2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas"

Transkripsi

1 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegiatan yang ditunjukan untuk memuaskan orang lain melalui transaksi. Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit periode atau waktu (Ariestine, 2001). Dalam istilah ekonomi output (hasil) disebut produk atau keluaran, sedangkan input (bahan atau alat) disebut sektor produksi, sumber produksi atau masukan. Produktivitas memiliki kesamaan arti dengan fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menghubungkan antara input dan output atau antara faktor produksi dengan produksi (Ariestine, 2001). Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran dari produksi dan aktivitas dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut (Ravianto, 1986). Menurut badan pangan sedunia FAO, produk merupakan hasil dari integrasi empat elemen produksi yaitu sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan organisasi. Rasio dari elemen-elemen tersebut terhadap produksi adalah ukuran produksitas. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari 3 bentuk yaitu jumlah produksi meningkat dengan penggunakan sumberdaya yang sama; jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang kurang; dan jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang relatif lebih kecil (Ravianto, 1986). Pengertian produktivitas berdasarkan oleh Pusat Produktivitas Nasional dapat dipahami dari berbagai sudut yang antara lain, secara filosofis maka produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari pada hari ini. Sementara secara teknis mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses

2 4 produktivitas berlangsung, dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan terhadap setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumber. Secara umum produktivitas berarti perbandingan, dan dapat dibedakan dalam tiga jenis (Sinungan, 2008). Perbedaan tersebut antara lain perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini telah memuaskan, tetapi hanya mengetengahkan apakah meningkat, berkurang dan berapa tingkatannya. Perbedaan kedua adalah perbandingan pelaksanaan antara satu unit alat dalam suatu proses produksi dengan lainnya, dan pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif. Selanjutnya adalah perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, yang merupakan indikasi terbaik dalam memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan. Disamping produktivitas tanah, modal dan tenaga kerja, yang biasanya lebih menonjol dan menjadi pusat perhatian adalah produktivitas alat/mesin yang digunakan selama proses produksi. Pada umumnya rumus yang dipakai untuk mengukur produktivitas alat tangkap adalah dengan menghitung nilai catch per unit effort (CPUE). Perhitungan CPUE dilakukan dengan rumus : c/f dimana c adalah jumlah hasil tangkapan (ton) dan f adalah effort/upaya penangkapan (unit). Perhitungan dengan CPUE akan memudahkan dalam membandingkan produktivitas suatu alat tangkap, karena produktivitas alat tangkap ikan dapat dicerminkan oleh besarnya nilai CPUE. Secara garis besarnya produktivitas suatu unit penangkapan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi daerah penangkapan (fishing ground), ukuran kapal dan alat yang digunakan, musim dan sumber daya manusianya. Sebelum membahas produktivitas unit penangkapan lebih lanjut, maka pada bahasan berikut akan dijelaskan secara umum beberapa deskripsi unit penangkapan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2.2 Unit penangkapan ikan Kapal Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

3 5 membudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal merupakan salah satu sarana di laut untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Kapal adalah alat khusus yang dibentuk untuk menjalankan tugas tertentu, ukuran, perlengkapan, dek, kapasitas daya angkut, akomodasi mesin dan semua perlengkapan di hubungkan dalam melaksanakan operasi penangkapan (Fyson, 1985). Menurut jenisnya kapal ikan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis alat pengerak dan material badan kapal (hull). Jika dilihat dari jenis alat pengerak kapal dibedakan menjadi kapal yang menggunakan mesin (inboard engine) dan kapal yang mengunakan tenaga penggerak seperti dayung atau layar. Klasifikasi menurut material badan kapal dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain kayu kapal, kapal besi atau baja, kapal ferrocement, kapal alumunium dan kapal FRP (fiberglass reinforced plastic) (Nomura dan Yamazaki, 1977). Pada umumnya kapal gillnet menggunakan mesin dalam (inboard engine) sebagai tenaga penggeraknya dengan bahan bakar solar. Secara umum ukuran kapal gillnet berkaitan erat dengan jumlah jaring yang dioperasikan, semakin besar ukuran kapal maka semakin panjang ukuran jaring yang digunakan (Ayodhyoa, 1981). Sementara perahu yang digunakan oleh nelayan pancing tonda di Palabuhanratu adalah perahu motor tempel dari jenis congkreng (perahu bercadik) yang memiliki panjang 6 m dan terbuat dari bahan kayu (Nugroho, 2002). Pada umumnya kapal pancing tonda memiliki ruang kemudi dibagian depan kapal atau haluan dan dek tempat bekerja berada di bagian belakang atau buritan (Sainsbury, 1971). Kapal yang digunakan pada pengoperasian alat tangkap payang di berbagai daerah di Indonesia memiliki dimensi yang berbeda-beda, selain itu mesin yang dipakai serta jumlah nelayan yang mengoperasikan juga berbeda. Kapal payang umumnya memiliki kekuatan mesin penggerak yang besar, karena dalam pengoperasiannya membutuhkan kecepatan untuk melakukan pelingkaran gerombolan ikan agar terkurung dalam badan jaring sehingga operasi penangkapan ikan menjadi berhasil (Saptaji, 2005).

4 Nelayan Menurut Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 yang telah diamandemen dalam UU No.45/2009 tentang Perikanan, nelayan diklasifikasikan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, yaitu sebagai berikut : 1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air; 2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan nelayan katagori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; 3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan; Alat tangkap gillnet umumnya membutuhkan 3 sampai 5 orang untuk mengoperasikannya. Namun demikian, jumlah tersebut tergantung dari dimensi ukuran jaring yang digunakannya. Armada penangkapan pancing tonda umumnya membawa 1 hingga 4 orang dalam satu perahu/kapal. Pembagian tugasnya adalah sebagai berikut: satu orang sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu dan lainnya bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan ikan (Endratno, 2002). Sementara pada alat penangkapan payang memerlukan jumlah nelayan yang cukup banyak untuk mengeoperasikannya. Menurut Girsang (2008), jumlah nelayan payang dalam satu unit penangkapan berkisar antara 15 hingga 20 orang, dengan pembagian tugas sebagai berikut: 1) Juru mudi, bertugas untuk memudikan perahu dan bertanggung jawab terhadap kondisi mesin; 2) Pengawas, bertugas untuk mencari/mengintai gerombolan ikan target; 3) Petawur, bertugas untuk melempar jaring; 4) Juru batu, bertugas untuk membereskan pemberat, pelampung dan jaring sebelum dan sesudah operasi penangkapan;

5 7 5) Bubulang, bertugas untuk memperbaiki jaring yang rusak saat operasi penangkapan; 6) Pendega, bertugas untuk menarik jaring; dan 7) Anak payang, untuk menghalau gerombolan ikan yang hendak kabur dari jaring payang. Hal inilah yang menyebabkan alat tangkap payang memerlukan banyak tenaga kerja, Alat tangkap Alat tangkap jaring insang (Gillnet) Jaring insang (gillnet) adalah suatu alat penangkapan ikan berupa jaring yang berbentuk empat persegi panjang; alat ini dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas, kadang ris bawah. Alat penangkapan ikan ini memiliki jumlah mesh depth lebih sedikit dari jumlah mesh pada arah panjang jaring sehingga lebar atau tinggi jaring lebih pendek dari panjangnya. Ukuran mata dari bahan jaring adalah sama pada seluruh badan jaring yang disesuaikan dengan sasaran ikan yang tertangkap, sehingga sering dianggap jenis alat tangkap yang selektif (Ayodhyoa, 1981). Gambar 1 Cara ikan tertangkap pada gillnet. Gillnet adalah alat tangkap yang berupa jaring yang menyerupai dinding besar dan dapat dipasang padaa permukaan laut, dasar laut ataupun kedalaman

6 8 diantaranya. Ikan yang tertangkap akan terjerat pada bagian insang atau terpuntal pada saat mereka melewati jaring. Kontruksi gillnet terdiri atas: badan jaring, pelampung tanda, pemberat, tali ris atas dan tali selembar (Sainsbury, 1971). Jaring tongkol yang sering disebut jaring nilon merupakan surface gillnet yang tergolong dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Drift gillnet adalah salah satu jenis gillnet yang populer di kalangan masyarakat perikanan Indonesia. Penamaan gillnet di Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan nelayan setempat ada yang memberi nama berdasarkan jenis ikan yang tertangkap atau berdasarkan letak fishing ground dan ada yang berdasarkan jenis bahan jaring yang digunakan (Ayodhyoa, 1981). Jaring ini dioperasikan dengan cara direntangkan dekat dasar perairan dengan bantuan pemberat. Posisi jaring dalam air hanya dapat diperkirakan melalui letak pelampung-pelampung tanda dari kedua ujung jaring yang ada dipermukaan air. Baik buruknya rentangan jaring yang sebenarnya sukar diketahui (Gunarso, 1996). Menurut Subani dan Barus (1989), jaring insang (gillnet) adalah suatu alat tangkap yang berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat tali ris tas dan bawah. Jaring ini terdiri dari satu jaring biasa yang disebut tingting. Rancangan bangun gillnet bermacam-macam tergantung dari sasaran utama penangkapan yang berhubungan dengan ukuran mata jaring, kondisi perairan yang berhubungan dengan warna bahan mata jaring dan penempatan alat tangkap pada perairan yang berhubungan dengan komponen alat tangkap yang digunakan. Mengunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari pelampung yang menuju ke atas dan sinking force dari pemberat ditambah dengan berat jaring di dalam air yang menuju ke bawah, maka jaring akan terentang. Pertimbangan dua gaya ini yang akan menentukan baik buruknya rentangan gillnet di dalam air (Ayodhyoa, 1981). Penentuan lebar jaring (jumlah mesh depth) didasarkan antara lain atas pertimbangan terhadap posisi ke dalaman swimming layer dari jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan, density dari gerombolan ikan, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan bergantung pada situasi operasi penangkapan, volum kapal, dan sebagainya. Jumlah piece yang digunakan berpengaruh

7 9 terhadap besar kecilnya hasil tangkapan yang mungkin diperoleh dan juga akan mempengaruhi besar kecilnya suatu usaha penangkapan ikan (Ayodyoa, 1981). Pengoperasian alat tangkap jaring insang tiga lapis dan jaring insang dasar tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan ketika mengoperasikan alat tangkap ini, yaitu terdiri atas tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan, penurunan jaring (setting), perendaman (soaking), pengangkatan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan. 1) Tahap persiapan. Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan di fishing base sebelum berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat tangkap, mesin, bahan bakar, dan bahan perbekalan; 2) Pencarian daerah penangkapan. Penentuan fishing ground untuk melakukan operasi penangkapan ikan dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan jaring insang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1-1,5 jam; 3) Penurunan jaring (setting). Setelah tiba di daerah penangkapan atau fishing ground, nelayan bersiapsiap untuk melakukan setting. Penurunan lampu tanda dan pelampung tanda, dilanjutkan dengan penurunan jaring secara perlahan dan diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan jaring, kapal berjalan dengan kecepatan rendah. Keberhasilan penangkapan sangat tergantung pada beberapa kondisi di fishing ground, seperti arus perairan dalam kondisi tenang dan alat tangkap lain yang sudah terpasang untuk menghindari alat tangkap terbelit satu sama lain; 4) Perendaman (soaking). Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan kapal dan mesin kapal dimatikan, kemudian jangkar kapal diturunkan. Selama proses soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat menunggu sampai hauling akan dilakukan. Lama perendaman biasanya selama 2 4 jam;

8 10 5) Pengangkatan jaring (hauling). Pengangkatan jaring dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas kapal disusul dengan pelampung tanda, kemudian jaring ditarik ke atas kapal secara perlahan. Pembagian tugas bagi nelayan adalah seorang nelayan menarik tali ris atas, seorang nelayan menarik bagian jaring yang berada di tengah, seorang nelayan mengangkat tali ris bawah, dan seorang nelayan lagi mengeluarkan hasil tangkapan yang terpuntal pada bagian jaring. Selanjutnya, setelah hauling selesai, dilakukan setting berikutnya; 6) Penanganan hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan meletakkan hasil tangkapan pada cool box agar kualitas hasil tangkapan tetap segar tidak busuk. Secara umum gillnet dapat diklasifikasikan berdasarkan penempatan posisi jaringnya (Sainsbury, 1971), yakni sebagai berikut: 1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian permukaan kolam perairan dengan tujuan penangkapan adalah jenis ikan pelagis; 2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan pada bagian dasar perairan dengan sasaran penangkapan ikan adalah jenis ikan demersal; Sementara menurut von Brandt (1984) gillnet dibagi menjadi 5, antara lain; 1) Bottom set gillnet, yaitu gillnet yang dipasang secara menetap didasar perairan; 2) Anchored floating gillnet, gillnet yang dioperasikan menggunakan jangkar mirip dengan batom set gillnet namun mencakup gillnet lebih luas; 3) Free drifting gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan bebas secara terhanyut mengikuti arus, biasanya untuk menangkap jenis ikan pelagis; 4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dioperasikan secara melingkar; 5) Dragged gillnet, gillnet yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal; Kemudian, Ayodhyoa (1981) mengklasifikasikan gillnet berdasarkan cara pengoperasiannya atau kedudukan jaring di daerah penangkapan, yaitu : 1) Surface gillnet, yaitu gillnet yang direntangkan dilapisan permukaan dengan area daerah penangkapan sempit;

9 11 2) Bottom gillnet, yaitu gillnet yang dipasang dekat atau di dasar laut dengan menambahkan jangkar sehingga jenis ikan penangkapan adalah ikan demersal; 3) Drift gillnet, yaitu gillnet yang dibiarkan hanyut disuatu perairan terbawa arus dengan atau tanpa kapal. Posisi jaring ini ditentukan oleh jangkar, sehingga pengaruh kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan; 4) Encircling gillnet, yaitu gillnet yang dipasang melingkar terhadap gerombolan ikan dengan maksud menghadang ikan. Besar kecilnya ukuran mata jaring memiliki hubungan yang erat dengan ikan yang tertangkap. Gillnet akan bersifat selektif terhadap ukuran hasil tangkapan. Untuk dapat menghasilkan hasil tangkapan yang besar pada suatu daerah penangkapan, maka ukuran jaring disesuaikan dengan besar badan ikan yang terjerat. Pada umumnya ikan tertangkap secara terjerat pada bagian insangnya (operculum), maka luas mata jaring harus disesuaikan dengan luas penampang tubuh ikan antara batas tertutup insang sampai sekitar bagian sirip dada (pectoral). Menurut Martasuganda (2002), jaring insang hanyut (drift gillnet) adalah jaring yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan baik itu dihanyutkan dibagian permukaan (surface drift gillnet), kolam perairan (mid water) atau dasar perairan (bottom gillnet) Alat tangkap pancing ulur (Handline) Satu unit pancing terdiri dari atas line (tali) dan hook (mata pancing). Tali pancing umumnya terbuat dari bahan benang katun, nylon, polyethylene, dan senar. Mata pancing terbuat dari baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat (Subani dan Barus 1989). Berdasarkan kontruksinya, pancing ulur termasuk dalam kelompok angling (Ayodhyoa,1981). Von Brandt (1984) mendeskripsikan pancing adalah alat tangkap yang sederhana, dioperasikan oleh nelayan kecil, memerlukan modal kecil dan tidak membutuhkan kapal khusus. Alat ini digolongkan ke dalam fishing with line yang dilengkapi dengan mata pancing. Menurut Ayodhyoa

10 12 (1981), jenis alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok pancing adalah pole and line, long line, troll line, vertical long line dan hand line. Menurut Monintja dan Martasuganda (1991), perikanan pancing dapat dioperasikan dimana saja, dimana alat tangkap lain tidak dapat beroperasi, seperti di perairan dalam dan kondisi berarus kuat. Alat tangkap pancing dapat dioperasikan oleh siapa saja, namun diperlukan keahlian dalam pengoperasian dan pengetahuan tentang sifat dari jenis ikan sasaran penangkapan sehingga dapat diperoleh hasil tangkapan yang diharapkan. Alat tangkap ini tergolong sangat sederhana, karena hanya terdiri dari atas pancing, tali, gulungan dan pemberat. Ukuran pancing dan besar tali disesuaikan dengan ikan yang menjadi sasaran penangkapan (Farid et al, 1989). Menurut Ayodhyoa (1981), pengoperasian angling adalah dengan mengaitkan umpan pada mata pancing yang telah diberi tali dan menenggelamkannya kedalam air. Ketika umpan dimakan ikan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu. Konstruksi alat tangkap ini sangat sederhana, mudah dioperasikan dan hampir semua orang bisa melakukannya. Von Brandt (1984) menyebutkan bahwa pengoperasian angling sangat sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi. Jenis umpan dan cara pemasangannya pada kail sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing (Sadhori, 1984). Menurut (Farid et al, 1989), umpan yang digunakan pada pancing ulur adalah layang Decapterus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan cumicumi (Loligo sp.) segar. Djatikusumo (1997) menambahkan bahwa persyaratan umpan yang baik adalah: 1) Tahan lama, artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan; 2) Mempunyai warna yang mengkilat, sehingga mudah terlihat dan menarik bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan; 3) Mempunyai bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran tangkapan; 4) Mudah diperoleh; 5) Harganya terjangkau;

11 13 6) Mempunyai ukuran yang memadai; dan 7) Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan Alat tangkap pancing tonda Pancing tonda atau pancing tarik merupakan alat penangkapan ikan tradisional. Alat ini digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasa hidup dekat permukaan, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai kualitas daging dengan mutu tinggi (Gunarso,1998). Pancing tonda adalah alat penangkapan ikan yang terdiri atas seutas tali panjang, mata pancing dan umpan. Pancing ditarik dibelakang perahu motor atau kapal yang sedang bergerak. Umpan yang dipakai adalah umpan buatan (Ayodhyoa,1981). Perikanan pancing tonda adalah sistem penangkapan pancing yang dilakukan dengan cara menarik alat tangkap dengan perahu motor atau kapal kecil. Alat tangkap pancing tonda dipergunakan untuk tujuan penangkapan ikanikan pelagis yang mempunyai kualitas tinggi seperti ikan tuna, yellow fin, skip jack (cakalang), sword fish (pedang), dorado (lemadang) dan ikan pelagis lainya (Monintja dan Martasuganda, 1991). Menurut Subani dan Barus (1985), pancing tarik umumnya lebih dikenal dengan nama pancing tonda. Pancing ini pada prinsipnya terdiri atas tali panjang, mata pancing dan pemberat. Cara penangkapan dilakukan dengan menarik (menonda) pancing tersebut, baik dengan perahu layar maupun perahu motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air. Menurut Ayodhyoa (1981), pancing tonda dikelompokan pada alat tangkap pancing dengan beberapa kelebihan, yaitu : 1) Metode pengoperasian relatif sederhana; 2) Modal yang diperlukan lebih sedikit; 3) Dapat menggunakan umpan buatan; 4) Syarat-syarat fishing ground relatif lebih sedikit dan dapat bebas memilih; 5) Ikan yang tertangkap seekor demi seekor, sehingga kesegarannya dapat terjamin.

12 14 Beberapa kekurangannya adalah : 1) Jumlah hasil tangkapan lebih sedikit dibandingkan alat tangkap lain; dan 2) Keahlian perseorangan sangatlah berpengaruh pada penentuan tempat, waktu dan syarat-syarat lain. Umpan merupakan faktor yang sangat penting didalam usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing tonda, sebab umpanlah satu-satunya alat perangsang agar ikan dapat mencapai mata pancing (Ayodhyoa, 1981). Umumnya ikan mendektesi adanya umpan melalui reseptor yang dimilikinya dan hal ini tergantung pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Oleh karena itu, memilih umpan disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan kemampuan ikan mendekteksi makanan (Gunarso, 1998). Umumnya umpan dibagi menjadi dua golongan, yaitu umpan asli dan umpan buatan. Di Indonesia, dalam pengoperasian pancing tonda jarang sekali menggunakan umpan asli, karena umpan asli akan mudah lepas atau rusak oleh gerakan air selama operasi penangkapan ikan berlangsung (Gunarso,1998). Dalam pengoperasian pancing tonda, umpan adalah satu-satunya yang menjadi perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing. Umpan alami yang baik (Kaynayama 1959 vide Leksono 1983), Harus memenuhi syarat : 1) Warna mengkilap; 2) Sirip tidak terlalu tebal, punggung kuat; 3) Bentuk badan memanjang (panjang dan lebar berkisar antara cm dan 3-5 cm); 4) Masih segar; dan 5) Mempunyai bau yang khas (anyir) sebagai ikan umpan. Sifat umpan alami memiliki banyak kekurangan sehingga para nelayan lebih memilih menggunakan umpan buatan dalam pengoperasian penangkapan ikan dengan menggunakan pancing tonda. Umpan yang digunakan banyak berasal dari bulu ayam yang halus, yaitu bulu yang terdapat dibagian leher dan ujung ekor saja. Bulu ayam yang digunakan biasanya yang berwarna putih. Selain umpan buatan dari bulu ayam,

13 15 juga ada yang terbuat dari tali rafia atau karet. Dasar pemikiran penggunaan umpan buatan adalah : 1) Harga relatif murah dan mudah didapat; 2) Dapat dipakai berulang-ulang; 3) Dapat disimpan dalam waktu yang lama; 4) Warna dapat memikat; dan 5) Ukuran dapat disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan Alat tangkap payang Payang termasuk ke dalam kelompok seine net atau danish seine (Von Brandt, 1984). Seine net adalah alat penangkapan ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkapan ikan ini di operasikan dengan cara melingkari area seluasluasya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu di tarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Subani dan Barus (1989) mendeskripsikan payang sebagai berikut: besar mata dari ujung kantong sampai ujung kaki berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai ± 4 cm. Payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek, yang di maksudkan agar dapat mencegah kemungkinan ikan dapat lolos ke bawah, karena pada umumnya payang dioperasikan untuk menangkap jenisjenis ikan pelagis yang biasa hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring. Menurut Marwardi (1990) vide Saptaji (2005), mengungkapkan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan payang di palabuhan adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti: cakalang (katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banyar (Euthynus alletteratus). Fyson, (1985) membagi pengoperasian alat tangkap berdasarkan gerak umum kapal menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) Pengoperasian dilingkarkan (encircling gear); Contoh: purse seine, payang, dogol, dan sejenisnya. 2) Pengoperasian ditarik (towed/dragged gear); dan Contoh: cantrang, pukat ikan, trawl, lampara, tonda dan sejenisnya.

14 16 3) Pengoperasian pasif (static gear); Contoh: gillnet, jaring rampus, jaring klitik dan sejenisnya. Berdasarkan pembagian di atas, alat tangkap payang termasuk ke dalam encircling gear. Operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap payang dapat dilakukan baik pada siang hari ataupun malam hari (Subani dan Barus, 1989). Operasi penangkapan ikan pada malam hari dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu lampu petromak. Sementara untuk penangkapan yang di lakukan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon. Ayodhyoa (1972) vide Saptaji (2005) menjelaskan bahwa indikator dalam menentukan gerombolan ikan pada siang hari dapat dilakukan dengan melihat perubahan permukaan air laut, seperti terlihatnya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan yang berenang dekat permukaan laut dan adanya burung-burung yang menukik menyambar permukaan laut. 2.3 Rumpon Rumpon adalah suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang atau ditanam di suatu tempat di tengah laut. Pada umumnya rumpon terdiri dari empat bagian penting yaitu pelampung (float), tali panjang (rope), pemikat (atraktor) berupa daun kelapa atau daun lontar, dan pemberat (sinker/anchor) (Handriana 2007). Rumpon adalah suatu kontruksi bangunan yang dipasang didalam air dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan penangkapan ikan disuatu tempat (Monintja 1995 diacu dalam Zulkarnain 2002). Rumpon biasanya dijadikan alat bantu penangkapan karena alat ini hanya dijadikan sebagai alat tambahan yang digunakan sebagai pengumpul ikan pada suatu tempat atau titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki (Subani, 1986 vide Effendi, 2002). Menurut Zakri (1993) vide Sianipar (2003) tipe-tipe rumpon yang dikembangkan hingga saat ini dapat dikelompokkan atas kategori berikut:

15 17 1) Berdasarkan posisi dari pemikat, rumpon dapat dibagi menjadi rumpon perairan permukaan lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan lapisan tengah terdiri dari jenis perairan dangkal dan perairan dalam. 2) Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar secara tetap (statis) dan rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah-pindahkan (dinamis). 3) Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dikelompokkan menjadi rumpon tradisional dan modern. Berbagai alasan dikemukakan oleh Samples dan Sproul (1985) vide Imawati (2003) untuk menjelaskan ketertarikan ikan terhadap rumpon, antara lain sebagai berikut: 1) Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan tertentu; 2) Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan tertentu; 3) Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telur bagi ikan tertentu; 4) Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu; dan 5) Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan tertentu. Pelampung (float) berfungsi sebagai penanda keberadaan rumpon, pada pelampung biasanya dipasang bendera tanda. tali panjang (rope) berfungsi menghubungkan pelampung dengan pemberat, sedangkan pemberat fungsinya adalah sebagai jangkar dengan tujuan agar rumpon menetap pada satu tempat dan tidak berpindah-pindah. Atraktor merupakan bagian yang paling penting karena berfungsi sebagai alat pemikat atau terkumpulnya ikan. Menurut tim pengkajian rumpon (Rumpon Study Group Bogor Agricultural University, 1987) persyaratan umum dari komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut : a) Pelampung, - mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik - kontruksi cukup kuat - tahan terhadap gelombang dan air

16 18 - mudah dikenali dari jarak jauh - bahan pembuatnya mudah didapat b) Pemikat, - Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan - Tahan lama - Mempunyai bentuk seperti posisi vertical dengan arah kebawah - Melindungi ikan-ikan kecil - Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah c) Tali temali, - Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk - Harganya relatif murah - Mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus - Tidak bersimpul (less knot) d) Pemberat, - Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh - Permukaan tidak licin sehingga dapat mencengkram dasar perairan dan memiliki massa jenis yang besar. Berbagai jenis ikan tertarik untuk berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar yang didominasi oleh tuna dan cakalang (Monintja dan Zulkarnain, 1995 vide Ardianto, 2005). Tidak semua jenis ikan yang beruaya dapat berasosiasi dengan rumpon, hanya beberapa jenis tertentu yang sering berada di daerah rumpon. Subani (1986) vide Imawati (2003) mengatakan bahwa ikan yang berkumpul di sekitar rumpon umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti layang (Decapterus maruadsi), deles (Decapterus crumenophthalmus), kembung (Rastralliger sp.), lemuru (Sardinella longiceps), tembang (Sardinella fimbriata), selar (Caranx leptolesis), pepetek (Megalaspis cordyla). Sementara itu, sumberdaya ikan pelagis besar yang banyak berkumpul di sekitar rumpon adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), madidihang (Thunnus albacares), tongkol (Euthynus sp.), dan tuna mata besar (Thunnus obesus) (Monintja dan Zulkarnain, 1995 diacu dalam Ardianto, 2005).

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR

TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN IKAN MULTIGEAR DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) NITA SRI KURNIAWATI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANANN TANGKAP

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

METODE PENANGKAPAN IKAN

METODE PENANGKAPAN IKAN METODE PENANGKAPAN IKAN ASEP HAMZAH FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TEXT BOOKS Today s Outline Class objectives Hook and line (handline, longlines, trolline, pole

Lebih terperinci

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Perikanan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhan Ratu (Rahmat, E. & A. Patadjangi) PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *) Enjah Rahmat 1) dan Asri Patadjangi 1) 1) Teknisi Litkayasa pada Balai

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA) Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL 5.1.1 Unit penangkapan Pancing rumpon merupakan unit penangkapan yang terdiri dari beberapa alat tangkap pancing yang melakukan pengoperasian dengan alat bantu rumpon.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

Alat Tangkap Longline

Alat Tangkap Longline Alat Tangkap Longline Longline merupakan suatu alat tangkap yang efektif digunakan untuk menangkap ikan tuna. Selain itu alat tangkap ini selektif terhadap hasil tangkapannya dan pengoperasiannya bersifat

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 32 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan

Lebih terperinci

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR ABSTRAK PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR Erfind Nurdin Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 September 2007;

Lebih terperinci

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PINTA PURBOWATI 141211133014 MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) PURSE SEINE (PUKAT CINCIN) Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 METODE PENANGKAPAN DAN ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) PENDAHULUAN P ukat cincin

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Berdasarkan klasifikasi International Standard Statistical Classification of Fishing Gear (ISSCFG) dalam Adhiar (2007), payang digolongkan kedalam boat

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU Productivity of Hand Line for Fishing of Mackerel (Scomberomorus commerson)

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI

ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI ANALISIS SPASIAL DAERAH PENANGKAPAN IKAN TUNA KAPAL PSP 01 DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT RD. LADIA INIZIANTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara

Lebih terperinci

EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Kontribusi produksi perikanan nasional sampai saat ini masih didominasi usaha perikanan tangkap, khususnya perikanan laut. Produksi perikanan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN NILA DI ATAS Rp. 5 JUTA JUMLAH BIAYA PER TRIP USAHA PENANGKAPAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Menurut Martasuganda (2002) jaring insang (gillnet) adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI

KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI KAJIAN USAHA PENANGKAPAN DENGAN ALAT TANGKAP MULTI GEAR DI PALABUHANRATU (STUDI KASUS KAPAL PSP 01) RATU LADYA PUTRINATAMI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 No. 74/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN UDANG

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI

PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI PENILAIAN PENGGANTIAN UNIT PENANGKAPAN PAYANG DI PPN PALABUHANRATU WULAN MEGA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati

Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis. Oleh: Ririn Irnawati Tingkah Laku Ikan Terhadap Alat Tangkap Statis Oleh: Ririn Irnawati Sub Bahasan: a. TLI terhadap jaring insang b. TLI terhadap pancing c. TLI terhadap perangkap d. TLI terhadap set net Jaring Insang (Gillnet)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) PANCING Alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu; tali (line) dan mata pancing (hook). Sedangkan bahan, ukuran tali

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas terumbu karang Indonesia kurang lebih 50.000 km 2. Ekosistem tersebut berada di wilayah pesisir dan lautan di seluruh perairan Indonesia. Potensi lestari sumberdaya

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL)

METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) KLASIFIKASI ALAT / METODE PENANGKAPAN DI INDONESIA (STANDAR NASIONAL) Alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu; tali (line) dan mata

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT Oleh : Sabar Jaya Telaumbanua ) Suardi ML dan Bukhari 2) ) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan Fishing Methods: Gillnetting By. Ledhyane Ika Harlyan Tujuan Instruksional Khusus (Semoga) Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan macam-macam gillnet 2. Teknis tertangkapnya ikan dengan menggunakan gillnet 3.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI Enjah Rahmat dan M. Fadli Yahya Teknisi Litkayasa Balai Penelitian Perikanan Laut Teregistrasi I tanggal: 29

Lebih terperinci

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

Perikanan: Armada & Alat Tangkap Perikanan: Armada & Alat Tangkap Mengenal armada dan alat tangkap sesuai dengan Laporan Statistik Perikanan Kul 03 Tim Pengajar PDP FPIK-UB. pdpfpik@gmail.com 1 Oktober 2013 Andreas, Raja Ampat Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Definisi dan klasifikasi Alat penangkapan ikan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Pancing Tonda Unit penangkapan pancing tonda merupakan kesatuan unsur dari kapal penangkapan ikan, pancing tonda dan nelayan yang mengoperasikannya. Alat tangkap

Lebih terperinci

Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi Sulawesi Utara

Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 69-75, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Alat Tangkap 5.1.1 Penangkapan ikan pelagis besar Unit penangkapan ikan pelagis besar di Kabupaten Aceh Jaya pada umumnya dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat penangkapan

Lebih terperinci

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1): 9-13, Juni 2015 ISSN 2337-4306 Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara The effect of bait color

Lebih terperinci

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap Gambar 4.11 Alat tangkap Pukat Harimau atau Trawl (kiri atas); alat Mini-Trawl yang masih beroperasi di Kalimantan Timur (kanan atas); hasil tangkap Mini-Trawl (kiri bawah) dan posisi kapal ketika menarik

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium aa3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28 Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON PADA OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN KEI KECIL, MALUKU TENGGARA (Effectiveness of Fish Aggregating

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 November2014: 117-129 ISSN 2087-4871 KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT CONSTRUCTION AND PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis 2.2 Perikanan Tangkap 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang suatu kegiatan investasi yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (http://www.kumpulanistilah.com/2011/06/pengertian-lampu-tl.html) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lampu Tabung (Tubular Lamp) Lampu adalah alat untuk menerangi atau pelita, sedangkan lampu tabung sama halnya dengan lampu neon yaitu lampu listrik berbentuk tabung yang berisi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan 2.2 Unit Penangkapan Ikan Kapal Nelayan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perikanan Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 direvisi Undang-Undang 45 tahun 2009, Pengertian perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun KATA PENGANTAR Buku materi penyuluhan teknologi penangkapan ikan merupakan informasi yang memuat gambaran umum, klasifikasi, rancang bangun, metode pengoperasian, daerah penangkapan, tingkah laku ikan

Lebih terperinci

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100 34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003 BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Sumber:  Gambar 1 Ikan tuna sirip kuning ( Thunnus albacares) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Umum Madidihang (Thunnus albacares) 2.1.1 Klasifikasi dan deskripsi Ikan tuna sirip kuning atau madidihang (Thunnus albacares) merupakan ikan pengembara samudera,

Lebih terperinci

PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA

PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA PERIKANAN TUNA YANG BERBASIS DI KENDARI, SULAWESI TENGGARA ABSTRAK Agustinus Anung Widodo 1) dan Budi Nugraha 2) 1) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, AncolJakarta 2) Peneliti pada Balai Riset

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci