BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida (Brown dan Burns, 2005). Sebanyak lebih dari 150 spesies Candida telah diidentifikasi (Anaissie, 2016). Infeksi Candida pada manusia telah ditemukan sebanyak 70% yang disebabkan oleh C.albicans dan sisanya adalah disebabkan oleh C. tropicalis, C. guillermondii, C. kruzei, dan beberapa spesies Candida yang lebih jarang (Keyser et al., 2005). C. albicans dikenal secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Terdapat sekitar 30-40% C. albicans pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS (Langlais, 1998). Jamur C. albicans merupakan fungi opportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, kandidiasis vulvovaginali, candiduria, dan gastrointestinal candidiasis. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi pada kasus kandidiasis vulvovaginalis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam periode Januari sampai dengan April Pasien dengan kandidiasis vulvovaginalis diperoleh sebanyak 34 pasien dimana sebagian besar ditemukan karena terinfeksi C. albicans (Srihartati, 2011). Beberapa faktor yang berpengaruh 1

2 2 pada patogenitas dan proses infeksi dari C. albicans adalah menurunnya sistem imun, pengobatan antibiotik spektrum luas, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzim ektraselular (Naglik et al., 2004). Dalam beberapa tahun terakhir, mikroorganisme patogen yang ada pada tubuh manusia telah berkembang menjadi semakin resisten. Perea and Patterson (2002) menyatakan bahwa pasien dengan kandidiasis osofaring yang diakibatkan oleh spesies jamur C. albicans ditemukan telah resisten terhadap obat flukonazol sebanyak 21% pada pasien karena penggunaan jangka panjang. Selain itu, penelitian Srihartati (2011) juga melaporkan bahwa resistensi C. albicans ditemukan sebanyak 16,7% terhadap itrakonazol dan 5,6% resisten terhadap flusitosin. Sebagai alternatif resistensi tersebut diperlukan pencarian obat antifungi baru yang salah satunya dapat diajukan suatu pengembangan obat yang secara empiris sudah sering digunakan oleh masyarakat, yaitu sirih hijau. Sirih hijau merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat seperti keputihan, membunuh jamur, mengurangi lendir di vagina, dan sariawan (Soenanto dan Kuncoro, 2009). Daun sirih memiliki aroma khas yang berasal dari adanya minyak atsiri yang mengandung senyawa terpinen-4-ol, safrole, alilpirokatekol monoasetat, eugenol, eugenil asetat, hidroksil kavikol, piper betol, kadinen karvakrol, katekol alil, kavikol, kariopilen, kavibetol, sineol, estragol, sesquiterpen, dan monoterpen (Sugumaran et al., 2011). Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa minyak atsiri daun sirih hijau memiliki potensi sebagai agen antifungi terhadap C. albicans. Pada penelitian Sugumaran et al. (2011), melaporkan bahwa minyak

3 3 atsiri daun sirih hijau memiliki aktivitas antifungi terhadap C. albicans (MTCC 227), dimana pada konsentrasi 100 µl mampu menghasilkan zona hambat sebesar 24 mm dengan menggunakan metode difusi disk. Pada penelitian lain juga melaporkan bahwa dengan 100 µl minyak atsiri daun sirih hijau mampu menghasilkan zona hambat sebesar 90 mm terhadap C. albicans (UPCC 2168) dengan menggunakan metode difusi sumur dan diperoleh nilai MIC minyak atsiri daun sirih hijau terhadap C. albicans (UPCC 2168) pada konsentrasi 250 µg/ml dengan menggunakan metode dilusi (Adeltrudes and Osi, 2010). Selain itu, telah dilaporkan bahwa isolat hidroksikavikol dalam fraksi kloroform hasil isolasi dari ekstrak air daun sirih hijau efektif dalam menghambat C. albicans (ATCC 90028, ATCC dan 23 isolat klinikal) hingga 8 x MIC (250 μg/ml) serta mampu menghambat pertumbuhan biofilm yang dihasilkan oleh fungi C. albicans (Ali et al., 2010). Kandungan minyak atsiri dalam suatu tanaman dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, misalnya suhu udara, kelembaban, komposisi mineral, dan kandungan air pada tempat tumbuh (Koensoemardiyah, 2010). Semakin meningkatnya ketinggian tempat tumbuh atau semakin rendahnya suhu lingkungan, kandungan minyak atsirinya akan semakin tinggi (Katno, 2008). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Purwantini dkk.,(2001) yang menyatakan bahwa rendemen minyak atsiri daun sirih hijau semakin banyak pada daerah tempat tumbuh yang tinggi. Sedangkan pada penelitian Hertianti dan Purwantini (2002), melaporkan bahwa aktivitas antifungi minyak atsiri daun sirih hijau terhadap C. albicans lebih besar pada daerah dataran rendah. Menurut Tuteja et al., (2012) pada suhu yang tinggi

4 4 atau daerah dataran rendah, metabolit sekunder pada tanaman akan banyak terakumulasi karena adanya biosintesis melalui jalur fenilpropanoid yang akan menginduksi produksi senyawa fenol. Selain itu, menurut Hui and Evranuz (2015), pada suhu yang tinggi atau daerah dataran rendah juga akan meningkatkan produksi golongan senyawa terpenoid karena adanya biosintesis melalui jalur asam mevelonat. Pembagian wilayah di Indonesia berdasarkan letak geografisnya dibagi menjadi beberapa ketinggian, yaitu dataran rendah mdpl, dataran sedang mdpl, dan pegunungan mdpl (Sarpian, 2003). Pemilihan sampel pada penelitian ini akan mengacu pada pembagian letak geografis tersebut dengan mengambil sampel dari daerah Bali, yaitu pada daerah dataran rendah (166 mdpl) ; daerah dataran sedang (668 mdpl) ; dan daerah pegunungan (1099 mdpl). Pada penelitian ini, untuk mengetahui golongan senyawa bioaktif minyak atsiri daun sirih hijau sebagai antifungi terhadap C. albicans digunakan metode KLT bioautografi. Penggunaan metode bioautografi mempunyai keuntungan, yaitu dapat mengetahui aktivitas biologi secara langsung dari senyawa kompleks, terutama yang terkait dengan kemampuan suatu senyawa untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Kusumaningtyas dkk., 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa bioaktif penghambat C. albicans secara KLT bioautografi serta dilakukan karakterisasi dengan pereaksi pendeteksi senyawa golongan fenol dan terpenoid yang merupakan komponen penyusun minyak atsiri.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana profil golongan senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak atsiri daun sirih hijau dengan variasi ketinggian tempat tumbuh di Bali yang berfungsi sebagai antifungi terhadap C. albicans? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui profil golongan senyawa bioaktif dalam minyak atsiri daun sirih hijau dengan variasi ketinggian tempat tumbuh di Bali yang berfungsi sebagai antifungi terhadap C. albicans. 1.4 Manfaat Data yang diperoleh dari penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai profil golongan senyawa bioaktif dalam minyak atsiri daun sirih hijau pada variasi ketinggian tempat tumbuh di Bali yang berfungsi sebagai antifungi terhadap C. albicans dengan menggunakan metode KLT bioautografi serta dapat digunakan sebagai kontrol kualitas untuk memperoleh senyawa bioaktif yang baik dalam penjaminan mutu produk herbal.

6

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan salah satu jamur dari beberapa spesies Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans dalam keadaan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang

BAB I PENDAHULUAN. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang merupakan bakteri paling dominan pada lesi jerawat (Sylvia, 2010). P. acnes berperan dalam patogenesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis adalah penyakit jamur akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistis yang sering terjadi di rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida albicans (Neville dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Hijau (P. betle L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Klasifikasi Gambar 2.1 Tanaman sirih hijau (P. betle L.) (Armando, 2009) Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tumbuhan di Indonesia sangat besar,

Lebih terperinci

antihelmintik, dan lain-lain (Absor, 2006). Komponen aktif yang bersifat

antihelmintik, dan lain-lain (Absor, 2006). Komponen aktif yang bersifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah penanggulangan penyakit terus berkembang seturut dengan kemajuan peradaban manusia. Penyebab dari beberapa penyakit yang sering timbul adalah bakteri dan jamur.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kandidiasis oral merupakan infeksi jamur yang sering terjadi pada manusia baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah semakin meluasnya resistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005). Insiden penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rongga mulut manusia merupakan salah satu tempat yang sering terkena penyakit salah satunya adalah kandidiasis. Kandidiasis sendiri merupakan suatu penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit disebabkan oleh jamur merupakan salah satu masalah kesehatan ada di Indonesia. Penyebab penyakit kulit lainnya juga dikarenakan air tidak bersih dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari family BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Hijau (Piper betle L.) 2.1.1 Deksripsi Tanaman Sirih adalah salah satu jenis tumbuhan yang berasal dari family Piperaceae, tumbuh merambat atau menjalar. Tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009). Prevalensi terjadinya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah kerusakan fisik akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and Solanki, 2011).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh inangnya. Infeksi seringkali membahayakan hidup manusia. Oleh sebab itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dekokta merupakan metode untuk mengambil zat aktif tanaman dengan cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air kemudian dipanaskan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candida albicans (C.albicans) merupakan salah satu jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut. 1 Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan angka kejadian penyakit infeksi yangtinggiyang didominasi oleh infeksi saluran nafas dan infeksi saluran cerna,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia (patogen). Penyakit infeksi jamur bisa mengenai kulit dan selaput lendir sampai ke jaringan

Lebih terperinci

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAN REBUSAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) SEGAR TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAN REBUSAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) SEGAR TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAN REBUSAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) SEGAR TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan biofilm pada bakteri, sedangkan biofilm pada jamur yang berkaitan dengan kedokteran masih sedikit. Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan terapi konvensional karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan

Lebih terperinci

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap

Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa minyak atsiri dari daun cengkeh yang diperoleh dengan destilasi alat Stahl mempunyai aktivitas terhadap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sejak zaman dahulu manusia telah memanfaatkan bahan alam sebagai bahan obat. Saat itu manusia belum mampu membuat obat-obatan sintetik sehingga bahan alam merupakan satu-satunya sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang Permasalahan. Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Permasalahan Infeksi jamur patogen masih menjadi permasalahan dalam dunia medis hingga saat ini. Jamur patogen yang umum menginfeksi manusia adalah strain Candida

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal akan kekayaan alamnya dengan berbagai macam flora yang dapat ditemui dan tentunya memiliki beberapa manfaat, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mikroorganisme banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada udara, tanah, air dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mikroorganisme itu bisa merugikan,

Lebih terperinci

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans 104 Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans Ali Yusran Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia kedokteran, keputihan (fluor albus) adalah keluarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia kedokteran, keputihan (fluor albus) adalah keluarnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia kedokteran, keputihan (fluor albus) adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta rasa gatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat sekitar 30.000 spesies. Tumbuhan tersebut sebagian telah dimanfaatkan masyarakat sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi. Penyakit yang termasuk mikosis superfisialis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran ekskresi dan organ reproduksi dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama bakteri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Flora mulut pada manusia terdapat berbagai mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena temperatur yang tropis, dan kelembaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene,

I. PENDAHULUAN. (Setiyawati, 2003; Kuntorini, 2005; dan Kasrina, 2014). esensial dengan senyawa utama berupa sabinene, terpinen-4-ol, γ-terpinene, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan berbagai tanaman obat, lebih dari 940 spesies tanaman obat telah digunakan sebagai obat tradisional (Food and Agriculture Organization of the United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superficial mycoses merupakan hal yang lazim terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan pernyataan para ilmuan St. John's Institute of Dermatology London, memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan salah satu pintu masuk bagi organisme (bakteri, jamur, virus) ke dalam tubuh. Sebagian besar penyakit mulut yang sering terjadi diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam dunia modern ini dirasa baik, namun keberadaan

Lebih terperinci

SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI DALAM MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH. HIJAU (Piper betle L.) DENGAN VARIASI KETINGGIAN

SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI DALAM MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH. HIJAU (Piper betle L.) DENGAN VARIASI KETINGGIAN SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI DALAM MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DENGAN VARIASI KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH DI BALI TERHADAP Candida albicans ATCC 10231 MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur adalah dermatomikosis dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh anggota kelompok jamur yang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Rendahnya tingkat ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN ANTIBIOTIK ISOLAT STREPTOMYCES DARI RIZOSFER FAMILIA POACEAE TERHADAP Escherichia coli SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi oportunistik dengan insidensi tertinggi (Nasronudin, 2008). Kandidiasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sirih Hijau (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi tanaman Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliphyta : Magnolipsida : Piperales : Piperaceae

Lebih terperinci

SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI. DALAM FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.)

SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI. DALAM FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) SKRINING GOLONGAN SENYAWA BIOAKTIF ANTIFUNGI DALAM FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DARI DAERAH DENGAN ZONA IKLIM PANAS (0-700 MDPL) DI BALI TERHADAP Candida albicans ATCC 10231 DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah kesehatan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

Zuraidah Dosen FTK Program Studi Pendidikan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

Zuraidah Dosen FTK Program Studi Pendidikan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh PENGUJIAN EKSTRAK DAUN SIRIH (PIPER SP.) YANG DIGUNAKAN OLEH PARA WANITA DI GAMPONG DAYAH BUBUE, PIDIE DALAM MENGATASI KANDIDIASIS AKIBAT CENDAWAN CANDIDA ALBICAN Zuraidah Dosen FTK Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bakteri merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan di dunia, terutama di negara tropis. Di daerah tropis seperti Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan

Lebih terperinci

tanah tersebut. Kata rare untuk jenis bakteri Actinomycetes yang

tanah tersebut. Kata rare untuk jenis bakteri Actinomycetes yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Actinomycetes merupakan salah satu bakteri yang mirip jamur dan tergolong dalam bakteri gram positif. Actinomycetes banyak hidup di dalam tanah, pasir, air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per

BAB I PENDAHULUAN UKDW. S.Thypi. Diperkirakan angka kejadian ini adalah kasus per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk salah satu penyakit infeksi bakteri yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIFUNGI TERHADAP Candida albicans SKRIPSI Oleh: NUR AINI MAR ATUS SHOLICHAH K.100.060.203 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove

atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove BAB 1 PENDAHULUAN Pemanfaatan tanaman obat atau bahan obat alam pada umumnya, sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Sejak dulu manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik (McKenzie, 1996). Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah immatur yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis. 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole,

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI. DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DARI DAERAH DENGAN VARIASI KETINGGIAN TEMPAT

UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI. DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DARI DAERAH DENGAN VARIASI KETINGGIAN TEMPAT i UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) DARI DAERAH DENGAN VARIASI KETINGGIAN TEMPAT TUMBUH DI BALI TERHADAP FUNGI Candida albicans ATCC 10231 DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini telah dilaksanakan pada percobaan uji mikrobiologi dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah. Sebanyak 2,75 Kg daun sirih merah dipetik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi (gigi berlubang) merupakan penyakit dengan urutan tertinggi dari penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 45,68% sehingga merupakan masalah utama kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Candida albicans merupakan patogen utama pada infeksi kandidiasis oral (orofaringeal) dan kandidiasis genital (vulvovaginal) (Pauli, 2006). Jamur C. albicans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa orang kehilangan satu atau lebih gigi merupakan hal yang wajar seiring bertambahnya usia. Kehilangan gigi dan tidak digantikan maka akan muncul beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam (back to nature) semakin meningkat karena sejak dulu masyarakat percaya bahwa bahan alam mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tanaman khas Indonesia yang telah dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan. Beberapa bagian tanaman tersebut telah mengalami pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih tetap merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia, termasuk didalamnya penyakit infeksi jamur. Infeksi jamur sebagai salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah tanaman obat sekitar 40.000 jenis, namun baru sekitar 2,5% yang telah dieksplorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahan alam, baik itu digunakan untuk obat maupun tujuan yang lain kini semakin meningkat, terlebih lagi dengan adanya isu back to nature serta krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Turi (Sesbania grandiflora L) Turi dengan nama latin Sesbania grandiflora L atau Agati grandiflora Devs. Termasuk ke dalam famili tumbuhan Papilianoceae (Maharani, 2010). Terdapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Konsentrasi efektif daun sirih sebagai penolak nyamuk Ae. aegypti pada lengan uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Konsentrasi efektif daun sirih sebagai penolak nyamuk Ae. aegypti pada lengan uji IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Konsentrasi efektif daun sirih sebagai penolak nyamuk Ae. aegypti pada lengan uji Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun sirih (P. bettle) yang efektif terhadap

Lebih terperinci