat diketahui tingkat produktivitas dan efisiensi teknis suatu alat tangkap. Dengan menghitung fungsi nilai dari produksi trip/bbm, produksi trip/tenaga kerja, produksi trip/abk dan produksi trip/ GT. Dengan rumus fungsi nilai dapat diketahui produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan yang lebih baik untuk dioperasikan di PPN Palabuhanratu yaitu multigear atau single gear.

78 63 Tabel 23 Fungsi nilai unit penangkapan ikan. Jenis unit penangkapan ikan Produksi/ kapal /tahun Produksi/ trip Produksi trip /BBM Produksi trip /ABK Produksi trip /GT Jumlah Multigear (PSP 01) 0, ,5 0 Single gear (Payang) 0 0,5 0,1 0 0,6 Single gear (Pancing Tonda) Sumber: Data diolah, ,54 1,2 4 Mengetahui efisien atau tidaknya alat tangkap yang digunakan oleh Kapal PSP 01 (multigear) dapat dilakukan dengan perbandingan antara alat tangkap single gear payang dan pancing tonda. Berdasarkan Tabel 23, maka dapat dijelaskan bahwa Kapal PSP 01 lebih baik dibandingkan dengan kapal single gear payang, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi trip per BBM, dan produksi trip per ABK. Namun jika dibandingkan dengan alat tangkap single gear pancing tonda Kapal PSP 01 masih lebih rendah, terlihat dari aspek produksi per kapal per tahunnya, produksi per trip dan produksi trip per ABK, produksi trip per GT alat tangkap pancing tonda (single gear) lebih baik dari pada kapal PSP 01. Sementara untuk alat tangkap Kapal PSP 01 fungsi nilai tertinggi diperoleh dari produksi trip/bbm. Tingginya efisiensi BBM yang digunakan Kapal PSP 01 dikarenakan lokasi daerah penangkapan Kapal PSP 01 dilakukan dengan menggunakan alat bantu rumpon. Pengoperasian alat tangkap sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan posisi rumpon. Pengoperasian alat bantu rumpon sudah banyak digunakan oleh nelayan pancing di Palabuhanratu (Handriana 2007). Rumpon berfungsi sebagai alat untuk menarik perhatian agar ikan berkumpul pada suatu tempat tertentu yang kemudian dilakukan operasi penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Pengumpulan ikan dengan rumpon umumnya untuk ikan bermigrasi yang secara tidak sengaja melewati keberadaan rumpon, lalu tertarik untuk beruaya di sekitar rumpon baik untuk sementara maupun permanen. Rumpon pada hakekatnya dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan ikan agar sekumpulan ikan

79 64 mudah ditangkap dengan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Sedangkan untuk alat tangkap payang hanya beroperasi di teluk palabuhanratu dan bergerak aktif dalam mencari gerombolan ikan. Ayodhyoa (1981) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut. Besarnya produktivitas dan efisiensi teknis unit penangkapan ikan kapal PSP 01 (multigear) kurang efisien dibandingkan kapal single gear. Hal ini dikarenakan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu rumpon PSP 01 hanya satu unit, pengetahuan nelayan terhadap ruaya ikan, dan waktu setting yang tepat. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya musim ikan, dan cuaca yang tidak mendukung untuk kegiatan penangkapan ikan.

80 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1) Kapal PSP 01 merupakan kapal multigear yang memiliki alat tangkap gillnet, dan pancing. Kapal PSP 01 memiliki dimensi utama dengan panjang total (LOA) 14,3 meter, lebar maximum (B max) 3,12 meter, dan kedalaman (D) 1,2 meter, dengan ukuran kapal sekitar 9,5 GT (Gross tonase). Kapal PSP 01 dibuat dari kayu kitamiang, laban (Vitex pubesceus vahl), dan bayur (Pterospermum javanicum). 2) Tingkat produktivitas unit penangkapan Kapal PSP 01 lebih rendah sebesar 350,38 kg, dibandingkan dengan kapal (single gear) payang sebesar 652,19 kg, maupun kapal pancing tonda sebesar 939,35 kg. 3) Secara teknis Kapal PSP 01 memiliki efisiensi teknis yang lebih baik dari kapal single gear payang, namun lebih rendah dibandingkan kapal single gear pancing tonda. Efisiensi teknis unit penangkapan ikan Kapal PSP 01 dari segi jumlah produksi per kapal per tahun ,00 kg; produksi per trip 350,38 kg/trip; produksi per BBM 0,089 kg/trip/liter; produksi per ABK kg/trip/abk; produksi per GT 36,88 kg/trip/gt. Sedangkan efisiensi teknis unit penangkapan ikan kapal payang dari segi jumlah produksi per kapal per tahun ,24 kg; produksi per trip 652,19 kg/trip; produksi per BBM 0,002 kg/trip/liter; produksi per ABK 43,47 kg/trip/abk; produksi per GT 90,33 kg/trip/gt. efisiensi teknis alat tangkap pancing tonda jumlah produksi per kapal per tahun ,80 kg; produksi per trip 939,35 kg/trip; produksi per BBM 0,011 kg/trip/liter; produksi per ABK 187,87 kg/trip/abk; produksi per GT 117,42 kg/trip/gt. Tingkat efisiensi teknis, Kapal PSP 01 memiliki nilai paling baik dalam penggunaan BBM dibandingkan kapal single gear.

81 Saran 1) Kapal PSP 01 disarankan untuk lebih memperhatikan pemilihan daerah penangkapan ikannya, agar efisiensi teknisnya dapat lebih ditingkatkan lagi. 2) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan dengan keberadaan rumpon dan lama waktu keberadaan ikan di rumpon setelah dilakukan penangkapan.

82 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, A Pemanfaatan Rumpon Laut Dalam : Upaya Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di PT. Usaha Mina (Persero) Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 52. Ariestine, D Analisis Faktor Teknis Perikanan Jaring Nilon di Perairan Teluk Jakarta, Muara Angke. Bogor: Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 97. Astuti, W Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layur Di Perairan Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal Ayodhyoa A.U Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 97 hal. Brandt, A. von Fish Catching Methods of the World. London : Fishing News Book Ltd. 418 p. Djatikusumo, E.W., Biologis Ikan Ekonomi Penting. Akademi Usaha Perikanan, Jakarta. 44 hal. Dharmayanti, S Evaluasi Beberapa Faktor Oseanografi Dan Musim Terhadap Hasil Tangkapan di Pelabuhanratu. Laporan Praktek Lapang (tidak dipublikasikan) Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Endratno Uji Coba Benang Perak Pada Pancing Tonda Di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 43 hal. Effendi, I Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 8. Farid, A., A. Fauji, N. Bambang, Fachrudin dan Sudiono, Teknologi Penangkapan Ikan Tuna, Jaringan Informasi Perikanan Indonesia, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. 71 hal.

83 68 Fauziah Studi Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Jaring Cucut ( Liong Bun) Di Cirebon Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 72 hal. Fyson J Design Of Small Fishing Vessel. London : FOA Fishing, News Books. Ltd. p Girsang, H.S Studi Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Melalui Pemetaan Penyebaran Klorofil A dan Hasil Tnagkapan Di Palabuhanratu, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor. Hal 70. Gulland JA Fish Stok Assesment : A Manual of Basic Methods. Chichester New York Brisbane Toronto Singapore : John Willey and Sons. Hal 223. Gunarso, W Tingkah Laku Ikan dan Gillnet. Bogor: Fakultas Perikanan IPB. 45 hal Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Bahan kuliah (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 119 hal. Handriana, J Pengoperasian Pancing Tonda Pada Rumpon di Selatan Perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 56. Imawati, N Studi Tentang Kepadatan Ikan Pelagis di Sekitar Rumpon di Perairan Pasauran, Banten. Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 7-8. Leksono, U Suatu Studi Tentang Penggunaan Ikan Lemuru Sebagai Umpan Pada Perikanan Rawai Tuna di PT. Pelabuhan Samudra Besar Benoa, Bali Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan. Bogor. 101 hal Lubis E Buku I Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal 120. Martasuganda, S Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hal 144.

84 69 Monintja, R.D. dan S. Martasuganda Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut II. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 90 hal. Nomura, M dan Yamazaki, T Teknik Penangkapan ikan Bagian I. Bogor: Alih Bahasa oleh Wisnu Gunarso. Hal Nugroho, P Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda Di perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (tidak Dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 46 hal. Pariwono, J. L., M. Eidman, R. Santoso, M. Purba, T. Pratono, R. Widodo, U. Djuariah dan J.H. Hutapea Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa. Laporan Penelitian (tidak di publikasikan). Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 66 hal. Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Statistik Perikanan Tahun Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Sukabumi: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. 77 hal. Ravianto, J Orientasi produktivitas dan Ekonomi Jepang Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Penerbit universitas Indonesia Press.154 hal. Rumpon Studi Group Bogor Agricultural University Final Report Survey On The Location And Design Of Rumpon (Payaos) In Ternate, Tidore And Bacan Water. (tidak dipublikasikan). The Departement Of Fisheries Resource Utilization Faculty Of Fisheries Bogor Agricultural University. Hal V Sadhori, N., Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal. Sainsbury, J.C Commercial Fishing Method. Fishing News Book Ltd. London England. 207 hal. Sanusi, H.S Karakteristik Kimia dan Kesuburan Perairan Teluk Palabuhanratu (Tahap II musim timur). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 89. Saptaji, T Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit Penangkapanpayang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor. Hal 70. Sianipar, M.H Komposisi Hasil Tangkapan Payang Menurut Waktu dan Periode Bulan di Sekitar Rumpon di Perairan Pasuruan, Provinsi Banten.

85 70 Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal Singarimbun, M dan Effendi, S Metode Penelitian Survai Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. 336 hal. Sinungan, M Upaya Pengembangan Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Cet. 7. Bumi Aksara, Jakarta. Hal 154. Subani, W. dan H.R. Barus Alat dan Cara penangkapan Ikan di Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Hal Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hal. Undang-Undang Nomor tentang Perikanan. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. Diterbitkan oleh Seketaris Jenderal. 35 hal. Yulia, T Evaluasi Keragaan Faktor-Faktor Produksi dan Analisis Usaha Unit Penangkapan Payang di PPN Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Progam Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Istitut Pertanian Bogor. 73 hal Zulkarnain Studi Penggunaan Rumpon Pada Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Thesis [tidak dipublikasikan]. Program Pascasarjana. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 116 hal.

86 LAMPIRAN

87 71 Lampiran 1 Peta lokasi daerah penelitian 7 o 00 LS U 106 o 30 BT (Sumber: 2 Agustus 2010)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang lain melalui transaksi.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL 5.1.1 Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai

Lebih terperinci

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;

Lebih terperinci

METODE PENANGKAPAN IKAN

METODE PENANGKAPAN IKAN METODE PENANGKAPAN IKAN ASEP HAMZAH FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TEXT BOOKS Today s Outline Class objectives Hook and line (handline, longlines, trolline, pole

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU Productivity of Hand Line for Fishing of Mackerel (Scomberomorus commerson)

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI

ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 32 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN NILA DI ATAS Rp. 5 JUTA JUMLAH BIAYA PER TRIP USAHA PENANGKAPAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

Alat Tangkap Longline

Alat Tangkap Longline Alat Tangkap Longline Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PINTA PURBOWATI 141211133014 MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 METODE PENANGKAPAN DAN ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PENDAHULUAN P ukat cincin

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Berdasarkan klasifikasi International Standard Statistical Classification of Fishing Gear (ISSCFG) dalam Adhiar (2007), payang digolongkan kedalam boat

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu

Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu LAMPIRAN 84 Lampiran 1 Peta PPN Palabuhanratu 85 86 Lampiran 2 Daerah penangkapan madidihang kapal long line berbasis di PPN Palabuhanratu U PPN Palabuhanratu B T S Sumber: Hasil wawancara setelah diolah

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 No. 74/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN UDANG

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Alat Tangkap 5.1.1 Penangkapan ikan pelagis besar Unit penangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada umumnya dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat penangkapan

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Oleh : Sabar Jaya Telaumbanua ) Suardi ML dan Bukhari 2) ) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28 Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON PADA OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN KEI KECIL, MALUKU TENGGARA (Effectiveness of Fish Aggregating

Lebih terperinci

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1): 9-13, Juni 2015 ISSN 2337-4306 Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara The effect of bait color

Lebih terperinci