Mohammad Reynalzi Yugo a dan Ridhawati b. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mohammad Reynalzi Yugo a dan Ridhawati b. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan"

Transkripsi

1 Pola Kepekaan Candida albicans Terhadap Flukonazol dan Itrakonazol secara In Vitro: Tinjauan pada Bahan Klinik Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI Periode Mohammad Reynalzi Yugo a dan Ridhawati b a Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan b Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ezy.yugo@gmail.com Abstrak Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida, dimana spesies yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Candida albicans. Saat ini insidens kandidiasis meningkat, terkait semakin luasnya penggunaan antibiotik spektrum luas dan semakin banyaknya infeksi HIV pada manusia. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui pola kepekaan Candida albicans terhadap antijamur flukonazol dan itrakonazol secara in vitro dari bahan klinik yang masuk ke Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI periode Uji kepekaan pada flukonazol menunjukkan dari 232 sampel Candida albicans didapatkan 226 sampel (97,42%) sensitif, tiga sampel (1,29%) SDD dan tiga sampel (1,29%) resisten. Sedangkan uji kepekaan terhadap itrakonazol menunjukkan dari 232 sampel tersebut, didapatkan 202 sampel (87,07%) sensitif, 20 sampel (8,62%) SDD, dan 10 sampel (4,31%) resisten. Berdasarkan uji kemaknaan statistik, didapatkan pola kepekaan Candida albicans terhadap obat antijamur flukonazol lebih baik dibandingkan itrakonazol secara in vitro. Kata Kunci: Candida albicans; flukonazol; in vitro; itrakonazol; pola kepekaan Candida albicans Susceptibility Profile In Vitro towards Fluconazole and Itraconazole: Clinical Isolates Review in Laboratory of Mycology, Department of Parasitology, FMUI period Abstract Candidiasis is a fungal infection caused by Candida fungus, which species are most likely to cause infection is Candida albicans. Current increased incidence of candidiasis related to the wider use of broad-spectrum antibiotics and the increasing number of HIV infections in humans. The purpose of this study is to determine the susceptibility profile of antifungal 1

2 sensitivity of Candida albicans to fluconazole and itraconazole in vitro of the clinical materials that were sent to the Mycology Laboratory of the Department of Parasitology Faculty of Medicine University of Indonesia period. Test showed sensitivity to fluconazole obtained 232 samples of Candida albicans of which 226 samples (97.42%) sensitive, three samples (1.29%) SDD and three samples (1.29%) were resistant. While testing showed sensitivity to itraconazole of 232 samples, of which 202 samples (87.07%) sensitive, 20 samples (8.62%) SDD, and 10 samples (4.31%) were resistant. Based on the statistical significance test, Candida albicans susceptibility profile to the antifungal drug fluconazole better than itraconazole in vitro. Keywords: Candida albicans; fluconazole; in vitro; itraconazole; susceptibility profile Pendahuluan Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp., dan merupakan salah satu infeksi jamur yang sering ditemukan menyerang manusia. Candida albicans adalah salah satu spesies jamur candida yang paling sering ditemukan patogen pada manusia. Candida sebenarnya adalah flora normal komensal manusia dan sering ditemukan di berbagai lokasi seperti kulit, mulut, saluran cerna, dan saluran genitalia wanita. Oleh karena itu, mayoritas infeksi candida bersifat endogen, walaupun penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi. Candida jarang menyebabkan penyakit pada individu yang sehat. Insidens kandidiasis semakin meningkat dewasa ini terutama dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti penggunaan antibiotik secara luas, peningkatan insidens infeksi HIV, dan penggunaan prosedur modern seperti transplantasi dan alat prostetik. 1,2 Salah satu golongan obat antijamur yang ditujukan untuk candida adalah golongan azol, beberapa contoh dari golongan tersebut yaitu imidazol, ketokonazol, flukonazol, itrakonazol, posakonazol, dan vorikonazol. Flukonazol dan itrakonazol adalah kelas triazol generasi pertama yang masih digunakan luas hingga saat ini, terutama flukonazol. Penggunaan keduanya telah terbukti lebih baik dibandingkan golongan sebelumnya seperti ketokonazol dan imidazol, baik dari segi efektivitas maupun efek samping. Adapun generasi lanjutan seperti posakonazol dan vorikonazol masih belum digunakan secara luas untuk menggantikan generasi sebelumnya yang masih efektif. Namun saat ini, obat-obatan azol tersebut belum ada yang ideal karena semuanya memiliki keterbatasan dan semakin munculnya resistensi terhadap obat. 3,4 2

3 Penelitian mengenai kepekaan obat golongan azol terhadap candida di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI telah dilakukan oleh Rozaliyani 5 dan Erwin 6. Pemeriksaan uji resistensi antijamur secara in vitro menggunakan bahan klinik yang berasal dari pasien-pasien yang dikirim oleh dokter praktek, laboratorium lain dan dari berbagai rumah sakit. Penelitian oleh Rozaliyani 5 terhadap neonatus dengan kandidemia melaporkan adanya prevalensi resistensi terhadap flukonazol (3,8%) yang lebih rendah dibandingkan itrakonazol (9,6%). Penelitian oleh Erwin 6 menunjukkan prevalensi resistensi antara flukonazol dengan vorikonazol tidak berbeda bermakna. Diperlukan pengetahuan lebih jauh apakah seiring dengan berjalannya waktu telah ada pergeseran pola kepekaan candida terhadap golongan azol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kepekaan Candida albicans terhadap flukonazol dan itrakonazol secara in vitro di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI periode Tinjauan Teoritis Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp., dan merupakan salah satu infeksi jamur yang sering ditemukan menyerang manusia. Jamur candida adalah ragi yang terutama berbentuk oval uniseluler, berukuran 4-6 µm, berdinding tipis, terdapat hifa dan pseudohifa, dan gram positif. Secara makroskopis jamur candida akan membentuk koloni yang terlihat berwarna putih halus seperti krim dan berkilat. Candida albicans adalah salah satu spesies jamur candida yang paling sering ditemukan sebagai patogen pada manusia. Jamur candida itu sendiri sebenarnya adalah flora normal komensal pada manusia dan sering ditemukan di berbagai lokasi seperti kulit, mulut, saluran cerna, dan saluran genitalia wanita. Oleh karena itu, mayoritas infeksi candida bersifat endogen atau berasal dari dirinya sendiri, walaupun penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi. Candida jarang menyebabkan penyakit pada individu yang sehat. 1,2 Candida sebagai jamur dapat berperan sebagai komensal maupun patogen, dimana jamur ini dapat merubah fenotipnya secara acak dan reversibel. Perubahan fenotip ini mendukung mekanisme adaptasi candida terhadap perubahan dari pejamu yang bisa diakibatkan oleh penggunaan antijamur, respon imun, atau perubahan fisiologis. Akibatnya tampilan morfologi, bentuk sel, virulensi, dan antigenisitas dari candida dapat berubah. 3

4 Candida albicans juga dapat tumbuh membentuk lapisan biofilm, yang terdiri atas gabungan dari ragi, bentuk filamen, dan matriks ekstraselular dari jamur. Biofilm ini dapat terbentuk di alat medis implan yang akan mengurangi kerentanan jamur terhadap respon imun maupun obat antijamur. Imunitas bawaan dan respons sel-t merupakan kompenen yang penting sebagai proteksi terhadap infeksi candida. Lini pertama pertahanan tubuh dilakukan melalui reaksi oksidatif oleh neutrofil dan makrofag yang memfagosit candida. Bentuk filamentosa, tidak seperti ragi, dapat menghindari fagosom dan berproliferasi di dalam sitoplasma, bentuk ini juga akan cenderung untuk menstimulasi respons T H 2 yang nonprotektif. Sedangkan bentuk ragi akan menstimulasi respons T H 1 yang protektif. Respons sel-t terhadap candida terutama berperan penting bagi proteksi terhadap kandidiasis mukokutan. 2 Beberapa kelompok yang lebih berisiko terhadap kandidiasis adalah sebagai berikut: neonatus, anak dengan penggunaan steroid tertentu, individu pasca penggunaan antibiotik spektrum luas yang mengganggu flora normal, pasien infeksi HIV positif, pasien keganasan hematolimfoid, pasien diabetik, wanita hamil atau menggunakan kontrasepsi oral, pengguna narkoba intravena. 2 Gejala klinis yang dapat muncul pada pasien kandidiasis sangat beragam tergantung jenis organ yang diserang. Pada umumnya kandidiasis lebih sering menginfeksi secara superfisial, seperti pada mukosa rongga mulut (oral thrush), akan terlihat sebagai pseudomembran kotor berwarna abu keputihan. Pada kandidiasis esofagitis akan muncul disfagia dan nyeri retrosternal, dan pada endoskopi akan terlihat plak putih dan pseudomembran seperti pada oral thrush di mukosa esofageal. Pada kandidiasis vulvovaginitis akan terasa sangat gatal dan terlihat keputihan yang berbentuk seperti kepala susu yang tebal. Pada kandidiasis kulit dapat bermanifestasi sebagai onikomikosis pada kuku, paronikia pada lipat kuku, folikulitis pada folikel rambut, balanitis pada kulit penis, dan intertrigo pada daerah lipatan kulit yang lembab seperti aksila, sela jari dan kaki. 2 Kandidiasis dapat juga terjadi pada organ dalam manusia dengan gejala klinis sesuai dengan organ yang diserang, dan umumnya terjadi melalui penyebaran hematogen dari kandidiasis diseminata dan kandidemia ataupun melalui operasi atau prosedur medis lain. Pada SSP, 4

5 candida dapat menyerang jaringan parenkim otak atau meninges. Candida juga bisa menyerang pada saluran napas seperti pneumonia, laryngitis, bronchitis, dan epiglotitis. Pada jantung candida dapat menginfeksi ketiga lapisan, baik endokardium, miokardium, dan perikardium. Pada saluran kemih, candida dapat menginfeksi uretra, prostat, kandung kemih, dan ginjal, dimana sering terkait dengan pemasangan kateter. Organ-organ seperti sendi, tulang, otot, peritoneum, hati, limpa, kandung empedu, pembuluh darah, dan mata pun tidak luput dari infeksi candida. 1 Tatalaksana untuk kandidiasis beragam dan dipengaruhi oleh beberapa variabel, seperti lokasi anatomis infeksinya, penyakit penyerta pasien, status imunitas pasien, faktor risiko infeksi pada pasien, spesies candida penyebab infeksi dan kerentanannya terhadap obat antijamur. 7 Salah satu obat yang umum digunakan berasal dari golongan triazol. Golongan triazol berasal dari golongan yang lebih besar, yaitu azol. Selain triazol, terdapat golongan imidazol, dimana kedua golongan ini dibedakan oleh jumlah atom nitrogen di dalam cincin azol. Golongan triazol yang memiliki 3 atom nitrogen, masih memiliki peranan besar sebagai tatalaksana kandidiasis, termasuk di dalamnya adalah flukonazol dan itrakonazol, yang memiliki spektrum luas. Flukonazol masih dianggap sebagai lini pertama pada pasien kandidemia non-neutropeni atau dicurigai kandidiasis invasif. 7,8 Mekanisme kerja utama dari antijamur golongan ini adalah dengan menghambat enzim lanosterol 14-α demethylase yang terlibat di dalam proses konversi lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan bioregulator untuk mempertahankan integritas pada membran sel jamur. Nitrogen azol bebas akan berikatan dengan enzim tersebut, sehingga demetilasi lanosterol menjadi terhambat dan menurunkan produksi ergosterol dan terakumulasinya prekursor sterol toksik. Akibatnya terjadi kerusakan struktur dan fungsi dari membran sel jamur sehingga menghambat pertumbuhannya. 7,8 Resistensi jamur terhadap obat antijamur golongan azol semakin perlu diperhatikan, karena saat ini golongan azol digunakan dalam lini pertama penatalaksanaan berbagai jenis kandidiasis. Ada beberapa hipotesis yang menjelaskan mekanisme resistensi tersebut, yaitu secara selular, biokimiawi, dan molekular. Mekanisme resistensi secara selular antara lain melalui perubahan menjadi spesies jamur yang 5

6 lebih resisten, perubahan menjadi galur yang lebih resisten, ekspresi gen transien yang menyebabkan suatu sel menjadi resisten secara temporer, dan perubahan tipe sel. Mekanisme resistensi biokimiawi pada golongan azol terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu: produksi enzim berlebihan sehingga obat tidak dapat menghambat reaksi biokimia secara sempurna; perubahan bentuk target obat; peningkatan efluks obat melalui membran sel; perubahan membran sel yang mencegah obat masuk; modifikasi jalur enzimatik; inaktivasi obat oleh enzim jamur; dan sel mengeluarkan enzim ekstraselular yang merusak obat. Mekanisme resistensi molekular misalnya perubahan enzim target sitokrom P-450 lanosterol 14-α-demethylase serta kegagalan obat untuk berakumulasi di dalam sel jamur akibat meningkatnya drug efflux. 11 Uji kepekaan antijamur saat ini semakin sering digunakan dalam tatalaksana infeksi candida, terutama terhadap kasus yang berulang atau tidak kunjung sembuh. Hingga saat ini uji kepekaan masih belum diindikasikan untuk digunakan secara rutin pada semua kasus. Pada umumnya untuk menentukan KHM yang akurat diperlukan identifikasi spesies candida terlebih dahulu. 1 Salah satu metode uji kepekaan yang dapat digunakan adalah metode difusi cakram, yang dilakukan in vitro dengan meletakkan cakram obat diatas spesies jamur yang dibiakkan di agar untuk melihat zona hambat pertumbuhan. Zona hambat pertumbuhan bervariasi tergantung dari spesies jamur dan obat yang digunakan dan menghasilkan suatu pola kepekaan. Pola kepekaan ini dikategorikan menjadi peka/sensitif (S), intermediet/peka tergantung dosis (SDD/susceptible dose dependent), dan tidak peka/resisten (R) yang ditentukan berdasarkan ukuran diameter zona hambat pertumbuhan. Spesies yang digunakan sebagai kontrol adalah C. Albicans ATCC Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data rekam medis pasien kandidiasis yang dilakukan uji kepekaan secara in vitro di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI periode Penelitian ini adalah penelitian analitik kategorik 6

7 berpasangan untuk mencari pola kepekaan Candida albicans terhadap obat antijamur flukonazol dan itrakonazol. Langkah pengambilan sampel yang pertama adalah mencari daftar rekam medis pasien kandidiasis yang dilakukan uji kepekaan antijamur di laboratorium mikologi, Departemen Parasitologi FKUI pada tahun Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium secara in vitro tersebut dilakukan oleh tenaga laboratorium yang telah terlatih dengan menggunakan metode difusi cakram dan diinterpretasikan mengikuti petunjuk berdasarkan Method for Antijamur Disk Diffusion Suscaptibility Testing of Yeasts: Proposed Guidelines. 12 Kemudian digunakan teknik total sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kedua jenis obat yang dibandingkan, yaitu flukonazol dan itrakonazol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketiga kategori hasil uji kepekaan in vitro Candida albicans, yaitu sensitif, SDD/intermediet, dan resisten. Pengambilan seluruh data rekam medis pasien kandidiasis dengan uji kepekaan antijamur secara in vitro di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI tahun Kemudian, dilakukan penyeleksian data untuk memperoleh data rekam medis pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setiap sampel yang dimasukkan dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan uji kepekaan terhadap kedua jenis obat, yaitu flukonazol dan itrakonazol. Jika jumlah data rekam medis yang sudah memenuhi syarat sama dengan atau melebihi jumlah sampel minimal, maka dilakukan total sampling. Sedangkan jika jumlah data rekam medis pasien yang memenuhi syarat kurang dari jumlah sampel minimal, maka akan diambil data rekam medis tambahan di tahun sebelumnya. Variabel penelitian yang dibutuhkan dari tiap data rekam medis akan dilakukan pencatatan secara manual untuk dilanjutkan dengan analisis dan pengolahan data. Analisis dan pengolahan data tiap variable menggunakan uji statistik melalui program IBM SPSS Statistics version 20. Uji statistik terhadap data dilakukan menggunakan uji statistik Marginal Homogeneity untuk kelompok data kategorik berpasangan. 7

8 Hasil Penelitian Pada penelitian ini, uji kepekaan dari isolat Candida albicans terhadap antijamur flukazol dan itrakonazol telah dilakukan sebelumnya oleh petugas Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI selama periode tahun Penelitian ini kemudian menggunakan hasil pemeriksaan tersebut sebagai data sekunder untuk dianalisis. Metode yang digunakan untuk uji kepekaan antijamur yang dilakukan oleh petugas Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI menggunakan metode difusi cakram. Jenis yang digunakan sebagai kontrol adalah Candida albicans ATCC Salah satu kelemahan penelitian ini adalah hanya bisa membandingkan data yang diperoleh yang menggunakan metode, peralatan, dan bahan yang sama, sehingga dipilih periode dimana masih sesuai dengan kriteria itu. Setelah data dimasukkan dan diolah, didapatkan bahwa hasil uji kepekaan terhadap flukonazol menunjukkan tiga isolat resisten (1,29%), tiga isolat intermediet/sdd (1,29%), dan sisanya sebanyak 226 isolat sensitif (97,42%). Sedangkan hasil uji kepekaan untuk itrakonazol menunjukkan isolat yang bersifat resisten sebanyak sepuluh (4,31%), yang bersifat intermediet/sdd sebanyak 20 (8,62%), dan sisanya sebanyak 202 isolat bersifat sensitif (87,07%) (Tabel 4.3). Tabel 4.1. Hasil Uji Kepekaan Candida albicans terhadap Flukonazol dan Itrakonazol in vitro (n=232) Itrakonazol Total Flukonazol Sensitif SDD Resisten Sensitif SDD Resisten Total Pembahasan Pada penelitian ini, didapatkan keterbatasan penelitian berupa penggunaan data sekunder. Hal tersebut menyebabkan beberapa data pemeriksaan tidak lengkap sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai sampel yang dapat digunakan. Selain itu, karena pemeriksaan ini tidak 8

9 diawasi maupun dilakukan langsung oleh peneliti, maka keabsahan sangat ditentukan oleh kepatuhan petugas laboratorium dalam melakukan pemeriksaan sesuai standar yang ditetapkan berdasarkan Method for Antifungal Disk Diffusion Suscaptibility Testing of Yeasts: Proposed Guideline. 12 Dari data penelitian ini, dilakukan uji statistik Marginal Homogeneity. Uji Marginal Homogeneity dipilih karena variabel yang diuji adalah variabel kategorik, jenis hipotesis komparatif, sampel berpasangan dalam dua pasang, dengan jumlah kelompok lebih dari 2. Dari uji statistik tersebut ditemukan terdapat perbedaan bermakna pada kepekaan isolat Candida albicans terhadap flukonazol dibandingkan dengan itrakonazol (p<0,001). Berdasarkan uji kemaknaan statistik tersebut ditemukan ada perbedaan bermakna pada kepekaan Candida albicans terhadap flukonazol dibandingkan dengan itrakonazol secara in vitro, dimana Candida albicans lebih sensitif terhadap flukonazol dibandingkan terhadap itrakonazol. Penelitian di Laboratorium Mikologi FKUI sebelumnya oleh Rozaliyani 5 terhadap neonatus dengan kandidemia melaporkan adanya prevalensi resistensi terhadap flukonazol (3,8%) yang lebih rendah dibandingkan itrakonazol (9,6%). Dalam penelitian Erwin6 di Laboratorium Mikologi FKUI menunjukkan angka resistensi flukonazol yang lebih tinggi (4,6%), namun tidak dibandingkan dengan itrakonazol. Penelitian Pfaller et al 15 mengenai kandidemia yang dilakukan pada tahun di 32 negara menunjukkan bahwa kepekaan Candida albicans sebagai spesies dengan prevalensi tertinggi dalam kandidemia (55,9% prevalensi) terhadap flukonazol masih tinggi (98-100% sensitif). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa Candida glabrata, spesies kandida dengan prevalensi kedua dalam menyebabkan kandidemia (16,2% prevalensi) memiliki tingkat kepekaan yang cukup rendah terhadap flukonazol (61,4% sensitif). Bruder-Nascimento et al 16 melakukan penelitian kepekaan dari 212 isolat Candida sp. di rumah sakit umum tersier Brazil, dengan bahan klinis yang berasal dari infeksi aliran darah, infeksi saluran kemih, dan peritonitis terkait dialisis. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan flukonazol memiliki aktivitas paling tinggi terhadap Candida albicans, dimana hanya lima isolat spesies tersebut yang resisten(7,1%), sedangkan pada itrakonazol menunjukkan delapan 9

10 isolat dari spesies yang sama resisten (10%). Akortha et al 17 melakukan penelitian terhadap 216 isolat Candida sp. dari infeksi saluran kemih dan genitalia di kota Benin, Nigeria. Didapatkan bahwa kepekaan Candida albicans terhadap flukonazol juga tetap tinggi, 132 dari 138 (95,7%) isolat spesies tersebut masih sensitif. Penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas mendukung beberapa hasil pada penelitian ini, didapatkan sensitivitas Candida albicans terhadap flukonazol masih tinggi (97,42%) dan masih melebihi itrakonazol (87,07%). Adapun data yang didapatkan pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa perbedaan pola kepekaan Candida albicans terhadap kedua jenis obat tersebut berbeda bermakna secara statistik. Sehingga dapat dipertimbangkan dalam penggunaan itrakonazol yang kepekaannya lebih rendah. Karena penelitian ini terfokus pada Candida albicans secara spesifik, sehingga tidak membatasi asal isolat bahan klinis, padahal berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukan, itrakonazol lebih disarankan dalam pengobatan kandidiasis mukosa saja, terkait dengan beberapa faktor seperti farmakokinetik. 13 Itrakonazol juga diketahui tidak ditujukan secara spesifik terhadap Candida. Kegunaan utama itrakonazol adalah terhadap beberapa jenis jamur lainnya, seperti pada jamur Aspergillus, blastomikosis, histoplasmosis, onikomikosis, ringworm, dan juga tinea versicolor. Sedangkan untuk kandidiasis, ditujukan terutama terhadap kandidiasis oral dan esofageal. 3 Data-data dari penelitian yang dilakukan diatas adalah hasil uji kepekaan in vitro, bukan menunjukkan hasil klinis. Rex dan Pfaller 18 menunjukkan korelasi antara hasil in vitro dengan in vivo dapat disebutkan dalam aturan Aturan ini menyebutkan bahwa 90% isolat yang sensitif akan merespons terapi, dan 60% isolat resisten akan tetap merespons terapi. Hasil yang muncul tidak seperti hasil in vitro sebab masih ada beberapa faktor yang tidak dapat diuji secara in vitro, seperti farmakokinetik obat, distribusi obat ke lokasi lesi kandidiasis, respons pejamu, dan produksi toksin. Walaupun hasil tidaklah sepenuhnya akurat, uji kepekaan antijamur dapat menjadi pertimbangan pengobatan yang bermakna secara klinis dalam memilih obat yang diperkirakan lebih memberikan respons. 10

11 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditetapkan beberapa kesimpulan: Pola kepekaan Candida albicans terhadap flukonazol secara in vitro sebesar 97,42% sensitif, 1,29% SDD, dan 1,29% resisten. Pola kepekaan Candida albicans terhadap itrakonazol secara in vitro sebanyak 87,07% sensitif, 8,62% SDD, dan 4,31% resisten Secara statistik, perbedaan tersebut bermakna dengan hasil uji Marginal Homogeneity p<0,001 Saran Penggunaan flukonazol lebih disarankan dibandingkan itrakonazol terhadap spesies Candida albicans. Kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai: Pola kepekaan pada spesies Candida non-albicans terhadap obat antijamur secara in vitro. Pola kepekaan Candida sp. terhadap obat antijamur golongan azol generasi baru (vorikonazol, posakonazol). Pola kepekaan Candida sp. terhadap obat antijamur golongan selain azol. Perbandingan prevalensi spesies Candida sp. terhadap asal isolat bahan klinis. 11

12 Daftar Referensi 1. Edwars Jr JE. Candida Species. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, editor. Mandell, Douglas, and Bennett s Principles and Practice of Infectious Diseases. 7 th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; p. 2. McAdam AJ, Sharpe AH. Infectious Diseases: Fungal Infections. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editor. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; ch. 3. Rex JH, Stevens DA. Systemic Antifungal Agents. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R, editor. Mandell, Douglas, and Bennett s Principles and Practice of Infectious Diseases. 7 th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; p. 4. Maertens JA. History of the Development of Azole Derivatives. Clinical Microbiology and Infection. 2004; 10 Suppl:1 : Rozaliyani A. Kandidemia pada Neonatus dan Profil Resistensi Candida spp. Terhadap Derivat Azol. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 6. Erwin F. Kandidemia: Pola Kepekaan Candida terhadap Flukonazol dan Vorikonazol Serta Penelusuran Sumber Infeksi Eksogen. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 7. Hidalgo JA. Candidiasis Medication [Internet]. [place unknown]: Medscape Reference: Drugs, Diseases & Procedures; [date unknown] [updated 2012 May 21; cited 2012 Jul 1]. Available from: 8. Rozaliyani A. Kandidemia pada Neonatus dan Profil Resistensi Candida spp. Terhadap Derivat Azol. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 9. Medscape Reference. Diflucan (fluconazole) Dosing, Indications, Interactions, Adverse Effect, and more [Internet]. [place unknown]: Medscape Reference: Drugs, Diseases & Procedures; [date unknown] [cited 2012 Jul 1]. Available from: Medscape Reference. Sporanox, Sporanox Oral Solution (Itraconazole) Dosing, Indications, Interactions, Adverse Effect, and more [Internet]. [place unknown]: Medscape Reference: Drugs, Diseases & Procedures; [date unknown] [cited 2012 Jul 1]. Available from: #0 11. Rozaliyani A. Kandidemia pada Neonatus dan Profil Resistensi Candida spp. Terhadap Derivat Azol. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 12. Erwin F. Kandidemia: Pola Kepekaan Candida terhadap Flukonazol dan Vorikonazol Serta Penelusuran Sumber Infeksi Eksogen. Jakarta: Tesis Magister Program Studi Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 13. Pappas PG, Rex JH, Sobel JD, Filler SG, Dismukes WE, Walsh TJ, et al. 12

13 Guidelines for Treatment of Candidiasis. Clinical Infectious Diseases. 2004; 38: Kanafani ZA, Perfect JR. Resistance to Antifungal Agents: Mechanisms and Clinical Impact. Clinical Infectious Diseases. 2008; 46: Pfaller MA, Diekema DJ. Twelve Years of Fluconazole in Clinical Practice: Global Trends in Species Distribution and Fluconazole Susceptibility of Bloodstream Isolates of Candida. Clinical Microbiology and Infection. 2004; 10 Suppl:1 : Bruder-Nascimento A, Camargo CH, Sugizaki MF, Sadatsune T, Montelli AC, Mondelli AL, et al. Species Distribution and Susceptibility Profile of Candida Species in a Brazillian Public Tertiary Hospital. BMC Research Notes. 2010; 3:1: Akortha EE, Nwaugo VO, Chikwe NO. Antifungal Resistance among Candida Species from Patients with Genitourinary Tract Infection Isolated in Benin City, Edo State, Nigeria. African Journal of Microbiology Research. 2009; 3 (11): Rex JH, Pfaller MA. Has Antifungal Susceptibility Testing Come of Age?. Clinical Infectious Diseases. 2002; 35:

Profil Candida penyebab kandidemia dan pola kepekaan terhadap anti jamur pada pasien sakit kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno

Profil Candida penyebab kandidemia dan pola kepekaan terhadap anti jamur pada pasien sakit kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno Profil Candida penyebab kandidemia dan pola kepekaan terhadap anti jamur pada pasien sakit kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusuno Mursinah, Fera Ibrahim, Mardiastuti H Wahid Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi oportunistik dengan insidensi tertinggi (Nasronudin, 2008). Kandidiasis

Lebih terperinci

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan biofilm pada bakteri, sedangkan biofilm pada jamur yang berkaitan dengan kedokteran masih sedikit. Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan terapi konvensional karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candida albicans (C.albicans) merupakan salah satu jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut. 1 Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik

Lebih terperinci

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar. Kehadiran Candida sebagai anggota flora komensal mempersulit diskriminasi keadaan normal dari infeksi. Sangat penting bahwa kedua temuan klinis dan laboratorium Data (Tabel 3) yang seimbang untuk sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Candida sp adalah flora normal pada manusia yang dapat dijumpai pada kulit, saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014

ABSTRAK. EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014 ABSTRAK EFEK ANTIFUNGAL MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO TAHUN 2014 Lannawati Setiadi, 2014. Pembimbing: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA.

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans iv ABSTRAK UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans Bernike Yuriska M.P, 2009; Pembimbing I: Endang Evacuasiany,Dra.,Apt.M.S.AFK Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN OBAT ANTIFUNGI

PENGGOLONGAN OBAT ANTIFUNGI PENGGOLONGAN OBAT ANTIFUNGI GOLONGAN AZOL 1. KETOKONAZOL Spektrum luas efektif terhadap Blastomyces dermatitidis, Candida species, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, Malasezzia furfur, Paracoccidiodes

Lebih terperinci

ISOLASI CANDIDA SP DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP BERBAGAI ANTIJAMUR DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

ISOLASI CANDIDA SP DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP BERBAGAI ANTIJAMUR DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM Abstract ISOLASI CANDIDA SP DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP BERBAGAI ANTIJAMUR DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM Hera Nirwati*, Praseno, Muchammad Mustofa Departemen Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu (Pseudohifa).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu (Pseudohifa). 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans Jamur C.albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Permasalahan Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan dalam dunia medis hingga saat ini. Jamur patogen yang umum menginfeksi manusia adalah strain Candida

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR dr. Agung Biworo, M.Kes Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). Insiden penyakit infeksi

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR dr. Agung Biworo, M.Kes Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aspergillosis pulmonary infection merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh infeksi hifa jamur Aspergillus fumigatus. Infeksi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih tetap merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Infeksi merupakan penyebab utama dari kesakitan dan kematian pasien termasuk pada anak. Infeksi melalui aliran darah merupakan penyebab utama infeksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan penyakit infeksi ini dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistis yang sering terjadi di rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida albicans (Neville dkk.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida (Brown dan Burns, 2005). Sebanyak lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi jamur invasif (invasive fungal infections/ifis) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius saat ini karena semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN 2009-2013 SKRIPSI OLEH : Steven Hermantoputra NRP : 1523011019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida adalah salah satu jenis jamur yang banyak tumbuh dan berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat ditemukan di tanah, buah-buahan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO Yulius Setiadi, 2007; Pembimbing I : Triswaty Winata, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Daun Rambutan a. Definisi Umum Rambutan merupakan tanaman yang dapat hidup pada daerah yang beriklim tropis, yang mempunyai batang yang keras berwarna coklat

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro ABSTRAK AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro Vanny Angellina, 2015. Pembimbing I : Triswaty Winata, dr., M.Kes. Pembimbing II : Decky Gunawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan di Indonesia sangat besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus RNA berpilin tunggal. HIV menginfeksi dan membunuh helper (CD4) T lymphocytes. Sel-sel lainnya yang mempunyai protein

Lebih terperinci

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 0 Samuel Rian Wowor Herry E. J. Pandaleke Marlyn Grace Kapantow Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal,bersifat komensal pada permukaan kulit dan membran mukosa saluran napas atas manusia. Bakteri ini diklasifikasikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO Maysella Suhartono Tjeng, 2011 Pembimbing: Yenni Limyati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans dan spesies lain dari genus kandida (Pappas, et al., 2009). Ada lebih dari 20 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri Staphylococcus yang paling sering ditemui dalam kepentingan klinis. Bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan bakteri

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. Kolonisasi tidak menimbulkan gejala klinis hingga infeksi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).

Lebih terperinci

Kata kunci : Lactobacillus acidophilus, Yoghurt, Candida albicans.

Kata kunci : Lactobacillus acidophilus, Yoghurt, Candida albicans. ABSTRAK Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pasien yang berobat ke dokter gigi. Candida albicans (C.albicans)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2013 - JUNI 2014 Fahijratin N.K.Mantu 1), Lily Ranti Goenawi 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius. Pneumonia ditandai dengan konsolidasi

Lebih terperinci

PREVALENSI KANDIDOSIS VAGINA DI DEPARTEMEN PARASITOLOGI TAHUN

PREVALENSI KANDIDOSIS VAGINA DI DEPARTEMEN PARASITOLOGI TAHUN PREVALENSI KANDIDOSIS VAGINA DI DEPARTEMEN PARASITOLOGI TAHUN 2010-2011 Adinda Rahmatul Fitri 1, Ridhawati MS 2 1. Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2. Staf Departemen

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data

I.PENDAHULUAN. karena merupakan penyebab kematian paling tinggi (Ahira, 2013). Data I.PENDAHULUAN A. Latar belakang Human Immunodeficiency Virus Positive/Aquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia karena merupakan penyebab kematian paling

Lebih terperinci

Keadaan immunocompromised yaitu gangguan

Keadaan immunocompromised yaitu gangguan Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 3, No. Vol. 4, Maret 3, No. 2002: 4, Maret 244-2002 248 Infeksi Jamur Sistemik pada Pasien Immunocompromised Djajadiman Gatot Dalam keadaan normal relatif sedikit spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Staphylococcus adalah bakteri gram negatif yang berbentuk bulat tersusun seperti buah anggur. Dikenal dua spesies Staphylococcus, yaitu S. aureus dan S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit disebabkan oleh jamur merupakan salah satu masalah kesehatan ada di Indonesia. Penyebab penyakit kulit lainnya juga dikarenakan air tidak bersih dan tidak

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memnuhi sebagai persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memnuhi sebagai persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PACAR AIR (IMPATIENS BALSAMINA LINN) DENGAN KETOKONAZOL 2% TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA AMERICAN TYPE CULTURE COLLECTION (ATCC) 10231 PADA MEDIA SABOURAUD DEXTROSE

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Staphylococcus adalah bakteri gram positif berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus merupakan bakteri koagulase negatif, kecuali Staphylococcus aureus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan kateter intravena sudah menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter intravena merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS

ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS ABSTRAK CAPRYLIC ACID SEBAGAI TERAPI PADA KANDIDIASIS Emiliana Lia, 200. Pembimbing I : Djaja Rusmana, dr., M.Si. Pembimbing II: Endah Tyasrini, S.Si., M.Si. Penggunaan bahan-bahan alamiah oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2 DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI Pengantar Tugas Drg. tidak hanya tahu dan merawat masalah gigi saja, tetapi juga perlu tahu dan sebisa mungkin

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR Sulitnya penanggulangan infeksi pneumonia nosokomial oleh Acinetobacter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh : POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER 2014 Oleh : DASTA SENORITA GINTING 120100251 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS). iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamu atau obat tradisional adalah salah satu kebanggaan Indonesia karena secara turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi di lingkungan Rumah Sakit. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global

Lebih terperinci

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009. POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009 Oleh: NG MEE SAN NIM: 070100275 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua kelompok infeksi jamur yang mengenai kuku, baik itu merupakan infeksi primer ataupun infeksi sekunder

Lebih terperinci

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail)

Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Profil Pasien Baru Infeksi Kandida pada Kulit dan Kuku (Profile of New Patients with Candida Infection in Skin and Nail) Shinta Dewi Rahmadhani Soetojo, Linda Astari Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Yuyun Wigati 1 ; Noor Aisyah 2 ; Hj. Rahmi Annissa 3 Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia banyak masyarakat yang kurang memperhatikan pola kebersihan terutama pada kehidupan sehari hari. Dalam aktivitas yang relatif panjang, masyarakat kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

Invasive Aspergillus Stomatitis in Patients with Acute Leukemia: Report of 12 Cases

Invasive Aspergillus Stomatitis in Patients with Acute Leukemia: Report of 12 Cases Invasive Aspergillus Stomatitis in Patients with Acute Leukemia: Report of 12 Cases Abstrak Reprints or correspondence: Dr. Yoshinari Myoken, Dept. of Oral Surgery, Hiroshima Red-Cross Atomic Bomb Survivors

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Dengan semakin luasnya penggunaan antibiotik ini, timbul masalah

Lebih terperinci